Nambah Ilmu Tentang Pengendalian Vektor

10
Pengendalian Vektor A. Penyakit yang Berhubungan dengan Air Penyakit yang berhubungan dengan air dikelompokkan menjadi 4 antara lain 1. Wate-Borne Disease (infeksi yang menyebar melalui air yang tercemar mikoorganisme pathogen, sebagai contoh : Diare, Demam typoid pada terutama Balita) 2. Water-Washed Disease (Penyakit karena minimnya Hygiene dan Sanitasi, sebagai contoh : Ascariasis, Ankylostomiasis) 3. Water-Based Disease (Penyakit yang ditularkan melalui invertebrata air, sebagai contoh : Schistosomiasis) 4. Water Related Vector-Borne Disease ( Penyakit yang ditularkan oleh insekta yang perkembangbiakannya tergantung air, sebagai contoh : Malaria, Onchocercariasis, demam Dengue). Beberapa Alasan Masih tingginya prevalensi Water Related Disease : 1. Tidak cukupnya sanitasi (pembuangan sampah) dan penyediaan air bersih. Jumlah air bersih tidak memadai maka personal hygiene juga kurang. Instalasi sanitasi dan pembuangan sampah akan membaik jika tingkat perekonomian meningkat termasuk system irigasi yang baik. 2. Rumah yang masih belum memenuhi syarat perumahan sehat dan minimnya hygiene. Perbaikan rumah dan kondisi hygiene dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan serta perubahan tingkat ekonomi. Misalnya pembangunan jamban, termasuk penggunaan dan pemeliharaan.. Untuk menurunkan kontak agen-manusia (misalnya Schistosomiasis), maka perlu perbaikan saluran air dan tandon.. Pembangunan perumahan yang jauh dari tempat perindukan vector, termasuk pemasangan kasa pada ventilasi. 3. Minimnya perawatan Kesehatan Hal ini berkaitan dengan masalah ekonomi, manajemen dan teknik. Sutopo Patria Jati 1

description

Informasi singkat tentang bagaimana pengendalian vektor penyakit, silahkan kalau mau download di http://www.ziddu.com/download/3789532/PENGENDALIAN_VEKTOR_PENYAKIT.pdf.html

Transcript of Nambah Ilmu Tentang Pengendalian Vektor

Page 1: Nambah Ilmu Tentang Pengendalian Vektor

Pengendalian Vektor

A. Penyakit yang Berhubungan dengan Air

Penyakit yang berhubungan dengan air dikelompokkan menjadi 4 antara lain

1. Wate-Borne Disease (infeksi yang menyebar melalui air yang tercemar mikoorganisme pathogen, sebagai contoh : Diare, Demam typoid pada terutama Balita)

2. Water-Washed Disease (Penyakit karena minimnya Hygiene dan Sanitasi, sebagai contoh : Ascariasis, Ankylostomiasis)

3. Water-Based Disease (Penyakit yang ditularkan melalui invertebrata air, sebagai contoh : Schistosomiasis)

4. Water Related Vector-Borne Disease ( Penyakit yang ditularkan oleh insekta yang perkembangbiakannya tergantung air, sebagai contoh : Malaria, Onchocercariasis, demam Dengue).

Beberapa Alasan Masih tingginya prevalensi Water Related Disease :

1. Tidak cukupnya sanitasi (pembuangan sampah) dan penyediaan air bersih. Jumlah air bersih tidak memadai maka personal hygiene juga kurang. Instalasi sanitasi dan pembuangan sampah akan membaik jika tingkat perekonomian meningkat termasuk system irigasi yang baik.

2. Rumah yang masih belum memenuhi syarat perumahan sehat dan minimnya hygiene.

Perbaikan rumah dan kondisi hygiene dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan serta perubahan tingkat ekonomi. Misalnya pembangunan jamban, termasuk penggunaan dan pemeliharaan.. Untuk menurunkan kontak agen-manusia (misalnya Schistosomiasis), maka perlu perbaikan saluran air dan tandon.. Pembangunan perumahan yang jauh dari tempat perindukan vector, termasuk pemasangan kasa pada ventilasi.

3. Minimnya perawatan Kesehatan

Hal ini berkaitan dengan masalah ekonomi, manajemen dan teknik.

