motivasi lanjutan
-
Upload
frieska-piesesha -
Category
Documents
-
view
50 -
download
0
Transcript of motivasi lanjutan
2.1 Teori Motivasi
2.1.1 Pengertian Motivasi
Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar
mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilan untuk
mewujudkan tujuan perusahaan (hasibuan, 1999). Motif sering kali disamakan dengan
dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerakan jiwa dan jasmani untuk
berbuat, sehingga motif tersebut merupaka suatu driving force yang menggerakkan manusia
untuk bertingkah laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu. Pendapat tersebut
didukung oleh Jones (1997), mengatakan motivasi mempunyai kaitan dengan suatu proses
yang membangun dan memelihara perilaku kea rah suatu tujuan.
Hasibuan (1999), mengemukakan bahwa motif adalah suatu perangsang keinginan
dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang karena setiap motif mempunyai tujuan
tertentu yang ingin dicapai. Adapun, Siagian (1995), mengatakan bahwa motif adalah
keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, atau menggerakkan dan motof itulah
yang mengarahkan dan menyalurka perilaku
2.1.2 Ciri-ciri Motif
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang tidak terlepas dari berbagai motif dan
sikap,yang mendorong seseorang melakukan serangkaian perbuatan yang disebut
kegiatan.motif adalah daya yang timbuldari dalam diri orang yang mendorong untuk berbuat
sesuatu. Tanpa motif orang tidak akan berbuat sesuatu. Itulah sebabnya mengapa motif perlu
ditumbuhkan agar dapat menjadi pendorong perbuatan yang positif sesuai apa yang
dikehendaki oleh organisasi.
Motif dapat timbul dari dalam karena ada kebutuhan dasar manusiayang bersifat
universal, tetapi dapat pula dirangsang dari luar. Rangsangan dari luar dapat berbentuk fisik
atau non fisik disebut motivasi. Guilford (1970), mengemukakan bahwa, motives can be
thought of as composed of two elements. The first is drive whitch is represented as an
internal energizing process goading the organism to action. The second is the reward is
defined as the goal toward which the action is directed; reaching the goal terminates the
action.
Jadi, motiv itu terdiri dari dua unsur. Unsur pertama, berupa daya dorong untuk
berbuat, unsur kedua ialah sasaran atau tujuan (imbalan di sini dapat diartikan juga sebagai
motivator) yang akan diarahkan oleh perbuatan itu. Dua unsur dalammotif ini membuat orang
melakukan kegiatan dan sekaligus ingin mecapai apa yang dikehendaki melalui kegiatan
yang dilakukan itu. Kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan karena tiadanya salah satu unsur
menyebabkan tidak timbulnya perbuatan. Jika timbul perbuatan tetapi karena tidak ada yang
dituju, maka perbuatan tidak akan menghasilkan. Jadi, mungkin saja orang berbuat sesuatu
namun tidak tahu untuk apa perbuatan itu dilakukan. Adapun ciri-ciri motif individu adalah:
1. Motif adalah majemuk
Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi beberapa tujuan
yang berlangsung bersama-sama. Misalnya, seorang karyawan yang melakukan kerja
giat, dalam hal ini tidak hanya karena ingin lekas naik pangkat.
2. Motif dapat berubah-ubah
Motif bagi seseorang kerap mengalami perubahan. Ini disebabkan karena keinginan
manusia selalu berubah sesuai dengan kebutuhan atau kepentingan. Misalnya, seorang
karyawan pada suatu ketika menginginkan gaji yang tinggi, pada waktu yang lain
menginginkan pimpinan yang baik, atau kondisi kerja yang menyenangkan. Dalam
hal ini tampak bahwa motif sangat dinamis dan geraknya mengikuti kepentingan-
kepentingan individu.
3. Motif berbeda-beda bagi individu
Dua orang yang melakukan pekerjaan yang sama, tetapi ternyata terdapat perbedaan
motif. Misalnya, dua orang karyawan yang bekerja pada suatu mesin yang sama dan
pada ruang yang sama pula, tetapi motivasinya bias berbeda. Yang seorang
menginginkan teman kerja yang baik, sedangkan yang lain menginginkan kondisi
kerja yang menyenangkan.
