Modul Satu
-
Upload
zahid-zain -
Category
Documents
-
view
163 -
download
10
Transcript of Modul Satu
1.1 ILMU UKUR TANAH
Ilmu Ukur Tanah : Suatu Ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran
yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik-
titik di permukaan bumi.
Ilmu Ukur Tanah : Bagian dari ilmu yang lebih luas yaitu ilmu
GEODESI,
dimana ilmu geodesi mempunyai 2 maksud yaitu :
- Maksud Ilmiah : Menentukan bentuk permukaan bumi
- Maksud Praktis : Membuat bayangan dari sebagian kecil bumi, dimana
bayangan ini disebut PETA
Ilmu Ukur Tanah : Merupakan atau bagian ilmu geodesi yang bermaksud
praktis.
Pengukuran dibedakan antara lain :
1.1.1. a. Pengukuran Mendatar : Guna mendapatkan hubungan mendatar
antara lain titik satu dengan titik lainnya.
Hubungan mendatar, jarak mendatar.
1.1.1. b. Pengukuran Tegak : Guna mendapatkan hubungan tegak antara
titik satu dengan titik lainnya.posisi tegak
ini dinamakan tinggi atau ketinggian, atau
elevasi atau duga.
BIDANG PERANTARA
Untuk memindahkan keadaan dari permukaan bumi yang tidak beraturan
ke bidang peta yang datar. Diperlukan bidang perantara yang dipilih sedemikian
rupa, sehingga pemindahan keadaan itu dapat semudah-mudahnya.
1
1.1.2 SEBAGAI BIDANG PERANTARA DIAMBIL :
1.1.2. a. Bidang Elipsoida adalah Bila luas daerah > 5500km2 Elipsoida ini
didapat dengan memutar elips dengan
sumbu pendek sebagai sumbu putar.
Misalnya Elipsoida dari Bessel mempunyai :
SB. Panjang : 6.377.397 meter
SB. Pendek : 6.356.078 meter
1.1.2. b. Bidang Bola (Bulatan) adalah Bila luas daerah mempunyai ukuran
terpanjang tidak lebih dari 100 km .
1.1.3. c. Bidang Datar adalah Bila luas daerah mempunyai ukuran
terpanjang tidak lebih dari 55 km. Yang
dibicarakan selanjutnya adalah bidang datar
sebagai bidang perantara.
1.1.3 SATUAN UKURAN :
1.1.3. a. Ukuran Panjang
Dipakai Standard Meter Internasional, yang pada mulanya 1 meter = 1/10 juta
Meridional Quadrat atau 1/40 juta keliling bumi.
Kemudian (1927) 1 meter = 1.553.164,13 X Panjang gelombang sinar merah
dari unsur kadmium pada suhu 15° dan pada tekanan 76 cm.HG
Pada tahun 1960 didefinisikan kembali bahwa 1 meter = 1.650.763,73 X
Panjang gelombang sinar oranye merah yang dihasilkan dari pembakaran gas
dari Elemen Krypton (KR – 86). Satuan umum yang yang dipakai ialah : km,
m, feet, inchi dan lain-lain
1 km = 10hm = 1000m
10dm = 100cm = 1000mm
1.1.3. b. Satuan Ukuran Luas :
Satuan Luas dipakai : m2, hm2 = Ha; km2 Are
1 Ha = 1 Hm2 = 10.000m2
1 Are = 100m2 ; IACRE = 4046,9548 m2
2
1.1.3. c. Satuan Ukuran Sudut :
1. Cara SEXAGECIMAL adalah satu lingkaran dibagi 360 bagian 1
bagian disebut 1° (derajat) 1° = 60 (menit) ; 1´=60” (detik)
2. Cara CENTICIMAL adalah satu lingkaran dibagi 400 bagian 1
bagian disebut 1g (grade)
1 g = 100 c (centi grade)
1 c = 100cc (centi – centigrade)
3. Cara Radial adalah Sudut pusat lingkaran yang mempunyai busur
sama dengan jari-jarinya = 1 Radi Antara lain 1 Lingkaran = 2 Radial
1.1.4 PEKERJAAN PENGUKURAN (SURVEYING)
DAPAT DIBEDAKAN :
1.1.4. a. Pekerjaan Lapangan
Meliputi Kegiatan peninjauan lapangan (Lapangan Berat, dan Lapangan
Ringan), Penyiapan Alat-alat yang dipakai satu jenis jumlahnya), jumlah
tenaga.
1.1.4. b. Hubungan Antara Derajat dan Grade
360° = 400g 1° = 1 g, 1111 1g = 0°, 9
1¹ = 1c, 8518 1c = 01,54
111 = 3cc, 0864 1cc=011,324
Keliling O 2 maka satu lingkaran mempunyai sudut sebesar :
Maka, hubungan antara radial, derajat x grade sebagai berikut:
2 π radial = 3600 = 400ξ
Satu radial (ρ) menjadi =
3
1.1.5 MELAKUKAN PENGUKURAN SERTA MEMBUAT CATATAN/
DATA LAPANGAN
1.1.5. a. Pekerjaan Studio adalah Merupakan kelanjutan Pekerjaan Lapangan
yang meliputi
- Perhitungan-perhitungan hasil pengukuran (lengkap dengan
koreksi-koreksi)
- Penggambaran hasil pengukuran (Berupa peta dan gambar-gambar
yang lain) .
1.1.5. b. Stick Out adalah Meletakkan titik-titik yang direncanakan diatas peta,
pada lapangan atau medan yang sebenarnya dimana titik-titik tersebut
dapat berupa AS jalan raya, AS saluran, AS Jalan Kereta Api, Sudut-
sudut bangunan, Batas-batas Tanah dan sebagainya.
1.1.6 JENIS-JENIS TYPE DARI PEKERJAAN SURVEY :
Ada Bermacam-macam Tipe dari pekerjaan Survey yaitu :
1. Plane Surveying : yaitu Pekerjaan pengukuran dimana bentuk
kelelngkungan bumi diabaikan, Pekerjaan
ini dapat dilakukan pada daerah yang
kecil.
2. Geodestik Surveying : yaitu Pekerjaan Pengukuran dimana bentuk
Kelengkungan bumi diperhitungkan
pekerjaan ini dilakukan pada daerah yang
luas.
3. Land Or Boundry Survey : yaitu Pengukuran untuk menentukan batas-
batas tanah.
4. Topograpic Survey : yaitu Pengukuran untuk keperluan
pembuatan peta yang menggambarkan
4
benda-benda yang penting yang ada di
lapangan (saluran, jalan, sungai, dan
gunung) serta ketinggian titik-titik pada
permukaan bumi.
5. Route Survey : yaitu Pengukuran untuk saluran yang
panjang (jalan raya, saluran, jaringan,
transisi dan lain-lain).
6. Hidrographic Survey : yaitu pengukuran pada danau, waduk, laut
dan lain-lain yang berhubungan dengan
air.
7. Contruction Survey : yaitu Pengukuran untuk menentukan letak
serta ketinggian dari suatu kontruksi.
8. Photo Grametric Survey : yaitu Pengukuran dengan menggunakan
kamera (Photo)
1.1.7 PETA
Peta adalah : Bayangan yang diperkecil dari sebagian besar atau sebagian
kecil dari permukaan bumi.
Skala Peta adalah : Perbandingan suatu jarak diatas peta dan jarak sebenarnya
di permukaan bumi.
Misalnya Di atas peta = 1 cm
Di atas bumi = 1 km
Di atas Skala Peta = 1 : 100.000
1.1.8 BERDASARKAN SKALA MAKA PETA DAPAT DIBAGI MENJADI :
1.1.8.1 Peta Teknis adalah Skala 1 : 1000 atau skala yang lebih besar. Gunanya
untuk merencanakan lebih lanjut dan melaksankan
5
Pekerjaan Teknis, Misalnya : Pembuatan Gedung, Jalan
Raya dan lain-lain.
1.1.8.2. Peta Topografi adalah skala 1 : 10.000 sampai dengan 1 : 100.000 peta
topografi merupakan peta dimana digambarkan benda-
benda atau bangunan yang ada dipermukaan bumi.
Peta Topografi di Indonesia dibuat dengan skala 1 : 25.000
dan 1 : 50.000 yang lazim digunakan di negara-negara lain.
