MPAN BAB 1-2

26
BAB I PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang UMKM adalah bagian dari dunia usaha, merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang berlandaskan demokrasi ekonomi. UMKM juga mempunyai kedudukan, peran dan potensi yang strategis dalam mewujudkan penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan. UMKM yang kokoh dapat menjadi pilar utama bagi terwujutnya kesejahteraan masyarakat luas. Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran : (1) sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, (2) penyedia lapangan kerja terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) kontribusinya terhadap neraca pembayaran. 1 Oleh karena itu pemberdayaannya harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan, dengan arah peningkatan produktivitas dan daya saing, serta menumbuhkan wirusahawan baru yang tangguh. Merupakan suatu realitas yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) adalah sektor 1 www.depkop.go.id diakses Kamis 11 Maret 2010

Transcript of MPAN BAB 1-2

Page 1: MPAN BAB 1-2

BAB I

PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

UMKM adalah bagian dari dunia usaha, merupakan kegiatan ekonomi rakyat

yang mempunyai kedudukan, peran dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur

perekonomian nasional yang berlandaskan demokrasi ekonomi. UMKM juga mempunyai

kedudukan, peran dan potensi yang strategis dalam mewujudkan penciptaan lapangan

kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan.

UMKM yang kokoh dapat menjadi pilar utama bagi terwujutnya kesejahteraan

masyarakat luas.

Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran : (1) sebagai

pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, (2) penyedia lapangan kerja terbesar, (3)

pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan

masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) kontribusinya terhadap

neraca pembayaran.1 Oleh karena itu pemberdayaannya harus dilakukan secara terstruktur

dan berkelanjutan, dengan arah peningkatan produktivitas dan daya saing, serta

menumbuhkan wirusahawan baru yang tangguh.

Merupakan suatu realitas yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa UMKM (Usaha

Mikro, Kecil, Menengah) adalah sektor ekonomi nasional yang paling strategis dan

menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga menjadi tulang punggung perekonomian

nasional. UMKM juga merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam

perekonomian di Indonesia dan telah terbukti menjadi kunci pengaman perekonomian

nasional dalam masa krisis ekonomi, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi

pasca krisis. Itu artinya, usaha mikro yang memiliki omset penjualan kurang dari satu

milyar, dan usaha kecil memiliki omset penjualan pada kisaran satu milyar, serta usaha

menengah dengan omset penjualan di atas satu milyar pertahun, memiliki peran yang

sangat besar dalam proses pembangunan bangsa ini.

1 www.depkop.go.id diakses Kamis 11 Maret 2010

Page 2: MPAN BAB 1-2

Dalam rangka menguatkan peran UMKM di Indonesia, maka dikeluarkanlah UU

No. 28 tahun 2008 tentang usaha kecil, mikro dan menengah. Undang-undang tersebut

mengatur kegiatan apa saja yang termasuk kedalam UMKM serta aspek-aspek yang dapat

menumbuhkan iklim usaha mikro, kecil dan menengah.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2008 pengertian dari UMKM itu adalah:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah juga diatur dalam pasal 6 undang-

undang no 20 tahun 2008, yaitu:

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga

ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

Page 3: MPAN BAB 1-2

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar

lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,- (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).

Agar UMKM dapat berkembang, maka ada beberapa aspek yang menjadi

perhatian pemerintah. Aspek-aspek yang meliputi perkembangan iklim usaha dalam

undang-undang no. 20 tahun 2008 adalah:

1. Pendanaan

2. Sarana dan prasarana

3. Informasi usaha

4. Kemitraan

5. Perizinan usaha

6. Kesempatan berusaha

7. Promosi dagang

8. Dukungan kelembagaan

Secara riil UMKM juga sebagai sektor usaha yang paling besar kontribusinya

terhadap pembangunan nasional, terbukti telah menyumbangkan sebesar Rp 1.013,5

triliun atau 56,7% dari PDB Indonesia2. Selain itu, UMKM juga mampu menciptakan

peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat

membantu dalam mengurangi jumlah pengangguran.