4. Manajemen Sumber Daya Air

Water based dan Water related disease penularannya dapat dicegah atau diturunkan melalui teknik kesehatan lingkungan, modifikasi dan manipulasi lingkungan. Teknik pengelolaan air (manajemen lingkungan penting), misalnya system drainase, saluran air, pengerasan tepi saluran air, peninggian tanah dan penimbunan, pengendalian kebocoran, perpipaan, disiplin dalam penggunaan air.

Promosi dan peningkatan ekonomi, karena tidak ada cara tunggal dalam mengendalikan vector maka perlu pengendalian terintegrasi sehingga hsilnya dapat permanen.

Sutopo Patria Jati 1

Page 2: Nambah Ilmu Tentang Pengendalian Vektor

B. Pengendalain Terintegrasi

Merupakan perencanaan manajemen lingkungan, ditambah pengendalian secara kimia maupun biologis. Tujuan Manajemen Lingkungan dalam pengendalain vector adalah menurunkan kepadatan populasi sampai spesies target di bawah tingkat penyebaran. Vektor akan menyebar dan jumlahnya meningkat jika tempat perindukan mempunyai kondisi fisik, kimia, biologi yang sesuai. Dalam manajemen lingkungan harus mengetahu ekologi vector, perkembangan populasi atau epidemiologi vector.

C. Air yang berhubungan Dengan Penyakit Karena Vektor

1. Water Based Disease

Infeksi oleh parasit oleh air atau tempat yang agak basah sebagai media hidup host intermediate misalnya keong. Sebagai contoh Schistosomiasis, ada dua jenis penyakit yang pertama menyeranga saluran usus dan yang kedua menyerang system saluran kencing.

Agen adalah trematoda yang dewasa hidup di vena pada host, sebagain siklus hidup adalah keong. Ynag menyerang usus adalah S mansoni, S japonicum, S intercalatum. Penyebaran Afrika, Karibia, Amerika Selatan bagian barat dan timur. Keong yang bertindak sebagai host intermediet adalah dari genus Biomphalaria untuk S. mansoni dan genus Aoncomelania untuk S japonicum. S haemotobium terdapat pada vena sekitar saluran kencing yang banyak terdapat di Afrika dan Timur Tengah dengan host intermediet keong Bulinus. Semua genus keong tersebut berada di air bersih, Onchomelania (sumpil) berada di air maupun agak basah.

Siklus Hidup

Manusia yang terinfeksi, telur yang mengandung larva keluar bersama tinja maupun urin ke air, karena tekanan ostmotik air maka telur pecah dan larva miracidium keluar dari telur. Kemudian larva miracidium masuk ke dalam keong (6-24 jam). Dalam keoang membentuk sporocyt dalam waktu 4-8 minggu menjadi cercaria dalam sporocyt keluar dari keoang dan berenang bebas dalam air selanjutnya mencari host vertebrata (dalam waktu 24-48 jam) atau jika tidak akan mati.

S haemotobium dan S mansoni terdapat hanya pada manusia tetapi S japonicum juga hidup dalam hewan domestik (kerbau, anjing, kucing, babi dan tikus) kemudian masuk vena peripherial menjadi cercaria dan dewasa, setelah kawin antara jantan dan betina hidup bersama (betina masuk ke dalam tubuh jantan).

Untuk memutus siklus hidupnya, kontak manusia dengan air dikurangi, tidak ada feces atau urin penderita yang masuk ke dalam air, jumlah keong dikurangi, pengobatan pada penderita.

Bionomik Keong Sebagai Host Intermediet

1. Faktor Fisik

Suhu 18-32 o C, yang dapat hidup baik pada suhu 26 o C. Tidak menyukai hidup di air dengan kecepatan arus 0,7 meter/detik maupun aliran turbulen/bergelombang, jarang ditemukan pada kedalaman lebih dari 1,5 meter. Sebagian spesies tahan terhadap badan air yang dikeringkan, keong lain dapat bertahan dimana air hanya ada selama 3 bulan per tahun. Onchomelania dapat hidup semi basah, keong ini mudah beradaptasi pada system irigasi, sawah, khususnya saluran air dan kolam.

Sutopo Patria Jati 2

Page 3: Nambah Ilmu Tentang Pengendalian Vektor

2. Faktor Biologis

Musuh alami sangat jarang, biasanya menempel pada tanaman yang rapat, tanaman melindungi dari sinar matahari langsung dan arus air. Termasuk Omnivora, suka makan material yang berada di akar tanaman. Rumput memainkan peranan penting dalam proses penempelan telur keong ini.

