Modul Petrologi 2008 Institut Teknologi Bandung

57
Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 1 PETROLOGI 1. PENDAHULUAN Petrologi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan sebagai penyusun kerak bumi. Bumi yang kita tempati ini disusun oleh berbagai jenis batuan. Mempelajari batuan merupakan pengetahuan dasar untuk mempelajari geologi serta untuk mengetahui sifat dan sejarah bumi kita. Batuan adalah agregat padat yang terdiri dari mineral-mineral, gelas, ubahan material organik atau kombinasi dari komponen- komponen tersebut yang terjadi secara alamiah. Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan membentuk berbagai jenis batuan yang berbeda. Batuan di alam dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu batuan beku (igneous rock) : batuan yang terbentuk dari pembekuan dan kristalisasi magma baik di dalam bumi maupun di permukaan bumi. batuan piroklastik (pyroclastic rock) : batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan gunung api. batuan sedimen (sedimentary rock) : batuan yang terbentuk dari sedimen hasil rombakan batuan yang telah ada, akumulasi dari material organik atau hasil penguapan dari larutan. batuan metamorf (metamorphic rock) : batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar antara 200- 800 0 C. Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai proses yang mempengaruhi pembentukan keempat jenis batuan tersebut. Sepanjang kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi jenis batuan yang lain, seperti terlihat dalam siklus batuan pada gambar 1.

description

paparan lengkap tentang batuan beku, sedimen dan metamorf dari laboratorium Geologi Institut Teknologi bandung

Transcript of Modul Petrologi 2008 Institut Teknologi Bandung

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 1

    PETROLOGI

    1. PENDAHULUAN

    Petrologi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan sebagai

    penyusun kerak bumi. Bumi yang kita tempati ini disusun oleh berbagai jenis batuan.

    Mempelajari batuan merupakan pengetahuan dasar untuk mempelajari geologi serta

    untuk mengetahui sifat dan sejarah bumi kita. Batuan adalah agregat padat yang terdiri

    dari mineral-mineral, gelas, ubahan material organik atau kombinasi dari komponen-

    komponen tersebut yang terjadi secara alamiah. Pembentukan berbagai macam mineral

    di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut

    bisa berbeda-beda dan membentuk berbagai jenis batuan yang berbeda.

    Batuan di alam dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu

    batuan beku (igneous rock) : batuan yang terbentuk dari pembekuan dan kristalisasi

    magma baik di dalam bumi maupun di permukaan bumi.

    batuan piroklastik (pyroclastic rock) : batuan yang disusun oleh material-material

    yang dihasilkan oleh letusan gunung api.

    batuan sedimen (sedimentary rock) : batuan yang terbentuk dari sedimen hasil

    rombakan batuan yang telah ada, akumulasi dari material organik atau hasil

    penguapan dari larutan.

    batuan metamorf (metamorphic rock) : batuan yang terbentuk akibat proses

    perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki

    kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa

    melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar antara 200-

    8000C.

    Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai

    proses yang mempengaruhi pembentukan keempat jenis batuan tersebut. Sepanjang

    kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi jenis

    batuan yang lain, seperti terlihat dalam siklus batuan pada gambar 1.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 2

    Gambar 1. Siklus batuan.

    2. BATUAN BEKU

    2.1. Pendahuluan

    Batuan beku terbentuk karena proses pendinginan magma yang dapat terdiri atas

    berbagai jenis batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Magma merupakan

    cairan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, mempunyai temperatur yang tinggi

    (900o-1600oC) dan berasal dari bagian dalam bumi yang disebut selubung bumi

    (mantel) bagian atas.

    Komposisi magma terdiri dari 8 unsur utama yaitu O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, K dan juga

    mengandung senyawa H2O dan CO2 serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan

    CO. Pada berbagai kondisi temperatur, magma dapat berdiferensiasi atau mengalami

    kristalisasi membentuk berbagai asosiasi mineral berupa berbagai jenis batuan beku.

    Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral

    utama yang mengikuti suatu urutan yang dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen (Gambar

    2).

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 3

    Gambar 2. Seri Reaksi Bowen.

    Pada seri reaksi Bowen terjadi dua deret kristalisasi mineral yaitu reaksi menerus dan

    reaksi tidak menerus. Seri reaksi menerus pada plagioklas artinya kristalisasi plagioklas

    Ca yang pertama (anortit) menerus bereaksi dengan sisa larutan selama pendinginan

    berlangsung, dan berubah komposisinya ke arah plagioklas Na, disini terjadi substitusi

    sodium (Na) terhadap kalsium (Ca). Seri reaksi menerus pada plagioklas merupakan

    deret larutan padat (solid solution) yang menerus. Seri reaksi tidak menerus terdiri dari

    mineral-mineral feromagnesian (Fe-Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivin.

    Hasil reaksi selanjutnya antara olivin dan sisa larutannya membentuk piroksen. Proses

    ini berlanjut hingga terbentuk biotit. Seri reaksi tidak menerus bersifat incongruent

    melting.

    Mineral-mineral yang terbentuk pada seri reaksi Bowen dapat dibagi menjadi 2

    kelompok yaitu :

    Mineral felsik : umumnya berwarna cerah, mengandung Mg dan Fe yang rendah

    dan silika yang tinggi, misalnya plagioklas, k-felspar, muskovit dan kuarsa.

    Mineral mafik : umumnya berwarna gelap, mengandung Mg dan Fe yang tinggi dan

    silika yang rendah, misalnya olivin, piroksen, hornblenda, dan biotit.

