MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

59
MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SEKOLAH KEJURUAN (Studi Kasus Di SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal ) i

Transcript of MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Page 1: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

DI SEKOLAH KEJURUAN

(Studi Kasus Di SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal )

i

Page 2: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Disusun oleh :

K u n a j i, S.Ag.

NIM : 04913152

T E S I S

Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Studi Islam

Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister

Dalam Studi Islam Yogyakarta

2007

MAGISTER STUDI ISLAM (S 2)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Jl. Demangan Baru No. 24 Lt.II Telp./Fax (0274) 523637

Y O G Y A K A R T A

PENGESAHANNomor :

ii

Page 3: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

TESIS berjudul : MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SEKOLAH KEJURUAN (Studi Kasus Di SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal )

Ditulis oleh : Kunaji, S.Ag.

NIM : 04913152

Konsentrasi : Pendidikan Islam

Telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister dalam Ilmu Pendidikan Islam

Yogyakarta, Juli 2007

Ketua Program

Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS

iii

Page 4: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

MAGISTER STUDI ISLAM (S 2)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Jl. Demangan Baru No. 24 Lt.II Telp./Fax (0274) 523637

Y O G Y A K A R T A

TIM PENGUJIUJIAN TESIS

Ditulis oleh : Kunaji, S.Ag.

Tempat/tgl. Lahir : Tegal, 14 Agustus 1966

NIM : 04913152

Konsentrasi : Pendidikan Islam

iv

Page 5: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

TESIS berjudul : MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SEKOLAH KEJURUAN (Studi Kasus Di SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal )

Ketua /Sekretaris : Drs. H. Asmuni, MA

Pembimbing : Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS

Penguji : Prof. Dr. H. Usman Abu Bakar, MA

Penguji : Dr. H. Ahmad Abd. Syakur, MA

Diuji di Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 2007

Pukul : 13.30 – 14.30 WIB

Hasil/Nilai : 82.25 / B

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana MSI UII

Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS

v

Page 6: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

MAGISTER STUDI ISLAM (S 2)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Jl. Demangan Baru No. 24 Lt.II Telp./Fax (0274) 523637

Y O G Y A K A R T A

NOTA DINAS

No.

TESIS berjudul : MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SEKOLAH KEJURUAN (Studi Kasus Di SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal )

Ditulis oleh : Kunaji, S.Ag.

NIM : 04913152

Konsentrasi : Pendidikan Islam

vi

Page 7: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Telah dapat diujikan di depan Dewan Penguji Tesis Magister Studi Islam Program ( S – 2) Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta, 2 Juli 2007

Ketua Program

Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS

MAGISTER STUDI ISLAM (S 2)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Jl. Demangan Baru No. 24 Lt.II Telp./Fax (0274) 523637

Y O G Y A K A R T A

vii

Page 8: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

PERSETUJUAN

TESIS berjudul : MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SEKOLAH KEJURUAN (Studi Kasus Di Smk Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal )

Ditulis oleh : Kunaji, S.Ag.

NIM : 04913152

Konsentrasi : Pendidikan Islam

Telah dapat disetujui untuk diuji di hadapan Tim Penguji Tesis Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta, April 2007

Pembimbing,

viii

Page 9: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Prof. Dr. H. Amir Mu’allim, MIS

MOTTO

“ Barang siapa menghendaki (Kebahagiaan) di dunia maka untuk memperoleh harus dengan ilmu dan barang siapa menghendaki ((Kebahagiaan) di akhirat maka untuk

ix

Page 10: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

memperolehnya harus dengan ilmu dan barang siapa menghendaki (Kebahagiaan) keduanya, maka untuk memperoleh harus dengan ilmu” ( HR. At - Tabrani )

x

Page 11: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

PERSEMBAHAN

xi

Page 12: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Kupersembahkan Tesis ini teruntuk :

1. Ayahanda dan Ibunda.

2. Istri tercinta Panca Kridia Hastuti,

S.Pd.I.

ABSTRAK

Kunaji, S,Ag. Moralitas Islam dalam Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan (Studi Kasus di SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal )

Moralitas suatu pendidikan tergali dari nilai-nilai yang terkandung dalam sistem pendidikan itu sendiri. Dalam Pendidikan Sistem Ganda diduga terdapat beberapa nilai moralitas Islam yang sangat signifikan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana moralitas Islam dalam Pendidikan Sistem Ganda. Tujuan daripada penelitian ini adalah menggali informasi mengenai moralitas Islam dalam Pendidikan Sistem Ganda

xii

Page 13: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Penelitian tentang moralitas Islam dalam Pendidikan Sistem Ganda merupakan penelitian lapangan yang bersifat penjajagan, karena mengingat penelitian semacam ini belum pernah dilakukan secara khusus di SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal.

Pemikiran dalam penelitian ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa moralitas Islam dalam suatu sistem pendidikan merupakan unsur penting berhasilnya suatu pendidikan.

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analisis. Responden yang diambil sebanyak 30 orang para pengelola SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan secara content analysis, yaitu menganalisa isi jawaban responden.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh kesimpulan, bahwa pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda meliputi: tujuan, pelaksana, sarana dan objek, materi, metode, evaluasi, dan mengukur standar keberhasilan. Adapun nilai-nilai moralitas Islam yang terkandung dalam Pendidikan Sistem Ganda di antaranya adalah: kedisiplinan, ketaatan, semangat bekerja, semangat berusaha, akhlakul karimah. Kendala yang dihadapi dalam menerapkan moralitas Islam dalam Pendidikan Sistem Ganda di SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal bersifat internal dan eksternal, serta teknis dan non-teknis. Kesimpulannya adalah bahwa Pendidikan Sistem Ganda mengandung nilai-nilai moralitas Islam yang sangat signifikan untuk dikembangkan.

ABSTRACT

xiii

Page 14: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

ISLAMIC MORALITY IN THE EDUCATION WITH DOUBLE SYSTEM AT VOCATIONAL SCHOOL

(A Case Study in the SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal

By : Kunaji, S.Ag.

