MPI tugas 1

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang telah diketahui, dunia metalurgi merupakan dunia yang sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Metalurgi adalah bidang ilmu yang menggunakan prinsip-prinsip keilmuan fisika, matematika dan kimia serta proses enjiniring untuk menjelaskan secara terperinci dan mendalam fenomena- fenomena proses pengolahan mineral (termasuk pengolahan batubara), proses ekstraksi logam dan pembuatan paduan, hubungan perilaku sifat mekanik logam dengan strukturnya, fenomena-fenomena proses penguatan logam serta fenomena- fenomena kegagalan dan degradasi logam. Lingkup bidang metalurgi ini sedemikian luas, dimulai dari pengolahan bahan galian, ekstraksi logam dan pemurniannya, pembentukan dan perlakuan panas logam, teknologi perancangan dan pengoperasian sistem-sistem metalurgi hingga fenomena kegagalan struktur logam akibat beban mekanik dan degradasi logam akibat berinteraksi dengan lingkungannya termasuk pengendaliannya, serta teknologi daur ulang. Peristiwa korosi yang terjadi pada material merupakan salah satu musuh besar dalam dunia industri, beberapa contoh kerugian yang ditimbulkan korosi adalah terjadinya penurunan kekuatan material dan biaya perbaikan kerusakan tersebut akan naik jauh dan lebih besar dari yang diperkirakan. Sehingga diperlukan suatu usaha pencegahan-pencegahan terhadap serangan korosi yang dapat terjadi pada suatu material. Nurul Tri Alona Sari (1206217313)Page 1

description

Tugas mengenai Metalurgi

Transcript of MPI tugas 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeperti yang telah diketahui, dunia metalurgi merupakan dunia yang sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Metalurgi adalah bidang ilmu yang menggunakan prinsip-prinsip keilmuan fisika, matematika dan kimia serta proses enjiniring untuk menjelaskan secara terperinci dan mendalam fenomena-fenomena proses pengolahan mineral (termasuk pengolahan batubara), proses ekstraksi logam dan pembuatan paduan, hubungan perilaku sifat mekanik logam dengan strukturnya, fenomena-fenomena proses penguatan logam serta fenomena-fenomena kegagalan dan degradasi logam. Lingkup bidang metalurgi ini sedemikian luas, dimulai dari pengolahan bahan galian, ekstraksi logam dan pemurniannya, pembentukan dan perlakuan panas logam, teknologi perancangan dan pengoperasian sistem-sistem metalurgi hingga fenomena kegagalan struktur logam akibat beban mekanik dan degradasi logam akibat berinteraksi dengan lingkungannya termasuk pengendaliannya, serta teknologi daur ulang. Peristiwa korosi yang terjadi pada material merupakan salah satu musuh besar dalam dunia industri, beberapa contoh kerugian yang ditimbulkan korosi adalah terjadinya penurunan kekuatan material dan biaya perbaikan kerusakan tersebut akan naik jauh dan lebih besar dari yang diperkirakan. Sehingga diperlukan suatu usaha pencegahan-pencegahan terhadap serangan korosi yang dapat terjadi pada suatu material.1.2 Perumusan MasalahMaterial sudah ada sejak zaman prasejarah, selain itu material juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan teknologi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam lingkup industri. Dalam bidang apapun, seorang insinyur harus bisa menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dalam masa perkuliahan sehingga dalam kehidupan dapat direalisasikan ilmunya dan mampu memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat umum dan lingkungan sekitarnya.Teknik pembentukan logam yang merupakan proses yang dilakukan dengan cara memberikan perubahan bentuk pada benda kerja. Perubahan bentuk ini dapat dilakukan dengan cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis. Aplikasi pembentukan logam ini dapat dilihat pada beberapa contohnya seperti pengerolan (rolling), tempa (forging), ekstrusi (extruding),casting (pengecoran), proteksi korosi dan lain-lain. Selain itu material memiliki kekuatan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan pembuatannya, sehingga diperlukan adanya proses pengujian material yang mampu memprediksi kekuatan atau ketahanan uji dari suatu material. Proses ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan lebih mendalam mengenai proses tersebut di dalam dunia metalurgi.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan1. Untuk mengatahui lebih mendalam proses metalurgi yaitu casting (pengecoran), extrusion (ekstrusi), rolling (pengerolan), forging (penempaan), proteksi korosi (corrosion protection) dan pengujian material (material testing).2. Untuk memberikan gambaran langkah-langkah kerja yang dilakukan saat casting, extrusion, rolling, forging, proteksi korosi maupun pengujian material di dalam sebuah industri maupun dalam kehidupan sehari-hari dan hubungannya dengan lingkup metalurgi.

