Museum Tekstil Bali

57
KATA PENGANTAR Om Swastyastu Berkat asung wara nugraha Ida Syang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka makalah yang berjudul : Museum Tekstil Bali di Karangasem ini dapat disusun dan diselesaikan tepat pada waktunya walaupun masih diakui jauh dari sempurna Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan MK Studio 2 Program Studi Aksitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana, karena itu penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, tanpa penulis sebutkan satu persatu. Denpasar, Agustus Penulis Bunga Mulia

Transcript of Museum Tekstil Bali

Page 1: Museum Tekstil Bali

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Berkat asung wara nugraha Ida Syang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha

Esa, maka makalah yang berjudul : Museum Tekstil Bali di Karangasem ini dapat

disusun dan diselesaikan tepat pada waktunya walaupun masih diakui jauh dari

sempurna

Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan MK Studio 2

Program Studi Aksitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana, karena itu

penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah ini, tanpa penulis sebutkan satu persatu.

Denpasar, Agustus

Penulis

Bunga Mulia

Page 2: Museum Tekstil Bali

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara penghasil tekstil terbesar di dunia

yang memiliki keanekaragaman corak tradisional maupun modern. Berbagai

jenis pakaian yang unik dan spesifik tersebar di sekitar 3.000 pulau besar

maupun kecil di nusantara. Puspa ragam jenis bahan, teknik pengolahan,

warna, motif dan komposisi merupakan ciri tersendiri dari tekstil Indonesia.

Bali sebuah pulau kecil dengan 8 Kabupaten dan 1 Kota dan

mayoritas penduduk beragama Hindu dan adat budaya yang mentradisi

memiliki keanekaragaman corak tekstil yang khusus di setiap daerah. Corak

tekstil Bali berkembang dari era Bali Aga, Bali Kuno, era penjajahan, era

kemerdekaan serta Bali modern yang menjadi ciri identitas bagi daerah

masing-masing. Dalam perkembangannya tekstil Bali mendapat pengaruh

dari provinsi disekitarnya di Indonesia maupun dan luar negeri, termasuk

dipengaruhi oleh perkembangan pariwisata.

Tekstil sebagai kebutuhan pokok manusia merupakan hash budaya

mengalami perkembangan dari masa ke masa, dan bentuk sederhana berupa

serat kemudian berkembang menjadi benang dan kain. Disamping itu

peralatan yang digunakan juga semakin berkembang, sesuai dengan teknologi

dan tuntutan pada masanya.

Dalam kebudayaan Bali, tekstil tidak hanya digunakan sebagai

sandang penutup tubuh manusia, namun juga memiliki nilai-nilai sakral yang

digunakan pada upacara keagamaan. Selain itu tekstil Bali juga digunakan

untuk menghiasi bangunan suci seperti Pura, sekaligus sebagai wastra dan

patung-patung didalamnya. Penggunaan motif dan tekstil yang ada lebih yang

dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan dalam unsur agama di Bali. Tri Hita

Karana sebagai pedoman tata kehidupan di Bali memberikan satu klasifikasi

bagi penggunaaan tekstil itu sendiri. Hubungan antara manusia dengan Tuhan

menentukan penggunaan tekstil Bali pada bangunan suci. Perayaan upacara

Page 3: Museum Tekstil Bali

adat yang dilaksanankan menurut tingkatan utama, madya dan nista

memberikan perbedaan dari kompleksitas penggunaan tekstil yang beragam.

Material, motif, dan teknik pembuatannya berbeda dengan tekstil yang

digunakan manusia. Penggolongan jenis tekstil berdasarkan kasta dihasilkan

dari suatu hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Konsep

kosmologi dari alam juga memberikan karakteristik baik dari segi motif dan

warna. Warna merah digunakan untuk arah mata angin selatan, arah

distanakannya Dewa Brahma, begitu pula dengan warna hitam uang ditujukan

untuk Dewa Wisnu pada arah utara.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, pengetahuan

menenun tekstil di Bali juga berkembang dengan ditemukannya Alat Tenun

Mesin, sehingga produksi tekstil dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

maupun pasar internasional. Perkembangan pariwisata yang semakin pesat

juga memberi kemajuan pada sektor industri khususnya industri tekstil

sebagai komoditi ekspor yang berupa kain dan pakaian jadi.

Jenis-jenis tekstil tradisional Bali ada bermacam-macam dan

berkembang menjadi satu nilai lebih mewakili daerahnya masing-masing.

Kain geringsing, kain cepuk, kain songket, kain endek, dan lain sebagainya,

merupakan jenis kain tradisional Bali yang memiliki ciri khas dan nilai

filsalfah tersendiri. Dalam perkembangannya, motif yang terdapat dalam

tekstil Bali mengandung nilai-nilai filosofis yang kental dan setiap lembaran

tekstil yang ada. Motif-motif tersebut dapat diambil dari lingkungan sekitar

tempat mereka hidup maupun dari ceritera kepahlawanan yang hingga kini

masih dipuja oleh masyarakat seperti ceritera Ramayana dan Mahabharata.

Perubahan sosio kultural saat ini mengakibatkan perubahan bagi

kehidupan sosial itu sendiri. Perbedaan yang paling mendasar adalah

penggunaan tekstil Bali saat ini tidak lagi dibedakan dari kelas sosial, tapi

dibedakan dari tekstil yang digunakan sehari-hari dan saat upacara adat.

pakaian sehari-hari menjadikan masyarakat Bali tampil sebagai masyarakat

Page 4: Museum Tekstil Bali

modern, namun tetap menjadikan tradisi sebagai akar identitas budaya yang

dianutnya.

Dalam perkembangannya dirasakan untuk membuat tekstil tradisional

dengan peralatan yang sederhana diperlukan material, tenaga kerja, waktu

yang relatif lama dan mahal, sehingga sasat ini untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat cenderung mulai menggunakan material dan peralatan yang lebih

modern. Disamping itu adanya ketersediaan tekstil dipasar dalam kapasitas

mencukupi menjadikan masyarakat memilih sebagai konsumen dibandingkan

sebagai perajin tekstil. Hal ini mengakibatkan masyarakat semakin

berorientasi pada kehidupan praktis sehingga semakin menurun minat

masyarakat Bali terhadap pengetahuan akan tekstil.

Banyak masyarakat Bali yang tidak tahu tekstil tradisiohal mereka,

apalagi cara membuatnya. Para perajin yang berniat menggeluti pengetahuan

akan tekstil tradisional dengan motif-motif yang mengandung nilai budaya

didalamnya semakin langka. Begitu juga dengan kuantitas produk tekstil

tradisional Bali. Berdasarkan data statistik jumlah perusahaan yang bergerak

di bidang industri tekstil semakin menurun. Tahun 2001 junlah perusahaan

tekstil ada 196 perusahaan, dengan 14.664 orang pekerja. Tahun 2004 jumlah

perusahaan tekstil di Bali mencapai 30 perusahaan dengan 1.391 orang

pekerja.

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan suatu wadah

untuk melestarikan, memperagakan, mempertahankan dan mengembangkan

tekstil Bali khususnya seperti yang dilakukan oleh negara lain yang sangat

menghargai kekayaan warisan budayanya. Salah satu wadah yang relevan

untuk mendukung usaha ini adalah Museum Tekstil Bali.

Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kebupaten di Bali yang

memiliki nilai historis terhadap tekstil tradisional Bali, Desa Gelgel yang

menjadi tempat asal mula pembuatan kain songket untuk keluarga kerajaan

Masyarakatnya masih menjunjung tinggi nilai warisan leluhurnya dan masih

memegang reputasi ketradisionalannya. Secara umum penghasilan daerah

Page 5: Museum Tekstil Bali

lebih banyak dari sektor perdagangan daripada sektor pariwisata, karena

Lombok melalui pelabuhan Padagbai.

Sebuah Museum Tekstil mampu merangkum, memperagakan,

melestarikan serta mengembangkan tekstil di Indonesia, disamping untuk

kepentingan pendidikan, penelitian, serta objek wisata sekaligus sebagai

usaha penyelamatan terhadap tradisi dari benda warisan budaya bangsa.

Dengan adanya Museum Tekstil Bali di Karangasem ini diharapkan dapat

menjadi wadah pengumpulan, pelestarian, peragaan dan pengembangan

kualitas wawasan mengenai tekstil tradisional Bali di Bali, di Indonesia dan

di dunia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

Bagaimana mewujudkan suatu museum tekstil yang mampu ‘merangkum,

menampung, dan mengembangkan kuantitas dan kualitas jenis tekstil

tradisional Bali?

