Monetisasi OTT jadi Penyelamat Operator - Majalah ICT · Selain itu ada juga CCTV, pedestrian gate,...

Edisi No. 22-Thn II • Maret 2014 M AJALAH All about ICT in Indonesia I T C E-Magazine|Free www.majalahict.com Djoko Tata Ibrahim Marketing adalah Seni Rapor Merah Operator Monetisasi OTT jadi Penyelamat Operator

Transcript of Monetisasi OTT jadi Penyelamat Operator - Majalah ICT · Selain itu ada juga CCTV, pedestrian gate,...

Edisi No. 22-Thn II • Maret 2014Majalah

All about ICT in Indonesia I TC

E-Magazine|Free www.majalahict.com

Djoko Tata Ibrahim

Marketing adalah Seni

Rapor Merah OperatorMonetisasi OTT jadi Penyelamat Operator

Daftar Isi:

REDAKSIPemimpin Redaksi Arif PitoyoAlamat Redaksi: Villa Cemara No. 22 Jl. Sawangan Raya-DepokEmail: [email protected]

IKLAN & PROMOSIEmail: [email protected]: 08159302319 (Era), Fax. 021- 7756782

Cover184 x 50 mm = Rp2 juta/edisi50 x 50 mm = Rp1 juta/edisi

Halaman BelakangFull page = Rp750,000 /edisiHalf page = Rp500.000/edisi184 x 50 mm = Rp250.000/edisi50 x 50 mm = Rp100.000/edisi

Halaman DalamFull page = Rp750.000/edisiHalf page =Rp500.000/edisi184 x 50 mm = Rp250.000/edisi50 x 50 mm = Rp100.000/edisi

DARI REDAKSI

FOTO COVER: Djoko Tata Ibrahim

FOTOGRAFER: Kahfi Kamaru

DESAIN COVER: F. Tian

Rapor Merah Operator ....................4

TARIF IKLAN

Dampak & Tantangan Regulasi Virtualisasi Jaringan ......................18

XL jadi Lawan Tangguh Telkomsel ..8 Polemik Stikerisasi Laptop ............10 Djoko Tata Ibrahim,

New Kids on the Block di Telekomunikasi ..........................12

Galery Foto ............................. 16-17

Ponsel Lokal di Awal Tahun ...........20

Solusi Keamanan ala Datascrip ......3

2 No. 22• Maret 2014Majalah I TC

Setelah setahun lebih Majalah ICT hadir di PC, notebook, tablet, dan smartphone anda, kami ingin selalu meningkatkan kualitas konten kami.

Selain hadir dalam format majalah digital, melalui situs www.majalahict.com dan akun twitter @IndoICT, pembaca juga bisa selalu mengikuti update isu TI dan telekomunikasi terbaru setiap hari.

Saat ini memang telah banyak ma­jalah digital untuk segmen TI, tetapi Majalah ICT merupakan yang pertama dan pelopor majalah digital di bidang teknologi informasi di Indonesia. Kehadiran kami bahkan di saat media cetak dan majalah masih eksis.

Sekarang, di saat majalah TI edisi cetak telah keteteran menghadapi persaingan dan biaya produksi yang membengkak, banyak diantara mereka banting setir ke digital.

Akhirnya, kami senantiasa mengharapkan dukungan pembaca, karena tanpa dukungan anda, kami bukanlah apa-apa.

Monetasi OTT jadi Penyelamat Operator ..........................................6

ETALASE

33No. 22• Maret 2014Majalah I TC

Datascip menghadirkan solusi keamanan terpadu yang dapat diterapkan oleh pelaku usaha, khususnya di sektor industr manufatur.

Solusi sistem keamanan ini mencakup mulai dari lapisan paling luar, yakni gerbang utama pabrik, area kerja di dalam pabrik, hingga ke area parkir.

Slusi keamanan yang dihadirkan antara lain Boom Gate untuk memblokade antrean kendaraan, Long Range Reader untuk membatasi pengemudi dan kendaraan yang akan masuk ke area pabrik, access control untuk parameter pengaturan dalam pengoperasian keseharian di area pabrik. Selain itu ada juga CCTV, pedestrian gate, walkthrough, dan paper shredder.(02)

Solusi keamanan ala Datascrip

Fujitsu mengumumkan kehadiran dua jajaran PC desktop all-in-one X-line terbarunya,

yang diperkuat dengan fitur-fitur terintegrasi yang siap memberikan dukungan penuh

terhadap sistem Unified Communications & Colloboration (UC&C).

