penjelasan mengenai murabahah

28
MAKALAH APLIKASI AKAD MURABAHAH DALAM PRODUK BANK SYARIAH Disusun Oleh: Astri Yuningsih Losa Firda Toren Nadia Ratnasari Nawal Rousya Mernissi Nur Sabrina Probo Kintoko BS 6A Keuangan dan Perbankan Syariah Politeknik Negeri Jakarta

description

semua yang berkaitan dengan murabahah serta skim yang ada pada murabahah

Transcript of penjelasan mengenai murabahah

Page 1: penjelasan mengenai murabahah

MAKALAH

APLIKASI AKAD MURABAHAH DALAM PRODUK

BANK SYARIAH

Disusun Oleh:

Astri Yuningsih

Losa Firda Toren

Nadia Ratnasari

Nawal Rousya Mernissi

Nur Sabrina

Probo Kintoko

BS 6A

Keuangan dan Perbankan Syariah

Politeknik Negeri Jakarta

2014

APLIKASI AKAD MURABAHAH

Page 2: penjelasan mengenai murabahah

DALAM PRODUK BANK

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Suatu perekonomian negara yang dikatakan sehat dan stabil  jika dilihat dari tiga

unsur sistem keuangan Negara yaitu system moneter, sistem perbankan dan sistem keuangan

lembaga bukan bank. Salah satu faktor yang mendorong untuk penumbuhan ekonomi suatu

negara, maka ketiga system tersebut harus berjalan dengan baik. Oleh karena itu peranan

perbankan menjadi sangat penting. Berdasarkan pengaruh dari krisis keuangan global yang

terjadi kemarin bank syariah mampu bertahan dibanding bank konvensional yang mengalami

dampak dari krisis global tersebut, sehingga pada saat ini banyak ilmuan yang melirik untuk

menggunakan sistem ekonomi syariah yang di pakai di bank syariah.  Salah satu pembiayaan

yang ada di bank syariah adalah pembiayaan murabahah, yaitu prinsip jual beli barang pada

harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati bersama. Untuk memudahkan

pihak-pihak yang berkencimpung dalam perlakuan ekonomi dibutuhkan suatu sistem

keuangan yang dapat memudahkan pihak-pihak yang akan memakainya.

Jual beli Murabahah (Bai’ al-Murabahah) demikianlah istilah yang banyak diusung

lembaga keuangan sebagai bentuk dari Financing (pembiayaan) yang memiliki prospek

keuntungan yang cukup menjanjikan. Sehingga hampir semua lembaga keuangan syari’at

menjadikannya sebagai produk financing dalam pengembangan modal mereka. Murabahah

adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan

yang disepakati. Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh

shahib al-mal (pemilik modal) dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli

dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang

merupakan keuntungan atau laba bagi hahib al-mal dan pengembaliannya dilakukan secara

tunai atau angsur. Kemudian dalam satu kasus murabahah ini bisa digabungkan dengan akad

wakalah, sebenarnya dalam hadist rasullulah SAW telah melarang adanya

penggabungan dua akad dalam satu transaksi. Akan tetapi dalam hal ini berbeda, akad yang

digunakan boleh dua, tapi masing-masing dari akad ini sama-sama berdiri sendiri, sehingga

tidak akan terjadi dua akad dalam satu transaksi.

Dalam agama Islam, hubungan antar sesama manusia di bahas dalam ilmu fiqh

( baca : fiqh muamalat ), misalnya hubungan antara 2 pihak yang melakukan jual beli dengan

Page 3: penjelasan mengenai murabahah

akad murabahah. Secara sederhana akad murabahah berarti perikatan jual-beli barang dimana

pembeli mengetahui jumlah keuntungan yang diambil oleh si penjual. Dalam konteks

perbankan syariah saat ini, akad murabahah merupakan salah satu akad utama, atau bahkan

paling dominan, yang sering digunakan oleh para praktisi perbankan syariah dalam

menyediakan kebutuhan pembiayaan nasabah.

Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Bulan Juni 2011 yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia, bahwa portofolio pembiayaan atas dasar akad murabahah yang telah disalurkan

oleh perbankan syariah adalah sebesar Rp 46,161 millyar. Angka ini adalah yang paling

tinggi dibandingkan dengan penyaluran pembiayaan dengan akad selain murabahah, seperti

akad mudharabah (Rp 9,549 milyar) dan akad musyarakah (Rp 16, 295 milyar).

B. TUJUAN PENULISAN

Page 4: penjelasan mengenai murabahah

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Mengetahui pengertian dan jenis-jenis Murabahah

2. Mengetahui mengenai apa saja Rukun&Syarat Murabahah dalam Lembaga Keuangan

Syariah

3. Mengetahui Landasan dan Dasar hukum, serta ketentuan umum Murabahah dalam

Lembaga Keuangan Syariah

4. Mengetahui Langkah Proses Murabahah dalam Lembaga Keuangan Syariah

5. Mengetahui Aplikasi Murabahah dalam produk Perbankan Syariah

C. TINJAUAN PUSTAKA

Page 5: penjelasan mengenai murabahah

Jual-beli murabahah merupakan jual-beli amanah, karena pembeli memberikan

amanah kepada penjual untuk memberitahukan harga pokok barang tanpa bukti tertulis.

Dengan demikian, dalam jual-beli ini tidak diperbolehkan berkhianat. Allah telah berfirman :

نتم " وأ أماناتكم وتخونوا والرسول الله التخونوا أمنوا الذين ياأيها

تعلمون"

Berdasarkan ayat di atas, apabila terjadi jual-beli murabahah dan terdapat cacat pada

barang, baik pada penjual maupun pada pembeli, maka dalam hal ini ada dua pendapat ulama.

Menurut Hanafiyah, penjual tidak perlu menjelaskan adanya cacat pada barang karena cacat

itu merupakan bagian dari harga barang tersebut. Sementara jumhur ulama tidak

memperbolehkan menyembunyikan cacat barang yang dijual karena hal itu termasuk khianat.

Penyembunyian cacat barang atau tidak menjelaskannya menurut hukum Islam dianggap

sebagai suatu pengkhianatan dan merupakan salah satu cacat kehendak (‘aib min ‘uyub al-

iradah) yang berakibat pembeli diberi hak khiyar atau dalam bahasa hukum perdata Barat

pembeli diberi hak untuk minta pembatalan atas jual-beli tersebut. Ibn Juzai dari Mazhab

Maliki mengatakan, “Tidak boleh ada penipuan jual-beli murabahah dan jual-beli lainnya”.

Termasuk penipuan adalah menyembunyikan keadaan barang yang sebenarnya yang tidak

diingini oleh pembeli atau mengurangi minatnya terhadap barang tersebut.

Pengkhianatan  dalam jual-beli murabahah ini bisa terjadi mengenai informasi tentang

cara penjual memperoleh barang, yaitu apakah melalui pembelian secara tunai, pembelian

hutang atau sebagai penggantian dari suatu kasus perdamaian. Pengkhianatan bisa juga terjadi

tentang besarnya harga pembelian.

Apabila pengkhianatan terjadi dalam hal informasi cara memperoleh barang, dimana

misalnya penjual menyatakan bahwa ia memperolehnya melalui pembelian tunai padahal

melalui pembelian hutang atau merupakan barang penggantian dalam suatu kasus

perdamaian, maka pembeli diberi hak khiyar untuk meneruskan atau membatalkan akad

tersebut. Atau dalam bahasa hukum perdata, pengkhianatan ini merupakan suatu cacat

kehendak dan memberikan hak kepada pembeli untuk meminta pembatalan akad tersebut.

