PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

12
PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM: KASUS KABUPATEN BENGKULU TENGAH PROVINSI BENGKULU ( ) Strengthening Agroforestry System as an Efforts of Climate Change Mitigation: Case of Central Bengkulu Regency, Bengkulu Province Sri Lestari & Bambang Tejo Premono Balai Penelitian Kehutanan Palembang Jl. Kol. H. Burlian Km 6.5 Puntikayu Palembang Telp/Fax: 0711-414864, e-mail: [email protected] iterima 19 November 2013, direvisi 23 Januari 2014, disetujui 24 Februari 2014 Sistem pengelolaan tanaman di lahan milik dengan pola agroforestri di Provinsi Bengkulu secara tidak langsung merupakan suatu bentuk partisipasi masyarakat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Agroforestri dapat dijadikan sebagai salah satu program dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Metode dan wawancara dengan masyarakat digunakan untuk mengetahui tujuan utama masyarakat dalam mengembangkan agroforestri di lahan miliknya serta mengetahui sikap dan pengetahuan masyarakat terhadap peran agroforestri dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Bengkulu Tengah mengembangkan pola agroforestri dengan dua atau lebih jenis tanaman karena pola ini lebih menguntungkan dari sisi pemenuhan kebutuhan hidup jangka pendek dan jangka panjang. Dari sisi ekonomi, masyarakat mengembangkan tanaman kayu dengan tujuan utama sebagai tabungan masa depan. Sementara itu dari sisi lingkungan, agroforestri memiliki peran penting dalam melindungi flora fauna, menjaga lingkungan, serta mengurangi pemanasan global. Akan tetapi masih banyak juga di antara anggota masyarakat yang belum menyadari akan hal ini, sehingga diperlukan introduksi teknologi dan sosialisasi tentang isu lingkungan kepada masyarakat untuk mempertahankan minat masyarakat dalam mengembangkan agroforestri di Bengkulu Tengah groforestri, partisipasi masyarakat, mitigasi perubahan iklim 1 2 1,2 D . Kata kunci: A ABSTRACT The crop management systems on land owned with agroforestry system in Bengkulu Province indirectly constitutes as a form of community participation to reduce greenhouse gasses emissions. Agroforestry can be used as one of the programs in the Regional Action Plan (RAD) in an effort to mitigate and adapt to climate change. Survey methods and interviews with the community who applied agroforestry system were used to know the main purpose of the community in developing agroforestry on their land and also to determine the attitude and knowledge of the community about the role of agroforestry in mitigation and adaptation to climate change. The results showed that most of people in Central Bengkulu Regency developed agroforestry system with two or more types of plants because this pattern is more favorable in terms of subsistence, both short and long term. From the economic side, the community developed a timber plant with the main purpose as future savings. Meanwhile, in terms of the environment, agroforestry has an important role in protecting the flora and fauna, protecting the environment, and reduce global warming. However, still many of the members of the community who have not been aware of this. Therefore, the introduction of technology and dissemination of environmental issues to the public are needed to maintain public interest in the development of agroforestry in Central Bengkulu. groforestry system, community participation, climate change mitigation survey Keywords: A ABSTRAK 1 Penguatan Agroforestri dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim: Kasus Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu Sri Lestari ( ) et. al. I. PENDAHULUAN Pengembangan tanaman kehutanan dengan pola agroforestri telah lama dipraktekkan oleh masyarakat di Provinsi Bengkulu, dimana sebagian besar dari mereka mencampur jenis tanaman perkebunan berupa kopi dengan tanaman kehutanan jenis kayu bawang ( ). Dasar pertimbangan masyarakat dalam mencampur beberapa jenis tanaman dalam Disoxylum molliscimum

Transcript of PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

Page 1: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASIPERUBAHAN IKLIM: KASUS KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PROVINSI BENGKULU(

)Strengthening Agroforestry System as an Efforts of Climate Change

Mitigation: Case of Central Bengkulu Regency, Bengkulu Province

Sri Lestari & Bambang Tejo PremonoBalai Penelitian Kehutanan Palembang

Jl. Kol. H. Burlian Km 6.5 Puntikayu PalembangTelp/Fax: 0711-414864, e-mail: [email protected]

iterima 19 November 2013, direvisi 23 Januari 2014, disetujui 24 Februari 2014

Sistem pengelolaan tanaman di lahan milik dengan pola agroforestri di Provinsi Bengkulu secara tidaklangsung merupakan suatu bentuk partisipasi masyarakat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Agroforestridapat dijadikan sebagai salah satu program dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) dalam upaya mitigasi dan adaptasiperubahan iklim. Metode dan wawancara dengan masyarakat digunakan untuk mengetahui tujuan utamamasyarakat dalam mengembangkan agroforestri di lahan miliknya serta mengetahui sikap dan pengetahuanmasyarakat terhadap peran agroforestri dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwasebagian besar masyarakat di Kabupaten Bengkulu Tengah mengembangkan pola agroforestri dengan dua atau lebihjenis tanaman karena pola ini lebih menguntungkan dari sisi pemenuhan kebutuhan hidup jangka pendek dan jangkapanjang. Dari sisi ekonomi, masyarakat mengembangkan tanaman kayu dengan tujuan utama sebagai tabungan masadepan. Sementara itu dari sisi lingkungan, agroforestri memiliki peran penting dalam melindungi flora fauna,menjaga lingkungan, serta mengurangi pemanasan global. Akan tetapi masih banyak juga di antara anggotamasyarakat yang belum menyadari akan hal ini, sehingga diperlukan introduksi teknologi dan sosialisasi tentang isulingkungan kepada masyarakat untuk mempertahankan minat masyarakat dalam mengembangkan agroforestri diBengkulu Tengah

groforestri, partisipasi masyarakat, mitigasi perubahan iklim

1 2

1,2

D

.

