Naskah Artikel Agroforestri

8
Kategori : Umum Tema : Penataan Ruang dan Pertanahan Simple Agroforestri Sebagai Upaya Pengendalian Tanah Longsor di Daerah Pegunungan Oleh : Dwi Hermayantiningsih (Yogyakarta) Keberadaan suatu wilayah tidak bisa terlepas dari adanya potensi bencana alam, sehingga harus siap pula untuk menghadapi bencana tersebut. Indonesia memiliki kondisi alam yang tergolong rawan terhadap bencana- bencana seperti gempa, banjir, dan tanah longsor. Namun bencana yang hampir terjadi pada setiap wilayah di Indonesia adalah bencana tanah longsor, karena sekitar 45% luas lahan di Indonesia adalah pegunungan berlereng yang peka terhadap longsor dan erosi. Hal ini merupakan hambatan sekaligus tantangan bagi perencanaan wilayah mengingat sebagaian besar wilayah Indonesia memiliki kawasan pegunungan. Keadaan alam, tipografi dan kelerengan bukanlah penyebab utama longsor di Indonesia, faktor manusia juga banyak menjadi penyebab terjadinya bencana tanah longsor. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan iptek mengakibatkan banyak hutan yang beralih fungsi. Alih guna hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah

Transcript of Naskah Artikel Agroforestri

Page 1: Naskah Artikel Agroforestri

Kategori : Umum

Tema : Penataan Ruang dan Pertanahan

Simple Agroforestri Sebagai Upaya Pengendalian Tanah Longsor di Daerah

Pegunungan

Oleh : Dwi Hermayantiningsih (Yogyakarta)

Keberadaan suatu wilayah tidak bisa terlepas dari adanya potensi bencana

alam, sehingga harus siap pula untuk menghadapi bencana tersebut. Indonesia

memiliki kondisi alam yang tergolong rawan terhadap bencana-bencana seperti

gempa, banjir, dan tanah longsor. Namun bencana yang hampir terjadi pada setiap

wilayah di Indonesia adalah bencana tanah longsor, karena sekitar 45% luas lahan di

Indonesia adalah pegunungan berlereng yang peka terhadap longsor dan erosi. Hal ini

merupakan hambatan sekaligus tantangan bagi perencanaan wilayah mengingat

sebagaian besar wilayah Indonesia memiliki kawasan pegunungan.

Keadaan alam, tipografi dan kelerengan bukanlah penyebab utama longsor di

Indonesia, faktor manusia juga banyak menjadi penyebab terjadinya bencana tanah

longsor. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan iptek mengakibatkan banyak

hutan yang beralih fungsi. Alih guna hutan menjadi lahan pertanian disadari

menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan

flora dan fauna, banjir, tanah longsor, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan

global.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dapat ditempuh dengan cara

mengembalikan fungsi hutan yang telang hilang. Idealnya kawasan yang telah rusak

harus dihutankan kembali. Namun karena banyak penduduk yang hidupnya

bergantung pada kawasan bekas hutan, usaha penghutanan kembali bukan

pemecahan yang realistis. Diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi

permasalahan ini. Tentunya awalnya harus di evaluasi dahulu penyebab kerusakan

Page 2: Naskah Artikel Agroforestri

hutan hingga bencana tanah longsor yang terjadi di setiap wilayah, sehingga

penanganan dapat dilakukan dengan tepat.

Studi di lapangan menunjukkan bahwa petani pada umumya menanam

tanaman semusin yang notabene homogen sehingga sistem perakarannya pun juga

homogen. Penanaman tanaman semusim di lereng perbukitan dapat berakibat fatal

pada kelestarian alam. Selain merusak unsur hara tanah, juga dapat menyebabkan

banjir dan tanah longsor. Bahkan pemerintah telah melarang penanaman tanaman

semusim di lereng perbukitan karena dikhawatirkan akan memperparah kerusakan

lingkungan (Tempo Interaktif, 7 April 2010).

Gambar 1. Bencana Tanah Longsor

Salah satu dampak akibat terjadinya bencana adalah jatuhnya korban baik

meninggal, hilang dan luka-luka serta mengakibatkan pula adanya sejumlah

penduduk yang mengungsi ke daerah yang relatif lebih aman. Dari data yang

dihimpun dari media massa, banyak kasus tanah longsor yang terjadi akibat ulah

manusia. Pada 15 April 2010, di Desa Tempel Sari Kabupaten Temanggung, 19

rumah rusak tertimbun longsor dari lahan tembakau (Kedaulatan Rakyat, 15 Mei

2010). Menurut data Bakornas dalam kurun waktu lima tahun 1998-2004, tercatat

Page 3: Naskah Artikel Agroforestri

294 bencana tanah longsor yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia dengan korban

tewas 747 orang dan kerugian mencapai Rp 21,44 miliar.

