Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

24
N0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 Rp 5000,- (LUAR ACEH Rp 6000,-)

description

Majalah Modus Aceh

Transcript of Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

Page 1: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

N0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 Rp 5000,- (LUAR ACEH Rp 6000,-)

Page 2: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013

DALAM MENJALANKAN TUGAS JURNALISTIK, WARTAWAN MODUS ACEHDIBEKALI KARTU PERS. TIDAK DIBENARKAN MENERIMA ATAU MEMINTA APAPUN

DALAM BENTUK APAPUN DAN DARI SIAPA PUN

2

Penanggungjawab/Pimpinan RedaksiMuhammad Saleh

Direktur UsahaAgusniar

Sekretaris RedaksiJuli Saidi

Redaktur EksekutifDadang Heryanto

Redaktur PelaksanaMartha Andival

Koordinator LiputanMasrizal

Pemasaran/SirkulasiFirdaus, Hasrul Rizal,

Ghifari Hafmar

Sekretariat/ADMDewi Fitriana

Yulia Sari

Kepala Bagian KeuanganAgusniar

Bagian ITJoddy Fachri

Bagian IklanAri Pratama

WartawanMuhammad SalehJuli Saidi, Masrizal

Martha Andival,Dadang Heryanto

Lhokseumawe/Aceh UtaraHasnul Yunus

Aceh Barat Daya/Aceh SelatanJulida Fisma

SabangTri Endang Sundari

Taufik Kurahman

KorespondenNagan RayaAceh BaratTakengon

Aceh BesarAceh Tenggara

Gayo LuesKuala SimpangPidie, LangsaBener Meriah

SimeulueBireuen

Alamat RedaksiJl. T. Panglima Nyak Makam

No. 4 Banda Aceh.Telp (0651) 635322Fax. (0651) 635316,

email:[email protected]

www.modusaceh.com.

Redaksi menerima sumbangantulisan yang sesuai denganmisi tabloid ini. Tulisan diketikdua spasi, maksimal l imahalaman kuarto. Redaksi ber-hak merubah isi tulisan tanpamenghilangkan makna, arti dansubstansi dari tulisan tersebut.Setiap tulisan yang dikirim,harus disertai photo diri.

MODUS ACEHTABLOID BERITA MINGGUAN

BIJAK TANPA MEMIHAK

Redaksi

SALAM REDAKSIalam hidup, bencana kerapdatang silih berganti, sukatidak suka. Tidak sedikitmasyarakat yang menjadi

korban, baik harta benda maupunnyawa. Dibalik itu, setiap bencanadatang, sebuah kelaziman, bantuandatang berbondong-bondong takterkecuali pemerintah. Tujuannya,membantu dan meringankan bebanpara korban.

Begitulah yang tejadi saatgempa Gayo awal Juli 2013 lalu. Pe-merintah dan kelompok ma-syarakat dari berbagai strata, ter-lihat antusias memberi bantuan.Siapa nyana, disinyalir, banyakanggaran yang diduga bocor danmengalir ke kantong-kantongoknum tertentu, tak terkecuali pe-jabat dan aparat keamanan yang

ikut andil dalam tanggap darurat.Apalagi, Pemerintah Aceh menga-lokasikan dana Rp 64 miliar lebihuntuk penanganan tanggap daru-rat paska gempa. Semua itu, men-jadi celah untuk melakukanpenyelewengan.

Adapun Satuan Kerja PerangkatAceh (SKPA) yang bertanggung-jawab dalam pelaksanaan tanggapdarurat ini, masing-masing, BadanPenanggulangan Bencana Aceh(BPBA), Dinas Sosial Aceh, DinasPendidikan, Dinas Kesehatan, DinasBina Marga Aceh dan Dinas CiptaKarya Aceh. BPBA, sebagai lead-ing sector, mendapat ploting ang-garan senilai Rp4,1 miliar lebih.Dana inilah, diantaranya, yangdiduga banyak bocor dan me-nguntungkan sejumlah pejabat di

badan tersebut.Ibarat pepatah, ada gula pasti

ada semut. Walau tanggap darurattak lebih 30 hari, salah satu SKPA,Badan Penanggulangan BencanaAceh (BPBA) mampu menghabis-kan anggaran sebesar Rp 2 miliarlebih dari total anggaran Rp 5 miliaryang tersedia. Walau terkesan tidakmasuk akal, namun hingga kini, tidakada yang merespon.

Ini masih satu SKPA. Lantas,bagaimana dengan SKPA lainnya?Inilah yang jadi soal. Sebab, hinggasaat ini, tiga bulan telah bencana 6,2skala richer di Gayo, pertanggung-jawaban pada proses tanggap tang-gap darurat hingga kini masih sim-pang siur dan tidak dipublikasi kepublik. Adakah yang berani me-ngusut? Kita tunggu!***

LENSA

■ Antaranews.com

Sepulang sekolah, Ibrahim ( 6 tahun ) melakukan pekerjaan rutin sebagai pencuci sepeda motor dikampungnya di Ketoln, Aceh Tengah. ( Kamis, 5 September 2013 ).

■ MODUS ACEH/Martha Andival

D

Page 3: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 3Dibalik Berita

■ Laporan Juli Saidi

RIA energik danmuda itu tiba di Her-mes Hotel, BandaAceh, Rabu pagi pe-

kan lalu. Dia baru saja kembalidari Sabang, meresmikanacara bertajuk: Merajut Indo-nesia.

Di barisan pintu masuk ho-tel, sejumlah insan olahragaAceh dari Komite OlahragaNasional Indonesia (KONI)Aceh dan Pengurus Provinsi(Pengprov) Cabang Olahraga,sudah menunggu.

Tak lama kemudian, Men-

■ Terkait Tuan Rumah PON 2020

Sinyal Redup dari Menpora

teri Pemuda dan Olahraga(Menpora) Roy Suryo turun darimobil. Saat itu, dia didamping-gi anggota DPR RI dari PartaiDemokrat (PD), Muslim danTeuku Rifkie Harsya sertaKadispora Aceh, Bukhari sertapara deputi serta staf ahli Ke-menpora RI. “Selamat datangPak Menteri,” sapa KetuaUmum KONI ACEH, H. Zainud-din Hamid atau akrab disapaLet Bugeh.

Seketika, sapaan LetBugeh dibalas dengan senyumkhas pria berdarah biru asalKesultanan Jogyakarta ini. “Te-rima kasih,,, terima kasih,” ba-las Pak Menteri, sambil ber-salaman. Tak lama kemudian,

menuju salah satu ruang diHotel Hermes.

Hanya beberapa saat ke-mudian, Sekretaris Umum KONIAceh, Muhammad Saleh mem-buka pertemuan. Sebagai pen-gantar, Saleh memaparkan tigaagenda pertemuan yaitu, ten-tang minusnya sarana danprasarana olahraga di Aceh.Kedua, kemungkinan adanyabantuan pelatih nasional untukberbagai cabor di Aceh sertaadanya keinginan Aceh se-bagai tuan rumah Pekan Olahr-aga Nasional (PON) tahun 2020.

“Selamat datang Pak Men-teri, pada pertemuan ini adatiga hal yang ingin kami sam-paikan Pertama, soal infras-truktur, terkait minusnya ang-garan untuk pengadaan alatdan sarana olahraga sertapembinaan atlet maupun ke-inginan Aceh untuk menjadituan rumah PON 2020,” bukaMuhammad Saleh, singkat.

Lalu, disusul sambutan Let

Bugeh. Saat itu, tokoh olahra-ga Aceh ini memaparkan kon-disi sarana dan prasaranaolahraga di Aceh yang mulaikurang laik. Salah satunya, Sta-dion Harapan Bangsa dan Sta-dion Dimurthala Lampineung,Banda Aceh.

Menurut Let Bugeh, paskagempa dan tsunami, 26Desember 2004 silam, stadionkebanggaan rakyat Aceh itu,nyaris rusak parah. “Terutamasarana MCK,” ungkap LetBugeh. Kecuali itu, Let jugamengutarakan keinginan Acehuntuk menjadi tuan rumah PON2020. “Kami sudah koordinasidengan KONI Pusat. Dan, kamisiap menyetor dana Rp 1 miliarsebagai syarat yang diwajib-kan,” kata Let Bugeh.

Nah, menanggapi per-soalan tadi, Menpora men-gakui masih banyak saranadan prasarana olahraga dinegeri ini, yang memerlukananggaran besar untuk mem-bangun serta merawatnya.Menpora Roy Suryo memapar-kan kondisi sarana dan prasa-rana yang ada di Indonesia,paska pelaksanaan PON. “Adayang mampu merawatnya, tapitak sedikit yang sudah sangatmemprihatikan. Ini disebab-kan, biaya perawatan yangtinggi dan minus, sehinggamenjadi terbengkalai. Salahsatunya Stadion di Banjarma-sin,” ungkap Pak Menteri.

Penjelasan Menpora RoySuryo mendapat tanggapandari Pengurus KONI Aceh danPengprov Cabor. Salah satun-ya, Muslim Ayub (PengprovPRSI, red) yang juga anggotaDPR Aceh. Kepada Menpora,

Muslim mengaku PemerintahAceh dibawah kepemimpinandr. Zaini Abdullah-MuzakirManaf, kurang peduli ter-hadap olahraga. “Anggaranbanyak, tapi Pemerintah Acehkurang peduli pada olahraga,”ucap Muslim Ayub.

Itu sebabnya, Muslim sep-akat dengan usulan SekumKONI ACEH, Muhammad Salehagar Menpora mengirimsejumlah pelatih nasional keAceh, terutama bagi caboryang tidak memiliki pelatih ber-standar nasional. Sebaliknya,berbeda dengan Ketua KONIAceh, Let Bugeh yang men-gaku kesulitan dana pembi-naan atlet dan pembangunansarana olahraga di Aceh. Mu-slem justeru mengaku danaberlebih.

“Soal dana saya kira ndakmasalah. Kami cukup punya ban-yak dana hampir Rp 14 triliun.Yang penting saya kira adalah,kepedulian pemerintah daerahterhadap pembinaan olahragayang rendah,” kritik Muslim.

Berbagai usulan yang dis-ampaikan Pengurus KONIAceh, ditanggapi beragamoleh Menpora Roy Suryo. Soaltuan rumah PON 2020 misaln-ya, suami Ismarindayani Priy-anti ini mengaku. Ketersediaansarana dan prasana olahragayang maksimal, menjadi per-timbangan bagi pemerintahpusat untuk menunjuk setiapdaerah sebagai tuan rumahPON. Selain itu, daerah terse-but telah melaksanakan berb-agai event nasional. “Jadi, ban-yak aspek yang menjadi per-timbangan. Soal Aceh ada ke-inginan, itu sah-sah saja dan

P

■ KONI ACEH

Harapan dan keinginan Aceh sebagaituan rumah PON 2020, tipis. MenporaRoy Suryo memberi sinyal, Sumaterasudah dua kali jadi tuan rumah. Ada niatmengalihkan ke Indonesia Timur ataumenggandeng provinsi terdekat.

P

Page 4: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 20134 Dibalik Berita

tetap menjadi catatan saya,”ujar Roy Suryo.

Mempora mencontohkan,pelaksanaan PON XVIII/2012di Pekanbaru, Riau, yang dinilaikurang memuaskan karena se-bagian sarana dan prasaranabelum selesai dibangun. “Ituartinya kegiatan PON bisa dika-takan sukses jika sudah siapsarana dan prasarana olahrag-anya. Masalah di Pekanbaru itujuga mendorong kami untukmemindahkan kegiatan olahr-aga internasional yakni IslamicSolidarity Games (ISG) dariRiau ke Palembang,” ungkapRoy Suryo menambahkan.

Menpora Roy Suryo me-ngaku, untuk menuju PON2020 baru satu provinsi yangtelah mengajukan nama se-bagai tuan rumah yaitu Papua.Bahkan Papua berkeinginansebagai tuan rumah bersamadengan Papua Barat. “Papuasangat berkeinginan besar un-tuk menjadi tuan rumah pelak-sanaan PON 2020. BahkanPapua juga ingin melaksana-kan PON bersama denganPapua Barat,” jelas Roy Soryo.

Lantas, bagaimana denganpeluang Aceh? Menurut Men-pora Roy Suryo, untuk wilayahSumatera, sudah dua kali men-jadi tuan rumah yaitu, PON XVI-2004 di Palembang, SumateraSelatan dan PON XVIII-2012 diPekanbaru, Riau. Bahkan, RoySuryo menegaskan, pada PON2020 mendatang, lebih baiktidak dilaksanakan Pulau Jawa.“Sumatera sudah dua kali,meskipun saya orang Jawa,saya berpikir Jawa juga tidakboleh dulu jadi tuan rumah PON2020,” ujar Roy Suryo panjanglebar, Rabu pekan lalu.

Sinyal tak elok ini menunju-kan, peluang Aceh untuk men-jadi tuan rumah PON 2020 se-makin tipis dari harapan. Begi-tupun kata Roy Suryo, jika Acehberkeinginan menjadi tuan ru-mah, bisa mengajak kerja samadengan Sumatera Utara (Me-dan). Dan itu lebih rasional.

“Kalau Aceh memangberkeinginan menjadi tuan ru-mah maka bisa mengajak ker-ja sama dengan Sumatera Ut-ara, selain itu juga perlu men-ingkatkan sarana dan prasa-rana olahraga,” kata Menporamenjelaskan.

Tak hanya itu, Menpora RoySuryo juga menyarankan Pe-merintah Aceh untuk memban-gun komplek olahraga ter-padu (sport city) seperti di Jak-abaring, Sumsel dan (sportcenter) di Pekanbaru, Riau.Sebab, ketersediaan komplekolahraga terpadu di Aceh, bisadiwujudkan, karena Aceh me-miliki Anggaran Pendapatandan Belanja Aceh (APBA)yang relatif besar. “Jadi, sekalilagi, saran saya, kalau bisa ker-jasama dengan provinsi teta-ngga, silahkan lakukan lobi. Inilebih mudah untuk terlaksana,dibandingkan dengan keingi-nan Aceh sendiri sebagai tuanrumah PON 2020,” kata Men-pora, mengakhiri perte-muan.***

Mahasiswa mendesakZaini Abdullah danMuzakir Manaf mundurdari jabatannya.Dianggap loyo sehinggatak mampu membawarakyat Aceh menjadilebih sejahtera.

■ Laporan Dadang Heryanto

ntuk sebuah aksi demonstrasi,jumlah mereka memang ter-golong sedikit. Tapi jika bicarasoal nyali, puluhan mahasiswa

ini patut diberi apresiasi. Mereka beranidatang langsung ke Kantor GubernurAceh. Tujuannya, mengkritisi Pemerintah-an dr. Zaini Abdullah-Muzakir Manaf.Padahal semua tahu, Zaini-Muzakir atauyang sering disingkat ZIKIR adalah duetkepala daerah yang diusung Partai Aceh(PA). Partai mantan ko-mbatan Gerakan Aceh Mer-deka atau GAM.

Tapi lebel itu tak lantasmengendurkan niat paramahasiswa ini untuk men-yampaikan aspirasi. Takada yang ditahan-tahan. Bi-cara mereka juga cukup lan-tang. Misalnya, memintaZaini Abdullah untuk mun-dur dari jabatannya sebagaiGubernur Aceh karena me-mang sudah lanjut usia.“Sudahlah Abu, Abu sudah lansia. Istira-hat saja,” kata mereka.

Berkaca dari usia, Zaini memangsudah tergolong sepuh. Pria kelahiranBeureunun, Kabupaten Pidie ini sudahberumur 73 tahun. “Tak heran bila gera-kannya sudah lambat dan tak konsen lagimengurusi Aceh,” kata mereka.

“Turun…turun..turunkan ZIKIR. Tu-runkan Zikir sekarang juga”. Begitulahyel-yel yang mereka nyanyikan hampirsepajang aksi berlangsung di teras Kan-tor Gubernur Aceh, Kamis pagi pekanlalu. Desakkan tersebut disampaikanpuluhan mahasiswa yang tergabungdalam Gerakan Mahasiswa dan Pemu-da Aceh (Gempa). Dalam aksi tersebut,para pengunjuk rasa mengusungspanduk dan beberapa poster. Diant-aranya bertuliskan, “Kalau Tidak BisaMemimpin Mundur Saja”, “Rakyat Bu-kan Boneka, Stop Pembodohan RakyatAceh”, dan “Lansia Sudah Saatnya Isti-rahat”.

Indah Pinta Sari, Koordinator aksidalam orasinya menyatakan, sejak dilan-tik 25 Juni 2012, banyak polemik yang ter-jadi dalam kepemimpinan Zaini Abdul-lah dan Muzakir Manaf. Banyak kebija-kan yang mereka ambil tidak memenuhiaspek kebutuhan dasar masyarakat. “Se-masa pemimpinan mereka tidak ada pe-rubahan signifikan dalam menyejahtera-kan rakyat Aceh. Pemerintahan Zaini Ab-dullah dan Muzakir Manaf banyak sekali

■ Mahasiswa Desak Zaini-Muzakir Mundur

Abu Istirahatlah,Usiamu Sudah Lanjut!

membuang waktu untuk kelompoknya,”kata dia.

Selain itu, kata dia, kebijakan yangdiputuskan juga tidak pro terhadaprakyat, sehingga Aceh masih krisis ke-percayaan terharap pemerintahan Zaini

Abdullah dan MuzakirManaf. Pemerintah ZIKIRhanya mengumbar janji-janji kosong, seperti mem-berikan Rp 1 juta per Kepa-la Keluarga (KK) dan akanmenaikan haji orang Acehdengan kapal pesiar.

“Serta banyak masalahlainnya yang gagal ditanga-ni pemerintahan Zaini Ab-dullah dan Muzakir Manaf.Karena itu, kami mendesakmereka mundur dari jaba-

tan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh,”kata Indah.

Menurut penilaian GEMPA, kualitaspendidikan Aceh selama kepemimpinanZIKIR juga sangat bobrok. Ini terlihat jelasdari kelulusan Ujian Nasional (UN) tahunlalu dan perjalanan pendidikan selama ini.Selain itu, kepimimpinan Zaini Abdullahcenderung menjalankan model dinasti.“Meski demikian, bila rakyat Aceh se-jahtera, hal tersebut tidak jadi soal. Tapikenyataan saat ini, Aceh justru mengala-mi kemunduran saat dipimpin oleh Abdul-lah bersaudara, yakni Zaini Abddulah danHasbi Abdullah,” kata Indah. Seharusnya,lanjut Indah, hal tersebut menjadi alat un-tuk meningkatkan sinergisitas antara lem-baga eksekutif dan legeslatif. “Ini malahloyo dan terkesan diam,” kritik dia.

Tak hanya itu. Di bawah kepemimpi-nan ZIKIR, jumlah penganguran di Acehjuga melonjak tajam. Lihatlah, publikasiBadan Pusat Statistik pada Rabu, 6 No-vember 2013 lalu. Lambannya pekerjaanproyek pemerintahan di Aceh telah mem-buat 24 ribu orang kehilangan pekerjaan-nya. Alhasil, angka pengangguran men-ingkat menjadi 32 ribu orang.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)Aceh Hermanto menyebutkan, total jum-lah angkatan kerja di Aceh pada bulanAgustus 2013 mencapai 2,034 jutaorang. Berkurang sekitar 87 ribu orangdibandingkan posisi Februari 2013 yangsebesar 2,122 juta orang. Namun

mengalami penambahan sekitar 56 ribuorang dibandingkan Agustus 2012 yangsebesar 1,978 orang.

Jumlah penduduk yang bekerja diProvinsi Aceh pada Agustus 2013 men-capai 1,825 juta orang, berkurang seki-tar 119 ribu orang jika dibandingkan den-gan keadaan pada Februari 2013 sebe-sar 1,944 juta orang, namun bertambahsekitar 26 ribu orang jika dibandingkandengan keadaan Agustus 2012 sebesar1,799 juta orang.

Sedangkan jumlah penganggur padaAgustus 2013 sebesar 210 ribu, mengal-ami peningkatan sekitar32 ribu orangdibandingkan dengan keadaan Februari2013, yaitu sebesar 178 ribu orang. “Jikadibandingkan dengan keadaan Agustus2012, jumlah penganggur juga mengala-mi peningkatan sebesar 30 ribu orangyaitu sebesar 180 ribu orang,” katanya.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)di Provinsi Aceh pada Agustus 2013 men-capai10,30 persen, lebih tinggi 1,92 pers-en dari TPT bulan Februari 2013 sebesar8,38 persen, dan lebih tinggi 1,2 persen dariTPT bulan Agustus 2012 9,10 persen. Penu-runan pekerja yang paling besar terdapatpada sektor konstruksi yaitu menurun sebe-sar 24 ribu tenaga kerja jika dibandingkandengan keadaan Agustus 2012.

Tak salah, jika para mahasiswa akhirn-ya mendesak Zaini-Muzakir untuk turundari jabatannya. Aksi tersebut nyaris ter-jadi bentrok antara polisi dengan pengun-juk rasa. Mahasiswa yang sebelumnyaberorasi di lobi parkir mencoba mende-kati pintu masuk utama kantor tersebut.

Puluhan polisi yang mengawal unjukrasa itu menghadang pengunjuk rasa. To-lak menolak antara polisi tidak terhindar-kan. Sejumlah pengunjuk rasa mencobamenenangkan rekan-rekannya.

Kurang dari tiga jam berunjuk rasa ditempat itu, mahasiswa akhirnya mem-bubarkan diri dengan tertib. Sebelumn-ya, massa mahasiswa sempat mendesakGubernur Aceh menjumpai mereka, na-mun desakan tersebut tidak diresponshingga akhirnya massa mahasiswa mem-bubarkan diri.