Manfaat penulisan ini adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam pemanfaatan dan pengembangan ilmu metalurgi dan material dalam industri maupun dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masa selanjutnya agar bisa di kembangkan lagi. Sehingga ilmu yang telah dipelajari mampu memberikan sumbangsih bagi kehidupan bermasyarakat dan lingkungan hidup.

BAB IIISI

2.1 Casting (Pengecoran)Proses Pengecoran (casting) adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan di dalam tungku peleburan kemudian selanjutnya dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat. Pengecoran juga dapat diartikan sebagai suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bagian-bagian dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.

2.1.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi atau ciri dari proses pengecoran, yaitu :1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak 2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan 3. Pengaruh material cetakan 4. Pembekuan logam dari kondisi cair

2.1.2 Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut : 1. Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan kedalam cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga cetakan dibuat dengan menggunakan pola. 2. Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. 3. Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga cetakan dari saluran turun. 4. Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal. Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang diinginkan. 5. Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue. Kecepatan aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan. 6. Raiser (penambah) merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.

2.2.3 Proses PengecoranDalam proses pengecoran ada 3 tahap yang harus dikerjakan, yaitu :1. Persiapan Alat dan Bahana. Pasir untuk cetakan. Dalam proses pengecoran, pasir berfungsi untuk membuat cetakan benda kerja yang akan dibuat. Pasir yang digunakan tidak sembarangan, melainkan harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui karakteristik yang diinginkan dalam proses pengecoran.Pasir yang digunakan harus memiliki karakteristik sebagai berikut : Pasir harus bersifat permiabilitas. Yaitu, pasir mampu atau memiliki celah udara keluar ketika pasir dipadatkan dan mendapatkan tekanan dari logam cair yang dituangkan pada cetakan pasir. Pasir harus memiliki titik lebur yang tinggi. Cairan logam yang dituangkan ke dalam cetakan pasir, memiliki temperatur yang tinggi, apabila pasir tidak memiliki titik lebur tinggi (lebih rendah dari titik lebur logam), maka pasir cetakan akan ikut larut dengan logam cair yang dituangkan. b. Menyiapkan pola benda kerja (benda tiruan). Pola benda dibuat sama dengan benda kerja yang akan dicetak, tetapi pada pola ukurannya dibuat lebih besar sekitar 5 % dari ukuran benda yang akan dibuat. c. Menyiapkan rangka cetakan. Rangka cetakan ini terbuat papan kayu, yang terdiri dari bagian cup dan drag. Cup adalah papan bagian atas, sedangkan drag adalah papan bagian bawah. Pada sisi luar, antara cup dan drag diberi pengunci, dengan maksud untuk menghindari terjadiya gerakan atau geseran antara cup dan drag. Apabila rangka ini bergeser ketika antara cup disambung (ditumpuk) di atas drag, maka cetakan pasir dalam rangka akan rusak.d. Menyiapkan dapur pemanas atau tungku. Dapur pemanas ini berfungsi untuk melebur logam yang akan dicetak. Dapur pemanas terdiri dari tungku (tempat peleburan logam) dan dapur pembakaran. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran bermacam macam, ada yang menggunakan tenaga listrik, yang sistemnya menyerupai seterika listrik, serta ada juga yang menggunkan bahan bakar minyak dan gas sebagai bahan bakarnya.e. Menyiapkan bahan logam yang akan dilebur. Peleburan logam dapat dilakukan untuk bermacam macam logam, seperti : besi, baja, aluminium, baja paduan tembaga (perunggu, kuningan, perunggu aluminium), paduan ringan (paduan aluminium, paduan magnesium), serta paduan lain logam lainnya.