2 www.depkop.go.id / diakses kamis 11 maret 2010

Page 4: MPAN BAB 1-2

Jumlah pelaku usaha Mikro, Kecil dan Menengah terus saja bertambah, hingga

Mei 2009 sudah mencapai 50 juta unit usaha, terdiri dari Usaha Mikro 47,7 juta (95,4%),

Usaha Kecil 2 juta unit usaha dan Usaha Menengah 120.000 unit, sisanya usaha besar

0,01 persen, sangat kecil sekali.  Jumlah UMKM tersebut diyakini akan terus bertambah

seiring imbas krisis global menyebabkan industri dan perusahaan besar mem-PHK

karyawannya. Dengan jumlah pelaku UMKM yang sangat besar tersebut. Maka modal

yang dibutuhkan UMKM sangat besar. Menurut salah satu tulisan di harian3, UMKM

membutuhkan modal tidak kurang dari Rp. 500 triliun. Tetapi kenyataannya, kebutuhan

modal UMKM tersebut jauh lebih besar yaitu Rp. 797 triliun4.

Di Sumatera Barat, Kota Padang adalah kota dengan jumlah UMKM terbesar dari

daerah lainnya. Hampir seluruh kegiatan usaha berada dalam kriteria usaha mikro, kecil

dan menengah. Jumlah UMKM yang besar tersebut memiliki kontribusi besar dalam

penyerapan tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran di sumatera barat. Dengan

kontribusi yang cukup besar tersebut, seharusnya pemerintah memberikan perhatian

khusus dalam membantu perkembangan UMKM.

Grafik 1.1

Grafik kredit yang diberikan perbankan terhadap UMKM

Sumber: Perpustakaan BI Padang

3www.republika.com/ tanggal 13 Maret 2010 pukul 21.42 WIB4 Dr. Sri Adiningsih. Regulasi dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. 2003

Page 5: MPAN BAB 1-2

Penurunan terhadap kredit investasi pada skala UMKM mengindikasikan dari

sekian banyak UMKM di Kota Padang hanya sebahagian kecil yang didanai oleh

pemerintah daerah. Salah satu kendala dalam aspek pendanaan agar mendukung

perkembangan UMKM adalah tidak adanya kebijakan yang mengatur alokasi anggaran

yang disediakan pemerintah daerah untuk penyelenggaraan UMKM. Padahal dari belanja

daerah, ada 1% dari belanja bebas yang jika digunakan untuk pembiayaan UMKM akan

memberikan dampak positif bagi perkembangan UMKM.

Selain pendanaan aspek yang juga perlu diperhatikan adalah sarana dan prasana

serta informasi usaha yang memadai. Sarana dan prasarana yang dibantu pemerintah

daerah serta informasi usaha yang memiliki potensi jika dikembangkan membantu pelaku

usaha agar dapat merumuskan usaha yang akan dilakukannya.

Aspek lainnya yang mempengaruhi perkembangan UMKM adalah kemitraan,

yaitu kerjasama antar pelaku usaha, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi

dagang dan dukungan kelembagaan.

Tabel 1.1

Tabel prosedur perizinan usaha

Sumber: Perizinan Usaha Kecil di Indonesia, Frida Rustiani

Page 6: MPAN BAB 1-2

Prosedur ini tidak mudah untuk pelaku UMKM, seperti akta pendirian usaha yang

masih banyak pelaku UMKM belum memilikinya serta ada sejumlah biaya yang harus

dibayarkan. Untuk dukungan kemitraan lembaga yang menjadi mitra UMKM baru

Lembaga Keuangan Mikro (LKM), LKM ini merupakan bank-bank pemerintah yang

memberikan kredit kepada pelaku UMKM.

Permasalahan yang terjadi di Kota Padang terkait UMKM ini adalah tidak

terpenuhinya aspek pendanaan, perizinan usaha dan dukungan kelembagaan dalam

mendukung perkembangan UMKM. Tidak adanya kebijakan yang mengatur jumlah

anggaran yang harus dialokasikan untuk pengembangan UMKM, pengurusan izin usaha

sering dikeluhkan masyarakat karena terlalu berbelit-belit serta tidak adanya kekuatan

lembaga layanan konsultasi untuk kemitraan sebagai wujud dukungan pemerintah dari

segi kelembagaan adalah kendala-kendala yang umumnya terjadi di Kota Padang. Seperti

yang diungkapkan oleh salah satu pelaku UMKM di Kota Padang.5

“…maleh wak, soalnyo mengurus izin usahanyo payah, lamo, sosialisasi ka awak

pun kurang, akhirnyo awak berinisiatif se bukak usaho ko pakai modal surang…”

(saya malas, soalnya mengurus izin usahanya susah dan lama, sosialisasi pun

kurang, akhirnya saya berinisiatif untuk membuka usaha sendiri)

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul Hubungan

Antara Aspek Pendanaan, Perzinan Usaha, Serta Dukungan Kelembagaan Terhadap

Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Padang.