1.1.8.3. Peta Geografi atau Peta ikhtisar yang dibuat dengan skala lebih kecil
1 : 100.000
1.1.9 BERDASARKAN MAKSUD DARI PETA, MAKA PETA
DIBEDAKAN :
1. Peta Jalan Raya : Untuk keperlun wisata.
2. Peta Sungai : Untuk keperluan pelayaran.
3. Peta Pengairan : Yang menyatakan daerah pengairan dengan saluran
pembawa dan saluran pembuang.
4. Peta Geologi : Yang menyatakan geologi suatu daerah
5. Peta Kehutanan : Yang menyatakan keadaan hutan serta jenis tumbuh-
tumbuhannya.
6. Peta Hidrografi : Yang menyatakan dalamnya air dipantai dengan
keterangan-keterangan yang diperlukan untuk
pelayaran.
7. Peta Triangulasi : Yang menggambarkan titik-titik yang telah ditentukan
tempatnya (kordinatnya) dengan pengukuran yang
teliti dan dapat di pergunakan untuk pengukuran
lebih lanjut.
8. Peta Kota Praja : Yang dibuat oleh kota-kota besar dengan ukuran besar
(skala 1 : 1000)
9. Peta Kadaster : Yang menyatakan jenis hak-hak yang ada di atas
tanah, misalkan hak guna usaha, tanah negara, dan
lain-lain.
1.1.10 KESALAHAN DALAM PENGUKURAN :
6
Didalam pengukuran dapat dinyatakan bahwa:
1. Tidak ada pengukuran yang betul-betul tepat (EXACT)
2. Setiap pengukuran selalu mengandung penyimpangan (ERROR)
3. Kesalahan yang ada tak dapat diketahui dengan pasti besarnya dan dari
mana asal kesalahan tersebut.
1.2.1 SUMBER-SUMBER KESALAHAN DALAM PENGUKURAN :
1.2.1.1 Kesalahan Karena Alam (Natural Error)
Adalah Kesalahan yang terjadi yang disebabkan oleh berubahnya
temperatus, Kelembaban, Pembiasan, Gravitasi dan Deklinasi
Magnit.
1.2.1.2 Kesalahan Karena Alat (Instrumental Error)
Adalah Kesalahan yang disebabkan ketidaktelitian dalam
pembuatan alat.
1.2.1.3 Kesalah Karena Manusia (Personal Error)
Adalah Kesalhan ini disebabkan oleh keterbatasan ketajamn
seseorang dalam penglihatan, ketelitian dalam menyetel
(Menggunakan Alat Ukur).
1.2.2 MACAM-MACAM KESALAHAN DALAM PENGUKURAN
1.2.2.1 Kesalahan Besar (MISTAKES) Adalah Disebabkan oleh kurang
pengertian, kurang hati-hati, kurang pengalaman, kesalahan yang terlalu
besar disebut BLUNDER, Bila ada kesalahan yang besar maka pekerjaan
pengukuran harus di ulang.
1.2.2.2 Kesalahan Sistematis (Systematis Error) Adalah Keslahan pada
umumnya disebabkan oleh alat, juga dapat disebabkan oleh cara-cara
mengukur yang salah . Misalnya : Panjang pita yang tidak semestinya
karena bekas sambungan, atau
1.2.2.3 Kesalahan Tak Terduga (Accidential Error) Adalah Kesalahan yang
masih ada (Tinggal) estela dikoreksi (Dihilangkannya) Kesalahan besar
dan kesalahan Sistematis. Kesalahan Besar dan kesalahan ini tidak dapat
7
diduga sebelumnya. Misalnya diakibatkan oleh getaran udara, pengaruh
psikis si pengukur dan lain-lain.
1.2.3 PENGUKURAN JARAK DI LAPANGAN
Pengukuran jarak adalah dasar dari semua pekerjaan pengukuran sudut,
tetapi paling tidak satu garis harus diukur untuk menentukan kedudukan statu
titik.
Pengukuran jarak dapat dilakukan dengan :
1.2.3.1 Dengan Langkah Kaki
Hanya untuk memperkirakan jarak saja sebab cara ini mempunyai
ketelitian rendah
1.2.3.2 Odometer Reading
Pengukuran jarak dengan alat odometer yang diletakkan diatas kendaraan
1.2.3.3 Dengan Pita Ukur Taping
Yang paling umum dilakukan dalam pengukuran jarak Bahan pita ukur
dari baja, plastik, kain, fiberglass
1.2.3.4 Tachimetry
Disebut pula pengukuran jarak tidak langsung jarak satu titik dengan titik
lainnya dengan menggunakan alat ukur (teropong) dan bak ukur (dengan
rumus)
1.2.3.5 Dengan Substense BAR
Pengukuran cara ini dengan menggunakan sebuah batang yang panjangnya
tertentu dan diberi tanda pada ujung-ujungnya serta diletakkan horisontal
di atas statif. Dengan cara mengukur sudut yang dibentuk oleh kedua
ujung batang dan titik (dimana kita mengamati dengan THEODOLIT)
maka dapat dihitung jarak tersebut. (JARAK SUBSTENSE BAR
DENGAN THEODOLIT).
8
l/2 l/2
d
B
Alat Theodolit
l
1.2.3.6 Dengan Alat Elektronik
Cara ini dapat dilaksanakan dengan mudah dan dengan ketelitian yang
tinggi, serta jarak yang jauh yang tergolong pada cara ini adalah :
Dengan menggunakan gelombang MICROWAVE, misalnyaAlat :
Tellurometer Elektrotape
Denagn menggunakan Elektro – Optis, misalnya alat geodi Meter
(GEODETIC DISTANCE METER)
1.2.4 PENGUKURAN JARAK PADA MEDAN YANG MIRING
Pita ukur direntangkan horisontal dengan dilengkapi unting-unting pada
salah satu atau kedua ujungnya, untuk memindahkan titik yang diukur ke pita
ukur yang tepat vertikal diatas titik yang dikur tersebut. Sedang untuk membuat
letak pita ukur mendatar dipakai Hand Level.
Pengukuran pada medan yang miring dapat pula dilakukan dengan pengukuran
jarak miringnya. Disini jarak yang diukur adalah jarak langsung antara dua titik,
disamping itu juga diukur sudut dan atau beda tinggi antara dua titik (=)
Jarak AB = H = L.
Jarak horisontal dapat dihitung dengan mengoreksi jarak miring dengan faktor
koreksi C.
C = L (I – cos x) atua C = L – H
D2 = L2 – H2 = (L-H) (L + H) = c (L +H) C = d 2
9
Pita ukur Hand level
Jarak A- B
B
A
Jarak A B = d1 + d2 + d3
B
A
d3
d2
d1
A H C
B
d = beda tinggi
L + H
Secara pendekatan L ~ H C = d 2
22
1.2.5 MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN
Membuat garis lurus di lapangan merupakan bagian Pekerjaan Pengukuran yang
tidak kalah pentingnya. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan :
1. Dengan Alat Sederhana (yalon)
2. Dengan Alat Ukur (Theodolit)
1.2.5.1 Membuat garis Lurus Antara Pdan Q
Pada P & Q dipasang yalon (yalon mula-mula) yalon A, B, C adalah yalon
yang akan diluruskan dengan Q
1.2.5.2 Bila P & Q Terletak Disudut Bangunan
- Mula-mula Orang di A & B memegang yalon
- Orang D1 B Mengarah ke Q → A1
- Orang D1 A1 Mengarah ke P → B1
- Orang d1 B1 Mengarah Ke Q → A2
- Orang D1 A2 Mengarah Ke P → B2 dan seterusnya
1.2.5.3 Bila Antara Titik P dan Q Terhalang
10
x
A
B
Q1
A0 B0 QP
P A B C Q
Yalon
QA3B2P
A2
A1
B1
B A
- Mula-mula membuat garis P-X
- Membuat garis Q Q1 P-X
- Tentukan titik A & B pada Garis PX
- Ukur jarak PA, PB, PQ1 dan Q1Q
- Dengan perbandingan sisi segitiga didapat :
maka AA0
maka Bb0
Dengan demikian dapat ditentukan kedudukan Ao dan Bo dengan mengukurkan
jarak AAo dan BBo dari garis P-X dan tegak lurus di A dan di B. Dengan
demikian dapat dibuat garis lurus PQ melalui P-Ao –Bo-Q.
