narkotika.pdf

7
1 BAHAYA MENYALAHGUNAKAN NARKOTIKA DAN OBAT TERLARANG LAINNYA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA 1 Oleh: Eman Suparman 2 A. Pengantar Tema diskusi tentang “Bahaya Menyalahgunakan Narkotika dan Obat Terlarang lainnya bagi Generasi Penerus Bangsa.” pada kesempatan ini saya anggap masih sangat relevan dan aktual. Lebih-lebih dewasa ini kondisi penggunaan Narkoba secara melawan hukum oleh para kaum muda ditengarai telah sangat membahayakan dan memprihatinkan para pemakainya. Bahkan para pengedar obat berbahaya yang tidak bertanggung jawab itu telah menjadikan pada ABG (Anak Baru Gede) sebagai sasaran empuk untuk dirusak moral dan fisiknya oleh zat yang amat berbahaya itu. Sungguh sangat mengerikan bila dibayangkan pada suatu hari kelak terjadi “loss generation” atau suatu keadaan dimana di negeri ini tiada lagi manusia muda yang hidupnya normal, baik fisik maupun mentalnya, sebagai penerus kepemimpinan bangsa ini, karena mereka telah dirusak dan menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang lain yang sejenisnya. Oleh karena itu upaya menginformasikan bahaya menyalahgunakan narkoba dan zat sejenis lainnya harus terus menerus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. 1 Bahan ceramah pada Diskusi Tantangan Pemuda dan Karang Taruna di Era Milenium Baru. Diselenggarakan oleh Pengurus Karang Taruna RW 02 Desa Pasir Endah, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2001. 2 Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung.

Transcript of narkotika.pdf

Page 1: narkotika.pdf

1

BAHAYA MENYALAHGUNAKAN NARKOTIKA DAN OBAT TERLARANG LAINNYA

BAGI GENERASI PENERUS BANGSA1

Oleh: Eman Suparman2

A. Pengantar

Tema diskusi tentang “Bahaya Menyalahgunakan Narkotika dan Obat Terlarang

lainnya bagi Generasi Penerus Bangsa.” pada kesempatan ini saya anggap masih

sangat relevan dan aktual. Lebih-lebih dewasa ini kondisi penggunaan Narkoba

secara melawan hukum oleh para kaum muda ditengarai telah sangat membahayakan

dan memprihatinkan para pemakainya.

Bahkan para pengedar obat berbahaya yang tidak bertanggung jawab itu telah

menjadikan pada ABG (Anak Baru Gede) sebagai sasaran empuk untuk dirusak

moral dan fisiknya oleh zat yang amat berbahaya itu. Sungguh sangat mengerikan

bila dibayangkan pada suatu hari kelak terjadi “loss generation” atau suatu keadaan

dimana di negeri ini tiada lagi manusia muda yang hidupnya normal, baik fisik

maupun mentalnya, sebagai penerus kepemimpinan bangsa ini, karena mereka telah

dirusak dan menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang lain yang

sejenisnya. Oleh karena itu upaya menginformasikan bahaya menyalahgunakan

narkoba dan zat sejenis lainnya harus terus menerus dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan.

1 Bahan ceramah pada Diskusi Tantangan Pemuda dan Karang Taruna di Era Milenium Baru.

Diselenggarakan oleh Pengurus Karang Taruna RW 02 Desa Pasir Endah, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2001.

2 Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung.

Page 2: narkotika.pdf

2

B. Ancaman bahaya Narkotika di Indonesia

Penggunaan obat terlarang sejenis narkotika yang disalahgunakan di Indonesia

barangkali sudah cukup lama. Akan tetapi tingkat bahaya yang dirasakan sudah

benar-benar mengancam kerusakan generasi telah dirasakan sejak awal Pelita

Pertama. Bahkan sejak saat itu Kepala Negara telah mewaspadai fenomena tersebut.

Sebagai tindak lanjutnya Presiden RI ketika itu mengeluarkan amanat yang

kemudian disusul oleh keluarnya Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 tahun 1971.

Dalam pesannya Kepala Negara menyerukan kepada seluruh warga masyarakat agar

bahaya penyalahgunaan narkotika dan semacamnya segera ditanggulangi secara

serius.

Lebih lanjut di dalam Inpres yang dikeluarkan menyusul amanat tadi

ditegaskan antara lain "bahwa masalah narkotika merupakan salah satu masalah

penting di Indonesia yang perlu mendapat penanganan secara sungguh-sungguh

dan segera. Dalam tahun-tahun berikutnya, wabah penyalahgunaan narkotika justeru

semakin menjadi-jadi terutama di kalangan remaja kita ketika itu. Akibatnya

sebutan nama narkotika pun menjadi sangat populer di masyarakat.