Bagaimana perencanaan museum ini sehingga mampu menjadi objek

studi, objek wisata, objek pelestarian sekaligus sebagai peningkatan dan

pengembangan kualitas wawasan masyarakat tentang tekstil Bali?

Bagaimana teknik penyajian koleksi untuk pemeliharaan, perawatan dan

pengembangan tekstil Bali?

1.3 Tujuan

13.1 Tujuan Penulisan

Tujuan dan penulisan itu adalah menyusun landasan konsepsual

perancanaan sebuah bangunan Museum Tekstil Bali di Karangasem yang

akan dipergunakan sebagai acuan dalam tahap desain selanjutnya.

Page 6: Museum Tekstil Bali

13.2 Tujuan Perencanaan

Tujuan dari perencanaan ini adalah menyusun dan mewujudkan suatu

rancangan Museum Tekstil Bali di Karangasem yang mampu mewadahi

kegiatan perangkuman, pelestarian, peragaan, serta pengembangan wawasan

dan pengetahuan mengenai tekstil Bali dengan menyediakan sarana pameran,

pelayanan umum, pelayanan edukasi yang aman, nyaman, kompak, dan

menyatu antar fungsinya, sehingga dapat menunjukkan kualitas tekstil Bali

yang dipamerkan didalam bangunan museum ini dan mewarisi kegiatan

budaya berupa produksi tekstil tradisional Bali yang merupakan kegiatan

masyarakat pada waktu lampau.

1.4 Metode Penelitian

1.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data-data yang

diperlukan untuk dapat menjawab permasalahan mengenai Museum tekstil

adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti langsung dan

sumbernya, dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data. Data

Primer dapat diperoleh melalui:

Obseivasi

Metode ini merupakan teknik pengamatan dimana peneliti

melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap subjek

penelitian. Subjek yang diteliti adalah sejarah, proses, serta peralatan yang

digunakan dalam pembuatan tekstil Bali yang dilakukan pada beberapa

tempat produksi tekstil Bali. Observasi dilakukan juga dengan mengamati

museum-museum yang ada di Bali untuk mengetahui karakteristik

meseum

Page 7: Museum Tekstil Bali

Wawancara dan diskusi

Wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh

informasi langsung dari sumbernya. Wawancara dilakukan dengan

petugas meseum Bali dan dengan produsen dan pengerajin tekstil Bali

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain,

yang dalam hal ini peneliti bertindak hanya sebagai pemakai data karena tidak

langsung memperoleh data langsung dan sumbernya.

a. Studi Literatur

Pengumpulan data penunjang sebagai bahan pertimbangan proses

perencanaan dan perancangan yang terdiri dari buku-buku, dan lain-lain.

b. Studi Banding

Melakukan studi banding museum tekstil di daerah dan negara lain

melalui internet.

1.4.2 Teknik Pembahasan

Teknik yang akan digunakan dalam melakukan pembahasan adalah

metode deskriptif, yaitu dengan melakukan pembahasan secara bertabap dari

masalah yang bersifat makro atau umum menuju masalah yang bersifat mikro

atau lebih detail atas dasar studi literatur, studi banding, dan observasi. Setiap

tahapan dianalisa secara terintegrasi dan lengkap untuk kemudian

memberikan masukan kepada pembahasan tahap berikutnya. Pada tahap

analisa ini keluaran yang diharapkan menjadi suatu konsep yang mendasari

perencanaan Museum Tekstil Bali. Kemudian pembahasan lebih lanjut

dijabarkan dalam bentuk desain.

Seluruh tahapan pembahasan selalu dilakukan pengevaluasian dan

mengalaxni feedback control pada setiap bagiannya sehingga data-data yang

belum ditampilkan segera dapaat disiapkan, metode dan penganalisaan dapat

diklasifikasi secepatnya, serta konsep perencanaan dapat dihasilkan dengan

lebih tepat.

Page 8: Museum Tekstil Bali

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Tinjauan Umum Museum

2.1.1. Sejarah Perkembangan Museum

Sejarah perkembangan Museum di dunia dapat ditelusuri sejak awal

dari Yunani. “Museum” berasal dari bahasa Yunani “Muse” yang berarti

sembilan Dewi Yunani kuno yang menguasai seni murni dan ilmu

pengetahuan. Jadi Museum di jaman itu merupakan suatu ruangan yang

dipergunakan bagi dewi-dewi kesenian.

Secara umum perkembangan museum dapat djelaskan sebagai

berikut:

Manusia mempunyai naluri alamiah untuk melakukan pengumpulan

(collecting instict). Sejak 85.000 tahun silam sudah merupakan tukang

himpun, terbukti penelitian para arkeolog pada gua-gua di Eropa dimana

pernah berdiam manusia Neanderthal (Lembah Neander), dan ditemukan

benda-benda koleksi pertama berupa kepingan batu yang disebut oker dan

banyak benda yang aneh-aneh. Awalnya disebut dengan curio cabinet, yang

menjadi sejarah museum pertaima kali. Pada jaman pertengahan, museum

merupakan tempat memajang koleksi pribadi milik bangsawan, dan orang

kaya yang makmur. Museum merupakan tempat ajang prestise bagi

pemiliknya.

Pada jaman itu museum juga pernah diartikan sebagai kumpulan ilmu

pengetahuan dalam bentuk karya tulis pada jaman ensiklopedis. Setelah

jaman Renaissance orang-orang di Eropa Barat mulai mendalami ilmu

pengetahuan tentang alam dan manusia juga jagat raya disekitarnya. Di

Indonesia berdirinya museum pertama kali dipelopori oleh berdirinya

Basaviasch Genootchap Van Kujnsten en Wateschaapen pada tanggal 24

April 1778, dengan tujuan memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan.

Perkumpulan ini menjadi pusat pertemuan kalangan sarjana pada saat itu dan

pernah menjadi tuan rumah Pacific Science Congress.

Page 9: Museum Tekstil Bali

Saat ini Bataviasch Genootchap Van Kujnsten en Wateschaapen telah

berganti nama menjadi museum nasional, yang merupakan museum tertua di

Indonesia. Sebenarnya terdapat lagi museum nasional di daerah lain tetapi

terhalang masalah biaya dan perawatan koleksi. Perhatian pemerintah

terhadap permuseuman meningkat, terbukti dengan adanya Proyek

Rehabilitasi dan Perluasan museum yang menjangkau seluruh daerah di

Indonesia.

2.1.2. Pengertian Museum

Museum muncul untuk keperluan pendidikan, dan atau untuk

pengadaan kegunaan koleksi permanen yang bersifat estetik.

Ada beberapa rumusan mengenai pengertian museum. Sebuah

museum adalah:

1. Satu lembaga untuk merawat benda-benda dengan aman, dan untuk

menginterpretasikan benda-benda itu melalui riset dan penelitian.(Edwin .

Colbert).

2. Satu bangunan permanen, diatur sesuai minat umum, untuk maksud

pelestarian, studi dan diperkaya dengan berbagai makna dalam arti khusus,

memajangkan kepada umum karena benda-benda dan spesimen

kulturalnya memberikan kenikmatan dan petunjuk: koleksi-koleksi

artistik, bersejarah, ilmiah, kebun-kebun raya dan kebun binatang,

akuarium dan contoh lainnya, perpustakaan umum dan lembaga arsip

umum yang menyediakan ruang-ruang pameran permanen, dianggap

museum (Dewan Museum Internasional, 1960)

Selanjutnya dengan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa,

Museum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas yang memberikan

perlindungan terhadap benda-benda yang bernilai sejarah dan budaya, untuk

dapat dikenali, diteliti dan dipelajari melalui riset dan pameran untuk

meningkatkan pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan masyarakat.

Page 10: Museum Tekstil Bali

2.1.3. Fungsi, Peranan dan Tugas Museum

2.13.1. Fungsi Museum

Secara umum menurut Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum

memiliki sembilan fungsi yang merupakan rumusan ICOM sebagai berikut:

1. Mengumpulkan dan mengamankan warisan alam dan budaya

2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah

3. Konservasi dan preservasi

4. Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum

5. Pengenalan dan penghayatan kesenian

6. pengenalan kebudayaan antara daerah dan antar bangsa

7. Visualisasi warisan alam dan budaya

8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia

9. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Fungsi tersebut menunjukkan bahwa warisan sejarah budaya dan

warisan sejarah alam perlu dipelihara dan diselamatkan. Dengan demikian

dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang dapat memperkuat kepribadian

bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh

jiwa kesatuan nasional.

