modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya...

24

Click here to load reader

Transcript of modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya...

Page 1: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

MODUL PERKULIAHAN

PerpajakanPokok Bahasan :Mampu mamahami dan menjelaskan tentang pengantar perpajakan

Universitas Mercu Buana Meruya

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK84061 Disusun Oleh

Ekonomi dan Bisnis Strata Satu Manajemen / PKK 01

Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi

Abstract KompetensiPajak merupakan aliran dana dari sektor privat ke sektor publik yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. Pajak dibedakan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung dan juga dapat digolongkan menjadi pajak pusat dan pajak daerah dengan tarif tunggal untuk WP badan dan tarif progresif untuk orang pribadi.

Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisis definisi pajak, pungutan lain, fungsi pajak, dasar teori pemungutan pajak, kedudukan hukum pajak, hukum pajak materiil dan hukum pajak formil, penafsiran dalam hukum pajak, perlawanan terhadap pajak, pembagian jenis pajak, tata cara pemungutan pajak dan tarif pajak..

Page 2: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

Sejarah Pemungutan PajakSejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan negara, baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial

dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan

pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti

menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum,membayar gaji pegawai, dan lain-

lain.Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura, maka ia diwajibkan

melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan umum selama beberapa hari lamanya

dalam satu tahun. Orang-orang yang memiliki status sosial yang tinggi termasuk orang-orang

kaya, dapat membebaskan diri dari kewajiban melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum

tadi, dengan cara membayar uang ganti rugi. Besarnya pembayaran ganti rugi ditetapkan

sesuai dengan jumlah uang yang diperlukan untuk membayar orang lain yang menggantikan

melakukan pekerjaan itu, yang seharusnya dilakukan sendiri oleh orang kaya yang memiliki

status sosial yang tinggi.

Setelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga

negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan, pajak mendapat tempat

yang leih mantap di antara berbagai pendapatan negara. Dengan bertambah luasnya tugas-

tugas negara maka dengan sendiriya negara memerlukan biaya yang cukup besar.

Sehubungan dengan itu, maka pembayaran pajak yang tadinya bersifat sukarela berubah

menjadi pembayaran yang ditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk undang dan

dapat dipaksakan.

Sumber-sumber Penerimaan NegaraSumber-sumber penerimaan negara dapat dikelompokkan menjadi penerimaan dari beberapa

sektor antara lain :

1. Pajak

2. Kekayaan alam

3. Bea dan Cukai

4. Retribusi

5. Iuran

6. Sumbangan

7. Laba dari Badan Usaha Milik Negara

8. Sumber-sumber lain.

Page 3: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

Definisi PajakDefinisi Pajak yang Dikemukakan oleh Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”, dengan penjelasan

sebagai berikut:”dapat dipaksakan” artinya bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih

dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan,

terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu seperti halnya

dengan retribusi.

Definisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi :

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada negara untuk membiayai

pengeluaran rutin dan “surplus” nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber

utama untuk membiayai public investment.

Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I.Djajadiningrat:

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang

disebabkan suatu keadaan,kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertertu,

tetapi bukan sebagai hukuman,menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat

dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara

kesejahteraan secara umum.

Definisi Pajak yang dikemukakan oleh Dr.N.J.Feldmann :

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut

norma-norma yang yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan

semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.

Definisi Pajak menurutDr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul Pajak

berdasarkan Asas Gotong Royong, Universitas Padjadjaran Bandung, 1964.

“Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan

norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam

mencapai kesejahteraan umum.”

Page 4: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

Menurut Prof Dr.P.J.A.Adriani : “Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum

(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan

yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas

negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

Definisi Pajak dari berbagai ahli di atas, menunjukkan bahwa pajak yang dipungut pada

prinsipnya adalah sama yakni masyarakat diminta menyerahkan sebagian harta yang dimiliki

sebagai kontribusi untuk membiayai keperluan barang dan jasa bagi kepentingan bersama.

