Naskah: Dunia Orang-orang Mati

43

Click here to load reader

Transcript of Naskah: Dunia Orang-orang Mati

Page 1: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

1

DUNIA ORANG-ORANG MATI

Sandiwara Tiga Babak

Oleh: Saini K.M

Bandung, 1986

(Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009)

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 2: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

2

Kepada

RENDY HERRINDRA

SUMANTRI SOELIN

dan

PURWOTO HANDOKO

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 3: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

3

Dramatis Personae

DARMA 45 tahun Veteran; Ahli keuangan

JUARSA 50 tahun Veteran; Direktur utama sebuah bank

SUPANDI 45 tahun Veteran, Kepala bagian di bank tersebut

RUSLAN 45 tahun Veteran, Kepala bagian di bank tersebut

MAYA 35 / 40 tahun Istri Darma

ENJANG 30 tahun Pelayan

UYUNG 30 tahun Pelayan

SURYANA 50 tahun Direktur utama usaha kontraktor

HARRIS 45 tahun Kepala bagian di perusahaan tersebut

AJO 30 tahun Pelayan

YOPI 30 tahun Wartawan ekonomi & bisnis

MAS PARTO 45 tahun Pekerja di pekuburan Kristen

TAUDIN 45 tahun Sahabat Darma; Veteran

SUWAYA 45 tahun Sahabat Darma; Veteran

VAN REES 55/60 tahun Wakil sebuah perusahaan Multinasional AS

BEBERAPA PEKERJA KUBURAN Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 4: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

4

Babak I Ruang Kepala Bagian Analis Kredit pada sebuah bank di suatu kota besar di

Indonesia. Ada meja kerja, sebuah kursi bagi kepala bagian dan sebuah atau lebih kursi

untuk penghadap. Terdapat juga seperangkat kursi dan meja bagi para tamu. Pot-pot

penyegar ruangan dan lemari buku-buku akan menunjang suasana ruangan. Waktu pagi

hari. Pertengahan dasawarsa tujuhpuluhan.

Adegan 1 Ketika layar dibuka atau lampu dinyalakan, tampak Enjang sedang membersihkan

ruangan dengan seksama dan teliti sekali. Muncul Supandi.

ENJANG : Selamat pagi, Pak.

SUPANDI : Selamat pagi. (MELIRIK KE SEGALA ARAH DAN

MEMPERHATIKAN ENJANG BEKERJA). Bersih! Rapi! Segar!

ENJANG : (SENANG) Asyik! Sedap ya Pak!

SUPANDI : Kamu tidak pernah mengurus ruangan saya sebaik ini, ya?

ENJANG : (SADAR DAN BERFIRASAT BURUK) Siapa bilang, Pak?

SUPANDI : Saya yang bilang.

ENJANG : (MENCOBA MELOLOSKAN DIRI) Kalau begitu, sudahlah pak. Saya

mengaku.

SUPANDI : Mengaku apa?

ENJANG : (MENGHINDAR)Ruangan ini bersih dan rapi, Pak.

SUPANDI : (MENDESAK) Ya. Jadi mengapa?

ENJANG : Mengapa apa, Pak?

SUPANDI : Otakmu di mana, Jang?

ENJANG : Otak saya tidak penting, Pak. Yang penting tangan saya selalu di gagang

sapu, Pak.

SUPANDI : Kamu mengalihkan persoalan, ya?

ENJANG : Saya tidak mengerti maksud Bapak, Pak.

SUPANDI : (LEBIH MENDESAK) Sudah. Kamu jangan pura-pura. Mengapa kamu

pilih-kasih?

ENJANG : Pilih-kasih?

SUPANDI : Mengapa kamu merawat ruangan Pak Darma lebih baik daripada merawat

ruangan saya?

ENJANG : Astaga! Apa memang begitu, Pak?

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 5: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

5

SUPANDI : (MENDESAK) Berpura-pura lagi, ya? Mengapa kamu rawat ruangan ini

berbeda dengan ruangan lain.

ENJANG : (SEKENANYA) Kan Bapak bukan Pak Darma, Pak.

SUPANDI : Itu jelas. Tapi itu bukan alasan kamu melebihkan dia daripada saya.

ENJANG : Memang itu jelas, Pak.

SUPANDI : Jelas apa?

ENJANG : Bapak maunya apa?

SUPANDI : Astaga, Enjang!

ENJANG : Jelas Bapak bukan Pak Darma, kan?

SUPANDI : Jelas kamu pilih-kasih!

ENJANG : Kalau Bapak tidak setuju saya terus bekerja di sini, saya anggap kerja saya

di sini selesai. (BERGEGAS PERGI).

SUPANDI : Nanti dulu. Nanti dulu.

ENJANG : Kan Bapak tidak setuju saya merapikan ruangan ini.

SUPANDI : Bukan itu! Kamu belum mengaku.

ENJANG : Kan tadi sudah, Pak.

SUPANDI : Mengaku apa?

ENJANG : Tidak tahu, Pak. Terserah Bapak. (PERGI)

SUPANDI : Sialan!

Adegan 2 Muncul Uyung. Ia langsung merawat ruangan dengan seksama dan penuh pengabdian.

SUPANDI : Astaga!

UYUNG : Selamat pagi, Pak.

SUPANDI : (HERAN DAN KESAL) Uyung!

UYUNG : Ya,Pak.

SUPANDI : Ruangan ini sudah dibersihkan si Enjang!

UYUNG : (KECEWA) O, begitu Pak? Rupanya saya kedahuluan, padahal saya

ngebut dari rumah.

SUPANDI : Ruangan ini sudah bersih dan rapi. Kamu tak perlu mengurusnya lagi.

UYUNG : Kalau begitu lebih baik saya segera pergi ke tempat parkir:

SUPANDI : Ke tempat parkir?

UYUNG : Ya, Pak. Saya pergi sekarang, supaya tidak kedahuluan lagi (BERSIAP

PERGI).

SUPANDI : (MENCEGAT) Nanti dulu. Buat apa kamu pergi ke tempat parkir?

UYUNG : Cuci mobil Pak Darma, Pak.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 6: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

6

SUPANDI : Ooo, jadi kamu juga mencuci mobil Pak Darma, ya?

UYUNG : (MULAI SADAR ARAH PEMBICARAAN) Yang lain juga

melakukannya, Pak. Makanya saya mohon diri, saya bisa kedahuluan lagi

‘ni, Pak. (BERUSAHA PERGI. SUPANDI MENGHALANGINYA)

SUPANDI : Nanti dulu.

UYUNG : Ada apa, Pak?

SUPANDI : Jawab dulu pertanyaan saya.

UYUNG : Tanya yang lain saja,Pak. Saya tergesa-gesa ‘ni.

SUPANDI : Cuma kamu yang ada di sini. Kamu harus menjawab pertanyaan saya.

Jadi, kamu dan yang lain biasa mencuci mobil Pak Darma, ya?

UYUNG : Tidak saya saja, Pak, harap Bapak tahu. Enjang, Adun, Maman juga

mencucinya.

SUPANDI : Kenapa kamu dan juga yang lain tidak pernah mencuci mobil saya?

UYUNG : (GUGUP, BINGUNG) Saya tidak tahu , Pak.

SUPANDI : Tidak tahu? Jawaban macam apa itu?

UYUNG : Tidak tahu, Pak.

SUPANDI : Jadi kamu tidak tahu mengapa kamu mencuci mobil Pak Darma dan tidak

mencuci mobil saya?

UYUNG : Bukan, Pak.

SUPANDI : Jadi tidak tahu apa, heh?

UYUNG : (GUGUP) Tidak tahu jawaban macam apa itu tadi.

SUPANDI : Astaga! Uyung, Uyung! Baiklah, itu tidak penting. (MENDESAK)

Sekarang jawab: Kenapa kamu merawat ruangan Pak Darma lebih

bersungguh-sungguh dan mengapa kamu mencuci mobilnya?

UYUNG : Bukan saya saja, Pak, yang lain juga.

SUPANDI : (TAMBAH KESAL DAN BERTERIAK) Peduli amat dengan yang lain.

Saya tanya kamu. Kenapa kamu pilih-kasih?

UYUNG : (MERASA TERPOJOK) Apakah saya harus menjawab, Pak?

SUPANDI : Kamu digaji di antaranya untuk menjawab pertanyaan, Uyung!

UYUNG : Apakah Bapak tidak akan tersinggung, Pak?

SUPANDI : Astaga! Saya sudah tersinggung, Yung. Saya akan tersinggung kalau kamu

tidak menjawab.

UYUNG : Betul, Pak?

SUPANDI : Astaga! Darah tinggi saya bisa naik, Yung. Jawablah mengapa kamu,

kalian pilih kasih! Mengapa kalian merawat ruangan ini lebih baik dan

mengapa kalian mencuci mobil Pak Darma!

UYUNG : (NEKAD) Karena Pak Darma itu lain, Pak.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 7: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

7

SUPANDI : Lain?

UYUNG : Ya. Pak Darma tidak pernah sayang dengan uang kecil. Kalau beli rokok

atau yang lain, kembaliannya biasanya diberikan kepada kami.

SUPANDI : (SADAR AKAN GELAGAT BURUK) O, begitu.

UYUNG : (BERSEMANGAT) Lebih daripada itu, Pak. Beliau selalu bertanya

tentang keadaan keluarga kami, Pak.

SUPANDI : (RISI) Saya paham.

UYUNG : (KEJAM) Bapak belum paham. Kalau ada anggota keluarga kami yang

sakit beliau biasa menengok.

SUPANDI : (TERDESAK) Saya paham. Sudahlah. Kamu boleh pergi.

UYUNG : (MENDESAK) Tidak, Pak. Yang lain sudah mencuci mobil Pak Darma.

Lebih baik saya memberikan penjelasan kepada Bapak.

SUPANDI : Sudah cukup jelas, Yung.

UYUNG : Belum, Pak. Kalau beliau tidak dapat datang secara pribadi, biasanya

beliau mengirim pesan dan sumbangan.

SUPANDI : Sudahlah. Kamu boleh pergi.

UYUNG : Belum cukup jelas, Pak. Kalau dapat rezeki, misalnya kalau ada klien

yang tanpa diminta mengirim sesuatu, kami selalu mendapat bagian.

SUPANDI : Sudah jelas, Yung, kamu boleh pergi.

UYUNG : (TEGAS) Itulah sebabnya kami merawat ruangannya dengan seksama.

SUPANDI : Saya mengerti. Sekarang kamu boleh pergi.

UYUNG : Itulah sebabnya kami berlomba-lomba membawakan tasnya.

SUPANDI : Sudahlah, Yung, sudahlah.

UYUNG : Itulah sebabnya kami mencuci mobilnya dengan penuh kasih sayang,

seperti beliau menyayangi kami.

SUPANDI : Sudahlah, Yung, saya paham benar.

UYUNG : Saya digaji untuk menjelaskan ini, Pak. (PERGI)

SUPANDI : (MEMEGANG DADA KIRINYA) Aduh, tekanan darahku!

Adegan 3 Muncul Ruslan, salah satu di antara kepala-kepala bagian di bank itu.

RUSLAN : Belum datang?

SUPANDI : Belum. Sialan, biasanya dia datang lebih dulu dari siapapun. Pagi ini

malah dia terlambat.

RUSLAN : Ada apa dengan dadamu itu?

SUPANDI : Pelayan-pelayan itu sialan. Bisa pecah jantung saya karena ulah mereka.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 8: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

8

RUSLAN : Tinggalkanlah dulu pelayan-pelayan itu, Di. Kita harus mencari jalan

supaya si Darma setuju.

SUPANDI : Saya harus beristirahat dulu. (DUDUK)

RUSLAN : Nantilah kalau mau beristirahat. Saya sendiri hampir tidak tidur tadi

malam. Saya bangun terlambat dan terpaksa ngebut ke sini tadi. Hampir

menabrak orang di jalan. Eh, malah sekarang si Darma belum datang.

SUPANDI : Kenapa mesti gelisah betul? Sebentar lagi dia datang.

RUSLAN : Bagaimana tidak gelisah, Di? Kita sudah menerima hadiah, termasuk

Boss.

SUPANDI : Saya juga menerima hadiah, tapi tidak gelisah seperti kamu.

