Munirah - library.unismuh.ac.id
Transcript of Munirah - library.unismuh.ac.id
EVALUASI KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA
Munirah
Penerbit
CV. Berkah Utami
Perpustakaan Nasional katalog dalam Terbitan (KTD)
ISBN: 979-602-8187-74-9
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
dari penerbit
PENYUNTING
Penulis
Dr. Munirah, M. Pd.
Penelaah Materi
Dr. Sukmawati, M. Pd.
Editor
Layout
Drs. Kusnadi Idris, M. Pd.
Perancang Kulit
Lukman, S. Pd., M. Pd.
Penerbit
CV. Berkah Utami
KATA PENGANTAR
Beribu puja dan rasa syukur kami panjatkan kepada Allah Ta’ala yang telah mencurah-
limpahkan anugerah dan karunia-Nya, sehingga kami mampu untuk menyempurnakan Buku ini
yang berjudul, “Evaluasi Keterampilan Berbahasa Indonesia” ini. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada Tauladan serta Junjungan kita, Nabi Agung Muhammad
Shallallahu ‘Alayhi Wasallam. Melalui sebab beliau-lah, kita saat ini masih dapat merasakan
nikmat islam, iman, serta hidayah.
Alhamdulillah, karena buku ini selesai disusun. Untuk membantu para mahasiswa dalam
mempelajari konsep-konsep dasar evaluasi, penilaian, tes, pengukuran, teknik dan instrumen
penilaian, serta alat ukur keterampilan berbahasa Indonesia. Penulis menyadari apabila dalam
penyusunan buku ini terdapat kekurangan, tetapi penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil
apapun buku ini tetap memberikan manfaat.
Akhir kata guna penyempurnaan buku ini kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
nantikan.
Makassar 19 Maret 2018
Munirah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ---------------------------------------- iii
DAFTAR ISI ---------------------------------------------------- iv
BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------- 1
A. Latar Belakang -------------------------------------------- 1
B. Tujuan ------------------------------------------------------ 3
C. Ruang Lingkup -------------------------------------------- 3
BAB II KONSEP DASAR HASIL BELAJAR ----------- 4
A. Pengertian Evaluasi, Penilaian, Tes, dan
Pengukuran ------------------------------------------------ 4
B. Tujuan Evalusi -------------------------------------------- 8
C. Fungsi Evaluasi ------------------------------------------- 9
D. Manfaat Evaluasi ----------------------------------------- 10
E. Prinsip Evaluasi ------------------------------------------- 10
F. Macam-macam Evaluasi --------------------------------- 15
G. Pendekatan Evaluasi -------------------------------------- 19
BAB III HAKIKAT DAN PRINSIP PENILAIAN ------ 25
A. Hakikat Penilaian ----------------------------------------- 25
B. Fungsi dan Tujuan Penilaian ---------------------------- 29
C. Manfaat Penilaian ----------------------------------------- 32
D. Prinsip Penilaian ------------------------------------------ 36
E. Prosedur Penilaian ---------------------------------------- 38
F. Jenis-jenis penilaian -------------------------------------- 41
BAB IV TEKNIK DAN INSTRUMEN
PENILAIAN ---------------------------------------------------- 45
A. Teknik Penilaian ------------------------------------------ 45
B. Aspek yang Dinilai --------------------------------------- 52
C. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran ------------------- 56
D. Instrumen Penilaian -------------------------------------- 67
BAB V ALAT UKUR KETERAMPILAN
MENYIMAK --------------------------------------------------- 81
A. Pengertian Menyimak ------------------------------------- 87
B. Materi Tes Menyimak ------------------------------------ 97
C. Aspek-aspek yang diukur dalam Tes Menyimak ----- 113
D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Menyimak ---- 113
BAB VI ALAT UKUR KETERAMPILAN
BERBICARA---------------------------------------------------- 117
A. Pengertian Berbicara ------------------------------------- 117
B. Tujuan Berbicara ------------------------------------------ 119
C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Berbicara ------ 120
D. Penyususnan Alat Ukur Keterampilan Berbicara ---- 123
BAB VII ALAT UKUR KETERAMPILAN
MEMBACA ----------------------------------------------------- 139
A. Pengertian Membaca ------------------------------------- 139
B. Tujuan Membaca ----------------------------------------- 142
C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Membaca ----- 148
D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Membaca ----- 149
BAB VIII ALAT UKUR KETERAPILAN MENULIS 154
A. Pengertia Menilus ----------------------------------------- 154
B. Penyusunan Kisi-kisi Alat Ukur Keterampilan
Menulis ----------------------------------------------------- 161
C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Membaca ----- 168
D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Menulis ------- 171
DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------- 175
LAMPIRAN ---------------------------------------------------- 178
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi
dasar pelajaran pada kurikulum 2013 Permendikbud no 23 Tahun 2016 Standar Penilaian Pendidikan
adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Pengembangan Kurikulum 2013 Terbaru dengan Konsep Dasar Kurikulum 2013 Revisi
yang merupakan Penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan mengacu pada Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 32 tahun 2013 atas perubahan dari Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005,
tentang Standar Nasional Pendidikan antara lain berkenaan dengan standar isi, proses, kompetensi
lulusan, dan penetapan kerangka dasar serta struktur kurikulum oleh pemerintah.
Upaya penyempurnaan kurikulum ini dilakukan guna mewujudkan peningkatan kualitas dan
relevansi pendidikan yang harus dilaksanakan secara menyeluruh mencakup pengembangan
dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni meliputi aspek sikap, pengetahuan, keterampilan.
Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan
kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi siswa untuk bertahan hidup
serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan. Kurikulum ini dikembangkan untuk
mengikuti dengan tuntutan perkembangan negara-negara maju. Dalam penyusunan Kurikulum
2013 perlu mengakomodasi penerapan pembelajaran integratif, sehingga dengan penyusunan
Kurikulum 2013 memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
peserta didik.
Paduan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang memenuhi aturan dan berkualitas perlu disiapkan
agar satuan pendidikan dan pendidik dan pendidik dapat melaksanakan Kurikulum 2013 yang
salah satu diantaranya adalah rancangan penilaian hasil belajar.
B. Tujuan
Rancangan penilaian hasil belajar ini disusun sebagai acuan bagi satuan pendidikan dan
pendidik untuk merancang penilaian yang berkualitas guna mendukung penjaminan dan
pengendalian mutu lulusan. Di sisi lain, dengan menggunakan rancangan hasil belajar ini
diharapkan pendidik dapat mengarahkan peserta didik menunjukan penguasaan kompetensi yang
telah ditetapkan.
C. Ruang Lingkup
Rancangan penilaian hasil belajar ini membahas tentang konsep-konsep dasar evaluasi,
penilaian, tes, pengukuran, teknik dan instrumen penilaian, serta alat ukur keterampilan berbahasa
Indonesia.
BAB II
KONSEP DASAR EVALUASI HASIL BELAJAR
A. Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Tes, dan Penilaian.
Dalam bahasa sehari-hari pemakaian kata-kata , evaluasi, pengukuran, dan tes seringkali
dibaurkan. Padahal sebenarnya kata-kata itu merupakan tiga istilah yang berbeda.
1. Evaluasi
Evaluasi dapat merupakan pemberian yang bersifat kualitatif/kuantitatif. Pemberian
kualitatif lebih menekankan pemaparan secara verbal, sedangkan pemberian kuantitatif dinyatakan
dalam angka-angka. Namun, pada akhirnya evaluasi selalu mengandung pemberian
nilai/penghakiman value judgement erhadap suatu hasil yang dicapai. Pernyataan seperti “ Galuh
lulus dengan hasil sangat memuaskan” memberikan penilaian nilai secara kualitatf yang mungkin
didasarkan atas nilai rata-rata ujian yang tinggi (kuantitatif) Dari urian di atas dapat disimpukan
bahwa suatu kegiatan evaluasi dalam prosesnya, mungkin menggunakan pemberian
kualitatif/kuantitatif, dan pada akhirnya meberikan peneliaian yang bersifat kualitatif.
Pemberian angka ujian yang dimasukkan ke dalam buku rapor siswa, merupakan pemberian
kuantitatif. Nilai-nilai itu kemudian diberi makna kualitatif sangat baik, baik, cukup, dan
seterusnya. Berdasarkan atas nilai-nilai yang dicapai itu, maka diberikanlah keputusan yang
berisifat kualitatif berhasil atau gagal, naik atau tidak naik, dan sebagainya. Wiesma dan Jurs
membedakan evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu
proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan
keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa
evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapatd di atas secara implisit,
bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Ralp W, Tyler, yang dikutip oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda.
Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational
objecy tives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip Nana
Syaodih S, menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing
useful information for decision alternative. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969)
menyatakan evaluation is an observed value compared tosome standard. Beberapa defenisi terakhir
ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses
pengumpulan dan pengolahan data.
2. Pengukuran
Pengukuran merupakan proses untuk mendapatkan pemberian kuantitatif, yaitu mengenal
tinggi rendahnya taraf pencapaian hasil seseorang dalam suatuperilaku tertentu. Dengan demikian,
hasil pengukuran selalu berbentuk bilangan seperti “Mugi memperoleh nilai 70 untuk mata
pelajaran biologi”. Untuk mendapatkan nilai ini digunakan alat ukur. Dalam hala ini alat ukur yang
digunakan mungkin bersifat verbal (menggunakan bahasa sebagai saran utamanya, misalnya tes.
Dalam hal lain, misalnya untuk mengukur suhu badan, berat badan, dan sebagainya digunakan alat
ukur nonverbal (tennometer, timbangan). Sementara itu, Asnawi Zainul dan Noehi Nasution
mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu
yang dimiliki oleh orang, hal atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas,
sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melaui pengukuran hasil belajar yang baik yang menggunakan tes
maupun nontes.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsini Arikunto yang membedakan antara
pengukuran penilian dan evaluasi. Arikunto (2008) menyatakan bahwa mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersiafat kuantitatif. Sedangkan menilai
adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat
kulaitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund
(1971) yang menyatakan â€ceMeasurement is limited to quantitative description of pupil
behaviorik.
3. Tes
Tes merupaka salah satu jenis alat ukur. Dengan demikian, tes menghasilkan pemberian
bersifat kuantitatif tentang perilaku seseoarang. Oranlund (1985) membatasi pengertian tes sebagai
suatu alat atau prosedur sistematik untuk mengukur contoh “sample” perilaku. Berdasarkan tes,
guru memberikan informasi tentang hasil belajar siswa, inforamasi itu berwujud angka.
4. Penilaian
Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nialai suatu obyek juga dikemukakan
oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu objek
dengan menggunakan ukuran pada kriteria tertentu, seperti baik, Sedang, Jelek. Seperti juga halnya
dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) â€ceThe assignment of one or a set of members
to each of a set of person or object according to certain estabilished rulesâ€.
B. Tujuan Evakuasi
Evaluasi pembelajaran memiliki berbagai tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan angka kemajuan atau hasil belajar pada siswa. Untuk mengetahui kadar
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Fungsinya sebagai laporan kepada
orangtua siswa, penentuan kenaikan kelas, penentuan kelulusan siswa.
2. Untuk melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang
telah diajarkan dan untuk mengetahui tingkat perubahan prilakunya.
3. Mengenal latar belakang siswa yang berguna baik bagi penempatan maupun penentuan sebab-
sebab kesulitan belajar para siswa. Berfungsi sebagai masukan bagi tugas Bimbingan dan
Penyuluhan (BP).
4. Sebagai umpan balik untuk guru yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan program remedial untuk siswa.
C. Fungsi Evaluasi
Evaluasi pembelajaran memilki berbagai fungsi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran
2. Sebagai alat pengukur tujuan proses belajar megajar
3. Mengetahui kelemahan siswa dan dapat menyelesaikan kesulitan belajar siswa
4. Menempatkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya serta kemampuan siswa
5. Untuk guru BP, dapat mendata permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif bimbingan
dan penyuluhannya
D. Manfaat Evaluasi
Evaluasi pembelajaran memilki berbagai manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Membuat keputusan berkenaan dengan pelakasanaan dan hasil pembelajaran
2. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh
guru
3. Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya meningkatkan
kualitas
E. Prinsip Evaluasi
Untuk melakukan evaluasi ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, terutama oleh para
guru yang mendadak harus melakukan evaluasi. Adapun prinsip-prinsip tersebut dipaparkan
sebagai berikut.
Pertama, perlu disadari bahwa dalam proses belajar-mengajar, tujuan utama evaluasi ialah
memperbaiki dan/atau meningkatkan hasil belajar. Karena itu dalam proses evaluasi, langkah yang
pertama ialah menentukan serta menjelaskan tujuannya, yaitu dengan memberikan hasil belajar
yang akan diukur. Perlu diambahkan bahwa pemberian itu hendaknya dilakukan secara rinci.
Terdapat beberpa prinsip yang ahrus diperhatikan dalam rangka melaksanakan evaluasi, agar
mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan
interpretasi hasil penilaian, patokan: kurikulum/silabus.
2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3. Agar hasil penilaian objektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
Prinsip lain yang dikemukanak oleh Ngalim Purwanto adalah:
1. Penilaian hendaknya didasarkan pada pada hasil pengukuran yang komprehensif. Harus
dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading). Hendaknya disadari betul
tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN)
2. Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3. Penilaian harus bersifat komparabel
4. System penialain yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru.
Contoh :
Evaluasi ini bertujun untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan menulis siswa
kelas VI SD. Kemampuan ini mencakup keterampilan dalam ejaan, penggunaan kata, struktur
kalimat, dan kerapian tulisan.
Kejelasan pmberian tujuan itu, di samping kualitas alat yang digunakan sangat
mempengaruhi keefektifan evaluasi. Tujuan itulah yang akan menentukan alat atau teknik evaluasi
yang digunakan. Namun, disamping itu, teknik evaluasi juga dipilih berdasarkan pertimbangan
apakah teknik tersebut dapat mengukur dengan tepat, memberikan hasil pengukuran yang objektif,
serta mudah digunakan. Dalam hal ini pertimbangan yang paling penting ialah apakah teknik
tersebut merupakan cara yang paling efektif untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Di dalam pendidikan sering kali kita harus melakukan evaluasi secarah menyeluruh yang
mencakup bermacam-macam kmampuan dan aspek kemampuan. Evaluasi semacam ini
memadukan bermacam-macam teknik evaluasi. Sebab tak ada teknik evaluasi yang secara objektif
dapat mengukur pengetahuan siswa tentang peristiwa sejarah, dan sekaligus memberikan
informasi tentang bagaimana sikap siswa terhadap peristiwa tersebut, bagaimana kemampuannya
dalam menganalisis peristiwa itu dan seterusnya. Untuk memperoleh informasi yang menyeluruh
tentang hasil belajar yang kompleks seperti contoh diatas,diperlukan berbagai teknik.
Uraian diatas jelas bahwa setiap teknik evaluasi memiliki kelemahan serta keterbatasan di
samping kelebihannya masing-masing. Tidak ada satu teknik evaluasi pun yang dapat mengukur
dengan ketepatan 100%, yang dapat digunakan untuk mengukur segala kemampuan, untuk
mencapai semua tujuan. Mengenai teknik evaluasi hanya dapat dikatakan, mana yang paling tepat
untuk mengukur kemampuan tertentu, dengan tujuan tertentu.
Akhirnya, perlu diingat sebagai pegangan bahwa dalam pendidikan/pengajaran, evaluasi
hanyalah merupakan sekedar cara untuk mencapai tujuan, bukan merupakan tujuan akhir. Evaluasi
hanya diadakan dalam hubungan program pengajaran. Evaluasi merupakan cara untuk
memperoleh, menganalisi, serta menafsirkan informasi tentang perubahan perilaku yang terjadi
pada siswa. Tujuan ialah memperbaiki serta meningkatkan pengajaran. Dalam hal ini evaluasi
dapat dilaksanakan pada awal, tengah atau akir program. Selain itu evaluasi juga dapat
dilaksanakan secara klasikal, individual, di laboratorium, secara lisan, atau tertulis.
1. Secara Klasikal
Evaluasi klasikal digunakan untuk mengukur semua aspek kemampuan berbahasa pada
ranah kognitif dan afektif. Cara evaluasi jika dilaksanakan dengan baik akan memberikan dampak
postif terhadap hasil belajar siswa.
2. Secara Individual
Siswa secara langsung dapat memperoleh umpan balik. Disinilah kelebihan evaluasi individual
dibandingkan dengan evaluasi klasikal. Namun, tentu saja evaluasi ini memerlukan waktu lebih
banyak, dan jika dilaksanakan secara lisan, seringkali cenderung subjektif. Untuk mengatasi hal
yang terakhir, perlu diusahakan bentuk tes lisan yang lebih terstruktur, dalam hal ini penentuan
kriterian yang jelas dan rinci juga akan banyak menolong.
Evaluasi di Laboratorium
Kebaikan evaluasi ini ialah bahwa semua siswa memperoleh pertanyaan/soal yang sama yang
diucapkan dengan kecepatan yang lama, dan dikerjakan pada waktu serta dalam suasana yang
sama. Kekurangan evaluasi ini ialah bahwa aspek-aspek nonbahasa yang biasanya menyertai
bahasa lisan tidak tergambarkan.
F. Macam-macam Evaluasi
1. Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok
bahasan/topic,dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran
telah berjalan sebagaiman yang direncanakan.
Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-
tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung.agar siswa dan guru memperoleh
informasi(feedback)mengenai kemajuan yang telah di capai.Sementara Tesmer menyatakan
formativ evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing
stages for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal.Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauhsiswa telah menguasai materi yang diajarkan
pada pokok bahasan tersebut.Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student
progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah
penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK)yang telah ditetapkan
sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan,dirumuskan
dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa.Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan
kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkirakan masih sangat mungkin
dijangkau/dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan
telah tercapai.Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah behasil dan
siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang
tepat.Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan
deberikan remedial,yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan
memahami suatu pokok bahasan tertentu.Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan
melanjutkan pada topic berikutnya,bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih
akan diberikan pengayaan,yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan da pendalaman dari topic
yang telah dibahas.
2. Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang
didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan,dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit berikutnya. Wiknel mendefinisikan
evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu priode pengajaran tertentu,yang
meliputi beberapa atau semua unit pembelajaran yang diajarkan dalam satu semester,bahkan telah
selesai pembahasan suatu bidangstudi.
3. Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunaka untuk mengetahui kelebihan-kelebihan
dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa ssehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.
Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan,baik pada tahapan awal,selama
proses,maupun akhir pembelajaran.pada tahap awal dilkukan terhadap calon siswa sebagai input.
Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengatahuan
prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa.pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk
mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasaai dengan baik,sehingga guru
dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertiggal terlalu jauh. Sementara pada tahap
akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang
telah dipelajarainya.
4. Perbandingan Tes Diagnostik,Tes Formatif,dan Tes Sumatif
Ditinjau
Dari
Tes
Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif
Fungsinya
Mengelompok
an siswa
berdasarkan
kemampuanya
Menentukan
kesulitan
belajar yang
dialami
Umpan balik
bagi
siswa,guru
mampu
program
untuk menilai
pelaksanaan
suatu unit
program.
Memberi
tanda telah
mengikuti
suatu
program,dan
menentukan
posisi
kemampuan
siswa
dibandingkan
dengan
anggota
kelompoknya
Cara
memilih
tujuan yang
di evaluasi
Memilih tiap-
tiap
keterampilan
prasarat
Memilih
tujuan setiap
program
pembelajaran
secara
berimbang
Memilih
yang
berhubungan
dengan
tingkah laku
fisik,mental
dan perasaan.
Mengukur
semua tujuan
instruksional
khusus.
Mengukur
tujuan
instruksional
umum.
Skoring
(cara
menyekor)
Menggunakan
standar
mutlak dan
relative.
Menggunaka
n standar
mutlak.
Menggunaka
n standar
relative.
G. Pendekatan Evaluasi
Ada dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor menjadi
nilai.kedua pendekatan ini memilliki tujuan,proses,standard an juga akan menghasilkan nilai yang
berbeda.Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunkan menjadi
penting.Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma(PAN) dan Pendekatan Acuan
Patokan(PAP).
Sejalan dengan uraian diatas, yang dikutip oleh W.James Popham menyatakan bahwa
terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan subtansial,yaitu
pengukuran acuan norma (NRM) yag berusaha menetapkan status relative, dan engukuran acuan
kriteria (CRM) yang beruaha menetapkan status absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser,
Wiersma menyatakan norm-reference interpretation is a relative interpretation based on an
individual position with respect to some group. Gloser menggunakan konsep pengukuran acuan
norma (norm Reference Measurement/NRM) untuk menggambarkan teks prestasi siswa dngan
menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relative siswa. Sedangkan untuk mengukur
tes yang mengidentifikasi ketuntasa/ ketidaktuntasan absolut siswa atas perilaku spesifik,
menggunakan konse pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement).
Penilaina Acuan patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT) Tujuan penggunaan tes
acuan patokan berfokus pada kelompo perilaku siswa yang jhusus, Joesmani menyebutkan dengan
didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas
tentang perform peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebt
dibandingkan dengan perfoman yang lain. Dengan kata lain acuan kriteria digunakan untuk
menyeleksi (secara pasto) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang
ditetapkan/dirumuskan dengan baik.
Pendekataan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut.
Semiawan menyebutkan sebagai standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced interpretation is
an absolut rather than relative interpretation, referenced to a defined body of learner behaviors.
Dalam standar ini penentuan lingkaran (grade) didsarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A ata B, seorang siswa harus
mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh
perfoman (Sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam
menggunakan standar absolut adalah sekor siswa tergantung pada tingkat kesulitan tes yang
mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima mudah akan sangat mungkin para siswa
mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan,
maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan
ini dapat ditasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat
pencapaiannya.
Menginterprestasi skor mentah menjadi nilai yang meggunakan pendekatan PAP, maka
terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria
nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
Rentang Nilai Skor Nilai
85% -100% A
78% - 84% B
65% - 74% C
55% - 64% D
<45% E
Penilaian acuan norma (PAN), norm reference test (NRT) Tujuan penggunaan tes Acuan
norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar
yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam
hubungannya dengan perfomans kelompok peserta yang lain yag mendasar antara pendekatan
acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar perfoman yang digunakan. Pada
pendekatan acuan norma standar perfoman yang digunakan bersifat relative. Atinya tingkat
perfoman seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relative dalam kelompoknya; Tinggi
rendahnya perfoman seorang siswa sangat bergantung pada kondisi perfoman kelompoknya.
Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok. Salah satu
keuntungan dari standar relative ini adalah penempatan (performan) siswa dilakukan tanpa
memandang diantaranya adalah (1) diaggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas
yang memiliki skor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan skor yang lebih tinggi untuk
mendapatkan niali A atau B. situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi beberapa siswa. (2)
standar relative membuat terjadinya persainagn yang kurang sehat diantara para siswa, karena pada
saaat seorang atau sekelompok siswa mendapat nilai A akan mengurangi kesempatan pada yang
lain untuk mendapatkannya.
Contoh:
Sau kelompok peserta tes terdiri dari 9 orang mendapat skor mentah:
50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30
Dengan menggunakan pendekatan PAN, maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan
mendapat nilai tertinggi, misalnya 10, sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan
mendapat nilai secara proposional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu perentase jawaban benar.
Kenudian kepada persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.
Sekelompok mahasiswa terdiri dari40 orang dalam satu ujian mendapat nilai mentah sebagia
berikut:
55 43 39 38 37 35 34 32
52 43 40 37 36 35 34 30
49 43 40 37 36 35 34 28
48 42 40 37 35 34 33 22
46 39 38 37 36 34 32 21
BAB III
HAKEKAT DAN PRINSIP PENILAIAN
A. Hakikat Penilaian
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,menganalisis,dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan,sehingga informasi menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara
signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah
Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah
autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian
autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali
pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta
didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas
mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 Penilaian autentik memiliki relevansi kuat
terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik
cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik sangat
relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar
atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes
berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu
saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim
digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru
sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik,
seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas
belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk
merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman
yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran dan mendorong kemampuan belajar yang lebih
tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. Penilaian
autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan
keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari
proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam
beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas
yang harus mereka lakukan. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana
mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu
menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi
apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
Evaluasi(evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu
objek (Mehrens&Lehmann,1991). Dalam melakukan evaluasi terdapat juga management atau
menentukan nilai suatu prosram yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif.
Evaluasi memerlukan data dan hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki
banyak dimensi,seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainnya.
Oleh karena itu, kegiatan evaluasi dan alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada
jenis data yang yang ingin diperoleh.Pengukuran, penilaian, dan evaluasi, bersifat bertahap
(hierarkis), maksud kegiatan yang dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran,
kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi.
B. Fungsi dan Tujuan Penilaian
Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai berikut :
1. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional.
2. Dengan demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan intruksional.
3. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
4. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan belajar siswa, strategi
mengajar guru dan lain-lain.
5. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tua.
Laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai
bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa berhasilkah proses belajar
mengajar yang terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dan juga sebagai laporan kemauan belajar siswa yang
diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam bentuk
raport yang biasanya diberikan pada akhir semester.
Fungsi penilaian yang lainnya di sini bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar
siswa, tetapi sangat luas. Fungsi penilaian adalah sebagai berikut:
a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan
perilakunya.
b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.
c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya
telah memadai.
d. Penilaian membantu guru membuat pertimbangan administrasi. (Cronbach, 1954 dalam
Hamalik, 2002: 204).
Fungsi penilaian sebagai alat untuk membantu siswa dalam mewujudkan dan mengubah
perilakunya sesuai dengan tata tertib yang ada. Di sini juga siswa mendapat kepuasan atas apa
yang dikerjakannya yang berupa nilai. Apabila mereka sungguh-sungguh dalam mengerjakan
sesuatu maka hasil yang didapatkan akan bagus sehingga mereka akan puas dengan hasil yang
didapatkannya. Penilaian juga membantu guru dalam menetapkan metode yang digunakan untuk
diterapkan dengan tepat. Tujuan dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai
berikut :
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan
kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh
keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang
diharapkan.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan
dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.
d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang
tua siswa.
Pendapat tersebut, penilaian mempunyai tujuan mendeskripsikan hasil belajar siswa
sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
Selain itu juga dapat mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, di sini
dapat terlihat berhasil tidaknya guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Apabila
hasilnya kurang baik maka dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan
sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pihak sekolah.
C. Manfaat Penilaian
1. Manfaat Secara Umum
Tidak sedikit guru yang mengabaikan apa sebenarnya manfaat dari penilaian pembelajaran.
Yang terpikir adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi pembelajaran
dan untuk laporan kepada wali kelas.
Manfaat penilaian selain yang sudah saya sebutkan diatas, sebenarnya ada beberapa manfaat yang
lain diantaranya :
a. Perbaikan (remidial) bagi peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM. Guru harus
percaya bahwa setiap peserta didik mampu mencapai kriteria ketuntasan bila peserta didik
mendapat bantuan yang tepat. Misalnya memberikan bantuan sesuai dengan gaya belajarnya
sehingga kesulitan dan kegagalan tidak menumpuk. Dengan demikian peserta didik tidak
frustasi dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasai.
b. Pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang
disediakan. Salah satu kegiatan pengayaan yaitu memberikan materi tambahan, latihan
tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi yang telah
dicapainya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan dapat menambah nilai npeserta didik pada
mata pelajaran bersangkutan. Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar
jam efektif.
c. Perbaikan program dan proses pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk
perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan
terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai
kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran
dengan mengubah strategi pembelajaran dan memperbaiki program pembelajarannya.
d. Pelaporan. Hasil penilaian ini dapat digunakan kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan
tingkat keberhasilan siswa.
2. Manfaat penilaian bagi siswa, guru dan sekolah
Mengapa menilai? Agar supaya kita mengetahui kemajuan tindakan pembelajaran yang telah
kita jalankan, tanpa proses menilai maka keberhasilan pembelajaran tidak dapat diukur. Penilaian
mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi diantaranya bagi siswa, bagi guru dan bagi sekolah.
Apa saja manfaatnya?
a. Makna bagi siswa.
Melalui penilaian, siswa dapat mengetahui sejauhmana telah berhasil mengikuti pelajaran
yang diberikan oleh guru. Apakah siswa merasa puas atau tidak puas atas hasil yang diperolehnya.
Bila hasilnya memuaskan akan menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk belajar
lebih giat lagi sementara bila hasil tidak memuaskan maka ia akan berusaha agar penilaian
berikutnya memperoleh hasil yang memuaskan.
b. Makna bagi guru
Berdasarkan hasil penilaian, bagi guru dapat:
1) Dapat mengetahui siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya dan siswa
mana yang belum berhasil menguasai bahan.
2) Guru dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa atau belum,
apabila materi tepat maka diwaktu akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
3) Guru akan mengetahui metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika hasil yang
diperoleh sebagian besar siswa mendapatkan nilai bagus maka metode sudah tepat
sebaliknya bila sebagian besar hasil yang diperleh siswa buruk maka metode yang
digunakan harus dipertimbangkan kembali dan kalau perlu diganti.
c. Makna bagi sekolah
Keberhasilan guru dan siswa melaksanakan pembelajaran akan berdampak positif bagi sekolah,
dengan demikian penilaian bagi sekolah dapat :
1) Mengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sesuai dengan harapan atau belum.
Hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.
2) Untuk mengetahui tepat tidaknya kurikulum yang dipakai
3) Untuk dapat mengetahui kemajuan perkembangan penilaian dari tahun ke tahun sehingga
menjadi pedoman bagi sekolah untuk tindakan selanjutnya.
D. Prinsip Penilaian
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik antara
lain:
1. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;
2. Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran;
3. Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;
4. Hasil penilaian ditindak lanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang mencapai
kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan;
5. Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran;
Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Sahid (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur;
2. Objektif,yakni penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilaian;
3. Adil,yakni penilaian tidak menguntunkan atau merugikan peserta didik,dan tidak
membedakan latar belakang soaial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan
jender;
4. Terpadu,yakni penilaian merupakan komponen yang tidak di pisahkan dari kegiatan
pembelajaran;
5. Terbuka,yakni prosedur penilaian,kriteria penilaian,dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan,yakni penilaian yang menckup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai,untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik;
7. Sistematis,yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah yang baku;
8. Menggunakan acuan kriteria,yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang di tetapkan;
9. Akuntabel,yakni penilaian dapat dipertanggung jawabkan,baik dari segi
teknik,prosedur,maupun hasilnya.
E. Prosedur Penilaian
Melaksanakan proses pembelajaran di kelas, guru harus dapat merumuskan tujuan-tujuan
pengajaran agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sehingga fungsi penilaian dapat
terwujud dan dapat memberikan gambaran terhadap penyusunan alat penilaian. Setelah itu guru
harus mengkaji kembali materi pengajaran, apakah sudah sesuai dengan kurikulum dan silabus
ataukah belum untuk perbaikan dalam proses pembelajaran dan penilain. Guru harus dapat
menyusun alat penilaian yang cocok diterapkan di kelas yang sesuai dengan karakter anak didik
sehingga hasil dari penilian tersebut sesuai dengan tujuan penilaian tersebut.
Berkaitan dengan prosedur penilaian, BSNP telah mengeluarkan pedoman penilaian untuk
kelompok mata pelajaran iptek yang dapat digunakan oleh pendidik. Adapun prosedur yang
dimaksud meliputi: penentuan tujuan penilaian, penyusunan kisi-kisi, perumusan indikator
pencapaian, penyusunan instrument, telaah instrument, pelaksanaan penilaian, pengolahan dan
penafsiran hasil penilaian, serta pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian.
Adapun secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan penilaian
secara keseluruhan, seperti untuk penilaian harian, tengah semester, akhir semester. Sehingga
di sini jelas apa yang akan dinilai.
2. Penyusunan Kisi-kisi penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan
perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Di dalam silabus, pendidik menunjukkan keterkaitan antara SK, KD, materi
pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar dengan indikator pencapaian KD
yang bersangkutan beserta teknik penilaian dan bentuk instrument yang digunakan.
3. Perumusan Indikator pencapaian dikembangkan oleh pendidik berdasarkan KD mata pelajaran
tersebut.
4. Penyusunan Instrument yang digunakan dalam penilaian meliputi tes dan non tes. Langkah-
langkah penyusunan instrument disesuaikan dengan karakteristik teknik dan bentuk butir
instrumennya.
5. Telaah instrument dapat dianalisis secara kualitatif ataupun kuantitatif. Telaah instrument
secara kualitatif dengan menelaah atau mereviu instrument penilaian yang telah dibuat. Telaah
mencakup substansi isi, konsep, dan bahasa yang digunakan. Berdasarkan hasil telaah tersebut
dilakukan revisi terhadap butir soal yang kurang baik.
6. Pelaksanaan Penilaian untuk mata pelajaran iptek dilakukan melalui ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, penugasan, dan pengamatan dengan menggunakan
instrument yang sesuai dengan SK dan KD. Penilaian melalui ulangan dapat dilakukan dalam
bentuk tes tertulis dan/ tes praktik tergantung pada karakteristik mata pelajaran.
7. Pengolahan dan penafsiran hasil penilaian dilakukan oleh pendidik untuk memberikan makna
terhadap data yang diperoleh melalui penskoran. Sedangkan untuk penafsiran hasil penilaian,
guru membuat deskripsi hasil penilaiannya.
8. Pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam
upaya mengetahui tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program pembelajaran yang telah
dilakukan, serta untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Pelaporan hasil penilaian
oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk angka pencapaian kompetensi
(nilai), disertai dengan deskripsi dan/ profil kemajuan belajar.
F. Jenis-jenis Penilaian
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian otentik, penilaian diri,
penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir
semester yang diuraikan sebagai berikut.
1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai
aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluaran
(output) pembelajaran. Penilaian otentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana
tertekan.
2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif
untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai
keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau
kelompok di dalam dan/atau di luar kelas dalam kurun waktu tertentu.
4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik.
5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi
peserta didik setelah menyelesaikan satu sub-tema. Ulangan harian terintegrasi dengan proses
pembelajaran lebih untuk mengukur aspek pengetahuan, dalam bentuk tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.
6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan
pembelajaran.
7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
Selain penilaian di atas, ada beberapa jenis penilaian antara lain:
1. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran
yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti
pada tingkat kompetensi tersebut.
2. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat
kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan
Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
Penilaian dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
untuk setiap jenjang pendidikan, baik selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses)
maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil belajar). Pada jenjang pendidikan
dasar, proporsi pembinaan karakter lebih diutamakan dari pada proporsi pembinaan akademik.
BAB IV
TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN
A. Teknik Penilaian
Permendiknas No. 23 tahun 2016 menyatakan bahwa Standar Penilaian Pendidikan adalah
kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik,
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Penugasan struktur dan kegiatan mandiri tidka terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
berupa pedalaman materi pembelajaran oleh peserta diidk yang dirancang oleh pendidik untuk
mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh
pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak terstruktur diatuur sendiri oleh
peserta didik. Sejalan dengan ketentuan tersebut, penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk
dapat mengukur dan memberikan informasi mengenai pencapaian kompetensi peserta didik yang
diperoleh melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling
melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain
melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian anatar teman yang
sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan dan jawabannya dapat benar atau salah. Tes
dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kerja. Tes tertulis adalah tes yang
menuntut peserta tes member jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang
jawabannya berupa pilihan meluputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes
yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes
yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan
pendidik. Pertanyaan dari jawaban diberikan secra lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang
meminta peserta didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/menampilkan keterampilan.
Rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam
ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian , ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian
sekolah. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran
, membantu kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.
Ulangan tengah semester adalah kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan
pembelajaran.