    Ciri-ciri mineral seri bowen dan mineral-mineral pembentuk batuan beku, yang sering

    ditemukan pada beberapa jenis batuan di alam secara megaskopis (pengamatan

    dengan mata telanjang atau dengan lup) dapat dilihat pada tabel 1.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 4

    Tabel 1. Ciri-ciri mineral pembentuk batuan beku

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 5

    Tabel 1. Ciri-ciri mineral pembentuk batuan beku (lanjutan)

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 6

    2.2. Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku

    Batuan beku berdasarkan genesa atau tempat terbentuknya dapat dibedakan menjadi 2

    kelompok yaitu :

    Batuan beku intrusi : batuan beku yang membeku di dalam bumi, yang

    menghasilkan 2 jenis batuan beku yaitu :

    o Batuan hypabisal : batuan beku yang membeku di dalam bumi pada

    kedalaman menengah-dangkal sehingga menghasilkan batuan beku bertekstur

    sedang atau percampuran antara kasar-halus.

    o Batuan plutonik : batuan beku yang membeku jauh di dalam bumi sehingga

    menghasilkan batuan beku bertekstur kasar-sangat kasar.

    Batuan beku ekstrusi : batuan beku yang membeku di permukaan/di dekat

    permukaan bumi, yang menghasilkan batuan beku volkanik yang bertekstur sangat

    halus-halus.

    Bentuk-bentuk batuan beku yang umum dijumpai di alam ditunjukan pada gambar 3.

    dan tabel 2.

    2.3. Pengenalan Batuan Beku

    Dalam pengamatan/deskripsi batuan beku, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

    warna batuan, komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan.

    2.3.1. Warna Batuan

    Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral

    penyusun batuan dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna

    dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang bertekstur

    gelasan.

    Batuan beku yang berwarna cerah, umumnya adalah batuan beku asam yang

    tersusun oleh mineral-mineral felsik

    Batuan beku yang berwarna gelap-hitam, umumnya adalah batuan beku intermedier

    yang tersusun oleh mineral-mineral felsik dan mineral mafik hampir sama banyak

    Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan, umumnya adalah batuan beku basa

    yang tersusun oleh mineral-mineral mafik

    Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik, umumnya

    adalah batuan beku ultrabasa yang tersusun oleh hampir seluruhnya mineral-

    mineral mafik.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 7

    Tabel 2. Bentuk-bentuk umum tubuh batuan beku pada kerak bumi

    Batuan Beku Bentuk Keterangan

    Intrusi

    Diskordan

    - Batolit

    - Stock

    - Dike

    Konkordan

    - Lakolit

    - Lopolit

    - Pakolit

    - Sill

    Memotong perlapisan/arah struktur tubuh batuan

    Dimensi 100 km2 atau lebih, geometri melebar ke bawah,

    batuan beku asam (granitoid)

    Dimensi kurang dari 100 km2, geometri melebar ke bawah,

    batuan beku asam (granitoid)

    Memotong perlapisan, bentuk tabular, mengisi retakan,

    batuan beku intermedier-asam

    Sejajar perlapisan/arah struktur tubuh batuan

    Berbentuk seperti jamur, diameter 1-8 km, tebal 1000 m,

    kedalaman dangkal, batuan beku asam-menengah

    Berbentuk lentikuler, cekung ke bawah, diameter puluhan-

    ratusan kilometer, tebal ribuan meter, bagian bawah batuan

    beku basa-ultrabasa, bagian atas batuan beku asam

    Terdapat di daerah terlipat, di daerah antiklin dan sinklin,

    magma mengisi bagian yang terbuka/permeabel selama

    perlipatan

    Selaras dengan perlapisan, sebaran tipis (300 m), luas

    ratusan ribu km2, dekat permukaan, batuan beku basa

    Ekstrusi Efusif

    Eksplosif

    Lelehan lava, yang menghasilkan aliran lava (lava flow)

    Letusan, yang menghasilkan batuan piroklastik

    Gambar 3. Bentuk umum tubuh batuan beku pada kerak bumi.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 8

    2.3.2. Komposisi Mineral

    Komposisi mineral mencerminkan informasi tentang magma asal batuan tersebut dan

    posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan mantel) tempat kejadian magma

    tersebut. Mineral pembentuk batuan dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

    Mineral utama (essential minerals) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma,

    yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup banyak dan menentukan nama/sifat

    batuan. Contoh : mineral-mineral Seri Bowen (olivin, piroksen, hornblenda, biotit,

    plagioklas, k-felspar, muskovit, kuarsa) dan felspathoid.

    Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi

    magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (< 5%), dan tidak menentukan nama/sifat

    batuan. Contoh : apatit, zirkon, magnetit, hematit, rutil, dll.

    Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil ubahan dari mineral-mineral

    primer karena pelapukan, alterasi hidrotermal atau metamorfosa. Contoh : klorit,

    epidot, serisit, kaolin, aktinolit, garnet, dll.

    2.3.3. Tekstur

    Tekstur adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan

    mineral dalam batuan) yang dapat merefleksikan sejarah pembentukan dan

    keterdapatannya.

    Pengamatan tekstur batuan beku meliputi :

    a. Derajat Kristalisasi

    Derajat kristalisasi batuan beku tergantung dari proses pembekuan magma. Pada

    pembekuan magma yang berlangsung lambat maka akan terbentuk kristal-kristal yang

    berukuran kasar-sedang, bila berlangsung cepat akan terbentuk kristal-kristal yang

    berukuran halus, dan bila berlangsung sangat cepat akan terbentuk gelas. Derajat

    kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

    Holokristalin : batuan beku terdiri dari kristal seluruhnya

    Hipokristalin : batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas

    Holohyalin : batuan beku terdiri dari gelas seluruhnya

    b. Granulitas/Besar butir

    Granulitas/besar butir batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

    Fanerik : kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasa

    Ukuran butir/kristal untuk batuan bertekstur fanerik dapat dibagi menjadi 4 yaitu :

    o Halus : besar butir < 1 mm

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 9

    o Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm

    o Kasar : besar butir 5 mm 30 mm

    o Sangat kasar : besar butir > 30 mm

    Afanitik : kristal-kristalnya sangat halus, tidak dapat dilihat dengan mata biasa,

    hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Jika batuan bertekstur porfiritik maka ukuran

    fenokris dan masa dasar dipisahkan.

