narkotika.pdf
-
Upload
gima-amezia-sari -
Category
Documents
-
view
51 -
download
0
Transcript of narkotika.pdf
1
BAHAYA MENYALAHGUNAKAN NARKOTIKA DAN OBAT TERLARANG LAINNYA
BAGI GENERASI PENERUS BANGSA1
Oleh: Eman Suparman2
A. Pengantar
Tema diskusi tentang “Bahaya Menyalahgunakan Narkotika dan Obat Terlarang
lainnya bagi Generasi Penerus Bangsa.” pada kesempatan ini saya anggap masih
sangat relevan dan aktual. Lebih-lebih dewasa ini kondisi penggunaan Narkoba
secara melawan hukum oleh para kaum muda ditengarai telah sangat membahayakan
dan memprihatinkan para pemakainya.
Bahkan para pengedar obat berbahaya yang tidak bertanggung jawab itu telah
menjadikan pada ABG (Anak Baru Gede) sebagai sasaran empuk untuk dirusak
moral dan fisiknya oleh zat yang amat berbahaya itu. Sungguh sangat mengerikan
bila dibayangkan pada suatu hari kelak terjadi “loss generation” atau suatu keadaan
dimana di negeri ini tiada lagi manusia muda yang hidupnya normal, baik fisik
maupun mentalnya, sebagai penerus kepemimpinan bangsa ini, karena mereka telah
dirusak dan menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang lain yang
sejenisnya. Oleh karena itu upaya menginformasikan bahaya menyalahgunakan
narkoba dan zat sejenis lainnya harus terus menerus dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan.
1 Bahan ceramah pada Diskusi Tantangan Pemuda dan Karang Taruna di Era Milenium Baru.
Diselenggarakan oleh Pengurus Karang Taruna RW 02 Desa Pasir Endah, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2001.
2 Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung.
2
B. Ancaman bahaya Narkotika di Indonesia
Penggunaan obat terlarang sejenis narkotika yang disalahgunakan di Indonesia
barangkali sudah cukup lama. Akan tetapi tingkat bahaya yang dirasakan sudah
benar-benar mengancam kerusakan generasi telah dirasakan sejak awal Pelita
Pertama. Bahkan sejak saat itu Kepala Negara telah mewaspadai fenomena tersebut.
Sebagai tindak lanjutnya Presiden RI ketika itu mengeluarkan amanat yang
kemudian disusul oleh keluarnya Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 tahun 1971.
Dalam pesannya Kepala Negara menyerukan kepada seluruh warga masyarakat agar
bahaya penyalahgunaan narkotika dan semacamnya segera ditanggulangi secara
serius.
Lebih lanjut di dalam Inpres yang dikeluarkan menyusul amanat tadi
ditegaskan antara lain "bahwa masalah narkotika merupakan salah satu masalah
penting di Indonesia yang perlu mendapat penanganan secara sungguh-sungguh
dan segera. Dalam tahun-tahun berikutnya, wabah penyalahgunaan narkotika justeru
semakin menjadi-jadi terutama di kalangan remaja kita ketika itu. Akibatnya
sebutan nama narkotika pun menjadi sangat populer di masyarakat.
Kendati pun barangkali jenis dan wujud dari zat yang bernama narkotika
itu sendiri belum semuanya mengetahui. Namun demikian secara umum
sesungguhnya masyarakat telah mengetahui gambarannya bahwa narkotika itu adalah
sejenis obat yang dilarang digunakan sembarangan karena akibatnya sangat
membahayakan fisk maupun mental pemakainya.
3
Setelah wabah narkotika semakin tampak di sana sini, pemerintah semakin
merasa berkepentingan untuk mengeluarkan perundang-undangan. Maksudnya
tidak lain sebagai suatu upaya atau tindakan pencegahan sekaligus rehabilitasi
terhadap para korban. Produk perundang-undangan yang dimaksud terrealisasi
dengan diundangkannya Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika, yang
dikeluarkan tanggal 26 Juli 1976.
UU yang baru dikeluarkan ketika itu di samping menetapkan sanksi pidana
bagi pelaku penyalahgunaan narkotka, juga sekaligus menjadi sarana pendidikan
bagi masyarakat. Dikatakan demikian karena di dalamnya diuraikan satu persatu
jenis obat narkotika itu meliputi jenis dan macam apa saja. Oleh karena itu
masyarakat semakin memahami macamnya dari yang dikategorikan sebagai narkotika
tersebut.
