Naskah Akademik Kerja Kelompk
-
Upload
daniel-roring -
Category
Documents
-
view
152 -
download
3
description
Transcript of Naskah Akademik Kerja Kelompk
1
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KOTA MALANG
TENTANG
PEMBINAAN ANAK JALANAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan pemberian dari Sang Maha Pencipta, permata hati
orang tua, sehingga segala kasih sayang dan perhatian orang tua tercurah
pada anak. Pemenuhan kebutuhan hidup anak merupakan tanggung jawab dari
orang tua. Namun kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan seringkali
memaksa seorang anak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri bahkan
orang lain. Keadaan yang demika sering memaksa anak-anak tersebut untuk
menjadi anak jalanan.
Keberadaan anak jalanan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah fenomena nyata yang
menimbulkan permasalahan kompleks bukan hanya di negara berkembang
namun di negara maju sekalipun tidak lepas dari keberadaan anak jalanan ini.
Selain itu, jumlah mereka yang semakin lama semakin meningkat juga menjadi
persoalan sosial yang tidak dapat dipecahkan hingga sekarang.
2
Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan
migrasi penduduk itu sendiri yang sangat besar. Keberhasilan percepatan
pembangunan di wilayah perkotaan dan sebaliknya keterlambatan
pembangunan di wilayah pedesaan mengundang arus migrasi desa ke kota
yang antara lain mengakibatkan jumlah penduduk kian melonjak. Pertumbuhan
jumlah penduduk mengakibatkan sulitnya permukiman dan pekerjaan di wilayah
perkotaan saat ini. Permasalahan tersebut merupakan kenyataan sosial
kemasyarakatan yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan,
kebodohan, urbanisasi, ketiadaan lapangan pekerjaan, sulitnya mendapatkan
pelayanan pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Kondisi seperti ini
merupakan tanah subur bagi kemiskinan yang menyebabkan pula jumlah anak
jalanan meningkat yang mana dampak negatifnya mempengaruhi
pembangunan nasional, khususnya pembangunan perkotaan.
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang
kianharikianbertambahmenimbulkanjumlahangkakriminalitasjugaikutbertambah.
Jumlah anak jalanan setiap tahun selalu bertambah, banyak faktor yang
mendorong hal ini bisa terjadi, salah satunya adalah kemiskinan. Data komisi
perlindungan anak tahun 2010, jumlah anak terlantar di Indonesia mencapai
17,4 juta anak. dari jumlah tersebut, terdapat 5,4 juta anak benar-benar
terlantar dan 12 juta anak rawan terlantar.
Beberapa permasalahan yang mengancam anak jalanan antara lain
adalah kekerasan yang dilakukan oleh anak jalanan lain, komunitas dewasa,
Satpol PP, bahkan kekerasan seksual; penggunaan pil, alkohol dan rokok; dan
penyakit-penyakit menular seperti HIV/AIDS. Anak jalanan berada dalam
3
kondisi yang tidak memiliki masa depan jelas dan tidak jarang menjadi masalah
bagi banyak pihak seperti keluarga, masyarakat, dan negara. Realisasi
pemberian bantuan belum menimbulkan banyak perubahan, mengacu pada
data jumlah anak jalanan yang meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai upaya
yang dilakukan pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat yang peduli
pada anak jalanan, namun belum memberikan solusi terbaik bagi
permasalahan anak jalanan.
Fenomena merebaknya anak jalanan,di kota Malang sendiri telah
menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah maupun masyarakat para
pengguna jalanan.Hampir di setiap jalan kita selalu melihat dan menyaksikan
anak jalanan yang memberikan citra buruk, selalu merusak keindahan Kota
Malang dan sebagainya. Perkembangan permasalahan Kesejahteraan Sosial di
Kota Malang cenderung meningkat ditandai dengan munculnya berbagai
fenomena sosial yang spesifik baik bersumber dari dalam masyarakat maupun
akibat pengaruh globalisasi, industrialisasi dan derasnya arus informasi dan
urbanisasi, sementara masalah sosial menjadi konvensional masih berlanjut
termasuk keberadaan anak jalanan, serta adanya pelaku eksploitasi,
merupakan beban bagi Pemerintah Kota Malang. Data statistik menunjukkan
jumlah pengemis dan anak jalanan setiap tahunnya bukannya menurun bahkan
cenderung bertambah. Pada Nopember 2010, tercatat 580 anak jalanan yang
ada di Kota Malang. Namun jumlah tersebut meningkat 15% pada Pebruari
2011. Ini berarti dalam 4 bulan anak jalanan di kota malang bertambah sebesar
87 anak.
