MY STORY

download MY STORY

of 6

description

ABOUT ME

Transcript of MY STORY

Fight Your Limiting BelieveTemen-temen semua, perkenalkan saya Najibul Fuad Agustian. Najib atau Agus panggilan yang paling sering saya dengar. Jadi silakan putuskan kalian mau menyapaku dengan kedua panggilan tersebut atau yang lainnya juga boleh asal gak keluar dari lintasan nama saya ya.Disini saya diminta oleh tim redaksi untuk mengisi kolom alumni. Sebagai alumni yang baik akhirnya saya bersedia untuk mengisinya (cieeee). Tapi bingung ki meh cerito opo ((Serius)). Sebelumnya saya minta maaf ntar kalo bahasa yang saya pake kurang formall dan cerita saya gak sistematis. Ya.. mau gimana lagi saya kurang ahli di bidang tulis menulis (Hmmmmm). Sng jelas niatku cerita di sini cuma mau berbagi pengalaman kepada semua pembaca majalah El-Hasyim tercinta.Dimulai ketika saya masih MA kelas I. Eh eh tapi inget ya tidak semua cerita saya ini bisa ditiru. Kalo bisa ambil yang baik-baiknya aja yang jelek gak perlu ditiru atau timred mau menghapus bagian itu ya monggo. Oke lanjut lagi ya dimulai dari saya pas masih kelas I MA. Seperti siswa-siswi pada umumnya lah ikut Matasba, manut panitia, digojlok, renungan dkk. Selesai Matasba, akhirnya jadi siswa pada umumnya. Ikut pelajaran, masuk jam 7 pulang jam 2 tiap harinya dan pasti kecuali jumat. Tapi kadang ada tambahan ekstra yg masuknya biasanya si jam 3an nk gak salah. Masa kelas I bagiku masa-masa manut sama semua aturan sekolah sama semua organisasi atau ekstrakulikuler. Jadi delegasi sekolah dalam undangan-undangan sampe ikut lomba. SAYA TEKANKAN LAGI CERITA SAYA INI TIDAK UNTUK DITIRU SEMUANYA YA!!!. Masuk kelas II MA dimana disana saya mulai memiliki banyak teman terutama dari luar sekolah. Temen saya mulai dari yang masih MTs, MA, SMA (sederajat), ada yang udah kerja, ada yang udah punya istri bahkan ada yang udah punya anak juga yaa kalo dilihat dari usia tmen-temen saya dari range usia 15-50an ada semua. Kita sering banget ngumpul buat Cuma sekedar ngobrol dan sambung silaturrahim. Terkadang mereka yang menyambangi rumah saya atau sebaliknya. Hampir setiap hari saya selalu bertemu dengan mereka yang jam ketemunya pasti diatas waktu Isya. Hal itu yang membuat saya sering begadang dan jarang belajar (INGET JANGAN DITIRU!!!) dan hasilnya nilai saya turun dari kelas I yang bisa dapet juara kelas menjadi posisi papan tengah (istilah keren). Kebiasaan itu berlanjut terus menerus sampe kelas III MA dan prestasi akademik saya pun stag di papan tengah atau malah tambah turun lagi (Hmmmm). Tapi satu hal yang saya tekankan disini, hidup itu soal pilihan, tidak ada pilihan yang benar atau salah, yang ada hanyalah konsekuensi yang nantinya kalian dapatkan dari pilihan itu. Dari seringnya saya bersosialisasi dengan orang-orang banyak dengan latar belakang yang sangat berbeda, saya banyak sekali mendapatkan pelajaran dari mereka, dari pengalaman-pengalaman, masalah-masalah yang pernah mereka hadapi atau apapun bisa mereka ceritakan saat sedang berkumpul. Pelajaran atau ilmu yang mungkin tidak akan pernah kalian dapatkan di sekolahan. Namun begitulah sifat manusia yang tidak bisa fokus terhadap lebih dari satu urusan. Dari segi teman memang banyak sekali keuntungan namun dari sisi lain prestasi akademik saya