RUSLAN : Kamu tidak tahu, Di, apa yang terjadi dengan mobil hadiah itu.

SUPANDI : Apa yang terjadi?

RUSLAN : Begitu kami terima mobil itu, si Teddy, anak saya yang sulung, langsung

mengendarainya. Dan a… apa yang terjadi?

SUPANDI : Apa yang terjadi?

RUSLAN : Setengah jam saja dia pergi, kemudian kami terima telpon bahwa mobil itu

tabrakan.

SUPANDI : Astaga!

RUSLAN : Di samaping mobil hadiah itu rusak berat, kami pun harus mengganti

kerusakan mobil yang ditabraknya. Kamu tahu berapa, Di?

SUPANDI : Berapa?

RUSLAN : Dua ratus lima puluh ribu, Di.

SUPANDI : Rupanya kerusakannya berat juga mobil yang ditabrak itu.

RUSLAN : Cuma penyok sedikit, Di. Cuma sedikit.

SUPANDI : Lha kenapa harus kamu bayar dua ratus lima puluh ribu?

RUSLAN : Itulah, Di. Soalnya pemiliknya tentara, dan kumisnya, Di, kumisnya!

SUPANDI : Ada apa dengan kumisnya?

RUSLAN : Sebesar tanduk kerbau, Di. Persis bentuknya seperti tanduk kerbau. Siapa

yang tidak ngeri?

SUPANDI : Saya paham, memang kamu sial, Lan.

RUSLAN : Makanya saya gelisah, Di. Saying kan kalau si Darma tudaj setuju.

Bukankah kit harus mengembalikan hadiah itu kepada klien?

SUPANDI : Apa boleh buat.

RUSLAN : Kamu bisa mengatakan begitu, Di. Tapi bagaimana dengan saya? Saya

tidak bisa mengembalikan mobil yang sudah penyok-penyok. Saya juga

sudah rugi dua ratus lima puluh ribu rupiah. Di samping itu dibentak-

bentak si Kumis tanduk kerbau itu.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 9: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

9

SUPANDI : Saya paham.

RUSLAN : Kamu tidak akan paham perasaan orang yang hamper terkencing-kencin di

celananya dibentak si tanduk kerbau itu, Di.

SUPANDI : Saya juga tidak lebih beruntung, Lan.

RUSLAN : Ada apa dengan kamu?

SUPANDI : Pelayan-pelayan itu telah menghina saya, Lan. Saya harus memeriksakan

tekanan darah saya nanti sore. Jantung saya berdebum-debum rasanya dan

saya berkeringat dan lelah sekali.

Adegan 4 Muncul darma diiringi oleh Enjang yang menjinjing tasnya dan Uyung yang

membawakan barang-barangnya yang lain.

RUSLAN & SUPANDI : Selamat pagi, Dar.

DARMA : Hai! Selamat pagi! Tumben pagi begini kalian sudah datang.

RUSLAN : Kamulah yang kesiangan. Biasanya kamu dating pagi sekali, Dar.

DARMA : Habis kalian minta saya membuat analisa kredit terakhir itu dengan

segera. Punya Tek Wan itu. Saya terlambat tidur tadi malam karena ingin

merampungkan dan melaporkan pada kalian.

RUSLAN : Kami benar-benar ingin tahu hasilnya, Dar.

DARMA : Tergesa-gesa amat, sih.

SUPANDI : Soalnya si Teddy menabrak mobil tentara.

RUSLAN : Ssssshh !

DARMA : Si Teddy ? Anak Sulungmu itu?

RUSLAN : Ya. Tapi itu di luar persoalan, marilah kita bicara tentang hasiul kerjamu

itu. Kamu sudah menyelesaikannya, Dar?

DARMA : Sudah.

SUPANDI : Hasilnya bagaimana, Dar?

RUSLAN : Kamu setuju kan?

DARMA : Setuju?

SUPANDI : Maksudnya, klien kita itu diberi pinjam dua setengah milyar?

DARMA : Itu kan sangat tergantung pada kelayakan proyeknya. Kalian ini

bagaimana, sih. Saya tidak berada dalam kedudukan menyatakan setuju

atau tidak. Saya ahanya menyatakan layak atau tidak layaknya suatu

proyek dan memberikan rekomendasi.

RUSLAN : Tapi proyek itu layak diberi pinjaman dua setangah milyar, bukan?

DARMA : Mintanya memang dua setengah milyar.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 10: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

10

RUSLAN : Ya, Dar.

SUPANDI : Betul, Dar. Dua setengah milyar.

DARMA : (TERTAWA GELI) Yang benar saja. Kalian ini bagaimana? Paling-paling

layak untuk seperlimanya.

RUSLAN : (HAMPIR BERTERIAK) Seperlimanya?

DARMA : (TENANG) Ya, lima ratus juta.

SUPANDI : Astaga! (MENJATUHKAN DIRI KE KURSI). Sore ini saya harus

memeriksakan darahku. Jantungku.

RUSLAN : Dar, apakah pendapatmu itu mutlak?

SUPANDI : Dar, kamu tahu, hasil analisamu sangat penting bagi……..

Bagi…………… bagi klien kita itu.

DARMA : Jelas. Makanya dia mendesak kalian agar mendesak saya menyelesaikan

analisanya secepatnya, bukan?

SUPANDI : Maksud saya kamu, kamu bisa menolongnya, bukan?

DARMA : (HERAN) Lha, bukankah dengan membuat analisa itu saya sudah

menolongnya dari kemungkinan rugi?

RUSLAN : Jai pokoknya kamu tidak setuju memberi dia dua setengah milyar?

DARMA : Ini bukan soal setuju atau idak setuju. Ini soal masuk akal atau tidak

masuk akal.

SUPANDI : Jadi kamu anggap proyek klien kita itu tidak masuk akal?

DARMA : Masuk akal juga, Di, tapi hanya untuk lima ratus juta.

SUPANDI : Kamu yakin, Dar?

DARMA : (TERTAWA PAHIT) Saya dan anak-anak buah saya sudah bolak-balik

menghitungnya, Di. Kamu tahu, tugas saya tidak hanya melindungi klien

kita dari banyak kerugian, akan tetapi juga melindungi kekayaan Negara.

Jadi percayalah kepada saya dan anak-anak, bahwa proyek klien itu hanya

layak untuk lima ratus juta.

RUSLAN : Tidakkah kamu dan anak-anak buahmu bisa mengusahakan

menambahnya, Dar?

DARMA : (MULAI KESAL) Astaga, Lan! Bayangkan olehmu Tek Wan ini mau

mebangun sebuah gedung di tengah-tengah bangunan lain yang

diperguanakan sebagai kompleks pertokoan dan perkantoran. Kalian tahyu

bahwa gedung-gedung yang sudah adapun belum terisi semuanya. Ada

yang hanya terisi satu dari lima tingkat; ada bioskop yang hanya ditonton

tukang sapunya; ada kios-kios yang ditinggalkan lagi penyewanya karena

tidak ada pembeli. Jelas bukan bahwa saya harus melindungi klienmu dari

kerugian dan melindungi Negara dari pengerahan dana yang tak terarah?

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 11: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

11

SUPANDI : Barangkali memang kamu ahli di bidangmu, Dar. Akan tetapi kamu harus

sadar bahwa klien kita itu.wiraswastawan yang berpengalaman dan

berhasil. Dia orang lapangan, Dar. Ada hal-hal yang luput dari

perhitungan belakang meja. Oelh karena itu, kamu tidak dapat yakin

secara mutlak tentang perhitungan-perhitunganmu.

RUSLAN : Dan boss sudah setuju memberinya pinjam dua setengah milyar, Dar.

DARMA : Kalian tahu saya hanya melaksanakan tugas. Tgas saya menganalisa

usulan kredit sesuai dengan cara-cara yang baku. Unutk itu sudah

dikerahkan tenaga beberapa insinyur teknik industri. Perhitungan mereka

saya periksa dan meyakinkan saya. Saya hanya bersedia memberikan

rekomendasi kalau Tek Wan memimjam dalam jumlah yang masuk akal.

RUSLAN : Kamu harus tahu, boss sudah siap menandatangani formatnya, Dar.

DARMA : (HERAN) Barangkali itu bukan urusan saya, Lan. Tugas saya melapor dan

memberikan rekomendasi. Rekomendasi saya negative terhadap proyek

klienmu itu.

SUPANDI : Lan, kalau Darma tidak setuju kita tidak perlu mebicarakannya lebih

lanjut.

DARMA : Saya sudah mengatakan, ini bukan soal setuju atau tidak setuju. Ini adalah

soal layak atau tidak layak. Layak atau tidak layak proyek itu tidak saya

yang menentukan akan tetapi perhitungan-perhitungan yang saya buat

dengan bantuan Ir. Prasadi dan Ir. Sambas

RUSLAN : Kalau begitu kita masalahkan boss. Ini persoalan boss juga, Di?

DARMA : Silakan kalian membicarakannya, tugas dan persoalan saya sudah saya

selesaikan. Saya sudah merasa cukup berusaha melindungi klien dari

kerugiannya dan melindungi Negara dari pengerahan dana yang tidak

benar.

SUPANDI : Kami akan membicarakannya dengan boss.

DARMA : Silakan

SUPANDI : Mari, Lan (MEREKA PERGI)

Adegan 5 Muncul Enjang membawa baki berisi poci, cangkir dan toples.

DARMA : Mengapa baru sekarang, Jang ?

ENJANG : Tadi ada Pak Supandi dan Pak Ruslan, Pak.

DARMA : Lha, apa salahnya kamu membawa teh saya selagi mereka ada di sini ?

ENJANG : (KIKUK) Ita, Pak, Mereka suka cemburu.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 12: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

12

DARMA : Cemburu ?

ENJANG : Perlengkapan minum lain daripada yang mereka pergunakan, Pak.Lebih

baik bahkan daripada yang dipergunakan Bapak Kepala.

DARMA : Apa bagitu ?

ENJANG : Ya, Pak.

DARMA : Mengapa begitu ?

ENJANG : Ini bukan perlengkapan kantor, Pak.

DARMA : (HERAN) Nanti dulu. Ini bagaimana ?

ENJANG : Bu Nunung menggantinya dengan yang ada di rumahnya, Pak.

DARMA : Mengapa?

ENJANG : Bu Nunung ingin Bapak mempergunakan poci dan cangkir yang lebih

baik, Pak.

ENJANG : Ketika Bu Nunung mengajukan usul, kami semua setuju, Pak.

DARMA : Saya tidak tahu, apa yang harus saya katakana Jang (MINUM).

ENJANG : Tehnya juga lain, Pak.

DARMA : Lain ?

ENJANG : Si Uyung pesan dari uwaknya, Pak. Katanya itu teh yang paling baik di

seluruh dunia dan tidak dijual di toko.

DARMA : Memang enak. Katakan terimakasih kepada kawan-kawanmu.

ENJANG : Dan kue itu dari Soleh, Pak.

DARMA : O. Terima kasih.

ENJANG : Pak ?

DARMA : Ya ?

ENJANG : Betulkah Bapak akan dipindahkan ?

DARMA : (HERAN) Saya tidak tahu. Dari mana kamu dengar kabar itu?

ENJANG : Katanya Bapak akan jadi kepala sebuah cabang diinokota suatu propinsi.

DARMA : Siapa bilang begitu ?

ENJANG : Saya dengat dari kawan-kawan dan kawan-kawan dengar dari yang lain.

Katanya, Pak Markum akan menggantikan Bapak.

DARMA : Begitukah ?

ENJANG : Ya, Pak. Katanya Bapak memang sangat ahli, akan tetapi Bapak agak

kaku dan kurang pandai bekerja sama di sini.

DARMA : O, begitu.

ENJANG : Kami akan merasa sedih dan kehilangan kalau Bapak pindah.

DARMA : Janganlah kamu terlalu percaya desas-desus, Jang. Disamping itu saya

tidak bisa dipindah-pindah dengan seenaknya saja.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 13: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

13

ENJANG : Mudah-mudahan itu tidak benar, Pak.

DARMA : Ah, enak juga kuenya ini. Bilang terima kasih pada Soleh.

ENJANG : Dia akan senang sekaliBapak suka kue itu, Pak.

Adegan 6 Muncul Maya

DARMA : (TERKEJUT) Mam ? Ada apa? Apa si tito berkelahi lagi ?

