Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada...

39
PROPOSAL PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 KENDARI MELALUI PEMBELAJARAN VIRTUAL LABORATORY BERBASIS PHET SIMULATION (Penelitian Tindakan Kelas) 2014 Oleh: Drs. La Tahang, M.Pd (Ketua) (NIDN:0021066201) Drs. Ramli, M.Si (Anggota) (NIDN:0021066201) H. Bakri, S.Pd (Anggota) (NIP:.................... ..) Evi Juslian ( Anggota) (NIM:A1C310039)

Transcript of Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada...

Page 1: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

PROPOSAL PTK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2

KENDARI MELALUI PEMBELAJARAN VIRTUAL LABORATORY BERBASIS PHET SIMULATION

(Penelitian Tindakan Kelas)2014

Oleh:

Drs. La Tahang, M.Pd (Ketua) (NIDN:0021066201)

Drs. Ramli, M.Si (Anggota)(NIDN:0021066201)

H. Bakri, S.Pd (Anggota) (NIP:......................) Evi Juslian ( Anggota)

(NIM:A1C310039)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS HALUOLEO

2014

Page 2: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

ABSTRAK

Akan dilakukan kegiatan penelitian tindakan kelas di SMA Negeri 2 Kota Kendari Kendari Sulawesi Tenggara dengan pembelajaran Model Laboratorium Maya (Virtual Laboratory Model) berbasis PhET Simulation Interactive untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis (critical thinking). Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pengabdian dengan membimbing guru-guru fisika untuk menerapkan perangkat pembelajaran tersebut dalam kelas pada materi fisika yang lainnya sehingga siswa akan terlatih menjadi pemikir yang kritis dan akan bermuara kepada penguasaan konsep-konsep fisika, utamanya pada konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak.

Dampak dari pelaksanaan penelitian ini adalah munculnya kesadaran bagi guru-guru fisika baik secara individu atau kelompok untuk mencoba mengembangkan dan sekaligus menerapkan perangkat pembelajaran fisika di dalam kelas dengan memilih materi pokok yang lain yang menggunakan model VLM berbasis PhET Simulation Interactive. Selanjutnya hasil dari penerapan perangkat pembelajaran tersebut dapat mondorong peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang pada akhirnya kualita belajar siswa meningkat yang berdampak positif dalam peningkatan hasil belajar fisika. Dengan demikian siswa termotivasi untuk belajar Fisika dan akan terbiasa melakukan praktikum yang lebih inovatif, murah, dan menarik.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bermitra (berkolaborasi) dengan guru fisika di SMA Negeri 2 Kota Kendari. Tahap pelaksanaan dibimbing mengoperasikan virtual laboratory berbasis phet simulation dan diberi kesempatan melakukan praktikum VLM berbasis PhET Simulation di dalam kelasnya, dan pada tahap refleksi tim peneliti melakukan refleksi terhadap hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mitra selama uji coba secara riel dalam kelas. Selanjutnya tim peneliti memberikan bimbingan kepada guru mitra untuk membuat laporan hasil penelitian agar mendapat masukan dari tim peneliti dalam upaya perbaikan selanjutnya.

Page 3: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

DAFTAR ISIHalaman

HALAMAN SAMPUL…………………..…………………..…………………………. HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………….. DAFTAR ISI … … … … … ………………………………………..………..…… ABSTRAK…..…………………………………………………..…..…………………..

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang……….………………………..…………………..….... …..2. Permasalahan …….…………………..............................................................3. Batasan Masalah…………………………………………………………..4. Pemecahkan Masalah5. Tujuan Penelitian

B. TARGET DAN LUARAN……………………………………………………

BAB 3. METODEPELAKSANAAN…………………………………………………..

BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI………………………………………

BAB 5. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

A. Anggaran Biaya …………………………………………………………………B. Jadwal Kegiatan…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………............

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul yang telah ditandatangani.........

2. Gambaran Ipteks yang akan ditransfer kepada kedua mitra..........................Lampiran 3. Peta Lokasi Wilayah kedua mitra..................................................................

4. Dua buah Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari keduamitra IbM .....................................................................................................

i ii iii iv

146

7

8

12

1316

18

192526

31

Page 4: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembelajaran Fisika , saat ini masih mengalami banyak

kendala. Baik ditinjau dari individual peserta didik yang kurang berminat dalam

belajar fisika, guru yang kurang professional maupun perangkat pembelajaran

yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan turunnya hasil belajar

fisika, kemampuan berpikir kritis siswa.

Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan

efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diantaranya

menggunakan alat bantu mengajar atau alat laboratorium. Bahwa dalam prinsip

mengajar yaitu sebagai guru, diharapkan mampu memperhatikan perbedaan

individual siswa, menggunakan variasi metode mengajar; menggunakan alat bantu

mengajar, laboratorium; melibatkan siswa secara aktif; menumbuhkan minat

belajar siswa, dan menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif.