Cakuapan ulangna tengah semester meliputi seluruh indicator yang merepresentasikan
seluruh KD pada periode tertentu. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester. Cakupan
ulangan akhir semester meliputi seluruh indicator yang merepresentasikan semua kD pada
semester tersebut.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada akhir semester
genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester genap pada
satuan pendidikan yang yang menggunakan system paket. Cakupan ulangan kenaikan kelas
meluputi seluruh indicator yang merepresentasikan semua KD pada semester genap.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada
beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam rangka menilai pencapaian standar Nasional Pendidikan.
Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang
dilakukan oleh satuan pendidik untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan
salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan pada ujian
sekolah adalah mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
yang tidak diujikan pada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk kelompok
mata pealajaran agama dan akhlak mulia. Serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian.
1. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik
selama pembelajaran berlangsung dan/atau di laur kegiatan pembelajaran. Observasi
dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi
yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Penilaian observasi
dilakukan antara lain sebagai penilaian akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan keprbadian, kelompok mata
pelajaran estetika, serta sekelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
2. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara penugasan maupun
kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugsan terstruktur dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek,
dan/atau produk.
3. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu
yang di organisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas
peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk
kerja peserta didik dengan menilai bersama karya-karya atau tugas-tugas yang
dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melalukan diskusi untuk menentukan skor.
Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat menentukan karya-karya yang akan dinilai,
melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan
peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Teknik ini dapat dilakukan
dengan baik apabila jumlah peserta didik dapat dinilai sedikit.
4. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan
analisis data, serta laporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksnakan terhadap persiapan,
pelaksanaan, dan hasil.
5. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu hasil
karya. Penilaian produ dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan dan
hasil.
6. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk
mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis.
7. Jurnal merupakan catatan pendidikanselama proses pembelajaran yang berisi informasi
hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan
kinerja ataupun sikap dan perilakupeserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
8. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara memnta peserta didik untuk menilai
dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, sikap peserta didik harus
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.
9. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal secara jujur.
Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian diatas akan memberikan informasi yang
lebih akurat tentang kemajan belajar peserta didik.
B. Aspek yang dinilai
Penilaian dilakukan secra menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang
meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan efektif. Kemampuan kognitif adalah kemampuan
berpikir yang menurut Taksonomi Blom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab
pertanyaan berdasarkan hapalan saja.
Tingkat pemahaman, peserta didik dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan
dengan kata-katanyas sendiri. Misalnya menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat
aplikasi, peserta didik dituntuk untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang
baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi kedalam beberapa
bagain, menmukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungans sebab
akibat.
Tingkat sintesis, peserta didik dituntuk untuk merengkum suatu cerita, komposisi, hipotesis,
atau teorinya sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah, teori-teori, dan termasuk didalamnya melakukan
judgement (Pertimbangan) terhadap hasil analisis untuk membuat keputusan.Kemampuan
psikomotorik melibatkan gerak adptif (adptive movement) atau gerak terlatih dan keterampilan
komunikasi berkesinambungan (non-discursive communication ) - (Horrow, 1972).
Gerak adaptif terdiid atas keterampilan adaptif sederhana (simple adptive skill), keterampilan
adaptif gabungan (compound adptive skill), dan keterampilan adptif kelompok (complex adptive
skill). Keterampilan komunikasi berkesinambungan mencakup gerak ekspresi (expressive
movement) dan gerak interpretative (interpretative), keterampilan adptif sederhana dapat latihkan
ddalam berbagai mata pelajaran, sperti bentuk keterampilan menggunakan peralatan laboratorium
IPA.
Keterampilan adptif gabungan, keterampilan adptif komplek, dan keterampilan komunikasi
berkesinambungan dalam mata pelajaran Seni Budaya dna Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan.Kondisi efektif peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, dan/atau nilai-nilai.
Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat di peroleh melalui angket, inventori, atau
pengmatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu
prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan penilaian yang
dilakukan secara terus menerus.
Laporan hasil belajar peserta didik, terdapat komponen pengetahuan yang umunya
merupakan representasi aspek kognitif, komponen praktik yang melibatkan aspek psikomotorik,
dan komponen sikap yang berkaiatan dengan kondisi afektif peserta didik terhadap mata pelajaran
tertentu. Table berikut menyajikan berbagai aspek yang dinilai untuk lima kelompok mata
pelajaran (sesuai PP no. 19 tahun 2005 pasal 64).
Table 2. Aspek yang Dinilai dalma Berbagai Mata Pelajaran
No Konsep mata
pelajaran
Contoh mata
pelajaran
Aspek yang
dinilai
1. Agama dan
akhlak mulia
Pendidikan
Agama
Pengetahuan
dan Sikap
2. Kewarganegaraan
dan kepribadian
Pendidikan
Kewarganegaraan
Pengetahuan
dan Sikap
3. Ilmu pengetahuan
dan Teknologi
Matematika
Pengetahuan
dan Sikap
Fisika, Kimia,
Biologi
Pengetahuan,
praktik, dan
sikap
Ekonomi,
Sejarah,
Geografi,
Pengetahuan
dan Sikap
Sosiologi,
Antropologi
Bhs. Indonesia,
Bhs. Inggris, Bhs,
Asing Lain
Pengetahuan,
Praktik, dan
sikap
Teknologi
Informasi dan
Komunikasi
Pengetahuan,
Praktik, dan
sikap
4. Estetika Seni Budaya Praktik dan
sikap
5. Jasmani,
Olahraga, dan
Kesehata
Pendidikan
Jasmani,
Olahraga, dan
Kesehatan
Pengetahuan
praktik, dan
sikap
C. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran
Untuk penilaian kelompok mata pelajaran terdapat 5 kelompok mata pelajaran yaitu
kelompok mata pelajaran: agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu
pengetahuan dan teknologi; estetika; jasmani, olahraga dan kesehatan.
1. Penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
Kompetensi yang dikembangankan dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia terfokus pada aspek kognitif atau pengetahuan dan aspek afektif atau perilaku. Penilaian
hasil belajra untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dilakukan melalui:
a. Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan
kepribadian peserta didik;
b. Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
Dalam rangka menilai akhlak peserta didik, guru agama dan guru mata pelajaran lain melakukan
pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini
dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang menyangkut pengamatan agamanya
seperti kedisiplinan, kebersihan, tanggung jawab, sopan santun, hubungan sosial, kejujuran dan
pelaksanaan ibadah ritual. Table berikut menampilkan dimensi dan indikator penilaian akhlak
mulia.
Table 3. Dimensi dan Indikator sebagai rambu-rambu penilaian akhlak mulia.
No. Dimensi Indikator
1 Disiplin Datang dan pulang tepat waktu
mengikuti kegiatan dengan tertib
2 Bersih
Membuang sampah pada tempatnya
Mencuci tangan sebelum makan
Membersihkan tempat kegiatan
Merawat kebersihan diri
3 Tanggung Jawab Menyelesaikan tugas pada waktunya
Berani menanggug resiko
4 Sopan Santun
Berbicara dengan sopan
Bersikap hormat pada orang lain
Berpakaian sopan
Berposisi duduk yang sopan
5 Hubungan Sosial
Menjalin hubungan baik dengan guru
Menjalin hubungan baik dengan
sesame teman
Menolong teman
Mau bekerjasama dalam kegiatan
yang positif
6 Jujur
Menyampaikan pesan apa adanya
Mengatkan apa adanya
Tidak berlaku curang
7 Pelaksanaan Ibadah Ritual
Melaksanakan sembahyang
Menunaikan ibadah puasa
berdoa
Keterangan:
Rambu-rambu tersebut di atas dapat digunakan sebgaia bahan acuan bagi guru mata
peljaran agama dan guru mata peljaran lain. Bagi guru mata pelajaran yang lain hasil
pertimbangan diberikan kepada guru agama terutama mngenai perilaku yang benar-benar
mneyimpang yang dilakukan berulang-ulang oelh peserta didik. Penentuan nilai akhir
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada akhir satuan pendidikan dilakukan
melalui rapat dewan pendidikan yang didasarkan pada hasil ujian sekolah dengan
mempertimbangkan penilaian oleh pendidik.
2. Penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
Hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian meliputi:
a. Pemahaman akan hak kewajiban diri sebagai warga Negara, yaitu aspek kognitif
sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaran.
b. Kepribadian, yaitu beberapa aspek kepribadian sebagaimana disebutkan dalam
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum.
c. Perilaku Kepribadian, yaitu berbagai bentuk perilaku sebagai penerjemahan
dimilikinya ciri-ciri kepribadian warga Negara Indonesia.
Seperti kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, penilaian kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:
a. Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan
afeksi dan kepribadian peserta didik;
b. Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
Contoh pengamatan aspek kepribadian dan indikator perilaku dapat dilihat pada
table berikut:
Table 4. Penilaian terhadap aspek kepribadian peserta didik
Aspek Kepribadian Indikator Perilaku
Bertanggungjawab a. Tidak menghindari kewajiban
b. Melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuan
c. Menaati tata tertib sekolah
d. Memelihara fasilitas sekolah
Percaya Diri a. Tidak mudah menyerah
b. Berani menyatakan pendapat
c. Berani bertanya
d. Mengutamakan usaha sendiri daripada
bantuan
Saling Menghargai a. Menerima pendapat yang berbeda
b. Memaklumi kekurangan orang lain
c. Mengakui kelebihan orang lain
d. Dapat bekerjasama
Bersikap Santun a. Menerima nasihat guru
b. Menghindari permusuhan dengan
teman
c. Menjaga perasaan orang lain
Kompetitif a. Berani bersaing
b. Menunjukkan semangat berprestasi
c. Berusaha ingin lebih maju
d. Memiliki keinginan untuk tahu
Penilaian kelompok mata pelajaran Iptek untuk SMA dilaksanakan melalui muatan
dan/atau kegiatan bahasa, matematika, IPA (fisika, kimia, biologi), IPS (ekonomi, sejarah,
sosiologi, geografi), keterampilan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta
muatan lokal yang relevan. Penilaian dalam kelompok mata pelajaran Iptek disesuaikan
dengan karakteristik tiap-tiap rumpun mata pelajaran. Penilaian kemampuan berbahasa
harus memperhatikanhakikat dan fungsi bahasa yang lebih menekankan pada bagaimana
menggunakan bahasa secara baik dan benar sehingga mengarah kepada penilaian
kemampuan berbahasa berbasis kinerja.
Penilaian ini menekankan pada fungsi bahasa sebagai alat komuniaksi yang
mengutamakan adanya tugas-tugas interaktif dalam empat aspek keterampilan berbahasa,
yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu, penilaian
kemampuan berbahasa bersifat autentik dan pragmatik. Selain itu, komunikasi nyata
senantiasa melibatkan lebih dari satu keterampilan berbahasa sehingga harus diperhatikan
keterpaduan antara keterampilan berbahasa tersebut.
Penilaian hasil belajar yang relatif dapat diterima adalah jenis penelitian berbasis
pengamatan/observasi yakni penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati secara
terfokus: (1) perilaku peserta didik dalam hal apresiasi, performance/rekreasi, dan kreasi
sebagai cerminan dari kompetensi dalam mata pelajaran Seni Budaya; dan (2) perilaku
peserta didik dalam hal mendengarkan, berbicara, membaca dan menulissebagai cerminan
dari kompetensi aspek sastra dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pengamatan digunakan untuk menilai pereilaku peserta didik yang mencerminkan
akhlak yang seperti kedisiplinan, tanggung jawab, sopan santun, hubungan sosial, dan
kejujuran. Hal-hal yang dinilai antara lain mencakup aspek:
a. Kedisiplinan, yaitu kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib, seperti datang tepat
waktu, mengikuti semua kegiatan dan pulang tepat waktu.
b. Kejujuran, yaitu kejujuran dalam perkataan dan perbuatan, seperti tidak berbohong,
dan tidak berlaku curang.
c. Tanggungjawab, yaitu kesadaran untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang
diberikan, seperti menyelesaikan tugas-tugas selama kegiatan berlangsung.
d. Sopan santun, yaitu sikap hormat kepada orang lain, baik dalam bentuk perkataan,
perbuatan dan sikap seperti berbicara, berpakaian dan duduk yang sopan.
e. Hubungan sosial, yaitu kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan orang lain secara
baik, seperti menjalin hubunngan baik dengan guru dan sesame teman, mmenolong
teman, dan mau kerjasama dalam kegiatan yang positif. Pengamatan ini dimaksudkan
untuk menilai perilaku peserta didik yang mencerminkan kepribadian seperti percaya
diri, harga diri, motivasi diri, kompetisi, saling menghargai, dan kerjasama. Indikator
masing-masing aspek kepribadian antara lain sebagai berikut:
a. Percaya diri; diwujudkan dalam perilaku berani menyatakan pendapat, bertanya,
menegur, mengritisi tentang sesuatu hal.
b. Harga diri; diwujudkan dalam perilaku tidak mudah menyerah dan mengetahui
kelebihan diri dan mengakui kelemahan diri.
c. Motivasi diri; diwujudkan dalam perilaku kemauan untuk maju, menyelesaikan segala
hal, berprestasi, dan meraih cita-cita.
d. Saling menghargai; diwujudkan dalam perilaku mau menerima pendapat yang
berbeda, memaklumi kekurangan orang lain dan mengakui kelebihan orang lain.
e. Kompetisi; diwujudkan dalam bentuk perilaku yang tegar menghadapi kesulitan, berani
bersaing dengan orang lain dan berani kalah dengan orang lain berlandaskan kejujuran
(fair play).
D. Instrument Penilaian
Setiap teknik penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian yang sesuai. Table berikut
menyajikan klasifikasi penilaian dan bentuk instrumen.
Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
• Test tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda, benar-
salah, menjodohkan, dll.
• Tes isian: isian singkat dan uaraian
• Tes lisan • Daftar pertanyaan
• Tes praktik (tes kinerja) • Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Tes uji petik kinerja
• Penugasan individual atau
kelompok
• Pekerjaan rumah
• Projek
• Penilaian portofilio • Lembar penilaian
• Jurnal • Buku catatan jurnal
• Penialain diri • Kuesioner/lembar penilaian diri
• Penilaian antarteman • Lembar penilaian antarteman
Instrumen tes berupa perangkat tes yang berisi soal-soal, instrumen observasi berupa
lembar pengamatan, instrumen penugasan berupa lembar tugas projek atau produk, instrument
portofolio berupa lembar penilaian portofolio, instrumen inventori dapat berupa skala
Thurston, skala Likert atau skala Semantik, instrumen penilaian diri dapat berupa kuesioner
atau lembar penilaian diri, dan instrumen penilaian antarteman berupa lembar penilaian
antarteman. Setiap instrumen harus dilengkapi dengan pedoman penskoran. Berikut ini
disajikan contoh-contoh instrumen penilaian:
1. Contoh instrumen observasi (lembar pengamatan)
Pengamatan partisipasi peserta didik dalam mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia.
Nomor
Butir
Pernyataan
Indikator
Skor
5 4 3 2 1
01 Kehadiran di kelas
02 Aktivitas di kelas
03
Ketepatan waktu
mengumpulkan
tugas
04 Kerapihan buku
catatan
05 Kelengkapan
buku catatan
06 Partisipasi dalam
diskusi
07 Kerapihan laporan
kerja
08
Partisipasi
kegiatan
kelompok
Total skor
Keterangan:
Skor 5 : sangat baik, 4 : baik, 3 : cukup, 2 : kurang, dan skor 1 : sangat kurang
2. Contoh instrumen penilaian tugas; projek
Dalam penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga) yang perlu di perhatikan yaitu:
• Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topic, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan,
• Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap perkembangan
kognitif peserta didik,
• Keaslian
Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan
bimbingan pendidik dan dukungan berbagai pihak yang terkait.
Soal:
Carilah isu salingtemas (sains, lingkungan teknologi, masyarakat) yang berkembang di
sekitar tempat tinggalmu, rencanakan penelitian, lakukan penelitian, dan buatlah laporan hasil
penlitian. Dalam membuat laporan perhatikan: kebenaran informasi/data, kelengkapan data,
sistematika laporan dan penggunaan bahasa!
Catatan: Isu berhubungan dengan pro-kontra
Pedoman penskoran
No. Aspek yang dinilai skor
1 Persiapan
Rumusan masalah (tepat-3, kurang tepat-2, tidak tepat-1)
3
1 - 3
2
Pelaksanaan
a. Pengumpulan informasi (tepat-3, kurang tepat-2, tidak
tepar-1)
b. Keakuratan data/informasi (akurat-3, kurang-2, tidak
akurat-1)
c. Kelengkapan data (lengkap-3, kurang-2, tidak lengkap-
1)
d. Analisis data (bik-3, cukup-2, kurang-1)
e. Kesimpulan (tepat-3, kurang tepat-1)
14
1-3
1-3
1-3
1-3
1-2
3 Pelaporan hasil
Sistematika laporan (baik-3, tidak baik-1)
Penggunaan bahasa (komuikatif-2, kurang komunikatif-1)
Penulisan/ejaan (tepat-3, kurang tepat-2, tidak tepat/banyak
kesalahan-1)
Tampilan (menarik-2, kurang menarik-1)
9
1-2
1-2
1-3
1-2
Skor Maksimal 26
3. Contoh instrument penilaian
Penilaian produk terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu:
• Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam merencanakan,
menggalai, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
• Tahap pelaksanaan (pembuatan produk), meliputi: penilaian kemampaun peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik pembuatan.
• Tahap penilaian hasil karya (appraisal), dilakukan terhadap karya (produk) yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang di terapkan.
Skor untuk setiap tahap dapat diberi bobot, misalnya untuk persiapan 20%, pelaksanaan
40% dan hasil 40%.
Contoh soal produk mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan: membuat
poster “anti narkoba”.
