Motivasi (Teori Penguatan & Teori Harapan)

3
Teori Penguatan Teori penguatan (reinforcement theory) adalah suatu teori yang mengatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari konsekuensinya. Teori penguatan mengambil sudut pandang berlawanan dengan behavioristic, menyatakan kondisi penguatan perilaku. Teori penguatan mengabaikan keadaan dari dalam individu dan hanya memusatkan perhatian semata pada apa yang terjadi ketika dia melakukan beberapa tindakan. Oleh karena tidak memusatkan perhatian dengan apa yang mencetuskan sebuah perilaku, bukan itu, tetapi ini sesungguhnya suatu teori motivasi. Teori ini memberikan sarana yang ampuh untuk menganalisis apa yang mengendalikan perilaku, dan inilah mengapa kita umumnya akan mempertimbangkannya dalam pembahasan mengenai motivasi. Individu dapat mempelajari dengan diberitahukan atau dengan mengobservasi apa yang terjadi pada orang lain, seiring dengan pengalaman secara langsung. Banyak hal yang telah kita pelajari berasal dari mengamati model—orang tua, pengajar, rekan sekerja, para pelaku film dan relevisi, bos, dan lain sebagainya. Pandangan yang dapat kita pelajari, baik melalui observasi maupun pengalaman secara langsung disebut dengan teori pembelajaran sosial (social-learning theory). Meskipun teori pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengondisian perilaku—yaitu, mengasumsikan perilaku sebagai fungsi dari konsekuensi—juga mengetahui efek dari pembelajaran melalui observasi dan persepsi. Orang-orang memberikan tanggapan pada cara mereka memandang dan mendefinisikan konsekuensi, bukan pada tujuan konsekuensi itu sendiri. Model-model merupakan pusat bagi sudut pandang pembelajaran sosial. Empat proses yang menentukan pengaruh mereka pada individu:

description

Doc. tentang teori penguatan dan harapan.

Transcript of Motivasi (Teori Penguatan & Teori Harapan)

Teori PenguatanTeori penguatan (reinforcement theory) adalah suatu teori yang mengatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari konsekuensinya. Teori penguatan mengambil sudut pandang berlawanan dengan behavioristic, menyatakan kondisi penguatan perilaku. Teori penguatan mengabaikan keadaan dari dalam individu dan hanya memusatkan perhatian semata pada apa yang terjadi ketika dia melakukan beberapa tindakan. Oleh karena tidak memusatkan perhatian dengan apa yang mencetuskan sebuah perilaku, bukan itu, tetapi ini sesungguhnya suatu teori motivasi. Teori ini memberikan sarana yang ampuh untuk menganalisis apa yang mengendalikan perilaku, dan inilah mengapa kita umumnya akan mempertimbangkannya dalam pembahasan mengenai motivasi.Individu dapat mempelajari dengan diberitahukan atau dengan mengobservasi apa yang terjadi pada orang lain, seiring dengan pengalaman secara langsung. Banyak hal yang telah kita pelajari berasal dari mengamati modelorang tua, pengajar, rekan sekerja, para pelaku film dan relevisi, bos, dan lain sebagainya. Pandangan yang dapat kita pelajari, baik melalui observasi maupun pengalaman secara langsung disebut dengan teori pembelajaran sosial (social-learning theory).Meskipun teori pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengondisian perilakuyaitu, mengasumsikan perilaku sebagai fungsi dari konsekuensijuga mengetahui efek dari pembelajaran melalui observasi dan persepsi. Orang-orang memberikan tanggapan pada cara mereka memandang dan mendefinisikan konsekuensi, bukan pada tujuan konsekuensi itu sendiri.Model-model merupakan pusat bagi sudut pandang pembelajaran sosial. Empat proses yang menentukan pengaruh mereka pada individu:1. Proses atensi. Orang-orang belajar dari model hanya ketika mereka mengakui dan mencurahkan perhatian pada fitur pentingnya.2. Proses retensi. Pengaruh dari model bergantung pada seberapa baiknya individu mengingat tindakan model setelah model tidak lagi siap tersedia.3. Proses reproduksi penggerak. Setelah seseorang melihat suatu perilaku baru dengan mengobservasi model, mengamati, kemudian dikonversi menjadi melakukan.4. Proses penguatan. Para individu termotivasi untuk memperlihatkan perilaku yang dicontohkan jika insentif yang positif atau imbalan yang diberikan (Robbins & Judge, 2015)

Teori HarapanExpectancy Theory (teori harapan)awalnya dikembangkan oleh Vroom pada tahun 1964. Motivasi menurut Vroom, mengarah kepada keputusan mengenai berapa banyak usaha yang akan dikeluarkan dalam suatu situasi tugas tertentu. Pilihan ini didasarkan pada suatu urutan harapan dua tahap (usaha prestasi dan prestasi-hasil). Atau dapat dikatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh harapan individu bahwa pada tingkat usaha tertentu akan menghasilkan tujuan prestasi yang dimaksudkan.Vroom menggunakan persamaan matematis untuk mengintegrasikan konsep-konsep kekuatan atau kemampuan motivasi menjadi model yang dapat diprediksi yaitu harapan (expectancy), nilai (valence), dan pertautan (instrumentality). Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku. Harapan mempunyai nilai yang berkisar dari nol yang menunjukkan tidak ada kemungkinan bahwa suatu hasil akan muncul sesudah perilaku atau tindakan tertentu, sampai pada positif satu yang menunjukkan kepastian bahwa hasil tertentu akan mengikuti suatu tindakan atau perilaku. Harapan yang dinyatakan dalam probabilitas (kemungkinan). Nilai (Valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu (daya atau nilai memotivasi) bagi setiap individu. Nilai/valensi dutentukan oleh individu dan tidak merupakan kualitas objektif dari akibat itu sendiri, sehingga pada situasi tertentu, nilai ini akan berbeda antara satu pegawai dengan pegawai lainnya. Pertautan (instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan pada tingkat kedua.(Hendry, 2010)

Daftar Pustaka:Hendry. (2010, January 26). Retrieved from World Press: https://teorionline.wordpress.comRobbins, S. P., & Judge, T. A. (2015). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.