Morbili
-
Upload
moch-fadhly-hartanu -
Category
Documents
-
view
27 -
download
0
description
Transcript of Morbili
Definisi
CAMPAK ATAU RUBEOLA MERUPAKAN PENYAKIT MENULAR
AKUT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS MORBILIVIRUS DAN
SECARA KHAS TERDIRI DARI TIGA STADIUM, YAITU STADIUM PRODROMAL, ERUPSI, DAN
KONVALESENS.
( I D A I D A N I K K F K U N PA D )
Epidemiologi
World wide-Menyerang 30 juta anak /tahun15.000 hingga 60.000 kasus kebutaan/ Tahun
CDC 2015, Mayo, and Salina et all
Indonesia- Lombok 1970 (330 kematian di antara 12.107 kasus)- Pulau bangka (66 kematian diantara 407 kasus
IDAI, 2010
Manifestasi Klinis
PRODORMAL ERUPSI KONVALESEN
• Berlangsung 2-4 hari,
• Virus terdapat dalam air mata, sekresi hidung dan tenggorokan, urin, serta darah.
• Bercak koplik, • conjungtivitis,
coryza, dan cough (tanda 3C),
• Demam ringan sampai sedang.
• Splenomegali dan Limfadenopati
• Ruam makulopapular
• Muncul 14 hari setelah awal infeksi
• Mulai sebagai makula tidak tegas, terdapat pada bagian belakang telinga, sepanjang batas rambut dan pada bagian belakang pipi
• Ruam menjadi hiperpigmentasi dan kadang-kadang deskuamasi,
• gejala-gejala lainnya menghilang
Diagnosis Banding
• Konjungtivitis Akut• Manifestasi
Dermatologis akibat Demam Dengue
• Meningitis
• Rubella• Pediatric Toxic Shock
Syndrome• Roseola Infantum in
Emergency Medicine• Scarlet Fever
Selina SPC 2015, IDAI 2010, dan Nelson 2012
Identitas Pribadi
• Nama :An. HA• No. CM : 582471• Jenis Kelamin :Laki-laki• Usia :6 tahun 2 bulan• Suku Bangsa :Aceh• Agama :Islam• Alamat : Matang Seulimeng• Pekerjaan : Siswa Sekolah Dasar • Tanggal Masuk : 25 Desember 2015
Riwayat Perjalanan PenyakitSe
belu
m
Dem
amBatuk Pilek• sejak
lama, • Tidak
berdahak• disertai
gatal tenggorokan
Kelu
han
Uta
ma
Demam• Awalnya
terasa ringan, lama kelamaan semakin meninggi.
• Tinggi dimalam hari
• menurun dengan obat penurun panas namun tidak mencapai suhu normal
Ruam kemeraha
n • Muncul dari belakang telinga,badan kemudian menjalar perlahan keseluruh tubuh.
Mata merah • timbul
bersamaan dengan demam
• mata berair dan gatal
Riwayat Perjalanan Penyakit
• Nafsu makan pasien mengalami penurunan
Keluhan Yang
Disangkal• Gusi berdarah• Mimisan• Nyeri otot
Pemeriksaan Fisik
Status GeneralisataKesadaran : Compos MenisNadi : 98 x/menitRR : 18 x/menitSuhu : 39,6o C (Axila)Satus gizi : normalBB : 16 kgPB : 112 cm
KulitWarna : Sawo matangTurgor : baikEritema : (+) di seluruh tubuhParut cacar : NegatifSianosis : NegatifIkterus : NegatifEdema : NegatifAnemia : Negatif
Pemeriksaan FisikKepalaUkuran : NormosefaliRambut : Hitam, sukar dicabutWajah : Simetris, edema (-), deformitas (-) Mata : Pupil bulat isokor ø 3 mm/3 mm, RCL (+/+), RCTL (+/+), Sklera ikterik (-/-), Konjungtiva hiperemis (+/+)Telinga : Serumen (-/-), normotiaHidung : NCH (-)
Mulut Bibir : Bibir kering (+), mukosa basah (+), sianosis (-), koplik’s Spot (-)Lidah : Tremor (-), beslag (-), hiperemis (-).Tonsil : Hiperemis (-/-), T1./ T1
Faring : Hiperemis (+)
Pemeriksaan FisikLeherInpeksi : Simetris, retraksi (-)Tekanan vena jugularis R-2cmH2O, Pembesaran KGB (-)
ToraksInspeksi :•Statis : Simetris, bentuk normochest •Dinamis : Pernapasan torakoabdominal, retraksi (-)
Pemeriksaan FisikParu
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Kanan Kiri
Depan Vesikuler Vesikuler
Belakang Vesikuler Vesikuler
Kanan KiriDepan Fremitus Normal Fremitus NormalBelakang Fremitus Normal Fremitus Normal
Kanan KiriDepan Sonor SonorBelakang Sonor Sonor
Pemeriksaan Fisik
JantungInspeksi : Ictus cordis tidak terlihatPalpasi : Ictus cordis teraba, thrill ( - )Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : Sela iga II Kiri : dua jari medial linea mid-clavicula kiri Kanan : linea parasternal kanan
Auskultasi : BJ I > BJ II, bising jantung (-)
Pemeriksaan Fisik
AbdomenInspeksi : Simetris, distensi (-) Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-)
Hepar : tidak teraba Lien : tidak terabaGinjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), Undulasi (-)Auskultasi : Peristaltik (+) N
Pemeriksaan FisikGenetalia : Tidak DiperiksaAnus : Tidak DiperiksaTulang Belakang : Simetris, gibus (-), deformitas (-)Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB (-)Ekstremitas : Akral hangat, CRT <3 detik Edema (-/-), Pucat (-/-) , eritema (+/+)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Tanggal 25/12/15 Satuan
Eritrosit 4,02 (x 106) mm3
Hemoglobin 11,5 g%
Leukosit 4.100 mm3
Trombosit 350.000 mm3
Hematokrit 36,0 %
Penatalaksanaan
Diet M- II IVFD RL 40 gtt/menit (mikro) Inj. Ampicillin 200 mg/6 jam Parasetamol syr 3 x cth I ½ Ambroxol syr 3 x cth I Vitamin A 1x 200.000 iu selama 2 hari
Prognosis
Quo Ad vitam : Dubia ad bonamQuo Ad funtionam : Dubia ad bonamQuo Ad sanationam : Dubia ad bonam
PembahasanNo Teori Kasus1 • Campak merupakan penyakit
endemis terutama di negara yang sedang berkembang yang dapat menginfeksi manusia disegala usia namun umumnya menyerang anak dan sangat mudah menular.