    Gelasan (glassy) : batuan beku semuanya tersusun oleh gelas.

    c. Kemas/fabric

    Kemas/fabric batuan beku dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

    Equigranular : ukuran besar butir/kristal relatif sama

    Inequigranular : ukuran besar butir/kristal tidak sama

    Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi 2 tekstur yaitu :

    o Porfiritik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar

    (matriks) kristal yang lebih halus.

    o Vitrofirik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar

    (matriks) gelas/amorf.

    d. Bentuk Kristal

    Bentuk kristal memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral

    pembentuk batuan beku. Bentuk kristal dan tekstur batuan beku berdasarkan

    kesempurnaan bentuk kristalnya dapat dilihat pada tabel 2, gambar 4, 5 dan 6.

    2.3.4. Struktur Batuan Beku

    Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat terbentuknya batuan

    beku tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan

    (dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat dilihat juga dalam hand

    specimen.

    Tabel 2. Bentuk kristal/mineral (untuk batuan beku berbutir sedang-kasar)

    Bentuk Kristal Tekstur Keterangan

    Euhedral Panidiomorfik

    granular

    Sebagian kristal mempunyai batas sempurna

    (euhedral) dan berukuran butir sama

    Subhedral Hypidiomorfik

    Granular

    Batas kristal peralihan antara sempurna dan tidak

    beraturan (subhedral) dan berukuran butir sama

    Anhedral Allotrimorfik

    Granular

    Batas kristal tak beraturan (anhedral) dan berukuran

    butir sama

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 10

    Gambar 4. Bentuk-bentuk kristal/mineral : (a) euhedral, (b) subhedral, (c) anhedral.

    Gambar 5. Beberapa contoh tekstur pada batuan fanerik :

    a. hipidiomorfik granular, b. alotriomorfik granular, c. porfiritik.

    Gambar 6. Beberapa tekstur khusus batuan beku.

    Struktur batuan beku yang berhubungan dengan aliran magma :

    Schlieren : struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau

    memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.

    Segregasi : struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik) yang

    mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan induknya.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 11

    Lava Bantal (pillow lava) : struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat

    interaksi dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana bagian atas

    cembung dan bagian bawah cekung.

    Blok Lava (Lava aa) : aliran lava yang permukaannya sangat kasar, merupakan

    bongkah-bongkah.

    Lava Ropy (Lava Pahoehoe) : aliran lava yang permukaannya halus dan berbentuk

    seperti pilinan tali, bagian depannya membulat, bergaris tengah samapai beberapa

    meter.

    Struktur batuan beku yang berhubungan dengan pendinginan magma :

    Masif : bila batuan secara keseluruhan terlihat pejal, monoton, seragam, tanpa

    retakan atau lubang-lubang bekas gas.

    Vesikuler : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava)

    Amigdaloidal : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah diisi

    oleh mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.

    Kekar kolom (columnar joint) : kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus

    arah aliran.

    Kekar berlembar (sheeting joint) : kekar berbentuk lembaran, biasanya pada

    tepi/atap intrusi besar akibat hilangnya beban.

    2.4. Klasifikasi Batuan Beku

    Batuan beku di alam sangat banyak jenisnya, oleh karena itu untuk memudahkan

    batuan beku perlu dikelompokan/diklasifikasikan. Batuan beku ada yang diklasifikasikan

    berdasarkan kandungan SiO2, indeks warna, alumina saturation, silica saturation, dan

    lalin-lain, tetapi terutama diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan teksturnya.

    Macam-macam klasifikasi batuan beku yaitu :

    2.4.1. Klasifikasi batuan beku secara megaskopis menurut IUGS (1973)

    Secara megaskopik batuan beku dapat dibagi atas 2 kelompok besar yaitu :

    A. Golongan Fanerik

    Batuan bertekstur fanerik, dapat teramati secara megaskopik (mata biasa), berbutir

    sedang-kasar (lebih besar dari 1 mm). Golongan fanerik dapat dibagi atas beberapa

    jenis batuan, seperti terlihat pada diagram segitiga Gambar 7a, 7b, dan 7c. Dasar

    pembagiannya adalah kandungan mineral kuarsa (Q), atau mineral felspatoid (F), felsfar

    alkali (A), serta kandungan mineral plagioklas (P). Cara menentukan nama batuan

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 12

    dihitung dengan menganggap jumlah ketiga mineral utama (Q+A+P atau F+A+P)

    adalah 100%.

    Contoh : suatu batuan beku diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan muskovit dan

    biotit = 10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A, dan P yang dihitung kembali

    untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut :

    Jumlah mineral Q + A + P = 50% + 30% + 10% = 100% 10% (jumlah mineral mika) =

    90%, maka :

    Mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%

    Mineral A = 30/90 x 100% = 33,33%

    Mineral P = 100% - (Q + A) = 100% - 88,88% = 11,12%

    Bila diplot pada diagram 7a, hasilnya adalah batuan granitoid.

    B. Golongan Afanitik

    Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya tidak dapat dibedakan dengan mata

    biasa atau menggunakan loupe, umumnya berbutir halus (< 1 mm), sehingga batuan

    beku jenis ini tidak dapat ditentukan prosentase mineraloginya secara megaskopik.

    Salah satu cara terbaik untuk memperkirakan komposisi mineralnya adalah didasarkan

    atas warna batuan, karena warna batuan umumnya mencerminkan proporsi mineral

    yang dikandung, dalam hal ini proporsi mineral felsik (berwarna terang) dan mineral

    mafik (berwarna gelap). Semakin banyak mineral mafik, semakin gelap warna

    batuannya.

    Penentuan nama/jenis batuan beku afanitik masih dapat dilakukan bagi batuan yang

    bertekstur porfiritik atau vitrofirik, dimana fenokrisnya masih dapat terlihat dan dapat

    dibedakan, sehingga dapat ditentukan jenis batuannya. Dengan menghitung prosentase

    mineral yang hadir sebagai fenokris, serta didasarkan pada warna batuan/mineral,

    maka dapat diperkirakan prosentase masing-masing mineral Q/F,A P, maka nama

    batuan dapat ditentukan. (Gambar 8).