MAYA : (HERAN TAPI KEMUDIAN TERSENYUM) Jangan pura-pura, Pap.

DARMA : (HERAN) Pura-pura ?

MAYA : Ternyata Papi pandai main sandiwara, ya ?

DARMA : (BINGUNG) Main sandiwara ?

MAYA : Sudahlah, jangan berlagak pilon. Rahasiamu sudah bocor. Sudah

terbongkar (TERTAWA).

DARMA : Astaga ! Apa saya mimpi ? Apa barangkali karena kurang tidur ?

MAYA : (GELI DAN SENANG) Sudahlah, Pap. Bayangkan, Pak Juarsa sendiri

yang menilon.

DARMA : Menilpon ? Menilpon apa ?

MAYA : Aduh pura-puranya. Apa harus saya jelaskan ? Masih mau main sandiwara

rupanya ?

DARMA : Saya benar-benar tidak mengerti, Mam!

MAYA : Pak Juarsa sendiri menilpon. Katanya saya harus datang ke sini karena

kamu punya surprise bagi saya, Pap. Nah sekarang jelas, bukan. Sekarang

jelas rahasiamu terbongkar, bukan ?

DARMA : Rahasia apa ?

MAYA : (TERTAWA) Sudahlah, tidak perlu main sandiwara lagi.

Adegan 7 Muncul Juarsa, Supandi dan Raslan, Enjang segera pergi.

JUARSA : Memang kamu tidak usah berpura-pura, Dar.

MAYA : O, Bapak. Selamat pagi, Pak.

JUARSA : Selamat pagi.

MAYA : Selamat pagi, Pak Pandi, Pak Raslan.

SUPANDI DAN RASLAN : Selamat pagi, Bu Darma.

JUARSA : Nah, sekarang upacaranya bisa dimulai, bukan ?

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 14: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

14

DARMA : Upacara apa ?

MAYA : (MULAI BIMBANG). Tampaknya dia benar-benar bingung. Kamu

memang pandai main sandiwara atau kena surprisemu sendiri, Pap ?

DARMA : (BERFIRASAT BURUK) Kamu boleh menganggap ini sandiwara, akan

tetapi saya kira ini sungguh-sungguh.

JUARSA : Darma benar. Marilah kita tinggalkan sandiwara ini dan kita mulai

bersungguh-sungguh. (KEPADA MAYA) Bu Darma, Anda tahu benar

betapa besar jasa suami Anda bagi kemajuan usaha kita. Kami juga tahu,

betapa besar cinta suami Anda kepada Anda. Sejak lama ia ingin

mengungkapkan cintanya yang besar itu kepada Anda dengan sebaik-

baiknya, akan tetapi kesempatan itu belum datang uga. Itulah sebabnyu

kami semua membantunya. Hari ini, saat ini, kami harap akan menjadi

saat-saat yang paling indah bagi Anda dan suami Anda. Akhirnya suami

Anda dapat mencapai cita-citanya. Ia dapat menepati janji kepada dirinya

sendiri. Oleh karena itu, tadi Anda saya panggil untuk melaksanakan

upacara yang hikmat ini. (KEPADA RUSLAN) Pak Raslan, bawalah

hadiah itu dan juga cermin itu. (RASLAN MENYERAHKAN KOTAK

KECIL DAN MENGAMBIL SERTA MENYIAPKAN CERMIN.

JUARSA MEMBUKA KOTAK DAN MENGAMBIL ISINYA, LALU

MENYERAHKAN KOTAK KEPADA SUPANDI). Atas nama cinta

kasih yang tak terhingga dan atas nama persahabatan kami yang terjalin

sejak kami sama-sama bergerilya di hutan-hutan di Jawa Barat, dengan ini

saya persembahkan kalung, gelang dan giwang ini kepada Anda.

(MENYERAHKAN PERHIASAN MEWAH GEMERLAPAN KEPADA

MAYA, RASLAN MENYIAPKAN CERMIN DI DEPAN MAYA).

MAYA : O, Papi ! O ! Terima kasih, Papi! (MERANGKUL DARMA,

MEMAKAIKAN KALUNG DAN GELANG, MENGHADAP CERMIN).

O ! Indah sekali ! Terima kasih Papi, Pak Juarsa, Pak Pandi, Pak Raslan.

(KEPADA DARMA) Papi, ternyata kamu tahu bahwa saya sering bolak-

balik di depan toko Mas Galaxy hanya untuk memandang perhiasan ini.

Kamu benar-benar memahami keinginan istrimu walaupun kamu terus-

menerus berpura-pura.

JUARSA : Kamu benar-benar suami yang baik, Dar. Kami benar-benar iri dengan

gagasanmu yang hebat ini.

MAYA : Saya tahu, kamumemang hebat, Pap. Kamu kadang-kadang memang agak

aneh tapi kamu begitu banyak gagasan. Dan saya juga tahu sekarang,

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 15: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

15

bahwa kamu pandai menyimpan rahasia dan berpura-pura, bahkan kepada

istrimu sendiri. Terima kasih, sekali lagi terima kasih, Pap. Kenapa kamu

diam saja ?

JUARSA : Sebanarnya kita segera meninggalkan ruangan ini, Di, Lan. Berilah suami-

istri yang berbahagia ini untuk berduaan. (KEPADA MAYA) Bu Darma,

suami Anda harus menandatangani tanda terima perhiasan ini dulu.

(KEPADA SUPANDI) Di, serahkan mapnya kepada Darma. (SUPANDI

MENYERAHKAN MAP REKOMENDASI PEMBAGIAN KREDIT,

DARMA MEMBUKANYA DAN UNTUK BEBERAPA LAMA

MEMANDANGNYA. IA MENGAMBIL VULPENNYA, AKAN

TETAPI KEMUDIAN MEMASUKKANNYA KEMBALI. INI

DILAKUKANNYA BEBERAPA KALI SEMENTARA YANG LAIN

MEMPERHATIKANNYA, SELAIN MAYA YANG LEBIH

MEMPERHATIKAN BAYANGAN DIRINYA DI DALAM CERMIN).

Tanda tanganilah demi istrimu yang kamu cintai, Dar.

MAYA : (MULAI MENYADARI AKAN ADANYA SESUATU YANG ANEH)

Mengapa kamu belum juga menandatanganinya, Pap ?

JUARSA : Tandatanganilah, Dar. Bukankah kamu mencintai istrimu ?

DARMA : (BIMBANG) Kamu tidak mengerti, Mam.

MAYA : Tidak mengerti ? Apa ini ? Memang saya tidak mengerti mengapa kamu

tidak menantanganinya ?

JUARSA : Tandatanganilah. Jangan terus main sandiwara, Dar.

DARMA : (KEPADA JUARSA). Saya tidak menduga kamu akan memperlakukan

saya seperti ini, Ju. Saya bicara bukan sebagai bawahan kepada atasan,

akan tetapi sebagai kawan seperjuangan. Sungguh saya tidak menyangka

kamu sampai hati.

JUARSA : Zaman sudah berubah, Dar. Kamu tidak dapat bersikap dan bertingkah

kaku.

DARMA : Tapi ini soal prinsip, Ju. Kita bertempur melawan Belanda bukan untuk

ini. Berubah bukan berarti melepaskan prinsip.

MAYA : Apa ini ?

JUARSA : Tenanglah, Bu. Biasa. Salah satukeanehan Darma. Ia masih senang main

sandiwara rupanya.

MAYA : Sudahlah, Pap. Tandatanganilah.

DARMA : Mami, kamu tidak tahu berapa harga perhiasan itu. Harganya dua milyar.

Dengar itu. Dua milyar dan itu bukan uang kita. Itu uang rakyat.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 16: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

16

MAYA : Apa ini ?

JUARSA : Baiklah, Dar. Tapi kamu tidak punya pilihan lain. Lihatlah istrimu.

MAYA : Papi, apa ini. Katakanlah, apa ini ?

DARMA : Kamu tidak akan mengerti. Tapi baiklah akan saya jelaskan. Semua

upacara ini mereka adakan agar saya mau menandatangani format analisa

kredit sebesar dua setengah milyar untuk sebuah proyek yang menurut

pendapat saya hanya berharga setengah milyar. Kamu sekarang

seharusnya mengerti bahwa perhiasan itu merupakan sebagian dari

sogokan klien agar bank mau mengeluarkan dana duasetengah milyar itu.

MAYA : Saya tidak mengerti.

JUARSA : Tidak hanya Anda, Bu Darma, yang tidak mengerti jalan pikirannya, akan

tetapi kami semua juga sering tidak mengerti. (KEPADA DARMA)

walupun begitu, Dar, kamu tidak punya pilihan.

DARMA : Saya tahu. Saya tidak bisa melawan kamu semua dan klien itu. Akan tetapi

kalian keliru kalau kalian beranggapan saya mau menyerah. (KEPADA

MAYA) Mami, lepaskanlah perhiasan itu.

MAYA : Apa ini ? Apa arti semua ini ?

JUARSA : Artinya jelas, Bu Darma, bahwa suami Anda mengundurkan diri sebagai

Kepala Bagian Analisa Kredit.

DARMA : Ya. Bukan hanya dari Bagian Analisa Kredit, saya mengundurkan diri dari

bank ini. Saya memutuskan hubungan kerja dengan bank ini saat ini juga.

(MENGAMBIL TAS DAN PERGI).

MAYA : Kamu keterlaluan, Pap. Masa ? Masa tidak mau tanda tangan ?

DARMA : (MUNCUL LAGI) Ayo, cepat lepaskan perhiasan itu. Mari kita pergi !

MAYA : Tidak !

DARMA : Lepaskan, itu bukan punya kamu!

MAYA : Kamu memang terlalu. Pantas kamu dianggap aneh, dianggap linglung,

dianggap sinting oleh kawan-kawanmu. Disangkanya saya tidak pernah

mendengar gunjingan tentang kamu. Kamu ini suami macam apa?

DARMA : Saya tak perduli saya ini suami macam apa. Tapi lepaskan perhiasan itu.

MAYA : Tidak!

DARMA : Kamu kira kamu akan bisa membayar harganya?

MAYA : (MELEPASKAN PERHIASAN) Kamu terlalu! Kawan-kawanmu benar.

Kamu sinting! Saya putuskan hubungan perkawinan kita! (DARMA

PERGI. MAYA MENGEJARNYA SAMPAI MENJERIT-JERIT). Kamu

sinting, kamu linglung! Suami macam apa kamu ini? Kamu sok suci!

Terkutuk kamu! (HENING)

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 17: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

17

JUARSA : Siapkan surat keputusan pengangkatan Markum.

SUPANDI : Segera, Pak.

RUSLAN : Pak, bagaimana kalau di mengoceh kepada wartawan?

JUARSA : Kita cukup punya banyak kertas untuk menyumpal mulut usil wartawan-

wartawan itu.

BLACKOUT

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 18: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

18

Babak 2 Ruang Direktur pada suatu perusahaan swasta. Perlengkapan yang ada sama

dengan. Perlengkapan yang ada pada babak 1, kecuali warna, gaya dan letaknya yang

sedikit berbeda. Pagi hari, kira-kira jam 10 (sepuluh)

Adegan 1 Ketika layar dibuka atau lampu dinyalakan tampak Suryana, direktur perusahaan, sedang

mengawasi Ajo, pelayan, mematut-matut ruangan.

SURYANA : Hari ini harus lebih rapi daripada hari-hari biasa, Jo.

AJO : Baik, Pak.

SURYANA : Pak Darma sudah datang?

AJO : Setengah delapan sudah datang, Pak, tapi pergi lagi. Saya diminta

menyampaikan kepada Bapak bahwa beliau akan mengontrol proyek di

Cimangga.

SURYANA : Seharusnya Pak Darma sudah kembali, Jo.

AJO : Kata beliau, beliau tidak akan lama, Pak.

SURYANA : Cukup, Jo. Nah, jangan digeser lagi potnya.

AJO : Begini, Pak?

SURYANA : Ya. Baiklah, kamu bisa pergi. Kalau Pak Darma sudah datang, katakan

Bapak menunggu di sini.

AJO : Baik, Pak. (PERGI).

ADEGAN 2 Darma masuk hampir bertabrakan dengan Ajo.

DARMA : Up!