Fujitsu ESPRIMO X923 dan ESPRIMO X923-T membawa UC&C ke jenjang performa

yang semakin meningkat, menyempurnakan visi Fujitsu yang ingin membangun

kehidupan masyarakat yang semakin baik melalui penyediaan teknologi

yang sesuai

dengan kebutuhan

penggunanya.

Dengan modul

Multimedia terbaru1, Fujitsu telah

mengintegrasikan keseluruhan fitur-fitur ini ke

dalam all-in-one ESPRIMO PC, menciptakan

sebuah sistem komunikasi terpadu yang lebih

mudah dan lebih efektif.(01)

Produk all in one baru Fujitsu

Arif Pitoyo

4 No. 22• Maret 2014Majalah

Semua operator, terutama yang sudah melantai di bursa, telah membeberkan pencapaiannya sepanjang 2013. Kecuali Telkomsel yang bersama induk usahanya, Telkom

meraih sukses besar, semua operator mencatat rapor merah, bahkan beberapa diantaranya terancam tak naik kelas.

Parahnya, di luar 3 besar, operator masih memiliki margin EBITDA negatif, artinya masih terkungkung dalam jurang

kerugian sedangkan untuk lepas akan sangat sulit kecuali ada dewa penolong seperti XL yang mengakuisisi AXIS.

Operator yang terancam tak naik kelas diantaranya PT Bakrie Telecom Tbk (Esia) dan sudan tentu AXIS, sedangkan Tri dan Smartfren diprediksi masih bisa bertahan lebih lama karena kuatnya penyandang modal.

Indosat, dalam laporan keuangannya mengungkapkan sepanjang 2013 mengalami kerugian hingga Rp2,78 triliun, meski secara pendapatan, sebenarnya Indosat meningkat 6,4 persen dari 2012, menjadi Rp23,8 triliun, dari

HOT NEWS

I TC

Rapor Merah Operator

HOT NEWS

sebelumnya Rp22,42 triliun.Peningkatan beban usaha

dan rugi kurs menjadi pemicu tingginya kerugian Indosat, apalagi ditambah dengan beban hutang sebesar Rp23,93 triliun dengan kewajiban sewa pembiayaan sebesar Rp3,94 triliun. Beban Indosat makin berat dengan adanya tambahan biaya perkara kasus IM2 sepanjang 2013 yang menguras tenaga dan biaya.

Diperkirakan peningkatan capex untuk modernisasi jaringan dan refarming spektrum akan makin memperlemah keuangan Indosat dalam 1-2 tahun ke depan.

Sementara XL, pendapatan perseroan juga menunjukkan kenaikan pada 2013 dibandingkan dengan 2012. Jika pada tahun 2012 pendapatan perseroan Rp20.97 triliun, pada tahun 2013 ini pendapatan XL meningkat tipis menjadi Rp21,26 triliun.

Sayangnya, pendapatan yang naik tidak diikuti laba bersih yang justru turun dari Rp2,76 trliun di 2012

menjadi ‘hanya’ Rp1,03 triliun di 2013.

Sama dengan Indosat, penurunan laba bersih disebabkan oleh rugi kurs dan kenaikan beban usaha menjadi Rp19,61 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp16,62 triliun.

Smartfren masih terlilit utang masa lalu dan masih negatif meski keruginnya kian mengecil. Tahun ini, anak usaha Sinar Mas Group tersebut optimis bisa mencapai margin EBITDA positif. Sedangkan Tri, meski tak terlalu transparan membuka pencapaian kinerjanya,

namun diyakini masih rugi.

Hal sebaliknya dibukukan Telkom dengan catatan laba bersih sampai Rp14,2 triliun. Dari angka tersebut, pendapatan total Telkom Group mencapai Rp83 triliun. Ini menegaskan bahwa

pasar telekomunikasi Indonesia hingga kini masih dikuasai Telkom secara mutlak.

Pendapatan Telkom yang mencapai Rp83 triliun itu naik sekitar 7,5 persen dari pendapatan tahun sebelumnya, Pendapatan tersebut ditopang secara penuh oleh pertumbuhan pendapatan usaha Telkomsel sebesar 10,1 persen.

Yang mengherankan, meski sudah terjadi tiga tahun belakangan, pemerintah dan regulator masih metaba-raba penyebab turunnya performa kinerja operator, tak seperti pada periode 2005-2009 saat kinerjanya begitu mengkilap.