2. Pengecoran Logama. Membuat cetakan benda yang akan dicetak pada pasir. Dilakukan dengan cara memadatkan pasir pada rangka cetakan, menekan pasir yang sebelumnya telah ditanami pola benda tiruan. Pasir ditekan dan dipukul agar padat, sehingga cetakan pasir tidak rusak dan ikut larut ketika logam cair dituangkan. b. Menggabungkan cup dan drag, dengan catatan posisi cup dan drag harus benar benar tepat dan pas tidak boleh bergeser.c. Membuat saluran masuk untuk menuangkan logam cair pada cetakan pasir.d. Proses peleburan logam. Logam logam yang akan dilebur dimasukkan ke dalam dapur pemanas, dan dipanaskan sampai temperatur tertentu, hinga logam tersebut benar benar melebur atau meleleh.e. Tuangkan logam cair tersebut ke dalam cetakan pasir yang telah dibuat sebelumnya melalui saluran masuk. Ketika menuangkan logam cair, jangan terlalu tinggi dari cetakan pasir karena dapat menyebabkan temperatur logam cair tersebut berkurang.f. Biarkan cetakan mengeras, tunggu sekitar 10 sampai 15 menit, tergantung dari besar besar kecilnya dan tebal tipisnya benda yang dibuat.g. Bongkar cetakan pasir dari kerangka, ambil benda hasil pengecoran dan bersihkan pasir yang masih menempel, kemudian potong saluran masuk tempat penuangan cairan dan haluskan dengan garinda.3. EvaluasiPada tahap akhir proses pengecoran adalah evaluasi. Evaluasi di sini maksudnya adalah menganalisa benda kerja hasil pengecoran. Yang perlu dianalisa adalah terjadinya cacat yang mungkin terjadi selama proses pengecoran. Prosesnya yaitu mengamati benda hasil pengecoran, mencari cacat yang terjadi, mencari penyebab cacat yang terjadi selama proses pegecoran, serta memberikan penyelesaian cara mengatasinya. Evaluasi ini dilakukan untuk dapat digunakan sebagai antisipasi pada proses pengecoran berikutnya agar tidak terjadi lagi kesalahan atau cacat pada benda hasil pengecoran. 2.2 Extrusion (Ekstrusi)Ekstrusi merupakan proses dengan deformasi atau perubahan bentuk yang tinggi dan dapat membuat penampang dengan panjang hingga 150 m. Jenis produk ekstrusi : batang, pipa, profil tertentu, patron kuningan, kabel berselongsong timah hitam. Logam timah hitam dan timah putih, serta aluminium dapat diekstrusi dalam keadaan dingin, sedang untuk logam lain harus dipanaskan terlebih dahulu.

Ekstrusi merupakan proses pengolahan yang merupakan kombinasi dari: Pencampuran (mixing) Pengulenan (kneading) Pengadukan (shearing) Pemanasan (heating) Pendinginan (cooling) Pencetakan (shaping)

2.2.1 Jenis EkstrusiEkstrusi dibagi menjadi 2, yaitu1. Ekstrusi Langsung Bilet bulat yang telah dipanaskan, dimasukkan dalam ruang die, balok dummy dan ram diletakkan pada posisinya. Logam diekstrusi melalui lubang pada die.

2. Ekstrusi Tidak Langsung Hampir sama dengan ekstrusi langsung, namun logam yang diekstrusi ditekan keluar melalui lubang yang terdapat ditangah ram. Gaya yang diperlukan lebih rendah karena tidak ada gesekan antara bilet dan dinding konteiner.

