MTBS

download MTBS

of 16

description

Keperawatan komunitas

Transcript of MTBS

BAB IIMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

A. PengertianManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa inggris integrated management of childhood illness(IMCI) adalah suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan secara menyeluruh yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan (Surjono et al ;Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008).Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu strategi yang dibuat oleh WHO dan UNICEF yang diperkenalkan pada 1996 sebagai strategi yang penting untuk memperbaiki kesehatan anak. MTBS ini memusatkan pada penanganan anak bawah lima tahun (balita), tidak hanya mengenai status kesehatannya namun juga penyakit-penyakit yang menyerang mereka. Fokusnya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan pada fasilitas tingkat pelayanan dasar (balai pengobatan dan pelayanan rawat jalan) dengan menggunakan standar serta pendekatan yang terintegrasi untuk pelayanan kesehatan (WHO-UNICEF , 2003).Pengertian terintegrasi atau terpadu dalam MTBS menurut merujuk pada sejumlah strategi tertentu yang ditambahkan dalam pendekatan manajemen. Tujuannya agar supaya anak bawah lima tahun (balita) mendapatkan pelayanan menyeluruh baik itu di rumah maupun di fasilitas kesehatan. MTBS dikatakan terpadu sebab memadukan bersama-sama pelayanan promosi, pencegahan, serta pengobatan dalam satu strategi, yang dikelola dan dikoordinir oleh tim yang melibatkan manajer dan para petugas yang mempunyai keahlian yang beragam. Penerapan MTBS menggunakan manajemen kasus untuk menangani masalah-masalah kesehatan masyarakat yang utama melalui standarisasi dan pendekatan terpadu didasarkan pada buku bagan yang diberikan pada paket pelatihan MTBS (WHO EMRO, 2004)Penanganan balita ini menggunakan suatu bagan yang memperlihatkan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya, sehingga dapat mengklasifikasikan penyakit yang dialami oleh balita, melakukan rujukan secara cepat dan tepat apabila diperlukan. Inti dari kegitan MTBS adalah pengklasifikasian penyakit, penilaian status gizi, pemberian imunisasi pada balita, pemberian konseling pada ibu tentang tata cara pemberian obat di rumah, kunjungan ulang, penanganan tindak lanjut (Depkes RI, 2007)

B. Sasaran MTBSSasaran MTBS adalah anak umur 0-5 Tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 Tahun (Depkes RI, 2008). Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan diunit rawat jalan kesehatan dasar seperti puskesmas.

C. Kebijakan dan strategi pelaksanaan MTBSUntuk meningkatkan penemuan penderita tuberkulosis, ISPA, malaria, DBD secara dini pada anak Balita diperlukan puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) setiap daerah menerapkan suatu metode yang bersifat aktif selektif, yaitu MTBS. Aspek positif dari data yang ada adalah walaupun Case Detection Rate (CDR) rendah (karena penemuan pasif) tetapi target cure rate tercapai, ini menunjukkan bahwa 85% sembuh ternyata masih banyak anak balita penderita TB dilapangan belum ketemu dan diobati yang merupakan sumber penularan. Dengan cara sekarang (berdasarkan hasil penelitian) akan sulit untuk meningkatkan CDR. Sebaiknya dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas menerapkan metode penemuan penderita tuberkulosis dengan cara aktif selektif yang terintegrasi dengan pelayanan gizi dan kesehatan dasar di posyandu maupun polindes, yaitu dengan MTBS.Alasan yang dapat menjelaskan mengapa dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas tidak dapat membuat kebijakan dalam penemuan penderita tuberkulosis dan penyakit infeksi anak. Balita lainnya karena tidak adanya pendanaan yang cukup untuk melakukan modifikasi serta pendanaan program penurunan angka kesakitan dan kematian anak balita. Oleh karena itu perlu promosi MTBS yang dapat membantu mencegah penularan berbagai penyakit pada anak dan menolong penyembuhan anak balita sakit dikota maupun dipedesaan. Sampai saat ini strategi yang dikembangkan seperti terlihat pada gambar dibawah dibawah ini.

