NAJAH SYAMIYAH
-
Upload
dian-rachmat-saputro -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
Transcript of NAJAH SYAMIYAH
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
1/122
FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2
PADA WANITA DI PUSKESMAS KECAMATAN
PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
NAJAH SYAMIYAH
NIM: 1110101000060
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
2/122
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HidayatullahJakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Agustus 2014
Najah Syamiyah
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
3/122
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
EPIDEMIOLOGI
Srkipsi, Agustus 2014
Najah Syamiyah, NIM: 1110101000060
Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014
xviii + 103 halaman, 3 bagan, 9 tabel, 3 lampiran
ABSTRAK
Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia meningkat dari tahun 2007
yakni sebesar 1,1% menjadi 2,1% pada tahun 2013. Prevalensi Diabetes di
Indonesia tahun 2013 lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pada
laki-laki. DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi Diabetes
Mellitus tipe 2 tertinggi di Indonesia. Terjadi peningkatan jumlah kasus baru
Diabetes Mellitus tipe 2 setiap tahunnya di wilayah Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan disain case controlstudy. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnikPurposive Samplingdengan
jumlah sampel sebanyak 237 wanita terdiri dari 112 kelompok kasus dan 125
kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang berisiko terhadap kejadian
Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
adalah riwayat keluarga menderita DM dengan OR 4,784 (95% CI 2,693-8,500).
Sedangkan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4.000 gram (Makrosomia) dan
riwayat hipertensi bukan merupakan faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe
2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014. Disarankankepada petugas kesehatan dan puskemas untuk meningkatkan program skrining
faktor risiko dan promosi kesehatan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 kepada
masyarakat.
Kata Kunci: Diabetes Mellitus Tipe 2, wanita, riwayat keluarga, makrosomia,
hipertensi
Daftar bacaan: 81 (1995-2014)
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
4/122
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY
Epidemiology
Undergraduate Thesis, August 2014
Najah Syamiyah, NIM: 1110101000060
Risk Factors of Type 2 Diabetes Mellitus Among Women in Pesanggrahan Public
Health Center, South Jakarta in 2014.
xviii+ 103 pages, 3 charts, 9 tables, 3 attachments
ABSTRACT
The prevalence of Diabetes Mellitus in Indonesia has increased from 1,1%
in 2007 to 2,1% in 2013 Prevalence of Diabetes in Indonesia in 2013 was found
more in women than men. Jakarta was one of the provinces with high prevalence
of type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia. Each year, there was an increasing
number of new cases of Type 2 Diabetes Mellitus in Pesanggrahan Sub-district,
South Jakarta. Therefore, the study was conducted to determine the risk factors of
Type 2 Diabetes Meliitus among women in Pesanggrahan Public Health Center,
South Jakarta in 2014.
This research was analytic study which used case control study design.Purposive sampling technique was performed to recruit samples and the sample
size of this study was 237 women consisted of 112 cases and 125 controls.
Based on the results, the risk factors on the incident of type 2 Diabetes
Mellitus among women in Pesanggrahan Public Health Center was a family
history of Diabetes Mellitus with OR of 4.784 (95% CI 2.693 to 8.500). While
history of giving birth more than 4,000 grams (Macrosomia) and hypertension
history were not at risk of incident type 2 Diabetes Mellitus in women in this
study. It is recommended for health personnel and public health centers to
improve screening and health promotion program of type 2 Diabetes Mellitusrelated to risk factor to the community.
Keywords: Type 2 Diabetes Mellitus, woman, family history, macrosomia,
hypertension
Reference: 81 (1995-2014)
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
5/122
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2
PADA WANITA DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN
JAKARTA SELATAN TAHUN 2014
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
NAJAH SYAMIYAH
1110101000060
Jakarta, Agustus 2014
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM
NIP. 19750215 200901 2 003 NIP. 19800516 200901 2 005
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
6/122
v
PANITIA SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Agustus 2014
Mengetahui,
Penguji I,
Narila Mutia Nasir, Ph.D
19800604 200312 2 017
Penguji II,
Hoirun Nisa, Ph.D19790427 200501 2 005
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
7/122
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Najah Syamiyah
Tempat, Tanggal Lahir :Damascus, 26 Juni 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mampang Prapatan VII Rt 002/06 No.2
Jakarta Selatan
No. telp : 0857 1515 2925
Email :[email protected]
Riwayat Pendidikan
1. 1998 - 2004 : SD Islam Pelita Pasar Minggu
2. 2004 - 2007 : MTsN Tambakberas Jombang
3. 2007 - 2010 : SMA Almahadul Islami Beji, Pasuruan
4. 2010 - sekarang : S1-Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Riwayat Organisasi
1. 2006 - 2007 : Sekretaris OSIS MTsN Tambakberas Jombang.
2. 2008 - 2010 : Staf Pendidikan ISPI YAPI Bangil.
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
8/122
vii
3. 2010 - 2011 : Anggota Muda Korps Sukarela (KSR) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4.
2011 - 2012 : Staf Departemen Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat PAMI (Pergerakan Anggota Muda IAKMI)
Jakarta Raya.
5. 2012 - 2013 : Biro Kesekretariatan PAMI (Pergerakan Anggota Muda
IAKMI) Jakarta Raya.
6. 2012 - 2013 : Staf Departemen PSDM BEM Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. 2012- sekarang : Guru Ekstrakurikuler Sempoa RA/ TK Islam Al Hasanah
Pengalaman Penelitian
1. Hubungan Pola Konsumsi Serat Terhadap Frekuensi Defekasi pada
Mahasiswa PSKM Angkatan 2009 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Skrining Faktor Risiko PJPD di wilayah kerja Kota Bogor Juni tahun 2012.
3. Gambaran Distribusi Kasus Diare dan Faktor Risiko Diare di Wilayah 2
Rempoa Berdasarkan Pendekatan Spasial Periode Januari-Oktober 2012.
4. Survei Cepat Gambaran Pengetahuan Ibu dan Status Sosial Ekonomi
Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat 2012.
5. Gambaran Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe II Pada Guru Tk Bani Saleh 2
Kota Bekasi.
6. Gambaran Pelaksanaan Program PMTCT (Prevention Mother to Child
Transmission) di Puskesmas Jakarta Selatan.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
9/122
viii
Pengalaman Kerja
1. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) di Puskesmas Pondok Jagung Januari
s/d Februari 2013.
2. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL II) di Puskesmas Pondok Jagung Maret
s/d Juni 2013.
3. Mengajar di TPA (Taman Pendidikan Al Quran) An Nur Cipete Utara tahun
20072010.
4. Mengajar di TK Islam AL Hasanah Tahun 2010 s/d sekarang.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
10/122
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat ilmu kepada
manusia agar mengenali dunia dengan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan
umat. Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi karena telah memberikan kami nikmat
sehat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor Risiko
Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2014 ini tepat waktu.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka meraih
gelar sarjana strata 1 (S1) Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Atas selesainya skripsi ini, tidak lupa ucapan terimakasih
disampaikan kepada :
1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.
2. Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.
3. Ibu Minsarnawati Tahangnaca, SKM, M.Kes selaku dosen penanggung jawab
Peminatan Epidemiologi sekaligus pembimbing ke-1 skripsi.
4. Ibu Riastuti K.W., SKM, MKM selaku dosen pembimbing ke-2 skripsi.
5.
Ibu Narila Mutia, Ph.D dan Ibu Hoirun Nisa, Ph.D selaku dosen penguji
Sidang Skripsi.
6. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku dosen penasihat akademik.
7. Orang tua yang tiada henti berdoa dan berjuang untuk mendukung serta
membiayai peneliti.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
11/122
x
8. Seluruh tim dosen pengajar Peminatan Epidemiologi khususnya Bapak Sholah
Imari dan Ibu Meilani Anwar.
9.
Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2010 yang setia
memberikan dukungan dan motivasi khususnya teman-teman Peminatan
Epidemiologi.
10.Seluruh jajaran staf di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
11.Seluruh warga Kecamatan Pesanggrahan yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
12.Kelima saudara kandung yang menjadi penyemangat dan membantu
meringankan beban penulis.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua dan berharap ada kritik atau saran yang membangun untuk skripsi ini.