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Ekstrusi kelebihan dari proses ekstrusi : membuat berbagai jenis bentuk berkekuatan tinggi ketepatan ukuran penyelesaian permukaan yang baik pada kecepatan produksi yang tinggi tidak menghasilkan limbah murah Kelemahan ekstrusi : tidak kokoh karena terdapat lubang ditengahnya produk hasil ekstrusi sulit ditopang dengan baik

2.3 Rolling (Pengerolan)Batang baja yang tidak dilebur kembali dan dituang dalam cetakan diubah bentuknya dalam dua tahap :1. Pengerolan baja menjadi barang setengah jadi: bloom, bilet, slab.2. Pemrosesan selanjutnya dari bloom, bilet, slab menjadi pelat, lembaran, batangan, bentuk profil atau lembaran tiffs [foil].Baja didiamkan dalam cetakan ingot hingga proses solidifikasi lengkap, kemudian dikeluarkan dari cetakan. Selagi panas, ingot dimasukan dalam dapur gas yang disebut pit rendam dan dibiarkan sampai mencapai suhu kerja merata sekitar 1200 C. Ingot kemudian dibawa ke mesin pengerolan dimana ingot dibentuk menjadi bentuk setengah jadi seperti bloom, bilet, slab. Bloom mempunyai ukuran minimal 150150 mm. Bilet lebih kecil daripada bolm dan mempunyai ukuran persegi, ukuran mulai dari 40x40mm sampai 150150 mm. Bloom atau bilet dapat digiling menjadi slab yang mempunyai lebar minimal 250 mm dan tebal minimal 40 mm. Lebar selalu tiga (atau lebih) kali tebal, dengan ukuran maksimal 1500 mm. Pelat, skelp dan setrip tipis digiling dari slab. Salah satu efek dari operasi pengerjaan panas pengerolan ialah penghalusan butir yang disebabkan rekristalisasi.

2.4 Forging (Penempaan)Penempaan (forging) adalah proses pembentukan logam secara plastis dengan mempergunakan gaya tekan untuk mengubah bentuk atau ukuran dari logam yang dikerjakan. Proses tempa bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu pengerjaan panas (hot working) dan pengerjaan dingin (cold working). Penempaan (forging) bisa dilakukan dengan manual atau dengan mesin hidrolis karena bisa membuat tekanan yang dan membutuhkan tenaga yang besar pula. Tetapi jika menggunakan tenaga pneumatik, tenaga yang dihasilkan lebih kecil.Dua jenis pengerjaan mekanik dimana logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk adalah pengerjaan panas dan pengerjaan dingin. Pada pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa. Pada pengerjaan dingin, diperlukan gaya yang lebih besar, akan tetapi kekuatan logam tersebut akan meningkat dengan cukup berarti .Suhu rekristalisasi logam menentukan batas antara pengerjaan panas dan dingin. Pengerjaan panas logam dilakukan di atas suhu rekristalisasi atau di atas daerah pengerasan kerja. Pengerjaan dingin dilakukan di bawah suhu rekristalisasi dan kadang-kadang berlangsung pada suhu ruang. Suhu rekristalisasi baja berkisar antara 500 C dan 700 C.Pada proses pengecoran juga dapat dikatakan sebagai penempaan karena pembentukan logam cair tersebut dibentuk dalam cetakan dan cetakan tersebut mendapatkan tekanan atau tempaan dari luar.Meskipun penempaan terdapat berbagai masalah dalam prosesnya akan tetapi dapat diatasi dengan berbagi cara, yakni manaikkan temperature tempa,dan menaikan tekanan tempa.Produk penempaan memiliki kekuatan dan ketangguhan yang lebih baik dibanding produk lain.sehingga sangat baik untuk komponen yang mepunyai tegangan tinggi.Dalam penempaan menggunakan mesin kualitas penempaan, biaya produksi, dan produktivitasnya tergantung pada keahlian dari operator mesin tersebut.2.5 Proteksi Korosi (corrosion protection)2.5.1 Pengertian korosi Korosi adalah proses degradasi / deteorisasi / perusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan sekitarnya. Ada pengertian dari pakar lain, yaitu : 1. Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan material 2. Korosi adalah kebalikan dari metalurgi ekstraktif 3. Korosi adalah system thermodinamika logam dengan lingkungan ( udara, air, tanah), yang berusaha mencapai kesetimbangan.