Kata kunci: A

ABSTRACT

The crop management systems on land owned with agroforestry system in Bengkulu Province indirectly constitutes as a form ofcommunity participation to reduce greenhouse gasses emissions. Agroforestry can be used as one of the programs in the Regional ActionPlan (RAD) in an effort to mitigate and adapt to climate change. Survey methods and interviews with the community who appliedagroforestry system were used to know the main purpose of the community in developing agroforestry on their land and also to determine theattitude and knowledge of the community about the role of agroforestry in mitigation and adaptation to climate change. The results showedthat most of people in Central Bengkulu Regency developed agroforestry system with two or more types of plants because this pattern ismore favorable in terms of subsistence, both short and long term. From the economic side, the community developed a timber plant with themain purpose as future savings. Meanwhile, in terms of the environment, agroforestry has an important role in protecting the flora andfauna, protecting the environment, and reduce global warming. However, still many of the members of the community who have not beenaware of this. Therefore, the introduction of technology and dissemination of environmental issues to the public are needed to maintainpublic interest in the development of agroforestry in Central Bengkulu.

groforestry system, community participation, climate change mitigation

survey

Keywords: A

ABSTRAK

1Penguatan Agroforestri dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim: Kasus Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu Sri Lestari( )et. al.

I. PENDAHULUAN

Pengembangan tanaman kehutanan dengan polaagroforestri telah lama dipraktekkan olehmasyarakat di Provinsi Bengkulu, dimana sebagian

besar dari mereka mencampur jenis tanamanperkebunan berupa kopi dengan tanamankehutanan jenis kayu bawang (

). Dasar pertimbangan masyarakatdalam mencampur beberapa jenis tanaman dalam

Disoxylummolliscimum

Page 2: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

2

satu bidang lahan adalah diversifikasi hasil panen,baik dari segi jenis maupun waktu panen. Hal inimemperlihatkan bahwa motif ekonomi masihmendominasi minat mayarakat dalam meng-usahakan tanaman pertanian dan kehutanan dilahan miliknya. Beberapa penelitian jugamengungkapkan bahwa pengembangan agro-forestri oleh masyarakat memiliki beberapa manfaatyang lain.

Jose (2009) menjelaskan bahwa agroforestrimemiliki empat manfaat utama bagi ekosistem danlingkungan, yaitu penyerapan karbon, menjaga danmeningkatkan kesuburan tanah, konservasikeanekaragaman hayati, serta menjaga danmeningkatkan kualitas udara dan air. Smith(2008) dan Dresner (2008) jugamengungkapkan bahwa lahan dengan tanamanberkayu memiliki peran penting dalam menjagasumberdaya alam karena mampu mencegah ataumengurangi bahaya banjir, serta mengontrol erositanah. Peran-peran tersebut selama ini kurangdisadari oleh masyarakat, terutama di daerah-daerahdimana akses informasi dan transportasi masihcukup rendah. Akan tetapi dengan semakingencarnya issue pemanasan global dan perubahaniklim yang banyak ditayangkan dan dimuat diberbagai media massa seperti televisi dan suratkabar, membuat masyarakat sedikit demi sedikitmulai mengerti bahwa dampak negatif daripemanasan global ini telah mereka rasakan. Merekamulai sadar akan pentingnya menjaga kelestarianlingkungan dengan cara menanam pohon.

Dalam penelitiannya, Oke dan Olatiilu (2011)membandingkan jumlah serapan karbon yang dapatdisimpan oleh beberapa tipe tutupan lahan dalampola agroforestri, dan hasilnya mengungkapkanbahwa lahan dengan pola agroforestri coklat yangrapat mampu menyerap karbon lebih tinggidibandingkan dengan pola agroforestri coklat yangkurang rapat. Hal ini menunjukkan bahwa adanyatanaman kehutanan yang dicampur dengantanaman perkebunan seperti coklat atau kopi akanmeningkatkan kapasitas serapan karbon dariatmosfer. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitianBudiadi dan Ishii (2010) yang menjelaskan bahwapola agroforestri yang intensif dengan beberapajenis tanaman pertanian mampu menyerap karbonlebih banyak dibandingkan dengan polaagroforestri hanya dengan satu jenis tanamanpertanian. Hasil penelitian ini juga membuktikanbahwa pola agroforestri dapat menyerap karbon

et al.e t a l .

lebih tinggi dibandingkan dengan polamonokul tur. S i s tem ag rofores t r i yangdikembangkan di wilayah Bukidnon, Philippines,mampu menyimpan karbon sebanyak 92 MgC perha sampai dengan 174 MgC per ha (Labata2012).

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajiantentang pengembangan agroforestri dan aksimitigasi perubahan iklim di Kabupaten BengkuluTengah, Provinsi Bengkulu, dikaitkan denganprogram pemerintah untuk menurunkan tingkatemisi karbon. Dengan mengetahui tujuan utamamasyarakat dalam mengembangkan agroforestri dilahan miliknya serta sikap dan pengetahuanmasyarakat terhadap peran agroforestri dalamupaya mitigasi perubahan iklim, diharapkanpengembangan agroforestri di tingkat masyarakatdapat dijadikan salah satu program dalam rencanaaksi daerah dalam rangka mitigasi dan adaptasiperubahan iklim

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan diKabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulupada bulan April - Juni 2012. Kabupaten BengkuluTengah di pilih secara sengaja (karena masyarakatnya sebagian besar me-ngembangkan tanaman kayu di lahan milik mereka.Tiga desa yang menjadi fokus dalam kegiatan iniadalah Desa Lubuk Sini, Desa Karang Empat, danDesa Batu Raja.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdata pimer dan data sekunder yang berhubungandengan fokus penelitian. Data primer berupakarakteristik sosial ekonomi masyarakat, motivasidalam pengembangan agroforestri dan pengetahu-an serta pemahaman masyarakat tentang isulingkungan dan mitigasi perubahan iklim. Datakarakteristik sosial ekonomi meliputi tingkatpendidikan, pekerjaan, umur, pendapatan, luaskepemilikan lahan dan jumlah pohon kayu bawangyang ditanam masyarakat. Data primer diperolehmelalui metode observasi dan wawancara denganpemilik dan pengembang agroforestri dengantanaman kayu jenis kayu bawang. Sedangkan data

et al.

purposive sampling)

.

II. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

B. Data dan Metode Penelitian

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 1 Maret 2014, Hal. 1 - 12

Page 3: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

3

sehingga topografi wilayah ini bergelombang danberbukit dengan derajat kelerengan antara 5 - 35%.Sebelah utara wilayah ini berbatasan denganKabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten RejangLebong, sebelah timur berbatasan denganKabupaten Kepahiyang, sebelah selatanberbatasan dengan Kabupaten Seluma dan KotaBengkulu, serta sebelah barat berbatasan denganSamudra Indonesia (Badan Pusat StatistikKabupaten Bengkulu Tengah, 2012).

