MURABAHAH

download MURABAHAH

of 27

description

makalah

Transcript of MURABAHAH

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahJual beli Murabahah (Bai al-Murabahah) demikianlah istilah yang banyak diusung lembaga keuangan sebagai bentuk dari Financing (pembiayaan) yang memiliki prospek keuntungan yang cukup menjanjikan. Sehingga hampir semua lembaga keuangan syariat menjadikannya sebagai produk financing dalam pengembangan modal mereka.Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati (lihat Pasal 1 angka 7 Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah).Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-mal (pemilik modal) dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahib al-mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur (lihat Pasal 20 angka 6 Peraturan Mahkamah Agung No. 02 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah).Kemudian dalam satu kasus murabahah ini bisa digabungkan dengan akad wakalah , sebenarnya dalam hadist rasullulah SAW telah melarang adanya penggabungan dua akad dalam satu transaksi .akan tetapi dalam hal ini berbeda Akad yang digunakan boleh dua ,tapi masing-masing dari akad ini sama-sama berdiri sendiri, sehingga tidak akan terjadi dua akad dalam satu transaksi.

B. Rumusan MasalahAdapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasa tentang Bai Murabahah adalah sebagai berikut :1. Apa Pengertian Bai Murabahah ?2. Apa hadis tentang Bai Murabahah ?3. Bagaimana penjelasan dan pembahasan tentang Bai Murabahah ?4. Bagaimana kandungan hukum mengenai Bai Murabahah ? ?C. Tujuan MasalahTujuan dari penulisan dan pembahasa tentang Bai Murabahah adalah untuk mengetahui :1. Pengertian Bai Murabahah2. Hadis tentang Bai Murabahah 3. penjelasan dan pembahasan tentang Bai Murabahah 4. Kandungan hukum mengenai Bai Murabahah

BAB IIKAJIAN PUSTAKAN DAN PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BAI MURABAHAHKata murabahah berasal dari kataribhu(keuntungan). Sehingga murabahah berarti saling menguntungkan. Jual beli murabahah secara terminologis adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-mal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan laba atau keuntungan bagi shahib al-mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur. Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk kemudian dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh.[footnoteRef:2] [2: Mardani,Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta:Kencana, 2012) hal 136]

Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli dimana penjual memberikan informasi kepada pembeli tentang biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian), dan tambahan profit yang diinginkan yang tercermin dalam harga jual. Murabahah bukanlah merupakan transaksi dalam bentuk memberikan pinjaman/kredit pada orang lain dengan adanya penambahan interest/bunga, akan tetapi ia merupakan jual beli komoditas. Jual beli ini menekankan adanya pembelian komoditas berdasarkan permintaan nasabah, dan adanya proses penjualan kepada nasabah dengan harga jual yang merupakan akumulasi dari biaya beli dan tambahan profit yang diinginkan.[footnoteRef:3] [3: Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010) hal 104-105]

Murabahah merupakan kontrak penjualan dengan habis penangguhan pembayaran dan harga yang ditentukan dengan dasar fixed mark up profit. Harga mark up ini bukan dihubungkan dengan penundaan pembayaran, karena jika pihak yang didanai mengalami default pada saat jatuh tempo maka jumlah yang harus dibayar tetap sama.Mark up sebagai tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik dana berkaitan dengan jasanya dalam memeroleh barang dan resiko yang dihadapi dalam upaya perolehan tersebut. Dalam transaksi ini, A meminta B untuk membeli komoditi dengan spesifikasi tertentu, setelah B mendapatkannya menjual kepada A dengan murabahah.[footnoteRef:4] [4: Iggi H. Achsien,Investasi Syariah di Pasar Modal, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003) hal 57]

Murabahah berbeda dengan jual beli biasa (musawamah) dimana dalam jual beli musawamah terdapat proses tawar-menawar (bargaining) antara penjual dan pembeli untuk menentukan harga jual, dimana penjual juga tidak menyebutkan harga beli dan keuntungan yang diinginkan. Sedangkan murabahah, harga beli dan margin yang diinginkan harus dijelaskan kepada pembeli.[footnoteRef:5] [5: Dimyauddin Djuwaini,Op.cit.,hal 105]

Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Kasani, pengertian murabahah adalah mencerminkan transaksi jual beli : harga jual merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan objek transaksi atau harga pokok pembelian dengan tambahan keuntungan tertentu yang diinginkan penjual (margin), harga beli dan jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli. Artinya pembeli diberitahu berapa harga belinya dan tambahan keuntungan yang diinginkan.Jadi, Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual memberikan informasi kepada pembeli tentang biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian) dan tambahan profit yang ditetapkan dalam bentuk harga jual nantinya.

B. AYAT, HADIS DAN FATWA TENTANG BAI MURABAHAH Setelah mengetahui mengenai pengertian murabahah, sekarang pembahasan tentang landasan hukumnya. Jual beli dengan sistem murabahah merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini berdasarkan pada dalil-dalil yang terdapat dalam al quran, hadits ataupun ijma ulama. Beberapa dalil yang memperbolehkan praktek akad jual beli murabahah adalah firman Allah swt:1. Dasar Hukum dari Al-Qurana. An nisa [4]: 29 Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(QS. An nisa [4]: 29)

b. Al baqarah [2]: 275 Artinya:Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.(QS. Al Baqarah [2]: 275)Dalam ayat ini, Allah mempertegas legalitas dan keabsahan jual beli secara umum serta menolak dan melarang konsep ribawi. Berdasarkan dari ketentuan ini jual beli murabahah mendapat pengakuan dan legalitas syariah, dan sah untuk dijalankan dalam praktek pembiayaan bank syariah karena ia merupakan salah satu bentuk jual beli dan tidak mengandur unsur ribawi.

2. Dasar Hukum dari Hadis

: : ( )Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.(HR Ibnu Majah dengan sanad dhaif)

3. Ketentuan hukum dalam FATWA Adapun fatwa dari MUI dengan Nomor DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang MURABAHAH ini adalah sebagai berikut : Pertama: Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah:1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. Kedua: Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank.2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, makaa.Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesarkerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. Ketiga: Jaminan dalam Murabahah1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. Keempat: Utang dalam Murabahah:1. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. Kelima: Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya.2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Keenam: Bangkrut dalam Murabahah:1.Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

C. PENJELASAN DAN PEMBAHASAN TENTANG BAI MURABAHAH Murabahah menekankan adanya pembelian komunitas berdasarkan pemintaan konsumen dan proses penjualan kepada konsumen dengan harga jual yang merupakan akumulasi dari biaya beli dan tambahan profit yang diinginkan. Dengan demikian, bila terkait dengan pihak bank diwajibkan untuk menerangkan tentang harga beli dan tambahan keuntungan yang diinginkan kepada nasabah.Dalam konteks ini, bank tidak meminjamkan uang kepada nasabah untuk membeli sesuatu, akan tetapi pihak banklah yang wajib membelikan sesuatu pesanan nasabah pada pihak ketiga dan kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga yang telah disepakati oleh kedua pihak.Perlu diperhatikan, murabahah berbeda dengan jual beli biasa. Dalam jual beli biasa terdapat proses tawar menawar antara penjual dan pembeli untuk menentukan harga jual, penjual juga tidak menyebutkan harga beli dan keuntungan yang diinginkan. Berbeda dengan murabahah, harga beli dan keuntungan (margin) yang diinginkan harus dijelaskan kepada pembeli.Dari Abu Said al Khudri bahwa Rasulullah bersabda : Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka. Hadits ini yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ibnu Majah ini merupakan dalil atas keabsahan jual beli secara umum. Hadits ini memberikan prasyarat bahwa akad jual beli murabahah harus dilakukan dengan adanya kerelaan masing-masing pihak ketika melakukan transaksi. Segala ketentuan yang yang terdapat dalam jual beli murabahah, seperti penentuan harga jual, margin yang diinginkan, mekanisme pembayaran dan lainnya, harus terdapat persetujuan dan kerelaan antara pihak nasabah dan bank, tidak bisa ditentukan secara sepihak.[footnoteRef:6] [6: Ibid., hal 106-107]