No Aspek yang dinilai Skor Bobot
1 Tahap persiapan
a. Memilih jenis bahan (tepat =
2; tidak tepat = 1)
b. Kualitas bahan (baik = 3;
cukup = 2; kurang = 1)
c. Kelengkapan alat (lengkap =
2; tidak lengkap = 1)
7
1-2
1-3
1-2
20%
2 Tahap pelaksanaan
a. Menentukan penulisan
kalimat yang menarik
(menarik = 3; cukup = 2;
kurang = 1)
b. Keterampilan menggunakan
alat dan bahan (terampil = 3;
cukup = 2; kurang = 1)
40%
c. Memperhatikan
keselamatan kerja (ya = 2;
tidak 1)
3 Tahap hasil
a. Selesai tepat waktu (tepat =
2; tidak tepat = 1)
b. Kesesuaian dengan tugas (
sesuai = 3; kurang = 2; tidak
= 1)
c. Kerapian (rapi = 3; kurang =
2; tidak = 1)
40%
4. Contoh instrument inventor menggunakan skala beda (berdiferensi) semantik petunjuk.
Berilah tanda V pada kolom berikut sesuai dengan pilihanmu terhadap
pembelajaran ekonomi, kolom a, b, dan c cenderung mendekati pernyataan di sebelah kiri,
sedangkan kolom c, f, dan g cenderung mendekati pernyataan di sebelah kanan.
kiri a b c d e f g kanan
Membosankan Menarik
Bermanfaat Tidak
bermanfaat
Menyenangkan Merepotkan
Menantang Tidak
menantang
Tidak
memberatkan Memberatkan
Membuang-
buang waktu Menguntungkan
5. Contoh instrument inventor menggunakan skala likert, misalnya untuk kegiatan yang
berhubungan dengan mata pelajaran sejarah.
Petunjuk:
Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda V pada kolom yang sesuai dengan
pendapatmu!
SS = sangat setuju TS = tidak setuju
S = setuju STS = sangat tidak setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya senang melakukan penelitian
sejarah
2 Pelajaran sejarah membosankan
3
Saya senang mengikuti acara
televise yang berhubungan dengan
sejarah
4 Saya tidak menyukai karir di bidang
kepurbkalaan
5
Saya suka berkunjung ke museum
untuk menambah pengetahuan di
bidang sejarah
6
Saya senang jika ada kesempatan
untuk bekerja di bidang yang ada
hubungannya dengan sejarah
7
Saya benci jika ada tugas untuk
membuat ringkasan dari artikel yang
berkaitan dengan sejarah dari Koran
8 Saya suka membacarubrik tentang
sejarah
9 Dsb
Catatan:
Pernyataan pada instrument di atas ada yang bersifat positif (No. 1, 3, 5, 6, 8) da nada yang
bersifat negative (No. 2, 4, 7). Pemberian skor untuk penyataan yang bersifat positif : SS =
4, S = 3, TS = 2, STA = 1. Untuk pernyataan yang bersifat negative adalah sebaliknya yaitu
4 = STS, 3 = TS, 2 = S, dan 1 = SS.
6. Contoh instrument penilaian diri (kuesioner), misalnya untuk kegiatan yang berhubungan
dengan mata pelajaran biologi
Petunjuk :
a. Isilah semua penyataan dengan jujur.
b. Berilah tandaV pada kolom yang sesuai dengan kenyataan.
TP = tidak pernah melakukan SR = sering melakukan
JR = jarang melakukan SL = selalu melakukan
KD = kadang-kadang melakukan
No TP JR KD SR SL
1
Saya menginformasikan hal-hal
yang berkaitan dengan biologi
keada teman-teman
2
Saya bertanya kepada guru hal-
hal yang berhubungan dengan
mata pelajaran biologi
3
Saya menyempatkan diri
membaca artikel yang berkaitan
dengan biologi di majalah/Koran
4
Saya mendengarkan informasi
berhubungan dengan biologi dari
radio
5
Saya menonton tayangan di
televise yang berkaitan dengan
biologi, misalnya fauna dan flora
6 Saya hadir setiap ada jam
pelajaran biologi di sekolah
7 Saya membuat catatan yang rapi
untuk mata pelajaran biologi
8 Saya menyerahkan tugas biologi
tepat waktu
9
Saya menerapkan pengetahuan
biologi dalam kehidupan sehari-
hari
10 Dst
Pegolahan
Pada contoh di atas penskoran untuk setiap pernyataan menggunakan rentang 1-5 skor 1
untuk TP, 2 = JR, 3 = KD, 4 = SR, dan 5 = SL. Dengan 9 butir pernyataan rentang skor
adalah 9-45.
Kualifikasi
Berdasarkan jawaban, kegiatan setiap peserta didik untuk mata pelajaran biologi
dikelompokkan sebagai berikut
Amat baik : skor 37-45
Baik : skor 28-36
Cukup : skor 19-27
Kurang : skor < 19
7. Contoh instrument penilaian (lembar pengamatan) antarteman untuk kegiatan diskusi
kelompok mata pelajaran bahasa Indonesia.
Petunjuk:
a. Pada waktu melakukan diskusi kelompok, amatilah perilaku temanmu dengan cermat!
b. Berilah tanda V pada kolom yang sesuai (ya atau tidak) berdasarkan hasil
pengamatanmu!
c. Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu guru!
Daftar periksa pengamatan sikap dalam diskusi kelompok
Mata pelajaran : Pendidikan Bahasa Indonesia
Nama siswa yang diamati : ……………………….., kelas………………
No Perilaku/sikap Muncul/dilakukan
Ya Tidak
1
Memberi kesempatan
teman untuk
menyampaikan
pendapat
2 Memotong pembicaraan
teman lain
3 Menyampaikan
pendapat dengan jelas
4 Mau menerima
pendapat teman
5 Mau menerima kritik
dan saran
6 Memaksa teman untuk
menerima pendapatnya
7 Menyanggah pendapat
teman dengan sopan
8 Mau mengakui kelau
pendapatnya salah
9 Menerima kesempatan
hasil diskusi
10 Dst
Nama pengamat,
……………………………
Setiap instrumen penialain harus memenuhi persyaratan substansi, konstruksi dan bahasa.
Persyaratan substansi mempresentasikan kompetensi yang dinilai. Persyaratan konstruksi
mempresentasikan persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan.
Persyaratan bahasa berhubungan dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar serta
komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Instrumen penilaian dilengkapi
dengan pedoman penskoran.
BAB V
FORMAT ALAT UKUR KETERAMPILAN MENYIMAK
Format alat umur tes menyimak bermacam - macam. Tes tersebut dapat menggunakan tes
format pilihan ganda, memilih satu yang benar dapat juga tes menyimak berupa uraian.
Sesuai dengan teori penyusunan alat ukur dalam evaluasi, penulisan model soal evaluasi
pembelajaran komunikatif berbeda dengan model soal evaluasi yang tidak berdasarkan pendekatan
komuniatif, karena di dalam evaluasi pembelajaran komunikatif terdapat prinsip keterpaduan
kompetensi, maka format alat ukur keterampilan menyimak terpadu berbeda dengan format tes
yang lain.
Apabila penyusunan soal memilih dan kompetensi, misalnya menyimak dan berbicara tes
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam menyimak adalah tes objektif dengan pilihan
ganda, atau tes uraian, sedangkan untuk mengukur keberhasilan dalam berbicara dignakan untuk
nontes yang berupa observasi dan wawancara.
Bentuk tes objektif digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam menyimak dan
membaca, sedangkan bentuk nontes digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam menulis dan
berbicara.
A. Pengertian Menyimak:
Anderson dalam Tarigan mengemukakan bahwa menyimak sebagai proses besar
mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Begitu pula Russell
& Russell mengemukakan dalam Tarigan bahwa menyimak bermakna mendengarkan dengan
penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
Adapun Tarigan mengemukakan bahwa menyimak merupakan proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
1. Jenis-jenis Menyimak
Jenis menyimak terlebih dahulu kita lihat pengklarifikasian menyimak berdasarkan beberapa
bagian, diantaranya:
a. Menyimak Berdasarkan Sumber Suara
Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Menyimak intrapribadi atau Intrapersonal listening dan Penyimak antar pribadi atau Interpersonal
listening.
b. Cara penyimak Bahan yang Disimak
Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai
berikut:
Menyimak ekstensif (extensive listening)
Pengertian menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan
dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja. jenis-jenis
menyimak ekstensif meliputi:
Menyimak sosial. Pengertian menyimak sosial adalah proses kegiatan menyimak yang dilakukan
oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di terminal, pasar, kantor pos, stasiun, dan lain
sebagainya. Kegiatan menyimak sosial ini cenderung menekankan pada status sosial, tingkatan
dalam masyarakat, dan unsur sopan santun. Contoh menyimak sosial: Seorang anak jawa
menyimak nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang santun. Anak merupakan peran
sasaran, dan nenek memiliki peran lebih utama.
Menyimak sekunder. Pengertian menyimak sekunder adalah kegiatan menyimak yang
terjadi secara kebetulan. Contoh menyimak sekunder yaitu jika seseorang sedang membaca di
kamar, ia juga mampu mendengar percakapan di luar sana, suara televisi, suara siaran radio, dan
lain sebagainya. Suara tersebut dapat didengar pembelajar namun suara lain tersebut tidak
mengganggu si pembelajar.
Menyimak estetik. Menyimak estetik disebut juga menyimak apresiatif. Pengertian
menyimak estetika adalah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu. Contoh
menyimak estetik misalnya menyimak pembacaan puisi, cerita, syair lagu, rekaman drama, dan
sebagainya. Kegiatan menyimak estetik lebih menekankan aspek emosional si penyimak seperti
ketika menghayati dan memahami pembacaan puisi. Pada menyimak estetik, emosi penyimak akan
tergugah, sehingga timbul rasa senang pada puisi yang dibacakan. Contoh menyimak estetik
lainnya seperti pada pembacaan cerita pendek.
Menyimak Pasif. Pengertian menyimak pasif adalah kegiatan menyimak suatu bahasan yang
dilakukan tanpa upaya sadar. Contoh menyimak pasif misalnya dalam kehidupan sehari-hari
seseorang yang tidak bisa bahasa daerah namun karena ia telah mendengar bahasa daerah tersebut
dalam dua atau tiga tahun maka akhirnya ia paham bahkan mahir dalam bahasa daerah. Kemahiran
dalam menggunakan bahasa daerah itu merupakan hasil menyimak pasif. Pada umumnya kegiatan
menyimak pasif itu terjadi secara kebetulan dan dengan ketidaksengajaan.
Pengertian menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan
ketentuan, penuh perhatian dan ketelitian sehingga orang yang menyimak memahami secara
mendalam. Ciri-ciri menyimak intensif adalah:
Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman. Pengertian pemahaman ialah proses
memahami suatu objek. Pemahaman dalam menyimak merupakan proses memahami suatu bahan
simakan. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif dengan tujuan untuk
memahami makna yang disimak secara baik. Pemahaman merupakan hal terpenting. Berbeda
dengan menyimak ekstensif, karena menyimak ekstensif lebih menekankan pada hiburan, kontak
sosial, ketidaksengajaan, dan lain sebagainya. Prioritas menyimak intensif adalah memahami
makna pembicaraan.
Menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi. Pengertian konsentrasi adalah
memusatkan semua gejala jiwa seperti perasaan, ingatan, pikiran, perhatian, dan lainnya terhadap
satu objek. Kegiatan menyimak intensif memerlukan pemusatan gejala jiwa tersebut secara
menyeluruh terhadap bahan yang disimak. Agar penyimak dapat melakukan konsentrasi yang
tinggi, maka perlu dilakukan beberapa cara, diantaranya: (a) menjaga agar pikiran tetap fokus, (b)
perasaan tenang, (c) perhatian terpusat pada objek yang disimak. Penyimak harus menghindari hal
yang menggangu kegiatan menyimak baik dari luar atau dari dalam diri.
Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal. Bahasa formal ialah bahasa yang
digunakan dalam situasi formal. Yang dimaksudkan dengan situasi formal ialah situasi komunikasi
resmi. Misalnya, ceramah, pidato, diskusi, berdebat, temu ilmiah dan lain sebagainya. Bahasa yang
digunakan dalam ceramah ilmiah, temu ilmiah, atau diskusi ialah bahasa resmi atau bahasa baku.
Bahasa baku lebih menekankan makna.
Menyimak intensif yang diakhiri dengan mereproduksi bahan simakan. Pengertian
reproduksi adalah kegiatan mengungkapkan kembali materi yang sudah dipahami. Untuk
mereproduksi dapat dilakukan secara (1) berbicara (lisan) dan (2) menulis (tulis, mengarang).
Kegiatan reproduksi dapat dilakukan setelah proses menyimak. Fungsi dari reproduksi itu sendiri
adalah (1) mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan berbicara, (2) mengukur
kemampuan integratif antara menyimak dengan mengarang atau menulis, (3) mengetahui
kemampuan daya serap seseorang yang telah menyimak. (4) mengetahui tingkat pemahaman
seseorang tentang bahan materi yang telah disimak. Menyimak intensif meliputi:
Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk
dapat memberikan penilain secara objektif, menentukan kebenaran, menentukan keaslian, serta
menentukan kelebihan dan kekurangannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis
adalah (a) mengamati tepat atau tidaknya ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan
"mengapa menyimak?", yaitu apakah penyimak mampu membedakan antara opini dan fakta di
dalam bahan simakan? Apakah penyimak mampu mengambil kesimpulan dari hasil menyimak?
Apakah penyimak mampu menafsirkan makna idiom, majas, dan ungkapan dalam kegiatan
menyimak.
Menyimak introgatif. adalah kegiatan menyimak dengan tujuan mendapatkan informasi
melalui cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi
tersebut. Kegiatan menyimak interogratif bertujuan untuk (a) mendapatkan sejumlah fakta dari
sumber informasi, (b) mendapatkan ide baru yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sebuah
wacana lain yang menarik, (c) mendapatkan informasi tentang keaslian dari bahan yang disimak.
Menyimak eksploratif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara penuh perhatian
guna mendapatkan informasi yang baru. Setelah selesai menyimak, penyimak eksploratif akan (a)
menemukan gagasan/ide baru. (b) menemukan informasi baru sekaligus memberikan informasi
tambahan dari bidang tertentu, (c) menemukan topik-topik baru yang kemudian dapat dikembang
pada masa selanjutnya, (d) menemukan unsur bahasa yang bersifat baru.
Menyimak kreatif. Pengertian menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang bertujuan
untuk mengembangkan kretifitas dan daya imajinasi pembelajar. Kreativitas penyimak dapat
dilakukan dengan cara (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa daerah atau bahasa asing, misalnya
bahasa belanda, bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa jawa, bahasa sunda, dan lainnya, (b)
mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun dengan pilihan kata dan struktur
yang berbeda, (c) membangun kembali atau merekonstruksi pesan yang telah disampaikan
penyimak, (d) menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
Menyimak konsentratif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara penuh perhatian
guna memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang disimak. Kegiatan menyimak
konsentratif bertujuan untuk (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, (b) mencari hubungan antar unsur
dalam menyimak, (c) mencari hubungan kualitas dan kuantitas dalam komponen, (d) mencari
butir-butir informasi penting dalam kegiatan menyimak, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan
menyimak, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak.
Menyimak selektif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara terfokus dan selektif
guna mengenal bunyi-bunyi asing, suara dan nada, bunyi-bunyi homogen, frasa-frasa, kata-kata,
bentuk-bentuk, dan kalimat-kalimat bahasa yang dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki ciri-
ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain.
Adapun ciri menyimak selektif ialah: (a) menyimak dengan saksama untuk menentukan
pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) menyimak dengan memperhatikan topik-topik
tertentu, (c) menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
2. Tujuan Menyimak
Tujuan menyimak adalah untuk dapat menangkap serta memahami pesan, ide, dan gagasan
yang terkandung pada bahasa atau materi simakan. Maka, tujuan menyimak adalah sebagai
berikut:
a. Menyimak memperoleh atau mendapatkan fakta
b. Untuk mengevaluasi fakta
c. Untuk menganalisis fakta
d. Untuk mendapatkan inspirasi
e. Untuk menghibur diri atau mendapatkan hiburan
Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman & Butterfield membedakan menyimak menjadi:
a. Menyimak sederhana
b. Menyimak diskriminatif
c. Menyimak santai
d. Menyimak informatif
e. Menyimak literatur
f. Menyimak kritis
Taraf aktivitas penyimak
Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:
a. Kegiatan menyimak bertaraf rendah
b. Kegiatan menyimak bertaraf tinggi
Hakitat menyimak tentunya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, selebihnya
hanya mendengar saja. Untuk hakikat menyimak terlihat jelas dari perbedaan antara menyimak
dan mendengar, dan hal itu tentu berdasarkan cara yang dilakukan, apakah seseorang tersebut
hanya mendengar saja atau ada hal yang ingin ditangkap sesuai dengan tujuannya, maka jika ada
hal yang ingin diperoleh berupa informasi itulah hakikat menyimak.
B. Materi Tes Menyimak
Materi tes menyimak berasal dari bahasa lisan yang berupa wacana autentik dan wacana
autentik yang disimulasikan (Geddes dan White dalam Omanggio,1986:128). Wacana autentik
yang murni merupakan tindak komunikasi yang asli (Murni). Hal ini terlihat di dalam percakapan,
siaran radio, televisi, film dan konteks natural yang lain. Wacana autentik yang disimulasikan
bertujuan untuk menolong para siswa yang belum mampu memahami wacana autentik murni, dan
tujuan penyediaan meteri semacam itu untuk kepentingan tujuan pedagogis, di dalam materi
wacana autentik yang disimulasikan terdapat ciri-ciri sebagai berikut: (1)adanya kode yang
disederhanakan, misalnya pengucapan lebih lambat, artikulasi lebih berhati-hati, kosakata lebih
sering dipakai.
1. Materi Menyimak
Materi tes menyimak adalah sebagai berikut:
a. Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang
banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato
pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar
pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat
membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
b. Warta Berita
Berita adalah suatu laporan cepat mengenai peristiwa terbaru dan penting untuk disampaikan
kepada masyarakat. Berita dapat disajikan dalam bentuk surat kabar, radio, siaran tv maupun
media online. Atau arti lain dari berita yaitu suatu informasi mengenai fakta atau sesuatu yang
sedang terjadi. Biasanya disampaikan dalam bentuk media cetak, siara tv, radio, mulut ke mulut
dan media online.