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 13

    Gambar 7. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Fanerik (IUGS, 1973) (a) Klasifikasi umum, (b) Batuan ultramafik, gabroik & anortosit, (c) Batuan ultramafik I. Granitoid; II. Syenitoid; III. Dioritoid; IV. Gabroid; V. Foid Syenitoid; VI. Foid Dioritoid & Gabroid; VII. Foidolit; VIII. Anortosit; IX. Peridotit; X. Piroksenit; XI. Hornblendit; II-IV. The

    Qualifier Foid-Bearing, digunakan bila feldspatoid hadir; IX-XI. Batuan Ultramafik.

    Gambar 8. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Afanitik

    Q. Kuarsa; A. Alkali Felspar (termasuk ortoklas, sanidin, pertit dan anortoklas); P. Plagioklas; F. Felspatoid; Mel. Melilit; Ol. Olivin; Px. Piroksen; M. Mineral mafik.

    I. Rhyolitoid; II. Dacitoid; III. Trachytoid; IV. Andesitoid, Basaltoid; V. Phonolitoid; VI. Tephritoid; VII. Foiditoid; VIII. Ultramafitit

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 14

    2.4.2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silika

    Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silika dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silika

    SiO2 (%) Jenis Batuan Contoh Batuan Plutonik Contoh Batuan Volkanik

    > 66 52 66 45 52

    < 45

    Asam Intermedier

    Basa Ultrabasa

    Granodiorit, Adamelit, Granit Diorit, Monzonit, Syenit Gabro, Peridotit, Dunit, Piroksenit

    Dasit, Riodasit, Riolit Andesit, Trachyandesit, Trachyt Diabas, Basalt Ultramafitit

    2.4.3. Klasifikasi batuan beku berdasarkan silica saturation

    Klasifikasi batuan beku berdasarkan silica saturation dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4. Klasifikasi batuan beku berdasarkan silica saturation

    Saturated Rocks Batuan beku tidak mengandung silika bebas (free silica) dan tidak

    mengandung mineral-mineral yang tidak jenuh

    Oversaturated Rocks Dijumpai free silica (SiO2 - kuarsa)

    Undersaturated Rocks Tidak mengandung silika bebas, terdiri dari mineral-mineral yang

    tidak jenuh akan SiO2 , contoh : leusit, nefelin

    2.4.4. Klasifikasi batuan beku berdasarkan alumina saturation

    Klasifikasi batuan beku berdasarkan alumina saturation dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Klasifikasi batuan beku berdasarkan alumina saturation

    Peralumina saturated terhadap alumina (Al2O3 > Na2O + K2O + CaO)

    Peralkaline oksida alkalin > oksida alumina

    Subalumina oksida alumina = atau > oksida alkalin (Na2O + K2O)

    Metalumina oksida alumina = atau > Na2O + K2O + CaO)

    2.4.5. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan mineral mafik

    Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan mineral mafik dapat dilihat pada Tabel

    6.

    Tabel 6. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan mineral mafik

    Kandungan Mineral Mafik (%) Batuan Beku

    < 30 Leucocratic

    30 - 60 Mesocratic

    60 - 90 Melanocratic

    > 90 Hypermelanic / Ultramafic

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 15

    DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

    No. Batuan :

    BB-01/BB-02, dll.

    Warna :

    Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll (warna yang representatif)

    Struktur :

    Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll.

    Tekstur

    Granulitas/Besar butir

    Sangat kasar > 3 cm, Kasar 5 mm - 3 cm, Sedang 1 - 5 mm

    Halus < 1 mm

    Fanerik Afanitik

    Derajat Kristalisasi

    Holokristalin Hipokristalin / Hipohyalin Holohyalin

    Keseragaman Butir/Kristal

    Equigranular Inequigranular Porfiritik/Vitrofirik

    Panidiomorfik Granular

    (Euhedral)

    Hipidiomorfik Granular

    (Subhedral)

    Alotriomorfik Granular

    (Anhedral)

    Komposisi Mineral :

    Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)

    Nama Batuan :

    Granitoid/Syenitoid/ Dioritoid, dll. (Gunakan diagram dari IUSGS)

    Fenokris

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 16

    3. BATUAN PIROKLASTIK

    3.1. Pendahuluan

    Batuan piroklastik adalah batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan

    oleh letusan gunung api. Batuan ini dicirikan oleh kehadiran material piroklas yang

    dominan (gelas, kristal, batuan vulkanik), butiran yang menyudut, dan porositas yang

    relatif tinggi.

    Secara genetik, batuan piroklastik dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu (Gambar 9) :

    Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari letusan

    eksplosif yang melemparkan material-material vulkanik dari lubang vulkanik ke

    atmosfer dan jatuh ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api.

    Endapan ini umumnya menipis dan ukuran butir menghalus secara sistimatis

    menjauhi pusat erupsi, sebaran mengikuti topografi, pemilahannya baik, struktur

    gradded bedding normal & reverse, komposisi pumis, scoria, abu, sedikit lapili dan

    fragmen litik, komposisi pumis lebih besar daripada litik.

    Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari pergerakan

    lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang tertransport dalam

    matrik fluida (gas atau cairan yang panas) yang dihasilkan oleh erupsi volkanik,

    material vulkanik ini tertransportasi jauh dari gunung api.

    Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading normal

    fragmen litik dan butiran litik yang padat, yang semakin berkurang menjauhi pusat

    erupsi, sortasi buruk dan butiran menyudut, sebaran tidak merata dan menebal di

    bagian lembah.

    Contoh : lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus antara aliran

    temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan oleh fase

    gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan air.

    Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), pergerakan lateral material-

    material piroklastik (low concentration volcanic particles, gases, and water; rasio

    partikel : gas rendah; konsentrasi partikel relatif rendah) yang mengalir dalam

    turbulent gas yang panas.

