NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI CONTEXTUAL...
Transcript of NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI CONTEXTUAL...
NASKAH PUBLIKASI
IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA AL-
AZHAR SYIFA BUDI SOLOMANAHAN KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA
Diajukan Kepada
Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Salah satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Pemikiran Islam
(Manajemen Pandidikan Islam )
Oleh :
MUSTAGHFIRIN
NIM. O 000 080 051
PROGRAM PASCA SARJANAMAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo. dan dampaknya dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran pendidikan agama Islam.
Bentuk penelitian adalah penelitian kualitatif yang merupakan studi kasus (Case study) atau penelitian lapangan. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan pencatatan isi dokumen. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan analisa model interaktif. Keabsahan data menggunakan metode Trianggulasi sumber.
Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo sudah sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi ( reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Al-azhar Syifa Solo menerapkan pendekatan CTL yang dapat dilihat dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran yang dilakukan guru.
Pembelajaran pendidikan agama Islam yang menerapkan prinsip-prinsip CTL di SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran, baik dalam kegiatan awal, kegiatan inti maupun kegiatan akhir pembelajaran.
Kata Kunci : pembelajaran pendidikan agama Islam - CTL - mutu proses
pembelajaran
ABSTRACT
The right education is to free some one from confinement, intimidation, and exploitation. This is equal to the mean of pedagigic wich is freeing human confrehensively from the binds of human freedom. One role” of the factors that determine the education quality is “the teacher’s
This research aim to give views about the Islamic study in SMP Al-Azhar Syifa budi Solo and the effect in increasing quality study’s learning.
This reserch is in a from of qualitative method or a case study. The informants are headmaster, teacher and studedent. The data are collected using interview, observasion, and document notes. The data are analyzed using intractive model’s analysis and legimating data using source triangulation’s method.
The Islamic study in SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo are Al-Qur’an Hadis, Fiqih, Akidah Akhlak, sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab. Ist application had already appro to the contextual Teaching and Learning (CTL) approach, there are 1) Constructivism, 2) Inquiri, 3) Questioning, 4) Learning Community, 5) Modelling, 6) Reflection, dan 7) Authentic Assessment. but not all of subjects can apply the CTL approach. The applying of CTL approach in SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo can be seen from the teaching plans, the teaching learning process and the assesment from the teachers.
The Islamic study’s learning in SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo wich appiles the CTL gives a good effect in creasing the quality of learning process in the opening activity, central activity and the closing activity.
Key word : Islamic Study’s learning - CTL – the quality learning process.
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU
Nomor 20 Tahun 2003).
Fungsi pendidikan nasional dijelaskan dalam Undang-Undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional tersebut.
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Uraian di atas menjelaskan bahwa pada hakekatnya pendidikan di
Indonesia ditujukan untuk membentuk manusia Indonesia yang bermutu.
Sampai saat ini, mutu pendidikan kita tergolong rendah dalam konteks
nasional, regional maupun internasional. Hal tersebut disebabkan oleh
berbagai persoalan yang menyangkut sistem maupun manajemen
pendidikan, termasuk SDM yang rendah
Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumber
daya manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan nasional. Masa
depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang bermutu pada masa
kini. Karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan hal
mutlak yang harus dilaksanakan dalam upaya menciptakan pendidikan yang
berkualitas. Kebijakan pemerintah dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan terus diupayakan. Upaya tersebut antara lain dengan pembaruan
sistem pendidikan dengan strategi tertentu.
Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan upaya peningkatan mutu proses pembelajaran, sedangkan
peningkatan mutu proses pembelajaran berkaitan erat dengan mutu guru
selaku pendidik dan pengajar, karena guru adalah ujung tombak pendidikan.