AJO : Aduh! Maaf, Pak. Ah rupanya sudah diperlukan rambu-rambu lalu lintas

di kantor ini. (PERGI)

DARMA : Rem kamu barangkali sudah blong, Jo.

AJO : Untung rem Bapak masih kuat makannya. Permisi, Pak.

DARMA : Yuk! (KEPADA SURYANA YANG DUDUK DI KURSI). Dia belum

datang?

SURYANA : Bilangnya mau datang kira-kira jam sepuluh. Sekarang sudah lebih

sepuluh menit.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 19: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

19

DARMA : Saya kira dia sudah datang, jadi sopir saya suruh ngebut tadi.

SURYANA : Saya khawatir kamu tidak datang. Saya perlu bahan-bahan darimu dan

bantuanmu.

DARMA : Apa yang dia butuhkan, Sur?

SURYANA : Dalam teleponnya dia bilang, dia ingin keterangan dan penjelasan tentang

faktor-faktor yang mendorong kemajuan usaha kita.

DARMA : Saya kira kamu sendiri bisa menjawabnya, Sur.

SURYANA : Memang, akan tetapi secara garis besar saja. Perinciannya kamulah yang

menjawab.

DARMA : Saya sedang ada pekerjaan yang tidak boleh terlambat, Sur.

SURYANA : Mungkin hanya setengah jam waktu yang diperlukan, Dar.

DARMA : Begini saja. Kalau dia datang nanti, kamu dulu yang menghadapi.

Seandainya pertanyaannya memerlukan jawaban terperinci, panggil saja

saya.

SURYANA : Okey.

DARMA : Jadi saya bisa mengerjakan garapan itu sekarang, bukan?

SURYANA : Okey. (DARMA BANGKIT). Eh, Dar, saya dengar anakmu sedang

berlibur di sini?

DARMA : Oh, si Tito. Ya, selama dua minggu libur kenaikan kelas dia berlibur di

sini.

SURYANA : Rupanya hati ibunya sudah menjadi lunak sekarang. Kalau tak salah dulu

anakmu tidak pernah diberi izin mengunjungimu.

DARMA : Sebetulnya tidak begitu. Dulu masih terlalu kecil, masih kolokan.

Sekarang sudah dapat berdiri sendiri. Walupun begitu, selama dia berlibur

saya tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas di rumah. Saya harus

membawanya ke berbagai tempat.

SURYANA : Anggap saja kamu sendiri yang berlubur. (KETUKAN). Silahkan masuk.

DARMA : Sebaiknya saya pergi sekarang. (PERGI)

ADEGAN 3 Muncul Yopi, wartawan suatu berkala ekonomi dari ibukota. Mereka bersalaman.

YOPI : Saya Yopi, Pak, yang kemarin menelepon Bapak.

SURYANA : O, ya. Silahkan duduk. Kapan dari Jakarta?

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 20: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

20

YOPI : Dua hari yang lalu, Pak. Saya melihat-lihat daerah-daerah di sini,

diantaranya mengunjungi proyek-proyek yang ditangani perusahaan

Bapak.

SURYANA : Bagus.

YOPI : Agar tidak terlalu memboroskan waktu Bapak, sebaiknya wawancaranya

kita mulai saja, Pak.

SURYANA : Silahkan, silahkan.

YOPI : Seperti yang saya kemukakan di telpon, saya ingin tahu hal-hal yang

mendorong kemajuan perusahaan Bapak, yang menurut beberapa

pengamat, sangat cepat.Ini penting sekali bagi pembaca kami, khususnya

mereka yang berberak dalam business.

SURYANA : Okey. Pendorong pertama dan utama adalah idealisme.

YOPI : (SAMBIL MENCATAT ATAU MENYODORKANH RECORDER

KECIL) Maksud Bapak?

SURYANA : Perlu anda ketahui, bahwa semua pimpinan perusahaan ini adalah

eksponen Angkatan Empat Lima. Saya sebagai Direktur Utama, Pak

Harris sebagai Direktur Pemasaran, Pak Darma sebagai Direktur

Anggaran dan perencanaan adalah kawan-kawan lama. Kami adalah

anggota-anggota Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan. Begitu

penyerahan Kedaulatan dari fihak Belanda kepada Republik Indonesia

Serikat dilaksanakan, kami langsung kembali ke sekolah. Dengan

dilandasi semangat empat lima dan didorong itikad untuk mengisi

kemerdekaan, kami semua belajar dengan bajk dan setelah menyelesaikan

sekolah, kami terjun ke dalam dunia business.

YOPI : Kalau begitu, sudah cukup lama Bapak bergerak di bidang business, Pak.

SURYANA : Sudah hampir duapuluh lima tahun.

YOPI : Baiklah, Pak. Tadi Bapak mengatakan bahwa idealisme dan semangat

empat lima menjadi pendorong kemajuan usaha Bapak. Bagaimana Bapak

menerapkan semangat Empat Lima itu dalam praktek berusaha?

SURYANA : Perusahaan ini dijalankan secara kekeluargaan.

YOPI : Maksud Bapak?

SURYANA : (GUGUP) Em……….em….Perinciannya lebih baik bukan saya yang

menjawab. (BERSERU). Pak Darma!

Adegan 4 Muncul Darma dan langsung duduk.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 21: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

21

SURYANA : Silahkan tanyakan langsung kepada Pak Darma yang bertindak sebagai

orang lapangan.

YOPI : Bapak Direktur Anggaran bukan?

DARMA : Ya.

SURYANA : Tugas Pak Darma tidak hanya meliputi perencanaan dan penegelolaan

modal dan anggaran, akan tetapi juga kesejahteraan pegawai.

YOPI : Begini, Pak. Tadi Pak Suryana menjelaskan kepada saya bahwa

perusahaan ini dikelola secara kekeluargaan. Saya kira, pengelolaan secara

itulah diantaranya yang memungkinkan perusahaan ini di dalam tiga tahun

terakhir maju dengan cepat sekali. Dapatkah Bapak menjelaskan kepada

saya bagaimana azas kekeluargaan itu diterapkan dalam kegiatan sehari-

hari?

DARMA : Sederhana saja. Semua pegawai perusahaan ini kami anggap sebagai

anggota keluarga. Kami berusaha agar mereka berada di dalam perusahaan

seperti di dalam keluarga.

YOPI : Maksud bapak?

DARMA : Mereka harus merasa aman dan terjamin.

YOPI : Caranya bagaimana?

DARMA : Yang sudah memperlihatkan kesetiaan dalam jangka waktu tertentu kami

beri semacam saham.

YOPI : Jangka waktu berapa lama, Pak?

DARMA : Lima tahun. Jadi, saya belum berhak mendapatkan saham, karena baru

tiga tahun bekerja di sini.

YOPI : Ah, jadi Bapak baru di sini?

DARMA : Tiga tahun. Sebelumnya saya bekerja di sebuah bank, di ibu kota.

YOPI : Kalau begitu, kehadiran bapak di sini bersamaan dengan pesatnya

kemanjuan perusahaan.

SURYANA : Darmalah yang memanjukan perusahaan.

DARMA : Tidak benar. Tanpa pengertian Pak Suryana sebagai direktur utama, tidak

mungkin ada kemajuan.

YOPI : Baiklah, saya tertarik pada pemberian saham itu, Pak. Apakah menurut

pendapat bapak pemberian saham merupakan salah satu pendorong

kemajuan perusahaan ini?

DARMA : Mungkin.

SURYANA : Pak Darma terlalu rendah hati. Saya yakin, pemberian saham itu benar-

benar merupakan salah satu pendorong.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 22: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

22

YOPI : Saya paham, Pak.

SURYANA : Tapi tidak hanya pemberian saham yang kami laksanakan di sini.

YOPI : Apalagi kebijaksanaan yang kira-kira mendorong peningkatan daya kerja

itu, Pak?

SURYANA : Perasaan terjamin. Penjelasannya mintalah pada Pak Darma.

YOPI : Saya benar-benar penasaran, Pak.

DARMA : Keuntungan perusahaan tidak seluruhnya dipergunakan secara konsumtif.

YOPI : Contohnya?

DARMA : Kemajuan usaha tidak berarti kenaikan gaji atau pemberian bonus.

Pertama, kami salurkan sebagian sebagai dana pensiun. Maka, sejak tiga

tahun yang lalu, setiap pegawai kami sudah punya buku tabungan bank.

Kedua, keuntungan itu sebagian disalurkan untuk pembukaan usaha-usaha

baru, yaitu perluasan kesempatan kerja. Kesempatan kerja ini pertama-

tama diberikan kepada sanak keluarga pegawai kami. Terakhir, misalnya,

kami akan membuka Taman Kanak- Kanak. Gagasan ini timbul karena

tiba-tiba disadari bahwa ada empat orang gadis anak pegawai bersekolah

untuk jadi guru Taman Kanak-kanak; di samping itu kami sadar pula,

banyak pegawai yang harus bayar uang pangkal tinggi kalau

meemasukkan anak mereka ke Taman Kanak-kanak. Maka dibuatlah

perencanaan pendirian Taman Kanak-kanak Perusahaan, yang akan

menampung anak-anak pegawai, baik sebagai guru maupun sebagai

murid, dan juga anak-anak mereka yang tinggal dekat-dekat ke sini.

YOPI : Saya paham, Pak. Apakah intisari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang

dikeluarkan perusahaan ini?

DARMA : Tidak mudah mengatakannya, Saudara Yopi. Mungkin kami boleh

mengatakan bahwa perusahaan kami ingin memperlakukan semua

pegawai sebagai manusia dan tidak cuma sekedar alat yang dapat dibuang

atau diganti.

YOPI : Saya paham, Pak. Saya paham. Ini menarik, benar-benar menarik.

Adegan 5 Muncul Harris. HARRIS : Maaf mengganggu. Rupanya ada tamu. Na, Dar, dapatkah kalian

menyelang sebentar?

SURYANA : Kita atur saja. Saudara Yopi, bagaimana kalau saudara beristirahat dulu

dan nanti kalau perlu kita bicara lagi nanti?

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 23: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

23

YOPI : Saya juga tidak mau mengganggu, Pak.

SURYANA : Tidak, tidak mengganggu. Sementara Saudara minum dulu. (KEPADA

AJO) Jo, Ajo!

AJO : (MUNCUL DI PINTU) Antar Pak Yopi ke Kantin.

YOPI : Nanti saya kembali untuk membuat foto-foto, Pak.

SURYANA : Silakan. (YOPI PERGI). Bagaimana, berhasil?

HARRIS : (GEMBIRA) Kita berhasil, Na, Dar. Ini proyek paling besar yang pernah

kita dapat. Kita terpilih sebagai partner dalam suatu joint-venture di

bidang eksplorasi migas. Pihak Amerika menganggap kualifikasi kita

paling tinggi. Kita sudah sembilan puluh sembilan persen terpilih.

Perincian-perincian sedang diolah oleh anak-anak. Kalian bias segera

memeriksanya nanti.

SURYANA : Syukurlah kalau begitu.

HARRIS : Segala biaya yang kita keluarkan untuk mendapatkan proyek ini Insya

Allah akan kembali.

SURYANA : Tapi, mengapa tadi kamu bilang proyek ini baru Sembilan puluh Sembilan

persen pasti?

HARRIS : Itulah yang ingin saya bicarakan.

SURYANA : Memangnya, ada masalah apa? Ada pejabat yangingin membonceng?

HARRIS : Bukan. Soal begitu sudah ada pola pemecahannya. Akan tetapi yang ini

lain.

SURYANA : Lain?

HARRIS : Begini, Na, Dar. Manajer Lokal fihak sana, yang bernama van Rees,

mengajukan permintaan khusus. Ia minta disediakan rumah lengkap

dengan isinya.

SURYANA : Itu bukan persoalan sama sekali.

HARRIS : Rumah lengkap dengan istrinya itu berarti meliputi seorang sekretarise

yang all-in.

DARMA : All-in?

HARRIS : Maksudnya, siang jadi sekretarise malam jadi kawan tidurnya.

DARMA : Astaga!

HARRIS : Ada tambahnya. Karena van Rees ini umurnya hamper enam puluh tahun

ia minta agar sekretarise itu berumur antara tiga puluh lima empat puluh.

SURYANA : Apakah itu merupakan persoalan?