2.1.3.2. Peranan Museum

Museum mempunyai peranan terhadap masyarakat sebagai berikut:

1. Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah

2. Pusat penyaluran ilmu untuk umum

3. Pusat peningkatan apresiasi budaya

4. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa

5. Sumber inspirasi

6. Objek wisata

7. Media membina pendidikan sejarah alam, ilmu pengetahuan dan budaya

8. Suaka alam dan suaka budaya

9. Cermin sejarah alam dan kebudayaan

Page 11: Museum Tekstil Bali

2.1.3.3. Tugas Museum

Tugas Museum seperti yang tercantum dalam Surat Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 079/0/1975, pasal 726 dan 727

adalah sebagai berikut:

a) Tugas Pengumpulan

Koleksi yang dikumpulkan adalah benda-benda yang memenuhi syarat

untuk dijadikan benda koleksi umum

b) Tugas Penyelidikan

Museum mengumpulkan benda-benda koleksi baik untuk pameran

maupun objek studi yang termasuk dalam lingkup penelitian

c) Tugas Pemeliharaan

Tugas pemeliharaan menyangkut memberi keterangan tertulis bagi setiap

benda koleksi dan memelihara benda koleksi museum dengan cara

konservasi, preservasi dan restorasi.

d) Tugas Pengamanan

Tugas pengamanan adalah menjaga benda-benda koleksi agar tidak rusak

terutama oleh manusia baik dengan cara preventif maupun dengan cara

represif.

e) Tugas Penerangan

Dilakukan dengan cara mengadakan pameran yang merupakan kegiatan

khas pada museum

f) Tugas Pendidikan

Memberikan penjelasan bagi pengunjung, terutama mengenai benda-benda

koleksi yanng dipamerkan di museum dengan memberikan bimbingan,

petunjuk dan ceramah.

g) Tugas Publikasi

Menyelenggarakan penerbitan hasil-hasil penelitian koleksi museum

melalui majalah, brosur dan lain-lain.

Page 12: Museum Tekstil Bali

2.1.4. Klasifikasi Museum

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan no.

079 tahun 975, museum dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa

pertimbangan:

2.1.4.1 Status Museum

Museum Pemerintah, adalah museum yang berada dibawah naungan

pemerintah, dibawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan direktorat

Jendral Kebudayaan. Dapat dibagi menjadi museum yang dikelola oleh

Pemerintah Pusat dan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik tingkat I

maupun tingkat II

Museum swasta, adalah museum yang dimiliki oleh pihak swasta, baik

secara perorangan maupun organisasi/ perkumpulan/ yayasan

2.1.4.2. Tingkat Museum

Museum nasional adalah museum yang memiliki ruang lingkup pelayanan

serta operasional yang meliputi wilayah nasional. Koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari, mewakili, dan berkaitan dengan bukti

material manusia dan atau lingkungannya dan seluruh wilayah Indonesia

yang bernilai nasional.

Museum Regional Propinsi, adalah museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari wilayah propinsi tertentu

Museum lokal yaitu museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda

yang berasal dan wilayah kabupaten atau kotamadya tententu.

2.1.4.3. Kategori Museum

Kategori museum menurut luas publik, yaltu:

Museum Umum (melayani masyarakat umum)

Museum Khusus (melayani masyarakat tententu)

Kategori museum menurut benda-benda kolek-si, yaltu:

Museum umum, adalah museum yang mengkoleksi benda-benda secara

umum yang terdiri dari kumpulan bukti material dan atau lingkungannya

Page 13: Museum Tekstil Bali

yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, ilmu pengetahuan dan

teknologi, tidak terbatas pada benda-benda tertentu saja.

Museum khusus adalah museum yang membatasi koleksi pada benda-

benda tertentu saja, yang terdiri dari kumpulan bukti material atau

lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu

pengetahuan dan teknologi.

2.1.4.4. Tipe Museum

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

no. 093/0/1979, museum dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu tipe

A,B dan C. Penggolongan ini berdasarkan atas:

A. Segi kependudukan

B. Segi Etnis

C. Segi Politik Keamanan

D. Segi Pariwisata

E. Segi Potensi Ketenagaan

F. Segi Penerimaan Dana Rutin dan Pembangunan Daerah

G. Segi Kebudayaan

2.1.5. Benda-benda koleksi museum

2.1.5.1 Syarat-syarat Benda Museum

a. benda-benda koleksi harus memiliki nilai-nilai budaya (Cultural Value)

dalam hal ini untuk nilai ilmiah (Scientific Value) baik dalam ilmu alam,

ilmu sosial dan budaya. Disamping itu benda koleksi harus memiliki nilai

keindahan (Aesthetic value) terutama untuk mesium seni rupa.

b. Benda-benda koleksi harus memiliki identifikasi dapat diterangkan baik

wujudnya (morfologis) tipe, gaya, fungsi dan sebagainya.

c. Harus dapat dianggap sebagai suatu monumen atau suatu tanda peringatan

peristiwa bersejarah.

d. Harus dapat dianggap sebagai dokumen dalam arti suatu bukti kenyataan

dan adanya bukti kehadiran.

Page 14: Museum Tekstil Bali

2.1.5.2 Cara Mendapatkan Koleksi

Merupakan benda penemuan di lapangan

Dengan cara membeli

Sumbangan sukarela atau pemberian hibah

Barang sitaan dan pengadilan

Barang titipan untuk dirawat dan dilindungi

Barang pameran untuk pameran temporer dan keliling

2.1.5.3 Jenis Koleksi Museum

Benda-benda koleksi museum dapat berupa benda-benda etnografi,

arkeologi, naskah, buku karya seni, benda grafika (foto, peta asli atau

reproduksi yang bisa dijadikan dokumen), diorama (gambaran bentuk tiga

dimensi), benda-benda sejarah alam (flora, fauna, batuan dan mineral),

replika, miniatur.

2.1.5.4 Bahan Koleksi Museum

Karakter bahan koleksi terdiri dari dua kelompok, yaitu:

Kelompok benda organik

Merupakan benda-benda yang berasal dari bahan alam (organik), mengandung

selulosa. Sangat sensitif terhadap iklim, asam dan serangan hama atau

serangga. Bahan-bahan itu antara lain: kayu, tekstil (katun dan linen), daun

lontar, kertas, bahan organik sepenti gading, tanduk dan kulit binatang.

Kelompok Benda Khusus

Benda yang diniaksud adalah lukisan, yang terdiri dari kanvas, kertas, atau

bahan lain dengan perekat, cat lukisan baik cat minyak atau cat air, dan

coating atau lapisan-lapisan. Sangat sensitif terhadap pengaruh cahaya dan

iklim, sangat sensitif terhadap udara dan kadar garam tinggi.

Page 15: Museum Tekstil Bali

2.1.5.5 Kerusakan Koleksi

Tabel 2.1Kerusakan koleksi

iklim Cahaya Serangga Mikroorganisme Pencemaran

Atmosfer

lemahnya daya

rekat

membusuknya

bahan perekat

rangsang karat

pada lawat logam

buramnya gelas

dan kaca

semakin ketatnya

kanvas lukisan

Benda yang tidak

sensitif terhadap

cahaya

Logam, batu,

kaca, keranik dan

berlian

-Benda yang

sensitif

terhadap

cahaya

-Dapat mencapai

150 lax, yaitu:

kulit, kayu,

bambu Tidak

boleh dari 50

lux yaitu;

lukisan, barang

cetakan dan

lainnya.

menyebabkan

kerusakan pada

benda-benda

yang

mengandung

selulosa dan

protein, yang

terkandung

dalam benda-

benda organik

- Silver fish, pada

kertas, buku

dan tekstil

-Crocoaches

(kecoa): wall,

kulit dan buku

-Termits (nyap):

kayu buku dan

tekstil

-Cloths moth

(ngengat):segala

jenis kain

-Dermistid beetle

(sebangsa

kumbang) wall,

kulit

Merupakan

sejenis

tumbuhan kecil

termasuk bakteri

yang

mengeluarkan

asam

sulfat sebagai

penyubur

tumbuhan

jamur.