turun. Tapi inilah pilihan saya dan saya telah menerima konsekuensi dari pilihan tersebut. Jadi untuk hal ini saya pesen sama temen-temen untuk fokus terhadap satu hal, kalau kalian sekolah ya fokus aja sama sekolah, lakukan yang terbaik yang bisa kalian lakukan. Jangan sampai kalian menyesal terhadap apa yang kalian pilih sendiri. Next chapter bahas soal UN ya, seru banget ki pas UN. Nk meh ngmong cheat kok kyo gak enak ya. Sng jelas aku cerito soal UN ku serius aku pure garap dewe. Tenan!!! Kalian boleh nanya sama poro guru, nilai UN ku ki kayak e gak masuk 10 besar. Tapi aku puas lah wong aku garap dewe (InsyaAllah, nk gak lalihaha). Mungkin aku satu-satu nya orang yang nilai UN jeblok tapi bangga. Lhaa ngeneiki ojo ditiru.Cerita soal bapakku dulu ya, Bapakku namanya Sulchan, beliau anak ke dua dan putra pertama dari 11 bersaudara (kesebelasan)(bingung tho?pikiren dewe!). beliau profesinya sebagai buruh dan kalo di rumah nyambi tani. Beliau menempuh pendidikan Cuma sampai MTs dan itu pun kyaknya gak sampe lulus karena tuntutan tulang punggung keluarga untuk membiayai adik-adiknya. Meskipun begitu bapak saya mempunyai tekad yang kuat untuk memberikan pendidikan setinggi-tingginya untuk putra-putranya (termasuk saya). Saya inget waktu itu tahun 2007 kakak saya lulus dari MA TBS Kudus dan mempunyai kehendak untuk kuliah. Di sekitar lingkungan rumah saya pada waktu itu belum ada yang namanya mahasiswa/i. Saat bapak saya hendak menguliahkan kakak saya tersebut banyak suara-suara yang kalo sekarang maaf saya bilang agak kolot yang bilang gini ke ayah saya Kang, kue ku kerjo bangunan ngko kuat no nk nguliahno anakmu? Ngko nk bayare larang piye? yaaaa karena bapak saya belum punya pengalaman untuk menguliahkan anak, beliau sempet ragu juga, namun karena keinginan dari kakak saya yang udah bulet let, jadinya ayah saya juga semakin mantap untuk menguliahkannya. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, semester demi semester berlallu dan akhirnya kakak saya lulus. Sampe bapak saya ngendiko ngeten ke kakak saya kok ora kroso ya ujug-ujug wes lulus padahal yo wes 4 tahun kok. Tapi proses tersebut memang tidak semudah yang dibayangkan, saat mau bayar kuliah, bayar kebutuhan makalah, skripsi dan lain-lain bapakku yo nduduk sek istilahe, nk jeh gak jelas yo ngutang kanggo bayar iku mou. Namun beliau sangat sabar dan sangat menikmati proses tersebut sehingga proses yang terjadi selama 4 tahun itu seperti tidak terasa. Jadi kawan-kawan, pointya adalah saat kalian menginginkan sesuat, jangan mudah untuk menyerah dalam mencapainya. Terus tanamkan keyakinan bahwa kalian pasti dapat mencapainya suatu saat nanti. Jangan mudah goyah dengan pendapat-pendapat orang lain yang melemahkan keyakinanmu. Raditiya Dika bilang hidup Tuhan yang nentuin, kita yang ngejalanin, orang lain yang ngomentarin, jadi ya begitulah hidup. Nikmati setiap proses yang kalian jalani sekarang ini. Dan satu hal, jangan takut untuk bermimpi terlalu tinggi, karena saat kalian bermimpi setinggi langit , kalian akan jatuh di antara bintang-bintang (lali aku kutipan teko ndi). Next part, Ibuku namanya Jamiatun, beliau juga alumni MA Hasyim Asyari II Kudus lulus tahun 1988 (semoga benar). Beliau sekarang berprofesi sebagai oran yang paling mulia di dunia ini yaitu Ibu rumah