Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

17
Learning objective!!! 3.apa penyebab mulut berbusa di skenario?? 5.pemeriksaan psikiatri untuk gangguan jiwa? 6.penatalaksanaan diagnosis diskenario untuk psikoterapi? 8.etiologi, faktor risiko, patofisiologi dan penatalaksanaan skizofrenia? 9.klasifikasi gangguan tidur dan penatalaksanaannya? 10.apakah anak-anak < 10 tahun susah beradaptasi dengan lingkungannya atau itu termasuk gangguan? 12.jenis-jenis obat penenang atau antipsikotik pada skenario dan efek sampingnya? 14.apa peran anxiolitik pada skenario dan apakah ada efek toksik pada kejiwaan jika overdosis 16 cara menangani pasien yang cenderung mau bunuh diri? 17.aspek medis, etika, hukum mengenai pasien skizofrenia yang dipasung? Jawaban 8.mengenai skizofrenia etiologi : Faktor genetik : Adanya hubungan genetik yaitu berhubungan dengan beberapa kromosom ini : 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q, 22q. Analisis lebih lanjut : pada reseptor nicotinic 7-α, DISC 1, GRM 3, COMT, NRG 1, RGS 4, dan G 72. Baru-baru ini ada mutasi pada gen dystrobrevin (DTNBP1) dan neureglin 1

description

mantap

Transcript of Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

Page 1: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

Learning objective!!!

3.apa penyebab mulut berbusa di skenario??

5.pemeriksaan psikiatri untuk gangguan jiwa?

6.penatalaksanaan diagnosis diskenario untuk psikoterapi?

8.etiologi, faktor risiko, patofisiologi dan penatalaksanaan skizofrenia?

9.klasifikasi gangguan tidur dan penatalaksanaannya?

10.apakah anak-anak < 10 tahun susah beradaptasi dengan lingkungannya atau itu termasuk gangguan?

12.jenis-jenis obat penenang atau antipsikotik pada skenario dan efek sampingnya?

14.apa peran anxiolitik pada skenario dan apakah ada efek toksik pada kejiwaan jika overdosis

16 cara menangani pasien yang cenderung mau bunuh diri?

17.aspek medis, etika, hukum mengenai pasien skizofrenia yang dipasung?

Jawaban

8.mengenai skizofrenia

etiologi :

Faktor genetik : Adanya hubungan genetik yaitu berhubungan dengan beberapa kromosom ini :

1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q, 22q. Analisis lebih lanjut : pada reseptor nicotinic 7-α, DISC 1, GRM 3, COMT,

NRG 1, RGS 4, dan G 72. Baru-baru ini ada mutasi pada gen dystrobrevin (DTNBP1) dan neureglin 1

Populasi prevalensisaudara kandung, orang tua, keturunan/ anak cucu (non- twin)

8 %

Anak dengan 1 orang tua yang menderita schizofrenia

12 %

Dizygotik 12 %Anak dengan kedua orang tua menderita schizofrenia

40 %

monozigotik 47 %

Page 2: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

Faktor biokimiawi Hipotesis dopamin : terlalu banyak aktivitas dopaminergik , obat antipsikotik

(DRAS) berhubungan dengan kemampuan bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin tipe 2 (D2), obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik khususnya kokain dan amfetamin, hiperaktivitas dopaminergik dimana meningkatnya pelepasan dopamin atau terlalu banyak reseptor dopamin atau kombinasi keduanya, kelebihan pelepasan dopamin pada pasien schizofrenia berhubungan dengan keparahan gejala psikotik, dilaporkan ada peningkatan konsentrasi dopamin di amigdala, dan penurunan densitas dari transporter dopamine, peningkatan jumlah reseptor tipe 4 dopamin pada korteks enthorinal

Serotonin : kelebihan serotonin penyebab gejala schizofrenia. Norepinefrin : adanya degeneratif neuronal selektif dalam norepinefrin

berhubungan dengan gejala schizofrenia. Neuropatologi

Adanya gangguan pada sistem limbik, ganglia basalis, korteks serebri, thalamus, dan brainstem.kehilangan volume otak secara besar-besaran dilaporkan pada otak penderita schizofrenia , pengurangan densitas axon, dendrit, dan sinaps yang berhubungan dengan fungsi otak.