1.2.6 ALAT UKUR TANAH
Peralatan yang dipaki dalam keperluan pengukuran tergantung tujuan pengukuran
yang dilakukan.
Secara garis besar alat dibagi menjadi :
1. Alat Utama : - Sipat datar (Waterpass)
- Theodolit
- B. T. M. Meja Planchet
2. Alat Pembantu : - Bak ukur (Mistar Ukur)
- Yalon (Anjir)
- Roll Meter
- Payung
Bagian-bagian dari Theodolit
1. Lensa dan Teropong
11
2. Alat Vizir
3. Niveau (NIVO)
4. Konstruksi sumbu, penggerak halus dan klem (Pengunci)
5. Alat-alat pembacaan sudut
6. Statif (kaki tiga) untuk menyangga alat ukur \
1.2.7 TEROPONG
Bertujuan untuk dapat melihat benda yang jauh dengan terang atau tajam
Teropong dibagi :
- Dioptris adalah stelsel lensa + Prisma
- Kata Dioptris adalah Stelsel lensa + Prisma + Kaca
Teropong Dioptris dibagi :
- Astronomis : - Memberi bayangan virtual
- Terbalik, diperbesar
1.2.8 FUNGSI ALAT
Sipat Datar
- Mengukur beda tinggi antara 2 titik
- Mengukur jarak antara 2 titik
- Mengukur sudut Horisontal
Theodolit
- Mengukur sudut horisontal dan vertikal
- Mengukur jarak antara 2 titik
- Mengukur beda tinggi antara 2 titik
B. M. T.
- Hampir sama dengan alat Theodolith hanya ketelitian pengukuran sudut
antara alat sipat datar
Meja Plangnet
- Mengukur dan menggambar secar bersama-sama di lapangan
Planimeter
- Mengukur luas pada bentuk yang tidak beraturan
Teristris : Memberi bayangan tegak, virtual
12
Diperbesar
Pada alat ukur tanah adalah dipakai teropong dioptris yang memakai prinsip dari
keppler yang terdiri dari lensa OBY (Positip) dan lensa Okuler (Negatip)
- Lensa Obyektif : Memberi bayangan nyata, terbalik, diperkecil
- Lensa Okuler : Memperbesar bayangan
1.2.9 ALAT VIZIR
Garis Vizir adalah Garis tetap untuk mengarah yaitu garis penghubung
antara titik tengah optis dan obyek tip serta titik silang dari benang silang pada
diapragma
Bentuk Benang Silang :
v = Benang Vertikal
a = Benang Atas
b = Benang Bawah
t = benang Tengah
13
a
t
b
a
t
b
a
t
b
a1
v
b1
v
t
Pandangan Teropong
V = Benang Vertikal
A = Benang Atas BENANG SILANG
T = Benang Tengah
B = Benang Bawah
Fungsi :
v = Membuat posisi atau kedudukan anatara alat dan obyek tepat
a = Mendapatkan angka pembacaan Bak (m)
Masuk rumus beda tinggi anatar 2 titik
b = Mendapatkan angka pembacaan Bak (m)
Masuk rumus beda tinggi anatar 2 titik
t = Mendapatkan angka pembacaan bak (mm)
masuk rumus beda tinggi antara 2 titik
= Sebagai kontrol pembacaan bak
→ t1 = t1 = Angka haisl perhitungan
t = angka hasil pengamatan
14
a
t
b
BELUM TEPAT
TEPAT
15
v
a
t
bb
v
a
t
b
t =
16
a 1,110
1,070
1,030
t
b
1 cm
Garis vizir horisontalBak ukur
hb
D1 D2
ha
A Bhab
D= D1+ D2
ALAT
1.2.10 TEROPONG HORISONTAL
D = c + f + ½ y cot ½ δ ....... (1) δ = konstanta teropong
Yaitu cot ½ δ =
(2) subkan (1) D = c + f + f/ρ . Y = B + AY
ρ dibuat sedemikian → ρ = 0,01 f sehingga A = f/ρ = 100
1.3.1 TEROPONG MIRING
TM = AY’ + B → Y’ = y cos α
= Ay cos α + B
D = TM cos α D = AY cos2 α + B cos α
V = H1 + TM sin α – H2
= (H1 – H2) + TM sin α V = (H1 – H2) + (Ay cos α + B) sin α
17
c f ay
D
d2
d1
p1/2δ
1/2δ 1/2y
1/2yy
d2
d1
Sb1
Bak ukur
A D
B
ymy1
H2
TM sin α = D ξ α
VH1
T α
atau
1.3.2 BAK UKUR
1. Bahan : - Kayu
- Aluminium
2. Panjang : 3 3/2 5 meter, bisa di lipat menjadi lebih pendek.
3. Pembagian Bak : umumnya pembagian bak dalam centimeter, tetapi ad juga
pembagian yang lain (untuk tujuan pengukuran yang lebih
teliti) tiap 1 meter diberi warna.
4. Fungsi : untuk mendapatkan pembacaan bak (dalam satuan panjang)
dan dari pembacaan bak ini dapat dihitung beda tinggi
antara 2 titik.
18
T
y1
Bak ukur
yD ξ α
D
αH1
m
1.3.3 YALON (ANJIR)
1. Bahan : Kayu,Pipa besi
2. Panjang : 2 3/d 3 meter diberi warna merah atau putih tiap-tiap 20 cm secara
bergantian.
3. Fungsi : Sebagai tanda di lapangan untuk memudahkan mencari suatu titik
(titik sementara).
1.3.4 ROLL METER
1. Bahan : - plat baja (meetveer)
- kain khusus (meetband)
- fiber glass
2. Panjang : 30 3/50 meter
3. Fungsi : Untuk mengukur jarak mendatar di lapangan secara langsung.
19
1,130 (a)
1,080 (t)
1,030 (b)
0,10
T 1 cm
1.3.5 PAYUNG
1. Fungsi : Untuk melindungi alat ukur terhadap sinar matahari dan hujan.
Penyinaran secara langsung akan berakibat :1. Nivo pecah karena penguapan cairan pada nivo.
2. Mengeraskan klem-klem.
3. Merubah persyaratan mengatur alat.
1.4.1 MENGHITUNG BESARNYA PEMINDAHAN TANAH
Pada dasarnya adalah menghitung isi dari bagian tanah yang dibatasi penampang-
penampang melintang :
Ada 3 cara untuk menghitung isi dari tubuh tanah :
1. Dengan penampang-penampang melintang
2. Dengan Water Passing dan Penggalian
3. Dengan Garis-garis kontur
d = d1 = b/2 + s. cLuas = A = c(b+s.c)
d =
d1 =
A =
= 5 h h1 + (h + h1)
20
d1d
115
b
115c
d1d
1 : m
b
h1h115
c115
d =
d1 =
A = D = d – d1
Tititk Sumbu Berada Pada Daerah Galian
W =
d =
A =
Menghitung luas penampang dengan cara koordinat
Luas bentuk 1 2 3 4 dicari sebagai berikut :
21
d1d
1 : m
b
h1h 115c115
1 : m
d1 d
1 : m
b
h1
w1
115
w
h
43
1
x4
2
Y
y2
y1
X x2x3x1
y1
y2
A = + - -
I II III IV
= [ x1 y2 – x1 y1 + x2 y2 – x2 y1 + x2 y3 – x2 y2 + x3 y3 – x3 y2 – x1 y4 + x1 y1 –
x4 y4 + x4 y1 – x3 y3 + x3 y4 – x4 y3 + x4 y4]
= [y1 (x4 – x2) + y2 (x1 – x3) + y3 (x2 – x4) + y4 (x3 – x1)]
Dapat dibuat bentuk umum sebagai berikut :
A =
Tadi sudah didapatkan luas 12341 yaitu :
= [ (x1 y2 + x3 y3 + x3 y4 + x4 y1) – (y1 x2 + y2 x3 + y3 x4 + y4 x1)
maka unuk 2 luas 12341 didapat :
(x1 y2 + x3 y3 + x3 y4 + x4 y1) – (y1 x2 + y2 x3 + y3 x4 + y4 x1)
Atau dapat ditulis sebagai berikut :
Perkalian menurut diagonal yang ditandai = +
Perkalian menurut diagonal yang tidak ditandai = –
Pada bagian galian (CUT) atau timbunan (FILL) sebagai sumbu-sumbu diambil
pada dasr saluran atau muka jalan.
