Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten...

101
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN CILACAP LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) IAIN PURWOKERTO Kerjasama Dengan

Transcript of Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten...

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Cilacap Tentang

Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin

SEKRETARIAT DPRD

KABUPATEN CILACAP

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

(LPPM) IAIN PURWOKERTO

Kerjasama

Dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cilacap

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

NOMOR …… TAHUN 2015

TENTANG

BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LPPM IAIN PURWOKERTO 2015

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1 B. Identifikasi Masalah 2 C. Tujuan Dan Manfaat Naskah Akademik 3 D. Metode Analisis Naskah Akademik 4 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis 6 B. Praktek Empiris 9 BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG UNDANGAN TERKAIT

17 BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN

YURIDIS

A. Landasan Filosofis 29 B. Landasan Sosiologis 30 C. Landasan Yuridis 32 BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG

LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Rumusan Akademik Berbagai Istilah dan Frase 43 B. Muatan Materi Peraturan Daerah 44 BAB VI PENUTUP 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara hukum. Konsep ini termaktub dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 perubahan ketiga. Dengan dimasukkannya

pasal ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara bahwa negara

Indonesia harus merupakan negara hukum. Aristoteles merumuskan negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.

Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup setiap warga Negara. Dengan demikian cita-cita Negara hukum (rule of law) yang terkandung dalam UUD 1945 bukanlah sekedar Negara yang berlandaskan sembarang hukum. Hukum yang didambakan bukanlah hukum yang ditetapkan semata-mata atas dasar kekekuasaan yang

dapat menuju atau mencerminkan kekuasaan mutlak atau otoriter. Hukum yang berbasis kekuasaan semata bukanlah hukum yang adil

(just law) yang didasarkan pada keadilan bagi seluruh rakyat. Hukum bagi bangsa Indoensia hadir untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH ada dua belas ciri penting dari negara hukum diantaranya adalah supremasi hukum (supremacy of law) dan persamaan dalam hukum (equality before the law). Supremasi hukum menjadi ciri penting dari suatu Negara hukum yang

menekankan bahwa kedudukan hukum merupakan posisi tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan sebaliknya hukum tunduk pada kekuasaan, bila hukum tunduk pada kekuasaan, maka

kekuasaan dapat membatalkan hukum, dengan kata lain hukum dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan. Hukum harus menjadi “tujuan” untuk melindungi kepentingan rakyat. Sedangkan persamaan

dalam hukum menekankan bahwa di dalam suatu negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah sama

(sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur pedomannya satu, yaitu undang-undang. Bila tidak

ada persamaan hukum, maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum.

Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 disebutkan bahwa salah satu tujuan dibentuknya Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

2

Indonesia. Tujuan yang tertuang dalam konstitusi ini menjadi dasar bagi

negara untuk menjamin hak konstitusional setiap warga negara untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai

sarana perlindungan hak asasi manusia;

Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “semua orang diperlakukan sama di depan hukum”. Kewajiban Negara untuk

memfasilitasi warga Negara yang tidak mampu secara ekonomi di dalam mengakses keadilan. Negara bertanggung jawab terhadap

pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan. Penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk :

1. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum

untuk mendapatkan akses keadilan;

2. mewujudkan hak konstitusional segala warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;

3. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh daerah;

4. mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam rangka menjamin hak konstitusional bagi setiap warga

negara yang mencakup perlindungan hukum, kepastian hukum, persamaan di depan hukum, dan perlindungan hak asasi manusia, Pada

tanggal 04 Oktober 2011 Pemerintah dan DPR telah menyetujui bersama undang-undang yang mengatur bantuan hukum yakni UU No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang selanjutnya disebut UU Bantuan

Hukum.

Kehadiran UU Bantuan Hukum ini paling tidak menjawab ekspektasi yang tinggi dari masyarakat akan penyelesaian persoalan

bantuan hukum di Indonesia, dimana sampai saat ini masih banyak rakyat Indonesia yang tak mendapatkan akses terhadap bantuan

hukum. Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum kepada masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk memenuhi dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan

melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan

hukum (equality before the law).

Undang-Undang tentang Bantuan Hukum menjadi dasar bagi

negara untuk menjamin warga negara khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin untuk mendapatkan akses keadilan dan kesamaan di hadapan hukum. UU Bantuan Hukum membebankan

kewajiban kepada pemerintah untuk mengalokasikan dana penyelenggaraan bantuan hukum dalam APBN. Namun demikian

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

3

pembentuk UU bantuan hukum menyadari bahwa dana yang

dialokasikan dalam APBN tidak akan mampu untuk memenuhi semua permohonan bantuan hukum yang ada di seluruh daerah. Untuk itu UU bantuan hukum mendelegasikan kepada Pemerintah Daerah termasuk

tentu saja pemerintah kabupaten Cilacap untuk mengalokasikan dana penyelenggaraan bantuan hukum bagi masyarakat miskin dalam APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-UndangNomor 16

Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.

Sampai saat ini kabupaten Cilacap belum memiliki Peraturan

Daerah yang secara khusus menjamin terlaksananya hak konstitusional warga negara, khususnya bagi orang atau kelompok masyarakat miskin. Selama ini, pemberian Bantuan Hukum yang dilakukan belum banyak

menyentuh orang atau kelompok orang miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh ketidakmampuan mereka untuk mewujudkan hak-hak konstitusional

mereka. Pengaturan mengenai pemberian Bantuan Hukum Untuk Masyarakat Miskin dalam peraturan daerah nampaknya sangat

mendesak untuk diwujudkan di kabupaten Cilacap. Peraturan Daerah merupakan jaminan terhadap hak-hak konstitusional orang atau kelompok orang miskin di kabupaten Cilacap.

Berdasarkan hal tersebut diatas untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut perlu dilakukan kajian hukum yang khusus

ditekankan pada permasalahan mengapa diperlukan Peraturan Dareah Tentang Bantuan Hukum kepada masyarakat miskin di kabupaten Cilacap ?

B. Tujuan dan manfaat

Tujuan disusunnya naskah akademik ini adalah

memberikan kerangka pemikiran, paradigma, landasan hukum sampai pada taraf operasionalisasinya

peraturan daerah yang dibuat. Sedangkan tujuan dibuatnya peraturan daerah tentang Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap adalah :

1. Memformulasi model bantuan hukum yang komprehensif/integral bagi warga Cilacap yang tidak

mampu (masyarakat miskin), baik dalam bentuk non litigasi maupun litigasi, dilakukan oleh pekerja bantuan hukum yang tidak atau belum berprofesi

sebagai advokat, baik yang tergabung dalam sebuah korporasi maupun secara perorangan.

2. Mewujudkan akses untuk memperoleh peradilan yang

fair dan impartial bagi warga Cilacap yang tidak mampu secara ekonomi;

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

4

3. Memberi legitimasi kepada sarjana hukum yang tidak

atau belum menjadi advokat untuk beracara di pengadilan di wilayah hukum RI.

4. Naskah akademik ini diharapkan memiliki kemanfaatan sebagai

alasan, pedoman, dan arahan dalam membentuk peraturan perundang-undangan, dalam hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Bantuan Hukum kepada Masyarakat Miskin.

C. Metode Analisis Naskah Akademik

Metode analisis yang digunakan dalam naskah akademik ini adalah

metode sosiolegal. Artinya, kaidah-kaidah hukum, baik yang berupa perundang-undangan, maupun berbagai tradisi lokal, dijadikan sebagai bahan rumusan pasal-pasal yang dituangkan dalam rancangan

peraturan perundang-undangan, dalam hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Bantuan Hukum kepada Masyarakat Miskin.

Metode ini didasari oleh sebuah teori bahwa hukum yang baik adalah hukum yang tidak hanya berlandaskan pada kaidah-kaidah teoritis, akan tetapi juga berlandaskan pada kenyataan yang ada dalam

kehidupan masyarakat, meliputi :

1. Identifikasi permasalahan terkait permasalahan hukum masyarakat

miskin dan aktivitas bantuan hukum.

2. Inventarisasi bahan hukum yang terkait.

3. Sistematisasi bahan hukum

4. Analisis bahan hukum,

5. Perancangan dan penulisan

-- --

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

5

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIK

A. Kajian Teoritis

Indonesia sebagai Negara hukum menjamin kesetaraan bagi warga negaranya di hadapan hukum dalam dasar Negara dan konstitusinya. Sila kedua Pancasila “kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila

kelima Pancasila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” mengakui dan menghormati hak warga Negara Indonesia untuk keadilan

ini. UUD 1945 menegaskan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama didepan hukum dan setiap warga negara berhak memperoleh

kesempatan yang sama dalam pemerintahan. UUD 1945 juga mengakui hak setiap orang untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap

perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

Hak atas Bantuan Hukum adalah Hak Asasi Manusia: sebuah

katalog hak dasar yang saat ini tengah menguat promosinya. Bantuan hukum, berkembang tidak saja dalam konteks pembelaan korban pelanggaran hak sipil dan politik, melainkan menjadi salah satu metode

dalam promosi dan pembelaan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (hak ekosob). Setiap orang berhak mendapatkan peradilan yang adil dan tidak

memihak (fair and impartial court)1. Hak ini merupakan hak dasar setiap manusia. Hak ini bersifat universal, berlaku di manapun, kapan pun dan pada siapapun tanpa ada diskriminasi. Pemenuhan hak ini merupakan

tugas dan kewajiban Negara. Setiap warga Negara tanpa memandang suku, warna kulit, status sosial, kepercayaan dan pandangan politik

berhak mendapatkan akses terhadap keadilan.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

6

Kedudukan yang lemah dan ketidakmampuan seseorang tidak

boleh menghalangi orang tersebut mendapatkan keadilan. Pendampingan hukum (legal representation) kepada setiap orang tanpa diskriminasi itu merupakan perwujudan dari perlindungan dan perlakuan yang sama di

hadapan hukum. Tanpa adanya pendampingan hukum maka kesetaraan di hadapan hukum sebagaimana diamanatkan konstitusi dan nilai-nilai universal hak asasi manusia tersebut tidak akan pernah terpenuhi

Bantuan hukum adalah media bagi warga Negara yang tidak mampu untuk dapat mengakses terhadap keadilan sebagai manifestasi

jaminan hak-haknya secara konstitusional. Masalah bantuan hukum meliputi masalah hak warga Negara secara konstitusional yang tidak mampu, masalah pemberdayaan warga Negara yang tidak mampu dalam

akses terhadap keadilan, dan masalah hukum faktual yang dialami warga Negara yang tidak mampu.

Bantuan hukum tidak hanya ditujukan kepada individu, akan

tetapi juga ditujukan kepada anggota masyarkat secara kolektif. Bantuan hikum yang dilakukan, tidak hanya menggunakan jalur litigasi saja, juga

menggunakan pendekatan mediasi dan jalur politik. Konsep bantuan hukum lahir sebagai konsekwensi dari pemahaman kita terhadap hukum. Realitas yang kita hadapi adalah adalah produk dari proses-

proses sosial yang terjadi di atas pola hubungan tertentu di antara infrastruktur masyarakat yang ada. Hukum sebenarnya merupakan

superstruktur yang selalu berubah dan merupakan hasil interaksi antar infrastruktur masyarakat. Oleh karena itu, selama pola hubungan antar infrastruktur menunjukan gejala yang timpang maka hal tersebut

akan mempersulit terwujudnya hukum yang adil.

Pemberian bantuan hukum, mempunyai manfaat besar bagi perkembangan pendidikan penyadaran hak-hak warga Negara yang tidak

mampu khususnya secara ekonomi, dalam akses terhadap keadilan, serta perubahan sosial masyarakat ke arah peningkatan kesejahteraan

hidup dalam semua bidang kehidupan berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjamin hak warga negara Indonesia untuk

mendapatkan akses kepada keadilan dan pendampingan hukum, termasuk bantuan hukum (legal aid) bagi warga Negara yang tidak

mampu.

Antara bantuan hukum dan negara mempunyai hubungan yang erat, apabila bantuan hukum dipahami sebagai hak maka dipihak lain

negara mempunyai kewajiban untuk pemenuhan hak tersebut. Negara harus hadir dalam memfasilitasi pemenuhan tersebut. Tanggung jawab negara ini harus dapat diimplementasikan melalui ikhtiar - ikhtiar

ketatanegaraan pada ranah legislasi, yudikasi dan eksekutorial. Pasal 14 Kovenan Hak Sipil Dan Politik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

menjelaskan bahwa setiap orang berhak atas jaminan bantuan hukum

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

7

jika kepentingan keadilan menghendaki demikian. Untuk pemenuhan

hak tersebut, menurut pertimbangan Kovenan PBB tadi mewajibkan negara untuk memajukan penghormatan universal dan ketaatan terhadap HAM dan kebebasan. Kewajiban tersebut antara lain berupa

kewajiban untuk menghormati (to respect), kewajiban untuk memenuhi (to fulfill),dan kewajiban untuk melindungi (to protect). Kewajiban tersebut

termasuk kewajiban untuk melindungi, memenuhi/memfasilitasi dan menghormati hak atas bantuan hukum. Negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai

perwujudan akses terhadap keadilan dan mengimplentasikan dalam bentuk pengaturan mengenai bantuan hukum yang diselenggarakan oleh

negara harus berorientasi pada terwujudnya perubahan sosial yang berkeadilan. Kelahiran Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum merupakan wujud nyata kehadiran negara dalam

mengimplementasikan hak – hak konstitusional warga negara.

Atas dasar argument tersebut, sudah jelas negara mempunyai kewajiban dan yang paling penting adalah --implementasi dari kewajiban

tersebut. Tidak ada jaminan hukum untuk mewajibakan negara untuk menghormati,melindungi, memfasilitasi dan memenuhi hak atas bantuan

hukum terhadap masyarakat.Undang – Undang Bantuan Hukum mengamanatkan bahwa bantuan hukum tidak hanya merupakan kewajiban pemerintah pusat saja, akan tetapi juga merupakan kewajiban

pemerintah daerah. Pasal 19 ayat (1) dan (2) mengamanatkan bahwa Daerah dapat mengalokasikan anggaran penyelenggaraan Bantuan

Hukum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Daerah. Pemerintah

Daerah, khususnya Kabupaten Cilacap untuk mewujudkan hak konstitusional setiap warga Negara khususnya masyarakat di Kabupaten Cilacap, sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan dihadapan

hukum, maka Pemerintah Daerah perlu menjamin perlindungan hak asasi manusia dan berupaya untuk memberikan bantuan hukum kepada

masyarakat yang tidak mampu.

Disamping itu, pemberian bantuan hukum juga harus dimaksudkan sebagai bagian integral dari kewajiban warga negara lain

yang mempunyai kemampuan dan kompetensi dalam memberikan bantuan hukum. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik (diratifikasi dengan UU Nomor 11 Tahun 2005). 2

Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 3 Pasal 28D ayat (3) UUD 1945 4 Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 5 Pasal 2 ayat (2) Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik

(diratifikasi dengan UU Nomor 11 Tahun 2005).

Undang-undang Bantuan Hukum karena mengaturpelayanan dan penyediaan jasa hukum bagi masyarakat untuk

memudahkanmasyarakat mendapatkan akses keadilan (access to

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

8

justice). Pemberian layananbantuan hukum yang dilakukan selama ini

masih belum banyak menyentuhkelompok warga Negara yang tidak mampu, sehingga mereka kesulitan untukmengakses keadilan melalui pemberian bantuan hukum karena terbentur olehketidakmampuan

mereka untuk menyadari akan hak-haknya secarakonstitusional maupun ketidakmampun mereka dalam bidang ekonomi. Dalamkondisi seperti itu diperlukan layanan bantuan hukum yang mempunyai visi

danmisi untuk memberdayakan warga negara yang tidak mampu sehingga merekayang tidak mampu mendapatkan kepastian jaminan

implementasi hak-haknyasecara konstitusional. Cita-cita dan amanat konstitusi demikian hanya dapatdiwujudkan dengan melalui system pemberian layanan bantuan hukum yangbaik dan secara menyeluruh

yang dituangkan dalam peraturan perundangundangandalam bentuk Undang-undang Bantuan Hukum, sehingga setiapwarga Negara yang tidak mampu, secara konstitusional berhak atas jaminanperlindungan

hukum dan jaminan persamaan di depan hukum, sebagai saranapengakuan HAM dapat diwujudkan.

B. Kajian Empiris

Pemberian bantuan hukum yang dilakukan selama ini belum

banyak menyentuh orang atau kelompok orang miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh

ketidakmampuan untuk memuwujudkan hak-hak konstitusional mereka. Berbagai permasalahan hukum yang menimpa masyarakat miskin di Kabupaten Cilacap banyak tidak terakomodasi karena

ketidakpahamana masyarakat akan akses hukum yang mudah, murah dan setara, bahkan ketiadaan biaya untuk melakukan penegakan hukum dan keadilan menjadi penghambat bagi masyarakat yang hak –

hak hukumnya dilanggar.

Tingkat kemiskinan di Cilacap memang bukan yang tertinggi di

Jawa Tengah, tetapi penduduk miskin di Kabupaten Cilacap merupakan ketiga tertinggi di Jawa Tengah sebagaimana tabel di bawah ini.

Tingkat kemiskinan Di 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah

Tahun 2008 - 2012 (Persen)

No. Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata

1. Kab. Cilacap 21,40 19,88 18,11 17,15 15,92 18,49

2. Kab. Banyumas 22,93 21,52 20,20 21,11 19,44 21,04

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

9

3. Kab. Purbalingga 27,12 24,97 24,58 23,06 21,19 24,18

4. Kab. Banjarnegara 23,34 21,36 19,17 20,38 18,87 20,62

5. Kab. Kebumen 27,87 25,73 22,70 24,06 22,40 24,55

6. Kab. Purworejo 18,22 17,02 16,61 17,51 16,32 17,14

7. Kab. Wonosobo 27,72 25,91 23,15 24,21 22,50 24,70

8. Kab. Magelang 16,49 15,19 14,14 15,18 13,97 14,99

9. Kab. Boyolali 17,08 15,96 13,72 14,97 13,88 15,12

10. Kab. Klaten 21,72 19,68 17,47 17,95 16,71 18,71

11. Kab. Sukoharjo 12,13 11,51 10,94 11,13 10,16 11,17

12. Kab. Wonogiri 20,71 19,08 15,67 15,74 14,67 17,17

13. Kab. Karanganyar 15,68 14,73 13,98 15,29 14,07 14,75

14. Kab. Sragen 20,83 19,70 17,49 17,95 16,72 18,54

15. Kab. Grobogan 19,84 18,68 17,86 17,38 16,14 17,98

16. Kab. Blora 18,79 17,70 16,27 16,24 15,11 16,82

17. Kab. Rembang 27,21 25,86 23,40 23,71 21,88 24,41

18. Kab. Pati 17,90 15,92 14,48 14,69 13,61 15,32

19. Kab. Kudus 12,58 10,80 9,01 9,45 8,63 10,09

20. Kab. Jepara 11,05 9,60 10,18 10,32 9.38 10,11

21. Kab. Demak 21,24 19,70 18,76 18,21 16,73 18,93

22. Kab. Semarang 11,37 10,66 10,50 10,30 9,40 10,45

23. Kab. Temanggung 16,39 15,05 13,46 13,38 12,32 14,12

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

10

24. Kab. Kendal 17,87 16,02 14,47 14,26 13,17 15,16

25. Kab. Batang 18,08 16,61 14,67 13,47 12,40 15,05

26. Kab. Pekalongan 19,52 17,93 16,29 15,00 13,86 16,52

27. Kab. Pemalang 23,92 22,17 19,96 20,68 19,28 21,20

28. Kab. Tegal 15,78 13,98 13,11 11,54 10,75 13,03

29. Kab. Brebes 25,98 24,39 23,01 22,72 21,12 23,44

30. Kota Magelang 11,16 10,11 10,51 11,06 10,31 10,63

31. Kota Surakarta 16,13 14,99 13,96 12,90 12,01 14,00

32. Kota Salatiga 8,7 7,82 8,28 7,80 7,11 7,90

33. Kota Semarang 6,00 4,84 5,12 5,68 5,13 5,35

34. Kota Pekalongan 10,29 8,56 9,36 10,04 9,47 9,54

35. Kota Tegal 11,28 9,88 10,62 10,81 10,04 10,53

Sumber : RPJMD Jawa Tengah 2013.

