Naskah Artikel Agroforestri
-
Upload
dwi-hermayantiningsih -
Category
Documents
-
view
149 -
download
1
Transcript of Naskah Artikel Agroforestri
![Page 1: Naskah Artikel Agroforestri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/5571f86949795991698d60b9/html5/thumbnails/1.jpg)
Kategori : Umum
Tema : Penataan Ruang dan Pertanahan
Simple Agroforestri Sebagai Upaya Pengendalian Tanah Longsor di Daerah
Pegunungan
Oleh : Dwi Hermayantiningsih (Yogyakarta)
Keberadaan suatu wilayah tidak bisa terlepas dari adanya potensi bencana
alam, sehingga harus siap pula untuk menghadapi bencana tersebut. Indonesia
memiliki kondisi alam yang tergolong rawan terhadap bencana-bencana seperti
gempa, banjir, dan tanah longsor. Namun bencana yang hampir terjadi pada setiap
wilayah di Indonesia adalah bencana tanah longsor, karena sekitar 45% luas lahan di
Indonesia adalah pegunungan berlereng yang peka terhadap longsor dan erosi. Hal ini
merupakan hambatan sekaligus tantangan bagi perencanaan wilayah mengingat
sebagaian besar wilayah Indonesia memiliki kawasan pegunungan.
Keadaan alam, tipografi dan kelerengan bukanlah penyebab utama longsor di
Indonesia, faktor manusia juga banyak menjadi penyebab terjadinya bencana tanah
longsor. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan iptek mengakibatkan banyak
hutan yang beralih fungsi. Alih guna hutan menjadi lahan pertanian disadari
menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan
flora dan fauna, banjir, tanah longsor, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan
global.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dapat ditempuh dengan cara
mengembalikan fungsi hutan yang telang hilang. Idealnya kawasan yang telah rusak
harus dihutankan kembali. Namun karena banyak penduduk yang hidupnya
bergantung pada kawasan bekas hutan, usaha penghutanan kembali bukan
pemecahan yang realistis. Diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi
permasalahan ini. Tentunya awalnya harus di evaluasi dahulu penyebab kerusakan
![Page 2: Naskah Artikel Agroforestri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/5571f86949795991698d60b9/html5/thumbnails/2.jpg)
hutan hingga bencana tanah longsor yang terjadi di setiap wilayah, sehingga
penanganan dapat dilakukan dengan tepat.
Studi di lapangan menunjukkan bahwa petani pada umumya menanam
tanaman semusin yang notabene homogen sehingga sistem perakarannya pun juga
homogen. Penanaman tanaman semusim di lereng perbukitan dapat berakibat fatal
pada kelestarian alam. Selain merusak unsur hara tanah, juga dapat menyebabkan
banjir dan tanah longsor. Bahkan pemerintah telah melarang penanaman tanaman
semusim di lereng perbukitan karena dikhawatirkan akan memperparah kerusakan
lingkungan (Tempo Interaktif, 7 April 2010).
Gambar 1. Bencana Tanah Longsor
Salah satu dampak akibat terjadinya bencana adalah jatuhnya korban baik
meninggal, hilang dan luka-luka serta mengakibatkan pula adanya sejumlah
penduduk yang mengungsi ke daerah yang relatif lebih aman. Dari data yang
dihimpun dari media massa, banyak kasus tanah longsor yang terjadi akibat ulah
manusia. Pada 15 April 2010, di Desa Tempel Sari Kabupaten Temanggung, 19
rumah rusak tertimbun longsor dari lahan tembakau (Kedaulatan Rakyat, 15 Mei
2010). Menurut data Bakornas dalam kurun waktu lima tahun 1998-2004, tercatat
![Page 3: Naskah Artikel Agroforestri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/5571f86949795991698d60b9/html5/thumbnails/3.jpg)
294 bencana tanah longsor yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia dengan korban
tewas 747 orang dan kerugian mencapai Rp 21,44 miliar.
Sungguh angka yang sangat tinggi untuk frekuensi bencana alam yang
seharusnya dapat dicegah dan diatasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kurangnya
kesadaran masyarakat untuk mencegah terjadinya bencana tanah longsor ini.