Lantas, bagaimana dengan kritikanGubernur Aceh, dr. Zaini Abdullah sudahlanjut usia? Faktanya memang demikian.Sudahlah Abu, usiamu kini sudah tua***

U■ MODUS ACEH/Dadang Heryanto

dr.H. Zaini Abdullah

Page 5: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 5Parlementaria DPRK Banda Aceh

DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA ACEHMengucapkan

Jamaluddin, STKetua

Bukhari, A.ks, M.MKepala

Nurchalis, SPSekretaris

Oleh Ketua Umum DPP KNPI Taufan E.N Rotorasiko,di Anjong Mon Mata Banda Aceh,

Rabu 6 November 2013.

Disaksikan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga KRMTRoy Suryo dan Gubernur Aceh, dr. H. Zaini Abdullah

Semoga Sukses Mengemban AmanahOrganisasi dan Pemuda Aceh, serta

Senantiasa Mendapat Petunjuk Allah SWT.

PENGURUS DPD KNPI ACEHPERIODE 2013 - 2016

Selamat dan Sukses atas Pelantikan

Mengucapkan

Jamaluddin, STKetua

Nurchalis, SPSekretaris

Oleh Ketua Umum DPP KNPI Taufan E.N Rotorasiko,di Anjong Mon Mata Banda Aceh,

Rabu 6 November 2013.

Disaksikan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga KRMTRoy Suryo dan Gubernur Aceh, dr. H. Zaini Abdullah

Semoga Sukses Mengemban AmanahOrganisasi dan Pemuda Aceh, serta

Senantiasa Mendapat Petunjuk Allah SWT.

PENGURUS DPD KNPI ACEHPERIODE 2013 - 2016

Selamat dan Sukses atas Pelantikan

KOMITE OLAHRAGA NASIONAL INDONESIA (KONI)ACEH

Muhammad SalehSekretaris Umum

H. Zaiunuddin Hamid (Let Bugeh)Ketua Umum

Dewan Kota BandaAceh terus memacutingkat IndekPembangunan Manusia(IPM). Ini dilakukandengan meningkatkanlaju pertumbuhansektor pendidikan,kesehatan, danekonomi masyarakat.

■ Laporan Masrizal

EWAN Perwakilan RakyatKota (DPRK) Banda Aceh, ter-us meningkatkan laju pertum-buhan Indek Pembangunan

Manusia (IPM) atau human Develop-ment Indeks warga Kota Banda Aceh.Caranya, dengan mengenjot seluruhSatuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD), untuk terus melakukan pro-gram pro rakyat. Hasilnya, angkakesejahteraan ekonomi, kesehatan,dan pendidikan terus meningkat.

“Orang-orang yang mempunyai usa-ha kecil terus di dorong dengan memberi-kan akses- permodalan dengan murahbunga. Bahkan ada yang tidak diambil

Terus Pacu Tingkat IPMbunganya,” kata Ketua KomisiA, Sabri Badruddin. ST, Jumatpekan lalu di ruang kerjanya.

Menurut dia, IndekPembangunan Manusiadigunakan sebagai alatukur kemajuan suatu daer-ah. Tolak ukur itu akan dil-ihat pada pertumbuhantingkat pendidikan, kese-hatan dan ekonomimasyarakat. “Tiga indika-tor itu menjadi tolak ukur, sehinggamunculnya Indek PembangunanManusia,” ujar politisi dari PartaiGolongan Karya (Golkar).

Meski demikian, sambungnya,saat ini IPM Kota Banda Aceh beradapada peringkat pertama di Aceh. Bah-kan lebih tinggi dari IPM Aceh. “IPMBanda Aceh Alhamdulillah relatif leb-ih bagus dari pada Indek Pemban-guan Aceh. kalau di Banda Aceh nilaiindeksnya sekitar 78, sedangkan un-tuk Aceh nilainya 72,” jelas Sabri.

Selain itu, yang dapat mempen-garuhi tingkat IPM adalah pendapa-tan per kapita dalam setahun. Dikata-kannya, untuk warga Kota BandaAceh, pendapatan rata-rata per kap-ita Rp 37-38 juta dalam setahun.

“Ini di atas rata-rata pendapatanper kapita secara nasional yang han-ya memperoleh Rp 35 juta pertahun.

Apa lagi Aceh yang han-ya Rp 17 juta per kapitapertahun,” terang anggo-ta dewan dari daerah pe-milihan (Dapil II) Kecama-tan Kuta Alam, BandaAceh.

Sementara tingkat ke-miskinan, saat ini KotaBanda Aceh lebih baikdaripada nilai rata-ratanasional. Jika nilai rata-rata

nasional berada pada angka 11 pers-en, Kota Banda Aceh hanya beradapada posisi 9 persen.

“Sedangkan Aceh sangat belumbaik, angkanya hampir 18 persen. Danitu menunjukkan, kita (Aceh) padaposisi kelima jumlah penduduknyatermiskin secara nasional. Artinya,ini tidak ada kolerasi positif antarabanyaknya anggaran dengan angkakemiskinan. Ini tentu menjadi Peker-jaan Rumah (PR) bagi PemerintahAceh,” terang dia.

Meski demikian, sambung Sabri,DPRK dan Pemerintah Kota BandaAceh tidak hanya bertahan pada po-sisi yang sudah ada. “Kita ingintingkatkan terus sehingga IPM KotaBanda Aceh bisa bersanding dengankota-kota besar lainnya di Indonesia.”

Caranya dengan membuat pro-gram-program dan menempatkan

anggaran di dunia pendidikan, kese-hatan dan medorong masyarakat un-tuk memiliki sumber-sumberekonomi baru. “Kita beri akses per-modalan untuk orang yang kurangmodal sehingga dia bisa berusaha,”tegasnya.

Selain itu, DPRK dan Pemko BandaAceh terus melakukan peningkatanIPM secara nasional. Menurut Sabri,itu adalah sebuah keharusan danpada hakikatnya kehidupan wargarepublik ini bisa sejahtera baik segipendidikan, kesehatan dan ekonomi.“Itu sudah menjadi keharusan. Tujuanpemerintah seperti itu, selain melaku-kan pembangunan infrastruktur danfisik,” jelasnya.

Jika dilihat secara internasional,Indonesia masih rendah tingkat IPMdari Singapura, Malaysia, dan negaratetangga lain. Oleh karena itu, di-harapkan setiap daerah terus melaku-kan terobosan agar IPM nasional jugaterus meningkat.

Sementara kepada PemerintahAceh, Sabri berharap, agar menjadi-kan IPM sebagai tolak ukur dalammelakukan rencana pembangunan.“Terlebih lagi Aceh memiliki danayang sangat besar, sehingga dapatmensejahterakan rakyatnya dari segipendidikan, kesehatan, dan ekonomi,”pesan anak muda ini.***

D

Sabri Badruddin. ST

Page 6: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 20136 Utama

■ Laporan Dadang Heryanto

ENCANA itu telah lamaberlalu. Tapi jangan ta-nya bagaimana prosesrehabilitasi dan rekon-struksinya. Hingga kini,masyarakat di Kabupat-

en Bener Meriah dan Aceh Tengah,masih saja terlunta-lunta. Tengoklah,janji pemerintah pusat dan Pemerin-tah Aceh untuk mengembalikantatanan kehidupan masyarakat di

Jenis Kerusakan Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah TotalRusak Berat Rp 40.000.000 Rp 20.000.000 Rp 60.000.000Rusak Sedang Rp 20.000.000 Rp 20.000.000 Rp 40.000.000Rusak Ringan Maksimal Rp 10.000.000

BANTUAN UANG UNTUK PERBAIKAN RUMAH KORBAN GEMPA GAYO

sana, faktanya hingga saat ini belumjuga dimulai pelaksanaanya. Tak he-ran, para korban gempa tektonikyang terjadi 2 Juli 2013 lalu itu,meradang.

Tak salah pula jika merekamelakukan unjuk rasa, memperta-nyakan kejelasan dana bantuan yangdijanjikan pemerintah tersebut. Itu di-lakukan warga korban gempa bersa-ma aktivis Himpunan Mahasiswa Is-lam (HMI) Aceh Tengah, Kamis pagipekan lalu.

Mereka menggelar aksi demon-strasi ke Kantor DPRK Aceh Tengah

untuk menuntut pemerintah segeramerealisasikan dana bantuan bagipara korban gempa yang pernah di-janjikan sebelumnya. Hal ini dianggappenting. Apalagi, aroma tak sedapsempat menyeruak pada proses pel-aksanaan tanggap darurat dulu. Ban-yak anggaran yang diduga bocor danmengalir ke kantong-kantong oknumtertentu.

Itulah diantaranya, mengapa parademonstran kemudian mendesak ko-mitmen pemerintah pusat, Pemerin-tah Aceh, dan Pemkab Aceh Tengahsegera mempercepat bantuan rehab-rekon dan dan penyaluran cash forwork. “Pemerintah masih plin-planmengenai realisasi bantuan ini,” KataKetua HMI Aceh Tengah FazriansyahLingga, didampingi Koordinator ZufiWin Gayo dalam orasinya. “Wakilrakyat jangan tidur dan duduk santai

di kursi yang em-puk, sementaramasyarakat kor-ban gempa Gayotidur di bawahtenda,” kritik in-san kampustersebut.

Seperti biasa,

jawaban pemerintah memang norma-tif saja. Sekdakab Aceh Tengah Taufiksaat itu mengatakan, akibat kerusa-kan gempa yang sangat parah, ban-tuan pemerintah pusat mutlak dibu-tuhkan untuk menanganinya. Sepertipejabat-pejabat lainnya, Taufik jugameminta para korban gempa untuktetap bersabar. “Rapat koordinasi ter-us kita lakukan dan masyarakat ter-masuk mahasiswa diminta berparti-sipasi untuk meyakinkan masyarakatagar menunggu proses pencairandana,” katanya.

Desakan melalui aksi demonstra-si memang cukup wajar dilancarkanmahasiswa dan warga korban gem-pa. Pangkal persoalan memang jelasada pada pemerintah sendiri. Lihat-lah, pemerintah kerap mengulur-ulurwaktu pelaksanaan rehabilitasi dan re-konstruksi paska gempa tersebut.Awalnya, proses tersebut dijanjikanakan dimulai pada September 2013lalu.

Bahkan, korban gempa juga dijan-jikan akan menerima bantuan cash forwork. Dana cash for work merupakanbantuan pemerintah sebagai bentukgotong royong masyarakat member-sihkan reruntuhan gempa. Alokasi

Ratusan massa dari kader Himpunan MahasiswaIslam (HMI) menggelar aksi demonstrasi. Merekamenuntut pemerintah merealisasikan danabantuan gempa Gayo. Maklum, masih sekedarjanji-janji.

B

■ THE GLOBE JOURNAL

Page 7: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 7Utama

Cash for work diperkirakan men-capai Rp 33 miliar. Sedikitnyaada sekitar 966 kelompokmasyarakat yang akan meneri-ma aliran cash for work dari pe-merintah.

Dana cash for work sepertidiungkapkan Kepala BNPBSamsul Ma’arif beberapa wak-tu lalu akan segera diterima parakorban. Setiap kepala keluargaakan menerima Rp 50 ribu perhari, terhitung sejak tanggal 17Juli 2013. Sistem ini juga dise-but-sebut yang pertama sekalidi Indonesia . Rumah kategorirusak sedangkan rusak beratdiberikan 60 hari dan rusak rin-gan 30 hari.

Disamping itu, pemerintahjuga sudah mengalokasikandana Rp 1,7 triliun untuk pelak-sanaan rehab-rekon di Gayo,meski total kerusakan akibatgempa diprediksi mencapai Rp2,4 triliun lebih. Dana tersebutbersumber dari APBN, APBA,serta APBK Aceh Tengah danBener Meriah. Pemerintah pusatakan menyalurkan Rp 900 mil-iar, sedangkan sisanya ditang-gung Pemerintah Aceh bersamaPemkab Aceh Tengah dan Ben-er Meriah. Ploting anggaran inidinilai akan mencukupi kebutu-han pelaksanaan rehab-rekon diGayo hingga masyarakat ked-ua daerah itu bisa kembali hidupsecara normal. Dana, inilah yangdijanjikan akan segera disalur-kan. Tapi belakangan, pemerin-tah kembali mengulur waktuhingga awal Desember 2013mendatang.

Tak heran jika para korbansemakin gerah. Apalagi, akandihadapkan dengan proses mat-inya sistem penganggaran. Se-mua tahu, batas penggunaananggaran belanja, baik APBN,APBA dan APBK akan berakhirpada pertengahan Desember2013 berjalan. Kondisi inilahyang membuat masyarakatGayo semakin meradang. Mere-ka menilai, Badan Penaggulan-an Bencana Daerah, baik provin-si dan kabupaten kota, terkesantak bekerja.

“Ini berlarut-larut karenaproses pendataan yang takrampung-rampung. Jika nantiakhirnya pencairan dana ter-bentur dengan matinya angga-ran, maka pemerintah daerahdan perangkatnya harus ber-tanggungjawab,” kata wargakorban gempa.

Bupati Aceh Tengah Na-saruddin, 30 Okotber 2013 lalumengatakan, leletnya pelaksan-aan rehab-rekon bukanlah fak-tor kesengajaan. “Tetapi karenapemerintah daerah bersamaBNPB belum rampung melaku-kan pendataan secara akurat,”katanya. Tapi saat ini, kata dia,prosesnya sudah memasuki ta-hap akhir, yakni proses me-nyeleksi para fasilitator. “Nantidalam pelaksanaan rehab-rekonakan didampingi para fasilitatoryang paham akan pekerjaanyang dilakukan. Awal Desembersudah berjalan,” kata Nasarud-din. Benarkah? Sampai kapanjanji itu akan terealisasi?***

Pelaksanaan tanggapdarurat Gempa Gayo,memang sudah lamaberakhir. Tapi, masihmenyisakan aroma taksedap. Alokasi anggaranbencana yang sejatinyauntuk para korban,diduga banyak yangbocor dan mengalir kekantong sejumlah oknumpejabat.

■ Laporan Dadang Heryanto

AK jatuh ketimpa tangga. Bolehjadi, kondisi inilah yang dialamikorban gempa di KabupatenBener Meriah dan Aceh Ten-

gah, beberapa waktu lalu. Sudah men-derita karena bencana, kabarnya, ane-ka bantuan yang sepatutnya disalurkanuntuk membantu mereka, ikut dinikmatioknum pejabat tertentu, baik sipil mau-pun militer.

Tentu bukan dana bantuan yang dia-lokasikan untuk rehab-rekon paska gem-pa. Sebab, dana ini memang belum dis-alurkan pemerintah. Tapi, bau tak sedapitu justeru menyeruak dari proses pelak-sanaan tanggap darurat yang berlang-sung Juli hingga Agustus 2013 lalu.

Semua tahu, Pemerintah Aceh men-galokasikan dana cukup besar, senilai Rp64 miliar lebih, untuk penanganan tang-gap darurat paska gempa tektonikberkekuatan 6,2 skala richter, yangmenghantam dataran tinggi Gayo, 2 Juli

Meraup Rupiah dariBencana Gayo

2013 lalu. Karena itu wajar, dampak yangditimbulkan dari musibah ini memangcukup parah. Ada 42 orang meninggaldunia, lima hilang dan ribuan rumah, fa-silitas umum, tempat ibadah, saranakesehatan, serta perkantoran pemerin-tah, ikut porak-poranda.

Tentu, untuk penanganan masa tang-gap darurat, dibutuhkan energi dansumber daya yang tak sedikit. Misal, un-tuk mengevakuasi korban dan memo-bilisasi bantuan, seperti, pangan, san-dang dan obat-obatan. Pemerintah harusbenar-benar memastikan kebutuhan initersedia. Itu sebabnya, Gubernur Acehmelalui keputusannya Nomor: 360/574/2013, menyetujui Penggunaan BelanjaTidak Terduga yang bersumber dariAPBA 2013 senilai Rp 64 miliar lebih.

Adapun Satuan Kerja Perangkat Aceh(SKPA) yang bertanggungjawab dalampelaksanaan tanggap darurat ini, masing-masing, Badan Penanggulangan Benca-na Aceh (BPBA), Dinas Sosial Aceh, DinasPendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas BinaMarga Aceh dan Dinas Cipta Karya Aceh.BPBA, sebagai leading sector, mendapatploting anggaran senilai Rp4,1 miliar leb-ih. Dana inilah, diantaranya, yang didugabanyak bocor dan menguntungkansejumlah pejabat di badan tersebut.

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan(PPTK) BPBA untuk Tanggap DaruratGayo Ibnu Sa’dan, beberapa waktu lalupada MODUS ACEH mengatakan, totaldana tersebut berhasil dibelanjakanhabis untuk kebutuhan tanggap daruratgempa Gayo.

Memang, data yang dimiliki MODUSACEH, Rp 4,1 miliar lebih itu sejatinyadigunakan untuk membiayai berbagaikebutuhan. Ambil contoh, untuk pen-gadaan Pangan dan Air Minum, seperti,air kemasan, soft drink, minyak goreng,

gula pasir, kecap dan mie instan. BPBAmengalokasikan sekitar Rp594 juta leb-ih untuk bantuan ini. “Disisi lain, bantuandari pihak ketiga untuk berbagai kebu-tuhan serupa juga mengalir besar saatitu, sehingga sangat mudah disalahgunakan karena berpotensi tumpang tin-dih,” kata seorang sumber. “Tapi ini sulitdibuktikan karena barang habis pakai.”

Lain halnya untuk bantuan Sandang,seperti, matras, handuk, selimut, muke-na dan tikar. Untuk ini, BPBA mengaloka-si sekitar Rp513 juta lebih. “Ini tentu bisaditelusuri. Apalagi bantuan jenis ini jugabanyak mengalir dari pihak ketiga,” katasumber tersebut. Tapi dari sederet plot-ing anggaran tersebut, alokasi dana un-tuk Operasional Pos Komando-lah yangpaling mencengangkan. Bayangkan,BPBA berhasil menghabiskan Rp2,7 mil-iar lebih untuk Operasional Pos Koman-do ini. “Disinilah agaknya yang tak ma-suk akal,” kata sumber tadi.

Data yang dimiliki MODUS ACEH,BPBA berhasil membelanjakan Rp 2,7miliar tersebut, antara lain, untuk biayasewa kenderaan roda empat sebanyak10 unit selama 38 hari. Untuk ini, BPBAmenghabiskan anggaran sekitar Rp152juta. Sejumlah sumber di internal BPBAyang diwawancarai MODUS ACEH men-gatakan, nyaris tak ada penggunaan jasamobil rental dalam pelaksaan tanggapdarurat saat itu. BPBA, kata dia, banyakmenggunakan kendaran dinas yangmemang sudah tersedia di badan terse-but. “Itulah sebabnya, jika memang adakontrak kerja dengan pihak ketiga ter-kait mobil rental ini, patut diduga ada yangfiktif,” kata sumber itu.

Selain itu, yang membuat mata kianterbelalak, BPBA juga kabarnya meng-habiskan dana sekitar Rp 1,3 miliar lebihuntuk membayar uang lelah sebanyak

B

■ LINTASGAYODemo Korban Gempa di DPRK Aceh Tengah.

Page 8: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 20138 Utama

1944 orang selama 14 hari sejak 2 hing-ga 16 Juli 2013 (masa tanggap darurat-red). “Sungguh angka yang fantastis,”kata sumber MODUS ACEH. Menurutdia, relawan yang ada di Pos KomandoBPBA berjumlah tak lebih dari seratu-san orang. “Kecuali jika BPBA juga me-masukkan aparat TNI/Polri dalam kat-agori yang mendapat uang lelah, inibaru masuk akal,” katanya.

Tak hanya itu. BPBA juga kabarnyamengalokasikan anggaran senilaiRp486 juta lebih untuk membayar uanglelah sebanyak 389 orang selama 25hari sejak 17 Juli hingga 10 Agustus 2013(masa transisi darurat-red). Tapi lagi-lagi, tenaga yang digunakan BPBA ten-tu tak sebanyak itu. Apalagi ada bany-ak relawan dari berbagai intansi yangwara-wiri di Gayo paska bencana saatitu. “Tak salah jika banyak yang me-nilai alokasi dana tersebut banyak yangfiktif atau setidaknya dimark-up,” kata

sumber MODUS ACEH.BPBA memang sangat berpotensi

memainkan anggaran tersebut untukkeuntungan oknum-oknum di dalamn-ya. Sumber lain-tak usahlah disebut na-manya-mengatakan, kontrak kerja den-gan pihak ketiga kebanyakan dilaku-kan setelah pendistribusian barang se-lesai. “Jadi kontraknya seperti berlakusurut,” kata sumber itu. Pendistribusian,kata dia, lebih dulu dilakukan oknum-oknum pejabat setempat.

Kepala Badan PenanggulanganBencana Aceh Jarwansah yang dikon-firmasi MODUS ACEH membantah haltersebut. Jarwan mengatakan, semuakontrak dibuat sebelum pendistribu-sian barang. “Setelah kontrak selesai,baru pendistribusian barang dilaku-kan,” katanya. Sedangkan laporan per-tanggungjawaban, kata Jarwan, bolehdiserahkan belakangan.

Menurut Jarwan, seluruh pertang-

gungjawaban pelaksanaan tanggapdarurat Gayo telah selesai dikerjakandan telah diserahkan pada PemerintahAceh. “Total anggaran yang diserapBPBA lebih dari Rp 5 miliar. Seingat sayaitu banyak terserap untuk membayaruang lelah yang nilainya mencapai Rp2 miliar lebih. Laporannya juga sudahkita serahkan sebulan paska berakhirn-ya masa tanggap darurat,” katanya.“Tapi untuk laporan persisnya, silakahhubungi bendahara Tanggap DaruratBPBA, Fazli,” saran Jarwansah.

