Moro Sari

30
LAPORAN KEGIATAN OBSERVASI DAERAH PESISIR DI PANTAI MOROSARI, SAYUNG DEMAK DISUSUN OLEH: Sariyang Yogi Alfarobi 210801101410 17 Dimas Kreshna Wibawarto 210801101100 01 Mahardika Rachmad Sulistya 210801101300 57 Dhila Fiberia Ramadhani 210801101300 40 Chandra Lestari Asih 210801101410 53 Charisma Widya Nugraha 210801101300 41 Estuning Mugi Rahajeng 210801101300 45 Agustin Wijayanti 210801101300 46 Nur Novilina Arifianingsih 210801101300 47 Devi Nur Vidyautami 210801101300

Transcript of Moro Sari

Page 1: Moro Sari

LAPORAN KEGIATAN

OBSERVASI DAERAH PESISIR DI PANTAI MOROSARI, SAYUNG

DEMAK

DISUSUN OLEH:

Sariyang Yogi Alfarobi 21080110141017Dimas Kreshna Wibawarto 21080110110001Mahardika Rachmad Sulistya 21080110130057Dhila Fiberia Ramadhani 21080110130040Chandra Lestari Asih 21080110141053Charisma Widya Nugraha 21080110130041Estuning Mugi Rahajeng 21080110130045Agustin Wijayanti 21080110130046Nur Novilina Arifianingsih 21080110130047Devi Nur Vidyautami 21080110130048Eko Adi Purnomo L2J009105

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: Moro Sari

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan jumlah pulau yang

mencapai 17.508 dan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 Km (DKP, 2008).

Keadaan ini menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber pendapatan

masyarakat Indonesia. Secara umum, wilayah pesisir dapat didefenisikan sebagai

wilayah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan ekosistem udara

yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang rentan (Beatly et al, 2002).

Menurut Kay dan Alder pesisir adalah wilayah yang unik, karena dalam

konteks bentang alam, wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan dan

lautan. Lebih jauh lagi,wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting ditinjau

dari berbagai sudut pandang perencanaan dan pengelolaan. Departemen Kelauatan

dan Perikanan dalam rancanganUndang-undang Pengelolaan Wilayah Pesisir

Terpadu mendefenisikan wilayah pesisir sebagai kawasan peralihan yang

menghubungkan ekosistem darat dan ekosistem lautyang terletak antara batas

sempadan kearah darat sejauh pasang tertinggi dan ke arah lautsejauh pengaruh

aktivitas dari daratan. Wilayah pesisir memiliki nilai ekonomi tinggi, namun

terancam keberlanjutannya. Dengan potensi yang unik dan bernilai ekonomi tadi

maka wilayah pesisir dihadapkan pada ancaman yang tinggi pula, maka

hendaknya wilayah pesisir ditangani secara khusus agar wilayah ini dapat dikelola

secara berkelanjutan.

Kabupaten Demak merupakan wilayah yang merupakan bagian prioritas

pengembangan pariwisata Jawa Tengah. Kabupaten Demak memiliki berbagai

obyek wisata, baik wisata religi, budaya maupun pesisir. Semua objek wisata

tersebut memiliki potensi masing-masing untuk dikembangkan buat komoditas di

Kabupaten Demak. Salah satu objek wisata yang cukup potensial untuk

dikembangkan dan sudah dimiliki oleh Kabupaten Demak adalah Wisata Alam

Page 3: Moro Sari

Pantai Morosari. Pantai Morosari merupakan salah satu wisata pesisir yang perlu

dilestarikan dan dikembangkan agar dapat menjadi wisata pesisir yang

berkelanjutan atau Sustainable Coastal Tourism (SCT). Hal ini dapat dilihat dari

karakteristik Pantai Morosari sendiri jika dihubungkan dengan konsep SCT nya,

yakni potensi pariwisata di Pantai Morosari cukup tinggi yaitu terdapat wisata

mangrove, bangunan wisata, spot untuk melihat sunset, aneka permainan air dan

terdapat pula jenis flora dan fauna pesisir yang merupakan salah satu faktor

penarik pengunjung untuk datang ke kawasan ini; Pantai Morosari merupakan

arahan pengembangan wisata pesisir menurut RTRW Kabupaten Demak yang

berpotensi untuk meningkatkan perekonomian; di Pantai Morosari sering terjadi

abrasi dan rob dan menurunnya jumlah hutan bakau di sekitar wilayah Pantai

Morosari. Selain itu, akses dan ketersediaan fasilitas-fasilitas di Pantai Morosari

