muhammadyah 1

82
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pengertian Muhammadiyah Muhammadiyah sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia,karena Muhammadiyah aktif dalam pergerakan masyarakat baik itu dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang kesehatan. Adapun arti dari Nama Muhammadiyah dapat ditinjau dari dua segi yaitu berdasarkan arti etimologis ( bahasa ) dan arti terminologis ( istilah ).Arti Etimologis ( bahasa )Muhammadiyah berasal dari kata “Muhammad” yaitu seorang Nabi Atau Rasul yangmenjadi tauladan bagi umat manusia pada akhir zaman,atau merupakan Nabi dan Rasulterakhir. Sedangkan “iyah” berarti menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti pengikut ( umat ) Muhammad. Siapapun yang menyakini bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah yang terakhir, maka 1

description

umum

Transcript of muhammadyah 1

Page 1: muhammadyah 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Pengertian Muhammadiyah

Muhammadiyah sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia,karena

Muhammadiyah aktif dalam pergerakan masyarakat baik itu dalam bidang pendidikan

maupun dalam bidang kesehatan. Adapun arti dari Nama Muhammadiyah dapat

ditinjau dari dua segi yaitu berdasarkan arti etimologis ( bahasa ) dan arti

terminologis ( istilah ).Arti Etimologis ( bahasa )Muhammadiyah berasal dari kata

“Muhammad” yaitu seorang Nabi Atau Rasul yangmenjadi tauladan bagi umat

manusia pada akhir zaman,atau merupakan Nabi dan Rasulterakhir. Sedangkan

“iyah” berarti menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti pengikut ( umat )

Muhammad. Siapapun yang menyakini bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul

Allah yang terakhir, maka semua orang yang beragama Islam merupakan orang

Muhammadiyah tanpa dilihat dari perbedaan cara pandang organisasi ataupun yang

lainnya.Arti Terminologis ( istilah )Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam

, Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar , berdasarkan asas Islam yang bersumber dari

Al Qur‟an dan As Sunah yang didirikan olehMuhammad Darwis atau lebih dikenal

dengan nama K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan pada

tanggal 18 November 1912 M di Kampung Kauman Yogyakarta.

1

Page 2: muhammadyah 1

2. Gagasan Yang Melatar belakangi Berdirinya Muhammadiyah

Umat Islam sebelum terbentuknya Muhammadiyah masih percaya pada hal-

hal yang mistik, seperti pemberian sesajen pada benda-benda atau tempat yang

dianggap keramat. Bahkan sampai sekarang hal- hal seperti itu masih ada, seperti

yang kita lihat didaerah Lombok, ada seorang yang menganggap bahwa foto Tuan

Guru dapat membantunya terlepas dari nasib buruk. Dan banyak sekali ajaran-ajaran

yang dicampur dengan perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan agama, seperti

yang kita lihat di dalam Film Sang Pencerah. Sebuah keluarga yang memberikan

sesajen ke pohon besar, sesajen tersebut diambil oleh seseorang sehingga keluarga

tersebut merasa senang karena beranggapan bahwa sesajennya telah diterima oleh

Allah swt.. Dari cerita diatas dapat dikatakan bahwa agama yang disiarkan pada saat

tersebut masih disisipkan sebuah perbuatan yang secara langsung dilarang dalam

Kitabullah dan Sunnah Rasullullah. K.H. Ahmad Dahlan sebelum membentuk

perkumpulan Muhammadiyah terlebih dahulu pergi memdalami ilmu agama ke Kota

Suci Makkah sekaligus melaksanakan ibadah haji yang kedua kali pada tahun1903.

Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah, Kyai Dahlan mulai

menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai

Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah

seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai

Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang, juga setelah

membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibnu Taimiyah,

2

Page 3: muhammadyah 1

Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan

Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di

kota suci Mekkah dan bacaan atas karya- karya para pembaru pemikiran Islam itu

telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri K.H. Ahmad Dahlan. Jadi

sekembalinya dari Mekkah, K.H. Ahmad Dahlan justru membawa ide dan gerakan

pembaruan. Benih kelahiran Muhammadiyah sebagai organisasi untuk

mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi K.H. Ahmad

Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah

agama yang diajarkan K.H. Ahmad Dahlan, yakni R.Budihardjo dan

R.Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa K.H.

Ahmad Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama pada sekolah

tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan

agar kegiatan pendidikan yang dirintis K.H. Ahmad Dahlan tidak diurus oleh Kyai

sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat.

Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama

”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat

K.H.Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton

Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton

Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah

(Darban, 2000) 34). Artinya pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah memiliki

dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kyai atau dunia pesantren.

3

Page 4: muhammadyah 1

Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk

mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby Darban

(2000: 13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember 1911.

Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari ”sekolah” ( kegiatan K.H. Ahmad

Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam ) yang dikembangkan K.H. Ahmad Dahlan

secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam

dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma

yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut,

merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama yang tidak

diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi

bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah K.H. Ahmad Dahlan, dengan

menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan dengan cara

baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum. Maka pada tanggal 18 November 1912

Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 H di Yogyakarta akhirnya

didirikanlah sebuah organisasi yang bernama ”MUHAMMADIYAH”. Organisasi

baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim

”Statuten Muhammadiyah” ( Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun

1912 ), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22

Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi

yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan

tanggal Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, ”Perhimpunan itu ditentukan buat 29

4

Page 5: muhammadyah 1

tahun lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya ”Muhammadiyah” dan

tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya ialah “menyebarkan pengajaran

agama Nabi Muhammad Shallalahu „Alaihi Wassalam kepada penduduk nusantara

di dalam residensi Yogyakarta, dan memajukan hal agama kepada anggota-

anggotanya.” Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat

dengan sikap, pemikiran, dan langkah K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendirinya, yang

mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah

Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga

memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di

kemudian hari.

K.H. Ahmad Dahlan, sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi dengan

ciri- ciri yang khas, memiliki cita- cita membebaskan umat Islam dari

keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid

( pembaruan ) yang meliputi aspek-aspek tauhid ( „aqidah ), ibadah, mu‟amalah, dan

pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan

mengembalikan kepada sumbernya yang asli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang

Shakhih, dengan membuka ijtihad. Pembaruan Islam yang cukup mendasar dari Kyai

Dahlan dapat dirujuk pada pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma‟un. Gagasan

dan pelajaran tentang Surat Al-Maun merupakan contoh lain yang paling monumental

dari pembaruan yang berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian

melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Umum (PKU). karena Islam tidak

5

Page 6: muhammadyah 1

sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan ”hablu min Allah” ( hubungan

dengan Allah SWT ) semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam memecahkan

masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang khas

dari K.H. Ahamad Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari

gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini. Gagasan pembaharuan

Muhammadiyah disebarluaskan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan mengadakan

tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang

dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat

di berbagai kota di Indonesia.

Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk

menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin

berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921

Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk

mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini

dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921. Sebagai

seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah

Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan juga memfasilitasi para anggota

Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam

Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah uhammadiyah,

telah diselenggarakan pertemuan anggota ( sekali dalam setahun ), yang saat itu

dipakai istilah AIgemeene Vergadering ( persidangan umum ).

6

Page 7: muhammadyah 1

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:

1. Apakah pengertian muhammadiyah ?

2. Apa saja yang menjadi faktor pendorong berdirinya muhammadiyah ?

3. Siapa tokoh pendiri muhammadiyah ?

4. Dimana letak upaya Muhammadiyah dalam pemurnian Islam ?

5. Mengapa Muhammadiyah didiirikan ?

6. Bagaimana Berdirinya muhammadiyah ?

C. Tujuan Penulisan

Agar penulis maupun pembaca dapat :

1. Mengetahui pengertian muhammadiyah

2. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor pendorong berdirinya

muhammadiyah

3. Mengetahui Siapa tokoh pendiri muhammadiyah

4. Mengetahui dimana letak upaya Muhammadiyah dalam pemurnian Islam

5. Mengetahui alasan Muhammadiyah didiirikan

6. Mengetahui tujuan didirikannnya muhammadiyah

D. Manfaat Pembuatan Tugas

1. Dapat membantu menjelaskan sejarah berdirinya Muhammadiyah.

7

Page 8: muhammadyah 1

2. Menjadikan ini sebagai referensi untuk pembacaan yang layak dalam

pengembangan pengetahuannya tentang Kemuhammadiyahan.

3. Membantu menyampaikan factor factor berdirinya muhammadiyah.

E. Tujuan

Untuk mengenal muhammadiyah secara lebih dalam dari berbagai sudut

pandang. Sehingga sebagai bagian dari keluarga muhammadiyah kita dapat

melakukan hal yang diinginkan dari muhammadiyah.