Wilayah Bengkulu Tengah didominasi olehareal pertanian seperti sawah, lahan kering, danperkebunan sehingga hasil produksi tanamanperkebunan di wilayah ini cukup tinggi, sepertikaret, kopi, kakao, sawit, kelapa, dan cengkeh.Demikian juga dengan tanaman buah-buahanseperti mangga, rambutan, duku, jeruk, durian,sawo, dan lain-lainnya. Untuk areal kehutananterbagi menjadi tiga fungsi, yaitu fungsi konservasi,fungsi produksi, dan fungsi lindung. Berdasarkanklasifikasi iklim, kabupaten ini tergolong tipe iklimA (tropis basah) dengan kelembaban 70-87%.Jumlah bulan basah dimulai dari bulan Oktoberdan berakhir pada bulan Juli, dengan temperaturrata-rata tahunan 25 C sampai dengan 27 C sertacurah hutan bulanan 230 - 620 mm. Terdapatempat jenis tanah di Kabupaten Bengkulu Tengah,yaitu Aluvial, Podsolik Merah Kuning, Latosol, danAndosol (Bappeda Kabupaten Bengkulu Tengah,2011b).

Berdasarkan data Badan Pusat StatistikKabupaten Bengkulu Tengah tahun 2012,penduduk di Kabupaten ini berjumlah 101.030jiwa yang terdiri dari 51.850 laki-laki dan 49.180perempuan. Penduduk kebanyakan berdomisili diKecamatan Pondok Kelapa, yaitu sebesar 17,15%.Hal ini disebabkan letak kecamatan ini berada dipinggir jalan provinsi dan menjadi pusat kegiatanekonomi rakyat. Jumlah penduduk miskinKabupaten Bengkulu Tengah adalah 6,52% atau6.700 jiwa, jumlah ini adalah yang terendah diProvinsi Bengkulu. Lapangan pekerjaan utamapenduduk didominasi oleh bidang pertanian(58,83%) dan jasa (11,61%) sehingga 35,29%PDRB di kabupaten ini disumbang oleh sektorpertanian. Sektor pertanian meliputi pertaniantanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan,peternakan dan kehutanan. Pertumbuhan ekonomi

0 0

B. Sosial Ekonomi dan Budaya

sekunder berupa gambaran umum lokasi penelitian,data statistik Kabupaten dan Provinsi Bengkulu,serta dokumen program pemerintah berkaitandengan aksi nasional dalam mitigasi perubahaniklim, diperoleh melalui penelusuran data diinstansi-instansi terkait, yaitu Badan Pusat StatistikProvinsi Bengkulu, Dinas Kehutanan ProvinsiBengkulu, Dinas Kehutanan Kabupaten BengkuluTengah, serta BPDAS Provinsi Bengkulu.Wawancara juga dilakukan terhadap beberapastakeholder yang terkait dengan kegiatanpengembangan kayu kehutanan di wilayahBengkulu Tengah dengan pola agroforestri.

Pemilihan responden di tiga desa lokasipenelitian dilakukan dengan metode

(pemilihan dengan sengaja), yaitu dipilihpenduduk yang memiliki tanaman kayu bawanglebih dari 10 batang. Dari masing-masing desadipilih 32 responden sehingga jumlah totalresponden adalah 96 orang. Akan tetapi darikeseluruhan responden tersebut terdapat 1kuisioner yang kurang lengkap, sehingga hanya 95kuesioner yang dapat dianalisis dalam kegiatanpenelitian ini.

Data yang diperoleh dari lapangan kemudiandianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatifuntuk mengetahui tujuan utama masyarakat dalampengelolaan agroforestri dan sejauh mana sikapmasyarakat terhadap mitigasi perubahan iklim. Darihasil analisis ini, serta didukung oleh informasi daridata sekunder dan wawancara dengan stakeholderterkait, akan diperoleh hasil yang lebihkomprehensif mengenai peran agroforestri diBengkulu Tengah untuk mendukung programpemerintah dalam aksi mitigasi dan adaptasiperubahan iklim.

Secara administrasi Kabupaten BengkuluTengah termasuk dalam wilayah Provinsi Bengkuluyang terletak antara 101 32 - 102 8' serta 2 5' - 4 ,dengan ibukota berada di Karang Tinggi. Kondisigeografis Kabupaten Bengkulu Tengah ini sebagianbesar merupakan dataran dengan ketinggian dibawah 150 m dpl, sedangkan di bagian timurtopografinya berbukit-bukit dengan ketinggian 541m dpl. Persebaran ketinggian bersifat sporadis

purposivesampling

III. GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Biofisik

0 ' 0 0 0

Penguatan Agroforestri dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim: Kasus Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu Sri Lestari( )et. al.

Page 4: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

4

tersebut, tujuh bidang utama telah ditetapkandalam aksi mitigasi nasional, yaitu (1) pengelolaanlahan gambut secara berkelanjutan, (2)pengurangan tingkat deforestasi dan degradasilahan, (3) pengembangan penyerapan karbon, (4)mempromosikan penghematan energi, (5)pengembangan sumber energi alternatif danterbarukan, (6) pengurangan limbah padat dan cair,dan (7) pengalihan ke moda transportasi yangrendah emisi.

Berdasarkan tujuh bidang utama ini,pengembangan agroforestri dengan mencampurtanaman kehutanan dan tanaman pertanian atauperkebunan dapat dimasukkan dalam bidang yangkedua dan ketiga, yaitu pengurangan tingkatdegradasi lahan serta pengembangan penyerapankarbon. Hal ini dikarenakan kemampuanagroforestri dalam mencegah laju degradasi lahanserta adanya kemampuan tumbuhan yang ditanamdi dalamnya untuk menyerap karbon. Apabilaseluruh masyarakat yang memiliki lahan menanamtanaman kehutanan dan perkebunan secarabersamaan di lahan miliknya, maka iklim mikroyang kondusif bagi kehidupan manusia disekitarnya dapat diciptakan.