Morality of education is derived from values contained in the educational system itself. The education with double system is supposed to have significant Islamic values.

The problem of the research is how the Islamic morality in the double system in the vocational school. The target of research is to know the information about the Islamic morality in the double system in the vocational school.

The research about the Islamic morality in the double system in the vocational school serves as investigating field research since there has been no research into this problem at SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal.

The idea of the research is closely related to the fact that Islamic morality is an important factor for the success of an education.

In the research is used a descriptive analytical method. The corresponds of this research were 30 managers of SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal. Data were collected through observation, interview, documentation, and a review of literature. The data were analyzed using content analysis. It is to analyze the contents of questioners.

Base on the result of this research showed that the implementation of education with double system includes: objectives, implementation, target and object, materials, method, evaluation, and the standard measurement of success. The Islamic moralities included in this system of education are: discipline, loyalty, spirit of entrepreneurship, Akhlakul karimah. SMK Muhammadiyah Kramat Kabupaten Tegal faces some obstacles in implementing Islamic morality in its educational system. The obstacles are internal and external, technical as well as non-technical. According to the finding of this research, the education with double system contains Islamic moralities that are necessary to develop.

xiv

Page 15: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata Arab-Latin yang dipakai dalam penyusunan Tesis ini

berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan

0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب Bā’ b -

ت Tā’ t -

ث Sā’ s S (dengan titik di atas)

ج Jīm j -

ح Hā’ .h H (dengan titik di bawah)

خ Khā’ kh -

د Dāl d -

ذ Zāl z /. (dengan titik di atas)

ر Rā’ r -

ز Zā’ z -

xv

Page 16: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

س Sīn s -

ش Syīn sy -

ص Sād .s S (dengan titik di bawah)

ض Dād .d D (dengan titik di bawah)

ط Tā t T (dengan titik di bawah)

ظ Zā .z Z (dengan titik di bawah)

ع ‘Aīn ‘ koma terbalik ke atas

غ Gaīn g -

ف Fā f -

ق Qāf q

ك Kāf k -

ل Lām l -

م Mīm m -

ن Nūn n -

و Wāwū w -

ס Hā’ h -

ء Hamzah ‘ apostrof

ي Yā’ y -

II. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap

xvi

Page 17: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

ةددعتم Ditulis Muta’addidah

ةدع Ditulis ‘iddah

III. Ta' Marbutah di akhir kata

a. Bila dimatikan tulis h

ةمکح Ditulis .hikmah

ةيزج Ditulis jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlukan, bila kata-kata arab yang sudah terserap

ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya. kecuali

bila dikehendaki lafal aslinya)

b. Bila ta' marbutah diikuti dengan kata sandang "al" serta bacaan kedua itu

terpisah, maka ditulis dengan h

ةمارك وألا ءأيل Ditulis Karāmah al-auliyā

c. Bila ta' marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah

ditulis t

ةمارك وألا ءأيل Ditulis Karāmah al-auliyā

IV. Vokal Pendek

xvii

Page 18: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

-------------- fathah ditulis a

-------------- kasrah ditulis i

-------------- ftnmmnh n

V. Vokal Panjang

1. Fathah + alif

اج ةيله

ditulis

ditulis

ā

jāhiliyah

2. Fafhah + ya ' mati

ىسنت

ditulis

ditulis

ā

tansā

3. Kasrah + ya ' mati

رك مي

ditulis

ditulis

ī

karīm

4. dammah + wawu mati

رف ضو

ditulis

ditulis

ū

furūd

VI. Vokal Rangkap

1. Fathah + ya ' mati

مكنيب

ditulis

ditulis

ai

bainakum

2. Fathah + wawu mati

وق ل

ditulis

ditulis

uu

qaul

VII. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

متنأأ ditulis a’antum

xviii

Page 19: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

دعأ ت ditulis u‘iddat

نئل ركش مت ditulis la’insyakartum

VIII. Kata Sandang alif + lam

a. Bila diikuti huruf Qamariyyah

نأرقلا ditulis al-Qu’ ān

آيقا س ditulis al-Qiy ās

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah

yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf / (el)-nya.

ءأمسلا ditulis as-Sam ā’

سمسلا ditulis asy-Syams

IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

ىون ضورفلا ditulis zawi al-fur ū d

لها ةنسلا ditulis ahl as-Sunah

xix

Page 20: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

KATA PENGANTAR

xx

Page 21: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Dia telah

melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada hamba-Nya khususnya kepada

penulis, sehingga mampu menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul

"Moralitas Islam dalam Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan”

Semoga sholawat dan salam dilimpahkan Allah kepada pemimpin umat,

junjungan Nabi Besar Muhamad SAW, sahabat, kerabatnya sampai hari penghabisan.

Untuk menyusun sebuah tesis merupakan suatu hal yang sangat berat.

Namun bagi yang berkemauan maju dituntut untuk mencari upaya yang dapat

memecahkan kesulitan dan menghilangkan beban yang berat itu.

Namun tiada beban yang berat apabila diusahakan, tiada masalah yang sulit

apabila dipecahkan, dan tiada jalan yang jauh apabila ditempuh. Penulis dituntut untuk

mencoba. Dan dalam wujud yang sangat sederhana tapi dengan usaha penulis yang

sudah maksimal, terwujudlah sebuah Tesis dengan judul di atas tersebut.

Tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

menyelesaikan Pendidikan Program Pascasarjana (S2) Magister Studi Islam di Universitas

Islam Indonesia Yogyakarta.

Dalam penyusunan Tesis ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu melalui

pengantar ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid,M.Sc, Selaku Rektor Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta.

xxi

Page 22: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

2. Yth. Bapak H.M. Fajar Hidayanto,MM, Selaku Dekan Fakultas llmu Agama Islam

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta..

3. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Amir Mu'allim MIS, selaku Ketua Program Magister Studi

Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

4. Yth. Bapak Drs. H. Asmuni Mth.,MA., selaku Sekretaris Program Magister Studi Islam

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

5. Yth. Para Dosen dan Karyawan UII Yogyakarta.

6. Ayah dan Ibunda serta handai taulan yang telah memberikan do'a dan dorongannya.

7. Istriku tercinta yang telah rela dan ikhias dengan do'anya mengiringi kelancaran

penyelesaian studi MSI UII Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, namun

demikian mudah-mudahan bermanfaat khususnya bagi penulis. Akhirnya untuk

membalas amal baik Bapak / Ibu serta semua pihak, penulis serahkan kepada

Allah yang Maha Kuasa. Semoga menjadi amal sholeh yang diterima di sisi-Nya

Yogyakarta, Juli 2007

Kunaji, S.Ag.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………….. i

PENGESAHAN……………………………………………………….. ii

xxii

Page 23: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

TIM PENGUJI UJIAN TESIS………………………………………… iii

NOTA DINAS………………………………………………………… iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………….. v

MOTTO ……………………………………………………………... vi

PERSEMBAHAN……………………………………………………... vii

ABSTRAK…………………………………………………………….. viii

ABSTRACT…………………………………………………………… ix

PEDOMAN TRANS LITERANSI……………………………………. x

KATA PENGANTAR………………………………………………… xiv

DAFTAR ISI …………………………………………………………. xvi

DAFTAR TABEL……………………………………………………. xviii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………. 1

B. Perumusan Masalah…………………………………… 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………… 7

D. Telaah Pustaka………………………………………… 8

E. Kerangka Teori………………………………………… 16

F. Metode Penelitian……………………………………… 28

G. Sistematika Pembahasan………………………………. 31

BAB II MORALITAS ISLAM DAN PENDIDIKAN SISTEM

GANDA…………………………………………………… 32

A. Moralitas Islam ……………………………………….. 33

B. Pendidikan sistem Ganda …………………………….. 34

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN…………. 66

A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan SMK

Muhammadiyah Kramat Kab. Tegal………………….. 66

xxiii

Page 24: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

B. Kepala Sekolah dan Guru……………………………. 69

C. Siswa SMK Muhammadiyah Kramat Kab. Tegal…….. 85

D. Hubungan di SMK Muhammadiyah Kramat

Kab. Tegal dan Wali Siswa…………………………… 92

BAB IV PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

DI SMK MUHAMMADIYAH KRAMAT KAB. TEGAL

A. Hasil yang Dicapai…………………………………….. 94

B. Sarana dan Prasarana…………………………………. 94

C. Faktor Pendukung dan Penghambat…………………… 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….. 100

A. Kesimpulan…………………………………………… 100

B. Saran…………………………………………………… 101

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 103

LAMPIRAN – LAMPIRAN ……………………………………………. 105

xxiv

Page 25: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Prinsip – Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Sistem di SMK Muhammadiyah Kramat Kab. Tegal…………. 44

2. Susunan Organisasi SMK Muhammadiyah Kramat

Kab. Tegal……………………………………………………. 67

3. Keadaan Guru – Guru SMK Muhammadiyah Kramat

Kab. Tegal Selama Kurun Waktu 2002 – 2006……………….. 83

4. Daftar Guru SMK Muhammadiyah Kramat Kab. Tegal

Tahun Pelajaran 2005 / 2006………………………………….. 84

5. Animo dan Lulusan SMK Muhammadiyah Kramat

Kab. Tegal selama kurun lima tahun 2002 – 2006……………. 94

6. Data Penerimaan Siswa Baru Tahun Pelajaran 2005 / 2006

SMK Muhammadiyah Kramat Kab. Tegal……………………. 95

xxv

Page 26: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

7. Keadaan Tanah dan Bangunan SMK Muhammadiyah

Kramat Kab. Tegal……………………………………………. 96

8. Keadaan Sarana Praktik SMK Muhammadiyah Kramat

Kab. Tegal……………………………………………………… 97

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAgama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi).Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

B. Rumusan MasalahAdapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah “Hubungan Manusia Dengan Agama”.Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :1. Pengertian Agama2. Konsepsi Agama3. Hubungan Agama Dan Manusia4. Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial

C. Tujuan PenulisanPada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama.Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui pengertian agama

xxvi

Page 27: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

2. Untuk mengetahui Konsepsi agama3. Untuk mengetahui Hubungan agama dengan manusia4. Untuk mengetahui bahwa agama adalah pedoman tata sosial manusia

D. Metode PenulisanDalam proses penyusunan makalah ini menggunakan motede heuristic. Metode yaitu proses pencarian dan pengumpulan sumber-sumber dalam melakukan kegiatan penelitian. Metode ini dipilih karena pada hakekatnya sesuai dengan kegiatan penyusunan dan penulisan yang hendak dilakukan. Selain itu, penyusunan juga menggunakan studi literatur sebagai teknik pendekatan dalam proses penyusunannya.

E. Sestimatika PenulisanSistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yang selanjutnya dijabarkan sebagai berikut :Bagaian kesatu adalah pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memeparkan beberapa Pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah utama. Pada bagian pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah batasan, dan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah.Bagian Kedua yaitu pembahasan. Pada bagian ini merupakan bagaian utama yang hendak dikaji dalam proses penyusunan makalah. Penyususn berusaha untuk mendeskripsikan berbagai temuan yang berhasil ditemukan dari hasil pencarian sumber/bahan.Bagian ketiga yaitu Kesimpulan. Pada Kesempatan ini penyusun berusaha untuk mengemukakan terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh penyusun dalam perumusan masalah.

BAB IIHUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA

A. Pengertian AgamaAgama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu : religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulang-ulang. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan. Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian

xxvii

Page 28: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965).Dari sudut sosiologi, Emile Durkheim (Ali Syari’ati, 1985 : 81) mengartikan agama sebagai suatu kumpulan keayakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan pribadi, suatu peniruan terhadap modus-modus, ritual-ritual, aturan-aturan, konvensi-konvensi dan praktek-praktek secara sosial telah mantap selama genarasi demi generasi.Sedangkan menurut M. Natsir agama merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor-faktor antara lain :a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.b. Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.c. Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.d. Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.e. Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.f. Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.Sementara agama islam dapat diartikan sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui para Rosul-Nya sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi Peraturan perintah dan larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia ini dan di akhirat kelak.