Page 6: penjelasan mengenai murabahah

Apabila pengkhianatan terjadi mengenai harga pokok barang di mana penjual

menyatakan suatu harga yang lebih tinggi dari harga sebenarnya yang ia bayar, maka dalam

hal ini ada perbedaan pendapat dalam mazhab Hanafi. Menurut Abu Hanifah, pembeli boleh

melakukan khiyar untuk meneruskan jual-beli atau membatalkannya karena murabahah

merupakan akad jual-beli yang berdasarkan amanah. Menurut Abu Yusuf (133-182 H),

pembeli tidak mempunyai hak khiyar, melainkan berhak menurunkan harga ke tingkat harga

riil sesungguhnya yang dibayarkan oleh penjual ketika membeli barang bersangkutan serta

penurunan margin keuntungan dalam prosentase yang sebanding dengan penurunan harga

pokok barang. Mazhab Maliki sejalan dengan pendapat Abu Hanifah. Sedangkan mazhab

Syafi’i dan Hambali sejalan dengan pendapat Abu Yusuf.

Bai’ al-murabahah tidak memiliki rujukan/referensi langsung dari al-Qur’an dan

Sunnah. Yang ada hanyalah referensi mengenai jual-beli dan perdagangan. Jual-beli

murabahah ini hanya dibahas dalam kitab-kitab fiqih dan itupun sangat sedikit dan sepintas

saja. Para ilmuwan, ulama, dan praktisi perbankan syari’ah agaknya menggunakan

rujukan/dasar hukum jual-beli sebagai rujukannya, karena mereka menganggap bahwa

murabahah termasuk jual-beli.

a. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1angka 13 menyatakan :

”Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan

pihak lain untuk penyimpanan dana danatau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah, antara lain prinsip jual beli barang

dengan memperoleh keuntungan (Murabahah)”

.

b. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pada penjelasan pasal

19 Huruf d menyebutkan :

”Yang dimaksud dengan Akad Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang

dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan

harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati”.

Page 7: penjelasan mengenai murabahah

c. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 7/46/PBI/2005 Tentang Akad Penghimpunan Dan

Penyaluran Dana Bagi Bank Yang MelaksanakanKegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

Syariah Pasal 1 angka 7 menyebutkan :

”Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan

margin keuntungan yang disepakati”.

d. Kemudian Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 10236 menyebutkan :

“Murabahah adalah menjual barang dengan harga jual sebesar harga perolehan

ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan harga

perolehan barang tersebut kepada pembeli”

Page 8: penjelasan mengenai murabahah

D. PEMBAHASAN

a.    Pengertian Murabahah

Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu ( Bح@ yang berarti (الرDب

kelebihan dan tambahan (keuntungan), atau murabahah juga berarti Al-Irbaah karena salah

satu dari dua orang yang bertransaksi memberikan keuntungan kepada yang lainnya (Ibnu Al-

Mandzur., hal. 443.) Dalam bahasa Inggris disbut Trade with markup or cost-plus sale ialah

perdagangan dengan markup atau-plus biaya penjualan. Murabahah secara sederhana adalah

suatu penjualan barang seharga barang trsebut ditambah keuntungan yang disepakati. Jadi

singkatnya, murabahah adaalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan

dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan

keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah adalah menjual

barang dengan harga jual sebesar harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan

penjual harus mengungkapkan harga perolehan barang tersebut kepada pembeli. Pembayaran

murabahah dapat dilakukan secara tunai atau secara tangguh. Akad ini merupakan salah satu

bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa reqiued rate

profit-nya. Menurut Sayyid Sabiq murabahah adalah akad jual beli yang ditambahkan

keuntungan dan disebutkan pada saat akad.

Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau kredit , jika secara kredit harus dipisahkan

antara keuntungan dan harga perolehan .Keuntungan tidak boleh berubah sepanjang akad ,

kalau terjadi kesulitan bayar dapat dilakukan restrukturisasi dan kalau kesulitan bayar karma

lalai dapat dikenakan denda. Denda tersebut akan dianggap sebagai dana kebajikan . Uang

muka juga dapat diterima , tetapi harus dianggap sebagai pengurang piutang.

