n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

26
PEMELIHARAAN POMPA-POMPA DI RIG PEMBORAN OJT DI RIG N110M1/18, SUMUR SOPA 37 Oleh: EVIN KRISTIANA PRASETIA ADI (19/BPS-DSH/2007) Jurusan: Drilling Services Hulu PERTAMINA LEARNING CENTER (PLC) BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT. PERTAMINA TAHUN 2007 Jakarta, 15 Januari 2007 – 11 Januari 2008

Transcript of n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

Page 1: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

PEMELIHARAAN POMPA-POMPA

DI RIG PEMBORAN

OJT DI RIG N110M1/18, SUMUR SOPA 37

Oleh:

EVIN KRISTIANA PRASETIA ADI

(19/BPS-DSH/2007)

Jurusan: Drilling Services Hulu

PERTAMINA LEARNING CENTER (PLC)

BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT. PERTAMINA TAHUN 2007

Jakarta, 15 Januari 2007 – 11 Januari 2008

Page 2: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyusun Kertas

Kerja Wajib ini.

Dalam penyusunan KKW berjudul “Pemeliharaan Pompa-pompa di Rig

Pemboran” ini, penulis banyak mendapat masukan dari berbagai pihak. Sehingga

selayaknya penulis menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang telah

membantu terlaksananya penulisan KKW ini. Ucapan terima kasih penulis

sampaikan terutama kepada:

• Bapak Sutrisno dan Bapak Agus Harmadi, selaku pembimbing OJT.

• Bapak Supriyatno, selaku Kepala Drilling Area Sumatera Bagian Selatan.

• Bapak Meiyono, selaku Rig Superintendent N110 M1/ 18.

• Bapak Djoko Hariyanto, selaku Rig Superintendent N110 M1/ 18.

• Bapak Lukas Djoko Widiarso, selaku Adm. Support Area Sumbagsel.

• Para pekarya Rig N110 M1/18.

• Pekerja dan pekarya kantor Drilling Area Sumbagsel.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyampaian

materi dan informasi pada tulisan KKW ini. Oleh karena itu penulis

mengharapkan masukan, kritik dan saran sehingga menjadikan manfaat untuk

masa yang akan datang.

Akhirnya, penulis berharap agar KKW ini dapat bermanfaat bagi

perusahaan umumnya dan khususnya untuk Pertamina Drilling Services

Indonesia.

Prabumulih, 5 Desember 2007

PENULIS

ii

Page 3: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v

RINGKASAN ................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1 Latar belakang ........................................................................ 1

1.2 Ruang lingkup ........................................................................ 1

1.3 Maksud dan tujuan ................................................................. 2

1.4 Metode pendekatan ................................................................ 2

1.5 Sistematika ............................................................................. 2

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN........................................ 3

2.1 Deskripsi keadaan & gejala permasalahan ............................. 3

2.2 Dimensi permasalahan ........................................................... 3

2.3 Perumusan pokok permasalahan ............................................ 4

BAB III PEMBAHASAN MASALAH..................................................... 5

3.1 Interpretasi data & informasi .................................................. 5

3.1.1 Pompa triplex single acting ........................................ 5

3.1.2 Sistem operasi pompa ................................................. 6

3.1.3 Data pompa 9-P-100 ................................................... 6

3.1.4 Fungsi bagian-bagian pompa triplex 9-P-100............. 7

3.2 Pemeliharaan pompa triplex single acting 9-P-100 ............... 9

3.3 Analisa koreksi ....................................................................... 13

3.4 Gangguan operasi dan cara penanganannya ........................... 14

3.5 Alternatif-alternatif pemecahan masalah ................................ 16

BAB IV PENUTUP.................................................................................... 19

4.1 Kesimpulan ............................................................................ 19

4.2 Saran-saran ............................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20

iii

Page 4: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rekomendasi scheduled maintenance dari National Oil Well ...... 16

iv

Page 5: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rubber piston mengalami keausan parah .................................... 3

Gambar 3.1 Pompa triplex 9-P-100 ................................................................. 6

Gambar 3.2 Liner assembly 6”........................................................................ 7

Gambar 3.3 Suction dampener dan discharge pulsation dampener ................ 8

Gambar 3.4 Discharge valve manifold............................................................. 8

Gambar 3.5 Pressure relief valve..................................................................... 9

Gambar 3.6 Suction line manifold 6” dan header suction 12”....................... 9

Gambar 3.7 Tuas clutch di floor (A) dan di power end pompa (B) ................. 11

v

Page 6: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

RINGKASAN

Pompa lumpur memiliki fungsi vital dalam fungsinya sebagai alat sirkulasi utama

pada operasi pemboran. Tidak dapat dipungkiri apabila keberadaannya menjadi

hal yang sangat membutuhkan perhatian. Oleh karenanya perlu diperhatikan

mengenai cara pengoperasian dan penerapan pemeliharaan yang tepat agar pompa

memiliki umur pakai lebih lama.