UU No. 9 tahun 1976 tidak hanya mengatur perihal sanksi pidana bagi para
pelaku penyalahgunaan obat terlarang. Di samping ditetapkan larangan beserta
sansi-sanksi pidananya, juga dijelaskan perihal penggunaan untuk kepentingan
pengobatan dan tujuan ilmu pengetahuan. Kemudian lebih lanjut diatur pula hal-
hal yang berkaitan dengan masalah pengangkutan, penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di pengadilan.
Bagi para pecandu obat terlarang yang sudah terlanjur terperosok menjadi
korban, UU ini pun memuat aturan perihal pengobatan dan rehabilitasi korban.
Bahkan dalam UU ini pun diupayakan tercapainya keseimbangan (balance)
antara ketentuan sanksi dan premi. Artinya barangsiapa yang membantu atau
bekerjasama dengan pemerintah (aparat yang berwajib) dalam mengungkapkan
4
terjadinya kejahatan atau peyalahagunaan narkotika, orang yang berjasa tersebut
akan memperoleh imbalan (disebut premi) atas jasanya itu.
Khusus untuk kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan, pengunaan
zat yang tergolong narkotika memang dilegalisasi oleh UU ini. Sedangkan
penggunaan yang menyimpang dari tujuan di atas semuanya sama sekali dilarang.
Larangan tersebut disebabkan akibat pemakaian secara pribadi yang tanpa batas dan
pengawasan, akibatnya akan dapat membahayakan juga kepada anggota masyarakat
lainnya.
Apabila telah menjadi bahaya sosial (kemasyarakatan) akibatnya tidak
hanya akan dipikul oleh individu pelaku/pemakai dan penyalahguna. Lebih jauh
akibat yang fatal akan dapat mengancam kepentingan bahkan eksistensi bangsa,
negara, dan generasi yang akan datang.
C. Penanganan secara terpadu dan bersama
Ancaman bahaya penyalahgunaan narkotika dewasa ini tidak hanya menjadi
problema nasional negara tertentu saja, melainkan sudah menjadi ancaman global
seluruh umat manusia. Melihat kenyataan tersebut penanganan dan
pencegahannya harus dilakukan secara terpadu dan bersama-sama dengan
melibatkan setiap negara. Upaya kerjasama terpadu di tingkat regional ASEAN juga
telah dirintis sejak lama. Pada Sidang ke-8 AIPO (Organisasi Antarparlemen
ASEAN) tahun 1985, masalah bahaya narkotika dan minuman keras telah dimasukan
ke dalam agenda sidang. Ketika membuka sidang tersebut Wakil Presiden
Republik Indonesia menegaskan bahwa: "... penyalahgunaan narkotika yang
5
membahayakan hari depan bangsa kita masing-masing, sudah waktunya untuk
diperangi dengan sekuat tenaga, baik sendiri-sendiri, maupun melalui upaya
kerjasama yang terpadu di seluruh kawasan ASEAN". Seruan tersebut memang
sangat beralasan, mengingat fakta telah membuktikan bahwa kawasan ASEAN pada
umumnya dan Indonesia khususnya senantiasa menjadi incaran para pengedar obat-
obat terlarang sejenis narkotika.
Kawasan ASEAN memang cukup sensitif terhadap ancaman bahaya
narkotika. Hal itu disebabkan terutama karena secara geografis letak ASEAN
dikelilingi oleh areal hutan produksi jenis obat berbahaya tersebut.
Dilatarbelakangi oleh keadaan seperti itu, maka Malaysia sebagai salah satu negara
anggota ASEAN termasuk negara yang paling tegas dalam upaya memerangi para
pelaku penyalahgunaan narkotika dan yang sejenisnya.
Dimasukannya problema narkotika dan obat terlarang lainnya ke dalam
pembahasan agenda sidang AIPO sungguh merupakan langkah awal kerjasama.
Sekurang-kurangnya tindakan tersebut akan ditindaklanjuti oleh berbagai
upaya kerjasama pencegahan dan pemberantasan di kawasan regional ASEAN.