D. Indikator keberhasilan MTBSIndikator prioritas Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang digunakan dalam fasilitas pelayanan dasar meliputi: ketrampilan petugas kesehatan, dukungan sistem kesehatan dalam menjalankan MTBS dan kepuasan ibu balita atau pendampingn balita (WHO, 2001, Depkes, 2005).a. Keterampilan petugas kesehatan terdiri dari:1) Kemampuan untuk menilai: tanda bahaya yaitu batuk, diare dan demam berat anak yang tercatat dalam kartu pertumbuhan, status imunisasi, indeks manajemen terpadu dan cara pemberian makanan pada anak dibawah dua tahun2) Melakukan terapi yang benar dan konseling, meliputi: menentukan pemberian antibiotik oral dan anti malaria yang benar, menentukan perlu tidaknya pemberian antibioti.3) Memberi nasehat kepada ibu balita jika anak sakit harus banyak minum dan makan secara terus menerus, memberikan imunisasi pada anak yang membutuhkan, memberikan penjelasan tentang bagaimana upaya rehidrasi oral, antibiotik dan anti malaria4) Manajemen penyakit berat pada anak dengan melakukan rujukan jika dibutuhkanb. Dukungan sistem kesehatan untuk Manajemen Terpadu Balita sakit (MTBS)1) Supervisi paling tidak suatu tempat pelayanan kesehatan menerima satu kali kunjungan supervisi untuk observasi penanganan kasus dalam enam bulan terakhir2) Persediaan obat dan alat kesehatan, kecukupan obat untuk terapi oral esensial, kecukupan obat injeksi dalam pertolongan sebelum dirujuk, peralatan vaksinasi yang memaksimalkan dan kecukupan jenis vaksin3) Cakupan pelatihan MTBS paling tidak ada 60% tenaga kesehatan yang bisa mengelola anak-anak dalam MTBSc. Strategi implementasi Manajemen Terpadu balita Sakit (MTBS)Menurut WHO (2003) implementasi strategi MTBS di seluruh dunia mengikuti tiga komponen, yaitu : memperbaiki keterampilan petugas kesehatan lewat pembekalan tentang petunjuk Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan kegiatan promosi, perbaiki sistem kesehatan yang dibutuhkan untuk pengeloloaan anak sakit dengan efektif serta perbaikian kesehatan keluarga dan masyarakat. Berikut ini adalah gambar tentang strategi implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam Tabel 1.Tabel 1. Strategi Implementasi MTBSMemperbaiki ketrampilan petugas kesehatanPenguatan system kesehatanMemperbaiki kesehatan dalam keluarga dan masyarakat

Petunjuk standar operational Suplai obat esensial dan pengelolaannyaMencari pelayanan kesehatan, perbaikan nutrisi

Pelatihan (sebelum pelayanan dan dalam pelayanan)Organisasi pada pelayanan kesehatanPelayanan rumah dan anjuran untuk taat dalam pengobatan

Evaluasi setelah pelatihanManajemen dan supervisiMelibatkan masyarakat

Strategi utama dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah pengelolaan masalah penyakit anak di negara berkembang dengan fokus penting pada pencegahan kematian anak. Strategi tersebut meliputi intervensi pada kegiatan preventif dan kuratif dengan tujuan memperbaiki pelayanan di sarana pelayanan kesehatan dan pelayanan rumah. Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) juga berguna untuk memperbaiki keterampilan petugas kesehatan pada tingkat pertama pelayanan kesehatan juga termasuk kemampuan berkomunikasi dan konseling sehingga diharapkan kualitas layanan pada anak juga dapat diperbaiki serta komunikasi yang baik pada orangtua (UNICEF, 2005)Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) bukan program yang vertikal tapi merupakan strategi terpadu dalam memperbaiki kualitas layanan balita sakit dipelayanan kesehatan tingkat pertama dengan melakukan penggabungan antara penyakit diare, program ISPA, beberapa aspek dari program malaria, nutrisi serta penyakit lainnya dimana kondisi ini sangat tergantung pada efektifnya program pemberian obat esensial. Implementasi MTBS merupakan gabungan antara tatalaksana MTBS serta pemecahan masalahnya pada tingkat distrik dan sarana pelayanan kesehatan sekitarnya, petugaas kesehatan serta anggota masyarakat yang dilayani (WHO dan UNICEF, 2005)d. Manfaat strategi MTBSMenurut WHO (1999) manfaat implementasi strategi MTBS difasilitas pelayanan rawat jalan dalam penanganan balita sakit meliputi:1) Dapat mengkombinasi terapi untuk smeua penyakit 2) Memperkuat kemampuan petugas konselingMenyediakan pelayanan preventif3) Petugas mempunyai kemampuan dalam kecepatan merajuk anak dengan penyakit berat4) Memperbaiki kualitas pelayanan balita sakit pada tingkat, pelayanan rujukan5) Dapat memberikan pelayanan rumah seprti perbaikan gizi dan pelayanan preventif6) Penulisan resep (pemberian obat) yang baik dan tepat