Pada penampang di lereng gunung yang terdiri dari galian dan timbunan, sumbu
vertikal diambil pada perpotongan dasar jalan dan lereng. Jadi galian dan
timbunan dihitung sendiri sendiri. Biasanya pada hitungan didapat harga positif
(Untuk Galian) dan harga negatif (Untuk Timbunan)
22
Contoh :
Penampang dibagi menjadi 2 bagian yaitu B1 dan B2 Sebelah kiri sebelah y (bag.
B1) mengikuti putaran jarum jam, sedangkan sebelah kanan sebelah y (bag. B2)
Putaran berlawanan jarum jam.
Bagian Kiri (B1)
2B1 =
2B1 = 0 + 18 + 30 + 16 + 0 – 0 – 0 – 24 – 0 – 0
= 40
Bagian kanan (B2)
2B2 =
= 0 + 9 + 20 + 0 – 0 – 0 – 0 – 0 = 29 m2
Luas penampang = = 34,50 m2
Bagian Kiri (B1)
2B1 =
23
B1
6
1.510
y
3 12
0 6
6 m 6 m
X
B22
2.58
20
6 m
0
0
9
5,1
Y
6 m
2
0 0
6B1 B2
11
5,2
3
5,20
2
= 0 + 0 + 0 + 0 – 0 – 2,5 – 15 – 0
= 39 m2
Bagian kanan (B2)
2B1 =
= 0 + 0 + 4,5 + 0 + 0 – 0 – 6 – 22,5 – 9 – 0
= 31,5 m2
Luas penampang = (– 37 – 31,5) = – 34,25 m2
Pada Lereng Gunung
Pada Bagian Timbunan
2B1 =
2B1 = 0 + 18 + 0 + 0 – 0 – 0 26 – 21 – 0
= – 29 m2 Luas B1 = – 14,5 m2
Pada Bagian Galian
2B2 =
24
4
5,1
5
01m
6 m
7
0
9
5,2
B1
B2
13
3
0
0
6
2
Y
6 m
11
3
X
= 0 + 15 + 27,5 + 13,5 – 0 – 0 – 27 – 10 – 0
= + 19 m2 Luas B2 = 9,5 m2
Bentuk tubuh tanah yang dubatasi oleh penampang adalah prismoida
Prismoida = Bentuk benda yang dibatasi oleh dua bidang datar sejajar
Kedua Bidang Datar disebut penampang-penampang melintang kemudian disebut bidang penampang
Untuk menghitung isi prismoida tersebut dapat dibagi menjadi dalam bentuk
bentuk sebagai berikut :
- Prisma
- Baji
- Limas
25
L
Penampang
A2
A1
Bidang sisi
Prisma
A2
Prismoida
A2
A1
Limas Baji
Misalkan :
L = Panjang Prismoida (jarak L antara bidang penampang)
A1, A2 = Luas penampang tengah yang terletak pertengahan antar kedua penampa
M = Luas penampang tengah yang terletak pertengahan antara kedua penampang
V = Isi prismida (volume prismoida)
Secara umum rumus volume prismoida dapat ditulis
V = (A1 + A2 + 4 Mj) A1 dan A2 = dapat dihitung
M = Bukan luas rata-rata dari A1 dan A2 tapi harus dihitung
Biasanya menghitung luas M mengalami kesulitan, maka lalu dipakai rumus dari
penampang-penampang ujung yaitu :
V = L
Rumus ini masih memberikan hasil yang memadai rumus standard untuk
penindahan tanah
Kalau kita bandingkan antara V dan dan V akan terjadi perbedaan.
Perbedaaan ini disebut koreksi prismoida (kv).
kv = Vp – Va
kv =
26
L
A2
x2
d2
x1
d1
A1
1.4.1.2 Dengan Waterpasssing dan Penggalian
suatu daerah (lokasi) seperti skema di awah akan ditentukan besarnya
pemindahan tanahnya dapat dilakukans ebagai berikut :
- Bagi daerah dalam bentuk-bentuk segi empat, segitiga dan lain-lain
disesuaikan bentuk daerhnya.
- Ukur elevasi tiap-tiap titik potong sebagai EL. muka tanah
- Buat patok-patok referensi yang tidak terganggu selama pek. Penggalian
- Setelah penggalian selesai, buat lagi patok-patok dalam susunan yang sama
dengan patok-patok semula
- Hitung volume dengan prinsip : luas penampang tinggi .
Sebagai contoh ambil pias I :
- Luas = L x L1 = A
- Beda tingggi antara EL muka tanah dengan kedalaman galian masing-amsing
h1, h2, h9, h10
- Dicari harga rata-rata kedalaman
Maka Vol = A x
Bila luas pisa sama V = A
h1 = Kedalaman yang mewakili 1 pias h2 = Kedalaman yang mewakili 2 pias
27
1311
10
4
6
5
789
12
1 2 3
16
1514
17181920
L1
L1
L1
III II I
h3 = Kedalaman yang mewakili 3 pias h4 = Kedalaman yang mewakili 1 piasDengan Cara Garis Kontur
Prinsip Luas penampang rata-rata 2x h
Atau : V A rata2 x h
A = Luas yang dibatasi garis kontur
h = Interval kontur
A dihitung dengan alat plani meter
VI =
VII =
VI = dan seterusnya
Ketelitian luas penampang tergantung :
1 Ketelitian pembuatan peta (kontur)
2 Ketelitian pengukuran luas dengan plani meter, tergantung dari :
- Tidak tepat berimpitnya titik mula dan akhir sewaktu telitian membaca
tromel
- Tiak teraturnya perputaran tromel
28
3
1I
4I I
V 2
1
2
3
4
h
A4III
A3
A2
A1
h
- Ketidak telitian dalam mengikuti batas dari parsil (kesalahan perputaran
keliling)
GARIS KONTUR
Definisi
- Garis Kontur : Garis yang menghubungkana tempat-tempat titik-titik yang
mempunyai ketinggian yang sama. Garis kontur biasa
didefinisikan terhadap air laut rata-rata (M.S.L) Selain garis
kontur diatas muka tanah, ada pula garis kontur dibawah
muka air disebut : SUB MARINE COUNTOUR Dengan alat
SOUNDING
- Interval Kontur : Jarak vertical antara 2 garis kontur yang berurutan
- Interval Equivalen : Jarak horisontal
antara 2 garis kontur yang berurutan
29
400390380370360380
I I
ℓ = Interval Q
h = Interval Kontur
POTONGAN . I – I
DASAR PERTIMBANGAN DALAM MENENTUKAN INTERVAL
KONTUR
1. URGENCY PETA
Bila yang dibuat nantinya untuk pekerjaaan yang penting atau detail seperti
misalnya Konstruksi atau Lokasi DAM atau Bendungan dimana diperlukan
ketinggian yang diteliti, maka interval kontur dibuat kecil.
2. TOFOGRAFI
Kalau daerahnya relatif datar, interval kontur dapat dibuat kecil, sebaliknya
untuk daerah yang terjal
3. SKALA PETA
Harga dari interval kontur banyak bergantung dari skala yang ditetapkan, bila
skala peta besar interval kontur kecil, sebaliknya untuk skala peta yang kecil.
Pada umumnya interval kontur ditentukan dengan besaran 1/2000 dari skala
peta.
4. WAKTU ATAU BIAYA YANG TERSEDIA
Semakin kecil interval kontur yang diminta, akan semakin lama waktu yang
diperlukan berarti biaya juga semakin besar.
PEMAKAIAN GARIS KONTUR
- Pada Bidang Engineering Proyek-proyek jalan raya, saluran irigasi dan lain-
lain
- Bidang Militer
- Untuk Informasi Pada Umumnya
Dari garis kontur akan bisa ditentukan karakter umum dari suatu daerah
30
METODA PENENTUAN GARIS KONTUR
- Secara Langsung
Ketinggian yang dicari langsung ditentukan di lapangan dengan bantuan sipat
datar, dimana jarak bisa ditentukan secara langsung atau secara optis.
- Secara Tidak Langsung
Dengan cara ini ketinggian muka tanah diambil secara random atau acak.
Sedangkan jarak dan arahannya ditentukan dengan pembacaan ketiga benang
dan sudut. Setelah titik-titik tadi diplot diatas peta garis kontur ditarik atau
dicari secara interpolasi.