Menurut Rahman (2005), peningkatan mutu guru di Indonesia berfokus pada
dua hal : Pertama, peningkatan martabat guru secara sosial, budaya dan
ekonomi, dan kedua, peningkatan profesionalisme guru melalui
program yang terintegrasi, sesuai dengan hasil pemetaan mutu guru
yang jelas dan penguasaan guru terhadap teknologi informasi dan metode
pembelajaran. Kemampuan guru, terutama dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar harus terus ditingkatkan. Untuk itu guru perlu menerapkan
berbagai strategi pembelajaran yang dapat mendorong keaktifan atau potensi
siswa, antara lain dengan penerapan pendekatan CTL. (Setiaji dan Rufman:
http://www.suara merdeka.com/ harian/0601/12/opi04.htm).
II. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan Agama Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran
Islam". (Zuhairani, 1983 : 27). Syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan
orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan nabi
sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan dari satu segi kita lihat
bahwa pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental
yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri maupun
orang lain. Dari segi lainnya, pendidikan Islam tidak bersifat teoritis saja, tetapi juga
praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh, oleh karena
itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal dan
juga karena ajaran islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi
masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan
Islam juga pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula yang bertugas
mendidik adalah para Nabi dan Rasul selanjutnya para ulama, dan cerdik pandailah
sebagai penerus tugas, dan kewajiban mereka (Drajat, 1992 : 25-28).
III. POLA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
penggunaan model pembelajaran dalam penyampaian materi pelajaran secara
tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai agar dapat diinternalisasikan pada
diri siswa serta mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam
kehidupan sehari-hari belum memenuhi harapan yang diinginkan
Materi pelajaran pembelajaran pendidikan Agama Islam dalam proses
pembelajarannya terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis
dan guru cenderung lebih dominant one way method. Guru pendidikan
Agama Islamdalam mengajar lebih banyak berorientasi pada aspek kognitif
di samping masih menggunakan model konvensional yang monoton,
aktifitas guru lebih dominan, akibatnya guru seringkali mengabaikan
proses pembinaan tatanan nilai, sikap, dan tindakan, sehingga
pembelajaran pendidikan Agama Islam tidak dianggap sebagai mata
pelajaran pembinaan karakter yang baik dan mampu menjadikan output
yang religius serta menyenangkan. Tetapi lebih cenderung dianggap
mata pelajaran yang menjenuhkan dan membosankan
Sehubungan dengan itu perlu diterapkan suatu model pendekatan
pembelajaran yang efektif dan efisien. Sebagai alternatif, yaitu implementasi
pendekatan CTL dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang
diharapkan mampu melibatkan siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran
dan dapat melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa, serta secara fisik dan mental melibatkan semua pihak
dalam pembelajaran sehingga siswa mempunyai kebebasan berpikir,
bertindak, aktif dan kreatif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut tentang pola pembelajaran pendidikan Agama Islammelalui
penelitian dengan judul “Implementasi CTL dalam Pembelajaran
pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Syifa
Budi Manahan Banjarsari Surakarta
IV. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
konseptual mengenai pola pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMP,
baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran.
2. Manfaat praktis yang penulis kemukakan dari penelitian ini ada dua, yaitu
a. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi guru SMP, kepala sekolah
maupun para stakeholder dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
di Indonesia pada umumnya, dan secara khusus pada peningkatan
mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam
b. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi guru SMP mengenai pola
pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMP, khususnya di SMP Al-
Azhar Syifa Budi Solo Manahan Kecamatan Banjarsari Kota surakarta.
V. PENDEKATAN CTL
Pembelajaran kontekstual atau CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: konstruktivisme (Contructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment) (Depdiknas, 2006:2).
7 Komponen pokok CTL yaitu :
a. Konstruktivisme (Contructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil atau diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Untuk itu tugas guru
adalah memfasilitasi proses tersebut dengan : (1). Menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2). Memberi
kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
(3). Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri
dalam pembelajaran.
b. Menemukan (Inquiri)
Inquiri merupakan komponen inti dari pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya
Langkah-langkah dalam kegiatan inquiri adalah : (1) merumuskan
masalah, (2) mengamati atau melakukan observasi, (3) menganalisis
dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan
karya lainnya, dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil
karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audiens yang lain.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan seseorang selalu dimulai dengan “bertanya”. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Dengan bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan
apa yang sudah diketahui. Dan mengarahkan perhatian pada aspek
yang belum diketahui.
