mt-bab-4-analisis-pendapatan-nasional-pengantar-ekonomi-sem-1.doc

23
Bab IV Analisis Pendapatan Nasional 4.1 Pendahuluan 4.1.1 Deskripsi Singkat: Bab ini menjelaskan dan menganalisis pendapatan nasional serta faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional. Bab ini juga menjelaskan perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran, efek pengganda (mulitiplier effect), Inflationary gap dan deflationary gap, dan keseimbangan full employment. 4.1.2 Relevansi dan Manfaat Pemahaman terhadap efek pengganda, inflationary gap, deflationary gap dalam bab ini diharapkan mampu memberikan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis pendapatan nasional dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional. 4.1.3 Kompetensi 4.1.3.1Standar Kompetensi Pada akhir mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan kembali berbagai konsep dalam ekonomi makro yang meliputi alur perputaran ekonomi, analisis pendapatan nasional, teori konsumsi, teori investasi, keseimbangan IS- LM, pasar tenaga kerja, permintaan agregatif, perekonomian terbuka serta ancaman inflasi terhadap perekonomian. 1

description

kondit

Transcript of mt-bab-4-analisis-pendapatan-nasional-pengantar-ekonomi-sem-1.doc

Bab IV

Analisis Pendapatan Nasional

4.1 Pendahuluan

4.1.1 Deskripsi Singkat:

Bab ini menjelaskan dan menganalisis pendapatan nasional serta faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan nasional. Bab ini juga menjelaskan perhitungan

pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran, efek pengganda

(mulitiplier effect), Inflationary gap dan deflationary gap, dan keseimbangan full

employment.

4.1.2 Relevansi dan Manfaat

Pemahaman terhadap efek pengganda, inflationary gap, deflationary gap dalam

bab ini diharapkan mampu memberikan kemampuan mahasiswa dalam

menganalisis pendapatan nasional dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi

pendapatan nasional.

4.1.3 Kompetensi

4.1.3.1Standar Kompetensi

Pada akhir mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan kembali

berbagai konsep dalam ekonomi makro yang meliputi alur perputaran ekonomi,

analisis pendapatan nasional, teori konsumsi, teori investasi, keseimbangan IS-

LM, pasar tenaga kerja, permintaan agregatif, perekonomian terbuka serta

ancaman inflasi terhadap perekonomian.

4.1.3.2 Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat:

1. menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran;

2. menghitung efek pengganda (multiplier effect);

3. menjelaskan Inflationary gap dan deflationary gap;

4. menjelaskan konsep keseimbangan full employment.

1

4.2 Penyajian

4.2.1 Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran

Bab pertama telah disinggung mengenai pendapatan nasional dengan

pendekatan pengeluaran. Penghitungan pendapatan nasional ini dilakukan dengan cara

menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan semua pelaku ekonomi (sektoral).

Pengeluaran pelaku ekonomi atau sektor-sektor meliputi sektor rumah tangga,

perusahaan, pemerintahan, dan luar negeri.

4.2.1.1 Perekonomian dua sektor

Kegiatan ekonomi perekonomian ini hanya dilakukan oleh sektor rumah tangga

dan perusahaan. Rumah tangga sebagai penyedia faktor produksi menggunakan

penerimaannya untuk konsumsi dan menabung, sehingga secara matematis dapat

ditulis Y = C + S. Oleh karena konsumsi harus dilakukan walaupun tidak memiliki

pendapatan, maka:

C = Co + bYd, dimana untuk perkonomian dua sektor Yd = Y

Sehingga Y = Co + bY+S atau S=Y-Co-bY atau S = -Co +(1-b)Y

Dimana Y adalah pendapatan nasional

S adalah tabungan

-Co ditulis dengan So yaitu tabungan pada saat pendapatan sama dengan nol.

1-b atau 1- MPC adalah MPS (Marginal propensity to save). Dengan demikian

MPS = 1-MPC. MPC dan MPS merupakan suatu parameter, sehingga nilainya tidak

tergantung dari bessar kecilnya pendapatan.