Melihat dari kenyataan yang ada, maka mata pelajaran fisika seharusnya

merupakan suatu pelajaran yang ditunggu-tunggu, disenangi, menantang dan

bermakna bagi peserta didik ,Disisi lain sebenarnya mereka telah memiliki

kemampuan dasar yang tinggi dan dengan kemajuan teknologi mereka mampu

menyerap berbagai informasi yang ada, terutama sekali pemahaman konsep fisika

dikarenakan pembelajaran fisika diperlukan pembelajaran yang lebih inovatif

dengan menggunakan media yang memadai, Laboratorium yang cukup , dimana

mereka dapat dengan mudah mempraktekkan dan menambah wawasan materi-

materi yang diberikan oleh guru. Namun,kenyataan dilapangan tidaklah demikian.

Hal ini dapat dilihat beberapa sekolah tidak memiliki peralatan yang cukup untuk

melalakukan praktikum, hal ini berimplikasi pada hasil belajar siswa yang masih

rendah.

Berdasarkan data dari SMAN 2 Kendari diperoleh gambaran bahwa,

walaupun media pembelajaran cukup memadai, namun ternyata masih kurang

meningkatkan hasil evaluasi fisika yang baik, terutama siswa kelas XI, sehingga

Page 5: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

peran guru dalam menerapkan berbagai model, pendekatan, metode pembelajaran

sangat diharapkan dapat memberi angin segar bagi peningkatan kualitas dan

kuantitas siswa untuk belajar fisika.

Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran fisika mempunyai nilai yang

strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul,

handal, dan bermoral semenjak dini,. Hal yang menjadi hambatan selama ini

dalam pembelajaran fisika adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran

fisika dengan metode pembelajaran yang menarik, menantang, dan

menyenangkan.

Supaya pembelajaran fisika menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif,

kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan melalui berbagai

macam cara. Salah satu caranya yaitu melalui penerapan pembelajaran dengan

virtual laboratory dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Namun

seberapa jauh mana kemampuan berpikir kritisnya maka akan dilakukan

penelitian penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa KLS XI-1 SMA Negeri 2 Kendari melalui

pembelajaran dengan Vertual Laboratory Berbasis Phet Simulation.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimana perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI

dengan menggunakan pembelajaran vertual laboratory berbasis Phet

simulation pada materi gerak parabola?

2. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar

menggunakan menggunakan pembelajaran vertual laboratory berbasis Phet

simulation?

3. Bagaimana tanggapan siswa tentang pembelajaran fisika dengan

menggunakan pembelajaran vertual laboratory berbasis Phet simulation?

2

Page 6: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

3. Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini adalah penerapan pembelajaran vertual

laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola di kelas XI

semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 SMA Negeri 2 Kendari.

4. Pemecahkan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu menggunakan pembelajaran vertual laboratory

berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola. Dengan model pembelajaran

ini, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI semester 1, tahun

pelajaran 2014/2015 di SMAN 2 Kendari.

5. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :

1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Kelas XI-1 SMA Negeri 2

Kendari tahun ajaran 2014/2015

2. Melalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis

Phet simulation pada materi gerak parabola, hasil belajar siswa pada

materi gerak parabola tahun ajaran 2014/2015 SMAN 2 Kendari dapat

meningkat.

3. Mendekrifsikan tanggapan siswa tentang pembelajaran virtual laboratory

berbasis phet simulation dalam pembelajaran fisika.

6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain :

1. Proses belajar mengajar fisika dengan menggunakan pembelajaran virtual

laboratory berbasis phet meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Bagi siswa. Menumbuhkan kemampuan berpikir siswa dalam mengikuti

pembelajaran fisika.

3. Menanamkan keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat,

pertanyaan, dan saran secara benar.

4. Meningkatnya kualitas pembelajaran fisika.

5. Mendorong pningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika.

3

Page 7: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

6. Memudahkan guru melalkukan praktikum.

B. Kajian Teori

1. Ketrampilan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting.

Hal ini di seperti yang diungkapkan oleh Soeprapto (2001: 1) “Kemampuan

berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,

pekerjaan dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir

kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian

dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam

sepuluh tahun terakhir”. Jadi dapat dikatakan bahwa berpikir kritis merupakan

kemampuan yang sangat penting bagi kehidupan sehingga dijadikan sebagai

tujuan pokok dalam pendidikan. a) Menurut Sutarmo (2012: 94) “Kemampuan

berpikir kritis, otak dipaksa berpikir serius untuk memecahkan masalah yang

dihadapi individu yang berpikir atau memikirkan tindakan yang akan dilakukan

nanti.” Karena setiap orang memiliki masalah yang bukan untuk di hindari

melainkan untuk di pecahkan, maka seharusnya setiap orang juga memiliki

kemampuan berpikir kritis sehingga mereka dapat memikirkan apa langkah

yang harus ditempuh untuk memecahkan masalah serius yang mereka hadapi. b)

Menurut Richard W. Paul yang dikutip oleh Kasdin dan Febiana (2012:5) “Berpikir

kritis adalah proses disiplin secara intelektual dimana seseorang secara aktif dan

terampil memahami mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan dan

mengevaluasi berbagai informasi yang dia kumpulkan atau yang dia ambil dari

pengalaman, pengamatan, refleksi yang dilakukannya, penalaran atau komunikasi

yang dilakukannya”. Jadi, seseorang yang berpikir kritis akan selalu aktif dalam

memahami dan menganalisis semua informasi yang ia dapatkan.