Cara operasi bank syariah hakikatnya sama saja dengan bank konvensional, yang berbeda hanya dalam masalah bunga dan praktik lainnya yang menurut syariat islam tidak dibenarkan. Bank ini memang tidak menggunakan konsep bunga seperti bank konvensional lainnya.[footnoteRef:7] [7: Sofyan Syafri,Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2004)hal 94-95]

Produk dalam bank syariah yaitu pembiayaan dengan margin (murabahah), dalam produk ini terjadi transaksi antara pembeli (nasabah) dan penjual (bank). Bank dalam hal ini membelikan barang yang dibutuhkan nasabah (nasabah yang menentukan spesifikasinya) dan menjualnya kepada nasabah dengan harga plus keuntungan. Jadi produk ini, bank menerima laba atas jual beli. Harga pokoknya sama-sama diketahui oleh dua belah pihak. Apa yang dibeli nasabah, uang atau pinjaman? Tentu bukan uang dan bukan juga pinjaman, karena menjualuang dengan benda sejenis dengan imbalan lebih adalah riba dalam terminologi islam. Nasabah menerimanya dalam produk yang diinginkan melalui bank, produk ini biasanya modal kerja dan berjangka pendek.[footnoteRef:8] [8: Ibid., hal 95]

Murabahah merupakan salah satu bentuk penghimpun dana yang dilakukan oleh perbankan syariah, baik untuk kegiatan usaha. secara umum, nasabah pada perbankan syariah mengajukan permohonan pembelian suatu barang. Dimana barang tersebut akan dilunasi oleh pihak bank syariah kepada penjual, sementara nasabah bank syariah melunasi pembiayaan bank tersebut kepada bank syariah dengan menambah sejumlah margin kepada pihak bank sesuai dengan kesepakatan yang terdapat pada perjanjian murabahah yang telah disepakti sebelumnya antara nasabah dengan bank syariah. Setelah itu pihak nasabah dapat melunasi pembiayaan tersebut baik dengan cara tunai maupun dengan cara kredit.[footnoteRef:9] [9: Zainuddin Ali,Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010)hal 26-27]

1. RUKUN DAN KETENTUAN AKAD MURABAHAHRukun dan Ketentuan Murabahah, yaitu:1. PelakuPelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya.2. Objek Jual Beli, harus memenuhi:a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halalMaka semua barang yang diharamkan oleh Allah, tidak dapat di jadikan sebagai objek jual beli, kareana barang tersebut dapat menyebabkan manusia bermaksiat/melanggar larangan Allah. Hal ini sesuai dengan hadis berikut:Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan harganya. (HR. Bukhari Muslim)b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai, dan bukan merupakan barang-barang yabg dilarang di perjualbelikan, misalnya: jual beli barang yang kadaluwarsa.c. Barang tersebut dimiliki oleh penjualJual beli atas barang yang tidak di mkiliki oleh penjual adalah tidak sah karena bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain atas barang yang bukan miliknya. Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti ini, baru akan sah apabila mendapat izin dari pemilik barang.Misalnya: seorang suami menjual harta milik istrinya, sepanjang si istri mengizinkan maka sah akadnya. Contoh lain, jual beli barang curian adalah tidak sah karena status kepemilikan barang tersebut tetap pada si pemilik harta.d. Barang tersebut hanya di serahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di masa depan. Bartang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat merugikan salah satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan pearsengketaan. Misalnya: saya jual mobil avanzaku yang hilang dengan harga Rp. 40.000.000 si pembeli berharap mobil itu akan ditemukan. Demikian juga jual beli atas barang yang sedang di gadaikan atau telah diwakafkan.e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian).f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnsysa dengan jelas, sehingga tidak ada gharar.g. Harga barang tersebut jelas.h. Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual berikut cara pembayarannya tunai atau tangguh(tidak tunai) sehingga jelas.i. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual.3. Ijab KabulPernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, atau menggunakan cara-cara komunikasi modern. Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan menjadi halal.Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dariijabdanqabulyang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa syaratijabdanqabulitu adalah sebagai berikut:a. Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: "Saya jual buku ini seharga Rp. 15.000,-".b. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama.