Jakarta, Agustus 2014
Najah Syamiyah
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
12/122
xi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah Sang Pencipta
kupersembahkan tulisan sederhana ini
Untuk setiap tetes keringat dan letih Abi yang tiada
pernah terhitung untukku,,,
Untuk setiap hembusan nafas dan kelembutan Umi
yang takkan pernah terbalaskan olehku,,,
Untuk Almarhumah Nenekku tercinta Hj. Romlah
binti Hasan, Terima kasihku atas kasih sayang
seorang nenek yang hebat sepertimu,,,
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
13/122
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.4.1 Tujuan Umum.................................................................................. 8
1.4.2 Tujuan Khusus................................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11
2.1 Definisi Diabetes Mellitus ................................................................ 11
2.2 Klasifikasi Diabetes .......................................................................... 12
2.3 Gejala Klinis ..................................................................................... 16
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
14/122
xiii
2.4 Patogenesis dan Patofisiologi ........................................................... 18
2.5 Diabetes Mellitus Pada Wanita ......................................................... 20
2.6 Faktor Risiko Diabetes Mellitus ....................................................... 22
2.6.1 Faktor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi ............................. 23
2.6.2 Faktor Risiko yang dapat dimodifikasi....................................... 27
2.7 Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus ......................................... 40
2.8 Konsep Kejadian Penyakit Tidak Menular ....................................... 43
2.9 Kerangka Teori ................................................................................. 48
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................ 49
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 49
3.2 Definisi Operasional ......................................................................... 52
3.3 Hipotesis ........................................................................................... 54
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 55
4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 55
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 56
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 56
4.3.1 Populasi........................................................................................... 56
4.3.2 Sampel............................................................................................ 57
4.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 59
4.4.1Data Primer..................................................................................... 60
4.4.2 Data Sekunder................................................................................ 60
4.5 Pengolahan Data ............................................................................... 60
4.5.1 Pemeriksaan Data (Editing)......................................................... 61
4.5.2 Pemberian Kode (Coding)............................................................ 61
4.5.3 Penyuntingan Data (DataEditing).............................................. 61
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
15/122
xiv
4.5.4 Pemasukan Data (DataEntry)..................................................... 61
4.5.5 Pembersihan Data (Data Cleaning)............................................. 62
4.6 Analisis Data .................................................................................... 62
4.6.1 Analisis Univariat.......................................................................... 62
4.6.2 Analisis Bivariat............................................................................ 63
BAB V HASIL ..................................................................................................... 65
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 65
5.2 Analisis Univariat ............................................................................ 67
5.2.1 Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kelompok
Usia................................................................................................. 67
5.2.2 Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Wilayah....... 68
5.2.3 Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2
berdasarkan Kelompok Kasus dan Kontrol............................... 69
5.2.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kelompok
Usia................................................................................................. 71
5.3 Analisis Bivariat................................................................................ 72
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 74
6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 74
6.2 Gambaran Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ......................... 74
6.3 Gambaran dan Risiko Riwayat Melahirkan Bayi Lebih dari 4.000gram terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ......................... 79
6.4 Gambaran dan Risiko Riwayat Keluarga Mendrita DM terhadap
Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ............................................ 82
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
16/122
xv
6.5 Gambaran dan Risiko Riwayat Hipertensi terhadap Kejadian
Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2014 ............................................................... 85
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 90
7.1 Simpulan .......................................................................................... 90
7.2 Saran ................................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 93
Lampiran ............................................................................................................. 100
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
17/122
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.9.1 Kerangka Teori ... 48
Bagan 3.1.1 Kerangka Konsep Penelitian 51
Bagan 4.1.1 Rancangan Penelitian Case Control .................................................. 56
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
18/122
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.6.1 Hipertensi Menurut Kelompok Usia ................................................. 33
Tabel 2.6.2 Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi pe Hari untuk
Kelompok Wanita Dewasa Usia 29 - >65 tahun.............................. 38
Tabel 4.3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan P2 dari Penelitian Sebelumnya . 59
Tabel 5.2.1 Distribusi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita
Berdasarkan Usia saat Diagnosa di Puskesmas KecamatanPesanggrahan Tahun 2014 .. 67
Tabel 5.2.2 Distribusi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita
Berdasarkan Wilayah di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2014 . 68
Tabel 5.2.3 Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2
berdasarkan Kelompok Kasus dan Kontrol pada Wanita di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 . 69
Tabel 5.2.4 Gambaran Status Keluarga Menderita DM pada Wanita di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 ..... 70
Tabel 5.2.5 Distribusi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2
berdasarkan Kelompok Usia pada Wanita di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2014 .. 71
Tabel 5.3.1 Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014 . 72
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
19/122
xviii
DAFTAR ISTILAH
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
DM : Diabetes Mellitus
DMG : Diabetes Mellitus Gestasional
HDL :High Density Lipoprotein
IDF :Internasional Diabetes Federation
IMT : Indeks Massa Tubuh
Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KIE : Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
LDL :Low Density Lipoprotein
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu
PTM : Penyakit Tidak Menular
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
WHO : World Health Organization
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
20/122
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian
terbanyak di Indonesia. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab
kematian adalah stroke (15,4%), diikuti hipertensi, Diabetes, kanker, dan
penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM tidak hanya terjadi
di perkotaan melainkan juga perdesaan (Kemenkes RI, 2011). Penyakit
Diabetes merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut juga menjadi
masalah kesehatan yang cukup besar bagi masyarakat dan negara. Diabetes
Mellitus sering disebut sebagai The Great Imitator, karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan (Baradero dkk, 2005).
Pada tahun 2000, 3,2 juta orang meninggal akibat komplikasi yang
terkait dengan Diabetes. Di negara-negara dengan prevalensi Diabetes
tinggi, seperti wilayah Pacifik dan Timur Tengah, sebanyak satu dari empat
kematian pada orang dewasa berusia antara 35 dan 64 tahun adalah akibat
Diabetes. Diabetes telah menjadi salah satu penyebab utama penyakit dini
dan kematian di sebagian besar negara, terutama melalui peningkatan risiko
penyakit kardiovaskular (CVD). Penyakit kardiovaskular menyebabkan
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
21/122
2
risiko kematian sebesar 50% dan 80% pada penderita Diabetes. Diabetes
juga merupakan penyebab utama kebutaan, amputasi dan gagal ginjal
(WHO dan IDF, 2004).
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai
oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal yang disebabkan oleh
kekurangan hormon insulin yang di hasilkan oleh pankreas sehingga dapat
menurunkan kadar gula darah (Adiningsih, 2011). Indonesia kini telah
menduduki rangking keempat jumlah penyandang Diabetes terbanyak
setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang Diabetes pada tahun 2003
sebanyak 13,7 juta orang (PDPERSI, 2011).
Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Mellitus
(DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan pada hasil Riset
kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi
penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah
perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Sedangkan di daerah
pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Kemenkes RI, 2009).
Menurut data survey NCD tahun 2008 di Indonesia, dari seluruh penyebab
kematian pada semua usia 3% disebabkan oleh Diabetes (WHO, 2011).
Menurut hasil Riskesdastahun 2013 , terjadi peningkatan prevalensi
Diabetes Mellitus di Indonesia pada tahun 2007 yakni sebesar 1,1%
menjadi 2,1% pada tahun 2013. Hasil analisis gambaran prevalensi
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
22/122
3
Diabetes Mellitus berdasarkan jenis kelamin di Indonesia pada tahun 2013
juga menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes pada wanita lebih banyak
(1,7%) dibandingkan pada laki-laki (1,4%). Sedangkan berdasarkan
wilayahnya, prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia tahun 2013 lebih
besar di perkotaan (2%) dibandingkan dengan di pedesaan (1%).
Hasil penelitian epidemiologi di Jakarta (daerah urban)
membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1,7 % pada tahun
1982 menjadi 5,7 % pada tahun 1993 (Pranoto, 2006). Sementara
berdasarkan data Riskesdas2007, prevalensi penyakit Diabetes tertinggi ada
pada DKI Jakarta sebesar 2,6% di atas angka nasional sebesar 1,1%. Angka
tersebut masih bertahan menurut hasil Riskesdastahun 2013, dimana DKI
Jakarta merupakan provinsi kedua terbanyak dengan prevalensi Diabetes
Mellitus yakni sebesar 2,5% setelah Yogyakarta (2,6%). Prevalensi
Diabetes di Jakarta Selatan adalah 1,9% terbanyak kedua setelah Jakarta
Pusat (4,8%) (Nuryati, 2009). Namun, informasi terkait prevalensi
Diabetes Mellitus di setiap wilayah Kota di DKI Jakarta tahun 2013 belum
bisa diketahui.
Kejadian Diabetes Mellitus seringkali lebih banyak ditemukan pada
daerah perkotaan dibandingkan pada daerah pedesaan. Salah satu faktor
risiko yang berhubungan dengan Diabetes Mellitus adalah kurangnya
aktivitas fisik. Ternyata berdasarkan hasil Riskesdas2007 didapatkan
bahwa masyarakat yang kurang melakukan aktivitas fisik didaerah
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
23/122
4
pedesaan sebesar 42,4% sementara didaerah urban lebih banyak yakni
mencapai 57,6% (Kemenkes RI, 2011).
Faktor sosial ekonomi, serta adanya perubahan gaya hidup diduga
telah menyebabkan peningkatan besaran kasus-kasus penyakit tidak
menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini Diabetes Mellitus pada
wanita. Perilaku makan yang tidak sehat seperti tinggi lemak, kurang sayur
dan buah, makanan asin, makanan manis, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko
penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis
kelamin dan keturunan (Nuryati dkk, 2009).
