MONEY LAUNDERING - mnj.my.id fileB. Latar Belakang Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga...
Transcript of MONEY LAUNDERING - mnj.my.id fileB. Latar Belakang Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga...
MONEY LAUNDERING
Tugas ke-3
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Hukum Islam I
dari Bunyamin, Drs., M. H.
Disusun oleh:
MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN
NPM. 151000126
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
Jalan Lengkong Besar No. 68, No. Telepon (022) 4262194, Bandung,
Jawa Barat 40261
TAHUN 2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah yang dikaruniakanNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul
Money Laundering. Sesuai dengan namanya, sebuah tugas memang tidak dimaksudkan sebagai
buku materi atau buku panduan, melainkan didalamnya terdapat pembahasan dan rincian-
rincian mengenai hasil dari beberapa sumber yang telah penulis dapatkan.
Penyusunan tugas ini penulis mendapatkan berbagai kesulitan, baik dalam penyusunan,
pengumpulan data dan dalam hal yang lainnya. Akan tetapi, berkat pertolonganNyalah akhirnya
tugas ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Adapun penyusunan tugas ini
berdasarkan pada rincian-rincian data yang telah penulis dapatkan dari berbagai sumber.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bunyamin, Drs., M. H., sebagai dosen matakuliah Hukum Islam I yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan, dorongan, bantuan, serta
memberikan doa restunya sehingga terselesaikannya tugas ini.
3. Saudara-saudara dan rekan-rekan penulis, yang senantiasa memberikan support
semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
Penulis memahami dan menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna. Namun, penulis
telah berusaha menyusun tugas dengan usaha terbaik yang penulis miliki. Akhirnya penulis
menyampaikan terima kasih kepada segenap yang telah mendukung terselesaikannya tugas ini.
Mudah-mudahan tugas ini sesuai dengan yang diharapkan. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Alamiin
Ya Mujibas Sailin.
Bandung, 24 April 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Definisi ......................................................................................................... 1
B. Latar Belakang ............................................................................................... 1
C. Pokok Masalah ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 4
A. Tinjauan Al-quran ......................................................................................... 4
B. Tinjauan Al-hadits ........................................................................................ 5
C. Pendapat Pakar Hukum Islam Klasik ........................................................... 6
D. Pendapat Pakar Hukum Islam Kontemporer ................................................ 8
E. Tinjauan Hukum Positif ............................................................................... 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 9
A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
B. Saran ....................................................................................................... 10
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Pencucian Uang
bahwa pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan,
membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa keluar negeri,
menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau diduga
(seharusnya “patut diduga”) merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk
menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah
menjadi harta kekayaan yang sah.
Pencucian uang atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang merupakan proses
yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram, yaitu uang dimaksud
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang tersebut dari pemerintah atau
otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana, dengan cara antara
lain dan terutama memasukan uang tersebut kedalam keuangan (financial system) sehingga
uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal.
B. Latar Belakang
Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga lembaga keuangan yang memiliki nilai
teramat penting. Dalam berbagai kebijakan yag dikeluarkan dapat mempengaruhi
perekonomian suatu negara. Namun karena pengaruhnya yang sangat besar maka tantangan
terhadap dunia perbankan ini sangat riskan. Termasuk berbagai kejahatan yang dilakukan
oleh bank, kemudian bank sebagai korban kejahatan, dan bank sebagai sarana antara
keduanya,
Pada beberapa tahun terakhir ini, kejahatan-kejahatan yang melibatkan uang mulai
bermunculan. Salah satunya adalah money laundering yang jelas illegal karena memberi
insentif dan perlindungan terhadap uang-uang haram. Pemimpin Bank Indonesia di Batam
mengatakan melalui persetujuan bersama antara DPR dan Presiden RI yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Pencucian Uang, pencucian uang (money
laundering) merupakan tindakan pidana dan atas nama hukum tindakan tersebut akan
dikenakan sangsi.
2
Telah kita ketahui bersama bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pencucian uang ini luar
biasa, bahkan mengancam stabilitas ekonomi negara. Hal ini dikarenakan pencucian uang
ini sangat mempengaruhi perkembangan berbagai kejahatan berat, seperti drugs trafficking,
korupsi, illegal logging, dan sebagainya.