Pembelajaran yang produktif memerlukan kegiatan bertanya yang
berguna untuk: (1) menggali informasi, baik administrasi maupun
akademis, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon
siswa, (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (5)
mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan
perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7) membangkitkan
lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan (8) menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain.
Hasil belajar diperoleh dari “sharing” dengan teman, antar kelompok,
dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
“Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua
arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat
dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Kalau setiap orang
belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber
belajar, artinya setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan
pengalaman. Prakteknya dalam pembelajaran dapat terwujud dalam
pembentukan kelompok, mendatangkan “ahli” ke kelas, bekerja
dengan kelas sederajad, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan
bekerja dengan masyarakat.
e. Pemodelan (Modeling)
Maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa
berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah
raga, cara melafalkan bahasa, dan sebagainya. Dalam pendekatan CTL,
guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan
melibatkan siswa. Model dapat juga didatangkan dari luar.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan
dimiliki siswa, diperoleh melalui konteks pembelajaran, yang
kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa
membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa
merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa
yang baru dipelajarinya.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Assasment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar
belajar atau tidak. Pembelajaran CTL lebih mengutamakan proses
belajara daripada hanya sekedar hasil belajar, oleh karena itu,
penilaian dilakukan terus menerus selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dan dilakukan secara terintegrasi
1. Perencanaan Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran lebih lanjut
dari kompetensi yang ingin dicapai, dan berisikan pokok-pokok serta uraian materi yang harus dipelajari untuk mencapai kemampuan dasar dan penentuan bahan, strategi, alat dan media, evaluasi dan bahan acuan.
Langkah-langkah dalam menyusun rencana pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL adalah sebagai berikut.
1) Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, kompetensi dasar, Materi pokok, dan Pencapaian hasil belajar
2) Nyatakan tujuan umum pembelajarannya 3) Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu 4) Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa 5) Nyatakan authentic assessment-nya (Depdiknas, 2006:6).
Seorang guru CTL yang berkompeten harus mampu menyusun rencana
pembelajaran yang berkualitas. Karena dengan rencana pembelajaran
yang berkualitas akan menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas
pula. Dengan demikian maka tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dapat tercapai dengan baik
2. Pelaksanaan Meliputi
Pelaksanan pembelajaran berbasis CTL pada hakekatnya sama
dengan prinsip penerapannya, yaitu yaitu dengan menerapkan prinsip-
prinsip pembelajaran kontekstual yang biasa disebut dengan tujuh pilar
pembelajaran kontekstual.
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4) Ciptakan masyarakat belajar. 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
(Depdiknas 2006:5 3. Penilaian Meliputi
Prosedur untuk merancang penilaian autentik dalam pembelajaran
berbasis CTL adalah sebagai berikut (Lewin & Shoemaker, dalam
Johnson, 2002:304).
1) Jelaskan dengan tepat apa yang harus diketahui dan dikerjakan oleh para siswa.
2) Hubungkan pelajaran akademik dengan konteks dunia nyata dengan cara yang penuh makna.
3) Tugaskan para siswa untuk menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui.
4) Putuskan tingkat penguasaan yang harus dicapai. 5) Tampilkan tingkat penguasaan tersebut dalam sebuah rubrik. 6) Biasakan para siswa dengan rubrik tersebut. 7) Libatkan sekelompok orang selain guru untuk menanggapi
penilaian ini.
VI. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan
Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian Kualitatif
lapangan (field research). Penelitian yang prosedurnya menghasilkan data
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diambil (Robert dan Steven J, yang dikutip Lexy Moleong,
1993: 3).
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (Casus Study).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan dan posisi saat ini serta interaksi lingkungan unit sosial
tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subyek penelitian dapat berupa
individu, kelompok, atau masyarakat. Studi kasus di sini bertujuan untuk
memahami secara menyeluruh mengenai penerapan CTL dalam
pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo
dan dampaknya terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran.