Pemeliharaan merupakan salah satu strategi yang diterapkan untuk

menjaga pompa lumpur agar tetap dalam kondisi optimal. Akan tetapi dalam

pelaksanaannya tidak hanya pemeliharaan saja yang menjadi fokus utama. Yang

menjadi tolok ukur performa pompa lumpur adalah seberapa bagus sistem lumpur

yang disirkulasikan. Baik atau buruknya sistem lumpur sangat berpengaruh pada

komponen pompa terutama pada bagian yang sifatnya comsumable.

Sesuai dengan data yang terkumpul selama OJT dan hasil Gugus Kendali

Mutu Rig N110M1/18, ternyata pemeliharaan yang baik akan dapat menghemat

biaya operasi secara signifikan. Dalam arti selain menerapkan prosedur

pemeliharaan yang benar juga harus ada pengawasan khusus terhadap perlakuan

terhadap pompa lumpur.

Kata kunci : pompa triplex, consumable goods, preventive maintenance.

vi

Page 7: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada suatu operasi pemboran minyak dan gas bumi, modal dan teknologi tinggi

menjadi alasan yang mendasar sehingga diharapkan pelaksanaan operasi dapat

berjalan dengan lancar. Selain itu resiko yang tinggi menjadi obyek yang

mendapat perhatian lebih di dalamnya. Salah satu hal yang menjadi perhatian

utama pada desain dan pelaksanaan pemboran adalah performa dari pompa

lumpur yang sering dianggap jantung dari operasi pemboran. Oleh karena itu,

penggunaan pompa lumpur memiliki pengaruh yang cukup besar dalam

kontribusinya sebagai alat sirkulasi lumpur pemboran.

Penggunaan peralatan yang tepat dalam segi pengoperasian dan

disesuaikan dengan fungsinya akan meningkatkan umur pakai dari peralatan

tersebut. Di samping itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam

penggunaannya, seperti halnya peralatan yang lain, pompa lumpur harus

memperoleh perawatan dan pemeliharaan yang memadai. Pemeliharaan pada

pompa ini meliputi pemeliharaan pada saat operasi dilaksanakan maupun sedang

dalam kondisi idle.

Pada penulisan Kertas Kerja Wajib (selanjutnya disingkat KKW) ini

disampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan pemeliharaan terhadap

pompa lumpur. Dan materi-materi diperoleh pada pelaksanaan OJT di Rig

N110M1/18 lokasi SPA-U1 untuk sumur eksploitasi hidrokarbon di Prabumulih.

1.2 Ruang Lingkup

Lingkup pembahasan pada KKW ini mengulas hal-hal yang berhubungan dengan

pemeliharaan pompa lumpur. Dan pompa lumpur yang menjadi pokok

pembahasan adalah pompa triplex single acting model 9-P-100, dimana pompa ini

digunakan sebagai alat sirkulasi utama dalam pemboran yang dilakukan oleh Rig

N110M1/18.

1

Page 8: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

1.3 Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan penulisan KKW ini adalah memberikan informasi mengenai

pemeliharaan dan pemecahan terhadap beberapa masalah yang sering terjadi pada

saat pompa sedang beroperasi, terutama yang terjadi di lokasi OJT.

1.4 Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang diambil dalam penulisan KKW ini adalah:

1. Pengamatan lapangan.

2. Pengumpulan informasi langsung (wawancara).

3. Pencarian informasi di manual book mud pump 9-P-100.

1.5 Sistematika

Sistematika penulisan KKW ini dibagi menjadi empat bab, dengan masing-

masing-masing bab diuraikan sebagai berikut:

1. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas sub bab latar belakang,

ruang lingkup, maksud dan tujuan, metode pendekatan, dan

sisematika.

2. Bab II berisi identifikasi masalah, terdiri atas sub bab deskripsi

keadaan dan gejala permasalahan, dimensi permasalahan, dan

perumusan pokok permasalahan.

3. Bab III berisi pembahasan masalah, terdiri atas sub bab interpretasi

data dan informasi, analisis koreksi, gangguan operasi dan cara

penanganannya, dan alternatif-alternatif pemecahan masalah.

4. Bab IV merupakan penutup, yang didalamnya akan terdiri atas sub

bab kesimpulan dan saran-saran.

2

Page 9: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

2.1 Deskripsi keadaan & gejala permasalahan

Rig N110M1/18 memiliki 3 pompa lumpur triplex single acting, dimana 2 pompa

merupakan pompa triplex model 9-P-100 dan satu diantaranya model 8-P-80.

Akan tetapi sesuai dengan ruang lingkup pembahasan, pompa lumpur yang akan

dibahas pemeliharaannya adalah pompa triplex single acting model 9-P-100.