2.2. Rumusan Masalah

Melihat kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja, maka pemerintah

hendaknya memberikan perhatian khusus dalam mengembangkan usaha ini. Dengan

melihat fenomena-fenomena yang ada saat sekarang, maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana hubungan antara aspek pendanaan, perizinan usaha, serta dukungan

kelembagaan terhadap perkembangan UMKM di Kota Padang?

2.3. Tujuan Penelitian

5 Wawancara dengan pelaku usaha tanggal 22 Maret 2010

Page 7: MPAN BAB 1-2

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penerlitian ini adalah untuk

mendeskripsikan hubungan antara aspek pendanaan, perizinan usaha, serta dukungan

kelembagaan terhadap perkembangan UMKM di Kota Padang.

2.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Memberi kontribusi dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi

referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Padang khususnya dalam

kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan UMKM di Kota Padang.

2.5. Sistematika Penulisan

Bab I mendeskripsikan tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang

merupakan informasi secara garis besar tentang apa yang terjadi dilapangan dengan apa

yang seharusnya menyangkut penelitian ini, perumusan masalah, signifikansi penelitian

atau tujuan penelitian, manfaat penlitian, serta gambaran umum sistematika penulisan

proposal penelitian. Bab II memaparkan tentang kerangka teori yang merupakan

pedoman dari peneliti terdahulu yang relevan, landasan teori yang digunakan, konsep,

dan skema pemikiran, serta hipotesis awal yang merupakan dugaan sementara dari

penelitian ini. Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan

dan desain penelitian, teknik pemilihan informasi, unit analisis, teknik pengumpulan data,

triangulasi data, dan analisis data. Bab IV mendeskripsikan tentang tempat atau lokasi

penelitian yang merupakan gambaran umum tentang Kota Padang. Bab V berisi analisis

data yang menguraikan tentang proses analisis dan pengukuran dari variable-variabel

yang dipengaruhi maupun yang berpengaruh dalam proses penelitian ini. Bab VI

berisikan kesimpulan dari uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya dan rekomendasi saran

untuk pihak-pihak yang terkait didalamnya.

Page 8: MPAN BAB 1-2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa sarjana dan peneliti telah melakukan pengamatan terhadap

pengembangan UMKM. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Budi H. Wibowo

dengan judul memajukan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian akses

informasi dan peningkatan pengetahuan teknologi informasi. Penelitian ini secara khusus

akan mencermati permasalahan terbatasnya akses UMKM terhadap sumber-sumber

produktif. UMKM yang memang pada dasarnya merupakan usaha dengan modal kecil

seringkali terkalahkan dan terkendala dalam memperoleh berbagai informasi terkait

dengan peluang dan pengembangan usaha, pengembangan pasar, dan standar kualitas

produk (product quality), sehingga memberi batasan signifikan atas kesempatan yang

Page 9: MPAN BAB 1-2

sama untuk berkompetisi dengan skala usaha yang lebih besar. Bila kendala akses

tersebut kurang atau bahkan tidak diperhatikan oleh pemerintah maka perkembangan

UMKM untuk dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional semakin

jauh dari tujuan. Selain itu, peranan UMKM selama ini patut dijadikan pertimbangan

yakni sebagai salah satu usaha yang terbukti dapat bertahan melewati masa krisis

ekonomi adalah UMKM, pemerintah melalui berbagai instansi untuk menfokuskan diri

pada upaya pendampingan UMKM, khususnya untuk mendapatkan akses informasi.

Dengan kemajuan teknologi informasi UMKM sudah sepatutnya

mentransformasikan diri berbasis teknologi informasi sehingga kendala terhadap akses

informasi maupun komunikasi dapat teratasi. Berdasarkan uraian di atas maka UMKM

perlu memanfaatkan teknologi informasi secara maksimal guna meningkatkan daya

saing usahanya mengingat di era globalisasi, kompetisi menjadi bersifat global dan

UMKM dituntut mampu bersaing di tengah-tengah derasnya persaingan itu. Oleh karena

itu, perlu upaya mensinergikan UMKM dengan perkembangan teknologi informasi agar

UMKM dapat maju dan bersaing dalam mendapatkan peluang bisnis dan pengembangan

pasar ekspor maupun pasar domestik.