Ditinjau dari aspek sosial ekonomi, sistemagroforestri dapat memberikan keuntunganberupa peningkatan pendapatan serta penyediaanlapangan kerja. Sedangkan dari aspek lingkungan,agroforestri dapat memberikan keuntungan dalammemelihara kualitas serta kuantitas air dan udarabersih, menjaga keanekaragaman hayati danmeningkatkan penyerapan karbon dari atmosfer.Penelitian Santoso (2003) di Taman nasional MeruBetiri Jember mengungkapkan bahwa demplotagroforestri dengan jenis tanaman kedawung,trembesi, pakem dan kemiri memiliki potensimitigasi sebesar 268 ton C/ha. Selain itu, demplotini juga menghasilkan sebesar2.458 US$/ha. Potensi mitigasi ini akan meningkatmenjadi 311 ton C/ha dengan adanya penambahantanaman buah seperti mangga, durian danrambutan sehingga NPV yang dihasilkan jugameningkat. Menurut Widianto (2003) sistemagroforestri lebih menguntungkan dibandingkansistem pertanian dengan tanaman semusim karenajika dilihat dari cadangan karbon yang dapatdisimpan, pepohonan memiliki biomasa tinggi danmasukan seresah yang dapat terjadi secara terusmenerus.

Net Present Value

et al.

Kabupaten Bengkulu Tengah pada tahun 2011adalah 6,74%, dimana pertumbuhan tertinggi adapada sektor keuangan, persewaan dan jasaperusahaan.

Penduduk di Kabupaten Bengkulu Tengahmemiliki kebudayaan dan adat istiadat yangberagam. Penduduk asli Kabupaten ini adalah SukuRejang dan Suku Lembak, namun terdapat pulasuku yang datang dari luar Kabupaten, seperti sukuJawa, Sunda, Batak, dan lain-lain. Tiga suku besaryang ada di Kabupaten Bengkulu Tengah adalahSuku Rejang, Suku Lembak, dan Suku Jawa.Komunikasi antar suku dalam pergaulan sehari-hariumumnya menggunakan bahasa Melayu Bengkuludan Bahasa Indonesia. Sedangkan untuk ber-komunikasi sesama suku, mereka menggunakanbahasa daerah masing-masing suku (BappedaKabupaten Bengkulu Tengah, 2011a).

Kabupaten Bengkulu Tengah dengan luaswilayah kurang lebih 1.223,94 km dan luas kawasanhutan 26.336,4 ha dan areal kawasan penggunaanlain (APL) atau budidaya milik masyarakat yangsebagian besar juga ditanami dengan tanaman kayu,berperan terhadap aspek konservasi sumberdayadan lingkungan serta berkontribusi dalam aspeksosial ekonomi masyarakat. Salah satu programstrategis pemerintah dalam aspek konservasisumberdaya dan lingkungan adalah mitigasiperubahan iklim dengan menurunkan tingkat emisigas rumah kaca (GRK).

Target pemer intah Indones ia ada lahmenurunkan emisi GRK sebesar 26% atau 0,767Gton CO e (dengan usaha sendiri) dan 41% atau1.244 Gton CO e (dengan dukungan internasional)di tahun 2020 (Bappenas, 2011). Aksi mitigasi dalampertanian, kehutanan dan lahan gambut, energi dantransportasi, industri, serta pengelolaan limbah,merupakan lima bidang prioritas yang diusulkanoleh rencana aksi nasional penurunan emisi gasrumah kaca (RAN-GRK). Untuk mencapaipenurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26%

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEM-BAHASAN

A. Agroforestri di Kabupaten BengkuluTengah dan Aksi Mitigasi Perubahan Iklimdi Daerah

2

2

2

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 1 Maret 2014, Hal. 1 - 12

Page 5: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

5

Gambar 1. Agroforestri tanaman kayu bawangdengan kakao

Figure Agroforestry kayu bawang with cocoa1.

Gambar 2. Agroforestri tanaman kayu bawangdengan sawit

Figure 2. Agroforestry kayu bawang with palm oil

Tabel 1. Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) di Kabupaten Bengkulu TengahTable 1. Program of Kebun Bibit Rakyat in Central Bengkulu Regency

JumlahKecamatan Desa Nama Kelompok Tani Jenis Bibit (Batang)(Sub district) (Village) (farmer groups) (Seeds species) (Number of

poles)

Arga Indah I, Karang Sidomulyo, Coa Sako karet, mahoni, kayuPagar Jati 145,000

Are, Rena Kandis sako, Harapan Maju Afrika, kayu bawang

Kelindang, Padang karet, kayu Afrika,Tani Karya, Padang Jaya,

Kedeper, Ulak Lebar, sengon laut, meranti,Merigi Kelindang Harapan Maju, Tanah 250,000

Penembang, Talang bambang lanang,Leluhur, Harapan Baru

Ambung gaharu

Puar Makmur, Suka karet, kayu Afrika,Lubuk Puar, Susup,

Merigi Sakti Maju, Tunas Muda, pala, bambang lanang, 200,000Bajak III, Pagar Agung

Cenderawasi kayu bawang

karet, mahoni,Sekayun Mudik, Jalan Bersama, Donok

Bang Haji bambang lanang, kayu 100,000Talang Donok Mandiri

bawang

karet, sengon laut,Kancing, Karang Harapan Makmur,

Karang Tinggi mahoni, kayu Afrika, 100,000Nanding Sepakat

bambang lanang

Air Kotok,Pematang Harapan Mandiri, karet, mahoni,Pematang Tiga 100,000

Tiga Harapan Makmur bambang lanang

Penum, Tanjung Sabar Menanti, TunasTaba Penanjung karet, kayu Afrika 100,000

Ranum Harapan

JUMLAH TOTAL 995,000

Penguatan Agroforestri dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim: Kasus Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu Sri Lestari( )et. al.

