n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa
Transcript of n k Prasetia Adi 19 Bps Dsh 2007 Pemeliharaanpompa
PEMELIHARAAN POMPA-POMPA
DI RIG PEMBORAN
OJT DI RIG N110M1/18, SUMUR SOPA 37
Oleh:
EVIN KRISTIANA PRASETIA ADI
(19/BPS-DSH/2007)
Jurusan: Drilling Services Hulu
PERTAMINA LEARNING CENTER (PLC)
BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT. PERTAMINA TAHUN 2007
Jakarta, 15 Januari 2007 – 11 Januari 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyusun Kertas
Kerja Wajib ini.
Dalam penyusunan KKW berjudul “Pemeliharaan Pompa-pompa di Rig
Pemboran” ini, penulis banyak mendapat masukan dari berbagai pihak. Sehingga
selayaknya penulis menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang telah
membantu terlaksananya penulisan KKW ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan terutama kepada:
• Bapak Sutrisno dan Bapak Agus Harmadi, selaku pembimbing OJT.
• Bapak Supriyatno, selaku Kepala Drilling Area Sumatera Bagian Selatan.
• Bapak Meiyono, selaku Rig Superintendent N110 M1/ 18.
• Bapak Djoko Hariyanto, selaku Rig Superintendent N110 M1/ 18.
• Bapak Lukas Djoko Widiarso, selaku Adm. Support Area Sumbagsel.
• Para pekarya Rig N110 M1/18.
• Pekerja dan pekarya kantor Drilling Area Sumbagsel.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyampaian
materi dan informasi pada tulisan KKW ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan masukan, kritik dan saran sehingga menjadikan manfaat untuk
masa yang akan datang.
Akhirnya, penulis berharap agar KKW ini dapat bermanfaat bagi
perusahaan umumnya dan khususnya untuk Pertamina Drilling Services
Indonesia.
Prabumulih, 5 Desember 2007
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
RINGKASAN ................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar belakang ........................................................................ 1
1.2 Ruang lingkup ........................................................................ 1
1.3 Maksud dan tujuan ................................................................. 2
1.4 Metode pendekatan ................................................................ 2
1.5 Sistematika ............................................................................. 2
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN........................................ 3
2.1 Deskripsi keadaan & gejala permasalahan ............................. 3
2.2 Dimensi permasalahan ........................................................... 3
2.3 Perumusan pokok permasalahan ............................................ 4
BAB III PEMBAHASAN MASALAH..................................................... 5
3.1 Interpretasi data & informasi .................................................. 5
3.1.1 Pompa triplex single acting ........................................ 5
3.1.2 Sistem operasi pompa ................................................. 6
3.1.3 Data pompa 9-P-100 ................................................... 6
3.1.4 Fungsi bagian-bagian pompa triplex 9-P-100............. 7
3.2 Pemeliharaan pompa triplex single acting 9-P-100 ............... 9
3.3 Analisa koreksi ....................................................................... 13
3.4 Gangguan operasi dan cara penanganannya ........................... 14
3.5 Alternatif-alternatif pemecahan masalah ................................ 16
BAB IV PENUTUP.................................................................................... 19
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 19
4.2 Saran-saran ............................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rekomendasi scheduled maintenance dari National Oil Well ...... 16
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rubber piston mengalami keausan parah .................................... 3
Gambar 3.1 Pompa triplex 9-P-100 ................................................................. 6
Gambar 3.2 Liner assembly 6”........................................................................ 7
Gambar 3.3 Suction dampener dan discharge pulsation dampener ................ 8
Gambar 3.4 Discharge valve manifold............................................................. 8
Gambar 3.5 Pressure relief valve..................................................................... 9
Gambar 3.6 Suction line manifold 6” dan header suction 12”....................... 9
Gambar 3.7 Tuas clutch di floor (A) dan di power end pompa (B) ................. 11
v
RINGKASAN
Pompa lumpur memiliki fungsi vital dalam fungsinya sebagai alat sirkulasi utama
pada operasi pemboran. Tidak dapat dipungkiri apabila keberadaannya menjadi
hal yang sangat membutuhkan perhatian. Oleh karenanya perlu diperhatikan
mengenai cara pengoperasian dan penerapan pemeliharaan yang tepat agar pompa
memiliki umur pakai lebih lama.
Pemeliharaan merupakan salah satu strategi yang diterapkan untuk
menjaga pompa lumpur agar tetap dalam kondisi optimal. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya tidak hanya pemeliharaan saja yang menjadi fokus utama. Yang
menjadi tolok ukur performa pompa lumpur adalah seberapa bagus sistem lumpur
yang disirkulasikan. Baik atau buruknya sistem lumpur sangat berpengaruh pada
komponen pompa terutama pada bagian yang sifatnya comsumable.
