mutu

3
PETUNJUK PELAKSANAAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT BAB 1 PENADAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan Indonesia telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya yang harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga mencapai tujuan yang opimal. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1983, dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu dan kemampuan pelayanan kesehatan yang harus makin terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan meningkatkan status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi serta peningkatan pengetahuan sebagai hasil pembangunan nasional di segala bidang telah menyebabkan masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, ramah serta sanggup memenuhi kebutuhan mereka. Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel, yaitu : 1. Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggarakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

description

mutu

Transcript of mutu

PETUNJUK PELAKSANAAN INDIKATOR MUTUPELAYANAN RUMAH SAKIT

BAB 1PENADAHULUAN

A.LATAR BELAKANGPembangunan kesehatan Indonesia telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya yang harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga mencapai tujuan yang opimal.

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1983, dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu dan kemampuan pelayanan kesehatan yang harus makin terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dengan meningkatkan status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi serta peningkatan pengetahuan sebagai hasil pembangunan nasional di segala bidang telah menyebabkan masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, ramah serta sanggup memenuhi kebutuhan mereka.

Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel, yaitu :

1.Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggarakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

2. Proses, ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel mutu yang penting.

3. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

Rumah sakit adalah sutu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, pada pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit meyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian, serta mencakup brbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik dibidang teknis medis maupun adminitrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan.

Pengukuran mutu pelatyanan kesehatan di rumah sakit sudah diawali dengan penelitian akreditasi rumah sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan proses. Pada kegiatan ini rumah sakit harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Rumah sakit dipacu untuk dapat menilai diri (seft assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada latar ukur yang lain, yaitu instrumen mutu pelayanan rumah sakit yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (output). Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit tidak dapat diketahui apakah input danproses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula. Indikator rumah sakit yang disusun dengan bantuan WHO bertujuan mengukur kinerja rumah sakit secara nyata.

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit disusun suatu indikator sederhana untuk mengukur kualitas pelayanan.beberapa kriteria yang harus di sepakati agar indikator ini dapat diterapkan sesuai dengan keadaan atau situasi yang ada di Indonesia saat ini adalah :

Karena prioritas progrm kesehatan sekarang ini ditujukan pada upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), maka Indikator yang disusun haruslah dapat mengukur mutu pelayanan instalasi yang berkaitan dengan AKI dan AKB diatas.

Program utama yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah selain upaya prioritas diatas, terdapat program Akreditas Rumah Sakit, yang sampai saat ini baru mencakup 5 kegiatan dasar, yaitu : Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Gawat Darurat, Administrasi & Manajemen RS dan Rekam Medis.

Dengan adanya program ini, Indikator yang disusun setidak-tidaknya harus dapat mengukur secara sederhana, tingkat mutu output dari kegiatan yang diakreditasi tersebut.

Indikator sederhana rumah sakit adalah seperangkat alat ukur mutu pada output suatu pelayanan. Alat ukur ini lebih mencerminkan mutu pelayanan medik, mutu pelayanan pendukung dan tinkat kecanggihan.

Indikator ini merupakan indikator minimal yang seharusnya dapat dilaksanakan pada sebagian besar rumah sakit tanpa mempertimbangkan jenisnya. Namun karena program induknya adalah menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi, maka rumah sakit yang tidak memberikan pelayanan tersebut tidak perlu melaksanakannya.