- Sulfur ruangan

yang

menyebabkan

proses

pelunturan atau

pelapukan

- Karbon

dioksida (C02)

berupa gas

beracun yang

berbahaya bagi

koleksi,

bersifat berat

sehingga selalu

berada pada

dataran rendah

- Sisa

pembakaran

yang berupa

debu atau

arang, bila

menempel pada

tekstil, kulil

dan kertas akan

sulit untuk

dibersihkan.

Page 16: Museum Tekstil Bali

2.1.5.6 Perawatan Koleksi

Perawatan koleksi adalah kegiatan pencegahan terjadinya kerusakan

yang diakibatkan oleb faktor-faktor perusak yang telah diuraikan diatas

antara lain :

Tabel 2.2

Perawatan koleksi

Iklim Cahaya Serangga Mikroorganism

e

Polusi Udara

Kelembaban

relatif yang

sesuai bagi

berbagai jenis

koleksi antara

45- 60%,

kelembaban

udara dialur

dengan

Dehumidifyer,

sedangkan suhu

udara 20-24°C

yang dapat

diatur dengan

Humidifyer

Mencegah

terjadinya

penyinaran

langsung khususnya

pada benda-benda

tekstil. kertas,

Lukisan, cat

minyak pada

kanvas, kayu dan

lukisan cat air.

Sinar buatan

(lampu) pada objek

yang paling peka

terhadap cahaya

sebaiknya paling

dekat berjarak ±40

cm. Untuk

mencegah resapnya

ultraviolet dapat

dipasang reflektor

yang dicatat dengan

oksida atau

titanium triokrida.

Dengan zat

kimia anti hama

yang dapat

menguap pada

suhu normal

yang dilakukan

pada ruang

kedap suara. Zat

kimia tersebut

adalah

diklorobenzana,

karbondisulfida.

karbontetra

kldorida, dan

metil bromida

Perlu filterisasi dan

penjagaan agar

temperatur udara

tetap ideal.

Mencegah

terjadinya

terpaan angin

langsung

mengenai

benda. Perlu

dipikirkan usaha

filteriasi udara

masuk ke ruangan

untuk

mendapatkan

udara bersih.

Page 17: Museum Tekstil Bali

2.1.6. Penyajian Koleksi

2.1.6.1. Perencanaan dan Metode Pameran

Dalam merencanakan suatu pameran perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan

sebagai berikut :

Adanya tema pameran

Pemilihan benda-benda koleksi yang akan dipamerkan

Desain sarana seperti ruangan, vitrin, panel, disesuaikan dengan benda-benda

yang dipamerkan di ruang yang telah tersedia

Jenis bahan yang digunakan

Sedangkan agar tercapainya maksud penyajian berdasarkan tema, perlu

dipertimbangkan metode paineran yaitu :

Metode pendekatan romantik, yaitu cara-cara penyajian benda-benda koleksi

sehingga dapat mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan

benda-benda yang dipamerkan untuk menggugah suasana dan kenyataan,

membangkitkan perhatian pengunjung.

Metoda pendekatan tematik, yaitu cara penyajian benda-benda koleksi

sehingga dapat mengungkapkan dan memberikan informasi ilmu pengetahuan

yang bersangkutan dengan benda-benda museum yang dipamerkan.

Metoda pendekatan Estetis, yaitu penyajian benda-benda koleksi sehingga

dapat meningkatkan pernyataan-pernyataan terhadap nilai-nilai keindahan dan

benda warisan budaya atau koleksi agar dapat terungkapkan.

2.1.6.2. Bentuk Pameran

Jika dilihat dari bentuk pamerannya, maka pameran museum dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu:

Pameran tetap (permanent exibition), sistem pengelolaannya tetap

diselenggarakan sekurang-kurangnya dalam waktu 3 tahun.

Pameran temporer (temporary exibition), lamanya satu hari sampai satu bulan.

Sistem golongan selalu berubah dengan mengambil tema khusus.

Page 18: Museum Tekstil Bali

Pameran keliling (traveling exibition) dilakukan di luar museum dengan

jangka waktu tertentu dan variasi waktu yang relatif singkat dengan

mengambil tema khusus.

2.1.6.3. Sistematika Pameran

Penyajian yang baik akan memudahkan pengunjung memahami isi pameran. Ada

beberapa sistem penyajian atau penataan datam koleksi pemeran yaitu :

a. Berdasarkan fungsinya, koleksi yang dipamerkan dan ditata berdasarkan

fungsi yang sama

b. Berdasarkan jenisnya, misalnya pameran batik saja

c. Berdasarkan materialnya, sistem penyusunannya berdasarkan materi atau

bahan koleksi, misalnya pameran dan bahan besi saja.

d. Berdasarkan tempat asal atau geografis, berdasarkan asal atau tempat benda-

benda tersebut.

2.1.6.4. Sistem Tata Pameran

Pameran di museum hendaknya bertitik tolak dari 3 unsur yang sangat

berhubungan dan dijadikan dasar pertimbangan dalam penataan pameran yaitu :

2.1.7. Persyaratan Bangunan Museum

2.1.7.1.  Lokasi Museum

Nilai lokasi merupakan faktor terpenting dalam menentukan lokasi museum,

pemilihan lokasi dapat dilakukan melalui berbagai pertimbangan-pertimbangan.

Syarat utama yang harus dipenuhi adalah accessibility, dimana museum harus

berlokasi pada suatu areal yang mudah dicapai oleh bermacam-macam kendaraan

maupun pejalan kaki.

Dalam pamilihan lokasi museum ada bermacam-macam kriteria secara garis besar

ada dua jenis kriteria yaitu :

Page 19: Museum Tekstil Bali

Kriteria menurut sistem historis Kriteria menurut Sistem Kegiatan Masyarakat

Berdasarkan nilai sejarah memiliki kriteria

sebagai berikut :

1. Lokasi bernilai historis yang secara

planologis dapat dipertanggung

jawabkan

2. Lokasi yang bernilai historis yang

relevan terhadap nilai koleksi

3. Lokasi bernilai historis menurut sejarah

bangunan, pelaku maupun peranannya.

1. Lokasi yang dihubungkan dengan nilai

lingkungan yang bersifat Community

Center.

2. Lokasi yang dihubungkan dengan

kedekatannya terhadap pusat pendidikan

(sekolab-sekolah, universitas, gelanggang

remaja dll)

3. Lokasi yang dihubungkan dengan daerah-

daerah yang masih baru berkembang,

2.1.7.2. Kesehatan Lingkungan

Tidak dekat dengan daerah industri

Bebas banjir

Tidak terlalu dekat dengan laut atau sungai

Mempunyai cukup ruang terbuka

Jauh dari sumber api, pompa bensin, dan lain-lain.

2.1.7.3. Bangunan Museum

a. Bangunan utama (ruang pameran) hanis dapat :

Manual benda-benda koleksi yang akan dipamerkan

Mudah dicapai dari luar maupun dari dalam

Memiliki daya tarik sebagai bangunan pertama yang dikunjungi

Sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang

maupun kriminalitas.

b. Bangunan audittorium harus mudah dicapai umum dan dapat dipakai untuk

ruang pertemuan, diskusi dan ceramah.

c. Bangunan khusus terdiri dari laboratorium konservasi, studio preparasi,

storage harus :

Terletak pada daerah tenang

Memiliki sistem keamanan yang baik dari segi konstruksi maupun spesifikasi

ruang

Page 20: Museum Tekstil Bali

d. Bangunan Administrasi harus :

Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun terhadap bangunan

lain.

Mempunyai pintu khusus

2.1.7.4. Kelengkapan Keamanan Konstruksi Bangunan Museum

a. Perencanean Bencana Alam

Berupa rencana detail tertulis yang ditujukan kepada staf museum bila terjadi

bencana alam. Informasi mengenai siapa pihak yang dihubungim prioritas

penyelamatan dan bagaimana reaksi terhadap bencana alam.

b. Asuransi dan kontrak

c. Tempat Penyimpanan yang aman, harus memperhatikan :

Keamanan tempat penyimpanan, harus terisolasi, aman, dan ada pengontrolan

terhadap akses masuk, bukan multiple use area, tidak mempunyai kantor atau

workshop pameran terkunci rapat, dan tersambung secara baik dengan pusat

sistem keamanan.

Kontrol terhadap hama dimana tekstil dan benda koleksi lainnya sangat rawan

terhadap hama. Diharuskan ada kontrol rutin terhadap koleksi.