Adapun definisi pajak secara resmi yang dimuat dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007

yang merupakan perubahan ketiga atas Undang-undang nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian pajak secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan dana dari sektor

privat ke sektor publik) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat

dipaksakan) data disimpulkan bahwa ciri-ciri pajak antara lain:

1. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh Pemerintah Pusat maupun oleh Pemerintah Daerah

berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta ke

sektor Negara.

3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum Pemerintah dalam

rangka menjalankan fungsi pemerintahan,baik rutin maupun pembangunan.

4. Tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan individual oleh Pemerintah terhadap pembayaran

pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.

5. Selain fungsi budgetair yaitu fungsi untuk mengisi kas Negara yang diperlukan untuk

menutuppembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak berfungsi juga mengatur atau

melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (regulair).

Page 5: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

Kekayaan AlamBerdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, “Bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat sebesar-

besarnya.”

Hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Pokok Agraria.Sudargo

Gautama, dalam buku Tafsir Undang-Undang Pokok Agraria menjelaskan bahwa yang

termasuk dalam pengertian menguasai ialah mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,

penggunaan,persediaan, dan pemeliharaannya, menentukan dan mengatur yang dapat

dipunyai atas bagian dari bumi, air dan ruang angkasa, menentukan dan mengatur hubungan

hukum antara orang-orang (subjek hukum) dan pembuatan-pembuatan yang mengenai bumi,

air dan ruang angkasa.

Bea dan CukaiBea dan cukai merupakan pungutan negara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

Bea masuk diatur dalam Undang-Undang N0. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas

barang yang masuk atau keluar daerah pabean dan pemungutan bea masuk. Daerah pabean

adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di

atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi ekslusif dan landas kontinen yang di

dalamnya berlaku.

Undang-undang Pabean, Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan Undang-undang

Pabean yang dekenakan terhadap barang yang diimpor.

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang

mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No. 11 Tahun

1995 tentang cukai. Contoh barang yang dikenakancukai adalah tembakau dan minuman keras.

RetribusiRetribusi ialah pungutan yang dilakukan oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-

jasa yang disediakan oleh negara. Di sini nyata bahwa para pembayar mendapat jasa langsung

(kontra prestasi langsung) dari negara. Orang-orang yang tidak menggunakan jasa yang telah

disediakan, tidak diwajibkan membayar retribusi. Unsur yang melekat pada pengertian retribusi

adalah :

Page 6: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

a. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang;

b. Sifat pungutannya dapat dipaksakan;

c. Pemungutannya dilakukan oleh negara;

d. Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum; dan

e. Kontraprestasi (imbalan) langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi.

Retribusi yang dipungut oleh pemerintah Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 19 tahun

1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam undang-undang ini, yang dimaksud

dengan retribusi adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh

pemerintah daerah dengan objek sebagai berikut :

a. Jasa umum, yaitu jasa untuk kepentingan dan pemanfaatan umum.

b. Jasa Usaha, yaitu jasa yang menganut prinsip komersial, dan

c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan pemda dalam rangka pembinaan, pengaturan,

pengendalian, dan pengawasan.

IuranIuran adalah pungutan yang dilakukan oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa

atau fasilitas yang disediakan oleh negara untuk sekelompok orang. Disini nyata bahwa

kelompok pembayar mendapat jasa langsung (kontraprestasi langsung) dari negara.

SumbanganIstilah sumbangan ini mengandung pikiran, bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk prestasi

pemerintah tertentu, tidak boleh dikeluarkan dari kas umum, karena prestasi itu tidak ditujukan

kepada penduduk seluruhnya melainkan hanya untuk sebagian tertentu saja. Oleh karenanya,

hanya golongan tertentu dari penduduk ini saja yang diwajibkan membayar sumbangan

ini.Apabila pajak dan retribusi pungutannya harus berlandaskan undang-undang, maka dalam

sumbangan pungutannya tidak berdasarkan undang-undang tetapi lebih bersifat pada gotong

royong masyarakat setempat. Pada sumbangan tidak ada sifat paksaan tetapi unsur sukarela,

sipemberi sumbangan dapat merasakan imbalan langsung atas hasil sumbangannya, tetapi

juga sipemberi sumbangan dapat tidak merasakannya sama sekali jika si pemberi sumbangan

tersebut tidak pernah bertempat di suatu wilayah, di mana jalan atau tempat ibadah yang

dibangun merupakan hasil sumbangannya.