Berita dapat dikatakan juga sebagai laporan tentang suatu kejadian yang sedang terjadi atau
keterangan terbaru dari suatu peristiwa. Berita merupakan fakta yang memang dianggap penting
harus segera disampaikan kepada masyarakat. Tetapi tidak semua fakta dapat dijadikan berita oleh
media, fakta-fakta yang ada akan dipilih sehingga fakta mana saja yang pantas untuk disampaikan
kepada masyarakat.
Biasanya berita tidak hanya memberikan informasi mengenai peristiwa-peristiwa terbaru,
tapi kadang-kadang berita juga digunakan untuk memberikan pengaruh kepada masyarakat yang
mendengar atau membacanya. Terutama berita mengenai politik, sering sekali masyarakat
dipengaruhi pembawa atau penulis berita supaya mengikuti arus politik tersebut.
c. Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan
radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat
lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang
ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara)
Pengertian Radio menurut ensiklopedi Indonesia yaitu: penyampaian informasi dengan
pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz
(panjang gelombang lebih besar dari 1 mm). Sedangkan istilah radio siaran atau siaran radio
berasal dari kata radio broadcast (Inggris) atau radio omroep (Belanda) artinya yaitu penyampaian
informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang
radio sebagai media.
Menurut Peraturan Pemerintah No: 55 tahun 1977, Radio Siaran adalah pemancar radio yang
langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio
sebagai media. Sedangkan menurut Undang-undang Penyiaran No: 32/2002: kegiatan pemancar
luasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi didarat, dilaut atau diantariksa
dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk
dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran,
yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Menurut definisi tersebut, terdapat lima
syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran.
Radio juga sebagai sarana untuk menyimak percakapan oleh pembawa acara.
d. Drama Radio
Drama Radio: drama radio tidak seperti biasanya. Drama ini tidak dapat dilihat, tepai hanya
dapat didengerkan oleh penikmatnya saja dengan melalui radio.
e. Iklan
Menyimak iklan, penyimak dapat menganalisis simakan iklan dari segi bahasa, salah satunya
yaitu gaya bahasa. Gaya bahasa adalah bagaimana mendayagunakan bahasa agar dapat
menyampaikan maksudnya dengan baik. Adanya gaya bahasa yang terdapat dalam menyimak
iklan tersebut adalah dengan tujuan khusus. Misalnya, untuk menarik perhatian penyimak dengan
menggunakan gaya bahasa tertentu.
Iklan rokok di televisi pun banyak gaya bahasa yang bisa disimak oleh penyimak iklan
rokok. Penyampaian dalam iklan rokok biasanya menggunakan gaya penyampaian berdasarkan
sasaran iklan. Hal tersebut karena sebagian besar sasaran iklan rokok adalah para remaja atau kaum
muda. Oleh karena itu, gaya penyampaian pun menggunakan bahasa yang familiar dan cocok
untuk lingkungan remaja atau untuk orang yang akrab. Selain itu, penggunaan gaya
penyampaiannya berdasarkan tujuan atau pesan yang ingin disampaikan pembuat iklan. Hal ini
bertujuan agar tercipta image dalam pikiran penyimak bahwa dengan memakai produk tersebut
maka akan tercipta situasi dan kondisi sebagaimana yang ditayangkan dalam iklan tersebut. Gaya
informasional dan gaya humor juga ditemui dalam iklan rokok, namun pemakaiannya sangat
jarang. Hal ini karena gaya informasional dirasa sudah ketinggalan jaman dan kurang menarik.
Gaya ini memang cocok untuk jenis iklan radio maupun iklan surat kabar, namun kurang menarik
dalam iklan audio-visual. Sedangkan gaya humor jarang digunakan karena pembuatan skrip iklan
humor yang bisa menyampaikan pesan produk rokok sangat sulit. Selain memerlukan kemampuan
menerjemahkan pesan yang ingin disampaikan ke dalam bahasa humor, iklan jenis ini juga
memerlukan daya kreatifitas yang tinggi.
Metri yang diberikan kepada para siswa dapat berupa hal-hal yang disimak secara langsung
atau melalui rekaman lewat kaset apabila sekolah tidak mampu menyediakan tape recorder atau
video, guru dapat membacakan wacana yang dipilih, misalnya puisi dan cerpen.
2. Unsur-Unsur Menyimak
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung
kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur
pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak ialah (1)
pembicara, (2) penyimak, (3) bahan simakan, dan (4) bahasa lisan yang digunakan. Berikut ini
adalah penjelasan masing-masing unsur itu.
a. Pembicara
Pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang. berupa informasi yang dibutuhkan
oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang
lawan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak). Dalam aktivitasnya, seorang penyimak
sering melakukan. kegiatan menulis dengan mencatat hal-hal penting selama melakukan kegiatan
menyimak. Catatan tersebut merupakan pokok-pokok pesan yang disampaikan pembicara kepada
penyimak. Fungsi catatan tersebut ialah sebagai berikut.
Meninjau Kembali Bahan Simakan (Reviu)
Kegiatan meninjau kembali bahan simakan merupakan salah satu ciri penyimak kritis. Pada
kegiatan ini, penyimak mencermati kembali bahan simakan yang telah diterima melalui catatan
seperti: topik, tema, dan gagasan lain yang menunjang pesan yang disampaikan pembicara. Di
samping itu penyimak dapat memprediksi berdasarkan pesan-pesan yang telah disampaikan
pembicara.
Menganalisis Bahan Simakan Pada dasarnya menyimak ialah menerima pesan, namun dalam
kenyataannya seorang penyimak tidak hanya menerima pesan begitu saja, ia juga berusaha untuk
menganalisis pesan yang telah diterimanya itu. Kegiatan analisis ini dilakukan untuk membedakan
ide pokok, ide bawahan, dan ide penunjang.
Mengevaluasi Bahan Simakan Pada tahap akhir kegiatan menyimak ialah mengevaluasi
hasil simakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara:
1) Kekuatan Bukti untuk membenarkan pernyataan pembicara, penyimak harus mengevaluasi
bukti-bukti yang dikatakan pembicara. Jika bukti-bukti itu cukup kuat, apa yang dikatakan
pembicara itu benar.
2) Validitas Alasan Jika pernyataan pembicara diikuti. dengan alasan-alasan yang kuat,
terpercaya, dan logis, dapat dikatakan bahwa alasan itu validitasnya tinggi.
3) Kebenaran Tujuan penyimak harus mampu menemukan tujuan pembicara. Di samping itu, ia
juga harus mampu membedakan penjelasan dengan keterangan inti, sikap subjektif dengan
sikap objektif. Setelah itu ia akan mampu mencari tujuan pembicaraan (berupa pesan).
b. Penyimak
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia
dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak
yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif.
Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan
lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya. Kamidjan (2001:6)
rnenyatakan bahwa penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap
objektif dan sikap kooperatif.
1) Sikap Objektif yang dimaksudkan dengan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap
bahan simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula
sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan
manyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana dan prasarana.
2) Sikap kooperatif ialah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk
keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan
pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu yang terjadi, maka
penyimak tidak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik ialah sikap
berkoperatif dengan pembicara.
c. Bahan simakan
Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam
menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara
kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika
pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap
oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi.
Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang Bahan simakan dengan cara berikut.
a. Menyimak Tujuan Pembicara
Langkah pertama penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak ialah mencari tujuan
pembicara. Jika hal itu telah dicapai, ia akan lebih gampang untuk mendapatkan pesan pembicara.
Jika hal itu tidak ditemukan, ia .akan mengalami kesulitan. Tujuan yang akan dicapai penyimak
ialah untuk mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi, menganalisis gagasan pembicara,
mengevaluasi, dan mencari hiburan.
b. Menyimak Urutan Pembicaraan
Seorang penyimak harus berusaha mencari urutan pembicaraan. Hal itu dilakukan untuk
memudahkan penyimak mencari pesan pembicara. Walaupun pembicara berkata agak cepat,
penyimak dapat mengikuti dengan hati-hati agar mendapatkan gambaran tentang urutan penyajian
bahan. Urutan penyajian terdiri atasa tiga komponen, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Pada
bagian pembukaan lingkup permasalahan yang akan dibahas. Bagian isi terdiri atas uraian panjang
lebar permasalahan yang dikemukakan pada bagian pendahuluan. Pada bagian penutup berisi
simpulan hasil pembahasan.
c. Menyimak Topik Utama Pembicaraan
Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas, dianalisis s pembicaraan
berlangsung. Dengan mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang akan
dibicarakan dalam komunikasi tersebut. penyimak satu profesi dengan pembicara, is tidak akan
kesulitan untuk mener topik utama. Sebuah topik uta.-na memiliki ciri-ciri: menarik perhatian pen)
bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak.
d. Menyimak Topik Bawahan
Setelah penyimak menemukan topik utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-topik
bawahan. Umumnya pembicara akan membagi topik utama itu menjadi beberapa topik bawahan.
Hal itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dicerna oleh penyimak.
Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan sebuah pohon besar, topik bawahan ialah
dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan demikian penyimak yang telah mengetahui topik utama,
dengan mudah akan mengetahui topik-topik bawahannya.
e. Menyimak Akhir Pembicaraan
Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika
pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman yang
telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara menyampaikan simpulan, maka penyimak
mcncocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu
dicermati juga tentang simpulan. yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan
penyimak. Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan
himbuan itu secara cermat dan teliti.
3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak
Menurut pendapat Rost (1991:108) bahwa faktor-faktor yang penting dalam keterampilan
menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang
berhubungan dengan bahan simakan.
Pendapat lain menurut Tarigan (1994:62), komponen/faktor-fantor penting dalam menyimak
adalah sebagai berikut.
a. Membedakan antar bunyi fonemis.
b. Mengingat kembali kata-kata.
c. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.
d. Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, eskpresi, dan seperangkat penggunaan yang
berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna.
e. Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda-tanda para linguistik (intonasi) dan ke
nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun makna, menggunakan
pengetahuan awal (yang kita tahu tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap dikatakan
untuk memperkirakan dan kemudian menjelaskan makna.
f. Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting.
Selanjutnya, menurut pendapat Michael (1991:108) faktor-faktor yang penting dalam
keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan
terutama yang berhubungan dengan bahan simakan. Untuk dapat mengajarkan menyimak sampai
pada pemahaman, guru perlu menyusun bahan simakan. Penyusunan materi menyimak pun tidak
asal mendapatkan materi saja, tetapi ada beberapa yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan
materi ini di antaranya: (1) sasaran kegiatan, (2) sasaran kompetensi siswa, (3) metode
pembelajaran, dan (4) faktor keberhasilan menyimak (Budiman, 2008:2).
Selain itu, masih ada beberapa faktor penting dalam keterampilan menyimak, di antaranya:
a. Unsur Pembicara Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara
sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi
b. Unsur Materi
Unsur yang diberikan haruslah aktual, bermanfaat, sistematis dan seimbang. Materi yang
disusun pun sebaiknya memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Tema materi yang
dipergunakan sebaiknya bervariatif. Dengan demikian, siswa kita tidak akan jenuh belajar dan
pembelajaran menyimak menjadi menyenangkan.
c. Unsur Penyimak / Siswa
1) Kondisi siswa dalam keadaan baik
2) Siswa harus berkonsentrasi
3) Adanya minat siswa dalam menyimak
4) Penyimak harus berpengalaman luas
d. Unsur Situasi
1) Waktu penyimakan
2) Saran unsur pendukung
3) Suasana lingkungan yang mempengaruhi tersebut memberikan kenyataan bahwa siswa
dapat menyimak bahan dengan baik atau tidak. Harus dihindari faktor lingkungan yang
akan berpengaruh buruk bagi keberhasilan pengembangan kompetensi menyimak. Faktor
tersebut misalnya minimnya fasilitas (tidak ada laboratorium), suasana menyimak tidak
nyaman (ruangan telalu lebar, kelas di sebelah kita terlalu berisik).
C. Aspek-Aspek yang Diukur dalam Tes Menyimak
Aspek-aspek yang diukur dalam tes menyimak adalah hal-hal yang menjadi indicator
keberhasilan menyimak adalah faktor kebahsaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahsaan
berupa bunyi-bunyi bahasa, makna kata, pemahaman kalimat. Faktor nonkebahasaan berupa
pemahamana terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara. Di dalam isi pesan terdapat unsur
sosial budaya yang harus dipahami oleh para penyimak.
Penguasaan kebahasaan terdapat dalam proses bottom up (bawah atas), sedangkan
penguasaan isi pesan yang berupa penyimpulan isi terdapat dalam proses top-down (atas bawah).
Pendapat ini dikemukakan oleh Richards (1988).
D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Menyimak
Penyusunan alat ukur tes menyimak melalui tahap-tahap, kisi-kisi tes merupakan langkah
awal yang perlu disiapkan dalam tahap perencanaan, dalam kisi-kisi tersebut dicantumkan tujuan
evaluasi, aspek yang diukur, indikator, nomor butir soal. Berdasarkan kisi-kisi tersebut, kemudian
dikembangkan penulisan butir soal tes menyimak. Untuk mengurangi kelelahan siswa, di dalam
tes menyimak perlu diselipkan music instrumentalia (Suyata,1996:27).
Telah dikemukakan bahwa soal evauasi pembelajaran komunikatif menuntut adanya
keterpaduan/integrasi minimal dua kompetensi, misalnya kompetensi menyimak dan kompetesi
berbicara.
Langkah-Langkah penulisan soal evaluasi pembelajaran komunikatif sebagai berikut:
a. Analisis kebutuhan
b. penulisan kisi-kisi
c. penulisan butir soal
Analisis kebutuhan ini berkaitan dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan siswa yang
sesuai dengan usianya. Musik sebagai selingan di dalam tes menyimak merupakan salah satu
usaha untuk memenuhi kebutuhan para siswa agar mereka tdk merasa bosan atau lelah selama
menyimak.
Pemahaman menyimak secara bertahap dari bentuk kalimat, dialog, lalu wacana. Materi tes
menyimak harus disesuaikan dengan kelas, usia, dan kemampuan berpikir para siswa. Menurut
Omaggio (1986) dibedakan adanya tingkat awal, tingkat menengah, tindak lanjut, tindak superior
(tingkat di atas lanjut).
Penerapan langkah kedua, yaitu penulisan kisi-kisi. Di dalam kisi-kisi evaluasi
pembelajaran komunikatif dipilih dua kompetensi yaitu kompetensi menyimak dan berbicara.
Kisi-kisi Model Evaluasi Pmebelajaran Komunikatif
Tujuan Kompetensi Saluran Lingkup Kelas/Jml Soal Tugas/Format
Memperoleh
informasi lewat
bahasa lisan dan
mengekspres ikan
informasi secara
lisan
Menyimak dan
berbicara
Telepon dan
bermuka
Siaran : dialog 12 Indentifikasi isi
pembicaraan dalam
telepon
Menceritakan
kembali isi
percakapan dalam
telepon
Dialog berpasangan
tentang isi
percakapan dalam
telepon
Penelaahan Butir Soal Alat Ukur Menyimak
Format penelaahan soal ditentukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Sistem
Pengujian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1988.
Adapun rincian aspek-aspek yang ditelaah sebagai berikut (Suryata: 57)
Penelaahan soal
No Aspek Yang Ditelaah Ya Tidak
I
1
2
3
4
5
Materi :
Soal sesuai tujuan
Soal sesuai lingkup materi
Kunci jawaban tepat
Pengecoh logis
Sesuai dengan jenjang pendidikan
II
6
7
8
9
Konstruksi soal :
Singkat, jelas, dan logis
Tidak mengarah ke kunci jawaban
Bebas ganda negatif
Alternatif jawaban homogeny dari:
Segi materi
10 Struktur kalimat
III
11
12
13
Bahasa:
Baik dan benar
Mudah dipahami
Bebas pengulangan kata yang sama
pada alternatif jawaban
BAB VI
ALAT UKUR KETERAMPILAN BERBICARA
A. Pengertian Berbicara
Pengertian berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan (Tarigan, 2008:16). Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa berbicara
berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan
disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan.
Definisi berbicara juga dikemukakan oleh Brown dan Yule dalam Puji Santosa, dkk
(2006:34). Berbica adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan
atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan. Pengertian ini pada intinya
mempunyai makna yang sama dengan pengertian yang disampaikan oleh Tarigan yaitu bahwa
berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata.
Haryadi dan Zamzani (2000:72) mengemukakan bahwa secara umum berbicara dapat
diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain.
Pengertian ini mempunyai makna yang sama dengan kedua pendapat yang diuraikan diatas, hanya
saja diperjelas dengan tujuan yang lebih jauh lagi yaitu agar apa yang disampaikan dapat dipahami
oleh orang lain. Sedangkan St. Y. Slamet dan Amir (1996: 64) mengemukakan pengertian
berbicara sebagai keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk
menyampaikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak.
Pengertian ini menjelaskan bahwa berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan kata-kata,
tetapi menekankan pada penyampaian gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan penyimak atau penerima informasi atau gagasan.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian berbicara ialah kemampuan mengucapkan kata-kata dalam rangka menyampaikan atau
menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh penyimak.
B. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus
memahami apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga mengemukakan
bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan (to
inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan
meyakinkan (to persuade).
Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan tujuan berbicara
diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik
pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya
menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur,
namun juga menghendaki reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.
Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara ialah untuk: (1)
memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar, dan
(3) menghibur pendengar. Pendapat ini mempunyai maksud yang sama dengan pendapat-pendapat
yang telah diuraikan di atas.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara
umum ialah untuk memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi,
meyakinkan atau mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi
dari pendengar atau penerima informasi.
C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Berbicara
Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (2002:169-171) mengemukakan bahwa secara
umum, bentuk tes yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan berbicara adalah tes
subjektif yang berisi perintah untuk melakukan kegiatan berbicara. Beberapa tes yang dapat
digunakan antara lain:
1. Tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar. Tes ini dilakukan dengan cara memberikan
pertanyaan sehubungan dengan rangkaian gambar atau menceritakan rangkaian gambar.