Ennis (1985 dalam Costa, 1985) memperkenalkan berpikir kritis sebagai

berpikir reflektif yang difokuskan pada membuat keputusan mengenai apa yang diyakini

atau dilakukan. Batasan berpikir kritis yang lebih komprehensif dikemukakan oleh

Facione (2006) sebagai pengaturan diri dalam memutuskan (judging) sesuatu yang

menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, maupun pemaparan

4

Page 8: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

menggunakan suatu bukti, konsep, metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual

yang menjadi dasar dibuatnya keputusan. Berpikir kritis penting sebagai alat inkuiri.

Berpikir kritis merupakan suatu kekuatan serta sumber tenaga dalam kehidupan

bermasyarakat dan personal seseorang.

Pemikir kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu yang besar, teraktual,

nalarnya dapat dipercaya, berpikiran terbuka, fleksibel, seimbang dalam mengevaluasi,

jujur dalam menghadapi prasangka personal, berhati-hati dalam membuat keputusan,

bersedia mempertimbangkan kembali, transparan terhadap isu, cerdas dalam mencari

informasi yang relevan, beralasan dalam memilih kriteria, fokus dalam inkuiri, dan gigih

dalam mencari temuan. Dalam bentuk sederhananya, berpikir kritis didasarkan pada nilai-

nilai intelektual universal, yaitu: kejernihan, keakuratan, ketelitian (presisi), konsistensi,

relevansi, fakta-fakta yang reliabel, alasan-alasan yang baik, dalam, luas, dan sesuai

(Scriven dan Paul, 2007).

Menurut Ennis (1985 dalam Costa, 1985) dalam Goals for a Critical Thinking

Curiculum, berpikir kritis meliputi karakter (disposition) dan keterampilan (ability).

Karakter dan keterampilan merupakan dua hal terpisah dalam diri seseorang. Dari

perspektif psikologi perkembangan, karakter dan keterampilan saling menguatkan, karena

itu keduanya harus secara eksplisit diajarkan bersama-sama  (Kitchener dan King,  1995

dalam Facione et al., 2000).

Karakter (disposition) tampak dalam diri seseorang sebagai pemberani, penakut,

pantang menyerah, mudah putus asa, dan lain sebagainya. John Dewey menggambarkan

aspek karakter dari berpikir sebagai “atribut personal” (Dewey, 1933 dalam Facione et

al., 2000). Suatu karakter (disposisi) manusia merupakan motivasi internal yang

konsisten dalam diri seseorang untuk bertindak, merespon seseorang, peristiwa, atau

situasi biasa. Berbagai pengalaman memperkuat teori karakter (disposisi) manusia yang

ditandai sebagai kecenderungan yang tampak, yang dapat dengan mudah dideskripsikan,

dievaluasi, dan dibandingkan oleh dirinya sendiri dan orang lain. Mengetahui karakter

(disposisi) seseorang memungkinkan kita memperkirakan, bagaimana seseorang

cenderung bertindak atau bereaksi dalam berbagai situasi (Facione et al., 2000).

Berbeda dengan karakter, keterampilan dimanifestasikan dalam bentuk

perbuatan. Seseorang dengan keterampilan yang baik cenderung mampu memperlihatkan

sedikit kesalahan dalam mengerjakan tugas-tugas sedangkan orang yang kurang terampil

membuat kesalahan yang lebih banyak bila diberikan sejumlah tugas yang sama (Facione

et al., 2000).

5

Page 9: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

Dalam model yang diadaptasi dari Triandis (1979, dalam Rickets dan Rudd,

2005), keterampilan berpikir kritis merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh karakter

berpikir kritis dan sejumlah faktor pendukung. Berikut merupakan skema faktor-faktor 

yang mempengaruhi keterampilan berpikir kritis (Triandis, 1979 dalam Rickets dan

Rudd, 2005).

Ada 13 indikator karakter berpikir kritis yang dikembangkan Ennis

(1985, dalam Costa, 1985), yaitu:

1. Mencari pertanyaan  jelas dari teori dan pertanyaan.

2. Mencari alasan.

3. Mencoba menjadi yang teraktual.

4. Menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya dan menyatakannya.

5. Menjelaskan keseluruhan situasi.

6. Mencoba tetap relevan dengan ide utama.

7. Menjaga ide dasar dan orisinil di dalam pikiran.

8. Mencari alternatif.

9. Berpikiran terbuka.

10. Mengambil posisi (dan mengubah posisi) ketika bukti-bukti dan alasan-alasan

memungkinkan untuk melakukannya.

11. Mencari dokumen-dokumen dengan penuh ketelitian.

12. Sepakat dalam suatu cara yang teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan

kompleks.

13. Peka terhadap perasaan, pengetahuan, dan kecerdasan orang lain.

Selain itu, masih ada 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang

terbagi ke dalam lima kelompok besar berikut ini. Memberikan penjelasan

sederhana: a) memfokuskan pertanyaan, b) menganalisis argumen, c) bertanya

dan menjawab tentang suatu penjelasan atau tantangan.

1. Membangun keterampilan dasar: d) mempertimbangkan kredibilitas sumber, e)

mengobservasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

2. Menyimpulkan: f) mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, g) menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi,  h) membuat dan menentukan nilai pertimbangan.

3. Memberikan penjelasan lebih lanjut: i) mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, j) mengidentifikasi asumsi.