Pada ventrikel serebral : melalui CT scan pasien schizofrenia adanya pembesaran pada ventrikel lateral dan ketiga dan pengurangan pada volume kortikal.dan penurunan volume pada substansia grissea kortikal.

Pada sistem limbik : pada pemeriksaan post mortem adanya penurunan ukuran region , amigdala, hipocampus, dan gyrus hipocampalis

Adanya pengaruh dari virus dan imun : infeksi retrovirus, virus aktif, autoimun (Reumatoid arhtritis dan sistemik lupus eritematous), dan adanya infeksi maternal (epidemik influensa pada trimester 2)

Faktor risiko :

Jenis kelamin dan usia : pria dan wanita memiliki prevalensi yang sama dan usia pada pria 10-25 tahun, sedangkan usia pada wanita 25-35 tahun.

Reproduksi : orang tua menurunkan pada anak-anaknya Penyakit medis : 80 % pasien schizofrenia memiliki penyakit medis yang signifikan,

50 % dari kondisi ini tidak terdiagnosis. Infeksi dan musim lahir : influensa epidemik, pada musim dingin dan terjadi pada

pasien dengan malnutrisi Penyalahgunaan subsantsi : alkohol, kokain, nikotin.

Patofisiologi :

Page 3: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

Biologi : gangguan yang paling sering atau banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel ke 3 dan lateral yang stabil dan kadang-kadang sudah terlihat sebelum onset penyakit ; atropi lobus temporal medial bilateral, lebih spesifik yaitu gyrus parahipokampus, hipokampus dan amigdala ; disorientasi spasial sel piramid hipokampus dan penurunan volume korteks prerontal dorsolateral.beberapa penelitian melaporkan bahwa semua perubahan ini tampaknya statis dan telah ada kira-kira sejak lahir (tidak ada glossis).lokasinya menunjukkan gangguan perilaku yang ditemukan pada skizofrenia ; misal, gangguan hipokampus dikaitkan dengan gangguan memori dan atropi lobus frontalis dihubungkan dengan gejala negatif skizofrenia.penurunan lain yaitu adanya antibodi CMV di dalam CSF, limfosit atipikal tipe P (terstimulasi), kelainan fungsi hemisfer kiri, gangguan transmisi dan pengurangan ukuran korpus kalosum, pengecilan vermis serebri , dan penurunan aliran darah dan metabolisme glukosa di lobus frontal (dilihat dengan PET), dan EEG dan kelainan EP P300 auditorik (dengan QEEM), sulit memusatkan perhatian dan perlambatan waktu reaksi.

Biokimia : hipotesis dopamin , Aktivitas antipsikotik dari obat-obat neuroleptik (fenotiazin) bekerja dengan

memblokade pada reseptor dopamin pascasinaps (tipe D2) Psikosis amfetamin sering sukar dibedakan , secara klinis , dengan psikosis

skizofrenia paranoid akut.amfetamin melepaskan dopamin sentral, selain itu amfetamin juga memperburuk skizofrenia.

Ada peningkatan jumlah respetor D2 di nukleus kaudatus , nukleus akumbens dan putamen pada penderita skizofrenia.

Pengobatan :

Psikosis akut : antipsikosis (kisaran dosis equivalen = klorpromazin 300-600 mg/hari, kadang-kadang lebih

Ketidakpatuhan lazim terjadi (terutama pada subjek dan penyalahgunaan zat) sehingga depo flufenazin atau haloperidol kerja-lama dipilih.

Penambahan litium atau benzodiazepin , mis : diazepam 15-30 mg/hari atau klonazepam 5-15 mg/hari , pada sub grup skizofrenia (terutama pasien agitasi / cemas ) sangat berguna

Standar emas baru adalah klozapin (clozaril), yaitu antipsikotik yang mahal dan berbahaya (tidak dapat diprediksi, berpotensi terjadi agranulsitosis letal) tetap efektif, secara klinis memperbaiki gejala, efek samping lebih ringan, gunakan obat ini jika antipsikotik lainnya gagal.