tersebut juga kurang dikembangkan, seperti akses menuju lokasi yang masih

buruk, manajemen pariwisatanya kurang maksimal, pantainya kotor, signase dari

pusat kota masih minim dan sering terjadi bahaya abrasi, rob serta penurunan

tanah. Hal-hal tersebut menyebabkan pantai ini selalu sepi pengunjung.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan ini adalah:

1. Mengetahui tentang kondisi pesisir di kawasan Sayung, Demak.

2. Mengetahui tentang potensi alam di pantai Morosari Demak.

3. Mengetahui tentang kondisi masyarakat sekitar.

1.3 Waktu dan Tempat

Observasi dilaksanakan pada hari Jumat 20 September 2013 di Pantai

Morosari, Demak.

Page 4: Moro Sari

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Karakteristik Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut dengan

batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air

yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut

perembesan air laut (infiusi) yang dicirikan oleh vegetasinya yang khas,

sedangkan batas wilayah pesisir ke arah laut mencakup bagran atau batas terluar

dari daerah paparan benua (continental shelf), dimana ciri-ciri perairan ini masih

dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran

air tawar, naupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti

penggundulan hutan dan pencemaran . (Nurul, 2003)

Ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta

sumberdaya yang terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya

intervensi manusia pada wilayah tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang

signifikan, seperti bentang alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan

air laut yang menghasilkan beberapa ekosistem khas dan lain-lain. Ditinjau dari

aspek kepemilikan, wilayah pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di

dalamnya sering memiliki sifat terbuka (open access).

Kondisi tersebut berbeda dengan sifat kepemilikan bersama (common

property) seperti yang terdapat di beberapa wilayah di Indonesia seperti Ambon

dengan kelembagaan Sasi, NTB dengan kelembagaan tradisional Awig-Awig dan

Sangihe, Talaud dengan kelembagaan Maneeh yang pengelolaan sumber dayanya

diatur secara komunal. Dengan karakteristik open access tersebut, kepemilikan

tidak diatur, setiap orang bebas memanfaatkan sehingga dalam pembangunan

wilayah dan pemanfaatan sumberdaya sering menimbulkan konflik kepentingan

pemanfaatan ruang dan sumberdaya serta peluang terjadinya degradasi lingkungan

Page 5: Moro Sari

dan problem eksternalitas lebih besar karena terbatasnya pengaturan pengelolaan

sumberdaya.

2.2 Karakteristik Masyarakat Pesisir

Karakteristik Masyarakat Pesisir memiliki ciri yang khas. Masyarakat

pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami

wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait

dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir (Satria, 2004).

Tentu masyarakat pesisir tidak saja nelayan, melainkan juga pembudidaya ikan,

pengolah ikan bahkan pedagang ikan.

Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat

agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang

dapat dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau

ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan

yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata

pencahariannya didominasi dengan pelayan. Pelayan bergelut dengan laut untuk

mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa

dikontrol.

2.2.1 Karakteristik Sosial-Ekonomi Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based),

seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut.

Tingkat pendidikan penduduk wilayah pesisir juga tergolong rendah. Kondisi

lingkungan pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum

tertata dengan baik dan terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi

masyarakat yang relatif berada dalam tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam

jangka panjang tekanan terhadap sumberdaya pesisir akan semakin besar guna

pemenuhan kebutuhan masyarakat. 

Page 6: Moro Sari

Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir adalah sebagai berikut:

1. Sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan. Contohnya seperti usaha perikanan

tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha pengelolaan hasil perikanan

yang memang dominan dilakukan. 

2. Sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan juga pasar. 

3. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak dimasuki

oleh pihak luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup, dan

kegiatan masyarakat relatif homogen dan maasing-masing individu merasa

mempunyai kepentingan yang sama dan tanggung jawab dalam

melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama. 

4. Sebagian besar masyarakan pesisir bekerja sebagai Nelayan. Nelayan

adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang mata

pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan.