Berdasarkan Tabel diatas, sebaran penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Jawa Tengah Tahun 2012 menunjukkan bahwa masih terdapat 15 kabupaten dengan angka kemiskinan di atas rata-rata

provinsi dan nasional, sehingga masih perlu upaya percepatan penurunan Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah. Persentase

penduduk miskin terbesar pada Tahun 2012 terdapat di Kabupaten Wonosobo sebesar 22,50%, Kebumen sebesar 22,40%, dan Rembang sebesar 21,88%. Dilihat dari jumlah penduduk miskin, kabupaten

dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Brebes sejumlah 364.900 orang, Banyumas sejumlah 304.000 orang, dan Cilacap

sejumlah 260.900 orang. Data jumlah orang miskin di Cilacap cenderung turun sebagaimana tabel di bawah ini :

Kabupaten/Kota

Batas Kemiskinan (Rp/Kap/bl)

Jumlah Pddk Miskin (000 org)

Persentase Pddk Miskin

Poverty Line Number of Percentage of

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

11

Population Population

Regency/City

(Rp/Cap/Month) Below of Poverty Line (Thousand)

Below of Poverty Line

2011

2012

2013

2011

2012

2013

2011

2012

2013

01. Kab. Cilacap

224 530

240 025

256 615

281,

95

265,

70

255,

70

17,1

5

15,9

2

15,24

02. Kab. Banyumas

249 807

271 800

295 742

328,

51

309,

80

296,

80

21,1

1

19,4

4

18,44

03. Kab. Purbalingga

230 461

247 508

265 262

196,

00

184,

90

181,

10

23,0

6

21,1

9

20,53

04. Kab. Banjarnegara

192 303

205 369

221 056

177,

31

167,

00

166,

80

20,3

8

18,8

7

18,71

05. Kab. Kebumen

234 005

250 413

267 763

279,

42

262,

80

251,

10

24,0

6

22,4

0

21,32

06. Kab. Purworejo

235 459

254 314

273 481

121,

94

114,

80

109,

00

17,5

1

16,3

2

15,44

07. Kab. Wonosobo

226 827

242 047

258 522

182,

95

172,

40

170,

10

24,2

1

22,5

0

22,08

08. Kab. Magelang

204 430

218 950

235 430

179,

58

169,

40

171,

00

15,1

8

13,9

7

13,96

09. Kab. Boyolali

223 755

235 399

247 845

139,

52

131,

50

126,

50

14,9

7

13,8

8

13,27

10. Kab. Klaten

275 002

296 530

315 566

203,

05

191,

30

179,

50

17,9

5

16,7

1

15,60

11. Kab. Sukoharjo

240 711

259 184

279 400

91,9

7

85,7

0

84,1

0

11,1

3

10,1

6

9,87

12. Kab. Wonogiri 207

221

235

146,

137,

132,

15,7

14,6

14,02

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

12

496 019 728 37 90 20 4 7

13. Kab. Karanganyar

236 093

255 072

275 865

124,

49

117,

40

114,

40

15,2

9

14,0

7

13,58

14. Kab. Sragen

222 267

234 254

247 495

154,

26

145,

30

139,

00

17,9

5

16,7

2

15,93

15. Kab. Grobogan

242 212

260 435

278 786

227,

78

214,

60

199,

00

17,3

8

16,1

4

14,87

16. Kab. Blora

206 016

221 088

237 850

134,

93

127,

10

123,

80

16,2

4

15,1

1

14,64

17. Kab. Rembang

240 859

261 156

284 160

140,

38

132,

40

128,

00

23,7

1

21,8

8

20,97

18. Kab. Pati

264 372

288 271

314 609

175,

12

165,

00

157,

90

14,6

9

13,6

1

12,94

19. Kab. Kudus

256 745

276 317

299 097

73,5

9

69,3

0

70,1

0

9,45

8,63

8,62

20. Kab. Jepara

242 963

263 266

285 287

113,

35

107,

00

106,

90

10,3

2

9,38

9,23

21. Kab. Demak

254 441

276 041

299 773

192,

47

181,

60

172,

50

18,2

1

16,7

3

15,72

22. Kab. Semarang

227 471

244 762

263 352

95,9

9

90,6

0

83,2

0

10,3

0

9,40

8,51

23. Kab. Temanggung

198 888

212 487

229 548

94,9

2

89,5

0

91,1

0

13,3

8

12,3

2

12,42

24. Kab. Kendal

234 475

253 276

275 016

128,

58

121,

20

117,

70

14,2

6

13,1

7

12,68

25. Kab. Batang

184 592

195 983

208 671

95,3

1

89,8

0

87,5

0

13,4

7

12,4

0

11,96

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

13

26. Kab. Pekalongan

249 958

270 026

293 039

125,

94

118,

60

116,

50

15,0

0

13,8

6

13,51

27. Kab. Pemalang

235 316

251 986

271 861

261,

20

245,

90

246,

80

20,6

8

19,2

8

19,27

28. Kab. Tegal

222 700

239 207

258 366

161,

12

151,

70

149,

80

11,5

4

10,7

5

10,58

29. Kab. Brebes

261 160

281 601

307 238

394,

42

371,

40

367,

90

22,7

2

21,1

2

20,82

30. Kota Magelang

280 877

313 250

350 554

13,0

9

12,3

0

11,8

0

11,0

6

10,3

1

9,80

31. Kota Surakarta

326 233

361 517

371 918

64,5

0

60,7

0

59,7

0

12,9

0

12,0

1

11,74

32. Kota Salatiga

254 726

277 039

302 884

13,3

1

12,6

0

11,5

0

7,80

7,11

6,40

33. Kota Semarang

272 996

297 848

328 271

88,4

5

83,3

0

86,7

0

5,68

5,13

5,25

34. Kota Pekalongan

270 663

294 586

322 313

28,2

8

27,3

0

24,1

0

10,0

4

9,47

8,26

35. Kota Tegal

280 349

305 818

333 553

25,9

2

24,4

0

21,6

0

10,8

1

10,0

4

8,84

Jawa Tengah

217 440

233 769

261 881

5

255,96

4

952,10

4

811,30

16,2

1

14,9

8

14,44

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Source : BPS-Statistics Indonesia of Jawa Tengah Province

Permasalahan hukum yang menimpa warga cilacap, begitu

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

14

beragam mulai dari permasalahan tanah, tenaga kerja (TKI maupun

lokal), perkawinan, maupun permasalahan lainnya. Diantara yang menonjol adalah : Seperti sengketa tanah timbul di Laguna Segara Anakan antara warga dengan Perhutani, sengketa tanah antara warga

Desa Cimrutu Kecamatan Patimuan dengan Perhutani, serta antara warga Desa Sidaurip, Cisumur, dan Gintungreja Kecamatan Gandrungmangu dengan Perhutani.

Di Laguna Segara Anakan, sengketa tanah timbul terjadi karena warga menganggap tanah tersebut merupakan lahan pertanian, padahal

tanah tersebut berada dalam penguasaan perhutani karena timbul di kawasan hutan mangrove. Sedangkan untuk kasus sengketa tanah di Desa Cimrutu, disebabkan karena dahulu pada zaman revolusi fisik ada

beberapa warga yang bermukim dalam kawasan hutan. Lambat laun kawasan tersebut semakin berkembang hingga akhirnya kawasan tersebut ditetapkan sebagai desa dan diberi nama Desa Cimrutu. Saat

ini, desa tersebut dihuni tak kurang dari 900 keluarga. Permasalahan muncul karena desa tersebut berada di dalam kawasan hutan. Padahal

apabila mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan bahwa kawasan hutan tidak boleh beralih fungsi. "Sedangkan di Desa Cimrutu, kawasan hutan telah

beralih fungsi menjadi permukiman. Sedangkan kasus di Desa Cisumur dan Sidaurip di Kecamatan Gandrungmangu, disebabkan karena ada

kawasan hutan yang berubah menjadi lahan pertanian. Beberapa kali Perhutani berusaha menguasai kembali lahan tersebut selalu dihalangi oleh warga karena mereka merasa lebih berhak menguasai lahan itu.

Alasannya karena warga telah menguasi lahan itu selama bertahun-tahun.

Nelayan di Kabupaten Cilacap seringkali mengalami permasalahan

mengenai pencemaran lingkungan serta hak – hak nelayan yang termarjinalkan. Sedangkan permasalahan Tenaga kerja Indonesia asal

Cilacap mengalami permasalahan hukum mulai dari perekrutan, penempatan sampai kembali ke tanah air, baik sebagai pelaku maupun korban.

Fakta empiris menunjukkan betapa sangat dibutuhkan peran LSM, BKBHPendidikan Tinggi Hukum maupun LBH milik Ormas Keagamaan

maupun Sosial,maupun Praktisi, yang mempunyai komitmen dalam pemberian bantuan hukumkepada warga Negara yang tidak mampu. Fakta-fakta empiris tersebut misalnya,pengalaman yang dikemukakan

oleh Dorma Sinaga dan Lambok Gultom,masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Asosiasi Penasehat Hukum danHAM (APHI), pada saat memberikan keterangan dalam sidang gugatan judicialreview di

Mahkamah Konstitusi RI atas pasal 31 UU no 18 tahun 2003, pada

pokoknya sebagai berikut : Pelanggaraan terhadap hak-hak rakyat

masihberjalan dimana-mana, pembelaan terhadap hak-hak rakyat

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

15

banyak dilakukanoleh LBH atau LSM atau Kampus. Peran mereka

memberikan suatu pelayananhukum kepada masyarakat, mereka melakukan penanganan perkara ataumelakukan advokasi terhadap hak-hak rakyat dengan litigasi maupun nonlitigasi.

Permasalahan hukum tersebut rata – rata menimpa masyarakat miskin di Kabupaten Cilacap, sehingga perlu adanya bantuan dan pendampingan hukum oleh advokat maupun lembaga bantuan hukum

secara Cuma – Cuma. Lembaga bantuan hukum yang melayani masyarakat miskin di cilacap yang terakreditasi, saat ini hanya

berjumlah 3 LBH, yaitu LBH Wahana (berkantor pusat di Cilacap), LBH Perisai Kebenaran (kantor Cabang/Perwakilan) dan LKBH STAIN Purwokerto (kantor Cabang/Perwakilan), sedangkan lembaga-lembaga

bantuan hukum lainnya belum terakreditasi di Kementerian Hukum dan HAM, sehingga belum dapat mengakses program bantuan hukum bagi masyarakat miskin. Untuk itu perlunya dorongan bagi Lembaga Bantuan

Hukum yang belum terakreditasi, khususnya milik ormas dan perguruan tinggi untuk melakukan proses akreditasi.

-- --

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

16

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN TERKAIT

Sebagai bagian dari produk peraturan perundang-undangan, peraturan daerah haruslah mendasarkan pada landasan yuridis yang kuat.

Landasan yuridis yang dimaksud disini adalah landasan hukum yang menjadi dasar kewenangan pembuatan peraturan perundang-undangan. Kajian ini akan memperlihatkan harmonisasi dan singkronisasierah suatu

peraturan daerah dengan peraturan perundang-undangan lain yang mengatur hukum yang secara hirarkhis bahwa hukum yang lebih rendah

bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih atas.

Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Peraturan Perundang-undangan diatur pada pasal 10 yat (1) yang secara hirarkhis

diatur sebagai berikut:

Jenis dan peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

3. Peraturan Pemerintah

4. Peraturan Presiden

5. Peraturan Daerah

Kajian ini akan memberikan gambaran secara utuh/komprehensif

mengenai pengaturan Bantuan Hukum yang telah diatur dalam peraturan perundang- undangan yang telah ada. Dari hasil kajian ini dapat diketahui

apakah sudah cukup memadai atau belum cukup memadai pengaturan tentang Bantuan Hukum dalam peraturan perundaang-undangan yang telah ada, dan oleh karenanya menjadi perlu atau tidak kelahiran Undang-

Undang tentang Bantuan Hukum. Secara metodis, kajian ini akan dilakukan dengan cara harmonisasi atau sinkronisasi ketentuan tentang Bantuan Hukum yang telah ada dan diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Secara substansi, Raperda tentang Bantuan Hukum Bagi Masyarakat

Miskin ini dibuat dalam rangka memberikan penjabaran secara teknis tentang kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Cilacap terkait dengan

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

17

penyelenggaraanri hak konstitusional warga Negara. Oleh karena itu,

Raperda Bantuan hukum ini memiliki keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Memperoleh bantuan hukum merupakan hak konstitusional setiap warga Negara .Dalam Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

disebutkan bahwa setiap orang termasuk orang yang tidak mampu, mempunyai hak untuk mendapatkan akses terhadap keadilan agar hak-hak

mereka atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum dapat diwujudkan. Karena sangat sulit bisa dipahami secara konstitusional, bahwa orang

miskin dapat memperoleh jaminan terhadap hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum, tetapi mereka orang yang tidak mampu dan tidak pula

diberi akses terhadap keadilan, melalui lembaga- lembaga pengadilan negara (litigasi) maupun proses non litigasi. Penjaminan Negara atas hak

dasar berupa jaminan adanya perlakuan Negara secara setara dan berkeadilan sangat jelas dinyatakan oleh UUD 1945 sebagaimana disebutkan dalam pasal 28D yang berbunyi.

Ayat (1)

Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

Ayat (2)

Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

Dalam konteks demikian, sangat diperlukan kehadiran Organisasi Bantuan

Hukum (OBH), yang memang sejak awal di desain untuk melakukan pekerjaanhukum untuk orang yang tidak mampu. Agar dengan demikian

orang yang tidak mampu dapat dijamin hak-haknya melalui akses terhadap keadilan dengan mendapatkan bantuan hukum dari Organisasi Bantuan Hukum (OBH) secara cuma-cuma. Kehadiran OBH adalah implementasi

kewajaiban Negara untuk membantu Negara dalam tugas pemberian bantuan hukum bagi orang yang tidak mampu. Oleh karena fungsi dan

tugas yang dilakukan oleh PBH adalah membantu Negara, bagi terciptanya kesejahteraan kehidupan masyarakatnya khususnya dalam jaminan hak-hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil

serta perlakuan yang sama dihadapan hukum, maka sudah seyognyanya apabila visi dan misi yang diusung oleh PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum Cuma-Cuma kepada orang tidak mampu.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

18

Organisasi Bantuan Hukum (OBH) sejak awal mempunyai komitmen

memberikan bantuan hukum kepada orang tidak mampu secara cuma-cuma, tetapi Advokat sejak awal didesain untuk menjadi orang yang berprofesi member jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan,

berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum , menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien, secara professional dengan

mendapatkan honorarium dari Klien, disamping memang Advokat juga mempunyai kewajiban memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma

kepada pencari keadilan yang tidak mampu, akan tetapi pengaturan lebih lanjut mengenai bantuan hukum secara cuma-cuma yang juga harus dilakukan oleh Advokat belum ada.

Kehadiran Advokat dengan OBH nya sebagaimana ketentuan UU No18 tahun 2003, di desain sejak awal bahwa tugas bantuan hukum cuma-cuma tidak dipahami sebagai sebuah profesi dan mata pencaharian/

pekerjaan, yang di dalamnya selalu ada motif mendapatkan imbalan berupa gaji atau pendapatan, tetapi Advokat adalah pekerjaan, profesi atau mata

pencaharian sehingga selalu terdapat motif imbalan atau honorarium.

Terhadap ketentuan pasal 28 D ayat (2) tersebut, memberikan hak kepada PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum, mendapat imbalan

dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja yang terbentuk antara OBH dengan Orang tidak mampu yang mendapatkan bantuan

hukum. Oleh Karenanya, adalah menjadi kewajiban Negara untuk menyediakan anggaran bagi kepentingan pemberian bantuan hukum yang dilakukan oleh OBH. Sebab sangat tidak mungkin pula, akan berjalan

dengan baik dan optimal aktifitas OBH dalam melakukan tugas bantuan hukum, apabila tidak mendapatkan dukungan khususnya anggaran dari Negara.. Imbalan tidak berartidi sama artikan dengan honorarium yang

diterima Advokat dari Kliennya.

Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Pasal 28 G

Ayat (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak

asasi

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

19

Ayat (2)

Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak

memperoleh suaka politik dari Negara lain.

Pasal 28H

Ayat (2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna

mencapai persamaan dan keadilan.

Mencermati ketentuan pasal 28 H ayat (2) tersebut semakin

memperkuat atas terjaminnya setiap warga negara khususnya warga negara tidak mampu untuk mendapat akses terhadap keadilan dengan cara mendapat bantuan hukum dari OBH agar haknya untuk mendapat

kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan, benar-benar

dapat dijamin dan terwujud. Meskipun kehadiran PBH bukanlah menjadi satu-satunya sebagai pihak yang paling mempunyai tanggung jawab dalam melakukan tugas bantuan hukum khusus bagi orang yang tidak mampu

secara cuma-cuma. Ketentuan pasal 28 I ayat (1), (2), (4), dan (5) tersebut semakin meneguhkan jaminan hak-hak setiap orang khusunya yang tidak

mampu dalam mendapatkan akses terhadap keadilan. Dengan demikian tidak cukup alasan bagi pihak manapun untuk menolak dan tidak setuju kehadiran UU tentang Bantuan Hukum.

2. Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Sejak disahkannya Undang-undang Hukum Acara Pidana pada tanggal 31

Desember 1981, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76. Sebelum Undang-undang ini berlaku, peraturan yang menjadi dasar

bagi pelaksanaan hukum acara pidana dalam Lingkungan peradilan umum adalah HIR Staatsblad Tahun 1941 Nomor 44 (Het Herziene Inlandsch Reglement” atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Reglemen

Indonesia yang diperbarui). Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 terdapat Ketentuan antara lain:

Pasal 54:

Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapatbantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum

selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam UU ini.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

20

Pasal 54 ini secara tegas memberikan gambaran adanya hak-hak

hukum yang dimiliki oleh setiap warga Negara untuk memperoleh bantuan hukum. Pasal ini juga memberikan penegasan perlunya dibentuk UU tentang Bantuan Hukum, karena mendapatkan bantuan hukum

adalah hak (asasi) dari tersangka atau terdakwa. Penyebutan penasehat hukum (tidak dapat secara serta merta dimaksudkan sebagai advokat atau bukan advokat sebagaimana ketentuan UU No 18 tahun 2003) sebagai

pihak yang memberikan bantuan hukum dalam pasal tersebut bukan berarti menegasikan kehadiran OBH dalam UU Bantuan Hukum.

Dalam ketentuan pasal tersebut menekankan pada substansi pemberian bantuan hukum sebagai manifestasi hak (asasi) tersangka atau terdakwa dan bukan pada siapa yang seharusnya menjadi satu-satunya

pihak yang mempunyai kewajiban memberikan bantuan hukum. Dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana ini diatur berbagai ketentuan pidana bagi para pihak yang melakukan pelanggaran pidana terkait dengan

pemberian bantuan hukum. Dengan adanya pengaturan sanksi pidana pada substansi Peraturan Daerah ini akan melahirkan kepastian hukum.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat

Undang-undang advokat hadir untuk mengatur peran advokat terkait

dengan tugas pokok advokat dalam melakukan tugas menjalankan profesi penegak hukum. Salah satu kewajiban advokat adalah memberikan

bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu.Memperoleh keadilan merupakan hak konstitusional warga Negara.