E. Upaya Program MTBSMTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi suatu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.Tujuan pelayanan kesehatan anak adalah untuk memfasilitasi kesehatan yang optimal dan kesejahtraan bagi anak dan keluarganya. Hal ini berhubungan dengan aktivitas yang saling berkaitan antara masalah surveilans dan manajeman, masalah pencegahan/preventif, promotisi kesehatan dan koordinasi pelayanan pada anak dengan kebutuhan khusus.Proses manajeman kasus disajikan dalam satu bagan yangmemperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan carapelaksanaannya. Bagan tersebut menjelasakan langkah-langkah berikutini :a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan 5 tahun.Menilai anak sakit, berarti melakukan penilaian dengan caraanamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan membuat klasifikasi dimaksudkan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinanpenyakit atau masalah serta tingkat keparahannya. Klasifikasimerupakan suatu katagori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan Adalah merupakan penentuan tindakan dan memberipengobatan di fasilitas kesehatan yang sesuai dengan setiapklasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajariibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harusdilakukan di rumah.c. Memberi konseling bagi ibu Konseling berarti mengajari atau menasehati ibu yang mencakup mengajukan pertanyaan, mendengarkan jawaban ibu,memuji, memberikan nasehat yang relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek pemahaman ibu. Juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitaskesehatan.d. Memberi pelayanan tindak lanjut adalah menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datan untuk kunjungan ulang.e. Manajemen terpadu bayi muda umur 1 hari 2 bulan meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi muda umur 1 hari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan 5 tahun.Dalam memulai penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tidak ada patokan khusus besarnya perentase kunjungan balita sakit yang ditangani dengan pendekatan Manajemen Terpadu Batila Sakit (MTBS). Tiap Puskesmas perlu memperkirakan kemampuan mengenai seberapa besar balita sakit yang akan ditangani pada saat awal penerapan dan akan dicapai cakupan 100% penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas secara bertahap dilaksanakan sesuai dengan keadaan pelayanan rawat jalan di tiap puskesmas.Sebagai acuan dalam pentahapan penerapan adalah sebagai berikut:1) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit < 10 orang perhari perhari pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)dapat diberikan langsung kepada seluruh balita.2) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 10 25 orang perhari, berikanlah pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS) kepada 50% kujungan balita sakit pada tahap awal dansetelah 3 bulan pertama diharapkan telah seluruh balita sakit mendapatkan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).3) Puskesmas memiliki kunjungan balita sakit 21 50 orang per hari,berikanlah pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada 25 % kunjungan balita sakit pada tahap awal dan setelah 6 bulan pertama diharapkan seluruh balita sakit mendapat pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) ( Faridah, 2009).

F. Kegiatan/ Upaya MTBSKegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu:a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakitb. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan dalam sekali pemeriksaan MTBS)c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan) (Depkes RI, 2008 dalam Wijaya,2009).Adapun tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan menurut panduan MTBS adalah:a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumahb. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumahc. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumahd. Memberikan konseling bagi ibuSelain itu, di dalam MTBS terdapat penilaian dan klasifikasi bagi bayi muda berusia kurang dari 2 bulan. Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam MTBS terdiri dari:1) Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri2) Menilai dan mengklasifikasikan diare3) Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus4) Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI)5) Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi6) Memeriksa masalah dan keluhan lainRencana Aksi MTBS 2009-20141) Component I : Improving case management skills of first level workers through training and follow up2) Component II: ensuring that health facility supports required to provide effective IMCI care are in place3) Component III: Household and Community component-16 key messages about child care at household and community levels.

G. Kerjasama lintas program MTBS1. Adapun kerjasama lintas program yang dilakukan dalam MTBS meliputi:Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali, dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi Posyandu2. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan melakukan tatalaksana gizi buruk untuk mendukung fungsi posyandu yang dikelola oleh masyarakat melalui revitalisasi puskesmas3. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan melalu pemberian intervensi gizi4. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi, dan sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat.5. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam rangka meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang.