B. Konsepsi AgamaDalam Al-Qur’an Surat Al-Bakoroh 208, Allah berfirman :

ومبين عد لكم انه الشيطن خطوت والتتبعوا كافة السلم فى امنواادخلوا الدين يايها Artinya : Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara utuh, keseluruhan (jangan sebagian-sebagaian) dan jangan kamu mengikuti langkah setan, sesunggungnya setan itu musuh yang nyata bagimu.Kekaffahan beragama itu telah di contohkan oleh Rosulullah sebagai uswah hasanah bagi umat islam dalam berbagai aktifitas kehidupannya, dari mulai masalah-masalah sederhana (seperti adab masuk WC) samapi kepada masalah-masalah komplek (mengurus Negara). Beliu telah menampilkan wujud islam itu dalam sikap dan prilakunya dimanapun dan kapanpun beliu adalah orang yang paling utama dan sempurna dalam mengamalkan ibadah mahdlah (habluminallah) dan ghair mahdlah (hablumminanas).Meskipun beliau sudah mendapat jaminan maghfiroh (ampunan dari dosa-dosa) dan masuk surga, tetapi justru beliau semakin meningkatkan amal ibadahnya yang wajib dan sunah seperti shalat tahajud, zdikir, dan beristigfar. Begitupun dalam berinteraksi sosial dengan sesama manusia beliu menampilkan sosok pribadi yang sangat agung dan mulia.Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.Diantara umat islam masih banyak yang menampilkan sikap dan prilakunya yang

xxviii

Page 29: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

tidak selaras, sesuai dengan nila-nilai islam sebagai agama yang dianutnya. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan kejadian atau peristiwa baik yang kita lihat sendiri atau melalui media masa mengenai contoh-contoh ketidak konsistenan (tidak istikomah) orang islam dalam mempedomani islam sebagai agamanya.

C. Hubungan Agama Dan ManusiaKondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi nilai-nilai keimanannya.Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah :1. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan film-film yang berbau porno.2. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat.3. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama.4. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan kepentingan kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing.Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu sendiri.Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi “Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi). Mereka diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna esensial ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti : pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran dan saling menghormatai tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyatu padukan antara mila-nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas) dalam rangka membangun “Baldatun thaibatun warabun ghafur” Negara yang subur makmur dan penuh pengampunan Allah SWT.

D. Agama Sebagai Petunjuk Tata SosialRosulullah SAW bersabda : “Innamaa bu’itstu liutammima akhlaaq” Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Yang bertanggung jawab terhadap pendidikan akhlak adalah orang tua, guru, ustad, kiai, dan para pemimpin masyarakat. Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih

xxix

Page 30: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada akhlak tersebut.Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinerji dari berbagai pihak dalam menumbuhkembangkan akhlak mulya dan menghancur leburkan faktor-faktor penyebab maraknya akhlak yang buruk.

BAB IIIKESIMPULAN

Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan.Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi “Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi).Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada akhlak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad,. Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta. 1968.Bakar Atjeh, Abu. Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.1968.Hasan, Ali H.M. Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelambagaan Agama Islam. 1994/1995.Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.. Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung. 2003.

Penyusun : M. Ridwan, 2008

xxx

Page 31: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

arakteristik Ajaran IslamJanuary 23rd, 2010 | Tags: Agama, Ciri khas, ibadah, Islam, Karakteristik Islam

Kalau kita membaca berbagai sumber kepustakaan tentang Islam yang ditulis oleh para pakar, ternyata Islam memiliki karakteristik khas yang dapat diketahui melalui konsepsinya dalam berbagai bidang. Seperti bidang agama, ibadah, aqidah, Ilmu dan kebudayaan, pendidikan, sosial, kehidupan ekonomi, kesehatan dan Islam sebagai disiplin ilmu. Karakteristik atau ciri khas tersebut dapat diketahui melalui karya Abuddin Nata dalam buku Metodologi Studi Islam sebagai berikut:

Dalam Bidang Agama

Islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali yang berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan menjalankan agama masing-masing dengan penuh kesungguhan. Kemudian pengakuan akan hak-hak agama lain dengan sendirinya merupakan dasar paham kemajemukan sosial budaya dan agama sebagai ketetapan Tuhan yang tidak berubah-ubah.

“Dan kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, dan sebagai pertunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa. (QS. al-Maidah (5): 46).

Kesadaran segi kontinuitas agama juga ditegaskan dalam kitab suci di berbagai tempat, disertai perintah agar kaum muslimin berpegang teguh kepada ajaran kontinuitas itu dengan beriman semua para Nabi dan Rasul tanpa kecuali dan tanpa membeda-bedakan antara mereka.

xxxi

Page 32: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

“Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub, dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka, Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.” (QS. al-Baqarah (2): 136)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabi’in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-baqarah (2): 62).

Dengan demikian karakteristik agama Islam dan visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai, karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.

Dalam Bidang Muamalah

Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dikenal melalui konsepsinya dalam bidang ibadah. Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah saw., karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Yang umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah. Sedangkan yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.

Ibadah yang dibahas dalam bagian ini adalam ibadah yang khusus. Dalam Yurisprudensi Islam telah ditetapkan bahwa urusan ibadah tidak boleh ada “kreativitas”, sebab yang membentuk suatu ibadah dalam Islam dnilai sebagai bid’ah yang dikutuk Nabi sebagai kesesatan. Misalnya: bilangan salat lima waktu serta tata cara mengerjakannya, ketentuan ibadah haji dan tata cara mengerjakannya, termasuk masalah ibadah yang tata cara mengerjakannya telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Ketentuan ibdah demikian itu termasuk salah satu bidang ajaran Islam dimana akal manusia tidak perlu campur tangan, melainkan hak dan otoritas Tuhan sepenuhnya. Kedudukan manusia dalam hal ini mematuhi, mentaati, melaksanakan, dan menjalankannya dengan penuh ketundukan pada Tuhan sebagai bukti pengabdian dan rasa terima kasih kepada-Nya.