Pasal 22 Ayat (1)

Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.

Ayat (2)

Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Kedua pasal di atas secara tegas menyatakan bahwa advokat juga mempunyai kewajiban untuk melakukan pemberian bantuan hukum secara

cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Tetapi kewajiban tersebut tidak jelas dan tidak focus khusus karena tugas pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma hanya menjadi salah satu tugas

“tambahan dan sampingan” dari Advokat. Sebab disamping tidak ada pengaturan sanksinya secara tegas (melalaikan kewajiban memberikan bantuan hukum cuma-cuma, hanya dipandang sebagai masalah etis), juga

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

21

pengaturan lebih lanjut dari ketentuan bantuan hukum secara cuma-cuma

Peraturan Pemerintahnya sampai sekarang juga tidak dibuat. Terlepas dari itu semua, visi dan misi Advokat memang sangat jauh berbeda dengan visi dan misi OBH yang pengaturannya akan diatur dalam UU khusus tentang

Bantuan Hukum. Karena akses terhadap keadilan sebagaimana ketentuan pasal 28 D ayat (1) dan (2), pasal 28 H ayat (2), dan pasal 28 I ayat (1), (2), (4) dan (5), memang dijamin oleh kontitusi dan hanya sangat mungkin

diwujudkan apabila dilakukan oleh orang dan pihak khusus dan pengaturan yang khusus pula. Sehingga dengan demikian tidak ada alasan

apapun untuk menolak kehadiran UU tentang Bantuan Hukum hanya karena dengan argumentasi dan alasan sudah ada ketentuan pasal 22 tersebut.

Pasal 23 Ayat (1)

Advokat asing wajib memberikan jasa hukum secara cuma-cuma untuk suatu waktu tertentu kepada dunia pendidikan dan penelitian

hukum.

Ayat (2)

Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara memperkerjakan advokat asing serta kewajiban memberikan jasa hukum secara cuma-cuma kepada dunia pendidikan dan penelitian hukum diatur

lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Pasal 37

Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum.

Pasal 38

Dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan

penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan advokat.

Penjelasan Pasal 38

Sejalan dengan asas bahwa seseorang selama belum terbukti kesalahannya harus dianggap tidak bersalah, maka ia harus

dibolehkan untuk berhubungan dengan keluarga atau advokat sejak ditangkap dan/atau ditahan. Tetapi hubungan ini tidak boleh

merugikan kepentingan pemeriksaan, yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana.

Pasal 39

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

22

Dalam memberi bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 37, advokat wajib membantu penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan.

Dari ketentuan pasal 37 dan 39 tersebut jelas bahwa perlu dibentuk UU

yang mengatur tentang bantuan hukum. Sehingga jelas landasan filosofis, yuridis, sosiologis, dan politis perlunya bantuan hukum diatur secara lebih khusus. Sebab bantuan hukum bukan komoditas yang bisa

diperjualbelikan oleh pihak manapun. Kehadiran UU Bantuan Hukum adalah dalam konteks menegaskan secara paradigmatic bahwa Bantuan

Hukum bukan sebagai komoditas yang oleh karenanya dapat diperjualbelikan secara professional dengan tariff-tarif jasa tertentu walaupun atas dasar kesepakatan antara pemberi bantuan hukum dengan

penerima bantuan hukum. Bantuan Hukum adalah satu hak yang menjadi kewajiban pihak lainnya untuk memberikannya. Posisi Negara seharusnya menjadi sangat penting dan urgen untuk mengambil peran dan posisi dalam

jaminan hak warga Negara untuk mendapatkan bantuan hukum secara memadai yang dijamin konstitusi.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan Hak Asasi Manusia

Pasal 34

Ayat (1)

Setiap korban dan saksi dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat

berhak atas perlindungan fisik dan mental dari ancaman, gangguan,

teror,

dan kekerasan dari pihak manapun.

Ayat (2)

Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan

secara cuma-cuma.

Ayat (3)

Ketentuan mengenai tata cara perlindungan terhadap korban dan

saksi

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang

Hak Asasi Manusia

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

23

Pasal 18 Ayat (4)

Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Memperhatikan muatan isi pasal 18 ayat (4) tersebut juga mengisyaratkan tentang pentingnya setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum, sehingga semakin memperkuat alasan yuridis perlunya

UU tentang Bantuan Hukum, yang mengatur mengenai batasan bantuan hukum, substansi bantuan hukum, prosedur bantuan, wewenang

pemberian bantuan hukum, dan lain-lain. Karena disamping itu, mendapatkan bantuan bagi setiap orang yang mengalami masalah hukum adalah menjadi Hak Asasi yang paling dasar dalam rangka menegakkan

supremasi hukum dan keadilan.

Dengan demikian Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat tersebut bukan mengatur tentang bantuan hukum tetapi mengatur

tentang profesi Advokat yang walaupun tugas pokoknya adalah melakukan tugas bantuan hukum secara professional (sebagai mata pencaharian).

Dengan demikian kehadiran Undang-undang Bantuan Hukum juga harus dipahami sebagai een wet artikel gedeelte , yang secara khusus diperuntukkan untuk mengatur bantuan hukum bukan untuk mengatur

profesi Pekerja Bantuan Hukum. Oleh karenanya dengan putusan tersebut maka membuka peluang seseorang yang bukan Advokat melakukan tugas

bantuan hukum.

Dalam pertimbangan lainnya dinyatakan, bahwa sebagai undang-undang yang mengatur profesi, seharusnya UU no 18 tahun 2003 tidak

boleh dimaksudkan sebagai sarana legalisasi dan legitimasi bahwa yang boleh tampil di depan pengadilan hanya advokat karena hal demikian harus diatur

dalam hukum acara, padahal hukum acara yang berlaku saat ini tidak atau belum mewajibkan pihak-pihak yang berperkara untuk tampil dengan

menggunakan pengacara/advokat. Oleh karena tidak atau belum adanya kewajiban demikian menurut hukum acara maka pihak lain diluar advokat tidak boleh dilarang untuk tampil mewakili pihak yang berperkara di depan

pengadilan. Hal ini juga sesuai dengan kondisi riil masyarakat saat ini dimana jumlah advokat sangat tidak sebanding, dan tidak merata,

dibandingkan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang memerlukan jasa hukum.

Dalam pertimbangan seterusnya dinyatakan, rumusan pasal 31

undang- undang a quo dapat melahirkan penafsiran yang lebih luas daripada maksud pembentuk undang-undang ( original intent ) yang dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan ketidakpastian hukum dan

ketidakadilan bagi banyak anggota masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanaan dan bantuan hukum karena pasal 31 UU nomor 18 tahun 2003

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

24

dimaksud dapat menjadi hambatan bagi banyak anggota masyarakat yang

tak mampu menggunakan jasa advokat, baik karena alasan financial maupun karena berada di wilayah tertentu yang belum ada advokat yang berpraktik di wilayah itu, sehingga akses masyarakat terhadap keadilan

menjadi makin sempit bahkan tertutup. Padahal, akses pada keadilan adalah bagian tak terpisahkan dari ciri lain Negara hukum yaitu bahwa hukum harus transparan dan dapat diakses oleh semua orang (accessible

to all ), sebagaimana dikaui dalam perkembangan pemikiran kontemporer tentang Negara hukum. Jika seorang warga Negara karena alasan financial

tidak memiliki akses demikian maka adalah kewajiban Negara, dan sesungguhnya juga kewajiban para advokat untuk memfasilitasinya, bukan justru menutupnya.

6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum

Undang-undang tentang Bantuan Hukum merupakan landasan

yuridis bagi pelaksanaan bantuan hukum bagi masyarakat miskin. Dalam Undang-undang ini secara jelas mengatur asas, runaglingkup dan tatacara

penyelenggaraan bantuan hukum.

Dalam pasal 2 dijelaskan bahwa bantuan hukum dilaksanakan berasas:

a. Keadilan

b. Persamaan kedudukan di dalam hokum

c. Keterbukaan

d. Efisiensi

e. Efektifitas; dan

f. Akuntabilitas

Selanjutnya, dalam pasal 4 dijelaskan ruang lingkup pemberian bantuan hukum, yaitu :

1. Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi masalah hukum;

2. Bantuan hukum meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha Negara baik litigasi maupun non litigasi;

3. Bantuan hukum meliputi menjalankan kuasa, mendampingi,

mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum penerima bantuan hokum

Adapun kelompok masyarakat penerima manfaat bantun hukum adalah setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.Adapun hak dasar yang

dimaksud meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

25

pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.

Sementara itu, terkait dengan siapa pemberi bantuan hukum, dalam pasal 8 dijelaskan bahwa pemberi bantuan hukuam adalah pemberi bantuan hukum yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Berbadan hukum;

b. Terakriditasi berdasarkan Undang-undang;

c. Memiliki kantor atau secretariat yang tetap

d. Memiliki pengurus; dan

e. Memiliki program bantuan hukum.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan

Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum

Dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah ini dijelaskan tetacara

memperoleh bantuan hukum. Pemohon bantuan hukum harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi paling sedikit identitas pemohon bantuan hukum dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan bantuan hukum.

b. Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara;

c. Melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau

pejabat yang setingkat ditempat tingal pemohon bantuan hukum.

Sedangkan dalam pasal 4 dijelaskan tentang syarat pemberi bantuan

hukum yaitu :

f. Berbadan hukum;

g. Terakriditasi;

h. Memiliki kantor atau secretariat yang tetap

i. Memiliki pengurus; dan

j. Memiliki program bantuan hukum.

Setelah dikeluarkannya Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang menggantikan Ketetapan MPR RI No. III/MPR/2000 ditegaskan dalam pasal 12, bahwa

materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

26

rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan

menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Oleh karena peraturan daerah kedudukan hukumnya lebih rendah ketimbang Undang-undang ataupun

Perda Provinsi, maka Peraturan Daerah Kabupaten / Kota tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang derajatnya lebih tinggi.

Dalam Undang-undang Dasar 1945 pada Bab IV pasal 18 ayat (7)

dinyatakan bahwa tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam Undang-undang. Kemudian dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun yang dimaksud

dengan otonomi daerah menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat (6) adalah hak, wewenang dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Daerah dalam merealisasikan otonomi daerah menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut diberi kewenangan untuk

menetapkan berbagai peraturan daerah. Dalam pasal 22 ayat 1 dan 2 UU No. 23/ 2014 dinyatakan bahwa Daerah berhak menetapkan kebijakan daerah dalam melaksanakan tugas pembantuan di daerahnya. Kemudian

pada BAB IX Pasal 236 ayat (2) dinyatakan bahwa Peraturan Daerah dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Sedangkan pada pasal 237 ayat (1) disebutkan asas pembentukan dan

materi Perda berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan asas hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sepanjang tidak

bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan mendasarkan pada ketentuan perundang-undangan, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan yang nyata untuk membuat

berbagai peraturan daerah. Peraturan Daerah dibuat dalam rangka menjabarkan berbagai peraturan perundang-undnagan yang lebih tinggi

kedudukanya yang memerlukan jabaran teknis untuk mendekatkan pada upaya mensejahterakan masyarakat baik kesejahteraan material maupun spiritual dengan mendasarkan pada kebutuhan dan kearifan lokal

masyarakat.

-- --

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

27

BAB IV

KAJIAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. KAJIAN FILOSOFIS

Setiap orang berhak mendapatkan peradilan yang adil dan tidak memihak (fair and impartial court).1 Hak ini merupakan hak dasar setiap

manusia, bersifat universal, berlaku di manapun, kapan pun dan pada siapapun tanpa ada diskriminasi. Negara memiliki tugas tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar ini.

Setiap warga Negara (tanpa terkecuali) memiliki hak yang sama untuk mendapatkan akses terhadap keadilan. Dalam konteks

perundang-undangan di Indonesia hak ini dijamin oleh konstitusi, bahkan oleh dasar Negara. Sila kedua Pancasila “kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima Pancasila “keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia” mengakui dan menghormati hak warga Negara Indonesia untuk keadilan tersebut. UUD 1945 juga menegaskan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.2 UUD 1945 juga mengakui hak setiap orang untuk bebas dari perlakuan

yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.3 Tanggung jawab negara ini harus dapat diimplementasikan melalui

upaya-upaya ketatanegaraan pada ranah legislasi, yudikasi dan eksekutorial.4

Kondisi yang lemah dan ketidakmampuan seseorang tidak boleh dijadikan penghalang untuk mendapatkan keadilan di hadapan hukum. Pendampingan hukum (legal representation) kepada setiap orang tanpa

diskriminasi itu merupakan perwujudan dari perlindungan dan perlakuan yang sama di hadapan hukum tersebut. Tanpa adanya

pendampingan hukum maka kesetaraan di hadapan hukum sebagaimana diamanatkan konstitusi dan nilai-nilai universal hak asasi manusia tersebut tidak akan pernah terpenuhi.

Bantuan hukum adalah media bagi warga Negara yang tidak mampu untuk dapat mengakses keadilan sebagai manifestasi jaminan hak-haknya secara konstitusional. Bantuan hukum tersebut berkaitan

1 Pasal … Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia …, Pasal … Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik (diratifikasi dengan UU Nomor 11 Tahun 2005). 2 Pasal 28D ayat (1) UUD 1945

3 Pasal 28I ayat (2) UUD 1945

4 Pasal 2 ayat (2) Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik (diratifikasi dengan UU Nomor 11 Tahun 2005).

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

28

dengan masalah hak warga negara secara konstitusional yang tidak

mampu, masalah pemberdayaan warga negara yang tidak mampu dalam akses terhadap keadilan, dan masalah hukum faktual yang dialami warga negara yang tidak mampu menghadapi kekuatan negara secara

struktural.

Disamping itu, pemberian bantuan hukum juga harus dimaksudkan sebagai bagian integral dari kewajiban warga negara lain

yang mempunyai kemampuan dan kompetensi dalam memberikan bantuan hukum bagi warga negara yang tidak mampu. Oleh karena itu

dibutuhkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjamin hak warga negara Indonesia untuk mendapatkan akses kepada keadilan dan pendampingan hukum, termasuk bantuan hukum (legal aid) bagi warga

Negara yang tidak mampu.

B. KAJIAN SOSIOLOGIS

Secara sosiologis bantuan hukum adalah jenis pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh para pencari keadilan di Indonesia. Namun

demikian, kondisi “timpang” antara para pencari keadilan dan mereka yang memiliki kompetensi membantu atau melayani masyarakat untuk mendapatkan keadilan di Indonesia, membuat harapan terciptanya

keadilan hukum bagi seluruh masyarakat Indonesia masih “jauh panggang daripada api”, jauh dari harapan, dan membutuhkan upaya

berbagai pihak untuk segera mengatasinya.

Populasi penduduk miskin Indonesia yang tinggi turut mempengaruhi akses masyarakat miskin untuk mendapat bantuan

hukum dari para pengacara atau pekerja bantuan hukum. Untuk mengurangi ketimpangan pemberian pendampingan hukum itu maka lembaga-lembaga bantuan hukum yang ada seperti LBH dan BKBH/

LKBH kampus bekerja sama dengan paralegal memainkan peranan yang penting dan tak tergantikan.

Indonesia tidak mempunyai pengalaman spesifik di bidang pendidikan layanan hukum maupun perhatian terhadap pemberian bantuan hukum. Pengalaman dalam upaya penegakan hukum dan

keadilan sepanjang sejarah Republik Indonesia, juga belum bisa dijadikan patokan dasar untuk membuat formula dan model bantuan

hukum yang baik, yang dapat menjamin hak-hak konstitusional warga negara khususnya yang tidak mampu dalam akses terhadap keadilan.

Secara historis-sosiologis, keberadaan dan peran LBH, BKBH/

LKBH, LSM, atau bahkan LSM yang concern memberikan pendampingan dan bantuan hukum tidak bisa dinafikan dalam upaya menjadi mediator

bagi masyarakat tidak mampu untuk mendapatkan akses terhadap keadilan hukum. Keberadaan para pengacara/ advokat yang memiliki peran hampir sama dengan lembaga-lembaga tersebut tidak bisa serta

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

29

merta menggeser peran penting lembaga-lembaga bantuan hukum,

meskipun eksistensi advokat telah dijamin oleh konstitusi negara.

Peran strategis dan pentingnya LSM, BKBH, atau LSM bantuan Hukum Nampak sekali ketika Dorma Sinaga dan Lambok Gultom5

memberikan keterangan pada saat melakukan judicial review di Mahkamah Konstitusi RI atas pasal 31 UU no 18 tahun 2003. Dalam

keterangannya disebutkan:

“pelanggaraan terhadap hak-hak rakyat masih berjalan dimana-mana, pembelaan terhadap hak-hak rakyat banyak dilakukan oleh

LBH atau LSM atau Kampus. Peran mereka memberikan suatu pelayanan hukum kepada masyarakat, mereka melakukan penanganan perkara atau melakukan advokasi terhadap hak-hak

rakyat dengan litigasi maupun non litigasi.”

Dalam kesempatan yang lain Eva Laela dan Dedi Gozali, dari BBH

FH-UNPAD juga memberikan statement:

“pengalaman BBH FH UNPAD melakukan bantuan hukum kepada masyarakat tidak mampu tetapi selalu mendapat ancaman

dilaporkan karena dianggap illegal.”

Retno Muryati dari LKBH FH-UI juga menjelaskan bahwa aktifitas

memberi bantuan hukum kepada masyarakat adalah wujud implementasi tri darma perguruan tinggi, disamping untuk mendidik calon lulusan dibidang ketrampilan dan kemahiran hukum. Dengan

maksud yang sama, Sugeng Sudartono dari LKBH FH-Trisakti juga pernah menyebutkan bahwa peran LKBH adalah dalam rangka mendekatkan kampus dengan masyarakat disamping juga memberikan

pembekalan dan pendidikan ketrampilan dan kemahiran pada calon lulusan fakultas Hukum.

Bahkan, Mahkamah Konstitusi dalam salah satu pertimbangannya pernah mengutip pendapat McClymont dan Golub yang menyatakan:

“… university legal aid clinics are now part of the educational and legal

landscape in most regions of the world. They have already made contributions to sosial justice and public service in the developing world, and there are compelling benefits that recommend their

consideration in strategies for legal education and public interest law”.

Penerima layanan bantuan hukum umumnya adalah masyarakat

miskin dan buta hukum atau mengalami kesulitan ketika akan berperkara di Pengadilan. Oleh karenanya tugas Lembaga Bantuan Hukum adalah menjaga agar kemiskinan dan ketidak mampuan mereka

ini tidak di eksploitasi oleh pihak-pihak tertentu yang lebih mementingkan keuntungan pribadi dari pada mencari rasa keadilan.

5 Keduanya adalah Ketua dan Sekretaris Asosiasi Penasehat Hukum dan HAM (APHI).

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

30

Untuk itu, pemberi bantuan hukum haruslah memiliki integritas dan

profesionalisme, yang paling tidak diwujud-formalkan dalam bentuk akreditasi dan sertifikasi.

Beberapa potret sosiologis di atas, terjadi hampir diseluruh wilayah

Indonesia, termasuk di Kabupaten Cilacap. Simpul-simpul kemiskinan yang relatif banyak ditemukan dan keberadaan Lembaga Bantuan Hukum yang minim di daerah ini, meniscayakan Kabupaten Cilacap

memperkuat legalitas fungsi dan peran Lembaga Bantuan Hukum melalui peraturan perundang-undangan yang memungkinkan.

Keniscayaan ini bahkan bisa menjadi sebuah kewajiban mengingat amanat konstitusi menegaskan bahwa keadilan adalah hak bagi seluruh bangsa Indonesia, bukan dimonopoli atau bahkan bisa di beli oleh

mereka yang kuat dan memiliki ketangguhan financial.