Di bidang ekonomi pencucian uang dapat merongrong sektor swasta yang sah karena
biasanya pencucian uang dilakukan dengan menggunakan perusahaan (front company)
untuk mencampur uang haram dengan uang sah sehingga bisnis yang sah kalah bersaing
dengan perusahaan tersebut. Bagi pemerintah sendiri dampak ikutan selanjutnya adalah
meningkatnya kejahatan-kejahatan di bidang keuangan dan menimbulkan biaya sosial yang
tinggi terutama untuk biaya dalam meningkatkan upaya penegakan hukumnya.
Berkaitan dengan potensi meningkatnya kejahatan di bidang keuangan tersebut,
diperkenalkan prinsip-prinsip pengawasan bank yang efektif oleh Basel Committee on
Banking Supervision dalam Core Principles for Effective Banking Supervision bahwa
penerapan prinsip mengenal nasabah merupakan faktor yang penting dalam melindungi
kesehatan bank dan terhindar dari berbagai risiko. Dengan penerapan prinsip tersebut maka
bank dapat terhindar dari berbagai risiko yaitu resiko operasional, resiko hukum, resiko
terkonsentrasinya transaksi dan resiko reputasi karena bank tidak lagi digunakan sebagai
sarana dan sasaran oleh pelaku kejahatan untuk mencuci uang hasil kejahatannya .
Pencucian uang atau money laundering adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,
membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,menyumbangkan, menitipkan, membawa
keluar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan
yang sah.
Untuk itu, kasus pencucian uang atau money laundering harus dipersulit atau dicegah.
Dengan mempersulit dan mencegah money laundering diharapkan ada sistem yang bisa
mengurangi kegiatan-kegiatan ilegal seperti penyelundupan, korupsi, pembiayaan tindak
terorisme, penggelapan pajak, dan lain-lain. Kalau seorang kriminal tidak bisa menikmati
uang hasil kejahatannya, maka jelas akan berkurang kesempatan bagi mereka untuk
melakukan tindak kejahatan.
3
C. Pokok Masalah
Kriminalisasi pencucian uang tentu menjadi keharusan bagi Indonesia sebagai suatu negara
hukum. Apalagi kriminalisasi pencucian uang ini mempunyai peran penting dalam
mengatasi berbagai tindak pidana yang ada di Indonesia. Misalnya saja, tindak pidana yang
sedang marak dalam perbincangan media di Indonesia yakni korupsi dan narkotika. Tidak
hanya itu, dalam buku Kriminalisasi Pencucian Uang (Money Laundering) karya Ibu Dr.
Yenti Garnasih, S. H., M. H juga dijelaskan bahwa kriminalisasi pencucian uang
mempunyai paling tidak tiga alasan, yakni:
1. Mengatasi masalah narkotika dan korupsi.
2. Menjaga hubungan dengan lembaga-lembaga Internasional.
3. Penegakan undang-undang itu sendiri.
Namun, peran kriminalisasi pencucian uang harus dihadapkan pada kesiapan masyarakat
Indonesia sendiri, baik dari segi intelktual maupun dari segi peradaban masyarakat
Indonesia yang belum merata di setiap wilayah. Tentu saja perbenturan ini menimbulkan
dampak kepada orang-orang di Indonesia untuk sejauh mana dalam melaksanakan hukum
di Indonesia.
Dari uraian singkat di atas, muncullah permasalahan-permasalahan seperti berikut:
1. Bagaimana peran kriminalisasi pencucian uang terhadap kondisi masyarakat Indonesia
sekarang?
2. Bagaimana hubungan kriminalisasi pencucian uang dengan kondisi masyarakat
Indonesia sekarang?
3. Bagaimana kesiapan masyarakat Indonesia sendiri terhadap kriminalisasi pencucian
uang?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Al-quran
Money Laundering menurut Qs. Al-Araf [7: 31]
Money Laundering menurut Qs. At-Taubah [9: 31]
5
Money Laundering menurut Qs. Al-Baqarah [2: 168]
B. Tinjauan Al-Hadits
Pelaku pencucian uang (money laundering) akan dibelenggu, atau ia akan membawa hasil
pencucian uang pada hari Kiamat, sebagaimana ditunjukkan dalam ayat ke-161 surat Ali
Imran dan hadits ‘Adiy bin ‘Amirah Radhiyallahu 'anhu di atas. Dan dalam hadits Abu
Humaid as Sa’idi Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
yang artinya:
“Demi (Allah), yang jiwaku berada di tanganNya. Tidaklah seseorang mengambil sesuatu
daripadanya (harta zakat), melainkan dia akan datang pada hari Kiamat membawanya di
lehernya. Jjika (yang dia ambil) seekor unta, maka (unta itu) bersuara. Jika (yang dia ambil)
seekor sapi, maka (sapi itu pun) bersuara. Atau jika (yang dia ambil) seekor kambing, maka
(kambing itu pun) bersuara …”
Perbuatan korupsi dan pencucian uang menjadi penyebab kehinaan dan siksa api neraka
pada hari Kiamat. Dalam hadits Ubadah bin ash Shamit Radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“…(karena) sesungguhnya ghulul (korupsi)/(pencucian uang)itu adalah kehinaan, aib dan
api neraka bagi pelakunya”.