Merujuk Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 : Murabahah adalah menjual suatu

barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan

harga yang lebih sebagai laba.

Page 9: penjelasan mengenai murabahah

Menurut Para ahli hukum Islam  mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai berikut :

1. ‘Abd ar-Rahman al-Jaziri mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai menjual barang

dengan harga pokok beserta keuntungan dengan syarat-syarat tertentu.

2. Menurut Wahbah az-Zuhaili adalah jual-beli dengan harga pertama (pokok) beserta

tambahan keuntungan.

3. Ibn Rusyd --filosof dan ahli hukum Maliki-- mendefinisikannya sebagai jual-beli di

mana penjual menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan

meminta suatu margin keuntungan kepada pembeli.

4. Ibn Qudamah --ahli hukum Hambali-- mengatakan bahwa arti jual-beli murabahah

adalah jual-beli dengan harga pokok ditambah margin keuntungan.

Page 10: penjelasan mengenai murabahah

b. Jenis Murabahah

1. Murabahah Berdasarkan Pesanan (Murabahah to the purcase order)

Murabahah ini dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat. Mengikat  bahwa apabila

telah memesan barang harus dibeli sedangkan tidak mengikat bahwa walaupun telah

memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat maka pembeli dapat menerima atau

membatalkan barang tersebut.

2. Murabahah Tanpa Pesanan

Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat. Murabahah ini

dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan

sendiri oleh penjual.

c. Rukun dan Syarat Murabahah

1. Pengertian Rukun Murabahah

Rukun adalah suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan atau

lembaga, sehingga bila tidak ada salah satu elemen tersebut maka kegiatan terdebut

dinyatakan tidak sah atau lembaga tersebut tidak eksis.

Menurut Jumhur Ulama ada 4 rukun dalam murabahah, yaitu Orang yang menjual

(Ba'I'), orang yang membeli (Musytari), Sighat dan barang atau sesuatu yang diakadkan.

2. Syarat Murabahah

a) Pihak yang berakad, yaitu Ba'i' dan Musytari harus cakap hukum atau balik

(dewasa), dan mereka saling meridhai (rela).

b) Khusus untuk Mabi' persyaratanya adalah harus jelas dari segi sifat jumlah,

jenis yang akan ditransaksikan dan juga tidak termasuk dalam kategori barang

haram, kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan, dan

kontrak harus bebas riba.

c) Harga dan keuntungan harus disebutkan begitu pula system pembayarannya,

semuanya ini dinyatakan didepan sebelum akad resmi (ijab qabul) dinyatakan

tertulis.

d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang

sesudah pembelian.

Page 11: penjelasan mengenai murabahah

e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,

misalnya: jika pembelian   dilakukan secara utang. Jadi di sini terlihat adanya

unsur keterbukaan.

d. Dasar Hukum Murabahah

Dalam islam, perdagangan dan perniagaan selalu dihubungkan dengan nilai-nilai

moral, sehingga semua transaksi bisnis yang bertentangan dengan kebajikan tidaklah bersifat

islam. Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli, diantaranya adalah

firman Allah:

ب�ا الر �م ر% �و�ح �ال(ب�ي(ع الله, ل% �أ�ح �و

Artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. Al-Baqarah:275).

Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli dan murabahah

merupakan salah satu bentuk dari jual beli.

Dan firman Allah:

% إ2ال ب2ال(ب�اط2ل2 ب�ي(ن�ك,م ال�ك,م �و م(�أ ال�ت�أ(ك,ل,وا ن,وا �ء�ام �ال%ذ2ين ا ��يBه ي�اأ

نك,م( م Cاض �ت�ر ع�ن Fة �ار �ت2ج �ت�ك,ون .أ�ن(

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama

suka diantara kamu” (QS. An-Nisaa:29).