Dalam Bidang Aqidah

Ajaran Islam sebagaimana dikemukakan Maulana Muhammad Ali, dibagi kepada dua bagian, yaitu bagian teori atau yang lazim disebut rukun iman, dan bagian praktek yang mencakup segala yang harus dikerjakan oleh orang Islam, yakni amalan-malan yang harus dijadikan pedoman hidup. Bagian pertama disebut ushul (pokok) dan bagian kedua furu’. Kata ushul adalah jamak dari ashl artinya pokok

xxxii

Page 33: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

atau asas; adapun kata furu’ artinya cabang. Bagian pertama disebut aqa’id artinya kepercayaan yang kokoh, adapun bagian kedua disebut ahkam.

Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui akidah ini adalah bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. Akidah Islam diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah. Keyakinan tersebut sedikitpun tidak boleh diberikan kepada yang lain, karena akan berakibat musyrik yang berdampak pada motivasi kerja yang tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah. Dalam prosesnya keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara. Akidah demikian itulah yang akan melahirkan bentuk pengabdian hanya kepada Allah, yang selanjutnya berjiwa bebas, merdeka dan tidak tunduk pada manusia dan lainnya yang menggantikan posisi Tuhan.

Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah; ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya; perbuatan dengan amal saleh. Akidah demikian itu mengandung arti bahwa dari orang yang beriman tidak ada rasa dalam hati, atau ucapan dan perbuatan melainkan secara keseluruhan menggambarkan iman kepada Allah, yakni tidak ada niat, ucapan, dan perbuatan yang dikemukakan orang yang beriman itu kecuali yang sejalan dengan kehendak Allah.

Dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan

Karakteristik ajaran Islam dan bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi juga selektif. Yakni dari satu segi Islam terbuka dan akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan itu Islam juga selektif, yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam. Dalam bidang ilmu dan teknologi, Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk bersikap terbuka atau tidak tertutup. Sekalipun kita yakin bahwa Islam itu bukan Timur dan bukan Barat, itu tidak berarti kita harus menutup diri dari keduanya. Bagaimanapun, Islam adalah sebuah paradigma terbuka. Ia merupakan mata rantai peradaban dunia. Dalam sejarah kita melihat Islam mewarisi peradaban Yunani-Romawi di Barat, dan peradaban-peradaban Persia, India, dan Cina di Timur. Selama abad VII sampai abad XV, ketika peradaban di besar di Barat dan di Timur itu tenggelam dan mengalami kemorosotan, Islam bertindak sebagai pewaris, utamanya untuk kemudian diambil alih oleh peradaban Barat sekarang melalui Renaissans. Jadi dalam bidang ilmu dan kebudayaan Islam menjadi mata rantai yang penting dalam sejarah peradaban dunia. Dalam kurun waktu selama delapan abad itu, Islam bahkan mengembangkan warisan-warisan ilmu pengetahuan dan teknologi dari peradaban-peradaban tersebut.

Banyak contoh dapat dijadikan bukti tentang peranan islam sebagai mata rantai peradaban dunia. Islam misalnya mengembangkan matematika India, ilmu kedokteran dari Cina, sistem pemerintahan dari Persia, logika Yunan dan

xxxiii

Page 34: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

sebagainya. Tentu saja dalam proses peminjaman dan pengembangan itu terjadi dialektika internal. Jadi misalnya untuk pengkajian tertentu Islam menolak logika Yunani yang sangat rasional untuk digantikan dengan cara berpikir intuitif yang lebih menekankan rasa seperti yang dikenal dalam tasawuf. Dan dengan proses ini pula Islam tidak sekedar mewariskan tetapi juga melakukan enrichment dalam substansi dan bentuknya. Melalui inilah Islam akhirnya mampu menymbangkan warisan-warisannya sendiri yang itentik. Melalui karya S.I. Poeradisastra berjudul Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, kita dapat memperoleh informasi yang agak lengkap mengenai peranan yang dimainkan Islam dalam membangun ilmu pengetahuan dan peradaban modern, baik berkenaan dengan ilmu alam, teknik dan arsitektur, maupun ilmu pengetahuan sosial, filsafat, sastra, kedokteran, matematika, fisika, dan lain sebagainya.

Dalam Bidang Pendidikan

Sejalan dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut di atas, Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang pendidikan. Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang (education for all), laki-laki atau perempuan; dan berlangsung sepanjang hayat (long life education). Dalam bidang pendidikan Islam memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana, dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dari kandungan surat al-Alaq sebagaimana disebutkan di atas. Di dalam al-Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan, seperti metode ceramah, tanya jawab,  diskusi, demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita, hukuman, nasihat, dan sebagainya. Berbagai metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak membosankan anak didik.

Bidang Sosial

Selanjutnya karakteristik ajaran Islam dapat dilihat dari ajarannya di bidang sosial. Ajaran Islam di bidang sosial ini termasuk yang paling menonjol karena seluruh bidang ajaran Islam sebagaimana telah disebutkan di atas pada akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia. Namun khusus dalam bidang sosial ini Islam menjunjung tinggi tolong-menolong, saling menasihati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan Derajat), tenggang rasa dan kebersamaan. Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan Islam bukan ditentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, warna kulit, bahasa, kelamin dan sebagainya yang berbau rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh ketakwaannya yang ditunjukkan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia. Atas dasar ukuran ini, maka dalam Islam semua orang memiliki kesempatan yang sama. Mobilitas vertikal dalam arti yang sesungguhnya ada dalam Islam, sementara sistem kelas yang menghambat mobilitas sosial tersebut tidak diakui keberadaannya. Seseorang yang berprestasi sungguhpun berasal dari

xxxiv

Page 35: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

kalangan bawah, tetap dihargai dan dapat meningkat kedudukannya serta mendapat hak-hak sesuai dengan prestasi yang dicapainya.