Fungsi investasi yang digunakan adalah investasi otonom dimana besarnya

investasi tidak dipengaruhi oleh faktor lain dalam model. Untuk sektor perusahaan

pengeluarkan konsumsi berupa investasi untuk meningkatkan profit mereka. Secara

matematik dirumuskan: Y = C +I karena Y = C+S maka keadaan seimbang adalah

sebagai berikut

C + S = C + I

S = I, artinya jumlah yang ditabung sama dengan jumlah investasi.

2

Contoh soal:

C = 15 + 0,75Y apabila ingin mencari kurva tabungan maka menjadi S = -15 +0,25Y.

Pendapatan nasional break even untuk kasus tersebut terjadi ketika Y = C

Sehingga Y = 15 + 0,75Y

Y – 0,75Y = 15

0,25Y = 15

Y = 60

Apabila terdapat investasi sebesar 10 maka keseimbangan baru akan tercipta pada

S = I

-15 +0,25Y = 10

0,25Y = 25

Y = 100

Apabila digambarkan sebagai berikut

4.2.1.2 Perekonomian tiga sektor

Perekonomian ini terdiri dari tiga pelaku utama yaitu rumah tangga, perusahaan,

dan pemerintah. Pengeluaran dari perekonomian ini terdiri dari pengeluaran rumah

tangga (C) , pengeluaran perusahaan (I), dan pemerintahan (G), atau ditulis E = C + I +

3

0 60

S = -15 +0,25Y

C = 15 + 0,75Y

Y

C

I = 10

C +IY=Y

100

G. Sedangkan pendapatan diperoleh dari pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) ,

pajak (Tx), dan tabungan (S). Jika pemerintah memberikan subsidi (Tr) maka akan

menambah pendapatan masyarakat sehingga dapat ditulis Y = C+Tx+S-Tr.

Kondisi keseimbangan:

Y=E

C+Tx+S-Tr = C + I + G

S+Tx = I+G+Tr atau S-I = G-Tx+Tr

S - I disebut surplus sektor swata, sedangkan G-Tx+Tr disebut defisit anggaran

belanja. Dengan demikian perekonomian dikatakan seimbang jika surplus sektor

swasta sama dengan defisit anggaran belanja.

Gambar berikut adalah Keseimbangan tiga sektor

AD

Co

Io+Go

0 Y

-Co

Perhitungan pendapatan nasional tiga sektor dibedakan menjadi dua menurut

jenis pajaknya yaitu pajak yang sifatnya tetap (lump-sum tax) dan pajak yang besar

kecilnya tergantung dari besar kecilnya pendapatan nasional (proportional tax).

Contoh soal perhitungan pendapatan nasional.

C = 150 + 0,6Yd

I = 60

G = 50

4

C+I+GY=E

Ybep Yeq

C=Co+bYd

I+G

S=-Co+(1-b)Yd

Pembayaran transfer (Tr) = 10

Apabila pemerintah menetapkan sistem pajak tetap sebesar Tx = 45, maka pendapatan

nasional keseimbangannya adalah sebagai berikut:

Yd = Y-Tx+Tr

= Y-45+10

= Y-35

Y = C+I+G

Y =150 + 0,6Yd+60+50

Y =260+ 0,6(Y-35)

Y =260 + 0,6Y – 21

0,4Y = 239

Y = 597,5

Konsumsi Keseimbangan

C = 150 + 0,6Yd

= 150 + 0,6 (Y-35)

= 150 + 0,6Y – 21

= 150+ 0,6(597,5)-21

C = 487,5

Tabungan keseimbangan

S = - Co + (1-b)Yd

S = -150 + 0,4Yd

=-150 + 0,4 (Y-35)

= -150+ 0,4Y-14

=-150+ 0,4(597,5)-14

= 75

Apabila pemerintah menetapkan sistem pajak proporsional, misalnya Tx = 0,1Y+5,

maka pendapatan nasional keseimbangannya adalah sebagai berikut.