2. Tes wawancara, yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa yang sudah cukup
memadahi.
3. Bercerita, yang dilakukan dengan cara mengungkapkan sesuatu (pengalamannya atau topik
tertentu).
4. Diskusi, dengan cara meminta mendiskusikan topik tertentu.
5. Ujaran terstruktur, yang meliputi mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah
kalimat dan membuat kalimat.
Selanjutnya, Puji Santoso, dkk (2006: 7.19-7.24) mengemukakan bahwa ada tiga jenis tes
yang dapat digunakan untuk menilai aatau mengukur kemampuan berbicara, yaitu tes respons
terbatas, tes terpandu dan tes wawancara.
1. Tes Respons Terbatas
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara secara terbatas atau secara singkat.
Tes jenis ini mencakup beberapa macam tes, yaitu:
a. Tes respons terarah. Tes ini dilakukan dengan cara meminta menirukan isyarat (cue) yang
disampaikan.
b. Tes isyarat atau penanda gambar. Tes ini menggunakan gambar sebagai sarana untuk
mengukur kemampuan berbicara.
c. Tes berbicara nyaring. Tes ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk membaca dengan
bersuara kalimat atau paragraf yang disediakan oleh guru.
2. Tes Terpandu
Tes ini dilakukan dengan cara memberikan panduan untuk mendorong menampilkan
kemampuan berbicaranya. Tes ini meliputi tes parafrase, tes penjelasan, dan tes bermain peran
terpandu.
3. Tes Wawancara
Tes wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai dan meminta untuk bersikap wajar,
tidak dibuat-buat, dan tidak bersikap kasar.
Penyusunan alat ukur yang menggunakan teknik tes objektif memakan waktu yang lelbih
banyak di bandingkan dengan penyusunan alat ukur yang menggunakan teknik non tes. Tes
objektif seperti tes respon terarah “ tanyakan pada dia kenapa selalu datang terlambat” atau
“katakan kepada saya bahwa kamu tidaSk bisa mengerjakan soal ini.” Harus disusun lebih banyak
dari pada yang kita perlukan nanti karena siapa tahu ada soal-soal yang lemah atau kurang baik.
Soal-soal seperti ini harus dibuang atau dikeluarkan. Soal-soal dalam pengkuran kemampuan
berbicara akan lebih baik jika ditulis dalam lembaran kertas(kartu) lepas yang berukuran 12,5 X
20 cm karena mudah sekali untuk menambah atau membuang soal-soal yang tidak di perlukan.
Cara ini juga memudahkan pengurutan dan pengelompokan soal sesuai dengan yang kita
rencanakan. Pada bagian belakangnya kita tuliskan jawaban yang kita kehendaki.
D. Penyususnan Alat Ukur Keterampilan Berbicara
Penyusunan alat ukur evaluasi kemampuan berbicara yang menggunakan teknik nontes,
biasanya teknik penggunaan atau observasi,tidak memakan waktu yang banyak. Yang dioerlukan
disiapkan dalam kegiatan ini adalah lembaran soal(tugas), pedoama seoring dan penilaian, dan
deskripsi criteria, walaupun evaluasi kemampuan berbicara bertujuan untuk mengukur
kemampuan berbicara siswa tidak berarti lembaran siswa atau pertanyaan di sajikan atau
disampaikan secara lisan. Yang harus disampaikan secra lisn adalah jawaban atau respon sisiwa,
sedangkan pertanyaan dapat diasjikan secra tertulis. Pertanyaan atau soal dalam pengukuran
kemampuanberbicara dapat diberikan langsung pada saat pelaksanaan pengukuran atau diberikan
dua atau tuga hari sebelum pelaksanaan pengukuran. Hal ini bergantung pada jenis kemampuan
berbicara yang akan kita ukur. Pertanyaan soal atau untuk mengukur kemampuan siswa berdiskusi
atau bercerita dapat di berikan langsung pada pelaksanaan pengukuran; sedangkan pertanyaanatau
soal untuk mengukur kemampuan berpidato, berwawancara atau bermain peran akan lebih tepat
jika diberika dua atau tiga hari sebelum pelaksanaan pengukuran. Agar lebih jelas, perhatikan
contoh lembaran soal soal berikut di bawah ini :
Evaluasi Kemampuan Berbicara Jenis Pidato
Kemampuan berbicara kalian dalam berpidato akan doevaluasi. Perhatiakn
ketentuan-ketentuan yang tercantum dibawah ini :
1. Jenis pidato : Pidato berdasarkan hapalan.
2. Topik pidato : pilih salah satu topik pidato yang kalian sukai:
a. Keberhasilan lingkungan sekolah
b. Dampak merokok bagi kesehatan tubuh
c. Sikap toleransi terhadap sesama umat yang
berlainan agama
d. Manfaat menabung bagi masadepan kita
3. Lama pidato : 5 - 10 menit
4. Yang akan dinilai:
a. Bahasa: lafal dan intonasi, pilihan kata, gramatika,
dan gaya bahasa
b. Isi : hubungan isi dengan topik,organisasi isi,
kualitas dan kuantitas isi
c. Penampilan : gerak-gerik dan mimik. Hubungan
dengan pendengar, volume suara, dan jalannya
pidato.
Lembaran soal itu akan lebih baik jika disajikan secara tertulis supaya siswa mudah
mengimgat ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikannya dan memberitahkan kepada siswa
dan seberapa hari sebelum pelaksanaan evaluasi agar siswa mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Dibawah ini adalah contoh lain tentang evaluasi kemampuan berbicara yang dapat anda pelajari.
Evaluasi Kemampuan Berbicara Jenis Cerita
Kemampuan kalian dalam bercerita akan dievaluasi. Perhatikan ketentun-
ketentuan yang tercantum di bawah ini:
1. Jenis cerita : Pengalaman Mengisi Waktu Liburan
2. Lama cerita : 5 – 10 menit
3. Yang akan di nilai :
a. bahasa: lafal dan intonasi, pilihan kata,
gramatika, dan gaya bahasa.
b. isi: hubungan isi dengan topik, organisasi isi,
kualitas dan kuantitas isi.
c. penampilan: gerak-gerik dan mimik. Hubungan
dengan pendengar, volume suara, dan jalannya
pidato
Jika mengiginkan hasil yang lebih baik, sebaiknya lembaran soal ini pun di sajikan secara
tertulis dan di beritahukan kepada siswa beberapa hari sebelum pelaksanaan evaluasi. Kemampuan
bercarita siswa dapat pula di ukur dengan cara lain, seperti dengan gambar. Siswa di minta
menceitakan apa yang di lihatnya dalam gambar. Evaluasi seperti ini dapat merangsang atau
mendorong siswa berbicara (bercerita), terutama siswa yang kurang mampu bercerita. Jika
evaluasi ini di lakukan, lembaran soalnya dapat langsung di berikan kepada siswa secara tertulis
pada saat pelaksanaan pengukuran ( evaluasi ) itu berlangsung. Untuk menyiapkan evaluasi dengan
cara ini, kita harus mencari gambar dan memperbanyak gambar itu agar setiap siswa, masing-
masing memperoleh gambar. Coba perhatikan contoh lembaran soal evaluasi kemampuan
bercerita berikut:
Evaluasi Kemampuan Berbicara Jenis Cerita
Perhatikan gambar yang kalian pegang dengan cermat. Setelah itu,
tentukan topik cerita yang ada dalam gambar tersebut, kemudian kembangkan
topik tersebut menjadadi sebuah cerita yang lucu atau lengkap. Perhatikan
ketentuan-ketentuan yang tercantum di bawah ini:
1. Lama cerita : 5 – 10 menit
2. Yang akan di nilai :
a.bahasa: lafal dan intonasi, pilihan kata, gramatika,
dan gaya bahasa.
b. isi: hubungan isi dengan topik, organisasi isi,
kualitas dan kuantitas isi.
c. penampilan: gerak-gerik dan mimik. Hubungan
dengan pendengar, volume suara, dan jalannya
cerita.
Langkah selanjutnya yang harus kita lakukan dalam menyusun instrument pengukuran (
evaluasi ) kemampuan berbicara dalam membuat ( menyusun ) pedoman skoring (penilaian)
sesuai dengan yang sudah di tetapkan dalam matrik ( kisi-kisi ), yaitu skala penilaian. Jangan
lupa mencantumkan bobot masing-masing komponen. Agar lebih jelas perhatikan contoh
pedoman penilaian berikut ini.
Pedoman penilaian
Evaluasi Kemampuan Berbicara Jenis Cerita atau Pidato
Nama Siswa : ................................
Nomor Induk : ................................
Aspek yang Dinilai Skala Nilai Bobot Skor
1 2 3 4 5
Bahasa
1. Lafal dan Intonasi
2. Pilihan kata
3. Srtuktur Bahasa
4. Gaya Bahasa
2
1
3
1
Isi:
1. Hubungan Isi dan Topik
2. Organisasi Isi
3. Kuantitas Isi
4. Kualitas Isi
3
1
1
2
Isi:
1. Gerak-gerik dan Mimik
2. Hubungan dengan Pendengar
3. Volume Suara
4. Jalannya Pidato/Cerita
1
2
1
2
Jumlah 20
Ada beberapa petunjuk yang harus kita perhatikan pada saat menilai kemampuan berbicara
siswa,antara lain:
1) Pemberian nilai untuk setiap aspek dilakukan dengan memberikan tanda cek (V) pada kolom
skala nilai yang di anggap cocok.
2) Skala nilai 1 = sangat tidak baik, 2 = tidak baik,3 = agak baik,4 = baik,5 = sangat baik.
3) Perhatikan deskripsi setiapa skala sebelum dan selama penilaian berlangsung.
4) Pembobotan dilakukan untuk membedakan tingkat kepentingan masing-masskoring aspek
dan berfungsi sebagai pengali angka skala yang diperoleh masing-masing aspek( angka
bobot dapat berubh bergantung pada pandangan kita tentang kepentingan setiap aspek)
5) Untuk menentukan nilai siswa berdasarkan standar absolute dalam standar nilai 10,gunakan
rumus berikut:
∑ Skor X2
∑ Bobot = Nilai
Agara penilain terhadap masing-masing aspek berbicara siswa dilaksanakan denagan teliti,
terpercaya,konsisten, dan objektif, kita perlu membuat deskripsi criteria dari setiap aspek sebanyak
skala yang dignakan ( skala 5). Deskripsi ini sangat membantu dan menentukan angka yang
diberikan untuk setiap komponen berbicara siswa dalam skala 5.
Lafal dan Intonasi
1 = terdapat banyak kesalahan lafal dan intonasi yang membuat tuturan siswa tidak seperti
tuturan
2 = kesalahan lafal dan intonasi agak sering terasa dan terasa menganggu
3 = terdapat sedikit kesalahan lafal dan intonasi, tetapi secara keseluruhanmasi dapat diterima
4 = Tidak ada kesalahan yang berarti dalam lafal dan intonasi tuturan siswa
5 = lafal setiap bunyi bahasa bersih, jelas, tidak ada pengaruh lafal bahasa daerah atau bahasa
asing, intinasi tepat
Pilihan kata
1 = banyak sekali penggunaan kata yang tidak tepat
2 = agak banyak penggunaan kata yang tidak tepat
3 = Penggunaan kata cukup baik, hanya kurang bervariasi
4 = Penggunaan kata sudah tepat,hanya sekali ada kata yang kurang cocok,tetapi tidak
mengganggu
5 = Penggunaan kata-kata sudah tepat dan bervariasi,sesuai dengan situasi,kondisi,dan status
Pendengar sehingga tidak terdengar kejanggalan
Gramatika
1 = Struktur bahasanya kacau sehingga mencerminkan ketidaktahuan
2 = Terdapat cukup banyak kesalahan yang mencerminkan ketidak cermatan Yang dianggap
merusak bahasa
3 = Ada beberapa kesalahan atau penyimpangan,tetapi tidak terlalu merusak bahasa
4 =Penggunaan struktur bahasa umumnya sudah cermat,tidak ditemui penyimpangan yang dapat
dianggap merusak bahasa yang baik dan benar
5 = Penggunaan struktur bahasa sangat cermat,tidak ada penyimpangan dari kaidah bahasa yang
berlaku.
Gaya Bahasa
1 = Gaya bahasanya tidak baik
2 =Banyak ketidakserasian dalam gaya bahasa
3 =Penggunaan gaya bahasa baik,mendekati sempurna
4 =Penggunaan gaya bahasa baik,mendekati sempurna
5 =Penggunaan gaya bahasa saat baik sehingga enak didengar
Hubungan antara isi dan Topik
1 = Hampar tidak ada hubungan antara isi dengan topic
2 = Banyak hal yang tidak cocok sehingga ada kesan antara isi dan topic tidak berhubung
3 = Masih ada hal-hal yang tidak cocok,tetapi secara umum masih cukup baik
4 = Ada sedikit hal yang cocok,tetapi tidak terlalu mengganggu hubungan antara isi dengan topic
5 = Isi pembicaraan sangat sesuai dengan topic sehingga benar-benar mewakili topic
Organisasi Isi
1 = Isi pembicaraan kacau,tanpa pendahuluan atau penutup
2 = Banyak ditemukan ketidak teraturan dalam menyajikan isi pembicaraan
3 = Susuanan isi pembicaraan cukup baik
4 = Masih ada sedikit ketidak teraturan, tetapi hal itu ada pada bagian yang tidak penting
5 =Isi pembicaraan tersusun rapi,teratur,mulai dari pendahuluan,isi,dan penutup
Kuantitas Isi
1 = Isi pembicaraan sangat sedikit karena banyak hal penting tidak diungkapkan
2 =Isi pembicaraan tidak lengkap
3 =Isi pembicaraan cukup lengkap walaupun masih ditemukan beberapa kekurangan
4 = Ada sedikit kekurangan,tetapi bukan hal penting sehingga secara umum dapat disebut lengkap
5 = Isi pembicaraan sangat lengkap,tidak ada hal penting yang diungkapkan
Kualitas Isi
1 =Isi pembicara sangat tidak memadai, tidak sesuai dengan topik sehingga topicyang di bicarakan
tidak bermakna
2 =Kualitas isi pembicaraan tidak memadai karena masih banyak hal yang tidak sesuai dengan
topik pembicaraan kualitas isi pembicaraan cukup memadai,tetapi masih ada hal yang tidak
sesuai dengan topic Pembicaraan
4 = Isi pembicaraan bermakna,tetapi belum sampai pada tarifistimewa
5= Isi pembicaraan bermakna,sangat bermutu,hal-hal yang dibicarakan semuanya sesuai dengan t
topik
Gerak-gerik Mimik
1 =Gerak-gerik dan mimic pembicara terlalu berlebihan sehingga mengurangi daya tarik
pembicaraan
2 =Banyak gerak-gerik yang tidak sesuai sehingga mengganggi jalannya pembicaraan
3 =Gerak-gerik dan mimic cukup serasi walaupun masih ada beberapa ketidak cocokan
4 =Gerak-gerik dan mimic sudah sesuai dengan isi pembicaraan,tetapi belum dapat dianggap
sempurna
6 =Gerak-gerik dan mimic sangat serasi denga isi pembicaraan sehingga pembicaraan menjadi hidup
dan menarik.
Hubungan antara pembicara dan pendengar
1 =Pembicara gagal menarik perhatian pendengar,pembicaraan langsung seperti tanpa pendengar
2 =Pembicara kurang mampu menarik perhatian pendengar
3 =pendengar tertarik pada isi pembicaraan, tetapi tidak begitu antusias
4 =Sedikit sekali pendengar yang memperlihatkan sikap kurang tertarik mengikuti pembicaraan
5=Seluruh perhatian perhatian pendengar benar-benar tertuju pada pembicara,pembicaraan sangat
komunikatif
Volume Suara
1 =Sulit sekali mengikuti pembicaraan karena suara terlalu lemah,tidak jelas
2 =Pengaturan volume suara tidak baik,pembicara tidak tahu bagaimana mengatur suara
3 =Volume suara cukup baik meskipun masih memerlukan penyesuaian
4 =Pengaturan volume suara sudah baik,hanya sekali-sekali ditemukan ketidak cocokan
5 =uara sangat jelas dan pengaturan volumenya sangat cocok dengan situasi,kodisi, dan isi
pembicaraan
Jalannya Pembicaraan
1 =Pembicaraan sangat tidak lancer karena terlalu banyak diam dan gugup
2 =Pembicaraan kurnag lancer karena sering terhenti
3 =Pembicaraan cukup lancer meskipun kadang-kadang terhenti
4 =Pembicaraan lancer, hanya ada beberapa gangguan yang tidak berarti
5 =Pembicaraan sangat lancer, baik dari segi penguasaan isi maupun bahasan
BAB VII
ALAT UKUR KETERAMPILAN MEMBACA
A. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis
(H.G. Tarigan, 1986:7).
Suatu proses yang menuntut agar kelompokkata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan
tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam
Tarigan, 1986:7). Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan
menggunakan pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet, 2008:67).
Hal tersebut berarti bahwa membaca memberikan respons terhadap segala ungkapan penulis
sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Sumber yang lain juga mengungkapkan
bahwa membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa
keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan (Jazir Burhan dalam St.Y.
Slamet, 2008:67). Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing
meaning to and getting meaning from printed or written material”, memetik serta memahami arti
atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro and Bonomo dalam H.G.
Tarigan, 1986:8). Kegiatan membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide,
aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali
dari aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal, alat peraba bagi
yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka nalar dan institusi yang bekerja, berupa
proses pemahaman dan penghayatan. Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan
dan kecepatan juga pola kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen
kehidupan yang luas. Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik simpulan bahwa
kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersurat maupun tersirat
dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman menjadi produk yang dapat diukur dalam
kegiatan membaca, bukan perilaku fisik pada saat membaca.
Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman (St.Y. Slamet, 2008:68 membaca adalah
suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan
1979:7). Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak
hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik,
dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam Rahim 2007:2). Membaca merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang
lainnya (berbicara dan menulis) (Haryadi 2007:4).
