MONES

14
PENDAHULUAN 1. Latar belakang Usaha peternakan babi merupakan usaha yang sudah dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama, namun belum ditemukan informasi tertulis, kapan sebetulnya peternakan babi di Indonesia dimulai. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa skala usaha peternakan babi sangat beragam. Di beberapa daerah seperti di Tapanuli Utara, Nias, Toraja, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan Barat, dan Irian Jaya ternak babi dipelihara hanya sebagai sambilan usaha keluarga. Babi (umumnya dari jenis lokal) dilepas atau semi-dikurung dan diberikan limbah dapur dan limbah pertanian, sehingga produktivitasnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Namun, di beberapa daerah di Jawa dan Bali, sudah ada peternakan yang berskala besar sebagai penghasil bibit atau babi potong. Berkembangnya hubungan dagang dengan luar negeri telah membuka peluang bagi masuknya jenis babi unggul dan berbagai peralatan dan teknologi yang berkaitan dengan usaha peternakan babi, sekaligus membuka peluang untuk ekspor babi potong. Hal ini memungkinkan berkembangnya usaha peternakan babi ke arah yang lebih maju. Produktivitas usaha peternakan babi dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor internal dikenal faktor bioteknologi yang meliputi teknik pemuliabiakan, pemberian pakan dan mutu gizinya, serta cara mengelola peternakan secara umum dan pengelolaan usahanya. 2. Faktor eksternal juga disebut faktor non teknis seperti kondisi sosial, ekonomi, kebijakan dan aturan pemerintah, serta kondisi alam lingkungan usaha. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya baik secara positif maupun negatif dengan derajat pengaruh yang berbeda yang berubah menurut waktu. Dibandingkan dengan ternak lain, dalam usaha ternak babi terdapat

description

BN

Transcript of MONES

PENDAHULUAN

1. Latar belakang Usaha peternakan babi merupakan usaha yang sudah dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama, namun belum ditemukan informasi tertulis, kapan sebetulnya peternakan babi di Indonesia dimulai. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa skala usaha peternakan babi sangat beragam. Di beberapa daerah seperti di Tapanuli Utara, Nias, Toraja, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan Barat, dan Irian Jaya ternak babi dipelihara hanya sebagai sambilan usaha keluarga. Babi (umumnya dari jenis lokal) dilepas atau semi-dikurung dan diberikan limbah dapur dan limbah pertanian, sehingga produktivitasnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Namun, di beberapa daerah di Jawa dan Bali, sudah ada peternakan yang berskala besar sebagai penghasil bibit atau babi potong. Berkembangnya hubungan dagang dengan luar negeri telah membuka peluang bagi masuknya jenis babi unggul dan berbagai peralatan dan teknologi yang berkaitan dengan usaha peternakan babi, sekaligus membuka peluang untuk ekspor babi potong. Hal ini memungkinkan berkembangnya usaha peternakan babi ke arah yang lebih maju. Produktivitas usaha peternakan babi dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor internal dikenal faktor bioteknologi yang meliputi teknik pemuliabiakan, pemberian pakan dan mutu gizinya, serta cara mengelola peternakan secara umum dan pengelolaan usahanya. 2. Faktor eksternal juga disebut faktor non teknis seperti kondisi sosial, ekonomi, kebijakan dan aturan pemerintah, serta kondisi alam lingkungan usaha. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya baik secara positif maupun negatif dengan derajat pengaruh yang berbeda yang berubah menurut waktu.

Dibandingkan dengan ternak lain, dalam usaha ternak babi terdapat beberapa sifat yang menarik dan menguntungkan sebagai berikut. - Babi merupakan tabungan hidup yang dengan mudah dapat diatur untuk memberi pendapatan secara teratur. - Pertumbuhannya cepat yaitu antara 0.5 0.7 kg perhari, sehingga dalam 150 hari dapat mencapai berat potong yaitu sekitart 100 kg. - Ternak ini prolifik tinggi karena beranak 6 12 ekor per kelahiran dan dalam se tahun dapat beranak 2 kali atau lebih. - Efisien dalam menggunakan makanan, dengan konversi pakan 2..4 3.4 kg per kg kenaikan bobot badan. - Proporsi karkasnya tinggi, yaitu antara 70 80%. - Dapat dipelihara dengan inensif modal sehingga biaya tenaga kerja rerlatif kecil. - Adaptasinya terhadap berbagai tipe usaha tani responsif. - Dapat meningkatkan daya guna hasil ikutan dan limbah agroindustri. - Limbah usahanya berguna sebagai pupuk, gas bio dan media pertumbuhan mikroba penghasil pakan yang lain.