C. KAJIAN YURIDIS

Kajian ini akan memberikan gambaran secara utuh/komprehensif mengenai pengaturan pemberian bantuan hukum, khususnya bagi

rakyat miskin, sebagaimana diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Dengan ini dapat diketahui “posisi tawar” dan sekaligus “Posisi strategis” Perda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin di

Kabupaten Cilacap dalam upaya menciptakan keadilan hukum bagi seluruh warga Cilacap.

Kajian Yuridis ini akan mencoba melakukan harmonisasi atau sinkronisasi beberapa peraturan perundang-undangan yang memiliki relevansi dengan pemberian Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin.

Sehingga, keberadaan Lembaga Bantuan Hukum atau yang sejenisnya bisa terangkat dan dipertegas legal konstitusionalnya serta semakin mantap dalam memberikan layanan bantuan hukum kepada

masyarakat.

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Pasal 28D

Ayat (1)

Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

Ayat (2)

Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.)

Analisis:

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

31

Dalam ketentuan pasal 28 D ayat (1) tersebut menjamin bahwa

setiap orang termasuk orang yang tidak mampu, mempunyai hak untuk mendapatkan akses terhadap keadilan agar hak-hak mereka atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang

adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum dapat diwujudkan. Karena sangat sulit bisa dipahami secara konstitusional, bahwa orang miskin dapat memperoleh jaminan terhadap hak pengakuan, jaminan,

perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum, tetapi mereka orang yang tidak mampu dan

tidak pula diberi akses terhadap keadilan, melalui lembagalembaga pengadilan Negara (litigasi) maupun proses non litigasi.

Dalam konteks demikian sangat diperlukan kehadiran Pekerja

Bantuan Hukum, yang memang sejak awal di desain untuk melakukan pekerjaan hukum untuk orang yang tidak mampu. Agar dengan demikian orang yang tidak mampu dapat dijamin hak-haknya

melalui akses terhadap keadilan dengan mendapatkan bantuan hukum dari Pekerja Bantuan Hukum (PBH) secara cuma-cuma.

Kehadiran PBH adalah implementasi kewajaiban Negara untuk membantu Negara dalam tugas pemberian bantuan hukum bagi orang yang tidak mampu. Oleh karena fungsi dan tugas yang dilakukan oleh

PBH adalah membantu Negara, bagi terciptanya kesejahteraan kehidupan masyarakatnya khususnya dalam jaminan hak-hak

pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum, maka sudah seyognyanya apabila visi dan misi yang diusung oleh PBH dalam

melakukan tugas bantuan hukum cuma-cuma kepada orang tidak mampu, harusnya berbeda dengan pemberian bantuan hukum sebagaimana yang dilakukan oleh pihak lain, yakni Advokat

sebagaimana ketentuan dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat. PBH sejak awal mempunyai komitmen memberikan

bantuan hukum kepada orang tidak mampu secara cuma-cuma, tetapi Advokat sejak awal didesain untuk menjadi orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar

pengadilan, berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan

melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien, secara professional dengan mendapatkan honorarium dari Klien, disamping memang Advokat juga mempunyai kewajiban memberikan

bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu, akan tetapi pengaturan lebih lanjut mengenai bantuan hukum secara cuma-cuma yang juga harus dilakukan oleh Advokat

belum ada. Beda yang lain PBH dengan Advokat sebagaimana ketentuan UU no 18 tahun 2003, adalah PBH di desain sejak awal

bahwa tugas bantuan hukum cuma-cuma tidak dipahami sebagai sebuah profesi dan mata pencaharian/ pekerjaan, yang di dalamnya

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

32

selalu ada motif mendapatkan imbalan berupa gaji atau pendapatan,

tetapi Advokat adalah pekerjaan, profesi atau mata pencaharian sehingga selalu terdapat motif imbalan atau honorarium.

Terhadap ketentuan pasal 28 D ayat (2) tersebut, memberikan

hak kepada PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum, mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja yang terbentuk antara PBH dengan Orang tidak mampu yang

mendapatkan bantuan hukum. Oleh karenanya adalah menjadi kewajiban Negara untuk menyediakan anggaran bagi kepentingan

pemberian bantuan hukum yang dilakukan oleh PBH. Sebab sangat tidak mungkin pula, akan berjalan dengan baik dan optimal aktifitas PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum, apabila tidak

mendapatkan dukungan khususnya anggaran dari Negara. Walaupun dengan demikian pula maksud dari penyediaan anggaran oleh Negara tersebut tetap dalam konteks dan koridor semangat pemberian

bantuan hukum oleh PBH kepada orang miskin secara cuma-cuma (prodeo). Sehingga dengan demikian, maksud dari berhak untuk

mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja, bagi PBH harus diartikan sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam konteks perlakuan adil dan layak

karena telah melakukan pekerjaan bantuan hukum sebagai PBH. Imbalan tidak berarti disama artikan dengan honorarium yang

diterima Advokat dari Kliennya. Tetapi imbalan dimaksud adalah anggaran dana yang dipergunakan oleh PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum.

Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Analisis :

Seseorang yang memerlukan bantuan hukum pada hakikatnya

adalah ingin memperoleh informasi hukum dan dijamin oleh pasal 28 F UUD 1945. Disamping itu adalah menjadi hak seseorang untuk memilih sumber informasi yang dipandangnya tepat dan terpercaya.

Sehingga dengan demikian, kelahiran UU bantuan Hukum menjadi sangat mendesak dalam kaitannya dengan hak sebagaimana ketentuan pasal 28 H UUD 1945 tersebut.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

33

Pasal 28 G

Ayat (1)

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

Ayat (2)

Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari Negara lain.

Analisis :

Ketentuan pasal tersebut semakin menegaskan kepada kita bahwa setiap warga Negara khususnya yang tidak mampu, dan mengalami masalah hukum, berhak untuk mendapat bantuan hukum

secara cuma-cuma, sekaligus sebagai implementasi dari hak bebas untuk mendapat perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

Dan tidak dapat dibenarkan dari sisi manapun dan pihak manapun melakukan intimidasi dan sebagainya terhadap hak-hak

tersebut, sehingga dengan demikian sangat diperlukan pengaturan secara khusus tentang akses terhadap keadilan melalui pemberian bantuan hukum.

Pasal 28H

Ayat (2)

Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna

mencapai persamaan dan keadilan.

Analisis :

Ketentuan pasal 28 H ayat (2) tersebut semakin memperkuat atas terjaminnya setiap warga negara khususnya warga negara tidak

mampu untuk mendapat akses terhadap keadilan dengan cara mendapat bantuan hukum dari PBH agar haknya untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

34

dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan,

benar-benar dapat dijamin dan terwujud.

Meskipun kehadiran PBH bukanlah menjadi satu-satunya sebagai pihak yang paling mempunyai tanggung jawab dalam

melakukan tugas bantuan hukum khusus bagi orang yang tidak mampu secara cuma-cuma. Tetapi mengingat visi dan misi yang diusung oleh PBH sejak awal adalah dalam track “pengabdian” dan

kerja volunteer, maka sangat bisa dipertanggungjawabkan apabila kemudian kehadiran PBH perlu untuk diatur dalam peraturan yang

khusus pula yakni UU tentang Bantuan Hukum, tanpa harus ditafsir bahwa kehadirannya sudah cukup terwakili dengan hadirnya Advokat dalam UU no 18 tahun 2003.

Pasal 28I

Ayat (1)

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.

Ayat (2)

Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

Ayat (4)

Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

Ayat (5)

Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan

Analisis :

Ketentuan pasal 28 I ayat (1), (2), (4), dan (5) tersebut semakin

meneguhkan jaminan hak-hak setiap orang khusunya yang tidak mampu dalam mendapatkan akses terhadap keadilan melalui kehadiran UU tentang Bantuan Hukum. Pasal 28 I ayat (1), (2), (4),

dan (5), sebagai pintu utama bagi penegakan jaminan hak-hak setiap orang yang tidak mampu untuk mendapatkan akses keadilan melalui

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

35

pemberian Bantuan Hukum dari PBH, yang sekaligus dasar utama

konstitusional bagi perlunya kehadiran PBH untuk mendapatkan pengaturan secara khusus dalam bentuk Undang-undang tentang Bantuan Hukum, mengingat kedudukan, tugas dan fungsinya yang

sangat strategis, yakni melaksanakan amanat konstitusi. Dengan demikian tidak cukup alasan bagi pihak manapun untuk menolak dan tidak setuju kehadiran UU tentang Bantuan Hukum.

2. Undang-undang Nomor 8 tahun 1981

Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana disahkan sejak tanggal 31 Desember 1981, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76. Sebelum Undang-undang ini berlaku, peraturan yang menjadi dasar bagi pelaksanaan hukum

acara pidana dalam Lingkungan peradilan umum adalah HIR Staatsblad Tahun 1941 Nomor 44 (Het Herziene Inlandsch Reglement” atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Reglemen Indonesia

yang diperbarui). Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 terdapat Ketentuan antara lain:

Pasal 54

Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam UU ini.

Analisis :

Ketentuan pasal 54 tersebut, juga memberikan dasar yuridis

perlunya dibentuk UU tentang Bantuan Hukum, karena mendapatkan bantuan hukum adalah hak (asasi) dari tersangka atau terdakwa. Penyebutan penasehat hukum (tidak dapat secara serta merta

dimaksudkan sebagai advokat atau bukan advokat sebagaimana ketentuan UU no 18 tahun 2003) sebagai pihak yang memberikan

bantuan hukum dalam pasal tersebut bukan berarti menegasikan kehadiran PBH dalam UU Bantuan Hukum yang akan dibuat. Dalam ketentuan pasal tersebut menekankan pada substansi pemberian

bantuan hukum sebagai manifestasi hak (asasi) tersangka atau terdakwa dan bukan pada siapa yang seharusnya menjadi satu-satunya pihak yang mempunyai kewajiban memberikan bantuan

hukum.

3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Pasal 1792

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

36

Pemberian kuasa ialah suatu persetujuan yang diberikan pemberian kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama yang memberi kuasa

Pasal 1793

Kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta umum dengan suatu surat dibawah tangan, bahkan dengan sepucuk surat ataupun dengan lisan. Penerimaan surat kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dari disampaikan dari pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi kuasa itu.

Pasal 1794

Pemberian kuasa terjadi dengan cuma-cuma, kecuali jika diperjanjikan sebakliknya. Jika dalam hal yang terakhir upahnya tidak ditentukan dengan tegas, maka penerima kuasa tidak boleh meminta upah yang lebih daripada yang ditentukan dalam pasal 411 untuk wali.

Analisis:

Ketentuan pasal-pasal tersebut menegaskan bahwa yang menerima

kuasa tidak harus seorang advokat atau bukan. Bahkan kuasa diberikan secara cuma-cuma, hal ini yang menjadi dasar yuridis bahwa bantuan hukum secara cuma-cuma bagi warga Negara yang

tidak mampu menjadi sangat penting untuk diatur dalam sebuah Undang-undang khusus tentang bantuan hukum.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat

Pasal 22

Ayat (1)

Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.

Ayat (2)

Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Analisis :

Ketentuan pasal tersebut bermakna bahwa Advokat juga mempunyai

kewajiban untuk melakukan pemberian bantuan hukum secara cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Tetapi

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

37

kewajiban tersebut tidak jelas dan tidak fokus khusus karena tugas

pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma hanya menjadi salah satu tugas “tambahan dan sampingan” dari Advokat. Sebab disamping tidak ada pengaturan sanksinya secara tegas (melalaikan kewajiban

memberikan bantuan hukum cuma-cuma, hanya dipandang sebagai masalah etis), juga pengaturan lebih lanjut dari ketentuan bantuan hukum secara cuma-cuma Peraturan Pemerintahnya sampai

sekarang juga tidak dibuat. Terlepas dari itu semua, visi dan misi Advokat memang sangat jauh berbeda dengan visi dan misi PBH yang

pengaturannya akan diatur dalam UU khusus tentang Bantuan Hukum. Karena akses terhadap keadilan sebagaimana ketentuan pasal 28 D ayat (1) dan (2), pasal 28 H ayat (2), dan pasal 28 I ayat (1),

(2), (4) dan (5), memang dijamin oleh kontitusi dan hanya sangat mungkin diwujudkan apabila dilakukan oleh orang dan pihak khusus dan pengaturan yang khusus pula. Sehingga dengan demikian tidak

ada alasan apapun untuk menolak kehadiran UU tentang Bantuan Hukum hanya karena dengan argumentasi dan alasan sudah ada

ketentuan pasal 22 tersebut.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Pasal 37

Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum.

Pasal 38

Dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta bantuan advokat.

Penjelasan Pasal 38

Sejalan dengan asas bahwa seseorang selama belum terbukti kesalahannya harus dianggap tidak bersalah, maka ia harus dibolehkan untuk berhubungan dengan keluarga atau advokat sejak ditangkap dan/atau ditahan. Tetapi hubungan ini tidak boleh merugikan kepentingan pemeriksaan, yang pelaksanaannya sesuai

dengan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana.

Pasal 39

Dalam memberi bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, advokat wajib membantu penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan.

Pasal 40

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 38 diatur dalam undang-undang.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

38

Analisis :

Dari ketentuan pasal 37 dan 40 tersebut jelas bahwa perlu dibentuk UU yang mengatur tentang bantuan hukum. Sehingga jelas landasan

filosofis, yuridis, sosiologis, dan politis perlunya bantuan hukum diatur secara lebih khusus. Sebab bantuan hukum bukan komoditas yang bisa diperjualbelikan oleh pihak manapun. Kehadiran UU

Bantuan Hukum adalah dalam konteks menegaskan secara paradigmatic bahwa Bantuan Hukum bukan sebagai komoditas yang

oleh karenanya dapat diperjualbelikan secara professional dengan tariff-tarif jasa tertentu walaupun atas dasar kesepakatan antara pemberi bantuan hukum dengan penerima bantuan hukum. Bantuan

Hukum adalah satu hak yang menjadi kewajiban pihak lainnya untuk memberikannya. Dan posisi Negara seharusnya menjadi sangat penting dan urgen untuk mengambil peran dan posisi dalam jaminan

hak warga Negara untuk mendapatkan bantuan hukum secara memadai yang dijamin konstitusi.

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 18

Ayat (4)

Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Analisis :

Ketentuan pasal 18 tersebut juga menjadi dasar pentingnya setiap

orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum, sehingga semakin memperkuat alasan yuridis perlunya UU tentang Bantuan

Hukum, yang mengatur mengenai batasan bantuan hukum, substansi bantuan hukum, prosedur bantuan, wewenang pemberian bantuan hukum, dan lain-lain. Karena disamping itu, mendapatkan

bantuan bagi setiap orang yang mengalami masalah hukum adalah menjadi Hak Asasi yang paling dasar dalam rangka menegakkan supremasi hukum dan keadilan.

-- --

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

39

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN

RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

40

A. Rumusan Akademik Berbagai Istilah Kunci Dalam Peraturan Daerah

Istilah-istilah yang terkait dengan peraturan ini menjadi penting untuk dirumuskan guna memberikan pengertian yang pasti dari

berbagai istilah tersebut. Istilah-istilah yang berhubungan dengan peraturan daerah tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin ini meliputi diantaranya: Daerah, Pemerintah Daerah, Bupati, Bantuan

Hukum, Penerima Bantuan Hukum Pemberi Bantuan, Masyarakat, Rakyat miskin, Litigasi, Nonlitigasi Dana bantuan hukum, Anggaran

Pendapatan dan Belanja.

Adapun penjelasan istilah tehnis hukum di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Daerah adalah Kabupaten Cilacap.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Cilacap.

4. Kabupaten adalah Kabupaten Cilacap.

5. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.6

6. Penerima Bantuan Hukum adalah setiap orang atau kelompok

orang miskin.7

7. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau

organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum yang telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.8

8. Masyarakat adalah orang perseorangan atau sekelompok orang

yang memiliki identitas kependudukan yang sah di Kabupaten Cilacap.

9. Rakyat miskin adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang kondisi sosial ekonominya dikategorikan miskin yang dibuktikan

dengan Surat Keterangan Miskin.

10. Litigasi adalah proses penanganan perkara hukum yang dilakukan

melalui jalur pengadilan untuk menyelesaikannya.9

11. Nonlitigasi adalah proses penanganan perkara hukum yang dilakukan di luar jalur pengadilan untuk menyelesaikannya.10

6 Lihat Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

7 Ibid

8 Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Tatacara Pemberian Bantuan Hukum dan

Penyaluran Dana Bantuan Hukum 9 Ibid

10 Ibid

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

41

12. Dana bantuan hukum adalah biaya yang disediakan tiap tahun

oleh Pemerintah Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk membiayai pelaksanaan bantuan hukum kepada masyarakat miskin.

13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap.

B. Muatan Materi Peraturan Daerah

1. Maksud dibentuknya Peraturan Daerah

Mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait dengan

Bantuan Hukum yaitu Undang-undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat, UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian

Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum, dan Peraturan Menkumham RI No. 10 Tahun 2015 Tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum

Berbagai paket regulasi di atas sesungguhnya didasarkan pada

spirit dasar yang sama yaitu pemenuhan hak-hak dasar warga Negara dalam mengakses keadilan hukum sebagai hak konstitusional warga

negara.Secara prinsip, sebagian besar warga masyarakat adalah masyarakat yang awam hukum yang jauh dari mengerti akan hak dan kewajibanya di hadapan hukum. Jika beberapa peraturan perundang-

undangan di atas memberikan landasan yuridis jaminan kepastian hukum dalam memberikan bantuan hukum, maka peraturan daerah hadir untuk mengisi ruang kosong pengaturan bantun hukum secara

tehnis operasional di lapangan.

Untuk itu maka dibentuknya Peraturan Daerah ini dimaksudkan

untuk memberikan pedoman sebagai landasan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan bantuan hukum bagi rakyat miskin di Kabupaten Cilacap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan hadirnya peraturan daerah ini, maka pemerintah daerah kabupaten Cilacap memiliki pedoman hukum dalam penyaluran dana

bantuan hukum bagi rakyat miskin

2. Tujuan dibentuknya Peraturan Daerah

Penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk:

a. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

42

untuk mendapatkan akses keadilan;

b. mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;

c. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan

secara merata di seluruh daerah

d. mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Suatu peraturan dibentuk, termasuk Peraturan Daerah, untuk

memberikan pedoman bagi pengguna dalam melaksanakan suatu kegiatan tertentu, termasuk kegiatan penyelenggaraan bantuan hukum bagi rakyat miskin. Dengan sisahkanya Perda ini, maka

pemerintah kabupaten Cilacap memiliki landasan yuridis dalam hal penyaluran dana bantuan hukum bagi masyrakat miskin yang memerlukan pendanaan dalam memenuhi salah satu hak dasarnya

yaitu memperoleh keadilan hukum.

Peraturan Daerah ini memuat hal-hal pokok tentang tehnis

penyaluran dana bantuan hukum serta mengatur siapa yang berhak meHal lain juga penring diatur dalam Perda ini adalah hal-hal tehnis operasional bagaimana dana bantuan hukum diperoleh dan

digunakan. nerima bantuan hukum dan siapa yang boleh memberikan bantuan hukum.