- Secara Kotak / Raster
Sebetulnya cara ini termasuk metoda secara tidak langsung, akan tetapi titik-
titik yang akan diukur sudah ditentukan terlebih dahulu posisinya.
Cara langsung merupakan metoda yang paling teliti, hanya
pelaksanaannya dilapangan sukar. Cara tidak langsung merupakan metoda yang
paling banyak dipakai, pelaksanaannya di lapangan lebih mudah atau cepat. Cara
kotak atau raster hampir sama seperti metoda tidak langsung.
KARAKTERISTIK GARIS KONTUR
- Garis kontur akan menunjukkan ketinggian yang sama .
- Setiap kontur merupakan garis tertutup atau kalau tidak akan berakhir di
tepi peta.
- Garis kontur tertutup akan menunjukkan suatu cekungan atau sebaliknya
- Bila perubahan ketinggian uniform (beraturan) Jarak garis kontur akan
kurang lebih sama
- Garis kontur tidak akan berpotongan kecuali pada daerah yang dasarnya
menjorok kedalam
- Untuk daerah lembah arah garis kontur akan menjorok berlawanan dengan
arah aliran.
31
Curam Landai
32
Bidang mendatar I
Bidang mendatar II
Interval Kontur
Bidang mendatar III
8910
8 9 10
+ 8Bidang mendatar+ 9
+ 10
+ 8
+ 9
+ 10
8910
+ 7
7
7
Bidang mendatar
Profil A – B
33
A B
B A
Sungai
Sungai
Sungai
Bendung
B
c
b
a
A
d 105
104
103
102
101
100
34
A
B
B C
800
700600
500400
300
A
Y Z
100
700
600500
400300
X
800700600500400300
B
C
A
700600500400300200
Y
A
1.5.1 PELAKSANAAN PENGUKURAN SIPAT DATAR (WATER
PASSING)
Secara garis besar dibagi 3 macam :
1. Waterpassing Memanjang / berantai
2. Waterpassing Profil
3. Waterpassing Lapangan
1.5.1.1 Waterpassing Memanjang adalah Suatu pengukuran untuk memperoleh
rangkaian atau jaring-jaring titik
Misalkan akan diukur dari A ke B, dimana jarak A-B cukup jauh (merupakan
titik-titik tetap). Untuk menghitung beda tinggi antara A dan B tidak bisa dihitung
sekaligus. Untuk itu, maka jarak A-B yang jauh itu dibagi sebagai berikut :
Jarak A – 1
(Jarak bak belakang – bak muka) 1 Slag. Panjang 1 slag tergantung :
- Perbasaran teropong / kondisi alat
- Kondisi cuaca pada saat pengukuran 50 – 150 m
Panjang Seksi
35
A
a1
a2
1
a3
3
a4
A
a5
5
a6
B
b1
b2
b3
b4
2
b5
b6
ARAH PENGUKURAN
Kemampuan mengukur 1 hari (pergi dan pulang) yang terdiri dari
beberapa slag. Patok seksi dibuat agak permanen, karena untuk
pengukuran berikutnya.
Panjang 1 trayek
Pengukuran dari 1 titik tetap ke titik tetap lainnya.
Untuk menghitung beda tinggi antara A-B dihitung beda tinggi masing-
masing slag kemudian dijumlahkan.
Misalnya : h2 = a1 – b1
h2 = a2 – b2
hm = an - bn
hA-B = Σh = Σ a – Σb
1.5.2.2 Sipat Datar Profil
Adalah Profil irisan penampang dari suatu lapangan
Profil dibedakan :
a. Profil Memanjang
Yaitu : Untuk memnggambarkan jalur-jalur yang panjang,
seperti saluran irigasi, jalan raya, saluran tranmisi dan lain-lain.
b. Profil Melintang
Yaitu : Profil-profil yang tegak lurus / hampir tegak lurus profil
memanjang
Dalam penggambaran profil-profil ini, pada umumnya profil memanjang jauh
lebih kecil dibandingkan dengan skala melintang
(misal H 1 : 3000 ; V = 1 : 25)
Tujuan sipat datar profil :
1. Menentukan sumbu dan ketinggian dari rencana pekerjaan yang hendak
dibangun
2. Menentukan pemindahan tanah
Untuk tanah/lapangan yang agak mendatar cukup dengan profil
memanjang. Bila tanahnya bergelombang diperlukan profil melintang.
36
a. Untuk menentukan lebar jalur tanah yang hendak dibeli :
√ skala
METODA PENGUKURAN SIPAT DATAR PROFIL
Untuk menentukan ketinggian / elevasi titik-titik profil dilakukan dengan metoda
penentuan tinggi dengan tinggi garis bidik
Ada 2 cara yaitu :
a. Alat ditempatkan di atas titik-titik
b. Alat ditempatkan di luar titik
a. Alat ditempatkan diatas titik
Tinggi garis bidik adalah jarak antara pusat lensa dan bidang refrensi
Tgb = Tinggi garis bidik
i = Tinggi alat
TA = Tinggi A terhadap bidang refrensi
Maka tinggi titik-titik profil dihitung sebagai berikut:
Ta = Tgb – a1
Tb = Tgb – b1
Tc = Tgb – c1
37
Tgb = TA + i
TgbTA
i
A ab
Ta Tb Tc TdTe Tf Tg Th
da
db
dc
dd
de
df
dg
dh
Bidang refrensi
c de f g h
e1 f1 g1 h1a1 b1 c1 d1
Tgb
:
Th = Tgb – h1
Sedangkan jarak-jarak antara titik profil dapat diukur dengan jarak optis
atau pita ukur (rool meter), dimana A sebagai titik awal.
b. Alat di luar Titik
Maka tinggi titik profil dihitung sebagai berikut:
Ta = Tgb – a1
Tb = Tgb – b1
:
Th = Tgb – i
38
Tgb = TA + Ai
TgbTA
i
A ab
Ta Tb Tc TdTe Tf Tg Th
Bidang refrensi
c de f g h
e1 f1 g1 h1a1 b1 c1 d1
A1
SIPAT DATAR LUAS / LAPANGAN
Bertujuan untuk menentukan tinggi dari titik-titik di lapangan sehingga di
dapatkan gambaran tentang kedudukan tinggi dari lapangan
Sipat datar lapangan banyak diperlukan untuk
a. Penentuan rencana pembangunan air dari lapangan
b. Meratakan lapangan dengan pemindahan tanah minimal
c. Menentukan banyaknya tanah yang diperoleh dari lapangan, untuk
penimbunan statu bangunan (bendungan, jalan raya dan lain-lain)
Pada umumnya selain menentukan tinggi titik-titik di lapangan juga letal titik-titik
tersebut.
Untuk ini ada beberapa cara antara lain :
a. Metoda Jaring-jaring Garis
b. Metoda Profil
c. Metoda Koordinat Kutub
Ad : a :
∟ ∟ ∟
A. Metoda Jaring-jaring Garis
ádalah Statu lapangan dibagi dalam
jaring garis dengan jarak tertentu
dengan pertolongan yalon-yalon
(lihat skema)
Dengan satu atau lebih tempat kedudukan alat, titik potong garis-garis tersebut
diukur. Perhitungan tinggi dapat dilakukan dengan sistem tinggi garis bidik
(TGB)
39
x
Kejelekan metoda ini, ahila didapatkan tinggi dari titik-titik yang sembarang,
Angka-angka tinggi yang diperoleh kurang cocok untuk menggambarkan garis-
garis tinggi dari lapangan tersebut. Metoda ini hanya cocok untuk pekerjaan-
pekerjaan meratakan tanah.
B. Metoda Profil adalah Cara kerjanya hampir sama dengan metoda di atas,
hanya disini diukur profil-profil yang sejajar. Pada
tiap-tiap profil diadakan sipat datar profil, sehingga
didapat gambaran yang sebenarnya dari lapangan.
C. Metoda Koordinat Kutub adalah Umumnya cara ini tidak menggunakan alat
sipat datar, tetapi alat Theodolit . Titik-titik di
lapangan diukur sudut miringnya dan sudut
horizontal, serta jarak optimisnya dari setiap
kedudukan alat, dapat mencakup sejumlah titik di
lapangan.