Intensitas cahaya untuk tekstil banya boleh berkisar antara 50-100 lux. Untuk

ruang penyimpanan (storage) menggunakan cahaya yang paling ringan dan

sensitif. Bila intensitas cahaya melebihi 100 mx, maka diharapkan koleksi

disimpan dalam lemari atau kabinet yang melindunginya dari cahaya

langsung.

Ventilasi dan AC; storage dari museum memerlukan filtrasi udara, temperatur

yang tetap dan kelembaban relatif. Ketiga sistan ini penting untuk dimonitor

dalam suatu ruang khusus.

Proteksi terhadap air; bila mungkin storage bebas dari pipa air yang tidak

perlu. Koleksi membutuhkan ruang storage dengan ketinggian lebih tinggi

sekitar 10-12 inchi dan harus dilindungi dengan lemari, kotak dan rak tertutup.

Page 21: Museum Tekstil Bali

Perlindungan terbadap api; Sistem dry sprinkler diperlukan pada storage dan

area pameran. Tipe dari sistem pemadam kebakaran dipilih berdasarkan,

konstruksi bangunan, nilai barang koleksi dan standar.

2.2. Tinjauan Tekstil

2.2.1. Pengertian dan Sejarah Tekstil

Tekstil berasal dari kata “texere” yang berarti menenun. Tekstil adalah kain yang

diperoleh dengan cara manintal, menenun, merajut, menganyam, atan membuat

jala benang yang diperoleh dari berbagai serat. Hingga sekarang masih banyak

tekstil yang dibuat dengan cara menenun, meskipun banyak kain bisa dihasilkan

dengan cara lain seperti menganyam, merenda dan merajut. Pada tekstil berasal

dari berbagai jenis bahan penutup tubuh, bahkan dedaunan dan serat pohon

sekalipun. Dengan perkembangan peradaban manusia, dan karena kebutuhan

untuk melindungi tubuh dari kondisi iklim maupun lingkungan, maka usaha

pengetahuan akan tekstil mulai tercipta. Dibuatlah alat-alat tekstil sederhana untuk

menghasilkan jenis kain yang sederhana pula. Lama kelamaan mulai muncul

mesin untuk membuat tekstil untuk kemudahan manusia dalam membuat tekstil.

2.2.2. Bahan Baku Tekstil

Bahan baku tekstil adalah serat, dimana bahan baku serat dapat digolongkan

menjadi dua jenis yaitu :

1. Serat alami : serat yang berasal dari nabati (kapas, goni, henep, flax), hewani

(wol, sutera), serat asbes.

2. Serat buatan : nilon, poliester, rayon, dan sebagainya.

Page 22: Museum Tekstil Bali

22.3 Karakteristik Tekstil

Sifat-sifat Tekstil Kerusakan Tekstil

Bahan Alami Bahan Buatan Lingkungan Cahaya Biotik

tenunnya terasa empuk lebih kuat Kelembaban

tinggi

Pencemaran

Jamur

Insektabaik sebagai isolasi panas elastisitas yang tinggi

sangat higroskopik dan baik

daya tahannya terhadap warna

stabilitas terhadap

panas cukup baik

2.2.4 Jenis Tekstil berdasarkan teknik pembuatannya

Kain Tenun Dibuat dengan saling menyilangkan dua kelompok benang tetapi ada juga kain tenun

yang meyilangkan 5 benang dan 3 benang

Kain Rejut Dibuat dengan cara menautkan satu benang pada benang lain dengan menggunakan

jarum

Kain Renda Sama dengan rajut, hanya kain yang dihasilkan lebih renggang

Anyaman Memerlukan sekurang-kurangnya 3 macam benang. Anyaman yang dihasilkan rapat

seperti tali sepatu, tekstil hias, penutup tali.

Tali Jala Dibuat dengan tangan, lubangnya dapat berbentuk segi empat atau segi enam.

2.3. Tinjauan Tekstil di Indonesia

Kepulauan Indonesia terkenal dengan kain dekorasi seperti batik dan ikat.

Masyarakat Indonesia mempunyai keterampilan yang tinggi untuk membuat motif

dari desain tekstil yang unik dan spesifik. Desain dari tekstil Indonesia tidak

hanya merefleksikan keanekaragaman etnik di daerah Indonesia sendiri tetapi juga

mengadopsi kultur luar, terutama India dan Cina. Sebagai tradisi dan alat tukar,

tekstil Indonesia memiliki nilai yang penting secara ritual dan dikenakan saat

upacara keagamaan seperti upacara beranjak dewasa dan pernikahan.

Pengaruh negara luar yang paling besar adalah dari India dan Cina, selain itu juga

Arab dan Islam India, dan nantinya Kristen Eropa, memberikan pengaruh yang

besar bagi tekstil Indonesia. Yang paling cepat menerima pengaruh ini adalah

penduduk yang tinggal dekat dengan pantai. Sedangkan penduduk yang tinggal di

dataran tinggi mengalami perkembangan setelah adanya penjajahan Belanda.

Pemerintah mulai mempunyai pabrik lokal sendiri. Banyak desain yang

Page 23: Museum Tekstil Bali

merefleksikan nilai tukar nasional dan regionalisme, namun tetap memperhatikan

simbol kultur dalam status multikultur.

Page 24: Museum Tekstil Bali

2.4. Simpulan / Spesifikasi Umum Museum Tekstil

Tabel 2.6

Fungsi Fungsi dari Museum Tekstil adalah sebagai wadah untuk mengumpulkan, memelihara, menambah pengetahuan, memperagakan dan

mengembangkan produk tekstil untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan hiburan, yang merupakan peninggalan budaya dan tanda evolusi

manusia.

Tujuan Tujuan dari Museum Tekstil adalah untuk mengumpulkan, memelihara, memperagakan, serat merawat produk tekstil serta menambah wawasan dan

pengetahuan kepada masyarakat terhadap pentingnya tekstil sebagai produk budaya sehingga mampu menjadi objek studi, objek wisata, objek

pelestarian sekaligus sebagai peningkatan dan pengembangan pemasaran tekstil baik secara regional, nasional, maupun internasional

Lingkup

Pelayanan

Sasaran Pelayanan

Adalah masyarakat umum, dengan kategori umur, jenis kelamin, kondisi fisik dan kepentingan yang berbeda

Sifat pelayanan

Pelayanan bersifat sosial namun untuk kelangsungan museum itu sendiri tetap ada biaya administrasi. Pelayanan komersial terdapat pada fasilitas

pendukung museum tekstil seperti toko cinderamata kantin dan fasilitas rental seperti auditorium

Sistem

Pengelolaan

Pengelolaan museum tekstil ada yang dijalankan oleh pihak pemerintah dan atau swasta yang berbadan hukum dan membentuk sebuah yayasan yang

bertugas menghimpun dana maupun koleksi untuk kelangsungan museum.

Ruang Lingkup Ruang lingkup dari Museum Tekstil ini adalah kegiatan pendidikan, pelestarian, dan pengembangan tekstil.

Batasan Masalah Aspekfisik

Objek yang

dipamerkan

- Produk tekstil

(dikategorikan

menurut waktu dan

daerah asalnya)

yang dibuat dengan

Jenis kegiatan

Kegiatan yang berbeda pada setiap

daerah dan negara memberikan

output berbeda pada fasilitas yang

ada di masing-masing museum hasil

studi banding.

Kegiatan yang dilayani berupa

kegiatan pameran, kegiatan edukasi,

Lokasi

Berdasarkan nilai sejarah memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Lokasi bernilai historis yang secara planologis dapat dipertanggungjawabkan

2. Lokasi yang bernilai historis yang relevan terhadap koleksi tekstil

3. Lokasi bernilai historis menurut sejarah bangunan, pelaku maupun peranannya.

Kriteria rnenurut sistem kegiatan masyarakat (civic system)

1. Lokasi yang dihubungkan dengan nilai lingkungan yang bersifat Community

Page 25: Museum Tekstil Bali

alat tenun, baik alat

tenun bukan mesin

maupun alat tenun

mesin.

- Alat tekstil (alat

tenun bukan mesin

dan alat tenun

mesin)

- Proses/sejarah dan

perkembangan

tekstil

kegiatan konservasi, dan kegiatan

pertunjukan (sementara).

Fasilitas Museum, melingkupi :

- Fasilitas pameran dan koleksi

- Fasilitas konservasi tekstil.

- Fasititas edukasi

- Fasilitas seminar/pertunjukn/kelas

- Fasilitas administrasi untuk

pengelola

- Fasilitas maintenance .