Bila regulator saja masih meraba-raba, bagaimana bisa menyusun dan membuat regulasi yang bisa menyehatkan industri? Karena industri yang sehat, yang menikmati juga konsumen dan negara.

35No. 22• Maret 2014Majalah I TC

6 No. 22• Maret 2014Majalah I TC

Masalah aplikasi over the top (OTT) memang tiada habisnya. Selain

manfaatnya sangat terasa bagi pengguna, namun bagi operator merupakan benalu yang sangat mengganggu jaringannya. Apalagi, benalu tersebut

tak bayar sewa sedikitpun ke pohon induknya.

Di saat layanan data tumbuh pesat, keberadaan OTT memang jadi senjata operator untuk mempertahankan pelanggan, sekaligus merebut pelanggan dari operator lain melalui penawaran tariff data yang

miring. Saking miringnya, operator pun tak kuat menahan operational cost yang terus menggerus pendapatannya.

Untuk menghindari kerugian, operator telekomunikasi harus menata charging data dan menerapkan strategi penarifan untuk OTT guna menghindari kerugian atau

penurunan keuntungan seperti yang terjadi pada 2013. Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengatakan kalau charging data disesuaikan, pendapatan dan laba bersih bisa naik.

“Tapi kalau nggak membenahi pricing strategy bisa saja turun, kan trafik data pasti naik, apa akan digratisin terus tapi rugi atau dibenahi, itu pilihan operator,” ujarnya.

Menurut Nonot, kalau demi disukai pelanggan dengan menggratiskan layanan data dan tidak membenahi penarifan, maka pasti akan turun pendapatannya, dan sama saja bunuh diri.

Bahkan sejumlah operator medioker seperti Tri, Smartfren, maupun

HOT NEWS

Arif Pitoyo

Monetisasi OTT jadi Penyelamat Operator

HOT NEWS

37No. 22• Maret 2014Majalah I TC

Esia, sangat mengandalkan layanan data agar bisa bersaing dengan operator 3 besar mengingat layanan voice selain tidak lagi diminati, juga memuat biaya interkoneksi yang besar.

Masih soal layanan Over The Top (OTT) dan operator seluler, kali ini konteksnya adalah bagaimana operator bertahan dengan gerusan perolehan pendapatan, terutama di sisi penggunaan telepon maupun pengiriman pesan. Sinergi dengan layanan OTT adalah salah satu kunci bertahannya operator seluler di zaman kompetisi ketat seperti ini.

Menurut Ericsson, di

negara-negara yang mayoritas pelanggannya sudah menggunakan smartphone, lebih dari 50% pendapatan sudah disumbangkan dari sisi konsumsi data. Tak ada alasan bahwa data tidak mampu menjadi lokomotif sumber pendapatan baru bagi pemilik jaringan.

Terkait soal wacana pemberlakuan biaya terhadap layanan OTT, Ericsson menilai untuk layanan OTT tertentu wajar saja jika kerja sama dilakukan melibatkan pembiayaan mengingat investasi infrastruktur memang tidak murah.

Hal ini dirasa wajar karena operator menanggung biaya

investasi untuk network dan kualitas layanan ke pengguna. Dengan model bisnis yang saling menguntungkan seharusnya kerja sama antara operator dan OTT bisa lebih

dimaksimalkan. XL misalnya, dalam kerja

samanya XL dan OTT mendiskusikan langkahnya dengan pemain OTT untuk memperoleh model bisnis yang tepat, memberikan manfaat untuk pelanggan, dan bersifat diversifikasi layanan.

XL mulai minta kepada OTT untuk men-sharing cost untuk infrastruktur, dan OTT bersedia membayarnya, di antaranya berupa cost notifikasi ke pelanggan.

Monetisasi juga bisa berupa jatah penjualan stiker, ada juga berupa sejumlah OTT mulai menyediakan ruang di platform-nya untuk keperluan marketing XL. Revie mengatakan jatah dari OTT juga bisa didapat dari volume penggunaannya.

Persetujuan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) atas merger dan akuisisi XL terhadap AXIS

benar-benar memberikan angin segar bagi keduanya. Di satu sisi, AXIS mengaku sudah tak bisa lagi lebih lama bertahan.

Operator tersebut sudah tak mampu bertahan lebih lama lagi menghadapi situasi yang kian sulit karena terus merugi. Sebagai operator GSM kelima di Indonesia, sangat sulit bagi AXIS untuk bersaing di tengah persaingan tarif dan layanan yang ketat di industri telekomunikasi tanah air.