Titik-titik ini kemudian digambar kedudukannya dengan koordinat kutub, dan
dapat pula digambar garis-garis tingginya (garis kontour)
40
32,4
30
29,5 29,6
29,829,6
29,5
29,6
29,5
30
31
32
32,2
32,2
32,2
32,2
32,2
32,5 32,4
21
1.6.1 TEROPONG HORISONTAL
D = c + f + ½ y cot ½ δ ....... (1) δ = konstanta teropong
Yaitu cot ½ δ =
(2) subkan (1) D = c + f + f/ρ . Y = B + AY
ρ dibuat sedemikian → ρ = 0,01 f sehingga A = f/ρ = 100
1.6.2 TEROPONG MIRING
TM = AY’ + B → Y’ = y cos α
= Ay cos α + B
D = TM cos α D = AY cos2 α + B cos α
V = H1 + TM sin α – H2
= (H1 – H2) + TM sin α V = (H1 – H2) + (Ay cos α + B) sin α
atau
Titik Pemb. Bak (m) Beda Tinggi ElevasiTitik KeteranganBelk Muka (m) + -
41
c f ay
D
d2
d1
p1/2δ
1/2δ 1/2y
1/2yy
d2
d1
Sb1
Bak ukur
T
y1
Bak ukur
yD ξ α
D
αH1
m
A D
B
ymy1
H2
TM sin α = D ξ α
VH1
T α
A
B
C
D
E
F
G
H
1,175
2,117
1,713
2,105
2,615
1,716
1,917
0,925
2,267
1,600
1,980
2,938
1,599
2,136
70
70
65
60
70
65
70
0,250
0,113
0,125
0,117
0,150
0,323
0,219
150,116
150,366
150,216
150,329
150,454
150,131
150,248
150,029
El. Mula-Mula(Lokal)
CONTOH PERHITUNGAN SIPAT DATAR
Pemb. Bak (mm) Jarak Beda Tinggi (mm) Elevasi El.
42
A B C D E F G H
Titik (mm) Titik(mm)
Rencana(mm)
KetBelk Muka
+ -
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
157513751175
215020251900
139712221047
185117261601
13251125925
192518001675
139012151040
180016251450
230021752050
192217221522
195118261702
1000825650
182517001575
1165965765
4035
2525
3540
2525
4035
2525
3540
0,300
0,100
0,250
0,250
0,150
0,500
0,100
87,570
87,320
87,170
86,670
86,570
86,870
86,970
87,220
87,070
87,025
86,995
86,950
86,920
86,875
86,845
86,800
- El. 1 digali sedalam 0,50 m
- kemiringan dasar rencana (i) = 0,0006
(dari 1 kg 8 turun)
43
Titik
Pemb. Bak (mm) Jarak(mm)
Beda Tinggi (mm)
Elevasi(mm)
Belk Muka+ -
M.T D.Sal H. Air Tanggul
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
157513751175
215020251900
139712221047
185117261601
13251125925
192518001675
139012151040
180016251450
230021752050
192217221522
195118261702
1000825650
182517001575
1165965765
75
50
75
50
75
50
75
0,300
0,100
0,250
0,250
0,150
0,500
0,100
87,570
87,320
87,170
86,670
86,570
86,870
86,970
87,220
87,570
87,025
86,995
86,950
86,920
86,875
86,845
86,800
87,320
87,275
87,245
87,200
87,170
87,125
87,095
87,050
87,470
87,425
87,395
87,350
87,320
87,275
87,245
87,200
- EL. 1 Digali 0,50 m
- i = 0,0006
44
0,40 M 0,40 M0,15 M
0,25 M
0,50 M
Potongan Melintang SAL
Gambar. Potongan Melintang
Skala : H = 1 : 3000
V = 1 : 20
+ 86,000Titik 1 2 3 4 5 6 7 8Jarak slag/Juml. Jarak(m) 0.
00
75.0
0
125.
00
200.
00
250.
00
325.
00
375.
00
450.
00
Ele
vasi
Muka Tanah I
87,5
70
87,3
20
87,1
70
86,6
70
86,5
70
86,8
70
86,9
70
87,2
20
Ren-cana I
87,0
70
87,0
25
86,9
95
86,9
50
86,9
20
86,8
75
86,8
45
86,8
00
- EL. 1 Digali sedalam 0,50 m
- Kemiringan dasar SAL (i) = 0,0006
turun dari 1 ke 8
45
75 50 75 50 75 50 75
Gambar. Potongan MemanjangSkala : H = 1 : 3000
V = 1 : 20
+ 86,000Titik 1 2 3 4 5 6 7 8Jarak slag/Juml. Jarak(m) 0.
00
75.0
0
125.
00
200.
00
250.
00
325.
00
375.
00
450.
00
Ele
vasi
Muka Tanah I
87,5
70
87,3
20
87,1
70
86,6
70
86,5
70
86,8
70
86,9
70
87,2
20
DAS.SAL I
87,0
70
87,0
25
86,9
95
86,9
50
86,9
20
86,8
75
86,8
45
86,8
00Muka
Air
%
87,3
20
87,2
75
87,2
45
87,1
70
87,1
25
87,0
95
87,0
50
87,0
50
Tang-gul
87,4
70
87,4
25
87,3
95
87,3
50
87,3
20
87,2
75
87,2
45
87,2
00
46
75 50 75 50 75 50 75
TempatAlat
Titik yangDiarah
Pem. Bak(mm)
Tgb (m) EL. Titik(m)
Ket.
1 1 1225 276,8262 1423 278,051 276,6286 1450 276,6017 2315 275,736
6 2 1027 276,6283 1925 275,7305 1275 277,655 276,3804 1175 276,48010 1995 275,6609 2770 274,8858 2750 274,905
10 4 675 276,48011 1765 275,39012 2155 277,155 275,000 El. Mula-mula13 2625 274,530
13 10 1855 277,515 275,66016 3235 274,28015 3217 274,38814 2795 274,720
47
1 2 3
7 6 5 4
8 9 10 11
14 13 12
15 16
TitikPemb. Bak (mm) Jarak
(mm)Beda Tinggi
(mm)ElevasiTitik(mm)
Ket
Belk Muka + -
1.
2.
3.
4.
5.
2,435
1,152
2,153
2,246
0,397
2,758
0,251
0,205
75
70
70
75
2,038
1,902
2,041
1,606
345,150
347,188
345,582
347,484
349,525
EL. Mula-mula (Lokal)
Pergi
5.
4.
3.
2.
1.
0,358
0,416
2,556
0,555
2,396
2,313
0,951
2,589
75
70
70
75
1.605
2,037
1,897
2,034
349,513
347,476
345,579
347,184
345,150
Pulang
TitikBeda Tinggi (m)
EL. Titik AkhirPergi Pulang Rata-rata
1 345,150+ 2,038 - 2,034 + 2,036
2 347,186- 1,606 + 1,605 - 1,606
3 345,580+ 1,902 - 1,897 + 1,900
4 347,480+ 2,041 - 2,037 + 2,039
5 349,519
48
1.7.1 PENGUKURAN KEARAH VERTIKAL (PENGUKURAN TINGGI)
Ada 3 cara yaitu :
a. Sipat Datar (waterpassing/Levelling)
b. Cara Trigonometris
c. Cara Barometris
d. Cara Waterpass Penyebrangan
Untuk selanjutnya yang akan dibahas lebih mendetail adalah mengenai sipat datar
(ini yang sering dipakai dan kita coba dalam pelajaran Ilmu Ukur Tanah)
Sebelum membahas lebih lanjut sebaiknya lebih dulu perlu dikenal istilah-
istilah sebagai berikut :
- Sipat Datar : Merupakan suatu cara untuk mengukur beda tinggi antara 2
buah titik
49
A
BMean Sea Level
Elevasi (duga) Titik A
Bidang persamaan tinggi (level surface)
Beda Tinggi antara A dan B
Elevasi (duga) titik B
DATUM
A
BMean Sea Level
Bidang persamaan tinggi (level surface)
Beda Tinggi antara A dan B
Elevasi (duga) titik B
DAERAH YANG LUAS
DAERAH YANG KECIL
1.7.1.1 Bidang Persamaan Tinggi
Adalah suatu bidang lengkung dimana vertikal bidang persamaan ini
mendekati bentuk lengkung bumi. Untuk daerah kecil bidang persamaan tinggi ini
dianggap sebagai bidang datar.