Sementara itu Fazli mengatakan,khusus SKPA BPBA berhasil menyerapanggaran senilai Rp 5,4 miliar lebih.Dana-dana tersebut, kata dia, di-gunakan untuk pengadaan berbagaikebutuhan masa tanggap darurat, sep-erti, pangan, sandang, membayar uanglelah relawan, petugas dan kebutuhanoperasional, seperti BBM, konsumsi danlainnya. “Semua ada pertanggung-

jawabannya,” kata Fazli pada MODUSACEH, Jumat pekan lalu.

Senada dengan Jarwansah, menu-rut Fazli, besarnya nilai pembayaranuang lelah lantaran BPBA mengako-modir seluruh relawan dan petugas darilima SKPA yang ada. “Jadi semua rela-wan SKPA yang terlibat dalam tanggapdarurat itu kita yang bayar, makanyajumlahnya jadi ribuan,” jelasnya. Fazlijuga membantah bahwa ada kontrakfiktif, seperti, kontrak pengadaan jasamobil rental. “Kita memang meng-gunakan jasa mobil rental. Seingat sayaitu ada lima unit,” katanya.

Yang jadi soal adalah, pengakuanJarwansah dan stafnya, Fazli, tak mem-buat para aktivis anti korupsi dari Ger-akan Rakyat Anti Korupsi (GeRAK)Aceh mengamini dan yakin. Simak saja,Koordinator Gerak Aceh Askhalani just-eru menilai, sudah jamak terjadi bilaproses penanganan tanggap daruratpenuh dengan aroma dugaan korupsi.Itu sebabnya, kata Askhal, aparat pene-gak hukum tak boleh tinggal diam.

Dia mendesak Badan PemeriksaKeuangan (BPK) RI Perwakilan Acehuntuk melakukan audit forensik terkaitpelaksanaan tanggap darurat ini. “Kitamelihat memang seperti tidak ada eva-luasi dari aparat hukum. Ada apa ini?.Karena itu, kita juga mendesak BPK RIuntuk melakukan audit forensik untukpelaksanaan tanggap darurat,” kataAskhalani. Apa yang dikatakan Askhalini memang ada benarnya.

Apalagi, kata Askahal, tak hanyaBPBA yang telibat dalam menjalankanproses tanggap darurat. Tak tertutupkemungkinan di beberapa SKPA lain-nya, seperti, Dinas Sosial, Dinas Kese-hatan, Dinas Pendidikan, Dinas BinaMarga dan Dinas Cipta Karya, juga adadugaan-dugaan serupa. Akankah apa-rat hukum mau lebih proaktif melaku-kan penelusuran. Entahlah.***

■ theglobejournal

■ MODUS ACEH/Martha Andival

Page 9: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 9Utama

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Rp 4,116,725,000 PANGAN DAN AIR MINUM Rp 594,695,000 Air Minum Dalam Kemasan 10,000 Kotak 16,500 165,000,000Soft Drink 2,000 Lusin 45,500 Rp 91,000,000Minyak Goreng 750 Liter 16,000 Rp 12,000,000Gula Pasir 4,200 Kg 18,000 Rp 75,600,000Beras 6,000 Kg 12,000 Rp 72,000,000Terigu 210 Kg 9,500 Rp 1,995,000Mie Instan 1,000 Kardus 60,000 Rp 60,000,000Kecap 800 Botol 17,500 Rp 14,000,000Garam Dapur Beryodium (Kemasan) 1 Paket 2,100,000 Rp 2,100,000Susu Kental Manis 1,000 Kaleng 13,000 Rp 13,000,000Ikan Kaleng 1,050 Kaleng 15,000 Rp 15,750,000Sambal 2,000 Botol 9,000 Rp 18,000,000Ikan Asin 150 Kg 65,000 Rp 9,750,000Sayur Mayur dan Bumbu Masak 14 Paket 2,500,000 Rp 35,000,000Kacang Hijau 500 Kg 19,000 Rp 9,500,000 SANDANG Rp 513,480,000 Matras 600 Buah 160,000 Rp 96,000,000Handuk 1,200 Lembar 55,000 Rp 66,000,000Selimut 800 Lembar 80,000 Rp 64,000,000Kelambu 756 Lembar 80,000 Rp 60,480,000Daster 1,400 Lembar 60,000 Rp 84,000,000Pembalutan Wanita 100 Pack 35,000 Rp 3,500,000Pampers 100 Pack 35,000 Rp 3,500,000Mukena 600 Lembar 80,000 Rp 48,000,000Tikar 800 Lembar 110,000 Rp 88,000,000 OPERASIONAL POS KOMANDO Rp 2,790,050,000 Biaya Sewa Kenderaan Roda 4 (Empat)(10 Unit x 38 Hari) 380 Hari 400,000 Rp 152,000,000Sewa Truck (Pengangkutan Material Bantuandari seluruh Aceh) 12 Unit 4,000,000 Rp 48,000,000Biaya Bahan Bakar Minyak Bensin 10,000 Liter 6,500 Rp 65,000,000Biaya Bahan Bakar Minyak Solar 8,000 Liter 5,500 Rp 44,000,000Biaya Operasional Mobil Dapur Umum(4 Unit x 38 Hari) 152 Hari 1,000,000 Rp 152,000,000Biaya Makan dan Minum Relawan/PetugasPosko (20.000 Bungkus) 20,000 Bungkus 14,000 Rp 280,000,000Biaya Snack Rapat-Rapat Posko (10.000 Kotak) 10,000 Kotak 7,000 Rp70,000,000Mobilisasi Relawan/Petugas,Kenderaan dan Peralatan 1 Kegiatan 102,000,000 Rp 102,000,000Uang Lelah petugas lapangan: - 200 Org x 14 hari 0 OH 275,000- Periode Tanggap Darurat 2 s/d 16 Juli 2013(1944 Org x 14 hari) 27,216 OH 50,000 Rp 1,360,800,000- Periode Transisi Darurat 17 Juli s.d 10 Agst(389 x 25 hari) 9,725 OH 50,000 Rp 486,250,000Biaya Sewa Penginapan (10 Kamar x 12 Hari) 120 Hari 250,000 Rp 30,000,000 PENDUKUNG OPERASIONAL POS KOMANDO Rp 152,000,000 Biaya Alat Tulis Kantor Untuk Posko 1 Kegiatan 20,000,000 Rp 20,000,000Biaya Dokumentasi dan Publikasi 1 Kegiatan 35,000,000 Rp 35,000,000 Biaya Pengadaan Obat-obatan UntukPengungsi dan Petugas 1 Paket 38,000,000 Rp 38,000,000Biaya Penyusunan dan Penggandaan Laporan 1 Kegiatan 10,000,000 Rp 10,000,000Biaya Servis Kenderaan Operasional (14 Unit ) 14 Unit 3,500,000 Rp 49,000,000 ALAT PENDUKUNG PETUGAS PELAKSANA KEGIATAN DARURAT RP 66,500,000 Topi 100 Buah 25,000 Rp 2,500,000Jaket 100 Buah 200,000 Rp 20,000,000Jaket Hujan 100 Buah 75,000 Rp 7,500,000Baju Kaos 100 Lembar 50,000 Rp 5,000,000Sepatu Boat Lapangan 100 Pasang 250,000 Rp 25,000,000Selimut Petugas 100 Lembar 65,000 Rp 6,500,000

Alokasi Anggaran Tanggap Darurat SKPA BPBA

Page 10: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 201310 Hukum

Mantan BupatiBireuen NurdinAbdul Rahmantersandung kasusdugaan korupsi.Setelah sempatditahan tiga haridi sel MapolresBireuen, akhirnyadiberipenangguhanpenahanan.Melanjutkantradisi pendahulu.

■ Laporan Hasnul Yunus

ANTAN Bupatitersandung kasusdugaan korupsi itubiasa. Tapi, kalau

dua mantan Bupati dalamkabupaten yang sama terjer-embab pada kasus serupa.Nah, ini baru luar biasa. Faktapahit itulah yang terjadi diKabupaten Bireuen. Bayang-kan, setelah mantan Bupati Bi-reuen Drs Mustafa A. Glanga-ng alias Gus Mus. Nasib apesjuga dialami, Drs. H. NurdinAbdul Rahman.

Seakan sudah menjadi tra-disi. Usai menjadi orang nomorsatu di Kota Juang (Bireuen),mantan pejabat di sana, ter-paksa harus berjuang dari jer-atan hukum. Yang tak elok ad-alah, karena tuduhan dugaanpraktik korupsi.

Jumat dua pekan lalu, ma-grib baru saja usai. Denganlangkah gontai empat orangpria keluar dari ruangan KanitTindak Pidana Korupsi (Tip-ikor-red) Polres Bireuen menu-ju ruangan Kasat Reskrim. Di-antaranya tampak mantan Bu-pati Bireuen Nurdin Abdul Rah-man.

Tak sendiri, Nurdin AbdulRahman ditemani tiga oranglainnya. Mereka adalah man-tan Direktur Badan LayananUmum Daerah (BLUD) RumahSakit Umum Daerah (RSUD)Bireuen, dr Yurizal dan dr Chan-dra. Selain itu, ada juga Isfanni,mantan bendahara pengelua-ran rumah sakit.

Mereka tersandung kasusdugaan korupsi dana BadanLayanan Umum Daerah(BLUD) Rumah Sakit UmumDaerah (RSUD) Bireuen. Taktanggung-tanggung, jumlah-nya mencapai Rp 1,6 miliar.Kasus itu terjadi saat Nurdinmenjabat sebagai Bupati Bi-reuen.

Proses pemeriksaan cukupmemakan waktu dan berlang-

■ Drs. H. Nurdin Abdul Rahman Tersandung Dugaan Korupsi

Melanjutkan Tradisi Pendahulu

sung hampir sembilan jam.Mereka ditohok penyidik de-ngan berbagai pertanyaan se-jak pukul 10.00 WIB-18.30WIB. Tak datang sendiri, mere-ka juga didampingi para kua-sa hukumnya serta sejumlahsaudara dan keluarga.

Di ruangan Kasat Reskrimmereka menandatangani suratpenetapan sebagai tersangka.Saat itu juga Polres Bireuenlangsung mengeluarkan suratpenahanan terhadap tersang-ka. Setelah selesai menanda-tangani berkas-berkas terse-but, para tersangka kembali keruangan Kanit Reskrim.

Tibalah saatnya, merekamenuju ke sel tahanan. Jarumjam menunjuk sekira pukul21.45 WIB. Para tersangkadidampingi pengacara. Disana, mereka disambut duapetugas piket yang menjagasel Mapolres Bireuen.

Pintu jeruji besi yang tadin-ya terkunci, di buka petugas.Baru kemudian mereka diper-silahkan masuk ke dalam. Den-gan langkah tenang, merekamenuju ruangan masing-mas-ing membawa satu tas jinjing.Layaknya para tahanan lain,tersangka menggunakan bajutahanan warna orange.

Kasat Reskrim Polres Bi-reuen AKP Jatmiko,SH kepadaMODUS ACEH menjelaskan,kasus ini berawal ketika Nur-din Abdul Rahman menjabatsebagai Bupati Bireuen. Saatitu Nurdin meminjam dana BLURSUD Bireuen.

“Nah, sesuai dengan Per-mendagri, dana itu tidak bolehdialihkan untuk keperluan laindi luar BLU,” kata AKP Jatmiko,Kamis pekan lalu saat ditemuidi ruang kerjanya di MapolresBireuen. Pada tahun 2011, Nur-din melakukan pinjamansejumlah uang. Itu terjadi saatrumah sakit daerah tersebutdipimpin dr Yurizal dan drChandra yang menjabat se-bagai direktur.

Ceritanya begini, Pada 21Januari 2011, Nurdin diketahuimeminjam uang dari RSUD Bi-reuen, Rp 150 juta. Ketika itu,Direktur RSUD masih dijabat drYurizal. Tak hanya sekali, Nur-din kemudian meminjam lagidana Rp 200 juta pada 9 Agus-tus 2011. Sehingga totalnyamencapai Rp 350 juta.

Selanjutnya, Tgk Nurdinmengajukan surat permintaanpinjaman ke Direktur RSUDyang dijabat dr ChandraMKes, 24 Januari 2012, Rp Rp 1miliar. Dan dana tambahansebesar Rp 250 juta. Pencair-an uang pinjaman Rp 1 miliaritu melalui kuitansi resmi danditandatangani Nurdin.

Tak hanya Nurdin, KepalaDPKKD Bireuen, Drs Tarmidi,Sekdakab Bireuen, H RazuardiMT, serta bendahara RSUD Bi-reuen, Isfanni, juga ikut menan-datangani kwitansi. Namun,ada juga pinjaman yang han-ya ditandatangani Nurdin, tan-pa ditandatangani pejabat lain-nya. Hal inilah yang akhirnyamenyeret Nurdin menjadi ter-sangka.

“Setelah kita melakukanpenyelidikan tahun 2012 danpada Januari 2013 kita mem-buat laporan polisi,” ujar Jatmi-ko. Kemudian kasus yangmenyeret Nurdin sempat di-lakukan gelar perkara dua kalidi Polda Aceh. “Sampai kemu-dian keluar LHP (BPK-RI), 17September 2013. Lalu, keluar-lah hasil audit BPKP dengankerugian sebesar Rp 1,6 mil-iar,” jelasnya.

Menurut Jatmiko baru ke-mudian sekitar tanggal 27 Sep-tember Nurdin Abdul Rahmanmengembalikan sekitar Rp 1,4miliar. Meski demikian Jatmikomenjelaskan. Sesuai Pasal 4,UU tipikor, pengembalian danatersebut tidak menghapus tin-dak pidana yang dilakukanpara tersangka.

“Dia melakukan peminja-man dalam empat tahap,” kat-

anya. Alasannya, menurut Jat-miko bahwa dana itu di gu-nakan oleh Nurdin untuk kebu-tuhan Pemda. “Tapi ada se-bagian juga digunakan untukkepentingan pribadi,” ung-kapnya.

Dari rentetan penyidikanyang dilakukan pihak kepoli-sian, baru kemudian berlanjutke cerita yang berujung padapenahanan Nurdin Abdul Rah-man. Bermula pada 18 Oktober2013 lalu, Polres Bireuen melay-angkan surat pemanggilan ke-pada Nurdin. Isinya memintatersangka untuk hadir di Polrespada Senin, 28 Oktober lalu.

Karena Nurdin di panggilsebagai tersangka, penyidikPolres Bireuen memberikesempatan dan waktu seki-tar satu minggu untuk mem-persiapkan diri menghadapiproses pemeriksaan. “Sepertimenyiapkan pengacara danbahan-bahan yang mungkinditanyakan oleh penyidik ke-padanya,” katanya.

Dan tibalah saat para ter-sangka menjalani pemerik-saan pada tanggal 28 Oktober2013. Tak seperti yang di-harapkan, ternyata tidak se-muanya memenuhi panggilantersebut. Yang hadir hanya tigaorang yaitu Isfanni, dr Yurizaldan dr Chandra.

“Karena (Nurdin AbdurlRahman-red) tidak datang,akhirnya penyidik hari itu jugamelakukan pemanggilan ke-dua, untuk hadir hari Rabutanggal 30 Oktober,” katanya.Tapi, lagi-lagi Nurdin belumjuga hadir menjalani pemerik-saan ke Mapolres.

Hingga akhirnya penyidikPolres Bireuen dengan terpak-sa mengeluarkan surat tera-khir pada tanggal 31 Oktober.Baru kemudian sebuah kabardatang dari pihak Nurdin.“Pada hari Jumat kami diberi-tahukan akan menghadap,”katanya. Para penyidik punmenunggu kehadiran Nurdin

di Mapolres.Setelah mendapatkan bukti

yang cukup, akhirnya pihakkepolisian memutuskan untukmelakukan penahanan ter-hadap Nurdin dan tiga ter-sangka lainnya. Alat buktitersebut diantaranya SPM,SP2B, keterangan saksi danketerangan saksi ahli dariBPKP-RI, lalu hasil LHP dariBPKP, cek, giro dan lain se-bagainya.

“Dengan cukup alat buktiyang sah, kita bisa melakukanpenahanan,” katanya. “Tigahari kita tahan, mulai dari hariJumat,” katanya. Setelah ituPolres Bireuen memberikanpenangguhan penahanan un-tuk keempat tersangka.

Sejak dimulainya pemerik-saan terhadap keempat ter-sangka, Jatmiko mengatakantidak ada kesulitan yang be-rarti dalam penanganan kasustersebut. “Cuma ketika tahappemeriksaan itu saja, dankenapa bisa terlambat? Kare-na kita menunggu hasil auditBPKP dulu,” jelasnya.

Memang sejak bulan Junilalu, penyidik Polres Bireuentelah meminta BPKP melaku-kan audit terhadap kasus yangmenjerat mantan bupati Bi-reuen. “Hasilnya baru keluarSeptember,” kata Jatmiko.

Namun, pihak kepolisianmemaklumi keterlambatankeluarnya LHP-BPKP RI terse-but. Bukan tanpa sebab, audi-tor yang melakukan pemerik-saan hanya satu orang danmembawahi tiga kabupatenyaitu Aceh Tengah, Bener Me-riah dan Bireuen. “Karena ket-erbatasan personil (BPKP-RI-red), maka kita maklumi, kare-na laporan tersebut kan harusakuntabel,” katanya.

Terkait penangguhan pena-hanan terhadap Nurdin, Jatmi-ko mengatakan itu merupakanpersoalan teknis. “Kami kerja-kan sesuai dengan prosedur,masalah penangguhan pena-hanan karena adanya per-mintaan dan jaminan dari ke-luarga serta pengacara,” jelas-nya.

Para tersangka dijerat de-ngan pasal 2,3 dan 4 UU Pem-berantasan Tindak Pidana Ko-rupsi. Dengan ancaman huku-man penjara seumur hidupatau pidana minimal empattahun dan paling lama 20 tahunpenjara serta denda palingsedikit Rp 200 juta dan palingbanyak Rp 1 miliar.

Setelah hampir satu tahunberjalan proses hukum di ke-polisian hasil pemeriksaanpara tersangka telah berhasildirampungkan. Dalam waktudekat Polres Bireuen akan se-gera melimpahkan berkastersebut ke kejaksaan.***

MSeorang pria berjalan melintasi Mapolres Bireuen. ■ MODUS ACEH/Hasnul Yunus

Page 11: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 11Hukum

Sempat ditahan selama tiga hari.Pendapat Anda?

Sebenarnya kami semua terkejutdengan penahanan itu. Selama inisaya cukup koorperatif. Malah sayasendiri berdasarkan keputusan MP3R,sudah menyerahkan sebidang tanahdengan harga mencapai Rp1,5 mil-iar.

Lalu?Menurut MP3R yang menjadi ke-

wajiban saya untuk membayar adalahRp1,2 miliar lebih. Sisanya itu menja-di tanggungjawab pemerintah.

Kenapa?Karena pengeluarannya untuk

keperluan dinas. Misalnya untukPSSB, itukan tidak mungkin saya tang-gung. Tapi kenapa saya bayar? Kare-na PSSB ini perlu uang, mereka sudahdemontrasi ke pendopo saat itu. Jadisaya lihat yang ada surplus dana darirumah sakit-BLU. Dan menurut cata-tan yang ada, sesuai aturan, danaBLU bisa dipinjamkan untuk menutu-pi keperluan, apalagi ada surplus jika

Ada Usaha Permalukan Saya

tidak salah Rp 35 miliar.Total pengambilan dana BLU?Jumlahnya Rp 1,6 miliar. Sebenar-

nya kalau dikatakan sebagai kewa-jiban saya pun masih dipertanyakan.

Alasan Anda?Karena uang itu saya pakai untuk

perjalanan dinas atau biaya opera-sional Bupati Bireuen.

Apa alasan Anda meminjam danaBLU?

Persoalannya adalah dana opera-sional saya tahun 2011-2012 ketika itusangat sedikit, tidak menutupi. Con-tohnya ketika mengikuti Lemhanas,saya bawa keluarga, itu saya anggappengeluaran operasional bupati,maka saya berani pinjam denganharapan bisa saya tutupi dengan danalain dan saya sudah serahkan se-bidang tanah.

Ada kabar, pinjaman itu untuk kep-erluan Pilkada?

Memang sempat disebut bahwadana itu untuk Pilkada, tapi itu tidakbenar karena dana BLU saya gunakan

keperluan negara.Karena alasan itu Anda menilai

tidak patut bersalah?Ya, tidak patut bersalah dan juga

tidak patut ditahan. Kalau ditahan adaunsur apa di belakang itu semua, se-hingga ditahan karena selama ini sayakoorperatif. Dipanggil saya datang.Saya lihat banyak juga kasus-kasuslain tidak ditahan.

Contohnya?Tidak usah dibilanglah. Tapi ada

yang tidak ditahan.Pengambilan Rp 1,6 miliar ini be-

nar pada pemerintahan Anda?Ya, itu bukan utang pemerintah

yang lalu. Kemudian dari Rp 1,6 mi-liar sebanyak Rp 350 juta sayagunakan untuk pinjaman ruslah tanahKODIM untuk rumah sakit. Sehinggakita bebaskan tiga ribu meter. Kalautidak ada dana pinjaman tanah itubelum selesai karena dana dari APBAbelum turun dan terancam mati se-nilai Rp 4 miliar lebih. Jadi mau tak mauharus dipercepat proses ruslah tanahKODIM tersebut.

Apa saja kegiatannya?Misal kita pindahkan 18 asrama di

lokasi tanah itu. Maka Rp 350 juta un-tuk keperluan ruslah, kemudian adaRp 250 juta untuk membayar gajiPSSB, ada juga sekitar Rp 85 juta.Menurut MP3R, bukan penggunaanuntuk pribadi saya. Tapi kalau Rp 916juta itu bisa, karena perjalanan dinassaya ke Kanada dua kali, perjalanandinas ini dari kelas ekonomi saya am-bil bisnis karena jauh. Dalam perjalan-an ini juga saya bawa ajudan, saya

pinjamlah karena saya Ketua ForumBupati-Wali Kota se- Aceh.

Dari Rp1,6 miliar berapa yangAnda gunakan?