Page 6: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

6

P

n 2.U

.

otensi agroforestri di Kabupaten BengkuluTengah cukup tinggi. Hal ini diindikasikan olehperan Kabupaten Bengkulu Tengah sebagaipemasok utama kayu ke Kota Bengkulu. Kayu-kayuyang dihasilkan merupakan kayu tanaman rakyatyang berada di luar kawasan lindung. Tanaman kayuini banyak dikembangkan oleh masyarakat denganpola agroforestri, yaitu dicampur dengan berbagaijenis tanaman perkebunan seperti karet, sawit, kopi,dan lainnya. Jenis yang banyak ditanam olehmasyarakat antara lain kayu bawang, sengon, kayuAfrika, kayu gadis, merambung, jengkol dan durian.Masyarakat menanam jenis kayu-kayu ini denganberbagai pola, seperti menanam tanaman kayu diantara tanaman perkebunan (sawit, karet, kakao,dll), dan menanam tanaman kayu sebagai tanamanbatas di pinggir-pinggir lahan. Hal ini dapat dilihatpada Gambar 1 da

paya untuk mitigasi perubahan iklim jugadilakukan oleh pemerintah daerah setempat denganmelaksanakan program Kebun Bibit Rakyat (KBR)yang merupakan kegiatan rehabilitasi hutan danlahan yang salah satu tujuannya adalah untukmengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dansebaliknya meningkatkan sekuestrasi karbon ataupenyimpanan karbon dalam berbagai organtanaman, terutama dalam bentuk kayu. JumlahKBR yang dilaksanakan pada tahun 2011 berjumlah20 kelompok dengan jumlah tanaman 995.000 bibit.Adapun rincian lokasi, jenis, dan jumlah bibit yangditanam dalam program KBR di KabupatenBengkulu Tengah dapat dilihat pada Tabel 1

B. Anal is is Deskr ipt i f K arakter is t ikMasyarakat

Masyarakat di Kabupaten Bengkulu Tengahyang menjadi responden dalam kegiatan penelitianini sebagian besar adalah petani yang menanamilahannya dengan tanaman perkebunan berupakopi, sawit dan karet yang dicampur dengantanaman kehutanan berupa kayu bawang, durendan lain-lainnya. Dari Gambar 3 dapat diketahuibahwa 89% dari responden adalah petani, 1% darimereka adalah pedagang, 2 % merupakan pegawainegeri sipil, dan 2% dari responden adalah pekerjaswasta, sedangkan sisanya sebanyak 6%merupakan orang-orang yang bekerja di luarkeempat kategori pekerjaan tersebut.

Sebagian besar responden adalah petani, yaitupetani kebun yang terbiasa mengelola lahan denganmenanam tanaman perkebunan dicampur dengantanaman kayu. Namun sistem pertanian yangdipraktekan merupakan sistem pertaniantradisional yang sederhana dan belum banyaktersentuh oleh teknologi sehingga produktivitaslahannya belum optimal. Hal ini dapat dilihat daribelum adanya penerapan sistem silvikultur intensifoleh masyarakat. Di beberapa lokasi masyarakatmasih belum melakukan pengaturan jarak tanam,penggunaan bibit unggul, serta pemberantasanhama dan penyakit. Jarak tanam yang sangat rapatdan tidak menanam bibit unggul pada tanamankayu menyebabkan lambatnya pertumbuhan dankecilnya dimeter kayu. Untuk itu diperlukanintroduksi teknologi untuk meningkatkan

Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaanFigure 3. Characteristics of respondents based on the type of job

Sumber : Data Primer, 2012(Source) (Primary Data, 2012)

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 1 Maret 2014, Hal. 1 - 12

Page 7: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

7

produktivitas lahan milik masyarakat tersebut.Sukirno (2007) juga menegaskan hal serupabahwa diperlukan adanya kemajuan teknologiuntuk dapat mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan ekonomi di masyarakat. Hal ini tentu sajatermasuk kegiatan ekonomi di bidang pertanianyang dilakukan oleh masyarakat di KabupatenBengkulu Tengah. Sebenarnya, letak kebun yangrelatif dekat dengan tempat tinggal masyarakat,

berkisar 2-3 km, memiliki dampak positif bagipengelolaan lahan karena mereka dapat melakukanlebih intensif terutama dalam hal pengawasandan pemeliharaan. Ruf (2005) menyatakanbahwa letak kebun yang dekat dengan rumahpetani dapat menghemat waktu pulang pergiuntuk bekerja, sehingga mereka akan lebih seringpergi ke kebun dan mengelola lahannya denganlebih intensif.

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan umur, pendapatan, luas kepemilikan lahan, dan jumlahpohon kayu bawang yang ditanam

Table 2. Characteristics of respondents based on their age, income, land owned and the quantity of kayu bawang that wereplanted

Variabel (Variable) Min (Min) Rata-rata (Mean) Max (Max)

Umur (Age) (tahun) (Year)Pendapatan (Income) (Rp/minggu) (Rp/Week)Luas lahan (Land area) (Ha) (Ha)Jumlah pohon (Trees quantity) (batang) (Poles)

32150.000115

50680.000352

703.000.00015300

Sumber : Data Primer, 2012(Source) (Primary Data, 2012)

biaya sekolah, biaya untuk mencari kerja, biayaresepsi pernikahan, dan ada kebutuhan kayu untukrumah tangga sendiri.

Jika dilihat dari luas kepemilikan lahan,responden memiliki luasan lahan antara 1 (satu)sampai dengan 15 (lima belas) hektar. Padaumumnya petani yang memiliki lahan luas akanmemiliki jumlah tanaman kayu bawang lebihbanyak. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlahkayu bawang berkisar antara 15 sampai dengan 300batang, dengan rata-rata 52 batang per responden.Kepemilikan lahan yang lebih luas dengan tanamankayu bawang lebih banyak merupakan budayamasyarakat, bahkan ada yang menanamnya denganpola monokultur karena kebutuhan sehari-harinyadapat diperoleh dari lahan lain atau daripendapatan di luar usaha tani.

Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwamayoritas atau 70% responden memilikipendidikan Sekolah Dasar, SMA sebanyak 15%,SMP 13%, sarjana 1% dan tidak sekolah sebanyak1%. Tingkat pendidikan responden mempe-ngaruhi tingkat pengetahuan dalam mengelolalahan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwamasyarakat masih mengelola lahannya dengansistem pertanian tradisional dan belum mengenalteknologi budidaya seperti misalnya sistemsilvikultur intensif, hal ini juga dipengaruhi oleh

Tabel 2 menjelaskan bahwa umur respondenantara 32 sampai 70 tahun atau rata-rata 50 tahun.Pendapatan mingguan rata-rata adalah Rp 680.000atau sekitar Rp 2.720.000 per bulan. Angka inisebenarnya cukup besar untuk masyarakat di daerahpedesaan, akan tetapi karena biaya hidupmasyarakat juga cukup tinggi (untuk wilayahBengkulu), dan sumber pendapatan masyarakatsa tu - sa tunya ada l ah dar i l ahan , makaketergantungan terhadap lahan sangat tinggiterutama untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.Akibatnya, banyak di antara anggota masyarakathanya mampu memenuhi kebutuhan pokok saja.