Kendati pun barangkali jenis dan wujud dari zat yang bernama narkotika

itu sendiri belum semuanya mengetahui. Namun demikian secara umum

sesungguhnya masyarakat telah mengetahui gambarannya bahwa narkotika itu adalah

sejenis obat yang dilarang digunakan sembarangan karena akibatnya sangat

membahayakan fisk maupun mental pemakainya.

Page 3: narkotika.pdf

3

Setelah wabah narkotika semakin tampak di sana sini, pemerintah semakin

merasa berkepentingan untuk mengeluarkan perundang-undangan. Maksudnya

tidak lain sebagai suatu upaya atau tindakan pencegahan sekaligus rehabilitasi

terhadap para korban. Produk perundang-undangan yang dimaksud terrealisasi

dengan diundangkannya Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika, yang

dikeluarkan tanggal 26 Juli 1976.

UU yang baru dikeluarkan ketika itu di samping menetapkan sanksi pidana

bagi pelaku penyalahgunaan narkotka, juga sekaligus menjadi sarana pendidikan

bagi masyarakat. Dikatakan demikian karena di dalamnya diuraikan satu persatu

jenis obat narkotika itu meliputi jenis dan macam apa saja. Oleh karena itu

masyarakat semakin memahami macamnya dari yang dikategorikan sebagai narkotika

tersebut.

UU No. 9 tahun 1976 tidak hanya mengatur perihal sanksi pidana bagi para

pelaku penyalahgunaan obat terlarang. Di samping ditetapkan larangan beserta

sansi-sanksi pidananya, juga dijelaskan perihal penggunaan untuk kepentingan

pengobatan dan tujuan ilmu pengetahuan. Kemudian lebih lanjut diatur pula hal-

hal yang berkaitan dengan masalah pengangkutan, penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di pengadilan.

Bagi para pecandu obat terlarang yang sudah terlanjur terperosok menjadi

korban, UU ini pun memuat aturan perihal pengobatan dan rehabilitasi korban.

Bahkan dalam UU ini pun diupayakan tercapainya keseimbangan (balance)

antara ketentuan sanksi dan premi. Artinya barangsiapa yang membantu atau

bekerjasama dengan pemerintah (aparat yang berwajib) dalam mengungkapkan

Page 4: narkotika.pdf

4

terjadinya kejahatan atau peyalahagunaan narkotika, orang yang berjasa tersebut

akan memperoleh imbalan (disebut premi) atas jasanya itu.

Khusus untuk kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan, pengunaan

zat yang tergolong narkotika memang dilegalisasi oleh UU ini. Sedangkan

penggunaan yang menyimpang dari tujuan di atas semuanya sama sekali dilarang.

Larangan tersebut disebabkan akibat pemakaian secara pribadi yang tanpa batas dan

pengawasan, akibatnya akan dapat membahayakan juga kepada anggota masyarakat

lainnya.

Apabila telah menjadi bahaya sosial (kemasyarakatan) akibatnya tidak

hanya akan dipikul oleh individu pelaku/pemakai dan penyalahguna. Lebih jauh

akibat yang fatal akan dapat mengancam kepentingan bahkan eksistensi bangsa,

negara, dan generasi yang akan datang.

C. Penanganan secara terpadu dan bersama

Ancaman bahaya penyalahgunaan narkotika dewasa ini tidak hanya menjadi

problema nasional negara tertentu saja, melainkan sudah menjadi ancaman global

seluruh umat manusia. Melihat kenyataan tersebut penanganan dan

pencegahannya harus dilakukan secara terpadu dan bersama-sama dengan

melibatkan setiap negara. Upaya kerjasama terpadu di tingkat regional ASEAN juga

telah dirintis sejak lama. Pada Sidang ke-8 AIPO (Organisasi Antarparlemen

ASEAN) tahun 1985, masalah bahaya narkotika dan minuman keras telah dimasukan

ke dalam agenda sidang. Ketika membuka sidang tersebut Wakil Presiden

Republik Indonesia menegaskan bahwa: "... penyalahgunaan narkotika yang

Page 5: narkotika.pdf

5

membahayakan hari depan bangsa kita masing-masing, sudah waktunya untuk

diperangi dengan sekuat tenaga, baik sendiri-sendiri, maupun melalui upaya

kerjasama yang terpadu di seluruh kawasan ASEAN". Seruan tersebut memang

sangat beralasan, mengingat fakta telah membuktikan bahwa kawasan ASEAN pada

umumnya dan Indonesia khususnya senantiasa menjadi incaran para pengedar obat-

obat terlarang sejenis narkotika.

Kawasan ASEAN memang cukup sensitif terhadap ancaman bahaya

narkotika. Hal itu disebabkan terutama karena secara geografis letak ASEAN

dikelilingi oleh areal hutan produksi jenis obat berbahaya tersebut.