Penyakit Diabetes Mellitus seringkali dapat dijumpai pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena pada
perempuan memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat trigliserida yang
lebih tinggi dibandingkan dengan laki laki, dan juga terdapat perbedaan
dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang sangat
mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus (Gusti & Erna,
2014).
Wanita lebih berisiko mengidap Diabetes karena secara fisik wanita
memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar.
Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang
membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
24/122
5
hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita Diabetes Mellitus
tipe2 (Irawan, 2010 dalam Trisnawati, 2013).
Hubungan gaya hidup dan status gizi dengan kejadian Diabetes
Mellitus pada wanita dewasa di DKI Jakarta diteliti oleh Siti dan teman-
temannya pada tahun 2009. Dari sekian variabel yang diteliti berdasarkan
analisis multivariat, variabel yang paling berkaitan dengan kejdian DM
pada wanita di DKI Jakarta adalah usia 45 tahun dan konsumsi makanan
atau minuman manis. Sama halnya dengan hasil Riskesdastahun 2013 yang
menggambarkan prevalensi Diabetes Mellitus paling banyak di derita oleh
penduduk berusia di atas 45 tahun.
Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM (Bina Gizi Masyarakat)
pada tahun 1996-1997 menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan lebih
banyak pada kelompok perempuan yakni sebesar 20% sedangkan pada
laki-laki sebesar12,8% (Almatsier, 2006). Sebagaimana diketahui dalam
berbagai penelitian, bahwa kegemukan atau obesitas merupakan faktor
risiko kejadian diabates Mellitus tipe 2 yang cukup besar. Dengan demikian
perempuan memiliki risiko yang cukup besar terhadap Diabates Mellitus
tipe 2. Selain itu, ada faktor risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 yang sangat
melekat pada wanita yakni riwayat Diabetes Gestasional atau riwayat
pernah melahirkan bayi dengan berat 4.000gram. Masih perlu dilakukan
sebuah penelitian untuk membuktikan bahwa variabel tersebut merupakan
salah satu faktor risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 pada wanita.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
25/122
6
Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang faktor risiko
yang mempengaruhi kejadian Diabetes Mellitus tipe 2, namun faktor risiko
yang ditemukan pada wilayah yang berbeda belum tentu sama. Sehingga
masih perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor risiko Diabetes
Mellitus tipe 2 pada salah satu wilayah tertentu yang belum diketahui.
Menurut data dari Sudinkes Jakarta Selatan, kasus baru Diabetes Mellitus
di Kecamatan Pesanggrahan meningkat dari 178 kasus pada tahun 2011
menjadi 357 kasus baru pada tahun 2012 (Erviana dkk, 2013). Kemudian
pada tahun 2013 berdasarkan laporan puskesmas pesanggrahan, kasus baru
Diabetes yang tercatat meningkat menjadi 421 kasus. Jumlah kasus baru
Diabetes Mellitus di puskesmas Pesanggrahan semakin meningkat,
meskipun Program Pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2 juga sudah
dijalankan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan sejak tahun 2008. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti faktor risiko kejadian Diabetes
Mellitus pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Diabetes Mellitus merupakan masalah penyakit tidak menular yang
membebani masyarakat karena dapat mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai macam keluhan serta komplikasi. Prevalensi
Diabetes Mellitus di Indonesia juga terbukti meningkat sejak tahun 2007
hingga sekarang. Dimana prevalensi Diabetes Mellitus selalu lebih tinggi di
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
26/122
7
wilayah perkotaan dari pada di pedesaan. Selain itu, prevalensi Diabetes
Mellitus menurut hasil Riskesdastahun 2013 lebih banyak ditemukan pada
wanita dibandingkan laki-laki.
Sebagaimana tercatat dalam data Riskesdastahun 2013, bahwa DKI
Jakarta memiliki prevalensi penyakit Diabetes tertinggi kedua diantara
provinsi lainnya yakni sebesar 2,5% diatas angka nasional. Sedangkan
diantara wilayah Kotamadya di DKI Jakarta, Jakarta Selatan merupakan
wilayah kotamadya dengan prevalensi kasus Diabetes Mellitus sebesar
1,9%. Jumlah kasus baru dari tahun 2011 dan 2012 di Puskesmas
Pesanggrahan berturut-berturut meningkat mulai dari 178 menjadi 357
kasus. Jumlah tersebut tetap meningkat menjadi 421 kasus baru pada tahun
2013. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian Diabetes
Mellitus pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan tahun 2014.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita
di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014
berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu?
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
27/122
8
2. Bagaimana gambaran faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2
pada wanita (riwayat melahirkan bayi 4.000 gr, riwayat keluarga
menderita DM, dan riwayat hipertensi) di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014 berdasarkan distribusi
orang, tempat, dan waktu?
3. Apakah riwayat melahirkan bayi dengan berat 4.000 gram, riwayat
keluarga menderita DM, dan riwayat hipertensi merupakan faktor
risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe
2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan tahun 2014.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.
Mengetahui gambaran kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita
di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014
berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu.
2. Mengetahui gambaran faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2
pada wanita (riwayat melahirkan bayi 4.000 gr, riwayat keluarga
menderita DM, dan riwayat hipertensi) di Puskesmas Kecamatan
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
28/122
9
Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014 berdasarkan distribusi
orang, tempat, dan waktu.
3. Mengetahui risiko riwayat melahirkan bayi dengan berat 4.000gram
terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
4. Mengetahui risiko riwayat keluarga menderita DM terhadap kejadian
Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2014.
5. Mengetahui risiko riwayat hipertensi terhadap kejadian Diabetes
Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan tahun 2014.
1.5 Manfaat Penelitian
a.Bagi peneliti
Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan
yang diperoleh peneliti tentang metodologi penelitian, epidemiologi
penyakit tidak menular khususnya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2.
b.
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan khususnya di perpustakaan besar
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
diharapkan bermanfaat sebagai data awal dan referensi untuk
penelitian lebih lanjut.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
29/122
10
c.
Bagi Puskesmas dan Masyarakat
1. Menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko apa saja
yang mempengaruhi kejadian Diabetes Mellitus khususnya pada
penderita Diabetes di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan
2. Menambah pengetahuan faktor risiko yang paling berpengaruh
terhadap kejadian Diabetes Mellitus.
3. Membantu dalam perencanaan dan pengembangan program
pengendalian penyakit Diabetes .
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan pada bulan April-Juni 2014. Penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014. Yang melakukan
penelitian ini adalah mahasiswi kesehatan masyarakat angkatan 2010 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Disain penelitian yang digunakan adalah disain
case control study dengan Purposive Sampling sebagai tehnik
pengambilan sampel. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat
berdasarkan distribusi orang, tempat, dan waktu serta analisis bivariat
terhadap beberapa variabel faktor risiko dengan menggunakan uji OR.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
30/122
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diabetes Mellitus
MenurutAmerican Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes
Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan
bahwa Diabetes Mellitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan
dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat
dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin
absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Diabetes Mellitus (DM)
merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa
darah (gula darah) melebih nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu
sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau
sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan
multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia.
Gejala yang timbul disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin atau ada
insulin yang cukup tetapi tidak efektif. Diabetes Mellitus seringkali
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
31/122
12
dikaitkan dengan gangguan sistem mikrovaskular dan makrovaskular,
gangguan neuropatik, dan lesi dermopatik (Baradero dkk, 2005).
Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat
menghasilkan insulin (hormon pengatur gula darah) atau insulin yang
dihasilkan tidak mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Oleh
karena itu akan menyebabkan gula darah meningkat saat diperiksa.
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang
bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi
dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya
neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nepropati, gangren, dan
lainnya (Mihardja, 2009).
Seseorang dinyatakan menderita Diabetes Mellitus apabila pada
pemeriksaan laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa darah dalam
keadaan puasa pagi hari 126 mg/dL atau 2 jam sesudah makan 200
mg/dL atau bila sewaktu/sesaat diperiksa >200mg/dL. Diabetes merupakan
suatu penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
mengubah makanan menjadi energy (Soegondo, 2008).
2.2 Klasifikasi Diabetes
Penyakit Diabetes diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis
diantaranya adalah:
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
32/122
13
1) `Diabetes Mellitus Tipe 1
DM tipe 1 sering dikatakan sebagai Diabetes Juvenile onset
atau Insulin dependent atau Ketosis prone, karena tanpa insulin
dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan
ketoasidosis. Istilah Juvenile Onsetsendiri diberikan karena onset
DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada
usia 11-13 tahun. Sedangkan istilah Insulin dependent diberikan
karena penderita Diabetes Mellitus sangat bergantung dengan tambahan
insulin dari luar. Ketergantungan insulin tersebut terjadi karena terjadi
kelainan pada sel beta pankreas sehingga penderita mengalami
defisiensi insulin. Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang
beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar glukagon plasma yang
meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus
yang semestinya meningkatkan sekresi insulin (Omar dalam Poretsky,
2010).