Page 7: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

Laba dari Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Negara (BUMN) adala badan usaha yang sebagian besar modalnya

merupakan kekayaan negara, BUMN dapat berbentuk PERSERO,PERUM,dan PERJAN. Laba

yang diperoleh BUMN adalah pendapatan negara yang dimasukkan dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sumber-sumber LainYang termasuk dalam sumber-sumber lain ialah pencetakan uang (deficit spending) dan

pinjaman. Pencetakan uang sering dilakukan oleh beberapa negara. Pemerintah Indonesia

pernah melaksanakannya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan investasi negara, untuk

membiayai pembangunan yang tercermin dalam Anggaran Belanja dan Pembangunan.

Falsafah PajakKarena pemungutan pajak dapat dipaksakan dan tidak memberikan imbalan yang secara

langsung dapat ditunjuk, maka pemungutan pajak harus terlebih dahulu mendapat persetujuan

dari rakyat (melalui DPR). Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 23 ayat (2) UUD 1945, yaitu

“Segala pajak untuk kegunaan kas negara berdasarkan undang-undang”.

Fungsi PajakAda dua fungsi pajak, yaitu :

1. Fungsi Budgetair/Financial

Fungsi budgetair/ financial yaitu memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara,

dengan tjuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

2. Fungsi Regulered/Mengatur

Fungsi regulered/ mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat mengatur atau

melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

Contoh :

a. Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan dipercepat) dalam rangka

meningkatkan investasi baik investasi dalam negeri maupun luar negeri.

b. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi

kebutuhan dalam negeri, misalnya tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk

mendorong ekspor produk Indonesia di pasar dunia.

c. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk-produk

impor tertentu dalam rangka melindungi produk-produk dalam negeri.

Page 8: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

d. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap :

- Minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras;

- Barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

Kebijakan FiskalKebijakan fiskal menurut jhingan memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan laju lalu lintas.

2. Untuk mendorong investasi yang optimal secara sosial.

3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.

4. Untuk stabilitas ekonomi di tengah ketidakstabilan internasional.

5. Sebagai upaya untuk menanggulangi inflasi.

6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional.

Dalam perekonomian kontemporer, komponen pendapatan pajak sebagai bagian dari kebijakan

fiskal dipandang sebagai kebijakan yang memiliki peranan dan pengaruh yang sangat signifikan

dalam pembangunan ekonomi, terutama karena :

1. Adanya pajak merupakan piranti yang penting di dalam mengekang permintaan yang

semakin meningkat terhadap barang-barang konsumsi yang ditimbulkan oleh proses

pembangunan.

2. Perpajakan tidak hanya hanya bertujuan untuk mendapatkan penerimaan yang lebih besar,

tetapi juga berperan sebagai perangsang untuk menabung dan melakukan investasi.

3. Untuk menstransfer sumber daya manusia kepada pemerintah agar digunakan lebih

produktif.

4. Perpajakan harus memperbaiki pola investasi di dalam perekonomian.

5. Salah satu tujuan perpajakan adalah untuk mengurangi jurang perbedaan pendapat si kaya

dan si miskin.

6. Perpajakan harus memobilisasikan surplus ekonomi untuk pembangunan secara

berkesinambungan.

Pendekatan PajakPajak sebagai objek studi dapat didekati dari berbagai segi :

Page 9: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

1. Segi Ekonomi

Dalam pendekatan ini, pajak akan dinilai dalam fungsinya dan dikaji dampaknya terhadap

masyarakat penghasilan seseorang,pola konsumsi, harga pokok, permintaan dan

penawaran.

2. Segi Pembangunan

Dalam pendekatan ini pajak-pajak akan dinilai dalam fungsinya dan dikaji dampaknya

terhadap pembangunan. Pajak baru bermanfaat terhadap pembangunan kalau jumlah pajak

lebih besar dari pengeluaran rutin sehingga terdapat public saving yang dapat digunakan

untuk pembangunan.