12.jenis-jenis obat penenang dan efek sampingnya :

No

Jenis intoksikasi adiksi Putus zat penatalaksanaan

1 Alkohol, sedativa-hipnotika-

Amnesia, agresivitas, hiperaktivit

Toleransi memicu efek sedasi, depresi nafas khusus untuk

Craving, disforia, depresi,

Pemberian sedativa yang lebih

Page 4: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

anxiolitik (benzodiazepin, barbiturat)

as seksual, depresi nafas, bicara melantur, instabilitas postural, dan gerakan, nistagmus, koma, depresi nafas

alkohol : ulkus ventrikel, perlemakan hati dan sirosis hepatis

insomnia,ansietas

aman(diazepam) dengan dosis terpantau dan tapering off dosis.

2 kokain Irritable, konsentrasi lemah, insomnia, perubahan kepribadian, euphoria, perilaku impulsive

Penggunaan kronik : kejang, kongesti dan perdarahan nasal, ide paranoid, depresi, perilaku agresif, kehilangan berat badan

Depresi hipersomnia, anhedonis, ansietas, fatigue, craving

Rawat inap terutama pada saat putus zat terapi antidepresan trisiklik (despiramin), amantadin, carbamazepin

3 Opioid (heroin dan morfin, dll)

Coma, depresi nafas, kematian

Euphoria diikuti apati disoria, retardasi psikomotor.penggunana injeksi IV berisiko pada infeksi, abses, dll

Disforia, nausea, vomit, nyeri otot, lakrimasi, rhinorrhea, midriasis, diaforesis, diare, demam, insomnia

Pasien dengan gangguan respirasi : jaga jalan napas, naloxone (0,4 mg iv)Gejala putus asa diatasi dengna methadone (20-80 mg/hari) atau clonidin (0,1-0,3 mg/hari, terbagi 4 dosis)

4 Phenycyclidin (PCP), dan halusinogenik lain

Hipertensi, takikardia, melantur, ataksia, kekakuan otot, hiperakusis, penurunan ambang nyeri, kejang, koma

Perubahan perilaku : kekerasan, hiperaktif, katatonia, psikosis, ansietas, gangguan daya ingat, gangguan komunikasi.paranoid, halusinasi.

Pemeriksaan fisik : demam, diaphoresis, midriasisToksikologi : PCP terdeteksi di urini hingga 5 hari setelah ditelan

Tanda-tanda depresi

Obat piliha : benzodiazepin (lorazepam 2-4 mg per oral, im atau iv)

Gejala psikosis diterapi dengan antipsikotik (haloperidol 2-4 mg, per oral atau im) jangan gunakan obat antikolinergik!

Page 5: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

Jika pasien mengalami penurunan kesadaran, lakukan tindakan emergency (airway, breathing, circulation support)

5 Stimulansia (amfetamin, methylphenidate, dll)

Euphoria, bicara cepat, hiperaktivitas, agitasi dan irritable

Euphoria, peningkatan energi, waham, halusinasi

Peningkatan nafsu makan, mimpi buruk, fatig, ansietas, insomnia/ hipersomnia, agitasi/ retardasi psikomotor, depresi, ide bunuh diri

Antipsikotik pada pasien dengan gejala psikotik.

Benzodiazepin (diazepam atau lorazepam) untuk menenangkan pasien.

6 nikotin Tidak terjadi

Craving, toleransi Disforia, insomnia, irritable, ansietas, konsentrasi buruk, bradikardia, peningkatan nafsu makan

Substitusi nikotin : permen karet, patch, nasal spray, inhaler (dengan dosis terkontrol dari tapering off)

Terapi dengan bupoprion, terutama untuk mengatasi gejala putus zat.dosis awal 150 mg selama minimal 3 bulan.

14.peran dari obat golongan anxiolitik di skenario adalah : untuk sedative : menurunkan tekanan dan membuat ketenangan, untuk yang hipnotik : menginduksi tidur. Selain itu sebagai relaksan otot jadi berguna dalam mengatasi ansietas.dan jika berlebihan dapat menimbulkan gangguan kejiwaan : delirium, dementia, gangguan amnestik persisten, gangguan psikotik (agitasi, delusi, halusinasi), gangguan mood, ansietas, disfungsi seksual dan gangguan tidur.