Diabetes tipe ini ditandai dengan insulinopenia berat dan
ketergantungan pada insulin eksogen untuk mencegah ketosis dan agar
tetap hidup. Diabetes tipe 1 juga bisa disebut IDDM (Diabetes Mellitus
tergantung insulin) (Behrman, 2000).
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
33/122
14
2) Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Tipe 2 disebabkan oleh gabungan resistensi perifer
terhadap kerja insulin dengan respons kompensasi sekresi insulin yang
tidak adekuat oleh sel-sel beta pankreas. Tipe ini disebut juga Diabetes
Mellitus Tidak Bergantung Insulin (DMTTI) atau non insulin
dependent (Robins and Cotran, 2006). Peningkatan prevalensi DM Tipe
2 dipengaruhi oleh faktor resiko Diabetes Mellitus. Faktor yang tidak
dapat di modifikasi diantaranya usia, jenis kelamin, riwayat keluarga,
sedangkan faktor yang dapat di modifikasi adalah obesitas, pola makan
yang sehat, aktifitas fisik, dan merokok (Adiningsih, 2011).
Pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2, produksi insulin masih
dapat dilakukan, tetapi tidak cukup untuk mengontrol kadar gula darah.
Ketidakmampuan insulin dalam bekerja dengan baik tersebut disebut
dengan resistensi insulin. Diabetes Mellitus Tipe 2 biasanya terjadi
pada orang yang lanjut usia dan mereka hanya mengalami gejala yang
ringan. Diabetes Mellitus Tipe 2 juga pada umumnya disebabkan oleh
obesitas (Charles & Anne, 2010).
Orang yang gemuk dan memiliki riwayat keluarga dengan
riwayat DM berisiko tinggi untuk terkena Diabetes Melitus tipe 2.
Obesitas bisa juga dikaitkan dengan pola makan dan pola hidup yang
monoton. Resistensi insulin dapat menghalangi absorpsi glukosa ke
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
34/122
15
dalam otot dan sel lemak sehingga glukosa dalam darah meningkat.
Hiperglikemia ini dapat meningkatkan perlawanan terhadap insulin dan
memperberat hiperglikemia. Begitu juga dengan resistensi insulin yang
meningkat dengan adanya obesitas (Baradero dkk, 2005).
Apabila otot dan sel lemak menjadi resisten terhadap insulin,
maka akan menimbulkan lingkaran setan. Kompensasi terhadap
perlawanan ini akan timbul. Pulau Langerhans dari pankreas akan
menghasilkan lebih banyak insulin untuk mempertahankan gula darah
dalam kadar yang normal. Akan tetapi akhirnya, pankreas tidak dapat
lagi meneruskan kompensasi dan berhenti menghasilkan insulin. Selain
itu, masih ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan resistensi
insulin seperti lansia karena berkurangnya massa otot dan
meningkatnya sel lemak (Baradero dkk, 2005).
3)
Diabetes Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan
toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat
kehamilan sedang berlangsung. Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24
minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan kembali normal
pada setelah melahirkan (Kemenkes RI, 2008). Patofisiologi Diabetes
Mellitus Gestasional mirip dengan Diabetes Mellitus tipe 2.
Dimungkinkan bahwa 30-50% penderita Diabetes Mellitus Gestasional
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
35/122
16
data berkembang menjadi Diabetes Mellitus tipe 2 dalam kurun waktu
10 tahun (Davey, 2005).
Kehamilan berhubungan erat dengan Diabetes. Kontrol gula
darah yang buruk dapat menyebabkan komplikasi terhadap ibu dan
anak yang dilahirkan. Bahkan menurut hasil penelitian yang dilakukan
oleh lembaga penelitian kesehatan ibu dan anak CEMACH, bahwa
meskipun peningkatan kontrol Diabetes sudah dilakukan oleh sang ibu,
bayi yang dilahirkan masih berisiko terkena komplikasi. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu enderita Diabetes bersiko (Charles & Anne, 2010):
a. Meninggal 5 kali lebih besar
b. Cacat 2 kali lebih besar
c. Dilahirkan dengan bobot >4 kg atau 2 kali lebih besar
2.3 Gejala Klinis
Berikut ini merupakan gejala yang umumnya dirasakan oleh
penderita Diabetes Mellitus (Tobing dkk, 2008):
1) Sering buang air kecil. Tingginya kadar gula dalam darah yang
dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh maka
buang air kecil menjadi lebih banyak. Bahkan tidur di malam hari kerap
terganggu karena ingin buang air kecil.
2) Haus dan banyak minum. Banyaknya urin yang keluar menyebabkan
cairan tubuh berkurang sehingga kebutuhan akan air minum meningkat.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
36/122
17
3) Fatigue/ lelah , muncul karena energy menurun akibat berkurangnya
glukosa dalam jaringan dan sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi
tidak bisa optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya fungsi
insulin sehingga orang yang menderita Diabetes kekurangan energi.
4) Pusing dan berkeringat serta tidak dapat berkonsentrasi. Hal tersebut
disebabkan oleh menurunnya kadar gula. Setelah seseorang
mengkonsumsi gula, reaksi pankreas meningkat menimbulkan
hipoglikemik.
5) Meningkatnya berat badan disebabkan terganggunya metabolisme
karbohidrat karena hormone lainnya juga terganggu.
6) Gatal disebabkan oleh mengeringnya kulit akibat gangguan regulasi
cairan tubuh.
7)
Gangguan imunitas. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah
menyebabkan penderita Diabetes rentan terhadap infeksi. Hal tersebut
disebabkan oleh menurunnya fungsi sel-sel darah putih.
8) Gangguan mata. Penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan
cairan dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang karena
kelumpuhan pada otot mata.
9) Polyneuropathy atau gangguan sensorik pada saraf peripheral di kaki
dan tangan.
Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbgai
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
37/122
18
macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut
dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan sampai ketika seseorang pergi
ke pelayanan kesehatan dan diperiksa kadar glukosa darahnya. Terkadang
gambaran klinik dari Diabetes Mellitus tidak jelas dan baru ditemukan
pada saat pemeriksaan skrining atau pemeriksaan untuk penyakit lain
(Misnadiarly, 2006).
2.4 Patogenesis dan Patofisiologi
Apabila jumlah atau dalam fungsi insulin mengalami defisiensi,
hiperglikemia akan timbul sehingga menyebabkan Diabetes. Kekurangan
insulin bisa absolut apabila pancreas tidak menghasilkan sama sekali
insulin atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup,
misalnya yang terjadi pada DM tipe 1. Kekurangan insulin dikatakan relatif
apabila pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal, tetapi
insulinnya tidak bekerja secara efektif. Hal ini terjadi pada penderita DM
tipe 2, dimana telah terjadi resistensi insulin. Baik kekurangan insulin
absolut maupun relatif akan mengakibatkan gangguan metabolism bahan
bakar, untuk melangsungkan fungsinya, membangun jaringan baru, dan
memperbaiki jaringan (Baradero dkk, 2005).
Hormon insulin adalah hormon anabolik yang mendorong
penyimpanan zat gizi: penyimpanan glukosa sebagai glikogen di hati dan
otot, perubahan glukosa menjadi triasigliserol di hati dan penyimpanannya
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
38/122
19
di jaringan adipose, serta penyerapan asam amino dan sintesis protein di
otot rangka. Hormon ini juga meningkatkan sintesis albumin dan protein
darah lainnya oleh hati. Insulin meningkatkn penggunaan glukosa sebagai
bahan bakar dengan merangsang transport glukosa ke dalam otot dan
jaringan adipose. Pada saat yang sama, insulin bekerja menghambat
mobilisasi bahan bakar . Hormon insulin merupakan hormon polipeptida
yang disintesis oleh sel beta pankreas endokrin yang terdiri dari kelompok
mikroskopis kelenjar kecil atau pulau Langerhans, tersebar di seluruh
pankreas eksokrin (Marks dkk, 2000).
Insulin bekerja pada hidratarang, lemak, serta protein, dan kerja
insulin ini pada dasarnya bertujuan untuk mengubah arah lintasan
metabolik sehingga gula, lemak, dan asam amino dapat disimpan serta
tidak terbakar habis. Jika tidak ada insulin, lemak, gula, dan asam-asam
amino tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga unsur-unsur gizi tersebut
tetap berada di dalam plasma. Sebagai akibatnya, sel-sel tubuh mengalami
starvasi dan terjadi peningkatan kadar glukosa, kolesterol, serta lemak
(Jordan, 2002).
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam
lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam
derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk
meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke
jaringan terutama selsel otot, fibroblas dan sel lemak.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
39/122
20
2.5 Diabetes Mellitus Pada Wanita
Wanita lebih rentan menderita penyakit kronis, seperti Diabetes,
dan menderita cacat dibandingkan dengan laki-laki. Diperkirakan tahun
2015-2050 bahwa mayoritas kasus Diabetes Mellitus terjadi pada wanita.
Menurut Dinas Kesehatan Task Force Amerika Serikat, masalah Diabetes
pada wanita merupakan masalah yang sangat penting, karena terdapat
kaitan antara kehamilan dengan kejadian Diabetes Mellitus (CDC, 2011).