HARRIS : Sama sekali tidak, walaupun lebih mudah tentunya mencari gadis-gadis

dua puluhan. Akan tetapi, kata van Rees, ia ingin hidup dengan wanita

dewasa yang bias diajak mengobrol. Tentu saja harus cantik, katanya.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 24: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

24

DARMA : (MENYELA) Saya kira kita menghadapi suatu persoalan yang sungguh-

sungguh.

HARRIS : Yang jadi persoalan ialah bahwa van Rees tidak mau membayar wanita itu

dari tangannya sendiri. Ia mengatakan, pergaulannya dengan wanita itu

ingin memberikan kesan sebagai suami-istri yang normal. Oleh karena itu,

ia minta bantuan kepada kita untuk membayarkan hak wanita itu setiap

bulan melalui Bagian Keuangan kita di sini.

SURYANA : Sama sekali tidak ada persoalan.

DARMA : Saya tidak setuju!

HARRIS : Lha, mengapa?

DARMA : (HERAN) Tapi bukankah ini bertentangan dengan idealisme kita?

Bukankah ini bertentangan dengan segala yang kita cita-citakan? Dengan

moral?

SURYANA : Dar, kalau kita mencampur-aduk moral dengan ekonomi kita akan

kebingungan sendiri.

DARMA : Tapi saya tidak bisa membayangkan bahwa kita akan terlibat dalam

suatu.......pelacuran, ya, penjualan manusia.

HARRIS : Hal-hal seperti itu sudah biasa, Dar.

DARMA : Walaupun sudah biasa, itu tidak benar.

SURYANA : Kalau sudah bicara tentang kebenaran, kita tidak berada dalam dunia

nyata, akan tetapi di dunia filsafat, Dar. Kamu tahu, sampai sekarang

pertanyaan Pilatus belum ada yang dapat menjawab : Apakah kebenaran

itu?

DARMA : Saya tidak tahu tentang filsafat, Na, Ris. Tapi masalah yang kita hadapi

sangat sederhana, bahwa ada wanita, wanita Indonesia, yang akan kita jual

demi proyek joint-venture itu.

HARRIS : Kamu bingung, Dar. Kita tidak menjual siapa-siapa. Wanita itu yang

menjual dirinya, atau tanggung jawabnya sendiri.

DARMA : Tapi kita membantunya, Ris.

HARRIS : Tanpa kita bantu pun dia akan berhasil menjual dirinya.

DARMA : Kamu benar, akan ettapi………………….

SURYANA : Saya paham akan perasaanmu, Dar. Akan tetapi dunia nyata menuntut kita

untuk pada saat-saat tertentu kita meninggalkan perasaan.

DARMA : Ini bukan soal perasaan, Na. Ini soal prinsip.

HARRIS : Jadi kamu usul supaya kita menolak permintaan van Rees?

DARMA : Kalau itu dapat dilakukan, mengapa tidak?

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 25: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

25

HARRIS : Dar, kamu harus mengerti, bahwa kalau kita menolak proyek itu mungkin

jatuh ke tangan orang lain. Kamu harus dapat membayangkan, betapa

keras pejuangan yang telah kami lakukan, saya dan anak-anak, untuk

memenangkan proyek itu. Betapa keras dan bengis persaingan yang harus

kami hadapi.

DARMA : Kalau van Rees tidak mau membayarkan uang seakan akan ia membayar

pelacur, mengapa beban itu harus diletakkan di pundak kita?

SURYANA : Saya ada jalan tengah. Harris, sebaiknya Darma tidak dilibatkan dalam

persoalan itu. Kamu sendirilah yang mengurusnya. Artinya, dana untuk itu

tidak perlu lewat Direktur Anggaran.

HARRIS : Memang dana itu tidak tertulis dalam kontrak, Na.

SURYANA : Itu lebih baik. Bagaimana kamu, setuju, Dar? (DARMA DIAM SAJA.

SURYANA BERJALAN KE ARAH DARMA DAN SAMBIL

MEMEGANG PUNDAKNYA MELANJUTKAN BICARA). Saya paham

akan perasaan kamu dan prinsipmu adalah prinsip kita juga. Akan tetapi,

di dalam kenyataannya, kita tidak dapat mendesakkan prinsip kita secara

kaku. Kita harus berkompromi. Kita boleh kalah dalam pertempuran, akan

tetapi tidak dalam perang. Bukanah itu yang sering kamu ucapkan dulu,

ketika kita mengembara di hutan-hutan di sekitar Ujungjaya atau Gunung

Kareumbi? Kita kalah dalam pertempuran untuk memenangkan perang,

Dar.

DARMA : (SETELAH HENING). Saya minta saya tidak dilibatkan dan tidak diajak

bicara lagi tentang urusan itu.

SURYANA : Okey. Okey.

HARRIS : Jadi persoalannya selesai. Terima kasih, Dar. Saya benar-benar lega. Saya

sudah mengurus semuanya, Na. semuanya sudah beres.

SURYANA : Sudah beres bagaimana?

HARRIS : (MENDEKAT KEPADA SURYANA) Bahkan van Rees sudah memilih

salah seorang calon dari belasan yang melamar.

SURYANA : (KIKUK). Sudahlah, sudahlah. Saya percaya padamu. Uruslah semuanya.

(KEPADA DARMA) Dan kamu, Dar, lupakanlah semua pembicaraan kita

tadi. Anggap semuanya tidak pernah terjadi.

HARRIS : (BERBISIK) Dan calon terpilih itu akan dating ke sini hari ini, untuk

ambil panjar dan konsultasi.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 26: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

26

SURYANA : (MAKIN KIKUK) Sudahlah, sudahlah. Uruslah segera. Pergilah.

(HARRIS PERGI). Dar, kamu kira wawancara itu bisa dilanjutkan

sekarang?

DARMA : Terserah kamu, Na. Saya kira, saya bisa pergi sekarang?

SURYANA : Jangan, Dar. Kamu temani saya di sini. Mungkin kamu pula yang harus

menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan itu.

DARMA : Baik.

SURYANA : (KEPADA AJO) Jo!

AJO : (MUNCUL DI PINTU) Ya, Pak?

SURYANA : Kalau sudah minum, silahkan wartawan itu datang lagi ke sini.

AJO : Ya, Pak. (PERGI)

Adegan 6 Yopi muncul membawa beberapa folder.

SURYANA : Silahkan, silahkan.

YOPI : Baik, Pak. Ternyata makin lama makin menarik.

SURYANA : Begitukah?

YOPI : Ya, Pak. Sebenarnya saya harus minta maaf karena tanpa seijin Bapak

saya mewawancarai beberapa pegawai.

SURYANA : (TERTAWA) Tidak apa-apa. Disini semuanya terbuka. Apa yang

diketahui pimpinan, diketahui karyawan.

YOPI : Kalau begitu syukurlah. Di antaranya saya menanyai Ajo tadi. Ada yang

sangat menarik saya, Pak. Ternyata perusahaan ini juga memberi

beasiswa.

SURYANA : Benar. Itu sejak dua tahun yang lalu.

YOPI : Berapa orang yang mendapat beasiswa itu?

SURYANA : Dar, berapa orang?

DARMA : Tujuh orang.

SURYANA : Nah, soal beasiswa, tanyalah Pak Darma.

YOPI : Siapakah mereka itu, Pak? Apaka mereka anak-anak orang tak mampu

sekitar ini?

DARMA : (LESU) Bukan.

YOPI : Bapak sakit?

DARMA : Tidak. Tidak. Silahkan teruskan.

YOPI : Jadi, mereka itu siapa, Pak?

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 27: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

27

DARMA : Siapa?

YOPI : Anak-anak yang mendapat beasiswa itu.

DARMA : Oh, mereka anak-anak pegawai atau karyawan di sini.

YOPI : Jadi, emua anak karyawan di sini akan mendapa beasiswa?

DARMA : Tidak.

YOPI : Jadi?

DARMA : Jadi apa?

YOPI : Siapa yang mendapat beasiswa itu?

SURYANA : (MENYELA) Tidak sembarang anak pegawai di beri beasiswa, Saudara

Yopi.

DARMA : (SEPERTI SADAR DARI RENUNGANNYA) O, ya. Mereka anak yang

berbakat dari pegawai rendahan di sini.

YOPI : Oh, saya paham, Pak. Misalnya anak Pak Ajo.

SURYANA : Betul.

YOPI : Baik, Pak. Tampaknya saya harus mempelajari berkas-berkas ini dulu,

baru saya dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain. Ternyata begitu

banyak yang menarik dari perusahaan Bapak ini.

SURYANA : Silahkan. Silahkan.

YOPI : Dapatkah Bapak memberi waktu lagi kepada saya untuk berwawancara

lagi? Maksud saya begini, Pak. Setelah mempelajari berkas-berkas tentang

perusahaan ini, saya yakin, akan banyak hal-hal yang perlu saya tanyakan

untuk melengkapi bahan laporan saya. Oleh karena itu, saya harus pulang

dulu ke Hotel sampai Bapak punya waktu luang lagi untuk menerima saya.

SURYANA : Saya lihat Buku Harian dulu. (MELIHAT BUKU) Kamis pagi jam yang

sama, bisa?

YOPI : Tentu saya bisa, Pak. Kan saya yang membutukan.

SURYANA : Jadi, silahkan datang hari Kamis.

YOPI : Ya, Pak. Sekarang saya ingin membuat foto Bapak dan Pak Darma. (YOPI

MULAI MEMOTRET-MOTRET. MUNCUL AJO DI PINTU).

AJO : Pak, ada tamu bagi Pak Harris, tapi pak Harris sedang di luar.

SURYANA : Silakan saja masuk sini, Jo.

YOPI : Ah, saya harus segera pergi, Pak.

SURYANA : Tidak perlu. Santai saja. Silakan saja.

Adegan 7 Muncul Maya dengan busana sexy dan rias yang agak berlebihan.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 28: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

28

MAYA : Selamat siang, Pak.

SURYANA : Ah, silakan duduk.

MAYA : Sebenarnya saya mau bertemu……(MELIHAT DARMA).

DARMA : Mengapa kamu harus menyusul-nyusul dia? Bukankah si Tito itu anak

saya juga ? Wajar saja kalau dia tinggal tiga minggu atau sebulan pada

ayahnya. Mengapa kamu menyusul – nyusulnya ? Kamu kira saya tidak

sayang padanya ?

MAYA : Kamu salah paham. Sebaiknya saya pergi dari sini. Maaf, Pak. Permisi.

Adegan 8 Maya akan meniggalkan ruangan ketika Harris muncul.

HARRIS : Maaf, Nyonya, saya sedang ada perlu ke luar sebentar. Kebetulan, ini Pak

Suryana, Direktur Utama kami, dan ini Pak Darma, Direktur Perencanaan

dan Anggaran. Pak Suryana, Nyonya Maya adalah fihak yang akan

membantu kita dalam joint – venture itu. (KEPADA MAYA) Segalanya

sudah beres, hanya ada sedikit perubahan. Nyonya akan langsung

berhubungan dengan saya dan tidak perlu berhubungan dengan Bagian

Keuangan bawahannya Pak Darma. Segalanya sudah beres, Nyonya.

DARMA : Anjing betina! Kuntilanak! Jadi kami, kamu ibu anakku yang

mencampakkan kehormatan wanita Indonesia ke tempat sampah itu !

(DARMA AKAN MENYERANG MAYA; HARRIS

MELINDUNGI;YOPI MEMBUAT POTRET ADEGAN ITU).

MAYA : Tolong ! Tolong !

DARMA : (DITAHAN SURYANA) Apa kamu tidak cukup dengan biaya yang

kukirim padamu ? Dasar pelacur ! Lonte ! Kuntilanak ! (LOLOS DAN

AKAN MENYERANG MAYA, TAPI DITAHAN SURYANA. TERJADI

PERGULATAN KACAU – BALAU;YOPI MEMOTRET KEJADIAN

ITU) Perempuan bejat ! ANjing betina ! Tidak kubiarkan kamu

mengambil si Tito ! Kamu tidak berhak !

MAYA : Tolong ! Tolong !

SURYANA : Sabar, Dar ! Sabar Dar ! (PERGULATAN).

DARMA : Ini tidak bias kubiarkan ! Anjing betina !

