Modul Praktikum Teknik Switching 2013
-
Upload
ari-sadewa -
Category
Documents
-
view
421 -
download
22
Transcript of Modul Praktikum Teknik Switching 2013
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
1
PERATURAN PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING
LABORATORIUM TEKNIK SWITCHING
JURUSAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM
1. Kelengkapan Praktikum
a. Kelengkapan praktikum dalam Praktikum Teknik Switching adalah meliputi: modul
praktikum, kartu praktikum berfoto, tugas pendahuluan (optional) dan jurnal.
b. Jika salah satu diatas tidak lengkap, maka praktikan dianggap gagal dalam praktikum
modul yang bersangkutan.
c. Jika salah satu dari seluruh modul praktikum yang dipraktikumkan gagal, maka
dianggap
d. tidak lulus untuk mata praktikum Teknik Switching.
2. Kehadiran Praktikan
a. Praktikan harus hadir pada waktu yang telah ditentukan/ditetapkan
b. Jika ada praktikan yang terlambat :
T < 20 menit : praktikan dapat mengikuti praktikum seperti biasa walaupun TA sudah
berlalu atau sedang dikerjakan.
T > 20 menit : praktikan dipersilahkan pulang dan selanjutnya dinyatakan gugur
untuk modul yang bersangkutan
Keterangan :
T = waktu kedatangan praktikan
c. Jika praktikan tidak melengkapi : modul praktikum, kartu praktikum berfoto, maka
praktikan diberi waktu untuk melengkapinya. Dan ketentuan waktunya sesuai dengan
ketentuan sebelumnya (Jika praktikan yang terlambat.)
3. Selama Praktikum Berlangsung.
a. Praktikan wajib membawa :
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
2
Modul praktikum
Kartu praktikum berfoto
b. Praktikan dapat memulai praktikum setelah diizinkan asisten jaga
c. Praktikan yang dipulangkan dan tidak mengikuti salah satu modul praktikum
dianggap gagal
d. Praktikan wajib berpakaian rapi dan sopan berseragam ITTelkom
e. Selama praktikum praktikan dilarang :
Meninggalkan ruang tanpa seizin asisten jaga
Berbuat atau berbicara yang tidak ada hubungannya dengan praktikum
Merokok dan makan (air minum boleh)
Berlaku tidak sopan terhadap sesama praktikan dan pada asisten
Mengutak-atik peralatan peraktikum di luar izin praktikum
4. Tugas Pendahuluan
a. Sifat : optional, ditulis tangan rapi di buku praktikum ( format ditentukan )
b. Soal TP wajib dikerjakan semua, jika tidak maka nilai TP sama dengan NOL
c. Jika tidak mengerjakan TP maka tetap diperbolehkan mengikuti praktikum dengan
konsekuensi nilai TP NOL .
d. Keterlambatan pengumpulan TP :
< 10 menit : discount 25 %
10 menit < t < 20 menit : discount 50 %
20 menit : discount 100 %
5. Tugas Tambahan
Tugas tambahan dapat dilakukan oleh asisten praktikum bersangkutan jika dirasa perlu.
6. Tes Awal
Tes awal dilakukan sebelum praktikum dimulai, waktu pengerjaan maksimal 20 menit.
7. Jurnal Praktikum.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
3
a. Pengumpulan jurnal praktikum maksimum 1 jam setelah praktikum selesai sesuai
shift praktikum yang bersangkutan
b. Isi jurnal dalam satu group tidak boleh sama, apabila sama maka nilai akan dibagi
sama banyak.
c. Asisten berhak untuk mengembalikan jurnal praktikum dan memberikan tugas
tambahan jika jurnal praktikum dianggap kurang mencukupi.
8. Bobot nilai
a. Tugas Pendahuluan : 20 %
b. Test Awal : 20 %
c. Praktikum : 35 %
d. Jurnal : 25 %
e. Total : 100 %
9. Pertukaran Jadwal
Pertukaran jadwal harus dilakukan selambat-lambatnya sehari sebelum praktikum dan
mengisi formulir tukar jadwal yang ditandatangani asisten Lab. dan berstempel
laboratorium Teknik Switching.
10. Syarat Kelulusan
Syarat kelulusan praktikum ini yaitu dengan mengikuti semua modul praktikum, indeks
(A s/d E) ditentukan oleh jurusan.
11. Praktikum Susulan
Dalam Praktikum Teknik Switching dimungkinkan tidak mengadakan praktikum susulan
dengan alasan apapun
12. Lain-lain
a. Jika praktikan tidak dapat hadir pada saat praktikum karena alasan yang berada
diluar kuasa praktikan (misal : sakit) dan dapat dibuktikan dengan bukti yang sah
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
4
dan kuat, maka praktikan tersebut dipertimbangkan untuk mengikuti praktikum
dengan jadwal yang akan ditentukan kemudian oleh asisten jaga
b. Tidak ada susup-menyusup apapun alasannya, bila praktikan diketahui menyusup
maka dinyatakan gugur pada modul yang bersangkutan.
c. Hal-hal lain yang dirasa perlu dan belum tercantum dalam peraturan praktikum ini
akan ditentukan, ditetapkan, dan diumumkan kemudian.
Terima Kasih,
Semoga praktikum ini berjalan lancar dan berguna bagi kita semua. Amin
A/N Seluruh Asisten Laboratorium Teknik Switching
Menyetujui,
Penanggung Jawab Lab. T. Switching Koordinator Asisten Lab. T. Switching
Iman Hedi Santoso, S. T. MT. Johan Gifari
111100095
Ka. Lab Jaringan & Multimedia
DR. Ir Rendi Munadi, MT.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
5
STRUKTUR LABORATORIUM TEKNIK SWITCHING
Koordinator Lab Jaringan dan Multimedia : Dr. Ir. Rendy Munadi, MT.
Penanggung Jawab Lab Teknik Switching : Iman Hedi, ST. MT.
Koordinator Asisten Lab Teknik Switching : Johan Gifari (111100095)
Administrasi Lab Teknik Switching : Riany Erdiyanti (111100263)
Bendahara Lab Teknik Switching : Alif Faikah (111104258)
Koordinator Div Praktikum : Dikka Wardhana (111100048)
Div Praktikum Fitriani Wilujeng S. (111100145)
Devi Fitriani (111100013)
Koordinator Divisi Riset : Tuntun Aditara Prapanca (111100016)
Div Riset Fathia Amany (111091033)
Ceisar Maulana Shabirin (11109015)
Reza Arlan (111090121)
Alfian Abdul Ghaffar (111090246)
Alfian Yusuf Khanafi (111100015)
Bima Sanjaya (111110118)
M. Rivai (111110109)
Koordinator Div O&M : Alvin Albertha (111101198)
Div O&M M. Raka Perbawa (111100163)
Boby Indradito P. (111100076)
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
6
MODUL 0
SIMULASI SWITCHING DIGITAL (SSD)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Modul Subcriber Matching Unit (SMU)
Praktikan dapat mengerti tentang proses pembangunan dan pemutusan suatu hubungan
dalam telekomunikasi.
Modul Multifrequency Receiver (MR)
Mengerti struktur multifrekuensi dan jalannya proses registrasi dan konversi saat dialing
information.
Modul Multiplexer/Demultiplexer (MUX / DEMUX)
Praktikan dapat mengerti tentang penggabungan beberapa kanal bicara ke dalam suatu
sinyal yang dimultiplex berdasarkan waktu dan sebaliknya.
Modul Switching Network (SN)
Memahami konsep Time Division Switching (TDS) dan Space Division Switching
(SDS).
Proses Switching Dengan Sistem Lengkap Terintegrasi Untuk Peralatan Standar
Memahami interaksi dari seluruh panel praktikum
Proses Switching Dengan Sistem Lengkap Terintegrasi Untuk Peralatan Maksimum
Memahami interaksi dari seluruh panel praktikum
B. PENDAHULUAN
Pada modul SSD ini akan mensimulasikan proses terjadinya hubungan telepon antara 2orang
(2 terminal telpon). Untuk dapat terwujudnya suatu panggilan, dibutuhkan beberapa komponen,
yang dibagi menjadi 4 modul (4 bagian), yaitu Sucriber Matching Unit (SMU), Multifrequency
Reciever (MR), Multiplexer / Demultiplexer (MUX/DEMUX), dan Switching Network (SN).