Menurut penelitian yang dilakukan Jalaluddin Rahmat, Islam ternyata agama yang menekankan urusan muamlah lebih besar daripada urusan ibadah. Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah (dalam arti khusus). Hal demikian dapat kita lihat misalnya bila urusan ibadah bersamaam waktunya dengan urusan sosial yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (diqashar atau dijama’ dan bukan ditinggalkan). Dalam hadisnya Rasulullah SAW. mengingatkan imam supaya memperpendek shalatnya, bila di tengah jama’ah ada yang sakit, orang lemah, orang tua, atau orang yang mempunyai keperluan. Istri Rasulullah Saw. Siti Aisyah mengisahkan: Rasulullah SAW. berjalan membuka pintu, kemudian kembali ke tempat salatnya. Hadis ini diriwayatkan oleh lima orang perawi, kecuali ibn Majah.

Selanjutnya Islam menilai bahwa ibadah yang dilakukan secara berjama’ah atau bersama-sama dengan orang lain nilainya lebih tinggi daripada salat yang dilakukan secara perorangan, dengan perbandingan 27 derajat.

Dalam pada itu Islam menilai bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena mendengar pantangan tertentu, maka kifarat (tebusannya) adalah dengan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan urusan sosial. Bila puasa tidak mampu dilakukan karena sakit yang menahun dan sulit diharapkan sembuhnya, maka boleh diganti dengan fidyah (tebusan) dalam bentuk memberi makan bagi orang miskin. Sebaliknya, bila orang tidak baik dalam urusan muamalah, urusan ibadahnya tidak dapat menutupnya.  Yang merampas hal orang lain tidak dapat menghapus dosanya dengan salat tahajjud. Orang yang berbuat dzalim tidak akan hilang dosanya dengan membaca zikir seribu kali. Bahkan dari beberapa keterangan, kita mendapatkan kesan bahwa ibadah ritual tidak diterima Allah, bila pelakunya melanggar norma muamalah.

Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi

Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dipahami dari konsepsinya dalam bidang kehidupan. Islam memandang bahwa kehidupan yang harus dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan urusan dunia dan akhirat. Urusan dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat, dan kehidupan akhirat dicapai dengan dunia. Kita membaca hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Mubarak yang artinya: Bukanlah termasuk orang baik di antara kamu adalah orang yang meninggalkan dunia karena mengejar kehidupan akhirat, dan kehidupan akhirat karena mengejar kehidupan dunia. Orang yang baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia adalah alat menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk urusan dunia.

xxxv

Page 36: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Pandangan Islam mengenai kehidupan demikian itu, secara tidak langsung menolak kehidupan yang bercorak sekularistik, yaitu kehidupan yang memisahkan antara urusan dunia dan urusan agama. Urusan agama harus terlibat dalam mengatur kehidupan dunia.

Dalam kaitan ini, maka perlu dimiliki pandangan kosmologis yang didasarkan pada pandangan teologi yang benar. Dalam teologi Islam, bahwa alam raya dengan segala isinya sebagai ladang untuk mencari kehidupan adalah sesuatu yang suci dalam arti tidak haram untuk dimanfaatkan. Alam raya ini sesuatu yang diciptakan Tuhan untuk dimanfaatkan manusia, dan bukan sekali-kali untuk dijadikan obyek penyembahan sebagaimana dijumpai pada masyarakat primitif. Alam raya dengan segala keindahannya adalah ciptaan Tuhan. Kita tahu bahwa di alam raya ini dijumapi berbagai keajaiban dan kekaguman. Misalnya di taman atau di kebun kita menyaksikan aneka ragam tanaman dan buah-buahan, padahal ditanam di tempat yang sama, tetapi buah dari tanaman itu beraneka ragam.Ketika kita menyaksikan yang demikian itu, kita menganggapnya sebagai Tuhan. Yang dianggap Tuhan adalah Allah yang menciptakan seluruh alam ini. Ketika kita menyaksikan keindahan dan kekaguman itu, kita dianjurkan mengucapkan subhanallah = Maha Suci Allah yang telah menciptakan semua itu. Dengan cara demikian selain keimann kita semakin bertambah mantap, juga akan merasakan manfaat atas segala ciptaan Tuhan itu. Dari keadaan demikian, maka ia akan memanfaatkan kehidupan dunia ini untuk beribadah kepada Allah swt.

Dalam Bidang Kesehatan

Ciri khas ajaran Islam selanjutnya dapat dilihat dalam konsepnya mengenai kesehatan. Ajaran Islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan daripada penyembuhan. Dalam bahasa Arab, prinsip ini berbunyi: al-wiqayah khair min al-’ilaj. Berkenaan dengan konteks kesehatan ini ditemukan sekian banyak petunjuk kitab suci dan sunnah Nabi saw yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.

Untuk menuju pada upaya pencegahan tersebut, maka Islam menekankan segi kebersihan lahir dan batin. Kebersihan lahir dapat mengambil bentuk kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitar, badan, pakaiian, makanan, minuman dan lain sebagainya. Dalam hubungan ini kita membaca ayat al-Qur’an yang artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan senang kepada orang-orang yang membersihkan diri. (QS. Al-Baqarah (2): 222).