Kesamaan dan perbedaan penelitian ini dengan yang penulis teliti adalah dalam

pengembangan UMKM tapi dilihat dari aspek yang berbeda. Penelitian ini melihat

upaya pengembangan UMKM dari aspek tekhnologi dan informasi sedangkan penulis

melihat pengembangan UMKM dari aspek pendanaan, perizinan usaha dan dukungan

kelembagaan. Penelitian ini juga bersifat menyeluruh sedangkan yang akan penulis teliti

bersifat lebih kecil yaitu pada kota padang saja.

Penelitian lain yang juga membahas tentang pengembangan UMKM adalah studi

yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Padang dengan Pusat Studi Keuangan Daerah

Fakultas Ekonomi Universitas Andalas yang membahas tentang kemungkinan

penggunaan APBD dalam pengembangan UMKM melalui program penjaminan kredit di

Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemetaan kermampuan

keuangan pemerintah daerah di provinsi sumatera barat yang mampu menjalankan

program penjaminan UMKM. Selain itu, tujuan penelitian ini juga untuk

mengidentifikasi program penjaminan kredit UMKM yang dimungkinkan oleh ketentuan

Page 10: MPAN BAB 1-2

yang berlaku dengan melibatkan peran pemerintah daerah seiring dengan meningkatnya

kapasitas keuangan publik. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa kemampuan

pemerintah daerah di sumtera barat untuk program penjaminan kredit cukup besar,

nilainya berada pada rentang sedang dan tinggi. Dan keterlibatan pemda dalam

pemberian kredit telah diatur dalam undang-undang otonomi daerah serta peraturan

pemerintah tentang pinjaman daerah. Meskipun begitu kenyataannya, di kabupaten solok

hanya 10 % dari UMKM yang ada yang mengajukan kredit ke lembaga perbankan

pemerintah daerah. Artinya masih banyak UMKM yang harus dibantu pendanaannya.

Tabel 2.1

Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

Pembeda Penelitian terdahulu Penelitian sekarang

Judul Kajian Upaya Penguatan

Peran Microbanking dan

Pendekatan Pembiayaan

Kelompok Dalam Rangka

Pengembangan UMKM di

Sumatera Barat

Hubungan Aspek Pendanaan,

Perizinan Usaha dan Dukungan

Kelembagaan dengan

Perkembangan UMKM di Kota

Padang

Metode Penelitian bersifat

exploratory research dengan

menggunakan pendekatan

kualitatif deskriptif

Penelitian menggunakan

metode kuantitatif

Teori dan Konsep Menggunakan pendekatan

pembiayaan Grameen Bank,

konsep kinerja Fishben dan

Ajzen (1967) dan konsep

pengembangan UMKM

menurut Wijojo (2005)

Menggunakan teori evaluasi

William dunn

Sumber : Hasil olah data 2010

2.2. Teori dan Konsep

2.2.1. Konsep efektivitas

Page 11: MPAN BAB 1-2

Kata efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya berhasil guna.

Efektivitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian

tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu

mengarah kepada pencapaian kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang

berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.

Para ahli banyak memberikan pengertian tentang efektifitas. Menurut

Batinggi efektivitas adalah melakukan sesuatu tepat sasaran, doing the righ thing

(Batinggi, 2004). Penulis lain, Sondang P. Siagian (2001:24) menyatakan bahwa

efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah

barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil

kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Menurut

Steers efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem

dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya

tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu sserta tanpa memberi tekanan yang

tidak wajar terhadap pelaksanaannya (Steers, 1985:87).

Pendapat lain tentang efektivitas juga dikemukakan oleh Handoko (1998),

efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan

yang tepat untuk menentukan tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan

Komaruddin (1994), efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat

keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan terlebih dahulu. Efektivitas berdasarkan pengertian menurut

Komaruddin ini dititikberatkan kepada analisa tentang keadaan yang

menunjukkan keberhasilan atau kegagalan yang dilakukan oleh pihak manajemen

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selain ahli-ahli diatas, efektivitas juga tercantum dalam teori evaluasi

kebijakan oleh William N. Dunn. Secara umum, Dunn menggambarkan kriteria-

kriteria evaluasi kebijakan publik sebagai berikut:6

6 Nugroho, Riant. Public Policy. Jakarta; PT. Elex Media Komputindo.,hal. 472

Page 12: MPAN BAB 1-2

Tabel 2.2

Kriteria Evaluasi Kebijakan

Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi

Efektivitas Apakah hasil yang

diinginkan telah dicapai?