Yang saya pakai Rp 916 juta. Yanglain untuk keperluan dinas, kemudiandari Rp 916 juta, setelah dicek olehMP3R dan Inspektorat menjadi Rp1.100.2.000.

Kenapa bisa bertambah?Secara rinci saya tidak tahu, tapi

ada sebahagian tidak bisa dimasuk-kan sebagai beban pemerintah, mu-ngkin itu beban saya yang harus sayatanggung sendiri. Maka saya terkejutketika kami ditahan.

Pendapat Anda soal penahanan?Chandra sebenarnya tidak perlu

ditahan, semua lengkap, Isfanni jugabegitu dia hanya mendengar perin-tah, upaya menghilangkan barangbukti tidak ada ke arah itu. dr Yurizaljuga begitu. Karena itu banyak orangmengira ada sesuatu.

Menurut Anda?Saya lihat ada indikasi memperlu-

kan saya di publik. Siapa orangnyasaya tidak bisa katakan, agak susah.Tapi dari cara mereka menahan kamisepertinya ada sesuatu.

Yang salah?Kalau bukti misalnya biaya untuk

pertemuan ruslah itu tidak ada, tidakmungkin kita minta buktinya.

Apakah Rp1,6 miliar itu diambilsekaligus?

Bertahap, Rp 916 juta saya ambilpada tahun 2009-2010. Rp 350 juta daritahun 2010-2011 pada saat prosesruslah, puncaknya 2011.***

Mantan Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman bercerita panjang,terkait uang yang ia gunakan Rp 1,6 miliar. Menurutnya, pengambilandana BLU itu tidak bertentangan dengan aturan, karena semua danayang diambil saat itu, dipergunakan untuk kepentingan dinas, termasukruslah tanah KODIM di Kecamatan Jempa, Bireuen.

Begitupun, fakta hukum berkata lain. Nurdin Abdul Rahman sempattiga malam menghabiskan waktunya di ruang tahanan Polres Bireuen.Dia dijerat dengan dugaan praktik korupsi, hingga akhirnya ditangguhkanpenahanannya.

Nah, apa saja penjelasan mantan juru runding Gerakan AcehMerdeka (GAM) ini? Berikut pengakuannya kepada Juli Saidi dariMODUS ACEH, di Desa Ilie, Kecamatan Ule Kareng, Banda Aceh,Sabtu pekan lalu.

■ MODUS ACEH/Masrizal

Page 12: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 201312 Hukum

Nurjannah Syarief, istriterdakwa kasus dugaankorupsi dana tanggap daruratuntuk Aceh Tenggara tahun2012, Asmadi Syam, berharapmajelis hakim membebaskansuaminya dari tuntutan JPU.Nurjannah menilai, suaminyahanyalah korban.

■ Laporan Dadang Heryanto

ajahnya tampak sembab.Kelopak matanya juga ter-lihat membiru. Disinggungtentang kasus yang men-impa suaminya, air mata pe-

rempuan 54 tahun itu langsung me-netes. “Saya sangat sedih dengan co-baan yang menimpa keluarga kami ini,”katanya.

Nurjannah Syarief, istri terdakwakasus dugaan korupsi dana tanggapdarurat untuk Aceh Tenggara tahun2012, Asmadi Syam, memang tak mam-pu membendung rasa sedihnya jikamengingat kasus hukum yang sedangdijalani sang suami. Apalagi, JaksaPenuntut Umum (JPU) menuntut Asma-

Asmadi Syam semata-mata menilai, diaterseret kasus hukumlantaran dikhianati anakbuahnya sendiri. Kini,mantan Kepala BPBA ituhanya bisa berharaphakim mengambilkeputusan seadil-adilnya.

■ Laporan Dadang Heryanto

ntung tak dapat diraih, ma-lang tak dapat ditolak. Prib-ahasa inilah yang diungkap-kan Asmadi Syam ditengah-

tengah pembacaan Nota Pembelaan(pledoi) sidang lanjutan yang berlang-sung di Pengadilan Tipikor, Banda Aceh,Kamis pekan lalu.

Agaknya, perumpamaan yang dis-ampaikan mantan Kepala Badan Pen-anggulangan Bencana Aceh (BPBA) inicukup relevan. Lantaran kerakusananak buahnya Aplizardi, kini AsmadiSyam yang menanggung akibat. “Sayaselaku pimpinan, sudah sangat mem-percayai bendaharawan dalam hal pe-narikan dan penggunaan dana. Tapisiapa sangka saya dihianati,” kata As-madi Syam.

Pledoi ini dibacakan Asmadi Syamsebagai pembelaan terhadap tuntutanJaksa Penuntut Umum (JPU) dalamsidang sebelumnya. JPU menuntut As-madi Syam tiga tahun penjara dan den-

■ Sidang Asmadi Syam

Semoga Keputusan Adil Hakimda Rp 50 juta atau bisa diganti kurun-gan tambahan (subsider) tiga bulan,serta harus membayar uang penggan-ti Rp 3,4 miliar. Apabila tidak, maka har-tanya akan disita guna dilelang untukmenutupi kerugian negara.

Jaksa menilai mantan Kepala Badanpenanggulangan Bencana Aceh(BPBA) itu bertanggungjawab atas raib-nya Rp 3,4 miliar dana tanggap daru-rat banjir bandang dan tanah longsoruntuk Aceh Tenggara pada 2012 lalu.

Sementara itu, di hadapan MajelisHakim yang diketuai Samsul Qamar,Asmadi Syam mengatakan, KantorBadan Penanggulangan Bencana Aceh(BPBA) mempunyai dua rekeningbank, masing-masing, untuk KegiatanRutin dan untuk Dana Tanggap Daru-rat. Selama ini penggunaan dana rutintersebut sudah sesuai dengan perun-tukannya, makanya saat bendaha-rawan mengajukan chek yang menu-rut pengakuannya untuk menggunaandana rutin, Asmadi Syam langsungmenandatanganinya. “Pertimbangansaya demi kelancaran kegiatan rutin diinternal Kantor BPBA,” katanya.

Tapi di luar sepengetahuan Asma-di, ternyata Aplizardi menarik danatanggap darurat. “Setelah saya sadaribendaharawan telah menistakan danmengkhiati kepercayaan yang sayaberikan, pada saat itu pula saya lang-sung melaporkan kepada pihak Kepoli-sian setelah terlebih dahulu melapor-kan pada Sekda Aceh selaku atasanlangsung saya,” kata Asmadi denganmata berkaca-kaca.

Menurut Asmadi Syam, tujuannyamelaporkan peristiwa tersebut kepa-da Kepolisian, tentu agar Kepolisianmenangkap Aplizwardi untuk memper-tanggungjawabkan tindakan yang te-

lah dia perbuat. “Bagaikan disambarpetir. Pada 15 April 2013 jam 10.00 WIB,justru saya ditetapkan sebagai tersang-ka dan ditahan di tahanan Polresta Ban-da Aceh,” kata Asmadi.

Semestinya, kata Asmadi, sesuaidengan fakta dan realitas hukum dansesuai dengan Undang-Undang TindakPidana Korupsi, sepantasnyalah dia di-posisikan sebagai “Whitleblower” ataudisebut juga sebagai pelapor/pem-bongkar tindak pidana kejahatan. “Se-harusnya sesuai dengan peraturanyang berlaku, saya wajib mendapatkanperlindungan hukum dari LembagaPerlindungan Saksi dan Korban,” kat-anya.

Itu sebabnya, kata Asmadi, sung-guh tidak adil apabila dia dibebankanuntuk membayar uang pengganti sebe-sar Rp 3,4 miliar karena kelakuan jahatbawahannya yang membawa kaburdana tersebut. “Sungguhlah sangatzalim apabila sedikit harta yang telahsaya peroleh secara halal dari sedikitdemi sedikit saya kumpulkan sejaktahun 1979 sebagai Pegawai NegeriSipil golongan II/b sampai berakhirn-ya pengabdian saya sebagai PegawaiNegeri Sipil, disita untuk membayarkejahatan yang dilakukan orang lain,”katanya.

Diawal pembacaan pledoinya, Asma-di juga sempat membacakan sederet ri-wayat jabatan yang pernah diembannya.Menurut Asmadi Syam, setiap jabatanyang diamanahkan padanya saat itu, san-gat berpeluang dan penuh godaan untukmelakukan penyelewengan. Asmadi, mis-alnya, pernah menjabat sebagai KepalaSekretariat Baitul Mal Aceh pada 2009.“Saat itu, saudara Aplizwardi saya tunjuksebagai bendaharawan pengeluarandengan mengelola uang ratusan miliaran

rupiah yang terdiri dari, biaya rutin yangbersumber dari APBA, Zakat, Infaq dansadakah yang dihimpun dari PegawaiNegeri Sipil pada berbagai instansi/lem-baga tingkat provinsi dan dari rekananyang memperoleh paket pekerjaan yangpembayarannya melalui Dinas Pengelo-laan Kekayaan dan Keuangan Aceh (DP-KKA),” kata Asmadi.

Saat itu lanjutnya, Aplizwardi menun-jukkan dedikasi, loyalitas dan integri-tas yang cukup yang tinggi dalam men-jalankan tugas dan amanah negara,tidak ada indikasi jika dia seorang PNSyang berkelakuan tidak baik. “Sebet-ulnya jika saya punya rencana dan ke-inginan untuk melakukan penyelewen-gan, kesempatan terbuka karena zakat,infaq dan sadakah dapat dikeluarkantanpa harus mempertanggungjawab-kan,” kata Asmadi. “Tapi sekali lagi, halini saya angkat dan ungkapkan keh-adapan Majelis Yang Mulia, karena sayabukanlah koruptor.”

Diakhir pledoinya, Asmadi Syammenyampaikan harapannya akanpenegakan hukum yang seadil-adiln-ya dari majelis hakim. “Majelis HakimYang Mulia dan Jaksa Penuntut Umumyang Saya hormati, pertimbangkanbagaimana kini saya sedang menjalanihukuman kurungan badan dalam tah-anan secara bersamaan juga hukumansosial dari publik dengan lebeling sayasebagai koruptor dan keluarga korup-tor. Ini merupakan hukuman yang pal-ing berat, luar biasa berat yang sudah,sedang dan akan saya alami,” katanyasambil berlinang air mata.

Majelis hakim yang diketuai Syam-sul Qamar memutuskan sidang lanju-tan dengan agenda putusan, digelarRabu, 13 November 2013 menda-tang.***

■ Nurjannah Syarief:

Kalau Disita, Kami Tinggal Dimana?

di Syam tiga tahun penjara dan harusmembayar ganti rugi Rp 3,4 miliar.

Bila tak mampu, maka hartanyaakan disita. “Inilah yang sangat meny-akitkan. Sepersenpun kami tak meni-kmati uang tersebut, tapi mengapakami yang jadi korban,” katanya saatditemui MODUS ACEH di kediaman-nya di Jalan Lawang, Nomor 61, Ko-mplek Perumahan Meusara Agung,Keutapang, Aceh Besar, Jumat pagi

pekan lalu. “Jika rumah ini disita, kamimau tinggal dimana.”

Untuk ukuran mantan pejabat, ke-diaman Asmadi Syam memang bisadibilang biasa-biasa saja. Perabotanrumah tangga yang tepajang di dalamrumah, tak ada yang tergolong mewah.Di ruang tamu yang berukuran seki-tar 4 x 6 meter, hanya teronggok sofalusuh termakan usia. “Jika kami me-mang menikmati uang dari korupsi,mungkin hidup kami tak seperti ini,”kata Nurjannah.

Menurut Nurjannah, suaminyamerupakan korban dari tindakan ke-jahatan yang dilakukan mantan Benda-hara BPBA Aplizardi. Mantan anak buahsuaminya itu membawa kabur duitnegara senilai Rp3,4 miliar. Sementa-ra, Asmadi Syam harus mempertang-gungjawabkan tindakan culas bawah-annya itu. “Orang yang makan nang-ka, kami yang kena getahnya,” kataNurjannah.

Perihnya kasus ini, tak hanyadirasakan dia dan suaminya. Tapi jugatelah membuat beban psikologis yangtinggi bagi anak-anaknya. Khusunyabagi anak perempuan mereka. “Diasedang kursus, tetapi sayangnyaharus putus di tengah jalan karenamasalah yang kami alami ini,” kata Nur-

jannah.Nurjannah mengisahkan, sebetul-

nya Aplizwardi memang telah dikenaldekat oleh keluarganya. Bahkan,Aplizwardi kerap bertandang ke ru-mah mereka. Itulah sebabnya, keluar-ga Asmadi Syam benar-benar tak men-yangka ketika mendengar kabar diamembawa kabur uang negara. Inipulayang menjadi dasar Asmadi Syam me-laporkannya ke polisi. “Tapi saya san-gat terkejut ketika suami saya yangdijadikan tersangka. Dunia seakangelap semua,” katanya.

Nurjannah juga merasa tuntutanJPU terlalu berat. “Ini sangat berat seh-ingga terkesan kami memang ingindizalimi,” katanya.

Sebagai istri, Nurjannah yakin ben-tul suaminya tak bersalah. Dia juga tahupersis darimana asal setiap penghasi-lan yang dibawa pulang sang suami.Ini karena, dia selalu bertanya darima-na sumber penghasilan yang dibawapulang. “Selain gaji, dan fasilitas resmi,saya tidak terima,” katanya. Itulahsebabnya, Nurjannah berharap maje-lis hakim dapat memutuskan denganseadil-adilnya terhadap kasus yangmenimpa suaminya itu. “Saya mohonagar hakim mempertimbangkanseadil-adilnya,” katanya.***

W

U

Page 13: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 13Hukum

Sejak ditetapkansebagai tersangkaKejaksaan Tinggi Aceh.Istri Prof. Dr. Darni MDaud, Erma Eritaselalu setia menemanimantan Rektor Unsyiahini. Dia berharap, sangguru besar itu dapatdiberi kemudahansebagai tahanan kota.

■ Laporan Masrizal

IDANG pemeriksaan saksi ka-sus dugaan korupsi dana bea-siswa Jalur PengembanganDaerah (JPD) dan Calon Guru

Daerah Terpencil (Cagurdacil) TahunAnggaran 2009-2010, UniversitasSyiah Kuala, kembali digelar Penga-dilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor),Banda Aceh, Kamis pekan lalu.

Hadir sebagai saksi, Kepala BiroAdministrasi Umum dan Keuangan,Abdullah Ali, Murtala, Kamaruzza-man, Erwi Sumarti serta Nurbaiti dariInspektorat Aceh. Kejaksaan Tinggi(Kejati) Aceh, menjerat dua profesordan satu dosen Kampus JantongRakyat Aceh ini, dengan pasal berla-pis. Ketiganya adalah, Prof. DR DarniM Daud MA (mantan Rektor Unsyi-ah), Prof. DR Yusuf Aziz, M.Pd (man-tan Dekan Fakultas Ilmu dan Pendidi-kan (FKIP)), dan Muklis mantan Ben-dehara Program Beasiswa CalonGuru Daerah Terpencil (Cagurdacil).

Ketiga terdakwa dijerat Pasal 8Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 20 Tahun 2001 tentang pe-rubahan atas Undang-Undang 31Tahun 1999 Tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 18 ayat(1) huruf a,b, ayat (2), ayat (3) Un-dang-Undang Republik IndonesiaNomor 31 Tahun 1999 Tentang Pem-berantasan Tindak Pidana Korupsisebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Republik IndoneisaNomor 20 Tahun 2001 Tentang Pe-rubahan atas Undang-Undang No-mor 31 Tahun 1999 Tentang Pember-antasan Tindak Pidana Korupsi Jo.Pasal 64 ayat (1) KUHPidana.

Di bangku pengunjung, istri ter-dakwa Darni M Daud, Erma Erita ter-lihat menyimak setiap keterangansaksi kepada majelis hakim SamsulQamar SH (ketua), Ainal Mardhiahdan Syahrul Has’ari (anggota). Usaisidang, kepada MODUS ACEH, Ermamengaku sedih dengan keadaan sua-minya, Darni M Daud. Menurut dia,

■ Sidang Prof. Dr. Darni M Daud

Berharap Jadi Tahanan Kota

yang terlibat langsung dalam perka-ra ini adalah mantan Pembantu Rek-tor I, Samsul Rizal yang sekarangmenjadi Rektor Unsyiah.

Itu sebabnya, dia meminta kepa-da jaksa agar suaminya jangan sam-pai ditahan dalam hotel prodeo. Se-baliknya, dijadikan sebagai tahanankota. “Andai saya bisa memohon ke-pada majelis hakim, tolong ayah anaksaya ditetapkan sebagai tahanankota,” katanya lemah, Kamis pekanlalu di ruang sidang.

Alasan Erma Erita, karena Darni MDaud masih bertugas sebagai dosensekaligus pembimbing tesis maha-siswa strata (S2) di Unsyiah. “Bapakitu dosen dan satu satunya profesordi Jurusan Bahasa Inggris. Di programS2 Jurusan Bahasa Inggris tidak adasatu orang pun profesor yang aktif,bisa ditutup jurusan itu,” ujar ibu tigaanak ini.

Hal lain sebut Erma, suaminyaDarni tidak melakukan korupsi danabantuan beasiswa Unsyiah dari Pe-merintah Aceh tahun anggaran 2009-2010. Begitu pun, dia mengakui jikasuaminya pernah menyimpan uangbeasiswa itu. “Tapi sudah dikembali-kan,” terang dia.

Kata Erma, Prof Darni menyimpanuang saat itu bukan tanpa alasan.Sebab, untuk menjaga agar uang itu

tidak habis digunakan pihak rektorat.“Sebab waktu itu Bapak sering keJakarta dan daerah karena sebagaicalon Gubernur Aceh. Bapak simpanuang itu supaya jangan hilang,” jelasibu dari Pharisa Darni, Rizqa RossaDarni, Ilham Darni.

Tapi, ketika Darni dilengserkandari jabatannya, kemudian dia mem-bayar secara bertahap. “Bertahapbapak kasih, supaya jangan hilang.Tapi jika dikasih semua, ditakutkanbisa hilang.”

Erma bercerita. Ketika Darni me-nerima kabar telah kalah sebagaisalah satu kandidat calon GubernurAceh tahun 2012, hari itu juga diamendapat berita tentang status jaba-tannya di Unsyiah. “Sekretaris bapakmenelpon, undangan untuk pelanti-kan rektor defenitif sudah beredar,”jelas Erma.

Mendengar kabar itu, Darni sem-pat terkejut. Kemudian dia menelponPembantu Rektor I, Prof. Dr. SamsulRizal yang juga orang kepercayaan-nya. Saat itu, Darni minta Samsul Rizaluntuk mendatangi rumahnya. Terma-suk, menunda dulu peredaran undan-gan pelantikan rektor definitif yangjuga dipegang Samsul Rizal. Maklum,esok harinya, Darni harus ke Jakarta,menjumpaii Menteri Pendidikan, M.Nuh.

Ternyata, pernyataan Darni tadidijawab dengan secarik kertas yangdikeluarkan dari dalam tas oleh Sam-sul Rizal. Isianya, Surat Keterangan(SK) Pejabat (PJ) Rektor Unsyiah. “Ba-pak tidak bisa perintah saya, karenasaya sudah PJ,” kata Erma meniru uca-pan Samsul Rizal. Mendengar itu, Dar-ni sangat terkejut dan termenung be-berapa saat sebelum pertemuansingkat itu bubar.

“Kapan diurus PJ nya?” tanya istriDarni curiga. Sementara saat itu, se-lama 15 hari Darni turun ke daerah,karena kampanye dirinya sebagai ca-lon Gubernur Aceh. Begitupun, se-mua tanggungjawabnya di rektoratsudah diposisikan kepada PembantuRaktor I, Samsul Rizal. “Waktu 15 hariitulah diurus PJ,” jawabnya atas pern-tanyaan tadi.

Karena kondisi itu, Erma mengakusedih melihat keadaan suaminya. Se-lain menerima kekalahan pada Pemi-lukada, juga menanggung lepasnyajabatan rektor. Tak hanya Erma, begi-tu juga dengan ketiga anaknya. “Anaksaya sangat sedih,” katanya.

Ternyata, kesedihan itu terus ber-lanjut ketika Darni masuk ke dalampenjara di Rumah Tahanan (Rutan)Kajhu, Aceh Besar, untuk pertama kali.“Saya bilang kepada anak-anak,kalian harus tabah karena Bapak ma-suk penjara. Ini semua cobaan yangharus kita hadapi. Siapa pun bisa me-nerima nasib seperti itu. Kayaknya inisudah direncanakan jauh-jauh hari,”pesan Erma kepada anaknya. Namunungkap Erma Erita, anak bungsunyaselalu teringat kepada ayahnya, Prof.Dr. Darni M Daud. “Jika itu terjadi,saya langsung membawanya ke Ru-tan. Saya berharap semuanya cepatselesai dan tidak ada yang dirugikan,”kata Erma Erita.

Nah, akankah permohonan dankeinginannya agar Prof. Dr Darni bisadiberi status tahanan kota jadi ken-yataan? Semoga.***

S

■ MODUS ACEH/Masrizal

JAZZ VTEC A/T 07WARNA HITAM PLAT BL

H. BRIO BILL UP M/T 12WARNA PUTIH PLAT BL

T. AVANZA VELOZ 12WARNA HITAM PLAT BL

TAFT HILINE 94 4X4WARNA BIRUPLAT BL

Darni M. Daud Bersama Istri di Pengadilan Tipikor Banda Aceh.

Page 14: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 201314 Simeulue

Ada dugaan, kerja samaoperasional (KSO) PDKSdengan PT. KSGmerupakan konspirasibisnis perkebunan sawit.Tujuannya, untukmenarik dana.