2. SYARAT-SYARAT PEMBIAYAAN MURABAHAHMenurut perspektif Islam,pembiayaan murabahahadalah bentuk penjualan karena itu kondisi murabahah sama dengan penjualan pada umumnya yang meliputi :1. Bank Islam memberitahu biaya modal kepada nasabah.2. Kontrak pertama harus syah.3. Kontrak harus bebas dari unsur riba.4. Bank Islam harus memiliki dan menguasai barang komoditi tersebut sebelum menjualnya ke klien.5. Komoditi yang diperjual-belikan harus halal.6. Bank Islam seharusnya mengungkapkan setiap cacat yang terjadi setelah pembelian atas produk dan membuka semua hal yang berhubungan dengan cacat.7. Bank Islam harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi harga pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.8. Jika syarat dalam 1, 6 atau 7 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan: melanjutkan pembelian seperti apa adanya, kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atau membatalkan kontrak.9. Prosedur Pembiayaan Murabahah[footnoteRef:10] [10: Yusuf Qhardhawi, Halal, Haram dalam Islam, (Pustaka Istiqamah Solo, 2013) Hal 79 ]

3. TUJUAN PEMBIAYAANMURABAHAH PADA BANK ISLAM Bank Islam mendapatkan keuntungan yang pantas dari pembiayaan murabahah. Beberapa bank Islam memiliki pengalaman untuk membeli produk tertentu. Untuk klien, bank Islam mendanai pembelian produk kemudian pembeli (klien) akan membayar dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan murabahah memberikan alternatif jual-beli bebas riba sebagai perbandingan dalam sistem perbankan konvensional.

4. MURABAHAH DALAM TEKNIS PERBANKAN1. Murabahah adalah akad jaul-beli antara lembaga keuangan dan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Lembaga keuangan akan mengadakan barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah dengan harga setelah ditambah keuntungan yang disepakati.2. Guna memastikan keseriusannya untuk membeli, bank dapat mensyaratkan nasabah agar terlebih dahulu membayar uang muka.3. Nasabah membayar kepada bank atas harga barang tersebut (setelah dikurangi uang muka) secara angsuran selama jangka waktu yang disepakati, dengan memerhatikan kemampuan mengangsur ataupun arus kas usahanya. Pembayaran secara angsuran ini dikenal dengan istilahbai bitsaman ajil(BBA)4. Baik harga jual maupun besar angsuran yang telah disepakati tidak berubah hingga akad pembiayaan berakhir.5. Tidak ada denda atas keterlambatan pembayaran angsuran (penalty overdue)6. Jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang mutlak dipenuhi dalambai murabahah. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak main-main dengan pesanan. Si pembeli (bank) dapat meminta si pemesan (nasabah) suatu jaminan (rahn) untuk dipegangnya. Dalam teknis operasionalnya, barang-barang yang dipesan dapat menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran utang.