4. Beberapa motif tidak disadari oleh individu
Banyak tingkah laku manusia yang tidak disadari oleh pelakunya. Sehingga beberapa
dorongan yang muncul sering kali karena berhadapan dengan situasi yang kurang
menguntungkan lalu ditentukan di bawah sadarnya. Dengan demikian, sering kali
kalau ada dorongan dari dalam yang kuat sekali menjadikan individu yang
bersangkutan tidak bias memahami motifnya sendiri.
Dari ciri-ciri motif individu diatas, terlihat motivasi mengandung tiga hal yang amat
penting, yaitu:
1. Motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran organisasiaonal. Artinya, didalam tujuan dan sasaran organisasi telah
tercakup tujuan dan sasaran pribadi para anggota organisasi. Secara popular,
motivasi hanya akan afektif apabila dalam diri para bawahan yang digerakkan itu
tedapat keyakinan bahwa dengan tercapaiannya tujuan organisasi akan tercapai
pula tujuan pribadi. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian seperti
dimaklumi, pendorong utama seseorang memasuki organisasi tertentu ialah
adanya persepsi dan harapan bahwa dengan memasuki organisasi tertentu itu
berbagai kepentingan pribadinya akan terlindungi dan berbagai kebutuhannya
akan terpenuhi
2. Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usahan dan pemuasan kebutuhan
tertentu. Dengan perkataan lain, motivasi merupakan kesediaan mengerahkan
usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan organisasi. Akan tetapi, kesediaan
mengerahkan usaha itu sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk
memuaskan berbagai kebutuhannya. Usaha merupakan ukuran intensitas kemauan
seseorang. Apabila sessorang termotivasikan, yang bersangkutan akan berusaha
keras melakukan sesuatu.
3. Dalam usaha memahami motivasi, yang dimaksud dengan kebutuhan ialah
internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menajdi menarik.
Artinya, suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan ketegangan yang
pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu dalam diri seseorang. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa seorang pekerja yang termotivasikan
sesungguhnya berada pada suasana ketegangan. Untuk menghilangkan ketegangan
itu mereka melakukan usaha tertentu. Merupakan hal yang logis bahwa usaha
seseorang akan semakin besar apabila tingkat ketegangannya dirasakan semakin
tinggi.
C. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Motivasi
Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa
factor. Factor-faktor tersebut dapat dibedakan atas factor intern dan ekstern yang berasal dari
karyawan.
1. Faktor Intern
Factor intern dapat memengaruhi pemberian mptivasi pada seseorang antara lain:
a. Keinginan untuk dapat hidup
Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia yang hidup
dimuka bumi ini. Untuk mempertahankan hidup ini orang mau mengerjakan apa
saja, apakah itu baik atau jelek, apakah halal atau haram, dan sebagainya.
Misalnya, untuk mempertahankan hidup manusia perlu makan dan untuk
memperoleh makan ini, manusia mau mengerjakan apa saja asal hasilna dapat
memenuhi kebutuhan makan. Keinginan untuk dapat hidup meliputi kebutuhan
untuk:
Memperoleh kompensasi yang memadai
Pekerjaan yang tepat walaupun penghasilan tidak begitu memadai
Kondisi kerja yang aman dan nyaman
b. Keinginan untuk dapat memiliki
Keinginan untuk dapat hidup memiliki benda dapat mendorong seseorang untuk
melakukan pekerjaan. Hali ini banyak kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari,
bahwa keinginan yang keras untuk dapat memiliki itu dapat mendorong orang
untuk mau bekerja. Contohnya, keinginan untuk dapat memiliki sepeda motor
dapat mendorong seseorang untuk mau melakukan pekerjaan.
c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan
Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati oleh
orang lain. Untuk memperoleh status social yang lebih tinggi., orang mau
mengeluarkan uangnya., untuk memperoleh uang itu pun ia harus bekerja keras.
Jadi, harga diri, nama baik, kehormatan yang ingin dimiliki itu harus diperankan
sendiri, mungkin dengan bekerja keras memperbaiki nasib, mencari rezeki, sebab
status untuk diakui sebagai orang yang terhormat tidak mungkin diperoleh bila
yang bersangkutan termausk pemalas, tidak mau bekerja, dan sebagainya.
d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan
Bila kita perinci, maka keinginan untuk memperoleh pengakuan itu dapat meliputi
hal-hal:
Adanya penghargaan terhadap prestasi
Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak
Pimpinan yang adil dan bijaksana, dan
Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat
e. Keinginan untuk berkuasa
Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja. Kadang-
kadang keingina untuk berkuasa ini dipenuhi dengan cara-cara tidak terpuji,
namun cara-cara yang dilakukannya itu masih termasuk bekerja juga. Apalagi
keinginan untuk berkuasa atau menjadi pemimpin itu dalam arti posistif, yaitu
ingin dipilih menjadi ketua atau kepala, tentu sebelumnya si pemilih telah melihat
dan menyaksikan sendiri bahwa orang itu benar-benar mau bekerja, sehingga
pantas untuk dijadikan penguasa dalam unit organisasi/kerja.