- Fasilitas penunjang lainnya yang

mendukung fungsi Museum

Tekstil (fasilitas komersial seperti

toko, kantin, dll).

Center.

2. Lokasi yang dihubungkan dengan kedekatannya terhadap pusat pendidikan

(sekolah-sekolah, universitas, gelanggang remaja dll.)

3. Lokasi yang dihubungkan dengan daerah-daerah yang masih harus berkembang,

berbagai keuntungan dapat dicapai, seperti :

Tanah/bangunan yang relatif murah

Tingkat pencemaran yang rendah (sedikit debu, kebisingan dan lain-lain)

Kesempatan perencanaan yang lebih luas

Lokasi yang dikaitkan dengan usaha-usaha pengembangan kerajinan yang ada

-  Peruntukan lokasi harus jelas dan sesuai dengan peraturan yang ada yaitu

Peraturan Bangunan dan Master Plan yang ada.

Page 26: Museum Tekstil Bali

3.3. Tinjauan Tekstil Bali

3.3.1 Sejarah Perkembangan Tekstil di Bali

Sejarah perkembangan tekstil di Bali berdasarkan periodisasi waktu adalah

sebagai berikut :

a. Masa Prasejarah

Tekstil Bali telah dikenal sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa

bercocok tanam dan masa perundagian . Pada saat ini tekstil yang dibuat masih

sangat sederhana, berupa bahan-bahan alam seperti kulit binatang, dedaunan, dan

serat tanaman. Ragam biasa yang mulai berkembang adalah hias geometri,

tetumbuhan, manusia dan binatang.

b. Masa Bali Aga (abad I-abad VIII)

Selanjutnya adalah hubungan yang erat antara Bali dengan Jawa yang berlangsung

sejak abad ke-8 meyebarkan kesenian di Bali, termasuk seni menenun yang

diperkirakan mendapat pengaruh dari Jawa. Bentuk kesenian yang ada saat itu

belum pasti diketahui namun berdasarkan prasati Bebetin tahun 896, telah ada

kesenian wayang dan topeng yang menggunakan busana yang gemerlapan.

Prasasti ini dibuat oleh pegawai kerajaan Singhamandawa pada bulan X, pada

masa pemerintahan raja Ugrasena di Bali.

c. Masa Bali Kuna (abad VIII-abad XIV)

Pada akhir abad ke-10, raja Dharma Udayana mengambil permaisuri dari Jawa

Timur, bernama Mahendradatta, yang juga dikenal sebagai Sri

Gunapriyadharmapatni. Pada masa pemerintahannya pujangga istana menggubah

cerita Sansekerta ke dalam bahasa Jawa Kuna. Mahabharata dan Ramayana

menjadi lakon yang populer dalam pentas kesenian dan menjadi tema dalam

ragam hias kain Bali.

Selain dari ceritera Hindu, Cina juga banyak membawa pengaruh pada

kebudayaan Bali. Hubungan Bali dengan Cina dipastikan sudah berlangsung sejak

lama dilihat dari berjenis-jenis barang yang berasal dari singan barong Cina yang

muncul pada dinasti Tang pada abad 7 sampai abad 10. Berjenis-Jenis patra atau

ragam hias kain-kain Bali terutama prada, merupakan bukti pengaruh kebudayaan

Page 27: Museum Tekstil Bali

Cina. Penganah ragam hias dari Barat didominasi oleh ragam hias bangun

berulang, kuta mesir dan patra ulanda.

d. Masa Bali Pertengahan (abad XIV - abad XIX)

Hubungan antara Bali dan Jawa memuncak setelah jatuhnya Majapahit ke tangan

Islam. Pada masa itu banyak orang keturunan Majapahit yang berpindah ke Bali

dan menurunkan kesenian mereka mulai dari tangga nada gamelan hingga

penggunaan cerita dan busana dalam sendratari. Penggunaan hiasan kain dan

hiasan kepala banyak diturunkan dari Jawa.

Antara abad ke-16 dan ke-19 yaitu pada masa kejayaan kerajaan Bali dengan raja

seperti Dalem Waturenggong dan seterusnya, kesenian Bali mencapai puncak

keemasan. Hal ini terbukti dengan banyaknya diciptakan seni pertunjukan yang

terpelihara dengan baik seperti gambuh, topeng, wayang, arja, dan lain-lain.

Semua pertunjukan ini menggunakan busana kain songket atau prada yang sangat

gemerlapan. Berbagai teknik menenun kain Bali diperkirakan tumbuh pesat saat

itu, dengan banyaknya kerajinan tenun seperti tenun kain Geringsing di Tenganan

Pegringsingan dan kain Cepuk di Nusa Penida. Sementara itu pengerajin istana

terus mengembangkan kain songket model baru dengan berbagai ragam hias yang

tercipta di kawasan istana tersebut.

e. Pada masa Bali Baru (abad XIX - sekarang)

Pada awal tahun 1930-an, seorang pelukis bernama Walter Spies sering

menyaksikan kesenian Bali dan menganggapnya sebagai hiburan bagi wisatawan

asing yang datang ke Bali. Pertunjukannya angat megah dan dapat mendatangkan

banyak uang sehingga mereka mampu memelihara kesenian tradisional itu dengan

baik. Pada tahun 1931, pemerintah Hindia Belanda mengirimkan misi kesenian

Bali keluar negeri pada Paris Colonial Exhibition. Misi itu benar-benar

menggemparkan masyarakat Eropa. Data-data yang dikumpulkan pada saat itu

memperlihatkan bahwa misi kesenian itu menggunakan kain prada dan songket

serba gemerlapan dan penari Barong dan Rangda menggunakan kain Cepuk.

Sebaliknya pada tahun 1940-an Bali menerima suatu bentuk kesenian modern

berupa tari janger yang merupakan tarian muda-mudi dengan menggunakan

busana modern seperti celana panjang, kameja, sepatu dan topi hitam. Sedangkan

Page 28: Museum Tekstil Bali

para wanita penari janger menggunakan kostum dari kain sutera dan kain tenun

singapura.

Mulai tahun 1966, perkembangan kesenian Bali terutama kerajinan menenun

cukup menonjol. Disamping motivasi kuat dan agama, kebidupan kesenian Bali

didukung oleh program pemerintah untuk memelihara, melestarikan dan

mengembangkan kesenian Bali.

3.3.2 Fungsi dan Peranan Tekstil di Bali

Secara umum fungsi dan peranan tekstil di Indonesia dan di Bali yaitu :

1. Mat pelindung dari suhu, panas dan cuaca

2. Estetika, keindahan

3. Etika, untuk menutupi bagian tubuh agar tidak merasa malu

4. Segi sosial, prestise, susunan tingkatan masyarakat dijadikan simbol

kekayaan, keberadaan, kemampuan, dan kebanggaan

5. Segi ekonomi, sebagai alat tukar

6. Fungsi budaya, untuk dipakai pada upacara adat dan kegiatan sakral lainnya.

7. Mitos kebudayaan / kepercayaan, ada nilai-nilai yang sifatnya sakral dan

mempunyai kekuatan berdasarkan kepercayaan.

Fungsi dan Peranan tekstil di Bali adalah :

Berdasar pada filsafat fungsi yang berdasar pada Tri Angga, yaitu sikap dasar

yang percaya di dunia ini mempunyai tiga tingkatan atau bagian yang penting

yaitu kepala, badan, kaki. Dalam pengklasifikasiannya maka dapat dibedakan

menjadi tingkatan berdasarkan Tri Hita Karana yaitu Parahyangan, Pawongan dan

Palemahan. Hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia

dan manusia dengan alamnya terlihat sangat jelas dalam penggunaan tekstil

tradisional Bali. Dalam upacara adat Bali, kain-kain tekstil Bali menghiasi

Sanggah Bangunan. Hiasan manusia untuk laki-laki dan perempuan berbeda

jenisnya, sesuai dengan asal, jenis, sifat dan raga yang mamakainya.

Pada saat ini berjenis-jenis kain Bali juga manpunyai fungsi yang amat sangat

penting dalam upacara, seperti upacara, piodalan, potong gigi dan ngaben. Di

Page 29: Museum Tekstil Bali

samping itu kain-kain Bali juga digunakan untuk berbagai macam dekorasi dan

yang paling menonjol untuk pertunjukan atau tarian.