Dari informasi yang diperoleh di lapangan, pompa lumpur Rig

N110M1/18 saat ini dalam kondisi yang cukup bagus untuk digunakan dalam

operasi pemboran. Disamping itu pemeliharaan rutin selalu dilakukan mengingat

pompa lumpur memiliki jam operasi yang tinggi.

Pompa lumpur yang berfungsi memompakan lumpur bor sebersih

mungkin dari tangki lumpur bor ternyata sering tercemar. Pencemaran tersebut

terjadi karena adanya kontaminasi lumpur oleh pasir maupun kotoran - kotoran

yang menyebabkan pukulan/ketukan pada saat operasi pemboran berjalan. Saat

dilaksanakannya OJT di Rig N110M1/18 ini ditemukan beberapa masalah pada

operasional pompa lumpur.

Masalah yang sempat ditemui di lokasi OJT adalah terjadinya kebocoran

pada liner akibat rusaknya rubber piston. Gejala dari kondisi tersebut biasanya

diawali dengan adanya penurunan tekanan pompa, munculnya suara mendesis

pada bagian fluid end, timbulnya getaran yang berlebihan pada pompa, dan cairan

yang masuk ke liner chamber berlebihan.

Gambar 2.1 Rubber piston mengalami keausan parah

3

Page 10: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

2.2 Dimensi permasalahan

Sesuai dengan ruang lingkup yang telah dijelaskan di BAB I, permasalahan yang

dibahas pada KKW ini akan dibatasi pada strategi pemeliharaan pompa lumpur 9-

P-100. Penjelasan juga mencakup gejala-gejala permasalahan pada pompa yang

dapat mengakibatkan pompa tidak dapat bekerja optimal. Dari batasan masalah

tersebut akan diambil pemecahan masalah sesuai dengan dasar pemeliharaan

pompa yang mengacu pada prosedur sesuai dengan yang telah ditentukan di buku

panduan penggunaan pompa lumpur (manual book 9-P-100).

2.3 Perumusan pokok permasalahan

Dari penjelasan singkat mengenai dimensi permasalahan, dapat ditentukan pokok

permasalahan yang akan dibahas yaitu tentang strategi pemeliharaan pompa

lumpur yang disesuaikan dengan rekomendasi pabrik. Selain itu akan diulas

secara singkat tentang faktor yang mempengaruhi kerusakan pada komponen-

komponen consumable seperti liner, piston maupun insert valve.

4

Page 11: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

III. PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Interpretasi Data & Informasi

3.1.1 Pompa Triplex Single Acting

Pompa lumpur adalah suatu alat untuk memompakan cairan dengan mengubah

tenaga mekanis menjadi tenaga hidrolis. Fungsinya untuk memberikan daya

hidrolis berupa tekanan dan volume aliran/debit lumpur, dengan mengalirkan

lumpur dari tangki melalui manifold stand pipe masuk ke drill string, menuju ke

nozzle pahat dengan mengefektifkan jet velosity-nya. Kemudian dengan tekanan

yang dihasilkan oleh pompa lumpur, cairan pemboran akan membawa serbuk bor

dari dasar lubang menuju permukaan melalui annulus.

Sedangkan prinsip kerja pompa triplex single acting itu sendiri adalah

dengan satu kali gerakan bolak-balik akan menghasilkan satu kali kerja. Dimana

pada saat piston bergerak ke belakang terjadi langkah pengisapan sehingga liner

terisi oleh cairan. Karena pompa triplex bekerja cepat maka pengisian liner

dilakukan oleh pompa centrifugal sebagai super charging-nya. Sedangkan pada

saat piston bergerak ke depan, maka terjadi langkah penekanan (discharge)

sehingga volum cairan yang ada di salam liner terdorong keluar menuju discharge

manifold.

Selain itu, ada beberapa keuntungan dari penggunaan triplex pump jika

dibandingkan dengan duplex pump yang antara lain:

Karena piston hanya bekerja untuk menekan, maka pengisian saat

langkah isap dibantu oleh pompa centrifugal sehingga proses

pengisian menjadi lebih cepat.

Dalam hal perawatan lebih mudah karena letak liner assembly berada

pada ruang yang mudah untuk dibuka.

Unit liner assembly lebih ringan dan harganya lebih murah.

Secara keseluruhan, unit pompa triplex memiliki berat lebih ringan.

5

Page 12: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

3.1.2 Sistem Operasi Pompa

Kemampuan pompa triplex untuk bekerja didapatkan dari engine sebagai

penggerak utamanya yang menggerakkan power end sehingga menghasilkan

gerakan mekanis pada piston pompa. Sedangkan tenaga hidrolis dihasilkan dari

cairan yang termampatkan dan dipompakan oleh piston pompa dimana proses ini

terjadi di fluid end.

