Modul Praktikum SEDIMENTASI
-
Upload
izal-permana -
Category
Documents
-
view
195 -
download
6
description
Transcript of Modul Praktikum SEDIMENTASI
LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014
MODUL : Sedimentasi
DOSEN PEMBIMBING : Ir. Emma Hermawati, MT.
Oleh :
Kelompok : V (lima)
Nama : 1. Izal Permana R 111411015
2. Khoirul Nurasiah H 111411016
3. Leti Nurlatifah 111411017
4. Lidya Lorenta S 111411018
Kelas : 3A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
Praktikum : 25 September 2013Penyerahan Laporan : 02 Oktober 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah adalah sisa sebuah kegiatan yang sudah tidak bermanfaat atau bernilai
nilai ekonomi. Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa beraneka ragam, ada yang limbah
dari rumah tangga (domestik), limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada juga limbah dari
suatu kegiatan tertentu. Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern jumlah
limbah pun akan semakin meningkat. Peningkatan jumlah limbah ini pula dikarenakan
banyaknya konsumsi masyarakat terhadap suatu produk yang tidak terbatas jumlahnya.
Sebagai contoh adalah pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik
maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang dapat
merusak ekosistem air apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah dan
selain itu juga dapat menggangu kesehatan manusia. Oleh karena itu, limbah yang ada tidak
dapat dibuang secara langsung ke lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih
dahulu. Salah satu jenis pengolahan air dan limbah adalah sedimentasi.
1.2 Tujuan
a. Menentukan efisiensi proses sedimentasi dengan tawas sebagai koagulannya.
b. Menentukan hubungan antara waktu pengendapan dengan efisiensi proses sedimentasi.
c. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses membiarkan bahan tersuspensi menetap dengan adanya
gaya gravitasi. Sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi dimana
tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan dan mengikat padatan sehingga
menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Macam-macam
koagulan yang biasanya digunakan adalah aluminium sulfat, klorida polyaluminium (juga
dikenal sebagai PAC atau tawas cair) dan sulfat besi. Efektivitas dari koagulan memiliki
ketergantungan yang kompleks pada jenis koagulan yang digunakan, sifat air baku, yang
dipengaruhi oleh hal-hal seperti suhu, pH dan terutama proporsi tertentu dari organik,
partikel anorganik dan biologi yang merupakan padatan tersuspensi sebagai serta
pencampuran. Semakin besar laju alir limbah masuk maka semakin sulit mengendap dan
semakin ringan padatan tersuspensi dalam limbah maka sulit diendapkan.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistem
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi, sebaiknya dilakukan proses sedimentasi
awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian
akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Proses koagulasi menggunakan tawas /
aluminium sulfat untuk mengikat kotoran atau memutus rantai pada ikatan senyawa zat
warna sehingga membentuk gumpalan, sedangkan proses flokulasi dengan cara menambah
larutan polimer untuk memperbesar gumpalan (folcs) sehingga lebih mudah untuk
diendapkan. Secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk
memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD,
dsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan lumpur
tersendiri.
2.2. Bagian - bagian tangki sedimentasi :
Inlet zone
Zona inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi dan
menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk
Settling Zone
Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horizontal ke arah outlet, dalam zona ini terjadi
proses pengendapan
Sludge Zone
Tempat penyimpanan lumpur sebelum dibuang untuk pengolahan tambahan atau
pelepasannya.
Outlet Zone
Tempat dimana air akan meninggalkan bak.
Adapun macam-macam bangunan Sedimentasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Konvensional, merupakan bak Sedimentasi biasa yang pengendapannya secara gravitasi
dan memanfaatkan panjang bak.
2. Menggunakan Plate Settler, untuk meningkatkan efisiensi pengendapan dari bangunan
Sedimentasi terkadang juga digunakan plate settler (TiLed Plate Separator). Plate ini
memiliki kemiringan atau sudut terhadap garis horizontal tertentu (45 – 600) yang
mengakibatkan lumpur tidak menumpuk pada plate, akan tetapi jatuh meluncur ke
bawah, sehingga flok-flok akan lebih mudah dipisahkan. Dan efisiensi pengendapan
partikel flokulen dipengaruhi oleh over flow rate, detention time, dan kedalaman dari bak
pengendap.
3. Menggunakan Tube Settler, fungsinya sama dengan plate settler, hanya modelnya
berbentuktube. Tube settler ini ada yang dipasang secara horizontal maupun vertikal
dengan kemiringan tertentu terhadap garis horizontalnya.