Oleh karena itu, secara substansi, ruang lingkup Peraturan daerah ini mengatur hal-hal sebagai berikut:

Bab I : Ketentuan Umum

Bab II : Asas dan Tujuan

Bab III : Ruang Lingkup

Bab IV : Penyelenggaraan Bantuan Hukum

Bab V : Hak dan Kewajiban

Bab VI : Tata cara Pemberian Bantuan Hukum

Bab VII : Larangan

Bab VIII : Pendanaan

Bab IX : Pengawasan

Bab X : Ketentuan Penyidikan

Bab XI : Sanksi

Bab XII : Ketentuan Peralihan

Bab XIII : Ketentuan Penutup

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

43

Pengaturan pemberian bantuan hukum baik yang menyangkut

asas maupun tehnisny, semua penyelenggaraan kegiatan tertentu harus mendasarkan kepada dasar negara serta undang-undang dasar negara dari suatu negara dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.Di Indonesia

semua kegiatan harus mendasarkan kepada Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.Maka pelaksanaan pemberian bantuan hukum dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Penjaminan negara atas hak dasar berupa jaminan adanya

perlakuan Negara secara setara dan berkeadilan sangat jelas dinyatakan oleh UUD 1945 sebagaimana disebutkan dalam pasal 28D yang berbunyi.

Ayat (1)

Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan

hukum.

Ayat (2)

Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

Kehadiran Advokat dengan OBH nya sebagaimana ketentuan UU

No18 tahun 2003, di desain sejak awal bahwa tugas bantuan hukum cuma-cuma tidak dipahami sebagai sebuah profesi dan mata pencaharian/ pekerjaan, yang di dalamnya selalu ada motif mendapatkan imbalan berupa

gaji atau pendapatan, tetapi Advokat adalah pekerjaan, profesi atau mata pencaharian sehingga selalu terdapat motif imbalan atau honorarium.

Terhadap ketentuan pasal 28 D ayat (2) tersebut, memberikan hak

kepada PBH dalam melakukan tugas bantuan hukum, mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja yang terbentuk

antara OBH dengan Orang tidak mampu yang mendapatkan bantuan hukum. Oleh Karenanya, adalah menjadi kewajiban Negara untuk menyediakan anggaran bagi kepentingan pemberian bantuan hukum yang

dilakukan oleh OBH. Sebab sangat tidak mungkin pula, akan berjalan dengan baik dan optimal aktifitas OBH dalam melakukan tugas bantuan

hukum, apabila tidak mendapatkan dukungan khususnya anggaran dari Negara.. Imbalan tidak berarti di sama artikan dengan honorarium yang diterima Advokat dari Kliennya.

Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

44

sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Pasal 28 G

Ayat (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah

kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak

asasi

Ayat (2)

Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari Negara lain.

Paket regulasi lain terkait dengan bantuan hukum adalah adalah

memberikan ketegasan tentang tehnis procedural bantuan hukum. Undang-undang advokat hadir untuk mengatur peran advokat terkait dengan tugas pokok advokat dalam melakukan tugas menjalankan profesi penegak

hukum. Salah satu kewajiban advokat adalah memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu.Memperoleh keadilan merupakan

hak konstitusional warga Negara.

Pasal 22 Ayat (1)

Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.

Ayat (2)

Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan

hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Kedua pasal di atas secara tegas menyatakan bahwa advokat juga mempunyai kewajiban untuk melakukan pemberian bantuan hukum secara

cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Tetapi kewajiban tersebut tidak jelas dan tidak focus khusus karena tugas pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma hanya menjadi salah satu tugas

“tambahan dan sampingan” dari Advokat. Sebab disamping tidak ada

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

45

pengaturan sanksinya secara tegas (melalaikan kewajiban memberikan

bantuan hukum cuma-cuma, hanya dipandang sebagai masalah etis), juga pengaturan lebih lanjut dari ketentuan bantuan hukum secara cuma-cuma Peraturan Pemerintahnya sampai sekarang juga tidak dibuat. Terlepas dari

itu semua, visi dan misi Advokat memang sangat jauh berbeda dengan visi dan misi OBH yang pengaturannya akan diatur dalam UU khusus tentang Bantuan Hukum. Karena akses terhadap keadilan sebagaimana ketentuan

pasal 28 D ayat (1) dan (2), pasal 28 H ayat (2), dan pasal 28 I ayat (1), (2), (4) dan (5), memang dijamin oleh kontitusi dan hanya sangat mungkin

diwujudkan apabila dilakukan oleh orang dan pihak khusus dan pengaturan yang khusus pula. Sehingga dengan demikian tidak ada alasan apapun untuk menolak kehadiran UU tentang Bantuan Hukum.

Selanjutnya, dalam pasal 4 dijelaskan ruang lingkup pemberian bantuan hukum, yaitu :

4. Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang

menghadapi masalah hukum;

5. Bantuan hukum meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan

tata usaha Negara baik litigasi maupun non litigasi;

6. Bantuan hukum meliputi menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk

kepentingan hukum penerima bantuan hokum

Adapun kelompok masyarakat penerima manfaat bantun hukum

adalah setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.Adapun hak dasar yang dimaksud meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan

pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.

Sementara itu, terkait dengan siapa pemberi bantuan hukum, dalam pasal 8 dijelaskan bahwa pemberi bantuan hukuam adalah pemberi

bantuan hukum yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

k. Berbadan hukum;

l. Terakriditasi berdasarkan Undang-undang;

m. Memiliki kantor atau secretariat yang tetap

n. Memiliki pengurus; dan

o. Memiliki program bantuan hukum.

Pemberian Bantuan Hukum secara Nonlitigasi sebagaimana

dimaksud aya(2) meliputi kegiatan:

p. a. penyuluhan hukum;

q. b. konsultasi hukum;

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

46

r. c. investigasi perkara, baik secara elektronik maupun non

elektronik;

s. d. penelitian hukum;

t. e. mediasi;

u. f. negosiasi;

v. g. pemberdayaan masyarakat;

w. h. pendampingan di luar pengadilan; dan/atau

x. i. drafting dokumen hukum.

Dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah ini diatur hal-hal sebagai berikut:

(1) Pemberian Bantuan Hukum secara Litigasi dilakukan oleh

Advokat yang berstatus sebagai pengurus Pemberi Bantuan Hukum dan/atau Advokat yang direkrut oleh Pemberi

Bantuan Hukum.

(2) Dalam hal jumlah Advokat yang terhimpun dalam wadah Pemberi Bantuan Hukum tidak memadai dengan banyaknya jumlah

Penerima BantuanHukum, Pemberi Bantuan Hukum dapat merekrut paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum.

(3) Dalam melakukan pemberian Bantuan Hukum,paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukumsebagaimana dimaksud pada ayat (2) harusmelampirkan bukti tertulis pendampingan dari

Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Mahasiswa fakultas hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah lulus mata kuliah hukum acara dan pelatihan

paralegal.

Pemberian Bantuan Hukum oleh Advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), tidak menghapuskan kewajiban Advokat tersebut untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15

Pemberian Bantuan Hukum secara Nonlitigasi meliputi kegiatan:

a. penyuluhan hukum;

b. konsultasi hukum;

c. investigasi perkara, baik secara elektronik maupun non elektronik;

d. penelitian hukum;

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

47

e. mediasi;

f. negosiasi;

g. pemberdayaan masyarakat;

h. pendampingan di luar pengadilan; dan/atau

i. drafting dokumen hukum.

BAB II

Peraturan Daerah tentang bantuan hukum bagi rakyat miskin ini

memeiliki asas sebagai beriku

a. keadilan;

b. persamaan kedudukan di dalam hukum;

c. keterbukaan;

d. efisiensi;

e. efektivitas;

f. akuntabilitas.

Sedangkan Penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk:

a. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum

untuk mendapatkan akses keadilan;

b. mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;

c. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh daerah

d. mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari perda ini ad

1) Bantuan Hukum diberikan kepada Penerima Bantuan Hukum

yang menghadapi masalah hukum.

2) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum klah :eperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik

litigasi maupun nonlitigasi.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

48

(3) Pemberian Bantuan Hukum secara Nonlitigasi sebagaimana dimaksud

ayat (2) meliputi kegiatan:

a. penyuluhan hukum;

b. konsultasi hukum;

c. investigasi perkara, baik secara elektronik maupun non elektronik;

d. penelitian hukum;

e. mediasi;

f. negosiasi;

g. pemberdayaan masyarakat;

h. pendampingan di luar pengadilan; dan/atau

i. drafting dokumen hukum.

(4). Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

menerima dan menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum

Penerima Bantuan Hukum.

1) Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

(1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.

2) Hak dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.

Adapun ketentuan penyelenggaraan bantuan hukum kepada rakyat miskin adalah sebagai berikut:

1) Bantuan hukum diselenggarakan untuk membantu

penyelesaian permasalahan hukum yang dihadapi Penerima Bantuan Hukum.

2) Pemberian Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan

Hukum diselenggarakan oleh Bupati dan dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum yang harus memenuhi syarat :

a. berbadan hukum;

b. terakreditasi;

c. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap di wilayah kabupaten

Cilacap

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

49

d. memiliki pengurus; dan

e. memiliki program Bantuan Hukum.

Pemberi Bantuan Hukum tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugasnya memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang

dilakukan dengan iktikad baik di dalam maupun di luar sidang pengadilan sesuai Standar Bantuan Hukum berdasarkan peraturan perundang-

undangan dan/atau Kode Etik Advokat.

Agar jaringan pengembangan kampus IAIN terjaga dengan baik

1) Dalam penyelenggaraan Bantuan Hukum, Bupati menjalin kerja sama dengan lembaga bantuan hukum yang memenuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara kerja sama

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.

Para pihak yang terlibat dalam program bantauan hukum dan Penerima Bantuan Hukum berhak :

a. mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak

mencabut surat kuasa;

b. mendapatkan bantuan hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum dan/atau Kode Etik Advokat;

c. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penerima Bantuan Hukum wajib :

a. menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum;

b. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

50

Pemberi Bantuan Hukum berhak:

a. melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum

b. melakukan pelayanan Bantuan Hukum;

c. menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan program kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum;

d. menerima anggaran dari Daerah untuk melaksanakan Bantuan Hukum berdasarkan Peraturan Daerah ini;

e. mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. mendapatkan informasi dan data lain dari Pemerintah Daerah ataupun instansi lain, untuk kepentingan pembelaan perkara; dan

g. mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan

keselamatan selama menjalankan pemberian Bantuan Hukum.

Pemberi Bantuan Hukum wajib:

a. melaporkan kepada Bupati tentang program Bantuan Hukum;

b. melaporkan setiap penggunaan APBD yang digunakan untuk pemberian bantuan hukum berdasarkan Peraturan Daerah ini;

c. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Bantuan Hukum bagi advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum atau syariah yang direkrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a;

d. menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau keterangan yang diperoleh dari penerima Bantuan Hukum berkaitan dengan perkara yang sedang ditangani, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-

undangan; dan

e. memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum

hingga permasalahannya selesai atau telah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap terhadap perkaranya.

Adapun prosedur mengajukan bantuan hokum adalah sebagai

berikut:

1) Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon mengajukan

permohonan Bantuan Hkum secara tertulis atau lisan kepada Pemberi Bantuan Hukum.

2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

51

sedikit memuat :

a. identitas Pemohon Bantuan Hukum; dan

b. uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimintakan Bantuan Hukum.

3) Permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melampirkan:

a. surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau pejabat

yang setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum; dan

b. dokumen yang berkenaan dengan Perkara.

Di Peraturan daerah ini juga diatur kualifikasi penerima bnatuan hukum yaitu:

1) Identitas Pemohon Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) huruf a dibuktikan dengan kartu tanda penduduk dan/atau dokumen lain yang dikeluarkan oleh instansi yang

berwenang.

2) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki identitas,

Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum dalam memperoleh surat keterangan alamat sementara dan/atau dokumen lain dari instansi yang berwenang sesuai domisili Pemberi

Bantuan Hukum.

1) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki surat keterangan miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf a, Pemohon Bantuan Hukum dapat melampirkan Kartu

Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, Kartu Beras Miskin, atau dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan miskin.

2) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3), Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum dalam memperoleh persyaratan tersebut.

1) Dalam hal persyaratan yang diajukan oleh pemohon Bantuan Hukum belum lengkap, Pemberi Bantuan Hukum dapat meminta

kepada pemohon Bantuan Hukum untuk melengkapi persyaratan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).

2) Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja, pemohon

Bantuan Hukum wajib melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

52

3) Apabila pemohon Bantuan Hukum tidak dapat melengkapi

persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka permohonan tersebut dapat ditolak.

1) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 dinyatakan lengkap, dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja memberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan jawaban menerima atau menolak permohonan

Bantuan Hukum kepada pemohon.

2) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi

Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum.

3) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi

Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan.

Pemberi Bantuan Hukum dilarang :

a. menyalahgunakan pemberian dana Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum;

b. menerima atau meminta pembayaran dari Penerima Bantuan Hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang ditangani.

Sebagai peanggungjawab pemberian bantuan hukum, Pemerintah

daerah sebagai representasi Negara berkewajiban mendirikan khilafah islamiyah:

1) Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan dana penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam APBD.

2) Pendanaan penyelenggaraan Bantuan Hukum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dialokasikan pada anggaran Unit Kerja yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum.

3) Dalam mengajukan anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum, Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperhitungkan perkara yang belum selesai atau belum mempunyai kekuatan hukum

tetap.

Pengawasan pelaksanaan Perda ini harus betul-betul dikawal dengan baik dnegan meibatkan stakeholders, yaitu :

1) Bupati melakukan pengawasan pemberian Bantuan Hukum

dalam penyaluran dana Bantuan Hukum.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

53

2) Pengawasan oleh Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang pengawasan.

Adapun proses pengawasan pemberlakuan perda bantuan hukum ini

dilakukan olehu Unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) mempunyai tugas:

a. melakukan pengawasan atas pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;

b. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;

c. melakukan klarifikasi atas adanya dugaan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;

d. mengusulkan sanksi kepada Bupati atas terjadinya

penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan/atau penyaluran dana Bantuan Hukum; dan

e. membuat laporan pelaksanaan pengawasan kepada Bupati.

Bupati atas usul unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang

pengawasan dapat meneruskan temuan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum kepada instansi

yang berwenang untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal Penerima Bantuan Hukum tidak mendapatkan haknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan Penerima Bantuan Hukum dapat melaporkan Pemberi Bantuan Hukum kepada Bupati, induk

organisasi Pemberi Bantuan Hukum, atau kepada instansi yang berwenang.

Untuk memberikan daya ikat yang kuat sevara hukum, Peraturan

Daerah mengatur adanya penyidikan dan sanksi pidanaya sebagai berikut :

1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan

penyidikan tindak pidana di bidang bantuan huknya penyidikanum, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang bantuan

hukum agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

54

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau

badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta

melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang bantuan hukum;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang

dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di

bidang bantuan hukum;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyidikan tindak pidana di bidang bantuan hukum menurut hukum yang berlaku

3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Terkait dengan perumusan sanksi hukum bagi pelaku kekerasan

seksual adalah dengan cara sebagai berikut:

1) Pemberi Bantuan Hukum yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dikenakan sanksi administratif.

2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa :

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. pengembalian semua dana Bantuan Hukum yang telah diterima yang bersumber dari APBD.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

55

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.

Adapun bersaran sanksi hukum bagi yang melanggar Perda ini adalah :

1) Apabila Pemberi Bantuan Hukum terbukti melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a diancam pidana kuruangan paling lama 6 (enam) bulan atau

denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

2) Apabila Pemberi Bantuan Hukum terbukti menerima atau meminta sesuatu kepada Penerima Bantuan Hukum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 huruf b, diancam pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

56

BAB VI

PENUTUP

Bantuan hukum merupakan instrumen penting untuk akses memperoleh keadilan. Bantuan Hukum merupakan bagian dari perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) Hak atas bantuan hukum

merupakan salah satu hak yang terpenting (hak konstitusional) yang dimiliki oleh setiap warga negara Dalam system hukum di Indonesia semua orang dihadapan hukum adalah sama, dan Negara wajib menjamin keadilan

hukum kepada rakyatnya. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum,bantuan hukum merupakan sebuah jasa hukum

yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi masalah hukum khususnya dari masyarakat miskin.

Kemiskinan tidak dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan

bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan

maupun laki-laki.

Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum yang diberikan kepada

penerima bantuan hukum merupakan upaya untuk mewujudkan hak-hak rakyat miskin dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara untuk

memperoleh akses yang memadahi terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan hukum (equality before the law). Bantuan hukum

pula merupakan pelayanan hukum (legal service) yang bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum dan pembelaan terhadap hak-hak

masyarakat yang memiliki persoalan hukum.

Bantuan hukum juga dianggap sebagai suatu media yang dapat digunakan oleh semua orang dalam rangka menuntut haknya atas adanya

perlakuan yang tidak sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku. Hal ini didasari oleh arti pentingnya perlindungan hukum bagi setiap insan manusia sebagai subyek hukum guna menjamin adanya penegakan hukum.

Bantuan hukum dan negara mempunyai hubungan yang erat, apabila bantuan hukum dipahami sebagai hak maka negara mempunyai kewajiban

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

57

untuk menjamin pemenuhan hak tersebut. 3 Pasal 14 Kovenan Hak Sipil

dan Politik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjelaskan bahwa setiap orang berhak atas jaminan bantuan hukum jika kepentingan keadilan menghendaki demikian.

Untuk menjamin pemenuhan hak tersebut, menurut pertimbangan Kovenan PBB tadi mewajibkan negara untuk memajukan penghormatan universal dan ketaatan terhadap HAM dan kebebasan. Kewajiban tersebut

antara lain berupa kewajiban untuk menghormati (to respect), kewajiban untuk memenuhi (to fulfill), dan kewajiban untuk melindungi (to protect). Kewajiban tersebut termasuk kewajiban untuk melindungi, memenuhi dan menghormati hak atas bantuan hukum. Sehingga pemegang kewajiiban

utama dalam pemenuhannya adalah Negara. Karena setiap orang berhak mendapatkan peradilan yang adil dan tidak memihak (fair and impartial court). Hak ini juga merupakan hak dasar setiap manusia. Hak ini bersifat

universal, berlaku di mana pun, kapan pun dan pada siapa pun tanpa ada diskriminasi. Pemenuhan hak ini juga merupakan tugas dan kewajiban

negara, karena bantuan hukum juga merupakan kewajiban Negara dan setiap warga negara tanpa memandang suku, warna kulit, status sosial, kepercayaan dan pandangan politik berhak mendapatkan akses terhadap

keadilan. Indonesia sebagai negara hukum menjamin kesetaraan bagi warga negaranya di hadapan hukum dalam dasar negara dan konstitusi.

Kehadiran Negara dalam memberikan pelayanan bantuan hukum bagi warga negaranya khususnya yang miskin dibuktikan dengan lahirnya berbagai regulasi yang memberikan jaminan pelayanan hukum dalam

memperoleh hak konstitusionalnya sebagai wrga Negara. Beberapa regulasi itu adalah:

1. Undang-undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat

2. UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

3. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata

Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum

4. Peraturan Menkumham RI No. 10 Tahun 2015 Tentang Peraturan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran

Dana Bantuan Hukum

Dilihat dari wujud fisiknya, Rancangan Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum bagi rakyat Miskin yang dibuat memang tidak memuat

banyak pasal dan ketentuan. Namun dibalik sifat kesederhaan dari Raperda Bantuan Hukum inin mampu menggambarkan urgensitas penegasan kepastian jaminan hak asasi warga Negara yang tidak mampu dalam

mendapatkan akses terhadap keadilan hukum melalui pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

58

Nilai substantive sebuah produk peraturan perundang-undangan

tidak diukur dalam kerangka secara kuantitatif dari sedikit banyaknya ketentuan pasal yang menjadi materi muatannya, akan tetapi secara kualitatif mampu memberi penyelesaian masalah (laten dan manifest) serta

mampu menjamin terhadap penyelesaian pokok-pokok substansi masalah asasi kebutuhan warga Negara yang akan diatur. Jaminan kepastian hukum akan perlindungan hak-hak warga Negara yang miskin untuk

mendapat akses terhadap keadilan, melalui pemberian bantuan hukum, memang harus menjadi ciri dan karakter pokok substansi dari Raperda ini.