Melihat kenyataan menarik dari ternak babi ini maka tingkat keberhasilan usaha yang dijalankan pada dasarnya tergantung pada kemampuan pengusahanya dalam mengendalikan peranan faktor-faktor penentu dalam usaha mengeksploitasi sifat tersebut. Pada skala usaha kecil, maka usaha peternakan babi merupakan komponen usaha pertanian tanaman pangan atau usaha lain dan peternakan babi hanyalah sebagai usaha sambilan. Sedangkan pada skala usaha besar, tujuan ekonomi semakin menonjol oleh karena itu prinsip ekonomi semakin diintensifkan, sehingga pertimbangan akan pengaruh faktor internal maupun eksternal akan semakin intensif.

TINJAUAN PUSTAKA

Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermancung panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Kadang juga dikenali sebagai khinzir (perkataan Ara. Babi adalah omnivora, yang berarti mereka mengkonsumsi baik daging maupun tumbuh-tumbuhan. Selain itu, babi adalah salah satu mamalia yang paling cerdas, dan dilaporkan lebih pintar dan mudah dipelihara dibandingkan dengan anjing dan kucing ( Anonim. 2008 ). Sesungguhnya babi asli Indonesia adalah babi hutan yang sekarang masih berkeliaran di hutan hutan. Menurut sejarah yang paling terdahulu mejinakkan babi liar ialah orang Eropa memulai memelihara. Maka babi babi yang sekarang ini adalah keturunan babi hutan. Untuk mengusahakan atau memajukan usaha ternak hendaknya mengarahkan usaha tersebut ke tingkat yang lebih menguntungkan. Sehubungan dengan hal ini maka peternak harus bias menghayati pengertian pengertian pemuliabiakan, perkembangbiakan di dalam hubungannya dengan seleksi. Pemuliabiakan berarti mengawinkan sekelompok ternak dengan maksud untuk memperbaiki (menguprade), dan sekaligus mengembangbiakkan. Dengan demikian perkawinan bukan terjadi secara kebetulan atau liar, melainkan terarah dan tertentu. Sehingga sebelum ternak indk dikawinkan terlebih dahulu perlu diadakan seleksi. Seleksi ialah : memilih hewn hewan ternak yang bernilai tinggi. Oleh karena itu untuk mengadakan seleksi haruslah dipilih babi babi yang menguntungkan ( Aak. 1974). Memperkembangbiakan babi berarti mengusahakan agar babi memperoleh keturunan dan kemudian memeliharanya baik baik. Sekedar mengembangbiakkan atau memperbanyak saja tidaklah cukup, tanpa memilih bibit yang bagus seperti di utarakan pada seleksi. Sebagai peternak di dalamusaha mengembangbiakkan sekaligus memuliakan ternak jika tidak demikian tidak dibenarkan. Ternak babi sangat sensitif terhadap pengaruh makanan yang tidak mencukupi dan terhadap tatalaksanaan pemeliharaan yang kurang berhubung karena pertumbuhan yang luar biasa cepatnya dan oleh karena itu menuntut kebutuhan makanan yang bermutu tinggi.ternak babi mempunyai pertambahan berat badan atau pertumbuhan yang lebih tinggi dengan pemberian takaran makanan tertentu jika dibandingkan dengan ternak lain, kecuali ayam broiler yang dipelihara dengan cermat, jug akalori yang berasal dari makanan yang dikandung di dalam bagian bagian yang dapat dimakan dari ternak babi lebih tinggi dibandingkan dengan yang berasal dari jenis ternak lain dengan pemberian takaran zat makanan yang sama (sinombing, 1946).

Tempat dan Tanggal Praktikum

Tempat Praktikum Praktikum ini dilaksanakan di Peternakan Babi Abian Tubuh Cakra milik bapak Made Marta Sumitha.

Hari / tanggal Praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada hari / tanggal : Rabu, 19 Mei 2010.

Tujuan dan Kegunaan Praktikum

Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum ini adalah : 1. Untuk mengetahui cara pemeliharaan ternak babi. 2. Untuk mengetahui jenis-jenis babi. 3. Untuk mengetahui jenis pakan yang diberikan dan pakan tambahannya. Kegunaan Praktikum Adapun kegunaan praktikum ini adalah : 1. Praktikan dapat mengetahui jenis pakan yang diberikan pada ternak babi dan pakan tambahanya. 2. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis babi. 3. Praktikan dapat mengetahui cara pemeliharaan ternak babi.