8

Page 9: muhammadyah 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhammadiyah

Arti Bahasa (Etimologis)Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab

“Muhamadiyah”, yaitu nama nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian

mendapatkan “ya” nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti

“umat Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam” atau “pengikut Muhammad

Shallallahu „alaihi wa sallam”, yaitu semua orang Islam yang mengakui dan

meyakini bahwa Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam adalah hamba dan

pesuruh Allah yang terakhir.Arti Istilah (Terminologi) Secara istilah, Muhamadiyah

merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan

bersumber pada Alquran dan as-Sunnah, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada

tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H, bertepatan 18 November 1912 Miladiyah di kota

Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan

maksud untuk berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak

perjuangan Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam dalam rangka menegakkan dan

menjunjung tinggi agama Islam, semata-mata demi terwujudnya „Izzul Islam wal

Muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai

realita. Secara garis besar Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam

pembaharu di Indonesia. Gerakan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad

9

Page 10: muhammadyah 1

Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan

pembaharuan Islam yang dimulai sejak tokoh pertamanya, yaitu Ibnu Taimiyah, Ibnul

Qayyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahab, Sayyid Jamaludin al-Afghani,

Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan sebagainya. Pengaruh gerakan pembaharuan

tersebut terutama berasal dari Muhammad Abduh melalui tafsirnya, al-Manar,

suntingan dari Rasyid Ridha serta majalah al-Urwatul Wustqa.

B. Faktor Pendorong Berdirinya Muhammadiyah

a. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga

menyebabkan merajalelanya syirik, bid‟ah, dan khurafat, yang mengakibatkan

umatIslam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian

pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;

b. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya

ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;

c. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir

kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;

d. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta

serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan

tradisionalisme;

10

Page 11: muhammadyah 1

e. Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama

Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang

semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat

C. Tokoh Pendiri Dan Perkembangan Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta pada 8 Dzulhijjah 1330

H/18 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenali sebagai K.H.

Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai

seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu

dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik,

beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang

sebenarnya berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis. Oleh kerana itu beliau memberikan

pengertian keagamaan di rumahnya di tengah kesibukannya sebagai Khatib dan

pedagang. Semula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya,

akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan rakannya. Profesinya sebagai

pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya

menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar

daripada Pulau Jawa. Untuk mengorganisasi kegiatan tersebut maka didirikan

persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada di seluruh penjuru

negeri. Di samping memberikan pelajaran / pengetahuannya kepada laki-laki, beliau

juga memberi pelajaran kepada kaum perempuan muda dalam forum pengajian yang

disebut “Sidhratul Muntaha”. Pada siang hari pelajaran untuk kanak -kanak lelaki dan

11

Page 12: muhammadyah 1

perempuan. Pada malam hari untuk kanak-kanak yang telah dewasa. Di samping

memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan kanak-kanak,

beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai tahun 1918 beliau telah

mendirikan sekolah dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge School

Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun 1921 diganti namanya menjadi Kweek

School Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri

perempuan sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930 namanya diubah menjadi

Mu`allimin dan Mu`allimat.

1. Muhammadiyah Pada Masa Penjajahan

Pada masa ini, perintisan yang dilakukan K.H.A.Dahlan mengarah pada ajakan untuk

melaksanakan islam secara benar sesuai dengan tuntunan AL-Qur‟an dan As-sunah

shahihah, wujud rintisan K.H.A.Dahlan antara lain :

1. Pada tahun 1898, beliau meluruskan arah kiblat secara benar dengan serong

kearah barat laut 24,5 derajat.

2. Bermula dari sekolah yang dirintis di teras rumah K.H.A Dahlan dan akhirnya

beliau membangun gedung standard school med de Qur‟an hingga akhirnya

pendidikan Muhammadiyah terus berkembang.

3. K.H.A Dahlan yang dibantu K.H.Suja‟ merintis RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta pada 15 Februari1923.

12

Page 13: muhammadyah 1

4. Pada tahun 1922, didirikan mushala khusus wanita. Pada 23 Februari 1923,

K.H.A Dahlan wafat. Namun perjuangan Muhammadiyah tetap dilanjutkan

oleh murid-murid beliau dan terus mengalami perkembangan seperti

a. H.Karim Amrullah yang bergelar H.Rasul pemimpin perkumpulan Sandi

Aman di Padang bergabung dengan Muhammadiyah.

b. Dipercayakannya Consul-Consul di luar pulauJawa kepada :

1.) AR Sutan Mansyur consul untuk pulau Sumatera.

2.) M.Hasan Tjorong consul untuk pulau Kalimantan.

3.) D.Muntu consul untuk pulau Sulawesi.

2. Muhammadiyah Pada Masa Kemerdekaan

Rasa kecintaan Muhammadiyah terhadap tanah air dibuktikan dengan di bentuknya

perkumpulan Hisbul Wathan yang berarti pembela tanah air. Beberapa aktivisnya

yaitu bapak Sarbini dan Jend.Sudirman. Setelah Indonesia merdeka, putera terbaik

Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusuma menjadi anggota BPUPKI untuk

merumuskan Pancasila. Pada 17 Agustus 1945, Muhammadiyah membidani lahirnya

partai Masyumi yang diresmikan pada tanggal 7 November 1945.

3. Muhammadiyah Pada Masa Orde Lama

Kemenangan Partai Masyumi pada 1955, membuat PKI dan antek-anteknya menaruh

dendam hingga menuduh Masyumi terlibat dalam pemberontakan PRRI di Sumatera.

13

Page 14: muhammadyah 1

PKI membujuk penguasa pada saat itu untuk membubarkan Masyumi yang tentu akan

mengancam eksistensi Muhammadiyah. Tetapi,keputusan tertingi tetap di tangan

presiden Soekarno. Dampak dari permasalahan tersebut, banyak tokoh Masyumi yang

notabene aktivis Muhammadiyah dijebloskan ke penjara yakni : a. Buya HAMKA b.

Mr.Kasman Singidimejo c. dr.Yusuf Wibisono Pada 1959, dikeluarkan dekrit

presiden yang memberi waktu pada Masyumi untuk membubarkan diri. Lalu dalam

rangka menyelamatkan Muhammadiyah dari hasutan PKI terhadap presiden,

diberikanlah predikat “Anggota Setia Muhammadiyah” kepada Ir.Soekarno.

4. Muhammadiyah Pada Orde Baru

Pada masa ini, Muhammadiyah menata kembali organisasinya dan turut membantu

pemerintah dalam menumpas PKI. Namun setelah cukup lama berkuasa, mulai terjadi

penyelewengan-penyelewengan. Semua organisasi Massa dan politik tidak ada yang

boleh menentang kata-kata pemerintah. Pada 1977, munculnya krisis moneter yang

menyerang bangsa Indonesia. Hal ini mendorong para aktivis untuk ikut bersama

gelombang masyarakat untuk melengserkan rezim orde baru. Akhirnya pada 22 Mei

1998, rezim orde baru tumbang, dan digantikan dengan Masa Reformasi yang satu

diantara penggeraknya ialah Prof. DR.H.Amien Rais.

5. Muhammadiyah Pada Reformasi

Dalam sidang Tanwir di Semarang pada 1998, Muhammadiyah merelakan Prof.

DR.H. Amien Rais untuk melepaskan jabatannya sebaga Ketua Pimpinan Pusat

14

Page 15: muhammadyah 1

Muhammadiyah guna menjaga agar kondisi perpolitikan tidak menghambat gerak

juang Muhammadiyah. yang berpolitik riil agar memperhatikan :

1. Mengedepankan kejujuran

2. Menjadi Uswatun Khasanah Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah bulan

Februari 2002 di Bali, Muhammadiyah merumuskan khittah berbangsa dan

bernegara yang isi nya mempertegas statement Ujung Pandang dan Khittah

Surabaya. Muhammadiyah mengihimbau kadernya

3. Melakukan Islah

4. Dimana letak upaya Muhammadiyah dalam pemurnian Islam Dimana letak

upaya Muhammadiyah dalam pemurnian Islam Dalam memurnikan ajaran

islam, Muhammadiyah berupaya menghilangkan praktik praktik syirik dan

Takhayul, Bid‟ah dan Khurafat yang terjadi dimasyarakat dengan cara

dakwah amar ma‟ruf nahi munkar.

a. Bid’ah adalah sesuatu hal baru tanpa ada tokoh yang mendahuluinya.

Menurut Pengertiannya, bid‟ah adalah sesuatu cara yang diadakan orang dalam

agama yang menyerupai perintah agama. Mengingat ibadah tambahan itu tidak

diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah, maka dinamakan bid‟ah.