■ Laporan Koresponden Simeulue

BARAT membidik anak panah,jika tidak meleset tentu mengenatepat sasaran. Kondisi dan dugaan itulah yang kini

berkembang di Kabupaten Simeulue,terkait kerjasama Perusahaan DaerahKabupaten Simeulue (PDKS) dengan PTKasama Ganda (KSG). Bahkan, mun-cul tudingan dan dugaan, adanya ske-nario konspirasi bisnis dengan modusoperansi Kerja Sama Operasional(KSO). Tujuannya, untuk pengalihanpengelolaan perusahaan perkebunansawit milik Pemerintah Kabupaten Sim-eulue kepada pihak ketiga.

Sempat muncul gagasan, KerjaSama Operasional (KSO) yang ditem-puh ini, menjadi solusi alternatif bagiPemkab Simeulue untuk meraih keun-tungan dari usaha tadi. Namun faktan-ya, tak ubahnya hanya kedok untuk

meraup keuntungan oleh pihak terten-tu. Bayangkan, walau telah sepuluh bu-lan PT. Kasama Ganda (KSG) beraktiv-itas, namun hingga kini tak ada kontrakkerja.

Pelaksana tugas Direktur PDKS, IrIbnu Abbas membenarkan fakta pahittersebut. Saat ditemui di ruang kerjan-ya pekan lalu, Ibnu Abbas mengakuibelum ada kontrak kerja antara PDKSdengan PT. KSG.

“Kontrak kerja sementara secaratertulis memang tidak ada. Dan aktivi-

■ KSO PDKS dengan PT KSG

Meraih Untung atau Konspirasi Bisnis

tas PT. KSG di kebun PDKS hanya ber-dasarkan kesepakatan melalui inisiatifatau kebijakan Bupati saja,” ungkapIbnu Abbas.

Tak ayal pernyataan itu membukatabir tentang kejanggalan yang terjadidalam proses pengalihan pengelolaanPDKS kepada PT. KSG. Patut diduga, adapermainan terselubung hingga PT. KSGdengan leluasa melakukan kegiatan op-erasional di perkebunan milik Pemer-intah Daerah Kabupaten Simeulue,meskipun tanpa mengantongi dasarhukum yang jelas.

Bisa jadi, kontrak kerja yang selaludialamatkan kepada Plt. Direktur PDKShanya bualan belaka. Tujuannya, untuk

menutupi konspirasi bisnis yang se-dang terjadi melalui kemasan skenariopenyelamatan perkebunan Kelapasawit milik daerah.

Sebelumnya Bupati Simeulue,Riswan NS, meminta pihak DPRK set-empat untuk segera mempermanenkanKSO PDKS dengan PT. KSG. Permintaanitu disampaikan saat penetapan RAP-BK, 21 Oktober 2013 lalu. “Kita mintaDPRK untuk segera mempermanen-kan KSO PDKS dengan PT.KasamaGanda,” kata Riswan, saat itu.

Begitupun, kepada media ini usaipenetapan RAPBK 2013 terkait adanyakegiatan eksploitasi hasil Tandan BuahSegar (TBS) PDKS oleh PT. KSG, BupatiRiswan mengaku. Kerjasama tersebutmemiliki kontrak kerja sementara. “Op-erasional PT.KSG selama ini diikat den-gan kontrak sementara dan kontrak ituada pada Direktur PDKS, “ kata Riswanmembela diri.

Menariknya, pernyataan Bupati itujustru bertolak belakang dengan pen-jelasan pelaksana Tugas (Plt) DirekturPDKS, Ibnu Abbas. Dia mengakui tidakada kontrak kerja sementara, sepertiyang dikatakan Bupati Simeulue,Riswan.

Lantas, benarkah kontrak kerja se-mentara itu ada? Jika ada, dimana wu-judnya dan apa saja isi MoU kontraktersebut? Ini yang menjadi soal.

Berdasarkan penelusuran MODUSACEH, walau masih terasa gelap, adatidaknya surat kontrak tersebut mulaiterkuak. Menurut Direktur OperasionalPDKS, Asmanudin SH, dirinya menge-tahui kontrak kerjasama antara PDKSdengan PT. KSG. “Saya mengetahui kon-trak itu ada. Isi kontraknya ada empatpoin yaitu pembersihan, perawatan,replanting dan pembagian hasil penjua-lan produksi,” ungkap Asmanudin yangjuga adik kandung dari Ketua DPRKSimeulue.

Anehnya, walau mengetahui adasurat kerjasama, Asmanudin tidak tahudimana surat tersebut. Alasannya, di-rinya hanya pelaksana, dan surat itu adapada pengambil kebijakan.

Disisi lain anggota DPRK Simeulue,Johan Jallah yang dikonfirmasi melaluitelepon selulernya, menyesalkan sikapPemerintah Daerah Simeulue yang tidaktransparan kepada publik. “Kita jugasudah beberapa kali tanyai kontrak itu bahkan Tim Pansus yang turun ke lapan-gan pernah memintanya langsung kePT. KSG. Anehnya, sampai dengan hariini tidak pernah diberikan,” ujar JohanJallah kepada media ini, Rabu pekanlalu.

Permasalahan surat kontrak bukan-lah yang utama. Di lapangan, kebunsawit milik daerah Simeulue kondisin-ya justru sangat memperihatinkan.

Pantauan media ini, kondisi arealperkebunan sawit terlihat menguningdan sebagiannya kering. Bahkan, pe-rumahan pekerja di Afdeling KebunSatu Teupah Selatan terlihat hancur-hancuran. Daerah ini dulunya sangatramai, namun telah ditinggal para pe-kerja. Ada sepuluh kepala keluarga disini tapi semuanya sudah kosong.

Beberapa pekerja yang dimintaiketerangan mengaku kecewa melihatkondisi kebun sawit. Menurut pekerja,PT. KSG seolah mengambil hasil sajasementara kebun tidak dirawat dengansepenuhnya. “Bayangkan, untuk men-geluarkan buah saja sulit karena semakbelukar. Belum lagi angkutan untukanak sekolah tidak ada, sehingga mem-buat beberapa pekerja tidak siap ting-gal di perkebunan,” ungkap Hasbi, pe-kerja harian lepas (BHL) PDKS.

Jika benar apa yang dikatakan Has-bi, bisa jadi kerjasama PDKS dengan PT.KSG hanya konspirasi bisnis untuk ke-pentingan sesaat. Dan kondisi di lapan-gan menjawab semua itu.***

I

JKMA

Riswan

Page 15: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 15Sabang

Setahun sudah,pasangan Zulkifli H.Adam-Nazaruddinmemimpin Kota Sabang.Berbagai programkesejahteraan rakyatyang dijanjikan, belumdinikmati rakyat.Sampai kapan?

■ Laporan Tri Endang Sundari

ALAH satu janji itu adalah pendi-dikan gratis. Dan, yang lebihmenohok, sumbangan Rp 2 jutaper murid. Sumber dananya dari

APBK Sabang. Begitupun, hingga kinisemua janji tadi masih sebatas “anginsurga”.

Itu sebabnya, warga di Kota Sabangmulai mempertanyakan janji tadi. Masihtergiang di telinga wali murid. Saat majusebagai Walikota dan Wakil WalikotaSabang periode 2013-2018, pasanganZulkifli H. Adam dan Nazaruddin (Tgk.Agam), pernah mengeluarkan janjitersebut, Tentu, bila terpilih sebagaiWalikota dan Wakil Walikota Sabang.

Tapi apa lacur, hingga setahunkepemimpinan mereka, janji tadi masihjauh panggang dari api. “Data sudahdiminta bahkan sudah lama sekali. Tapisampai detik ini belum cair,” ungkap Ita(28), warga Gampong Kuta Bawah Bar-at, Sabang.

Kepada MODUS ACEH, Selasa Pe-kan lalu, Ibu satu anak ini mengungkap-kan. Saat pemilihan calon Walikota danWakil Walikota Sabang tahun lalu, mere-ka menjanjikan dana pendidikan gratisbagi siswa. Mulai dari sekolah dasar(SD) hingga santri di pesantren. Fakt-anya, sampai saat ini dana tersebutbelum juga dicairkan. “Kalau memangtidak ada dana jangan dijanjikan. Ja-ngan buat semangat awal untuk memi-lih,” kata Ita, mengurutu.

Menagih Janji Pak Wali

Sementara itu, beberapa wali mu-rid lainnya juga mempertanyakan halyang sama. Padahal semua data yangdibutuhkan sudah diserahkan kepadabank pemerintah maupun swasta yangada di Sabang. Namun, sampai saat inibelum juga ada informasi terkait pen-yaluran dana pendidikan yang dijanji-kan itu.

Sebut saja Risman (bukan nama se-benarnya—red), warga Gampong KutaBawah Barat ini mengaku heran den-gan penyaluran dana tersebut. “Se-harusnya dana itu sudah bisa disalur-kan, tapi kenapa belum disalurkan, ya,”tanya Risman, penasaran.

Apalagi, sebut Risman, penyalurandana pendidikan tersebut rencananyadibagi secara merata. Artinya, dana itujuga dibagikan kepada orang tua mu-rid, baik kaya mauoun miskin. “Itu tidakadil dong. Lucu saja, masa orang kayaseperti pengusaha pun dapat bantuanyang sama,”’ ucap Risman.

Salah seorang wali murid lainnya,Abdullah Imuem, berpendapat bahwakebijakan itu perlu ditinjau kembali.Artinya, penyaluran bantuan itu dinilaimustahil direalisasikan kepadamasyarakat. Hal itu bisa dibuktikan den-gan adanya surat Sekretariat Jenderal

Kementerian Dalam Negeri denganNomor 180/1953/SJ yang ditujukan ke-pada walikota pada tanggal 18 April2013 dengan perihal pendapat hukumatas rancangan Peraturan Walikota (Per-wal) Sabang Nomor 17 tahun 2013.

Abdullah menambahkan, beberapa

poin yang semestinya diperhatikan olehPemerintah Kota Sabang dalam meny-ikapi surat yang ditandatangani atasnama Sekretaris Jenderal, Kepala BiroHukum Zudan Arif Fakrulloh selakuPembina utama muda. Dalam poin no-mor 2, disitu disebutkan bahwa materiyang diatur dalam kebijakan biaya pen-didikan secara khusus diatur didalam

pasal 27 PeraturanPemerintah (PP) No-mor 48 tahun 2008tentang pendanaanpendidikan yang ber-bunyi (1) Pemerintahdan pemerintahdaerah sesuai ke-wenangannya mem-ber bantuan biayapendidikan atau bea-siswa kepada peser-ta didik yang orangatau walinya tidakmampu membiayaipendidikannya. (2)Pemerintah dan pe-merintah daerah se-suai kewenangannyadapat memberi bea-siswa kepada peser-ta pendidik yang ber-prestasi.

“Nah disitu kanbisa kita lihat, danabiaya pendidikan inikan berasal dariAPBK Sabang. Jadi

harus diatur dalam bentuk Peraturandaerah Qanun. Makanya, tidak bisa se-mena-mena harus menaati peraturanyang berlaku,” kata Abdullah.

Disamping itu, Abdullah juga men-jelaskan masalah besaran nominal bi-aya pendidikan tidak bisa diatur olehPemerintah Kota yaitu walikota. Kare-na, kata Abdullah dalam poin yang ke-empat disebutkan pula Materi yangdiatur dalam Peraturan Walikota (Per-wal) dimungkinkan sepanjang menga-tur mekanisme dan tata cara penyalu-ran biaya pendidikan, serta dalam per-aturan Walikota (Perwal) tidak bolehdiatur mengenai besaran nominal bi-aya pendidikan yang akan diberikandan perturan mengenai sanksi pidana,karena sanksi pidana hanya boleh dia-tur didalam Undang-undang dan Per-aturan Daerah.

“Secara pribadi saya sangat men-dukung program mulia ini. tetapi yakalaulah memang itu melanggar atu-ran atau ada larangan dari pemerintahpusat, walikota harus berani menjelas-kan kepada masyarakat. Janganlahmasyarakat dibodoh-bodohi. Karenamasyarakat sudah lama menanti,” tan-das Abdullah.

Menanggapi banyaknya protes danpertanyaan masyarakat, SekretarisDaerah (Sekda) Kota Sabang, SofyanAdam SH menjelaskan. Dana pendidi-kan itu akan disalurkan kepada siswa.Apalagi, dana tersebut berasal dariAPBK Sabang, Rp Rp 17 milliar lebih.Dana sebesar itu akan diberikan kepa-da seluruh siswa di Sabang yang men-capai 7000-an.

Selain itu, alasan dana diberikan se-cara merata –baik keluarga kaya mau-pun miskin—menurut Sofyan, karenaSabang merupakan daerah per-batasan. “Kalau kita bukan daerah per-batasan, tidak perlu disalurkan secaramerata. Tapi daerah kita ditetapkan se-bagai daerah perbatasan maka danaini disalurkan merata,” jelas SofyanAdam.

Walau dana ini disalurkan kepadasetiap siswa Rp 2 juta per orang, sam-bung Sofyan, namun dana lainnya sep-erti BOS dan dana prestasi tidak diha-pus. Sebab, dana pendidikan ini diberi-kan kepada siswa melalui wali kelasmasing-masing sekolah dan wajib di-ambil jika ada keperluan untuk mem-beli perlengkapan sekolah dengan per-setujuan wali kelas.

“Jadi, biar gratis tetap ada prose-durnya. Dan dana pendidikan tersebutkita salurkan melalui empat bank yangada di Sabang, yaitu Bank Aceh, BankBRI, Bank Mandiri dan Mandiri Syriah.Bahkan data-data murid sudah dikum-pulkan semua,” ujar Sofyan.

Begitupun, Kepala Dinas PendidikanKota Sabang, Drs. Misman mengatakan,dana pendidikan tersebut akan dicair-kan pada pertengahan bulan Novem-ber 2013. “Lambannya penyalurandana karena menunggu pengesahanAPBK-Perubahan.

“Dan dana tersebut sudah disahkandan siap diberikan pada siswa tanpaada kecuali baik dari anak pegawaimaupun bukan. Setiap siswa di berikanRp 2juta per orang kecuali bagi siswayang memang pindah ke luar dari Kotasabang. Mereka tidak berhak meskipunsudah membuat nomor rekening,” tu-tup Misman. Ditunggu!***

S

Abdullah Imum

Page 16: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 201316 Sabang

■ LaporanTri Endang Sundari danTaufik Kurahman

AJAH sumringah,lelaki paruh bayaitu tersenyumsambil memper-

silahkan wartawan media iniuntuk duduk di sampingnya.Tanpa basa-basi, ia langsungmengkritisi soal pemaparanBadan Pemeriksa KeuanganRepublik Indonesia (BPK-RI)Perwakilan Aceh, tahap keduatahun 2012.

Faktanya, memang mem-buat dahi berkerut. Bayangn-ya, ada dugaan pengadaan la-han untuk rumah kaum dhua-fa, Dinas Pekerjaaan Umum(PU) Sabang, terkesan masihabu-abu, jika tak elok disebut‘siluman’.

Laki-laki itu adalah Abdul-lah atau akrab disapa DollahImeum, mantan anggota DPRKSabang. Di sana, nama DollahImeum tentu saja tidak asing.Selain putra daerah, dia jugapernah menjadi wakil rakyat.

Nah, mengutip temuan BPKRI Perwakilan Aceh, menurutDollah Imeum, pengadaantanah untuk kaum dhuafapada Dinas Pekerjaan Umum(PU) Kota Sabang, jumlahnyafantastis! Mencapai Rp949.780.000. Itu sebabnya,mantan anggota dewan berku-mis tebal ini menilai, pembe-

Lahan “Siluman”Atas Nama Kaum Dhuafa

basan lahan tersebut telahkangkangi Surat Keputusan(SK) Walikota Sabang, tentangkreteria penerima rumah kaumdhuafa.

Menurut Dollah, masalahpengadaan tanah yang dipe-runtukkan untuk kaum dhuafapenuh misteri. Itu ia rasakansendiri saat masih menjadianggota Dewan PerwakilanRakyat Kota (DPRK) Sabang.Apalagi, Abdullah melihat ke-benarannya terkait hasil auditBadan Pemeriksa KeuanganRepublik Indonesia (BPK RI)Perwakilan Aceh jilid dua tahun2012. Hasilnya, BPK RI mem-permasalahkan pengadaantanah untuk kaum dhuafa tadi.

Itu sebabnya, Dollah Im-uem mempertanyakan kebija-kan pembebasan lahan yangdilakukan Dinas PU Sabang.Tentu, berdasarkan KeputusanWalikota Sabang, Nomor: 590/621/2012, tentang penetapanlokasi Pengadaan Tanah untukkepentingan umum gunapembangunan rumah kaumdhuafa oleh Dinas PekerjaanUmum (PU) Kota Sabang.

“Kriteria kaum duhafayang saya tahu adalah, semuabantuan pemerintah untukpembangunan rumah kaumdhuafa. Itupun bagi kaum du-hafa yang punya tanah. Kalaupelaksanaan, semua ada padakebijakan pemerintah. Tetapikalau pemerintah juga sampaimembeli tanah, itukan kebija-

kan darimana,” ujar Abdullahdengan nada heran.

Dollah Imuem sempat me-nyinggung tentang KeputusanWalikota Sabang, tentang kri-teria penerima bantuan rumahdhuafa bagi masyarakat KotaSabang tahun anggaran 2013.Kata dia, dalam keputusanWalikota tersebut, salah satupoin memutuskan memilikitanah sendiri. “Jadi kenapa itutidak benar-benar diperhati-kan,” jelas Dollah.

Makanya, Dollah menilai,keputusan tersebut merupa-kan kebijakan oknum yangduduk di Dewan PerwakilanRakyat Kota (DPRK) Sabang,yang ingin mencari keuntunganpribadi. Mereka mudah men-gatakan dengan alasan demikepentingan umum, khususn-ya kaum dhuafa.

“Saya mendukung niat mu-lia Pemerintah Kota Sabanguntuk memberikan lahan bagikaum dhuafa. Tetapi, harus kitalihat Surat Keputusan Walikotadong. Untuk apa membelitanah, kalau kriteria penerimabantuan rumah dhuafa harusmemiliki tanah sendiri. Nah, iniyang menjadi tanda tanya, sayaberfikir jelas itu ada permain-an, “ ungkap Dollah.

Ironisnya kata Dollah Im-eum, pengadaan tanah rumahdhuafa tadi kenapa harus diGampong Batee Shok. Semen-tara Gampong lainnya jugamemiliki kaum dhuafa. Dollahmenambahkan, hingga kini ini

lahan tersebut masih kosong.Artinya belum ada tanda-tan-da pembangunan. “Jadi yangjelas menurut saya, itu proyektidak wajar. Bahkan, saya kha-watir bakal terjadi kecumbu-ruan sosial bagi masyarakatlainnya yang ada di Kota Sa-bang,” kata Dollah Imuem.

Kecuali itu, Dollah mendugadalam Rencana Kerja Pemer-intah Kota (RKPK), PemerintahKota Sabang tahun 2012, tidakada kebijakan tentang pen-gadaan tanah untuk kaumdhuafa pada Dinas PekerjaanUmum Kota Sabang. “Mungkinbisa kita lihat, terkait pengada-an tanah tersebut tidak dima-sukkan dalam RKPK PemkoSabang. Ini kan Aneh kalau kitacermati,” ujar Dollah.

Terkait laporan Badan Pe-meriksa Keuangan RepublikIndonesia (BPK RI) PerwakilanAceh, 2012. Dollah Imuem ber-harap, aparat penegak hukumdapat mengusutnya. “Sayakira ini bukan kasus delik adu-an. Karena itu, aparat penegakhukum dapat langsung men-gusut berbagai dugaan tadi,”saran Dollah Imueum.

Sementara itu, seorangwarga Gampong Batee Shokmengakui, adanya pembe-basan lahan tersebut. Ini itu di-buktikan dengan adanya timdari Pemko Sabang yangmelakukan survey lokasi untukpembangunan rumah kaumdhuafa. “Setelah beberapabulan setelah tim Pemko turun,tanah tersebut sudah dibebas-kan. Namun, sampai hari iniPemko Sabang belum pernahmenginformasikan kepadamasyarakat bahwa tanah ituakan dihibahkan untuk ma-syarakat khususnya kaumdhuafa,” sebut warga yangenggan disebutkan namanya.

Ketika ditanya tentang usu-lan masyarakat terkait pen-gadaan tanah untuk kaumdhuafa di daerah tersebut,sumber tadi mengaku tidaktahu menahu. Karena, sepe-ngetahuan dirinya, tidak per-nah ada rapat di tingkat Gam-pong khususnya Forum Gam-pong. Tetapi, yang dia ketahuiadalah tanah tersebut dibelioleh saudara Tengku Kamaruz-zaman, yang saat ini KetuaDewan Perwakilan RakyatKota (DPRK) Sabang. Dia be-rasal dari Partai Aceh (PA), den-gan nilai sekitar Rp 60 juta. Ke-mudian, tanah seluas 6.855meter itu telah dibebaskan Pe-merintah kota Sabang padabulan Desember 2012 lalu.

Namun, sumber tadi ber-harap, Pemerintah Kota Sa-bang segera menginformasi-

kan kepada masyarakat untukmenghibahkan lahan tersebutkepada kaum dhuafa. Karena,terhitung dari tahun 2007 sam-pai sekarang, yang memper-oleh rumah dhuafa baru sepu-luh kepala keluarga (KK) dari115 KK yang ada di GampongBatee Shok.

Sementara, Ketua DewanPerwakilan Rakyat Kota (DPRK)Sabang, Tgk. Kamaruzzamanmembantah keras tentangtidak ada musyawarah dit-ingkat Gampong. Menurutnya,kebijakan itu tidak dilakukankarena pengadaan lahan ru-mah dhuafa itu bukan keper-luan di Jurong Ateuh GampongBatee Shok saja. Sebab sebutKamaruzzaman, lahan tersebutmilik Pemerintah Kota Sabang.