4
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (selanjutnya
disingkat UUD 1945), Pasal 27 Ayat 2 mengatur bahwa “fakir miskin dan anak
terlantar dipelihara oleh negara”. Pemerintah mempunyai tanggung jawab
terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak
jalanan. Hak-hak asasi anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak
asasi manusia pada umumnya, seperti tercantum dalam Undang-undang No.
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (selanjutnya disingkat UU HAM),
dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan
Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang Hak Anak).
Menurut Pendapat Harja Saputra dalam bukunya yang berjudul
Perlindungan Khusus Anak (9 April 2007), anak perlu mendapatkan hak-haknya
secara normal sebagaimana layaknya, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil
righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family
envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic
health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and
culture activites), dan perlindungan khusus (special protection). Oleh karena itu
diperlukan produk hukum, khususnya Peraturan Daerah yang dapat menjadi
payung hukum untuk memberikan kepastian hukum dalam melakukan
pembinaan, perlindungan dan usaha hak-hak yang dibutuhkan oleh anak
jalanan sehingga mereka tidak menjadi korban eksploitasi dari pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab dan sebagai upaya pemerintah, khususnya
pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerahnya
sesuai dengan asas-asas otonomi daerah.
5
Oleh karena itu, pada masa sekarang pengendalian ketertiban umum
sudah kurang berguna maka pembuatan naskah akademik dikhususkan pada
anak jalanan, gelandangan dan pengemis sebagai warga yang memiliki hak
dan kewajiban yang sama serta perhatian yang sama sehingga perlu dilakukan
penanggulangan secara komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan
dengan melibatkan berbagai unsur baik pemerintah maupun non pemerintah
agar mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang layak.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan beberapa
hal berikut:
1. Permasalahan apa saja yang dialami oleh anak jalanan dalam
menjalani aktivitasnya di jalanan?
2. Mengapa diperlukan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Kota
Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan sebagi pemecahan atas
masalah tersebut?
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Kota
Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan?
4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah
(RAPERDA) Kota Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan?
6
C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah
Akademik
Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang telah
dikemukakan, penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
(RAPERDA) Kota Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan bertujuan untuk:
1. Merumuskan permasalahan apa saja yang dialami oleh anak jalanan
dalam menjalani aktivitasnya di jalanan dan cara-cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut;
2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi dalam upaya
pembinaan terhadap anak jalanan;
3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Kota
Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan; dan
4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan
Peraturan Daerah (RAPERDA) Kota Malang tentang Pembinaan Anak
Jalanan.
Adapun kegunaan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan
Daerah (RAPERDA) Kota Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan. adalah
sebagai acuan atau referensi dalam penyusunan dan pembahasan Rancangan
Peraturan Daerah (RAPERDA) Kota Malang tentang Pembinaan Anak Jalanan.
7
D. Metode
Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu
kegiatan penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik
yang berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain. Berdasarkan
identifikasi masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka kegiatan
penyusunan Naskah Akademik ini termasuk ke dalam penelitian hukum
normatif dan menggunakan metode penelitian normatif1. Pokok permasalahan
di dalamnya akan dikaji secara yuridis normatif dan yuridis sosiologis.
Penelitian bersifat deskriptif analitis yakni menggambarkan secara
keseluruhan obyek yang diteliti secara sistematis dengan menganalisis data-
data yang diperoleh. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
normatif. Adapun jenis dan sumber data yang digunakan adalah bahan pustaka
yang berupa data sekunder sebagai sumber utamanya. Data sekunder
mencakup:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan
terdiri dari norma (dasar) atau kaidah dasar serta norma yang lain
yang mengatur tentang masalah ketenagakerjaan.
b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, seperti misalnya, rancangan undang-undang,
hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, tesis,
disertasi, jurnal dan seterusnya.
1SoerjonoSoekantodan Sri Mamuji, PenelitianHukumNormatif, SuatuTinjauanSingkat, CV. Rajawali, Jakarta, 1990, hlm. 15.
8
c. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder;
contohnya adalah kamus, ensiklopedia, dan seterusnya.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan
wawancara dengan seluruh stake holder terkait dan pakar serta akademisi.
9
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoretis
B. Kajian Terhadap Asas
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan
D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANGUNDANGAN
TERKAIT
1. pasal 18 (6) , pasal 28D, pasal 34 Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
4235);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
10
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4674);
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor (6497);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang undangan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
(5234);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1980 tentang Penanggulangan
Gelandangan dan Pengemis (Lembaga Negara Republik Indonesia
Tahun 1980 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3177);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3177);
8.
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
11
B. Landasan Sosiologis
C. Landasan Yuridis
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN
PERATURAN DAERAH KOTA MALANG
A. ketentuan umum
BAB VI
PENUTUP