3. Faktor Kimia

Keong tahan terhadap klorida, mineral dan garam, hidup pada pH 5-10. Air yang mengandung barium, Nikel dan Zink dapat membunuhnya.

4. Faktor Air Terpolusi

Air dengan tercemar oleh feces atau material organic sangat disukai untuk perkembangbiakan keong.

2. Water-Related Vector Borne Disease

Penularan oleh insekta pada tahap imatur dalam air

a. Mosquito-Borne Disease

Nyamuk merupakan binatang kosmopolitan, spesies lebih dari 300. Terdapat tiga subfamily : Anopheline, Culicine dan Toxorhynchitinae (tidak masuk vector). Nyamuk betina yang menghisap darah untuk perkembangan telurnya. Hanya Vektor untuk penyakit malaria, Vektor Filariasis Brugia malayi dan vector penyakit Japanesse echepalitis yang hidup pada saluran irigasi. Vector untuk demam kuning dan DBD menyukai air yang berada ditempat lingkungan buatan manusia di sekitar rumah, secara tidak langsung berkaitang dengan irigasi.

a.1. Malaria

Tingkat morbiditas dan mortalitas masih tinggi di daerah tropis dan subtropics menyerang golongan umur muda, Biasanya infeksi berulang, sosek rendah.

a.2. Filariasis

Disebabkan oleh cacing parasit yaitu filarial (nematoda). Cacing filarial antara lain : W bancrofti, B malayi, B timori. W bancrofti distribusinya luas terutama di negara-negara trropik. Vektornya adalah Culex quinquefasciatus terdapat di kota dan pinggiran. Vektor lain adalah Anopheles, mansonia, Aedes.

a.3. Japanesse Enchepalitis

Merupakan pneyakit akut dan fatal, termasuk dalam arbovirus. Vektor sebagian besar Culex tritaenorhichus, C pseudofishmi, C gelides. Penyebaran di Asia Selatan, Asia tenggara, China, Korea. Penyebaran baik pada air sawah yang menggenang, dimana nyamuk tumbuh subur.

a.4. Yellow Fever

Akut dan fatal termasuk arbovirus, ditularkan A aegypti. Spesies : haemophagus dan Sabethes (jungle yellow fever) di daerah Amerika dan Aedes di Afrika.

Sutopo Patria Jati 3

Page 4: Nambah Ilmu Tentang Pengendalian Vektor

a.5. Dengue Fever

Enampuluh negara tropis dan subtropics, acute fibrile disease. Tingkat kematian rendah. Karakteristik : demam, nyeri sendi dan otot. Penular adalah A aegypti. Kontainer merupakan tempat perindukan untuk melanjutkan perkembangannya. DBD kematian tinggi pada anak-anak : Asia Tenggara, Karibia. Tahap Imatur adalah : telur, larva, pupa yang hidup dalam lingkungan air dan yang dewasa di daratan.

b. Siklus Hidup

Telur

Anopheline, bertelur secara terpisah dipermukaan air.lateral, Culicine (culex) beberapa telur menjadi satu mengapung di air. Aedes, meletakkan telur terpisah pada kontainer dan genangan setelah banjit atau hujan.

Larva

Menetas dalam awaktu 2-3 hari setelah kontak dengan air, sebagian Aedes menetas dalam waktu kurang dari setenagh jam. Larva berganti kulit sebanyak emapt kali, sebelum menjadi dewasa. Pupa larva (kepala, dada, perut), terdiri 8 segmen. Bernafas denagn organ di akhir tubuh (spiracles). Anopheles posisi horizontal terhadap permukaan ait. Larva culicine, spiraclesnya treletak di akhir organ tubular (siphon) yang merupakan perkembangan segmen perut nomor 8, menggantung di permukaan air, siphjon dilekatkan bawah muka iar untuk bernafas.

Pupa

Tidak makan dalam satu atau beberapa hari terjadi perubahan morfologi dan fisiologi, transisi larva ke dewasa. Pupa sangat mobil dapat meyelam jika diganggu. Pupa istirahat di permukaan, bernafas di permukaan dengan menggunakan sepasang trompet pernafasan pada daerah dada.