Muhammadiyah mmenegaskan bahwa bid‟ah adalah semua perbuatan mengada

adakan dalam agama yang dipandang sebagai ibadah kepada Allah

15

Page 16: muhammadyah 1

b. Khurafat adalah hal hal yang tidak masuk akal atau sulit dipercaya

kebenarannya.Mempercayai adanya kekuatan lain selain Allah. Mempercayai

ajaran dinamisme, ajaran peninggalan nenek moyang. Perbuatan khurafat yang

dimaksud antara lain

Upacara menanam kerbau

Memberi sedekah kelaut

Memberi sesaji ditempat keramat.

Pemujaan terhadap benda benda keramat.

c. Takhayul adalah Kepercayaan yang dilandasi oleh alam khayal atas sesuatu yang

dianggap ada, tanpa didasari fakta kebenarannya.

Percaya pada takhayul berarti kepercayaan animism, yang berarti percaya pada

sesuatu yang ada dan memberikan kekuatan tertentu. Yang termasuk perbuatan

takhayul antara lain :

Adanya kekuatan tertentu pada keris.

Adanyan penguasa laut selatan.

Adanya mahluk gaib yang menunggu pohon besar.

d. Syirik berarti menyekutukan Allah SWT, dengan sesuatu lainnya, baik dalam

keyakinan, perbuatan dan ucapan. Syirik juga diartikan meyakini, menyembah,

meminta pertolongan selain kepada Allah SWT.

Yang termasuk perbuatan syirik antara lain :

16

Page 17: muhammadyah 1

Meminta pertolongan kepada kekuatan gaib.

Meminta pertolongan roh roh leluhur yang telah meninggal

Meminta pertolongan pada binatang- binatang tertentu.

e. Musyrik berarti sebutan bagi orang orang yang menyekutukan Allah dengan

sesuatu selain ALLah baik dalam ucapan, keyakinan ataupun perbuatannya.

Merajalelanya perbuatan bid‟ah, Khurafat, dan takhayul ini akibat pengaruh

tradisi-tradisi yang bukan islam.

D. Maksud Dan Tujuan Didirikan Muhammadiyah

Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah

mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan

istilah. Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari

semula.Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan

sebagai berikut:

1. Menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam

kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta. Dan

Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.

2. terjadi setelah muhammadiyah meluas ke berbagai daerah di luar Yogyakarta.

Memperhatikan jumlah cabang yang ada di luar Yogyakarta maka maksud

dan tujuan muhammadiyah harus direvisi sesuaii dengan keadaan riil yang

dialaminya. Adapun isinya adalah memajukan dan menggembirakan

pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda, serta memajukan

17

Page 18: muhammadyah 1

dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan Agama Islam kepada sekutu-

sekutunya.

3. rumusan ketiga ini terjadi ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Pemerintahan fasis ini mengharuskan terjadinya perubahan redaksional yang

sesuai dengan yang dikehendakinya. Maka rumusanya adalah sesuai dengan

kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersamaseluruh Asia Timur Raya

dibawah pimpinan Dai Nippon, dan memang diperintahkan oleh Allah maka

perkumpulan ini:

a) Hendaknya menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras

dengan tuntunannya.

b) Hendak melakukan pekerjaan perbaikan umum.

c) Hendak memajukan pengetahuan dan keepandaian serta budi pekerti yang

baik kepada anggota-anggotanya.

4. terjadi setelah Muktamar Muhammadiyah ke 31 di Yogyakarta. Adapaun

rumusanya adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga

dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya

5. ini diubah pada Muktamar Muhammadiyah ke 34 di Yogyakarta. Perubahan

ini hanya pada redaksionalnya saja dari kata dapat mewujudkan menjadi

terwujudnya. Sihingga rumusan resminya adalah, Menegakkan dan

menjunjung tinggi agama Islam terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-

benarnya.

18

Page 19: muhammadyah 1

6. terjadi pada Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta. Pada tahun itu

Muhammadiyah harus merubah maksud dan tujuan azaznya, dikarenakan

kehadiran Undang-undang nomor 8 tahun 1985 tentang kewajiban setiap

ormas, baik agama maupun non agama untuk mencantumkan asas pancasila.

Adapun maksud dan tujuan hasil Muktamar ke 41 itu adalah menegakkan dan

menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil,

dan makmur yang diridhai Allah SWT.

7. Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar ma‟ruf Nahi Munkar,

berasaskan Islam yang bersumber pada al Qur‟an dan As-Sunnah.

E. Dasar Amal Usaha Dan Perjungan Muhammadiyah

Dalam perjuangan melaksanakan usaha menuju tujuan terwujudnya masyarakat

utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT, dimana kemakmuran dan

kesejahtera, kebaikan dan kebahagiaan luas merata, persyarikatan Muhammadiyah

mendasarkan segala langkah, gerak dan amal usaha diatas prinsip-prinsip yang

tersimpul dalam Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.

1. Hidup Manusia Harus Berdasarkan Tauhid, Ibadah dan Taat kepada Allah

Semata-mata.

Dalam melaksanakan segala gerak dan kegiatannya maka Tauhid dan tawakal

kepada Allah harus senantiasa dijadikan landasan dasarnya, dengan maksud semata-

mata untuk beribadah serta mentaati semua perintah dan larangannya. Dasar-dasar

19

Page 20: muhammadyah 1

seperti ini harus menjadi ciri milik pribadi setiap warga Muhammadiyah sehingga

dapat menjadi contoh teladan dalam pembangunan dan perbaikan negara dan

masyarakat.

2. Hidup Manusia Bermasyarakat

Muhammadiyah adalah satu faktor yang kuat dalam perkembangan

masyarakat serta warga Muhammadiyah merupakan anggota masyarakat yang tidak

diam, akan tetapi bergerak maju, aktif dinamis dalam membangun. Oleh karna itu

gerakan Muhammadiyah harus aktif dan menonjol ditengah-tengah masyarakat untuk

memimpin atau paling tidak menjadi sosok penerang yang cemerlang.

3. Menegakkan Ajaran Islam Dengan keyakinan Bahwa Ajaran

Islam adalah satu-satunya landasan keprebadian dan ketertiban bersama untuk

kebahagiaan dunia dan akhirat. Muhammayah berkeyakinan bahwa tidak ada dasar

landasan yang dapat membahagiakan manusia didunia ini kecuali dengan dasar Al-

Qur’an dan Al-Hadits yang akan membawa kebahagiaan manusia yang hakiki di

akhirat kelak. Oleh karna itu apapun ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan

As-Sunnah wajib dan mutlak dipatuhi. Segala kebijaksanaan pimpinan serta taktik

dan strategi perjuangan harus dinilai dan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.

4. Menegakkan dan Menjunjung Tinggi Agama Islam dalam Masyarakat Adalah

Wajib, Sebagai Ibadah Kepada Allah dan Berbuat Ihsan san Islah Kepada

kemanusiaan.

20

Page 21: muhammadyah 1

Setelah Muhammadiyah dapat berdiri tegak dan berjalan diatas landasan

seperti diatas, barulah kuat menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam serta

Mampu mengatasi berbagai rintangan, hambatan, tantangan, dan halangan yang ada.

5. Ittiba` Kepada Langkah Perjuangan Nabi Muhammad SAW.

Ittiba` atau mengikuti jejak langkah perjuangan Raasulullah SAW adalah wajib

menjadi syarat yang tidak boleh tidak harus dan wajib dilakukan oleh setiap muslim,

dan sesungguhnya dalam rangka menggerakkan umat Islam kearah Ittiba` itulah

hakikatnya Muhammadiyah didirikan.

6. Melancarkan Amal Usaha dan Perjuangan dengan Ketertiban Organisasi

Muhammadiyah beramal dan perjuangan dengan berorganisasi yang didasarkan

atas musyawarah bersama. Menghimpun dan mendidik kader pimpinan,

mengaktifkan gerak anggota, menentikkan peraturan-peraturan untuk mencapai hasil

yang jauh lebih besar dan lebih dapat menanggulangi berbagai rintangan dan

halangan karena bergerak dengan menggunakan organisasi.

F. Pedoman Amal Usaha Dan Perjuangan Muhammadiyah

Dari segi taktik perjuangan sering orang berpendirian bahwa tidak mengapa kita

bertindak menyalahi peraturan bahkan tidak mengapa kita bertindak yang tidak sesuai

dengan ajaran Islam, asal dengan maksud untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Kadang-kadang sampai orang berpendapat bahwa tiada celanya berbuat sesuatu yang

21

Page 22: muhammadyah 1

menyeleweng dari hukum agama, asal hanya untuk siasat belaka. Ada Adigium dari

Nicollo Machiavelli (1469-1527) yang menyatakan : “Het doel helligt de middelen”

atau tujuan menghalalkan semua cara. Maksudnya, tidak apa orang melakukan cara-

cara yang kurang baik asalkan untuk mencapai tujuan yang baik. Dalam

muhammadiyah hal ini tidak boleh terjadi.hukum dan ajaran agama Islam wajib

dipegang teguh dan dijujung tinggi. Tujuan yang baik harus dicapai dengan cara serta

usaha yang diridhoi Allah jua. Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda: “ siapa

yang menyuruh berbuat baik hendaklah dengan cara baik pula”.