6

Page 10: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

4. Mengatur strategi dan taktik: k) menentukan tindakan, l) berinteraksi dengan orang lain.

Mengingat pentingnya berpikir kritis dalam pembelajaran fisika, maka

Peranan guru untuk mengembangkan berpikir kritis dalam diri siswa adalah

sebagai pendorong, fasilitator, dan motivator. Tidak ada kata terlambat bagi guru

untuk melakukannya karena menurut Lang (2006) berpikir kritis dapat dipelajari

dan ditingkatkan bahkan pada usia dewasa. Agar proses berpikir kritis terjadi

dalam pembelajaran diperlukan adanya perencanaan yang spesifik pada materi,

konstruk, dan kondisi (Winococur 1985, dalam Costa 1985, Arifin et al., 2003).

Materi dalam kurikulum disusun secara sistematis agar dapat dengan mudah

diasimilasi. Konstruk bertujuan agar siswa dapat membangun struktur

kognitifnya. Kondisi dimaksudkan agar siswa belajar sesuai dengan urutan untuk

mengembangkan struktur kognitifnya dan menggunakan struktur kognitifnya

dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.

Berpikir kritis dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman

siswa yang bermakna. Pengalaman tersebut dapat berupa kesempatan berpendapat

secara lisan maupun tulisan layaknya seorang ilmuwan (Curto dan Bayer, 2005).

Diskusi yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan divergen atau masalah tidak

terstruktur (ill-structured problem), serta kegiatan praktikum yang menuntut

pengamatan terhadap gejala atau fenomena akan menantang kemampuan berpikir

siswa (Broadbear, 2003). King dan Kitchener (1994, dalam Broadbear, 2003)

menjelaskan masalah tidak terstruktur sebagai sesuatu yang “tidak dapat

dipaparkan oleh tingkatan kekomprehensivan yang tinggi; tidak dapat dipecahkan

walaupun dengan keyakinan yang tinggi;  dimana ahli-ahli sering tidak sepakat

mengenai solusi terbaik, bahkan ketika masalah dapat tuntas dipecahkan.

Odmundsen (2005) memberikan sampel kasus yang dapat tuntas dipecahkan.

2. Pembelajaran Vertual Laboratory

Salah satu ciri pengelolaan pembelajaran fisika yang berkualitas di

sekolah adalah terciptanya proses pembelajaran yang memperhatikan

7

Page 11: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

karakteristik dari fisika sebagai produk dan proses yang tercemin mulai dari

tahap penyusunan perencanaan, pelaksanaan sampai pada proses evaluasi.

Untuk mewujudkan kualitas pendidikan tersebut, maka peran kompetensi

profesional guru fisika sangatlah penting dan mutlak diperlukan.

Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kompetensi profesional

guru termasuk guru fisika di sekolah agar menciptakan pendidikan yang

berkualitas ditandai dengan lahirnya beberapa kebijakan, antara lain Undang-

undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah

No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Undang-

undang dan Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa guru harus

memiliki kualifikasi minimum dan kompetensi sesuai dengan bidangnya.

Kompetensi disini dapat diartikan sebagai seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan

diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Dengan demikian guru yang kompeten adalah guru yang mempunyai

penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan

profesi sebagai seorang guru.

Menjelang abad dua puluh satu, tantangan pelaksanaan pendidikan di

sekolah semakin berat. Setidaknya ada tiga aspek yang sangat mempengaruhi

dunia pendidikan saat ini, yaitu aspek globalisai, teknologi dan inovasi, dan

bagaimana cara siswa belajar. Salah satu aspek dari 21 st century skill adalah

learning and innovation skill yang mencakup keterampilan berpikir kritis

(critical thinking skill).

Keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan individu untuk

mengajukan pertanyaan untuk memecahkan masalah, menganalisis dan

mengevaluasi alternatif dari berbagai sudut pandang, dan merefleksikan secara

kritis keputusan dan proses (www.21stcenturyskills.org). rata-rata skor

kemampuan IPA siswa Indonesia pada aspek kognitif knowing hanya sebesar

40,37; aspek applying sebesar 36,96; dan aspek reasoning sebesar 33,01. Dari

skor rata-rata teserbut ternyata masih berada di bawah skor rata-rata

8

Page 12: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

Internasional yang berturut-turut 55,33; 43,80; dan 40,21 untuk aspek kognitif

knowing, applying, dan reasoning. (http://en.wikipedia.org/wikipedia/trend).

Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan IPA siswa

Indonesia masih berada pada kemampuan knowing yaitu kemampuan

memperlihatkan pengetahuan tentang alat, metode dan prosedur IPA.

Berdasarkan hasil TIMSS dapat disimpulkan bahwa permasalahan

pembelajaran IPA di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1)

secara umum guru belum melatih siswa untuk menganalisis, memecahkan

masalah, melakukan sintesis, membuat hipotesis, membuat rencana

percobaan, merumuskan inferensi, merumuskan kesimpulan, membuat

generalisasi, mengevaluasi dan mempertimbangkan, dan (2) sistem evaluasi

yang belum terbiasa menggunakan soal-soal yang mengukur kemampuan

keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) seperti keterampilan

berpikir kritis (critical thinking skill), keterampilan bepikir kreatif (creative

thinking) dan kemampuan pemecahan masalah (problem solving skill).

Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika) yang telah diuraikan di

atas, juga sama dengan permasalahan yang dialami dalam pengelolaan

pembelajaran Fisika pada tingkat SMA di Kota Kendari Sulawesi Tenggara.

Dari hasil penelitian sebelumnya teridentifikasi beberapa kelemahan guru

Fisika dalam mengelola pembelajaran pada siswa SMA/MA di Kota Kendari

khususnya dan umumnya pada Provinsi Sulawesi Tenggara termasuk SMA

Negeri 2 Kendari, antara lain guru-guru fisika masih mengalami kesulitan

untuk mengembangkan perangkat dan media pembelajaran kontekstual untuk

mengajarkan konsep-konsep yang bersifat abstrak, seperti konsep listrik dan

magnet, fenomena gelombang dan optik, konsep atomik/molekul, konsep

fisika modern, dan konsep termodinamika (Takda, A., 2009; 2011). Akibatnya

pengelolaan pembelajaran oleh guru fisika cenderung lebih banyak

menekankan pengajaran konsep (produk) dengan penekanan pada representasi

verbal dan matematik.

Setelah dilakukan diskusi secara mendalam dengan Kepala Dinas

Pendidikan Nasional Kota Kendari terungkap beberapa faktor penyebab masih

9

Page 13: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

rendahnya kualitas pembelajaran Fisika di Kota Kendari antara lain diduga

karena ketersediaan sarana laboratorium berupa KIT fisika dan media

pembelajaran yang dimiliki setiap sekolah-sekolah masih sangat terbatas,

sehingga guru-guru Fisika cenderung mengelola pembelajarannya secara

teoritis dan matematik daripada penerapan pendekatan keterampilan proses

melalui kegiatan penyelidikan atau kerja ilmiah.

Ketersediaan ala-alat laboratorium fisika berupa KIT dan media

pembelajaran merupakan hal penting sebagai penunjang dalam pembelajaran

Fisika. Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori

keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya

dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas

dengan kuantitas dan kualitas yang memadai (Depdiknas, 2002).

Melalui kegiatan laboratorium dapat memberikan pengalaman

langsung yang kontekstual kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan

kerja ilmiah yang dapat membentuk sikap ilmiah, pembentukan karakter yang

baik (good character) dan bertindak sebagai ilmuan cilik yang pada akhirnya

membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan penguasaan konsep fisika

secara produk dan juga mengembangkan sejumlah keterampilan berpikir

seperti berpikir kritis, kreatif dan kemampuan pemecahan masalah,

sebagaimana yang diharapkan pada pendidikan abad 21 yang dikenal dengan

“21 st century skill”.

Salah satu upaya untuk mengatasi ketersediaan ala-alat laboratorium

berupa KIT fisika dan media pembelajaran yang sangat terbatas dimiliki oleh

sekolah adalah melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komputer

(Information Computer and Technology). Finkelstein (2005) mengatakan

bahwa komputer dapat digunakan untuk menunjang pelaksanaan praktikum

fisika, baik untuk mengumpulkan data, menyajikan, dan mengolah data.

Selain itu, komputer juga dapat digunakan untuk memodifikasi eksperimen

dan menampilkan eksperimen lengkap dalam bentuk virtual yang disebut

“Model Laboratorium Maya (Virtual Laboratory Model)”. Virtual

laboratory model (VLM) merupakan objek multimedia interaktif yang

10

Page 14: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

kompleks dan termasuk bentuk digital baru, dengan tujuan pembelajaran

implisit atau eksplisit (Budhu, 2002). Penerapan Laboratorium Maya dalam

pembelajaran fisika dapat dilatihkan kemampuan berpikir (thinking skill),

science process skill, communication skill, ICT skill, dan interpretation skill

(Talyson, 2008). Melalui VLM dapat memberikan kegiatan hand on

laboratory activity untuk mengembangan kemampuan atau keterampilan

(skill) proses dan pemecahan masalah dalam konsep Fisika, serta

mengembangkan literasi ICT.

Salah satu VLM yang berkembang pesat pada saat ini khususnya

pada pembelajaran fisika adalah “PhET Simulation Interactive” yang

dikembangkan oleh Universitas Colorado di Amerika Serikat

(www.phet.colorado.edu). Melalui PhET (Physics Education Technology)

Simulation Interactive dapat memberikan banyak kebebasan kepada siswa

untuk melakukan kegiatan penyelidikan untuk mengidentifikasi dan

memanipulasi variabel, menentukan variabel respon dan veriabel kontrol.

Selama pelaksanaan eksperimen, siswa juga dapat melihat bagaimana

pengaruh variabel manipulasi (bebas) terhadap variabel respon sehingga siswa

dapat menguji hipotesis. Hal tersebut sama pada saat siswa-siswa melakukan

kegiatan eksperimen dengan menggunakan alat-alat laboratorium KIT IPA

sebagai laboratorium yang sebenarnya (real laboratory).