2.5.2 Hal hal yang mempengaruhi terjadinya korosi : 1. Temperatur,semakin tinggi temperatur maka reaksi kimia akan semakin cepat maka korosi akan semakin cepat terjadi.2. Kecepatan aliran, jika kecepatan aliran semakin cepat maka akan merusak lapisan film pada logam maka akan mempercepat korosi karena logam akan kehilangan lapisan. 3. pH, pada pH yang optimal maka korosi akan semakin cepat ( mikroba ). 4. Kadar Oksigen, semakin tinggi kadar oksigen pada suatu tempat maka reaksi oksidasi akan mudah terjadi sehingga akan mempengaruhi laju reaksi korosi. 5. Kelembaban udara.

2.5.3Upaya upaya untuk mencegah terjadinya korosi : 1. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-kondisinya 2. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlindung dari lingkungannya 3. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif 4. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan. 5. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air, lumpur dan zat korosif lainnya

2.6 Pengujian Material (Material Testing)Seperti yang diketahui bahwa suatu material memiliki sifat-sifat tertentu yang tentunya berbeda apabila dibandingkan dengan material lainnya. Sehingga diperlukan adanya sebuah pengujian material yang mampu membandingkan suatu ketahanan atau sifat-sifat tertentu yang diharapkan dari suatu material dengan material lainnya. Material memiliki sifat-sifat seperti sifat fisika, sifat kimia, sifat mekanik, sifat kelistrikan, sifat magnet dan lainnya. Pengujian Material dibedakan menjadi pengujian yang bersifat merusak (Destructive Test) ataupun yang tidak merusak (Non Destructive Test).

2.6.1 Destructive Test (Pengujian Merusak)Destructive test atau pengujian merusak adalah suatu cara atau pengujian yang dilakukan pada suatu material ataupun bahan untuk mengetahui sifat-sifat tertentu yang dibutuhkan atau dicari. Biasanya material yang dipergunakan untuk pengujian ini tidak dapat dipergunakan kembali setelah dilakukannya pengujian material.Pengujian Destructive Test contohnya adalah Pengujian Aus, Pengujian Impak, Pengujian Keras, Pengujian Tarik

Pengujian Keausan Keausan didefinisikan sebagai kehilangan material secara progresif atau pemindahan sejumlah material dari suatu permukaan sebagai suatu hasil pergerakan relative antara permukaan tersebut dan permukaan lainnya. Keausan telah menjadi perhatian praktis sejak lama, tetapi hingga beberapa saat lamanya masih belum mendapatkan penjelasan ilmiah yang baik. Akan lebih mudah untuk mengganti komponen yang mengalami keausan dibandingkan menciptakan komponen yang tahan lama. Hal ini karena pertimbangan biaya. Mekanisme keausan pada material berhubungan erat dengan gesekan (friction) dan pelumasan (lubrication). Hal ini berhubungan erat dengan ilmu Tribologi. Tribologi adalah ilmu dan teknologi dari permukaan material yang berinteraksi satu sama lain dalam gerakan relatif, atau ilmu yang terkait dengan gesekan, keausan dan pelumasan. Keausan bukan merupakan sifat dasar material, melainkan response material terhadap sistem luar (kontak permukaan). Material apapun dapat mengalami keausan disebabkan mekanisme yang beragam.Keausan yang terjadi pada komponen engineering dapat berakibat: Rendahnya operating efficiency Meningkatnya oil consumption Meningkatnya power losses Meningkatnya component replacement ratesPengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan teknik yang mimiliki tujuan untuk mensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah satu pengujian keausan adalah dengan metode Ogoshi dimana benda uji memperoleh beban gesek dari cincin yang berputar (revolving disc).