5. PROSEDUR PEMBIAYAAN MURABAHAHPembiayaan murabahahdalam bank Islam harus mengikuti prosedur sebagai berikut (Al Khadas, 1999, 11):1. Klien meminta bank melalui form tertulis untuk membeli produk tertentu, dimana klien akan membeli melalui murabahah. Form tersebut berisi tentang spesifikasi produk yang diminta, persyaratan dokumen, total nilai produk, informasi tentang klien, pembagian laba dan sumber penawaran produk.2. Bank Islam mempelajari form surat permohonan klien dari segala aspek yang meliputi :a.Mempelajari posisi klien, seperti jenis bisnis klien, situasi kredit dan likuiditasnya.b.Mempelajari produk dari segi ekonomi, gambaran situasi umum pasar, yaitu jumlah penawaran dan permintaan produk.c.Mempelajari metode penawaran pembelian, seperti biaya operasi pembiayaan murabahah, jangka waktu perjanjian, laba pembiayaan dan pembayaran angsuran pinjaman.d.Meminta jaminan untuk melindungi hak bank dalam mendapatkan kembali uangnya sesuai dengan waktu perjanjian.3. Setelah memeriksa dan mengesahkan pembiayaan murabahah, bank meminta pembeli untuk menandatangani kontrak perjanjian. Pada tahap ini, biaya operasi pembiayaan murabahah dan penentuan pembagian laba didiskusikan dan disepakati. Disamping itu bank Islam meminta pembeli untuk membayar angsuran pertama harga murabahah. Bentuk paling umum kontrak pembelian bank Islam disini adalah pernyataan oleh klien bahwa klien akan menyelesaikan perjanjian pembeliannya ketika diberitahukan oleh bank bahwa produk telah tersedia.4. Setelah bank Islam membeli produk, kemudian bank Islam dan pembeli menandatangani kontrak penjualan murabahah. Pada kontrak tersebut, biaya operasi yang sesungguhnya pembiayaan murabahah dan keuntungan yang diperoleh bank harus diketahui5. Pembeli menerima produk.

6. Perhitungan / Contoh Kasus MubarahahCV. Mustika, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri air mineral, membutuhkan 2 unit truk tangki karena permintaan yang meningkat. Kemudian CV. Mustika mengajukan pembiayaan ke Bank XYZ Syariah dan ditawarkan produk Murabahah Investasi. Harga 1 unit truk tangki adalah Rp 200.000.000,- dan CV Mustika membutuhkan 2 unit. Maka dari pengajuan pembiayaan tersebut diperoleh data sebagai berikut:Fasilitas:Murabahah dengan wakalahHarga 2 Unit Truck Tangki:400.000.000,-Margin yang disepakati:29.750.000;-Harga Jual:429.750.000;-Uang Muka (Urbuun):50.000.000;-Harga Jual setelah Uang Muka:379.750.000;-Porsi Pembiayan Bank:350.000.000;-Jangka Waktu:12 bulanAngsuran/bulan:31.645.833;-Dalam akad murabahah bank harus membeli terlebih dahulu secara resmi barang yang dipesan. Kemudian bank menawarkan kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membelinya). Oleh karena itu bank diperkenankan meminta nasabah membayar uang muka sebagai tanda jadi. Namun dalam prakteknya bank tidak secara langsung membeli aset, melainkan memberi kuasa (wakalah) kepada nasabah.Uang muka menjadi bagian pelunasan Piutang Murabahah, jika akad murabahah disepakati. Di sini, uang muka diakui sebagai angsuran pokok pertama, sehingga hutang murabahah CV Mustika yang digunakan oleh bank dalam menghitung angsuran adalah sejumlah Harga Jual dikurangi dengan uang muka.Dari data-data tersebut di atas, maka dapat diperoleh perhitungan angsuran per bulan sebagai berikut:(Harga Jual Uang Muka) / Jangka waktu= (429.750.000 50.000.000) / 12= 31.645.833Angsuran yang dibayarkan oleh CV Mustika setiap bulannya terdiri dari dua komponen, yaitu Pokok dan Margin.Jadwal Pembayaran AngsuranDalam metode anuitas, porsi pokok dan margin mengalami perubahan pada setiap angsuran yang dibayarkan. Porsi pokok mulai dari kecil dan selanjutnya membesar, kebalikannya, porsi margin mulai dari besar dan selanjutnya mengecil.Dengan perhitungan eq. rate secara effektif anuitas, maka jadwal angsuran CV Mustika menjadi sebagai berikut:

