MULYANI PRIHATIN NIM : A. 520081042 PENDIDIKAN ANAK...
Transcript of MULYANI PRIHATIN NIM : A. 520081042 PENDIDIKAN ANAK...
1
PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL MELALUI MEDIA
GAMBAR SERI ANAK USIA DINI KELOMPOK BERMAIN
TUNASMELATI IICELEP KEDAWUNG SRAGEN
TAHUN AJARAN 2011/ 2012
NASKAH PUBLIKASI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Disusun Oleh
MULYANI PRIHATIN
NIM : A. 520081042
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2012
83
1
ABSTRAK
PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL MELALUI MEDIA
GAMBAR SERI ANAK USIA DINI KELOMPOK BERMAIN
TUNASMELATIIICELEP KEDAWUNG SRAGEN
TAHUN 2011/2012
Mulyani Prihatin, A520081042, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 80
halaman.
Kecerdasan emosional anak perlu ditingkatkan, oleh karena itu
pembelajaran harus menarik dan menyenangkan. Salah satu cara untuk
meningkatkan kecerdasan emosional adalah melalui media gambar seri . Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui apakah melalui media gambar seri dapat
peningkatan kecerdasan emosional anak Kelompok Bermain Tunas Melati II
Celep Kedawung Sragen. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas. Subyek penelitian anak Kelompok Bermain Tunas Melati II
Celep Kedawung Sragen yang berjumlah 14 anak. Penelitian ini bersifat
kolaboratif antara peneliti, guru kelas dan guru pendamping. Data dikumpulkan
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data diperiksa dengan
triangulasi. Tehnik analisis data perbandingan tetap dengaan langkah meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan kecerdasan emosional anak melalui media
gambar seri yakni prasiklus 38%, kemudian siklus I mencapai 40%, siklus II
mencapai 70% dan siklus III mencapai 80%. Berdasarkan data diatas dapat ditarik
kesimpulan melalui media gambar seri dapat peningkatan kecerdasan emosional
anak Kelompok Bermain Tunas Melati II Celep, Kedawung, Sragen Tahun
2011/2012.
Kata Kunci : kecerdasan emosional, Media Gambar seri.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses belajar anak , kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ
tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional
terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua
inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan
kunci keberhasilan belajar anak di sekolah . Pendidikan di sekolah bukan
hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman
2
yang lazimnya dipahami anak saja, melainkan juga perlu mengembangkan
emotional intelligence anak . LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam
peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi
rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi
belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri
yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan
remaja.
kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi; menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri,
motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. khusus pada orang-orang yang
murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung
memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung
menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan
dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf
kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber
masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun
taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai
orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya
kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus
asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang
memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Oleh karena itu untuk dapat menggontrol perkembangan kecerdasan
emosionalnya seorang anak memerlukan guru yang memberikan bimbingan
kepadanya. Untuk melatih kecerdasan emosi anak kuncinya ada pada orang tua
di rumah dan guru di sekolah
Kelompok bermain Tunas Melati II Celep Kedawung merupakan
salah satu PAUD atau kelompok bermain yang berada pada pinggiran Kota
Kecamatan Kedawung sebelah barat daya, memiliki kemampuan yang hampir
seragam karena saat masuk memiliki umur yang hampir seragam yakni antara
4 tahun dan 5 tahun. Namun demikian bila ditinjau dari kecerdasan
3
emosional anak didik belum sesuai harapan guru maupun orang tua sebagai
pengguna jasa pendidikan. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi diri ada
beberapa masalah yang terjadi di kelompok bermain Tunas Melati II Celep
Kedawung, yaitu adanya anak yang belum memahami untuk melakukan
interaksi dengan teman sebaya dan lingkungan anak yang baru, sehingga
anak-anak yang belum bisa bersosialisasi dengan teman sebaya dan
rendahnya kemampuan anak didik dalam berbahasa lisan di sekolah. Bila
masalah ini tidak segera mandapat solusi maka sangatlah sulit hasil belajar
anak didik mencapai hasil yang memuaskan. Pendidikan anak usia dini
(PAUD) merupakan bentuk pendidikan yang fundamental dalam kehidupan
seorang anak. Pendidikan di masa ini sangat menentukan keberlangsungan
anak itu sendiri juga bagi suatu bangsa. Oleh karena itu, anak usia dini
merupakan aset dan investasi masa depan bagi suatu bangsa. Bangsa
Indonesia dua puluh lima tahun ke depan sangat bergantung pada anak–anak
usia dini yang ada pada masa sekarang.