    Pyroclastic surge dibentuk langsung dari erupsi explosif phreatomagmatic dan

    phreatic (base surge) dan dalam asosiasi dengan erupsi dan emplacement

    pyroclastic flow (ash cloud surge & ground surge).

    Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi bersilang, struktur dunes,

    laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan sedikit menebal di

    bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi, terakumulasi dekat vent.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 17

    Tipe-tipe pyroclastic surge deposits :

    - Base surge : berasosiasi dengan pyroclastic fall deposits

    - Ground surge : berasosiasi dengan pyroclastic flow deposits

    - Ash cloud surge : biasanya di bagian atas pyroclastic flow deposits

    Gambar 9. Karakteristik endapan piroklastik

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 18

    Tiga jenis fagmen yang ditemukan dalam endapan piroklastik yaitu :

    Fragmen dari lava baru atau disebut fragmen juvenil, berupa material padat tidak

    mempunyai vesikuler sampai fragmen lava yang banyak vesikulernya.

    Kristal individu, yang dihasilkan dari fenokris yang lepas dalam lava juvenil sebagai

    hasil fragmentasi.

    Fragmen litik, termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan piroklastik, tetapi

    sering terdiri dari lava yang lebih tua.

    3.2. Klasifikasi Batuan Piroklastik

    3.2.1. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan besar butir/ukuran klast

    Schmid (1981) membuat klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan besar butir/ukuran

    klast yang dapat dilihat pada tabel 7 dan gambar 10 & 11.

    Tabel 7. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan besar butir/ukuran klast (modifikasi dari klasifikasi Schmid, 1981, op.cit Fisher, et. al, 1984)

    Ukuran Klast

    (pecahan)

    Piroklast

    Endapan Piroklastik Non-konsolidasi :

    Tefra

    Endapan Piroklastik Konsolidasi :

    Batuan Piroklastik

    Blok (menyudut) Bom (membundar)

    Aglomerat, lapisan blok/bom atau blok/bom tefra

    Aglomerat, Breksi Piroklastik

    Lapili

    Lapisan Lapili atau Tefra Lapili

    Batuan Lapili

    Butiran debu (ash) kasar

    Debu (Ash) Kasar

    Tuf Kasar

    Butiran debu (ash) halus

    Debu (Ash) Halus

    Tuf Halus

    Gambar 10 Macam-macam ukuran piroklast : a. ash (debu), b. Lapili, c. bomb

    64 mm

    1/16 mm

    2 mm

    c.

    b. a.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 19

    Gambar 11. Macam-macam ukuran piroklast

    3.2.2. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan jenis material dan ukuran

    fragmen volkanik

    Fisher (1984) membuat klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan jenis material dan

    ukuran fragmen volkanik yang dapat dilihat pada gambar 12.

    Gambar 12. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan :

    (a) jenis material dan (b) ukuran fragmen volkanik

    Penamaan untuk batuan campuran piroklastik-epiklastik (Schmid, 1981) dapat dilihat

    pada tabel 8.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 20

    Tabel 8. Penamaan untuk batuan campuran piroklastik-epiklastik

    Catatan :

    Piroklas adalah fragmen yang terbentuk karena proses langsung erupsi gunung api

    Epiklas adalah hasil rombakan (pelapukan dan erosi) batuan volkanik

    Tufit adalah campuran piroklastik dan epiklastik

    Clast adalah pecahan atau fragmen

    Hal-hal yang perlu dideskripsi dalam pengamatan batuan piroklastik yaitu :

    1. Warna, deskripsikan warna batuan yang representatif.

    2. Besar butir, deskripsikan mengunakan besar butir/ukuran klast batuan piroklastik.

    3. Komponen, deskripsikan komponen batuan piroklastik :

    Kristal, fragmen kristal

    Fragmen litik : vulkanik atau non vulkanik, polimik atau monomik

    Pumice atau scoria

    Shards, lapili akresionari, vitriklas

    Semen : siliceous, karbonat atau zeolit

    4. Lithofasies :

    Masif (tidak berlapis) atau berlapis

    Berlapis : - Laminasi : < 1 cm

    - Berlapis sangat tipis : 1-3 cm

    - Berlapis tipis : 3-10 cm

    - Berlapis sedang : 10-30 cm

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 21

    - Berlapis tebal : 30-100 cm

    - Berlapis sangat tebal : > 100 cm

    Masif (tidak bergradasi) atau bergradasi :

    normal ; reverse ; normal-reverse ; reverse-normal

    Kemas : - clast-supported atau matrix-supported

    - terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk

    Kekar : blocky, prismatik, columnar, platy

    Ketebalan seragam atau tidak seragam

    Ketebalan lateral rata atau tidak rata

    Secara lateral menerus atau tidak menerus

    Cross-bedded, cross-laminated

    5. Alterasi :

    Mineralogi : klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, felspar, hematit

    Distribusi : disseminated, nodular, spotted, pervasive, patchy.

    DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

    No. Batuan

    Warna : warna yang representatif

    Tekstur : Ukuran Butiran, Pemilahan, Kebundaran Butiran, Kemas (Clast/Matrix Supported), Kontak Antar Butiran

    Butiran : Jenis (Kristal, Fragmen Litik, Gelas), Prosentase

    Matrik/Semen : Jenis (Gelas, Karbonat, Silika, Zeolit), Prosentase

    Struktur : Masif/Berlapis (Tebal, Tebal Lateral Seragam/Tidak Seragam Menerus/Tidak Menerus), Normal/Reverse Gradded Bedding, Cross

    Bedding/Lamination,

    Alterasi (jika ada) : Mineralogi (klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, felspar, hematit), Distribusi (disseminated, nodular, spotted, pervasive, patchy)

    Nama Batuan: Tuf Halus/Kasar, Batu Lapili, Aglomerat, Breksi Piroklastik, dll. (Klasifikasi Schmid, Fisher)

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 22

    4. BATUAN SEDIMEN

    4.1. Pendahuluan

    Batuan sedimen adalah batuan hasil pengendapan baik yang berasal dari hasil

    sedimentasi mekanis (hasil rombakan batuan asal), sedimentasi kimiawi (hasil

    penguapan larutan) maupun sedimentasi organik (hasil akumulasi organik).