3.3.3 Klasifikasi Tekstil Tradisional Bali

A. Parahyangan

Hubungan antara manusia dengan Tuhan di Bali sangat erat dan menyatu dengan

sosial religi dan lingkungannya. Contoh dari penggunaan tekstil untuk klasifikasi

Parahyangan ini adalah wastra yang digunakan pada merajan, pura, untuk pakaian

tugu/pelinggihnya. Merupakan kain-kain yang dibagi lagi menjadi bagian kepala

badan dan kaki, seperti ider-ider, pajen sabuk, lamak, dan wastra. Lamak

misalnya, pola dan ukurannya berbeda tergantung dimana dan upacara apa dan

siapa yang dipuja di suatu Pura. Motif dan warna dari suatu tekstil tradisional Bali

yang dibalutkan pada patung-patung perwujudan Tuhan juga melambangkan

prosesi dan keberadaan Tuhan.

B. Pawongan

Tekstil Bali sebagai pakaian adat maupun ritual masyarakat Bali. Dilihat dari

daerah asa1nya, masing-masing jenis tekstil Tradisional Bali mempunyai

keistimewaan tersendiri baik dari segi bahan maupun motif; serta cara

pembuatannya. Klungkung yang terkenal dengan songkelnya, Gianyar dengan

endeknya, dan Nusa Penida dengan kain cepuknya. Dari segi status sosial/kasta,

maka dapat dibedakan menjadi pakaian ritual brahmana sebagai orang suci,

pakaian kerajaan seperti songket dan geringsing, pakaian ritual rakyat biasa

seperti kain cepuk dan bebali.

C. Palemahan

Karakter dan tekstil Bali dijelaskan dari warna, material dan polanya. Korelasi

antara kosologi dan dewa penjaga arah mata anginnya dapat dilihat dari warna-

warna tekstil Bali yang diletakkan di Pura yang menyungsung dewanya atau

terletak diarah mata angin tersebut. Selain itu sekarang berkembang kepercayaan

bahwa kain yang suci adalah kain putih kuning dan semakin gelap warnanya maka

Page 30: Museum Tekstil Bali

nilainya semakin rendah (berbahaya, magis). Kain poleng merupakan salah satu

perwujudan tekstil Palemahan, dimana biasanya dibalutkan pada pepohonan

maupun bebatuan yang dianggap sakral.

3.3.4 Pakaian Tradisional Bali

Tekstil tradisional di Bali lebih merupakan kain yang sederhana. Untuk

masyarakat Bali kain (tekstil) tradisional mereka mewakili nilai identitas budaya

dan religius, dimana jenis tekstil tertentu memberikan perbedaan kelahiran, umur,

jenis kelamin, status dan kasta. Bahan tekstil tradisional juga digunakan dalam

berbagai kegiatan sakral dan ritual, yang menjadi lambang kebaikan dan kejahatan

yang selalu berimbang.

3.3.1 Pakaian Ritual/Adat Masyarakat Bali

Pakaian adat masyarakat Bali terdiri dari beberapa ukuran panjang dan berbagai

macam ukuran. Pakaian mereka tidak dijahit secara khusus namun hanya dijahit

sedemikian rupa dan dililitkan pada badan. Anak laki-laki dan pria dewasa

menggunakan kamben dengan kancut panjang yang hampir menyentuh tanah.

Sedangkan anak perempuan dan wanita dewasa melilitkan kambennya seketat

mungkin dengan pemakaian searah jarum jam.

Dalam beberapa upacara, digunakan pakaian dalam seperti Tapih/sinjang.

Kampuh/Saput dipakai disekitar pinggul atau dada oleh para pria, sampai ke lutut

Sabuk (umpal) ditambahkan pada saput untuk mengencangkannya. Sabuk atau

pekekek merupakan kain panjang yang dililitkan pada badan dan dikaitkan. Destar

digunakan oleh para pria sebagai penutup kepala.

Wanita Bali menggunakan sabuk/setagen pada bagian tubuhnya untuk memegang

kamben, dan penutup dada (anteng) dililitkan pada tubuh bagian atas. Sewaktu-

waktu mereka juga menggunakan selendang. Sampai tahun 1930-an, wanita Bali

biasanya setengah telanjang pada tubuh bagian atas pada kehidupan sehari-

harinya. Namun selalu tertutup saat acara ke Puda atan turut berpartisipasi dalam

kehiatan masyarakat. Saat ini pakaian wanita Bali digantikan dengan kebaya yang

berasal dari Jawa yang dipertimbangkan sebagai busana Nasional.

Page 31: Museum Tekstil Bali

3.3.5 Bahan dan jenis Tekstil di Bali

Bahan baku untuk tekstil di Bali adalah kapas atau kapuk. Namun semakin lama

di Bali bahan ini semakin langkah. Sekarang bahan baku utama mereka adalah

benang. Untuk itu para pengerajin biasanya membeli benang pada toko-toko yang

sudah tersedia. Jenis benang yang digunakan untuk kain tenun tradisional Bali

antara lain benang Bali, benang sutera, benang DMC, benang perak dan benang

emas. Benang Bali terutama digunakan untuk menenun kain geringsing. Bahan

utama dari benang Bali adalah kapas Keling yang dikerjakan sendiri oleh

pengerajin. Sedangkan benang yang lain dapat diperoleh di toko dan dikerjakan

pewarnaannya oleh pengerajin.

Pada daerah Bali, berdasarkan teknik pengerjaannya dikenal kain tradisional Bali

tenun dan prala. Untuk kain tenun tradisional Bali terdapat beberapa jenis yang

dapat dibedakan

Tabel 3.4

Ragam hias

Ragam Hias Fungsi Proses pengerjaan

ragam hias

geometri

Ditinjau dari

fungsinya terdiri dari:

pakaian wanita dan

laki-laki saat

upacara

Pakaian penari

Hiasan bangunan

tradisional pada

saat upacara

Kain tenun

Polos (tanpa

ikat)

sangat sederhana, baik lungsin maupun

pakan tidak mengalami proses ikat hanya

diwarnai saja dan dikombinasikan dengan

benang sulam atau benang emas.

ragam hias

flora

Kain tenun

ikat tunggal

Proses pengenaan untuk membentuk

motifnya diterapkan sistem ikat yaitu dengan

mengikat benang pakan dan mengatur

benang pakan pada saat menenun

ragam hias

fauna

Kain tenun

ikat ganda

Proses pengerjaan dengan dua ikatan yaitu

dengan mengikat benang pakan dan bengan

lungsin, Dalam menentukan ragam hiasnya,

penenun memperhatikan pada saat nganyi

dan nyuntik. Pada saat itu kedudukan

benang lungsin diatur, selanjutnya pada saat

menenun posisi benang pakan mulai diatur

serta dipadukan dengan benang lungsin

hingga terbentuklah motif yang diinginkan.

Page 32: Museum Tekstil Bali

Ragam hias Fungsi Proses pengerjaan

ragam hias

manusia

Kain tenun

songket

Proses pengerjaannya dalam membentuk

ragam hias menerapkan sistem nyuntik.

Benang lungsin dihitung menurut pembagian

sesuai dengan ragam bias, kemudian

dimasukkan satu persatu pada serat dengan

cara disuntik. Masing-masing suntikan

dibandul dengan benang guwun yang diberi

tangkai yang bernama gegilik. Bahan pakan

mempunyai berbagai macam warna,

kemudian digulung dan dimasukkan ke

dalam suatu tempat yang dinamakan

pecoban/coba lalu dilanjutkan dengan proses

menenun.

3.3.6. Jenis Kain Tradisional Bali

Tabel 3.6

Jenis Kain Tradisional Bali

Kain geringsing

berasal dari Tenganan

Pegringsingan,

Kabupaten

Karangasem

Merupakan tekstil khas Bali dan

merupakan ikat ganda yang sangat

sulit dan pembuatannya sangat

mendetail. Kain geringsing memiliki

ciri khas yaitu warnanya yang merah

kecoklatan, warna kulit telur dan

hitam kebiruan, yang diwarna dengan

tumbuhanlokal yaitu Akar sunti

merah (Morinda citrifoloa) dan taum

atau indigo (biru). Dahulu

tersebarpersepsi bahwa warna itu

dibuat dari darah manusia namun

lama kelamaan isu itu hilang karena

tingkat pendidikan masyarakat yang

semakin tinggi. Geringsing sangat

penting bagi masyarakat Bali, sebagai

penolak bala, dan diluar Tanganan

dipakaisaat potong gigi.