“Artinya untuk kaum dhua-fa lainnya yang tinggal di Sa-bang. Apakah dia berasal dariGampong lain seperti AnoiItam, Iboih dan lainnya. Yangpenting dia harus mengajukanpermohonan dengan catatanbersedia tinggal di daerahyang sudah ditetapkan Pemer-intah Kota Sabang,” ujar Tgk.Kamaruzzaman.

Menyinggung kriteria pen-erima rumah dhuafa, Kamaruz-zaman menyebutkan, semuaitu ada syaratnya dan telahditentukan Pemerintah KotaSabang. Salah satunya, meru-juk pada peraturan lama. Teta-pi, tahun 2012 lalu, saat pem-bahasan anggaran, Pemko Sa-bang mengusulkan kepadadewan, dengan satu persepsiuntuk membantu kaum dhua-fa yang tidak memiliki tanah.

“Kenapa yang punya tapirumahnya tidak layak huni kitabantu. Padahal dia sudah pun-ya. Bukankah ada yang lebihmiskin lagi? Tapi, jangankanrumah layak huni tanah puntidak punya,” kata Kamaruzza-man.

Masih kata Kamaruzzaman.“Sebab di Sabang banyaksekali orang-orang yangmenumpang pada tanah milikorang lain hingga puluhantahun. Karena mereka tidakmemiliki tanah,” sebut kama-ruzzaman.

Karena itu, Kamaruzzamanberfikir dengan kondisi ma-syarakat di Sabang saat ini.Pemerintah Kota Sabang danDPRK berinisiatif melakukanpengadaan tanah. “Jadi di-bolehkan bagi kaum dhuafalainnya di Sabang direlokasi keGampong Batee Shok, meng-ingat tanah ini milik Pemkoyang diperuntukkan untukkaum dhuafa,” kata Kamaruz-zaman.

Soal peruntukkannya se-

Pengadaan tanah untuk kaum dhuafa, Dinas Pekerjaan Umum(PU) Kota Sabang tahun 2012 menuai kritik. Maklum, anggaranRp 9,7 miliar dinilai sebagai “usulan siluman”. Sebab,mengabaikan kriteria penerima bantuan. Benarkah?

W

Lahan yang Dibebaskan. ■ MODUS ACEH/Tri Endang Sundari

Page 17: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 17MODUSIANA

Diduga melakukanmesum, seorang oknumkaryawati BRI Pidie cidukaparat Satpol PP dan WHsetempat. Tak lama,kemudian dilepas. Begitumudah?

■ Laporan Koresponden Pidie

ALAM belum larut. Jam barubergerak pukul 20.30 WIB.Beberapa warga terlihatkrasak krusuk. “Di rumah ituada yang sedang berzina,”ujar salah seorang warga ke-

pada beberapa pemuda.Mendapat informasi sepihak itu, sejum-

lah pemuda tadi tak lantas langsung berg-erak. Sebaliknya, berusaha mencari ke-benaran dari informasi tersebut. Lalu, be-berapa warga berkumpul dan mengam-bil ancang-ancang, menggerebek salahsatu rumah di sana, yaitu di GampongBlang Asan Kecamatan Kota Sigli, Pidie.

Salah satu warga yang berkumpul ituadalah ZU, bukan nama sebenarnya. In-formasi tersebut tentu sangat mengejut-kan dan menyakitkan. Namun pria 30tahun ini berusaha tenang. Maklum,bagaimanapun, semua informasi yangdidengar tadi belum tentu benar. Antarapercaya dan tidak.

Akhirnya, ZU bersama warga berger-ak, menuju satu unit rumah yang didugaterdapat sepasang insan berlainan jenissedang naik ke bulan alias mesum. Hasil-nya? Benar saja! Sekumpulan wargamendapati sepasang kekasih yang se-dang memadu cinta terlarang. ZU tak kua-sa bicara. Betapa tidak, dia melihat lang-sung istrinya, WN (24 tahun) tertangkapbasah sedang berselingkuh dengan salahseorang pemuda, sebut saja MR (26tahun).

Malam itu juga, pasangan non muhrim

Menyediakan :Berbagai macam produk adventure, peralatan untuk outdoor

ataupun untuk backpacker dengan berbagai Barang yang berkualitas.Seperti: Tas , Jaket, Kaos, Celana, Tenda untuk berkemah,

Sandal, Sepatu Dll.Kunjungi Toko kami yang ber alamat :Jl.T. Nyak Arief No. 4 Lamnyong – Banda AcehTelp. ( 0651 ) 7431224 atau Hp 081360398334

■ Diduga Lakukan Mesum

Mulusnya “Kredit Cinta”Oknum Pegawai BRI Pidie

ini digelangdang ke Kantor Satpol PP/WHSigli, tentu setelah diinterogasi warga danpetugas di sana. Kepada petugas, MRwarga Jeulingke, Kecamatan SyiahKuala, Banda Aceh mengaku sebagaikekasih dan selingkuhan WN.

Suami WN, ZU memang pantas shock.Sebab, dia tidak pernah mengira, jika ke-jadian pada 5 November 2013 justru telahmembuka tabir sesungguhnya tentangperilaku WN, istrinya. Maklum, WN yangjuga pegawai Bank BRI Cabang Kota Sig-li, adalah istri sahnya.

Begitupun, dengan berat hati ZU mer-elakan istrinya dan segera menggugatcerai WN. Tapi Sayang, saat dirinya hendakmenemui istrinya di Kantor Satpol PP danWH, justru ZU tidak mendapati istrinya disana. Sebab, setelah ditangkap, esok pag-inya, Rabu 12 November 2013, kedua pel-aku mesum telah dilepas oleh pegawaiSatpol PP dan WH.

“Padahal saya sengaja datang ke sanauntuk meminta bukti untuk proses guga-tan cerai yang akan dia ajukan ke penga-dilan,” ungkap ZU dengan nada kecewa.

Yang lebih menyakitkan ZU, KepalaSatpol PP/WH Kabupaten Pidie, Sabarud-din, tidak mau menjumpainya tanpa ala-san yang jelas. Bahkan beberapa anggo-ta Satpol PP/WH yang mengamankan is-trinya juga tidak terlihat di kantor.

Kejanggalan demi kejanggalan mulaidirasakan ZU. Entah mengapa, pihak Sat-pol PP/WH Pidie seperti menutupi kasuspenggrebekan yang terjadi, Selasa malamtersebut. Bahkan, ZU tidak dimintai keter-angan sebagai saksi oleh aparat Satpol PP/WH. Padahal, sebut ZU, dirinya hendakmeminta BAP kasus untuk keperluan guga-tan cerai dengan WN. “Tapi mengapamereka buang badan semua?” Tanya ZUpenasaran.

Bukan hanya kepada ZU, Kepala Sat-pol PP dan WH Pidie, Sabaruddin, bahkanseperti sengaja bersembunyi dari “keja-ran” wartawan yang hendak bertanyakasus indehoi MR dengan WN yang telahdilepas tanpa alasan jelas.

Berdasarkan informasi yang diterimaZU, bisa jadi Satpol PP dan WH KabupatenPidie sengaja melepas istrinya karena takutpada status orangtua pelaku yang meru-pakan pejabat tinggi di Polda Aceh.

Keanehan ini semakin jelas saat semuaanggota Satpol PP dan WH di sana tidakmau buka mulut terkait MR dan WN. Mautidak mau, ZU harus bersabar. Karena di-rinya belum bisa mendapatkan BAP se-bagai bukti tuntutan cerai. Walau kecewa,ZU seolah tidak dapat berbuat apa-apa.Karena, di negeri syariat Islam ini, keadi-lan memang bukan untuk semua orang,termasuk ZU.***

M Ilust

rasi

suai atau tidak. Menurut Ka-maruzzaman. “Terserahyang penting ada pengajuanatau permohonan kesediaandari masyarakat untuk ting-gal di lokasi yang telah diten-tukan. Mungkin sosialisasikerah ini belum dilakukan,karena ini baru persiapan pe-merintah,” saran Kamaruzza-man.

Sekretaris Badan Pem-berdayaan Masyarakat(BPM) Kota Sabang, Ramlimenjelaskan. Kriteria pener-ima rumah kaum dhuafabagi masyarakat Kota Sa-bang tahun anggaran 2013,sesuaidengan Surat Keputu-san Walikota Sabang Nomor:400/194/2013, dengan uru-tan skala prioritas. Pertama,memiliki tanah sendiri. Ked-ua, menempati rumah tidaklayani huni atau tidak memil-iki rumah. Ketiga, berdomisilidi Kota Sabang yang dibuk-tikan dengan Kartu TandaPenduduk (KTP) dan KartuKeluarga Sabang. Keempat,tidak mempunyai penghasi-lan tetap dan yang terakhirmempunyai tanggungan.

Ditanya tentang PemkoSabang menyediakan lahanrumah dhuafa, dia mengakutidak tahu-menahu tentanghal itu. Namun, ia hanyaberkomentar, bahwa kebi-jakan itu tidak masuk akal.Terlebih, pemerintah mem-beli tanah pada satu tempatuntuk merelokasikan semuakaum dhuafa yang tersebardi Sabang untuk tinggalpada satu tempat.

Lantas, apa kata KepalaDinas Pekerjaan Umum (PU)Kota Sabang, Renaldi? Setalitiga uang. Dia enggan mem-beri komentar. Begitu jugadengan Sekretaris Daerah(Sekda) Sabang? saat di-hubungi melalui telpon selul-er juga mengaku tidak tahu dan tidak mengerti, terkaitpengadaan lahan yang telahdibebaskan Dinas PekerjaanUmum (PU) Sabang melaluibelanja modal akhir tahun2012, Rp 1 miliar. Alamak!***

Page 18: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 201318 Nagan Raya

■ Laporan Aji

UMAH TOKO (Ruko)warna pink itu tam-pak lengang. Pintudepannya masih ter-

buka lebar. Tidak terlihat seor-ang pun di sana. Di depanRuko, sebuah plang bertuliskanProgram Nasional Pember-dayaan Mandiri MasyarakatPedesaan (PNPM-MP) Keca-matan Tadu Raya, Nagan Raya,jelas terlihat.

Ruko yang menjadi kantorPNPM kecamatan itu letaknyasekitar 30 kilo meter arah sela-tan dari Ibukota Suka Mak-mue, Nagan Raya. Rupanya, disana ada tersimpan “bau” taksedap, yaitu dugaan penyim-pangan dana PNPM. Dari infor-masi yang berkembang, salahseorang karyawan PNPM, Ak-

Pat Gulipat Dana PNPM

sal Ilham Saputra, diduga te-lah menggelapkan dana sim-pan pinjam yang diperuntuk-kan bagi perempuan.

Aksal Ilham Saputra meru-pakan bendahara Unit Pelak-sana Kegiatan (UPK). Kabarn-ya, dia tidak mampu memper-tanggungjawabkan anggaranSimpan Pinjam Perempuan(SPP) milik masyarakat DesaGampong Alue Bata, Kecama-tan Tadu Raya, Kabupaten Na-gan Raya.

Tidak tanggung-tanggung,dana simpang pinjam milikperempuan itu mencapai Rp468 juta. Masyarakat men-duga, dana itu diselewengkansejak tahun 2010 lalu. Namun,kebusukan itu seakan dibiar-kan oleh pihak penanggung-jawab. Baik pada tingkat ke-camatan (Faska), kabupaten(Faskab) maupun provinsi.

“Kasus ini sudah diturunk-

an tim dari PNPM tingkatprovinsi dan sedang didalamioleh mereka,” begitu kata IbnuAris, Fasilitator PemberdayaanKecamatan Tadu Raya, kepa-da MODUS ACEH, Rabu, 30Oktober lalu.

Menurut Ibnu Aris, kejadi-an ini bermula ketika fasilitatorkeuangan merasa curiga ter-hadap laporan keuangan UnitPelaksana Kegiatan (UPK), Ke-camatan Tadu Raya. Kecu-rigaan itu terungkap dalamsetoran yang dilakukan Kel-ompok Sabee Rata di Gam-pong Alue Bata. “Setorannya12 juta rupiah, tapi yang ma-suk ke kas hanya sekitar Rp 6juta”, ungkapnya.

Kini, jajaran fasilitator PNPMKecamatan Tadu Raya sedangmendalami setoran keuangandari setiap kelompok masya-rakat. Caranya, dengan men-datangi kelompok masyarakatyang tersebar di gampong-gampong. Tujuannya agar me-ngetahui jumlah uang yangsudah disetor oleh setiap ang-gota kelompok. Kemudian di-padukan dengan hasil laporankeuangan dari bendahara UPK.“Dengan begitu kita akan temu-

kan jumlah uang setoran darikelompok masyarakat denganuang yang masuk ke kas”, kataIbnu Aris menjelaskan.

Memang, jika melihatprosedur, cara kerja yang di-lakukan Ibnu Aris sedikit ter-lambat. Apalagi, terkesan Arisingin menutup-nutupi penyele-wangan keuanganmasyarakat kepada publik.Padahal jauh sebelum itu,bendahara UPK Tadu Raya,Aksal Ilham Saputra sudahberjanji akan membayar uangyang tidak mampu dipertang-gungjawabkan sebesar Rp468 juta itu secara bertahap.Bahkan Aksal Ilham sudahmenyatakan komitmen mem-bayar secara tertulis dimanaIbnu Aris dan karyawan lain-nya menjadi saksi perjanjiantertulis tersebut.

Tapi, Aksal Ilham Saputraberkilah. Aksal mengaku ter-paksa membuat surat pern-yataan pembayaran uang SPP.Sementara, kalau dihitung-hi-tung, kata Aksal, kekayaanyang dimilikinya paling Rp 200juta. Dan itu Ia dapatkan darialmarhum orangtuanya.

Begitupun, Aksal mengakuhanya meminjam uang SPPmilik masyarakat Tadu RayaRp 28,5 juta. Dan itu dilakukandalam bentuk utang karenapada saat itu Aksal sedang ter-jadi musibah meninggal or-angtua dan kehilangan mobil.

Ternyata, penyelewenganuang SPP PNPM-MP tidak han-ya terjadi di Kecamatan TaduRaya. Hal yang sama juga ter-jadi di Kecamatan Senagan,Nagan Raya. Uang itu, didugadigelapkan oleh Fuadi. Diamenjabat sebagai bendaharaUPK Kecamatan Senagan.

“Lebih ratusan juta uang SPPmilik masyarakat Seunaganbelum mampu dipertanggung-jawabkan oleh bendaharaUPK,” kata seorang sumberMODUS ACEH di lingkunganFaskab PNPM Nagan Raya, Ju-

mat, 1 November lalu.Namun, Ketua UPK Keca-

matan Senagan, Zainuddin SE,terkesan menutup-nutupipenyelewengan dana simpanpinjam milik masyarakat itu.“Tolong jangan diangkat (ek-pos) dulu, jika uang itu hilangsupaya bisa dikembalikan,kecuali dia sudah lari”, kataZainuddin.

Anehnya, Fasilitator Kabu-paten (Faskab) Nagan Raya,Drs Iskandar, justru mengakutidak tahu menahu kasuspenyelewengan dana simpanpinjam ini. Dengan enteng Is-kandar menjawab, dirinyamengetahui kasus tersebut,maka akan melaporkan keja-dian ini kepada atasannya diprovinsi. “Maaf, saya belumtahu persoalan itu. Dan kalausaya tahu akan saya lapor keatasan di provinsi”, ujarnyamengelak.

Ketika dikonfirmasi, Benda-hara UPK kecamatan Senagan,Fuadi tidak ada ditempat. No-mor telepon genggamnyayang biasa ia pakai sama sekalitidak dapat dihubungi karenatidak aktif.

Kepala Inspektorat NaganRaya, Drs Amir Hamzah, selakupemeriksa keuangan terkejutketika media ini meminta kon-firmasinya, terkait penyelewen-gan anggaran SPP PNPM-MP didua kecamatan tadi. Amir men-gaku lembaganya hanya duakali dalam setahun turun kelapangan untuk melakukan pe-meriksaan. “Lembaga kamiminimal dua kali dalam setahunmelakukan pemeriksaan”,ujarnya, Jumat, 1 Oktober lalu.

Masih menurut Amir. Diaakan menurunkan tim pemer-iksaan lapangan untuk me-mantau perkembangan pem-bangunan daerah apabilamendapatkan mandat dariBupati Nagan Raya dan hasillaporannya akan diserahkankepada bupati setempat. Be-narkah? Kita tunggu saja.***

Dana simpan pinjam PemberdayaanMandiri Masyarakat Pedesaan (PNPM) diKabupaten Nagan Raya tak tepat sasaran.Ada dugaan, dana yang diperuntukkanbagi perempuan, juga digelapkan.

R

■ MODUS ACEH/Aji

Page 19: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 19Reportase

Merawat Damai MenggaliEnergi Masa Depan

Pemerintah Aceh bersamaKementerian Energi danSumber Daya Mineralserta Pertamina, terusmenggali potensi sumberenergi alternatif di BumiSerambi Mekkah.Diperlukan komitmentinggi untuk menjagakelestarian lingkungan.

■ Laporan Muhammad Saleh

EJAK sepuluh tahun tera-khir, iklim investasi, duniausaha dan industri men-galami stagnan di Aceh. Inidiakibatkan buruknya ket-ersediaan sumber energi

baru, khususnya paska produksi min-yak dan gas alam cair. Fakta ini,sekaligus menjadi penghambat mi-nat investor untuk berinvestasi diBumi Serambi Mekkah.

Dampaknya, tentu saja pada per-tumbuhan lapangan kerja. Kondisi inijelas mengganggu dan menghambatupaya pemerintah daerah dalammengurangi angka kemiskinan di ka-wasan paling ujung Negara Kesatu-an Republik Indonesia (NKRI) ini.

Faktanya, Aceh merupakan daer-ah tertinggal dengan ketimpanganwilayah dan persentase pendudukmiskin yang masih tergolong tinggi(21,80%), melebihi angka rata-rataNasional(14,20%). Bahkan tahun 2009lalu, tingkat kemiskinan Aceh beradapada urutan ke tujuh tertinggi di In-donesia. Penduduk miskin umumnyaberada di perdesaan, 17 Kabupatendari 23 Kabupaten/Kota di Aceh.

Kondisi ini mengindikasikan, per-masalahan kemiskinan di Aceh meru-pakan hal mendasar yang harus di-tangani secara menyeluruh danberkesinambungan. Demikian jugadengan indeks ketimpangan wilayahyang masih tergolong tinggi jikadibandingkan dengan nilai indeksketimpangan rata-rata nasional.

Kenyataan tersebut lebih diper-parah, setelah eksplorasi minyak dangas bumi di kawasan Aceh Timur danAceh Utara menipis bahkan nyarishabis. Ini ditandai dengan menurun-nya produksi gas alam cair di KilangLNG Arun, Blang Lancang, Kota Lhok-seumawe, Aceh.

Akibatnya, tiga industri raksasayaitu PT Kertas Kraf Aceh (KKA), PTPupuk Asean Aceh Fertilaizer (AAF)serta PT Aromatic, terpaksa tutupkarena tidak tersedianya gas alamcair. Yang masih bertahan hanya PTPupuk Iskandar Muda (PT PIM). Lagi-lagi, sangat berdampak pada pe-nyerapan tenaga kerja dan men-ingkatnya jumlah angka penganggu-ran.

***MEMANG, paska konflik menahun

selama 30-an lebih dan tragedi tsu-nami Aceh, 26 Desember 2004 silam,

sadar atau tidak telah menghambatdan meluluhlantahkan sejumlah be-sar infrastruktur fisik di Aceh. Salahsatunya, sarana dan prasarana kelis-trikan.

Mulai dari aksi kriminal, pemotongtower listrik bertegangan tinggi hing-ga rusaknya kantor serta jaringan aruslistik akibat dihantam gempa danbencana tsunami. Begitupun, sejalandengan terwujud perdamaian antaraPemerintah Indonesia dengan Gera-kan Aceh Merdeka (GAM) di Helsin-ki, Finlandia, 15 Agustus 2005 lalu.Aceh mulai bangkit, menatap masadepan dengan lebih baik.

Untuk itu, perlu upaya percepa-tan pembangunan kembali berbagaifasilitas yang ada. Tujuannya, tentusaja untuk mendukung kembalinyatatanan kehidupan sosial dan ekonomiyang lebih baik bagi masyarakatAceh. Caranya, dengan menggalisumber energi baru dan berkelanju-tan, penganti kisah manis era minyakdan gas di Aceh. Maklum, percepa-tan pembangunan, tentu saja mem-beri pengaruh sangat besar bagi ikliminvestasi di daerah ini.

Begitupun, niat dan tekad terse-but tak semudah membalik telapaktangan. Dibutuhkan pembiayaan be-sar untuk mengejar berbagai ketert-inggalan pembangunan tadi. Sum-bernya, bisa dari APBN, APBA sertainvestasi swasta atau BUMN. Semuaitu, diharapkan dapat menjadi per-angsang (stimulus) bagi masuknyainvestasi yang lebih besar ke Aceh.

Nah, agar semua dapat berjalanmulus, tentu diperlukan adanya usa-ha dan terobosan baru untuk terusmenggali sumber energi masa depanatau alternatif sebagai penganti min-yak dan gas alam cair. Sasarannya,tentu saja sebagai ‘karpet merah’masuknya investasi swasta sebagaipemicu percepatan berputarnya rodaekonomi, sehingga memberi damp-ak langsung dan nyata bagi terbu-

kanya lapangan pekerjaan, sekaligusmengurangi angka kemiskinan.

“Salah satu caranya adalah den-gan peningkatan kapasitas penyedi-aan listrik sebagai kebutuhan primermasyarakat. Itu sebabnya, Pemerin-tah Aceh menginisiasi rapat koordi-nasi dengan Direktur Operasional PT.PLN Pusat di Aceh Barat, denganmengundang seluruh jajaran pejabatPLN se-Aceh. Tujuannya, untuk men-gatasi permasalahan krisis listrik diAceh,” kata T. Riefky Harsya, anggotaDPR RI asal Aceh dari Fraksi PartaiDemokrat kepada media ini dua pe-kan lalu.