tangga. Saat saya lulus, Ibu saya ngendiko kepada saya, Gus, Kue nk pngen kuliah sng bayar yo tk kuliahno tapi tahun ngarep (2012), tap ink kue pengen kuliah saiki (tahun 2011 saat aku lulus MA) yo luru o sng GRATSI!, soale ki pas barengan karo masmu skripsi butuh duit akeh. Ya sebagai anak yang baik, saya jawab nggeh bu. Dari sebelum lulus MA saya sudah kepikiran unutk pngen kuliah melanjutkan di jurusan Bahasa Inggris, yang kemudian berubah menjadi Informatika saat saya mau lulus karena tertarik akan dunia computer. Ibu saya ngendiko begitu karena tau kalo saya punya keinginan tersebut, sementara di Kudus yang ada jurusan tersebut hanya di UMK yang relative agak lebih mahal daripada STAIN. Ngendikone Ibu kulo kados ngoten seperti jadi booster yang nge-boost niat saya untuk langsung kuliah setelah lulus terutama di Universitas ternama dan dengan beasiswa (gratis). Alhamdulilllah, gayung pun bersambut, saat saya baru mendapatkan informasi yang setengah-setengah dari beberapa sumber, tiba-tiba kakak kelas saya yang bernama Dewi Umi Hanik (angkatan 2010) memberikan informasi kepada saya bahwa ada beasiswa penuh dari Pemerintah Republik Indonesia untuk kuliah di Universitas ternama. Tidak hanya memberikan informasi tersebut, namun mbak Dewi juga mengajak saya untuk sekalian mendaftar bersamaan dengan dia.Tiba saat proses pendaftaran, semua berkas yang diperlukan mulai kami kumpulkan. Saat itu yang mendaftar dari MA Hasyim Asyari II Kudus ada tiga orang, mbak Dewi, saya dan satu orang teman sekelas saya. Banyak sekali berkas ang harus dikumpulkan, secar rincinya saya lupa apa aja, salah satunya yang harus dikumpulkan waktu itu adalah Salinan nilai rapor (report) mulai dari semester I sampai dengan semester V (Semester gasal kelas X sampai semester gasal kelas XII). Proses pendaftarannya juga agak panjang dan benar-benar dibutuhkan kesabaran mengingat proses tersebut berjalan kurang lebih hampir dua bulan. Saat tiba pemilihan jurusan, terjadi proses tawar-menawar dalam diri saya. Di satu sisi saya menginginkan untuk masuk jurusan Informatika, namun ternyata untuk dapat masuk ke jurusan tersebut yang termasuk golongan IPA, saya harus mengikuti tes IPC yang komposisi soalnya terdiri dari Mapel IPA dan IPS. Karena pada waktu itu saya dari jurusan IPS dan sama sekali gak ngerti mengenai IPA akhirnya saya mengalahkan ego saya dan mengambil jurusan berdasarkan peluang yang dapat saya ambil. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil jurusan Akuntansi (Accounting) pada pilihan pertama dan sasatra Indonesia pada pilihan ke dua, semua itu karena tesnya hanya Mapel IPS sehingga peluang saya semakin besar. Padahal waktu masih MA, jujur aku gak ngerti sama sekali soal akuntansi, bahkan tugas pun sering nyontek (ngapuntene nggeh Bu Dyah Noor Asih..hhehehe). Yang saya tau cuma kalo akuntansi itu harus balance debet sama kredit, tapi susah mennn (duluuuu). Sekedar share aja tmen-tmen, proses seleksi SNMPTN pada waktu itu (2011) ada dua jenis yaitu SNMPTN Undangan dan SNMPTN Ujian Tulis. Dari kedua jenis seleksi tersebut SNMPTN Undangan yang dilaksanakan terlebih dahulu dan biasanya pendaftaran sudah dimulai setiap bulan Februari baru setelah pengumuman hasil seleksi yang undangan diumumkan, jenis seleksi yang kedua baru dibuka yaitu