    Batuan sedimen hasil sedimentasi mekanis terbentuk dalam suatu siklus sedimentasi

    yang meliputi pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi dan diagenesa. Proses

    pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosi dan

    transportasi terutama dilakukan oleh media air, angin atau es.

    4.2. Klasifikasi Batuan Sedimen

    Batuan sedimen sangat banyak jenisnya dan tersebar sangat luas ( 75% dari luas

    permukaan bumi) dengan ketebalan beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.

    Berdasarkan proses pembentukan, batuan sedimen dapat dikelompokan menjadi 5

    yaitu : Batuan Sedimen Detritus (Klastik), Batuan Sedimen Karbonat, Batuan Sedimen

    Evaporit, Batuan Sedimen Batubara, dan Batuan Sedimen Silika (Gambar 13).

    Gambar 13. Golongan batuan sedimen utama serta proses-proses pembentukannya

    (Koesoemadinata, 1985).

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 23

    4.2.1. Batuan Sedimen Klastik

    Batuan sedimen klastik terbentuk oleh proses sedimentasi mekanis.

    Komponen pembentuk batuan sedimen klastik (Gambar 14) :

    Butiran (grain) : butiran klastik yang tertransport yang berupa mineral, fosil atau

    fragmen batuan (litik).

    Masa dasar (matrix) : berukuran lebih halus dari butiran (< 1/16 mm) dan

    diendapkan bersama-sama dengan butiran.

    Semen (cement) : material berukuran halus yang mengikat butiran dan matrik,

    diendapkan setelah fragmen dan matrik, contoh : semen karbonat, silika, oksida

    besi, lempung, dll.

    Gambar 14. Komponen pembentuk batuan sedimen klastik : butiran (clasts),

    masa dasar (matrix), dan semen (semen oksida besi berwarna coklat kemerahan)

    4.2.1.1. Tekstur Batuan Sedimen Klastik

    Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang menyangkut butir sedimen

    seperti besar butir, kebundaran, pemilahan dan kemas. Tekstur batuan sedimen

    mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah dialami batuan

    tersebut (terutama proses transportasi dan pengendapanannya) dan dapat digunakan

    untuk menginterpretasikan lingkungan pengendapan batuan sedimen.

    Besar Butir (Grain Size)

    Besar Butir adalah ukuran/diameter butiran, yang merupakan unsur utama dari batuan

    sedimen klastik, yang berhubungan dengan tingkat energi pada saat transportasi dan

    pengendapan. Klasifikasi besar butir menggunakan skala Wentworth (Tabel 9)

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 24

    Besar butir ditentukan oleh :

    Jenis pelapukan : - pelapukan kimiawi (butiran halus)

    - pelapukan mekanis (butiran kasar)

    Jenis transportasi

    Waktu/jarak transportasi

    Resistensi

    Tabel 2.9. Klasifikasi besar butir

    Pemilahan (sorting)

    Pemilahan (sorting) adalah derajat keseragaman besar butir. Istilah yang dipakai dalam

    pemilahan adalah terpilah sangat baik, terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk dan

    terpilah sangat buruk (Gambar 15).

    Gambar 15. Pemilahan dan tingkat penamaan keseragaman butir.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 25

    Kebundaran (Roundness)

    Kebundaran (roundness) adalah tingkat kebundaran atau ketajaman sudut butir, yang

    mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi. Kebundaran dipengaruhi oleh

    komposisi butir, besar butir, jenis transportasi, jarak transportasi dan resistensi butir.

    Istilah yang dipakai dalam kebundaran adalah very angular (sangat menyudut), angular

    (menyudut), sub angular (menyudut tanggung), sub rounded (membundar tanggung),

    rounded (membundar) dan well rounded (sangat membundar) (Gambar 16).

    Gambar 16. Tingkat kebundaran butir

    Kemas (fabric)

    Kemas (fabric) adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau

    diantara semennya, sebagai fungsi orientasi butir dan packing. Kemas secara umum

    dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan

    porositas dan permeabilitas batuan. Istilah yang dipakai adalah kemas terbuka (bila

    butiran tidak saling bersentuhan) dan kemas tertutup (bila butiran saling bersentuhan).

    Jenis-jenis kontak antar butir (Gambar 17) :

    Gambar 17. Jenis-jenis kontak antar butir

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 26

    Porositas

    Porositas adalah perbandingan antara volume rongga dengan volume total batuan

    (dinyatakan dalam persen). Porositas dapat diuji dengan meneteskan cairan (air) ke

    dalam batuan. Istilah yang dipakai adalah porositas baik (batuan menyerap air),

    porositas sedang (di antara baik-buruk), dan porositas buruk (batuan tidak menyerap

    air). Jenis-jenis porositas : intergranular, microporosity, dissolution dan fracture

    (Gambar 18).

    Gambar 18. Jenis-jenis porositas

    Warna

    Warna pada batuan sedimen mempunyai arti yang penting karena mencerminkan

    komposisi butiran penyusun batuan sedimen dan dapat digunakan untuk

    menginterpretasikan lingkungan pengendapan. Warna batuan merah menunjukan

    lingkungan oksidasi,sedangkan warna batuan hitam atau gelap menunjukan lingkungan

    reduksi. Secara umum warna pada batuan sedimen dipengaruhi oleh :

    Warna mineral pembentuk batuan sedimen, contoh : bila mineral pembentuk batuan

    sedimen didominasi oleh kuarsa maka batuan akan berwarna putih (misal batupasir

    quartz arenite).

    Warna matrik atau semen, contoh : bila matriks/semen mengandung oksida besi,

    maka batuan akan berwarna coklat kemerahan.