Menurut Riefky, ada lima poinyang segera dilakukan dalam jangkapendek, menengah dan panjang.Misal, peningkatan kapasitas pem-bangkit listrik (termasuk mendatang-kan PLTD sementara). Kedua, perce-patan pembangunan pembangkitbaru (termasuk energy baru terbaru-kan). Ketiga, peningkatan rasio elek-trifikasi (sambungan listrik ke rumahtangga). Keempat, penambahan jar-ingan transmisi dan jaringan distribusi(yang menghubungkan antarwilayah) dan kelima, peningkatankapasitas gardu induk dan gardu dis-tribusi (mensuplai daya untuk men-jaga stabilitas pendistribusian dayalistrik). “Semua itu, kuncinya hanyasatu, bagaimana menjamin dan men-jaga kelangsungan sumber daya en-ergi alternatif di Aceh,” tegas TeukuRiefky.

***Kini, krisis arus listrik mulai mem-

baik di Aceh. Ini sejalan dengan segera beroperasinya Pembangkit Lis-trik Tenaga Uap (PLTU) Nagan 2 x 110,pada awal Mei 2013. Dimana PLTUini telah rampung 95 persen. “REAceh (jumlah rumah tangga yang ter-sambung ke listrik) telah mencapai88,1% atau tertinggi kedua dari 33Propinsi di Indonesia setelah DKIJakarta (RE 99,9%). Adapun rata-rata

RE nasional saat ini baru mencapai75,3% dimana rata-rata RE Kaliman-tan 65%, Sulawesi 60% bahkan Pap-ua dibawah 40%,” ungkap Teuku Rief-ky.

Namun demikian harus diakui,pencapaian tadi belumlah cukup jikadilihat dari tujuan jangka panjangpenyediaan tenaga listrik yang men-jamin ketahanan energi berkelanju-tan bagi Aceh. Karena itu, masih ban-yak agenda kelistrikan yang harusdilanjutkan agar ketahanan energi diAceh dapat tercapai.

Selama ini , arus listrik di Aceh, di-dominasi pelanggan rumah tanggayang mencapai 90,6% dari total pel-anggan PLN Aceh. Rinciannya, kon-sumsi listrik 67,6%, pelanggan bisnis6,%. Konsumsi listrik 18,6%, semen-tara pelanggan industri hanya 0,1%konsumsi listriknya hanya 3% daritotal 269 MW selama semester satutahun 2012.

Saat ini, beban puncak di Acehmencapai sekitar 332 MW. Semua itudisupplai dari genset sewa sebesar206 MW, PLTD HSD PLN 70 MW. Si-sanya dari Penyalur Pusat PengaturBeban Sumatera (P3BS), PLTM danexcess Power. “Kondisi ini menunjuk-kan, penyediaan listrik di Aceh masihsangat bergantung pada pembang-kit berbahan bakar BBM yang san-gat mahal. Ketergantungan padadaya yang dihasilkan dari pembang-kit di Sumatera Utara, dengan sum-ber daya alam untuk menghasilkanlistrik yang dimiliki. Sudah sewajarn-ya, Aceh menjadi lumbung listrik diwilayahnya sendiri,” harap Riefky.

Harapan Riefky tentu bukan isa-pan jempol. Sebab, hampir sebagianbesar wilayah Aceh, memiliki sumberenergi listrik alternatif. Mulai dari ket-ersediaan batu bara, panas bumi,angin (bayu) hingga aliran sungaiatau irigasi.

Ambil contoh di Kabupaten AcehSingkil. PT Perusahan Listrik Negara

SPLTU di Nagan Raya. ■ MODUS ACEH/Dok

Page 20: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 201320 Reportase

akan mengembangkan energialternatif Pembangkit Listrik TenagaBayu (PLTB), mulai Mei 2013 lalu.“Pengembangan PLTB atau tenaga an-gin ini dimaksudkan untukmengetahui apakah tekonologi ini co-cok diterapkan di Indonesia,” kataDirektur Perencanaan dan TeknologiPLN, Nasri Sebayang di Jakarta, Jumat,8 April 2013 lalu.

Nasri menekankan PLTB akan diujicoba selama enam bulan dengan po-tensi angin yang cukup untuk pem-bangkit yaitu lima meter perdetik. “Bilahasilnya bagus, maka masa percobaanPLTB akan diperpanjang,” katanya se-raya menekankan bahwa kapasitaspembangkit di daerah ini rata-rataberkisar 200 kilo watt (kw). Dia menam-bahkan, selain di Singkil, ada dua loka-si lain yang dikembangkan yaitu, Sum-ba Nusa Tenggara Timur dan Sukabu-mi Jawa Barat.

Niat tersebut tentu tidak berlebihan.Sebab, pengembangan sumberdayaenergi dan mineral di Aceh hingga kinibelum maksimal digarap. Itu sebabn-ya, untuk mengatasi kendala kebutu-han energi listrik, salah satu caranyaadalah dengan memfokuskan padasumber energi terbaharukan (non fos-il) yaitu, energi panas bumi, energi air,tenaga angin dan tenaga surya. Beber-apa sumber energi terbarukan terse-but sudah mulai dikembangkan seper-ti energi panas bumi Seulawah Agamdi Kabupaten Aceh Besar, energi tena-ga air Krueng Peusangan dan energitenaga angin Kluet Selatan di Aceh Se-latan. Sementara itu, sumber energi ter-barukan lainnya masih pada tahappengkajian dan perlu ditindaklanjutisebagai prioritas pembangunan jang-ka panjang.

***ACEH memiliki sumberdaya mineral

yang cukup potensial, namun belumdimanfaatkan secara optimal untukmendukung pertumbuhan ekonomidan kesejahteraan masyarakat. Be-barapa potensi pertambangan diwilayah Aceh mencakup semua bahantambang, yaitu: mineral dan batubara(minerba), minyak dan gas bumi (mi-gas), panas bumi, dan air tanah.

Potensi pertambangan yang telahteridentifikasi terdiri dari; bahan tam-bang strategis (golongan A), bahan tam-bang vital (golongan B), dan bahan tam-bang golongan C (bahan galian). Potensiini masih belum dimanfaatkan oleh in-vestor dari dalam dan luar Aceh akibatkurangnya informasi, promosi dan reg-ulasi yang mendukung investasi.

Data dari sumber daya energi Acehmenyebutkan, dalam perut bumi Acehterdapat kandungan energi panas bumi(geothermal) dan air (hydropower)cukup besar. Cadangan energi panasbumi di Gunung Seulawah dan KruengRaya, Aceh Besar, masing-masing sebe-sar 250 mega watt (MW). Tak hanyaitu, ada juga di Gunung Jaboi, Pulau Weh74,14 MW, dan Gayo Lasten, Aceh Ten-gah, sebesar 589,42 MW.

Sementara sumber energi hydro-power terdapat di sejumlah sungai diAceh. Di antaranya di Krueng Aceh(5,20 MW), Krueng Teunom (41,10MW), Krueng Leumih (7,70 MW),Krueng Meureudu (62,60 MW), KruengJambo Aye (471,90 MW), Krueng Ra-masan (101,80 MW). Krueng Peureulak(20,80 MW), Kreung Tampur-Tamiang(126,90 MW), Krueng Biadin (98,60MW), Krueng Peusangan (88,90 MW),Danau Laut Tawar/Bidin (73,30 MW),Danau Laut Tawar/Jambo Air (41,90MW), Krueng Pantan Dedalu (7,90MW), Lawe Alas (268,10 MW), danLawe Mamas (65,80 MW).

Kalau ditilik lebih jauh lagi, Aceh juga

memiliki potensi batu bara yang cukupbesar. Di Kecamatan Meurebo dan Ke-camatan Kaway XVI, Aceh Barat,diperkirakan memiliki batu bara sebe-sar 571 juta ton dan cadangan hipote-sis batu bara lebih kurang 1,7 miliar ton.Ditambah lagi cadangan minyak bumidi Aceh sebesar 94,473 million stocktank barrel (MSTB) di sepanjang pantaiutara dan timur—daratan seluas8.225,19 km2 dan di lepas pantai SelatMalaka 38.122,68 km2—dan memilikicadangan gas bumi sebesar 10,3787billion standar cubic feet (BSCF).

Sejauh ini memang belum ada usa-ha maksimal dari Pemerintah Aceh un-tuk mengatasi masalah krisis energi,khususnya listrik, selain menunggu ul-uran tangan investor. Itu sebabnya,diperlukan keberanian dan kebijakanuntuk menggali potensi sumber energimasa depan di Aceh. Salah satunya dikawasan Gunung Seulawah, Aceh Be-sar yang menjadi sumber energi alter-natif susulan.

Sebab, kawasan itu memiliki poten-si energi panas bumi untuk listrik yangcukup besar. Menurut data yang ada,listrik yang dapat dihasilkan dari pem-bangkit listrik tenaga panas bumi Seu-lawah sekitar 90 MW atau bisa menga-liri kebutuhan listrik pada 96.231 rumahtangga dengan daya 1.300 watt. Adan-ya cadangan listrik ini tentu dapatmerangsang para pelaku usaha lokaluntuk tumbuh dan berkembang, sertadapat memutarkan roda perekonomi-an di Provinsi Aceh pada umumnya.

Pentingnya penyediaan cadanganlistrik di Aceh saat ini sudah menjadikeharusan. Maklum, sebagian daerahseperti Kabupaten Bireuen, Kota Ban-da Aceh dan Bener Meriah, pemada-man listrik merupakan hal yang bisadirasakan setiap oleh masyarakat set-empat, terutama saat beban puncak.

Kenyataan ini, merupakan tantan-gan tersendiri bagi Pemerintah Acehuntuk dapat menyediakan listrik den-gan cara yang lebih ramah lingkungan.Sebab, penyediaan listrik dengan carakonvensional; Pembangkit Listrik Tena-ga Diesel (PLTD) dan Pembangkit Lis-trik Tenaga Air (PLTA), kurang begituramah secara lingkungan.

PLTD dengan jumlah yang besarsecara lingkungan bisa meningkatkanemisi karbon di udara. Di samping itukerugian Negara semakin hari akankian besar karena banyak uang Nega-ra yang dipergunakan untuk subsidipembelian bahan bakar untuk keper-luan PLTD. Sementara, PLTA dalam lua-san yang besar bisa menghapuskanpotensi sumber daya alam yang lainkarena dengan pembangunan bendun-gan untuk PLTA, tidak sedikit lahan

yang terendam oleh air.Kejadian ini sudah jelas menghilang-

kan potensi dan mata pencarianmasyarakat. Salah satunya yang terja-di di Aceh Tengah. Saat ini dikawasanitu sedang dilakukan pembangunankonstruksi PLTA Peusangan yang diren-canakan akan menghasilkan 86 MWdari dua buah turbin yang akan diin-stalasikan. Tentu saja, bendungan yangakan dibuat akan merendam lahanyang tidak sedikit.

Itu sebabnya, optimalisasi atau pe-manfaatan energi panas bumi sebagaialternatif menjadi suatu keharusan. Dan,sudah saatnya, inisiasi penyediaan lis-trik melirik alternatif potensi lain yangsangat efisien. Tentu, akan dapat meng-hasilkan daya listrik yang optimal. Satudi antaranya adalah, pembangkit listrikdengan menggunakan energi panasbumi.

***Indonesia sendiri secara geografis

terletak di kawasan ring of fire atau jalurmagma. Ini ditandai dengan banyakn-ya jumlah gunung berapi yang berjejerdari kepulauan Nusa Tenggara, PulauJawa, hingga Sumatera. Tentu saja ka-wasan ini merupakan rentan bencanakhususnya gempa bumi, letusan gu-nung berapi, bahkan tsunami. Meskidemikian, kawasan ring of fire ini me-miliki potensi yang sangat luar biasayang dianugrahkan Tuhan kepada In-donesia, yaitu sumber energi panasbumi.

Satu dari banyak kegunaan danmanfaat energi panas bumi adalah un-tuk pembangkit listrik yang sangat ra-mah lingkungan karena sedikit emisikarbon yang dihasilkan. Sementarapower plant yang dipasang menghasil-kan daya yang besar akan tetapi lahanyang diperlukan tidak begitu luas.

Yang patut dicatat adalah, memban-gun pembangkit listrik tenaga panasbumi di suatu daerah, akan sangatmembantu pemanfaatan panas bumimenjadi listrik jika ada sumber air yangmengalir yang membawa sumberpanas yang berasal dari bumi.

Air yang mengalir dan membawaenergi panas ini berasal dari daerahtangkapan air (recharge) yang bisaberada di daerah sumber panas bumitersebut maupun dari daerah yang be-rada jauh dari sumber panas bumi itukeluar dari dalam bumi. Mengapa sum-ber air penting dalam proses ekstraksipanas bumi menjadi listrik? Tentu sajajawabanya sederhana sekali yaitupembentukan uap.

Pemanfaatan uap yang dihasilkanoleh panas bumi, kemudian diper-gunakan untuk pemutaran turbin yangselanjutnya dikonversi menjadi tenagalistrik yang bisa dipergunakan oleh

masyarakat. Panas bumi yangtidak mempunyai daerahmemiliki daerah recharge airsebetulnya juga bisa diman-faatkan akan tetapi akan ber-dampak pada biaya produk-si dari pemanfaatan panasbumi tersebut.

Begitupun, diperlukanpenyediaan tambahankhususnya dalam prosespembentukan uap untukpenggerak turbin dengancara menyedot dari sumberair yang ada (sungai, sumur,danau, dan lain-lain) sertamenyuntikannya ke dalambumi dimana sumber panasbumi tersebut berada. Kesim-pulannya adalah, panas bumiakan sangat mustahil sekalibisa dimanfaatkan menjadi lis-trik bilamana tidak ada sum-ber air sebagai bahan dasar

uap oleh panas bumi.Daerah panas bumi yang memiliki

daerah recharge, terletak di hutan, baikhutan lindung maupun hutan konservasilainnya. Pembangkit listrik tenagapanas bumi Seulawah, misalnya, jugamemiliki daerah recharge di sekitaranhutan di Gunung Seulawah. Dan, ka-wasan recharge tersebut juga sekali-gus merupakan tempat hidup alami tigamamalia besar yaitu gajah, harimau,dan orangutan. Dengan ada benangmerah yang bisa kita tarik dari pengem-bangan listrik panas bumi ini, yaitumelindungi daerah recharge supayaproses eksraksi panas bumi bisa ber-jalan dengan lancar.

Di samping itu dengan melindungidaerah recharge secara tidak langsungjuga melindungi gajah, harimau dan or-angutan secara habitat. Tentu saja hal iniperlu beberapa persiapan di antaranyapemetaan daerah recharge danpemetaan pola persebaran satwa liar danhutan sebagai data pendukung daerahperlindungan, yang nantinya bisa men-jadi pedoman bersama dalam hal pen-gelolaan dan pemanfaatan hutan.

Dan, isu penting pembangunan saatini adalan pemberdayaan masyarakatlokal yang terkena dampak. Ada be-berapa inisiatif yang bisa dilakukan, diantaranya dengan menerapkan inisia-si jasa lingkungan. Jasa lingkunganpada pengembangan pembangkit lis-trik panas bumi ini bisa dimulai denganpengidentifikasian penerima danpenyedia jasa serta kawasan yangmemberikan jasa lingkungan.

Seperti di Seulawah, Aceh Besar. Se-cara garis besar sudah tentu penerimajasanya adalah pengembang pem-bangkit listrik tenaga panas bumi danpenyedia jasanya adalah masyarakatyang berada kawasan hutan Seulawahdan Jantho. Insentif yang diberikan padapenyedia jasa dari penerima jasa sudahtentu harus dipergunakan untuk segalakegiatan dalam upaya perlindungankawasan dan habitat satwa liar yang ter-dapat di hutan Seulawah dan Jantho.

Di samping itu sebagian dari insen-tif, perlu juga diperuntukan untukpengembangan ekonomi masyarakatdi sekitar hutan. Sudah tentu hal ini bisamenjadi alternatif mata pencararianmasyarakat di sekitar hutan untuk leb-ih berdaya dalam bingkai konservasikawasan hutan Seulawah dan Jantho.

Akankah semua terwujud? “Ke-menterian ESDM, Pertamina, PLN danKomisi VII DPR RI tetap mendukungupaya optimalisasi sumber daya ener-gi masa depan yang berkelanjutan diAceh. Semua ini untuk memperkuat danmerawat perdamaian, menuju kese-jahteraan rakyat,” kata Teuku RiefkyHarsya. Semoga!***

Proyek PLTA Takengon. ■ LINTASGAYO

Page 21: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 21Politik

MELALUI telpon, Jumat pekanlalu Abrar Muda tidak membantahbahwa setiap daerah mendapatkandana bantuan dari Badan Rekon-truksi dan Rehabilitasi (BRR NAD-Nias) tahun 2008 silam. Untuk AcehSelatan ada empat daerah yangmendapatkan dana koperasi Rp 1,5miliar. Anggaran yang disumbangBRR NAD-Nias ini, dimaksudkanuntuk dikelola oleh masing-masingdaerah, yaitu ketua koperasi,sekretaris dan bendahara.

Dari daerah satu (Labuhan Haji

■ Mantan KPA Aceh Selatan Abrar Muda

Saya Berharap DiusutRaya, Meukek, Sawang dan Samad-ua) kata Abrar Muda, dikelola Safironyang kini menjabat Ketua DPRK AcehSelatan dari PA. Daerah dua (Tapak-tuan-Pasie Raja) dikelola Asnawi,daerah tiga dikelola Tgk. Amran dandaerah empat dikelola Zaiton.

Untuk setiap daerah di AcehSelatan mendapat Rp1,5 miliar. Danatersebut tidak ada kaitanya denganKetua KPA. “Itu tidak ada alasandengan saya, dan saya mendukungdiusut, kalau boleh seluruh Aceh,”jelas Abrar Muda.

Sedangkan lahan sawit yangdiperuntukan untuk mantan ko-mbantan Gerakan Aceh Merdeka(GAM) daerah empat, dikelola olehkelompok lain. Dalam programpemberdayaan ekonomi mantanGAM ini, ada 10 kelompok yangdibantu melalui Anggaran Pendapa-tan dan Belanja Aceh (APBA)beberapa tahun lalu. Lokasinya diBakongan Timur, Aceh Selatan.

Akankah semua itu diusut? Kitatunggu saja tindakan selanjutnyadari aparat penegak hukum.***

Rencana MuzakirManaf menetapkanM. Nasir sebagaiKetua KPA AcehSelatan mentok.Alasannya, anggotaKPA setempatmenolak, selainempat nama yangtelah merekausulkan.

■ Laporan Juli Saidi

etua Komite Perali-han Aceh (KPA) Pu-sat Muzakir Manaf,memilih tidak duduk

bersila. Sebaliknya, lututkananya ditegakkan, saat ber-temu beberapa bawahannya diKantor KPA Pusat, Jalan MakamT. Nyak Arief, Nomor: 2 Lam-rheung, Aceh Besar, Jumatmalam dua pekan lalu.

Begitupun, pertemuanyang sudah direncakankan se-jak awal itu, hanya berlang-sung sekitar lima menit ataupukul 22.30 Wib. Saat itu, WakilGubernur Aceh ini hanya mel-ontarkan tiga pertanyakaandengan kalimat yang samapada anggotanya yang beras-al dari Aceh Selatan. Maklum,Surat Keputusan (SK) yang adapada Muzakir Manaf atauakrab disapa Mualem ini, telahmenetapkan M. Nasir danIrhafamanaf sebagai Ketuadan Wakil Ketua KPA Aceh Se-latan.

“Apakah kalian setuju?”tanya Mualem berturut-turut,begitu cerita yang disampai-kan Marwan, mantan ko-mbatan GAM asal Aceh Sela-tan, Selasa pekan lalu, di Ka-

■ Penunjukan Ketua KPA Mentok

Kisruh Kedua KPA Aceh Selatanjhu, Aceh Besar.

Namun, saat itu tak satu punmantan GAM Aceh Selatanmengamini pertanyaan Muza-kir Manaf. Mereka menolak bilakomando menetapan selainempat nama yang telah mere-ka usulkan. “Tiga kali Mualemtanyakan setuju, kami semuamenjawab tidak setuju,” ujarMarwan.

Usai mendapatkan jawa-ban tidak setuju tadi, kemudi-an Muzakir Manaf merobekSurat Keputusan penetapan M.Nasir dan Irhafamanaf sebagaiKetua dan Wakil Ketua KPAAceh Selatan. Dalam keadaanemosi, Muzakir Manaf sempatberujar. “Kalian tunjuk saja sia-

pa yang kalian suka,jangan laporkanpada kami,” begitukata Marwan yangdiamini dua mantanGAM lainya, Safnidan Maisa.

Penolakan yangdilakukan anggotaKPA Aceh Selatan, Ju-mat malam dua pe-kan lalu itu, bukantanpa sebab. Karena,hasil pemilihan yangdilakukan padapertengahan Sep-tember 2013 lalu,empat daerah ber-sepakat, setiap daer-ah hanya bisa men-gusulkan satu namasebagai calon Ketua

KPA Aceh Selatan.Nah, hasil rembukan itu,

disepakati empat nama,mewakili empat daerah.Mereka adalah, KetuaDewan Perwakilan RakyatKabupaten (DPRK) AcehSelatan Safiron (daerah I),Asnawi (daerah 2), Efendi(daerah 3) dan Irhafamanafdari (daerah 4). Mekanis-me penunjukan empatnama tersebut pun, bukanasal tunjuk, tapi setelahmelalui pemilihan. Untukdaerah empat (BakonganRaya) misalnya, setiap sa-goe di wilayah itu men-gusulkan satu orang, Irhaf-amanaf dari Sagoe Bakon-gan-Kota Bahagia, Hattadari Sagoe Bakongan Timurdan Mukhlis (Nek Rayek)dari Sagoe Trumon.