Yd = Y-Tx+Tr

5

= Y-(0,1Y+5)+10

= 0,9Y+5

Y = C+I+G

Y =150 + 0,6Yd+60+50

Y =260+ 0,6(0,9Y+5)

Y =260 + 0,54Y +3

0,46Y = 263

Y = 571,73

Konsumsi Keseimbangan

C = 150 + 0,6Yd

= 150 + 0,6 (0,9Y+5)

= 150 + 0,54Y +3

= 150+ 0,54(571,73)+3

C = 461,73

Tabungan keseimbangan

S = - Co + (1-b)Yd

S = -150 + 0,4Yd

=-150 + 0,4 (0,9Y+5)

= -150+ 0,36Y+2

=-150+ 0,36(571,73)+2

= 57,82

4.2.1.3 Perekonomian terbuka sektor

Perekonomian empat sektor terdiri dari konsumsi rumah tangga, investasi

perusahaan, pengeluaran pemerintah, dan perdagangan internasional (ekspor kurangi

impor) atau secara matematika:

Y = C + I + G +(X – M)

6

Impor pada perekonomian terbuk dibedakan menjadi dua yaitu impor yang

nilainya tidak tergantung pada variabel lain (Mo) dan yang tergantung pada besar

kecilnya pendapatan (mY).

Misal

C = 20 +0,6 Yd

I = 30

G = 10

Tx = 8

Tr = 3

X = 6

Dimana Yd = Y – Tx+Tr

Yd = Y – 8+3

Yd = Y-5

Apabila impor merupakan variabel konstan yaitu sebesar M = 2, maka besarnya

keseimbangan nasional, konsumsi, dan tabungan adalah sebagai berikut:

Keseimbangan nasional

Y = C + I + G +(X – M)

Y = 20 +0,6 Yd + 30+ 10 + (6 -2)

Y = 64 + 0,6 (Y-5)

0,4Y = 64-3

Y = 152,5

Konsumsi

C = 20 +0,6 Yd

C = 20 +0,6 (Y-5)

C = 20 +0,6 (152,5 – 5)

C = 108,5

Tabungan

S = -Co +(1-b)Yd

S = -20 + 0,4 Yd

= -20 + 0,4( 152,5-5)

= 39

7

Apabila impor tergantung pada pendapatan nasional yaitu sebesar M = 2 + 0,04Y,

maka besarnya keseimbangan nasional, konsumsi, dan tabungan adalah sebagai

berikut:

Keseimbangan Nasional

Y = C + I + G +(X – M)

Y = 20 +0,6 Yd + 30+ 10 + (6 –(2+0,04Y))

Y = 64+ 0,6Yd+0,04Y

0,96Y = 64 + 0,6 (Y-5)

0,36Y = 61

Y = 169,44

Konsumsi

C = 20 +0,6 Yd

C = 20 +0,6 (Y-5)

C = 20 +0,6 (169,44 – 5)

C = 118,67

Tabungan

S = -Co +(1-b)Yd

S = -20 + 0,4 Yd

= -20 + 0,4( 169,44-5)

= 45,77

4.2.2 Efek pengganda (mulitiplier effect)

Angka pengganda (multiplier) adalah suatu angka yang menunjukkan rasio

antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan salah satu variabel yang

membentuknya. Varibel penyebabnya adalah pengeluaran pemerintah, investasi, pajak,

dan pembayaran transfer.

4.2.2.1 Perekonomian dua sektor

Untuk angka pengganda pengeluaran investasi dirumuskan sebagai berikut

S=I maka I = Y- Co + bY

Atau Y= Co+bY+I

8

(1-b)Y= Co+I

Y=1/(1-b) Co+I

Jadi AY/ΔI = 1/(1-b)

Misalnya C = 15 + 0,75Y dengan I = 10

Y = C+I

Y= 15 + 0,75Y + I

Y = 1/0,25 (15+I)

Jadi ΔY/ΔI (multiplier investasi) adalah 1/0,25 = 4

Artinya kenaikkan investasi sebesar 1 satuan akan meningkatkan pendapatan nasional

sebesar 4 satuan.