SNMPTN Ujian Tulis. Naaah, karena pada waktu itu informasi yang sampai kepada saya agak terlambat sehingga pendaftaran seleksi yang SNMPTN Undangan sudah ditutup sehingga saya mengikuti seleksi SNMPTN Ujian Tulis. Ujian Tulis ini hamper seperti Ujian Nasional, namun kebanyakan orang mengatakan kalo SNMPTN Ujian Tulis lebih sulit daripada Ujian Nasional. Ohh iya ada yang kelupaan gaes, saat saya memilih universitas tujuan, sangat sedikit sekali referensi yang saya dapat mengenai universitas-universitas yang ternama. Setau saya dari Ibu saya Cuma bilang kalo Undip (Universitas Diponegoro) itu duit-duit tok (maksudnya mahal). Saya juga tidak tahu seperti apa itu Undip, reputasinya gimana, sebesar apa univ itu sampai pada waktu saya mau Ujian Tulis yang lokasinya langsung di Kampus Undip Tembalang saya survey ke lokasi satu minggu sebellum ujian dan hasilnya saya nyasar di dalam kawasan Universitas. Dalam hati saya Cuma mikir kalo ini lluuwas banget meeeen.Lanjut ke cerita selanjutnya, banyak dukungan yang datang khususnya dari para Guru agar supaya saya lulus dari seleksi. Hal itu membuat saya semakin yakin untuk lolos dari seleksi. Setelah menunggu pengumuman ujian SNMPTN tulis yang mencapai satu bulan, akhirnya pengumuman dibuka pada tengah malam. Jam 3 pagi saya pergi ke warnet bersama beberapa teman saya karena pada waktu itu kami masih berkumpul. Meskipun jam 3 pagi, namun lalu lintas koneksinya sangat padat karena banyak sekali orang yang mau buka hasilnya pada waktu itu. Seinget saya pada waktu itu peserta seleksi seluruh Indonesia mencapai 600.000an orang. Dan hasilnyaaaaajeng jeng jeeeeng,,,,Alhamdulillah atas nama Najibul Fuad A dinyatakan lolos seleksi dan masuk ke pilihan jurusan yang pertama yaitu akuntansi. Seneng iya pastinya, tapi masih belum penuh karena pengumuman tersebut tidak dibarengi dengan pengumuman beasiswa Bidikmisi-nya.Berita ini sudah sangat membuat saya dan orang tua saya senang karena saya sudah bisa dinyatakan sebagai calon mahasiswa Undip. Meskipun begitu, tahapan yang paling menentukan saya bisa kuliah di Undip atau tidak adalah pengumuman beasiswa Bidikmisi. Hal ini karena kuliah di Undip memang tidak murah. Saya ingat pada waktu itu uang pangkal untuk masuk di Jurusan Akuntansi mencapai Rp.18.700.000 dan SPP setiap semesternya mencapai Rp. 1.050.000. Belum lagi ditambah biaya hidup di sekitar kawasan kampus Undip Tembalang yang relative lebih mahal dari pada daerah yang lain di Kota Semarang. Jadi orang tua saya ngendiko, kalo beasiswanya tidak lolos, kuliah nya tahun depan sesuai dengan pernyataan Ibu saya di awal. Setelah diumumkan bahwa saya lolos SNMPTN Tulis dan sebelum pengumuman beasiswa, semua calon mahasiswa diwajibkan untuk melakukan daftar ulang dengan membawa persyaratan yang telah ditentukan. Saya masih ingat pada waktu itu hari Selasa saya berangkat ke Semarang dengan Bapak saya mengendarai sepeda motor. Proses daftar ulang yang awalnya saya kira hanya menyerahkan berkas dan berlangsung tidak terlalu lama, ternyata salah. Proses tersebut terdiri dari berbagai tahap yang membutuhkan waktu panjang ditambah lagi antrian ratusan mahasiswa dan saya mendapat nommor urut 225. Ada proses medical checkup, proses verifikasi berkas, proses verifikasi berkas pelamar beasiswa Bidikisi, proses