HARRIS : (MELIHAT YOPI MEMBUAT FOTO) Jangan bikin foto ! (Merebut

kamera. Terjadi tarik – menarik).

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 29: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

29

MAYA : Tolong ! Tolong !

YOPI : (KEPADA HARRIS) Bapak menghalangi kebebasan pers !

SURYANA : Sabar, Dar ! Baca istigfar, Dar !

DARMA : Kuntilanak ! Kali ini kamu bisa lolos !

HARRIS : Kami beli foto – foto Anda !

YOPI : Nanti dulu ! (MENGHINDAR. HARRIS MENGEJAR).

DARMA : Jangan menghalangi, Sur ! Anjing betina itu pantas kucekik !

MAYA : Tolong ! Tolong ! (MUNCUL AJO, TERKEJUT, PINGSAN).

SURYANA : Baca istigfar ! Sabar !

HARRIS : (MENGEJAR YOPI BERKELILING) Saya beli dengan kameranya. Saya

borong. Berapa anda mau jual ? (YOPI MALAH MEMOTRET HARRIS

YANG MENGEJARNYA).

YOPI : Berapa tawaran Bapak ?

MAYA : Tolong ! Tolong !

SURYANA : Ya Tuhan ! Ya Allah ! Sabar Dar !

DARMA : kubunuh kamu ! Kubunuh kamu !

MAYA : Tolong ! Tolong !

BLACKOUT

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 30: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

30

Babak 3

Sebuah kompleks pekuburan Kristen di suatu kota di Jawa Tengah. Salib – salib

nisan berjajar menjadi latar belakang. Siang hari.

Adegan 1 Ketika layar dibuka atau lampu dinyalakan, tampak Darma sedang berdiri

memperhatikan dan atau tiga orang pekerja yang sedang membersihkan rumput –

rumput di antara nisan - nisan.

DARMA : Mas Parto, kapan mau istirahat ?

PARTO : Sedikit lagi, Pak. Kepalang.

DARMA : (MELIHAT ARLOJINYA) Masih ada besok, Mas. Sudahlah.

PARTO : Sedikit lagi, Pak.

DARMA : Saya jadi malu. Soalnya saya tidak dapat menyediakan uang lembur, Mas.

PARTO : Lho, kenapa bawa - bawa uang lembur segala ? Kami bekerja ikhlas lho

pak.

DARMA : Kalau begitu, saya hanya bisa ………. Mengucapkan terima kasih atas

kebaikan Mas Parto dan kawan – kawan.

PARTO : Bukan apa – apa, Pak. Sekarang juga selesai. (KEPADA YANG LAIN)

Anak – anak, sudah waktu pulang. (MEREKA BERJALAN KE ARAH

DARMA. DARMA MENGELUARKAN ROKOKNYA DAN

MENYODORKANNYA. MEREKA MENGAMBIL ROKOK DENGAN

SENANG HATI. SETELAH MENGUCAPKAN TERIMA KASIH,

PEMBANTU – PEMBANTU PARTO MENGUCAPAKAN PERMISI

DAN PERGI. TINGGAL PARTO).

DARMA : Bagaimana anak Mas PArto itu, sudah masuk sekolah ?

PARTO : Sudah, Pak.

DARMA : Syukur.

PARTO : Kami sekeluarga mengucapakan terimakasih kepada Bapak. Tanpa

bantuan Bapak anak itu akan manganggur, Pak. Dari mana kami bisa

membayar uang – pangkal sebesar itu. Sebelum saya bicara dengan Bapak,

sudah kami putuskan anak saya tidak sekolah dan cari kerja saja.

DARMA : Cuma kebetulan, Mas Parto. Kebetulan saya ada uang yang menganggur.

Kalau sedang tidak ada, pasti saya tidak bisa menolong.

PARTO : Kami tidak akan dapat melupakan budi Bapak, Pak.

DARMA : Kalau anak itu maju sekolahnya, saya sudah merasa senang.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 31: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

31

PARTO : Sudah saya katakan padanya, dia harus malu kepada Bapak kalau

sekolahnya tidak betul, Pak.

DARMA : Mas Parto sudah lama bekerja di sini ?

PARTO : Lama sekali, Pak. Sejak kecil.

PARTO : Sejak kecil ?

DARMA : Kakek saya bekerja sebagai tukang membersihkan kuburan ini; ayah saya

juga begitu, walupun berhenti sebentar di zaman perang. Saya mewarisi

kerja ini dari ayah, Pak. Bapak sendiri, bagaimana sampai Bapak bekerja

di sini ?

DARMA : Waktu itu saya menganggur beberapa bulan. Pada suatu hari saya

membaca iklan di Koran, bahwa ada lowongan kerja sebagai Pengurus

Kuburan. Saya pikir pekerjaan ini cocok bagi saya. Lalu saya pergi ke

Kedutaan Besar Belanda. Mula – mula mereka tidak mau menerima saya.

PARTO : Kenapa, Pak ?

DARMA : Mereka heran, mengapa saya melamar.

PARTO : Mengapa mereka heran ?

DARMA : Karena sebelumnya saya bekerja di suatu bank yang cukup besar dan

kemudian di suatu perusahaan swasta yang cukup besar. Mereka

meragukan itikad saya.

PARTO : Tapi akhirnya diterima juga, ya ?

DARMA : Rupanya fihak Kedutaan Belanda menghubungi bekas – bekas majikan

saya yang juga kawan – kawan lama saya karena kami sama – sama

bergerilya di zaman Perang Kemerdekaan.

PARTO : Dan mereka membujuk kedutaan untuk menerima Bapak ?

DARMA : Mereka mengatakan kepada fihak kedutaan bahwa menjadi pengurus

kuburan merupakan satu – satunya kerja yang cocok bagi saya.

PARTO : Syukurlah.

DARMA : Lha, kenapa Mas Parto bersyukur ?

PARTO : Kedatangan Bapak ternyata merupakan keberuntungan bagi kami semua

para perkerja di sini.

DARMA : (RIKUH) O, begitu.

PARTO : (BERSEMANGAT) Pengurus yang lama benar – benar bajingan, Pak.

Waktu gajian tidak tentu, kami biasa disuruh menandatangani kwitansi

kosong. Alasannya banyak, katanya uangnya uang Belanda harus ditukar

dulu; kalau tidak harus ditukar dulu, belum datang dari Jakarta; kalau tidak

belum datang belum beres administrasinya dan banyak lagi. Agar kami

tidak rewel, ia hanya mengharuskan kami bekerja terutama pada bulan –

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 32: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

32

bulan sekitar natalan dan Tahun Baru. Pada bulan – bulan itu memang

banyak turis datang. Kadang – kadang diantara turis itu ada yang

leluhurnya dikubur di sini. Bulan – bulan lain kami dibiarkan menganggur

dan gaji kami dipermainkan. Tapi, pernah pula kami dibangunkan jam satu

malam dan disuruh membersihkan kuburan karena ia mendapat berita

orang – orang dari kedutaan akan datang. Bayangkan, Pak, kami harus

membersihkan semak – semak, bukan semak, hutan, mulai jam satu

malam sampai pagi. Memang dia itu sinting !

DARMA : Kalau dibiarkan berbulan – bulan, pasti kuburan ini jadi semak – semak.

PARTO : Bukan semak, Pak, hutan ! kami pernah tidak membersihkannya selama

hampir sepuluh bulan. Akibatnya pekuburan ini begitu lebatnya ditumbuhi

semak hingga jadi sarang ular. Orang – orang kampung sekitar mulai

mengomel, takhyul – takhyul mulai muncul. Pada suatu hari, seorang turis

‘nyelonong datang ke sini dan tidak menemukan kuburan leluhurnya

melainkan suatu hutan lebat tempat ular. Dia marah kepada kedutaan dan

akibatnya pengurus lama itu dipecat ! Kena batunya dia. Setelah dia

dipecat baru kami tahu berapa banyak uang kami yang dia curi, Pak. Ada

yang usul supaya kami membayanya ke pengadilan. Repot, Pak. Biar saja,

semoga rezeki kami yang dimakannya jadi penyakit !

DARMA : Apakah uang Mas Parto dan kawan – kawan yang dicuri mendapat

penggantian dari kedutaan ?

PARTO : Tidak, Pak. Tapi memang kami mendapat sumbangan sekedarnya.

Walaupun begitu kami berterimakasih kepada kedutaan yang telah

mengirim BApak ke sini sebagai ganti si bajingan itu.

DARMA : (GELI) Sedikitnya saya tidak akan menyuruh Mas Parto dan kawan –

kawan bekerja jam satu malam.

PARTO : Kalaupun Bapak akan menyuruh kami bekerja jam satu malam, kami rela

kok Pak. (MEREKA TERTAWA).

DARMA : Dan kedutaan akan memecat saya, bukan ? (MEREKA TERTAWA).

PARTO : sekarang daerah pekuburan ini mungkin yang paling bersih dan rapi di

kampung ini, Pak. Bapak lihat, makin lama makin banyak anak – anak

yang bermain – main di sini. Saya katakan pada mereka agar mereka tidak

mengotori atau merusak. Lebih dari itu, Pak. Pernah saya memergoki

muda – mudi yang pacaran di sini. Bayangkan, kuburan macam apa yang

digunakan pacaran ? (MEREKA TERTAWA). Baiklah, Pak, saya harus

permisi.

DARMA : Silakan.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 33: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

33

PARTO : Bapak tidak pulang ?

DARMA : Tidak Mas Parto. Akan ada tamu dari Jakarta. Saya menerima telegram

kemarin sore.

PARTO : (TERTAWA) Ah, kenapa Bapak tidak menyuruh kami bekerja jam satu

malam tadi ?

DARMA : (TERTAWA) Lain kali saja, Mas Parto.

PARTO : Permisi, Pak. (PERGI)

DARMA : Mari, Mas Parto (MELAMBAIKAN TANGAN. DARMA BERJALAN

DI ANTARA NISAN – NISAN. IA MEMBACA NAMA – NAMA

PADA NISAN). Hougronye……Tack………van der Plaas……..van

Mook……..van Rees. Banyak nama – nama terkenal……..mungkin ada

hubungan darah dengan orang – orang terkenal itu.

Adegan 2

Muncul Suwaya dan Taudin. Mereka nampak makmur.

DARMA : (GEMBIRA) Suwaya ! Taudin ! Setan apa yang mengirimkan kalian ke

sini?(MEREKA BERPELUKAN DAN SALING MENEPUK

PUNGGUNG MASING – MASING).

TAUDIN : Bukan setan yang mengirim kami ke sini, Malaikat !

SUWAYA : Dan kawan – kawan di Kantor Pusat !

DARMA : Bagaimana kalian tahu saya berada di sini ?

TAUDIN : Kamilah yang harus bertanya bagaimana kamu sampai ada di sini, Dar

DARMA : (TERTEGUN) Masalahnya sangat bersifat pribadi, Din. Sukar bagi saya

untuk menerangkannya.

SUWAYA : Din, memang kita tidak datang ke sini untuk memasalahkan sebab-sebab

Darma ada di sini, bukan ?

TAUDIN : Kamu benar, Ya. Dar, kami datang ke sini justru untuk menjemput kamu.

DARMA : (HERAN) Menjemput ? Nanti dulu. Apa ini ?

TAUDIN : Jangan berlagak bodoh, Dar.

DARMA : Saya benar-benar tidak mengerti, Din.

SUWAYA : Sifatmu benar-benar tidak berubah, Dar. Kamu tetap begini di sekolah

dulu dan juga ketika kita menggambar di gunung-gunung.

DARMA : Tapi saya benar-benar tidak mengerti mengapa kalian datang ke sini

untuk ………………….. menjemput saya.

SUWAYA : Ceritakanlah, Din.

TAUDIN : Mula-mulanya kita mengadakan reuni di Jakarta. Semua kawan-kawan ex

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 34: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

34

Batalyon Tutul diundang. Kami, maksud saya, saya dan Suwaya ingin

sekali bertemu dengan kamu. Tetapi ternyata kamu tidak datang. Kami

bertanya-tanya ; bukan saya dan Suwaya saja, tapi banyak juga yang lain.

Kami heran, kenapa orang seperti kamu tidak datang.

SUWAYA : Maksud Taudi, mengapa kebanggaan Batalyon kita tidak datang.