Orang yang mati dalam keadaan membawa harta ghulul (korupsi)/(pencucian uang) ia tidak
mendapat jaminan atau terhalang masuk surga. Hal itu dapat dipahami dari sabda Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:
“Barangsiapa berpisah ruh dari jasadnya (mati) dalam keadaan terbebas dari tiga perkara,
maka ia (dijamin) masuk surga. Yaitu kesombongan, ghulul (korupsi)/(pencucian uang) dan
hutang”.
6
Allah tidak menerima shadaqah seseorang dari harta ghulul (korupsi)/(pencucian uang)
sebagaimana dalam sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:
“Shalat tidak akan diterima tanpa bersuci, dan shadaqah tidak diterima dari harta ghulul
(korupsi)/(pencucian uang)”.
Harta hasil pencucian uang adalah haram, sehingga ia menjadi salah satu penyebab yang
dapat menghalangi terkabulnya do’a, sebagaimana dipahami dari sabda Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam yang artinya:
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan
sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman dengan apa yang Allah
perintahkan kepada para rasul. Allah berfirman, “Wahai para rasul, makanlah dari yang
baik-baik dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang
kalian kerjakan”. Dia (Allah) juga berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah
yang baik-baik dari yang Kami rizkikan kepada kamu,” kemudian beliau (Rasulullah)
Shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan seseorang yang lama bersafar, berpakaian kusut
dan berdebu. Dia menengadahkan tangannya ke langit (seraya berdo’a): “Ya Rabb…, ya
Rabb…,” tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dirinya
dipenuhi dengan sesuatu yang haram. Maka, bagaimana do’anya akan dikabulkan?”.
C. Pendapat Para Pakar Hukum Islam Klasik
Pada ranah hukum Islam Islam, permasalahan kejahatan money laundering ini dapat
dikategorikan ke dalam fiqih Jinayat.Jinayat dalam istilah hukum sering disebut dengan
delik atau tindak pidana. Secara etimologi, Jinayah merupakan bentuk verbal noun
(mashdar) dari kata jana yang berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan jinayah diartikan
perbuatan dosa atau perbuatan salah. Secara terminologi kata jinayat mempunyai beberapa
pengertian, seperti yang diungkapkan oleh Abd al Qodir Awdah bahwa jinayat adalah
perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau
lainnya.
Sebelum membahas mengenai bagaimana Hukum Islam, khususnya fiqh Jinayat dalam
memandang kejahatan money laundering, maka lebih dahulu harus diketahui pembagian
tindak pidana (jarimah) dalam Hukum Islam. Macam macam tindak pidana (Jarimah) dalam
Islam dilihat dari berat ringannya hukuman dibagi menjadi tiga, yaitu hudud, qishosh diyat
dan ta’zir.
7
a. Jarimah Hudud yaitu perbuatan melanggar hukum yang jenis dan ancaman hukumannya
ditentukan oleh nas yaitu hukumanhudud (hak Allah). Hukuman hudud yang dimaksud
tidak mempunyai batas terendah dan tertinggi serta tidak bisa dihapuskan oleh
perorangan (si korban atau walinya) atau masyarakat yang mewakili (ulil amri). Para
ulama’ sepakat bahwa yang menjadi kategori dalam jarimah hudud ada tujuh, yaitu zina,
menuduh zina (qodzf), mencuri (sirq), perampok dan penyamun (hirobah), minum-
minuman keras (surbah), dan murtad (riddah).