Muhammadiyah berjuang tidak sekedar mencari berhasilnya tujuan semaata-

mata, tetapi disamping itu juga dengan maksud beribadah, berbakti pada Allah dan

berjasa kepada kemanusiaan. Muhammadiyah berjuang dengan keyakinan bahwa

kemenangan ada ditangan Allah, dan itu akan dianugerahkan kepada siapa yang

bersungguh-sungguh berjuang dengan cara yang adil dan jujur.

G. Teori Perjuangan Muhammadiyah

Demi terwujudnya tujuan yang dicita-citakan oleh persyarikatan

Muhammadiyah, yakni terwujudnya masyrakat utama, adil dan makmur yang diridhoi

Allah SWT , maka segala saluran atau media yang akan langsung atau tidak langsung

mempengaruhi bentuk dan sifat kehidupan masyarakat haruslah dipergunakan se

optimal mungkin.

22

Page 23: muhammadyah 1

Adapun media yang akan dapat mempengaruhi bentuk dan sifat kehidupan

masyarakat ada dua, yaitu:

1. Bidang Politik kenegaraan (supra stuktur)

2. Bidang masyarakat (infa struktu)

Muhammadiyah berkeyakinan bahwa demi kepentingan dan kemenangan

perjuangan Islam, maka secara mutlak kedua bidang tersebut harus digarap, diisi dan

dikuasai secara simultan dan seoptimal mungkin.

Untuk melaksanakan perjuangan ideloginya, muhammadiyah membaginya

menjadi dua kekuatan; kekuatan pertama adalah kekuatan digunakan untuk

menghadapi perjuangan politik kenegaraan, dan kekuatan kedua adalah kekuatan

yang digunakan untuk menghadapi perjuangan dalam bidang masyarakat.

Mahammadiyah menegaskan bahwa dua kekuatan tersebut masing-masing dengan

alatnya sendiri-sendiri, namum tetap dalam kerangka saling pengartian dan dalam

tujuan yang sama . muhammadiyah secara organisasi, dari sejak berdirinya hingga

kapanpun juga telah meletakkan strategi dasarnya, yaitu memilih dan meletakkan

dirinya berjuang dalam bidang masyarakat.

Muhammadiyah secara konsesten akan berjuanga akan menggarap dan

mengolah secara langsung kehidupan masyarakat dengan cara meberikan pengertian

dan membentuk kesadaran masyarakat,agar masyarakat mau menerima dan

23

Page 24: muhammadyah 1

melaksankan ajaran dan ketentuan-ketentuan Islam dalam seluruh aspek

kehidupannya.

Sementara untuk menghadapi perjuangan dalam bidang politik kenegaraan

(perjuangan politik prktis), muhammadiyah berpendapat bahwa hal itu harus

dilakukan dengan alat perjuangan lain, yang berbentuk partai politi. Dalam

perjuangan islam sehngga dapat bahu-membahu dalam mewujudkan cita-citanya,

yaitu terwujudnya “Izzul Islam Walmuslimin”.

Dalam pada itu, demi kemaslahatan perjuangan Muhammadiyah, bagi

anggota/warga Muhammadiyah- terutama para pimpinan persyarikatan mutlat

memiliki kesadaran dan pandangan politik (sese of politic). Muhammadiyah bukan

dan tidak akan pernah menjadi partai politik. Semua itu bukan karna

sebab sikap/pandangan negatif terhadap perjuangan dalam bidang politik, melaikan

semata-mata karena teori dan strategi (khitta)perjuangannya dalam bidang

masyarakat sudah cukup berat dan muliah. Sedang mengenai masalah prinsip politik

ataupun teori politik, terutama yang menjadi kepentingan agama dan umat Islam

umumnya atau kepentingan Muhammadiyah Khususnya, Muhammadiyah dapat,

bahkan wajib menghadapinya secara organisatoris. Dengan prinsip seperti ini apabila

ada hukum, undang-undang ataupun peraturan pemerintah dianggap menyalahi

prinsip-rinsip Islam atau merugikan kepentingan Muhammadiyah, Muhammadiyah

merasa berkewajiban untuk membetulkannya, sebagai da’wah Islam amar makruf

nahi munkar.

24

Page 25: muhammadyah 1

H. Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah

Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah

dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah

pengetahuan melalui jalur pendidikan.

Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan

Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata

pelajaran AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah.

Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa

menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.

Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan

modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi rahmatan

lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia

jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman:

“Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru

langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya

melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar-rahman/55:33).

Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur

pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:

a) Tipe Muallimin/Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)

b) Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah

25

Page 26: muhammadyah 1

c) Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/ Politeknik/

Akademi Madrasah Diniyah, dan lain-lain.

Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang

ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam

Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik/lulusan sekolah Muhammadiyah,

sebagai berikut:

1) Memiliki jiwa Tauhid yang murni

2) Beribadah hanya kepada Allah

3) Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat

4) Memiliki akhlaq yang mulia

5) Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan

6) Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap lembaga pendidikan

Muhammadiyah diwajibkan memasukkan mata pelajaran Al-Islam /

Kemuhammadiyahan (AIK) sebagai bagian integral dari kurikulum dengan harapan

dapat mempengaruhi karakter para peserta didik baik selama proses pendidikan

berlangsung terlebih setelah mereka lulus.

Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:

1. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang

beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.

26

Page 27: muhammadyah 1

2. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat

tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.

3. Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di lembaga

pendidikan Muhammadiyah.

1. Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah

Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memelopori pendidikan

Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti

Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan

Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan

reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Kini pendidikan Muhammadiyah telah

berkembang pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun

tidak kalah berat. Dalam sejumlah hal bahkan dikritik kalah bersaing dengan

pendidikan lain yang unggul. Pendidikan AIK pun dipandang kurang menyentuh

subtansi yang kaya dan mencerahkan. Kritik apapun harus diterima untuk perbaikan

dan pembaharuan.

Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan

Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah. Jika diukur dari

berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (1 Desember 1911) Pendidikan

Muhammadiyah berumur lebih tua ketimbang organisasinya (Adaby Darban,2000 :

13). Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari “sekolah” (kegiatan Kyai

dalam menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal

27

Page 28: muhammadyah 1

dalam pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di

beranda rumahnya. Lembaga pendidikan tersebut sejatinya sekolah Muhammadiyah,

yakni sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya

kegiatan umat Islam pada waktu itu, tetapi bertempat tinggal di dalam sebuah gedung

milik ayah KH Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang

mengajarkan agama dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum (Djarnawi

Hadikusuma,t.t : 64).

2. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam

Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai

hasil kongkret dari telaah dan pendalaman beliau terhadap Al-Qur’an karim, faktor

inilah yang sebenarnya yang menjadi faktor utama yang mendorong berdirinya

Muhammadiyah. Sementara faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai factor

penunjang atau factor pemicu semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai

setiap mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an khususnya ketika menalaah surat-surat Al-Imran

(3): 102 sampai 104, maka akhirnya melahirkan amalan kongkrit yaitu lahirnya

persyarikatan Muhammadiyah.

Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah jelaslah bahwa sesungguhnya

kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotifasi dan disemangati

oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an. Dan apa yang digerakan oleh Muhammadiyah tidak ada

motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam

28

Page 29: muhammadyah 1

dalam kehidupan yang rill dan kongkrit. Segala yang dilakukan oleh Muhammadiyah

baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan tak dapat dilepaskan

dari ajaran-ajaran Islam.

3. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah Islam

Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Dakwah

Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Ciri yang kedua ini telah muncul sejak dari

kelahirannya dan tetap melekat tak terpisahkan dari jati diri Muhammadiyah. Hal ini

diakui oleh beberapa pihak yang menyatakan bahwa Muhammadiyah terlihat sebagai

pergerakan dakwah yang menekankan pengajaran serta pendalaman nilai-nilai

Islam.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa factor utama yang mendorong berdirinya

Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap

ayat-ayat Al-Qur’an Al-karim, terutama sekali surat Al-Imran ayat 104. Berdasarkan

pada ayat inilah Muhammadiyah meletakkan khittah/strategi dasar perjuangannya,

yaitu dakwah(menyeru,mengajak) Islam amar makruf nahi munkar dengan

masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya. Muhammadiyah berkiprah

ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal

usaha yang benar-benar dapat menyatuh hajat orang banyak semacam berbagai ragam

lembaga pendidikan dari sejak kanak-kanak hingga perguruna tinggi, membangun

sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan, dan sebagainya. Seluruh amal usaha

29

Page 30: muhammadyah 1

Muhammadiyahseperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi untuk perwujudan

Islamiah, semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan yang tunggal, yaitu

untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam sebagaimana yang diajarkan oleh

A-Qur’an dan As-Sunnah Shahihah.

4. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid (Reformasi)

Cirri ketiga yang melekat pada Persyrikatan Muhammadiyah adalah sebagai

ajaran tajdid atau gerakan reformasi, makana tajdid dari segi bahasa berarti

pembaharuan dan dari segi istilah tajdid memiliki dua arti yakni (a) pemurnian, (b)

peningkatan, pengembangan, modernisasi.

Arti pemurnian tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran islam

yang berdasarkan dan bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Shahihah sedang

arti peningkatan pengembangan, modernisasi tajdid dimaksudkan sebagai

penafsiran pengalaman dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh

kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Shahihah.

Sementara K.H. Ahmad Siddiq, seorang tokoh utama Nahdliyir dari Malang

menjelaskan bahwa makna tajdid dalam arti pemurnian menyasar pada tiga sasaran

yaitu :

5. I’adah atau pemulihan; yaitu membersihkan ajaran Islam yang tidak murni

lagi

30

Page 31: muhammadyah 1

6. Iba’nah atau memisahkan; yaitu memisah-misahkan secara cermat oleh

ahlinya, mana yang sunnah dan yang mana pula yang bid’ah

7. Ihya’ atau menghidup-hidupkan; yaitu menghidupkan ajaran-ajaran Islam

yang belum terlaksana atau yang terbengkalai

Sifat tajdid yang dikenakan pada pergerakan Muhammadiyah disamping

berupaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel pada

tubuhnya, juga termaksud upaya Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan

cara-cara pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat semacam

penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengolaan rumah sakit, dan

pelaksanaan qurban.

Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian

pemurnian dapat disebut purifikasi, pemurnian dan tajdid didalam pembaharuan

disebut reformasi. Dan dalam hubungannya dengan salah satu ciri Muhammadiyah

sebagai Gerakan Tajdid maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan

Purifikasi dan sekaligus Reformasi.

5. Muhammadiyah dan Sosial Budayanya.

Tahun 1917 mendirikan Perkumpulan pengajian Malam Jum’atan sebagai

cikal bakal lahirnya Korps Muballigh Muhammadiyah, mendorong lahirnya Majelis

Tabligh, mendorong dibentuknya Majelis Pembina Kesejahteaan Ummat (PKU) yang

mempunyai tugas menyantuni fakir-miskin, anak yatim dan anak-anak gelandangan,

31

Page 32: muhammadyah 1

menyantuni orang sakit. Mengembangkan seni Budayanya.Berdasarkan Munas Tarjih

ke-22 tahun 1995 ditetapkan karya seni hukumnya mubah (boleh) selama tidak

mengarah kepada fasad (kerusakan), Dlarar (Bahaya), Isyyan (kedurhakaan), dan

Ba’id ‘anilah (terjauhkan dari Allah). Maka kehidupan pengembanga seni alam

Muhammadiyah harus sejalan dengan etika atau norma-norma Islam.

6. Muhammadiyah dan Ekonomi

Dalam pengembangan ekonomi Muhammadiyah telah memiliki aset atau sumber

daya yang bisa dijadikan modal aset pertama adalah anggota Muhammadiyah

sendiri, kedua kelembagaan muhammadiyah yang telah didirikan seperti sekolah,

universitas, lembaga latihan, poliklinik, rumah sakit dan panti asuhan. Ketiga

organisasi sendiri dari pusat, wilayah, daerah, Cabang dan ranting.

7. Muhammadiyah dan politik.

Pada tahun 1918 menurut KH. Hadjid murid langsung dari KH. Ahmad

Dahlan dilaksanakan rapat tahunan Muhammadiyah dibicarakan tentang AD/ART

Muhammadiyah. KH. Suprapto Ibnu Juraimi, yang berguru langsung kepada KRH.

Hadjid menjelaskan bahwa. Ketika itu terdapat dua pendapat dalam sidang. Pertama

KH. A. Dahlan yang menghendaki agar Muhammadiyah ini tetap sebagai gerakan

dakwah. Kedua KH. Agus Salim mengusulkan agar Muhammadiyah menjadi

organisasi politik. Pembicaraan itu kemudian dihentikan oleh KH. Ahmad Dahlan

dengan mengetuk palu pimpinan sambil berdiri. Ketika suasana tenang KH. A.

32

Page 33: muhammadyah 1

Dahlan Menggugah para peserta sidang dengan dua pertanyaan yang menggelorakan

jiwa.

8. Landasan operasional muhammadiyah.

Merupakan pijakan bagi persyarikatan Muhammadiyah dalam menjalankan aktivitas-

aktivitas untuk mencapai maksud dan tujuan meliputi khittah perjuangan, AD/ART

dan keputusan-keputusan Muhammadiyah Maksud dn Tujuan Organisasi

Muhammadiyah yang tercantum dalam AD pasal 2 berbunyi: “ Menegakkan dan

menjunjung Tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-

benarnya”.

Usaha untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut meliputi 17 sub sistem

sebagaimana tercantum dalam pasal 3:

Menyebarluaskan Agama Islam terutama dengan mempergiat dan

mengembirakan tabligh

Mempergiat dan memperdalam pengkajian ajaran Islam untuk mendapatkan

kemurnian dan kebenarannya

Memperteguh keimanan, mempergiat ibadah meningkatkan semangat jihad,

dan mempertinggi akhlak

Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan,

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan mempergiat

penelitian menurut tuntunan Islam

33

Page 34: muhammadyah 1

Menggembirakan dan membimbing masyarakat untuk berwakaf serta

membangun dan memelihara tempat beribadah

Meningkatkan harkat dan martabat manusiamenurut tuntunan Islam

Membina dan menggerakkan angkatan muda sehingga menjadi manusia

muslim yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa

Membimbing masyarakat kearah perbaikan kehidupan dan mengembangkan

ekonomi sesuai dengan ajaran agama Islam

Memelihara, melestarikan, dan memberdayakan kekayaan alam untuk

kesejahteaan masyarakat

Membina dan memberdayakan petani, nelayan, pedagg kecil dan buruh untuk

meningkatkan taraf hidupnya.

Menjalin hubungan kemitraan dengan dunia usaha

Membimbing masyarakat dalm menunaikan zakat, infaq, shadaqah, hibah, dan

wakaf.

Menggerakkan dan menghidup-suburkan amal tolong-menolong dalam

kebajikan dan taqwa dalam bidang kesehatan, sosial, pengembangan

masyarakat, dan keluarga sejahtera.

Menumbuhkan dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan kekluargaan dalam

muhammadiyah.

Menanamkan kesadaran agar tuntunan dan peraturan Islam diamalkan dalam

masyarakat.

34

Page 35: muhammadyah 1

Memantapkan kesatuan dan persatuan bangsa serta peran serta dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara dan.

Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan persyarikatan.

9. Khittah perjuangan muhammadiyah.

Khittah Perjuangan Muhammadiyah merupakan strategi yang diterapkan

dalam Muktamar untuk mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah

Adapun Khittah Perjuangan Muhammadiyah hasl keputusan Muktamar ke-40 di

Surabaya tahun 1978 berisi 5 hal:

1. Hakikat Muhammadiyah senantiasa memiliki kepentingan untuk

melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar

2. Muhammadiyah dan masyarakat; menempatkan diri sebagai gerakan Islam

dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam masyarakat dengan maksud terutama

membentuk keluarga dan masyarakat sejahtera sesuai dengan dakwah jamaah

3. Muhammadiyah dan politik. Muhammadiyah berusaha sesuai deng khittahnya

dengan dakwah ‘amar makruf nahi munkar. Muhammadiyah tidak

mempunyai hubungan organisatoris dan tidak berafiliasi dengan salah satu

partai politik.

4. Muhammadiyah dan ukhuwah Islamiyah. Sesuai dengan kepribadiaanya,

muhammadiyah akan bekerjasama dengan golongan Islam manapun dalam

35

Page 36: muhammadyah 1

usaha menyiarkan dan mengamalkan agama islam serta membela

kepentingannya.