Dewasa

Setelah 5-10 hari meletakkan telur, nyamuk idewasa beristirahat beberapa menit di kulit ppupanya sambil memekarkan sayapnya sehingga cukup kuat untuk terbang. Proboscisnya panjang dan masih lembut pada hari pertama setelah keluar. Kedua jenis kelamin pada saat tersebut masih makan sari/cairan tanaman. Betina makan darah, karena perkembangan telur tergantung darah.

c. Bionomik

Faktor iklim, memainkan peranan penting dalam penyebaran, perilaku daya tahan dan kemampuan vector. Air merupakan media esensial, yang tenang maupun mengalir, bersih maupun terpolusi, berasa ataupun tidak, teduk maupun tidak, permanen maupun intermiten merupakan factor predominan perkembangan naymuk. Pada tahap matur dan dewasa sangat tergantung lingkungan, dewasa butuh air untuk meletakkan telur.

Faktor fisik, Faktor perkembangan tahap imatur tergantung suhu. Ada hubungan langsung antara suhu dan perkembangan. Contoh, Nyamuk yang berkembangbiak di daerah tropik biasanya pada suhu 23-33 o C, siklus hidup komplit setelah 2 minggu. Hujan yang cukup dapat meningkatkan perkembangan. Tetapi hujan lebat dan berulang mengakibatkan banjur dan

Sutopo Patria Jati 4

Page 5: Nambah Ilmu Tentang Pengendalian Vektor

menggelontor tempatperindukan sehingga mengurangi populasi nyamuk. Dapat hidup di temapt teduh maupun tidak. Sinar langsung mengendalikan malaria ole A minimus da A dinus.

Faktor Biologis, Tanaman, tempat perindukan. Larva tidak ditemukan di permukaan badan air yang luas atau air bersih yang dalam (danau, kolam, sungai dan reservoir). A. gambiae menyukai genangan dangkal dan kolam buatan bekas hujan. Lingkungan air (tanaman) = larva Aedes menyukai kontainer kecil.

Pencemaran Air dan Faktor Kimia, A funestus menyukai air bersih dengan tanaman. A sundaicus menyukai air payau. Culex menyukai air terpolusi berat, a gambiae menyukai bekas telapak kaki, kolam.

D. Konsep Pengendalian Vektor Terpadu

a. Manajemen Lingkungan untuk Pengendalian Vektor

Merupakan perencanaan, pengorganisasian, perawatan dan pengawasan terhadap kegiatan dengan memodifikasi dan atau memanipulasi factor lingkungan atau hubungannya dengan manusia dengan cara mencegah atau mengurangi perindukan vector dan menurunkan kontak manusia dan vector.

b. Modifikasi Lingkungan

Manajemen lingkungan yang meliputi perubahan fisik secara permanen tehadap tanah, air, dan tanaman yang ditujukan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vector tanpa menyebabkan dampak yang merugikan kualitas lingkungan.

Meliputi : drainase, pengisian/penimbunan, peninggian tanah, perubahan dan batas pinggir kolam. Biasanya secara permanen dan alamiah, operasi yang handal dan adekuat.

c. Manipulasi Lingkungan

Merupakan bentuk manajemen lingkungan yang meliputi beberapa kegiatan berulang yang direncanakan ditujukan dengan menghasilkan kondisi sementara yang tidak disukai untk perkembangbiakan vector pada habitatnya.

Contoh : Perubahan salinitas, penggelontoran arus air, pengaturan ketinggian reservoir, pengeringan atau penggenangan kubangan, penghilangan vegetasi, melindungi atau memaparkan terhadap sinar matahari.

d. Modifikasi atau Manipulasi Kebiasaan dan Perilaku Manusia

Manajemen lingkungan yang bertujuan menurunkan kontak manusia dengan vector.

Contoh : tempat tinggal jauh dari sumber vector, melindungi rumah dari nyamuk, memakai pelindung diri dan hygiene, instalasi penyediaan air bersih, pembuangan air limbah dan ekskreta, pencucian, mandi, zoopropilaksis, penempatan kandang yang strategis.

Sutopo Patria Jati 5

Page 6: Nambah Ilmu Tentang Pengendalian Vektor

Daftar Pustaka

1. H.J. Mukono, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya, 2000.

2. Kumpulan Undang-Undang Lingkungan Hidup tahun 1997-2002, Bapedal, Jakarta, 2002.

3. Slamet, J.S, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2002.

4. UU No. 23 Tahun 1997, Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta, 1997.

Sutopo Patria Jati 6