D. Latar Belakang terjadinya Penyalahgunaan
Para ahli dan peneliti bidang kriminologi dan psikologi memperoleh
temuan yang kemudian merupakan indikator awal ke arah terjadinya pelanyahgunaan
narkotika. Kondisi awal tersebut hampir tidak pernah dihiraukan, padahal
sesungguhnya cukup berpengaruh pada para pelaku. Gejala awal tersebut
diungkapkan diantaranya :Pertama, Korban dari pelaku yang menyalahgunakan obat
6
terlarang pada awalnya hanya untuk membuktikan keberanian dirinya dalam
melakukan tindakan yang berbahaya; Kedua, Pelaku umumnya berbuat untuk
memprotes sesuatu kondisi tertentu (umpamanya : terhadap kekuasaan orang tua,
guru, atau terhadap norma-norma lainnya); Ketiga, biasanya digunakan untuk
menghilangkan kekecewaan atau melepaskan diri dari kesepian; Keempat, korban
pelaku berbuat karena rasa setia kawan (ini biasanya merupakan penyebab yang
sangat berbahaya); Kelima, ada pula korban yang pada awalnya hanya ingin
mencoba-coba; Keenam, ada juga korban yang menggunakan obat terlarang itu
justeru untuk menghilangkan penderitaan akibat penyakit menahun, umpamanya
asthma, dan lain-lain. Lebih dari itu masih belum tertutup kemungkinan lainnya.
Hal itu tentu saja akan sangat bergantung pada berbagai kondisi dan lingkungannya.
E. Perlu pendekatan yang bukan sanksi hukum
Sanksi pidana dari perundang-undangan yang diterapkan dengan tidak
tegas, kadang-kadang malah kurang efektif. Berlainan halnya apabila penegakan
sanksi hukumnya seperti di negara tetangga kita Malaysia. Di sana barangkali dua
tujuan dapat tercapai sekaligus. Pertama, tujuan preventif atau pencegahan, karena
secara psikologis, orang-orang yang punya akal sehat akan berhitung dua-tiga kali
untuk berspekulasi membawa jenis narkotika ke sana. Kedua, tujuan represif atau pe
nanggulangan. Maksud penanggulangan di sini adalah bahwa dengan sanksi pidana
mati bagi para pelanggar larangan itu, maka kiranya efek psikologisnya akan
membuat calon pelanggar baru menjadi jera.
7
Lain lagi untuk kondisi kita. Jika sanksi pidana masih juga sulit diharapkan
efektivitasnya, maka upaya yang non hukum harus dicarikan. Sasaran pencegahan
terutama harus ditujukan kepada para remaja dan pemuda usia sekolah. Prioritas
itu sangat penting mengingat pada usia-usia itulah berbagai kerawanan timbul.
Lingkungan yang harus menjadi benteng paling awal adalah lingkungan
keluarga di rumah. Hal itu didukung oleh hasil temuan para peneliti psikologi di
Indonesia dari sejumlah korban narkotika dan calon korban yang siap dimangsa
wabah. Para korban umumnya diketahui memiliki kasus yang sama yakni
menghadapi masalah kurang harmonis dengan kedua orangtuanya. Akibat dari
kondisi tersebut mereka (para remaja yang diteliti) berusaha dan beralih mencari
pengganti kasih sayang orangtua di luar rumah. Ternyata ketidak-harmonisan antara
anak dengan orangtua itu pun diketahui umumnya karena orangtua mereka memang
terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing.
Dari indikator ini dapat ditarik sebuah garis kesamaan dan temuan yang sama
antara penelitian yang dilakukan para peneliti asing dengan peneliti Indonesia. Bahwa
korban pelaku penyalahgunaan narkotika diantaranya disebabkan oleh tindakan
untuk memprotes suatu kondisi atau keadaan tertentu.
Untuk itu upaya di luar sanksi hukum yang dipandang paling kondusif untuk
mencegah timbulnya korban-korban baru obatnya harus datang dari lingkungan
keluarga kita masing-masing. Artinya para orangtua harus mampu menciptakan
suasana yang harmonis dengan anak-anaknya, agar mereka tidak mencari pengganti
kasih sayang orang tua di luar rumah.***