5. Dasar program Muhammadiyah

a. Memulihkan keblai muhammadiyah sbg persyarikatan yang menghimpun

sebagian anggota masy, muslim/muslimat yang beriman teguh, taat

beribadat, berakhlak mulia, menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat.

b. Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah

tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara kesatuan RI dan

meningkatkan kepekaan sosial terhadp persoalan-persoalan dan kesulitan

hidup masyarakat.

c. Menetapkan persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan untk

melaksanakan dakwah amar makruf nahi munkar kesegenap penjuru dan

lapisan masyarakat serta disegala bid. kehidupan di Negara RI yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

I. Visi dan Misi Muhammadiyah

Visi Muhammadiyah :

Muhammadiyah sbg gerakan dakwah Islam yang berlandaskan kepada Al-

Qur’an dan As-Sunnah dengan watak Tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah

dan aktif dalam melaksanakan dakwah amar makruf nahi munkar di segala bidang

sehingga menjadi rahmatan lil al ‘alamin bagi ummat, bangsa, dan dunia

36

Page 37: muhammadyah 1

kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat utama yang diridhai Allah SWT dalam

kehidupan di dunia ini.

J. Lambang Muhammadiyah

1. Bentuk Lambang Muhammadiyah

Lambing persyarikatan berbentuk matahari yang memancarkan dua belas

sinar yang mengarah kesegala penjuru, dengan sinarnya yang putih bersih bercahaya.

Ditengah-tengah matahari terdapat tulisan dengan huruf Arab; Muhammadiyah. Pada

lingkaran atas yang mengelilingi tulisan Muhammadiyah terdapat; tulisan berhuruf

Arab, berujud kalimat syahadat tauhid: “Asyahadu anal ila-ha illa Allah” (saya

bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan kecuali Allah), dan pada lingkaran bagian

bawah tertulis kalimat syahadat Rasul “Waasyhadu anna Muhammadan Rasulullahi”

(dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Seluruh gambar matahari

dengan atributnya berwarna putih dan terletak diatas warna dasar hijau daun.

2. Maksud Lambang Muhammadiyah

Matahari adalah merupakan salah satu benda langit ciptaan (makhuk) Allah.

Dalam system tata surya matahari menemapati posisi sentral (heliosentris) yaitu

menjadi titik pusat dari semua planet-planet lain. Matahari merupakan benda langit

yang dari dirinya sendiri memiliki kekutan memancarkan sinar panas yang sangat

berguna bagi kehidupan biologis semua mahluk hidup yang ada dibumi. Dan tanpa

panas sinar hidup tidak mungkin dapat meneruskan kehidupannya.

37

Page 38: muhammadyah 1

Muhammadiyah menggambarkan jati diri, gerak serta manfaatnya

sebagaimana matahari. Kalau matahari menjadi penyebab lahiriah berlangsung

kehidupan secara biologis bagi seluruh mahluk hidup yang ada dibumi, maka

Muhammadiyah akan menjadi penyebab lahirnya, berlansungnya kehidupan secara

spiritual, rohaniah bagi semua orang yang mau menerima pancaran sinarnya yang

berupa ajaran agama Islam sebagaimana yang termuat dalam Al-Qur’an dan As-

Sunnah. Ajaran Islam yang hak dan lagi sempurna itu seluruhnya berintikan dua

kalimat syahadat. Kehidupan rohaniah karena sinar dua kalimat syahadat itulah

digambarkan oleh surat al-Anfal 24: “wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah

seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeruh kalian kepada sesuatu yang

member kehidupan kepada kalian”

Dua belas sinar matahari yang memancar keseluruh penjuru mengibarkan

tekad dan semangat pantang menyerah dari warga Muhammadiyah dalam

memperjuangkan Islam ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia sebagai tekad

dan semangat pantang mundur dan menyerah dari kaum Hawary, yaitu sahabat Nabi

Isa as. Yang jumlahnya dua belas orang. Karena tekad dan semangat telah teruji

secara meyakinkan maka Allah pun berkenaan mengabadikan mereka dalam salah

satu ayat Al-Qur’an, yaitu surat as-Shaf ayat 14: “Wahai’ sekalian orang-orang

beriman! Jadikanlah kalian penolong-penolong (agama) Allah, sebagaimana ucapan

Isa putra Maryam kepada kaum Hawary: “siapa yang bersedia menolongku (semata-

mata untuk menegakan agama Allah), lalu segolongan bani Israil beriman dan

38

Page 39: muhammadyah 1

segolongan (yang lain) kafir: maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang

beriman terhadap musuh-musuh mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang

menang”.

Warna putih pada seluruh gambar matahari melambangkan kesucian dan

keikhlasan. Muhammadiyah dalam berjuang untuk menegakkan dan menjunjung

tinggi agama islam. tidak ada motif lain kecuali semata-mata mengharapkan keridlaan

Allah. Keikhlasan yang menjadi inti (nucleus)- ajaran ikhsan sebagaiman yang

dianjurkan Rasulullah benar-benar dijadikan jiwa dan ruh perjuangan

Muhammadiyah sudah ditanamkan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Sebab telah diyakini

secara sungguh-sungguh bahwa setiap perjuangan yang didasari oleh iman dan ikhlas

maka kekuatan apa pun tidak ada yang mampu mematahkannya (lihat surat Shaad 73-

85, as-Shaffat 138, al-A’raf 11-18).

Warna hijau yang menjadi warna dasar melambangkan kedamaian dan

kesejahteraan. Muhammadiyah berjuang ditengah-tengah masyarakat bangsa

Indonesia dalam rangka merealisasikan ajaran agama Islam yang penuh dengan

kedamaian, selamat dan sejahtera bagi umat manusia (al-Anbiya’ ayat 107).

K. Sejarah Kepemimpinan Muhammadiyah Dari Masa Ke Masa

Dalam mengkisahkan perjalanan Muhammadiyah dari masa ke masa, maka

akan lebih jelas mengikuti alur periodesasi kepemimpinan Muhammadiyah, tentu saja

akan tampak adanya dinamika yang berbeda, menurut latar situasi dalam waktu yang

39

Page 40: muhammadyah 1

berbeda-beda. Namun, ada yang penting dan perlu diperhatikan ialah, selama 89

tahun Alhamdulillah Muhammadiyah TIDAK PERNAH PECAH, tetap utuh konsiten

pada bidang garap dan gerakannya. Catatan singkat perjalanan Muhammadiyah dari

masa ke masa dikisahkan sebagai berikut :

1. Periode Kepemimpinan Kha Dahlan (1912 – 1923)

Periode ini merupakan masa perintisan pembentukan organisasi dan jiwa serta

amal usaha. Selain itu masa pengenalan ide-ide pembaharuan dalam metode gerakan

amaliah Islamiyah. Ahmad dahlan mengenalkan Muhammadiyah melalui beberapa

cara, antara lain silaturahmi, mujadalah (diskusi), Tausiyah-ma’idhoh hasanah, dan

memberikan keteladanan dalam praktek pengamalan ajaran Islam.

Pada periode ini dibentuk perangkat awal seperti : Majelis Tabligh, Majelis

Sekolahan 9pengajaran), Majelis Taman Pustaka, Majelis Penolong Kesengsaraan

Oemoem (PKO), ‘Aisyiyah, Kepanduan Hizbul Wathon (HW), menerbitkan majalah

“SWORO MOEHAMMADIJAH”. Selain itu mempelopori berdirinya rumah sakit

umat Islam, Rumah Miskin, dan Panti Asuhan Yatim/Piatu, serta menganjurkan dan

mempelopori hidup sederhana, terutama dalam menyelenggarakan Walimatul’Urusy

(pesta perkawinan).

Dalam mengadakan perubahan untuk meluruskan kembali ajaran Islam,

Ahmad dahlan menggunakan pendekatan pesuasif (ngemong dan memberikan

40

Page 41: muhammadyah 1

penjelasan), sehingga para para penentangnya simpati, bahkan ada yang mengikuti

gerakannya.

2. Periode Kepemimpinan Kh Ibrahim (1923 –1932)

Pada periode ini Muhammadiyah mulai berkembang meluas sampai kedaerah-

daerah luar Jawa. Perangkat yang dibentuk antara lain : Majelis Tarjih,

Nasyi’atul’Aisyiyah dan kemudian Pemuda Muhammadiyah. Adapun Aktivitas yang

menonjol antara lain :

Pada tahun 1924 mengadakan “Fonds Dachlan”, untuk membeayai sekolah

anak-anak miskin. Mengadakan khitanan massal pertama kali (1925). Pada

konggres di Surabaya tahun 1926 diputuskan Pemakaian Tahun Islam dalam

catat-mencatat termasuk surat menyurat dan Sholat Hari Raya di tanah lapang.

Pada tahun 927 pada konggres di Pekalongan muncul persoalan politik dengan

keputusan pokok “Muhammadiyah TIDAK bergerak dalam bidang POLITIK,

namun memperbaiki budi pekerti yang luhur (Akhlaqul Karimah) bagi orang

yang akan berpolitik (tidak melarang anggotanya berpolitik).