-- --

LAMPIRAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

59

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

NOMOR : .......... TAHUN 2015

TENTANG

BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP,

Menimbang

: a. bahwa untuk mewujudkan hak konstitusional setiap warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan dihadapan hukum, maka Pemerintah Daerah perlu menjamin perlindungan hak asasi manusia dan berupaya untuk memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu;

b. bahwa pemberian bantuan hukum yang dilakukan selama ini belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh ketidakmampuan untuk memuwujudkan hak-hak konstitusional mereka;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum Bagi

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

60

Rakyat Miskin;

Mengingat :

1. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa

Tengah (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950);

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886)

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48);

5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3029); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011

tentang Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5246); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

61

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana

Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 98,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5421);

10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 7 Tahun 2014 tentang Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Miskin (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2014 Noreg Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah: 3/2014);

11. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 19 tahun 2012 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Cilacap.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PEWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang

Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 14. Daerah adalah Kabupaten Cilacap. 15. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah. 16. Bupati adalah Bupati Cilacap. 17. Kabupaten adalah Kabupaten Cilacap. 18. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi

bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.

19. Penerima Bantuan Hukum adalah setiap orang atau kelompok

orang miskin. 20. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

62

organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum yang telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

21. Masyarakat adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang memiliki identitas kependudukan yang sah di Kabupaten Cilacap.

22. Rakyat miskin adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang kondisi sosial ekonominya dikategorikan miskin yang terdaftar dalam program Jaminan Sosial baik di Pemerintah Pusat maupun Daerah atau dibuktikan dengan Surat Keterangan Miskin.

23. Litigasi adalah proses penanganan perkara hukum yang dilakukan melalui jalur pengadilan untuk menyelesaikannya.

24. Nonlitigasi adalah proses penanganan perkara hukum yang dilakukan di luar jalur pengadilan untuk menyelesaikannya.

25. Dana bantuan hukum adalah biaya yang disediakan tiap tahun oleh Pemerintah Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk membiayai pelaksanaan bantuan hukum kepada masyarakat miskin.

26. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap.

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2 Bantuan Hukum dilaksanakan berdasarkan asas :

g. keadilan; h. persamaan kedudukan di dalam hukum;

i. keterbukaan; j. efisiensi; k. efektivitas;

l. akuntabilitas.

Pasal 3 Penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk: e. menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk

mendapatkan akses keadilan; f. mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan

prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;

g. menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh daerah

h. mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

BAB III

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

63

RUANG LINGKUP

Pasal 4 3) Bantuan Hukum diberikan kepada Penerima Bantuan Hukum

yang menghadapi masalah hukum. 4) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi.

(3) Pemberian Bantuan Hukum secara Nonlitigasi sebagaimana dimaksud

ayat (2) meliputi kegiatan: a. penyuluhan hukum; b. konsultasi hukum;

c. investigasi perkara, baik secara elektronik maupun nonelektronik; d. penelitian hukum; e. mediasi;

f. negosiasi; g. pemberdayaan masyarakat;

h. pendampingan di luar pengadilan; dan/atau i. drafting dokumen hukum.

(4) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi menerima dan menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum Penerima Bantuan Hukum.

Pasal 5 3) Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

(1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat

memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.

4) Hak dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak atas

pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan

dan berusaha, dan/atau perumahan.

BAB IV

PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

Pasal 6 3) Bantuan hukum diselenggarakan untuk membantu penyelesaian

permasalahan hukum yang dihadapi Penerima Bantuan Hukum. 4) Pemberian Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum

diselenggarakan oleh Bupati dan dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum yang harus memenuhi syarat :

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

64

f. berbadan hukum;

g. terakreditasi; h. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap di wilayah kabupaten

Cilacap

i. memiliki pengurus; dan j. memiliki program Bantuan Hukum.

Pasal 7

Pemberi Bantuan Hukum tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugasnya memberikan Bantuan Hukum

kepada Penerima Bantuan Hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang dilakukan dengan iktikad baik di dalam maupun di luar sidang pengadilan sesuai Standar Bantuan Hukum berdasarkan peraturan perundang-

undangan dan/atau Kode Etik Advokat.

Pasal 8 3) Dalam penyelenggaraan Bantuan Hukum, Bupati menjalin kerja sama

dengan lembaga bantuan hukum yang memenuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara kerja sama

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 9 Penerima Bantuan Hukum berhak : d. mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya

selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa;

e. mendapatkan bantuan hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum dan/atau Kode Etik Advokat;

f. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 10

Penerima Bantuan Hukum wajib : c. menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara

secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum; d. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

65

Pasal 11 Pemberi Bantuan Hukum berhak: h. melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan

mahasiswa fakultas hukum atau Fakultas Syariah;

i. melakukan pelayanan Bantuan Hukum;

j. menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan

program kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan

Hukum; k. menerima anggaran dari Daerah untuk melaksanakan Bantuan

Hukum setelah pemberi bantuan hukum menyelesaikan perkara pada

setiap tahapan proses beracara dan pemberi bantuan hukum

menyampaikan laporan yang disertai dengan bukti pendukung.

l. mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara

yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

m. mendapatkan informasi dan data lain dari Pemerintah Daerah ataupun instansi lain, untuk kepentingan pembelaan perkara; dan

n. mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan

keselamatan selama menjalankan pemberian Bantuan Hukum.

Pasal 12 Pemberi Bantuan Hukum wajib:

f. melaporkan kepada Bupati tentang program Bantuan Hukum; g. melaporkan setiap penggunaan APBD yang digunakan untuk

pemberian bantuan hukum berdasarkan Peraturan Daerah ini;

h. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Bantuan Hukum bagi advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum atau syariah

yang direkrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a; i. menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau keterangan yang

diperoleh dari penerima Bantuan Hukum berkaitan dengan perkara yang

sedang ditangani, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan

j. memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum hingga permasalahannya selesai atau telah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap terhadap perkaranya.

BAB VI

TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM

Bagian Kesatu

Syarat Pemberian Bantuan Hukum

Pasal 13

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

66

4) Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon mengajukan

permohon Bantuan Hukum secara tertulis atau lisan kepada Pemberi Bantuan Hukum.

5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit memuat : c. identitas Pemohon Bantuan Hukum; dan d. uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimintakan

Bantuan Hukum. 6) Permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), harus melampirkan: c. surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau pejabat

yang setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum; dan d. dokumen yang berkenaan dengan Perkara.

Pasal 14 3) Identitas Pemohon Bantuan Hukum sebagaimana

dimaksuddalam Pasal 13 ayat (2) huruf a dibuktikan dengan kartu

tanda penduduk dan/atau dokumen lain yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

4) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki identitas,

Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum

dalam memperoleh surat keterangan alamat sementara dan/atau

dokumen lain dari instansi yang berwenang sesuai domisili Pemberi

Bantuan Hukum.

Pasal 15 3) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki surat

keterangan miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf a, Pemohon Bantuan Hukum dapat melampirkan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, Kartu

Beras Miskin, atau dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan miskin.

4) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki persyaratan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3), Pemberi Bantuan Hukum

membantu Pemohon Bantuan Hukum dalam memperoleh persyaratan

tersebut.

Bagian Kedua

Tata Cara Pengajuan Permohonan Bantuan Hukum

Pasal 16

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

67

4) Dalam hal persyaratan yang diajukan oleh pemohon Bantuan

Hukum belumlengkap, Pemberi Bantuan Hukum dapat meminta kepada pemohon Bantuan Hukum untuk melengkapi persyaratan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).

5) Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja, pemohon Bantuan Hukum wajib melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

6) Apabila pemohon Bantuan Hukum tidak dapat melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka permohonan

tersebut dapat ditolak.

Bagian Ketiga

Tata Kerja

Pasal 17 4) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 dinyatakan lengkap, dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja memberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan jawaban menerima atau menolak permohonan

Bantuan Hukum kepada pemohon. 5) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi

Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat

kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum. 6) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi

Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan.

Pasal 18 1) Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah

jawaban menerima permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), Pemberi Bantuan Hukum wajib melakukan koordinasi dengan Penerima Bantuan Hukum mengenai rencana kerja pelaksanaan pemberian bantuan hukum.

2) Rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk Perjanjian Kerjasama.

Pasal 19

1) Pemberi Bantuan Hukum wajib melaporkan pelaksanaan tugasnya

kepada Bupati. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan pelaksanaan tugas

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VII

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

68

LARANGAN

Pasal 20 Pemberi Bantuan Hukum dilarang : c. menyalahgunakan pemberian dana Bantuan Hukum kepada

Penerima Bantuan Hukum; d. menerima atau meminta pembayaran dari Penerima Bantuan

Hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang ditangani.

BAB VIII

PENDANAAN

Pasal 21 1) Sumber pendanaan penyelenggaraan Bantuan Hukum dibebankan

pada APBD. 2) Selain sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), pendanaan dapat berasal dari :

a. hibah atau sumbangan sukarela; dan/atau b. sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 22

4) Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan dana penyelenggaraan

Bantuan Hukum dalam APBD. 5) Pendanaan penyelenggaraan Bantuan Hukum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dialokasikan pada anggaran Unit Kerja yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum.

6) Dalam mengajukan anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum, Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperhitungkan perkara yang belum selesai atau belum mempunyai kekuatan hukum

tetap.

Pasal 23

Besarnya dana bantuan hukum yang bersumber dari APBD akan diatur

kemudian dengan Peraturan Bupati.

Pasal 24 1) Pemberi Bantuan Hukum mengajukan rencana anggaran

Bantuan Hukum kepada Bupati pada tahun anggaran sebelum tahun anggaran pelaksanaan Bantuan Hukum.

2) Pengajuan rencana anggaran Bantuan Hukum sebagaimana

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

69

dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam bentuk proposal yang dilampiri permohonan dari Penerima Bantuan Hukum paling sedikit memuat : a. identitas Pemberi Bantuan Hukum; b. sumber pendanaan pelaksanaan Bantuan Hukum, baik

yang bersumber dari APBD maupun non APBD; c. rencana pelaksanaan Bantuan Hukum Litigasi dan Nonlitigasi

sesuai dengan misi dan tujuan Pemberi Bantuan Hukum.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan rencana anggaran Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IX

PENGAWASAN

Pasal 25 3) Bupati melakukan pengawasan pemberian Bantuan Hukum dalam

penyaluran dana Bantuan Hukum. 4) Pengawasan oleh Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang pengawasan.

Pasal 26 Unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang pengawasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) mempunyai tugas : f. melakukan pengawasan atas pemberian Bantuan Hukum dan

penyaluran dana Bantuan Hukum; g. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan

penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;

h. melakukan klarifikasi atas adanya dugaan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;

i. mengusulkan sanksi kepada Bupati atas terjadinya penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan/atau penyaluran dana Bantuan Hukum; dan

j. membuat laporan pelaksanaan pengawasan kepada Bupati.

Pasal 27 Bupati atas usul unit kerja yang menangani tugas dan fungsi bidang pengawasan dapat meneruskan temuan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum kepada instansi

yang berwenang untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 28

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

70

Dalam hal Penerima Bantuan Hukum tidak mendapatkan haknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan Penerima Bantuan Hukum dapat

melaporkan Pemberi Bantuan Hukum kepada Bupati, induk organisasi Pemberi Bantuan Hukum, atau kepada instansi yang berwenang.

Pasal 29

Dalam hal Advokat Pemberi Bantuan Hukum Litigasi tidak melaksanakan

pemberian Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sampai dengan Perkaranya selesai atau mempunyai kekuatan hukum tetap, Pemberi Bantuan Hukum wajib mencarikan Advokat pengganti.

Pasal 30 1) Dalam hal ditemukan pelanggaran pemberian Bantuan Hukum oleh

Pemberi Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum, Bupati

dapat: a. membatalkan perjanjian pelaksanaan Bantuan Hukum;

b. menghentikan pemberian Anggaran Bantuan Hukum; dan/atau

c. tidak memberikan Anggaran Bantuan Hukum pada tahun

anggaran berikutnya. 2) Dalam hal Bupati membatalkan perjanjian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, Bupati menunjuk Pemberi Bantuan Hukum lain untuk

mendampingi atau menjalankan kuasa Penerima Bantuan Hukum.

BAB X

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 31 4) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah

Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang bantuan hukum, sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 5) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

l. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang bantuan

hukum agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan

jelas;

m. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan

sehubungan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum;

n. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau

badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum; o. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

71

lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang bantuan hukum;

p. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti

pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta

melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

q. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang bantuan hukum;

r. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang

meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang

berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang

dibawa;

s. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di

bidang bantuan hukum;

t. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

u. menghentikan penyidikan; dan

v. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyidikan tindak pidana di bidang bantuan hukum menurut hukum

yang berlaku

6) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil

penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XI

SANKSI

Pasal 32

4) Pemberi Bantuan Hukum yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dikenakan sanksi administratif.

5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa :

d. teguran lisan; e. teguran tertulis;

f. pengembalian semua dana Bantuan Hukum yang telah diterima yang bersumber dari APBD.

6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 33

3) Apabila Pemberi Bantuan Hukum terbukti melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a diancam pidana kuruangan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

72

4) Apabila Pemberi Bantuan Hukum terbukti menerima atau

meminta sesuatu kepada Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b, diancam pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 34 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku : a. penyelenggaraan dan anggaran Bantuan Hukum yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, tetap dilaksanakan sampai berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan;

b. pemberian Bantuan Hukum yang sedang diproses sebelum Peraturan Daerah ini mulai berlaku tetap dilaksanakan sampai dengan berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan;

c. dalam hal pemberian Bantuan Hukum belum selesai pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada huruf b, pemberian Bantuan Hukum selanjutnya dilaksanakan berdasarkan Peraturan Daerah ini.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Cilacap.

Ditetapkan di Cilacap

pada tanggal 2015

BUPATI CILACAP,

Ttd

TATTO SUWARTO PAMUJI Diundangkan di .........................

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

73

pada tanggal .....

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN CILACAP

ttd

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2015 NOMOR ....

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

74

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

NOMOR TAHUN 2015

TENTANG

BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN I. UMUM

Kabupaten Cilacap sebagai salah satu daerah otonom di Indonesia memiliki jumlah penduduk miskin yang cukup besar, bahkan yang terbesar di Provinsi Jawa Tengah.

Kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin melalui pendekatan ekonomi telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap dengan program-program penanggulangan kemiskinan.Sementara

kebijakan untuk pemberian bantuan hukum kepada masyarakat miskin belum mampu sepenuhnya terbangun secara efektif mengingat

belum adanya payung hukum yang kuat.

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menegaskan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”.Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia bagi setiap individu termasuk hak atas Bantuan Hukum.

Penyelenggaraan pemberian Bantuan Hukum kepada warga negara, khususnya warga miskin, merupakan upaya untuk memenuhi dan

sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan

hukum (equality before the law).

Hingga saat ini, Pemerintah Daerah belum menetapkan Peraturan Daerah yang secara khusus menjamin terlaksananya hak konstitusional warga negara tersebut, sehingga dengan dibentuknya Peraturan Daerah tentang

Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Miskin ini akan menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan hak konstitusional warga

negara di bidang Bantuan Hukum, khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin.

Selama ini, pemberian Bantuan Hukum yang dilakukan belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh

ketidakmampuan mereka untuk mewujudkan hak-hak konstitusional mereka.Pengaturan mengenai pemberian Bantuan Hukum Untuk

Masyarakat Miskin dalam Peraturan Daerah ini merupakan jaminan terhadap hak-hak konstitusional orang atau kelompok orang miskin di

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

75

Kabupaten Cilacap.

Materi pokok yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, meliputi pengertian- pengertian, asas dan tujuan, ruang lingkup, penyelenggaraan bantuan

hukum, hak dan kewajiban, syarat, tata cara pengajuan permohonan, tata kerja, larangan, pendanaan, sanksi, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup. II. PASAL DEMI

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

76

PASAL Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah menempatkan hak dan kewajiban setiap orang secara proporsional, patut, benar, baik, dan tertib.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas persamaan kedudukan di dalam hukum” adalah bahwa setiap orang mempunyai hak dan perlakuan yang sama di depan hukum serta kewajiban

menjunjung tinggi hukum. Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas perlindungan terhadap hak asasi manusia” adalah bahwa setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak mendapatkan bantuan dan perlindungan

yang sama serta tidak memihak sesuai dengan martabat kemanusiannya di depan hukum.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi secara

lengkap, benar, jujur, dan tidak memihak dalam mendapatkan jaminan keadilan atas dasar hak secara konstitusional.

Huruf e Yang dimaksud dengan “asas efisiensi” adalah memaksimalkan pemberian Bantuan Hukum melalui penggunaan sumber anggaran yang ada.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas efektivitas” adalah menentukan

pencapaian tujuan pemberian Bantuan Hukum secara tepat.

Huruf g Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah bahwa setiap

kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Bantuan

Hukum harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Pasal 3 Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5 Cukup jelas

Pasal 6 Cukup jelas

Pasal 7 Cukup jelas

Pasal 8

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

77

Cukup jelas Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10 Cukup jelas

Pasal 11 Cukup jelas

Pasal 12 Cukup jelas

Pasal 13 Cukup jelas

Pasal 14 Cukup jelas

Pasal 15 Cukup jelas

Pasal 16 Cukup jelas

Pasal 17 Cukup jelas

Pasal 18 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Diperlukannya perjanjian kerjasama karena pada hakekatnya rencana kerja tersebut merupakan perikatan yang didalamnya memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Pasal 19 Cukup jelas

Pasal 20 Cukup jelas

Pasal 21 Cukup jelas

Pasal 22 Cukup jelas

Pasal 23 Cukup jelas

Pasal 24 Cukup jelas

Pasal 25 Cukup jelas

Pasal 26 Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas Pasal 28

Cukup jelas

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

78

Pasal 29 Cukup jelas

Pasal 30

Cukup jelas Pasal 31

Cukup jelas

Pasal 32 Cukup jelas

Pasal 33 Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelas Pasal 35

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

79

Notulasi

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin

Hari, Tanggal : 28 Oktober 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 13.30-15.30 1. Prolog

Harun al-Rasyid (ketua Balegda) Salam...

Terimakasih kami ucapkan atas sambutan dari rekan-rekan tim ahli IAIN Purwokerto. Selanjutnya kami ingin menyampaikan bahwa sesuai dengan hasil pertemuan saat MoU beberapa waktu yang lalu, kita memiliki beberapa agenda pertemuan lagi guna membahas penyusunan draft raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin. Namun demikian, kami moon maaf atas belum lengkapnya formasi dari anggota Balegda DPRD Kabupaten Cilacap yang hadir di IAIN Purwokerto saat ini. Mudah-mudahan pada pertemuan-pertemuan yang akan dating, kami bisa dating dengan formasi yang lebih lengkap.

Selanjutnya, dikarenakan pembahasan raperda harus sesuai dengan jadwal, maka kami berharap kawan-kawan dari Tim Ahli IAIN Purwokerto bisa memaksimalkan waktu yang tersedia, sehingga pada saatnya nanti, Raperda ini bisa selesai sesuai waktu tersebut, yaitu sekitar 1, 5 bulan dari sekarang.

Terkait dengan Raperda yang akan dibahas, yaitu Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin, di kabupaten Cilacap sebetulnya sangat banyak kasus hukum yang melibatkan masyarakat miskin, bahkan beberapa menjadi isu nasional, yang dalam hemat kami membutuhkan perlindungan hukum sehingga mereka bisa mendapatkan rasa keadilan.