3.1.3 Data Pompa 9-P-100

Pompa triplex single acting model 9-P-100 memiliki spesifikasi:

Gambar 3.1 Pompa triplex 9-P-100

Mud Pump 1 : 9-P-100 – 6 ¼” x 9 ¼” ; SN 11072 RJ

Torque converter 1 : Model: C300-100 ; SN H 6312 ; Type FH

Spec 3071

Engine 1 : CAT 3512 ; SN 65Z01027

Cooling system : Pump size : 1”x1 ½”x8” ; SN N88821

Elmot 1 : 3 HP ; SN 1010716130

AH 588134

Mud Pump 2 : 9-P-100 – 6 ¼” x 9 ¼” ; SN 11071 RJ

Torque converter 2 : Model: C300-100 ; SN H 6310 ; Type FH

Spec 3071

6

Page 13: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

Engine 2 : CAT 3512 ; SN 65Z01019

Cooling system : Pump size : 1”x1 ½”x8” ; SN N88819

Elmot 2 : 3 HP ; SN 10107181305

AH 588132

3.1.4 Fungsi bagian-bagian pompa triplex 9-P-100

Untuk mendukung kinerja pompa dalam operasi pemboran, maka setiap bagian

yang ada di dalamnya harus seoptimal mungkin dapat digunakan. Adapun bagian-

bagian dari fluid end pompa adalah sebagai berikut:

Liner berfungsi untuk menjebak dan mengarahkan cairan yang akan dipompakan

dan sebagai tempat dimana piston melakukan gerakan bolak-balik untuk

menghisap dan menekan cairan.

Catatan: bagian dalam (A) jangan dibersihkan dengan minyak. Pembersihan

dengan minyak akan menyebabkan rubber piston cepat menjadi getas sehingga

akhirnya mengalami aus prematur.

A

Gambar 3.2 Liner assembly 6”

Piston berfungsi memindahkan dan meneruskan energi mekanis dari power end

ke fluid end pompa.

Piston rod berfungsi untuk menghubungkan antara piston dengan penggeraknya

(power end pompa).

Liner cover berfungsi untuk menahan dan menutup silinder agar cairan dapat

terjebak.

Discharge valve berfungsi sebagai pintu keluar cairan pada saat langkah tekan,

dimana pada saat langkah tekan cairan akan terdorong meninggalkan silinder.

7

Page 14: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

Packing berfungsi untuk menahan kebocoran yang terjadi antara silinder dengan

tutup silinder dan antara silinder dengan tempat duduk silinder pada pompa.

Suction dampener berfungsi untuk meredam dan menstabilkan tekanan pada

saluran isap juga berfungsi untuk meredam ketukan (knocking). Ketukan terjadi

apabila cairan terlambat masuk ke dalam fluid end sehingga cairan yang akan

dipompakan tercampur dengan angin.

Discharge line merupakan saluran untuk mengalirkan cairan bertekanan dari

pompa lumpur melalui vibrating hose dan discharge valve manifold sampai ke

lubang bor.

Discharge pulsation dampener berfungsi untuk meredam pulsa (gelombang)

tekanan cairan pada saluran tekan agar aliran yang keluar dari pompa relatif lebih

teratur pola alirannya.

Gambar 3.3 Suction dampener dan discharge pulsation dampener

Discharge valve manifold merupakan peralatan pada pompa yang dipasang pada

discharge line setelah vibrating hose dan dilengkapi dengan kerangan-kerangan

yang berfungsi untuk membagi aliran dari pompa yang beroperasi.

Gambar 3.4 Discharge valve manifold

Pressure relief valve berfungsi untuk melindungi pompa dan discharge line dari

tekanan yang berlebihan. Tekanan berlebihan yang muncul dapat berasal dari

8

Page 15: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

tertutupnya salah satu kerangan di manifold, nozzle pada pahat tersumbat, dsb. Set

relief valve sekitar 10% di bawah tekanan kerja yang dapat dihasilkan oleh liner

pompa.

Gambar 3.5 Pressure relief valve

Suction line berfungsi untuk menghubungkan dan mengalirkan cairan dari tangki

isap, pompa charging, dan pompa lumpur.

Gambar 3.6 Suction line manifold 6” dan header suction 12”

Charging pump merupakan pompa centrifugal yang berfungsi untuk menaikkan

tekanan pada saluran isap pompa sehingga dapat mencegah keterlambatan

pengisian pada ruang isap pompa. Pada umumnya sebagian besar pompa triplex

memerlukan 60-70 feet head dari pompa charging supaya pengisian ruang isap

baik.