Tidak adanya sumber pendapatan lain selainhasil lahan milik sehingga masyarakat berusahamengoptimalkan pemanfaatan lahannya.Agroforestri merupakan salah satu cara paling tepatuntuk tujuan tersebut, sehingga masyarakat bisamemperoleh uang tunai dari tanaman perkebunan(tanaman tahunan) seperti kopi, karet, kakao dansawit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Mereka juga masih mendapat hasil dari tanamanbuah seperti durian dan kelapa, serta hasilpemanenan tanaman kayu bawang yang ditanam disela-sela tanaman pokok atau di pinggir lahan.Tanaman kayu ini lebih bersifat sebagai tabunganbagi petani, sehingga dapat ditebang apabila adakebutuhan mendadak seperti biaya rumah sakit,

Penguatan Agroforestri dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim: Kasus Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu Sri Lestari( )et. al.

Page 8: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

8

tingkat pendidikan mereka yang tergolong rendah.Usman dan Abdi (2010) mengungkapkan bahwapengetahuan usaha tani berperan penting dalam

upaya meningkatkan produktivitas lahan, karenapenggunaan teknologi pada usaha tani akanberpengaruh terhadap pendapatan petani.

Sumber : Data Primer, 2012(Source) (Primary Data, 2012)

Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikanFigure 4.Characteristics of respondents based on education level

Apabila tersosialisasikan dengan baik,sebenarnya peran agroforestri sangatlah penting,baik bagi masyarakat pengembang maupun bagilingkungan sekitarnya. Oyebade (2010)mengungkapkan bahwa agroforestri memberikanproduktivitas lahan yang lebih tinggi, keuntunganekonomi yang lebih banyak, serta manfaat sosialyang lebih besar dan berkelanjutan. Manfaat sosialini diantaranya adalah adanya interaksi ekologis danekonomis dalam sistem agroforestri yang sangatsignifikan bagi pengelolaan lingkungan karenamampu membantu memecahkan masalahdegradasi lingkungan dan masalah-masalah yangberkaitan dengan perubahan iklim. Hal ini kurangdisadari oleh masyarakat, terutama di daerah-daerah pedesaan. Table 3 menunjukkanpengetahuan masyarakat lokal di KabupatenBengkulu Tengah mengenai tujuan pengembanganagroforestri di lahan miliknya, beberapadiantaranya adalah hal-hal yang berkaitan denganisu-isu lingkungan.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 56%dari responden menyatakan sangat setujubahwa agroforestri di lahan milik adalah tabunganmasa depan, selanjutnya 37% dari respondenmenjawab setuju. Dari hal ini dapat dilihat bahwahampir seluruh responden memberikan responyang positif bahwa agroforestri adalah tabungan

et al.

C. Pengetahuan Masyarakat Lokal tentangMitigasi Perubahan Iklim

Di sektor kehutanan, tiga aktivitas dalam upayamitigasi perubahan iklim menurut kategori IPCCLULUCF adalah: (1) aforestasi, yaitu mengkonversilahan yang sudah lama tidak berhutan menjadi lahanhutan, (2) reforestasi, yaitu mengubah lahan yangsaat ini sudah tidak berhutan menjadi lahan hutan,dan (3) mencegah deforestasi, yaitu mencegahkonversi dari lahan hutan menjadi lahan tidakberhutan (Locatelly, 2011). Upaya yang ketigainilah yang harus dilakukan oleh masyarakat danpemerintah di daerah-daerah yang pada saat inimemiliki lahan berhutan, agar jangan sampaimelakukan konversi lahannya menjadi lahan non-hutan, misalnya menjadi perkebunan kelapa sawitmurni. Di beberapa Kabupaten di wilayahSumatera, seperti Sumatera Selatan dan Bengkulu,konversi lahan oleh masyarakat dari polaagroforestri menjadi tanaman perkebunan sawitmurni menjadi ancaman yang serius. Makin lamamasyarakat dihadapkan dengan kebutuhan akan

yang tinggi, sedangkan menurutpemahaman beberapa anggota masyarakat,mengganti tanaman agroforestri dengan tanamankelapa sawit akan lebih menjanjikan bagi masadepan mereka.

et al.,

cash income

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 1 Maret 2014, Hal. 1 - 12

Page 9: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

9

masa depan. Manfaat ini sudah banyak dirasakanoleh generasi sebelumnya, seperti untukkepentingan naik haji dengan mengandalkan hasilpenjualan dari kayu bawang. Hasil ini sejalandengan penelitian Martin dan Galle (2009) di

Bengkulu Utara, yang menyatakan bahwamasyarakat membudidayakan kayu bawang dilahan milik terutama atas alasan ekonomi dankeyakinan bahwa membudidayakan kayu bawangcukup menguntungkan.

Tabel 3. Pengetahuan masyarakat lokal tentang tujuan pengembangan agroforestriTable 3. Local community knowledge related to the objective of the development of agroforestry

Variabel (Variables )Sangat Setuju

(%)Setuju(%)

Ragu-ragu(%)

Tidak Setuju(%)

Sangat Tidak Setuju(%)

Tabungan masa depanHarga kayu semakin mahalMasa panen lamaMelindungi flora faunaMenjaga lingkunganMencegah pemanasan global

5633178812

375629505855

6527616

1527363227

000100

Sumber : Data Primer, 2012(Source) (Primary Data, 2012)

tentang upaya melindungi flora fauna, menjagalingkungan (mencegah banjir, mencegah longsor,melindungi air tanah, serta menjaga udara segar),serta mengurangi pemanasan global (mitigasiperubahan iklim). Dari ketiga hal ini dapatdiketahui bahwa 50% dari responden setuju bahwaagroforestri yang dikembangkan dapat melindungiflora dan fauna yang hidup di dalamnya, namun36% dari responden tidak setuju akan hal ini karenamereka tidak mengerti. Responden tidakmenyadari bahwa dengan adanya tanaman kayubawang di lahan milik akan menarik beberapa jenisburung untuk tinggal, begitu juga lebah madu,kupu-kupu dan bebarapa jenis hewan lain, dansebenarnya keberadaan kayu bawang di lahan milikmembentuk ekosistem yang sesuai bagi beberapajenis burung dan hewan lainnya. Hal ini didukungoleh pernyataan Tisdell dan Elgar (2007) yangmengungkapkan bahwa keberadaan pepohonanmemiliki peran penting bagi kelangsungan hidupbeberapa jenis satwa yang hidup liar di alam.