DARMA : Pujian seperti itu tidak saya perlukan, Ya. Din samping itu, mungkin

sekarang tidak relevan lagi.

SUWAYA : Tidak benar. Tapi baiklah, Din, lanjutkanlah.

TAUDIN : Nah, pada saat reuni itu, tentu saja kami bertanya-tanya. Akhirnya Si

Juarsa dan Si Suryana memberi tahu bahwa kamu bekerja untuk Kedutaan

Belanda.

SUWAYA : Banyak diantara kawan-kawan kita yang terkejut setengah mati

mendengar berita itu, Dar.

TAUDIN : Dan itu dapat dimengerti. Bayangkan, orang yang paling ditakuti dan

dicari-cari Belanda di zaman Perang Kemerdekaan malah sekarang

bekerja untuk mereka sebagai penunggu kuburan pula !

DARMA : Tak ada yang salah dengan semua itu. Sekarang zamannya sudah lain.

SUWAYA : Justru di situ letak masalahnya, Dar.

TAUDIN : Saya sudah menduga kamu akan berkata begitu. Saya tahu, bagi kamu

secara pribadi mungkin ini tidak menjadi masalah. Akan tetapi bagi

keluarga besar ex Batalyon Tutul, ini adalah masalah, Dar, masalah besar.

DARMA : Maksudmu ?

TAUDIN : Dar, kamu tahu, bahwa salah satu tujuan dari organisasi kita adalah

kesejahteraan anggota-anggotanya, termasuk kamu, tentunya. Kami

sangat sedih ketika mendengar kamu bekerja sebagai penunggu kuburan.

Bukan saja karena menurut pendapat kami ini tidak pantas bagi orang

seperti kamu, akan tetapi ini ada hubungannya dengan kebanggaan kita

sebagai bangsa. Apa yang akan dikatakan bangsa lain kalau seorang

diantara para pahlawan bangsa kita bekerja sebagai penunggu kuburan

bangsa bekas penjajahnya ? Maaf, Dar, saya terpaksa harus blak-blakan.

DARMA : Saya tahu, kamu diatas kawan-kawan kita ke sini karena kamu dekat

dengan saya dan kamu suka blak-blakan.

TAUDIN : Syukur kalau kamu mengerti, Dar. Jadi kamu juga akan setuju kepada

usul kami yaitu agar kamu segera kembali ke Jakarta dan bekerja kembali

di sana secara wajar. Kami sudah menyediakan pekerjaan yang sesuai

dengan keahlian kamu dengan jaminan yang sebaik-baiknya. Kami sudah

menyediakan rumah dan kendaraan bagi kamu. Jadi kamu setuju, bukan ?

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 35: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

35

Mari tinggalkan tempat ini dengan segera.

DARMA : Saya mengerti dan menghargai maksud baik kalian, Din, Ya. Akan tetapi

saya kira kalian salah dalam hubungan dengan pekerjaan saya ini.

SUWAYA : Salah duga ?

DARMA : Saya mendapat kesan bahwa kalian menyangka saya kurang sejahtera. Itu

keliru. Saya mendapat gaji yang cukup menurut ukuran saya. Kebutuhan

saya dan kebutuhan membiayai sekolah si Tito terpenuhi. Sayapun punya

simpanan. Di samping itu, saya tidak membutuhkan banyak. Jadi,

dapatlah dikatakan bahwa ……………………. Bahwa saya cukup

sejahtera. Sedikitnya menurut ukuran saya.

TAUDIN : Kamu baru melihat persoalan ini dari sudut pandang kamu dan sudut

pandang kepentinganmu sendiri, Dar.

DARMA : Maksudmu ?

TAUDIN : Sebagai seorang tokoh, ya, seorang di antara pahlawan-pahlawan perang

kemerdekaan, kamu tidak dapat hanya memikirkan kepentingan diramu

saja. Dar. Tindakanmu menyangkut juga kepentingan orang lain, ya,

menyangkut kepentingan bangsa.

DARMA : Saya tidak mengerti, Din.

TAUDIN : Dar, bayangkan, apa yang akan dikatakan bangsa-bangsa lain, kalau

mereka tahu bahwa kamu, seorang di antara pahlawan-pahlawan kita,

seorang yang berhak mendapatkan tanda-tanda jasa dalam Perang

Kemerdekaan, sekarang menjadi penunggu kuburan.

SUWAYA : Kalau kuburan pahlawan kita sendiri barangkali tidak terlalu

……………. menyakitkan, Dar. Tapi ini kuburan bekas musuh kita,--

TAUDIN : Ini soal kebanggaan nasional, Dar. Keputusan akan tindakanmu kami

anggap tidak menunjang usaha kita menegakkan kebanggaan nasional.

DARMA : ( KEPADA DIRINYA ) Kesejahteraan dan kebanggaan nasional.

TAUDIN : Betul, kamu mengerti sekarang maksud kami, Dar.

DARMA : (TERTEGUN) Seharusnya kalian lebih banyak bicara tentang kedua hal

itu dengan Juarsa dan Suryana.

TAUDIN-

SUWAYA

:

Kenapa ?

DARMA : Tidak. Sebaiknya saya tidak membawa-bawa mereka dalam pembicaraan

kita ini.

TAUDIN : Jadi kamu setuju dengan usul kami, bukan ? Kami sudah menyediakan

segala-galanya bagi kamu. Bukan hanya demi kesejahteraan dan

kebanggaan nasional saja, Dar, akan tetapi kami membutuhkan tenaga

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 36: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

36

dan keahlianmu untuk usaha kita yang baru. Usaha besar, Dar, pasti kamu

bergairah bekerja di sana. Saya tahu, pekerjaan itu cukup menantang bagi

kamu.

DARMA : Berat bagi saya untuk mengatakan tidak, Din.

Akan tetapi, pertama, seperti sudah saya katakan saya sudah merasa

cukup sejahtera di sini; kedua, mengenai kebanggaan nasional itu, saya

kira pendapat kita berbeda.

SUWAYA : Berbeda ?

DARMA : Keadaan sudah berubah, Ya. Belanda bukan lagi musuh kita. Sekarang

Belanda, Jepang, sama saja dengan bangsa-bangsa lain. Tak ada halangan

bagi kita untuk bekerjasama dengan mereka. Justru kerjasama benar-

benar diperlukan. Tentu saja harus tanpa unsur penindasan yang

merugikan salah satu pihak.

SUWAJA :

(TERTAWA PAHIT) tapi mengadakan joint-venture tidak sama dengan

menjadi penunggu kuburan, Dar. Itu jelas sekali :

DARMA :

Hakikatnya sama saja, hanya gejalanya yang berbeda, Ya.

TAUDIN : Juarsa dan Suryana benar ketika mereka mengatakan bahwa kami tidak

akan mudah meyakinkan kamu, Dar. Walaupun begitu saya tetap yakin

bahwa hati nuranimu bertentangan dengan apa yang kamu lakukan.

DARMA :

(TERTAWA PAHIT) kata-katamu justru harus kamu sampaikan kepada

Juarsa dan Suryana, Din. Tapi baiklah, sebaiknya saya katakan padamu,

bahwa hati nurani saya tidak mengizinkan saya kembali ke Jakarta.

TAUDIN :

Kami ingin tahu alasannya, Dar. Kalau kami tahu alasannya barangkali

kami dapat meyakinkanmu.

DARMA : Ini persoalan hati nurani, Din, soal perasaan.

TAUDIN :

Maaf kalau saya menyinggung-nyinggung masalah pribadi, Dar. Apakah

tindakanmu berhubungan dengan perceraianmu ?

DARMA : (TERTAWA PAHIT) Tidak. sama sekali tidak, Din.

TAUDIN : Kalau soalnya soal perasaan, perasaan apa?

DARMA :

Sukar bagi saya untuk menjelaskannya, Din. Ya, karena ini memang soal

perasaan. Akan tetapi baiklah. Bayangkan oleh kalian bagaimana

perasaan kalian kalau harus mengemudikan sebuah mobil di jalan yang

ramai sementara kalian tahu bahwa sopir-sopir lain tidak punya SIM.

Perasaan seperti itulah yang saya rasakan. Saya harap kalian dapat

merasakannya dan memahami saya.

SUWAYA : (SETELAH TERTEGUN) saya tidak mau berpura-pura dapat merasakan

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 37: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

37

apa yang kamu rasakan. Akan tetapi kalau memang kamu berperasaan,

mengapa kamu bekerja disini?

DARMA : (HERAN) Maksudmu?

SUWAYA : Kamu sekarang bekerja mengurus kuburan serdadu-serdadu dan pegawai-

pegawai Kerajaan Belanda. Tidakkah kamu memikirkan kemungkinan

bahwa ada diantara mereka yang pernah terlibat dalam perbuatan yang

akan menyinggung perasaanmu? Bukankah tidak mustahil ada diantara

mereka yang tersangkut secara langsung atau tidak langsung dalam

pembuangan …………… dan penembakan mati Karya, kakak-

kandungmu? Saya tidak akan bicara tentang nasib kawan-kawan kita,

anak buahmu. Saya hanya bicara tentang ayah dan kakakmu yang

menjadi korban keganasan orang-orang yang sekarang kuburannya kamu

urus dan kamu pelihara.

DARMA : Kalau ayah dan kakak saya masih hidup, mereka tidak akan berkeberatan

saya bekerja disini.

SUWAJA : Kamu terlalu yakin, Dar.

DARMA :

Kamu lupa saya puluhan tahun hidup dengan mereka dan saya mengenal

mereka dengan baik.

SUWAJA :

Baiklah, Dar. Tapi sadarlah, bahwa kamu membuat persoalan bagi kami,

bagi keluarga Besar Ex Batalyon Tutul.

DARMA : Saya menyesal hal itu terjadi. Kalian tahu, saya tidak bermaksud buruk

terhadap kawan-kawan.

SUWAJA : Tapi kamu tidak bisa cuci-tangan begitu saja, Dar.

DARMA :

(TERMENUNG) Ya, Din, saya tidak berkeberatan kalau keanggotaan

saya dicoret dari daftar Keluarga Ex Batalyon Tutul.

TAUDIN : Nanti dulu, nanti dulu. Jangan keburu nafsu, Dar. Kamu tahu, itikad kami

baik.

DARMA :

Saya tahu, saya tahu. Tapi sayapun tidak mau menyusahkan kalian.

Tawaran saya benar-benar tulus, Din, Ya. Jangan mengira saya

bermaksud menyakiti hati kalian. Saya hanya tidak ingin

menyusahkan…..ya, menjadi persoalan bagi organisasi kita.

TAUDIN : Baiklah, baiklah. Sebenarnya tidak sejauh itu. Kamu tidak perlu minta

keluar dari organisasi kita. Itu tidak mungkin kamu lakukan. Adalah fakta

sejarah bahwa kamu adalah anggota Batalyon Tutul dan bahwa kamu

adalah salah seorang di antara kebanggaannya. Kalau sekarang ada

persoalan, itu bukan kesalahan kamu dan juga bukan kesalahan kami. Ini

hanya salah pengertian saja.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 38: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

38

DARMA : (TERTAWA PAHIT) Ya, mudah-mudahan ini hanya salah pengertian,

Din, ya. Tapi ketahuilah, bahwa saya menyesal telah menjadi persoalan

bagi kalian. Ketahuilah, Din, Ya, bahkan saya pernah berfikir untuk

mengembalikan tanda-tanda jasa saya kepada Pemerintah.

TAUDIN : (HERAN) Yang benar saja, Dar.

DARMA : Saya tidak berdusta, Din.

SUWAYA : Bagaimana sampai kamu berniat begitu?

DARMA : Saya tidak tahu, saya tidak dapat menjelaskannya, Din, Ya.

TAUDIN :

Baiklah, Dar. Kami senang bertemu lagi dengan kamu. Kami tetap

berharap, kamu mempertimbangkan. kan usul kami.

DARMA : Saya akan mempertimbangkannya.

SUWAYA : Baiklah.

TAUDIN : Baiklah, Dar. Kami masih ada urusan. Perjalanan kami kesini kami

gabung dengan keperluan business. Sebaiknya kami meninggalkan kamu

dulu untuk berfikir. Kami segera menghubungimu lagi.

DARMA : Nanti dulu. Kalian menginap disini, bukan?

TAUDIN : Ya, baru besok kami pulang.