Sumber : IDAI, 2010 ; Mayo Clinic, 2010 dan CDC, 2015
• Pasien berusia 6 tahun 2 bulan
2 • Campak memiiliki tiga stadium, yaitu stadium prodromal, erupsi, dan konvalesens.
• Pada fase prodormal terdapat tanda klinis yaitu conjungtivitis, coryza, dan cough (tanda 3C)
• Ketiga tanda ini disertai demam ringan sampai sedang serta tanda patognomonis campak yaitu bercak koplik
Sumber : IDAI, 2010 dan Selina et all, 2015
• Pasien mengalami demam sejak 3 hari SMRS
• Disertai dengan tiga tanda utama campak yaitu conjungtivitis, coryza, dan cough.
• Namun dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan bercak koplik pada pasien.
Pembahasan
No Teori Kasus3 • Ruam makulopapular biasanya
muncul 14 hari setelah awal infeksi • Ruam–ruam kulit biasanya mulai
sebagai makula tidak tegas, terdapat pada bagian belakang telinga, sepanjang batas rambut dan pada bagian belakang pipi.
Sumber : IDAI, 2010 dan Dept. IKA FK UNPAD 2005
• Pasien mengeluhkan ruam kemerahan yang mulai terjadi 2 hari setelah demam.
• Ruam muncul dari belakang telinga kemudian menjalar perlahan keseluruh tubuh.
PembahasanNo Teori Kasus
4 • Tidak adanya terapi yang spesifik pada kasus campak akut. Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan.
• Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, dan pengobatan bersifat simtomatik, berupa pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran dan antikonvulsan jika dipelukan.
• Campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap.
• Di rumah sakit pasien dirawat dibangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keaadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai.
• Pemberian vitamin A dosis tinggi Usia 6 bln-1 thn : 100.000 unit 2 dosis interval 24 jam p.o dan pada Usia >1 thn : 200.000 unit 2 dosis interval 24 jam p.o.
Sumber : IDAI, 2010; Muller CP, 2015 dan WHO 2013
• Pasien memiliki penyulit, yaitu kurangnya asupan nutrisi oral sehingga pasien di anjurkan untuk dirawat inap.
• Selama rawatan, pasien mendapatkan nutrisi dan terapi suportif yang adekuat (termasuk pemberian vitamin A).
• Pemberian antibiotika (ampicillin) di administrasikan supaya mencegah timbulnya infkesi sekunder nosokomial dirumah sakit, karena RSUD Langsa belum memilki ruang isolasi sistem pernafasan.
Pembahasan
No Teori Kasus5 • Pencegahan campak dilakukan
dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih.
• Terdapat pula kegagalan vaksin yakni terbagi menjadi primer dan sekunder.
• Dikatakan primer apabila tidak lerjadi serokonversi setelah diimunisasi dan sekunder apabila tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi
Sumber : IDAI, 2010 dan Behrman et all, 2012
• pasien mendapatkan Imunasi dasar lengkap, termasuk imuniasi campak pada usia 9 bulan (Orang tua)
• Namun nyatanya pasien menderita campak, hal ini tidak menutup kemungkinan terdapatnnya bias informasi yang disampaikan orang tua
• Atau pun bisa dikarenakan kegagalan vaksin baik primer dan sekunder.
Kesimpulan
• Campak merupakan penyakit infeksi virus endemis yang cukup infeksius. Sebelum tersedianya vaksin campak, penyakit tersebut telah menginfeksi 90% anak sebelum usia mereka mencapai 15 tahun. Dalam beberapa kasus tertentu campak memiliki komplikasi yang cukup serius dan berakibat fatal, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
• Diagnosis penyakit ini dapat dengan mudah ditegakkan dengan gejala klinis, oleh karena itu diharapakan dokter dan praktisi kesehatan dapat mengenalinya dengan segera serta menentukan modalitas penatalaksanaan yang sesuai. Selain itu dokter juga harus bisa menganilisis diagnosis banding dan penyulit yang menyertai kasus campak.