2. Sumber Data
Sumber data diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan huruf p dari
bahasa Inggris, yaitu: (1) person, sumber data berupa orang, (2) place,
sumber data berupa keadaan diam atau bergerak, dan (3) paper, sumber
data berupa huruf, angka dan simbol-simbol lain. Sumber data pada
penelitian kualitatif terdiri dari beragam jenis, dapat berupa orang,
peristiwa, tempat atau lokasi, benda serta dokumen atau arsip (Sutopo,
2002:58).
Ada tiga sumber data dalam penelitian ini, yaitu informan kunci
(key informan), tempat dan peristiwa dan dokumen.
1. Informan kunci (key informan), informan awal dipilih secara purposive
(purposive sampling). Sedangkan informan selanjutnya ditentukan
dengan cara “snow-ball sampling”, yaitu dipilih secara bergulir sampai
menunjukkan tingkat kejenuhan informasi. Bertindak sebagai informan
awal (sumber informasi) adalah kepala sekolah dan guru Pendidikan
Agama Islam. Sedangkan informan selanjutnya siswa.
2. Tempat dan peristiwa, yang meliputi pelaksanaan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM), lingkungan kerja guru, serta lingkungan belajar siswa
di sekolah.
3. Dokumen, antara lain perangkat mengajar, termasuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, fasilitas pendukung, dan dokumen model
penilaian siswa. Data ini dipergunakan untuk melengkapi hasil
wawancara dan pengamatan terhadap tempat dan peristiwa. Hal ini
mengacu pada penjelasan Moleong (2004: 12) tentang jenis data, yaitu
jenis data dikelompokkan menjadi kata-kata dan tindakan dan sumber
datanya dapat berupa bentuk tulisan, foto, dan statistik
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa metode, yaitu :
a. Metode Observasi
Metode Observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung ( Sukmadinatai, 2005 : 220 ). Teknik observasi dilakukan untuk
menggali data yang terkait dengan proses pembelajaran pendidikan Agama
Islamyang menerapkan pendekatan CTL dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo.
Observasi juga dilakukan untuk mencermati kegiatan belajar
mengajar/proses pembelajaran pendidikan Agama Islam di kelas, seperti
kegiatan siswa, kegiatan guru, media pembelajaran, dan lingkungan belajar.
Ketika peneliti melakukan observasi, peneliti telah memastikan data
apa yang akan digali.
b. Metode Interview
Dalam melaksanakan wawancara dapat secara terbuka dan semakin
lama semakin lengkap dan mendalam, serta dalam suasana yang informal
sehingga hubungan antara pewawancara dengan yang diwawancarai adalah
dalam suasana biasa atau wajar (Moleong, 2004: 136). Wawancara
dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended dan mengarah pada
kedalaman informasi, sehingga wawancara dalam suasana tidak formal guna
menggali informasi secara lebih jauh dan mendalam (Sutopo, 2002: 58-59).
Teknik wawancara dalam penelitian ini berusaha menggali pendapat
beberapa warga sekolah secara mendalam tentang pembelajaran pendidikan
Agama Islam dan dampaknya dalam meningkatkan mutu proses
pembelajaran di SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo yang dalam hal ini
dilakukan dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan siswa
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan transkrip,
surat kabar, majalah dan buku-buku prestasi belajar anak (Anas Sudijono,
1986: 188) Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
sejarah berdirinya SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo, struktur organisasi,
keadaan karyawan dan guru, keadaan siswa, sarana prasarana dan
sebagainya.
d. Metode Analisis Data
Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif
yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data dan sekaligus reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan verifikasi (Miles & Haberman,
1992: 16). Pertama, setelah pengumpulan data selesai melakukan reduksi
data yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
pengorganisasian sehingga data terpilah-pilah. Kedua, data yang telah
direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi. Ketiga, adalah penarikan
kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua dengan
mengambil kesimpulan.