3.2 Pemeliharaan Pompa Triplex Single Acting 9-P-100

Penggunaan peralatan yang tepat sesuai fungsinya akan berakibat pada lebih

lamanya umur pakai peralatan. Hal tersebut juga sangat erat kaitannya dengan

bagaimana perawatan dan pemeliharaannya. Oleh karenanya sangat disayangkan

apabila mengoperasikan alat sesuai prosedur namun tidak merawat dan

memeliharanya.

9

Page 16: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

Pada dasarnya tujuan utama dari proses pemeliharaan terhadap pompa

lumpur adalah melakukan serangkaian perawatan secara periodik dan terjadwal

dengan maksud agar pompa lumpur yang dioperasikan memiliki umur pakai lebih

lama (awet). Sedangkan tujuan lain dari pemeliharaan itu sendiri antara lain:

Menjaga performa pompa lumpur agar tetap dalam kondisi prima

sesuai dengan apa yang diharapkan.

Mencegah kerusakan sedini mungkin dengan cara mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.

Menekan besarnya biaya perbaikan apabila pada suatu ketika pompa

mengalami kerusakan.

Secara prinsip, pemeliharaan suatu alat membutuhkan strategi agar apa

yang dilakukan memperoleh hasil yang optimal. Oleh karena itu harus ada

panduan yang jelas sehingga apa yang menjadi tujuan dapat terlaksana. Sebagai

informasi, strategi pemeliharaan yang diterapkan di Rig N110M1/18 antara lain:

1. Preventive maintenance yaitu dimana kru rig melakukan kegiatan perawatan

yang dilakukan secara rutin setiap hari. Pemeriksaan rutin terhadap pompa

lumpur yang dilakukan di Rig N110M1/18 oleh derrickman (dan atau kru yang

membantu) sebelum dioperasikan antara lain:

Melakukan pengecekan terhadap baut-baut fluid end.

Memeriksa isi dan kebersihan air pendingin liner.

Memeriksa tekanan diafragma pada pulsation dampener (tekanan

diafragma sekitar 750-1000 psi).

Memeriksa tekanan yang di set pada relief valve.

Memeriksa kebersihan saringan baik yang ada di head suction

maupun di crossing discharge pulsation dampener.

Membersihkan dan mengaliri pump housing dengan air.

Pengecekan terhadap kinerja pompa dengan cara mendengarkan

secara seksama terhadap suara yang dikeluarkan oleh gerakan dari

pompa.

Pelumasan bearing, baik pada engine, torque converter, dan power

end (dilakukan oleh mekanik).

10

Page 17: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

2. Scheduled maintenance yaitu perawatan yang dilakukan secara terjadwal dan

dilakukan pada saat rig dalam kondisi tidak beroperasi atau idle. Perawatan ini

mencakup semua unit yang berhubungan dengan unit pompa mulai dari engine,

torque converter dan unit pompa itu sendiri tergantung dari jam jalan masing-

masing unit.

3. Breakdown maintenance yaitu melakukan serangkaian perawatan terhadap

pompa apabila pompa mengalami kerusakan pada saat operasi. Komponen

pompa yang sering mengalami kerusakan pada saat operasi adalah komponen

yang terutama merupakan bagian dari fluid end pompa seperti:

Rubber piston. Bagian ini sering rusak apabila lumpur yang

disirkulasikan mengandung solid content yang cukup tinggi.

Rubber valve

Spring valve

Liner assembly

Komponen ini sering mengalami kerusakan apabila lumpur yang disirkulasikan

mengandung solid berlebihan. Oleh sebab itulah di setiap rig diharuskan untuk

memiliki 3 unit pompa dimana satu unit menjadi cadangan dan siap

dioperasikan kapan saja.

Pada saat memperbaiki pompa yang mengalami kerusakan, ada beberapa

hal yang harus dilakukan antara lain:

Matikan pompa charging dan pompa lumpur (dari rig floor).

Posisikan tuas clutch pada posisi OFF sehingga apabila operator

menghidupkan pompa dari rig floor pompa tetap dalam kondisi mati.

B A

Gambar 3.7 Tuas clutch di floor (A) dan di power end pompa (B)

11

Page 18: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

Jika liner perlu diganti, buka fluid end module dan bersihkan agar

modul tidak “masuk angin” yang dapat menyebabkan terjadi

knocking.

Selain itu tahapan pengoperasian pompa lumpur yang benar termasuk

salah satu program pemeliharaan yang dianjurkan. Sesuai dengan keadaan di

lapangan dan informasi dari mekanik, ada 4 tahapan pengoperasian pompa yang

secara umum dilakukan di Rig N110M1/18. Langkah-langkah pengoperasian

tersebut mulai dari persiapan sampai penghentian pompa adalah:

1. Tahap persiapan

Periksa pelumas pada gear box pompa dan hindarkan dari kontak

dengan air.

Periksa baut-baut pompa dan tutup silinder.

Periksa packing, jika ada kebocoran segera perbaiki.