Sesuai dengan data yang terkumpul selama OJT dan hasil Gugus Kendali
Mutu Rig N110M1/18, ternyata pemeliharaan yang baik akan dapat menghemat
biaya operasi secara signifikan. Dalam arti selain menerapkan prosedur
pemeliharaan yang benar juga harus ada pengawasan khusus terhadap perlakuan
terhadap pompa lumpur.
Kata kunci : pompa triplex, consumable goods, preventive maintenance.
vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada suatu operasi pemboran minyak dan gas bumi, modal dan teknologi tinggi
menjadi alasan yang mendasar sehingga diharapkan pelaksanaan operasi dapat
berjalan dengan lancar. Selain itu resiko yang tinggi menjadi obyek yang
mendapat perhatian lebih di dalamnya. Salah satu hal yang menjadi perhatian
utama pada desain dan pelaksanaan pemboran adalah performa dari pompa
lumpur yang sering dianggap jantung dari operasi pemboran. Oleh karena itu,
penggunaan pompa lumpur memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
kontribusinya sebagai alat sirkulasi lumpur pemboran.
Penggunaan peralatan yang tepat dalam segi pengoperasian dan
disesuaikan dengan fungsinya akan meningkatkan umur pakai dari peralatan
tersebut. Di samping itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam
penggunaannya, seperti halnya peralatan yang lain, pompa lumpur harus
memperoleh perawatan dan pemeliharaan yang memadai. Pemeliharaan pada
pompa ini meliputi pemeliharaan pada saat operasi dilaksanakan maupun sedang
dalam kondisi idle.
Pada penulisan Kertas Kerja Wajib (selanjutnya disingkat KKW) ini
disampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan pemeliharaan terhadap
pompa lumpur. Dan materi-materi diperoleh pada pelaksanaan OJT di Rig
N110M1/18 lokasi SPA-U1 untuk sumur eksploitasi hidrokarbon di Prabumulih.
1.2 Ruang Lingkup
Lingkup pembahasan pada KKW ini mengulas hal-hal yang berhubungan dengan
pemeliharaan pompa lumpur. Dan pompa lumpur yang menjadi pokok
pembahasan adalah pompa triplex single acting model 9-P-100, dimana pompa ini
digunakan sebagai alat sirkulasi utama dalam pemboran yang dilakukan oleh Rig
N110M1/18.
1
1.3 Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan KKW ini adalah memberikan informasi mengenai
pemeliharaan dan pemecahan terhadap beberapa masalah yang sering terjadi pada
saat pompa sedang beroperasi, terutama yang terjadi di lokasi OJT.
1.4 Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang diambil dalam penulisan KKW ini adalah:
1. Pengamatan lapangan.
2. Pengumpulan informasi langsung (wawancara).
3. Pencarian informasi di manual book mud pump 9-P-100.
1.5 Sistematika
Sistematika penulisan KKW ini dibagi menjadi empat bab, dengan masing-
masing-masing bab diuraikan sebagai berikut:
1. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas sub bab latar belakang,
ruang lingkup, maksud dan tujuan, metode pendekatan, dan
sisematika.
2. Bab II berisi identifikasi masalah, terdiri atas sub bab deskripsi
keadaan dan gejala permasalahan, dimensi permasalahan, dan
perumusan pokok permasalahan.
3. Bab III berisi pembahasan masalah, terdiri atas sub bab interpretasi
data dan informasi, analisis koreksi, gangguan operasi dan cara
penanganannya, dan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
4. Bab IV merupakan penutup, yang didalamnya akan terdiri atas sub
bab kesimpulan dan saran-saran.
2
II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
2.1 Deskripsi keadaan & gejala permasalahan
Rig N110M1/18 memiliki 3 pompa lumpur triplex single acting, dimana 2 pompa
merupakan pompa triplex model 9-P-100 dan satu diantaranya model 8-P-80.
Akan tetapi sesuai dengan ruang lingkup pembahasan, pompa lumpur yang akan
dibahas pemeliharaannya adalah pompa triplex single acting model 9-P-100.
Dari informasi yang diperoleh di lapangan, pompa lumpur Rig
N110M1/18 saat ini dalam kondisi yang cukup bagus untuk digunakan dalam
operasi pemboran. Disamping itu pemeliharaan rutin selalu dilakukan mengingat
pompa lumpur memiliki jam operasi yang tinggi.