Page 6: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

3.mekanisme mulut berbusa karena adanya efek samping intoksikasi dan overdosis dari obat psikoaktif seperti golongan opioid, dan anxiolitik dimana meningkatkan sekresi trakeofaringeal selain itu bekerja pada reseptor di batang otak (pernapasan, batuk, mual dan muntah)

16.penanganan pada pasien yang mencoba bunuh diri :

Penilaian potensi bunuh diri melibatkan penggalian riwayat psikiatrik yang lengkap ; pemeriksaan status mental pasien yang menyeluruh ; dan pertanyaan tentang gejala depresif, pikiran, maksud rencana, dan usaha bunuh diri.tidak semua pasien memerlukan perawatan dirumah sakit beberapa dapat diobati dengan rawat jalan.untuk menentukan apakah dimungkinkan terapi rawat jalan , klinisi harus menggunakan pendekatan klinis yang langsung – meminta pasien yang diduga bermaksud bunuh diri untuk setuju menelpon segera jika mencapai titik dimana mereka tidak yakin akan kemampuan mereka untuk mengendalikan impuls bunuh dirinya.pasien yang dapat membuat persetujuan tersebut memperkuat keyakinan bahwa mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk mengendalikan impuls tersebut dan untuk mencari bantuan.sebagai balasan komitmen pasien, klinisi harus dapat dihubungi pasien dalam 24 jam sehari.jika pasien yang dipertimbangkan secara serius akan bunuh diri tidak dapat membuat komitmen, perawatan gawat darurat di rumah sakit adalah diindikasikan, dan baik pasien maupun keluarga pasien harus dianjurkan demikian.tetapi, jika pasien dapat diobati atas dasar rawat jalan, ahli terapi harus memberitahukan nomor telepon rumah atau kantornya untuk dihubungi dalam keadaan gawat; kadang-kadang pasien menghubungi secara tidak diharapkan pada larut malam atau hanya memberikan nama pada alat penjawab.jika pasien menolak perawatan di rumah sakit , keluarga harus mengambil tanggung jawab untuk bersama-sama dengan pasien selama 24 jam sehari.

Menurut schneidman, klinisi memiliki beberapa tindakan preventif praktis untuk menghadapi orang yang ingin bunuh diri : 1) turunkan penderitaan psikologis dengan memodifikasi lingkungan pasien yang penuh dengan stress, menuliskan bantuan dari pasangan, perusahaan, atau teman, 2) membangun dukungan yang realistik dengan menyadari bahwa pasien mungkin memiliki keluhan yang masuk akal dan 3) menawarkan alternatif terhadap bunuh diri.

9.klasifikasi gangguan tidur dan penatalaksanaannya

Dissomnia : Gangguan tidur intrinsik :

Insomnia psikofisiologikInsomnia idiopatik NarkolepsiHipersomnia idiopatik atau rekurenHipersomnia posttraumatikSindroma apnea tidurGangguan gerakan tungkai periodikRestless leg syndrome

Page 7: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

Gangguan tidur ekstrinsik :Higiene tidur tak adekuatGangguan tidur lingkungan Insomnia ketinggian Gangguan tidur penyesuaian Gangguan asosiasi awitan tidurInsomnia alergi makanan Sindroma makan noktrunal (minum)Gangguan tidur tergantung alkohol dan obat

Gangguan tidur irama sirkadianSindroma perubahan zone waktu (jet-lag)Gangguan tidur pergantian kerja Sindroma fase tidur lambat Sindroma fase tidur lanjutGangguan tidur bangun tidak 24 jam

Parasomnia Gangguan bangun

Bangun kebingungan Tidur berjalanTeror tidur

Gangguan transisi tidur bangun Gangguan gerakan ritmikMengigauKeram tungkai noktrunal

Parasomnia biasanya terkait dengan tidur REMMimpi buruk Paralisis tidurGangguan ereksi penis terkait tidur Aritmia jantung terkait tidur REMGangguan perilaku tidur REM

Parasomnia lainBruksisme tidurEnuresis tidur Distonia paroksismal nokturnal

Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan medis / psikiatrik Berhubungan dengan gangguan mental Berhubungan dengan gangguan neurologik

Gangguan degeneratif serebralParkinsonismeInsomnia familial fatalEpilepsi terkait tidur

Berhubungan dengan gangguan medis lainRasa sakit waktu tidur Iskemia jantung nokturnal