Senada dengan pernyataan di atas, beberapa penulis beranggapan bahwa ‘membaca’ adalah
suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik menjadi
membaca lisan (oral reading) (Tarigan 1979:8). Dalam kegiatan membaca ternyata tidak cukup
hanya dengan memahami apa yang tertuang dalam tulisan saja, sehingga membaca dapat juga
dianggap sebagai suatu proses memahami sesuatu yang tersirat dalam yang tersurat (tulisan).
Artinya memahami pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Hubungan antara
makna yang ingin disampaikan penulis dan interpretasi pembaca sangat menentukan ketepatan
pembaca.
Makna akan berubah berdasarkan pengalaman yang dipakai untuk menginterpretasikan kata-
kata atau kalimat yang dibaca (Anderson dalam Tarigan 1979:8). Jadi, membaca merupakan
kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan.
Kegiatan melihat dan memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan
atau informasi yang tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman terhadap
makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan sekilas.
B. Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi dari sumber
tertulis. Informasi ini diperoleh melalui proses pemaknaan terhadap bentuk-bentuk yang
ditampilkan. Secara lebih khusus membaca sebagai suatu ketrampilan bertujuan untuk mengenali
aksara dan tanda-tanda baca, mengenali hubungan antara aksara dan tanda baca dengan unsur
linguistik yang formal, serta mengenali hubungan antara bentuk dengan makna atau meaning
(Broughton et al dalam Sue 2004:15). Dengan demikian, kegiatan membaca tidak hanya berhenti
pada pengenalan bentuk, melainkan harus sampai pada tahap pengenalan makna dari bentuk-
bentuk yang dibaca.
Makna atau arti bacaan berhubungan erat dengan maksud, tujuan atau keintensifan dalam
membaca (Tarigan 1979:9). Berdasarkan maksud, tujuan atau keintensifan serta cara dalam
membaca di bawah ini, Anderson dalam Tarigan (1979:9-10) mengemukakan beberapa tujuan
membaca antara lain:
4. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
Membaca tersebut bertujuan untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan telah
dilakukan oleh sang tokoh, untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
5. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Membaca untuk
mengetahui topik atau masalah dalam bacaan. Untuk menemukan ide pokok bacaan dengan
membaca halamn demi halaman.
6. Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi cerita (reading for sequenceor
organization). Membaca tersebut bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian cerita dan
hubungan antar bagian-bagian cerita.
7. Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading for inference). Pembaca
diharapkan dapat merasakan sesuatu yang dirasakan penulis.
8. Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (reading for classify). Membaca
jenis ini bertujuan untuk menemukan hal-hal yang tidak wajar mengenai sesuatu hal (Anderson
dalam Tarigan 1979:10).
9. Membaca untuk menilai atau mengevaluasai (reading to evaluate). Jenis membaca tersebut
bertujuan menemukan suatu keberhasilan berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Membaca jenis
ini memerlukan ketelitian dengan membandingkan dan mengujinya kembali.
10. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
Tujuan membaca tersebut adalah untuk menemukan bagaimana cara, perbedaan atau
persamaan dua hal atau lebih.
Rumusan yang berbeda, Blanton, dkk. serta Irwin yang dikutip oleh Burns dkk. (1996) dalam
Rahim (2007:11) menyebutkan tujuan membaca mencakup (1) kesenangan, (2) menyempurnakan
membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuan tentang
suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, (6) memperoleh
informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8)
menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks
dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawabpertanyaan-
pertanyaanyang spesifik
C. Jenis-jenia Membaca
Menurut Soedjono dalam Sue (2004:18-21) ada lima macam membaca, yaitu: membaca
bahasa, membaca cerdas atau membaca dalam hati, membaca teknis, membaca emosional, dan
membaca bebas.
1. Membaca bahasa
Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa bacaan. Membaca bahasa
mementingkan segi bahasa bacaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca bahasa adalah
kesesuian pikir dengan bahasa, perbendaharaan bahasa yang meliputi kosa kata, struktur kalimat,
dan ejaan.
2. Membaca cerdas atau membaca dengan hati
Membaca cerdas adalah membaca yang mengutamakan isi bacaan sebagai ungkapan pikiran,
perasaan, dan kehendak penulis. Bila hanya ingin mengetahui isinya, membaca cerdas bersifat
lugas. Akan tetapi, bial maksudnya untuk memahami dan memilki isi bacaan, maka disebut
membaca belajar.
3. Membaca teknis
Membaca teknis adalah membaca dengan mengarahkan bacaan secara wajar. Wajar
maksudnya sesuai ucapan, tekanan, dan intonasinya. Pikiran, perasaan, dan kemauan yang
tersimpan dalam bacaan dapat diaktualisasikan dengan baik.
4. Membaca emosional
Membaca emosional adalah membaca sebagai sarana untuk memasuki perasaan, yaitu
keindahan isi, dan keindahan bahasanya.
5. Membaca bebas
Membaca bebas adalah membaca sesuatu atas kehendak sendiri tanpa adanya unsur paksaan
dari luar. Unsur dari luar misalnya guru, orang tua, teman, atau pihak-pihak lain.
Sesuai dengan pengertian jenis-jenis membaca yang telah diuraikan di atas, maka membaca
puisi termasuk ke dalam membaca teknis karena membaca puisi harus memperhatikan ucapan,
tekanan, dan intonasinya, sehingga dapat mengaktualisasikan pembacaan puisi dengan baik.
Materi tes membaca Berasal dari bahasa tulis berupa wacana autentik murni dan wacana
autentik yang disimulasi (Geddes dan White dalam omanggio, 1989 ; 128). Wacana autentik yang
murni merupakan tindak komunikasi yang asli. Hal ini terlihat pada isi bacaan yang termuat di
dalam surat kabar, majalah, buku, acara tertulis yang berkaitan dengan perjalanan (Travel),
bank,kantor pos, surat, telegram, label, intruksi, laporan tertulis, karya sastra, tes dalam makalah.
Wacana autentik yang di simulasi bertujuan untuk menolong para siswa yang belum mampu
memahami wacana autentik murni, dan tujuan penyedianaan materi semacam itu untuk
kepentingan pedagogis. Di dalam memilih materi membaca Gellet menyarankan penggunaan
materi autentik yang murni karena mencari materi autentik yang untuk pengajaran mambaca lebih
mudah daripada untuk pengajaran menyimak.
Materi tes membaca dapat berupa bacaan artikel di dalam surat kabar, makalah,
majalah, buku, dan lembar – lembar yang telah disebutkan di atas.
D. Aspek – aspek yang Diukur dalam Tes Membaca
Aspek – aspek yang diukur dalam tes membaca adalah hal – hal yang menjadi indikator
keberhasilan membaca. Dua faktor penentu keberhasilan membaca adalah: Faktor keberhasilan
dan faktor nonkeberhasilan. Faktor keberhasilan berupa: identifikasi bunyi/kerespodensi symbol,
struktur makna kalimat. Faktor nonkeberhasilan pemahaman terhadap pesan yang dismapaikan
oleh penulis. Di dalam isi pesan terdapat unsur sosial-budaya ang harus dipahami oleh para
pembaca.
Penguasaan kebahasaan terdapat dalam proses ‘bottom-up’ (bawah-atas) sedangkan
penguasaan isi pesan yang berup menyimpulkan isi terdapat dalam proses “Top-Down” (atas-
bawah). Berdasarkan teori skema kedua proses itu harus terjadi secara simulasi yang disebut
dengan istilah proses interaktif.
E. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Membaca
Penyusunan alat ukur tes membaca melalui tahap-tahap. Kisi-kisi tes meurpakan langkah
awal yang perlu disiapkan dalam tahapan perencanaan. Dalam kisi-kisi tersebut dicantumkan
tujuan evaluasi, aspek yang dikur, indikator, serta nomor butir soal. Berdasarkan kisi-kisi tersebut,
kemudian dikembangkan penulian butir soal tes membaca.
Telah dikemukakan bahwa soal evaluasi pembelajaran komunikatif. Menuntut adanya
keterpaduan/integrasi minimal dua kompetensi, misalnya kompetensi membaca dan kompetensi
berbicara.
Langkah-langkah penulisan soal evaluasi pembelajaran komunikatif sebagai berikut:
1. Analisis keburuhan
2. Penulisan kisi-kisi: dan
3. Penulisan butir soal
Analisis kebutuhan ini berkaitan dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan siswa yang sesuai
dengan usianya. Pemahaman membaca secara bertahap dari bentuk kalimat, lalu wacana. Materi
tes membaca harus disesuaikan dengan kelas, usia dan kemampuan berpikir para siswa. Menurut
Omaggio (1986) disebabkan adanya tingkat awal, tingkat menengah, tingkat lanjut, tingkat
superior (tingkat diatas lanjut).
Penerapan langkah kedua yaitu penerapan kisi-kisi. Karena kisi-kisi itu merupakan pedoman
umum untuk modul soal, diperlukan suatu format penulisan soal yang khusus. Berikut ini diagram
yang menggambarkan proses penjabaran TIU menjadi indikator.
Tujuan Kompetensi Saluran Lingkup Kelas/jml.
Soal
Tugas/format
Memperoleh informasi
lewat bahasa tulis dan
mengespresikan
informasi secara lisan
Membaca dan
berbicara
Bahasa
tertulis dan
bersemuka
Garis
besar isi
1
2
Identifikasi isi bacaan
salah satu artikel dalam
surat kabar
Menceritakan dan
Berkomentar secara lisan
isi bacaan
Dialog
berpasangan/tentang isi
bacaan salah satu artikel
dalam surat kabar
Kisi-kisi diatas merupakan adanya dua keterampilan berbahasa yang di padukan yaitu
membaca dan berbicara. Penerapan langkah ketiga adalah penulisan butir soal. Tes membaca yang
ditampilkan sebagai model dalam tes ini berupa: (1) naskah sebuah artikel dalam surat kabar (2)
bentuk tes esai.
Format Alat Ukur Keterampilan Membaca
Format alat ukur membaca bermacam-macam. Tes tersebut dapat menggunakan format
pilihan ganda dan juga tes berupa uraian.
Apabila penyusunan soal memilih dua kompetensi, misalnya membaca dan berbicara, tes
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam membaca adalah tes objektif dengan pilihan
ganda, atau tes uaraian, sedangkan untuk mengukur keberhasialn dalam berbicara menggunakan
bentuk nontes yang berupa observasi dan wawancara.
Tes objektif yaitul dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, yaitu jenis tes hasil belajar
yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu diantara
beberapa kemungkinan jawaban yang telah di pasangkan pada masing-masing soal. Tes uraian
sering dikenal dengan istilah tes subjektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki
karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini:
1. Tes yang berbentuk pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa uarain atau paparan
kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
2. Benntuk pertanyaan yang menuntut untuk membarikan penjelasan, komentar, penafsiran dan
sebagainya.
3. Jumlah butir soal umumnya terbatas yaitu berkisaran antara lima sampai sepuluh soal.
4. Pada umumnya butir-butir tes uraian di awali dengan kata jelaskan, terangkan, uraiakan dan
sebagainnya
F. Untuk Mencapai Hasil Tes yang Baik, Ada Empat Karekteristik dalam Penyusunanya
1. Tes hasil belajar tersebut harus bersifat valis, atau memiliki validitas kata. Kata valid sering
diartikan dengan tepat, benar, shahih, jadi kata vadilitas diartikan dengan keteptan, kebenaran,
shahih, atau absahan.
2. Tes hasil belajar tersebut memiliki reliabilitas atau kemantapan.
3. Tes hasil belajar tersebut bersifat objektif.
4. Tes hasil belajar bersifat praktis dan ekonomi.
BAB VIII
KEMAMPUAN KETERAMPILAN MENULIS
A. Pengertian Menulis
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis.
Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena
(pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya dengan pena,
pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat,
dan sebagainya dengan tu-lisan.
Menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide,gagasan,pikiran, atau perasaan secara
tertulis, Kegiatan menulis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk atau jenis bergantung pada
tujuanmenulis itu sendiri.Banyak ahli yang berupaya mengklasifikasi jenis-jenis tulisan,antara lain
Rusyana, Lkamzon, White, dan sakri.
Rusyana (1986) berpendapat bahwa berdasarkan tujuan penulisan,tulisan terdiri atas enam
jenis, yaitu tulisan deskripsi, narasi,bahasa,argumentasi,dialog, dan surat.Klasifikasi lain
mengenai jenis-jenis tulisan,yaitu narasi ,deskripsi, persuasi dan tulisan paparan, pemerian, dan
kisah. Llamzon (1984)membagi jenis tulisan ke dalam lima jenis, yaitu tulisan naratif,
procedural,hartatorik, ekspositorik, dan deskripsi. Klasifikasi yang dibuat oleh Llamzon ini agak
berbeda dengan klasifikasi yang dibuat oleh ahli lain. Klasifikasinya dibuat berdasarkan cara
penyusunan, isi dan sifat tulisan.
Uraian di atas tampak bahwa sebenarnya jenis-jenis tulisan yang dikemukakan oleh para ahli
itu hamper sama. Yang berbeda hanyalah istilah yang digunakan oleh mereka. Untuk memudahkan
anda dalam memahami jenis-jenis tulisan itu, dibawah ini akan disajikan uraian dan contoh
mengenai hal itu.
1. Tulisan narasi (kisah,naratif)
Narasi merupakan suatu bentuk pengembangan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu
berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis dari
suatu peristiwa, kejadian,atau masalah. Kesatuan tulisan ini terletak pada urutan cerita berdasarkan
waktu dan cara-cara bercerita yang diatur melalui alur (plot).Dalam tulisan narasi penukis
bertindak sebagai seorang sejarahwan atau seorang tukang cerita.Ia akan berkata,”Saya
menceritakan dan melukiskan kenyataan ini kepada Anda seperti yang saya lihat dan saya alami”.
Meskipun demikian, penulis narasi tetap memiliki maksud dan tujuan tertentu, yaitu ingin
meyakinkan para pembaca dengan cara mementingkan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa
atau masalah. Daya guna narasi terjadi jika pembaca berantusias pada hal-hal yang tampaknya
sudah dilupakan
Misalnya:
Adik kami nakal sekali , Ia sering mengganggu kamai ketika kami sedang belajar . Jika kami marah
, ia tertawa terbahak-bahak . Jika kam lengah, buku kami dibawanya bermain-main. Pada suatu
hari kak tini bingung mencari pensilnya. Setelah dicari-carinya, ternyaa pensil itu dipakai adik
menggambar di dinding dibalik pintu.
2. Tulisan eksposisi (bahasan,paparan,ekspositoris)
Seorang penulis eksposisi akan berkata, “saya menceritakan semua kejadian atau peristiwa
ini kepada anda dan menjelaskannya agar dapat memahaminya”. Ungkapan ini memahami
gambaran tulisan eksposisi berupaya memberikan informasi. Oleh karena itu, didalamnya terdapat
pengembangan secara analita dan kronologis. Penulis berupaya memaparkan kejadian atau
masalah agar pembaca dapat memahaminya. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa pola
eksposisi yang harus diikuti, yaitu menyusun (1) defenisi, (2) Klasifikasi, (3) ilustrasi, (4)
pembandingan ,dan (5) sebab akibat.
Misalnya;
Tempat Tinggal harus memenuhi syarat kesehatan,ketenangan dan penerangan.dari segi
kesehatan, tempat tinggal harus bebas dari udara lembab dan bau busuk.tempat tinggal harus bebas
dari keramaian sebab tempat tinggal yang ramai akan mengganggukonsentrasi belajar. Dari segi
penerangan, tempat tinggal harus cukup terang agar tidak melelahkan mata dan otak.
3. Tulisan deskripsi (Pemerian,deskriptif)
Jenis tulisan ini berkaitan dengan pengalaman pancaindra, seperti penglihatan, pendengaran,
perabadan, penciuman, atau perasaan. Tulisan deskripsi ini memberikan suatu gambaran tentang
suatu gambaran tentang suatu peristiwa atau kejadian. Untuk menulis deskripsi yang baik, penulis
harus mendekati objek dan masalahnya dengan mengerahkan semua panca indranya.
Misalnya;
Ruangan tempat kami belajar tidak luas,tempat duduk kami belajar teratur empat baris ke belakang
. Pada dinding depan kelas tergantung papan tulis, diatasnya terdapat gambar burung garuda yang
diapit oleh duan buah gambar besar. Disebelah kiri gambar wakil presiden dan disebelah kanan
gambar presiden.
4. Tulisan argumentasi
Argumentasi sebenarnya merupakan suatu jenis tulisan eksposisi yang bersifat khusus.
Penulisannya berupaya meyakinkan atau membujuk pembaca untuk pecaya dan menerima apa
yang dikemukakannya. Oleh karena itu, ia selalu7 memberikan bukti yang objektif dan
meyakinkan melalui (1) contoh, (2) analog (3) akibat ke sebab, atau (4) sebab ke akibat.
Misalnya;
Bahan merupakan alat komunikasi yang amat penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa
manusia dapat menyampaikan dan menerima bermacam-macam pikiran dan perasaan.Dengan
bahasa pula manusia dapat mewariskan pengalaman dan pengetahuannya. Seandainya manusia
tidak berbahasa, alangkah sunyinya dunia ini.
5. Tulisan prosedural
Tulisan prosedural merupakan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan
yang tidak boleh dibolak-balik unsurnya karena urgensi unsure yang lebih dahulu menjadi
landasan unsur yang berikutnya. Tuisan ini biasanya disusun untuk menjawab bagaimana cara
mengerjakan sesuatu.
Misalnya;
Membongkar dan memasang mesin mobil atau cara memasak atau membuat kue. Misalnya: Jika
kita akan membuat kue apel,kocoklah tepung terigu, gula,dan mentega. Setelah itu masukkan telur
ayam dan susu murni, kemudian kocok kembali sehingga semua adnan tercampur rata. Masukkan
adonan itu ke dalam Loyang, dan susun rapi irisan apel di atas adonan. Bakarlah adonan itu selama
30 menit.