Secara umum, penggunaan media seperti gambar seri sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan social emosional (kecerdasan
emosional). manfaat penggunaan cerita bergambar sebagai media yang dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam: (1) menyusun cerita berdasarkan
rangkaian gambar secara urut sehingga menjadi karangan narasi yang utuh, (2)
memadukan kalimat menjadi karangan narasi yang padu dengan menggunakan
kata sambung yang tepat, dan (3) menggunakan ejaan dan tanda baca secara
benar dalam karangan narasi. Penelitian tentang Peningkatan kecerdsan
emosional anak dengan metide bercerita dengan penggunaan media gambar
seri anak pada kelompok bermain Tunas Melati II Celep Kedawung belum
pernah diteliti oleh orang lain. Atas dasar itu, maka peneliti merasa perlu
melakukan penelitian terhadap permasalahan di atas, mengingat berbagai nilai
positif yang terkandung dalam gambar seri . Wajar rasanya apabila media
tersebut digunakan dalam pembelajaran guna meningkatkan kecerdasan
emosional anak, penelitian diharapkan membawa dampak positif bagi guru dan
anak dalam rangka peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran di
4
sekolah tersebut. Berdasarkan berbagai alasan tersebut maka penelitian ini
dibuat dan diberikan judul: Peningkatan Kecerdasan Emosional Anak
Melalui Media Gambar Seri di Kelompok bermain Tunas Melati II Celep
Kedawung Sragen tahun 2012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas maka
masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan adalah
1. Masih banyak anak-anak di Kelompok Bermain Tunas Melati II Celep yang
kecerdasaan emosionsl rendah.
2. Media yang kurang tepat untuk peningkatan kecerdasaan emosional anak di
kelompok bermain Tunas Melati II Celep.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada :
1. Objek Penelitian
Kecerdasan emosional anak dan media gambar berseri
2. Subjek Penelitian dibatasi kelompok bermain Tunas Melati II Celep
Kedawung Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah
diatas maka dapat disampaikan perumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah melalui media gambar seri dapat peningkatan kecerdasan emosional
anak Kelompok Bermain Tunas Melati II Celep Kedawung Sragen tahun
pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimanakah proses pembelajaran dengan media gambar berseri dapat
meningkatkan kecerdasan emosional anak Kelompok Bermain Tunas
Melati II Celep Kedawung Sragen tahun pelajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Apakah dengan media gambar seri dapat meningkatkan
kecerdasan emosional anak Kelompok bermain Tunas Melati II Celep,
Kedawung.Sragen
5
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoristis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah khasanah teori
terutama teori tentang kecerdasan emosional dan dengan media
menggunakan gambar seri.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak penelitian ini sebagai masukan tentang pentingnya dengan
media gambar seri guna meningkatkan kecerdasan emosional, serta
dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan dapat menghasilkan
prestasi belajar yang baik.
b. Bagi guru hasil penelitian sebagai masukan dalam meningkatkan
kecerdasan emosional dapat dilakukan dengan menggunakan dengan
media gambar seri.
LANDASAN TEORI
Kajian Teori
1. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti
bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman
(2009 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam
diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana
hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih
mendorong seseorang berperilaku menangis.
Menurut Mayer (Mayer, 2009 : 65) orang cenderung menganut gaya-
gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri,
tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu
6
maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar
menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di
jalani menjadi sia-sia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk
merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar dirinya.
b. Pengertian kecerdasan emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun
1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer
dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas
emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer
mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai
berikut :
“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada
orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 2008:8).