Pada masing-masing modul ini, kita dapat memilih bagaimana prosesnya akan berlangsung,
secara continue (CONT.) yaitu semua tahap berjalan otomatis sampai semua tahap selesai, atau
secara step by step (STEP) yaitu kita yang menentukan kapan mulai berjalannya setiap langkah
proses tersebut.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
7
Pada percobaan ini, digunakan dua telepon untuk integrasi standar dan empat telepon untuk
integrasi lengkap. Saat percobaan berlangsung dapat diamati proses-proses yang terjadi, yang
meliputi :
1. Call Setup.
2. Call Processing.
3. Call Ending.
Pembicaraan telepon secara real time dapat dilakukan setelah proses call setup terjadi.
C. PENGENALAN ALAT DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Simulator switching digital terdiri dari 4 modul yang mewakili 4 proses utama terjadinya
suatu hubungan telpon, yaitu :
Modul Subscriber Matching Unit (SMU)
Modul Multifrequncy Reciever (MR)
Modul Multiplexer / Demultiplexer (MUX / DEMUX)
Modul Switching Network (SN)
1. Modul Subscriber Matching Unit (SMU)
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
8
Gambar 1.1 Modul Subscriber Matching Unit (SMU)
Fungsi blok-blok pada modul SMU adalah :
Subcriber Line Interface Circuit (SLIC) : merupakan representasi dari circuit
pelanggan.
Blok HY atau Hybrid untuk memisahkan jalur bicara dua kabel pada system analog
menjadi jalur incoming dan outgoing.
Blok A/D dan D/A merupakan converter dari analog ke digital dan sebaliknya.
Tone Generator (TG) untuk memberikan nada (tones) seperti halnya nada bunyi pada
telepon biasa.
Ringing Generator (RG) untuk memberikan nada panggil ke telepon yang dipanggil
seperti nada panggil yang lazim dikenal.
Pulse Dialing (PD) untuk menkonversi digit yang dikirim pemanggil yang diperlukan
untuk pembangunan hubungan.
Cara mencobanya :
Aktifkan tombol switch ke posisi STEP (ke LED merah) pada panel SMU. Sambungkan
Power Supply +12 V ke +12 V, ground ke ground, +28 V tidak digunakan.
1. Aktifkan power supply. Semua LED dan layar seven segment menyala dan setelah 5
detik akan mati kembali. Setelahnya Seven segment menampilkan tanda strip/garis.
2. Subscriber Line Matching Unit dijalankan dengan cara menekan tombol STEP tahap
demi tahap.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
9
Langkah-langkah praktikum :
1. Tekan tombol STEP
Proses : LEDs wire a/b pelanggan 1 dan pada batteray B blok SLIC menyala.
Penjelasan : Pelanggan satu mengangkat handset. Sentral mengenali pelanggan
tersebut lalu mensupply arus untuk telepon set pelanggan.
2. Tekan tombol STEP
Proses : LED antara tone generator dan SLIC dari pelanggan 1 menyala.
Penjelasan : Setelah sentral siap untuk operasi, dial tone dikirimkan ke pelanggan.
3. Tekan tombol STEP
Proses : LED antara TG dan SLIC mati, sedangkan LED antara blok SLIC dan PD
serta keluaran yang berada disebelah kanan menyala.
Penjelasan : Saat pelanggan mulai men-dial, dial tone dimatikan dan jalur dialing
information sudah dapat digunakan. Semua pelanggan dihubungkan sesuai dengan
data sambungan mereka (nomor telepon, tipe telepon, dsb) yang disimpan di memory
SMU. SMU menentukan apakah multifrequency receiver (MR) harus dihubungkan ke
circuit atau harus mengaktifkan komponen penerima pulse dialing signals.
4. Tekan tombol STEP
Proses : Layar seven segmen S menunjukkan angka 1.
Penjelasan : Agar proses switching dapat terjadi, switching network harus
mempunyai informasi tentang input (pemanggil) harus dihubungkan dengan output
(dipanggil). S=1 menunjukkan bahwa pelanggan 1 sebagai source (pemanggil) yang
selanjutnya informasi tersebut dimasukkan ke memory.
5. Tekan tombol STEP
Proses : Layar seven segmen 1 sampai 4 menunjukkan angka 7482.
Penjelasan : Pemanggil menghubungi pelanggan dengan nomor 7482. Sumber dan
tujuan panggilan dari suatu hubungan ditetapkan dan selanjutnya akan dikirimkan ke
control unit.
6. Tekan tombol STEP
Proses : LED antara SLIC dan PD begitu juga antara PD dan keluarannya mati.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
10
Penjelasan : Jalur data dilepaskan setelah sumber dan tujuan panggilan
ditransmisikan.
7. Tekan tombol STEP
Proses : LED pada jalur outgoing dari pelanggan 1 dan jalur incoming pelanggan
2 menyala. Green LED di jalur outgoing pelanggan 1 menyala.
Penjelasan : Hubungan antara pelanggan 1 dan pelanggan 2 telah ditetapkan melalui
switching network (SN).
8. Tekan tombol STEP
Proses : LED pada jalur pelanggan 2, antara blok RG dan SLIC dari pelanggan 2 dan
antara blok TG dan SLIC dari pelanggan 1 berkedip.
Penjelasan : Pelanggan yang dituju dipanggil. Ringing current generator menyalakan
bel pelanggan 2.
9. Tekan tombol STEP
Proses : LED berhenti berkedip, sedangkan LED di jalur a/b ke pelanggan 2 dan pada
batteray B blok SLIC pelanggan 2 menyala.
Penjelasan : Pelanggan yang dipanggil menjawab panggilan.
10. Tekan tombol STEP
Proses : LED di jalur outgoing dari pelanggan 2 dan jalur incoming pelanggan 1
menyala. Green LED pada pelanggan 2 dan 1 menyala.
Penjelasan : Jalur antara pelanggan 2 ke pelanggan 1 telah dibangun. Hubungan
antara pelanggan 1 dan pelanggan 2 telah terjadi. Digitalisasi sinyal bicara telah dapat
ditransmisikan secara dua arah melalui sentral digital.
Telah terjadi komunikasi antara dua pelanggan tersebut.
11. Tekan tombol STEP
Proses : LEDs di jalur pelanggan 2 dan di batteray B blok SLIC dari pelanggan 2
mati.
Penjelasan : Pelanggan 2 menutup pesawat telepon. Arus yang di supply oleh sentral
diputuskan seiring dengan ditutupnya pesawat telepon.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
11
12. Tekan tombol STEP
Proses : Green LED pada jalur outgoing dan incoming dari pelanggan 2 dan
pelanggan 1 mati.
Penjelasan :Hubungan komunikasi antara kedua pelanggan telah berakhir.
13. Tekan tombol STEP
Proses : LED antara TG dan SLIC dari pelanggan 1 berkedip.
Penjelasan : Sinyal sibuk yang diberikan oleh tone generator menandakan bahwa
pelanggan 2 telah menutup pesawat telepon.
14. Tekan tombol STEP
Proses : LED pada jalur pelanggan 1 dan pada batteray B blok SLIC dari pelanggan 1
mati.
Penjelasan : Pelanggan 1 menutup pesawat telepon. Arus yang di supply oleh sentral
diputuskan seiring dengan ditutupnya pesawat telepon.
15. Tekan tombol STEP
Proses : LED Pada jalur incoming dan outgoing dari kedua pelanggan mati.
Penjelasan : Jalur bicara antara kedua pelanggan telah putus.
16. Tekan tombol STEP
Proses : Layar seven segmen menunjukkan tanda strip. Kondisi semula telah tercapai.
Penjelasan : Hubungan pada SMU telah putus. Pelanggan dianggap tidak ada yang
melakukan komunikasi. Jika menekan kembali tombol STEP, maka proses yang sama
akan terulang.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
12
2. Multifrequency Receiver (MR)
Gambar 1.2 Modul Multifrequency Receiver (MR)
Selain metode pushbutton pulse dialing untuk mengkonversikan informasi dial yang ditekan
pelanggan pada telepon konvensional, dikenal pula metode dual-tone multifrequency (DTMF).
Pada DTMF, masing-masing digit yang ditekan merupakan kombinasi dua frekuensi, dimana
setiap frekuensi terdiri dari grup frekuensi sebanyak 4 jenis (2*1 dari 4-code). Multifrequency
Receiver (MR) disini berfungsi untuk menkonversi kombinasi 2 frekuensi tersebut menjadi
nomor atau huruf (informasi) yang di dial oleh pelanggan, yang selanjutnya diteruskan ke modul
SMU. Prosesnya adalah memberikan 2 filter (HPF dan LPF) untuk mendapatkan 2 frekuensi
yang dimaksud, lalu oleh blok control kedua frekuensi tersebut dikodekan menjadi nomor atau
huruf. Setelah didapatkan kodenya, maka akan disimpan dimemori lalu diteruskan ke SMU agar
dapat mengevaluasi proses dialing information dalam establishment suatu hubungan.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
13
Multifrequency receiver dapat dihubungkan via contacts (switch) dengan SMU untuk satu atau
dua subscriber circuit.