Walaupun kadar kemampuan kerja itu berbeda-beda untuk setiap orang, tetapi
pada dasarnya ada hal-hal yang umum yang harus dipenuhi untuk terdapatnya
kepuasan kerja bagi para karyawan. Karyawan akan dapat merasa puas bila dalm
pekerjaan terdapat:
Hak otonomi
Variasi dalam melakukan pekerjaan
Kesempatan untuk memberikan sumbangan pemikiran
Kesempatan memperoleh umpan balik tentang hasil pekerjaan yang telah
dilakukan
2. Faktor Ekstern
1. Kondisi lingkunga kerja
Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dann prasarana kerja yang ada
disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat memengaruhi
pelaksanaan pekerjaan. Lingkungn kerja itu sendiri, meliputi tempat bekerja,
fasilitas dan alat bantu pekerjaan, pekerjaan, kebersihan, pencahayaan,
ketenangan, termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada ditempat
tersebut. Lingkungan kerja yang baik dan bersih, mendapat cahaya yang cukup,
bebas dari kebisingan dan gangguan, jelas akan memotivasi tersendiri bagi para
karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Namun, lingkungan kerja
yang buruk, kotor, gelap, pengap, lembab, dan sebagainya akan menimbulkan
cepat lelah dan menurunkan kreativitas. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan
yang mempunyai kreativitas tinggi kanan dapat menciptakan lingkungan kerj
ayang menyenangkan bagi para karyawan.
2. Kompensasi yang memadai
Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para karyawan untuk
menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi yang memadai merupakan alay
motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para karyawan
bekerja dengan baik. Adapun kompensasi yang kurang memadai akan membuat
mereka kurang tertarik untuk bekerja keras., dan memungkinkan mereka bekerja
tidak tenang, dari sini jelas bahwa besar kecilnya kompensasi sangat
memengaruhi motivasi kerja para keryawan.
3. Supervisi yang baik
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan pengarahan,
membimbing kerja para karyawan, agar dapat melaksanakan kerja dengan baik
tanpa membuat kesalahan. Dengan demekian, posisi supervise sangat dekat
dengan para karyawan, dan selalu menghadapi para karyawan dalam
melaksananakan tugas sehari-hari. Bila supervisi yang dekat para karyawan ini
menguasai liku-liku pekerjaan dan penuh dengan sifat-sifat kepemimpinan, maka
suasana kerja akan bergairah dan bersemangat. Akan tetapi, mempunyai
supervisor yang angkuh mau benar sendiri, tidak mau mendengarkan keluhan
karyawan, akan menciptakan situasi kerja yang tidak mengenakkan, dan dapat
menurunkan semangat kerja. Dengan demikian, peranan supervisor yang
melakukan pekerjaan supervise amat memengaruhi motivasi kerja para karyawan.
4. Adanya jaminan pekerjaan
Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang ada pada
dirinya untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa ada jaminan karier
yang jelas dalam melakukan pekerjaan. Mereka bekerja bukannya untuk hari ini
saja, tetapi mereka berharap akan bekerja sampai tua cukup dalam satu perusahaan
saja, tidak usah sering kali pindah. Hal ini akan dapat terwujud bila perusahaan
dapat memberikan jaminan karier untuk masa depan, baik jaminan akan adanya
promosi jabatan, pangkat, maupun jaminan pemberian kesempatan untuk
mengembangkan potensi diri. Sebaliknya, orang-orang akan lari meninggalkan
perusahaan bila jaminan karier ini kurang jelas dan kurang diinformasikan
5. Status dan tanggung jawab
Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan setiap
karyawan dalam bekerja. Mereka bukan hanya mengharapkan kompensasi semata,
tetapi pada satu masa mereka juga berharap akan dapat kesempatan mendududki
jabatan dalam suatu perusahaan. Dengan menduduki jabatan, orang merasa
dirinya akan dipercaya, diberi tanggung jawab, dan wewenang yang besar untuk
melakukan kegiatan-kegiatan. Jadi, status dan kedududkan merupakan dorongan
untuk memenuhi kebutuhan sense of achievement dalam tuga sehari-hari.