Beri grease pada setiap fitting grease pompa.

Cek air pendingin pada pompa dan sistem pendinginannya.

Periksa kondisi manometer pompa agar tidak terjadi kesalahan

dalam pembacaan.

Periksa level oli pada tangki di power end.

Buka butterfly valve pada manifold isap dan tekan.

2. Tahap start up

Jaga komunikasi antara operator yang berada di floor dengan kru

yang berada di lokasi pompa berada.

Jalankan charging pump untuk mengisi silinder agar pada saat

pompa beroperasi tidak terjadi knocking.

Operasikan pompa dengan menarik handle yang menghubungkan

prime mover dengan pompa.

3. Tahap operasi

Saat pompa beroperasi, periksa aliran yang dihasilkan.

Sebelum menambah kecepatan pompa, amati aliran dan yakinkan

bahwa pompa tidak mengalami gangguan.

12

Page 19: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

Selain itu yakinkan bahwa pada pompa tidak mengalami vibrate

and noise yang berlebihan.

Selalu monitor keadaan pompa dan engine setiap waktu.

4. Tahap pemberhentian operasi pompa

Turunkan kecepatan pompa.

Stop pompa dan pompa charging.

Tutup kerangan isap dan tekan.

Setelah pompa dalam keadaan mati, selalu upayakan pompa bersih agar

siap untuk dioperasikan. Dalam pembersihan gunakan air dan detergen agar oli

yang mengotori pompa dapat hilang dan tidak terlalu banyak meninggalkan bekas.

3.3 Analisa koreksi

Permasalahan yang timbul akibat kinerja pompa lumpur yang kurang optimal

menyebabkan bertambahnya waktu operasi yang berefek pada penambahan biaya

operasi. Oleh karena itu gejala-gejala yang dapat menimbulkan pembengkakan

waktu operasi harus sesegera mungkin diminimalisir.

Dari penjelasan tentang keadaan di lapangan, sebenarnya pompa 9-P-100

yang digunakan kondisinya relatif bagus. Akan tetapi pada pelaksanaan pemboran

sumur SPA-37 (pada trayek casing liner 7”) ini sempat terjadi kebocoran pada

insert valve dan rubber piston. Dari pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa

banyak pencemar yang mengkontaminasi lumpur. Sedangkan menurut informasi

yang di dapat dari derrickman, hal ini biasa terjadi dengan alasan rubber piston

yang dipakai sudah cukup lama digunakan.

Pada kenyataannya, kerusakan pada rubber piston maupun rubber insert

valve merupakan hal yang sering terjadi. Maka untuk menanganinya persiapan

terhadap komponen yang sering mengalami kerusakan perlu disediakan sebelum

pelaksanaan pemboran. Selain itu kondisi lumpur yang kurang bagus juga

merupakan penyebab dari kerusakan-kerusakan pada komponen pompa.

Apabila sistem lumpur yang digunakan terlalu banyak mengandung

padatan dan pasir, maka dapat dikatakan penggunaan solid control equipment-nya

bekerja kurang optimal. Hal ini secara umum dapat menyebabkan:

13

Page 20: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

Insert valve akan cepat mengalami kerusakan.

Liner cepat megalami keausan (muncul banyak goresan).

Aliran mengalami kehilangan tekanan karena adanya sumbatan.

Fluid end module akan cepat mengalami wash out.

Informasi di lapangan menjelaskan bahwa kurang optimalnya susunan

SCE karena ternyata desander menghisap lumpur dan mengalirkannya pada

tangki yang sama (2A). Hal ini kurang optimal karena pasir akan kembali masuk

ke tangki yang seharusnya sudah menjadi konsumsi desilter. Alasan dari lay out

tersebut adalah apabila desander menghisap langsung dari tangki 1B maka suplai

lumpur akan cepat berkurang. Maka untuk memenuhi pengisian di tangki 2A

dilakukan dengan cara mengalirkan kembali lumpur hasil proses di desander.

Akibat dari penataan seperti itu maka desilter akan memisahkan partikel sand dan

silt dalam waktu bersamaan.

Kemungkinan lain yang perlu diperhatikan adalah kebersihan strainer

yang terletak pada header suction 12” yang merupakan manifold isap utama dari

active tank 3A. Masalah ini sering terjadi pada saat proses mixing lumpur. Saat

mixing petugas seringkali tidak memperhatikan kebersihan hopper. Akibatnya

banyak sobekan bekas bungkus chemical lumpur seperti karton, plastik, tali, dan

lain-lain yang ikut tercampur. Oleh karenanya banyak kotoran yang akhirnya

menyumbat strainer keluaran header suction 12”.