Bertaubat sebagaimana dikemukakan pada ayat tersebut aakan menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik. Selanjutnya kita baca lagi ayat al-Qur’an yang berbunyi: “Dan bersihkanlah pakaianmu dan tinggalkanlah segala macam kekotoran”. (QS. Al-Mudatsir (74): 4-5). Perintah tersebut berbarengan dengan perintah menyampaikan ajaran agama dan membesarkan nama Allah swt.

xxxvi

Page 37: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Dalam Bidang Politik

Ciri ajaran Islam selanjutnya dapat diketahui melalui konsepsinya dalam bidang politik. Dalam al-qur’an surah an-Nisa ayat 156 terdapat perintah mentaati ulil amri yang terjemahnya termasuk penguasa di bidang politik, pemerintahan dan negara. Dalam hal ini Islam tidak mengajarkan ketaatan buta terhadap pemimpin. Islam menghendaki suatu ketaatan kritis, yaitu ketaatan yang didasarkan pada tolok ukur kebenaran dari Tuhan. Jika pemimpin tersebut berpegang pada tuntunan Allah dan Rasul-nya maka wajib ditaati. Sebaliknya jikabermanfaat bagi orang lain. pemimpin tersebut bertentangan dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya, maka boleh dikritik atau diberi saran agar kembali ke jalan yang benar dengan cara-cara yang persuasif. Dan jika cara tersebut juga tidak dihiraukan oleh pemimpin tersebut, maka boleh saja untuk tidak dipatuhi.

Masalah politik ini selanjutnya berhubungan dengan bentuk pemerintahan. Dalam sejarah kita mengenal beberapa bentuk pemerintahan seperti republik yang dipimpin oleh Presiden, kerajaan yang dipimpin oleh Raja, dan sebagainya. Islam tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu. Oleh karenanya setiap bangsa boleh saja menentukan bentuk negaranya masing-masing sesuai seleranya. Namun yang terpenting bentuk pemerintahan tersebut harus digunakan sebagai alat untuk menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian dan ketenteraman masyarakat.

Dalam Bidang Pekerjaan

Karakteristik ajaran Islam lebih lanjut dapat dilihat dari ajarannya mengenai kerja. Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah swt. Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang bermutu, terarah pada pengabdian kepada Allah swt., dan adalah kerja yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu Islam tidak menekankan pada banyaknya pekerjaan, tetapi pada kualitas manfaat kerja. Kita misalnya membaca ayat al-Qur’an yang artinya: Dialah yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu saiapa diantara kamu yang paling baik amalnya QS. Al-Mulk (67:2). Ayat tersebut dengan tegas menyatakan siapakah yang paling baik amalnya, dan bukan yang paling banyak amalnya. Selain itu amal tersebut juga juga harus bermanfaat bagi orang lain. Nabi Muhammad saw mengingatkan kepada ummatnya bahwa orang yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu, maka Islam memandang kerja yang dilakukan adalah kerja profesional, yaitu kerja yang didukung ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan dan seterusnya. Suatu pekerjaan yang diserahkan bukan pada ahlinya tunggulah kehancurannya. Demikian peringatan Nabi Muhammad saw.

Islam Sebagai Disiplin Ilmu

xxxvii

Page 38: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Selain sebagai ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan dengan ciri-cirinya yang khas tersebut, Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu, yaitu ilmu keislaman. Menurut peraturan Menteri Agama Republik Indonesia tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu keislaman adalah la-Qur’an/Tafsir, hadis/Ilmu hadis, Ilmu Kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam (Fikih), Sejarah dan Kebudayaan Islam, serta Pendidikan Islam.

Jauh sebelum itu, Harun Nasution mengatakan bahwa Islam berlainan dengan apa yang umum diketahui, Islam sebenarnya mempunyai aspek teologi, aspek ibadah, aspek moral, aspek mistisisme, aspek filsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan dan sebagainya. Inilah yang selanjutnya membawa kepada timbulnya berbagai jurusan dan fakultas di Istitut Agama Islam Negeri (IAIN) yang tersebar di Indonesia, serta berbagai Perguruan Tinggi Islam swasta lainnya di tanah air.

Dari uraian mengenai karakteristik ajaran Islam yang secara dominan ditandai oleh pendekatan noematif, historis dan filosofis tersebut, terlihat bahwa ajaran Islam memiliki ciri-ciri yang secara keseluruhan amat ideal. Islam agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, egaliter, kerja keras yang bermutu, demokratis, adil seimbang antara urusan dunia dan akhirat, berharta, memilki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan, mengtamakan pencegahan daripada penyembuhan dalam bidang kesehatan dengan cara memperhatikan segi kebersihan badan, pakaian, makanan, tempat tinggal, lingkungan dan sebagainya. Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman dengan berbagai cabangnya.

You might also like:

Penciptaan Alam Semesta Dakwah dan Jihad Penanggalan Islam Terminologi Politik dalam al-Qur’an Kerajaan Usmani

BAB IPENDAHULUAN

Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Allah Yang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan

xxxviii

Page 39: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.Dalam tujuan Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan ditujukan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No. 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.

Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990. Selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaan masyarakat.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Permasalahan PendidikanPendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.Filsafat dalam pendidikan (filsafat pendidikan) digunakan untuk memecahkan problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya dan digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini.Beberapa masalah pendidikan yang memerlukan filsafat, yaitu :1. Masalah pertama dan yang mendasar ialah tentang hakikat pendidikan.Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia. Adalah merupakan hakikat hidup dan kehidupan.Apakah hakikat manusia itu dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia?2. Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia?Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian manusia?Apakah ada faktor yang dari luar dan lingkungan, tetapi tidak berkembang dengan baik?3. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu?Apakah pendidikan itu untuk individu atau untuk kepentingan masyarakat?Apakah pembinaan itu untuk dan demi kehidupan riil dan material di dunia ataukah untuk kehidupan di akhirat kelak?4. Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab atas pendidikan?Bagaimana hubungan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat, dan sekolah