VII. HASIL PENELITIAN
1. Pola Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Azhar
Syifa Budi Solo telah menerapkan CTL sebagai Pendekatan dalam
pembelajaran. Adapun dalam pelaksanaanya ada tiga hal yang dilakukan
oleh guru pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran pendidikan
Agama Islam yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
yang merupakan satu kesatuan dalam proses pembelajaran.
a. Perencanaan pembelajaran yang dibuat guru telah memuat kegiatan
pertama pembelajaran, tujuan umum pembelajaran, media untuk
mendukung pembelajaran, skenario pembelajaran serta authentic
assessment. Penyusunan rencana pembelajaran dilakukan oleh guru
pendidikan Agama Islam secara rutin pada tiap awal semester.
b. Pelaksanaan pembelajaran telah mengembangkan pemikiran bahwa
anak akan belajar lebih bermakna, melaksanakan kegiatan inkuiri,
mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya, berusaha
menciptakan masyarakat belajar, menghadirkan model sebagai contoh
pembelajaran, melakukan refleksi di akhir pertemuan, dan melakukan
penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) dengan berbagai
cara. Metode yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan Agama
Islam di SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo cukup bagus karena sudah
mencakup beberapa aspek, baik kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta
hubungan sosial kekeluargaan yang terjalin antara siswa dan guru.
Prinsip-prinsip pendekatan kontekstual yang diterapkan dalam
pembelajaran pendidikan Agama Islam juga sudah berjalan dengan
baik, hanya saja dalam Learning Community masih ada beberapa siswa
yang kurang aktif dalam kelompoknya serta masih ada beberapa
kelompok yang tidak mendapatkan kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusi keompoknya, karena banyaknya jumlah
kelompok yang ada serta terbatasnya waktu yang tersedia. Proses
pembelajaran akan berjalan lebih baik bila penggunaan waktu
direncanakan seefesien mungkin serta disesuaikan dengan jumlah
kelompok yang akan presentasi.
c. Penilaian pembelajaran yang dilakukan guru sudah memuat aspek-
aspek penilaian yang sudah sesuai dengan standar penilaian yaitu
meliputi aspek kognitif atau pembelajaran yang bersifat akademik
maupun aspek afektif atau penilaian terhadap sikap dan tingkah laku
siswa selama proses pembelajaran di kelas. Penilaian dilaksanakan
secara terus menerus dan berkesinambungan. Guru selalu memberi
kesempatan pada siswa yang belum mencapai batas tuntas untuk
mengikuti remedial hingga dua kali. Sedangkan bagi siswa yang sudah
mencapai batas tuntas diberi kegiatan pengayaan. Materi yang dinilai
bukan hanya hafalan dari seperangkat fakta melainkan pemahaman
terhadap materi akademik yang dikaitkan dengan konteks dunia nyata
yang ada dalam kehidupan anak sehari-hari, guru juga melibatkan
sekelompok orang selain guru dalam proses penilaian.
2. Kegiatan Penunjang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Sekolah juga mengadakan kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran
sebagai pendukung keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami pendidikan Agama Islam serta mengaplikasikanya dalam dunia
nyata, kegiatan yang di maksud yaitu: Standar Kecakapan Umum (SKU),
Praktik baik ibadah maupun membaca dan menghafal Al-Qur’an,
Riyadhah Ramadhan 561 (peslat), peringatan hari besar Islam, dan
beberapa kegiatan sosial masyarakat. Kegiatan tersebut merupakan
kegiatan aplikatf/praktik sehingga siswa tidak hanya mempelajari
pendidikan Agama Islam dalam bentuk teori saja . namun siswa juga
dituntut mengaplikasikan pembelajaran pendidikan Agama Islam dalam
bentuk praktik. melalui kegiatan tersebut akan terlihat sejauh mana siswa
mampu menguasai tata pendidikan Agama Islam dengan detail baik dalam
bentuk yang nyata
Secara keseluruhan implementasi pendekatan CTL pada
pembelajaran pendidikan Agama Islam sudah berjalan sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran CTL yang meliputi Konstruktivisme
(Contructivism), menemukan (Inquiri), bertanya (Questioning),
masyarakat belajar (Learning Comunnity), pemodelan (Modelling),
refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
namun ada beberapa hal yang perlu pembenahan.