Sedangkan XL, meski masih jauh untuk mengejar Telkomsel, baik dalam hal jumlah pelanggan maupun raihan pendapatan, namun anak usaha Axiata itu sangat berpeluang menjadi lawan berat karena kepemilikan frekuensi yang sama, yaitu 45 MHz, dan sama-sama memiiki 25 MHz

di pita 1800 MHz yang disiapkan untuk LTE.

Banyak pihak meng­kha wa tir­kan bahwa Telkomsel yang sahamnya 65% dimiliki Telkom

dan 35%

dimi l iki Singa­pore Telecom (Singtel) akan digeser dan dikalahkan oleh XL.

Namun, dengan kondisi jumlah pelanggan Telkomsel yang jauh 2 kali lipat dari

TELEKOMUNIKASI

8 No. 22• Maret 2014Majalah I TC

XL jadi Lawan Tangguh Telkomsel

Majalah ICT

TELEKOMUNIKASI

39No. 22• Maret 2014Majalah I TC

XL, yaitu mencapai 131,5 juta pengguna, Telkomsel dinilai akan tetap perkasa dan sulit dikejar oleh XL.

Untuk bisa mengejar Telkomsel, apalagi di masa pelanggan sudah jenuh, maka untuk me­nambah jumlah pe langgan hanya bisa melalui akuisisi pelanggan operator lain. Sedangkan mengakuisisi pelanggan lebih sulit daripada membentuk pasar baru di daerah baru, sehingga XL butuh waktu bertahun-tahun lagi untuk

bisa menyalip jumlah pelanggan Telkomsel.

Sementara mengenai frekuensi yang dialokasikan kepada XL akan sama dengan Telkomsel, ditegaskan bahwa jumlah frekuensi yang dimiliki tak berkorelasi dengan dengan peningkatan jumlah pelanggan, bahkan bisa-bisa malah mubazir, karena

frekuensinya tidak optimal digunakan. Frekuensi yang kurang optimal tersebut bisa jadi malah menjadi beban perusahaan dalam membayarkan biaya hak penggunaan (BHP) frekuensinya.

Operator dengan jumlah frekuensi yang makin besar juga memiliki keuntungan dalam hal efisiensi jaringan yaitu bisa membuat BTS dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang memiliki frekuensi lebih kecil.

Namun, bagaimanapun, su dah se harusnya Telkomsel tidak lagi terlena seperti sebelumnya. Lawan terdekat Telkomsel sebelumnya adalah Indosat, yang hanya memiliki jumlah

pelanggan separuhnya. Namun, kini, dengan gabungan XL dan AXIS, jumlah pelanggan XL sudah melewati Indosat dan mendekati

Telkomsel.Modal frekuensi dan

infrastruktur nampaknya akan benar-benar dimanfaatkan XL untuk setidaknya mendekati Telkomsel dan tidak terkejar Indosat. Untuk bisa menyalip Telkomsel, XL harus berani membuka pasar-pasar baru di wilayah terluar Indonesia.

TEKNOLOGI INFORMASI

10 No. 22• Maret 2014Majalah I TC

Berangkat dari banyaknya perangkat TI, terutama notebook ilegal atau

black market (BM) yang beredar di pusat-pusat penjualan komputer,

maka Kementerin Perindustrian pun menelurkan ide stikerisasi untuk produk legal dan menunjuk Asosiasi Industri TI (AITI) Indonesia untuk menyeleng­garakannya.

Alasan penunjukkan AITI karena sejak awal asosiasi tersebut yang mengusulkan stikerisasi produk TI tersebut. Usulan dari AITI ini pun merupakan masukan dari vendor asing. AITI mengklaim sebagai pihak yang paling dekat dengan vendor PC dan notebook global karena

merupakan mitra penjualannya di pasar dalam negeri atau sebagai

distributor.Peredaran PC BM di

Indonesia ternyata sangat besar. Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) memperkirakan hampir separuh PC yang beredar setiap kuartalnya adalah BM atau setara dengan 3,5 juta unit.

Anggota Apkomindo yang kebanyakan perakit PC lokal dan distributor PC merek global merasa prihatin, karena dari 7 juta unit notebook dan PC

Polemik Stikerisasi

LaptopArif Pitoyo

TEKNOLOGI INFORMASI

311No. 22• Maret 2014Majalah I TC

yang beredar, setenganya ilegal atau hasil dari penyelundupan.