Pertemuan kita kali akan membahas beberapa persoalan di Kabupaten Cilacap yang berkaitan dengan tema perda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin. Hal ini penting untuk memperkaya materi sekaligus menjaga agar perda ini tidak kehilangan konteksnya dari masyarakat miskin di Kabupaten Cilacap. tempat hiburan dan rekreasi. Pembahasan ini penting untuk memperkaya materi draft perda Penataan dan Pengendalian Tempat Hiburan dan Rekreasi. Untuk itu nanti kami kami minta kepada kawan-kawan Balegda memberikan pandangannya terkait persoalan yang menyangkut materi Perda ini. Drs. Amat Nuri, M.Pd.I (Ketua LP2M IAIN Purwokerto) Salam...

Terimakasih kami sampaikan atas kehadiran anggota Balegda Kab. Cilacap dan Sekwan DPRD Cilacap, mudah-mudahan pertemuan kita kali ini akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, khususnya terkait dengan upaya penyusunan Naskah Akademik draft raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin.

Ucapan terimakasih kami sampaikan atas kepercayaan yang diberikan dari DPRD kabupaten Cilacap kepada Tim Ahli IAIN Purwokerto, semoga kami bisa menjaga kepercayaan tersebut dan bekerja secara professional, sehingga bisa menghasilkan sebuah naskah akademik yang bisa dipertanggung jawabkan, baik secara akademik maupun secara sosial-moral.

Dalam penyusunan Naskah Akademik draft raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin kami melakukan tambal-sulam anggota sehingga muncul beberapa anggota tim baru sebagaimana yang hadir pada saat ini. Tambal sulam ini penting dilakukan mengingat kebutuhan kami atas keahlian keilmuan anggota tim yang disesuaikan dengan materi dalam Naskah

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

80

Akademik draft raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin. Disini ada Sdr. Bahrul Ulum yang selain ahli Hukum, juga direktur LKBH IAIN Purwokerto, sdr. Agus Sriyanto (ahli ausosiologi), sdr. Nur Azizah (ahli Psikologi), Sdr. Fauzi (ahli Pendidikan) dan beberapa kawan yang sebelumnya sudah terlibat dalam beberapa penyusunan Naskah Akademik di Kabupaten Cilacap yang tidak perlu kami perkenalkan lagi.

2. Diskusi

a. Dr. Ridwan, M.Ag (ketua Tim NA Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin)

- Sejak tim ahli penyusunan Naskah Akademik draft raperda Bantuan Hukum bagi

Rakyat Miskin dibentuk oleh LPPM IAIN Purwokerto dibentuk beberapa hari yang

lalu, kami segera melakukai pertemuan dan diskusi untuk menentukan pola kerja

penyusunan NA yang diharapkan bisa selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan.

- Langkah pertama yang kami lakukan adalah melakukan pemetaan masalah dan sekaligus

menganalisis kemungkinan materi pasal-pasal yang akan dimuat dalam Naskah

Akademik draft raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin. Pencarian data-data yang

relevan juga kami lakukan untuk mempertajam kajian akademik kami terhadap raperda

tersebut.

- Untuk keperluan pengayaan materi dan ketajaman analisis, kami sangat berharap dalam

kesempatan ini, bapak-bapak dari Balegda kab. Cilacap bisa memberikan masukan

dalam bentuk gambaran umum atau kondisi riil di Kabupaten Cilacap mengenai

persoalan hukum yang melibatkan rakyat miskin.

b. Harun (Ketua Balegda)

- Sebagaimana saya sebuatkan diawal pertemuan bahwa di kabupaten Cilacap beberapa

kali atau bahkan sering terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan rakyat miskin

sebagai pihak tersangkanya. Biasanya mereka disangka melakukan tindak pidana yang

tergolong ringan, tetapi harus berhadapan dengan pengadilan dan vonis hukum yang

untuk ukuran pidana tersebut tidak sesuai. Misalnya, seorang warga kami yang mencuri

beberapa biji buah-buahan, namun dia harus berhadapan dengan pasal-pasal yang

menjerat tindak pidana secara umum. Untuk ukuran kondisi dan alasan warga tersebut

melakukan pencurian, putusan hukum yang diberikan tentunya tidak mencerminkan

rasa keadilan. Bagaimana mungkin seorang nenek-nenek miskin yang mencuri karena

lapar harus menghadapi tuntutan hukum sebagaimana pencuri pada umumnya.

c. Toni Osmon (F-PDI P)

- Perlu diketahui oleh tim ahli bahwa kabupaten Cilacap termasuk kaya akan kasus-kasus

sengketa tanah yang juga melibatkan rakyat miskin, baik kasus yang berasifat

perseorangan maupun kelompok. Seringkali mereka yang bersengketa tidak

memperoleh pendampingan dan bantuan hukum yang memadai sehingga alih-alih

keadilan yang mereka dapatkan, justeru seringkali mereka harus kehilangan tanah yang

selama ini menjadi tempat bergantung untuk bertahan hidup. Bagi masyarakat kaya

tentunya persoalan bantuan hukum bukanlah masalah yang berarti, namun bagi rakyat

miskin ini menjadi persoalan yang sangat berarti untuk mendapkan apa-apa yang

seharusnya menjadi .hak mereka, atau paling tidak hukum bisa tidak memberatkan

mereka katika tersangkut masalah

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

81

d. Tim Ahli

- Terimakasih atas masukan yang diberikan. Ini akan sangat membantu bagi kami dalam

penyusunan draft NA dan Raperda ke depan. Yang pasti masukan ini akan kami jadikan

pertimbangan untuk menjaga kontekstualitas draft NA dan Raperda dengan kondisi riil

masyarakat miskin di Kab. Cilacap yang tertimpa persoalan huku.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

82

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin

Hari, Tanggal : Kamis, 29 Oktober 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 13.30-15.30 3. Tim Ahli

- Ditangan bapak/ ibu sekalian sudah kami serahkan draft raperda sementara yang kami

susun, selanjutnya silahkan untuk dicermati dan diberikan masukan terkait dengan konten

materi di dalamnya.

- Dalam proses penyusunan draft tersebut kita sudah melakukan studi perbandingan dengan

perda-perda serupa di daerah lain, khususnya dengan perda serupa di Provinsi Jawa Tengah.

Kebetulan di Jateng sudah ada perda yang mengatur mengenai bantuan hukum bagi rakyat

miskin. Sehingga draft ini bisa dikatakan kami turunkan dari perda Jateng tersebut untuk

menghindari ada pertentangan suatu aturan hukum dengan aturan lain di atasnya. Namun

demikian, dalam banyak hal kami sudah melakukan kajian perubahan yang disesuaikan

dengan konteks kabupaten cilacap.

4. Ramlan (F-PPP)

- Setelah saya baca, khususnya di pasal ketentuan umum, saya berharap ada penajaman

kembali mengenai pengertian rakyat miskin yang dimaksud dalam raperda ini agar nantinya

bisa dihindari penyalahgunaan pemanfaatan bantuan hukum oleh sebagian orang yang

mengatasnamakan rakyat miskin.

- Beberapa peraturan perundang-undangan yang dijadikan konsideran nampaknya juga harus

diperiksa lagi dan disesuaikan dengan kebutuhan, karena saya melihat ada beberapa yang

kurang/ tidak relevan.

5. Suheri (F. Gerindra)

- Dalam pasal ketentuan umum, masih ada dua istilah yang digunakan, yaitu rakyat dan

masyarakat. Apakah tim ahli memiliki dasar atas penggunaan istilah tersebut? Jika tidak ada

alas an akademiknya, maka apa tidak lebih baik dikembalikan saja pada judul raperda.

6. Ismail (F-PKB)

- Saya setuju dengan pak Suheri, istilah rakyat atau masyarakat seharusnya disesuaikan dengan

judul perda. Jika memang judulnya menggunakan istilah rakyat, maka istilah kunci yang

dimasukkan dalam kerentuan umum juga rakyat. Tetapi jika judul perda menggunakan

istilah masyarakat maka ketentuan umumnya juga masyarakat.

7. Harun (Ketua Balegda)

- Saya minta penjelasan mengenai kasus non litigasi sebab bisa jadi yang terjadi di Cilacap

lebih banyak yang non litigasi daripada kasus litigasi. Apakah ini juga akan berimbas pada

alokasi dana yang diberikan kepada lembaga Bantuan Hukum.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

83

8. Tim Ahli

- Terkait dengan definisi istilah dalam ketentuan umum, sepenuhnya kami mengacu pada

beberapa perda terkait. Namun untuk istilah masyarakat atau rakyat, kami semula

mengunakan istilah masyarakat. Namun tadi ada koreksi bahwa judul perdanya

menggunakan istilah rakyat. Setelah ada kejelasan pasti, kami akan menyesuaikan dengan

judul dari Balegda.

- Mengenai kasus-kasus non litigasi adalah semua kasus yang menyelesaiannya di luar

pengadilan. Untuk lebih jelasnya bapak silahkan buka pasal 4 draft raperda ini.

- Mengenai dasar hukum yang kami gunakan dalam konsideran akan kami periksa lagi

keberlakuannya. Jika nanti kami menemukan ada perubahan terhadap peraturan perundang-

undangan tersebut, maka kami akan melakukan penyesuaian sebagai mestinya.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

84

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin

Hari, Tanggal : Selasa, 03 November 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 13.30-15.30 1. Prolog

Drs. Amat Nuri, MPd.I Salam... Terimakasih atas kehadirannya bapak-ibu kembali di IAIN Purwokerto dalam rangka pembahasan mengenai draft raperda bantuan hukum bagi rakyat miskin. Di tangan bapak-ibu sekalian sudah kami bagikan draft yang baru sekaligus merupakan edisi perbaikan dari yang sebelumnya. Hampir semua masukan yang bapak/ ibu berikan dalam pertemuan yang lalu sudah kami tindak lanjuti dalam bentuk revisi draft. Untuk selanjutnya silahkan dibaca dan dicermati kembali, siapa tahu ada hal-hal lain yang memang perlu diperbaiki.

2. Ramlan (F-PPP)

- Dalam draft ini saya menemukan ada beberapa pasal yang menyebutkan kalimat “akan di

atur dalam/ oleh Peraturan Bupati”. Menurut saya, apakah raperda ini, jika kemudian bisa

diterima dan disahkan menjadi perda oleh paripurna DPRD, tidak akan melahirkan banyak

sekali peraturan Bupati untuk mengatur persoalan yang lebih teknis.

- Mengenai kasus di mana pihak yang meminta bantuan hukum adalah kelompok, bagaimana

mekanisme pemberian bantuan hukumnya? Mohon diperjelas. Ini sering terjadi adalam

kasus-kasus sengketa tanah di beberapa wilayah di kabupaten Cilacap.

3. Tim Ahli:

- Meskipun dalam beberapa pasal terdapat kalimat “akan diatur dalam. Oleh Peraturan

Bupati” tidak tidak serta merta harus dipahami bahwa Perda ini ini menuntut dibuatnya

banyak Perbup. Akan tetapi, dalam beberapa persoalan yang memang menuntut petunjuk

teknis, perlu disusun sebuah perbup yang dapat menanuing persoalan-persoalan tersebut.

Artinya, dengan satu perbup bisa jadi semua petunjuk teknis yang disebutkan dalam raperda

ini bisa diatur.

4. Toni Osmon (F-PDI P)

- SKPD dalam pasal 26 apa tidak lebih baik diganti dengan Unit Kerja yang menangani,

karena ini berbicara mengenai Pengawasan? Pasal yang lain menyesuaian.

-

5. Tim Ahli

- Terkait dengan tawaran pak Osmon, pada prinsipnya kami tidak masalah mengganti SKPD

dengan Unit Kerja yang menangani. Untuk pasal-pasal lain yang menggunakan kata SKPD

akan kami sesuaikan perbaikannya.

-

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

85

6. Heri (F-Gerindra)

- Mohon diberi penjelasan mengenai status akreditas Lembaga Bantuan Hukum untuk

menerima Dana Operasional/ Bantuan dari Pemerintah. Apakah LBH yang tidak/ belum

terakreditasi tidak bisa memperoleh dana bantuan dari pemerintah? Atau bahkan mereka

tidak diperrkenankan melakukan praktik pelayanan bantuan hukum?

7. Tim Ahli

- Akreditas sebuah LBH akan diberikan oleh Kemenkum Ham. Biasanya nilai akreditasi,

disamping ditentukan oleh terpenuhinya beberapa persyaratan administrative, juga

ditentukan oleh banyaknya kasus yang ditangani. Semakin banyak kasus yang ditangani,

akan semakin baik ula nilai akreditasinya.

- Untuk bisa mendapatkan dana dari pemerintah (APBD/ Pusat), sebuah LBH harus

memenuhi nilaiu akreditasi minimal B. Adapun yang tidak terakreditasi, tidak bisa

mendapatkan dana dari pemerintah.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

86

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin

Hari, Tanggal : Jum’at, 06 November 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 14.00-16.00 1. Prolog (Ketua Balegda)

Salam... Terimakasih saya sampaikan atas kehadiran kawan-kawan dari Balegda DPRD Kab. Cilacap dan juga kawan-kawn Tim Ahli dari IAIN Purwokerto. Ini adalah pertemuan keempat kita dalam membahas draft raperda bantuan hukum bagi rakyat miskin. Sudah separoh dari pasal-pasal dalam draft tersebut kita bahas, dan sepertinya tidak ada hal yang perlu diperdebatkan lagi. Hari ini kita akan focus pada pasa-pasal selanjutnya yang belum dibahas dalam pertemuan sebelumnya.

2. Rokhim

- Dalam beberapa pasal kami masih menemukan inkonsistensi penulisan kata “rakyat” dan

“masyarakat” demikian juga kata “kepada” dan “bagi”. Padahal, jika merujuk pada

peraturan undang-undang dari Perda Provinsi Jawa Tengah No.7 Tahun 2014 tentang

Bantuan Hukum bagi Masyarakat Miskin yang kemudian dilakukan Penyesuaian nomeklatur

di DPRD Cilacap, maka redaksi kalmia yang menurut saya tepat adalah Bantuan Hukum

Kepada Rakyat Miskin.

3. Harun al-Rasyid

- Saya kira mengenai kalimat “rakyat” atau “masyarakat” demikian juga kata “kepada” atau

“bagi” pada akhirnya pansus juga yang akan menentukan. Menurut saya, biar saja draft

raperda ini berbunyi Bantuan Hukum bagi Rakyat Miskin. Toh nantinya, ada atau tidaknya

perubahan tergantung pada kesepakatan pansus.

4. Heri

- Terkait dengan dana bantuan hukum bagi rakyat miskin, apakah tim ahli sudah merujuk

pada peraturan perundang-undangan terkait, baik mengenai sumber maupun alokasi

penggunaan dana tersebut.

- Tarif dan pembiayaan bantuan hukum harus terinci dari sumber yang jelas.

5. Tim Ahli

- Kami setuju dengan pak Harun bahwa mengenai istilah yang akan dipakai dalam judul

raperda ini semenara adalah sebagaimana yang tertera dalam draft. Adapun jika nantinya

akan dirubah, kami tidak keberatan. Bagi kami kedua istilah yang diperdebatkan tidak

memiliki perbedaan makna yang signifikan.

- Mengenai masalah pendanaan, kami sudah melakukan kajian terhadap beberapa peraturan

perundang-undangan. Bahkan kami sendiri juga memiliki LKBH yang sudah terakreditas.

Sehingga mengenai masalah pendanaan yang kami muat dalam beberapa pasal, tidak

menyelahi aturan perundang-undangan yang berlaku.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

87

- Adapun mengenai tariff pendanaan dalam setiap kasus, pada prinsipnya kami sepakat jika

harus terinci. Tetapi hal tersebut tidak mungkin kami masukkan dalam pasa atau ayat

raperda ini. Sebab, itu menyangkut persoalan yang sangat teknis.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

88

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin

Hari, Tanggal : Rabu, 02 Desember 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 10.00-13.00 1. Prolog (Ketua Balegda)

Salam... Terimakasih saya sampaikan atas kehadiran kawan-kawan dari Balegda DPRD Kab. Cilacap dan juga kawan-kawn Tim Ahli dari IAIN Purwokerto. Setelah kita melakukan public hearing beberapa waktu lalu, tentunya ada beberapa masukan yang bisa dijadikan acuan untuk melakukan revisi draft raperda oleh tim Ahli dari IAIN Purwokerto. Untuk itu, saya persilahkan kepada tim Ahli untuk memberikan paparannya mengenai masukan dari peserta public hearing dan perbaikan draft raperda pasca public hearing.

2. Tim Ahli

- Berdasarkan catatan kami, dari semua opini yang berkembang pada public hearing tanggal

12 November 2015, ada yang bersifat memberi masukan, meminta penjelasan dan koreksi

terhadap draft raperda ini. Untuk opini yang bersifat member masukan, ada beberapa yang

berdampak pada dilakukannya perubahan draft raperda dan ada yang tidak. Sementara

untuk yang meminta penjelasan, kami telah memberikan penjelasan pada saat public hearing

dilaksanakan. Adapun untuk opini yang bersifat mengkoreksi, kami menindaklanjutinya

dengan melakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana disarankan. Untuk selanjutnya kami

persilahkan bapak/ ibu sekalian untuk mencermati kembali draft terbaru kami setelah

terlaksananya public hearing di kantor DPRD Cilacap.

3. Ramelan

- Untuk mengawali pembahasan, kami Tim Ahli untuk menunjukkan beberapa pasal yang

dilakukan perubahan sesuai masukan dalam public hearing.

4. Tim Ahli

- Salah satu masukan yang disampaikan pada saat public hearing adalah memperjelas kriteria rakyat miskin sebagaimana dimuat dalam pasal ketentuan umum poin 9. Untuk itu kami merubahnya menjadi Rakyat miskin adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang kondisi sosial ekonominya dikategorikan miskin yang terdaftar dalam program Jaminan Sosial baik di Pemerintah Pusat maupun Daerah atau dibuktikan dengan Surat Keterangan Miskin. Kalimat yang digaris bawahi sebelumnya tidak ada.

- Adapun mengenai persyaratan akreditas sebagaimana disampaikan oleh LBH Perisan dan

Wahana, kami merasa hal tersebut tidak perlu dicantumkan dalam raperda ini, sebab hal

tersebut sangat teknis sifatnya.

5. Heri

- Kalau tidak salah, dalam public hearing juga ditanyakan mengenai pemberian bantuan

hukum bagi masyarakat Cilacap yang berperkara hukum di luar daerah Cilacap. Dalam hal

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

89

ini kita semua tau bahwa banyak sekali warga Cilacap yang bekerja sebagai TKI, baik di

dalam Negeri maupun di luar Negeri. Dalam kasus TKI yang bermasalah di luar negeri,

bagaimana mekanisme pemberian bantuan hukum yang bisa diberikan?

6. Tim Ahli

- Pemberian bantuan hukum bisa dilakukan di mana saja selama yang bersangkutan adalah

rakyat miskin daerah Cilacap, memenuhi persyaratan yang ditentykan, dan masih di wilayah

Indonesia. Adapun untuk warga Cilacap yang berperkara hukum di luar negeri, hemat kami

itu bukan kewenangan LBH. Persoalan hukum yang melibatkan dua Negara adalah

kewenangan kementerian luar negeri.

7. Ramlan

- Tetapi persoalannya adalah bahwa meskipun kasus hukumnya terjadai di luar negeri,

beberapa masyarakat awam untuk mengurusi segala persoalan administrative yang notebene

pengurusannya di dalam negeri. Kira-kira bisa tidak, jika LBH memfasilitasi pihak yang

berperkara untuk menyellesaikan persoalannya administratifnya di dalam negeri. Baru

kemudian, jika segala persyaratan administrasinya selesai dilanjutkan dengan urusan

penyelesaikan hukum di luar negeri yang saya sekepat itu adalah kewenangan kementerian

luar negeri.