Menurut Hadist mengenai hukum Murabahah:

Dari Abu Sa'id Al-Khudri , bahwa Rasullulah Saw bersabda: "Sesungguhnya jual beli itu

harus dilakukan suka sama suka".(HR.al-Baihaqi,Ibnu Majah dan Shahi menurut Ibnu

Hibban).

Page 12: penjelasan mengenai murabahah

Menurut  Al-Ijma atau Kesepakatan Ulama, kaidah fiqh, serta Fatwa DSNnya adalah:

Transaksi ini sudah dipraktekkan di berbagai kurun dan tempat tanpa ada yang

mengingkarinya, ini berarti para ulama menyetujuinya (Ash-Shawy, 1990., hal. 200.).

 Kaidah Fiqh, yang menyatakan:

BمDهEا EحBرDي ت EلىEع IلB Dي دEل Mد@لE ي BنE أ M الD إ EاحEة Dب اإل DتE الم@عEامEال فDDى صBل@E األ

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang

mengharamkannya.”

Fatwa Dewan Syariah Nasonal Majelis Ulama Indonesia No.04/DSN-MUI/IV/2000, tentang

MURABAHAH.

e. Ketentuan Umum Murabahah

1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki atau hak

kepemilikan telah berada ditangan penjual.

2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal (harga pembeli) dan biaya-

biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli..

3. Ada informasi yang jelas tentang hubungan baik nominal maupun presentase

sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah

4. Dalam system murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada pembeli

untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih baik

syarat seperti itu tidak ditetapkan.

5. Transaksi pertama (anatara penjual dan pembeli pertama) haruslah sah, jika tidak

sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah (anatara pembeli pertama yang

menjadi penjual kedua dengan pembeli murabahah).

Page 13: penjelasan mengenai murabahah

f. Langkah Proses Murabahah

Mu’amalah jual beli murabahah melalui beberapa langkah tahapan, diantara yang terpenting

adalah:

1. Pengajuan permohonan nasabah untuk pembiayaan pembelian barang.

a) Penentuan pihak yang berjanji untuk membeli barang yang diinginkan dengan

sifat - sifat yang jelas.

b) Penentuan pihak yang berjanji untuk membeli tentang lembaga tertentu dalam

pembelian barang tersebut.

2. Lembaga keuangan mempelajari formulir atau proposal yang diajukan nasabah.

3. Lembaga keuangan mempelajari barang yang diinginkan.

4. Mengadakan kesepakatan janji pembelian barang.

a) Mengadakan perjanjian yang mengikat.

b) Membayar sejumlah jaminan untuk menunjukkan kesungguhan pelaksanaan

janji

c) Penentuan nisbat keuntungan dalam masa janji

d) Lembaga keuangan mengambil jaminan dari nasabah ada masa janji ini.

5. Lembaga keuangan mengadakan transaksi dengan penjual barang (pemilik pertama).

6. Penyerahan dan kepemilikan barang oleh lembaga keuangan.

7. Transaksi lembaga keuangan dengan nasabah.

a) Penentuan harga barang.

b) Penentuan biaya pengeluaran yang memungkinkan untuk dimasukkan kedalam

harga.

c) Penentuan nisbat keuntungan (profit).

d) Penentuan syarat-syarat pembayaran.

e) Penentuan jaminan-jaminan yang dituntut.

Page 14: penjelasan mengenai murabahah

g. Aplikasi Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah (LKS)

1. Pengertian dan makna

Dalam daftar istilah himpunan fatwa DSN (dewan syariah nasional) dijelaskan bahwa

yang dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga

belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.

Murabahah merupakan bagian terpenting dari jual beli dan prinsip akad ini

mendominasi pendapatan bank dari produk-produk yang ada di semua bank islam. Dalam

islam, jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia yang diridhai

oleh Allah SWT. "Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. Al-

baqarah :275.

     2. Rukun dan syarat

Rukun murabahah dalam perbankan adalah sama dengan fiqih dan hanya dianalogikan

dalam pratek perbankannya.