Diabetes kemungkinan menjadi sangat berat bagi perempuan.
Beban Diabetes pada wanita adalah unik karena penyakit ini dapat
mempengaruhi baik ibu dan anak-anak mereka yang belum lahir. Diabetes
dapat menyebabkan kesulitan selama kehamilan seperti keguguran atau
bayi lahir dengan cacat lahir. Wanita dengan Diabetes juga lebih mungkin
untuk memiliki serangan jantung, dan pada usia yang lebih muda, daripada
wanita tanpa Diabetes (American Diabetes Association).
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa banyak faktor risiko
untuk Diabetes seperti berat badan, obesitas, kurangnya aktivitas fisik yang
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dalam semua sub
kelompok populasi (CDC, 2001). Salah satu contohnya adalah sebuah
penelitian deskriptif tentang faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2 yang
dilakukan di RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada Mei-Oktober 2011.
Didapatkan bahwa 57% dari 138 kasus baru Diabetes Mellitus tipe 2 di
rumah sakit tersebut adalah perempuan.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
40/122
21
Riskesdastahun 2007 menyatakan bahwa 48.2 persen penduduk
Indonesia yang berusia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas
fisik, dimana kelompok perempuan yang kurang melakukan aktivitas fisik
(54.5 persen) lebih tinggi dari pada kelompok laki-laki (41,4 persen).
Selain itu kurang melakukan aktivitas fisik didaerah rural sebesar 42,4
persen sementara didaerah urban kurang melakukan aktivitas fisik telah
mencapai 57,6 persen (Kemenkes RI, 2011).
Selain Diabetes Mellitus tipe 2, wanita bisa mengalami jenis
Diabetes Mellitus gestasional yakni Diabetes yang terjadi saat hamil.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Ifan dan dua orang temannya pada tahun
2012 untuk mengetahui faktor risiko kejadian preDiabetes/ Diabetes
Mellitus gestasional di RSIA Sitti Khadijah I Kota Makassar. Dari hasil
penelitian tersebut disimpulkan bahwa usia ibu hamil dan riwayat
overweight merupakan faktor risiko kejadian preDiabetes/ Diabetes melitus
gestasional.
Dampak yang ditimbulkan oleh ibu penderita Diabetes melitus
gestasional adalah ibu berisiko tinggi terjadi penambahan berat badan
berlebih, terjadinya preklamsia, eklamsia, bedah sesar, dan komplikasi
kardiovaskuler hingga kematian ibu. Setelah persalinan terjadi, maka
penderita berisiko berlanjut terkena Diabetes tipe 2 atau terjadi Diabetes
gestasional yang berulang pada masa yang akan datang. Sedangkan bayi
yang lahir dari ibu yang mengalami Diabetes gestasional berisiko tinggi
untuk terkena makrosomia, trauma kelahiran (Pratama dkk, 2012) .
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
41/122
22
Menjaga kesehatan wanita sangatlah penting. Dengan mengetahui
risiko kejadian penyakit pada wanita, berguna untuk menentukan upaya-
upaya pencegahan penyakit pada wanita termasuk Diabetes Mellitus. Jika
perkembangan Diabetes Mellitus pada wanita tidak segera dikendalikan
dan dicegah, tentu akan mepengaruhi status kesehatan masyarakat, dimana
wanita memilki tugas penting dalam status reproduksi seperti melahirkan
keturunan. Menjaga kesehatan wanita bukan hanya berharga bagi keluarga,
tetapi juga untuk masyarakat dan negara.
2.6 Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Risiko adalah probabilitas atau kemungkinan terjadinya penyakit
atau gangguan kesehatan. Sedangkan Faktor risiko atau Risk Factor
merupakan salah satu istilah dari risiko berupa penjabaran dari faktor-
faktor determinan epidemiologi suatu penyakit yang menentukan
kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko bisa berupa
karakteristik, perilaku, gejala, atau keluhan dari seseorang yang tidak
menderita yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden
sebuah penyakit (Bustan, 2008).
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit multifaktoral dengan
komponen genetik dan lingkungan yang memberikan kontribusi sama
kuatnya terhadap proses timbulnya penyakit tersebut. Sebagian faktor dapat
dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara sebagian lainnya
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
42/122
23
tidak dapat diubah. Faktor risiko Diabetes Mellitus antara laian adalah
kadar glukosa darah yang tinggi, riwayat keluarga menderita DM, obesitas,
kurang aktivitas fisik, usia, hipertensi, riwayat DM saat hamil, dan Sindrom
Polikistik pada wanita (Michael dkk, 2005).
Pengukuran faktor risiko DM dilakukan terhadap masyarakat yang
berusia 20 tahun ke atas sesuai dengan jenis faktor risiko yang disebutkan
pada consensus PERKENI 2006 (Kemenkes RI, 2008). Ruang Lingkup
Faktor Risiko DM dibagi atas dua faktor yaitu faktor yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
2.6.1 Faktor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi (unmodifiable risk
factor), Faktor risiko yang sudah melekat pada seseorang sepanjang
hidupnya. Sehingga faktor risiko tersebut tidak dapat dikendalikan.
Faktor risiko DM yang tidak dapat di modifikasi antara lain:
1) Ras dan Etnik
Ras atau etnik yang dimaksud adalah seperti suku atau
kebudayaan setempat dimana suku atau budaya dapat menjadi
salah satu faktor risiko DM yang berasal dari lingkungan.
Biasanya, penyakit yang berhubungan dengan ras atau etnik pada
umumnya berkaitan dengan faktor genetik dan faktor lingkungan
(Masriadi, 2012).
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
43/122
24
2)
Usia
Usia merupakan salah satu karakteristik yang melekat pada host
atau penderita penyakit. Usia mempunyai hubungan dengan
tingkat keterpaparan, besarnya fisik, serta sifat resistensi tertentu.
Usia juga berhubungan erat dengan sikap dan perilaku, juga
karakteristik tempat dan waktu. Perbedaan pengalaman terhadap
penyakit menurut usia sangat berhubungan dengan perbedaan
tingkat keterpaparan dan proses patogenesis (Masriadi, 2012).
Hasil analisis multivariatpada penelitian Gaya Hidup dan Status
Gizi Serta Hubungannya Dengan Diabetes Mellitus Pada Wanita
Dewasa di DKIJakarta menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko
Diabetes Mellitus pada perempuan dewasa antara lain usia > 45
tahun baik pada wanita obes maupun tidak obes. Dalam
penelitian Radio Putro tentang Studi Kasus di Poliklinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi bahwa salah satu
faktor risiko yang terbukti berhubungan dengan kejadian DM
tipe 2 adalah usia 45 tahun.
Diabetes seringkali ditemukan pada masyarakat dengan usia tua
karena pada usia tersebut, fungsi tubuh secara fisiologis menurun
dan terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
44/122
25
kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah
yang tinggi kurang optimal (Gusti & Erna, 2014)
3) Riwayat Keluarga Menderita DM
Seorang anak merupakan keturunan pertama dari orang tua
dengan DM (Ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan).
Risiko seorang anak mendapat DM tipe 2 adalah 15% bila salah
seorang tuanya menderita DM dan kemungkinan 75% bilamana
kedua-duanya menderita DM. Pada umumnya apabila seseorang
menderita DM maka saudara kandungnya mempunyai risiko
DM sebanyak 10% (Kemenkes RI, 2008).
Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari
pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen
sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu (Trisnawati &
Soedijono, 2013).
4)
Pernah melahirkan Bayi dengan Berat Badan 4.000gram.
Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan berat
lebih dari 4000 gram dianggap berisiko terhadap kejadian
Diabetes Mellitus baik tipe 2 maupun gestasional. Wanita yang
pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg (4.000
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
45/122
26
gram/ 9 pounds) biasanya dianggap sebagai praDiabetes
(Lanywati, 2001).
5) Riwayat lahir dengan berat badan
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
46/122
27
2.6.2 Faktor Risiko yang dapat dimodifikasi
Faktor risiko yang dapat di modifikasi (Modifiable risk factor) artinya
faktor risiko ini akan bisa di hindari dengan memodifikasi atau di
siasati dengan tindakan tertentu sehingga faktor risiko itu menjadi
tidak ada lagi. Faktor risiko yang bisa di modifikasi :
1) Obesitas (IMT lebih dari 25kg/m2)
Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori
dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak
(jaringan subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru-paru, dan
hati). Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan
(Gusti & Erna, 2014). Indeks masa tubuh orang dewasa
normalnya ialah antara 18,5-25 kg/m2. JIka lebih dari 25 kg/m2
maka dapat dikatakan seseorang tersebut mengalami obesitas.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Shara dan Soedijono pada
tahun 2012 untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Dengan disai studi cross
sectional didapatkan bahwa usia, riwayat keluarga, aktfivitas
fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan
dengan kejaidan DM Tipe 2. Variabel yang sangat memiliki
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
47/122
28
hubungan dengan kejadian DM Tipe 2 adalah Indekx Massa
Tubuh.