1) Perlunya optimalisasi dalam penggunaan media pembelajaran sehingga
pembelajaran dapat berjalan lebih efektif
2) Prinsip Learning community akan lebih nampak apabila posisi tempat
duduk siswa dalam kelompok-kelompok kecil tidak monoton akan
tetapi perlu dilakukan variasi dalam penempatan tempat duduk atau
bahkan pembelajaran di luar kelas.
3) Pengorganisasian waktu dalam pembelajaran harus lebih diperhatiakan
agar pembelajaran dapat berjalan lebih efisien
4) Upaya guru untuk memberi motivasi siswa dalam pembelajaran perlu
ditingkatkan.
5) Upaya pengawasan guru dalam pembelajaran luar kelas perlu
ditingkatan agar program yang telah diprogramkan sekolah dapat
berjalan dengan baik
3. Dampak Dampak Implementasi CTL dalam Pembelajaran
pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan mutu proses
pembelajaran di SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo
Pola pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan
CTL yang didukung oleh kemampuan atau kompetensi guru dalam
menyusun rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi
pembelajaran dengan tepat, tampak sekali dapat meningkatkan mutu
proses pembelajaran. Hal itu dapat dilihat dari proses pembelajaran yang
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk bepartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi siswa untuk berkreatifitas sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL yang
ditunjang dengan guru yang kreatif dan menyenangkan akan
membangkitkan motivasi belajar siswa, Sehingga mata pelajaran
pendidikan Agama Islam yang dirasa menjenuhkan, membosankan,
kurang diminati oleh siswa, dan tidak menumbuhkan motivasi dan minat
siswa untuk belajar, menjadi mata pelajaran yang disukai dan diminati
oleh siswa
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Ari. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Bungin, B. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Chang. Eunjung. 2006. Interactive Experiences and Contextual Learning in Museums. Journal of Issues an Research. Vol. 47, No. 2
Dafa Redaksi. 2006. Profil SMP Al-Azhar Syifa Budi Solo yayasan Amal Sahabat : Surakarta.
Daulay Putera Haidar, 2003, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta: Rienika Cipta.
Darojat. Zakiyah. 2004. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara
Depdiknas .2003. Indikator Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Balitbang Pusat Data dan Informasi Pendidikan.
______________ 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Jakarta: Pusker DIT PTKSD.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, S.B dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Erickson and Bern. 2001.”Contextual Teaching and Learning”. Journal of Economy. No. 2.
Fathurrohman, P dan Sutikno, S. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
http://www.cew.wise.edu/technet/ctl/. What is Contextual Teaching and Learning?.
http://www.malang.ac.id/jurnal/fs/sej/2001a.htm. Contextual Teaching and Learning: Sebuah Model Pembelajaran
http://www.suara merdeka.com/ harian/0601/12/opi04.htm. KBK Konsep dan Implementasinya.
Imel, Susan. 2000. “Contextual Teaching and Learning adult Education”. Journal of Educational Research. Vol. 99, No. 12.
Johnson, E.B. Penerjemah: Ibnu Setiawan. 2007. Contextual Teaching and Learning. Menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung : Penerbit MLC.
Depag RI, 2006. Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Depag.
Kokom. 2009.”The Effec of Contextual Learning in Civic Education on Student Civic Competence”. Journal of Social Seinces:. Vol.5.No.4.pp.262
Miles, M.B dan Huberman, M. Tanpa tahun. Analisis Data Kualitatif Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : UI Press.
Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Biodata
Nama : Mustaghfirin
Tempat tanggal lahir : Demak, 13 Juni 1977
Alamat rumah : Makam Bergolo Rt 01 Rw 08 kelurahan Serengan
Kecamatan Serengan Surakarta
Alamat Kantor : TA,TK dan SD Al-Azhar Syifa Budi Solo
Jl. Haryo panular No. 64 panularan Laweyan
Surakarta Telp /Fax (0271) 725306,736760.
Hp. 081329148291
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : 1. MI Miftahul Huda Jatisono Gajah demak 1989
2. MTS Miftahul Huda Jatidono Gajah Demak 1992
3. MA Salafiyyah Curug Tegowanu Grobogan 1997
4. S1 STAIMUS Surakarta Jurusan KPI 2002