xxxix

Page 40: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

terhadap pendidikan?5. Apakah hakikat kepribadian manusia itu?Manakah yang lebih untuk dididik; akal, perasaan, atau kemauannya, pendidikan jasmani atau mentalnya, pendidikan skill ataukah intelektualnya atau kesemuanya itu?6. Apakah hakikat masyarakat dan bagaimana kedudukan individu dalam masyarakat? Apakah individu itu independen, ataukah dependen dalam masyarakat?7. Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal?Apakah kurikulum itu mengutamakan pembinaan kepribadian?8. Bagaimana metoda pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal?Bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan aspek-aspek sosial paedagogis lainnya?9. Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi, apakah oleh Negara, ataukah swasta?Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dijawab dengan analisa filsafat sebagai berikut :1. Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang dibekali dengan berbagai kelebihan, di antaranya kemampuan berfikir, kemampuan berperasaan, kemampuan mencari kebenaran, dan kemampuan lainnya. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan berkembang apabila manusia tidak mendapatkan pendidikan. Allah SWT dengan jelas memerintahkan kita untuk “IQRO” dalam surat Al-Alaq yang merupakan kalamullah pertama pada Rosulullah SAW. Iqro di sini tidak bisa diartikan secara sempit sebagai “bacalah”, tetapi dalam arti luas agar manusia menggunakan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah Allah SWT berikan sebagai khalifah fil ardl. Sehingga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan dan perwujudan tugas manusia sebagai utusan Allah di bumi ini.Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.2. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing. Sejak dahulu, disepakati bahwa dalam pribadi individu tumbuh atas dua kekuatan yaitu : kekuatan dari dalam (kemampuan-kemampuan dasar), Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor dasar” dan kekuatan dari luar (faktor lingkungan), Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor ajar”.Teori konvergensi yang berpendapat bahwa kemampuan dasar dan faktor dari luar

xl

Page 41: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

saling memberi pengaruh, kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Si pribadi terpengaruh lingkungan, dan lingkungan pun diubah oleh si pribadi. Faktor-faktor intern (dari dalam) berkembang dan hasil perkembangannya digunakan untuk mengembangkan pribadi di lingkungan. Factor dari luar dan lingkungan kadang tidak berkembang dengan baik, misalnya ketika pribadi terpengaruh oleh hal-hal negatif yang timbul dari luar dirinya.3. Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.Secara sederhana Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan GBHN 1993, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UUSPN dan PP No 29 Tahun 1990. selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaan masyarakat. Berikut adalah penjelasannya :a. Pengembangan kehidupan sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: 1) memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan, 2) membiasakan untuk berprilaku yang baik, 3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, 4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, 5) memberikan kemampuan untuk belajar, dan membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri.b. Pengembangan kehidupan sebagai anggota masyarakat :1) memperkuat kesadaran hidup beragama dalam masyarakat, 2) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam lingkungan hidup, 3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.c. Pengembangan kehidupan sebagai warga Negara mencakup upaya untuk : 1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan hak dan kewajiban sebagai warga Negara RI, 2) menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan Negara, 3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.d. Pengembangan kehidupan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk : 1) meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, 2) meningkatkan kesadaran tentang HAM, 3) memberikan pengertian tentang

xli

Page 42: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

ketertiban dunia, 4) meningkatkan kesadaran tentang pentingnya persahabatan antar bangsa, 5) mempersiapkan peserta didik untuk menguasai isi kurikulum.Pembinaan tersebut pada dasarnya dipersiapkan untuk kehidupan riil dan material di dunia serta kehidupan di akhirat kelak.4. Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan.Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak. Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia, secara kodrat bertugas mendidik anak. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di keluarga akan sangat membekas dalam diri individu setelah individu makin tumbuh berkembang. Selanjutnya pengaruh dari sekolah dan masyarakat yang akan tertanam dalam diri anak.5. Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa Latin yang berarti kedok/ topeng) yang maksudnya menggambarkan perilaku, watak/ pribadi seseorang. Hal itu dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas yang dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik ataupun yang kurang baik.Kepribadian adalah suatu totalitas psikophisis yang kompleks dari individu sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik. Hal-hal yang ada pada diri individu atau pribadi manusia pada dasarnya harus mendapatkan pendidikan, yakni akal, perasaan, kemauan, pendidikan jasmani atau mental, kemampuan atau keterampilan, serta intelektualnya. Semua hal tersebut dididik guna mencapai kepribadian yang baik.6. Masyarakat merupakan tempat kedua bagi individu dalam berinteraksi. Karena keluarga terdapat dan berkumpul dalam suatu masyarakat. Secara sadar atau tidak keadaan masyarakat cukup memberi pengaruh kepada kepribadian seseorang. Kedudukan individu dalam masyarakat merupakan kondisi atau situasi yang tidak dapat dihindari karena individu juga merupakan makhluk social yang pasti membutuhkan manusia lain dalam hidupnya. Artinya, individu itu dependen dalam masyarakat.7. Kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal adalah kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Kurikulum menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal. Pembinaan kepribadian merupakan kajian utama kurikulum. Materi program berupa kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan self-esteem, motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan masalah perumusan tujuan, perencanaan, efektifitas, hubungan antar pribadi, keterampilan berkomunikasi, keefektifan lintas budaya, dan perilaku yang bertanggung jawab.8. Metode pendidikan sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pendidikan yang ideal. Metode yang tepat jika mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Guru sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab untuk memilih, menggunakan dan memberikan metode yang efektif dalam mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum. Kepemimpinan dan pengaturan aspek-aspek

xlii

Page 43: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

paedagogis harus dilakukan para pelaku pendidikan guna memperlancar proses tercapainya tujuan pendidikan yang ideal.9. Pengertian-pengertian :a. Sentralisasi, yaitu wewenang mengenai segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan diatur oleh pemerintah pusat.b. Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dan pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.c. Otonomi Daerah, yaitu kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Berdasarkan pengamatan penyusun, asas penyelenggaraan pendidikan yang baik yaitu dengan otonomi, yakni segala sesuatu yang berhubungan dengan terselenggaranya proses pendidikan diatur dan dilaksanakan oleh daerah otonom berdasarkan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat, sehingga kelak para pelaku pendidikan mampu mengembangkan segala kompetensi di daerah tempat mereka hidup.

BAB IIIPENUTUP

Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing.Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan. Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak.

DAFTAR PUSTAKA

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan. Cet .IV. Bandung, Al-Maarief, 1980.

KUMPULAN DAN KOLEKSI CONTOH MAKALAH LENGKAP

xliii

Page 44: MORALITAS ISLAM DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

xliv