Namun, suara penolakan langsung didengungkan Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) lewat juru bicaranya Rudi Rusdiah. Rudi merupakan caretaker di Apkomindo karena sebagaimana diketahui dalam tubuh Apkomindo sudah pecah antara Yayasan yang kemudian menjadi caretaker dan pihak asosiasi.

Sejumlah praktisi teknologi informasi mempertanyakan kebijakan Kementerian Perindustrian yang akan mewajibkan seluruh perangkat TI menggunakan stiker hologram yang bisa dipesan pada satu asosiasi yang ditunjuk.

Sejak November 2013,

sudah ada aturan Kementerian Perdagangan mengenai peraturan bahwa barang komputer termasuk tablet dan handset yang di impor harus ada stiker label postel dan kemasannya harus dalam bahasa Indonesia.

Tadinya ini merepotkan namun akhirnya importir sudah bisa mengantisipasi peraturan ini setelah disosialisasikan selama 1 tahun. Untungnya, stiker dan kemasan bahasa Indonesia ini tidak ditentukan harus dibuat dimana atau siapa yang membuat kemasan ini sehingga regulasi ini tidak terlalu merepotkan.

Mastel secara tegas menolak stikerisasi dan labelisasi terhadap notebook tersebut. Matel menganggap adanya aturan dan regulasi yang tumpang tindih soal

stikerisasi tanpa

koordinasi yang jelas dan cenderung merepotkan industri dan pasarnya.

Sikap Mastel tersebut didasari atas komplain dan masukan dari beberapa merek prinsipal produk notebook global yang merupakan anggota Mastel yang merasa bahwa usulan stikerisasi baru NIP (Nomor Identifikasi Perindustrian) ini hanya akan menambah beban kepada industri.

AITI sendiri mengklaim pihaknya tidak mengambil untung dari penerapan stikerisasi notebook. Asosiasi itu mengaku harga stikerisasi yang hanya Rp1.000 jauh lebih rendah dari biaya produksinya, dan pengadaannya pun dilakukan oleh vendor atau prinsipal di luar negeri.

PROFIL

12 No. 22• Maret 2014Majalah I TC

New Kids on the Block di Telekomunikasi

Djoko Tata Ibrahim

PROFIL

313No. 22• Maret 2014Majalah I TC

Gaya pria ini begitu santai saat menemui majalah ICT di kantornya di kawasan

Sabang, Jakarta Pusat. Dengan stelan celana

jeans, kaos dan jaket kulit hitam, Djoko Tata Ibrahim ramah menyapa kami.

Djoko Tata Ibrahim memang termasuk nama baru di jajaran panggung telekomunikasi Indonesia. Dia baru muncul bersamaan

dengan kelahiran Smartfren pada 11 April 2007. Djoko termasuk 30 karyawan pertama yang bekerja di Smart Telecom yang merupakan hasil merger antara PT Wireless Indonesia dengan PT Indoprima Mikroselindo.

Sebelumnya, pria yang kini menjabat sebagai Deputi CEO Smartfren itu sama sekali tidak memiliki pengalaman di telekomunikasi. Selama 30 tahun Djoko berkecimpung di bidang consumer goods, seperti distribusi susu, minyak goring, buah-buahan, gula, dan sebagainya. Djoko juga pernah duduk di jajaran eksekutif PT Tiga Raksa Satria.

“Pembukaan channel distribusi itu sudah biasa

Arif Pitoyo

14 No. 22• Maret 2014Majalah I TC

saya lakukan di perusahaan consumer goods, jadi ibaratnya pipa, channel itu bisa diisi apa saja. Namun, karena saat itu Smart Telecom masih baru bahkan tak ada agen yang meliriknya, saya melakukan sedikit variasi dan seni marketing,” ujarnya, belum lama ini.

Dia bercerita kalau Smart Telecom merupakan operator yang pertama kali masuk ke supermarket.

Tak jarang pria yang meski sudah berumur namun tetap kelihatan

fit dan prima itu, turun langsung ke lapangan menemui dealer dan agen-agen untuk mengetahui permasalahan di lapangan. Hal itu dia lakukan sampai saat ini.

“Agen dan distributor itu akan merasa dihargai bila direkturnya langsung yang turun. Itu lah sebabnya, banyak distributor dan agen yang loyal, karena selain merasa dihargai, produk Andromax memang sangat laku dan dicari konsumen, sehingga mereka senang jualan Andromax,” katanya.