4. Mekanis, bangunan Sedimentasi mekanis menggunakan scrapper untuk mempercepat
pengendapan flok-flok yang sudah terbentuk ke dalam ruang lumpur dan sekaligus untuk
pembersihannya. Biasanya digunakan untuk instalasi pengolahan yang besar.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:
a. Luas bidang pengendapan
b. Penggunaan baffle pada bak sedimentasi
c. Mendangkalkan bak
d. Pemasangan plat miring
Gambar 1. Skema alat sedimentasi Plate Settler
2.3. Parameter Air Buangan Industri tekstil
Parameter yang digunakan untuk menunjukkan karakter air buangan industri
tekstil dapat disamakan dengan karakter air buangan industri tekstil yang meliputi
parameter fisika seperti zat padat, suhu, warna dan bau; parameter kimia seperti lemak,
minyak pelemas zat aktif permukaan, zat warna, fenol, sulfur, pH, krom, tembaga,
senyawa racun, dan sebagainya.
2.5.1. Parameter Fisika
Padatan Total
Adalah jumlah zat padat yang tertinggal, apabila air buangan dipanaskan
atau diuapkan pada suhu 103° C s/d 105° C. Padatan ini terdiri dari padatan
tersuspensi, padatan koloidal, dan padatan terlarut. Padatan Tersuspensi,
merupakan padatan dengan ukuran lebih besar dari 1 mikron, dapat mengendap
sendiri tanpa bantuan zat tambahan (koagulan), meskipun dalam waktu agak
lama. Padatan Koloidal, merupakan padatan dengan ukuran antara 1 milimikron
sampai 1 mikron, tidak dapat mengendap tanpa bantuan koagulan. Kekeruhan air
buangan antara lain disebabkan adanya partikel-partikel koloidal. Padatan
Terlarut, merupakan padatan dengan ukuran lebih kecil dari 1 milimikron, terjadi
dari senyawa organik atau anorganik yang dalam larutan berupa ion-ion.
Warna
Ditimbulkan dari sisa-sisa zat warna yang tidak terpakai dan kotoran-
kotoran yang berasal dari sutera alam. Disamping dapat mengganggu keindahan,
mungkin juga dapat bersifat racun, serta biasanya sukar dihancurkan. Genangan
air yang berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga dalam waktu
lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau.
Bau
Bau dari air buangan menandakan adanya pelepasan gas yang berbau
seperti hidrogen sulfida. Gas ini timbul dari hasil penguraian zat organik yang
mengandung belerang atau senyawa sulfat dalam kondisi kekurangan oksigen.
Suhu
Suhu air buangan biasanya lebih tinggi dari suhu air tempat
pembuangannya. Pada suhu yang lebih tinggi kandungan oksigen dalam air
berkurang sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman-tanaman air yang tidak
diinginkan.
2.5.2. Parameter Kimia
Biologycal Oxygen Demand (BOD)
Adalah jumlah oksigen terlarut dalam air buangan yang dapat dipakai
untuk menguraikan sejumlah senyawwa organik dengan bantuan mikro organisme
pada waktu dan kondisi tertentu. Besaran BOD biasanya dinyatakan dalam satuan
ppm,artinya kebutuhan oksigen dalam miligram yang dipergunakan untuk
menguraikan zat pencemar yang terdapat dalam satu liter air buangan.
Chemical Oxygen Demand (COD)
Beberapa jenis zat organik dalam air buangan sukar diuraikan secara
oksidasi menggunakan bantuan mikro organisme, tetapi dapat diuraikan
menggunakan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam, misalnya
menggunakan kalium bikromat atau kalium permanganat. Besaran COD
dinyatakan dalam satuan ppm.
pH
Merupakan parameter penting untuk kehidupan manusia, makhluk air,
tanaman, kesehatan dan industri. Air buangan dikatakan bersifat asam apabila pH
1 s/d 7, dikatakan alkalis apabila pH 7 s/d 14, dan dikatakan netral apabila pH
sekitar 7. Biasanya air buangan industri tekstil bersifat alkalis karena dalam
pengolahannya banyak menggunakan senyawa alkali seperti dalam pemasakan,
pencelupan, dan pengelentangan.
Senyawa Anorganik
Sangat beragam, pada umumnya berupa alkali, asam dan garan-garam.
Zat-zat tersebut dapat menyebabkan kondisi air buangan bersifat alkalis, asam
atau netral dengan kadar elektrolit tinggi.
Senyawa Organik
Pada umumnya merupakan gabungan unsur, karbon, hidrogen, oksigen
dan juga mungkin unsur nitrogen dan belerang
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Tangki penampung air
2. Tangki koagulasi + pengaduk
3. Tangki flokulasi + pengaduk
4. Bak sedimentasi
Skema peralatan sedimentasi
Skema alat sedimentasi yang dilakukan scara gravitasi (jenis Lamela Clarifier)
Skema alat sedimantasi yang dilakukan scara gravitasi (jenis circular)
Bahan
1. Limbah tekstil
2. Tawas
3.2 Membuat Larutan Baku (Air Baku)
Air baku
PENGADUKAN
TawasLimbah tekstil (sampel)
3.3 Proses Sedimentasi
Mengukur nilai
kekeruhan awal (NTU)
Menentukan waktu pengendapan optimum
Mengambil sampel setiap 3 menit sekali
Mengukurnilai kekeruhan (NTU)
SEDIMENTASI
TawasAir baku
KOAGULASI-FLOKULASI