1.7.1.2 Datum
Adalah suatu bidang persamaan tinggi yang dipaki sebagai pedoman
(REFRENSI) untuk menentukan ketinggian suatu titik. Biasanya untuk bidang
datum diambil permukaan air laut rata-rata (MEAN SEA LEVEL)
1.7.1.3 Mean Sea Level
Adalah Tinggi rata-rata dari permukaan air laut pasang dan surut
berdasarkan pengamatan tiap-tiap jam dalam waktu yang sangat lama.
1.7.1.3 Elevasi
Adalah Jarak vertikal suatu titik dihitung terhadap dantum
1.7.1.5 Bench Mark (B. M)
Adalah suatu titik tetap yang telah diketahui duganya terhadap datum titik
ini dapat berupa patok dan lain-lain. Duga dari B. M. Ini dapat berupa duga
sebenarnya (terhadap muka laut) Maupun duga anggapan (duga lokal) Jadi dari
uraian ini dapat dikatakan bahwa ada 3 persamaan tinggi yang dipakai sebagai
pedoman (REFERENSI) untuk menentukan ketinggian suatu titik, yaitu
- MEAN SEA LEVEL (M. S. L)
- NOL NORMAL (BENCH MARCK)
- NOL LOKAL
1.7.2 PERMUKAAN AIR LAUT RATA-RATA (MEAN SEA LEVEL)
Permukaan air laut rata-rata dapat dianggap sebagai dasar ketinggian (permukaan
datum) akan tetapi masalahnya mean sea level setiap tahun selalu berubah dan
seringkali antara satu tempat dengan tempata lainnya tidak sama sehingga sukar
untuk menentukan dasar ketinggian tunggal
50
1.7.2.1 Nol Normal (N. N.)
Karena air laut selalu berubah, naka dibuatlah suatu ketinggian dasar yang
dianggap ketinggiannya 0,0 dan dinyatakan pada suatu pilar (benchmark)
yang dibuat cukup kuat dan stabil.
Berdasarkan Nol Normal dapat ditentukan sebagai dasar ketinggian
tunggal misalkan untuk seluruh pulau Jawa .
1.7.3 NOL LOKAL
Nol Lokal adalah ketinggian dasar yang ditentukan sembarang misalnya disuatu
daerah tertentu dengan maksud hanya untuk menentukan ketinggian relatip antara
satu titik dengan titik lainya di daerah tersebut.
1.7.3.1 Definisi Permukaan Datum
Permukaan datum adalah suatu bidang permukaan yang dianggap sebagai
dasar ketinggian titik-titik di permukaan bumi.
1.7.3.2 Definisi Tinggi Titik
Tinggi suatu titik adalah jarak antara suatu titik dipermukaan bumi dengan
permukaan datum.
1.7.3.3 Macam-macam Pilar
- Pilar Tetap (Fundamental benchmark/permanent bench mark)
- Pilar tetap terbuat daripada beton bertulang yang cukup kuat dan stabil
51
Permukaan air laut rata-rata
Nol Normal
1.7.4 PILAR SEMENTARA (TEMPORARY BENCMARK)
1.7.4.1 Pilar Seksi :
Terbuat dari semen dan besi beton sebagai tanda titik yang dibuat pada
akhir pengukuran seksi
52
4 0
20
20
30 cm
Besi beton
Cerucuk penyangga
Semen
1.7.4.2 Patok Kayu
1.7.4.3 Patok Kayu Hidup
53
Paku
A I
40
Dolken
Pohon ditebas
Paku
Paku
Sangat efisien dan kuat jika jalur waterpas melewati hutan atau hutan rawa
1.8.1 PEIL DI INDONESIA
PEIL adalah titik-titik yang diketahui tingginya di suatu daerah atau tempat,
walaupun titik-titik itu tidak semua dihitung terhadap bidang NIVO yang
sama
PEIL di Indonesia sering dipakai oleh Dinas Teknis
PEIL tersebut antara lain :
1.8.1.1 PEIL DI JAWA
a. 1. Sepanjang Pantai Utara
- PEIL PRIOK : Pada kedudukan air laut terendah
- PEIL CILAMAYA : Kira-kira pada kedudukan 13 cm
dibawah permukaan air laut rata-rata
- PEIL PEKALONGAN : 0,50m dibawah permukaan air laut
rata-rata
- PEIL SEMARANG : Kira-kira pada kedudukan air surut
rata-rata
- PEIL SURABAYA : Titik nolnya 1.02m dibawah S.H.V.P
S.H.V.P : SURABAYA HAVEN VLOED PEIL
Kedudukan ini kira-kira padsa kedudukan air tertinggi di
surabaya
a. 2. DIPANTAI SELATAN
- PEIL CILACAP : Pada kedudukan air terendah
1.8.1.2 PEIL DILUAR JAWA b. 1. DI SUMATERA
- PEIL LAMPUNG
- PEIL PADANG
- PEIL DELI
b. 2. DI SULAWESI
- PEIL MAKASAR
54
1.8.2 PENGUKURAN BEDA TINGGI ANTARA 2 TITIK
Dapat dilakukan dengan 4 cara :
1. Dengan Pita Ukur (cara paling sederhana)
2. Dengan Barometer
3. Dengan Cara Trigonometris
4. Dengan Alat Penyipat (Sipat) Datar / WATERPASS
5. Dengan Cara Waterpass Penyebrangan
Dari kelima cara ini cara 4&5 akan dibahas lebih mendalam (detail) sedang cara 2
dan 3 dibahas secara garis besar saja.
1.8.2.1 Cara Barometer
Pengukuran tinggi titik dilakukan berdasarkan pengukuran tekanan udara
dengan menggunakan alat barometer. Tekanan udara tergantung dari tebalnya
lapisan udara. Beda tinggi sebanding dengan selisih tekanan udara antara tempat-
tempat yang diukur.
Bacaan Barometer Harus Dikoreksi Terlebih Dahulu Terhadap :
- Temperatur Udara
- Kelembaban Udara
- Gravitasi
Ketelitian pengukuran
Sangat kasar pengukuran cara ini untuk menentukan tinggi titik triangulasi
di puncak-puncak gunung atau dapat digunakan untuk survei RECONAISSANCE
Pembuatan pipa air minum.
55
h ~ P
bPbPa
h
a
A
B
1.8.2.2 CARA TRIGONOMETRIS
Pengukuran ini dilakukan berdasarkan pengukuran jarak dan susdut-sudut
miring atau ZENITH kemudian dengan rumus GONOMETRIS dapat dihitung
beda tingginya.
Pengukuran trigonometris dan barometris termasuk pengukuran beda tinggi secara
tidak langsung Alat yang dipakai adalah THEODOLITH dan alat ukur jarak
Misal : Sudut miring m
Sudut miring D’ Diukur
Tinggi alat (i) = Tinggi Target
Beda Tinggi (hAB) = D’ sin m
Jika diukur Jarak horisontal D maka :
Pada umumnya dilakukan pengukuran ini pada daerah yang berbukit-bukit yaitu
untuk mengatasi kesulitan pengukuran bila memakai alat sipat datar/waterpass
1.8.2.3 Pengukuran Dengan Alat Sipat Datar / Waterpass
Merupakan pengukuran yang umum / sering dipakai dibandingkan dengan
cara yang lainnya.
Pengukuran ini juga memberikan hasil paling teliti
1.8.5 SYARAT-SYARAT MENGATUR ALAT SIPAT DATAR :
56
D’
iA
B
D
zm
hAB
hAB = D tgn m
Yang penting pada alat ini adalah NIVO yang dipaki untuk membuat garis
VIZIR HORISONTAL Lalu timbul syarat mengatur sebagai berikut :
a. Garis Vizir teropong sejajar dengan garis arah nivo
b. Garis Arah Nivo L sumbu I
c. Benang Slang Horizontal L sumbu I
Jika syarat a. Tidak dipenuhi, maka akan terjadi kesalahan membaca
sebanding antara jarak alat-alat ukur.
b. at dikontrol dengan memutar teropong terhadap sumbu I dan
teropong selalu szeimbang. Jika tidak demikian dapat
diseimbangkan dengan sekrup penyetel
c. Tidak mempunyai arti jika kita selalu mengarah pada bagian-
bagian yang tetap pada bak sayarat ini hanya perlu untuk
memudahkan mengadakan perkiraan pada internal dari bagian-
bagian bak .