Page 8: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

Penyakit paru obstruktif kronisAsma terkait tidur GER terkait tidurUlkus peptikum Sindroma fibrositis

Penatalaksanaan gangguan tidur :

Insomnia : benzodiazepin (triazolam 0,125-0,25 mg/hari), dapar (zolpidem 5-10 mg/hari dalam 4 dosis atau zaleplon 5- 10 mg/ hari dalam 4 dosis), benzodiazepin aksi panjang (flurazepam 15-30 mg/hari dalam 4 dosis), agen SSRI yang berefek sedativ (amitriptilin 25-30 mg saat waktu tidur atau trazodone 50-100 mg, CTM mungkin bermanfaat.

Hipersomnia : diberi agen stimulansia seperti amfetamin, atau metilfenidat 10 mg/ hari dalam 2 dosis, atau modafinil 200 mg pada pagi hari, pemolin

6.penatalaksanaan psikoterapi :

Intervensi psikodinamika untuk gangguan stres pascatraumatik adalah terapi perilaku , terapi kognitif, dan hipnosis.banyak klinisi menganjurkan psikoterapi singkat untuk korban trauma.terapi tersebut biasanya menggunakan pendekatan kognitif dan juga memberikan dukungan dan jaminan.sifat jangka pendek dari psikoterapi menekan risiko ketergantungan dan kronisitas .masalah kecurigaan , paranoia, dan kepercayaan sering kali merugikan kepatuhan.ahli terapi harus mengatasi penyangkalan pasien tentang peristiwa traumatik , mendorong mereka untuk santai, dan mengeluarkan mereka dari sumber stress.pasien harus didorong untuk tidur , menggunakan medikasi jika diperlukan .dukungan dari lingkungan (seperti teman-teman dan sanak saudara) harus disediakan.pasien harus didorong untuk mengingat dan melepaskan perasaan emotional yang berhubungan dengan peristiwa traumatik dan merencanakan pemulihan di masa depan.

10. susah beradapatasi mungkin merupakan suatu gangguan juga pada masa kanak-kanak.

Menurut PPDGJ-III bahwa ini merupakan gangguan masa kanak, remaja, dan perkembangannya ; gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja : ada gangguan hiperkinetik, gangguan tingkah laku , gangguan emosional atau fungsi sosial yang khas, gangguan tic atau gangguan perilaku dan emosional lainnya.

Gangguan tingkah laku ; gangguan sikap menentang (membangkang) : ciri khas dari jenis gangguan ini ialah berawal pada anak-anak dibawah usia 9 dan 10 tahun. Ditandai dengan adanya perilaku menentang, ketidak patuhan (disobedient), perilaku provokatif dan tidak adanya tindakan dissosial dan agresif yang lebih berat yang melanggar hukum ataupun melanggar hak asasi orang lain

Pola perilaku navigistik , bermusuhan , menentang, provokatif dan merusak tersebut berlangsung secara berkelanjutan, yang jelas sekali melampaui rentang perilaku normal bagi anak pada kelompok usia yang sama dalam lingkungan sosial-budaya yang serupa, dan tidak mencakup pelanggaran yang lebih serius terhadap hak orang lain.anak dengan gangguan

Page 9: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

seperti ini cenderung sering kali secara aktif membangkang terhadap permintaan atau peraturan dari orang dewasa serta dengan sengaja mengusik orang lain.lazimnya mereka bersikap marah , benci dan mudah terganggu oleh orang lain yang dipersalahkan atas kekeliruan dan kesulitan yang mereka lakukan sendiri.mereka umumnya memiliki daya toleransi terhadap frustasi yang rendah dan cepat hilang kesabarannya.lazimnya sikap menentangnya itu bersifat provokatif, sehingga mereka mengawali konfrontasi dan sering kali menunjukkan sifat kasar sekali , kurang suka kerjasama, menentang otoritas.

Tutorial Week 1II November 2013

Page 10: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063

SAYA MERASA GAGAL DAN BERSALAH

OLEH :

NAMA : William Bunga Datu

STAMBUK : G 501 10 063

KELOMPOK : VI (ENAM)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2013

Page 11: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063
Page 12: Module 3 Blok 18 (Psikiatri) William Bunga Datu G 501 10 063