4.2.2.2 Perekonomian Tiga Sektor

Dalam perekonomian tiga sektor, pengeluaran konsumsi masih sama seperti

perekonomian dua sektor yaitu C = Co+bYd, dimana Yd adalah disposible incame yang

diperoleh dari pendapatan dikurangipajak dan ditambah pembayaran transfer atau

dalam matematika ditulis Yd=Y-Tx+Tr. Sistem pajak yang digunakan oleh pemerintah

akan mempengaruhi angka pengganda dari perekonomian tiga sektor.

Pajak Lump Sum

Bentuk matematika pajak lump sum Tx = Txo, maka angka multipliernya

Y = Co+bYd+I+G

Y= Co+b(Y-Tx+Tr)+I+G

Y= Co+bY-bTx+bTr+I+G

(1-b)Y= Co-bTx+bTr+I+G

Y=1/(1-b) [Co-bTx+bTr+I+G]

Multipliernya

Contoh:

C = 150 + 0,6Yd

b = MPC = 0,6

Apabila terjadi perubahan pengeluaran pemerintah sebesar 20 maka pendapatan

nasional akan mengalami perubahan sebesar:

9

ΔY =

= 1/(1-0,6) 20

= 50

Artinya kenaikan pengeluaran pemerintah sebesar 20 menyebabkan kenaikan

pendapatan nasional sebesar 50.

Pajak Proporsional

Bentuk matematika pajak proporsional Tx = To+tY, sehingga angka multipliernya

Y = Co+bYd+I+G

Y= Co+b(Y-Tx+Tr)+I+G

Y= Co+b(Y-(To+tY)+Tr)+I+G

Y= Co+bY-bTo-btY+bTr+I+G

Y-bY+btY= Co-bTo+bTr+I+G

Y=1/(1-b+bt) [Co-bTo+bTr+I+G]

Multipliernya

Contoh:

C = 150 + 0,6Yd

Tx = 0,1Y+5

b = MPC = 0,6

t = 0,1

Apabila terjadi kenaikkan pengeluaran pemerintah sebesar 20, maka pendapatan

nasional akan mengalami kenaikan sebesar

ΔY =

=1/(1-0,6+0,6 x 0,1) x 20

= 43,47

Pengeluaran Transfer naik sebesar 2, maka pendapatan nasional akan mengalami

kenaikan sebesar

10

= 0,6/(1-0,6+0,6 x 0,1) x2

= 2,61

4.2.2.3 Perekonomian Empat Sektor (Perekonomian Terbuka)

Angka pengganda untuk perekonomian empat sektor dibedakan menjadi impor

dengan variabel konstan dan impor yang tergantung pada pendapatan.

Impor dengan variabel konstan:

Nilai impor dirumuskan sebagai

M = Mo, dimana Mo adalah nilai imporapabila pendapatan sama dengan nol

- Dengan sistem pajak lump sum

- Dengan sistem pajak proportional

Impor yang tergantung pada pendapatan:

Nilai impor yang tergantung pada pendapatan nasional dirumuskan sebagai

M = Mo+mY , dimana m adalah Marginal Propensity to Import

- Dengan sistem pajak lump sum

- Dengan sistem pajak proportional

4.2.3 Inflationary gap dan deflationary gap

11

Inflationary gap dan deflation gap terjadi pada kondisi full employment yang

menyebabkan pendapatan nasional tidak berada pada titik keseimbangan. Perhatikan

gambar berikut ini:

12

AD

Yfe1 Yeq Yfe2 Y

Pada kasus deflation gap, tingkat pendapatan full employment dan permintaan

agregatif lebih kecil daripada penawaran agregatif (Yfe2). Kondisi ini akan terjadi

kesenjangan deflasi atau (deflation gap) sebesar GH. Sebaliknya apabila tingkat

pendapatan full employment permintaan agregatif lebih besar daripada penawaran

agregatif (Yfe1). Kondisi ini akan menyebabkan kesenjangan inflasi (inflationary gap)

sebasar IJ.