Cara mencobanya :
Aktifkan tombol switch ke posisi STEP (ke LED merah) pada panel. Sambungkan power
supply +12 V ke +12 V, dan groundnya, +28 V tidak digunakan. Sambungkan Y input osiloskop
dengan SIG soket yang ada pada training panel.
Langkah-langkah praktikum :
1. Tekan tombol STEP
Proses : LED pada contact sebelah kiri dari line coming SMU menyala
Penjelasan : Pelanggan siap melakukan panggilan. Multifrequency receiver
disambungkan circuit pelanggan.
2. Tekan tombol STEP
Proses : LED pada output kedua filter menyala. LED yang berwarna hijau pada
penerima telpon menyala pada posisi 852 Hz dan 1209 Hz dengan delay waktu
tertentu. LED pada CTRL blok dan layar untuk angka 7 menyala setelah beberapa
saat.
Penjelasan : Pelanggan men-dial angka pertama. Filter membagi frekuensi rendah
dan tinggi menjadi dua kelompok. Penerima mengenali dua frequency yaitu 852 Hz
dan 1209 Hz. Ketika kedua frequency diterima, CTRL mengkodekan gabungan
frequency tersebut menjadi angka 7.
3. Tekan tombol STEP
Proses : LED pada output filter dan CTRL mati, setelah beberapa lama LED pada
MEM input menyala. Angka „7‟ tampak pada posisi pertama dari memory. Lalu
angka 7 pada layar dan LED pada input MEM akan mati.
Penjelasan : Pengenalan angka 7 dan pembufferan.
4. Tekan tombol STEP
Proses : LED pada output buffer akan menyala.
Penjelasan : Buffer mentransmisikan angka 7 ke SMU.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
14
Step selanjutnya merupakan pengulangan dari proses diatas dengan angka
yang berbeda.
3. Multiplexer dan Demultiplexer (MUX dan Demux)
Gambar 1.3 Modul Multiplexer dan Demultplexer.
Multiplexer (MUX) adalah rangkaian logika yang menerima beberapa input data digital dan
menyeleksi salah satu dari input tersebut pada saat tertentu, untuk dikeluarkan pada sisi output.
Sedangkan multiplexing adalah rangkaian yang memiliki banyak input tetapi hanya 1 output dan
dengan menggunakan sinyal-sinyal kendali, kita dapat mengatur penyaluran input tertentu
kepada outputnya, sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sinyal yang banyak melalui
media tunggal. (penggabungan 2 sinyal atau lebih untuk disalurkan ke dalam 1 saluran
komunikasi).
Demultiplexer (DEMUX )adalah rangkaian logika yang menerima satu input data dan
mendistribusikan input tersebut ke beberapa output yang tersedia. Seleksi data-data input
dilakukan oleh selector line, yang juga merupakan input dari demultiplexer tersebut.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
15
Pada pamel MUX/DEMUX dapat kita lihat line L1-k, L2-k, L3-k, L4-k, yang merupakan
input multiplexer yang datang dari arah pelanggan. Sedangkan L1-g, L2-g, L3-g, L4-g,
merupakan line keluaran DEMUX ke arah pelanggan. Pengamatan dari MUX dan DEMUX
dilakukan melalui clock (CLK) dari control unit (CTR). Keluaran Multiplexer berupa time
multiplex signal dengan 4 time slot yang selanjutnya menjadi masukan bagi switching network
melalui jalur H1. sedangkan masukan dari. Demultiplexer adalah time multiplex signal dengan 4
time slot yang melalui jalur H2.
Cara mencobanya :
Aktifkan tombol switch ke posisi STEP (ke LED merah), sambungkan panel dengan power
supplynya untuk +12 V dan groundnya. Sambungkan input Y osiloskop dengan soket Y pada
panel dan input trigger dengan soket trigger pada training panel.
Langkah- langkah praktikum :
1. Tekan tombol STEP
Proses : 4 buah LED berwarna hijau time slot 1 sampai 4 pada input DEMUX akan
menyala.
Penjelasan : Time multiplex signal, berisi code word dari switching network datang
sebagai input dari demultiplexer yang selanjutnya akan dipisah menjadi line tunggal yang
merepesentasikan satu pelanggan.
2. Tekan tombol STEP
Proses :
Pada Multiplexer
LED pada jalur L1-k dan jalur H1 menyala.
Beberapa saat kemudian green LED pada time slot 1 menyala.
Lalu LED pada jalur L1-k dan jalur H1 Mati.
Penjelasan : Input 1 disambungkan ke output H1 pada multiplexer. Code word yang
berasal dari pelanggan 1 diproses dan tampak pada time slot 1 dari time multiplex
signal (H1).
Pada Demultiplexer
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
16
LED pada jalur H2 dan jalur L1-g menyala.
Setelah beberapa saat green LED CW2 (Code Word) menyala dan green LED
pada time slot 1 pada jalur H2 mati.
LED CW2 mati setelah beberapa saat. LED pada jalur H2 dan jalurL1-g mati
setelah beberapa saat.
Penjelasan : Input H2 disambungkan dengan output 1 pada demultiplexer. Code
word pada time slot 1 dari time multiplex signal diproses untuk pelanggan 1.
3. Tekan tombol STEP
Proses :
Pada Multiplexer
LED pada jalur L2-k dan jalur H1 menyala.
Beberapa saat kemudian green LED pada time slot 2 menyala.
Lalu LED pada jalur L2-k dan jalur H1 mati.
Penjelasan : Input 2 disambungkan ke output H1 pada multiplexer. Code word yang
berasal dari pelanggan 2 diproses dan tampak pada time slot 2 dari time multiplex
signal.
PadaDemultiplexer
Led pada jalur H2 dan jalur L2-g menyala.
Setelah beberapa saat green LED CW4 menyala dan green LED pada time slot 1
pada jalur H2 mati.
LED CW4 mati setelah beberapa saat.
LED pada jalur H2 dan jalur L2-g mati setelah beberapa saat.
Penjelasan : Input H2 disambungkan dengan output 2 pada demultiplexer. Code
word pada time slot 2 dari time multiplex signal diproses untuk pelanggan 2.
4. Tekan tombol STEP
Proses :
Pada Multiplexer
LED Pada jalur L3-k dan jalur H1 menyala.
Beberapa saat kemudian green LED pada time slot 3 menyala.
Lalu LED pada jalur L3-k dan jalur H1 mati.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
17
Penjelasan : Input 3 disambungkan ke output H1 pada multiplexer. Code word yang
berasal dari pelanggan 3 diproses dan tampak pada time slot 3 dari time multiplex
signal.
Pada Demultiplexer
LED pada jalur H2 dan jalur L3-g menyala.
Setelah beberapa saat green LED CW6 menyala dan green LED pada time slot 3
pada jalur H2 mati.
LED CW6 mati setelah beberapa saat.
Led pada jalur H2 dan jalur L3-g mati setelah beberapa saat.
Penjelasan : Input H2 disambungkan dengan output 3 pada demultiplexer. Code word
pada time slot 3 dari time multiplex signal diproses untuk pelanggan 3.
5. Tekan tombol STEP
Proses :
Pada Multiplexer
LED Pada jalur L4-k dan jalur H1 menyala.
Beberapa saat kemudian green LED pada time slot 4 menyala.
Lalu LED pada jalur L4-k dan jalur H1 mati
Penjelasan : Input 4 disambungkan ke output H1 pada multiplexer. Code word yang
berasal dari pelanggan 4 diproses dan tampak pada time slot 4 dari time multiplex
signal.
Pada Demultiplexer
LED pada jalur H2 dan jalur L4-g menyala.
Setelah beberapa saat green LED CW8 menyala dan green LED pada time slot 4
pada jalur H2 mati.
LED CW8 mati setelah beberapa saat.
Led pada jalur H2 dan jalur L4-g mati setelah beberapa saat.
Penjelasan : Input H2 disambungkan dengan output 4 pada demultiplexer. Code
word pada time slot 4 dari time multiplex signal diproses untuk pelanggan 4.
