Naskah Akademik Kerja Kelompk

15
1 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG TENTANG PEMBINAAN ANAK JALANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan pemberian dari Sang Maha Pencipta, permata hati orang tua, sehingga segala kasih sayang dan perhatian orang tua tercurah pada anak. Pemenuhan kebutuhan hidup anak merupakan tanggung jawab dari orang tua. Namun kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan seringkali memaksa seorang anak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri bahkan orang lain. Keadaan yang demika sering memaksa anak- anak tersebut untuk menjadi anak jalanan. Keberadaan anak jalanan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah

description

xxx

Transcript of Naskah Akademik Kerja Kelompk

Page 1: Naskah Akademik Kerja Kelompk

1

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

TENTANG

PEMBINAAN ANAK JALANAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan pemberian dari Sang Maha Pencipta, permata hati

orang tua, sehingga segala kasih sayang dan perhatian orang tua tercurah

pada anak. Pemenuhan kebutuhan hidup anak merupakan tanggung jawab dari

orang tua. Namun kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan seringkali

memaksa seorang anak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri bahkan

orang lain. Keadaan yang demika sering memaksa anak-anak tersebut untuk

menjadi anak jalanan.

Keberadaan anak jalanan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat

dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah fenomena nyata yang

menimbulkan permasalahan kompleks bukan hanya di negara berkembang

namun di negara maju sekalipun tidak lepas dari keberadaan anak jalanan ini.

Selain itu, jumlah mereka yang semakin lama semakin meningkat juga menjadi

persoalan sosial yang tidak dapat dipecahkan hingga sekarang.

Page 2: Naskah Akademik Kerja Kelompk

2

Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan

migrasi penduduk itu sendiri yang sangat besar. Keberhasilan percepatan

pembangunan di wilayah perkotaan dan sebaliknya keterlambatan

pembangunan di wilayah pedesaan mengundang arus migrasi desa ke kota

yang antara lain mengakibatkan jumlah penduduk kian melonjak. Pertumbuhan

jumlah penduduk mengakibatkan sulitnya permukiman dan pekerjaan di wilayah

perkotaan saat ini. Permasalahan tersebut merupakan kenyataan sosial

kemasyarakatan yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan,

kebodohan, urbanisasi, ketiadaan lapangan pekerjaan, sulitnya mendapatkan

pelayanan pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Kondisi seperti ini

merupakan tanah subur bagi kemiskinan yang menyebabkan pula jumlah anak

jalanan meningkat yang mana dampak negatifnya mempengaruhi

pembangunan nasional, khususnya pembangunan perkotaan.

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang

kianharikianbertambahmenimbulkanjumlahangkakriminalitasjugaikutbertambah.

Jumlah anak jalanan setiap tahun selalu bertambah, banyak faktor yang

mendorong hal ini bisa terjadi, salah satunya adalah kemiskinan. Data komisi

perlindungan anak tahun 2010, jumlah anak terlantar di Indonesia mencapai

17,4 juta anak. dari jumlah tersebut, terdapat 5,4 juta anak benar-benar

terlantar dan 12 juta anak rawan terlantar.

Beberapa permasalahan yang mengancam anak jalanan antara lain

adalah kekerasan yang dilakukan oleh anak jalanan lain, komunitas dewasa,

Satpol PP, bahkan kekerasan seksual; penggunaan pil, alkohol dan rokok; dan

penyakit-penyakit menular seperti HIV/AIDS. Anak jalanan berada dalam

Page 3: Naskah Akademik Kerja Kelompk

3

kondisi yang tidak memiliki masa depan jelas dan tidak jarang menjadi masalah

bagi banyak pihak seperti keluarga, masyarakat, dan negara. Realisasi

pemberian bantuan belum menimbulkan banyak perubahan, mengacu pada

data jumlah anak jalanan yang meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai upaya

yang dilakukan pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat yang peduli

pada anak jalanan, namun belum memberikan solusi terbaik bagi

permasalahan anak jalanan.

Fenomena merebaknya anak jalanan,di kota Malang sendiri telah

menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah maupun masyarakat para

pengguna jalanan.Hampir di setiap jalan kita selalu melihat dan menyaksikan

anak jalanan yang memberikan citra buruk, selalu merusak keindahan Kota

Malang dan sebagainya. Perkembangan permasalahan Kesejahteraan Sosial di

Kota Malang cenderung meningkat ditandai dengan munculnya berbagai

fenomena sosial yang spesifik baik bersumber dari dalam masyarakat maupun

akibat pengaruh globalisasi, industrialisasi dan derasnya arus informasi dan

urbanisasi, sementara masalah sosial menjadi konvensional masih berlanjut

termasuk keberadaan anak jalanan, serta adanya pelaku eksploitasi,

merupakan beban bagi Pemerintah Kota Malang. Data statistik menunjukkan

jumlah pengemis dan anak jalanan setiap tahunnya bukannya menurun bahkan

cenderung bertambah. Pada Nopember 2010, tercatat 580 anak jalanan yang

ada di Kota Malang. Namun jumlah tersebut meningkat 15% pada Pebruari

2011. Ini berarti dalam 4 bulan anak jalanan di kota malang bertambah sebesar

87 anak.