b. Jarimah qishosh diyat yaitu perbuatan yang diancam dengan
hukuman qishosh dan diyat. Baik qishosh maupun diyatmerupakan hukuman yang telah
ditentukan batasannya, tidak ada batas terendah dan tertinggi tetapi menjadi hak
perorangan (si korban dan walinya), ini berbeda dengan hukuman hudud yang menjadi
hak Allah semata. Penerapan hukuman qishosh diyat ada beberapa kemungkinan,
seperti hukuman qishosh bisa berubah menjadi hukuman diyat, hukuman diyat apabila
dimaafkan akan menjadi hapus. Yang termasuk dalam kategori jarimah qishosh diyat
antara lain pembunuhan sengaja (qotl ‘amd), pembunuhan semi sengaja (qotl sibh
‘amd), pembunuhan keliru (qotl khotho’), penganiayaan sengaja (jarh ‘amd) dan
penganiayaan salah (jarh khotho’).
c. Jarimah ta’zir jenis sanksinya secara penuh ada pada wewenang penguasa demi
terealiasinya kemaslahatan umat. Dalam hal ini unsur akhlak menjadi pertimbangan
paling utama. Misalnya pelanggaran terhadap lingkungan hidup, lalu lintas, dan
pelanggaran-pelanggaran lalu lintas lainnya. Dalam penetapan jarimah ta’zir prinsip
utama yang mejadi acuan penguasa adalah menjaga kepentingan umum dan melindungi
setiap anggota masyarakat dari kemadhorotan (bahaya). Disamping itu, penegakan
jarimah ta’zir harus sesuai dengan prinsip syar’i (nas).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa perbuatan yang masuk ke
dalam jarimah hudud dan qishosh diyatbersifat limitatif, yaitu pada delik delik tertentu
saja yang sudah ditentukan oleh nas, baik Al-quran maupun hadits. Delik-delik yang
masuk dalam ke dua jarimah tersebut juga terikat oleh syarat syarat tertentu. Oleh karena
itu, kejahatan money laundering sebagai suatu kejahatan yang berakibat pada
kemadhorotan yang besar dapat dimasukan ke dalam jarimah ta’zir, yaitu jarimah yang
diancam dengan hukuman ta’zir (selain hudud dan qishash diyat) di mana
pelaksanaanya baik yang jenis larangannya ditentukan oleh nas atau tidak, baik
perbuatan itu menyangkut hak Allah atau hak perorangan, hukumannya diserahkan
sepenuhnya kepada penguasa.
8
D. Pendapat Para Pakar Hukum Islam Kontemporer
Dijelaskan dalam Ijitima Ulama Komisi Fatwa di Pesantren Cipasung, Tasikmalaya,
pencucian uang merupakan jarimah (tindak pidana), karena merupakan bentuk penggelapan
(ghulul) dengan tujuan menyembunyikan dan menyamarkan aset yang diperoleh secara
tidak sah.
Pelaku tindak pidana pencucian uang dihukum dengan hukuman ta’zir (sanksi pidana yang
ditetapkan oleh negara). Menerima dan memanfaatkan uang yang berasal dari tindak pidana
pencucian uang hukumnya haram.
Penerima uang yang berasal dari tindak pidana pencucian uang wajib mengembalikan
kepada negara dan negara memanfaatkan untuk kemaslahatan umum. Penerima uang yang
berasal dari tindak pidana pencucian uang dan telah mengembalikan kepada negara tidak
dikenai hukuman.
Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia IV merekomendasikan masyarakat diminta untuk
berhati-hati dalam menerima uang dari pihak yang diketahui atau diduga keras
(zhann) sebagai pelaku tindak kejahatan.
E. Tinjauan Hukum Positif
Di Indonesia, hal ini diatur secara yuridis dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang, di mana pencucian uang dibedakan dalam tiga tindak pidana:
1. Tindak pidana pencucian uang aktif, yaitu setiap orang yang menempatkan,
mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, menbayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan.
(Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang).
9
2. Tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan kepada setiap orang yang
menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,
penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1). Hal tersebut dianggap juga sama dengan melakukan pencucian uang. Namun,
dikecualikan bagi Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 5 UU RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang).
3. Dalam Pasal 4 UU RI No. 8/2010, dikenakan pula bagi mereka yang menikmati hasil
tindak pidana pencucian uang yang dikenakan kepada setiap Orang yang
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi, peruntukan, pengalihan
hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1). Hal ini pun dianggap sama dengan melakukan pencucian uang.
Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencucian uang adalah cukup berat, yakni dimulai dari
hukuman penjara paling lama maksimum 20 tahun, dengan denda paling banyak 10
miliar rupiah.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pencucian uang atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang merupakan
proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram, yaitu uang
dimaksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang tersebut dari
pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak
pidana, dengan cara antara lain dan terutama memasukan uang tersebut kedalam
keuangan (financial system) sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari
sistem keuangan itu sebagai uang yang halal.
2. Kriminalisasi pencucian uang tentu menjadi keharusan bagi Indonesia sebagai suatu
negara hukum. Apalagi kriminalisasi pencucian uang ini mempunyai peran penting
dalam mengatasi berbagai tindak pidana yang ada di Indonesia.
3. Berdasarkan Qs. Al-Araf [7: 31] bahwa money laundering merupakan perbuatan yang
berlebih-lebihan, kemudian berdasarkan Qs. At-Taubah [9: 31] mone laundering akan
menerima siksa yang pedih atas tidak menafkahkan uangnya, selanjutnya berdasarkan
Qs. Al-Baqarah [2: 168] memakan makanan dari uang yang tidak halal merupakan
perbuatan syaitan.
4. Menurut Al-hadits bahwa perbuatan korupsi dan pencucian uang (money laundering)
menjadi penyebab kehinaan dan siksa api neraka pada hari kiamat.
5. Hukum Islam memandang uang sebagai alat tukar atau alat bayar bukan alat komoditas
atau modal, sehingga setiap (perputaran) transaksi uang yang disertai keuntungan (laba
atau bunga) merupakan praktik riba. Pencucian uang (money laundering) termasuk
katagori perbuatan yang diharamkan karena dua hal, pertama dari proses
memperolehnya, uang diperoleh melalui perbuatan yang haramkan dan proses
pencuciannya, yaitu berupaya menyembunyikan uang hasil kemaksiatan dan bahkan
menimbulkan kemaksiatan dan kemudharatan berikutnya.
6. Dalam Pasal 4 UU RI No. 8/2010, dikenakan pula bagi mereka yang menikmati hasil
tindak pidana pencucian uang yang dikenakan kepada setiap Orang yang
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi, peruntukan, pengalihan
hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1). Hal ini pun dianggap sama dengan melakukan pencucian uang.
10
Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencucian uang adalah cukup berat, yakni dimulai dari
hukuman penjara paling lama maksimum 20 tahun, dengan denda paling banyak 10
miliar rupiah.
B. Saran
a. Kriminalisasi pencucian uang (money laundering) tentu menjadi keharusan bagi
Indonesia sebagai suatu negara hukum. Apalagi kriminalisasi pencucian uang (money
laundering) ini mempunyai peran penting dalam mengatasi berbagai tindak pidana yang
ada di Indonesia.
b. Sebagai Muslim hendaknya manusia sadar akan hak dan kewajiban yang mesti
dilakukan sehingga tidak perlu melakukan pencucian uang (money laundering).
c. Money Laundering yang sudah jelas diharamkan oleh Hukum Islam dan dillarang oleh
hukum positif sudah seharusnya tidak dilakukan oleh setiap manusia, khususnya para
pejabat negara sehingga uang rakyat bisa menjadi kesejahteraan dan kemakmuran
sebesar-besarnya untuk rakyat.
11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pencucian_uang
Pengertian Pencucian Uang
https://draganhard1971.wordpress.com/2013/10/28/money-loundry-latar-belakang-sejarah-
dan-cara-penanggulangannya-dari-sudut-hukum-nasional-dan-pidana-internasional/
Money Loundry: Latar Belakang, Sejarah dan Cara Penanggulangannya Dari Sudut Hukum
Nasional dan Pidana Internasional
28 Oktober 2013
By Azharziva
https://thexqnelson.wordpress.com/2013/07/07/ketepatan-kriminalisasi-pencucian-uang-
dihadapkan-pada-kondisi-masyarakat-indonesia-sekarang-ini/
Ketepatan Kriminalisasi Pencucian Uang Dihadapkan Pada Kondisi Masyarakat Indonesia
Sekarang Ini
7 Juli 2013
http://agniarifki.blogspot.co.id/2014/08/pencucian-uang-menurut-hukum-islam.html
Pencucian Uang Menurut Hukum Islam
Selasa, 12 Agustus 2014
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2012/07/04/19758/menerima-uang-dari-tindak-
pidana-pencucian-hukumnya-haram/#sthash.T9PaZ3Xu.dpbs
https://id.wikipedia.org/wiki/Pencucian_uang
Hukum Postif Tentang Pencucian Uang