Jenis motifnya : Geringsing

Wayang Kebo, Wayang

Putri, genggogangan,

teteledan, lubeng,

cecempakan, cemplong,

talidandan, pepare, batun

tuwung, enjekan siap,

dingding ai, dingding

sigading, sitan pegat, sanan

empeg, dll.

Page 33: Museum Tekstil Bali

Kain songket berasal

dari Klungkung

(Gelgel)

Tenunan benang songket ditunjukan

bagi kaum yang berkasta karena

keindahan konfigurasi dari benang

emasnya. Puri dari produksi songket

masih dapat ditemukan di daerah

kerajaan dan lingkungan brahmana di

Karangasem (Amlapura, Sidemen),

Buleleng (Bubunan, Bratan)Mengwi

(Blayu) dan Negara (Jembrana)

Jenis motifnya: Songket

baintangan tatumbakan,

prombon papunggakan, ebun

sangkun, bungan semangi,

belah ketupat.

Digunakan sebagai sarung yang

berkembang paling akhir. Penghasiln

endek selain Bali adalah Lombok.

Sekarang kain endek menjadi kain

yang paling populer dan lebih relevan

dalam dunia fashion dan desain.

Motif kepala kala dan wayang hampir

punah dan digantikan oleh motif

geometri. Kepopulerannya tidak

hanya di Bali melainkan ke seluruh

daerah Indonesia dan mancanegara.

Jenis motifnya:

Endek polos, endek

kembang, endek kaketusan,

endek wayang, gigin baong,

endek batun timun,

cecawangan.

Cain Cepuk

Berasal dari

Nusa Penida

Kain tenun katun berwarna merah

yang digunakan sebagai pengganti

geringsing dan prada Kain cepuk

digunakan saat upacara korban,

ngaben dan yang paling penting

adalah sebagai pakaian pelindung

yang digunakan oleh penari Rangda.

Asal kain Cepuk ini dari Kerambitan

dan Nusa Penida. Namun sekarang di

Tanglad Nusa Penida menjadi pusat

produksi kain cepuk, sehingga kain

cepuk daplat ditemukan dipasar-pasar

besar di Bali.

Jenis motifnya:

Cepuk arjuna, cenana kawi,

pancit genggong, cepuk sari,

cepuk padma, kali anti

Kain Bebali Berperan baik sekali sebagai

pakaian adat maupun perlengkapan

upacara agama

Jenis motifnya:

Wali cekordi, bin wali bias

membab

Page 34: Museum Tekstil Bali

Kain keling,

kain poleng,

kain lumlum,

kain wangsu1

(gedogan)

Kain yang dipakai di pinggang

dan dada dengan pola kotak-kotak

hitak putih (poleng) dan pola

lingkaran kecil

(wangsul/gedogan) digunakan pada

upacara manusa yadnya seperti 3

bulanan dan upacara potong gigi.

Kain poleng merupakan simbol Rwa

Bhineda, antara siang malam,

kejahatan dan kebaikan

Kain prada Prada merupakan kain tenun dengan

dekorasi dedaunan emas. Secara

tradisional diproduksi untuk kalangan

kerajaan dan digunakan pada saat

potong gigi dan pernikahan. Polsa

desain dari kain prada ini pertama-

tama digambar dengan pensil dan

ditutupi dengan lem, lalu daun

lembaran emas ditempelkan.

Motif kain prada: Stiliran

bunga, tumbuhan, burung,

wewayangan. Bagian siku

dihiasi dengan sriliran

swastika sebagai simbol

Hindu Bali, selain simbol

pengaruh budaya Cina.

3.3.7 Nilai-nilai dari tekstil Tradisional Bali

Tekstil Bali tidak hanya berfungsi utama sebagai sandang untuk perlindungan

manusia terhadap kondisi luar dan estetika tetapi juga memiliki nilai-nilai

tambahan yang sangat penting dan sakral

Nilai-nilai itu antara lain :

1. Nilai sejarah

Kain yang merupakan salah satu wujud kebudayaan material muncul pertama kali

pada masa bercocok tanam dunana pada masa itu masyarakat sudah mempunyai

tempat tinggal tetap dan sudah pandai membuat rumah. Kehidupan yang ada pada

saat itu adalah kehidupan yang komunal dimana ada suatu peraturan bersama yang

mengikat. Kerajinan tangan seperti menenun sangat mengalami kemajuan.

2. Nilai teknologi

Page 35: Museum Tekstil Bali

Material yang lahir pertama kali sebagai kain adalah kulit kayu atau binatang

dengan teknik dipukul-pukul dengan alat pemukul dari batu agar seratnya lebih

lembut. Sejalan dengan perkembangan masyarakat di Indonesia dan di Bali pada

khususnya saat masa perundagian dimana ditandai dengan kemajuan teknologi

yang pesat, kain telah dikenal dan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari atau

sebagai sarana upacara pada saat itu. Pada masa itu dibuatlah suatu alat tenun

untuk membuat kain yang masih bersifat tradisional yang bercorak khas Bali.

3. Nilai budaya

Arti kain dalam kehidupan masyarakat tradisional Bali sendiri adalah kamen atau

wastra yaitu nama selembar kain penutup badan bagian bawah, juga merupakan

hasil produksi kerajinan rumah tangga yang dimiliki orang Bali dengan ragam

hias Bali.

Ditinjau dari jenis pemakainya yaitu pria dan wanita termasuk juga pakaian

dewasa dan pakaian orang tua. Sedangkan dari lapisan sosial yang berdasarkan

kasta terbagi menjadi pakaian untuk warna Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.

Pergaulan yang ada menjadi bertingkat-tingkat dan dalam penggunaan pakaian

adatnya, kaum Brahmana memiliki disiplin yang berbeda dengan nilai kaum

Ksatria. Pakaian yang digunakan juga sangat berbeda. Hal ini tampak jelas dalam

buku Manawa Dharma Sastra dalam sloka 41,42,44 sebagai berikut:

“Setiap sisia memahami pakaian yang sesuai dengan golongannya, pakaian atas

berupa kulit menjangan kutub, menjangan tutul, kambing, dan sedangkan pakaian

bawah terdiri dari wool rami atau rajutan.”

“Ikat pinggang bagi Brahmana terdiri dari rumputan munja berlapis tiga, halus

dan lembut bagi Ksatria dari tali busur panah sedangkan waisya dari serat rumput

murwa atau benang rami.”

“Bengang yadnya prawira bagi seorang Brahmana terdiri atas tiga katun

melintang ke kanan sedangkan bagi ksatria terdiri atas benang sutera dan bagi

waisya terdiri atas benang wool.”. Kain Bali juga dipergunakan sebagai lambang

kekayaan, prestise, kepemimpinan, lambang kewibawaan dan lainnya. Dalam

berbagai upacara adat di lingkungan keluarga hingga meluas ke luar, kain Bali

Page 36: Museum Tekstil Bali

sebagai produk tekstil Bali terlihat berbagai bentuk corak dan nilai prestise yang

ada bila digunakan oleh orang yang berbeda.

Tekstil tradisional Bali juga dipergunakan dalam seni pertunjukan dimana

memberikan nilai tukar tinggi terhadap kain tradisional Bali dalam misi

pertukaran budaya ke luar negeri. Penggunaan tekstil Bali sebagai pakaian

pertunjukan pun mempunyai pakem tersendiri dalam kegiatan kesenian Bali.

3.4 Peralatan Tenun Tradisional Bali

Tabel 3.6

Peralatan Tenun Tradisional Bali

Nama Fungsi Gambar

Pamispipan Membersihkan biji kapas

Jantra memintal benag

Undar Membentangkan benang

pada proses menenun

sebelum digulung

Peleting Menggulung benang

Penyinan Mengatur

panjang pendeknya kain

dalam bentuk sarung

Tunda Sebagai tempat kelos

benang kain

Sumpil Merenggangkan

pinggiran kain

Tenun cagcag Peralatan tradisional Bali

untuk menenun

Jeriring Mengencangkan serat

dan benang

Apit Tempat menggulungkan

kain

Pengeredegan Dipakai pada saat

Page 37: Museum Tekstil Bali

persiapan, saat ngeliying.

Untuk orang yang

berkasta biasnya

lebih halus dan rapi

Belide Mempererat jalinan serat

saat menenun

Por Berada di belakang

badan pengerajin untuk

meritangkan benang

Perorogan Memberi bunyi yang

khas saat pengerjaan

tenun sehingga tidak

cepat membuat bosan