Penerapan Virtual Laboratory Model (VLM) berbasis PhET

Simulation Interactive dalam pembelajaran fisika bagi siswa SMA sebagai

model yang tepat karena didasarkan pada beberapa alasan, yaitu: (1) melalui

Virtual Laboratory Model (VLM) dapat digunakan untuk mengajarkan

konsep-konsep Fisika khususnya konsep yang bersifat abstrak, (2) mengatasi

keterbatasan ketersediaan alat lab/KIT Fisika yang dimiliki sekolah, (3) relatif

membutuhkan biaya yang sangat murah dibandingkan dengan menggunakan

laboratorium nyata (reil laboratory), (4) dapat memberikan banyak kebebasan

kepada siswa untuk melakukan eksperimen dengan mengidentifikasi dan

memanipulasi variabel-variabel untuk melihat bagaimana pengaruh variabel

terhadap variabel lain sehingga siswa dapat menguji hipotesis, (5) melalui

11

Page 15: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

Gambar 1. Gerak Parabola dari sebuah benda yang diberi kecepatan awal dan membentuk sudut tertentu

VLM dapat memberikan kegiatan hand on laboratory activity untuk

mengembangan kemampuan dan keterampilan proses (scince process skill)

dan pemecahan masalah (problem solving skill) dalam konsep Fisika, serta

mengembangkan literasi ICT, dan (6) master program VLM PhET Simulation

Intercative sudah dapat diperoleh secara bebas (free) pada website

http://www.colorado.ac.id, sedangkan program virtual laboratory lainnya

masih harus dibeli dengan harga yang cukup mahal.

3. Materi Fisika

a. Gerak Parabola

Suatu benda dikatakan bergerak parabola atau gerak peluru apabila

benda yang bergerak tersebut membentuk lintasan yang menyerupai grafik

parabola. Contohnya gerak bola yang ditendang oleh seorang pemain bola ke

tengah lapangan akan membentuk lintasan yang menyerupai parabola,

perhatikan gambar berikut ini.

12

Page 16: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

Gambar 1. di atas memperlihatkan lintasan bola yang ditendang miring dengan sudut

tertentu, akan mengalami Gerak yang dinamakan gerak parabola atau gerak peluru.

Pada arah sumbu XI (horisontal) v0 x tidak dipengaruhi oleh percepatan sehingga

terjadi gerak lurus beraturan (GLB), maka berlaku hubungan,

vx=v0 cosαx=v0cosαt ..................................................................................(1)

Pada arah sumbu Y (vertikal), v0 y akan dipengaruhi percepatan gravitasi yang

arahnya ke bawah yang besarnya g = 9,8 m/s2. Sehingga pada arah ini terjadi gerak

lurus berubah beraturan (GLBB) yang diperlambat. Perumusannya berlaku

persamaan:

v y=v0 sin α−gt

y=v0sin αt−12 gt 2

..........................................................................(2)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat Anda simpulkan, bahwa gerak parabola terjadi

karena perpaduan gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan

(GLBB) yang saling tegak lurus.

b. Titik Tertinggi dan Terjauh

1) Titik tertinggiJika Anda perhatikan Gambar 1. maka dapat diketahui bahwa titik tertinggi

terjadi di titik B. Dengan kecepatan hanya pada arah horisontal saja sehingga

dapat ditentukan waktu untuk sampai pada titik tertinggi yaitu

tmax=v0sin α

g

Selanjutnya tinggi maksimum yang dicapai pada gerak parabola memenuhi

persamaan berikut:

ym=v

02 sin2 α

2 g ............................................................................(3)

13

Page 17: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

dengan : ym = tinggi maksimum (m); v0 = kecepatan awal (m/s)

α = sudut elevasi; g = percepatan gravitasi (m/s2

a. Titik terjauh

Perhatikan Gambar 1.di atas, titik terjauh terjadi pada titik C. Pada titik

tersebut y = 0 ; berarti dapat diperoleh waktunya dari persamaan sebagai berikut.

y=v0 sin αt−12 gt 2=0 ; diperoleh

t=2v0 sin α

g

Dengan demikian dapat diperoleh jangkauan terjauh yang dicapai benda sebesar R

adalah:

R=v

02 sin 2 α

g .............................................................................(4)

C. Hipotesis Tindakan

Dengan diterapkannya pembelajaran virtual laboratory dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI di SMAN 2 Kendari

D. Metodologi Penelitian

a. Seting Penelitian

1) Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan di SMAN 2

Kendari, yang beralamat di Aduonohu untuk mata pelajaran Fisika.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI tahun pelajaran

2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak .. orang, terdiri dari .. siswa

laki – laki .. siswa perempuan.

2) Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan selama satu

bulan yakni pada bulan Oktober 2014 .

14

Page 18: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

b. Subyek Penelitian

PTK ini dilaksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan

kemampuan berpikirkritis siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kota Kendari

melalui pembelajaran vertual Laboratory berbasis Phet simulation.

c. Siklus Penelitian

1. Perencanaan

a) Peneliti merancang pembelajaran vertual laboratory berbasis Phet

b) Menyusun rencana pembelajaran vertual laboratory berbasi phet

pada materi gerak parabola (Terlampir)

c) Membuat lembar kerja siswa

d) Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK

e) Menyusun alat evaluasi.