Sesuai buku panduan pompa lumpur 9-P-100, pembersihan saringan ini

standarnya dilakukan minimal sekali dalam sebulan dengan catatan sistem lumpur

bagus. Tetapi dalam pelaksanaannya, pengecekan dan pembersihan harus selalu

dilakukan terutama apabila ditemukan adanya masalah pada kinerja pompa

tersebut. Melihat kondisi seperti ini maka pengelolaan lumpur harus benar-benar

diperhatikan. Disamping itu penyediaan liner assembly dan komponen-komponen

consumable untuk fluid end harus siap dipakai kapan saja diperlukan.

3.4 Gangguan operasi dan cara penanganannya

Pada saat beroperasi adakalanya pompa mengalami gangguan yang jika tidak

segera ditangani dapat berakibat pada kerusakan yang lebih parah. Oleh sebab itu

14

Page 21: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

kru yang bertanggung jawab pada kinerja pompa harus mengetahui gejala-gejala

yang dapat menyebabkan pompa berhenti beroperasi. Di bawah ini akan

dijelaskan tentang beberapa masalah yang dapat terjadi saat pompa bekerja, yaitu:

Tekanan dan kapasitas pompa berkurang.

Kemungkinan penyebab:

Katup isap tersumbat.

Karet piston bocor.

Saringan pada discharge manifold tersumbat kotoran.

Packing penutup liner bocor.

Cara penanganan:

Buka dan bersihkan katup isap.

Ganti karet piston dengan spare part yang telah tersedia.

Buka dan bersihkan saringan pada crossing discharge line.

Ganti packing penutup liner.

Pompa tidak bisa menghisap cairan.

Kemungkinan penyebab:

Suction line mengalami hambatan dalam bekerja.

Pompa charging tidak bekerja dengan semestinya.

Saringan pada suction line tersumbat kotoran.

Suction valve tersumbat kotoran yang lolos saringan.

Cara penanganan:

Buka dan bersihkan saluran isap bila perlu lakukan flushing dengan air

bersih.

Cek pompa charging dengan melihat fungsi penggerak dan impelernya.

Bersihkan suction strainer pada saluran isap.

Bersihkan suction valve.

Beban pompa terlalu berat.

Kemungkinan penyebab:

Katup tekan tersumbat kotoran.

Discharge strainer mengalami sumbatan.

15

Page 22: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

Cara penanganan:

Cek dan bersihkan baik katup tekan maupun strainer di dalam modul

yang tepat berada di bawah discharge dampener.

Pompa menderita getaran yang berlebihan dan tidak biasa.

Kemungkinan penyebab:

Connection clamp antara piston rod dan sub rod tidak terpasang dengan

kencang.

Cairan yang masuk liner tidak seimbang dengan kecepatan pompa.

Tidak optimalnya fungsi discharge pulsation dampener.

Cara penanganan:

Periksa dan kencangkan apabila mendapati connection clamp tidak

terpasang dengan benar.

Periksa dan perbaiki charging pump apabila teridentifikasi kerusakan.

Periksa tekanan pada discharge dampener, tambahkan nitrogen jika

tekanannya berkurang.

3.5 Alternatif-alternatif pemecahan masalah

Agar kerusakan dalam penggunaan pompa lumpur dapat diminimalisir, maka

diperlukan adanya suatu perhatian khusus pada prosedur perawatan yang benar.

Di bawah ini akan ditunjukkan tentang perawatan terjadwal yang direkomendasi

oleh National Oil Well sebagai pabrik pembuat pompa ini.

Tabel 3.1 Rekomendasi scheduled maintenance dari NationalOil Well

FREKUENSI PROSEDUR

Periksa kondisi liner dan piston. Jika cairan yang masuk

melewati piston terlalu banyak dan berlebihan, maka ada

baiknya liner assembly perlu diganti agar pressure yang

diharapkan sesuai dengan GPM yang dikeluarkan pompa.

Bersihkan ruangan liner agar bagian dalamnya tidak cepat

mengalami korosi.

Harian

Periksa, ganti dan atau isi kembali tempat air pendingin liner

16

Page 23: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

apabila volumnya berkurang atau sudah terlalu kotor.

Periksa bagian penyemprot air pendingin dan pastikan nozzle-

nya tidak mengalami sumbatan.

Periksa kinerja suction dampener agar pengisian cairan ke

modul isap bekerja dengan baik.

Buka dan bersihkan pengunci modul suction maupun

discharge serta oleskan grease pada masing-masing ulirnya.

Bersihkan bagian dalam dalamnya. Periksa kondisi isi modul

dengan teliti.

Periksa dengan teliti kondisi insert valve guide. Ganti apabila

kondisinya telah rusak.

Periksa kondisi insert valve dan seating valve. Ganti apabila

keduanya telah aus. Dan jika seating valve tidak dapat dilepas

dari modul, maka dapat di las potong dari taper-nya.