Pompa lumpur yang berfungsi memompakan lumpur bor sebersih
mungkin dari tangki lumpur bor ternyata sering tercemar. Pencemaran tersebut
terjadi karena adanya kontaminasi lumpur oleh pasir maupun kotoran - kotoran
yang menyebabkan pukulan/ketukan pada saat operasi pemboran berjalan. Saat
dilaksanakannya OJT di Rig N110M1/18 ini ditemukan beberapa masalah pada
operasional pompa lumpur.
Masalah yang sempat ditemui di lokasi OJT adalah terjadinya kebocoran
pada liner akibat rusaknya rubber piston. Gejala dari kondisi tersebut biasanya
diawali dengan adanya penurunan tekanan pompa, munculnya suara mendesis
pada bagian fluid end, timbulnya getaran yang berlebihan pada pompa, dan cairan
yang masuk ke liner chamber berlebihan.
Gambar 2.1 Rubber piston mengalami keausan parah
3
2.2 Dimensi permasalahan
Sesuai dengan ruang lingkup yang telah dijelaskan di BAB I, permasalahan yang
dibahas pada KKW ini akan dibatasi pada strategi pemeliharaan pompa lumpur 9-
P-100. Penjelasan juga mencakup gejala-gejala permasalahan pada pompa yang
dapat mengakibatkan pompa tidak dapat bekerja optimal. Dari batasan masalah
tersebut akan diambil pemecahan masalah sesuai dengan dasar pemeliharaan
pompa yang mengacu pada prosedur sesuai dengan yang telah ditentukan di buku
panduan penggunaan pompa lumpur (manual book 9-P-100).
2.3 Perumusan pokok permasalahan
Dari penjelasan singkat mengenai dimensi permasalahan, dapat ditentukan pokok
permasalahan yang akan dibahas yaitu tentang strategi pemeliharaan pompa
lumpur yang disesuaikan dengan rekomendasi pabrik. Selain itu akan diulas
secara singkat tentang faktor yang mempengaruhi kerusakan pada komponen-
komponen consumable seperti liner, piston maupun insert valve.
4
III. PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Interpretasi Data & Informasi
3.1.1 Pompa Triplex Single Acting
Pompa lumpur adalah suatu alat untuk memompakan cairan dengan mengubah
tenaga mekanis menjadi tenaga hidrolis. Fungsinya untuk memberikan daya
hidrolis berupa tekanan dan volume aliran/debit lumpur, dengan mengalirkan
lumpur dari tangki melalui manifold stand pipe masuk ke drill string, menuju ke
nozzle pahat dengan mengefektifkan jet velosity-nya. Kemudian dengan tekanan
yang dihasilkan oleh pompa lumpur, cairan pemboran akan membawa serbuk bor
dari dasar lubang menuju permukaan melalui annulus.
Sedangkan prinsip kerja pompa triplex single acting itu sendiri adalah
dengan satu kali gerakan bolak-balik akan menghasilkan satu kali kerja. Dimana
pada saat piston bergerak ke belakang terjadi langkah pengisapan sehingga liner
terisi oleh cairan. Karena pompa triplex bekerja cepat maka pengisian liner
dilakukan oleh pompa centrifugal sebagai super charging-nya. Sedangkan pada
saat piston bergerak ke depan, maka terjadi langkah penekanan (discharge)
sehingga volum cairan yang ada di salam liner terdorong keluar menuju discharge
manifold.
Selain itu, ada beberapa keuntungan dari penggunaan triplex pump jika
dibandingkan dengan duplex pump yang antara lain:
Karena piston hanya bekerja untuk menekan, maka pengisian saat
langkah isap dibantu oleh pompa centrifugal sehingga proses
pengisian menjadi lebih cepat.
Dalam hal perawatan lebih mudah karena letak liner assembly berada
pada ruang yang mudah untuk dibuka.
Unit liner assembly lebih ringan dan harganya lebih murah.
Secara keseluruhan, unit pompa triplex memiliki berat lebih ringan.
5
3.1.2 Sistem Operasi Pompa
Kemampuan pompa triplex untuk bekerja didapatkan dari engine sebagai
penggerak utamanya yang menggerakkan power end sehingga menghasilkan
gerakan mekanis pada piston pompa. Sedangkan tenaga hidrolis dihasilkan dari
cairan yang termampatkan dan dipompakan oleh piston pompa dimana proses ini
terjadi di fluid end.