Isu lingkungan selanjutnya adalah menjagalingkungan, menurut pengakuan 58% respondenbahwa agroforestri yang mereka kembangkan telahberperan serta dalam menghijaukan lingkungan,mencegah banjir, mencegah longsor, melindungiair tanah, serta menjaga udara yang segar disekitarnya. Namun 32% di antara mereka tidaksetuju akan hal ini, sebab menurut mereka tanpaagroforestri pun lingkungan mereka memangsudah cukup asri dan hijau, serta tidak pernah ada

Selain untuk tabungan masa depan, harga kayuyang semakin mahal juga direspon positif olehresponden, dimana 33% sangat setuju dan 56%menyatakan setuju dimana harga kayu yang semakinmahal menjadi pendorong bagi masyarakat untukterus menanam kayu bawang di lahan milik. Olehkarena itu agar kebutuhan pokok dapat terpenuhi,masyarakat menerapkan pola agroforestri. Kayubawang dipilih oleh masyarakat di Bengkulu Tengahkarena tanaman ini merupakan tanaman asli atautanaman lokal yang sudah dikenal baik olehmasyarakat, serta dapat tumbuh subur di wilayahini. Kayu Bawang memiliki daur menengah, yaitudapat dipanen pada umur 15- 20 tahun sehinggasebagian masyarakat berpendapat bahwa masapanen tanaman kayu bawang cukup lama. Darihasil wawancara dengan responden, 29%mengatakan setuju bahwa kayu bawang masapanennya cukup lama, akan tetapi 27% dari merekamenyatakan ragu-ragu, dan 27% lagi menyatakantidak setuju. Artinya ada sebagian masyarakat yangberpendapat bahwa untuk memanen kayu bawangtidak memerlukan waktu yang lama karena selamamenunggu panen kayu, masyarakat dapatmelakukan aktivitas pertanian yang lain, yaitumengelola tanaman perkebunan yang ditanambersama-sama dengan kayu bawang tersebut.

Untuk mengetahui tujuan masyarakat dalampengembangan agroforestri yang berkaitan denganisu lingkungan, tiga hal yang menjadi fokus dalampenelitian ini adalah pengetahuan masyarakat

Penguatan Agroforestri dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim: Kasus Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu Sri Lestari( )et. al.

Page 10: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

10

banjir dan tanah longsor. Kecenderungan tidaksetuju dikarenakan lingkungan tempat tinggalmereka masih berupa lingkungan pedesaan yangtidak padat penduduk sehingga masih menyisakanbanyak ruang bagi tumbuhnya tanaman danpepohonan, baik yang sengaja ditanam atau yangtumbuh liar. Disamping itu wilayah di sekitarnyajuga tidak rawan terhadap banjir dan longsor, sertaketersediaan air tanah masih cukup melimpah. Olehkarena itu masyarakat kurang menyadari akan artipenting pengembangan kayu bawang dalammenghijaukan lingkungan, mencegah banjir/longsor, menjaga air tanah dan menciptakan udarabersih untuk masyarakat sekitarnya.

Untuk isu lingkungan yang berkaitan dengan“mitigasi perubahan iklim”, belum cukup dikenaldi kalangan masyarakat di Bengkulu Tengah, olehkarena itu digunakan istilah lain yang lebih mudahuntuk dipahami, yaitu “mengurangi pemanasanglobal” atau “mengurangi pemanasan bumi”.Sebanyak 55% dari responden menyatakan setujubahwa penanaman kayu bawang di lahan milikmampu mengurangi pemanasan global. Karenadengan banyaknya kayu bawang maka lingkunganmenjadi lebih sejuk dan air tanah tetap terjaminkelestariannya walaupun ada musim kemarau yangpanjang. Namun demikian, 27% dari respondentidak setuju bahwa tanaman kayu bawang mampuberperan dalam upaya mitigasi perubahan iklim ini.Mereka justru meyakini bahwa udara menjadi panaskarena adanya musim kemarau, akan tetapi padasaat musim penghujan, udara akan kembali normaldan sejuk.

Dampak negatif dari perubahan iklimsebenarnya sudah cukup terasa di wilayah BengkuluTengah. Hal ini ditegaskan pula oleh pihak DinasKehutanan setempat dan juga pemilik kebun benihkayu bawang. Mereka mengungkapkan bahwaperubahan iklim telah menyebabkan ketidakjelasanpergantian musim, yaitu antara musim penghujandan musim kemarau yang berdampak pada tanamankayu bawang. Perubahan iklim telah berpengaruhterhadap perubahan musim berbuah dan jugakuantitas panen buah kayu bawang. World Bank(2010) mengungkapkan bahwa pada sebagian besarnegara-negara berkembang, perubahan iklim dapatmenyebabkan dampak yang buruk terhadap duniapertanian karena akan mengurangi produksipertanian. Hal tersebut juga terindikasi pada kayubawang dimana pada tahun-tahun sebelumnyaselalu berbuah pada bulan Agustus-November,

akan tetapi sejak adanya gejala perubahan iklimpada bulan tersebut tanaman belum berbuah.Bahkan terjadi juga di mana pada tahun tertentukayu bawang tidak berbuah sama sekali. Perubahanmusim berbuah dan kuantitas panen buah kayubawang berpengaruh kepada strategi budidayakayu bawang. Karena kesul i tan untukmendapatkan buah telah mempengaruhi prosespembibitan kayu bawang, sehingga saat ini mulaidicari alternatif lain dalam budidaya kayu bawang,yaitu melalui pembiakan vegetatif berupa stek.Masa berbuah yang tidak menentu jugamempengaruhi beberapa kebijakan pemerintahsetempat dalam bidang kehutanan. Misalnya sajauntuk program pengadaan bibit melalui ProgramKBR, hanya sedikit yang mengusulkan jenis kayubawang, sebab masyarakat khawatir tidak mampumemenuhi target berkaitan dengan buah kayubawang yang semakin langka.