DARMA : Di mana kalian menginap?

SUWAYA : Hotel Diana.

DARMA : Bagus. Saya akan menghubungi kalian nanti malam. Soalnya, saya harus

menerima tamu di sini, sekarang juga. Jam ini. Itulah sebabnya saya tidak

dapat mengundangmu untuk makan siang di rumah saya.

TAUDIN : Kami yang mengundangmu. Kamu makan malam dengan kami. Datanglah

jam tujuh malam di Hotel Diana. Setuju?

DARMA : Ya. Saya akan datang.

TAUDIN : Bagus. Sekarang, kita berpisah dulu.

SUWAYA : Kami harus menghubungi klien sebelum kantor tutup.

DARMA : Tentu.

TAUDIN : Jadi kita berpisah dulu, ya?

DARMA : Baiklah ( MEREKA BERSALAMAN ). Sampai nanti.

TAUDIN : Sampai nanti.

SUWAYA : Kami tunggu. Kita mengobrol tentang masa lalu.

DARMA : Ya, ya! (MEREKA TERTAWA DAN BERPISAH. DARMA

MEMANDANG KE ARAH MEREKA UNTUK BEBERAPA LAMA,

LALU BERJALAN KE TENGAH PENTAS. IA TERMENUNG UNTUK

BEBERAPA LAMA SERAYA MEMANDANGI NISAN-NISAN).

Adegan 3

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 39: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

39

Terdengar bunyi dari arah lain. Darma berpaling dan mengawasi ke arah datangnya

bunyi. Maya muncul berpakaian mewah dan mengenakan perhiasan yang tampak pada

Babak I.

DARMA : Kenapa kamu datang ke sini? Kamu tahu saya tidak akan memberikan Si

Tito dengan alasan apapun.

MAYA : Nanti dulu, Pap. Jangan keburu nafsu.

DARMA : Jangan sebut Pap segala. Saya bukan suamimu lagi.

MAYA : Tapi kamu adalah Bapak anakku.

DARMA : Dia bukan anakmu. Hakmu sebagai Ibu telah kamu rusak sendiri.

MAYA : (TERTAWA) Saya melahirkannya dan tiada apapun dapat menghapus

kenyataan bahwa Saya melahirkannya.

DARMA : Manusia tidak sekedar melahirkan anaknya, akan tetapi mendidiknya.

Kamu tahu, kamu tidak berada dalam kedudukan yang baik untuk medidik

Si Tito.

MAYA : Sudahlah. Saya datang ke sini tidak ada sangkut pautnya dengan anak kita

atau dengan kamu.

DARMA : Bukan anakmu !

MAYA : Baiklah. Saya datang ke sini tidak ada sangkut pautnya dengan kalian.

DARMA : Kamu datang ke sini untuk mengahntui saya. kamu telah menghantui saya

sejak kita bertemu sampai sekarang. Kamu benar-benar kuntilanak !

MAYA : ( TERTAWA ) Seharusnya itu tidak lagi menjadi persoalan bagi kamu.

Bukankah setiap hari kamu bergaul dengan hantu-hantu itu melulu ?

DARMA : Dasar kuntilanak. Enyahlah dari sini !

MAYA : Apa hakmu mengusir saya?

DARMA : Kamu sendiri tidak berhak datang ke sini. Kamu tidak berhak bertemu

dengan Si Tito. Sebagai ayahnya, saya harus melindungi dia dari kamu.

MAYA : Heh, Sok suci!

DARMA : Pelacur miskin lebih suci dari kamu !

MAYA : Itu pikiran orang sinting. Pantas kamu jadi lelucon kawan-kawanmu, baik

yang di Jakarta maupun yang di Bogor. ( TERTAWA ) Kata mereka

akhirnya kamu mendapat kerja yang cocok. Jadi penunggu kuburan.

Setiap hari kamu bergaul dengan orang mati, dengan hantu-hantu, karena

kamu sendiri sudah mati, sudah tidak bisa lagi menyesuaikan diri dengan

keadaan. Ternyata mereka mereka benar !

DARMA : Persetan dengan pendapat mereka ! Kamu kira siapa mereka itu ?! Tak

lebih dari anjing-anjing gemuk pemakan kotoran. Pergilah pada mereka

tapi janganlah coba-coba menyentuh jiwa anakku Si Tito.

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 40: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

40

MAYA : Jangan khawatir. Saya datang ke sini untuk urusan lain yang tidak ada

hubungannya dengan kamu dan anak kita.

DARMA : Bukan Anakmu !

MAYA : Kamu lupa anak cuma dilahirkan seorang Ibu ?

DARMA : Kamu lupa bagaimana menjadi seorang Ibu !

MAYA : Sudahlah. Sudahlah. Pokoknya tidak usah khawatir.

DARMA : ( TETAP CURIGA ) Kalau begitu mengapa kamu tidak enyah dari sini?

MAYA : Saya datang ke sini atas izin dan restu Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.

DARMA : Omong kosong.

MAYA : Saya datang ke sini mengantar majikan saya…( DENGAN TANDAS )

mengantar suami kontrakan saya ( TERTAWA MENGEJEK )

DARMA : Kuntilanak !

MAYA : Seharusnya penunggu kuburan bisa berkawan dengan kuntilanak.

DARMA : Kamu sengaja mengajak suami……penyewa kamu itu datang ke sini

untuk merongrong saya.

MAYA : Buat apa saya merongrong kamu ?

DARMA : Untuk mengambil Si Tito.

MAYA : Jangan khawatir.

DARMA : Mengapa kamu datang ke sini ?

MAYA : Majikan saya, suami kontrakan saya, datang ke sini untuk menengok

kuburan leluhurnya. Dia sendiri warga negara Amerika akan tetapi ia

keturunan Belanda.

DARMA : Mengapa dia tidak datang kesini ?

MAYA : Saya bilang padanya lebih baik saya datang duluan agar penunggu

kuburan dapat menyiapkan dulu hal-hal yang diperlukan.

DARMA : Dasar anjing betina !

Adegan 4 Pada saat itu Van Rees, majikan Maya muncul membawa karangan bunga. Ia datang

tepat pada saat Darma mengutuk Maya. Tampak Van Rees mendengarnya.

VAN REES : What did he say ? Apa dia kata, ya ?

MAYA : Dia kata, saya, Maya, cantik. ( TERTAWA ).

DARMA : Kuntilanak !

VAN REES : Apa dia kata ?

MAYA : Dia kata saya baik, saya bagus sekali.

VAN REES : Good. Good. ( KEPADA DARMA ) Saya pengen kirim bunga, ya ?

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 41: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

41

DARMA : Silakan. (MEMBAWA VAN REES YANG DIIKUTI MAYA MENUJU

NISAN YANG SEBELUMNYA DIBERSIHKAN MAS PARTO. VAN

REES MELETAKKAN BUNGA DAN BERDOA. DARMA DAN

MAYA SALING MEMANDANG DALAM SIKAP SEMULA, DARMA

DALAM SIKAP BERMUSUHAN, MAYA MENGEJEKNYA).

VAN REES : Tuan bagus. Kedutaan kata, Tuan bagus, ya ?

DARMA : Bandot lu ! Kambing tua,lu !

VAN REES : Apa dia kata ?

MAYA : ( TERTAWA ) Dia kata thank you. Terima kasih.

VAN REES : ( SENANG ) Saya suka tuan kerja bagus buat saya. Terima kasih.

DARMA : Kamu datang kesini merusak kehormatan wanita Indonesia. Bajingan,lu.

VAN REES : Apa dia kata ?

MAYA : (KEPADA DARMA ) Kamu cemburu, ya ? Saya bukan istrimu lagi.

Mengapa cemburu ?

DARMA : Kuntilanak lu !

VAN REES : Apa dia kata ?

MAYA : Dia kata istri Tuan sangat cantik. Your wife is very beautiful!

(TERTAWA )

VAN REES : Saya pengen kata kedutaan tuan bagus. Saya puji tuan punya bagus sama

embassy, sama kedutaan, ya ?

DARMA : Kerbau bule, lu !

MAYA : Dia kata Tuan sangat baik dan terima kasih. He said you are very nice and

he said thank you.

DARMA : Anjing betina !

MAYA : He said thank you to me for translating his words.

DARMA : Lonte, lu !

MAYA : ( MULAI MARAH ) Darma ! Kalau terus menerus saya jelaskan padanya

kata-kata kotormu itu.

VAN REES : Tuan sangat bagus. Sangat bagus. ( KEPADA MAYA ) Shall I give him

some money ?

MAYA : ( SENANG ) Give him some, Boss. Beri dia uang. Dia akan senang

sekali. He will be very happy. Ia telah puji Tuan terus tadi.

VAN REES : Tuan bagus. Ini uang. ( MENGAMBIL DOMPETNYA,

MENGELUARKAN UANG ) Ini saya kasih buat Tuan .

DARMA : ( MENOLAK ) No,no, no !

VAN REES : You speak English. Good, good ! ( MEMASUKKAN UANG KE SAKU

KEMEJA DARMA ).

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 42: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

42

DARMA : (BINGUNG ) Bajingan ! Uang haram !

VAN REES : Apa dia kata ? What did he say?

MAYA : ( MENGEJEK DARMA ) Dia kata tuan sangat baik. He said thank you

very much and that you are very generous.

VAN REES : Saya suka tuan. Tuan bagus.

DARMA : Bule keparat, lu !

MAYA : Dia kata, dia suka tuan juga. He said he likes you too.

VAN REES : Bagus. Good. Saya kata kedutaan tuan bagus. Salary….gaji tuan naik, ya?

Gaji besar, ya ?

DARMA : Perut kerbau bule besar, ya?

MAYA : ( TERTAWA ) Terima kasih atas niat baik tuan. Thank you for your

willingness to help him with the embassy.

VAN REES : You’re welcome, you’re welcome. Terima kasih kembali. ( KEPADA

MAYA ) So, it’s time to go. Kita pulang sekarang, ya ?

MAYA : Yes, let’s go now. But let me thank him personally. Saya mau kata terima

kasih dulu padanya. ( KEPADA DARMA ) terima kasih atas kebaikan dan

segala keramah-tamahannya. Sekarang selamat berpisah. Pelihara Tito

baik-baik. Katakana Ibunya datang, dan Ibunya tetap mencintainya.

DARMA : Jangan bicara tentang Tito. Kamu tidak ada hubungan lagi dengan dia.

MAYA : Baiklah. Baiklah. Walaupun begitu, saya minta,kamu tidak membikin

jiwanya mati seperti kamu. Walaupun kamu hanya bisa bergaul dengan

orang-orang mati, bebaskan dia dari pengaruhmu dan jangan seret dia ke

dunia orang-orang mati !

DARMA : Kuntilanak lu !

MAYA : ( KEPADA VAN REES ) Dia kata selamat jalan wanita cantik. He said

goodbye beautiful lady ! ( TERTAWA )

VAN REES : ( MENGGANDENG TANGAN MAYA ) Goodbye !

DARMA : Bandot bule,lu ! ( VAN REES DAN MAYA PERGI ).

Adegan 5 Darma memandang ke arah mereka untuk beberapa lama. Ia mengambil uang dari

sakunya dan memandangnya sejenak.

DARMA : ( KEPADA UANG ) Barangkali dunia akan lebih baik tanpa kamu ! Tapi

kamu tidak akan dapat menguasai saya. ( MENYOBEK UANG ITU )

Sepuluh dollar ! Bajingan ! ( MENYOBEK LAGI ) Bahkan seratus dollar,

seribu dollar, sejuta dollar akan tetap kusobek ! ( MENYOBEK SAMPAI

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara

Page 43: Naskah:  Dunia Orang-orang Mati

DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009 http://bandulnusantara.blogspot.com/)

43

CABIKAN KECIL-KECIL ) Kamu anggap kamu telah menundukkan

dunia ! Tidak ! Sedikitnya masih ada Aku yang tidak bertekuk lutut

padamu ! Bajingan ! ( MELEMPARKAN CABIKAN KE UDARA ) .

Pergi ! Enyah ! Terbang dengan angin !

BLACKOUT

Bandung, pertengahan sampai 22 Agustus 1986

Diketik ulang oleh Kelompok Bandul Nusantara, April 2009

Kelompo

k Ban

dul N

usan

tara