6. Tekan tombol STEP
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
18
Proses : Semua LED akan mati, jika tombol STEP ditekan maka akan terjadi
pengulangan proses.
4. Switching Network
Setelah melewati proses mux/demux, data yang telah dikalkulasikan untuk control
memory di bufferkan kemudian dikirimkan ke Switching Network. Setiap Time Slot data
percakapan antara pelanggan diproses lalu dirutekan di Switching Network sesuai dengan
tujuannya.
Suatu time slot kosong dibutuhkan untuk membangun suatu hubungan, dimana nantinya
time slot ini akan independent ditinjau dari posisi waktu pada saat kanal mengalami proses di
jaringan. Posisi time slot tersebut harus dijaga sehingga pada output Switching Network time
slot sesuai dengan pengalamatan yang diinginkan.
Time Stage dilakukan sebelum Space Stage, berfungsi sebagai optimalisator. Time Stage
menyeleksi kemungkinan adanya timeslot yang kosong atau mengandung kode bicara untuk
kemudian di switch ke Space Stage. Karakteristik dari Space Stage di Switching Network
ditentukan berdasarkan fakta bahwa kanal (kode bicara 8 bit) tidak dapat merubah posisinya
berdasarkan waktu selama proses switching.
Space Stage berfungsi untuk menjaga posisi dari time slot. Space Stage juga melakukan
pngalamatan tentang tujuan dari time slot. Pengalamatan ini menunjukkan ke lokasi mana
time slot ditujukan.Output dari Space Stage adalah sinyal time multiplex, berupa kanal-kanal.
Sebelum kana-kanal ini dikirim lebih lanjut, harus dihasilkan urutan urutan yang memberikan
identitas dari pelanggan. Urutan ini dihasilkan oleh Time Stage yang ada setelah Space
Stage. Setiap proses switch di Time Stage, control memory memberikan instruksi time slot
mana yang harus dibaca.
Alat ini adalah suatu TST Switching Network, dimana Space Stage terdiri dari 2 Space
Switch. Input dari Space Stage, H3 dan H4, terhubung secara seri dengan 2 Time Switch
incoming TSI, dimana hanya satu yang ditampilkan. Output dari Space Stage, H5 dan H6,
terhubung denga 2 Time Switch outgoing, dan juga hanya satu yang ditampilkan.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
19
Gambar 1.4 Switching Network
Langkah-langkah praktikum :
Pada percobaan, akan dilakukan tiga operasi. Operasi pertama terdapat hubungan
melalui rute H3 (input 0) dari Space Stage ke pelanggan yang terhubung pada rute H2
(outgoing). Rute incoming menghubungkan input H1 ke output H6 melalui rute H4 (input
1) di Space Stage.
I. Operasi Pertama Time Slot 1
#1 Tekan tombol STEP
Proses : LED pada rute H1 menyala.
Penjelasan : Time slot pertama sampai input TS 1 (rute H1). Time slot ini kosong
(diindikasikan oleh LED pada time slot 1 tidak menyala), sehingga tidak ada
informasi yang ditempatkan pada lokasi pertama dari Information Memory.
#2 Tekan tombol STEP
Proses : [1]
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
20
Penjelasan : Control memory ke 3 pada TS1 ditempatkan pada time slot 1. Code
word yang telah disimpan pada frame sebelumnya dibaca dari lokasi memory ke 3
dari Information Memory. Code word akan tampil sebagai output pada time slot
1. pada layar akan tampak bahwa input dari TS1 yang berasal dari time slot 3
digeser ke time slot 1 pada output.
Proses : [2]
Penjelasan : Control memory dari SS0 akan menempatkan time slot 1 pada H4 ke
time slot 1 pada H6.
#3 Tekan tombol STEP
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
21
Proses : [1]
Penjelasan : Control memory dari SS1 akan menempatkan time slot 1 pada H3 ke
time slot pada H5.
Proses : [2]
Penjelasan : Code word akan tampak sebagai input dari TS0 pada time slot 1
(jalur H5) lalu dimasukkan ke lokasi penyimpanan 1 dari memori informasi dan
akan tetap berada di tempat tersebut sampai bisa ditransmisikan ke pelanggan
yang dituju.
#4 Tekan tombol STEP
Proses : LED pada jalur H2 menyala dan tampilan dari time slot 1 pada Control
Memory berupa strip/garis.
Penjelasan : Lokasi pertama dari Control Memory pada TS0 kosong.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
22
Operasi Pertama Time Slot 2
#5…#8 Tekan tombol STEP
Proses : Hanya LED pada jalur H1 yang menyala pada input TSI. Control
Memory pada space stage menampilkan tanda strip/garis, begitu pula dengan
Control Memory dari TSO. LED pada jalur H2 (output TSO) menyala.
Penjelasan : Time slot 2 pada input terisi. Time slot ke 2 pada Control Memory
kosong karena tidak ada masukan. Switching dari code word tidak terjadi.
II. Operasi Pertama Time Slot 3
#9 Tekan tombol STEP
Proses :
Penjelasan : Control memory dari TS0 berisi digit 1 pada time slot ke 3.
Informasi yang sebelumnya menjadi input lokasi ke 1 pada Information Memory
di switch ke pelanggan ke 3 yang merupakan pelanggan yang dihubungi.
III. Operasi Pertama Time Slot 4
#13 Tekan tombol STEP
Proses : LED pada jalur H1 menyala.
Penjelasan : Time slot ke 4 dari incoming frame kosong, tidak ada data
masukan.
#14…#16 Tekan tombol STEP
Proses : Control Memory pada space stage dan TSO menampilkan strip/garis.
Penjelasan : Control memory kosong, tidak ada yang di switch.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
23
5. System Terintegrasi Standar
Aktifkan power supplynya tetapi tidak pada mode STEP-nya, “lamp test” secara
otomatis akan menyala selama 5 detik. Seluruh LED dan tampilan seven segmen harus
menyala. Pada telepon akan terdengar suara ringing.
Sistem mulai beroperasi, keempat time slot dari state inisialisasi berjalan
berkelanjutan (siklus). Diasumsikan pelanggan 1 mennggunakan Push Button Pulse
Dialer DTMF dan pelanggan 2 menggunakan Push Button Pulse Dialer IWV. Angkat
gagang pada pelanggan 1, nada dial akan mengalir pada kawat a/b dari pelanggan 1.
Dialing :
Multi Frequency Receiver (MFR) aktif ketika pelanggan 1 mendial digit pertama.
MFR memproses dan mendefinisikan digit-digit nomor telepon tujuan dan
mengembalikannya ke Subscriber Matching Unit, dimana setiap digit ditempatkan
sementara sampai seluruh nomor panggilan selesai di dial.
Pemilihan Jalur Bicara :
Setelah MFR mendefinisikan nomor telepon tujuan, lalu nomor tersebut dikirim ke
Control Unit untuk penginisialisasian dalam pemilihan jalur bicara. Pertama-tama ringing
outgoing dari hubungan di kalkulasi. Ditunjukkan bahwa time slot ke 2kosong, seperti
yang terjadi pada operasi single step di Switching Network. Setelah dilakukan kalkulasi,
data untuk control memory di bufferkan untuk kemudian dikirimkan ke Switching
Network (Speech Path Latching). Setelahnya, rute kembali ditentukan di control unit.
Time slot ke 3 (seperti yang ditunjukkan pada operasi single step di Switching Network)
Data dari control memory juga dibufferkan dan dikirimkan ke switching network.
Pemanggilan Pelanggan 2
Lamanya waktu panggil tergantung dari status keseluruhan system. Ketika pelanggan
dipanggil, pada kawat a/b pelanggan yang dipanggil tersebut mengalir arus ringing dan
pada kawat a/b pelanggan pemanggil mengalir tone ringing.
Pelanggan 2 Mengangkat Telepon :
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
24
Ketika pelanggan yang dituju mengangkat telepon, arus ringing dan tone ringing
diputus. Rute datang dan kembali telah tersedia untuk pengiriman kode bicara bagi kedua
arah tersebut.
Kode bicara dari pelanggan 1 dikirimkan dari output SMU, ketika time slot 1 sampai
ke switching network selama siklus pengiriman timeslot. Kemudian kode bicara
dikirimkan melalui multiplexer hingga ke input dari time stage di switching network.
Kode bicara kemudian disimpan di information memory, selanjutnya informasi yang
dibuffer pada time slot 2 di kirimkan ke time stage outgoing melalui space stage. Pada
time slot yang sama, informasi dibaca pada time stage outgoing dan dikirimkan ke
subscriber matching unit melalui demultiplexer. Dengan cara ini kode bicara sampai ke
pelanggan 2.