H. Azas Penyelenggaraan Puskesmas dan Alur Pelaksanaan MTBSAzas penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas.1. Azas Pertanggungjawaban WilayahAzas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatanb. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanyac. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanyad. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.2. Azas Pemberdayaan MasyarakatAzas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat. Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas. Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, bina keluarga balitab. Upaya pengobatan : posyandu, pos obat desac. Upaya perbaikan gizi :posyandu, keluarga sadar gizi (Kadarzi)d. Upaya kesehatan sekolah : dokter kecil , poskestrene. Upaya kesehatan lingkungan : kelompok pemakai airf. Upaya kesehatan usia lanjut : posyandu usilag. Upaya kesehatan kerja: pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)h. Upaya kesehatan jiwa : posyandui. Upaya pembinaan pengobatan tradisionalj. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif) : dana sehat, tabungan ibu bersalin (Tabulin).3. Azas KeterpaduanAzas penyelenggaraan Puskesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil optimal, penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :a. Keterpaduan lintas programKeterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain :1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan2) Puskesmas Keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/ KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi.3) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatanb. Keterpaduan Lintas SektorAdalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas(wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Misalnya upaya kesehatan ibu dan anak : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/ kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB.

4. Azas RujukanAzas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Ada dua macam rujukan yaitu rujukan upaya kesehatan perorangan dan rujukan upaya kesehatan masyarakat. Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan.Puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Demikian juga pelaksanaan kegiatan penerapan MTBS di Puskesmas memerlukan pelaksanaan manajemen yang sistematik untuk menghasilkan luaran pelayanan MTBS Puskesmas yang efektif dan efisien yang diselenggarakan secara terkait dan berkesinambungan dan memerlukan adanya perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban kegiatan MTBS. Dalam penyelenggaraan kegiatan , Puskesmas harus menerapkan program kendali mutu. Prinsip program kendali mutu adalah kepatuhan terhadap berbagai standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi yang memuaskan pemakai jasa pelayanan. Pengertian kendali mutu adalah upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan.

CONTOH PROTAP PELAYANAN MTBSPEMERINTAH KABUPATEN DINAS KESEHATANUPT PUSKESMAS DAWAN I

Pelayanan: MTBSProsedur: Pelaksanaan MTBS

1. Tujuan:Sebagai pedoman kerja bag petugas/paramedis dalamp elayanan/pemeriksaan balita sakit2. Sasaran:Petugas/paramedis dalam melaksanakan MTBS3. Uraian Umum:a. Anamnesa:Wawancara terhadap orang tua bayi mengenai keluhan utama, keluhan tambahan, lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan, riwayat penyakit lainnya.b. Pemeriksaan:1) Untuk bayi muda berumur 1 hari s/d 2 bulan:a) Periksa kemungkinan kejangb) Periksa gangguan nafasc) Ukur suhu tubuhd) Periksa kemungkinan adanya infeksi bakterie) Periksa kemungkinan ikterusf) Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan diareg) Ukur berat badanh) Periksa status imunisasii) Dan seterusnya lihat formulir MTBS2) Untuk bayi umur 2 bulan s/d 5 tahuna) Keadaan umumb) Respirasi (menghitung nafas)c) Derajat dehidrasi)d) Suhu tubuhe) Periksa telinga (apakah keluar cairan dari lubang telinga)f) Periksa status gizig) Pariksa status imunisasi dan pemberian vitamin Ah) Penilaian pemberian makanan untuk anemia/BGMc. Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter

4. Langkah-langkah kegiatan:a. Pasien bayi/balita dari loket pendaftaran menuju ke ruangan KIA/Gizi untuk ditimbang berat badannya, lanjut menuju ruang pelayanan MTBSb. Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalanc. Petugas melaksanakan anamnesa:1) Keluhan umum2) Keluhan tambahan3) Lamanya sakit4) Pengobatan yang telah diberikan5) Riwayat penyakit lainnyad. Petugas melakukan pemeriksaan:1) Keadaan umum2) Respirasi3) Derajat dehidrasi4) Suhu tubuh5) Telinga6) Status gizi7) Status imunisasi dan pemberian Vitamin Ae. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikasi dalam form klasifikasi dan memberikan penyuluhanf. Petugas memberikan pengobatan sesuai Buku Pedoman MTBS, bila perlu dirujuk ke ruangan pengobatan untuk konsultasi dokter.