Materi dan Metode Praktikum

Materi praktikum Alat dan bahan praktikum Adapun alat dan bahan praktikum ini adalah : 1. Ternak babi 2. Alat tulis

Metode Praktikum Praktikum dilakukan secara survey di peternakan babi di Abian Tubuh Cakra. Mengamati kondisi kandang, mengamati jenis babi yang ada di peternakan tersebut.

PEMBAHASAN

Pemeliharaan ternak babi di Abian Tubuh cakra dengan jenis babi durok (jantan), caster elways (betina). Untuk pemisahan babi yang lahir 2 bulan dijadikan bibit, umur 5 bulan untuk penggemukan, dalam 1 minggu pakan yang diberikan 155 kg, adapun makanan tambahan yang diberikan yaitu ampas tahu dan dedak. Pemberian pakannya secara basah, diberikan 2 kali sehari pagi dan sore. Untuk BB jantan 350 kg, dan BB betina berkisar antara 200 250 kg. untuk pemasarannya tidak sulit karena daging babi lebih banyak dan bagus, penjualan babi yang berumur 2 bulan berkisar antara 350 400 ribu tergantung berat badan. Untuk kotorannya dimanfaatkan sebagai pembuatan biogas, jadi kotoranny atidak dibuang sembarangan. Jumlah betina 20 ekor, dan jantan 1 ekor, populasinya 60 ekor. Untuk reproduksinya masih digunakan kawin secara alami. Kondisi kandang di peternakan tersebut cukup bersih.

Berikut ini diperkenalkan beberapa bangsa babi yang populer yaitu : Berkshire. Babi ini dikembangkan di Bergshire (Inggris), merupakan hasil persilangan antara babi Inggris, Cina dan Siam. Babi ini bermuka lebar, moncong pendek dan warna umumnya hitam dengan warna putih pada keenam ujung tubuhnya. Babi jantan dewasa umur satu tahun mempunyai berat 150 kg dan yang betina 110 120 kg. Duroc. Babi ini dikembangkan di Amerika Serikat dengan ciri berwarna merah dan merupakan hasil persilangan babi lokal Afrika atau Spanyol dan Fortugis dengan babi Tamworth. Babi jantan dewasa umur satu tahun mempunyai berat 150 kg dan yang betina 110 120 kg. Hampshire dan Saddleback. Hampshire adalah babngsa babi termuda yang cepat populer. Babi ini dibentuk di Kentucky (Amerika Serikat). Babi ini berwarna hitam dengan warna putih berbetuk pita yang mengelilingi bahi dampai kaki depan. Punggungnya membentuk busur . Babi Saddleback mempunyai ciri yang hampir sama, warna hitam dengan warna putih berbentu pita lebar yang mengelilingi bahu sampai kepada kedua kaki depan. Tamworth. Babi ini dikembangkan di Irlandia, merupakan hasil persilangan antara babi Yorkshire dengan Bergshire. Babi ini berbadan lebar dengan kaki dan moncong panjang. Babi ini berwarna merah emas hingga merah gelap. Yorkshire atau Large White. Babi ini dikembangkan di Inggris dengan nama Large White yang setelah masuk ke Amerika dikenal dengan nama Yorkshire. Babi ini dikenal sebagai babi yang terbesar. Babi jantan dewasa beratnya mencapai 250 300 kg sedangkan yang betina 180 220 kg. Landrace. Babi ini dikembangkan di Denmark pada tahun 1985 dan diberi nama Danis Landrace dan di Swedia disebut Swedish Landrace. Babi ini berbadan panjang. Babi jantan dewasa beratnya mencapai 250 300 kg sedangkan yang betina 180 220 kg. Babi Indonesia. Umumnya berwarna hitam atau belang hitam (dibagian atas dan putih dibagian perut. Kepalanya kecil, moncongnya runcing dengan telinga pendek dan berdiri tegak. Perut hampir menyentuh tanah karena tulang punggung yang panjang dan lemah, serta kaki yang pendek. Beberapa bangsa babi Indonesia yang sudah terkenal misalnya babi Bali, Nias dan Sumba. Popularitas suatu breed, apakah breed murni maupun hasil silangan sangat tergantung pada kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan produsernya. Perlu diketahui bahwa babi-babi putih seperti Large White dan Landrace lebih superior dari babi berwarna seperti Duroc dan Hamshire. Babi apakah yang akan dipelihara dalam satu usaha peternakan, jawabannya sangat tergantung pada tuntutan pasar, sehingga untuk memutuskannya diperlukan berbagai pertimbangan, terutama dalam kaitannya dengan efisiensi produksi. Untuk mendapatkan keuntungan dari kelebihan masing-masing breeds, pengusaha lebih banyak memelihara babi silangan daripada babi murni.