Dilatarbelakangi oleh keadaan seperti itu, maka Malaysia sebagai salah satu negara

anggota ASEAN termasuk negara yang paling tegas dalam upaya memerangi para

pelaku penyalahgunaan narkotika dan yang sejenisnya.

Dimasukannya problema narkotika dan obat terlarang lainnya ke dalam

pembahasan agenda sidang AIPO sungguh merupakan langkah awal kerjasama.

Sekurang-kurangnya tindakan tersebut akan ditindaklanjuti oleh berbagai

upaya kerjasama pencegahan dan pemberantasan di kawasan regional ASEAN.

D. Latar Belakang terjadinya Penyalahgunaan

Para ahli dan peneliti bidang kriminologi dan psikologi memperoleh

temuan yang kemudian merupakan indikator awal ke arah terjadinya pelanyahgunaan

narkotika. Kondisi awal tersebut hampir tidak pernah dihiraukan, padahal

sesungguhnya cukup berpengaruh pada para pelaku. Gejala awal tersebut

diungkapkan diantaranya :Pertama, Korban dari pelaku yang menyalahgunakan obat

Page 6: narkotika.pdf

6

terlarang pada awalnya hanya untuk membuktikan keberanian dirinya dalam

melakukan tindakan yang berbahaya; Kedua, Pelaku umumnya berbuat untuk

memprotes sesuatu kondisi tertentu (umpamanya : terhadap kekuasaan orang tua,

guru, atau terhadap norma-norma lainnya); Ketiga, biasanya digunakan untuk

menghilangkan kekecewaan atau melepaskan diri dari kesepian; Keempat, korban

pelaku berbuat karena rasa setia kawan (ini biasanya merupakan penyebab yang

sangat berbahaya); Kelima, ada pula korban yang pada awalnya hanya ingin

mencoba-coba; Keenam, ada juga korban yang menggunakan obat terlarang itu

justeru untuk menghilangkan penderitaan akibat penyakit menahun, umpamanya

asthma, dan lain-lain. Lebih dari itu masih belum tertutup kemungkinan lainnya.

Hal itu tentu saja akan sangat bergantung pada berbagai kondisi dan lingkungannya.

E. Perlu pendekatan yang bukan sanksi hukum

Sanksi pidana dari perundang-undangan yang diterapkan dengan tidak

tegas, kadang-kadang malah kurang efektif. Berlainan halnya apabila penegakan

sanksi hukumnya seperti di negara tetangga kita Malaysia. Di sana barangkali dua

tujuan dapat tercapai sekaligus. Pertama, tujuan preventif atau pencegahan, karena

secara psikologis, orang-orang yang punya akal sehat akan berhitung dua-tiga kali

untuk berspekulasi membawa jenis narkotika ke sana. Kedua, tujuan represif atau pe

nanggulangan. Maksud penanggulangan di sini adalah bahwa dengan sanksi pidana

mati bagi para pelanggar larangan itu, maka kiranya efek psikologisnya akan

membuat calon pelanggar baru menjadi jera.

Page 7: narkotika.pdf

7

Lain lagi untuk kondisi kita. Jika sanksi pidana masih juga sulit diharapkan

efektivitasnya, maka upaya yang non hukum harus dicarikan. Sasaran pencegahan

terutama harus ditujukan kepada para remaja dan pemuda usia sekolah. Prioritas

itu sangat penting mengingat pada usia-usia itulah berbagai kerawanan timbul.

Lingkungan yang harus menjadi benteng paling awal adalah lingkungan

keluarga di rumah. Hal itu didukung oleh hasil temuan para peneliti psikologi di

Indonesia dari sejumlah korban narkotika dan calon korban yang siap dimangsa

wabah. Para korban umumnya diketahui memiliki kasus yang sama yakni

menghadapi masalah kurang harmonis dengan kedua orangtuanya. Akibat dari

kondisi tersebut mereka (para remaja yang diteliti) berusaha dan beralih mencari

pengganti kasih sayang orangtua di luar rumah. Ternyata ketidak-harmonisan antara

anak dengan orangtua itu pun diketahui umumnya karena orangtua mereka memang

terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing.

Dari indikator ini dapat ditarik sebuah garis kesamaan dan temuan yang sama

antara penelitian yang dilakukan para peneliti asing dengan peneliti Indonesia. Bahwa

korban pelaku penyalahgunaan narkotika diantaranya disebabkan oleh tindakan

untuk memprotes suatu kondisi atau keadaan tertentu.

Untuk itu upaya di luar sanksi hukum yang dipandang paling kondusif untuk

mencegah timbulnya korban-korban baru obatnya harus datang dari lingkungan

keluarga kita masing-masing. Artinya para orangtua harus mampu menciptakan

suasana yang harmonis dengan anak-anaknya, agar mereka tidak mencari pengganti

kasih sayang orang tua di luar rumah.***