2.3 Pengertian Pengelolaan Pesisir

2.3.1   Pengelolaan Pesisir Terpadu

Menurut Sain dan Krecth Pengelolaan Pesisir Terpadu (P2T) adalah proses

yang dinamis yang berjalan secara terus menerus, dalam membuat keputusan-

keputusan tentang pemanfaatan, pembangunan dan perlindungan wilayah dan

sumberdaya pesisir dan lautan. Bagian penting dalam pengelolaan terpadu adalah

perancangan proses kelembagaan untuk mencapai harmonisasi dalam cara yang

dapat diterima secara politis.

2.3.2   Pengelolaan Pesisir Secara Berkelanjutan

Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan

secara ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan

secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat

membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan capital (capital maintenance),

dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara

Page 7: Moro Sari

ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud harus dapat

mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan

konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity),

sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Sementara itu,

berkelanjutan secara sosial politik mensyaratkan bahwa suatu kegiatan

pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil pembangunan,

mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat

(dekratisasi), identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan (Wiyana, 2004).

2.2.3 Pengelolaan Pesisir Berbasis Masyarakat

Pengelolaan berbasis masyarakat dapat diartikan sebagai suatu system

pengelolaan sumber daya alam disuatu tempat dimana masyarakat lokal ditempat

tersebut terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumber daya alam yang

terkandung didalamnya (Nurmalasari, 2001). Di Indonesia pengelolaan

sumberdaya berbasis masyarakat sebenarnya telah ditetapkan dalam Pasal 33

Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Ketentuan tersebut

secara tegas menginginkan agar pelaksanaan penguasaan Negara atas sumber daya

alam khususnya sumber daya pesisir dan lautan diarahkan kepada tercapainya

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat banyak, dan juga harus

mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan sekaligus memperbaiki kehidupan

masyarakat pesisir serta memajukan desa-desa pantai.

2.4 Pemanfaatan dan Pengelolaan Potensi Pesisir di Daerah

Secara alamiah potensi pesisir di daerah dimanfaatkan langsung oleh

masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan tersebut yang pada umumnya

terdiri dari nelayan. Nelayan di pesisir memanfaatkan kekayaan laut mulai dari

ikan, rumput laut, terumbu karang dan sebagainya untuk memenuhi kebutukan

Page 8: Moro Sari

hidupnya. Pada umumnya potensi pesisir dan kelautan yang di manfaatkan oleh

nelayan terbatas pada upaya pemenuhan kebutuhan hidup.

Pemanfaatan potensi daerah pesisir secara besar-besaran untuk mendapatkan

keuntungan secara ekonomis dalam rangka peningkatan pertumbuhan

perekonomian rakyat belum banyak dilakukan. Pemanfaatan pesisir untuk usaha

ekonomi dalam skala besar baru dilakukan pada sebagian Kabupaten dan Kota

yang berada di daerah pesisir. Pada umumnya usaha ekonomi pemanfaatan daerah

pesisir ini bergerak disektor pariwisata.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah berupaya untuk

memanfaatkan potensi daerah pesisir ini untuk meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD). Disamping itu Pemerintah Daerah juga memanfaatkan potensi

daerah pesisir ini untuk meningkatkan pertumbuhan dan perekonomian

masyarakat di daerah.

Mengingat kewenangan daerah untuk melakukan pengelolaan bidang kelautan ang

termasuk juga daerah pesisir masih merupakan kewenangan baru bagi daerah

maka pemanfaatan potensi daerah pesisir ini belum sepenuhnya dilaksanakan oleh

Daerah Kabupaten atau kota yang berada di pesisir. Jadi belum semua Kabupaten

dan Kota yang memanfaatkan potensi daerah pesisir.

2.5 Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove memiliki peranan penting di wilayah pesisir dan laut.

Keberadaan ekosistem ini di tengah-tengah kehidupan manusia memberikan

banyak manfaat. Beberapa manfaat ada yang bersifat langsung maupun tidak

langsung. Pemanfaatan ekosistem tersebut perlahan-lahan dapat menimbulkan

suatu permasalahan sehingga perlu dilakukan upaya pengelolaan yang tepat agar

pendayagunaan kawasan mangrove dapat dilakukan secara optimal dan lestari.

Salah satu upaya pengelolaan tersebut adalah dengan evaluasi kondisi lahan

mangrove.