Pemasaran. Oleh karena tuntutan konsumen, dimasa lampau dikenal babi tipe lemak (lard type), tipe daging (meat type) dan tipe bekon (bacon type). Namun saat ini, terutama di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Kanada dan Australia, tipe lemak sudah tidak dikenal lagi karena masyarakat sudah tidak tertarik lagi oleh daging yang berlemak tinggi. Hal ini berkaitan dengan berkembangnya isu bahwa konsumsi lemak merupakan salah satu kemungkinan penyebab timbulnya beberapa penyakit seperti penyakit jantung koroner, atau pengerasan arteri pada manusia yang lebih dikenal dengan sebutan Arteriosklerosis. Dengan demikian saat ini para produsen di negara-nagara maju memusatkan kegiatan industrinya untuk menghasilkan babi dengan produksi daging yang berkualitas, sedangkan negara-negara yang sedang berkembang sudah berada pada tahap penyesuaian.

KESIMPULAN

Kesimpulan Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah ; 1. Ternak babi yang dipelihara di Abian tubuh cakra yaitu jenis durok dan caster elway 2. Berat babi jantan 350 kg, dan betina 200 250 kg, untuk bibit yang dipakai berumur 2 bulan. 3. Pakan yang diberikan yaitu dedak dan ampas tahu dalam keadaan basah. 4. Babi banyak diminati karena memiliki daging yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/Babi Aak. 1974. Beternak Babi. Kanisius. Yogyakarta. Sinombing. 1975. Ilmu Ternak Babi. Institute Pertanian Bogor. Bogor

PENGARUH TARAF PEMBERIAN TEPUNG DAUN BANGUN BANGUN (Coleus amboinicus Lour) DALAM RANSUM INDUK BABI MENYUSUI

M Model dan PolaUsaha memanipulasi pakan untuk dapat meningkatkan produksi ternak adalah hal yang sering kita temukan. Pemberian daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) di dalam ransum dipercaya mampu meningkatkan produksi air susu pada induk yang sedang laktasi. Peningkatan produksi air susu ini akan meningkatkan bobot badan anak yang sedang menyusu. Peningkatan bobot badan anak pada masa menyusu ini akan meningkatkan pendapatan usaha peternakan, khususnya usaha peternakan babi. Ransum yang diberikan pada ternak babi selama penelitian adalah ransum kering dan campuran dari dedak, jagung giling dan tepung daun bangun-bangun dengan berbagai taraf. Selama penelitian berlangsung peternak beberapa kali menggunakan pakan basah berupa ampas tahu kepada semua kelas ternaknya. Penggunaan ampas ini terpaksa dilakukan peternak karena kondisi pasar peternakan babi tidak menentu akibat isu flu babi dimana harga pakan sangat tinggi, sedangkan harga dan permintaan akan ternak sangat rendah. Meskipun terjadi perubahan pakan selama penelitian, pemberian tepung daun bangun-bangun tetap dilakukan sesuai dengan taraf pemberiannya dalam ransum induk babi. Susunan ransum yang diberikan selama penelitian berlangsung disajikan dalam Tabel 8.

Ransum PenelitianBahan Makanan Perlakuan (%) Bahan Makanan R0 R1 R2 R3Jagung Giling 25,00 24,37 23,75 23,12Dedak Halus 75,00 74,38 73,75 73,13 Tepung daun bangun-bangun (TDB) - 1,25 2,50 3,75 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

2. Kandungan Nutrien Hasil analisis proksimat tiap ransum perlakuan (Tabel 8) yang digunakan selama penelitian, disajikan pada Tabel 9. Analisis proksimat ini diperoleh dengan menganalisa setiap sampel ransum perlakuan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Berdasarkan hasil analisa proksimat ini (Tabel 9) diketahui, bahwa semakin tinggi taraf pemberian TDB dalam ransum akan meningkatkan kandungan serat kasar (SK), kalsium (Ca) dan fospor (P) serta menurunkan kandungan protein kasar (PK). Kandungan SK, Ca, dan P yang terdapat didalam TDB menyebabkan terjadinya kenaikan mineral ini didalam ransum perlakuan, penurunan PK disebabkan oleh rendahnya kandungan PK didalam TDB. Kandungan energi metabolik (ME) ransum perlakuan mengalami penurunan sampai pada taraf perlakuan R2, akan tetapi peningkatan energi terjadi pada perlakuan R3. Hal ini mungkin disebabkan adanya human error atau terjadi pencampuran TDB yang kurang merata sehingga bagian yang teranalisis adalah sebagian bahan yang mengandung energi tinggi. Zat Makanan (%)Perlakuan PK SK LK Ca P Fe (mg) ME(kkal/kg) R0 12,79 10,75 9,68 0,08 0,89 11,50 4125 R1 12,30 12,25 9,30 0,09 1,16 12,91 3798 R2 12,01 12,89 7,64 0,14 1,42 14,32 3463 R3 11,75 13,76 6,56 0,27 1,12 15,73 4238Keterangan : PK = Protein Kasar, SK = Serat Kasar, LK = Lemak Kasar, Ca = Kalsium, P = Fospor, EM = Energi Metabolik. R0 = Ampas Tahu (kontrol) atau tanpa penambahan TDB R1 = Ampas Tahu ditambah 1,25% TDB R2 = Ampas Tahu ditambah 2,50% TDB R3 = Ampas Tahu ditambah 3,75% TDB Sumber : Hasil Analisa Proksimat Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2009).