Pembebanan gesek ini akan menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil sebagian material pada permukaan benda uji. Besarnya jejak permukaan dari material tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material. Semakin besar dan dalam jejak keausan maka semakin tinggi volume material yang terlepas dari benda uji

Pengujian ImpakUji impak adalah pengujian material dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading) atau secara tiba tiba. Uji ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanis material terhadap beban impact atau kejut dan juga untuk mengetahui besar energi pada temperatur bervariasi rendah-tinggi akibat beban kejut. Pengujian impak merupakan bentuk pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Hal inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik ataupun pengujian kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan. Prinsip dasar dari pengujian impak adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk beban uji, sehingga beban uji mengalami deformasi maksimum hingga mengakibatkan perpatahan.Pada pengujian impak banyaknya energi yang diserap oleh material agar terjadi perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan material tersebut. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya retak atau terdeformasi dengan mudah. Ketangguhan bergantung pada kekuatan dan keuletan serta berdiri sendiri terhadap tipe pembebanan. Kecepatan menyerap energi mempengaruhi tingkah laku suatu material. Oleh karena itu, pengukuran ketangguhan didapat dari pembebanan impak, bukan dari pembebanan statis.

Pengujian KekerasanNilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang berbeda. Seperti misalnya : Bagi insinyur metalurgi, kekerasan dianggap sebagai ketahanan material terhadap penetrasi. Bagi insinyur desain, kekerasan adalah ukuran dari tegangan alir. Bagi insinyur lubrikasi kekerasaan adalah ketahanan terhadap mekanisme keausan. Bagi insinyur mineralogi kekerasan adalah ketahanan terhadap goresan. Serta bagi mekanik workshop kekerasan adalah ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong.Namun, meskipun banyak konsep mengenai kekerasan material, tetapi konsep tersebut dihubungkan pada suatu mekanisme yaitu tegangan air plastis dari material yang diuji.Kekerasan (hardness) adalah salah satu sifat mekanik (mechanical properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force). Kekerasan suatu material diperoleh dari deformasi plastis, yakni deformasi yang diberikan dan setelah dilepaskan, tidak kembali ke bentuk semula akibat indentasi oleh suatu benda sebagai alat uji.Pengujian kekerasan sangat sering dilakukan dibandingkan dengan pengujian mekanik yang lainnya karena beberapa alasan, yaitu:1.Pengujian kekerasan sederhana dan biaya yang dibutuhkan relatif rendah tidak ada spesifikasi khusus dari spesimen untuk diuji kekerasannya.2.Pengujian kekerasan bersifat tidak merisak (nondestructive) spesimen tidak dideformasi hingga terjadi fraktur, hanya indentasi kecil3.Sifat-sifat mekanik lain bisa diperkirakan dari data kekerasan material, misalnya kekuatan tarik.Pada umumnya, kekerasan menyatakan ketahanan terhadap deformasi dan merupakan ukuran ketahanan logam terhadap deformasi plastik atau deformasi permanen (Dieter, 1987). Untuk para insinyur perancang, kekerasan sering diartikan sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari suatu logam. Terdapat tiga jenis ukuran kekerasan, tergantung pada cara melakukan pengujian, yaitu: (1) Kekerasan goresan (scratch hardness); (2) Kekerasan lekukan (indentation hardness); (3) Kekerasan pantulan (rebound). Untuk logam, hanya kekerasan lekukan yang banyak menarik perhatian dalam kaitannya dengan bidang rekayasa. Terdapat berbagai macam uji kekerasan lekukan, antara lain: Uji kekerasan Brinell, Vickers, Rockwell, Knoop, dan sebagainya.