Page 9: Moro Sari

Menurut Dahuri (2003), ekosistem mangrove akan hidup optimal pada

daerah yang terlindung dari arus dan gelombang yang besar, seperti wilayah

pesisir yang memiliki muara kali besar dan delta yang aliran airnya banyak

mengandung lumpur. Mangrove sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan

berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat, karena kondisi ini tidak

memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai substrat

bagi pertumbuhannya

Page 10: Moro Sari

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah

Morosari adalah nama sebuah dusun yang terletak di Desa Bedono,

Kecamatan Sayung - Kabupaten Demak, Jawa Tengah 6,1268°LS 110,4°BT.

Persisnya dari jalan Raya Semarang Demak Km. 9 pada jembatan Sayung dari

arah Semarang menuju Demak bebebelok kekiri menyusuri kali sepanjang hampir

3 km kearah laut / pantai.

Wilayah studi berada di Desa Bedono, dengan batas administrasi sebagai

berikut :

Utara : Desa Timbulsloko

Barat : Desa Gemulak

Selatan : Desa Sriwulan

Timur : Laut Jawa

Dusun yang pada awalnya dahulu dikenal dengan tambak-tambak

penghasil udang yang cukup potensial dalam menghidupi masyarakat di

sekitarnya ini dalam dekade 10 tahun terakhir mulai terkikis sedikit demi sedikit

oleh kerasnya ombak laut, sehingga mengalami abrasi yang cukup keras pula.

Bahkan sudah ada dusun di sekitar Morosari yang para penduduknya sudah di

relokasi kedaerah lainnya, yaitu Desa Tambak Sari.

Page 11: Moro Sari

Gambar 3.1 Peta Tata Guna Lahan Wilayah Studi

Gambar 3.2 Pantai Morosari

 3.2 Topografi

        Secara umum kondisi topografi di Pantai Morosari Kecamatan Sayung

adalah datar dengan kemiringan tanah antara 0-2% dan cocok dijadikan sebagai

areal permukiman. Namun karena letak wilayah ini berada di pinggir laut, maka

kawasan ini juga cocok digunakan sebagai tempat wisata dan usaha tambak guna

meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Demak.

Page 12: Moro Sari

3.3 Pengelolaan Pantai Morosari

             Pengelolaan Pantai Morosari diberikan pada perusahaan daerah yang

bernama ANUS (Antar Nusa Perkasa). Perusahaan ini merupakan perusahaan

daerah yang membawahi bidang bus pariwisata, pabrik tahu, pengelolaan pantai

monosari dan beberapa pengembangan di kawasan Kabupaten Demak. PT

ANUSA PERSADA merupakan perusahaan yang telah menjadi pengelola Pantai

Morosari sejak tahun 2006.

3.3.1 Pengelolaan Wisata

WBM (Wisata Bahari Morosari) terdapat di Desa Bedono,

Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Persisnya dari jalan Raya Semarang

Demak Km 9. WBM (Wisata Bahari Morosari) adalah sebuah tempat wisata yang

menyajikan panorama pantai dan olahraga air, dan juga kuliner. Objek wisata

bahari yang diresmikan pada tanggal 19 Januari 2006 tahun lalu ini telah

memberikan dampak langsung bagi geliat ekonomi masyarakat setempat.

Gambar 3.3 Denah Lokasi WBM Sayung, Demak

3.4 Identifikasi Karakteristik Pengguna

             Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak,

jumlah pengunjung wisata pesisir Pantai Morosari rata-rata sebanyak 4.000 jiwa

Page 13: Moro Sari

pertahun. Pengunjung yang datang ke Pantai Morosari sebagian besar tidak hanya

menikmati keindahan pantai sebagai mana biasanya wisatawan datang ke pantai,

namun juga untuk menikmati keindahan hutan bakau, pulau burung dan

keindahan pemandangan pantai lainnya, serta menjadikannya sebagai objek

fotografi.