8

Penilaian TANDA BAHAYA:KejangLetargi/tidakTidak mau minum atau menyusuMuntah-muntah

Penilaian GEJALA UTAMA:Batuk/sukar bernafasDiareDemamMasalah telinga

Menilai STATUS GIZI DAN IMUNISASI SERTA MASALAH PEMBERIAN MAKAN

Periksa untuk masalah lainnya

Klasifikasi dan beri pengobatan yang sesuai

Perawatan di rumah Pengantar diberi konseling tentang:Cara minum obatPengobatan infeksi localMelanjutkan memberi makanKapan harus kembali segeraKunjungan ulangRujuk Segera di fasilitas rawat jalan- Tindakan pra rujukan

Penatalaksanaan dirawat jalanPengobatan infeksi localMemberikan obat minumMenasehati dan mengajari pengantarKunjungan ulang

Fasilitas RujukanTindakan kegawatdaruratanDiagnosisMonitoring dan follow upNasehati orang tuanya

Skema 1 Proses Pemeriksaan MTBS(Sumber : The World Health Report 2006 dalam Pratono, 2007)

CONTOH PROTAP PELAYANAN MTBSPEMERINTAH KABUPATEN DINAS KESEHATANUPT PUSKESMAS DAWAN I

Pelayanan: MTBSProsedur: Pelaksanaan MTBS

1. Tujuan:Sebagai pedoman kerja bag petugas/paramedis dalamp elayanan/pemeriksaan balita sakit

2. Sasaran:Petugas/paramedis dalam melaksanakan MTBS

3. Uraian Umum:a. Anamnesa:Wawancara terhadap orang tua bayi mengenai keluhan utama, keluhan tambahan, lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan, riwayat penyakit lainnya.b. Pemeriksaan:1) Untuk bayi muda berumur 1 hari s/d 2 bulan:a) Periksa kemungkinan kejangb) Periksa gangguan nafasc) Ukur suhu tubuhd) Periksa kemungkinan adanya infeksi bakterie) Periksa kemungkinan ikterusf) Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan diareg) Ukur berat badanh) Periksa status imunisasii) Dan seterusnya lihat formulir MTBS2) Untuk bayi umur 2 bulan s/d 5 tahuna) Keadaan umumb) Respirasi (menghitung nafas)c) Derajat dehidrasi)d) Suhu tubuhe) Periksa telinga (apakah keluar cairan dari lubang telinga)f) Periksa status gizig) Pariksa status imunisasi dan pemberian vitamin Ah) Penilaian pemberian makanan untuk anemia/BGM

c. Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter4. Langkah-langkah kegiatan:a. Pasien bayi/balita dari loket pendaftaran menuju ke ruangan KIA/Gizi untuk ditimbang berat badannya, lanjut menuju ruang pelayanan MTBSb. Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalanc. Petugas melaksanakan anamnesa:1) Keluhan umum2) Keluhan tambahan3) Lamanya sakit4) Pengobatan yang telah diberikan5) Riwayat penyakit lainnyad. Petugas melakukan pemeriksaan:1) Keadaan umum2) Respirasi3) Derajat dehidrasi4) Suhu tubuh5) Telinga6) Status gizi7) Status imunisasi dan pemberian Vitamin Ae. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikasi dalam form klasifikasi dan memberikan penyuluhanf. Petugas memberikan pengobatan sesuai Buku Pedoman MTBS, bila perlu dirujuk ke ruangan pengobatan untuk konsultasi dokter

ALUR PELAYANAN MTBS

Loket PendaftaranBalita sakit

Ruang KIA/ GIZIMemeriksa status gizi ibu dan anak/Timbang BB dan TB Pasien membawa status dan formulir pencatatan

Ruang ImunisasiMemeriksa status kelengkapan imunisasi anakPerlu/tidak diberika Vitamin A

Ruang MTBS(TATALAKSANA BALITA SAKIT SESUAI DENGAN FORMULIR/BUKU PANDUAN MTBS) oleh staf terlatihPenilaian status kesehatan anakKlasifikasiPemberian tindakan dan saran kunjugan ulang

Ruang Promkes dan KeslingMemberikan penyuluhan spesifik sesuai dengan masalah yang ditemukanEx: Anak dengan ISPAPenyebab ISPATanda dan Gejala (tanda bahaya yang harus diketahui)PencegahanPertolongan pertama saat sakitTindakan lanjutan jika tidak kondisi tidak mengalami perbaikanPemberdayaan lahan untuk menanam tanaman yang berguna untuk kesehatan Jika tidak ada bahaya umum

Pencatatan dan PelaporanPasien pulangAPOTEKTatalaksana minum obat di rumahPenyimpanan obat yang baik dan benarPenggunaan obat yang baik dan benarRUJUK KE RUMAH SAKIT UMUMJika ada bahaya umum

Skema 2. Alur Pelayanan MTBSModifikasi alur Pelayanan MTBS Pemerintah Kabupaten Dinas Kesehatan Upt Puskesmas Dawan I, 2011)