3.1.3 Data Pompa 9-P-100
Pompa triplex single acting model 9-P-100 memiliki spesifikasi:
Gambar 3.1 Pompa triplex 9-P-100
Mud Pump 1 : 9-P-100 – 6 ¼” x 9 ¼” ; SN 11072 RJ
Torque converter 1 : Model: C300-100 ; SN H 6312 ; Type FH
Spec 3071
Engine 1 : CAT 3512 ; SN 65Z01027
Cooling system : Pump size : 1”x1 ½”x8” ; SN N88821
Elmot 1 : 3 HP ; SN 1010716130
AH 588134
Mud Pump 2 : 9-P-100 – 6 ¼” x 9 ¼” ; SN 11071 RJ
Torque converter 2 : Model: C300-100 ; SN H 6310 ; Type FH
Spec 3071
6
Engine 2 : CAT 3512 ; SN 65Z01019
Cooling system : Pump size : 1”x1 ½”x8” ; SN N88819
Elmot 2 : 3 HP ; SN 10107181305
AH 588132
3.1.4 Fungsi bagian-bagian pompa triplex 9-P-100
Untuk mendukung kinerja pompa dalam operasi pemboran, maka setiap bagian
yang ada di dalamnya harus seoptimal mungkin dapat digunakan. Adapun bagian-
bagian dari fluid end pompa adalah sebagai berikut:
Liner berfungsi untuk menjebak dan mengarahkan cairan yang akan dipompakan
dan sebagai tempat dimana piston melakukan gerakan bolak-balik untuk
menghisap dan menekan cairan.
Catatan: bagian dalam (A) jangan dibersihkan dengan minyak. Pembersihan
dengan minyak akan menyebabkan rubber piston cepat menjadi getas sehingga
akhirnya mengalami aus prematur.
A
Gambar 3.2 Liner assembly 6”
Piston berfungsi memindahkan dan meneruskan energi mekanis dari power end
ke fluid end pompa.
Piston rod berfungsi untuk menghubungkan antara piston dengan penggeraknya
(power end pompa).
Liner cover berfungsi untuk menahan dan menutup silinder agar cairan dapat
terjebak.
Discharge valve berfungsi sebagai pintu keluar cairan pada saat langkah tekan,
dimana pada saat langkah tekan cairan akan terdorong meninggalkan silinder.
7
Packing berfungsi untuk menahan kebocoran yang terjadi antara silinder dengan
tutup silinder dan antara silinder dengan tempat duduk silinder pada pompa.
Suction dampener berfungsi untuk meredam dan menstabilkan tekanan pada
saluran isap juga berfungsi untuk meredam ketukan (knocking). Ketukan terjadi
apabila cairan terlambat masuk ke dalam fluid end sehingga cairan yang akan
dipompakan tercampur dengan angin.
Discharge line merupakan saluran untuk mengalirkan cairan bertekanan dari
pompa lumpur melalui vibrating hose dan discharge valve manifold sampai ke
lubang bor.
Discharge pulsation dampener berfungsi untuk meredam pulsa (gelombang)
tekanan cairan pada saluran tekan agar aliran yang keluar dari pompa relatif lebih
teratur pola alirannya.
Gambar 3.3 Suction dampener dan discharge pulsation dampener
Discharge valve manifold merupakan peralatan pada pompa yang dipasang pada
discharge line setelah vibrating hose dan dilengkapi dengan kerangan-kerangan
yang berfungsi untuk membagi aliran dari pompa yang beroperasi.
Gambar 3.4 Discharge valve manifold
Pressure relief valve berfungsi untuk melindungi pompa dan discharge line dari
tekanan yang berlebihan. Tekanan berlebihan yang muncul dapat berasal dari
8
tertutupnya salah satu kerangan di manifold, nozzle pada pahat tersumbat, dsb. Set
relief valve sekitar 10% di bawah tekanan kerja yang dapat dihasilkan oleh liner
pompa.
Gambar 3.5 Pressure relief valve
Suction line berfungsi untuk menghubungkan dan mengalirkan cairan dari tangki
isap, pompa charging, dan pompa lumpur.
Gambar 3.6 Suction line manifold 6” dan header suction 12”
Charging pump merupakan pompa centrifugal yang berfungsi untuk menaikkan
tekanan pada saluran isap pompa sehingga dapat mencegah keterlambatan
pengisian pada ruang isap pompa. Pada umumnya sebagian besar pompa triplex
memerlukan 60-70 feet head dari pompa charging supaya pengisian ruang isap
baik.
3.2 Pemeliharaan Pompa Triplex Single Acting 9-P-100
Penggunaan peralatan yang tepat sesuai fungsinya akan berakibat pada lebih
lamanya umur pakai peralatan. Hal tersebut juga sangat erat kaitannya dengan
bagaimana perawatan dan pemeliharaannya. Oleh karenanya sangat disayangkan
apabila mengoperasikan alat sesuai prosedur namun tidak merawat dan
memeliharanya.