Unit pelayanan

Efisisensi Seberapa banyak usaha

diperlukan untuk

mencapai hasil yang

diinginkan?

Unit biaya, manfaat

bersih, rasio cost-benefit

Kecukupan Seberapa jauh pencapaian

hasil yang diinginkan

memecahkan masalah?

Biaya tetap, efektivitas

tetap

Perataan Apakah biaya manfaat

didistribusikan dengan

merata kepada kelompok-

kelompok yang berbeda

Kriteria pareto, kriteria

kaldor hicks, kriteria

rawls

Responsivitas Apakah hasil kebijakan

memuaskan kebutuhan,

preferensi, atau nilai-nilai

kelompok tertentu?

Konsistensi dengan

survei warga Negara

Ketepatan Apakah hasil(tujuan)

yang diinginkan benar-

benar berguna atau

bernilai?

Program publik harus

merata dan efisien

Sumber : Public Policy, Riant Nugroho 2010

Efektivitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai tujuan dari

diakannya tindakan. Efektivitas, yang secara dekat berhubungan dengan

rasionalitas teknis, diukur dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya.7

Dikaitkan dengan permasalahan UMKM, kebijakan yang efektif adalah jika

7 Dunn, William. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Ed 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hal 429

Page 13: MPAN BAB 1-2

kebijakan dapat menghasilkan UMKM yang berkualitas dengan asumsi bahwa

dengan berkualitasnya UMKM akan berdampak bagus terhadap perkembangan

ekonomi.

Efisiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan utuk

menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi merupakan hubungan antara

efektivitas dengan usaha. Suatu kebijakan dikatakan efisien jika suatu kebijakan

dapat mencapai efektivitas yang tinggi dengan biaya rendah. Kecukupan

berkenaan dengan seberapa jauh suatu tigkat efektivitas memuaskan kebutuhan,

nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya maslah. Kriteria kecukupan

menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang

diharapkan.8

Kriteria kesamaan erat hubungannya dengan konsepsi yang saling

bersaing, yaitu keadilan atau kewajaran konflik etis sekitar dasar yang memadai

untuk mendistribusikan sumber daya dalam masyarakat. Responsivitas berkenaan

dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi

atau nilai-nilai kelompok masyarakat tertentu. Responsivitas berbicara tentang

apakah kriteria efektivitas, efisiensi, kecukupan dan kesamaan secara nyata

mencerminkan kebutuhan, preferensi, dan nilai dari kelompok-kelompok tertentu.

Kriteria terakhir dalam menganalisis kebijakan publik adalah ketepatan

(appropriateness). Kriteria ketepatan secara dekat berhubungan dengan

rasionalitas substantive, karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak

berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara

bersamaan. Ketepatan merujuk kepada nilai atau harga dari tujuan program dan

kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.

2.2.2. Konsep efisiensi

2.2.3. Konsep Pengembangan UMKM

Banyak definisi yang telah dikemukakann oleh para ahli tentang usaha

mikro, kecil dan menengah (UMKM), boleh dikatakan pemberian definisi

tergantung kepada lembaga yang mendefinisikan. Ada yang melihat dari segi

8 Ibid., hal 430

Page 14: MPAN BAB 1-2

modal dan tenaga kerja yang digunakan, dari penjualan serta dari jumlah aset

yang dimiliki.

Menurut UU No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah,

usaha mikro adalah usaha dengan kekayaan bersih tidak lebih dari 50 juta tidak

termasuk tanah dan tempat usaha dengan hasil penjualan 300 juta rupiah, usaha

kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih 50-500 juta tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan paling banyak 300juta-2,5 Milyar

dan usaha menengah adalah usaha dengan kekayaan bersih 500 juta-10 Milyar

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan

2,5 - 50 Milyar. Tetapi, jika menggunakan kriteria tenaga kerja usaha mikro

adalah usaha yang menggunakan 1-4 tenaga kerja, usaha kecil menggunakan 5-19

tenaga kerja dan usaha menengah antara 20-99 tenaga kerja. Dalam kaitan ini,

usaha mikro, kecil dan menengah selalu digabung dalam analisisnya sehingga

gabungannya itu disebut UMKM.