    Warna material yang meyelubungi (coating material), contoh : batupasir kuarsa yang

    diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau

    Derajat kehalusan butir penyusunnya, contoh : pada batuan dengan komposisi

    sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya akan cenderung lebih gelap.

    Kekompakan

    Kekompakan adalah sifat fisik dari batuan. Beberapa istilah yang dipakai dalam

    kekompakan batuan adalah :

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 27

    Dense : sangat padat

    Hard : keras dan padat

    Medium hard : agak keras tetapi masih dapat digores dengan jarum baja

    Soft : lunak, mudah tergores dan dipecahkan.

    Friable : keras tetapi dapat diremas dengan tangan

    Spongy : berongga

    4.2.1.2. Struktur Sedimen

    Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer yaitu struktur yang terbentuk pada

    saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Struktur sedimen dapat dibagi

    menjadi 4 yaitu (tabel 10) : Struktur Sedimen Pengendapan, Struktur Sedimen

    Erosional, Struktur Sedimen Pasca Pengendapan dan Struktur Sedimen Biogenik.

    4.2.1.2.1. Struktur Sedimen Pengendapan (Depositional Sedimentary Strucures)

    Adalah struktur sedimen yang terjadi pada saat pengendapan batuan sedimen. Contoh

    (Gambar 19 & 20) :

    Perlapisan/Laminasi

    Perlapisan adalah bidang kesamaan waktu yang dapat ditunjukan oleh perbedaan

    besar butir atau warna dari bahan penyusunnya. Disebut perlapisan bila tebalnya >1

    cm dan laminasi bila tebalnya

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 28

    Contoh lain : Current Ripples, Dunes, Cross-Stratification, Antidunes and Antidune

    Bedding, Wave formed Ripples and Cross-Lamination, Hummocky Cross-

    Stratification, Wind-Ripples, Dunes, Draas and Aeolian Cross-Bedding, dll.

    Tabel 2.10 Macam-macam Struktur primer batuan sedimen.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 29

    4.2.1.2.2. Struktur Sedimen Erosional (Erosional Sedimentary Strucures)

    Adalah struktur sedimen yang terjadi akibat proses erosi pada saat pengendapan

    batuan sedimen. Contoh (Gambar 21) :

    Flute cast : struktur sedimen berbentuk seruling dan terdapat pada dasar suatu

    lapisan, dapat dipakai untuk menentukan arus purba.

    Groove Marks, Gutter Cast, Impack Marks, Channels and Scours, dll

    4.2.1.2.3. Struktur Sedimen Pasca Pengendapan (Post-Depositional Sedimentary

    Strucures)

    Adalah struktur sedimen yang terjadi setelah pengendapan batuan sedimen. Contoh

    (Gambar 23) :

    Load cast : struktur sedimen terbentuk pada permukaan lapisan akibat pengaruh

    beban sedimen di atasnya.

    Convolute Bedding: bentuk liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi.

    Sandstone dike : lapisan pasir yang terinjeksikan pada lapisan sedimen di atasnya

    akibat proses deformasi.

    Contoh lain : Ball-and-Pillow Structures, Dish-and-Pillar Structure, Stylolites, dll.

    4.2.1.2.4. Struktur Sedimen Biogenik (Biogenic Sedimentary Strucures)

    Adalah struktur sedimen yang terjadi akibat proses biogenik/organisme. Contoh

    (Gambar 22) :

    Fosil Jejak (Trace Fossils) :

    o Tracks (jejak berupa tapak organisme)

    o Trails (jejak berupa seretan bagian tubuh organisme)

    o Burrows (lubang atau bahan galian hasil aktivitas organisme)

    o Mold : cetakan bagian tubuh organisme

    o Cast : cetakan dari mold

    o Resting, Crawling and Grazing Traces Dwelling, Feeding and Escape Burrows

    Boring : lubang akibat aktivitas pengeboran organisme pada lapisan batuan (batuan

    relatif lebih keras dibandingkan pada burrows).

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 30

    Gambar 19. Cross bedding : a. tabular set, b. wedge set,

    c. trough set, d. hummocky cross bedding.

    Gambar 20. Ripple structures : a. linguoid curret ripples, b. transverse curret ripples,

    c. oscilation (wave) ripples, d. ripple-drift bed.

    Gambar 21. Casts pada bagian bawah lapisan : a. pointed flute casts, b. bulbous flute casts,

    c. groove casts, d. penampang flute mark, e. penampang impact mark.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 31

    Gambar 22. Hubungan trace fosil terhadap fasies sedimen dan zona kedalaman di lautan.

    Struktur sedimen dapat digunakan untuk menentukan top dan bottom suatu lapisan

    sedimen, arah arus purba dan menginterpretasikan lingkungan pengendapan (gambar

    23).

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 32

    Gambar 23. Struktur sedimen yang digunakan untuk penentuan top dan bottom.

    4.2.1.3. Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik

    Batuan sedimen klastik berdasarkan ukuran besar butirnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu

    Batuan sedimen detritus (klastik) halus, terdiri dari batulempung, batulanau dan

    serpih.

    Batuan sedimen detritus (klastik) kasar, terdiri dari batupasir, konglomerat dan

    breksi.

    4.2.1.3.1. Batupasir

    Tekstur batupasir : ukuran butiran (pasir 0.125 - 2.00 mm), bentuk butiran

    (menyudut, membundar, dll.), sorting, kemas butiran (mencakup orientasi, grain

    packing, grain contact, hubungan butiran dan matriks), textural maturity, porositas,

    permeabilitas, struktur sedimen.

    Textural maturity :

    o Texturally immature sediment : matriks dominan, sortasi buruk, butiran

    menyudut.

    o Texturally mature sediment : matriks sedikit,, sortasi sedang-baik, butiran

    membundar tanggung-membundar.