Pada arah sebaliknya, kode bicara dari pelanggan 2 dikirimkan ketika time slot 2 telah
sampai. Kode tersebut dikirimkan melalui multiplexer dan dibufferkan pada information
memory. Selanjutnya, informasi time slot 1 yang di buffer dikeluarkan dan dikirimkan ke
pelanggan 1 melalui multiplexer.
Pemutusan Pembicaraan :
Ada 2 kemungkinan untuk mengakhiri pembicaraan, yaitu:
1. Pelanggan 2 (terpanggil) menutup telepon lebih dulu
Power supply bagi pelanggan 2 diputus dari Subscriber Matching Unit. Walaupun
kode bicara dari pelanggan 1 masih ada, tetapi kode tersebut tidak dapat
diteruskan ke pelanggan 2.
Pada Subcriber Matching Unit, sinyal busy dikirimkan ke pelanggan pemanggil.
Proses ini terus berlanjut hingga pelanggan 1 memutuskan hubungan.
2. Pelanggan 1 (pemanggil) menutup telepon lebih dulu
Power supply bagi pelanggan 1 diputus dari SMU. Pemutusan ini diinformasikan
ke control, kemudian control unit memutuskan hubungan.
Pertama, rute outgoing diputuskan. Control memory, yang berhubungan dengan
hubungan harus dihapus. Proses ini dapat dilihat dari control unit yang
mengeluarkan instruksi “dashes” yang diteruskan ke switching network.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
25
Proses tersebut juga terjadi pada rute kembali, jadi pada akhirnya kedua arah akan
dalam posisi idle.
6. System Terintegrasi Lengkap
Aktifkan power supplynya tetapi tidak pada mode STEP-nya, “lamp test” secara
otomatis akan menyala selama 5 detik. Seluruh LED dan tampilan seven segmen harus
menyala. Pada telepon akan terdengar suara ringing.
System mulai beroperasi. Keempat time slot dari state inisialisasi berjalan berkelanjutan
(siklus).
Hubungan dapat dilakukan dari dan ke sembarang telepon diantara 4 pelanggan
tersebut. Pembangunan hubungan dua telepon memungkinkan bila pelanggan pemanggil
dan terpanggil terkoneksi pada satu SMU. Juga perlu diperhatikan bahwa hubungan
kedua dapat terjadi setelah hubungan pertama telah selesai terbentuk.
Rute Outgoing :
Tampilan S : 2 ; Tampilan D : 4
TS1 : Masukan Control Memory : 2 pada time slot : 1
SS : Masukan Control Memory : 1 pada time slot : 1
TS0 : Masukan Control Memory : 1 pada time slot : 4
Rute Kembali :
Tampilan S : 4 ; Tampilan D : 2
TS1 : Masukan Control Memory : 4 pada time slot : 2
SS : Masukan Control Memory : 1 pada time slot : 2
TS0 : Masukan Control Memory : 2 pada time slot : 2
Proses pembangunan hubungan (call setup) dijelaskan pada percobaan system
lengkap untuk peralatan standar. Di bawah ini adalah contoh masukan bagi control
memory untuk hubungan dari pelanggan 2 ke pelanggan 4, dengan asumsi tidaka ada
hubungan sebelumnya pada system.
Proses Dari Pelanggan 2 Ke Pelanggan 4 :
Di time slot 2, kode bicara dari pelanggan 2 diambil dari SMU selama siklus proses
switch dari switching network dan diteruskan ke input switching network melalui
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
26
multiplexer. Kode bicara dialamatkan pada posisi kedua pada di information memory dari
TSI. Lokasi penempatan ini dibaca di time slot 1 dan kode bicara diteruskan ke TS0
melalui space stage. Kode bicara disimpan pada posisi pertama dari information memory.
Pada time slot 4, kode bicara diteruskan dari TSO ke pelanggan 4 melalui demultiplexer.
Proses Dari Pelanggan 4 ke Pelanggan 2 :
Kode bicara dari pelanggan 4 ditempatkan pada time slot 4, masuk ke input dari
switching network melalui multiplexer. Kode bicara di buffer pada lokasi ke empat dari
information memory. Time slot 2, yang merupakan isi dari penempatan tadi dikeluarkan
untuk kemudian diteruskan ke TS0 melalui space stage dan disimpan di lokasi ke 2 dari
information memory. Time slot 2 akhirnya diteruskan ke pelanggan 2 melalui
demultiplexer.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
27
MODUL I
INTERACTIVE VOICE RESPONSE (IVR) PADA TRIXBOX
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami definisi dan konsep kerja IVR
2. Mengetahui arsitektur IVR
3. Mengetahui cara konfigurasi IVR pada Trixbox
4. Mengaplikasikan hasil konfigurasi pada suatu panggilan teleponi
B. ALAT PRAKTIKUM
1. Hardware
PC + Accessories
Voice Processing Board
Phone Terminal
2. Software
Trixbox
Eyebeam
C. DASAR TEORI
Salah satu aplikasi dari Computer Telephony Integration (CTI) yang umum
digunakan adalah IVR. Interactive Voice Response (IVR) adalah salah satu teknologi
teleponi dimana sistem dirancang interaktif dengan pemanggil melalui penekanan
pesawat teleponnya (menggunakan sistem DTMF) atau membunyikan kata (speech
recognition).Adapun pada praktikum kali ini, deteksi yang digunakan adalah dari
penekanan tombol pesawat telepon saja. Sistem IVR ini dapat merespon panggilan
menggunakan suara yang telah direkam terlebih dahulu kemudian disesuaikan dengan
pemrosesan informasi yang diminta pemanggil. Jadi IVR menghasilkan respon
informasi baik berupa suara, fax, callback, email, atau media lain dan merutekan
panggilan ke tujuan yang tepat diminta oleh pemangggil.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
28
IVR cocok diaplikasikan pada sistem dengan spesifikasi berikut :
• IVR cocok diaplikasikan untuk berbagai jenis layanan yang tidak memerlukan
proses diskusi antar user dengan penyedia jasa layanan. Misalnya, layanan tagihan
pulsa telepon, validasi kartu kredit, dan lain sebagainya.
• IVR hanya berbasis input dari keyboard pesawat telepon pemanggil, yakni 12
tombol dari 12 tombol yang tersedia: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,*,0,#)
• Adanya fitur speech recognition bisa dipalikasikan pada sistem IVR untuk
menggantikan fungsi keypad.
Keuntungan umum yang disajikan pada implementasi sistem IVR ini antara lain :
• Dapat mengurangi jam terbang operator telepon
• Memberi nilai tambah untuk waktu tunggu, khususnya untuk pemanggil lepas
sehingga tidak perlu mengakses website atau menyalakan PC ketika butuh
informasi
• Kemampuan mem-broadcast informasi berulang-ulang
• Dapat diakses 24 jam non-stop
• Menyediakan operasi-operasi stream line dan informasi dari pemanggil/customer
Cara kerja IVR
1. Pemanggil men-dial nomor server IVR, dan menunggu sampai terhubung.
Biasanya diindikasikan dengan jawaban dari server IVR berupa welcome
greeting.
2. Sistem IVR mengeksekusi aplikasi yang dipilih berdasarkan DNIS (Dialed
Number Identification Service). Di dalam aplikasi tersebut, dimainkan suara yang
sudah direkam sebelumnya kepada pemanggil.
3. Pemanggil memilih opsi yang disediakan dalam aplikasi dengan cara menekan
tombol-tombol keypad pesawat teleponnya (menggunakan sistem DTMF) atau
membunyikan kata (speech recognition).
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
29
Jenis layanan IVR dikategorikan menjadi dua, yakni :
Inbound service, dimana layanan dijalankan setelah user men-dial nomor IVR
server.
Outbound service, dimana layanan bersifat delivering messaging, yakni
pemberitahuan atau pengingat informasi tertentu yang disampaikan pada
waktu tertentu dengan mem-broadcast suara yang sudah direkam ke telepon-
telepon user.
Gambar 1.1 Flow Chart Pengaksesan IVR (Inbound)
D. LANGKAH PRAKTIKUM
I Konfigurasi Nomor Call Center
1. Daftarkan nomor ekstensi pada PBX Setting di Trixbox
2. Klik menu Follow Me dan tambahkan Follow Me Option untuk nomor ekstensi yang
telah didaftarkan sebelumnya.