Pengujian TarikPengujian tarik merupakan jenis pengujian yang paling banyak digunakan karena mampu memberikan informasi representatif dari perilaku mekanis material. Pengujian tarik dilakukan untuk berbagai kebutuhan. Hasil dari pengujian tarik digunakan dalam pemilihan material dalam aplikasi engineering atau dunia ilmu ketenikan. Sifat tarik material biasanya disertakan dalam spesifikasi material untuk memastikan kualitas material tersebut. Sifat tarik material digunakan untuk memprediksi perilaku material tersebut pada berbagai beban yang diberikan kepadanya.Prinsip dari pengujian tarik adalah sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu ditarik dengan beban kontinyu sambil diukur pertambahan panjangnya

2.6.2 Non Destructive Test (Pengujian Tidak Merusak) Merupakan metode pengujian material dengan tidak merusak. Hal ini dilakukan agar material uji dapat dipergunakan setelah proses pengujian material selesai. Sehingga pengujian ini tidak mengganggu kinerja dari material yang akan diuji. Pengujian ini contohnya adalah Ultrasonic Testing. Eddy Current Testing, Radiography Testing.

BAB IIIKESIMPULAN3.1 Kesimpulan1. Proses Pengecoran (casting) adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat. Sehingga hasilnya adalah produk cor yang serupa dengan bentuk aslinya.2. Ekstrusi merupakan proses pada material dengan deformasi atau perubahan bentuk yang tinggi dan dapat membuat penampang dengan panjang hingga 150 m.3. Rolling adalah proses batang baja yang tidak dilebur kembali dan dituang dalam cetakan diubah bentuknya dalam dua tahap :a. Pengerollan baja menjadi barang setengah jadi: bloom, bilet, slab.b. Pemrosesan selanjutnya dari bloom, bilet, slab menjadi pelat, lembaran, batangan, bentuk profil atau lembaran tiffs [foil].4. Forging atau Penempaan merupakan penekanan pada logam dengan mempunyai daya tekan yang tinggi sehingga dapat dikatakan penempaan merupakan proses penumbukan pada benda kerja sehingga membentuk suatu benda,karena penempaan merupakan proses merapatan bulir atau serat pada bahan baku maka proses penempaan mempunyai kekuatan unutk ratio berat sehingga sangat baik untuk digunakan sebagai komponen-komponen mesin.5. Corrosion Protection adalah suatu cara untuk melindungi suatu material dari adanya kemungkinan terjadinya korosi atau pengkaratan yang mampu membuat suatu material terganggu fungsi kerjanya dan menghasilkan cost atau biaya penggantian yang tinggi.6. Material Testing atau pengujian material adalah suatu pengujian atau metode yang dilakukan kepada material, untuk mengetahui karakteristik tertentu yang dicari dari suatu material. Sehingga mampu memberikan informasi yang baik untuk penggunaan suatu material pada alat tertentu.

3.2 Saran Setelah melihat keuntungan dan kelebihan dari proses tersebut di dalam dunia metalurgi, mampu memberikan kontribusi yang baik di dalam dunia metalurgi. Sehingga proses-proses dalam metalurgi ini baik diterapkan dalam industri-industri yang ada di Indonesia, dan sebaiknya lebih ditingkatkan lagi dengan mencari alternatif lain untuk menambah kualitas produk yang dihasilkan industri sehingga dapat bersaing dengan produk-produk dari luar negeri. Proses-proses tersebut mampu menaikkan nilai jual dari suatu produk karena mampu memberikan hasil performa terbaik akibat perlakuan yang diberikan kepada material tersebut. Seperti pengujian material yang dilakukan akan memberikan waktu untuk memperkirakan umur dari suatu material, serta perlindungan korosi yang mampu memberikan perlindungan terhadap proses kerja material, sehingga tidak menyebabkan kerugian.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.metallurgy.itb.ac.id/ejurnalmahasiswamesin.htmwww.enggineringtown.comhttp://lecture.ub.ac.idhttp://lecturer.poliupg.ac.idhttp://www.element.com/services-index/materials-testing

Nurul Tri Alona Sari (1206217313)Page 1