Tentunya pemerintah telah menggalakan berbagai macam program untuk mengatasi
permasalahan ini, namun peran masyarakatlah yang sangat penting dalam
menyelesaikan masalah ini. Peran masyarakat yang dekat dengan lingkungan sekitar
merupakan salah satu kunci pemecahan masalah ini.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan
menggalakkan pertanian campuran dengan memperbanyak pepohonan di antara
tanaman semusim pada lahan pertanian, yang dikenal sebagai sistem agroforestri. Di
satu sisi agroforestri dapat menghasilkan pangan dan di sisi lain diharapkan bisa
memperbaiki kualitas tanah dan lingkungan. Di Indonesia agroforestri sudah dikenal
sejak lama, namun dalam pelaksanaannya tidak jarang mengalami kegagalan, karena
pengelolaannya yang kurang tepat.
Kegagalan penerapan sistem agroforestri karena transfer teknologi dari
stasiun penelitian ke lahan petani seringkali hanya diadopsi sebagian atau bahkan
tidak diadopsi sama sekali oleh petani. Para petani umumnya memiliki sumber daya
yang terbatas, dengan kondisi sosio-ekonomi atau budaya yang berbeda dengan
kondisi di stasiun percobaan. Selain itu, teknologi yang ditawarkan sulit diterapkan
petani dan mungkin tidak lebih baik dibandingkan teknologi lokal yang sudah ada.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan menerapkan simple agroforestri. Simple agroforestri merupakan
langkah awal rehabilitasi hutan dengan metode penerapan teknologi agroforestri
secara bertahap kepada masyarakat. Secara sederhana, agroforestri berarti menanam
pepohonan di lahan pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah
elemen pokoknya (subjek). Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus
pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan
![Page 4: Naskah Artikel Agroforestri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/5571f86949795991698d60b9/html5/thumbnails/4.jpg)
budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Dengan terkondisinya
masyarakat, diharapkan transfer teknologi dapat dilakukan dengan lebih
mudah. Berikut adalah skema penataan ruang secara agroforestri.
Gambar 2. Skema Penanaman pada Simple Agroforesti
Agroforestri merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan stabilitas
tebing yaitu dengan meningkatkan diversitas pohon yang ditanam dalam suatu lahan
untuk meningkatkan jaringan akar-akar yang kuat baik pada lapisan tanah atas
maupun bawah. Penanaman pohon yang mempunyai sistem perakaran dalam
dilakukan ditepi lahan dan diselingi dengan tanaman-tanaman (perdu) yang lebih
pendek dan ringan, dan bagian dasar ditanami rumput. Bagian tengah lahan dapat
ditanami tanaman semusim berupa sayuran dan buah-buahan.
Pemilihan pohon yang baik adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan
setempat, relatif cepat tumbuh, serta perakarannya rapat dan dalam misalnya
sonokeling, mahoni, kaliandra, lamtoro, dan pete. Sedangkan perdu yang ditanam
diantara pepohonan dapat dipilih flemingia atau vetiver. Jarak tanam antara masing-
masing pohon adalah 4 m. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kompetisi cahaya
dan unsur hara tanah sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Kondisi perakaran
dalam sistem ini memiliki peran dalam menahan lapisan tanah, oleh karena itu
semakin banyak akar cabangnya, maka semakin kuat tanaman tersebut menahan
(mencengkeram) tanah sehingga kestabilan tanah akan meningkat.
![Page 5: Naskah Artikel Agroforestri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082513/5571f86949795991698d60b9/html5/thumbnails/5.jpg)
Keuntungan Sistem Agroforesti
Keberadaan pohon di sepanjang tebing sangat mempengaruhi stabilitas tebing
melalui fungsi perakaran yang melindungi tanah sehingga mempengaruhi ketahanan
geser (shear strength) tanah. Agroforestri sangat tepat untuk dikembangkan dalam
pengendalian longsor dengan pertimbangan:
1. Mengurangi daya dorong masa tanah akibat pecahnya gumpalan tanah.
2. Mampu menutup permukaan tanah dengan sempurna, sehingga efektif terhadap
pengendalian erosi/longsor.
3. Variasi tanaman membentuk jaringan perakaran yang kuat baik pada lapisan
tanah atas maupun bawah, akan meningkatkan stabilitas tebing, sehingga
mengurangi kerentanan terhadap longsor.
4. Pangkasan dari pepohonan dan semak-semak dapat dijadikan sebagai makanan
ternak.
Dengan mengamplikasikan simple agroforestri diharapkan bencana tanah longsor
dapat dicegah. Untuk itu, diperlukan peran berbagai pihak baik pemerintah maupun
masyarakat untuk menjaga kelestariaan alam dan peka terhadap lingkungan. Kita
harus menjaga kelestarian lingkungan yang akan diwariskan kepada anak-cucu kita
kelak.