Sungguh angka yang sangat tinggi untuk frekuensi bencana alam yang

seharusnya dapat dicegah dan diatasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kurangnya

kesadaran masyarakat untuk mencegah terjadinya bencana tanah longsor ini.

Tentunya pemerintah telah menggalakan berbagai macam program untuk mengatasi

permasalahan ini, namun peran masyarakatlah yang sangat penting dalam

menyelesaikan masalah ini. Peran masyarakat yang dekat dengan lingkungan sekitar

merupakan salah satu kunci pemecahan masalah ini.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan

menggalakkan pertanian campuran dengan memperbanyak pepohonan di antara

tanaman semusim pada lahan pertanian, yang dikenal sebagai sistem agroforestri. Di

satu sisi agroforestri dapat menghasilkan pangan dan di sisi lain diharapkan bisa

memperbaiki kualitas tanah dan lingkungan. Di Indonesia agroforestri sudah dikenal

sejak lama, namun dalam pelaksanaannya tidak jarang mengalami kegagalan, karena

pengelolaannya yang kurang tepat.

Kegagalan penerapan sistem agroforestri karena transfer teknologi dari

stasiun penelitian ke lahan petani seringkali hanya diadopsi sebagian atau bahkan

tidak diadopsi sama sekali oleh petani. Para petani umumnya memiliki sumber daya

yang terbatas, dengan kondisi sosio-ekonomi atau budaya yang berbeda dengan

kondisi di stasiun percobaan. Selain itu, teknologi yang ditawarkan sulit diterapkan

petani dan mungkin tidak lebih baik dibandingkan teknologi lokal yang sudah ada.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut

adalah dengan menerapkan simple agroforestri. Simple agroforestri merupakan

langkah awal rehabilitasi hutan dengan metode penerapan teknologi agroforestri

secara bertahap kepada masyarakat. Secara sederhana, agroforestri berarti menanam

pepohonan di lahan pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah

elemen pokoknya (subjek). Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus

pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan

Page 4: Naskah Artikel Agroforestri

budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Dengan terkondisinya

masyarakat, diharapkan transfer teknologi dapat dilakukan dengan lebih

mudah. Berikut adalah skema penataan ruang secara agroforestri.

Gambar 2. Skema Penanaman pada Simple Agroforesti

Agroforestri merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan stabilitas

tebing yaitu dengan meningkatkan diversitas pohon yang ditanam dalam suatu lahan

untuk meningkatkan jaringan akar-akar yang kuat baik pada lapisan tanah atas

maupun bawah. Penanaman pohon yang mempunyai sistem perakaran dalam

dilakukan ditepi lahan dan diselingi dengan tanaman-tanaman (perdu) yang lebih

pendek dan ringan, dan bagian dasar ditanami rumput. Bagian tengah lahan dapat

ditanami tanaman semusim berupa sayuran dan buah-buahan.

Pemilihan pohon yang baik adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan

setempat, relatif cepat tumbuh, serta perakarannya rapat dan dalam misalnya

sonokeling, mahoni, kaliandra, lamtoro, dan pete. Sedangkan perdu yang ditanam

diantara pepohonan dapat dipilih flemingia atau vetiver. Jarak tanam antara masing-

masing pohon adalah 4 m. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kompetisi cahaya

dan unsur hara tanah sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Kondisi perakaran

dalam sistem ini memiliki peran dalam menahan lapisan tanah, oleh karena itu

semakin banyak akar cabangnya, maka semakin kuat tanaman tersebut menahan

(mencengkeram) tanah sehingga kestabilan tanah akan meningkat.

Page 5: Naskah Artikel Agroforestri

Keuntungan Sistem Agroforesti

Keberadaan pohon di sepanjang tebing sangat mempengaruhi stabilitas tebing

melalui fungsi perakaran yang melindungi tanah sehingga mempengaruhi ketahanan

geser (shear strength) tanah. Agroforestri sangat tepat untuk dikembangkan dalam

pengendalian longsor dengan pertimbangan:

1. Mengurangi daya dorong masa tanah akibat pecahnya gumpalan tanah.

2. Mampu menutup permukaan tanah dengan sempurna, sehingga efektif terhadap

pengendalian erosi/longsor.

3. Variasi tanaman membentuk jaringan perakaran yang kuat baik pada lapisan

tanah atas maupun bawah, akan meningkatkan stabilitas tebing, sehingga

mengurangi kerentanan terhadap longsor.

4. Pangkasan dari pepohonan dan semak-semak dapat dijadikan sebagai makanan

ternak.

Dengan mengamplikasikan simple agroforestri diharapkan bencana tanah longsor

dapat dicegah. Untuk itu, diperlukan peran berbagai pihak baik pemerintah maupun

masyarakat untuk menjaga kelestariaan alam dan peka terhadap lingkungan. Kita

harus menjaga kelestarian lingkungan yang akan diwariskan kepada anak-cucu kita

kelak.