Dengan demikian, terdapat perbedaan kriteria usaha mikro, kecil dan

menengah dimana Departemen Perindustrian, Perbankan dan Kamar Dagang

Indonesia (Kadin) menggunakan kriteria modal, sementara Departemen Tenaga

Kerja dan Badan Pusat Statistik menggunakan kriteria tenaga kerja seperti Tabel

berikut:

Tabel 2.3

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Instansi Mikro Kecil Menengah

Deperindag,

Perbankan,

dan

Kadin

Kekayaan < 50

juta

Penjualan

tahunan

<300 juta

Kekayaan 50-

500 juta

Penjualan

tahunan

300 juta-2,5

Milyar

Kekayaan 500 juta-10 Milyar

Penjualan tahunan

2,5-50 Milyar

Depnaker, 1-4 tenaga kerja 5-19 tenaga 20-99 tenaga kerja

Page 15: MPAN BAB 1-2

BPS kerja

Sumber : hasil olah data 2010

UMKM adalah salah satu motor penggerak ekonomi rakyat yang mampu

bertahan dalam kondisi seperti apapun. Pada masa krisis moneter beberapa tahun

lalu, UMKM dapat bertahan dan dapat memberikan kontribusi dalam penyerapan

tanaga kerja di Indonesia. Oleh karenanya, dengan melihat dampak positif yang

dirasakan melalui UMKM, sudah seharusnya pemerintah memberikan dukungan

terhadap UMKM yang ada.

Dari kriteria diatas, yang akan menjadi acuan penulis adalah kriteria

efektivitas dan efisiensi William N. Dunn. Penulis akan mengkaji efektivitas dari

prosedur pelayanan dan dukungan kelembagaan terhadap perkembangan UMKM.

Sedangkan, untuk kriteria efisiensi, penulis akan mengkaji dari segi biaya yang

dikeluarkan pemerintah Kota Padang sebagai bentuk kontribusi pemerintah

daerah terhadap perkembangan UMKM.

Dengan menggunakan kriteria efektivitas diatas, penulis dapat menilai

apakah prosedur pemberian izin usaha pada pelaku UMKM dapat efektif

mengembangkan UMKM. Prosedur pemberian izin usaha yang dilakukan oleh

KP2T adalah seperti bagan dibawah ini:

Skema 2.1

Prosedur Pemberian Izin Usaha

Tidak adanya kebijakan dari pemerintah daerah untuk mengalokasikan

sebahagian dari APBD terhadap UMKM menjadi kendala dalam mencapai

efisiensi. Seperti yang diketahui, kriteria efisiensi adalah besarnya biaya dengan

hasil yang dicapai. Dari pengertian ini dan kenyataan yang ada, alokasi dana

untuk UMKM dibutuhkan agar UMKM dapat berkembang.

2.3. Konstruksi Model Teoritis

Variabel independen variabel dependen

Efektivitas:

Prosedur perizinan usahaJumlah lembaga kemitraan UMKM

Page 16: MPAN BAB 1-2

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian.9

Lebih lanjut dinyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara

terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Sementara itu menurut

Suharsimi Arikunto hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang

bersifatsementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui datayang

terkumpul. Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis bahwa :

1. Ada hubungan antara efektivitas dengan perkembangan UMKM di Kota Padang

2. Ada hubungan antara efisiensi terhadap perkembangan UMKM di Kota Padang

2.5. Definisi Konsep

Efektivitas : adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang

atas jasa kegiatan yang dijalankannya.

Efisiensi : berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan utuk menghasilkan tingkat

efektivitas tertentu

Usaha mikro : usaha dengan kekayaan bersih tidak lebih dari 50 juta tidak termasuk

tanah dan tempat usaha dengan hasil penjualan 300 juta rupiah

Usaha kecil : usaha dengan kekayaan bersih 50-500 juta tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan paling banyak 300juta-2,5 Milyar

9

Efisiensi :

Alokasi dana dalam APBD untuk UMKM

Pengembangan UMKM

Page 17: MPAN BAB 1-2

Usaha menengah : usaha dengan kekayaan bersih 500 juta-10 Milyar tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan 2,5 - 50 Milyar

2.6. Definisi Operasional

Tabel 2. 4

Definisi Operasional

Konsep Variabel Indikator Jenis Data

Efektivitas

Efisiensi

Efektivitas

Efisiensi

Prosedur Perizinan usaha

Jumlah lembaga kemitraan UMKM

Persentase yang dianggarkan dari APBD untuk pengembangan UMKM

Interval

Sumber : hasil olah data 2010