3.5 Potensi Pariwisata

Pada kawasan yang memiliki lahan kurang lebih seluas 5 Ha ini dibangun

beberapa sarana-sarana pendukung, seperti :

Jetski

Banana Boat

Dragon Boat

Speed Boat

Sepeda Air Paus, Bebek, Anjing Laut

Perahu Kayak Double

Perahu Canoe Single

Restaurant

Untuk menyusuri lebih dekat dengan wilayah sekitar potensi wilayah

Pantai Morosari ini bisa menggunakan kapal sejenis dragon boat dengan kapasitas

kurang dari 20 orang. Info yang kami dapatkan dari sopir kapal boat kami jika

mau ke pantai yang berpasir letaknya di tengah pantai sekitar 500 m dari pantai

morosari. Tetapi karena air masih pasang dan baru surut sekitar jam 12 siang jadi

pasir pantai tidak bisa terlihat.

Tak jauh dari pasir pantai terllihat sebuah desa dan ada pula makam di

tengah pantai. Makam tersebut adalah makam Syeikh Mudzakir. Sedangkan desa

di dekat makam Syeikh mudzakir tersebuat adalah desa Tambak Sari. Desa

Tambak sari ini terlihat seperti desa apung. Penduduknya tinggal beberapa jiwa

karena sudah banyak yang terelokasikan karena sebagian besar bangunannya

sudah hancur karena terkikis oleh air pantai.

Page 14: Moro Sari

Gambar 3.4 Makam Syeikh Mudzakir

Gambar 3.5 Desa Tambak Sari ( Dilihat dari Perahu Boat )

Gambar 3.6 Jalan Masuk Desa Tambak Sari

Page 15: Moro Sari

Gambar diatas adalah jalan masuk Desa Tambak Sari melewati lebatnya

hutan manrgrove jika kita dari pantai Morosari naik perahu. Cara warga Desa

Tambak Sari yang tersisa untuk menyangga dan mempertahankan tempat tinggal

mereka adalah dengan menanam mangrove agar kikisan ombak dan air pantai

dapat berkurang. Dari usaha warga desa tersebut bakau yang sudah tumbuh besar

dijadikan tempat tinggal beberapa burung bangau putih.

Gambar 3.7 Mangrove Tempat Tinggal Bangau

Jadi sebenarnya ada banyak sekali obyek wisata indah yang sudah di

kelola masyarakat sekitar dan pemerintah pada daerah pesisir ini , seperti telah di

jelaskan sebelumnya ada Pantai Morosari di Desa Bedono beserta fasilitas yang di

berikan, wisata religi di Makam Syeikh Mudzakir Desa Tambak Sari,

pengelolaan tanaman mangrove, dan juga pemandangan hutan mangrove sebagai

penyokong tempat tinggal Desa Tambak Sari dan burung bangau. Bebarapa

aktivitas yang lain seperti terdapat peternakan unggas dan industri ikan asing di

sekitas jalan masuk menuju pantai Morosari.

3.6 Mata Pencaharian Masyarakat Sekitar

Mata pencaharian warga sekitar adalah sebagai nelayan dan pembudidaya

ikan yaitu dengan adanya tambak – tambak penduduk dan pengolahan ikan hasil

tangkapan masyarakat.

Dengan adanya pengembangan objek wisata Morosari disekitar pantai

Sayung, jelas – jelas memberi angin segar bagi penduduk di sekitar pantai. Mata

Page 16: Moro Sari

pencaharian penduduk yang mulanya hanya nelayan dan petani tambak sekarang

mereka juga mencari penghasilan dari tempat wisata tersebut. Mulai dari berjualan

di tempat wisata, jasa penyewaan perahu, petugas objek wisata, dan usaha

pemancingan. Sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar

pantai.

Gambar 3.8 Mata Pencarian Warga Sekitar (a) Nelayan, (b) Sebagai

Pemandu Wisata Perahu, (c) Industri Rumah Tangga Ikan Asin

a. b.

c.

Page 17: Moro Sari

3.7 Kondisi Kebersihan Pantai Morosari

Kondisi kebersihan Pantai Morosari , Sayung , Demak cukup bersih

namun masih terdapat sampah-sampah plastik bekas bungkus makanan yang

terapung di pinggir pantai. Pada survey ke pantai ini kondisi pantai sangat sepi

pengunjung tetapi masih terdapat sampah-sampah yang berserakan, hal ini

menandakan kurangnya pengelolaan kebersihan (management sampah yang

kurang baik seperti tidak tersedianya tempat membuang sampah/tong sampah) di

Pantai Morosari ini serta kurangnya pengelolaan atau penataan para pedagang

kaki lima sehingga terkesan kumuh dan tidak rapi . Dan juga kondisi pantai yang

kurang terawat , itu terlihat dari kondisi bangunan yang sangat kotor dan berdebu.