Dia mulai mengerti telekomunikasi sejak mengikuti rapat-rapat direksi dan membaca buku referensi hingga kamus istilah telekomunikasi. “Jahatnya telekomunikasi itu banyak banget singkatan-singkatan yang seolah-olah semua orang tahu,” tuturnya.

Kelihaiannya di bidang telekomunikasi makin terasah saat dia pada 2008-2010 mengurusi infrastruktur, termasuk sinergi dengan penyedia serat optik dan BTS serta mengurus proyek-proyeknya.

Pria yang hobi baca buku dan berolahraga di waktu senggang, seperti bulutangkis dan berenang itu merasa tantangan di dunia telekomunikasi sangat terasa, dan puncaknya, saat Smart Telecom bergabung dengan Fren pada

November 2011. “Saat itu masa-masa

yang sangat sibuk dan sulit, yaitu berupa konsolidasi pemasaran, teknologi, dan pembukaan channel-channel baru bagi Smartfren. Menurut saya itu sangat berat, namun dengan berbekal tekad yang kuat, tantangan itu akhirnya bisa diatasi sampai saat ini,” tuturnya.

Baginya, marketing dan pemasaran adalah seni, dan seni membuka gerai baru maupun memperluan channel distribusi bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi memperkenalkan produk baru. Tetapi dengan komitmen daripada owner terhadap sektor bisnis ini, memang diperlukan napas yang lebih panjang.

“Menyadari kita pendatang baru, sementara lainnya sudah merambah

PROFIL

315No. 22• Maret 2014Majalah I TC

kemana-mana, maka kita harus cerdik-cerdik. Hanya saja, saat hadir di tengah masyarakat, sangat kebetulan timing kita cukup bagus. Sesuai dengan teknologi yang kita usung yaitu CDMA, berarti kita mempunyai suatu manajemen kanal yang baik yang ideal untuk layanan Internet/data,” tuturnya.

Tidak mengherankan pendapatan perusahaan

ini dari layanan data cukup bagus. Itu karena dari segi kualitas pelanggan juga lebih bagus, di mana mereka melakukan pemakaian pulsa yang per bulan cukup tinggi, bisa bisa mencapai 40 ribu ­ 50 ribu bahkan 100 ribu.

Karena adanya ketergantungan pada kualitas layanan data, ini membuat mereka tidak gampang berpindah. Jadi dengan didasari landasan yang baru, kita mendapat pelanggan yang berkualitas dan loyal. Bahkan jumlahnya terus meningkat.

“Fokus dalam 2 tahun ini pada pelanggan dengan menggunakan modem. Dulu orang memiliki satu modem untuk digunakan bersama beberapa teman karena harganya yang cukup mahal, kisaran 600 ribu sebuah. Di situ kita lakukan terobosan dengan menjual yang Rp199.000,” katanya.

Berbicara mengenai soal kompetisi, menurut dia,

kompetisi menurut saya sendiri bukan sesuatu yang perlu ditakuti tetapi menjadi pemacu kita untuk lebih kreatif dalam membidik sasaran pasar yang kita inginkan.

Filosofi yang dipegangnya adalah tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan, apalagi dengan kerja tim. “Dalam bekerja, saya tentu tidak sendiri, tetapi bersama tim yang berusia muda dan orang- orang baru di bidangnya, namun merupakan orang-orang yang siap menghadapi dan memiliki kemampuan melalui tantangan. Dan mereka inilah calon-calon pemimpin di masa mendatang,” tuturnya.

Djoko yang meski sudah cukup berumur namun masih bisa push up dengan satu tangan itu mengaku di masa tuanya nanti, dia ingin hijrah ke Australia, menemani anak-anaknya yang sudah disana duluan.

“Selama ini saya setiap hari berbulan madu dengan isteri di rumah, karena anak-anak semua sudah sekolah di Australia. Di masa tua nanti saya ingin tinggal dan menetap disana,” tuturnya.

PROFIL

16 No. 22• Maret 2014Majalah I TC

GALERI

Telkomsel luncurkan brand baru, LOOP—Telkomsel menyasar kalangan muda dengan merilis brand baru, LOOP secara serentak di 10 kota, yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Banjarmasin dan Makassar pada acara One Million Dreams Concert (OMDC) Jakarta (9/3), dan dapat disaksikan oleh pelanggan melalui device secara live streaming.

XL salurkan SMS donasi banjir—Banjir yang melanda beberapa wilayah di Indonesia pada awal 2014 telah membangkitkan kepedulian masyarakat luas, termasuk pelanggan XL. Melalui program SMS Donasi yang dibuka pada 17 Januari hingga 31 Januari 2014, telah terkumpul donasi pelanggan XL total sejumlah Rp 278.130.000 yang disalurkan kepada korban banjir di Manado dan Bekasi.