Page 4: Naskah Akademik Kerja Kelompk

4

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (selanjutnya

disingkat UUD 1945), Pasal 27 Ayat 2 mengatur bahwa “fakir miskin dan anak

terlantar dipelihara oleh negara”. Pemerintah mempunyai tanggung jawab

terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak

jalanan. Hak-hak asasi anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak

asasi manusia pada umumnya, seperti tercantum dalam Undang-undang No.

39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (selanjutnya disingkat UU HAM),

dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan

Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang Hak Anak).

Menurut Pendapat Harja Saputra dalam bukunya yang berjudul

Perlindungan Khusus Anak (9 April 2007), anak perlu mendapatkan hak-haknya

secara normal sebagaimana layaknya, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil

righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family

envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic

health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and

culture activites), dan perlindungan khusus (special protection). Oleh karena itu

diperlukan produk hukum, khususnya Peraturan Daerah yang dapat menjadi

payung hukum untuk memberikan kepastian hukum dalam melakukan

pembinaan, perlindungan dan usaha hak-hak yang dibutuhkan oleh anak

jalanan sehingga mereka tidak menjadi korban eksploitasi dari pihak-pihak yang

tidak bertanggung jawab dan sebagai upaya pemerintah, khususnya

pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerahnya

sesuai dengan asas-asas otonomi daerah.

Page 5: Naskah Akademik Kerja Kelompk

5

Oleh karena itu, pada masa sekarang pengendalian ketertiban umum

sudah kurang berguna maka pembuatan naskah akademik dikhususkan pada

anak jalanan, gelandangan dan pengemis sebagai warga yang memiliki hak

dan kewajiban yang sama serta perhatian yang sama sehingga perlu dilakukan

penanggulangan secara komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan

dengan melibatkan berbagai unsur baik pemerintah maupun non pemerintah

agar mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang layak.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan beberapa

hal berikut:

1. Permasalahan apa saja yang dialami oleh anak jalanan dalam

menjalani aktivitasnya di jalanan?

2. Mengapa diperlukan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Kota

Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan sebagi pemecahan atas

masalah tersebut?

3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,

yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Kota

Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan?

4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,

jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah

(RAPERDA) Kota Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan?

Page 6: Naskah Akademik Kerja Kelompk

6

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah

Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang telah

dikemukakan, penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

(RAPERDA) Kota Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan bertujuan untuk:

1. Merumuskan permasalahan apa saja yang dialami oleh anak jalanan

dalam menjalani aktivitasnya di jalanan dan cara-cara untuk

mengatasi permasalahan tersebut;

2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi dalam upaya

pembinaan terhadap anak jalanan;

3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Kota

Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan; dan

4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan

Peraturan Daerah (RAPERDA) Kota Malang tentang Pembinaan Anak

Jalanan.

Adapun kegunaan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan

Daerah (RAPERDA) Kota Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan. adalah

sebagai acuan atau referensi dalam penyusunan dan pembahasan Rancangan

Peraturan Daerah (RAPERDA) Kota Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan.

Page 7: Naskah Akademik Kerja Kelompk

7

D. Metode

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu

kegiatan penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik

yang berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain. Berdasarkan

identifikasi masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka kegiatan

penyusunan Naskah Akademik ini termasuk ke dalam penelitian hukum

normatif dan menggunakan metode penelitian normatif1. Pokok permasalahan

di dalamnya akan dikaji secara yuridis normatif dan yuridis sosiologis.

Penelitian bersifat deskriptif analitis yakni menggambarkan secara

keseluruhan obyek yang diteliti secara sistematis dengan menganalisis data-

data yang diperoleh. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

normatif. Adapun jenis dan sumber data yang digunakan adalah bahan pustaka

yang berupa data sekunder sebagai sumber utamanya. Data sekunder

mencakup:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan

terdiri dari norma (dasar) atau kaidah dasar serta norma yang lain

yang mengatur tentang masalah ketenagakerjaan.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti misalnya, rancangan undang-undang,

hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, tesis,

disertasi, jurnal dan seterusnya.

1SoerjonoSoekantodan Sri Mamuji, PenelitianHukumNormatif, SuatuTinjauanSingkat, CV. Rajawali, Jakarta, 1990, hlm. 15.

Page 8: Naskah Akademik Kerja Kelompk

8

c. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder;

contohnya adalah kamus, ensiklopedia, dan seterusnya.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan

wawancara dengan seluruh stake holder terkait dan pakar serta akademisi.

Page 9: Naskah Akademik Kerja Kelompk

9

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoretis

B. Kajian Terhadap Asas

C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan

D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANGUNDANGAN

TERKAIT

1. pasal 18 (6) , pasal 28D, pasal 34 Undang Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945;

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor

4235);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

Page 10: Naskah Akademik Kerja Kelompk

10

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4674);

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor (6497);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang undangan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

(5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1980 tentang Penanggulangan

Gelandangan dan Pengemis (Lembaga Negara Republik Indonesia

Tahun 1980 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3177);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaga Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3177);

8.

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Page 11: Naskah Akademik Kerja Kelompk

11

B. Landasan Sosiologis

C. Landasan Yuridis

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP

MATERI MUATAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

A. ketentuan umum

BAB VI

PENUTUP