Dari ketiga syarat ini yang paling penting atau utama syarat
a. Untuk memeriksa syarat ini, diadakan penyelidikan
terhadap selisih tinggi anatar 2 titik
1.8.6 RUMUS DASAR SIPAT DATAR / WATERPASS
Dengan pertolongan NIVO, garis VIZIR dibuat HORIZONTAL. Garis vizir
horizontal itu diarahkan ke 2 bak (RAMBU) yang didirikan tegak pada titik yang
akan ditentukan selisih atau beda tingginya.
hAB = hA - hB
hAB = Beda Tinggi antara A dan B
57
bak bak
Garis vizir horisontal
hA
hAB
HB
hA = Pembacaan bak di A (Bak belakang)
hB = Pembacaan bak di B (Bak muka)
Jadi untuk memudahkan mengingat maka beda tinggi didapat dari pembacaan bak
belakang minus pembacaan bak muka.
Ada 2 Kemungkinan Harga L AB :
a. Jika hA> hAB = Positip Naik
b. Jika hA< HB hAB = Nnegatip Turun
Jika misalkan El. A sudah tertentu, maka EL. B. didapat sebagai berikut :
1.8.7 PENENTUAN ELEVASI DENGAN TINGGI GARIS BIDIK
Bila beda tinggi sudah tertentu, maka elevasi suatu titik dapat dicari, Bila El. Titik
yang lain sudah tertentu pula.
Cara lain untuk menentukan elevasi suatu titik dengan cepat yaitu dengan
TINGGI GARIS BIDIK.
Tinggi Garis bidik dapat ditentukan sebagai berikut :
a. alat di titik yang sudah tertentu elevasinya.
hAB = hA – hB
hA = Pembacaan Bak di AhA = Tinggi Alat di B identik pembacaan Bak di Bb. Alat di luar titik yang tertentu
58
bak bak
s
wW ~
R = jari-jari bumi
bak
hA
hAB
HB
1.8.7 PENENTUAN ELEVASI DENGAN TINGGI GARIS BIDIK
Bila beda tinggi sudah tertentu, maka elevasi susto titik dapat dicari, bila elevasi
titik yang lain sudah tertentu pula.
Cara lain untuk menentukan elevasi suatu titik dengan cepat yaitu dengan tinggi
garis bidik tinggi garis bidik dapat ditentukan sebagai berikut :
a. Alat di titik yang sudah tertentu elevasinya :
hA = Tinggi alat di A
Tgb = Tinggi garis bidik
b. Alat diukur titik yang tertentu
59
hA
hAB
hB
A
B
Bak Bak
hA
A
Tgb
Garis bidik
Tgb = El A + hA
hAB = hA – hB
hA = Pembacaan Bak Di A
Dengan diketahui Tgb dengan salah satu cara tadi mak dengan segera dapat dicari
elevasi suatu titik
hx = Pembacaan bak di sembarang titik
Penentuan Elevasi dengan cara tinggi garis bidik ini. Bila harus menentukan
sejumlah El. Titik dengan cepat
60
23
Tgb4
h1
h2
1
h3
h4
X
Tgb
bak
hx
A
Tgb
bak
hx
Tgb = EL. A + hA
TX = Tgb – L Xx
Misal : El. 1. Tertentu Tgb = El. 1 + h1
Maka : El. 2. = Tgb – h2
El. 3. = Tgb – h3
El. 4 = Tgb – hA dst
Kembali pada cara-cara mengatur alat sipat datar
Dalam mengatur alat sipat datar, maka yang dikerjakan terlebih dahulu
adalah syarat-syarat b, c, dan baru syarat :
a. Karena setelah diatur syarat utamanya tidak boleh terganggu lagi
b. Garis Arah Nivo L Sumbu I
Cara mengatur ini dengan ketiga skrup penyetel. Bila ada
penyimpangan bisa dihilangkan dengan skrup koreksi Nivo
c. BenangSilang Horizontal L Sumbu I
Ini diperiksa dengan mengarah kesuatu titik pada tembok, dan ujung
kiri benang silang dibuat berhimpitan dengan titik ini. Jika benang
silang datar ini L SB. I, mnaka ia akan selalu berhimpitan dengan titik
tersebut. Jika teropong diputar dengan SB I sebagai SB. Putar.
Jika tidak demikian, maka diafrgma dengan benang silang diputar
sedikit dengan tangan sesudah skrup kecil yang terletak pada sisi
diafragma dilepas sedikit.
d. Garis Arah NIVO / GARIS VIZIR
Untuk memeriksa syarat ini, diadakan penyelidikan terhadap beda
tinggi antara 2 titik.
61
Mula-mula alat ditempatkan di tengah-tengah antara A dan B jika misalkan syarat
ini tidak dipenuhi, mak sewaktu NIVO seimbang garis VIZIR membuat sudut L
dengan garis Horizontal
Pa = Pembacaan BAK DiA hAB = Pa – Pb
Pb = Pembacaan BAK Di B
Misal Jarak AB = ZL ; BQ = lBerhubung dengan kesalahan sudut L tadi, maka pada Bak A dibaca Qa dan pada
Bak B = Qb. Dan Ternyata TA Qa – Qb hAB Penyimpangan tersebut hádala
Sebesar c dimana c = 2L + l (Qa – Qb – hAb)
2L
Koreksi yang dilakukan hádala koreksi benang silang sedangkan tetap seimbang.
1.9.1 WATERPASS PENYEBRANGAN
Pengukuran waterpass penyebrangan dilakukan untuk memindahkan
ketinggian dengan menyebrang lembah atau sungai.
1.9.1.1Cara Reciprocal
Cara Reciprocal Sederhana :
Cara ini dilakukan untuk menyebrangi lembah-lembah atau sungai
yang tidak terlalu lebar (lebih kecil dari 150 m)
62
c
qa
Pa
qb
Pb
AB
Q
2L L
Cara Pengukuran :
Untuk memindahkan ketinggian dari A ke B dengan menyebrangi sungai
dilakukan sebagai berikut :
Pengukuran dilakukan dengan meletakkan alat 3 kali pada posisi I
dan II
Sedemikian rupa diatur db 1 = dm 2 ; dm 1 = db 2
Supaya db1 + db2 = dm1 + dm2 atau db = dm, sehingga kesalahan garis bidik dapat
tereliminir.
Posisi I :
h1 = b1 – m1 - h2 = b2 – m2 -
jika db = dm.
Maka ;
Sehingga : h1 =h2 = (b1 – m1) = (b2 – m2)
Atau hrata-rata =
=
63
db
Alat Posisi I
A
dm2
Alat posisi III
db2
dm1
B (rambu)
Rambu
I
II
m
m2
B
b
b2
b2
b1
m2
1. 9.1.2 Cara Reciprocal Teliti (Waterpass Teliti) :
Cara reciprocal teliti dilakukan untuk pemindahan ketinggian
dengan teliti dimana penyebrangan melalui lembah dan sungai yang
cukup lebar (+ 1km).
Alat yang digunakan waterpas N3 (waterpas teliti), dengan rambu-
rambu yang diperlengkapi target bidik. Secara detail akan di dapat
pada pelajaran ukuran tinggi).
1.9.1.3 Cara Double Levelling (Waterpass Ganda)
Digunakan seperti reciprocal leveling untuk keperluan penyeberangan.
Alat yang digunakan terdiri dari dua pasangan alat yang masing-masing
terdiri dari dua buah alat waterpass N 12 yang dilengkapi Wedge, dimana
masing-masing pasangan merupakan pasangan ganda yang dijadikan satu
dengan bantuan suatu alas yang dipasang diatas stotip.
1.9.1.4 Cara Dengan Permukaan Air.
64
Permukaan air statu danau atau sugai di daerah datar dapat
merupakan bidang nivo serta dapat digunakan untuk menentukan beda
tinggi secara kasar antara sebrang danau atau sungai.
I. hAP = ma – mp ; XP = bacaan muka air pada rambu P.
hAP – muka air = ma – mp – XP = M
II. hAP = mq – mp ; YP = bacaan muka air pada rambu q.
hAP muka air = B = mp – rP – YP M
Maka hA-B = M – N
Jika M < N B lebih tinggi
Jika M > N B lebih rendah
65
III
q
Arah pengukuranmq
hAP
A
ma
mb
N
B
p
mp