Mingguan

Ganti nut pengunci piston apabila telah mengalami kehilangan

fungsinya sebagai pengunci (kendor), rusak, atau berkarat.

Biasanya nut efektif bila dipakai sekitar 3 kali operasi.

Lepaskan tutup solid block module, bersihkan valve yang ada.

Periksa semua kondisi kekencangan stud dan nut-nya saat

digunakan untuk mengunci modul.

Keluarkan dan bersihkan saringan dari dalam discharge cross. Bulanan

Periksa kondisi rod wiper, apabila sudah aus maka sebaiknya

segera diganti.

Periksa kondisi magnet pada tutup keluaran (drainase)

terutama pada saat penggantian oli.

Bersihkan magnet yang dilewati aliran oli pada bagian inspeksi

(di power end). 6 bulanan

Bersihkan tempat penampung oli pada saat penggantian engine

oil.

17

Page 24: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

Untuk mengurangi potensi kerusakan terhadap beberapa komponen yang

rentan terhadap kerusakan baik ringan maupun berat, sebaiknya standar

pemeliharaan rekomendasi pabrik dilaksanakan. Karena anjuran pemeliharaan

telah disesuaikan dengan spesifikasi komponen yang diproduksi. Akan tetapi

dengan melihat kondisi sebenarnya di lapangan, modifikasi pemeliharaan dapat

dilakukan mengingat proses pemboran adalah kegiatan yang sangat dinamis.

Di samping itu pengelolaan sistem lumpur yang baik akan sangat

membantu keawetan dari pompa lumpur itu sendiri. Apabila sistem lumpur yang

di isap pompa merupakan lumpur yang bersih, maka umur pakai pompa akan

dapat lebih lama jika dibandingkan dengan mensirkulasikan lumpur penuh

kandungan padatan dan pasir.

Oleh karena itu alternatif yang dapat diambil berkaitan dengan

permasalahan di atas adalah sebagai berikut:

Melaksanakan program maintenance sesuai dengan rekomendasi

pabrik pembuat pompa yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Mengoperasikan pompa sesuai dengan prosedur yang disarankan

pabrik pembuat.

Selalu menyediakan komponen cadangan pada saat pompa beroperasi.

Mengoptimalkan penggunaan solid control equipment sehingga

kandungan padatan dan pasir dari sistem lumpur dapat terpisah dengan

baik.

Pada saat mixing lumpur sebaiknya petugas tidak secara sembarangan

membuang bekas sobekan pembungkus chemical, baik secara sengaja

ataupun tidak.

18

Page 25: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa

pemeliharaan yang baik pada pompa lumpur akan memberikan dampak positif

bagi laju operasi. Hal ini dapat diketahui dari kemampuannya dalam memenuhi

kapasitas cairan yang dibutuhkan dan tekanan hidrolis yang diinginkan sesuai

program pemboran.

Disamping itu dengan adanya pengelolaan lumpur yang kurang baik,

maka akan berakibat pada aliran yang akan dihasilkan. Lumpur yang berasal dari

tangki maupun mixing hopper harus selalu dipantau kebersihannya. Dampak yang

akan diperoleh apabila sistem lumpur tidak bagus adalah terganggunya operasi

akibat pompa lumpur berhenti bekerja. Oleh karenanya preventive maintenance

menjadi hal yang penting untuk selalu dilaksanakan demi menghindari kerusakan

peralatan yang lebih parah. Strategi ini merupakan alat yang efektif untuk

mendapatkan umur pakai pompa lumpur lebih lama.

4.2 Saran-saran

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari lapangan tentang pemeliharaan pompa

lumpur, maka ada beberapa hal yang dapat menjadi masukan antara lain:

1. Agar lumpur sirkulasi sesuai dengan yang diharapkan dan pompa tidak

menderita gesekan yang berlebihan, ada baiknya susunan solid control

equipment di optimalkan sesuai fungsinya.

2. Ukuran lubang strainer harus lebih kecil daripada lubang nozzle agar bila

ada kotoran yang keluar dari nozzle dapat tersaring dengan baik.

3. Sebisa mungkin kru yang bertanggung jawab penuh pada pompa

membuat jadwal tertulis tentang program pemeliharaan pompa. Baik

untuk harian maupun mingguan sehingga program pemeliharaan dapat

tersosialisasi dengan baik.

19

Page 26: n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa

DAFTAR PUSTAKA

Djunaidi, A., Operasi dan Pemeliharaan Pompa Lumpur di Rig No.29 H 40 D

Pertamina OEP Prabumulih, 2001

National Oilwell, Final Documentation Package 9-P-100 Triplex Mud Pump,

issued date June 2001

Rig N110M1/18, Gugus Kendali Mutu M-One Destroyer, 2006

Rig N110M1/18, Laporan Harian Operasi SPA-U1, 2007

20