Rakuten bantu UKM Yogya—Rakuten Belanja Online (RBO) fokus pada pengembangan lokal dengan memberdayakan UKM di Yogyakarta. Seminar E-Commerce di universitas mendorong wirausahawan muda Indonesia untuk membangun mimpi online mereka.

317No. 22• Maret 2014Majalah I TC

GALERI

Indosat Raih Mobile Network of The Year—Indosat berhasil meraih penghargaan Roy Morgan Customer Satisfaction Awards untuk kategori “Mobile Network of The Year Indonesia 2013”. Penghargaan ini merupakan pengakuan terhadap komitmen Indosat yang terus berupaya memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggannya.

MITO Tampil di Ajang Internasional—Produsen ponsel nasional, MITO MOBILE sudah berbicara di pasar global dengan keikutsertaannya di ajang mobile world conference (MWC) yang di gelar di Barcelona beberapa waktu lalu. Produk yang dipamerkan adalah MITO A150 Fantasy Pocket.

Advan unjuk gigi di Mega Bazaar Consumer Show—Advan, brand smartphone lokal, mencatat penjualan hingga 3 ribu unit di ajang Mega Bazaar Consumer Show 2014. Angka tersebut dipandang Advan sangat realistik jika melihat performa penjualan selama iniyang mana pergerakan Advan terus meningkat seiring dengan kekuatan dan kualitas produk yang dimiliki.

REGULASI

18 No. 22• Maret 2014Majalah I TC

Dalam dua dekade terakhir ini, kita menyaksikan perkembangan kemampuan

dari komputasi yang luar biasa, dengan dimensi fisik yang semakin mengecil.

Gordon E. Moore yang mantan petinggi Intel dan co-founder, mengamati bahwa jumlah transistor dalam sirkit terpadu, kira-kira bertambah 2 kali setiap 2 tahun yang kemudian dikenal dengan Moore’s Law.

Penambahan transistor yang membentuk kekuatan prosesor sebagai otak dari komputer,

melipatgandakan kekuatannya sekaligus mengurangi ukurannya.

Kekuatan daya komputasi ini memungkinkan berjalannya mesin virtual yang bisa membuat berjalannya proses yang berbeda dalam satu perangkat keras. Ini sangat jelas ketika sistem operasi yang berbeda dapat dijalankan pada satu komputer, mulai dari Windows, maupun sistem operasi lain, misalnya GNU/Linux.

Lebih jauh ini memungkinkan pengguna yang berbeda dapat berbagi satu perangkat yang sama dengan penggunaan yang berbeda, sesuai kebutuhan masing-masing. Kita menyebutnya machine virtualization

Infrastruktur komunikasi seluler dengan sejumlah banyak komponennya, pada dasarnya adalah kumpulan komputer yang mengendalikan berbagai proses, mulai identifikasi pengguna, autentikasi, alokasi kanal, proses penyambungan, sampai pengisian pulsa.

Pada awalnya hampir setiap fungsi dikendalikan

Dampak & Tantangan RegulasiVirtualisasi Jaringan

Dr. Taufik Hasan

Dosen Pasca Sarjana Telkom University, Anggota Mastel

REGULASI

319No. 22• Maret 2014Majalah I TC

oleh satu komputer. Namun, dengan peningkatan kemampuan komputer, dan teknik virtualisasi, maka berbagai fungsi dapat dijalankan dengan kendali satu komputer saja.

Kita menyaksikan penerapan konsep virtualisasi fungsi jaringan, terutama dilakukan pada teknologi baru selular yaitu generasi ke-4 atau LTE.

Beberapa penyedia perangkat jaringan selular

telah mulai menawarkan produknya masing-masing, seperti Alcatel-Lucent, Huawei dan NEC.

Dalam menawarkan perangkat dengan virtualisasi ini, kita menemukan sesuai dengan arsitektur jaringan LTE, misalnya virtualized RAN (vRAN), virtualized EPC (vEPC), dan virtualized IMS (vIMS). Umumnya layanan mesin virtual ini berbasis cloud (cloud based), Huawei menyebut layanannya CloudEdge.

Dengan perkembangan seperti ini tidak heran bahwa raksasa pembuat chip prosesor komputer, Intel, mulai melirik untuk dapat berperan dalam menyediakan infrastruktur jaringan telepon selular.