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak
bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan
lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat
mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Menurut Cooper dan Sawaf (1999) dalam Setyawan (2005: 20)
kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara
efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi, koreksi dan pengaruh yang manusiawi.Kecerdasan emosi
menuntut penilikan perasaan untuk belajar mengakui, menghargai perasaan
pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan
secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dimana
kecerdasan emosi juga merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi
secara efektif untuk mencapai tujuan untuk membangun produktif dan
meraih keberhasilan..
7
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata “medium" yang secara harafiah mempunyai arti
perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim ke penerima pesan. Djamarah (2008: 120) memberi
batasan media dengan sangat luas sehingga mencakup semua alat
komunikasi. Media adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan
sebagai sarana komunikasi dari seseorang ke orang lain yang tidak ada
di hadapannya. Sedangkan Pembelajaran pada hakekatnya adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2005:
100). Selanjutnya Djamarah (2008: 121) menjelaskan media
pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.
Sedangkan menurut Munadi (2008: 8) media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan
pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar
yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar
secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Anitah (2007: 2)
mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat diartikan sebagai
sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan
kepada penerima pesan tersebut. Sedangkan menurut Association for
Educational Communications and Technology (AECT) dalam Sanaky
(2009: 3) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan
untuk menyalurkan saran atau informasi. Definisi media dalam arti
yang luas adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa menerima
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dengan demikian guru atau dosen,
bahan ajar, lingkungan adalah media (Anitah, 2007: 3).
b. Jenis Media Pembelajaran
8
Media pembelajaran meliputi segala yang berupa sarana,
prasarana, dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan atau bahan pelajaran kepada subyek didik untuk memperjelas,
memperlancar, dan lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam
proses pembelajaran digunakan media pengajaran.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran perlu persiapan
yang cukup. Kesalahan yang sering terjadi ialah timbulnya anggapan
bahwa dengan media pembelajaran, guru tidak perlu membuat
persiapan mengajar lebih dahulu. Justru sebaliknya dalam hal ini guru
dituntut untuk melakukan persiapan dengan cermat dengan mempelajari
bahan dalam buku sendiri, mempersiapkan bahan, pengayaan dan
penjelasan. Media pembelajaran hendaknya tidak sekedar menjadi
selingan, hiburan, atau pengisi waktu, tetapi harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran.
Berdasarkan klasifikasinya, maka jenis-jenis media pembelajarn
dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: (1) Media Grafis, (2)
Media Gambar dan Ilustrasi Fotografi, (3) Media Bendanya, (4) Media
Proyeksi, dan (5) Media Audio.
c. Manfaat Media Pembelajaran
Penelitian yang dilakukan oleh Sudjana & Rivai (2002: 2)
terhadap penggunaan media pembelajaran dalam PBM menunjukan
bahwa proses dan hasil belajar pada siswa terdapat perbedaan yang
berarti antara pengajaran tanpa menggunakan media dengan pengajaran
menggunakan media.
Ada beberapa alasan mengapa alasan mengapa media
pembelajaran dapat mempertinggi proses pembelajaran. Alasan pertama
berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar adalah: (1). Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. (2). Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
9
pembelajaran lebih baik. (3). Metode mengajar akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kat oleh
guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran dan (4). Siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemontrasikan, dan lain-lain.
3. Kajian Tentang Gambar Berseri
Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar
adalah yang memiliki ciri – ciri sebagaimana dikemukakan Arif Sadiman
et-al (2009: 219), yaitu :
a. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu.
b. Memberi kesan kuat dan menarik perhatian.
c. Merangsang orang yana melihat untuk ingin mengungkapkan
tentang obyek – obyek dalam gambar.
d. Berani dan dinamis.
e. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.
Sedangkan peranan gambar sebagai media pengajaran yaitu :
a. Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan
membantu anak dalam belajar.
b. Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar.
c. Dapat membantu daya ingat anak (retensi)
d. Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat
yang lain. (Arif Sadiman et-al 2009: 220)
Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian teoretis di atas maka dapat diajukan suatu kerangka
pemikiran atau suatu anggapan dasar yang dapat melandasi kegiatan penelitian ini.