Mengenai syarat yang diminta oleh bank adalah sesuai dengan kebijakan bank syariah

yang bersangkutan, umumnya persyaratan tersebut menyangkut tentang barang yang

diperjual belikan, harga dan ijab qobul (akad). Rasulallah SAW. Bersabda: "kaum

muslimin boleh melangsungkan sesuatu berdasarkan ketentuan yang mereka tetapkan".

(HR. Abu daud & Hakim).

3. Harga dan Keuntungan

a) Bank menjual harga barang sesuai harga pokok yang dibeli dari pemasok

ditambah dengan keuntungannya yang disepakati bersama .

b) Selama akad belum berakhir, maka harga jual beli tidak boleh berubah.

c) System pembayaran dan jangka waktunya yang disepakati bersama.

Page 15: penjelasan mengenai murabahah

Aplikasi Teknis Perbankan 1 :

Penjelasan mengenai Skema Murabahah:

1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan untuk membeli barang (Mobil)

kepada Bank Syariah dengan membawa semua berkas-berkas yang dibutuhkan.

Kemudian Bank Syariah melakukan proses analisa pembiayaan.

2. Bank Syariah telah menyetujui permohonan pembiayaan pembelian Mobil untuk

nasabah, kemudian Bank Syariah melakukan pembelian Mobil yang diminta

nasabah kepada PT. Toyoga (Penjual/Supplier Mobil) sebesar Rp 200 juta.

3. Bank Syariah dan Nasabah melakukan Akad Pembiayaan berdasarkan Prinsip

Murabahah selama 10 bulan untuk pembelian Mobil seharga 250 juta (sudah

termasuk keuntungan Rp 50 juta).

4. Bank Syariah mengkoordinasikan pengiriman Mobil beserta dokumen kepemilikan

kepada Nasabah.

Page 16: penjelasan mengenai murabahah

5. Nasabah menerima Mobil beserta dokumen kepemilikan.

6. Nasabah mulai melakukan pembayaran cicilan pertama sebesar Rp 25 juta / bulan

kepada Bank  Syariah hingga sembilan bulan ke depan.

Page 17: penjelasan mengenai murabahah

Aplikasi Teknis Perbankan 2 :

Penjelasan mengenai skema murabahah dengan akad wakalah:

1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan untuk membeli barang (Mobil) kepada

Bank Syariah dengan membawa semua berkas-berkas yang dibutuhkan. Kemudian

Bank Syariah melakukan proses analisa pembiayaan. Bank Syariah telah menyetujui

permohonan pembiayaan pembelian Mobil untuk nasabah, kemudian Bank Syariah

melakukan konfirmasi pembelian Mobil yang diminta nasabah kepada PT. Toyoga

(Penjual/Supplier Mobil) sebesar Rp 200 juta.

2. Bank Syariah melakukan Akad Wakalah dengan Nasabah agar Nasabah melakukan

pembayaran uang transaksi pembelian barang atas nama Bank Syariah kepada PT.

Toyoga.

Fatwa DSN nomor : 04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 01 April 2000 tentang

Murabahah pada ketetapan Pertama ayat 9 dinyatakan :“Jika bank (baca :

LKS) hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak

ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara

prinsip, menjadi milik bank.”

Page 18: penjelasan mengenai murabahah

Menurut, Bank Syariah  barang (objek akad) sebenarnya sudah dimiliki

secara prinsip dan telah disepakati dengan supplier namun proses pengiriman

uang belum bisa dilakukan karena suatu sebab tertentu.

2.a: Bank Syariah dan Nasabah melakukan Akad Pembiayaan

berdasarkan Prinsip Murabahah selama 10 bulan untuk pembelian Mobil

seharga 250 juta (sudah termasuk keuntungan Rp 50 juta).

3. Setelah melakukan pegiriman uang kepada PT. Toyoga, Nasabah mendapatkan mobil

beserta dokumen kepemilikan termasuk kuitansi pembelian mobil.