D. KANDUNGAN HUKUM Hukum jual beli murabahah dalam Islam adalah boleh, yang mana dalam implementasi perbankan syariahah dilakukan antara penjual (bank) dan pembeli (nasabah) berdasarkan harga barang yaitu harga asli pembelian di mana pembeli harus diberi tahu oleh penjual akan keuntungan terhadap barang yang dijual (salah satu cara terhindar riba).Hal ini juga berdasarkan pada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 04 / DSN MUI / IV / 2000, dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum mengenai murabahah, yaitu :1) Bank dan nasabah harus melakukan aqad murabahah yang bebas riba.2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariat Islam3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang talh disepakati kualifikasinya.4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bak sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada basabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga plus keuntunganya. Dalam kaitan ini bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.7) Nasabah membayar harga barang yang talah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang talah disepakati.8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan aqad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, aqad jual beli murabahah harus dilakukan setalah barang, secara prinsip menjadi milik bank.

BAB IIIPENUTUP

A.KesimpulanAl- Murabahah berasal dari kata bahasa Arab Al-ribh(keuntungan).ia dibentuk dengan wazan (pola pembentukan kata) mufaalat yang mengandung arti saling. oleh karenanya, secara terminologi, diartikan dan didefinisikan dengan redaksi yang variatif. Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa Murabahah merupakan transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Terdapat 2 Jenis Murabahah yaitu Murabahah dengan pesanan dan Murabahah tanpa pesanan. Selain itu terdapat rukun dan ketentuan dalam akad murabahah yaitu Pelaku, objek jual beli, dan ijab kabul. Dan ada cara pembayaran dalam murabahah yaitu secara tunai dan tangguh.Adapun Syarat-sayarat pembiayaan murabahah yaitu Bank Islam/LKS harus memberitahu biaya modal kepada nasabah, kontrak pertama harus syah sesuai dengan rukun yang di tetapkan, kontrak harus bebas dari unsur riba, Bank Islam/LKS harus memiliki dan menguasai barang komoditi tersebut sebelum menjual ke klien, Komoditi yang diperjual belikan harus halal, Bank islam/LKS harus mengungkapkan setiap cacat yang terjadi setelah pembelian atas produk,, Bank Islam juga harus membuka ukuran yang berlaku bagi harga pembelian, dan melakukan prosedur pembiayaan murabahah dengan benar. Dalam perbankan syariah, murabahah mendominasi pendapatan bank dari produk-produk yang ada di semua bank Islam. Murabahah juga memberi banyak manfaat kepada Bank islam/Bank syariah, salah satunya adalahadanya keuntungan yang muncuk dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.

B. SaranDengan tidak ada maksud untuk menggurui atau mendoktrin sebuah pendapat, penulis menyarankan agar setiap transaksi muamalat harus berlandaskan syariat dan tidak pula melanggar norma dan hukum yang sudah ditetapkan oleh sistem masyarakat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010) Iggi H. Achsien,Investasi Syariah di Pasar Modal, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003)

Mardani,Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta:Kencana, 2012)

Sofyan Syafri,Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2004)

Yusuf Qhardhawi, Halal, Haram dalam Islam, (Pustaka Istiqamah Solo, 2013)

Zainuddin Ali,Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah fiqh Muamalah.Dalam penulisan makalah ini kami haturkan permohonan maaf jika terdapat banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan ini, khususnya kepada:Dosen pembimbing mata kuliah fiqh Muamalah yang senantiasa memberikan dukungan dalam penulisan makalah ini.Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin yaa robbalAlamiiin.

Sigli, Oktober 2015Penulis

Kelompok I

DAFTAR ISIKata Pengantar iDaftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 1C. Tujuan Masalah 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA3A. Pengertian Bai Murabahah 3B. Ayat, Hadis dan Fatwa4C. Penjelasan dan pembahasan8D. Kandungan Hukum15

BAB III PENUTUP17A. Kesimpulan 17B. Saran17

Daftar Pustaka 18

19