pengukuran jaket almamater, pembuatan KTM. Keseluruhan proses tersebut memakan waktu seharian penuh. Bahkan teman saya yang mendapat antrian belakang baru bisa selesai pada malam hari.Saya juga ingat waktu saya melakukan daftar ulang, saya mendapat tawaran beasiswa lain yang peluangnya jauh lebih besar daripada Bidikmisi. Beasiswa tersebut dari UMK (Universitas Muria Kudus) yang menyebutkan nominal mencapai Rp. 500.000 per bulan selama delapa semester. Namun karena kemantapan hati saya untuk masuk di Universitas Diponegoro, akhirnya saya menolak tawaran itu dan menawarkannya kepada teman saya yang lainnya. Oh iya, saat saya daftar ulang, saya ingat Ijazah yang diberikan oleh Habiib Syeikh bin Abdul Qodir As-Segaf. Beliau ngediko bahwa saat kamu menginginkan sesuatu maka sentuhlah sesuatu itu, kemudian baca sholawat 10 kali sambal dimantapkan dihatinya bahwa kamu ingin mendapatkan itu. Nah, saya mempraktikkan ijazah tersebut saat saya daftar ulang. Saya menyentuh dinding salah satu bangunan saat sedang antri kemudian membaca sholawat 10 kali dengan niatan supaya saya diterima di Universitas Diponegoro dan lolos beasiswanya. Dan kemudian saya pulang dari registrasi ulang dengan membawa KTM (Kartu Tanda Mahasiswa). Saat itu saya mikirnya, masak ssih saya gak lolos beasiswa wong saya udah dapet KTM sehingga saya tambah mantep kalo saya diterima dan lolos beasiswa. Setelah dafftar ulang, saya semakin sering ke warnet karena menunggu informasi hasil seleksi Bidikmisi. Kalau gak salah dua sampai tiga minggu saya rutin ke warnet minimal dua hari sekali hingga pada akhrnya hasilnya diumumkan di situs resmi Universitas Diponegoro (undip.ac.id). deg-deg an sambal mrinding saya download file pdf nya dan saya buka. Jeng jeng jeeeeng..nama saya muncul di nomor urut dua dengan dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa Bidikmisi. Alhamdulillaaaaaaaah. Lega rasanya, biaya-biaya yang semahal itu akhirnya semuanya lunas di saat itu juga karena sudah ditanggung oleh beasiswa tersebut. Dan saya resmi sepenuhnya menjadi mahasiswa di Universitas Diponegoro.Cerita selanjutnya saat ospek. Hari pertama ospek adalah upacara penerimaan di Stadion Undip. Pada saat itu juga diumumkan jumlah mahasiswa yang masuk pada periode tersebut mencapai lebih dari 10.000 mahasiswa dari tingkatan D3, S1, S2, S3, dan beberapa pendidikan profesi. Selanjutnya pada hari kedua sampai selesai ospek dilaksanakan di tiap jurusan masing-masing. Seperti aktifitas biasanya dalam jumpa pertama kali hal yang dilakukan pastinya memperkenalkan diri sendiri kepada semua peserta ospek yang mencapapi 250 orang. Setelah saya mendengarkan dengan seksama, dari semua orang yang memperkenalkan diri, terdapat satu hal yang sangat menarik bagi saya. Hal itu adalah hanya terdapat dua orang mahasiswa baru seangkatan saya dalam jurusan akuntansi yang berasal dari MAS (Madrasah Aliyah Swasta) yaitu saya dan satu teman saya yang berasal dari Pekalongan. Sisanya didominasi oleh lulusan dari SMA favorit di sekitar Kota di Jawa Tengah dan Kota besar lainnya. Tapi saya gak minder atau gentar, justru saya melihat itu sebagai peluang dan pembeda. Cuma satu hal yang saya lihat di diri saya masih kurang dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu kemampuan presentasi. Jujur saja