Kerangka pemikiran pada dasarnya merupakan arahan penalaran untuk bisa
sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan.
Kerangka pemikiran berguna untuk mewadahi teori-teori yang bisa seolah-olah
lepas atau sama lain menjadi satu rangkaian yang untuk mengarah pada penemuan
jawaban sementara. Kerangka pemikiran merupakan argumentasi-argumentasi
yang rasional terhadap teori-teori yang digunakan untuk menjawab masalah.
10
Karena penelitian dituntut untuk membuat penalaran yang menggunakan logika
deduktif untuk sampai pada kesimpulan jawaban sementara masalahnya.
Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi
membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk
kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan diperoleh bila
anak diajarkan keterampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan
lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih
banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga pada
saat remaja akan lebih banyak sukses disekolah dan dalam berhubungan dengan
rekan-rekan sebaya serta akan terlindung dari resiko-resiko seperti obat-obat
terlarang, kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman. Dengan media media
gambar berseri anak akan belajar memahami emosiomalnya, memahami
kehidupan, memahami dunianya, sehingga ia akan mampu berpikir bahwa di
sekitarnya ada orang lain yang perlu berkembang untuk meraih sukses dalam
kehidupannya.
HIPOTESIS
Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya masih harus diuji terlebih dahulu secara empiris
(Sumadi Suryabrata, 2006: 21). Oleh karena itu agar rumusan jawaban
dipecahkan, maka seorang peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan
sebagai tuntunan. Pedoman itu berupa jawaban sementara atau hipotesis.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka didalam penulisan skripsi ini penulis
mengajukan hipotesis sebagai berikut: Melalui media gambar seri dapat
meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini Kelompok bermain Tunas
Melati II Celep Kedawung, Sragen tahun 2011/2012.
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Bermain Tunas Melati II
Celep, Kedawung , Sragen. Alasan peneliti memilih tempat ini adalah
11
peneliti bekerja pada tempat tersebut sehingga memudahkan perolehan
data dan mempunyai waktu peluang yang luas. Selain itu di Kelompok
Bermain Tunas Melati II ini belum pernah dilakukan penelitian yang
serupa dengan penelitian ini.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama selama 4 bulan mulai bulan Desember
2011 sampai dengan bulan Maret 2012.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer data
sekunder. Data primer berasal dari nilai anak, sedangkan data sekunder
dihasilkan dari pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat.
Pengumpulan data adalah suatu kegiatan untuk memperoleh data
yang dibutuhkan dan dapat diolah menjadi suatu data yang dapat disajikan
sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Data yang akan
diambil dalam penelitian ini adalah tentang kecerdasan emosional anak
melalui kegiatan bercerita gambar .
F. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk mencatat
atau mendapatkan data yang diperlukan. Pembuatan instrumen disusun
sebelum peneliti terjun kelapangan. Dalam penelitian ini instrumen yang
digunakan yaitu;
1. Lembar observasi peningkatan kecerdasan emosional yang berisi tentang
catatan hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan indikator yang dicapai.
Prosedur penyusunan dan pengisian lembar observasi ini antara lain
sebagai berikut:
a. Menentukan indikator yang akan digunakan untuk mengetahui
peningkatan kecerdasan emosional anak.
b. Menjabarkan indikator kedalam butir butir amatan yang menunjukkan
pencapaian indikator yang dapat dilakukan anak ketika melaksanakan
kegiatan.
12
C. Indikator Pencapaian
Dengan menggunakan kegiatan gambar seri akan dapat
menumbuhkan kecerdasaan emosional anak , yang mana indikator
keberhasilan belajar dapat dikatakan berhasil jika memenuhi target yang telah
ditetapkan yaitu setiap siswa memiliki kecerdasaan emosional yang
diinginkan tanpa bantuan oleh guru dengan indikator : (1)mau berbagi
menolong dan membantu teman , (2 ) mau mengendalikan perasaan (3)
menunjukkan rasa percaya diri
Belajar anak dikatakan tuntas jika anak telah menjalankan tugas
kecerdasaan emosional yang diberikan secara tuntas dan mendapatkan
kemampuan yang diharapkan.