9
Pada dasarnya tujuan utama dari proses pemeliharaan terhadap pompa
lumpur adalah melakukan serangkaian perawatan secara periodik dan terjadwal
dengan maksud agar pompa lumpur yang dioperasikan memiliki umur pakai lebih
lama (awet). Sedangkan tujuan lain dari pemeliharaan itu sendiri antara lain:
Menjaga performa pompa lumpur agar tetap dalam kondisi prima
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Mencegah kerusakan sedini mungkin dengan cara mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.
Menekan besarnya biaya perbaikan apabila pada suatu ketika pompa
mengalami kerusakan.
Secara prinsip, pemeliharaan suatu alat membutuhkan strategi agar apa
yang dilakukan memperoleh hasil yang optimal. Oleh karena itu harus ada
panduan yang jelas sehingga apa yang menjadi tujuan dapat terlaksana. Sebagai
informasi, strategi pemeliharaan yang diterapkan di Rig N110M1/18 antara lain:
1. Preventive maintenance yaitu dimana kru rig melakukan kegiatan perawatan
yang dilakukan secara rutin setiap hari. Pemeriksaan rutin terhadap pompa
lumpur yang dilakukan di Rig N110M1/18 oleh derrickman (dan atau kru yang
membantu) sebelum dioperasikan antara lain:
Melakukan pengecekan terhadap baut-baut fluid end.
Memeriksa isi dan kebersihan air pendingin liner.
Memeriksa tekanan diafragma pada pulsation dampener (tekanan
diafragma sekitar 750-1000 psi).
Memeriksa tekanan yang di set pada relief valve.
Memeriksa kebersihan saringan baik yang ada di head suction
maupun di crossing discharge pulsation dampener.
Membersihkan dan mengaliri pump housing dengan air.
Pengecekan terhadap kinerja pompa dengan cara mendengarkan
secara seksama terhadap suara yang dikeluarkan oleh gerakan dari
pompa.
Pelumasan bearing, baik pada engine, torque converter, dan power
end (dilakukan oleh mekanik).
10
2. Scheduled maintenance yaitu perawatan yang dilakukan secara terjadwal dan
dilakukan pada saat rig dalam kondisi tidak beroperasi atau idle. Perawatan ini
mencakup semua unit yang berhubungan dengan unit pompa mulai dari engine,
torque converter dan unit pompa itu sendiri tergantung dari jam jalan masing-
masing unit.
3. Breakdown maintenance yaitu melakukan serangkaian perawatan terhadap
pompa apabila pompa mengalami kerusakan pada saat operasi. Komponen
pompa yang sering mengalami kerusakan pada saat operasi adalah komponen
yang terutama merupakan bagian dari fluid end pompa seperti:
Rubber piston. Bagian ini sering rusak apabila lumpur yang
disirkulasikan mengandung solid content yang cukup tinggi.
Rubber valve
Spring valve
Liner assembly
Komponen ini sering mengalami kerusakan apabila lumpur yang disirkulasikan
mengandung solid berlebihan. Oleh sebab itulah di setiap rig diharuskan untuk
memiliki 3 unit pompa dimana satu unit menjadi cadangan dan siap
dioperasikan kapan saja.
Pada saat memperbaiki pompa yang mengalami kerusakan, ada beberapa
hal yang harus dilakukan antara lain:
Matikan pompa charging dan pompa lumpur (dari rig floor).
Posisikan tuas clutch pada posisi OFF sehingga apabila operator
menghidupkan pompa dari rig floor pompa tetap dalam kondisi mati.
B A
Gambar 3.7 Tuas clutch di floor (A) dan di power end pompa (B)
11
Jika liner perlu diganti, buka fluid end module dan bersihkan agar
modul tidak “masuk angin” yang dapat menyebabkan terjadi
knocking.
Selain itu tahapan pengoperasian pompa lumpur yang benar termasuk
salah satu program pemeliharaan yang dianjurkan. Sesuai dengan keadaan di
lapangan dan informasi dari mekanik, ada 4 tahapan pengoperasian pompa yang
secara umum dilakukan di Rig N110M1/18. Langkah-langkah pengoperasian
tersebut mulai dari persiapan sampai penghentian pompa adalah:
1. Tahap persiapan
Periksa pelumas pada gear box pompa dan hindarkan dari kontak
dengan air.
Periksa baut-baut pompa dan tutup silinder.
Periksa packing, jika ada kebocoran segera perbaiki.
Beri grease pada setiap fitting grease pompa.
Cek air pendingin pada pompa dan sistem pendinginannya.
Periksa kondisi manometer pompa agar tidak terjadi kesalahan
dalam pembacaan.
Periksa level oli pada tangki di power end.