Follow me digunakan untuk menkonfigurasi nomor call center. Perhatikan pada field
Ring Time dan Play Music on Hold. Sesuaikan nilainya dengan lama waktu yang
diinginkan dan kelas Music on Hold yang akan digunakan. Klik Submit dan Apply
Configuration Changes jika konfigurasi sudah selesai.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
30
II Pengaturan Suara pada Call Center
Terdapat 2 cara penggunaan suara untuk Call Center pada IVR. Yaitu dengan cara
mengupload file suara yang telah ada dan recording suara dengan bantuan softphone.
Upload File Suara
PBX PBX Setting System Recording Upload file wav
File audio yang akan diupload harus berformat wav, dengan profile PCM, mono,
sampling rate 8000 Hz, sampling size 16 bit. Untuk menghasilkan file audio
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
31
dengan format tersebut dapat dilakukan konversi dengan software Sound
Recorder pada Microsoft Windows.
Recording Suara
1. PBX PBX Setting System Recordings
2. Masukkan nomor ekstensi pada kolom yang tersedia kemudian klik Go
3. Pada softphone yang digunakan dial nomor *77 kemudian rekam suara. Untuk
mengakhiri, tekan tombol merah untuk memutuskan hubungan telepon.
4. Untuk mendengarkan suara yang telah direkam sebelumnya, dial nomor *99
pada softphone
5. Beri nama rekaman pada kolom “Name This Recording” lalu klik save
III Membuat Ring Group untuk sistem hunting pada IVR
1. Isi nomor Ring Group
2. Isi Group Description sesuai prioritas group
3. Pilih Ring Strategy sesuai kebutuhan
4. Pada setting-an “Destination if no answer “ kita link-kan ke IVR
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
32
Note: Kolom Ring Group Number = nomor untuk ring group
Ring Stategy = system pada ring group (umumnya ringall dan hunt)
Extension List: nomor-nomor yang akan dijadikan dalam group hunting tesebut
IV Konfigurasi IVR untuk layanan call center
1. Klik add IVR
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
33
2. Pada kolom “Change Name” isikan nama terserah anda (misalkan: main_menu)
3. Perhatikan pada kotak merah, centang return to IVR kemudian link ke Ring
Groupnya.
4. Jika Group yang dibuat banyak, isi nomor groupnya di bawah “ return to IVR “
5. Klik Submit
V Mengoperasikan layanan Call Center
Apabila seluruh konfigurasi telah selesai dilakukan maka langkah terakhir dalam
praktikum adalah mengoperasikannya.
1. Masuk ke trixbox untuk mendaftarkan nomor client.
2. Masuk ke aplikasi Eyebeam untuk mendaftarkan nomor client.
3. Lakukan komunikasi ke nomor call center.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
34
MODUL 2
PENGENALAN IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM (IMS)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengenal konsep dasar IMS
Mengetahui cara kerja IMS
Mengetahui fungsi dari komponen IMS
Mengetahui fitur-fitur yang didukung IMS
Melakukan panggilan baik suara ataupun video serta Video on Demand (VOD)
B. ALAT PRAKTIKUM
Hardware :
Personal Computer dengan OS Ubuntu 10.04
Server openIMSCore
Software :
UCT IMS Client / Boghe IMS Client
C. DASAR TEORI
1. Pengenalan IMS
IP Multimedia Subsystem (IMS) adalah sebuah layer penengah di antara layer
konektivitas dan layer aplikasi utuk mengatur signaling untuk membangun, memelihara
dan mengakhiri sebua sesi multimedia. IMS adalah sebuah arsitektur terstandarisasi
oleh 3GPP untuk mendukung layanan dalam packet domain. Singkatnya IMS adalah
sebuah arsitektur generik untuk menawarkan layanan multimedia.
Pemisahan dengan IMS dengan layer transport dibawahnya membuat (secara
prinsip) IMS dapat beroperasi dengan segala jenis jaringan berbasis IP. Oleh karenanya
IMS bisa support pada jaringan Universal Mobile Telecommunication Service (UMTS),
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
35
Generic Packet Radio Service (GPRS), fixed line seperti xDSL (digital subscriber line),
wireless LAN (WLAN) dan lain-lain.
IMS merupakan salah satu konsep mobile system dalam hal ini dapat diartikan
pula bahwa IMS dapat memberikan layanan berbasis Mobile IP. Melihat ide dasar
mengenai IMS dan perkembangkan teknologi wireless yang saat ini memasuki era
broadband network khususnya 3G, dan kombinasi antara PSTN dan PLMN maka kreasi
layanan yang dapat diberikan oleh IP Multimedia Subsystem (IMS) ialah sebagai
berikut :
1. Pengguna dimungkinkan mempunyai 2 tipe alamat yakni berupa alamat telepon
dan internet
2. Pengguna dimungkinkan memiliki multiple identity yakni work dan private pada
perangkat yang sama.
3. Pengguna dimungkinkan mempunyai multiple terminal dengan berbeda
kapabilitas.
4. Kapabilitasnya jauh lebih luas dan banyak dibandingkan dengan teknologi yang
telah ada sebelumnya.
Dengan melihat kreasi layanan yang dapat dikembangkan diatas maka secara
bisnis dan cost effective teknologi IMS ini sangat menjanjikan, terutama jika dilihat dari
pengoptimalan session dan jaringan packet IP untuk pengembangan dan kreasi layanan
ke depan. Fokus kreasi layanan diarahkan pada pengembangan layanan realtime
person-to-person. Disamping itu solusi ini juga bisa menjawab konsep dan isu yang
berkembang diseputar optimalisasi dan antisipasi jaringan masa depan.
2. Sejarah IMS
Teknologi IMS ditemukan oleh sebuah forum industri bernama 3G.IP, yang
dibentuk pada tahun 1999. 3G.IP mengembangkan awal mula arsitektur IMS, yang
kemudian 3G.IP merubah namanya menjadi 3rd Generation Partnership Project
(3GPP), sebagai bagian dari standardisasi mereka yang dipakai pada 3G mobile phone
di jaringan UMTS. IMS diperkenalkan pertama kalinya pada Release 5 (evolusi dari
jaringan 2G ke 3G) pada Maret 2003, ketika SIP berbasis multimedia ditambahkan
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
36
dukungan untuk GSM terdahulu dan jaringan GPRS juga telah disediakan. 3GPP2
(organisasi yang lain) memiliki teknologi CDMA2000 Multimedia Domain (MMD)
yang berbasiskan pada 3GPP IMS, yang menambahkan dukungan layanan untuk
CDMA2000. 3GPP Release 6 telah terdapat dukungan internetworking dengan WLAN,
sedangkan pada 3GPP Release 7 telah ditambahkan layanan fixed network, dengan
kerjasama TISPAN Release R1.
3. Prinsip Kerja IMS
Prinsip dasar jaringan IMS adalah mengintegrasikan antara teknologi wireless
dan wireline dengan berbagai layanan yang dapat ditanganinya, diantaranya layanan
voice dan berbagai macam layanan data. Prinsip dari teknologi ini yaitu mengatur
session yang muncul untuk setiap layanan. Pada dasarnya, jaringan IMS merupakan
lapisan jaringan untuk jaringan packet switched dan circuit switched existing yang
memiliki kemampuan antara lain:
a. Support untuk multimedia interaktif berbasiskan IP dengan dukungan Quality of
Service (QoS)
b. Pensinyalan atau signalling-nya berdasarkan pada protokol dari IETF (Internet
Engineering Task Force), seperti : Session Initiation Protocol (SIP).
c. Bisa berupa backbone, core, atau access
d. Dapat berintegrasi dengan Public Switch Telephone Network (PSTN), Public
Land Mobile Network (PLMN), dan jaringan data.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
37
Gambar 3. 1 Establishment session pada konsep IMS dan Jaringan Softswitch
Teknologi IMS diperkenalkan oleh organisasi 3GPP (Third Generation
Partnership Project) untuk jaringan wireless dan mobile. 3GPP mendefinisikan
referensi arsitektur dan spesifikasi protokol untuk jaringan IMS ini. Jaringan IMS
dibangun selain mendukung fitur utamanya, juga dimungkinkan pengembangan
aplikasi third party melalui Session Initiation Protocol (SIP). Spesifikasi pada jaringan
IMS dalam dunia telekomunikasi secara konseptual ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan jaringan dan user, dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Mengintegrasikan layanan komunikasi multimedia secara real time maupun non
real time.
b. Memiliki kemampuan untuk melayani dan berinteraksi dengan layanan dan
aplikasi yang beragam.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
38
c. Memiliki kemudahan dalam melakukan setup multilayanan dalam satu session
tunggal atau multisession secara bersamaan.