HASIL PENELITIAN
Untuk mengetahui kecerdasan emosional anak sebelum tindakan,
peneliti melakukan pengamatan lebih teliti pada hari senin tanggal 2 Januari
2012.Peneliti memulai dengan mengamati kegiatan upacara bendera yang
dilaksanakan dihalaman sekolah. Ada yang tidak mau mengikuti kegiatan, namun
ada juga anak yang antusias mengikuti kegiatan. Dari hasil observasi yang
menggunakan instrumen lembar observasi diperoleh rata rata prosentase prasiklus
20%. Berdasarkan hasil observasi, peneliti merasa perlu Peningkatan Kecerdasan
Emosional supaya kemampuan anak lebih tergali dan lebih siap menghadapi
kehidupan bermasyarakat. Untuk itu peneliti berdiskusi dengan guru untuk
menentukan langkah selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan kecerdasan
Emosional anak masih kurang karena belum diberikannya kegiatan pembelajaran
yang bisa peningkatan Kecerdasan Emosional anak. Oleh karena itu peneliti dan
guru merasa perlu untuk melakukan tindakan untuk Peningkatan Kecerdasan
Emosional anak melalui Media Gambar Seri. Berdasarkan hasil pengamatan
kecerdasan Emosional anak tersebut dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional
anak masih kurang karena belum dilaksanakan tindakan yang menerapkan melalui
media gambar seri Kegiatan pengamatan kecerdasan emosional anak dilakukan
dengan berpedoman pada lembar observasi kecerdasan emosional anak yang
13
digunakan pada penelitian ini. Berdasarkan pengukuran awal kecerdasan
emosional anak diperoleh prosentase rata rata anak dalam satu kelas sebesar 38%.
Adapun tabulasi prasiklus dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kecerdasan
emosional anak sebelum tindakan sampai dengan siklus III mengalami
peningkatan. Sebelum tindakan kecerdasan emosional anak hanya mencapai 38%,
kemudian siklus I menjadi 40%, kemudian pada siklus II menjadi 70% dan siklus
III menjadi 80%. Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti peningkatan
kecerdasan emosional dipengaruhi oleh suasana pembelajaran yang
menyenangkan bagi anak.
Adapun peningkatan kecerdasan emosional pada setiap siklusnya
menunjukkan suatu kestabilan, hal ini disebabkan karena pada awal-awal
pertemuan ketertarikan anak masih sangat tinggi, mereka sangat antusias
mengikuti kegiatan berdasarkan gambar seri Adapun peningkatan kecerdasan
emosional dapat dilihat pada lampiran.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
melalui beberapa tindakan dari siklus I, II, III serta hasil dari seluruh
pembahasan dan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kesimpulan Teoritis
a. Penerapan melalui gambar seri dapat meningkatkan kecerdasan
emosional pada anak didik.Hal ini ditunjukkan dari adanya
peningkatan rata rata prosentase kecerdasan emosional dari sebelum
tindakan sampai siklus III yaitu, prasiklus 38%, siklus I mencapai 40
%, siklus II mencapai 70 %, siklus III 80 %.
b. Penggunaan media gambar seri dapat peningkatan kecerdasan
emosional anak. Hal ini karena melalui media gambar seri
merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, sehingga anak
14
langsung berinteraksi dengan orang lain dan lebih mudah menyerap
pembelajaran.
2. Kesimpulan Penelitian
Peningkatan kecerdasan emosional anak melalui kegiatan
gambar seri dapat meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya prosentase
kemampuan anak dari sebelum tindakan sampai siklus III yakni
sebelum tindakan sebesar 38%. Peningkatan kecerdasan emosional
siklus I mencapai 40 %, peningkatan pada siklus II meningkat sebesar
70 %, peningkatan kecerdasan emosional siklus III sebesar 80 %.