6. Peraturan yang fleksibel
Bagi perusahaan besar, biasnya sudah ditetapkan system dan produser kerja yang
harus dipatuhi oleh seluruh karyawan. System dan produser kerja ini dpat kita
sebut dengan peraturan yang berlaku dan bersifat mengatur dan melindungi para
karyawan. Semua ini merupakan aturan main yang mengatur hubungan kerja antar
karyawan dengan perusahaan, termasuk hak dan kewajiban para karyawan,
pemberian kompensasi, promosi, mutasi, dan sebagainya. Oleh karena itu,
biasanya peraturan bersifat melindungi dan dapat memberikan motivasi para
karyawan untuk bekerja lebih baik. Hal ini terlihat dari banyak perusahaan besar
yang memperlakukan system prestasi kerja dalam memberikan kompensasi
kepada para karyawan, yang penting semua peraturan yang berlakuk dalam
perusahaan itu diinformasikan sejelas-jelasnya kepada karyawan, sehingga tidak
lagi bertanya-tanya, atau merasa tidak mempunyai pegangan dalam melkaukan
pekerjaan.
D. Teori Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti
“menggerakkan” (to move).
Motivasi adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan
dicurahkan untuk melaksakan pekerjaan. Motivasi merupakan permasalahan yang
sangat kompleks. Perilaku seseorang didorong oleh lebih dari satu motif sekaligus.
Motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dalam diri manusia,
yang akan mempengaruhi cara bertindak seseorang.
1. Teori Motivasi klasik oleh Frederik Winslow Taylor.
Frederick Winslow memandang bahwa memotivasi para karyawan hanya dari sudut
pemenuhan kebutuhan biologis saja. Kebutuhan biologis tersebut dipenuhi melalui
gaji atau upah yang diberikan, baik uang ataupun barang, sebagai imbalan dari
prestasi yang telah diberikannya. Frederick Winslow dalam Hasibuan (2005)
menyatakan bahwa : “Konsep dasar teori ini adalah orang akan bekerja bilamana ia
giat, bilamana ia mendapat imbalan materi yang mempunyai kaitan dengan tugas-
tugasnya, manajer menentukan bagaimana tugas dikerjakan dengan menggunakan
sistem intensif untuk memotivasi para pekerja, semakin banyak mereka berproduksi
semakin besar penghasilan mereka.” Sehingga dengan demikian karyawan hanya
dapat dimotivasi dengan memberikan imbalan materi dan jika balas jasanya
ditingkatkan maka dengan sendirinya gairah bekerjanya meningkat. Dengan demikian
teori ini beranggapan bahwa jika gaji karyawan ditingkatkan maka dengan sendirinya
ia akan lebih bergairah bekerja.
2. Maslow’s Need Hierarchy Theory (Teori Kebutuhan) oleh A.H.Maslow.
Teori ini dikemukakan oleh Abraham H. Maslow tahun 1943. Teori ini juga
merupakan kelanjutan dari Human Science Theory Elton Mayo (1880-1949) yang
menyatakan bahwa keperluan dan kepuasaan seseorang yaitu keperluan biologi dan
psikologi yang berupa material dan nonmaterial. Dasar Maslow’s Need Hierarchy
Theory :a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu menginginkan
lebih banyak. Keinginan ini terus menerus, baru berhenti jika akhir hayatnya tiba. b.
Suatu keperluan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya,
hanyakebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi. Ada beberapa
macam keperluan, antara lain :
• Physiological Needs (keperluan fisik = biologi) yaitu keperluan yang diperlukan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara,
perumahandan lain-lainnya. Keinginan untuk memenuhi keperluan fisikal ini
merangsang seeorang berperilaku dan bekerja giat.
• Safety and Security needs (keamanan dan keselamatan) adalah keperluan akan
keamanan dari ancaman, yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan
keselamatan dalam melakukanpekerjaan.
• Affiliation or Acceptance Needs adalah keperluan sosial, teman, dicintai dan
mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok rekan sekerja dan lingkungannya.