Pada tahun 1928 mulai mengirim putera & puteri lulusan sekolah

Muhammadiyah (dari Mu’allimien, Muallimat, Tabigschool, Normalschool) di

benum ke pelosok tanah air, sebagai “anak panah” Muhammadiyah. Pada

Konggres di Solo tahun 1929, Muhammadiyah mendirikan Uitgeefster My

(badan usaha penerbitan buku-buku sekolah Muhammadiyah yang dikelola oleh

41

Page 42: muhammadyah 1

Majelis Taman Pustaka). Di konggres ini pula terjadi “Penurunan Gambar KHA

Dahlan” (dan dilarang untuk sementara waktu dipasang, karena ada gejala

kultus). Pada Konggres di Minangkabau tahun 1930 muncul eselon CONSUL

HOFD BESTUUR MUHAMMADIJAH (sekarang PWM). Pada konggres di

Makasar 1932 antara lain diputuskan penerbitan Koran Muhammadiyah

(Dagblad Adil) dilaksanakan oleh cabang Solo.

3. Periode Kepemimpinan Kh Hisyam (1932 – 1936)

Periode ini kegiatan pendidikan mendapatkan porsi yang mantap, selain itu

pula diadakan penerbitan administrasi organisasi. Pada konggres tahun 1934 lebih

dimantapkan pengembangan lembaga pendidikan tingkat menengah dan mengubah

sekolah dengan nama Belanda menjadi nama khas kita, seperti : Volkschool menjadi

Sekolah Rakyat. Pada Konggres tahun 1935 memutuskan pembentukan Majelis

Pimpinan Perekonomian yang tugasnya membantu perbaikan ekonomi anggota

(membentuk semacam kooperasi). Pada tahun 1936 diadadkan Konggres Seperempat

Abad (XXV) di Jakarta, diputuskan anatara lain mendirikan sekolah Tinggi, dan

mendirikan Majelis Pertolongan & Kesehatan Muhammadiyah (MPKM) di seluruh

cabangdan ranting.

4. Periode Kepemimpinan Kh Mas Mansyur (1936 – 1942)

Masa kepemimpinan KH Mas Mansyur merupakan tokoh yang kreatif dan

terkenal sikapnya yang istiqomah dan pemberani, sehingga ikut dalam pengisian jiwa

42

Page 43: muhammadyah 1

gerakan Muhammadiyah, dan penegasan kembali faham agama yang menjadi garis

besar Muhammadiyah. Pada periode ini memaksimalkan Majelis Tarjih, sehingga

menghasilkan “Masalah Lima” (Dunia, Agama, Qiyas, Sabilillah, dan ibadah). Selain

itu menggerakkan Muhammadiyah lebih dinamis dan berbobot, dengan konsepnya

yang terkenal “Langkah Dua belas”nya. Catatan kekiatan yang menonjol saat itu

antara lain :

a. Membentuk Komisi Perjalanan Haji (HM Suja’, HA Kahar Mzkr & R.

Sutomo)

b. Pembentukan Bank Muhammadiyah (Konggres di Yogyakarta 1937)

c. Menentang Ordonansi Pencatatan Perkawinan Oleh Pemerintah Belanda

d. Menentang Ondewijs Ordonansi (larangan guru mengajar di Sekolah Muh.)

e. Mengganti seluruh istilah Hindia Belanda dengan Indonesia

f. Mengeluarkan “Franco Amal” menghimpun dana untuk kaum dhu’afa

g. Mulai dirintis semacam Khittah Muhammadiyah

h. Ikut mempelopori beririnya MIAI (Majelisul Islam A’la Indonesia)

5. Periode Kepemimpinan Ki Bagus Hadikusuma (1942 – 1953)

Ki Bagus Hadikusuma termasuk tokoh Muhammadiyah yang juga mengisi

dan membentuk jiwa bagi gerakan Muhammadiyah. Pada periode ini dilahirkan

Muqaddimah Anggaran dasar Muhammadiyah, sebagai rumusan singkat atas gagasan

dan pokok-pokok pikiran KHA Dahlan (melalui murid-muridnya).

43

Page 44: muhammadyah 1

Periode ini menghadapi zaman Jepang, awal kemerdekaan, masa revolusi fisik

mempertahankan Republik Indonesia. Oleh karena itu, aktivitas Muhammadiyah

banyak tersita dengan perjuangan kenegaraan, seperti mempersiapkan kemerdekaan,

mendirikan kelasykaran/badan perjuangan untuk membela Republik Indonesia dan

sebagainya.

Perlu dicatat dalam sejarah, bahwa masa periode ini Muhammadiyah berani

menentang pemerintah Dai Nippon yang mewajibkan “Syeikerai” (memuja

Amaterasu Omikami dan Tenno Haika, syirik hukumnya), dalam hal ini Jepang

mundur dan Muhammadiyah berhasil. Muhammadiyah ikut mendirikan Pasukan

Hizbullah Sabilillah, Majelis Syurau Muslimin Indonesia (Masjumi) pengganti MIAI,

dan mendirikan Asykar Perang Sabil (APS). Ketika opsir Jepang mewakili Indonesia

bagian Timur minta penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta yang sudah disepakati

untuk pembukaan UUD 1945, dan mengancam akan memisahkan diri dari RI, maka

ki Bagus Hadikusuma mencarikan solusi dengan mengganti dengan kata “Ketuhanan

Yang Maha Esa”.

6. Periode Kepemimpinan A.R. Sutan Mansyur (1952 – 1959)

Kepemiminan AR Sutan Mansyur dikenal sebagai masa memperkokoh Ruh

Tauhid, yaitu dengan disusunnya Khittah Palembang. Pada periode ini yang penting

dicatat sejarah antara lain :

a. Sidang Tanwir di Pekajangan, 1955 membicarakan Konsepsi Negara Islam.

44

Page 45: muhammadyah 1

b. Sidang Tanwir 1956 di Yogyakarta memutuskan :

– Muhammadiyah tetap bergerak dalam bidang agama & kemasyarakatan,

– Masalah politik diserahkan pada Partai Masjumi,

– Bagi warga Muhammadiyah yang aktif politik dianjurkan ke Partai Islam

– Keanggotaan Istimewa dihapus, namun tetap hubungan baik dengan Masjumi.

7. Periode Kepemimpinan Hm Yunus Anis (1959 – 1962)

Pada periode ini situasi negara dalam goncangan sosial politik, sehingga baik

langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada gerak perjuangan

Muhammadiyah. Namun HM Yunus Anis mampu membawa Muhammadiyah untuk

tetap pada jati dirinya, yaitu tetap menempatkan kedudukannya sebagai Gerakan

Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dalam bidang sosial keagamaan. Selain itu,

penataan administrasi Muhammadiyah dibangun dengan baik sebagaimana organisasi

modern. Dokumentasi Muhammadiyah mulai dibenahi dan diatur rapi, sehingga

memudahkan penulisan dan penelitian dalam Muhammadiyah.

Pada periode ini Majelis Pustaka sangat berperan, baik dalam bidang

perpustakaannya, dokumentasi arsip-arsip dan penerbitan Muhammadiyah, serta

banyak menghasilkan penerbitan RIDUP (riwayat hidup) tokoh-tokoh

Muhammadiyah, dan Almanak Muhammadiyah.

8. Periode Kepemimpinan Kha Badawi (1962 – 1968)

45

Page 46: muhammadyah 1

Periode ini merupakan periode Muhammadiyah menghadapi PKI, dan

kehidupan kenegaraan yang cenderung terkontaminasi politik PKI. Situasi Sosial

Ekonomi sangat buruk, kemiskinan merajalela, gerak politik yang revolusioner yang

tidak menentu. Pimpinan Muhammadiyah periode ini bertugas terus memperkokoh

kekuatan umat Islam dalam melawan PKI dan antek-anteknya. Selain itu,

menyelamatkan negara dengan pendekatan pada presiden agar tidak terseret jauh

terpengaruh oleh politik PKI yang memusuhi umat Islam Indonesia.

9. Periode Kepemimpinan Kh Fakih Usman / H. Ar Fakhrudin (1968 – 1971)

Pada Muktamar ke 37 di Yogyakarta KH Fakih Usman dikukuhkan sebagai

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, namun tiada berapa lama beliau wafat, dan

Sidang Tanwir menetapkan H. AR Fakhrudin (WK Ketua I) sebagai Ketua Pimpinan

Pusat Muhammadiyah. (1968 – 1971). Periode ini yang lebih menonjol adalah “Me-

Muhammadiyahkan kembali Muhammadiyah”. Dalam hal ini mengadakan tajdid

dalam bidang ideologinya dengan “merumuskan “Matan Keyakinan dan Cita-cita

Hidup Muhammadiyah”, dalam bidang organisasi dan usaha perjuangannya dengan

menyusun “Khittah Perjuangan Muhammadiyah”.