Pajak tidak selalu berguna bagi pembangunan. Pajak yang mempunyai manfaat terhadap

pembangunan, apabila pajak setelah digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin, masih

terdapat sisa (public saving) yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan melalui

investasi publik.

Dari segi pembangunan pajak dapat ditinjau sebagai alat fiscal policy atau kebijakan fiskal.

Dalam kebijakan fiskal, kedua fungsi pajak dikombinasikan sedemikian rupa sehingga dapat

memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi pembangunan. Masalah pokok dalam

pembangunan adalah investasi. Investasi ini berasal dari tabungan swasta maupun

tabungan pemerintah. Investasi tabungan masyarakat tidak dapat diserahkan sepenuhnya

kepada kehendak dan kerelaan golongan swasta, melainkan harus diserahkan sepenuhnya

kepada deposito berjangka.

3. Segi Penerapan Praktis

Dalam pendekatan ini, yang diutamakan adalah penerapannya, siapa yang dikenakan, apa

yang dikenakan, berapa besarnya, bagaimana cara menghitungnya,tanpa banyak

menghiraukan segi hukumnya, termasuk kepastian hukumnya.

Dasar Teori Pemungutan Pajak1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu

rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai premi asuransi karena memperoleh

jaminan perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya

perlindungan) masing-masing orang.Semakin besar kepentingan seseorang terhadap

terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

Page 10: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai

dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2

pendekatan yaitu :

- Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh

seseorang.

- Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan material yang harus

dipenuhi.

Contoh :

Tuan A Tuan BPenghasilan/bulan Rp 2 juta Rp 2 jutaStatus Menikah dengan 3 Anak Bujangan

Secara objektif PPh untuk Tuan A sama besarnya dengan Tuan B, karena mempunyai

penghasilan yang sama besarnya. Secara subjektif PPh untuk Tuan A lebih kecil dari pada

Tuan B, karena kebutuhan materiil yang harus dipenuhi Tuan A lebih besar.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya.

Sebagai warga negara yang berbakti,rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran

pajak adalah suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti

menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.Selanjutnya

negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk

pemeliharaankesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat

lebih diutamakan.

Kedudukan Hukum FiskalMenurut Prof Dr.Rochmat Soemitro,SH. Hukum Pajak mempunyai kedudukan di antara hukum-

hukum sebagai berikut :

1. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya.

2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum ini dapat

dirinci lagi sebagai berikut :

- Hukum Tata Negara

Page 11: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

- Hukum Tata Usaha ( Hukum Admnistratif)

- Hukum Pajak

- Hukum Pidana

Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik.Dalam

mempelajari bidang hukum, berlaku apa yang disebut Lex Specialis derogate Lex Generalis,

yang artinya peraturan hukum lebih diutamakan dari peraturan umum atau jika sesuatu

ketentuan belum atau tidak diatur dalam peraturan umum atau jika sesuatu ketentuan belum

atau tidak diatur dalam peraturan khusus, maka akan berlaku ketentuan yang diatur dalam

peraturan umum. Dalam hal ini peraturan khusus adalah hukum pajak, sedangkan

peraturan umum adalah hukum publik atau hukum lain yang sudah ada sebelumnya.

Hukum pajak menganut paham imperative, yakni pelaksanaannya tidak dapat ditunda.

Misalnya dalam hal pengajuan keberatan, sebelum ada keputusan dari Direktur Jenderal

Pajak bahwa keberatan tersebut diterima, maka Wajib Pajak yang mengajukan keberatan

terlebih dahulu membayar pajak, sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berbeda dengan

hukum pidana yang menganut paham oportunitas, yaitu pelaksanaannya dapat ditunda

setelah ada keputusan lain.

Hukum Pajak Materiil dan HukumPajak FormilHukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak dengan

rakyat sebagai Wajib Pajak. Ada 2 macam hukum pajak yakni:

1. Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerapkan antara lain

keadaan,perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang

dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tariff), segala sesuatu

tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan

wajib pajak.