Karena manusia adalah makhluk sosial, sudah jelas ia menginginkan keperluan social.
• Esteem or Status or Egoistic Needs adalah keperluan akan penghargaan diri,
pengakuan serta penghargaan prestise dari rekan sekerja dan masyarakat
lingkungannya. Prestise dan status dimanifestasikan oleh banyak hal yang digunakan
sebagai simbol status. Misalnya, memakai blazer untuk membesakan seorang
pimpinan dengan anak buahnya dan lain-lain.
• Self Actuallization adalah keperluan aktualisasi diri dengan menggunakan
kecakapan,kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi
kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain. Keperluan
aktualisasi diri berbeda dengan keperluan lain dalam dua hal, iaitu :1. Keperluan
aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhannya hanya berdasarkan
keinginan atas usaha individu itu sendiri.2. Aktualisasi diri berhubungan dengan
pertumbuhan seorang individu. Keperluan ini berlangsung terus-menerus terutama
sejalan dengan meningkatkan karier seorang individu.
3. Herzberg’s Two Factor Theory (Teori Motivasi Dua Faktor) oleh Frederick
Herzberg.
Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang
untuk melaksanakan tugas yang lebih memerlukan keahlian dan peluang untuk
mengembangkan kemampuan. Ada 3 hal penting berdasarkan penelitian Herzberg
yang harus diperhatikan dalam motivasi bawahan yaitu :
a. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang mendatang yang
meliputi perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati
pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semuanya itu.
b. Hal-hal yang mengecewakan pekerja adalah terutama faktor yang bersifat mudah
saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak,
gaji, dan lain- lain.
c. Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi
sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
4. Mc. Clelland’s Need For Achievement Theory (Teori Kebutuhan untuk mencapai
Prestasi)
Teori-teori Prestasi menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda sesuai dengan
kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Henry Murray seorang ahli ilmu jiwa
menyajikan daftar berikut tentang kebutuhan-kebutuhan (manusia). Beliaulah orang
peryama yang menarik perhatian orang terhadap kebutuhan untuk mencapai prestasi.
Murray merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan untuk :
“ ... Melaksanakan tugas atau perkerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau
mengorganisasi objek-objek fisikal. Manusia atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal
tersebut secepat mungkin dan seindependent mungkin sesuai kondisi yang berlaku.
Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak
untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain.
Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil “ (Murray,
1938:164).
5. Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory oleh Clayton Alderfer.
Pada dasarnya Alderfer setuju dengan Maslow bahwa kebutuhan manusia atau
individu yang mendorong sesorang untuk termotivasi dalam melakukan sesuatu
bersifat hierarkis atau memiliki tingkatan, namun Alderfer memiliki perbedaan
dengan Maslow. Perbedaannya adalah bahwa Alderfer hanya membagi tingkatan
kebutuhan manusia menjadi kebutuhan Existence (kebutuhan mendasar manusia
untuk bertahan hidup), kebutuhan Relatedness (kebutuhan untuk melakukan
berinteraksi dengan sesama) dan kebutuhan Growth (kebutuhan untuk menyalurkan
kreativitas dan bersikap pruduktif).
6. Teori Motivasi Human Relations
Model Human Relation, diartikan sebagai model hubungan manusiawi dengan
penekanan pada kontak sosial merupakan kebutuhan bagi manusia yang bekerja
dalam suatu organisasi. Model ini dicetuskan oleh Elton Mayo sebagai akibat
kejenuhan karyawan dalam melakukan pekerjaan yang sama secara berulang. Elton
Mayo menekankan pada pentingnya pengakuan atau penghargaan terhadap
kebutuhan sosial pekerja.
2.2 Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting, karena terbukti
besar manfaatnya baik bagi kepentingan individu, industri, dan masyarakat. Bagi
individu, penelitian tentang sebab-sebab dan sumber-sumber kepuasan kerja
memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan hidup mereka.
a. Pengertian Kepuasan Kerja
Terdapat bermacam-macam pengertian atau batasan tentang kepuasan kerja.
Pertama, pengertian yang memandang kepuasan kerja sebagai suatu reaksi emosional
yang kompleks. Reaksi emosional ini merupakan akibat dari dorongan, keinginan,
tuntutan dan harapan-harapan karyawan terhadap pekerjaan yang dihubungkan
dengan realitas-realitas yang dirasakan karyawan, sehingga menimbulkan suatubentuk
reaksi emosional yang berwujud perasaan senang, perasaan puas, ataupun perasaan
tidak puas.