Konsep IMS diperkenalkan dalam dunia telekomunikasi untuk memenuhi
kebutuhan jaringan dan pengguna dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Delivery layanan komunikasi multimedia dengan karakteristik real time dan
person to person dengan basis IP (seperti voice atau videotelephony), demikian
juga halnya dengan komunikasi person-to-machine (seperti layanan gaming).
b. Mengintegrasikan layanan komunikasi multimedia real-time dengan non-real-
time (seperti video live streaming dan chatting).
c. Mampu melayani dan berinteraksi dengan layanan dan aplikasi yang beragam
(seperti mengkombinasikan presence dan instant messaging).
d. Kemudahan dalam melakukan setup multi layanan dalam satu session tunggal
atau multi session secara bersamaan.
4. Arsitektur Jaringan IMS
Arsitektur layanan IMS adalah arsitektur yang mendukung jangkauan yang luas
yang dimungkinkan dengan fleksibilitas protokol SIP yang digunakan pada jaringan ini.
Arsitektur IMS dapat mendukung multiple application servers menyediakan layanan
telepon tradisional (PSTN) dan layanan non telephony seperti halnya instant messaging,
push to talk, multimedia messaging, video streaming, video on demand, IPTV dll.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
39
Gambar 3. 2 Arsitektur Jaringan IMS menurut 3GPP/TISPAN
Tiga lapisan dalam arsitektur jaringan IMS , yaitu :
a. Lapisan Transport dan Endpoint
Berfungsi untuk menginisiasi dan mengakhiri pensinyalan SIP untuk membangun
session dan menyediakan layanan bearer seperti mengkonversi voice dari format
analog atau digital menjadi paket IP menggunakan Realtime Transport Protocol
(RTP). Pada layer ini disediakan media gateway untuk mengkonversi VoIP bearer
stream menjadi format TDM PSTN. Media server menyediakan beberapa layanan
media yang terlibat, termasuk conferencing , speech recognition, dan speech synthesis
b. Lapisan Session Control
Pada lapisan session control ini terdapat Call Session Control Function
(CSCF) yang menyediakan registrasi dari endpoint dan proses routing dari pesan
pensinyalan SIP menuju application server yang dituju. Interworking antara CSCF
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
40
dengan lapisan transport dan endpoint dimaksudkan untuk menjamin QoS semua
layanan yang melaluinya. Dalam lapisan ini termasuk juga informasi registrasi end
user yang sedang melakukan komunikasi (contohnya IP address), informasi roaming,
layanan telephony (contohnya informasi call forwarding), informasi layanan instant
messaging, dan pilihan voice mail. Lapisan session control termasuk juga Media
Gateway Control Function (MGCF), yang bekerjasama antara SIP signalling dengan
signalling yang digunakan oleh media gateway (seperti H.248). MGCF mengatur
distribusi dari session melalui multiple media gateways. Sedangkan Media Server
Function Control (MSFC) menyediakan fungsi yang sama untuk media server.
c. Layer Application Server
Dalam lapisan ini terdapat application server, yang menyediakan layanan end
user logic. Pada arsitektur IMS dan pensinyalan SIP memiliki kemampuan yang cukup
fleksibel untuk mendukung berbagai macam variasi dari application servers untuk
komunikasi antara layanan telephony dan non telephony. Sebagai contohnya, standar
SIP sudah dikembangkan untuk layanan telephony dan layanan IMS.
5. Komponen - Komponen IMS
IMS terdiri dari komponen inti (HSS dan CSCF) dan komponen pendukung (MGCF dan
MGW).
a) MGW (Media Gateway)
Fungsinya untuk mentranslasi Voice traffic dari format TDM ke paket IP atau sebaliknya.
b) Media Gateway Control Function (MGCF)
Fungsinya untuk mengontrol MGW (sama dengan fungsi MGC pada existing VOIP).
c) CSCFs terdiri dari S-CSCF, P- CSCF, I – CSCF
S – CSCF ( Serving Call Session Control Function), Fungsinya:
o Untuk registrasi subscriber ( SIP registrar )
o Download HSS user profile
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
41
o Merutekan SIP request ke IMS lain
o Query ENUM DNS untuk translasi E.164 numbers ke routable SIP addresses dan
domain name ke alamat IP
o Penghitungan data output
P-CSCF (Proxy Call Session Control Function), fungsi ini sebenarnya diadopsi dari
fungsi Session Border Controller. Yaitu melakukan fungsi authentifikasi.
o Meneruskan SIP messages dari User Entity ( UE ) ke SIP Servers dalam home
network dan sebaliknya.
o Menyimpan track registrasi
o Menyimpan track active call sessions
o Menyimpan informasi UE (IP address and port)
I-CSCF (Interrogating Call Session Control Function),
o Memberitahu ke sebuah S-CSCF pada saat initial registration (kerjasama dengan
HSS).
o Merutingkan sebuah SIP request yang diterima dari luar network ke S-CSCF.
d) HSS (Home Subcriber Server), menyediakan central repository informasi subscriber
seperti halnya Home Location Register pada Celuler sistem sekarang. jadi kedepannya
nama lain HLR yang support IMS adalah HSS.
Jadi dibanding softswitch dari VOIP yang sekarang existing, di IMS ada interkoneksi
dengan HSS untuk mengakomodir konsep roaming terutama untuk celluler sistem.
Sehingga proses signaling pun lebih komplek yang dihandle oleh CSCFs. Karena tujuan
dari arsitektur IMS agar semua service entah dari PSTN, Mobile, Internet semua bisa di
lewatkan.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
42
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
43
D. LANGKAH PRAKTIKUM
1. Buka http://switching.org:8080 dengan username : hssAdmin password : hss
2. Buka program Boghe IMS Client
3. Daftarkan client yang telah dibuat, sebagai contoh alice dan bob, caranya klik Tools -
Options
4. Pada menu Identity, isikan
Display name : alice
Public Identity : sip:[email protected]
Private Identity : [email protected]
Password : alice
Realm : sip:switching.org
Kemudian klik Save
5. Pada menu Network, isikan
Proxy-CSCF Host : isi dengan IP server IMS (10.4.74.4)
Proxy-CSCF port : 4060
Transport : UDP
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
44
Kemudian Klik Save. Lalu Klik Sign in.
6. Lakukan hal yang sama untuk mendaftarkan client bob, dengan cara mengganti semua
kata alice dengan bob, lalu klik Sign in.
7. Lakukan voice call, video call dan instant messaging antara alice dan bob.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
45
MODUL 3
MULTI -PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS)
D. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengenal konsep dasar MPLS
Mengetahui cara kerja MPLS
Mengetahui komponen – komponen MPLS
Memahami konsep forwarding dan routing pada MPLS
Memahami pelabelan pada paket yang dikirimkan berbasis MPLS
E. ALAT PRAKTIKUM *yang disarankan
Hardware :
Processor Pentium Core 2 duo 2.5 Ghz
RAM 4096 MB
HDD lebih besar dari 10 GB
Software :
GNS3-0.71RC1-win32-all-in-one
Cisco 7200 IOS Image 56
F. DASAR TEORI
1. Latar Belakang MPLS
Jaringan IP terdefinisi sebagai protocol best effort. Yang dimaksud best effort yaitu
jaringan akan memberikan layanan sebaik-baiknya akan trafik yang ada ke tujuan secepat
mungkin namun tidak ada jaminan kualitas paket sampai di penerima. Kecepatan transfer data
menjadi masalah yang sering dialami dalam jaringan komputer. Untuk itu muncul lah teknologi
Multi-Protocol Label Switching (MPLS) yang secara teoritis mampu meningkatkan kelancaran
transfer data.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
46
Multi-Protocol Label Switching (MPLS) adalah suatu metode forwarding
(meneruskan data melalui suatu jaringan dengan menggunakan informasi dalam label yang
dilekatkan pada IP), sehingga memungkinkan router untuk meneruskan paket dengan hanya
melihat label dari paket itu, tidak perlu melihat alamat IP tujuannya.