Buka butterfly valve pada manifold isap dan tekan.
2. Tahap start up
Jaga komunikasi antara operator yang berada di floor dengan kru
yang berada di lokasi pompa berada.
Jalankan charging pump untuk mengisi silinder agar pada saat
pompa beroperasi tidak terjadi knocking.
Operasikan pompa dengan menarik handle yang menghubungkan
prime mover dengan pompa.
3. Tahap operasi
Saat pompa beroperasi, periksa aliran yang dihasilkan.
Sebelum menambah kecepatan pompa, amati aliran dan yakinkan
bahwa pompa tidak mengalami gangguan.
12
Selain itu yakinkan bahwa pada pompa tidak mengalami vibrate
and noise yang berlebihan.
Selalu monitor keadaan pompa dan engine setiap waktu.
4. Tahap pemberhentian operasi pompa
Turunkan kecepatan pompa.
Stop pompa dan pompa charging.
Tutup kerangan isap dan tekan.
Setelah pompa dalam keadaan mati, selalu upayakan pompa bersih agar
siap untuk dioperasikan. Dalam pembersihan gunakan air dan detergen agar oli
yang mengotori pompa dapat hilang dan tidak terlalu banyak meninggalkan bekas.
3.3 Analisa koreksi
Permasalahan yang timbul akibat kinerja pompa lumpur yang kurang optimal
menyebabkan bertambahnya waktu operasi yang berefek pada penambahan biaya
operasi. Oleh karena itu gejala-gejala yang dapat menimbulkan pembengkakan
waktu operasi harus sesegera mungkin diminimalisir.
Dari penjelasan tentang keadaan di lapangan, sebenarnya pompa 9-P-100
yang digunakan kondisinya relatif bagus. Akan tetapi pada pelaksanaan pemboran
sumur SPA-37 (pada trayek casing liner 7”) ini sempat terjadi kebocoran pada
insert valve dan rubber piston. Dari pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa
banyak pencemar yang mengkontaminasi lumpur. Sedangkan menurut informasi
yang di dapat dari derrickman, hal ini biasa terjadi dengan alasan rubber piston
yang dipakai sudah cukup lama digunakan.
Pada kenyataannya, kerusakan pada rubber piston maupun rubber insert
valve merupakan hal yang sering terjadi. Maka untuk menanganinya persiapan
terhadap komponen yang sering mengalami kerusakan perlu disediakan sebelum
pelaksanaan pemboran. Selain itu kondisi lumpur yang kurang bagus juga
merupakan penyebab dari kerusakan-kerusakan pada komponen pompa.
Apabila sistem lumpur yang digunakan terlalu banyak mengandung
padatan dan pasir, maka dapat dikatakan penggunaan solid control equipment-nya
bekerja kurang optimal. Hal ini secara umum dapat menyebabkan:
13
Insert valve akan cepat mengalami kerusakan.
Liner cepat megalami keausan (muncul banyak goresan).
Aliran mengalami kehilangan tekanan karena adanya sumbatan.
Fluid end module akan cepat mengalami wash out.
Informasi di lapangan menjelaskan bahwa kurang optimalnya susunan
SCE karena ternyata desander menghisap lumpur dan mengalirkannya pada
tangki yang sama (2A). Hal ini kurang optimal karena pasir akan kembali masuk
ke tangki yang seharusnya sudah menjadi konsumsi desilter. Alasan dari lay out
tersebut adalah apabila desander menghisap langsung dari tangki 1B maka suplai
lumpur akan cepat berkurang. Maka untuk memenuhi pengisian di tangki 2A
dilakukan dengan cara mengalirkan kembali lumpur hasil proses di desander.
Akibat dari penataan seperti itu maka desilter akan memisahkan partikel sand dan
silt dalam waktu bersamaan.
Kemungkinan lain yang perlu diperhatikan adalah kebersihan strainer
yang terletak pada header suction 12” yang merupakan manifold isap utama dari
active tank 3A. Masalah ini sering terjadi pada saat proses mixing lumpur. Saat
mixing petugas seringkali tidak memperhatikan kebersihan hopper. Akibatnya
banyak sobekan bekas bungkus chemical lumpur seperti karton, plastik, tali, dan
lain-lain yang ikut tercampur. Oleh karenanya banyak kotoran yang akhirnya
menyumbat strainer keluaran header suction 12”.