Kedua, pengertian yang menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu sikap
karyawan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan situasi kerja, kerja sama
antar karyawan, imbalan yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang menyangkut
faktor fisik dan psikologis. Sikap terhadap pekerjaan ini merupakan hasil dari
sejumlah sikap khusus individu terhadap faktor-faktor dalam pekerjaan, penyesuaian
diri individu, dan hubungan sosial individu di luar pekerjaan sehingga menimbulkan
sikap umum individu terhadap pekerjaan yang dihadapinya.
Istilah “kepuasan” merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap
yang positif terhadap kerja. Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan
penting, karena sangat besar manfaatnya baik untuk kepentingan individu, industri,
dan masyarakat. Kepentingan individu, penelitian tentang sebab-sebab dan sumber-
sumber kepuasan kerja memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan
kebahagiaan hidup mereka.
Handoko (1992), mengemukakan kepuasan kerja adalah keadaan emosional
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi para karyawan memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjannya. Ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala
sesuatu yang di hadapi di lingkungan kerjanya. Karyawan yang tidak memperoleh
kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kepuasan psikologis dan akhirnya akan
timbul sikap atau tingkah laku negative dan pada gilirannya akan dapat menimbulkan
frustasi, sebaliknya karyawan yang terpuaskan akan dapat berprestasi lebih baik dari
karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Pendapat tersebut didukung oleh
Strauss dan Sayles (dalam Handoko, 1992), kepuasan kerja juga penting untuk
aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah
mrncapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi.
Pada hakikatnya, kepuasan kerja merupakan perasaan senang atau senang
pekrja dalam memandang dan menjalankan pekerjaannya. Apabila seseorang senang
terhadap pkerjannya, maka orang tersebut puas terhadap pekerjaannya.
Ketidakpuasan dalam kerja akan dapat menimbulkan perilaku agresif, atau
sebaliknya akan menunjukkan sikap menarik diri dari kontak dengan lingkungan
sosialnya. Misalnya, dengan mengambil sikap berhenti dari perusahaan, suka bolos,
dan perilaku lain yang cenderung bersifat menghindari dari aktivitas organisasi.
Bentuk perilaku agresif, misalnya melakukan sabotase, sengaja membuat kesalahan
dalam kerja, menentang atasan, atau sampai pada aktivitas pemogokan. Dari uraian
diatas, bahwa kepuasan kerja karyawan merupakan masalah penting yang
diperhatikan dalam hubungannya dengan produktifitas kerja karyawan dan
ketidakpuasan sering dikaitkan dengan tingkat tuntutan dan keluhan pekerjaan yang
tinggi. Pekerja dengan tingkat ketidakpuasan yang tinggi lebih mungkin untuk
melakukan sabotase dan agresif yang pasif.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Faktor-faktor
itu sendiri dalam peranannya memberikan kapuasan kepada karyawan bergantung
pada pribadi masing-masing karyawan. Faktor-faktor yang memberikan kepuasan
menurut Blum (dalam As’ad, 2001) adalah:
1. Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan.
2. Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan pekerja, kebebasan
berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan.
3. Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja,
kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu, juga penghargaan terhadap
kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan
konflik antarmanusia, perasaan diperlakukan adil baik yang menyangkut pribadi
maupun tugas.
Menurut Gilmer (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah:
1. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk
memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
2. Keamanan kerja. Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik
bagi karyawan. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama
kerja.
3. Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang
mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
4. Perusahaan dan manajemen. Faktor ini yang baik adalah yang mampu
memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini menentukan kepuasan
kerja karyawan.
5. Pengawasan. Sekaligus atasannya. Supervise yang buruk dapat berakibat
absensi dan turn over.
6. Faktor instrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada dalam pekerjaan
mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan
tugas dapat meningkat atau mengurangi kepuasan.
7. Kodisi kerja. Termasuk disini kondisi tempat, ventilasi, penyiaran, kantin, dan
tempat parkir.
8. Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit
digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas
dalam kerja.
9. Komunikasi. Komunikasi yang lancer antar karyawan dengan pihak
manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya
kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami, dan mengakui pendapat
ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas
terhadap kerja.
10. Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pension, atau perumahan merupakan
standar suatu jabatan dan apabila dapay dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Penelitian yang dilakukan oleh Caugemi dan claypool (1978), menemukan bahwa hal-
hal yang menyebabkan rasa puas adalah:
1. Prestasi.
2. Penghargaan.
3. Kenaikan jabatan.
4. Pujian.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja adalah:
1. Kebijakan perusahaan.
2. Supervisor.
3. Kondisi kerja.
4. Gaji.
c. Dampak Kepuasan Dan Ketidakpuasan Kerja
1. Dampak Terhadap Produktivitas
Pada mulanya orang berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan
dengan menaikkan kepuasan kerja. Hubungan antara aktivitas dan kepuasan kerja
sangat kecil. Vroom (dalam Munandar, 2001), mengatakan bahwa produktivitas
dipengaruhi oleh banyak faktpr-faktor moderator di sampan kepuasan kerja. Lawler
dan Porter (dalam Munandar, 2001), mengharapkan produktivitas yang tinggi
menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja jika tenaga kerja mempersepsikan
bahwa ganjaran intrinsic (misalnya, rasa telah mencapai sesuatu) dan ganjaran
ekstrinsik (misalnya, gaji) yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan
diasosiasikan dengan prestasi kerja yang unggul. Jika tenaga kerja tidak
mempersepsikan ganjaran intrinsic dan ekstrinsik berasosiasi dengan prestasi kerja,
maka kenaikan dalam prestasi tak akan berkolerasi dengan kenaikan dalam kepuasan
kerja.
2. Dampak terhadap ketidakhadiran dan keluarnya tenaga kerja
Ketidak hadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis jawaban-
jawaban yang secara kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih spontan sifatnya dan
dengan demikian kurang mencerminkan ketidakpuasan kerja. Lain halnya dengan
berhenti atau keluar dari pekerjaan. Perilaku ini karena akan mempunyai akibat-akibat
ekonomis yang besar, maka lebih besar kemungkinannya ia berhubungan dengan
ketidakpuasan kerja. Organisasi melakukan upaya yang cukup besar untuk menahan
orang-orang ini dengan jalan menaikkan upah, pujian, pengakuan, kesempatan
promosi yang ditingkatkan, dan seterusnya. Justru sebaliknya, bagi mereka yang
mempunyai kinerja buruk, sedikit upaya dilakukan oleh organisasi untuk menahan
mereka. Bahkan mungkin ada tekanan halus untuk mendorong mereka agar keluar.
Menurut Steers dan Rhodes (dalam Munandar, 2001), mereka melihat adanya dua
faktor pada perilaku hadir, yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir.
Mereka percaya bahwa untuk hadir dipengaruhi oleh kepuasan kerja dalam kombinasi
dengan tekanan-tekanan internal dan eksternal untuk dating pada pekerjaan.
Robbins (2001), ketidakpuasan kerja pada tenaga kerja atau karyawan dapat
diungkapkan ke dalam berbagai macam cara. Misalnya, selain meninggalkan
pekerjaan, karyawan selalu mengeluh, membangkang, menghindari sebagian
tanggungjawab pekerjaan mereka.
3. Dampak Terhadap Kesehatan
Salah satu temuan yang penting dari kajian yang dilakukan oleh
Kornhauser (dalam Munandar, 2001) tentang kesehatan mental dan kepuasan kerja,
ialah untuk semua tingkat jabatan, persepsi dari tenaga kerja bahwa pekerjaan mereka
menuntut penggunaan efektif dan kecakapan-kecakapan mereka berkaitan dengan
skor kesehatan mental yang tinggi. Meskipun jelas bahwa kepuasan kerja
berhubungan dengan kesehatan, hubungan kausalnya masih tidak jelas. Diduga bahwa
kepuasan kerja menunjang tingkat dari fungsi fisik dan mental dan kepuasan sendiri
merupakan tanda dari kesehatan. Tingkat dari kepauasan kerja dan kesehatan
mungkin saling mengukuhkan sehingga peningkatan dari yang satu dapat
meningkatkan yang lain dan sebaliknya yang satu mempunyai akibat yang negatif
juga pada yang lain. Kepuasan kerja, ialah untuk semua tingkatan jabatan, persepsi
dari tenaga kerja bahwa pekerjaan mereka berkaitan dengan skor kesehatan mental
yang tinggi dan sebaliknya yang satu mempunyai akibat yang negative juga pada yang
lain.