4.2.4 Keseimbangan full employment

Besarnya penawaran dalam perokonomian dapat dilihat dari besarnya

kemampuan produksi dari perekonomian tersebut. Jika seluruh faktor produksi dapat

digunakan untuk berproduksi, maka pendapatan nasional yang diperoleh adalah

pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh atau full employment Income.

Tingkat pendapatan full employment merupakan situasi yang diharapkan dalam suatu

perekonomian karena semua faktor produksi tidak ada yang menganggur.

Namun kondisi pendapatan full employment tidak sama dengan pendapatan

keseimbangan, karena pendapatan keseimbangan adalah tingkat pendapatan sama

dengan permintaan aggregatif. Pendapatan keseimbangan merupakan pendapatan

yang stabil, sehingga apabila pendapatan tersebut naik atau turun akan timbul kekuatan

13

H

J

I

G

Y=E

C+I+G+X-M=AD

untuk kembali ke pendapatan keseimbangan. Jadi tingkat pendapatan full employment

tidak akan bertahan lama karena perekonomian akan bergerak menuju ke tingkat

pendapatan keseimbangan.

4.3 Latihan

1) Jelaskan metode perhitungan pendapatan nasional keseimbangan dua

sektor!

2) Bagaimana menghitung efek pengganda perekonomian tiga sektor?

3) Bagaimana menghitung efek pengganda perekonomian empat sektor?

4) Jelaskan konsep Inflationary gap dan deflationary gap

4.2.5 Rangkuman

1. Penghitungan pendapatan nasional pendekatan pengeluaran dilakukan dengan

cara menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan semua pelaku ekonomi

(sektoral).

2. Pendekatan dua sektor terdiri dari konsumsi rumah tangga (C) dan investasi

perusahaan (I). Dalam perekonomian ini tabungan sama dengan investasi.

3. Pendekatan tiga sektor terdiri dari konsumsi rumah tangga (C),investasi

perusahaan (I), dan pengeluaran pemerintah (G). Angka pengganda dalam

perekonomian ini dipengaruhi oleh sistem pajak yang dipakai pemerintah yaitu

sistem pajak lump sum dan proporsional.

4. Pendekatan empat sektor terdiri dari dua konsumsi rumah tangga (C), investasi

perusahaan (I), pengeluaran pemerintah (G), dan perdagangan luar negeri (X-M).

Anka pengganda perekonomian ini tergantung pada impornya yaitu impor tetap dan

yang tergantung pada pendapatan.

5. Gap inflasi terjadi karena permintaan agregatif lebih besar daripada penawaran

agregatif, sedangkan gap deflasi terjadi karena tingkat pendapatan full employment

dan permintaan agregatif lebih kecil daripada penawaran agregatif.

6. Keseimbangan pendapatan nasional terjadi pada saat permintaan agregatif sama

dengan penawaran agregatif.

14

7. Posisi full employment income tidak pernah terjadi karena kurva selalu menuju titik

keseimbangan.

4.3 Penutup

4.3.1 Test Formatif

A. Soal Pilihan Ganda

1. Syarat keseimbangan perekonomian dua sektor adalah:

a. Besarnya investasi sama dengan tabungan

b. Besarnya konsumsi sama dengan investasi

c. Besarnya konsumsi sama dengan tabungan

d. Besarnya konsumsi sama dengan tabugan ditambah investasi

2. Tabungan merupakan fungsi dari:

a. Tingkat konsumsi

b. Tingkat bunga

c. Tingkat investasi

d. Tingkat pendapatan

3. Formula angka pengganda pengeluaran investasi adalah:

a. 1 / (1 – MPC)

b. 1 / (1 – MPS)

c. 1 / MPC

d. 1 / MPS

4. Nilai marginal propensity to save (MPS) dapat diformulasikan dengan:

a. 1 – MPC

b. MPC – 1

c. ∆Y / ∆C

d. ∆Y / ∆S

15

5. Angka pengganda (multiplier) pengeluaran investasi sebesar 5 bermakna:

a. Jika ada kenaikan investasi maka pendapatan nasional naik sebesar 5

sebesar seperlima (1/5) investasi.