6. Tulisan hortatorik (persuasi)
Tulisan ini merupakan tuturan yang isinya bersifat ajakan,bujukan , atau nasihat. Kadang-
kadang tuturan itu disusun untuk memperkuat keputusan atau meyakinkan pendapat.
Misalnya:
Botan Mackerel dan sardines adalah ikan terlezat dan terbesar yang mungkin anda peroleh dari
sebuah kaleng. Botan merupakan satu-satunya ikan kalengan yang pantas anda sajikan untuk
seluruh keluarga karena diolah lengkap dengan sauz lezat, kental, dan bergizi.
7. Tulisan dialog
Tulisan dialog berisi percakapan yang berupa kalimat –kalimat langsung seorang pembicara
dengan orang lain secara bergantian dalam peran pembicara dan pendengar.
Misalnya:
Anita :”Jadi saya harus menelan satu pil setiap setelah makan dan sebelum tidur?”
Dokter :”Ya, jika hari senin masih terasa sakit, Anda tidak usah masuk kantor”.
11. Tulisan Surat
Tulisan surat adalah tuisan yang berupa kalimat langsung seorang penulis yang ditujukan
kepada teralamat.
Misalnya:
Yth.Bapak Wali Kelas 1-D
Di Sekolah
Dengan Hormat,
Dengan ini kami beritahukan bahwa anak kami yang bernama indra, nomor induk 959011
pada hari ini, Senin, 18 Mei 2011, tidak dapat mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya
karena sakit, Mudah-mudahan Bapak memaklumi hal ini.
Atas perhatian Bapak, Kami ucapkan terimah kasih.
Hormat kami,
Munirah
B. Penyusunan Kisi-kisi Alat Ukur Keterampilan Menulis
Penyusunan kisi-kisi alat ukur kemampuan (keterampilan) menulis merupakan salah satu
kegiatan perencanaan (perancangan) evaluasi pembelajaran keterampilan menulis. Sebelum
menyusun kisi-kisi, kita harus menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus penyelenggaraan
pengukuran (evaluasi), menentukan jenis alat ukur, dan merekapitulasi bahan.
Tujuan umum pengukuran kemampuan menulis ditetapkan berdasarkan tujuan umum
pembelajarannya. Karena pembelajaran kemampuan menulis bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan menulis siswa, pengukurannya (evaluasinya) bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan (keterampilan) menulis siswa. Tujuan umum tersebut kemudian dijabarkan kedalam
tujuan-tujuan khusus, misalnya untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam membuat
tulisan narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dialog, atau surat.
Setelah menetapkan tujuan,kita menentukan jenis alat ukur yang akan digunakan dalam
evaluasi kemampuan menulis.Kemampuan menulis hanya melibatkan penguasa aspek
kognitif,tidak melibatkan aspek psikomotor.Artinya kemampuan menulis hanya diukur dari
ekspresi verbal (yang berupa satuan-satuan bahasa).Oleh karena itu,alat ukur yang paling tepat
yang digunakan dalam evaluasi kemampuan menulis tes.Tes kemampuan menulis dapat dilakukan
dengan dua metode langsung atau tidak langsung (Harris 1969:70).Dalam metode langsung peserta
tes(siswa)diminta membuat tulisan(karangan) berdasarkan topik-topik tulisan tertentu, sedangkan
dalam metode tidak langsung kemampuan menulis peserta tes diukur melalui bentuk objektif
pilihan ganda digunakan untuk memperkirakan kemampuan menulis yang sebenarnya. Tes
menulis yang sebenarnya. Tes menulis dengan metode tidak langsung disebut pula tes kemampuan
dasar menulis.
Pemilihan dan penentuan metode tes kemampuaan menulis di atas secara tidak langsung
mewarnai pemilihan dan penyusunan bahan tesnya. Pemilihan dan penyusunan bahan tes
kemampuan menulis dengan metode langsung lebih mudah dari pada metode tidak langsung.Jika
menggunakan metode langsung,penyusunan tes hanya memilih dan menentukan topik-topik
tulisan yang sesuai dengan sasaran tes;sedangkan jika menggunakan metode tidak langsung,
penyusun tes harus mengumpulkan bahan sebanyak mungkin yang dapat dijadikan bahan
pengukuran kemampuan menulis.Walaupun demikian, perlu diingat bahwa pemilihan dan
penyusunan bahan tes kemampuan menulis tidak hanya ditentukan berdasarkan metode yang
dugunakan, tetapi yang paling utama ditentukan berdasarkan tujuan dan saaran pelaksanaan tes
tersebut.Tujuan dan sasaran pelaksanaan tes secara langsung mewarnai kegiatan pemilihan dan
penyusunaan bahan tes kemampuan menulis.
Setelah mengumpulkan bahan tes,barulah disusun kisi-kisi tes kemampuan menulis.
Penyussun kisi-kisi tes kemampuan menulis diwarnai oleh metode tes yang digunakan.
Penyusunan kisi-kisi tes kemampuan menulis dengan metode langsung. Lebih mudah dari pada
dengan metode teknik langsung, hanya ada satu hal yang harus ada dalam kisi-kisi, yaitu indicator
dan atau criteria yang dijadikan bahan pertimbangan dalam, menilai kemampuan menulis siswa,
indikator keberhasilan menulis diukur berdasarkan kriteria (ukuran) penilaian tertentu, seperti
kebenaran, ketepatan, kecermatan, atau keserasian dengan menggunakan skala tertentu pula, untuk
memperjelas uraian di atas, perhatian contoh kisi-kisi tes kemampuan menulis yang dilakukan
dengan metode langsung yang tersaji dalam table berikut.
Table 1.Kisi-kisi tes kemampuan menulis dengan metode langsung
Indikator yang dinilai Kriteria (ukuran)penilaian Pedoman penilaian
Isi gagasan yang
dikemukakan
Organisasi isi
Grametika
Kosakata
Ejaan dan Tanda baca
Ketepatan
Keserasian/keteraturan
Kecermatan/ketepatan
Ketepatan
Ketepatan/kecermatan
Skala penilaian
Skala penilaian
Skala penilaian
Skala penilaian
Skala penilaian
Jika tes kemampuan menulis dilaksanakan dengan menggunakan metode tidak langsung,
kita harus mempersentasekan bahan pembelajaran, jenjang kognitif. Yang akan diukur, serta
menentukan bentuk tes yang akan digunakan.
Hal ini agar digunakan agar perinsip evaluasi yang berimbang dan menyeluluh tercapai
(terpenuhi). Tidak semua jenjang kemampuan kognitif harus diukur dalam tes kemampuan
menulis, apalagi jika tes kemampuan menulis ini ditujukan untuk siswa tingkat menengah atau
tingkat lanjutan. Jenjang kemampuan kognitif yang akan diukur dalam evalusi kemampuan
menulis antara lain jenjang aplikasi dan sintesis.
Contoh persentase bahan pembelajaran, jenjang kemampuan kognitif, dan bentuk tes dapat
anda lihat dalam tabel ini.
Tabel 2. Rekapitulasi bahan, jenjang kognitif dan bentuk tes
Bahan pembelajaran Jenjang
kognitif
% Bentuk tes
Gramatika
Penyusunan Isi Tulisan
Ejaan dan Tanda Baca
Kosakata
Aplikasi
Sintesis
Aplikasi
Aplikasi
40
20
15
25
Ganda biasa
Ganda biasa
Ganda biasa
Ganda biasa
Setelah mempersentasekan bahan pembelajaran dan jenjang kognitif, serta menentukan
bentuk tes yang digunakan dalam tes kemampuan menulis, kita dapat menentukan jumlah soal,
mengalokasikan wakyu untuk pekerjaan setiap butir soal tersebut, menentukan bobot dan skor
soal, serta menentukan nomor soal. Aspek-aspek itulah yang harus ada dalam kisi-kisi tes
kemampuan menulis yang mengunakan metode tidak langsung, dalam table ini dibawah ini anda
dapat mengkaji contoh penyusunan kisi-kisi tes kemampuan menulis yang mengunakan metode
tidak langsung.
Tabel 3. Kisi-kisi tes kemampuan menulis dengan metode tidak langsung.
Bahan
Pembelajaran
Jenjang
Kognitif
Jumlah
soal
Watu
Per
Soal
Jumlah
waktu
Bobot Skor No
Soal
Gramatikal
Isi Tujuan
Ejaan
Kosakata
WT
Aplikasi
Sintesis
Aplikasi
aplikasi
24
12
9
15
2’
3’
1’
1’
48’
36’
9’
15’
12’
3
4
1
2
73
48
9
30
1-24
25-36
37-45
46-60
Jumlah 60 120 159
WT = Waktu Tenggang, biasanya digunakan untuk persiapan (mengatur tempat duduk
membagikan
lembar soal dan jawaban, memberikan petunjuk, mengumpulkan pekerjaan peserta tes) .
C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Keterampilan Menulis
Evaluasi keterampilan menulis merupakan suatu evaluasi yang mengukur keterampilan
siswa dalam mengungkapkan gagasan, menentukan teknik penyajiannya (dalam mengarang), dan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di dalam bahasa tulisan. Penekanan evaluasi
menulis adalah kepekaan siswa terhadap penggunaan pola-pola kata yang tepat di dalam bahasa
resmi tulisan.
Kepekaan siswa terhadap penggunaan pola-pola tersebut meliputi: 1) kesesuaian antara
subjek dengan bentuk kata kerja dalam kalimat, 2) kesejaran bentuk kata dalam kalimat, 3)
pemakaian kata ganti, 4) penggunaan kata sifat, dan 5) penggunaan kata tambahan (Safari
1997:109).
Keterampilan menulis siswa dapat diukur melalui berbagai kegiatan, misalnya kegiatan: 1)
menyalin, 2) menyadur, 3) membuat: ikhtisar, catatan, formulir, bagan, denah, tabel; 4) menulis:
laporan, notulen, hasil diskusi, surat, pidato, poster. Iklan, kuitansi, riwayat hidup, dan
proposal/usulan/kegiatan.
Secara khusus aspek yang dinilai dalam evaluasi menulis adalah didasarkan pada ruang
lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam
kurikulum. Secara umum aspek yang dapat dinilai dalam evaluasi menulis di antaranya:
1. Aspek kebahasaan: isi; penalaran; ketepatan dan kesesuaian; teknik penyajian; gaya penyajian
dan bahasa; keterbacaan/kejelasan; ejaan, tanda baca; pilihan kata,
2. Aspek penampilan dan sikap: kesungguhan, memikat pembaca, hati-hati, teliti, bijaksana, dan
berani dan percaya diri.
Untuk mampu mengukur keterampilan menulis siswa, dalam evaluasi menulis dapat
ditanyakan hal-hal seperti berikut ini.
1. Menguji kesesuaian antara subjek dan bentuk kata kerja dalam kalimat.
2. Menguji kesejajaran bentuk kata dalam kalimat.
3. Menguji pemakaian/penggunaan kata ganti, kata sifat, kata tambahan, gaya bahasa, ejaan dan
tanda baca.
4. Menguji kemampuan menyusun isi karangan atau menyusun ulang kalimat/paragraf yang
diacak tempatnya.
5. Menuliskan: a) nama diri berdasarkan hasil penyusunan nama diri dengan menggunakan kartu
huruf yang telah dilakukan, b) kata, kalimat, paragraf atau wacana yang didektekan, c) pesan,
perasaan, atau keinginan, d) cerita berdasarkan gambar berseri, e) daftar kegiatan sehari-hari
dengan menggunakan tebel sederhana, f) kata-kata berdasarkan urutan alfabet untuk membuat
kamus, g) cerita atau dongeng, h) pengalaman dalam bahasa puisi, i) poster yang berisikan
imbauan untuk menjaga kelestarian lingkungan, iklan, pengumuman, slogan, atau imbauan, j)
ucapan selamat, k) bermacam-macam surat balasan (resmi/tak resmi), dan l) pesan ringkas
(memo).
6. Mencatat/mendaftar: a) keperluan sehari-hari untuk diri sendiri sendiri, dan b) permaianan
yang disenangi dengan menggunakan tabel sederhana/dua kolom.
7. Mengisi: a) teka-teki secara berkelompok dan b) daftar isian/formulir, wesel, tabungan, kartu
pramuka, dan lain-lain.
8. Melengkapi cerita pada bagian awal, tengah, atau akhir yang dihilangkan.
9. Membuat/menyusun: a) laporan: pengamatan, hasil kunjungan, wawancara; b) paragraf yang
diacak/kalimat-kalimat yang diacak menjadi paragraf; c) kerangka karangan; d) buku harian,
jadwal pelaksanaan kegiatan; e) naskah pidato, sambutan tertulis; f) daftar riwayat hidup; g)
surat permohonan izin/pemberian maaf, surat pembaca; dan h) karya tulis.
D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Menulis
Setelah menyusun kisi-kisi alat ukur evaluasi kemampuan (keterampilan) menulis kegiatan
berikutnya yang harus kita lakukan adalah menyusun (menulis) alat ukur evaluasi kemampuan
menulis, kegiatan ini masih masuk tahapan persiapan evaluasi kemampuan (keterampilan
menulis).
Pengukuran kemampuan menulis dapat dilakukan dengan mengunakan teknik tes. Ada dua
jenis tes yang dapat digunakan dalam pengukuran kemampuan menulis, yaitu tes objektif. Tes non
objektif, seperti tes mengarang, lebih dikenal dengan sebutan metode langsung, sedangkan tes
objektif, seperti tes pilihan ganda, lebih dikenal dengan sebutan tes tdak langsung.
Mengarang lebih dikenal dengan sebutan metode langsung, sedangkan tes objektif, seperti
tes pilihan ganda lebih dikenal dengan sebutan metode tidak langsung.
Metode langsung mengandalkan kemampuan menulis siwa pada sampel tulisan (karangan)
siswa yang bersangkutan secara nyata. Sampel tulisan siswa tersebut digunakan untuk
memperkirakan kemampuan menulis siswa yang bersangkutan. Persiapan pengukuran
kemampuan menulis dengan metode langsung lebih cepat dan lebih muda dari pada dengan metode
langsung. Kita hanya menyusun topik-topik tulisan (karangan) yang akan ditemukan oleh para
siswa. Pedoman penilaian (penskoran), dan bentuk pelaksanaan tes (cara-cara penulisan).
Ketiga hal tersebut disusun dalam lembaran soal (tugs). Pertanyaan atau soal untuk
mengukur kemampuan menulis ini diberikan langsung pada saat pelaksanaan pengukuran.kita juga
dapat mengukur kemampuan menulis dengan menyediakan gambar. Siswa diminta dibuat
karangan berdasarkan gambar tersebut. Jika cara ini dilakukan, dalam lembaran soal hanya ada
petunjuk pelaksanaan tes dan pedoman penilaian. Agar lebih jelas, perhatikan dua buah contoh
lembaran soal pengukuran kemampuan menulis.
Tabel 4. Kriteria penilaian tes kemampuan menulis.
Aspek yang dinilai Skala penilaian Bobot Skor
1. Isi gagasan
2. Organisasi isi
3. Gramatikal
4. Kosa kata
5. Ejaan dan tanda baca
10 9 8 7 6 5 4 3 2
1
10 9 8 7 6 5 4 3 2
1
3
2
3
1
1
10 9 8 7 6 5 4 3 2
1
10 9 8 7 6 5 4 3 2
1
10 9 8 7 6 5 4 3 2
1
Jumlah 10
Ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan pada saat menilai kemampuan siswa,
antara lain :
1. Pemberian nilai untuk setia aspek dilakukan dengan memberikan tanda silang (x) pada
skala nilai yang dianggap cocok.
2. Skala nilai 1-3 = sangat tidak tepat (sesuai cermat) , 4-5 = tidak tepat (sesuai,cermat) : 5-6
= cukut tepat (sesua,cermat): 7-8 = tepat (sesuai,cermat): 8-9 = sangat tepat (sesuai,cermat).
3. Pembobotan dilakukan untuk membedakan tingkat kepentingan masing-masing aspek dan
fungsi sebagai pengalih angka skala yang diperoleh masing-masing aspek (angka bobot
berubah bergantung pada pandangan kita tentang kepentingan setiap aspek).
4. Untuk menentukan nilai siswa berdasarkan standar absolute dalam standar nilai 10,
gunakan rumus berikut : nilai = ∑ skor : ∑ bobot.
DAFTAR PUSTAKA
Abas Sudjiono. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Anonim. 2006. Pedoman Model Penilaian Kelas KTSP TK-SD-SMP-SMA-SMK. MI-MTS-MA-
MAK. Jakarta: BP Cipta Jaya.
Apik Budi Santoso. 2003. ‘Penilaian Berbasis Kelas’ Makalah. Semarang; Jurusan Geografi, FIS
UNNES.
Burhanudin Tola. 2006. Penilaian Diri. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian Dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
BSNP. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Pedoman Penilaian Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Djemari Mardapi. 1999. Survei Kegiatan Guru dalam melakukan Penelitian di Kelas. Yogyakarta:
Lembaga Penelitian UNY.
Junaidaman. 2009. Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Kelas Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam di SD Negeri Kota Yogyakarta. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.
Hamalik, Oemar.2002. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Harrow. 1972. Taxonomy of Educational Objectives: the Classification of Educational Goals.
London : Longmans.
Henry Guntur Tarigan. 2008. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Maman Rachman. 2003. Filsafat Ilmu. Semarang: UPT MKU UNNES.
Mehrens & Lehmann. 1991. Measurement and Evaluation in Education and. Psychologi 4 edition.
Grasindo: Jakarta.
Mimin Haryati. 2008. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Gaung persada Press.
Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan., Bandung: Remaja Rosdakarya
Oemar Hamalik. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Permendikbud Nomor 3 Tahun 2017
Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2016.
Popham, W., J., 1994, Classroom Assessment _' What Teacher Need To Know. UPI Bandung.
Chien-Hsieh
Puji Santosa, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universias
Terbuka.
Saifuddin Azwar. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sekaran, U. 2002. Research Methods for Bussinss: Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 4. Jilid 1.
Jakarta: salemba 4
Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Surapranata, Sumarna. Hatta, M. (2006). Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.