Sesuai buku panduan pompa lumpur 9-P-100, pembersihan saringan ini
standarnya dilakukan minimal sekali dalam sebulan dengan catatan sistem lumpur
bagus. Tetapi dalam pelaksanaannya, pengecekan dan pembersihan harus selalu
dilakukan terutama apabila ditemukan adanya masalah pada kinerja pompa
tersebut. Melihat kondisi seperti ini maka pengelolaan lumpur harus benar-benar
diperhatikan. Disamping itu penyediaan liner assembly dan komponen-komponen
consumable untuk fluid end harus siap dipakai kapan saja diperlukan.
3.4 Gangguan operasi dan cara penanganannya
Pada saat beroperasi adakalanya pompa mengalami gangguan yang jika tidak
segera ditangani dapat berakibat pada kerusakan yang lebih parah. Oleh sebab itu
14
kru yang bertanggung jawab pada kinerja pompa harus mengetahui gejala-gejala
yang dapat menyebabkan pompa berhenti beroperasi. Di bawah ini akan
dijelaskan tentang beberapa masalah yang dapat terjadi saat pompa bekerja, yaitu:
Tekanan dan kapasitas pompa berkurang.
Kemungkinan penyebab:
Katup isap tersumbat.
Karet piston bocor.
Saringan pada discharge manifold tersumbat kotoran.
Packing penutup liner bocor.
Cara penanganan:
Buka dan bersihkan katup isap.
Ganti karet piston dengan spare part yang telah tersedia.
Buka dan bersihkan saringan pada crossing discharge line.
Ganti packing penutup liner.
Pompa tidak bisa menghisap cairan.
Kemungkinan penyebab:
Suction line mengalami hambatan dalam bekerja.
Pompa charging tidak bekerja dengan semestinya.
Saringan pada suction line tersumbat kotoran.
Suction valve tersumbat kotoran yang lolos saringan.
Cara penanganan:
Buka dan bersihkan saluran isap bila perlu lakukan flushing dengan air
bersih.
Cek pompa charging dengan melihat fungsi penggerak dan impelernya.
Bersihkan suction strainer pada saluran isap.
Bersihkan suction valve.
Beban pompa terlalu berat.
Kemungkinan penyebab:
Katup tekan tersumbat kotoran.
Discharge strainer mengalami sumbatan.
15
Cara penanganan:
Cek dan bersihkan baik katup tekan maupun strainer di dalam modul
yang tepat berada di bawah discharge dampener.
Pompa menderita getaran yang berlebihan dan tidak biasa.
Kemungkinan penyebab:
Connection clamp antara piston rod dan sub rod tidak terpasang dengan
kencang.
Cairan yang masuk liner tidak seimbang dengan kecepatan pompa.
Tidak optimalnya fungsi discharge pulsation dampener.
Cara penanganan:
Periksa dan kencangkan apabila mendapati connection clamp tidak
terpasang dengan benar.
Periksa dan perbaiki charging pump apabila teridentifikasi kerusakan.
Periksa tekanan pada discharge dampener, tambahkan nitrogen jika
tekanannya berkurang.
3.5 Alternatif-alternatif pemecahan masalah
Agar kerusakan dalam penggunaan pompa lumpur dapat diminimalisir, maka
diperlukan adanya suatu perhatian khusus pada prosedur perawatan yang benar.
Di bawah ini akan ditunjukkan tentang perawatan terjadwal yang direkomendasi
oleh National Oil Well sebagai pabrik pembuat pompa ini.
Tabel 3.1 Rekomendasi scheduled maintenance dari NationalOil Well
FREKUENSI PROSEDUR
Periksa kondisi liner dan piston. Jika cairan yang masuk
melewati piston terlalu banyak dan berlebihan, maka ada
baiknya liner assembly perlu diganti agar pressure yang
diharapkan sesuai dengan GPM yang dikeluarkan pompa.
Bersihkan ruangan liner agar bagian dalamnya tidak cepat
mengalami korosi.
Harian
Periksa, ganti dan atau isi kembali tempat air pendingin liner
16
apabila volumnya berkurang atau sudah terlalu kotor.
Periksa bagian penyemprot air pendingin dan pastikan nozzle-
nya tidak mengalami sumbatan.
Periksa kinerja suction dampener agar pengisian cairan ke
modul isap bekerja dengan baik.
Buka dan bersihkan pengunci modul suction maupun
discharge serta oleskan grease pada masing-masing ulirnya.
Bersihkan bagian dalam dalamnya. Periksa kondisi isi modul
dengan teliti.
Periksa dengan teliti kondisi insert valve guide. Ganti apabila
kondisinya telah rusak.
Periksa kondisi insert valve dan seating valve. Ganti apabila
keduanya telah aus. Dan jika seating valve tidak dapat dilepas
dari modul, maka dapat di las potong dari taper-nya.
Mingguan
Ganti nut pengunci piston apabila telah mengalami kehilangan
fungsinya sebagai pengunci (kendor), rusak, atau berkarat.