2. Pelaksanaan

15

pelaksanaan

refleksi

pengamatanperencanaan

perencanaan pengamatan

pelaksanaan

refleksi

SIKLUS-I

SIKLUS-II

SIKLUS selanjutnya

Page 19: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

a. Membagi siswa dalam 10 kelompok dengan jumlah 4 siswa

perkelompok.

b. Menyajikan materi pembelajaran

c. Pada tahap Pelaksanaan, setiap kelompok peserta yang terdiri dari

orang siswa untuk melakukan praktikum Virtual Laboratory

Model (VLM) berbasis PhET Simulation Interactive yang telah

dikembangkan sebelumnya oleh peneliti.

d. Dalam peraktek kelompok, guru mengarahkan cara penggunaan

phet simulasi gerak parabola.

e. Memberi kesempatan masing-masing kelompok melaporkan hasil

yang diperoleh.

3. Pengamatan

Tim peneliti (guru dan kolabor) melakukan pengamatan terhadap

aktivitas pembelajaran vertual laboratory..

4. Refleksi

Pada Tahap Refleksi, Tim peneliti melakukan diskusi dengan guru

paikolabora dan siswa untuk merefleksikan kembali terhadap

pelaksanaan skenario pembelajaran Virtual Laboratory Model (VLM)

berbasis PhET Simulation Interactive dapat tercapai atau tidak dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Yang menjadi fokus

perhatian adalah mengenai kelebihan dan kekurangan selama

pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis PhET

simulation Interactive. Tim peneliti memberikan keputusan, apakah

perlu dilakukan siklus ke dua atau melanjutkan ke pokok materi yang

baru.

d. Kriteria Keberhasilan

Kebehasilan penelitian ini sangat ditentukan oleh skenario pelaksanaannya

dan yang paling menentukan adalah keberhasilan praktikum yang

16

Page 20: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

Gbr 1. Tampilan awal program PhET Interactive Simulation

dilakukan. Dengan demikian maka perlu dibuat petunjuk singkat sebagai

langkah-langkah melakukan percobaan:

Langkah-langkah:

1) Setelah program Program PhET interactive simulations off line (tidak

berinterkasi dengan internet), diinstalkan pada komputer, maka buka

program tersebut dan akan menampilkan seperti gambar 1 berikut ini.

2) Pilih dan jalankan Play With Sims .....> , maka akan tampil seperti pada

gambar 2 di bawah ini

17

Page 21: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

Gambar 3. Simulasi Gerak Parabola yang ditampilkan pada PhET Simulation

3) Pilih Projection Motion, maka akan menampilkan seperti gambar di

bawah ini

4) Perhatikan variabel-variabel yang ada, ada dua pilihan gerakan parabola

yaitu tanpa dipengaruhi gesekan udara dan ada pengaruh gesekan udara,

silakan pilih yang tanpa pengaruh gesekan udara

5) Pilih/tetapkan kecepatan awal, benda yang akan ditembakkan seperti

tankshell, golfball, baseball, bawlingball, football, dan diamternya

6) Tentukan sudut elevasi dengan mengambil mulai dari 0o, 15o, 20o , 30o ,

45o , 60o , 80o dan 90o

18

Page 22: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

7) Amati besar variabel jarak (m), dan waktu yang terjadi, kemudian catat

pada tabel 1. berikut ini.

e. Instrumen Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data,

yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif

tentang kerjasama siswa dalam kelompok, interaksi antara siswa dengan guru

dalam pembelajaran, cara siswa mengungkapkan pendapat, serta keaktifan siswa

dalam pembelajaran akan dikumpulkan melalui pelaksanaan kegiatan presentasi

dan diskusi dengan alat bantu lembar observasi terstruktur

Selain itu, kemampuan berpikir kritis juga dijaring melalui laporan

kegiatan observasi dalam bentuk makalah dengan menggunakan lembar

penelitian makalah. Adapun data kuantitatif diperoleh melalui tes tertulis (essai)

untuk mengungkap kemampuan berpikir kritis siswa secara individu. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data, yaitu data kualitatif

dan kuantitatif. Pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif tentang kerjasama

siswa dalam kelompok, interaksi antara siswa dengan guru dalam pembelajaran,

cara siswa mengungkapkan pendapat, serta keaktifan siswa dalam pembelajaran

akan dikumpulkan melalui pelaksanaan kegiatan presentasi dan diskusi dengan

alat bantu lembar observasi terstruktur.Adapun data kuantitatif diperoleh melalui

tes tertulis (essai) untuk mengungkap kemampuan berpikir kritis siswa secara

individu.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1.Tes; meliputi soal-soal essay yang digunakan untuk mengukur tingkat

kemampuan berpikir kritis siswa setelah proses pembelajaran. Kisi-kisi

instrumen soal mengacu pada indikator kemampuan berpikir kritis meliputi

lima ketrampilan berpikir (Lampiran)

2.Non-tes; a.Format observasi siswa dalam kelompok sebagai panduan bagi guru

untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama pelajaran

berlangsung. Untuk menjaring tingkat kemampuan berpikir kritis siswa,

19

Page 23: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

digunakan indikator kemampuan berpikir kritis siswa menurut Ennis (Costa,

1985). Indikator yang diamati tercermin pada kegiatan siswa dalam diskusi dan

penulisan laporan pengamatan.

1) Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa diukur melalui rubrik penilaian

dalam bentuk pernyataan sesuai dengan indikator-indikator tersebut dengan

metode rating scale (Lampiran)

2) Lembar angket untuk mengetahui pendapat siswa mengenai proses

pembelajaran yang dilangsungkan serta muncul atau tidaknya kemampuan

berpikir kritis pada siswa. Angket yang digunakan berbentuk format

checklist dengan kriteria pilihan “SS, S, RR, TS, dan STS”.

3) Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket tertutup.

(Lampiran)

4) Lembar pedoman wawancara sebagai petunjuk pelaksanaan wawancara

yang dilaksanakan antara peneliti dengan guru mata pelajaran fisika pada

materi gerak parabola (Lampiran)

f. Analisa Data Penelitian

Setelah seluruh data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data (analisis

data) dengan rincian sebagai berikut:

1)Skor yang diperoleh dari rubrik penilaian presentasi dan laporan tertulis serta

tes penguasaan konsep yang mencerminkan indikator-indikator ketrampilan

berpikir kritis dikategorikan berdasarkan persentasi skor perolehan siswa

Menurut Arikunto (1998: 246). Adapun pengklasifikasian tersebut adalah sebagai

berikut :

Tabel 3.6 Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Presentase (%) Kategori76 – 100 Baik56 – 75 Ckup40 – 55 Kurang bail0 – 39 Tidak baik

(Arikunto,1998:246)

20

Page 24: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

g. Jadual Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Tabel

3.1. berikut ini :

No Bulan ke I Bulan ke II

1 Tahap Awal Penelitiana) Diskusi antar Tim dalam

penentuan Model yang digunakan

b) Telaah pustaka dan penyusunan proposal

x

x

2 Tahap perencanaana) Penyiapan materi/ bahan

ajarb) Penyiapan software Phet

Simulationc) Penyusunan silabus dan

RPPd) Mendiskusikan tim

peneliti hasil rancangan

x

x

x

x

3 Tahap Pelaksanaana) Penyiapan kolabor untuk

mengajarb) Setting/instalasi computer

praktikumc) Penyiapan kelompokd) Pembelajaran

x

x

xx

4 Pelaporana) Analisa data penelitianb) Penyusunan laporan

kemajuanc) Seminard) Penyusunan laporan akhir

xx

xx

21

Page 25: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

E. Rincian Pembiayaan

No Komponen Pembiayaan Jumlah ( Rp1 Honor Peneliti (1)

a. Ketua Tim Peneliti 1 org x 3 bulan x Rp. 1.000.000;

b. Anggota Peneliti 2 org x 3 bulan x Rp. 500.000;

c. Guru mitra (Kolabor) 1 org x 2 x Rp. 300.000

Rp. 3.000.000;-

Rp. 3.000.000;-

Rp. 600.000;-

Jumlah (1) Rp. 6.600.000;-2 Biaya operasional (2)

a. Pengembangan perangkat pembelajaran1) Penyusunan silabus dan RPP2) Penyusunan dan Penulisan bahan ajar

atau materi pokok.3) Penyusunan Lembaran Kerja (LKS)4) Penyusunan dan validasi Instrumen5) Pengembangan lembar observasi

/angket6) Analisa instrument7) Konsumsi Tim

Rp. 500.000;-Rp. 750.000;-

Rp. 500.000;-Rp. 750.000;-Rp. 750.000;-

Rp. 250.000;-Rp. 750.000;-

Jumlah (2) Rp. 3.750.000;-3 Biaya Bahan Habis (3)

1) Kertas HPS 10 Rim2) Tinta printer 2 botol3) Catridge Canon Warna4) Catridge Canon Hitam5) CD RW 2 Dos6) Balpoint 2 Dos7) Album foto besar

Rp. 460.000;-Rp. 100.000;-Rp. 200.000;-Rp. 200.000;-Rp. 70.000;-Rp. 100.000;-Rp. 70.000;-

Jumlah (3) Rp. 1.000.000;-4 Biaya Transport (4) Rp. 500.000;-5 Biaya Pelaporan (5)

1) Pembuatan laporan kemajuan2) Penyusunan laporan akhir

Rp. 500.000;-Rp. 500.000;-

22

Page 26: Web viewMelalui model pembelajaran menggunakan vertual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola, ... Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika)

3) Seminar hasil penelitian4) Pengandaan Laporan akhir5) Dukumentasi

Rp. 1.000.000;-Rp. 750.000;-Rp. 400.000;-

Jumlah (5) Rp. 3.250.000;-Total Biaya: Jumlah (1)+ Jumlah (2)+Jumlah (3)+ Jumlah (4)+ Jumlah (5)

Rp. 15.000.000;-

Terbilang : Lima Belas Juta Rupiah

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I.1997. Classroom instructional and management. New York :

McGraw-Hill

Media Simulasi Interaktif (PhET) Simulation: Projection Motion.

http://phet.colorado.edu /simulations/sims.php?/sim=Projectile

Lie, Anita 2002. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative

learning di ruang-ruang kelas. Jakarta : PT. Grasindo.

Slavin, Robert E. 2000. Educational psychology : Theory and practice. SiXIth

Edition. Boston : Allyn and Bacon.

Thompson, M., McLaughlin,C.W.,& Smith,R.G. (1995). Merril Physical Science

Teacher. Wraparound Edition, New York: Glencoe McGraw-Hill

Sri Handayani, Ari Damari., (2009), FISIKA untuk SMAdan MA kelas XI, Buku

Sekolah elektronik (BSE), Pusat Perbukuan. Jakarta: Depdiknas, (h.14-19).

23