Teknik pelabelan yang dipakai bukanlah teknik yang baru. Frame Relay dan
ATM menggunakan teknik ini untuk memindahkan frame atau sel pada suatu jaringan,
dimana pada Frame Relay panjang Frame disesuaikan dengan besarnya paket dan pada
ATM panjangnya frame tetap, yaitu 5 byte untuk header dan 48 byte sebagai payload. Selain
itu Frame Relay dan ATM memiliki kesamaan yaitu penggantian label pada setiap hop
dijaringan. Proses seperti ini tidak terjadi pada proses penerusan paket dijaringan IP,
dimana pada jaringan IP tidak terjadi penggantian alamat tujuan, tetapi melihat alamat dari
tujuan paket itu sendiri kemudian dicocokan dengan table routing untuk kemudian diteruskan
ke hop selanjutnya dengan proses seperti itu maka waktu yang dibutuhkan dalam proses
penerusan paket menjadi lama. Atas dasar itulah maka teknologi MPLS ini dibuat.
2. Komponen Header MPLS
Format MPLS Header
Label Value (LABEL)
Merupakan field yang terdiri dari 20 bit yang merupakan nilai dari label tersebut
Experimental Use (EXP)
Secara teknis field ini digunakan untuk keperluan experiment. Field ini dapat
digunakan untuk menangani indicator QoS atau dapat juga merupakan hasil salinan dari
bit-bit IP precedence pada paket IP
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
47
Bottom of Stack (BoS)
Pada sebuah paket memungkinkan menggunakan lebih dari sebuah label. Field ini
digunakan utuk mengetahui label stack yang paling bawah. Label yang paling
bawah dalam stack memiliki nilai suatu bit sedangkan yang lain diberi nilai nol. Hal ini
sangat diperlukan dalam label stacking
Time to Live (TTL)
Field ini merupakan hasil salinan dari IP TTL header. Nilai bit TTL akan berkurang satu
setiap paket melalui hop untuk menghindari terjadinya paket storms.
3. Komponen MPLS
Komponen dasar penyusun jaringan MPLS, yaitu :
Gambar Komponen MPLS
a) MPLS node
Router pada jaringan MPLS yang akan meneruskan paket yang diterimanya berdasarkan
label.
b) MPLS label
Merupakan header tambahan yang deletakan diantara layer 2 dan IP header.
c) MPLS Ingress Node
MPLS node yang mengatur trafik saat paket memasuki MPLS core. Ingress node biasa
disebut juga PE (Provider Edge) router
d) MPLS Egress Node
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
48
MPLS node yang mengatur trafik saat paket meninggalkan MPLS core. Egress node biasa
disebut juga PE (Provider Edge) router.
e) Label Edge Router (LER)
MPLS node yang menghubungkan sebuah MPLS domain dengan node yang berada diluar
MPLS domain.
f) Label Switched Path (LSP)
Merupakan jalur yang terbentuk dari serangkaian satu atau lebih Label Switching Hop
dimana paket diteruskan oleh label swapping berdasarkan tabel Forwarding Equivalent
Class (FEC) dari satu MPLS node ke MPLS node yang lain.
g) Label Switching Router (LSR)
Router yang mendukung MPLS forwarding. LSR biasa disebut juga P (Provider) router.
4. Sistem Kerja MPLS
MPLS node mempunyai dua bidang arsitektural, yaitu: MPLS control plane dan MPLS
forwarding plane.
a. Control Plane
Ketika paket IP sampai di LER (ingress router), dilakukan proses klasifikasi
paket ke dalam Forward Equivalence Class (FEC). Klasifikasi ke dalam FEC dapat
berdasarkan destination IP address maupun nilai dari IP presedence pada header IP. Semua
paket-paket yang diklasifikasikan ke dalam FEC yang sama akan diperlakukan dengan
perlakuan yang sama, misalnya dengan meneruskan paket ke jalur tertentu. Setelah dilakukan
klasifikasi, label diberikan pada paket data (pushing) sesuai dengan klasifikasi FEC. Dengan
demikian klasifikasi paket hanya dilakukan di sisi edge. Sedangkan di sisi core (LSR) dilakukan
beberapa hal, yaitu:
Melihat label (label lookup) terhadap paket yang datang
Menentukan outgoing interface dan outgoing label paket tersebut
Menukar label paket yang datang dengan outgoing label yang sesuai (label
swaping) dan mengirimkan melalui outgoing interface tertentu.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
49
Ketika paket mencapai sisi edge (egress router) label paket akan dihapus (poping). Pada
control plane ini perlu diperhatikan beberapa hal pada jaringan MPLS di antaranya yaitu:
IGP (Interior Gateway Protocol)
IGP yang harus digunakan untuk traffic engineering pada jaringan MPLS
merupakan protokol link state (OSPF).
Label Distribution Protocol
untuk distribusi label dengan traffic engineering perlu diperhatikan adanya
label distribution
BGP (Border Gateway Protocol)
pada jaringan berbasis MPLS, BGP hanya diperlukan di sisi edge network.
b. Forwarding Plane
MPLS forwarding plane bertanggung jawab dalam meneruskan paket berdasarkan
harga dari label. Proses penerusan data juga berdasarkan informasi pada LFIB (Label
Forwarding Information Base). Setiap MPLS node a k a n menggunakan dua label:
Label Information Base (LIB) dan LFIB. LIB berisi informasi semua label yang dimiliki
oleh MPLS node lokal dan pemetaan label - label tersebut terhadap label-label yang
diterima dari MPLS node tetangga. LFIB menggunakan sebagian label yang ada di dalam
LIB untuk proses paket forwarding.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
50
G. HARDWARE/SOFTWARE
a. GNS3
GNS3 merupakan simulator jaringan grafis yang memungkinkan pembuatan
jaringan simulasi yang kompleks. Keuntungan menggunakan software ini adalah
kemudahan dalam membuat topologi jaringan dengan tampilan grafis yang tersedia,
kemudahan dalam instalasi dan setup konfigurasi, dan tersedianya fitur idle pc, selain
itu topologi yang dibuat dapat langsung di eksport dalam bentuk gambar
(JPEG,BMP,PNG). Selain itu, salah satu kelebihan yang dimiliki GNS3 dan tidak
dimiliki oleh software lain yaitu GNS3 sudah memiliki seluruh setingan router asli
(IOS Image) yang tidak dimiliki oleh simulator lainnya. Berikut ini adalah gambar
dari simulator GNS3 secara umum :
Gambar 4.2 : Gambar Simulator GNS3
b. VLC (Video LAN Client)
VLC adalah aplikasi yang berfungsi menstreaming video ke jaringan yang ada
sehingga client dapat melihat video yang sudah diputar.
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
51
H. LANGKAH PRAKTIKUM
1. Konfigurasi jaringan MPLS
o Masuk ke GNS3
o Buat topologi jaringan yang akan digunakan
o Konfigurasi masing – masing router pada topologi yang telah dibuat dengan cara
klik kanan pada router yang mau di konfigurasi
o Tekan Enter apabila console tidak kunjung muncul
o Setelah itu konfigurasi router sebagai berikut
Konfigurasi ip address interface loopback adapter dan fast ethernet di masing-masing
router sebagai berikut:
R1> enable
R1#configurasi terminal
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
52
R1(config)#interface loopback0
R1(config-if)#ip address ip address subnet mask
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#exit
R1(config)#interface interface-type-number
R1(config-if)#ip address ip address subnet mask
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#exit
Untuk melihat hasil konfigurasi :
R1#show ip interface brief
Kemudian konfigurasi protocol OSPF di masing-masing router sebagai berikut:
R1(config)#router ospf proses id
R1(config-router)#network network address wildcard mask area area id
R1(config-router)#exit
Untuk melihat table routing :
R1#show ip route
Kemudian mengaktifkan MPLS sebagai berikut:
R1(config)#ip cef
R1(config)#mpls ip
R1(config)#mpls label protocol ldp
R1(config)#mpls ldp router-id interface-type-number
R1(config)#interface interface-type-number
R1(config-if)#mpls label protocol ldp
R1(config-if)#mpls ip
R1(config-if)#exit
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
53
Kemudian untuk mengetahui forwarding table pada mpls :
R1#show mpls forwarding-table
2. Konfigurasi VLC streaming video
Buka VLC lalu setting VLC server sebagai berikut:
o File => Open File => Browse (Pilih video yang kita pilih)
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
54
o Ceklis Stream/save => klik Setting
o Ceklis Play locally => Centang RTP (isikan alamat IP tujuan)
Modul Praktikum Teknik Switching
Laboratorium Teknik Switching Institut Teknologi Telkom
55
3. Capture data
o Lakukan streaming melalui VLC
o Lakukan capture data pada GNS3 pada setiap node router, dengan cara klik kanan
pada setiap node di GNS3
o Analisa data hasil capture menggunakan wireshark