Biasanya nut efektif bila dipakai sekitar 3 kali operasi.
Lepaskan tutup solid block module, bersihkan valve yang ada.
Periksa semua kondisi kekencangan stud dan nut-nya saat
digunakan untuk mengunci modul.
Keluarkan dan bersihkan saringan dari dalam discharge cross. Bulanan
Periksa kondisi rod wiper, apabila sudah aus maka sebaiknya
segera diganti.
Periksa kondisi magnet pada tutup keluaran (drainase)
terutama pada saat penggantian oli.
Bersihkan magnet yang dilewati aliran oli pada bagian inspeksi
(di power end). 6 bulanan
Bersihkan tempat penampung oli pada saat penggantian engine
oil.
17
Untuk mengurangi potensi kerusakan terhadap beberapa komponen yang
rentan terhadap kerusakan baik ringan maupun berat, sebaiknya standar
pemeliharaan rekomendasi pabrik dilaksanakan. Karena anjuran pemeliharaan
telah disesuaikan dengan spesifikasi komponen yang diproduksi. Akan tetapi
dengan melihat kondisi sebenarnya di lapangan, modifikasi pemeliharaan dapat
dilakukan mengingat proses pemboran adalah kegiatan yang sangat dinamis.
Di samping itu pengelolaan sistem lumpur yang baik akan sangat
membantu keawetan dari pompa lumpur itu sendiri. Apabila sistem lumpur yang
di isap pompa merupakan lumpur yang bersih, maka umur pakai pompa akan
dapat lebih lama jika dibandingkan dengan mensirkulasikan lumpur penuh
kandungan padatan dan pasir.
Oleh karena itu alternatif yang dapat diambil berkaitan dengan
permasalahan di atas adalah sebagai berikut:
Melaksanakan program maintenance sesuai dengan rekomendasi
pabrik pembuat pompa yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Mengoperasikan pompa sesuai dengan prosedur yang disarankan
pabrik pembuat.
Selalu menyediakan komponen cadangan pada saat pompa beroperasi.
Mengoptimalkan penggunaan solid control equipment sehingga
kandungan padatan dan pasir dari sistem lumpur dapat terpisah dengan
baik.
Pada saat mixing lumpur sebaiknya petugas tidak secara sembarangan
membuang bekas sobekan pembungkus chemical, baik secara sengaja
ataupun tidak.
18
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa
pemeliharaan yang baik pada pompa lumpur akan memberikan dampak positif
bagi laju operasi. Hal ini dapat diketahui dari kemampuannya dalam memenuhi
kapasitas cairan yang dibutuhkan dan tekanan hidrolis yang diinginkan sesuai
program pemboran.
Disamping itu dengan adanya pengelolaan lumpur yang kurang baik,
maka akan berakibat pada aliran yang akan dihasilkan. Lumpur yang berasal dari
tangki maupun mixing hopper harus selalu dipantau kebersihannya. Dampak yang
akan diperoleh apabila sistem lumpur tidak bagus adalah terganggunya operasi
akibat pompa lumpur berhenti bekerja. Oleh karenanya preventive maintenance
menjadi hal yang penting untuk selalu dilaksanakan demi menghindari kerusakan
peralatan yang lebih parah. Strategi ini merupakan alat yang efektif untuk
mendapatkan umur pakai pompa lumpur lebih lama.
4.2 Saran-saran
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari lapangan tentang pemeliharaan pompa
lumpur, maka ada beberapa hal yang dapat menjadi masukan antara lain:
1. Agar lumpur sirkulasi sesuai dengan yang diharapkan dan pompa tidak
menderita gesekan yang berlebihan, ada baiknya susunan solid control
equipment di optimalkan sesuai fungsinya.
2. Ukuran lubang strainer harus lebih kecil daripada lubang nozzle agar bila
ada kotoran yang keluar dari nozzle dapat tersaring dengan baik.
3. Sebisa mungkin kru yang bertanggung jawab penuh pada pompa
membuat jadwal tertulis tentang program pemeliharaan pompa. Baik
untuk harian maupun mingguan sehingga program pemeliharaan dapat
tersosialisasi dengan baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Djunaidi, A., Operasi dan Pemeliharaan Pompa Lumpur di Rig No.29 H 40 D
Pertamina OEP Prabumulih, 2001
National Oilwell, Final Documentation Package 9-P-100 Triplex Mud Pump,
issued date June 2001
Rig N110M1/18, Gugus Kendali Mutu M-One Destroyer, 2006
Rig N110M1/18, Laporan Harian Operasi SPA-U1, 2007
20