10. Periode Kepemimpinan H. Ar Fakhrudin (1971 – 1990)

Periode ini meneruskan sebelumnya, yaitu usaha untuk meningkatkan kualitas

persyarikatan baik pemurnian amal usaha Muhammadiyah. AR Fakhrudin dipilih

sebagai ketua Muhammadiyah pada Muktamar ke 39 di Ujung Pandang 1971,

46

Page 47: muhammadyah 1

Muktamar ke 40 di Surabaya tahun 1978, dan Muktamar ke 41 di Surakarta, 1985.

Pada periode ini mengalami tantangan untuk mengubah Azas Islam dengan Pancasila

sebagai stu-satunya azaz organisasi di Indonesia. Ddengan kebijakan “Siasat Jalur

Helem” (yang artinya untuk sementara, dan tetap beraqidah Islam), Muhammadiyah

dalam selamat.

Beberapa keputusan penting antara lain :

a. Mengukuhkan Khittah Muhammadiyah (Khittah Ponorogo) di Muktamar 40.

b. Ikut membidani kelahiran partai Muslimin Indonesia (Parmusi)

c. Tersusunnya konsep-konsep Dakwah oleh Majelis Tabligh dan tuntunan

praktis.

d. Tersusunnya konsep kaderisasi dan pedoman praktis pembinaannya.

e. Tersusunnya berbagai pedoman pendidikan oleh Majelis Dikdasmen &

Dikti.

f. Pengaktifan kembali Majelis Pustaka, dalam rangka penyelamatan arsip

dokumen Muhammadiyah dan penerbitan-penerbitannya.

11. Periode Kepemimpinan Kh. Ahmad Azhar Basyir (1990 – 1995)

Pada periode ini berhasil dirumuskan Program Jangka Panjang

Muhammadiyah 25 Tahun, yang meliputi Bidang Konsolidasi Gerakan, Bidang

Pengkajian dan Pengembangan, dan Bidang Kemasyarakatan. Program itu dijabarkan

secara strategis menjadi :

47

Page 48: muhammadyah 1

a. Bidang Konsolidasi gerakan, meliputi antara lain Konsolidasi Organisasi,

Kaderisasi dan Pembinaan AMM, Bimbingan Keagamaan, dan Peningkatan

Hubungan Kerjasama.

b. Bidang Pengkajian dan Pengembangan meliputi antara lain Pengkajian &

Pengembangan pemikiran Islam; Penelitian & pengembangan; dan Pusat

informasi Kepustakaan dan penerbitan.

c. Bidang kemasyarakatan meliputi, pendidikan; penanaman keyakinan Islam

kesehatan; Pengembangan Sosial Kemasyarkaatan; Kebudayaan; Ekonomi

dan Kewiraswastaan; Partisipasi Politik; Pengembangan General Muda;

Pembinaan keluarga; Pengembangan Peranan Wanita; Lingkungan Hidup; dan

PeningkatanKualitas Sumber daya manusia.

KH Ahmad Azhar Basyir memimpin Muhammadiyah tidak sampai akhir

periode, karena Allah SWT. Memanggil untuk menghadap keharibaannNya.

Kepemimpinan PP Muhammadiyah periode ini diteruskan oleh Dr. H. Amien Rais

(yang sebelumnya sebagai staf ketua).

12. Periode Kepemimpinan Prof. Dr. H. Amien Rais

PROF. DR. H. AMIEN RAIS (lahir di Solo, Jawa Tengah, 26 April 1944;

umur 68 tahun) adalah politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR

periode 1999 – 2004. Jabatan ini dipegangnya sejak ia dipilih oleh MPR hasil Pemilu

1999 pada bulan Oktober 1999. Namanya mulai mencuat ke kancah perpolitikan

48

Page 49: muhammadyah 1

Indonesia pada saat-saat akhir pemerintahan Presiden Soeharto sebagai salah satu

orang yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan Pemerintah. Setelah partai-partai

politik dihidupkan lagi pada masa pemerintahan Presiden Habibie, Amien Rais ikut

mendeklarasikan Partai Amanat Nasional (PAN). Ia menjabat sebagai Ketua Umum

PAN dari saat PAN berdiri sampai tahun 2005. Sebuah majalah pernah menjulukinya

sebagai “King Maker“. Julukan itu merujuk pada besarnya peran Amien Rais dalam

menentukan jabatan presiden pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan Sidang

Istimewa tahun 2001. Padahal, perolehan suara partainya, PAN, tak sampai 10%

dalam pemilu 1999. Lahir di solo pada 26 April 1944, Amien dibesarkan dalam

keluarga aktivis Muhammadiyah. Orangtuanya, aktif di Muhammadiyah cabang

Surakarta. Masa belajar Amien banyak dihabiskan di luar negeri. Sejak lulus sarjana

dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

pada 1968 dan lulus Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,

Yogyakarta (1969), ia melanglang ke berbagai negara dan baru kembali tahun 1984

dengan menggenggam gelar master (1974) dari Universitas Notre Dame, Indiana, dan

gelar doktor ilmu politik dari Universitas Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Kembali

ke tanah air, Amien kembali ke kampusnya, Universitas Gadjah Mada sebagai dosen.

Ia bergiat pula dalam Muhammadiyah, ICMI, BPPT, dan beberapa organisasi lain.

Pada era menjelang keruntuhan Orde Baru, Amien adalah cendekiawan yang berdiri

paling depan. Tak heran ia kerap dijuluki Lokomotif Reformasi.

49

Page 50: muhammadyah 1

13. Periode kepimimpinan Ahmad Syafi’i Ma’arif

(lahir di Sumpurkudus, Sijunjung, Sumatera Barat, 31 Mei 1935; umur 77

tahun) adalah mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah dan pendiri

Maarif Institute, yang juga dikenal sebagai seorang tokoh dan ilmuwan yang

mempunyai komitmen kebangsaan yang kuat. Sikapnya yang plural, kritis, dan

bersahaja telah memposisikannya sebagai “Bapak Bangsa”. Ia tidak segan-segan

mengkritik sebuah kekeliruan, meskipun yang dikritik itu adalah temannya sendiri.

14. Periode Kepemimpinan Prof. Dr. Sirajuddin Syamsuddin, atau dikenal dengan

Din Syamsuddin

Prof. Dr. Sirajuddin Syamsuddin (lahir di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara

Barat, 31 Agustus 1958; umur 54 tahun), adalah seorang politisi yang saat ini menjadi

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010. Istrinya bernama

Fira Beranata, dan memiliki 3 orang anak. Ia menempuh pendidikan sarjana di IAIN

Jakarta, dan kemudian melanjutkan pascasarjana dan doktornya di University of

California at Los Angeles (UCLA) di Amerika Serikat. Din pernah berkarier di

birokrasi menduduki jabatan sebagai Direktur Jenderal Binapenta Departemen

Tenaga Kerja Republik Indonesia. Sedangkan dalam kegiatan organisasi, Din pernah

menjabat sebagai Ketua DPP Sementara Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (1985),

Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah (1989-1993), Wakil Ketua PP

Muhammadiyah (2000-2005), Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan

50

Page 51: muhammadyah 1

Ketua Litbang Golongan Karya. Sebagai ketua PP Muhammadiyah, ia seringkali

diundang untuk menghadiri berbagai macam konferensi tingkat internasional

berkenaan dengan masalah hubungan antara umat beragama dan perdamaian.

51

Page 52: muhammadyah 1

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan

Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan

salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam. maksud dan

tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam

sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah

Subhanahu wa Ta‟ala.Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad

Dahlan menuntut ilmu di kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu

kemudian beliau membentuk sebuah wadah perubahan untuk kembali kepada Al

Qur‟an dan As Sunnah Rasullullah sesuai dengan arti Muhammadiyah yaitu pengikut

Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya Muhammadiyah di kampung Kauman

Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November

1912 M dan tersebarluas hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar

sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.

52

Page 53: muhammadyah 1

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Syamsul, Studi Kemuhammadiyahan: Surakarta: LPID, 2011

http://www.ppcindo.com/click.php?Kenuahammadiyahan

Nafi’ah, Siti.2011. “Ide Dasar/Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah”.

http://veeah.blogspot.com/2010/12/ide-dasarlatar-belakang-berdirinya.html

………….2011.” Al Islam dan KeMuhammadiyahan”.

http://regenerasi.wordpress.com/?p=9

………..2009.” Sejarah Berdirinya Muhammadiyah“.

http://www.suara-muhammadiyah.or.id

Cepot, Kopral.2009.”Sejarah Muhammadiyah”.

http://serbasejarah.wordpress/2009/05/31/sejarah -muhammadiyah/

53