4. Nasabah menerima Mobil beserta dokumen kepemilikan termasuk kuitansi pembelian

mobil.

5. Nasabah menyerahkan kuitansi pembelian mobil kepada Bank Syariah dan nasabah

mulai melakukan pembayaran cicilan pertama sebesar Rp 25 juta / bulan kepada Bank

Syariah hingga sembilan bulan ke depan.

Page 19: penjelasan mengenai murabahah

Contoh Portofolio Pembiayaan pada Bank :

Pendapatan Pembiayaan Bank Syariah BNI

Tahun 2004-2008 (dalam jutaan)

Periode Pendapatan

Murabahah

Pendapatan Bagi Hasil

Mudharabah dan

Musyarakah

Total Pendapatan

Desember 2003 47.938 3.978 12.942.017

Desember 2004 70.603 8.070 11.586.286

Desember 2005 72.046 16.965 12.522.571

Desember 2006 86.844 20.654 14.704.099

Desember 2007 125.051 43.539 14.455.271

Desember 2008 222.724 99.895 16.103.368

Dari tabel diatas, mengindikasikan bahwa untuk tahun 2008 portofolio pembiayaan

Mudharabah dan Musyarakah hanya 0,23%. Sedangkan pembiayaan Murabahah

mendominasi hingga 0,76%. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan pembiayaan

murabahah pada Bank BNI Syariah selama periode 2003-2008 mengalami peningkatan yang

berpengaru terhadap pendapatan yang di hasilkan oleh Bank Syariah tersebut.

Tingginya pertumbuhan Murabahah disebabkan produk ini memiliki skema transaksi

yang relatif lebih mudah dimengerti dan diaplikasikan dalam skema pembiayaan syariah,

karena cenderung dengan kredit konvensional. Disisi lain, produk Murabahah didominasi

oleh pembiayaan konsumtif yang tumbuh lebih tinggi dibanding pembiayaan produktif.

Page 20: penjelasan mengenai murabahah

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan

keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran murabahah

dapat dilakukan secara tunai atau cicilan (tunda) sesuai dengan kemampuan dan kesepakatan

antara penjual (bank syariah) dan pembeli (nasabah). Dalam murabahah juga diperkenankan

adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Dalam hal ini

pembayaran angsuran atau tunda lebih tinggi daripada pembayaran tunai berdasarkan

ketentuan yang telah disepakati di awal perjanjian.

Disisi lain, perbankan syariah memiliki keunggulan dan kepastian atas beban margin

dalam pembiayaan murabahah. Penurunan tingkat suku bunga BI, mendorong bank-bank

(konvensional) mengubah-ubah tingkat suku bunga kreditnya. Berbeda dengan bank

konvensional yang dapat melakukan penyesuaian tingkat suku bunga sesuai perkembangan

mikro ekonomi, bank syariah telah menetapkan fixed-margin khususnya untuk pembiayaan

murabahah baik jangka menengah atau jangka panjang, sehingga nasabah lebih tenang dan

nyaman karena telah mempunya kepastian besarnya kewajiban hingga jatuh tempo

pembiayaan.

Pembiayaan murabahah merupakan salah satu sumber pendapatan bagi bank syariah.

Meningkatnya penerimaan dari pembiayaan murabahah maka akan meningkat pula

pendapatan yang dihasilkan. Apabila terjadi peningkatan terhadap pendapatan akan

berpengaruh terhadap laba operasional. Laba operasional yang diperoleh bank dipengaruhi

dari jumlah pembiayaan yang disalurkan.

Akad pembiayaan seluruhnya halal asalkan memenuhi hukum dan ketentuan syaria'ah.

Untuk biaya yang terkait dengan aset Murabahah boleh diperhitungkan sebagai beban asalkan

itu adalah biaya langsung-menurut Jumhur Ulama. atau biaya tidak langsung yang memberi

nilai tambah pada asset murabahah.