Dampak RegulasiDengan perkembangan

yang akan terjadi, perlu diantisipasi bahwa akan ada pembentukan entitas bisnis yang menyediakan jaringan fisik (physical network provider), penyedia jaringan virtual (virtual network provider), dan penyedia layanan (service provider).

Tantangan besar harus diantisipasi adalah dari segi regulasi karena hal ini akan berpengaruh terhadap kepastian hukum untuk berusaha di satu sisi, dan di sisi lain tersedianya peluang untuk memanfaatkan kemajuan teknologi yang menawarkan efisiensi.

20 No. 22• Maret 2014Majalah I TC

BEDAH GADGET

Ponsel lokal mulai unjuk gigi, bahkan hampir semuanya sudah mengklaim sebagai smartphone

paling laris kedua di Indonesia setelah Samsung.

Bahkan vendor ponsel lokal seperti Advan dan Evercoss mengaku dari sisi pengapalan sebenarnya sudah melebihi Samsung, meski dari sisi pendapatan masih kalah.

MITO malah sudah berbicara di tingkat global, dengan memamerkan produknya, MITO Fantasy Pocket di ajang mobile world conference (MWC) yang di gelar di Barcelona beberapa waktu lalu.

Fantasy Pocket dibekali dengan sistem operasi Android 4.2 Jelly Bean. Smartphone yang dibanderol seharga Rp999.000 ini menyasar pengguna yang memiliki mobilitas tinggi. Dengan otak berinti empat (quad-core) membuat kinerja dan performa MITO Fantasy Pocket kian andal, terutama untuk mendukung aplikasi multitasking.

Vendor ponsel lokal lainnya, EVERCOSS, meluncurkan jajaran produk terbarunya, Elevate. Smartphone

Majalah ICT

Ponsel Lokal di Awal Tahun

321No. 22• Maret 2014Majalah I TC

BEDAH GADGET

Eevate masuk kategori phablet atau phone tablet, yang mengusung teknologi In Plane Switching (IPS) berukuran 6 inci dan layar LCD lebar dengan resolusi QHD 540 x 960.

Daya tarik smartphone seharga Rp2,5 juta tersebut terletak pada fitur kameranya. Kamera belakang EVERCOSS A66s memiliki sensor dengan resolusi 13 megapiksel yang didukung dengan

autofocus dan lampu flash LED. Sementara kamera depannya memiliki resolusi hingga 3 megapiksel.

Sementara itu, popularitas phablet Advan kian moncer. Terbukti produknya makin diminati dan dinanti konsumen. Hal ini tidak lepas dari komitmen Advan untuk menyajikan produk berkualitas dan berdaya saing.

Seperti halnya S5G, memiliki spesifikasi layar IPS full high definition (1920 x 1080), kamera 18 MP, memori internal 32 GB, RAM 1 GB, serta prosesor quad-

core. Performanya tidak kalah dengan brand global dan menjadi salah satu produk high-end Advan.

Advan juga memiliki phablet fenomenal lainnya sepanjang 2013, seperti S5F, S5K dan S5E. Malahan untuk penjualan, Vandroid S5E tercatat sebagai phablet terlaris yang mana sepanjang tahun 2013, S5E sudah terjual sekitar 1 juta unit.

Sementara itu, sinergi antara Cyrus dan Telkomsel kembali meluncurkan smartphone Android Cyrus Cerry Slim

yang merupakan kelanjutan dari Cyrus Cerry.

Pada seri sebelumnya, Cyrus lebih mengandalkan kamera dan desain stylist, dan pada seri terbaru, Cerry Slim, Cyrus hadir dengan kamera belakang sebesar 8MP yang dilengkapi flash dan auto focus.

Ponsel pintar terbaru dari Cyrus itu juga dilengkapi kamera depan sebesar 2MP yang mengakomodasi kebutuhan pengguna akan foto diri untuk diupload ke berbagai social media seperti Path, Instagram, ataupun Twitter.

Cerry Slim mengusung sistem operasi Android Jelly Bean serta didukung dengan prosesor 1,2GHZ Quadcore besutan Qualcomm dan 1GB RAM. Untuk urusan konektivitas, Cerry Slim dipersenjatai dual SIM GSM-GSM untuk koneksi data 3G dengan kecepatan download hingga 7,2Mbps dan kecepatan upload hingga 5,76Mbps.

Majalah Gotik bisa di download di:

gotik.indokini.co.id