selama saya duduk di bangku MI, MTs sampai MA saya belum pernah diajari cara presentasi yang baik dan benar terlebih lagi melatih mental untuk berani tampil di hadapan orang banyak untuk menyampaikan sesuatu. Hal ini yang membuat pengalaman saya pertama kali presentasi di depan kelas sangat gemetar dan sangat kaku. Mungkin pelajaran buat tmen-tmen mulai dari sekarang adalah biasakan untuk berani tampiil dihadapan orang banyak untuk melatih keppercayaan diri. Hal ini sangat penting karena akan sangat berguna sekali di masa depan tmen-tmen semua. Saya inget dosen saya Prof. Purbayu Budi Santos yang juga mengajar di UMK berkata bahwa kecerdasan orang-orang yang berasal dari desa itu tidak kalah dengan orang-orang yang tinggal di kota-kota besar, namun kepercayaan diri dan mental yang akhirnyamembuat seolah-olah orang kota terlihat lebih pintar daripada orang di desa. Keberanian mereka tampil dihadapan orang banyak dengan pengetahuan yang seadanya membuat mereka (orang-orang kota) bisa mengambil perhatia orang lain. Dengan kata lain, kalau kalian cerdas atau pintar, tapi kalo hanya kalian simpan dalam pikiran kalian sendiri dan tidak kalian tularkan kepada yang lain apa gunanya?. Tunjukkan kalo kalian mampu, tunjukan kalo kalian tidak kalah dengan lulusan SMA favorit. Semua itu perllu dilatih, oleh karena itu, latihlah diri kalian dari sekarang sbelum kalian merasa hal itu sangat dibutuhkan sedangkan kalian merasa sudah telat untuk berlatih. Beasiswa yang saya terima bernama beasiswa bidikmisi. Beasiswa tersebut menggratiskan semua biaya pendidikan yang harus dibayarkan ke Universitas. Selain itu setiap bulannya, penerima beasiswa Bidikmisi mendapatkan uang saku untuk biaya hidup sebesar Rp. 600.000 setiap bulannya selama delapan semester. Jadi sebenarnya total beasiswa per bulan adalah Rp. 1.000.000 dengan rincian Rp. 600.000 untuk biaya hidup dan Rp. 400.000 untuk biaya pendidikan dan pengembangan atau pembinaan. Beasiswa tersebut bisa diterima penuh dengan syarat dapat menjaga nilainya di kisaran 2.75 tiap semesternya dan aktif sebagai mahasiswa. Untuk menjaga nilai berada di kisaran angka tersebut tidak sulit. Bukan bekal kecerdasan yang dibutuhkan saat kuliah, bukan juga nilai-nilai tinggi yang kalian dapatkan waktu SMA atau MA tapi hanya kemauan untuk belajar yang harus kalian miliki untuk mendapatkan nilai yang tinggi waktu kuliah. Banyak teman saya yang saat SMA sering menjadi juara kelas namun ketika kuliah mereka keteteran untuk mendapatkan nilai tinggi. Hal ini karena mereka terlena dengan kehidupan perkuliahan yang relatif lebih tidak terikat daripada sekolah. Jadi tmen-tmen, kecerdasan atau kepandaian itu bukan bakat. Saat kalian punya kemauan yang tinggi untuk belajar, semua hal bisa kalian lakukan. Saat sudah ada kemauan tinggal kerja keras untuk mencapainya. So, masih mau jadiin masalah perekonomian keluarga sebagai alasan untuk tidak menempuh pendidikan tinggi? Coba tmen-tmen pikir lagi soal itu, itu Cuma ketakutan atau emang gak mau berusaha untuk kuliah? Ini hidup kita sendiri, kita sendiri yang nentuin kita mau jadi apa, kita yang pilih jalan kita sendiri, jadi kalian sendiri nanti yang akan merasakannya.

This story is made by myself in Jakarta at 15th-17th September 2015.Sincerely yours

Najibul Fuad Agustian