Agroforestri yang telah lama dikembangkanoleh sebagian besar petani di Kabupaten BengkuluTengah potensial untuk mendukung aksi nasionalmitigasi perubahan iklim karena kemampuannyadalam menyerap karbon, serta menciptakan iklimmikro yang lebih kondusif bagi masyarakat danlingkungan sekitarnya. Tingginya motivasimasyarakat untuk mengembangkan agroforestrimerupakan salah satu insentif bagi keber-langsungan agroforestri di wilayah BengkuluTengah. Motivasi tersebut terutama didukung olehadanya pengetahuan dan pemahaman masyarakatterhadap potensi kayu bawang sebagai tabunganmasa depan dan harga kayu yang semakin tinggi.Belum seluruh anggota masyarakat sadar danmemahami peran penting dari agroforestri dalammenanggulangi isu lingkungan dan perubahaniklim, terutama dalam melindungi satwa, menjagalingkungan, serta mengurangi pemanasan global.

Untuk mendukung kelestarian agroforestri diKabupaten Bengkulu Tengah perlu introduksiteknologi budidaya sehingga produktivitas lahandan tanaman agroforestri petani lebih meningkat,sehingga pada akhirnya dapat meningkatkanpendapatan masyarakat. Selain itu, penyuluhanmengenai “perubahan iklim” serta dampaknyaterhadap kehidupan masyarakat sangat diperlukanagar masyarakat lebih menyadari akan manfaat

V. KESIMPULAN DAN SARAN

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 1 Maret 2014, Hal. 1 - 12

Page 11: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

11

agroforestry systems in Bukindon,Philippines.

.

Locatelli, B., Evans, V., Wardell, A., Andrade, A. &Vignola, R. (2011). Forest and climatechange in Latin America: Linking adaptationand mitigation. ,

Oke, D. & Olatiilu, A. (2011). Carbon storage inagroecosystems: A case study of the cocoabased agroforestry in Ogbese ForestReserve, Ekiti State, Nigeria.

, .

Oyebade, B.A., Aiyeloja, A.A. & Ekeke, B.A.(2010). Sustainable agroforestry potentialsand climate change mitigation.

.

Jose, S. (2009). Agroforestry for ecosystem servicesand environmental benefits: an overview.

, .

Ruf, F., & Yoddang. (2005). Kopi dan sistem-sistemagroforestry In Ruf, F. & Lancon, F.,

(Yoddang, Trans.) (pp. 107-118). Jakarta:Salemba Empat. (Original work published2004).

Santoso, E.H. (2003).

. Skripsi pada Program StudiAgrometeorologi, Jurusan Geofisika danMeteorologi, Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. Bogor: InstitutPertanian Bogor.

Smith, P.H.F., Broadmeadow, M.S.J. & Lynch, J.M.(2008). Forest and climate change: Theknowledge-base for action. In Smith, P.H.F,Broadmeadow, M.S.J & Lynch, J.M (Ed),

(pp. 38-48). UK:Forest Research.

Sukirno, S. (2007).. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Tisdell, C.A. & Elgar, E. (2007).. UK: Edward

Elgar Publishing Limited.

International Journal of the BiofluxSociety, 4 (1), 5-11

Forests 431-450.

Journal ofEnvironmental Protection 2, 1069-1075

Advances inEnvironmental Biology, 4(1), 58-63

Agroforestry Systems 76, 1-10

. Darisistem tebas dan bakar ke peremajaan kembali:Revolusi hijau di dataran tinggi Indonesia

Analisis potensi agroforestriuntuk peningkatan rosot karbon (studi kasus diTaman Nasional Meru Betiri, Jember, JawaTimur)

Forestry and climate change

Ekonomi pembangunan: Proses,masalah, dan dasar kebijakan

Economics ofenvironmental conservation

(2 ed.)

(2 ed.)

rd

rd

agroforestri yang mereka kembangkan. Diharapkanmasyarakat tidak mengkonversi tanamanagroforestri di lahan milik mereka dengan tanamanmonokultur pertanian, kecuali tanaman per-kebunan buah-buahan yang memiliki penyerapandan sekuestrasi karbon tidak jauh berbeda daritanaman hutan.

Badan Pusat Statitik Kabupaten Bengkulu Tengah.(2012).

. Bengkulu Tengah: Badan PusatStatistik Kabupaten Bengkulu Tengah.

Bappeda Kabupaten Bengkulu Tengah. (2011a).. http://www.bengkulutengahkab.

go.id/index.php/budaya. Diakses tanggal 6November 2012.

Bappeda Kabupaten Bengkulu Tengah. (2011b).. http://www.bengkulutengahkab.

go.id/index.php/wilayah. Diakses tanggal 6November 2012.

Bappenas. (2011).. Unpublished.

Budiadi & Ishii, H.T. (2010). Comparison ofcarbon sequestration between multiple-crop,single-crop and monoculture agroforestrysystems of in Java, Indonesia.

Dresner, S., Ekins, P., McGeevor, K. & Tomei, J.(2008). Forest and climate change: Globalunderstandings and possible responses. InSmith, P.H.F, Broadmeadow, M.S.J & Lynch,J.M (Ed), (pp. 7-14).UK: Forest Research.

Martin, E. & Galle, F.B. (2009). Motivasi dankarakteristik sosial ekonomi rumah tanggap e n a n a m p o h o n p e n g h a s i l k a y upertukangan: Kasus tradisi menanam kayubawang ( BL.) olehmasyarakat Kabupaten Bengkulu Utara,Bengkulu.

Labata, M.M., Aranico, E.C., Tabaranza, A.C.E.,Patricio, J.H.P. & Amparado, R.F. Jr. (2012).Carbon stock assessment of three selected

DAFTAR PUSTAKA

Statistik daerah Kabupaten BengkuluTengah 2012

Budaya

Wilayah

Pedoman pelaksanaan rencana aksipenurunan emisi gas rumah kaca

MelaleucaJournal of Tropical Forest Science, 22(4), 378-388.

Forestry and climate change

Disoxylum molliscimum

Jurnal Penelitian Sosial dan EkonomiKehutanan, 6, 117-134.

Penguatan Agroforestri dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim: Kasus Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu Sri Lestari( )et. al.

Page 12: PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI ...

12JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 1 Maret 2014, Hal. 1 - 12

Usman, R. dan Abdi. (2010)..

Bandung: Alfabeta.

Widianto, Hairiah, K., Suharjito, D. & Sardjono,M.A. (2003). .

Agroforestri: Solusi sosialdan ekonomi pengelolaan sumber daya hutan

Fungsi dan peran agroforestri

Bogor: World Agroforestry Centre(ICRAF).

World Bank. (2010). .Washington DC: The International Bank forReconstruction and Development.

Development and climate change