Pada pasien Diabetes tipe 2, pankreas yang memproduksi insulin
sebagian rusak. Sehingga insulin tidak dapat dihasilkan dalam
jumlah yang cukup. Kegemukan melambangkan seperti seakan-
akan lubang kunci pada sel-sel berubah bentuk sehingga
diperlukan lebih banyak insulin. Namun peningkatan kebutuhan
insulin tersebut tidak dapat dipenuhi. Sebagai akibatnya,
konsentrasi glukosa darah menjadi tinggi (Soegondo, 2008).
Ambilan (uptake) glukosa oleh sel yang meliputi sel otak, sel
darah merah, sel mukosa usus, tubulus renalis, dan plasenta. Di
bawah pengaruh insulin, sel-sel tersebut menggunakan glukosa
sebagai bahan bakar dan bukan lemak atau protein. Efek samping
utama yang ditimbulkan oleh insulin adalh hipoglikemia. Pada
saat melakukan aktivitas fisik atau latihan fisik, akan terjadi
mekanisme lain yang digunakan oleh otot yang sedang
melakukan exercise (latihan fisik) untuk mengambil glukosa
tanpa bergantung pada insulin (Jordan, 2002).
2) Obesitas abdominal
Kelebihan lemak di sekitar otot perut berkaitan dengan gangguan
metabolik, sehingga mengukur lingkar perut merupakan salah
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
48/122
29
satu cara untuk mengukur lemak perut (Balkau, 2014). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dkk pada tahun 2013
di Puskesmas Kecamatan Denpasar Selatan menunjukkan bahwa
orang yang mengalami obesitas abdominal (Lingkar perut pria
>90 cm dan wanita >80 cm) berisiko 5,19 kali menderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 (95% CI 2,31-11,68).Hal ini dapat
dijelaskan bahwa obesitas sentral khususnya di perut yang
digambarkan oleh lingkar pinggang lebih sensitif dalam
memprediksi gangguanm akibat resistensi insulin pada DM tipe
2 (Trisnawati dkk, 2013).
Pada orang yang obes, terjadi peningkatan pelepasan asam lemak
bebas (Free Fatty Acid/FFA) dari lemak visceral (lemak pada
rongga perut) yang lebih resisten terhadap efek metabolik insulin
dan lebih sensitif terhadap hormon lipolitik. Peningkatan FFA
menyebabkan hambatan kerja insulin sehingga terjadi kegagalan
uptake glukosa ke dalam sel yang memicu peningkatan produksi
glukosa hepatik melalui proses glukoneosis (Kemenkes RI,
2008).
Peningkatan jumlah lemak abdominal mempunyai korelasi
positif dengan hiperinsulin dan berkorelasi negatif dengan
sensitivitas insulin (Kemenkes RI, 2008). Itulah sebabnya
mengapa obesitas abdominal menjadi berisiko terhadap kejadian
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
49/122
30
Diabetes Mellitus. Untuk megukur obesitas abdominal ialah
dengan cara mengukur lingkar perutnya. Obesitas abdominal
ialah jika lingkar perut pada laki-laki >90 cm, sedangkan pada
wanita >80 cm.
3) Kurangnya aktifitas Fisik
Kurang aktivitas fisik dan obesitas merupakan faktor yang paling
penting dalam peningkatan kejadian Diebets Mellitus tipe 2 di
seluruh dunia (Rios, 2010). Menurut WHO yang dimaksud
dengan aktifitas fisik adalah kegiatan paling sedikit 10 menit
tanpa henti dengan melakukan kegiatan fisik ringan, sedang dan
berat. Aktifitas berat adalah pergerakan tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga cukup banyak (pembakaran
kalori) sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya. Contohnya
mengangkat air, mendaki, berjalan cepat, mengangkat beban,
tenis tunggal, badminton tunggal, marathon, mencangkul dan
menebang pohon. Aktivitas sedang adalah pergerakan tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup besar atau dengan
kata lain adalah bergerak yang menyebabkan nafas lebih sedikit
lebih cepat dari biasanya. Contohnya pekerjaan rumah tangga
(mencuci baju dengan tangan, mengepel, menimba air), tenis
ganda, badminton ganda, berenang dan berjalan membawa
beban. Sedangkan contoh aktifitas ringan adalah berjalan dan
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
50/122
31
pekerjaan kantor seperti mengetik. Dengan kata lain, aktivitas
fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas
fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan
fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5
hari dalam seminggu (Kemenkes RI, 2011).
Latihan olah raga secara teratur dapat membantu meningkatkan
sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang membantu menjaga
kadar gula darah dalam kisaran normal. Menurut sebuah
penelitian yang dilakukan pada pria yang diikuti selama 10
tahun, untuk setiap 500 kkal yang dibakar per minggu melalui
latihan, ada penurunan 6% risiko relatif untuk pengembangan
Diabetes. Penelitian itu juga mencatat manfaat yang lebih besar
pada pria yang lebih gemuk. Penggolongan aktivitas fisik
menurut WHO yang sesuai dengan pengendalian faktor risiko
DM adalah dengan melakukan latihan fisik sedang sampai berat
selama 30 menit atau lebih secara terus menerus dan dilakukan
seminggu tiga kali merupakan aktivitas fisik yang dapat
meningkatkan kebugaran jasmani (Kemenkes RI, 2008).
Kegiatan fisik dan olahraga teratur sangatlah penting selain
untuk menghidari kegemukan, juga untuk mencegah terjadinya
diabete Mellitus tipe 2. Pada waktu bergerak, otot-otot memakai
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
51/122
32
lebih banyak glukosa daripada pada waktu tidak bergerak.
Dengan demikian kosentrasi glukosa darah akan turun. Melalui
olahraga/kegiatan jasmani, insulin akan bekerja lebih baik,
sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel-sel otot untuk
dibakar (Soegondo, 2008).
Hasil penelitian Fitriyani di Kota Cilegon padatahun 2012
menunjukkan bahwa orang yang aktivitas sehari-harinya ringan
memiliki risiko 2,68 kali untuk menderita DM tipe 2
dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisik sehari-harinya
sedang dan berat.
4) Hipertensi (lebih dari 140/90 mmHg)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik yang
tingginya tergantung usia individu yang terkena. Tekanan darah
berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh,
usiadan tingkat stres yang di alami. Hipertensi dengan
peningkatan tekanan sistol tanpa disertai eningkatan diastol lebih
sering terjadi pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan
tekanan diastol tanpa disertai peningkatan tekanan sistol lebih
sering terdapat pada dewasa muda. (Tambayong, 1999).
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
52/122
33
Tabel 2.6.1
Hipertensi Menurut Kelompok Usia
Keompok Usia Normal (mm Hg) Hipertensi (mm Hg)
Bayi 80/40 90/60
Anak 7-11 tahun 100/60 120/80
Remaja 12-17 tahun 115/70 130/80
Dewasa 20-45 tahun
45-65 tahun
>65 tahun
120-125/75-80
135-140/85
159/85
135/90
140/90-160/95
160/95
Sumber: (Tambayong, 1999)
Hubungan antara hipertensi dengan Diabetes Mellitus sangat
kuat karena beberapa kriteria yang sering ada pada pasien
hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah, obesitas,
dislipidemia dan peningkatan glukosa darah . Hipertensi adalah
suatu faktor resiko yang utama untuk penyakit kardiovaskular
dan komplikasi mikrovaskular seperti nefropati dan retinopati.
Prevalensi populasi hipertensi pada Diabetes adalah 1,5-3 kali
lebih tinggi daripada kelompok pada non Diabetes. Diagnosis
dan terapi hipertensi sangat penting untuk mencegah penyakit
kardiovaskular pada individu dengan Diabetes. Pada Diabetes
tipe 1, adanya hipertensi sering diindikasikan adanya Diabetes
nefropati.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
53/122
34
Selain menjadi faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2, hipertensi
juga merupakan kondisi umum yang biasanya berdampingan
dengan DM dan memperburuk komplikasi DM dan morbiditas
dan mortalitas kardiovaskular (Mangesha, 2007). Berdasarkan
penelitian kohort yang dilakukan oleh David Conen dkk (2007)
pada wanita yang sehat menunjukkan bahwa tekanan darah
tinggi (selama 10 tahun masa pengamatan) bisa berkembang
menjadi Diabetes Mellitus tipe 2. Disimpulkan bahwa wanita
yang memiliki tekanan darah tinggi memiliki risiko yang tinggi
terkena Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan wanita
yang tekanan darahnya normal.
Disfungsi endotel bisa menjadi salah satu patofisiologi umum
yang menjelaskan hubungan kuat antara tekanan darah dan
Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa penanda disfungsi endotel berhubungan
dengan omset Diabetes dan disfungsi endotel berkaitan erat
dengan tekanan darah dan hipertensi (Conen dkk, 2007).