Melalui kegiatan bercerita gambar seri yang dilakukan di Kelompok
Bermain Tunas Melati II diharapkan bisa meningkaatkan kecerdasan
emosional anak.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka
implikasi dari hasil diatas adalah: (1) Dalam kegiatan ini anak diberi
kebebasan untuk memilih sesuai kegiatan yang dilakukan dan disukai, (2)
Melalui kegiatan bercerita gambar seri yang dilakukan di Kelompok
Bermain Tunas Melati II dapat peningkatkan kecerdasan emosional , hal
ini terbukti pada sebelum siklus kecerdasan emosional hanya 38 %,
kemudian siklus 1 menjadi 40%, kemudian siklus II menjadi 70% dan
siklus III menjadi 80%.
C. S a r a n
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan
mutu proses pembelajaran yang menyeluruh bagi anak didik tidak
terbatas pada pembelajaran akademik tetapi juga kemampuan yang lain
termasuk peningkatan kecerdasan emosional . Kepala sekolah dapat
menjadi motor penggerak dalam perbaikan terhadap proses
pembelajaran. Kepala sekolah sebaiknya menjaga hubungan baik antara
15
kepala sekolah dan guru melalui kerja kolaborasi. Pihak sekolah harus
dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai dengan
memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang menunjang
dalam kegiatan pembelajaran.
2. Kepada guru
a. Mengoptimalkaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
media yang lebih menarik, menyenangkan dan bervariasi agar dapat
membuat anak berminat dan antusias terhadap proses pembelajaran
tersebut.
b. Guru hendaknya melakukan pendekatan secara sosial emosional
terhadap anak agar anak mau mengikuti kegiatan cara menanam.
c. Materi yang diberikan kepada anak hendaklah sesuai dengan konteks
kehidupan anak, yang mudah diingat oleh anak dan dapat dijadikan
pedoman dalam prilakunya.
d. Dalam setiap kegiatan pembelajaran hendaknya guru tidak selalu
memberi contoh agar anak bisa berkreasi sendiri sesuai imajinasi
dan kemauannya sendiri.
3. Kepada orang tua.
Orang tua hendaknya selalu melatih kemandirian anak serta
kepercayaan diri anak sehingga akan dapat mudah beradaptasi dan
bersosialisasi dengan orang lain. Orang tua merupakan pendidik
pertama bagi anak sejak dari dalam kandungan sampai dewasa, peran
orang tua dalam peningkatan kecerdasan emosional anak adalah selalu
memberikan kebebasan dan dukungan pada anak untuk mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Irwanto, Azhar(.2007: 105). Media Pembelajaran. . Jakarta; Raja Grafindo
Persada.
Danim, Sudarwan. 2004. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : Pustaka Aji.
16
Sumadi Subrata ,( 2006:21). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Goleman, Daniel, 2000. Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Fransikus E Taping, 2000. Working With Emotional Intelligence (terjemahan).
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
(Shapiro 2008:8). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan
Emosional (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Lexy J Moleong,(2006:112). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial(
Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: gaung Persada Press (GP Presss)
Nana Syaodih Sukmadinata, 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung : Remaja Rosda Karya.
Miles, Matthew B. dan A Michael Humberto. 2007. Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Jtetjep Roehadi
Rohidi.Pendamping, Mulyarto. Cet.1. Jakarta : UI Press
Moeslichatoen, 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kank. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ngalim Purwanto, 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
______________, 2004. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar. Jakarta: Rosda Jayaputra.
Reni Akbar Hawdi, 2002. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta. Grasindo
Saphiro, Lawrence E. 2008. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak.
Jakarta : Gramedia.
Sadiman Arif dkk, 2009. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta; Raja Grafindo Persada.
Sumadi Suryabrata, 2006. Metodologi Penelitian.Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sutrisno Hadi, 2002. Metodologi Research. Yogyakarta: Andy Offset.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika. 2005. Landasan Bimbingan &
Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.