3. Produksi TernakInduk babi menyusui memiliki peranan yang penting dalam peternakan babi untuk menghasilkan ternak babi yang berkualitas. Kualitas induk babi menyusui dapat dilihat dari penampilannya. Indikator penampilan induk babi menyusui dapat dilihat dari jumlah konsumsi ransum, produksi air susu induk (PASI), litter size lahir, litter size sapih dan mortalitas anak. Peningkatan penampilan induk babi pada umumnya akan meningkatkan penampilan anak babi. Penampilan induk babi menyusui selama penelitian disajikan pada Tabel

PerlakuanPeubah R0 R1 R2 R3 RataanKonsumsiRansum(kg/e/h) 3,970,01 4,390,68 4,150,34 3,980,01 4,100,35PASI per menyusui (g/ekor) 172,248,8 216,754,5 229,255,1 204,264,4 207,156,1LitterSizeLahir(ekor) 9,676,02 10,334,16 10,253,86 10,503,87 10,213,90LitterSizeSapih(ekor) 5,672,88 9,665,03 8,001,82 8,502,88 8,003,13Mortalitas anak (%) 33,1329,3 9,5316,5 23,1316,3 11,1714,2 19,0919,2 Keterangan : R0 = 100% ransum biasa + 0% TDB; R1 = 98,75% R0 + 1,25% TDB; R2 = 97,5% R0 + 2,50% TDB;R3 = 96,25% R0 + 3,75 % TDB;

Produksi air susu induk (PASI) babi selama penelitian diukur dengan menghitung selisih bobot badan anak setelah menyusu dengan bobot badan anak sebelum menyusu. Pengukuran PASI ini dilakukan pada hari ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-25 dan ke-30 setelah beranak. Tabel 12 menunjukkan bahwa rataan PASI selama penelitian adalah 207,156,1 g/menyusui. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa taraf pemberian TDB tidak berpengaruh nyata terhadap PASI babi selama penelitian, akan tetapi terjadi peningkatan PASI dari perlakuan R0 (172,2 g/menyusui) sampai R2 (229,17 g/menyusui) kemudian terjadi penurunan pada perlakuan R3 (204,2 g/menyusui). Hasil PASI babi ini yang tidak berbeda nyata diduga disebabkan oleh keadaan induk babi yang tidak seragam, seperti perbedaan bangsa, bobot badan, litter size dan perbedaan kemampuan induk itu sendiri dalam menghasilkan air susu akibat periode laktasi yang berbeda pula. Menurut Parakkasi (1990), produksi susu dipengaruhi oleh oleh genotip, parity, pakan, kondisi tubuh dan litter size dimana semakin banyak anak menyusu cenderung menaikkan produksi air susu induk. Rataan litter size lahir hidup anak babi selama penelitian adalah 10,213,90 ekor. Jumlah ini masih tergolong normal karena menurut Sihombing (2006), seekor induk babi dapat menghasilkan anak sebanyak 8 - 12 ekor setelah periode kebuntingan selama 112 - 120 hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa taraf pemberian TDB yang berbeda dalam ransum induk tidak berpengaruh nyata terhadap litter size anak lahir hidup dari induk babi penelitian. Litter size lahir anak dari tiap induk babi selama penelitian berbeda-beda. Beberapa induk bahkan mampu menghasilkan litter size lahir hidup anak babi sebanyak 16 ekor. Hal ini

1. Polusi Lingkungan Pamanfaatan zat probiotik dalam ransum sangat diperlukan untukmeningkatkan efisiensi penggunaan pakan di samping itu mengantisipasi terhadappencemaran lingkungan oleh bau kotoran dan dapat mengurangi pencemaran padalingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2009. Pengaruh Taraf Pemberian Tepung Daun Bangun-Bangun(Coleus amboinicus Lour. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.