Beberapa literatur mengaitkan hipertensi dengan resistensi
insulin. Pengaruh hipertensi terhadap kejadian Diabetes melitus
disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang
menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal
ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
54/122
35
darah menjadi terganggu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wiardani dkk tahun 2010, membuktikan bahwa orang yang
hipertensi berisiko 2,3 kali untuk terkena Diabetes Mellitus tipe
2.
5) Dislipidemia(HDL < 35mg/dl dan atau trigliserida >250mg/dl)
Dislipidemia adalah suatu perubahan kadar normal komponen
lipid darah, dapat meningkat (misalnya kolesterol, trigliserid,
LDL dan lainnya) atau menurun (misalnya HDL) (Tapan, 2005).
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama
aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Dislipidemia adalah
salah satu komponen dalam trias sindrom metabolik selain
Diabetes dan hipertensi (Pramono, 2009).
6) Pola Konsumsi tidak sehat (unhealthy diet)
Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan
kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, usia,
jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit,
hamil, menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup,
setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup,
tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu,
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
55/122
36
manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai
proses faali dalam tubuh (Kemenkes RI, 2002).
Peningkatan asupan buah-buahan dan sayuran telah disahkan
sebagai kebijakan kesehatan masyarakat untuk indikator pola
hidup sehat. Pengurangan asupan lemak dan peningkatan serat
telah dilihat sebagai alasan umumuntuk peningkatan konsumsi
buah dan sayuran. Peningkatan asupan serat dapat memperbaiki
kontrol glikemik pada Diabetes (Jenkins, 2003).
Diet sehat yang berkaitan dengan penyakit Diabetes adalah
konsumsi sayur dan buah sebagai asupan serat untuk membantu
metabolisme. Sedangkan konsumsi gula atau makanan yang
terlalu manis dengan jumlah yang sangat berlebihan dapat
menimbulkan risiko Diabetes Mellitus. Penelitian yang dilakukan
oleh Sufiati dan Erma pada tahun 2012, membuktikan bahwa
asupan serat berhubungan erat dengan kadar gula darah,
kolesterol total dan status gizi pada penderita Diabetes Mellitus.
Serat pangan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
glukosa post-prandial dan respon insulin. Efek dari berbagai
komponen serat makanan berperan dalam pencegahan dan
manajemen dari berbagai penyakit, termasuk Diabetes tipe 2,
sejak tahun tujuh puluhan. Serat bisa meningkatkan sensitivitas
insulin. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa asupan
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
56/122
37
serat makanan yang relatif rendah secara signifikan
meningkatkan risiko Diabetes Mellitus tipe 2 (Steyn, 2004).
Hanya karbohidrat yang akan mengakibatkan glukosa darah
meningkat. Karbohidrat sendiri terdiri dari karbohidrat kompleks
dan sederhana. Karbohidrat kompleks misalnya terdapat dalam
nasi, kentang, mie, ubi. Sedangkan contoh karbohidrat sederhana
seperti gula pasir, glukosa, maltose, dan laktosa. Karbohidrat
kompleks diubah dalam usus melalui proses pencernaan menjadi
bagian lebih kecil seperti glukosa. Kedua macam karbohidrat ini
mempunyai dampak yang sama terhadap konsentrasi glukosa
dalam darah (Soegondo, 2008).
Penyakit kronik seperti Diabetes Mellitus tipe 2 muncul sebagai
akibat dari perubahan gaya hidup. Kebiasaan dan rutinitas yang
merugikan memiliki kekuatan untuk merusak kesehatan. Gaya
hidup sedentarial (banyak duduk), kebiasaan merokok, minum
alkohol, diet tinggi lemak dan kurang serat, obesitas, stress serta
mengkonsumsi narkoba dan bahan kimia pengawet bisa menjadi
faktor penyebab terjadinya penyakit kronik termasuk Diabetes
Mellitus (Suharjo & Cahyono, 2008).
Makan-makanan manis yang berlebihan tidak akan menyebabkan
penyakit DM, tetapi jika konsumsinya sangat berlebihan akan
menyebabkan kegemukan dan menderita DM (Erik, 2005).
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
57/122
38
Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi
energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak.
Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan
kegemukan (Kemenkes RI, 2002).
Tabel 2.6.2
Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi pe Hari
untuk Kelompok Wanita Dewasa Usia 29 - >65 tahun
Bahan Makanan Ukuran Porsi
Nasi 4 porsi
Sayuran dan Buah
3-5 porsi
(1 p buah = 1 buah /50 gr pisang)
(1 p sayur = 100 gram sayur)
Tempe (Protein Nabati)3 porsi
(1 p = 2 potong sedang)
Daging (Protein Hewani)3 porsi
(1 p = 1 potong sedang/ 50 gr)
Susu1 porsi
(1 p = 1 gls/ 200 gr)
Minyak3-4 porsi
(1 p = 1 sdm)
Gula 2 porsi (1p = 1 sdm)
Sumber: (Kemenkes RI, 2002)
7) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko terkenal dalam banyak
penyakit, termasuk berbagai jenis kanker dan penyakit
kardiovaskular termasuk Diabetes Mellitus. Banyak bukti yang
menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor risiko untuk
Diabetes Mellitus tipe 2. Merokok telah diidentifikasi sebagai
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
58/122
39
faktor risiko yang memungkinkan untuk terjadinya resistensi
insulin. Merokok juga telah terbukti menurunkan metabolisme
glukosa yang dapat menyebabkan timbulnya Diabetes Mellitus
tipe 2. Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan bahwa
merokok meningkatkan risiko Diabetes melalui mekanisme
indeks massa tubuh. Merokok juga telah dikaitkan dengan risiko
pankreatitis kronis dan kanker pankreas, menunjukkan bahwa
asap rokok dapat menjadi racun bagi pancreas (ASH, 2012).
Merokok meningkatkan kejadian Diabetes dan memperburuk
homeostasis glukosa dan komplikasi Diabetes kronis. Dalam
komplikasi mikrovaskuler, onset dan perkembangan nefropati
Diabetes sangat berhubungan dengan merokok. Merokok
dikaitkan dengan resistensi insulin, peradangan dan
dyslipidemia. Dalam komplikasi makrovaskuler, merokok
dikaitkan dengan kejadian 2 sampai 3 kali lebih tinggi PJK dan
kematian. Namun, pencegahan merokok dan berhenti merokok
mungkin tidak cukup ditekankan dalam Diabetes klinik (Chang,
2012).
Pada penelitian dengan disain studi case control di daerah
pedesaan Kancheepuram District of Tamil Nadu ditemukan
bahwa orang yang merokok> 10 batang / hari berisiko lebih
tinggi (OR = 7.15) bila dibandingkan dengan perokok ringan.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
59/122
40
Ditemukan pula bahwa ada 5 kali peningkatan risiko Diabetes
pada perokok lebih dari 20 tahun (Venkatachalam, 2012).
Sebuah tinjauan sistematis dilakukan terhadap 25 studi
menemukan bahwa ada hubungan antara merokok aktif dan
peningkatan risiko Diabetes. Risiko yang berhubungan dengan
merokok Diabetes meningkat dengan jumlah rokok yang dihisap.
The Cancer Prevention Study 1, sebuah studi kohort menemukan
bahwa wanita yang merokok lebih dari 40 batang sehari memiliki
74% peningkatan risiko Diabetes, sedangkan risiko pada laki-laki
meningkat 45% . Ada juga beberapa bukti, termasuk sebuah studi
kohort tahun 2011 lebih dari 10.000 orang, yang menunjukkan
bahwa paparan asap rokok dapat menjadi faktor risiko untuk
pengembangan Diabetes Mellitus tipe 2 (ASH, 2012).
2.7 Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus
Masalah Diabetes Mellitus di Indonesia cukup besar sehingga,
Kementerian Kesehatan RI memprioritaskan pengendalian DM diantara
gangguan penyakit metabolik lainnya selain penyakit penyerta seperti
hipertensi, jantung korononer dan stroke. Kementerian Kesehatan saat ini
fokus pada pengendalian faktor risiko DM melaui upaya promotif dan
preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Saat ini pelayanan DM sudah dilaksanakan di Puskesmas dengan
pemberian obat sesuai kemampuan daerah masing-masing, Pada
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
60/122
41
penyandang DM rujuk balik dari Rumah Sakit yang merupakan peserta
askes dapat diberikan obat oral maupun suntikan selama 30 hari atau sesuai
rekomendasi dokter RS (Kemenkes RI, 2013).
Upaya pencegahan Diabetes Mellitus di Indonesia terdiri dari
upaya pencegahan prmer, sekunder dan tersier. Upaya tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
a.Pencegahan Primer
Sasaran dari program pencegahan primer penyakit Diabetes Mellitus
adalah kelompok masyarakat sehat. Kegiatan pokoknya berupa
penggerakan peran serta masyarakat dalam PHBS (mencakup
perilaku tidak merokok, meningkatkan aktivitas fisik, serta
menerapkan pola konsumsi yang sehat). Selain itu dilakukan deteksi
dini faktor risiko DM tipe 2 secara rutin melalui UKBM seperti
Posbindu, serta peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi
faktor risiko DM (Kemenkes RI, 2008).