8. Tim Ahli

- Menurut kami hal tersebut bisa dilakukan, sebab itu masuk persoalan non litigasi. Dalam hal

ini LBH dapat memberikan bantuan hukum dalam bentuk mediasi, negosiasi, atau

pendampingan. Untuk lebih jelasnya silahkan bapak lihat pasa 4 ayat (3).

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

90

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin

Hari, Tanggal : Jum’at, 04 Desember 2015 Tempat : IAIN Purwokerto Waktu : 10.00-13.00 1. Prolog (Ketua Balegda)

Salam... Terimakasih saya sampaikan atas kehadiran kawan-kawan dari Balegda DPRD Kab. Cilacap dan juga kawan-kawan Tim Ahli dari IAIN Purwokerto. Pertemuan kita kali ini merupakan yang terakhir dari serangkaian pembahasan mengenai penyusunan Naskah Akademik dan Raperda Bantuak Hukum bagi Rakyat Miskin, kerjasama antara Balegda DPRD Kab. Cilacap dan Tim Ahli dari IAIN Purwokerto. Mudah-mudahan dalam pertemuan ini bisa dihasilkan draft final yang nantinya siap untuk di paripurnakan. Dalam hal ini sebenarnya materi pembahasan sudah selesai pada pertemuan yang lalu, namun saya kira tidak salah jika melakuka pembacaan sekali lagi, barangkali ada pasal-pasal yang lupa belum di bahas atau yang lainnya.

2. Ramlan

- Saya kira Tim Ahli hanya tinggal mengkoreksi kaitannya dengan teknis penulisan saja.

Barang kali ada kalimat yang salah ketik, penyusunan tata urut dasar hukum, atau yang

lainnya.

- Pasal penjelas saya kira bisa segara di lampirkan

3. Sekretaris Dewan

- Jika memungkinkan draft revisi final bisa diupayakan sebelum tanggal 07 Desember 2005,

mengingat akan kami sesuaikan dengan jadwal paripurna DPRD.

- Berkas-berkas lain juga sebisa mungkin diselesaikan dan dilengkapi sebelum tanggal

tersebut.

4. Tim Ahli

- Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak/ ibu Balegda atas kepercayaan yang

diberikan dalam penyusunan Naskah Akademik dan raperda Bantuan Hukum bagi Rakyat

Miskin.

- Setelah rapat ini kami akan melakukan koreksi tahap akhir, khususnya menyangkut

persoalan-persoalan teknis dalam penulisan naskah akademik dan raperda ini.

- Mengenai pasal-pasal penjelas akan kami lampirkan dan serahkan bersamaan dengan

penyerahan draft akhir ke Sekwan.

- Segela hal yang terkait dengan penyerahan draft NA juga akan kami upayakan bisa selesai

sebelum tanggal yang diharapkan.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

91

Kegiatan : Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin

Hari, Tanggal : Kamis, 12 November 2015 Tempat : Kantor DPRD Cilacap Waktu : 10.00-13.00 5. Harun (Ketua Balegda): kehadiran perda ini sangat penting mengingat di kabupaten Cilacap

sering terjadi persoalan Hukum yang melibatkan masyarakat miskin dan belum mendapatkan

bantuan hukum sebagaimana mestinya. Bahkan pernah ada warga Kesugihan yang terbelit

dengan persoalan hukum (akibat mencuri beberapa buah pisang) dan tidak mendapatkan

bantuan hukum sama sekali. Padahal ini menjadi isu nasional, karena beberapa kali diberitakan

di media nasional, baik cetak maupun elektronik.

6. LBH Wahana:

- Ketentuan Umum Point 7 perlu dipertegas dengan status akreditasi Lembaga Bantuan

Hukum yang akan member bantuan hukum.

- Penegasan akreditasi akan sangat berpengaruh bagi LBH untuk bisa mengakses dana yang

disediakan oleh Pemerintah, khususnya Kemenkumham. Padahal dana tersebut penting

untuk memberikan bantuan hukum kepada rakyat miskin yang nota bene akan kesulitan

ketika harus mengeluarkan biaya mengurus perkara. Selain itu, dengan adanya penegasan

akreditasi, akan menutup kemungkinan adanya LBH-LBH fiktif yang alih-alih membantu

masyarakat miskin, justeru memanfaat kesulitan masyarakat untuk mengeruk keuntungan

pribadi.

- Pasal pengenai mekanisme penyaluran dana mohon diperjelas.

- Dicilacap kami sering menangani kasus-kasus litigasi hingga di pengadilan apakah ini bisa

diajukan permohonan dananya kpada pemda?

7. Tim Ahli:

- Sebenarnya dengan radaksi yang kami gunakan justeru unsure-unsur yang harus ada dalam

sebuah LBH lebih terakomodir. Terutama dalam redaksi kalimat “telah memenuhi

ketentuan perundang-undangan”.

- Penegasan point tersebut sudah sangat jelas di sebutkan dalam pasal 6 ayat (1) dan (2).

- Pasal mengenai mekanisme penyaluran dana menggunakan logika anggaran yang berlaku di

instansi pemerintahan.

- Terkait dengan kasus-kasus hukum yang bisa ditangani oleh LBH/ OBH, semua persoalan

pada prinsipnya bisa diberi bentuan hukum asalkan memenuhi persyaratan.

8. LBH Perisai

- Pasal Sanksi mengenai pengembalian dana hendaknya dihapus

- Pasal mengenai penyidikan hendaknya di tinjau ulang

- Persyaratan mengenai orang yang akan mendapatkan bantuan hukum perlu ditambahkan

dengan adanya surat penunjukan (rekomendasi) dari instansi/ pejabat berwenang bahwa

orang tersebut dapat mendapatkan bantuan hukum.

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

92

9. Tim Ahli

- Mengenai perlindungan hukum terhadap advokat sudah terakomodir dalam pasal 11 point

g.

- Pasal mengenai pengembalian dana kami pandang logis mengingat ada pelanggaran

administrative yang dilakukan oleh LBH. Dan ini pun adalah sanksi dalam urutan terakhir,

bukan sanksi utama.

- Mengenai pasal penyidikan, kiblat kami adalah perda serupa tingkat Provinsi Jateng tahun

2014. Tetapi kami juga tidak menampik adanya keragaman mengenai pasal penyidikan ini,

dimana di satu perda dicantumkan dan di perda yang lain tidak dicantumkan. Selain itu,

dalam beberapa kali public hiearing yang kami adakan, beberapa kali ada masukan bahwa

ketika ada pasal mengenai sanksi pidana/ perdata, hendaknya memasukkan pasal mengenai

penyidikan.

10. DPPKAD

- Terkait dengan dana, kami selalu akan merujuk pada peraturan perundang-undangan.

- Mengenai mekanisme pencarian bantuan dana kami lebih condong untuk mencairkan

setelah kegiatan dilakukan.

11. Inspektorat

- Perlu dijelaskan mengenai orang miskin dan orang tidak mampu.

- Perda ini seharusnya tidak mengatur hal-hal yang bersifat teknis.. untuk yang teknis akan

diatur oleh Perbup.

12. Harun (ketua Balegda)

- Fokus bantuan hukum di sini adalah orang miskin dan warga cilacap di manapun, kecuali di

luar negeri, karena ini mnjadi kewenangan pusat.

- Persoalan anggaran kami serahkan sepenuhnya kepada bagian anggaran sesuai dengan

logika anggaran yang berlaku.

13. Camat Kawunganten

- Perda ini kami harapkan bisa disetujui dan cepat terealisasi karena akan sangat membantu

masyarakat miskin untuk mencari keadilan hukum.

- Selama ini banyak pihak-pihak yang “ngaku” pengacara telah memanfaatkan beberapa kasus

hukum yang melibatkan masyarakat kami guna mencari keuntungan pribadi.

14. Bappeda

- Terkait dengan mekanisme, yang paling memungkinkan adalah dengan mekaniske hibah.

- Konsep rakyat miskin harus benar-benar diperjelas agar dana yang dikeluarkan tepat

sasaran.

15. Bidang Hukum

- Tentang dasar hukum

- Masalah anggaran; pemda boleh mengalokasikan APBD untuk perda ini

- Tatacara akreditasi LKBH, Permen tahun 2013 pasal 20 ayat 3

Naskah Akademik Raperda Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Kabupaten Cilacap

93

PERJANJIAN KERJASAMAANTARA

SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP

DENGAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

TNSTITUT AGAMA |SLAM NEGERT (rArN) PURWOKERTO

NOMOR 602.',t t0838t13 t2015ln.22t LP P M I P P.09 I 1 29 t 201 s

TENTANGKEGIATAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RAPERDA

TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI RAKYAT MISKIN DAN NASKAH AKADEMIKRAPERDA TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

Pada hari ini, Kamis tanggal Dua Puluh Dua bulan Oktober tahun Dua Ribu Lima Belas( 22 - 10 - 2015 ), kami yang bertanda tangan dibawah ini :

Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten Cilacap, beralamat di Jalan JenderalSudirman No. 52 Cilacap, berdasarkan KeputusanBupati Cilacap Nomor 821.2 / 060 / 2015 tanggal 16Juni 2015, tentang Pengangkatan/Penunjukan DalamJabatan Sekretaris Dewan Penrvakilan Rakyat DaerahKabupaten Cilacap, bertindak untuk dan atas namaserta oleh karenanya sah mewakili Sekretariat DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cilacap yangselanjutnya disebut PIHAK KESATU

2 DTS AMAT NURI, M.Pd.l Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian KepadaMasyarakat lnstitut Agama lslam Negeri PuMokerto,beralamat di Kampus Jl. A. Yani Nomor 40 APunvokerto, berdasarkan Keputusan Rektor lnstitutAgama lslam Negeri (lAlN) Purwokerto Nomor 386Tahun 2015 tentang Pejabat Pengganti Sementara(Pgs.) Ketua Lembaga Penelitian dan PengabdianKepada Masyarakat (LPPM) lnstitut Agama lslamNegeri (lAlN) Purwokerto, bertindak untuk dan atasnama serta oleh karenanya sah mewakili LembagaPenelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)lnstitut Agama lslam Negeri Purwokerto, yangselanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

Berdasarkan:1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Tahun 1950Nomor 24, Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950) ;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2011 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5234);

1 SUNIARYO, S Sos., MIV.

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraTahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5587)Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 fahun 2014tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2015 Nomor58, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan PeraturanTata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan PenarakrlanRakyat Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2010 Nomor 22, TambahanNegara Republik lndonesia Nomor 5014);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai BerlakunyaUndang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupatendalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler danKeuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran NegaraTahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4416) Sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentangKedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan RakyatDaerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4712),

7. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 201'1 , tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah'

B. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 13 Tahun 2004 tentang Kedudukan

Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Cilacap (Lembaran

DaerahKabupatenCilacapTahun2004Nomorl3,SeriCNomorT),sebagaimanatelahdiubah terahir dengan ieraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 4 Tahun 2008

tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2004 tentang

Kedudukan Protokoler din Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Cilacap

(Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2008 Nomor 4);

9'PeraturanDaerahKabupatenCilacapNomor.4Tahun20l5tentangPerubahanAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2015;

l0PeraturanBupatiCilacapNomorT5Tahun20l5tentangPeniabaranPerubahanAnggaran Pendapatan J.n e"iunlu Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2015

PARAPlHAKSepakatmembuatPerjanjianKerlasamauntukpelaksanaanKegiatane"nyrrunun Naskah nraoemi[ naperda tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin dan

Naskah Akademik naperJa tentang pengelolaan Barang Milik Daerah dengan ketentuan

syarat - sYarat sebagai berikut :

BAB I

TUGAS DAN PEKERJAANPasal 1

P|HAKKESATUmemberikantugasdanpekerjaankepadaPIHAKKEDUAdanP|HAKKEDUA menerima trga' 'niur

,iLiaksanakan pekeriaan Penyusunan ^Naskah

Akademik

Raperda tentang e"ntu.n- HJkrm- aagi Rat<yai Misiin dan Naskah Akademik Raperda

i"iirng-p"n guloLan Baran g M ilik Daera-h- .den ga n ketentuan sebagal berikut

a. Dalam melaksanakan 'pE*"rf .r.

'IHAK KEDUA diwajibkan mematuhi dan memenuhi

" p.i.Vrtrt"" yang terdapat pida dokume'.Sura.t. Perianlran Kerjasama

b Dalam metaksanakan'5"r5rrrr" irHAK KEDUA harus mengikuti petunjuk - petunjuk /

arahan yang diberrkan oleh PIHAK KESATU'

c. Dalam pemeriksaan dan penyelesaian pekerjaan, PIHAK KESATU memberikan tugas

kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Panitia Pelaksana Kegiatan danpelabat Pemeriksa dan Penerima Barang / Jasa Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Raperda tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin dan Naskah Akademik Raperda

tentang Pengelolaan Barang tvlilik Daerah.

BAB IIRUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang Lingkup Perjan.jian Kerjasama ini meliputi Penyusunan Naskah Akademik Raperda

tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin dan Naskah Akademik Raperda tentangPengelolaan Barang Milik Daerah.

BAB IIIHAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 3

(1)Hak PIHAK KESATU adalah:a. Memeriksa dan menilai pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA selama

melaksanakan pekerjaan.b. Meminta laporan pelaksanaan pekerjaan kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Raperda tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin dan Raperda tentangPengelolaan Barang IVlilik Daerah yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA.

(2) Kewajiban PIHAK KESATU adalah :

a. Melaksanakan pembayaran sesuai dengan waktu dan jumlah yang telah disepakatiPARA PIHAK.

b. lt/emberikan masukan / saran kepada PIHAK KEDUA untuk kelancaranpelaksanaan pekerjaan.

Pasal 4

(1)Hak PIHAK KEDUA adalah;Menerima pembayaran atas pelaksanaan pekerjaan yang telah diselesaikan sesuaidengan waktu dan jumlah yang telah sepakati.

(2) Kewajiban PIHAK KEDUA adalah :

a. Menyediakan tempat rapat di kota kedudukan LPPM dalam rangka pembahasanNaskah Akademik Raperda sebanyak 6 (enam) kali pertemuan setiap Raperda danmenghadiri public hearing yang dilaksanakan di kota kedudukan Sekretariat DPRDKabupaten Cilacap.

b. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadual pelaksanaanpekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).

c. Menyerahkan pekerjaan sesuai dengan jadual penyerahan pekerlaan yang telahditetapkan dan Kerangka Acuan Kerja (KAK).

d. Melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, serta berkewajibanmemenuhi ketentuan pekerjaan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hasil Pekerjaan Yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 Surat Perjanjian Kerjasama ini terdiri atas Penyusunan Notulen, Laporan Awal.Laporan Akhir dan Naskah Akademik Raperda tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskindan Naskah Akademik Raperda tentang Pengelolaan Barang I\/ilik Daerah ( masing-masing5 buku) dan 1 buah soft copy dari masing-masing penyusunan buku tersebut diatas.

BAB IVHASIL PEKERJAAN

Pasal 5

BAB VJANGKA WAKTU

Pasal 6

(1 ) Perjanjran Kerjasama ini berlaku semenjak d itandatanganinya perjan.jian kerjasama inisampai dengan bulan Desember 2015.

(2) Pekerjaan sebagaimana tersebut pasal 1 Surat Perjanjian kerlasama dianggap selesaiapabila PIHAK KEDUA telah menyerahkan Master Buku Naskah Akademik Raperdasebagaimana tersebut pasal 5 Surat Perjanjian Kerjasama ini, dan disetujui oleh TimTeknis Swakelola yang tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dan diterimaoleh PIHAK KESATU.

(3) Apabila PIHAK KEDUA karena sesuatu hal memerlukan perpanjangan waktupelaksanaan pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal yang diluar kemampuan dankekuasaannya, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan PIHAK KESATU dengandisertai alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

(4) Apabila alasan-alasan tersebut dapat diterima, PIHAK KESATU akan memberikanperpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai kebutuhan dan peraturan yangberlaku.

BAB VIPEMBIAYAAN

Pasal 7

1) Jumlah biaya pelaksanaan pekerjaan dibebankan kepada Perubahan AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2015 sesuaiPeraturan Bupati Cilacap Nomor:81 Tahun 2014 tentang standart satuan hargadilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2015, dengan perinciansebagai berikut :

a Honorarium Tim Ahli NA Raperda tentang Bantuan Hukum Bagi Rakyat MiskinRp 1.500.000,- x 6 orang x 6 Kegiatan Rp. 54 000.000,-

b. Honorarium Tim Ahli NA Raperda tentang Pengelolan Barang I\/ilik DaerahRp 1.500.000,- x 6 orang x 6 Kegiatan Rp. 54.000.000,-

c. Materi Raperda :

- Naskah Akademik : 5 bh x 2 NA/Raperda @ Rp 1.500.000,- Rp 3.000 000,-- Laporan Final . 5 bh x 2 NtuRaperda @ Rp.1.500 000,- Rp 3 000 000,-

Jumlah yang diterima PIHAK KEDUA Rp.114.000 000,-1) Biaya pelaksanaan pekerjaan yang lain diatur oleh Sekretariat DPRD Kabupaten Cilacap

sesuai ketentuan Peraturan Perundang - undangan.

BAB VIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 8

Pembayaran pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dilakukansecara berkala sesuai perkembangan pekerjaan.

BAB VIIISANKSIDAN DENDA

Pasal 9

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan.langka waktuyang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, maka setiap hari keterlambatanPIHAK KEDUA wajib membayar denda sebesar'1 permil setiap hari dan atau maksimal 5 %( lima persen ) dari total biaya kepada PIHAK KESATU.

BAB IXPEMUTUSAN PERJANJIAN

Pasal 10

(1)PIHAK KEDUA dilarang memutuskan secara sepihak perjan.jian kerjasama ini sebelum.jangka waktu perjanjian kerjasama ini sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 berakhir.

(2) Peryanjian Kerjasama ini berakhir atau batal dengan sendirinya apabila ada ketentuanundang-undang yang tidak memungkinkan berlangsungnya perjanjian kerjasama ini,tanpa terikat batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Apabila PIHAK KEDUA memutuskan per.janjian ker.jasama sebelum jangka waktuperjanjian ini berakhir, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda sebesar 2% dari jumlahpembayaran yang diterima.

(4) PIHAK KESATU tidak bertanggungjawab dan oleh karenanya tidak dapat dikenakantuntutan ganti rugi dari pihak manapun atas terjadinya pengakhiran perjan.lian secaraseprhak oleh PIHAK KEDUA dan atau karena sebab-sebab lain yang disebabkan karenakesalahan dan kekhilafan PIHAK KEDUA.

(5) Kerugian dari pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sepenuhnya menladitanggungjawab PIHAK KEDUA.

BAB XPENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 11

('l) Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak akan diselesaikan secarakekeluargaan / Musyawarah untuk mufakat.

(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak tercapai kedua belahpihak bersepakat untuk menyelesaikan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XIKETENTUAN LAIN.LAIN

Pasal 12

Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian Kerjasama ini atau perubahan yang dianggapperlu oleh PARA PIHAK akan diatur lebih lanjut dalam Perjanjian Tambahan yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Perlan.iian Kerjasama ini.

Demikian Surat Perjanjian Kerjasama ini ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan dibuatdalam rangkap 5 ( lima )dengan ketentuan lembar KESATU dan lembar kedua dari SuratPeryanlian Kerlasama ini dibubuhi materai secukupnya yang masing - masing mempunyaikekuatan hukum yang sama dan beberapa salinan (copy )sesuai kebutuhan.

K KEDUA PIHAK KESATU//1E

rI! ht

NURI M.Pd.l. SUMARYO S.Sos. MM.

1NIP 30707 199203 1 00 NtP. 19640414 198703 1015

I