Kondisi lingkungan Pantai Morosari ini juga kurang baik karena banyaknya

bencana alam yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan, seperti degradasi

lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Demak yang ditunjukkan

dengan fenomena banjir/rob dan abrasi.

Gambar 3.9 Sampah Berserakan di Bibir Pantai

3.8 Permasalahan di Wilayah sekitar Pantai Morosari

Kecamatan Sayung yang terletak di Kabupaten Demak merupakan wilayah

yang letaknya di pinggir pantai dan sering kali dikaitkan dengan kawasan yang

sering terjadi rob dan banyak rumah-rumah yang fasilitas umum lainnya yang

tenggelam karena air rob.

Page 18: Moro Sari

Gambar 3.10 Rumah Tenggelam Karena Rob

Gambar 3.11 Lingkungan Kumuh Karena Rob

Kondisi jalan dan signase juga merupakan salah satu permasalahan utama

yang kurang di Pantai Morosari karena jalan dari awal gapuran atau gerbang

menuju lokasi wisata Pantai Morosari tidak terawat, yaitu banyak lubang-lubang

besar disepanjang jalan menuju lokasi wisata dan lebar jalan yang hanya bisa

dilalui oleh 1 mobil dan di pinggir jalan tersebut terdapat rawa-rawa. Selain itu,

kurangnya signase di kawasan ini mempengaruhi jumlah pengunjung yang datang

karena tidak ada sama sekali petunjuk yang mengarahkan pengunjung ke lokasi

wisata dan ini membuat pengunjung berputar-putar mencari lokasi wisata Pantai

Morosari.

Page 19: Moro Sari

3.9 Mangrove di Sekitar Kawasan Pesisir Pantai Morosari

Salah satu bentuk kepedulian warga dan pemerintah untuk mengrangi

pengikisan oleh air pantai atau laut dan sebagai pengelolaan daerah pantai atau

laut maka bebarapa tahun yang lalu sampai sekarang di tanamlah mangrove di

wilayah Sayung.

Gambar 3.12 Tanaman Mangrove

Di sekitar pantai Morosari, pohon bakau atau mangrove tumbuh

disepanjang muara sungai yang menuju ke laut. Mangrove juga tumbuh di delta

sungai karena banyak mengandung lumpur (sesuai yang dikatakan Dahuri

(2003) ). Di seberang pantai dari kawasan Morosari juga terdapat kawasan

mangrove yang cukup luas. Kawasan mangrove disini menjadi habitat burung

bangau, dan flora fauna lainnya.

Namun pohon mangrove yang tumbuh di kawasan pesisir Morosari ini

tidak banyak. Hal ini dikarenakan kondisi lahan mangrove di pesisir pantai

Page 20: Moro Sari

Morosari secara umum telah mengalami degradasi. Degradasi ini meliputi

penurunan tanah, kenaikan muka air laut dan abrasi. Degradasi ini terlihat dari

pemukiman warga disepanjang muara yang sebagian besar terendam air laut.

Akibat degradasi ini adalah berkurangnya kawasan mangrove di sekitar pesisir.

Page 21: Moro Sari

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi kelompok kami, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pantai Morosari sangat berpotensi untuk dikembangkan pariwisatanya.

2. Mata pencaharian warga pesisir pantai Morosari antara lain adalah

nelayan, budidaya ikan, berjualan di tempat wisata, jasa penyewaan

perahu, petugas objek wisata, dan usaha pemancingan.

3. Pengelolaan pantai dan lingkungan di Sayung masih tergolong kurang,

dikarenakan masih terlihat banyaknya sampah yang mengurangi estetika

dan kawasan pemukiman yang terancam bahaya rob.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11639-3500100022-Chapter1.pdf

http://pantaimorosaridemak.blogspot.com/2010/08/sekilas-pantai-morosari.html

http://studiorancang5a.blogspot.com/p/blog-page.html

Page 22: Moro Sari

LAMPIRAN

Dokumentasi Kegiatan

Akulah Penunggu Makam

Syekh Mudzakir :)

Page 23: Moro Sari