Dari hasil pemilihan didaerah, Irhafamanaf yangdipercayakan sebagai ca-lon KPA Aceh Selatan. “Ka-lau Mualem dari awalmenunjuk langsung orang-

nya tidak masalah, tapiMualem menyurati KPA AcehSelatan untuk memilih. Karenaitu kami menolak karena mem-pedomani surat Mualem,” katatiga mantan GAM; Marwan,Safni dan Maisa.

Memang, penunjukan ke-empat nama tersebut dilaku-kan dengan pemilihan. Dan, itusesuai surat KPA Pusat yangditandatangani MuzakirManaf. Dalam surat Nomor:103/KPA/IX/2013, tanggal 6September 2013 menegaskan,satu daerah satu calon. Karenasurat itulah masing-masingdaerah mengajukan satu namakepada KPA Wilayah. Selanjut-nya, wilayah meneruskan ke-pada KPA Pusat.

Diduga, munculnya namaM. Nasir yang tidak masukdalam pemilihan empat daer-ah itu, karena ada kepentinganpolitik dari beberapa anggotaKPA Aceh Selatan dan KPA Pu-sat. Sebab, bila Irhafamanafditunjuk menjadi ketua, dikha-watirkan akan terbongkar ber-bagai ketimpangan di tubuhKPA Aceh Selatan dan dapatmemutus mata rantai oknumKPA Pusat. “Dugaan kami, iniada ketakutan dan kepentin-gan politik,” ujar Marwan.

Misalnya, terkait dana ko-perasi mantan GAM di sana, Rp1,5 miliar yang hingga kinitidak jelas juntrungnya. Bukanhanya modal pokok Rp 1,5 mil-iar tidak jelas, bunga dari sim-pan-pinjam uang koperasitersebut Rp 600 juta, jugadiduga telah dibagi-bagikanpada mantan GAM tertentu. Ituterjadi, saat KPA Aceh Selatandipimpin Abrar Muda.

Selain soal dana koperasi,jika Irhafamanaf ditunjuk se-bagai Ketua KPA Aceh Selatanmenurut sumber media ini, juga

K Muzakir Manaf

Page 22: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 201322 Politik

■ Laporan Aji

EBELUMNYA, Ketua Umum DPPPartai Golkar, Abu Rizal Bakrie, jugahadir ke Nagan Raya. Selain dipeu-sijuk, pengusaha ini juga ditambal-kan gelar adat Ampon Chik Nagan

Raya.Dan, Kamis pagi, 7 Novemver 2013,

Teuku Riefky melakukan orasi politik ke-pada ratusan pemuda Aceh Barat, terkaitpenghijauan lingkungan hidup. Selain itu,pemuda Aceh berdarah biru ini, memba-gi-bagikan ribuan bibit tanaman kepadamasyarakat pada wilayah itu.

Teuku Rifkie adalah Sekretaris FraksiDemokrat di DPR RI, sekaligus Ketua Ko-misi VII, membidangi energi, riset dan per-tambangan. Kunjungan kerja Riefky kewilayah Pantai Barat Aceh itu, tidak lepasdari kepentingan politiknya menjelangPemilu Legislatif 2014, mendatang.

Maklum, Riefky kembali maju sebagaicalon anggota DPR RI Daerah Pemilihan(Dapil) I Aceh melalui partai besutan Pres-iden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Diatermasuk salah seorang tokoh muda Acehyang sukses menjadi politisi di tingkatnasional. Lelaki empat anak itu, menyam-bangi masyarakat di pesisir pantai BaratAceh, guna melakukan sosialisasi peles-tarian lingkungan hidup, sekaligus meman-tau progress pembangunan PembangkitListrik Tenaga Uap (PLTU), di Suak Pun-tong Nagan Raya, yang hampir 90 persenselesai pengerjaannya.

Tak ada sambutan hangat dari Pemer-intah Kabupaten Nagan Raya. Hanya ula-ma, santri, masyarakat dan awak pers yangselalu setia menemaninya. Sebelumnya,Ketua DPP Golkar, Ir Abu Rizal Bakrie jugahadir ke Nagan Raya. Tema yang diusung,temu kader sekaligus meresmikan KantorDPD Golkar di kabupaten setempat. Pe-merintah dan masyarakat Nagan Rayadengan antusias menyambut Capres dariPartai Beringin itu.

Entah karena terlalu suka, sejumlahSatuan Kerja Pemerintah Kabupaten(SKPK) dijajaran pemerintahan yang pimp-in Drs HT Zulkarnaini, memasang balihoraksasa di halaman kantor mereka. Misal,

Berlomba Pengaruhdi Nagan Raya

baliho warna kuning yang dipajang, depanKantor Dinas Bina Marga, Pengairan danTata Kota Nagan Raya. Terpampang, fotoKetua DPP Partai Golkar, Ir Abu Rizal Bak-rie, Ketua DPW Golkar Aceh, SulaimanAbda,M.Si dan Ketua DPD Golkar NaganRaya, Drs HT Zulkarnaini, sekaligus Bupatisetempat.

Tak hanya itu, entah karena cintanyakepada Abu Rizal Bakrie, hari itu Pemkab

Nagan Raya meliburkan secara serentakaktivitas perkantoran, Rabu, 6 November2013. Itu sebabnya, jajaran SKPK sekali-gus Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkun-gan Pemkab Nagan Raya, memakai paka-ian biasa untuk menghadiri pertemuanbersama tokoh Golkar nomor wahid tadi.

“Golkar sudah berdarah daging danmerasuk ke tulang daging tubuh ini”, begituorasi Ampon Bang, panggilan akrab BupatiHT Zulkarnaini, dihadapan ribuan kaderGolkar yang berlangsung di Lapangan Alun-alun Suka Makmue, Rabu, 6 November lalu.

Pernyataan Ampong Bang tak lepasdari nilai historinya. Sebab, partai berlam-bang pohon Beringin ini sudah sejak lamahadir di wilayah Barat. Saat itu, dinakhodaikakeknya, almarhum Habib Muda Se-unagan. Kemudian, diturunkan kepadaayahnya, almarhum Ampon Daman. Diapernah menjadi Ketua DPRK Aceh Baratsaat itu.

Kini, penguasa model almarhum Soe-harto itu, mengusung istrinya Kelimah se-bagai calon anggota DPRK dari PartaiGolkar. Itu sebabnya, dia sedang berusa-ha keras untuk merebut hati masyarakatNagan Raya pada Pemilu 2014 mendatang.

Ketua DPP Partai Golkar, Ir Abu RizalBakrie (ARB) dalam sambutannya memper-ingatkan kepada seluruh kader Golkaragar hati-hati dalam memerintah. ARB me-minta pada kadernya supaya mentaatiperaturan dan tidak menyalahgunakankekuasaan.

Itu sebabnya, Abu Rizal Bakrie yangsudah dinobatkan sebagai Ampon Chikoleh Majelis Adat Nagan Raya berharap,kader Golkar dapat menciptakan programkerja yang menyentuh masyarakat. Kare-na itu, Ampon Chik ke Nagan Raya untukmencetuskan program pembangunanyang dimulai dari desa-desa. Seperti pem-bangunan sarana irigasi kepadamasyarakat tani, pemberian bantuan keawak nelayan dan lain-lain.

Lepas dari itu, kehadiran dua tokoh danpolitisi nasional tadi yaitu, Ir Abu Rizal Bak-rie dan H.T Riefky Harsya,MT ke NaganRaya, tentu sama-sama ingin menanamkanpengaruhnya di pantai Barat Aceh ini. Yangsatu sebagai Capres RI dari Golkar, satun-ya lagi, caleg DPR RI dari Partai Demokrat.

Sebagai kader setia Partai Demokratdibawah pimpinan Presiden RI, Susilo Bam-bang Yudhoyono, H.T Riefky Harsya, ten-tu menyampaikan program pemerintahpusat. Sebut saja soal Raskin, PNPM Mandi-ri Pedesaan, BLSM, kesehatan dan lainnya.Pembangunan PLTU Suak Puntong con-tohnya, Teuku Riefky lah yang melobi Pres-iden SBY agar proyek itu dibangun di Aceh.Tujuannya, untuk menciptakan lapangankerja kepada masyarakat yang masih

menganggur di Aceh.Sebelumnya, mega proyek PLTU itu,

menjadi rebutan masyarakat Pulau Jawa,Bali dan Sumatra Utara. Dengan adanyaPLTU di Aceh, berarti arus listrik sudahmencukupi, sehingga para investor akantertarik menanamkan modalnya di Aceh.“Sekarang PLTU itu sudah hampir 95 per-sen siap. Namun, proyek itu wajib diujiemisi dahulu agar tidak menimbulkanmasalah baru”, ujarnya.

Diakhir sambutannya, Teuku Refkymenitip pesan dari Presiden SBY. Kata Rifk-ie, orang nomor satu di republik ini mem-inta doa agar roda pemerintahan pusatselalu berjalan dengan baik dan suksessampai akhir jabatan. “Sembilan tahunsudah Pak SBY memimpin Indonesia, hu-jan kritik pun tak pernah reda dan selalumasuk tivi. Untuk itu, Pak SBY minta didoa-kan”, jelasnya, mengakhiri pembicar-aan.***

S

akan mengusut dua hektar la-han yang disiapkan untuk man-tan GAM Wilayah BakonganRaya. Maklum, lahan sawit se-luas seribu hektar di BakonganRaya, diduga hanya dibagipada orang-orang khususalias keluarga, kerabat dan sa-habat mantan GAM tertentu.

Selain itu, bila M. Nasirgagal menjabat Ketua KPAAceh Selatan, maka utangPilkada Aceh Selatan yang dip-injam M. Nasir pada dua ang-gota KPA akan terancam tidakdibayar.

Tak hanya itu, sumber me-dia ini mengatakan. Bila M. Na-sir ditetapkan sebagai KetuaKPA Aceh Selatan, maka mem-buka peluang bagi oknum KPAPusat untuk memuluskan ke-pentingan pribadinya. “Ini se-mua karena ada kepentinganoknum dan ada pihak yang ter-ancam, kalau bukan M. Nasirmenjabat Ketua KPA Aceh Se-latan,” ujar sumber media inidari kalangan mantan GAMAceh Selatan yang tak maunamanya disebutkan.

Namun, dalam pertemuantersebut Muzakir Manaf, kataMarwan, punya alasan lain.Ada kekhawatiran Mualemjika bukan M. Nasir sebagaiKetua KPA Aceh Selatan, makatidak akan mampu mengalah-kan kelompok Abrar Muda Csyang telah dipecat dari KetuaKPA Aceh Selatan 2012 silam.Karena, empat nama yang di-usulkan dianggap masih mudaalias bukan senioritas dalamGAM. “Kalau bukan M. Nasir,tidak sanggup kalian patahkanAbrar Muda dan Kartiwi Da-wood nanti,” ujar Marwan me-niru kata Muzakir Manaf dalampertemuan tersebut, Jumatmalam dua pekan lalu.

Tapi, alasan Mualem ini di-anggap tidak masuk akal.Sebab, selain bertentangandengan suratnya. MuzakirManaf juga diminta men-genang kembali kegagalanPartai Aceh (PA) dalam mere-but jabatan Bupati Aceh Sela-tan pada Pilkada 2012 lalu.Karena, setelah hasil konvensidibatalkan, GAM Aceh Selatanpecah dan M. Nasir kalah.

Bukan hanya itu, jikaMualem menetapkan diluarnama yang telah diusulkan (M.Nasir) sebagai Ketua KPA AcehSelatan, maka resiko yang dih-adapi bukan semata-matamelawan kelompok AbrarMuda. Tapi, internal KPA daer-ah penghasil pala itu juga akanmenjadi ancaman. Dan besarkemungkinan, KPA Aceh Sela-tan mengembalikan setempel.Memang, kisruh di tubuh KPAbukan dalam pemilihan KetuaKPA saja, pada Pilkada AcehSelatan 2012 lalu, PA-KPApecah karena hasil konvensidibatalkan.***

Memakai baju jeans biru dongker dipadu celana dankopiah hitam, T. Riefky Harsya (40), menyambangiPesantren Ruhul Ilmi, Gampong Ujong Pasi, NaganRaya. Sekretaris Fraksi Partai Demokrat, DPR RI itudipeusijuk ulama dayah dan dijamu bersama kopi danjagung rebus seadanya.

T. Riefky Harsya (kanan)

Abu Rizal Bakrie di Nagan Raya.

■ MODUS ACEH/Aji

■ MODUS ACEH/Aji

Page 23: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MODUS ACEHN0 29/TH.XI EDISI 11 - 17 NOVEMBER 2013 23Menggapai Keadilan

Sekolah putus,badan cacat, masadepan hilang danhukum tidak berpihak.Itulah sekelumit kisahPutri Shara (13) korbantabrakan Biptu PolisiHaikal dari Unit LakaSatlantas Polres AcehBesar.

■ Laporan Masrizal

ENGGUNAKANtongkat penyang-ga kaki, Putri Shara(13) jalan tertatih-

tatih. Gadis itu terlihat lalu la-lang dalam rumahnya, JalanJama’ah, Gang Sahabat,Lorong B, No. 6, Beurawe, Ke-camatan Kuta Alam, BandaAceh.

Ketika media ini menyam-bangi rumahnya, Rabu pekanlalu, Putri baru saja keluar darisalah satu kamar. Dari sana ter-dengar suara teve. Namun,saat saya berdiri di depan pin-tu, Putri langsung menoleh dantersenyum tanpa bicara.

Dia kemudian melanjutkanjalannya. Semenit berselang,ibunda Putri, Mursyida, keluardari ruang dapur dan mem-persilahkan saya masuk. “Pu-tri belum sembuh total,” kataMursyida membuka pembic-araan.

Ya, kaki sebelah kiri PutriShara masih sakit dan tidakbisa berjalan. Penyebabnyasetelah Putri mengalamikecelakaan setahun yang laludi persimpangan Desa Lam-

HARUSKAH PUTRIMENANGGUNG DERITA

bung, Kecamatan Meuraxa,Banda Aceh. Tidak lama kemu-dian, Ketua Lembaga BantuanHukum (LBH) Anak Aceh, RudiBastian dan Ketua Komisi Per-lindungan Anak IndonesiDaerah (KPAID), Tgk. Anwar,datang.

Kisah derita Putri berawal,4 November 2012 lalu, sekitarpukul 16.00 WIB. Putri Sharabaru saja pulang dari rumahkawannya di Desa Lambung,Kecamatan Meuraxa, BandaAceh. Putri bersama teman-nya, Annaya, ingin kembali kerumah.

Saat itu, Putri mengenderaimotor milik Annaya. Ketikamau belok di persimpanganjalan, dikawasan Desa Lam-bung, mengarah ke Lampaseh,Putri dan Annaya tidak melihatada mobil kencang dise-berangnya. Tiba-tiba, trraaaakk-kkkkk. Mobil pa-troli polisi yang dik-endarai Briptu Poli-si Haikal dari UnitLaka Satlantas Pol-res Aceh Besar,menghantam ke-dua gadis itu.

Saat kejadian,siswi kelas II MTsNegeri 2 BandaAceh itu terpental diatas bagian depanmobil sebelum jatuhke aspal. Sementara,sepeda motor yangditungganginya,terseret sekitar 30meter dari tempat ke-jadian. “Setelah keja-dian Putri pingsan,”kata Rudi Bastian.

Sementara teman-nya, Annaya hanya

mengalami lecet karena saatkejadian sempat loncat darisepeda motor. Kemudian, Pu-tri dan temannya langsung dibawa ke Rumah Sakit PermataHati, tidak jauh dari lokasi ke-jadian.

Setelah kejadian, Haikal danayah Putri, Tarifuddin mem-buat satu perjanjian tentangpengobatan Putri. MenurutRudi, awalnya Haikal berjanjiakan menanggung biaya pen-gobatan Putri bersama keluar-ga Putri. Surat itu dibuat olehHaikal dan ditandatangani Tari-fuddin tanpa membaca ter-lebih dahulu. “Rupanya diper-janjian itu bahasanya lain, bah-wa seiklasnya dia mampumembayar pengobatan putri,”ujar Rudi.

Padahal, komitmen awalbiaya pengobatan Putri akanditanggung secara bersama-sama antara keluarga Putridengan Haikal. “Akibat per-masalahan itu, hinggasekarang dia (Haikal) tidakpernah menjenguk Putri lagi,”jelas Ketua LBH Anak ini.

Ibu Putri, Mursyida men-gungkapkan, biaya pengoba-tan anaknya selama ini hanyaditanggung keluarga. “Me-mang pada awalnya ada dikasih Rp 4 juta,” kata Mursyi-da. Selain itu, keluarganya jugamendapat asurasi dari JasaRaharja Rp 10 juta. Sedangkantotal pengeluaran biaya pen-gobatan Putri mencapai Rp 30juta. “Bahkan Putri masihmenunggu biaya pengobatansekitar Rp 120 juta lagi untukpengobatan lanjutan sampaipulih,” jelas ibunya.

Bahkan kata Mursyida, Pu-tri tak hanya dirawat di RumahSakit Permata Hati. Putri juga

dirujuk ke Rumah Sakit Faki-nah, Banda Aceh. “Di sana Pu-tri dioperasi.” Setelah diopera-si, Putri dibawa pulang dandirawat di rumah.

Berselang 20 hari, Putrikembali dirujuk ke salah saturumah sakit di Medan, Sumat-era Utara. “Pihak rumah sakitdi sana menyerah, hingga Pu-tri kembali dibawa pulang,”cerita Mursyida lemah.

Setelah itu, keluarga mem-bawanya ke salah satu rumahsakit di Penang, Malaysia. Disana Putri hanya di cek bagianyang sakit. “Sampai di sanatidak langsung dioperasi, teta-pi hanya di cek saja dan dok-ter di sana mengatakan akandioperasi pada bulan Desem-ber 2013 dengan biaya Rp 120juta,” terang Mursyida yangmerasa bingung memikirkanbiaya sebesar itu.

Selama ini, Mursyida han-ya berprofesi sebagai ibu ru-mah tangga. Sedangkan sua-minya Tarifuddin, sebagai ang-gota polisi di Polsek Kutaraja,Banda Aceh. Namun, Tarifud-din sudah lama menderita

penyakit diabe-tes melitus (DM) danmengakibatkan kaki-nya diamputasi.

Akibat kejadian itu,Putri mengalami remuktulang punggung, kan-tong kemih bocor, danbadan lecet. Tak hanyaitu, Putri putus sekolahbahkan diperkirakancacat seumur hidup.“Belum lagi kehidu-pan rumah tanggadia ke depan sepertiapa. Ini yang harus di-fikirkan,” terang Rudi.

Mirisnya, pada 29Juli 2013, Putrimendapat suratpanggilan dari KasatLantas Polresta Ban-da Aceh, Andi Kira-na SIK. MH. Isi suratitu menetapkan Pu-tri sebagai tersang-ka dalam perkara

kecelakaan lalu lintas yang di-alaminya. Alasannya, Putri me-langgar Pasal 310 ayat (1) (2)UU RI Nomor 22 tahun 2009.“Berarti dia (Haikal) sudahmelaporkan tindakan ini,”ujarnya.

Ternyata pemanggilan itutak hanya sekali. Pada 7 Okto-ber 2013, surat pemanggilankembali datang. Atas dasar itu,pihak keluar akhirnya me-laporkan perkara ini kepadaLembaga Bantuan Hukum(LBH), seperti LBH Anak Aceh,KPAID, dan KP3AA. Sebelum-nya, 20 Juni 2013 paman Putri,Muhammad Zaki pernah me-laporkan kasus ini ke Unit Pro-fesi dan Pengamanan (Pro-pam) Polresta Banda Aceh. Tu-juannya, agar difasilitasi per-temuan antara keluarga Putridengan Haikal. Sebab, ayahPutri juga anggota polisi, samaseperti Haikal.

Ternyata Propam PolresBanda Aceh, sudah memang-gil Haikal untuk dimintai keter-angan. Ketika itu, kepada Pro-pam Haikal mengatakan. “Sayatidak lagi mau memenuhi kewa-jiban apapun, kalau mau pros-es hukum, proses saja”. Meskidemikian, Lembaga BantuanHukum tetap akan membantuPutri untuk melaporkan kasus inike Polda Aceh. Jika buntu, makaakan berkoordinasi dengan pi-hak kepolisian dan akan mem-bawa kasus ini ke ranah hukum.“Kita mempunyai dasar hukumtentang Undang-Undang Per-lindungan Anak, yang dibiar-kan setelah ditabrak dan tidakada kontribusi nyata dari pel-aku.”

Lantas, bagaimana jika ka-sus ini tetap buntu? MenurutRudi Bastian, pihaknya akanmembawa kasus ini ke Jakar-ta. “Kita menunggu ada pihakyang bisa membantu danmemfasilitasi persoalan ini se-cara baik,” tegas Rudi, didamp-ingi Tgk. Anwar. Akankahkeadilan hukum berpihak ke-pada Putri atau sebaliknya? Kitatunggu saja.***

Putri Shara Bersama Ibunya.

M

■ MODUS ACEH/Masrizal

Page 24: Modus Aceh Abu Istirahatlah Usiamu Sudah Lanjut!

MUHAMMAD SALEHCalon Anggota DPR Aceh

Dapil I Nomor Urut 7(Sabang, Banda Aceh, Aceh Besar)

TABLOID BERITA MINGGUANPemimpin Redaksi

MODUS ACEH☛ Sekretaris Umum Koni Aceh

☛ Wakil Ketua MPW Pemuda Pancasila Aceh☛ Mantan Anggota Tim Penasehat

Presiden RI, BJ. Habibie Urusan Aceh 2000-2001

■ M

OD

US

AC

EH

/Mas

rizal