Contoh : UU Pajak Penghasilan.

2. Hukum pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi

kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum memuat anatara lain:

a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu pajak.

b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak mengenai

keadaan,perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.

c. Kewajian Wajib Pajak, misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, dan hak-

hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding.

Page 12: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

Contoh : Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Perlawanan Terhadap pajakPerlawanan (Hambatan) terhadap pemungutan pajak.

1. Perlawanan pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain :

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

b. Sistem Perpajakan yang (mungkin) sulit dipahai masyarakat.

c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.

2. Perlawanan aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan

kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Bentuknya antara lain :

a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang.

b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang

(menggelapkan pajak).

Pembagian atau PengelompokanPajakPembagian atau pengelompokkan jenis pajak.

1. Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain .

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam

arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan

keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nlai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Page 13: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

3. Menurut lembaga pemungutannya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri atas :

- Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor.

- Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Parkir.

Cara Pemungutan Pajak1. Stelsel Pajak

Pemungutan Pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :

a. Stelsel nyata (riel stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga

pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan

yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan

kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan

kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah

penghasilan riil diketahui).

b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel).

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.

Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga

pada awal tahun pajak sudah dapatditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk

tahun pajak berjalan.

Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang

sesungguhnya.

c. Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

Page 14: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada

akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila

besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pajak menurut anggapan, maka

wajib pajak harus menambah. Sebaliknya jika lebih keci kelebihannya dapat diminta

kembali.

Asas Pemungutan Pajak1. Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat

tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri .

Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

2. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa

memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

3. Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

Sistem Pemungutan Pajaka. Official Assesment System

Adalah suatu sIstem pemungutan yang memberI wewenang kepada pemerintah (fiskus)

untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2. Wajib Pajak bersifat pasif.

3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assesment System

Adalah suatu sIstem pemungutan pajak yang memberI wewenang kepada Wajib Pajak

untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang

terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Page 15: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

c. Witholding System

Adalah suatu pemungutan pajak yang memberI wewenang kepada pihak ketiga bukan

fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain

fiskus dan Wajib Pajak.

Timbul dan Hapusnya Utang Pajak.Ada dua cara yang mengatur timbulnya utang pajak :

1. Ajaran Formil

Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan oleh fiskus.Ajaran ini diterapkan

pada official assessment system.

2. Ajaran Materiil

Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seorang dikenai pajak karena suatu

keadaan dan perbuatan.Ajaran ini diterapkan pada self assesment system

Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal :

1. Pembayaran

2. Kompensasi

3. Daluwarsa

4. Pembebasan atau penghapusan.

Tarif PajakAda macam tarif

1. Tarif sebanding/proporsional.

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak

sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai

pajak.

Contoh :

Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak

Pertambahan Nilai sebesar 10%.

2. Tarif tetap

Page 16: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak

sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

Contoh :

Besarnya tariff Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun

adalah Rp 3.000,00.

3. Tarif Progresif

Persentase tariff yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin

besar.

Contoh : pasal 17 UU Pajak Penghasilan untuk wajib Pajak orang pribadi dalam negeri :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%

Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00 15%

Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00 25%

Di atas Rp 500.000.000,00 30%

Menurut kenaikan persentase tarifnya, tariff progresif dibagi :

a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar.

b. Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap

c. Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil.

4. Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil, bila jumlah dikenai pajak semakin besar.

Page 17: modul.mercubuana.ac.id · Web viewSetelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja pada akhir abad pertengahan,

Daftar Pustaka :1. Erly Suandi, 2008, Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat (ES)

2. Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Jakarta.

3. Primandita F, dkk, 2009, Kompilasi UU pajak, Penerbit Salemba Empat (PF)

4. Teguh Hadi Wardoyo, Amin Subiyakto, Sapto Windi Wargo, 2013, Taxation, Penerbit

TaxSys

5. Wirawan B. Ilyas, Rudy Suhartono, 2012, Perpajakan, Penerbit Mitra Wacana Media