b. Jika ada kenaikan investasi maka pendapatan nasional naik akan naik

sebesar 5 sebesar seperlima (1/5) kali kenaikan investasi.

c. Jika ada kenaikan investasi maka pendapatan nasional naik sebesar 5

investasi.

d. Jika ada kenaikan investasi maka pendapatan nasional meningkat sebesar

lima (5) kali kenaikan investasi.

6. Pendapatan nasional keseimbangan perekonomian tiga (3) sektor dapat

diformulasikan dengan:

a. S = C + I

b. Y = C + I + G

c. I + G = S + T

d. Jawaban B dan C benar

7. Formula angka pengganda (multiplier) pajak perekonomian tiga (3) sektor

adalah:

a. 1 / (1 – b)

b. 1 / (1 – s)

c. b / (1-b)

d. - b / (1-b)

8. Formula angka pengganda (multiplier) transfer perekonomian tiga (3) sektor

adalah:

a. 1 / (1 – b)

b. 1 / (1 – s)

c. b / (1-b)

d. - b / (1-b)

16

9. Kondisi di mana pendapatan nasional melebihi pendapatan pada kondisi full

employment menimbulkan:

a. Pendapatan nasional bertambah

b. Kesenjangang inflasi (Inflationary gap)

c. Kesenjangan deflasi (Deflasionary gap)

d. Lapangan pekerjaan berkurang

B. Soal Jawaban Singkat

1. Apakah yang dimaksud dengan angka pengganda (multiflier)?

2. Sebutkan dua jenis pajak?

4.3.2 Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Pemahaman mahasiswa terhadap pengertian dan teknik perhitungan

pendapatan nasional dilakukan dengan praktek, yaitu mahasiswa mencari data dan

melaporkan teknik yang digunakan dalam perhitungan pendapatan nasional yang

dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Mahasiswa diminta untuk pergi ke BPS untuk

mencatat dan mendokumentasikan langkah-langkah perhitungan pendapatan nasional.

Simpulkan dan presentasikan di depan kelas.

Mahasiwa dapat melanjutkan ke Pokok Bahasan selanjutnya jika mahasiswa

mampu menjawab semua pertanyaan paling tidak 75% benar. Selamat bagi Anda yang

telah lolos ke materi berikutnya!

4.3.4 Kunci Jawaban

A. Jawaban Soal Benar Salah

1. A

2. D

3. B

4. A

5. C

6. C

17

7. D

8. A

9. B

B. Jawaban Soal Uraian Singkat

1. Angka pengganda (multiplier) adalah suatu angka yang menunjukkan

rasio antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan salah

satu variabel yang membentuknya. Varibel penyebabnya adalah

pengeluaran pemerintah, investasi, pajak, dan pembayaran transfer.

2. Pajak yang sifatnya tetap (lump-sum tax) dan pajak yang besar kecilnya

tergantung dari besar kecilnya pendapatan nasional (proportional tax)>

DAFTAR PUSTAKA / ACUAN / BACAAN ANJURAN

Herlambang, Tedy, Sugiarto Brastomo, dan Said Kelana, (2001). Ekonomi Makro:

Teori, Analisis, dan Kebijakan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Mankiw, N. Gregory, (2000). Teori Makro Ekonomi, Edisi Empat, Jakarta: Erlangga.

Mangkusubroto, Guritno, dan Algifari, (1998). Teori Ekonomi Makro, Edisi Ketiga,

Jogjakarta: BP STIE YKPN.

Soediyono, R., (1985). Ekonomi Makro: Pengantar Analisa Pendapatan Nasional, Edisi

Keempat, Jogjakarta: Penerbit Liberty.

18