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap populasi berisiko dan
penderita DM. Kegiatan pengendalian meliputi penatalaksanaan
faktor risiko bagi populasi berisiko melalui pelayanan kesehatan dasar
dan UKBM. Sedangkan untuk penatalaksanaan kasus DM secara
efektif leh petugas kesehatan. KIE juga diberikan kepada pasien dan
keluarganya untuk perawatan dan pencegahan komplikasi akiat DM.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
61/122
42
pencegahan sekunder bagi pasien DM bertujuan untuk melindungi
pasien dari komplikasi (Kemenkes RI, 2008).
Penderita Diabetes Mellitus tidak bisa sembuh secara total, sehingga
diperlukan upaya perubahan gaya hidup seperti pola makan, aktivitas
fisik, serta mengkonsumsi obat secara rutin. Pengaturan pola makan
dilakukan untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah (David
dan Linda, 2010).
c.Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan kepada pasien DM yang telah
mengalami komplikasi. Pencegahan berupa perawatan luka dan
gangguan fungsi organ tubuh lainnya akibat komplikasi DM.
Pencegahan tersier pada pasien DM dilakukan untuk mencegah
kecacatan dan kematian (Kemenkes RI, 2008). Biasanya komplikasi
yang paling sering dialami penderita DM adalah infeksi pada kaki
yang bahkan bisa menyebabkan amputasi pada kaki bila sudah
memburuk. Oleh karena itu perawatan kaki bagi penderita DM sangat
diperlukan.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
62/122
43
2.8 Konsep Kejadian Penyakit Tidak Menular
Setelah teori kejadian penyakit menular mulai berkembang
sehingga masalah kesehatan dapat teratsi, timbul pula masalah berbagai
penyakit menahun/tidak menular yang unsur dan faktor penyebabnya
sangat berkaitan erat dengan faal/fungsi tubuh, mutasi dan sifat resistensi
tubuh, dan pada umumnya terdiri dari berbagai faktor yang saling kait
mengait. Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan berbagai
pengamatan epidemiologi terhadap gangguan kesehatan. Dan pada saat ini,
teori tentang faktor penyebab penyakit tidak dapat dipisahkan dengan
berbagai faktor yang berperan dalam proses kejadian penyakit (Timmreck,
2001).
Terjadinya suatu penyakit tidak hanya ditentukan oleh unsur
penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan
hubungan sebab akibat dipengaruhi oleh berbagai faktor maupun unsur
lainnya. Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa dalam setiap proses
terjadinya penyakit terdapat penyebab majemuk (multiple causation)
(Timmreck, 2001).
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan salah satu jenis penyakit tidak
menular atau bisa juga disebut dengan penyakit kronis. Penyakit kronis
adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai
bertahun-tahun, bertambah berat, menetap, dan sering kambuh. Dr.Robert
Koch mengembangkan beberapa panduan untuk faktor etiologi dan faktor
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
63/122
44
kausalitas penyakit kronis (Timmreck, 2001). Adapun postulat kausalitas
penyakit kronis adalah sebagai berikut:
1) Karakteristik penyakit kronis yang dicurigai harus lebih sering
ditemukan pada orang yang menderita penyakit yang tengah diteliti
dibandingkan pada orang yang tanpa penyakit tersebut.
2) Individu yang memperlihatkan karakteristik penyakit kronis harus
lebih sering mengalami penyakit ini daripada orang yang tidak
memperlihatkan karakteristik tersebut.
3) Setiap asosiasi yang teramati antara suatu karakteristik faktor risiko
dan penyakit kronis harus memiliki hubungan antara karakteristik
faktor risiko dan penyakit yang diteliti, demikian pula dengan setiap
karakteristik faktor risiko terkait serupa yang dapat menyebabkan
penyakit selama penelitian.
4) Insidensi penyakit kronis harus meningkat dalam hal durasi dan
intensitas faktor risiko.
5) Distribusi suatu faktor risiko harus sebanding dengan faktor risiko
penyakit kronis dalam semua faktor.
6)
Semua aspek pada kesakitan akibat penyakit kronis harus
dihubungkan dengan tingkat pemajanan terhadap faktor risiko.
7) Pengurangan atau pemindahan pajanan faktor risiko harus dapat
mengurangi atau menghentikan penyakit.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
64/122
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
65/122
46
Eliminasi paparan dapat menghilangkan atau menurunkan kejadian
penyakit.
g. Bersifat Khusus (Spesifik)
Spesifisitas ditujukan dengan suatu faktor risiko menyebabkan suatu
akibat tersendiri dan tidak terjadi pada faktor lain.
h. Analogi
Jika suatu faktor lain yang serupa dengan faktor yang diamati
mempunyai dampak yang serupa.
Sumber dari faktor-faktor risiko pada penyakit tidak menular atau
penyakit kronis adalah perilaku, fisiologis/genetik, lingkungan, dan sosial.
Faktor risiko adalah pengalaman, perilaku, tindakan, atau aspek-aspek pada
gaya hidup yang dapat memperbesar peluang terkena atau terbentuknya
suatu penyakit, kondisi, cedera, gangguan, ketidakmampuan, atau
kematian. Faktor risiko dapat terbentuk akibat kondisi, karakter, atau
pajanan risiko yang memperkuat. Peningkatan pajanan faktor risiko dapat
memperbesar probabilitas terjadinya penyakit dan probabilitas
terbentuknya asosiasi epidemiologi kejadian penyakit. Salah satu cara
untuk menetapkan faktor-faktor risiko adalah dengan mengurangi atau
memodifikasi pajanan terhadap risiko dan mengamati hasilnya. Contoh,
jika merokok dikurangi, angka kasus kanker paru pun menurun (Timmreck,
2001).
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
66/122
47
Faktor risiko juga mengacu pada perilaku yang berisiko, kondisi
penguat, atau faktor-faktor predisposisi. Perilaku berisiko adalah kegiatan
yang dilakukan seseorang yang sehat, tetapi menganggap diri mereka
berisiko tinggi terkena suatu penyakit, kondisi, atau gangguan tertentu.
Faktor-faktor predisposisi adalah faktor atau kondisi yang ada dan dapat
mempengaruhi perilaku karena memberikan suatu motivasi untuk
melakukan perilaku kesehatan. Contoh, fakta bahwa orang tua anak-usia-
sekolah merokok merupakan faktor yang mempengaruhi kemungkinan
anak untuk merokok (Timmreck, 2001).
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
67/122
48
2.9 Kerangka Teori
Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya tentang faktor
risiko Diabetes Mellitus tipe 2, maka kerangka konsep tentang faktor-faktor
yang berisiko terhadap kejadian Diabetes Melltius tipe 2 adalah sebagai
berikut berikut:
Bagan 2.9.1
KerangkaTeori
(Sumber : Steyn dkk, 2004)
Faktor Genetik - Gangguan nutrisi
saat masa janin
- Lahir dengan berat
rendah (BBLR)
Resistensi Insulin
Toleransi Gula
Terganggu (IGT)
Diabetes Mellitus Tipe 2
Faktor:
- Obesitas abdominal
- Obesitas Sentral
- Kurangaktivitas
Fisik
- Pola konsumsi tidak
sehat- Usia
- Merokok
- Hipertensi
- Riwayat Diabetes
Gestasional/ Lahir
bayi > 4.000 gr
Riwayat Kerusakan
sel Beta, Massa sel
Beta terbatas, danGlucotoxicity
Gangguan Fungsi
sel Beta
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
68/122
49
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka Konsep
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Diabetes
Mellitus tipe 2. Sedangkan variabel independennya merupakan faktor-
faktor yang berisiko terhadap kejadian Diabates Mellitus. Berdasarkan
kerangka teori yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka ada
beberapa faktor risiko yang dipilih oleh peneliti untuk diteliti sebagai
variabel independen dalam penelitian ini. Variabel tersebut antara lain
riwayat melahirkan bayi dengan berat 4.000 gram, riwayat keluarga
dengan DM, dan hipertensi.
Status BBLR, usia dan ras/etnik merupkan salah satu faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi yang dianggap berisiko terhadap kejadian
Diabetes Mellitus. Namun variabel status BBLR tidak diteliti dalam
penelitian ini dikhawatirkan menimbulkan bias karena kejadian lahir
responden sudah sangat lampau dan akan sulit untuk mendapatkan data
berat badan responden saat lahir. Variabel obesitas, obesitas abdominal,
aktivitas fisik, pola konsumsi, serta merokok tidak dijadikan variabel
penelitian karena keterbatasan ketersediaan data.
-
7/25/2019 NAJAH SYAMIYAH
69/122
50
a. Riwayat melahirkan bayi dengan berat 4.000gram
Wanita dengan riwayat melahirkan bayi dengan be