    Komposisi : butiran (fragmen batuan/litik, kuarsa, felspar, dan mineral-mineral

    lainnya), matrik dan semen.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 33

    Klasifikasi batupasir

    Parameter : butiran (stabil dan tak stabil) : kuarsa, felspar, fragmen litik

    matriks lempung (hasil rombakan atau alterasi batuan)

    batupasir arenite : bila kehadiran matriks lempung 15%

    Pembagian secara umum (Gilbert, 1982; Pettjohn, 1987; dan Folk, 1974) : batupasir

    kuarsa, batupasir arkose, batupasir litik, batupasir greywacke (Gambar 24 s.d. 26).

    Gambar 24. Klasifikasi batupasir (Gilbert, 1982).

    Gambar 25. Klasifikasi batupasir (Pettijohn, 1987).

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 34

    Gambar 26. Klasifikasi batupasir (Folk, 1970).

    4.2.1.3.2. Konglomerat dan Breksi

    Kenampakan yang penting untuk mendiskripsi batuan ini adalah jenis klastik yang hadir

    dan tekstur batuan tersebut.

    Berdasarkan asal-usul klastik penyusun konglomerat dan breksi :

    Klastik intraformasi, berasal dari dalam cekungan pengendapan, banyak fragmen

    mudrock atau batugamping mikritik yang dilepaskan oleh erosi atau pengawetan

    sepanjang garis pantai.

    Klastik ekstraformasi, berasal dari luar cekungan pengendapan dan lebih tua dari

    pada sedimen yang melingkupi cekungan tsb.

    Jenis konglomerat berdasarkan macam klastik :

    Konglomerat polimiktik : terdiri dari bermacam-macam jenis klastik yang berbeda.

    Konglomerat monomitik/oligomiktik : terdiri dari satu jenis klastik.

    Konglomerat berdasarkan litologi fragmen (clast) dan jenis kemas (fabric support) dapat

    diklasifikasikan menjadi 4 yaitu (Gambar 27) : igneous-clast conglomerates,

    sedimentary-clast conglomerates, metamorphic-clast conglomerates dan polymict

    conglomerates.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 35

    Gambar 27. Klasifikasi konglomerat (Boggs, 1992).

    Untuk interpretasi mekanisme pengendapan konglomerat harus dideskripsikan

    teksturnya (apakah teksturnya clast-supported conglomerates atau matrix-supported

    conglomerates), bentuk, ukuran dan orientasi fragmen batuan, ketebalan dan geometri

    lapisan dan struktur sedimen.

    Konglomerat dan breksi terutama diendapkan pada lingkungan glasial, alivial fan dan

    braided stream. Konglomerat yang re-sedimen diendapkan dalam lingkungan deep

    water biasanya berasosiasi dengan turbidit.

    4.2.1.3.3. Mudrock

    Mudrock adalah istilah umum untuk batuan sedimen yang disusun terutama oleh

    partikel berukuran lanau-lempung, mineral lain mungkin juga hadir. Mudrock

    diendapkan terutama dalam lingkungan river floodplain, lake, low energy shoreline,

    delta, outer marine shelf dan deep ocean basin.

    Untuk klasifikasi batuan sedimen klastik selain mengunakan klasifikasi besar butir

    menurut Wentworth, juga dapat menggunakan klasifikasi berdasarkan komposisi atau

    besar butir dari penyusun batuan sedimen yang sudah ditentukan lebih dahulu (gambar

    28).

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 36

    Gambar 28. Klasifikasi batuan sedimen klastik berbutir halus (Picard, 1971).

    DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN KLASTIK

    No. Batuan

    Warna : warna yang representatif

    Tekstur : Ukuran Butiran, Pemilahan, Kebundaran Butiran, Kemas, Kontak Antar Butiran

    Butiran : Jenis (Fragmen Litik, Mineral, Fosil), Prosentase

    Matrik/Semen : Jenis (Karbonat, Silika, Oksida Besi), Prosentase

    Struktur Sedimen : Perlapisan/Laminasi (Strike-dip, Tebal), Gradded Bedding, Cross Bedding, Load/Flute Cast, Organic Tracks & Trails, Organic Burrow, Mud Crack, dll.

    Porositas : Baik (menyerap air), Sedang (diantara baik-buruk), Buruk (Tidak menyerap air); Kekompakan : getas, kompak, lunak, keras, dll.

    Nama Batuan: Batu lempung, Batulanau, Batupasir Halus/Sedang/Kasar (Arenite/Wacke), Konglomerat, Breksi, dll.

    Pencampuran batuan : karbonatan, karbonanan, tufan

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 37

    4.2.2. Batuan Karbonat

    Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang fraksi karbonatnya (aragonit, kalsit,

    dolomit, magnesit, ankerit dan siderit) lebih besar dari fraksi non karbonat (Pettijohn,

    1975).

    Batuan karbonat terbentuk oleh proses sedimentasi organik, sedimentasi mekanis,

    sedimentasi kimiawi atau kombinasi dari proses-proses tersebut. Batuan karbonat yang

    terbentuk oleh proses sedimentasi organik (kumpulan cangkang moluska, alga,

    foraminifera, coral, dll) akan menghasilkan batugamping terumbu; oleh proses

    sedimentasi mekanis (hasil rombakan batuan karbonat yang terbentuk lebih dahulu)

    akan menghasilkan batugamping klastik atau kalkarenit; oleh proses sedimentasi

    kimiawi (dolomitisasi) akan menghasilkan batugamping yang kaya dolomit (dolostone);

    oleh proses sedimentasi organik dan mekanis akan menghasilkan batugamping

    bioklastik; oleh proses sedimentasi organik dan kimiawi akan menghasilkan

    batugamping oolit; oleh proses sedimentasi mekanis dan kimiawi akan menghasilkan

    batugamping kristalin.

    Dua jenis batuan karbonat yang utama adalah batugamping (limestone) dan dolomite

    (dolostone). Suatu batuan karbonat disebut batugamping (limestone) bila tersusun oleh

    kalsit 90% dan disebut dolomite (dolostone) bila tersusun oleh dolomit 90% (Boggs,

    1987).

    Batuan karbonat terutama terbentuk di lingkungan laut dangkal (supratidal subtidal)

    seperti batugamping terumbu. Selain itu, dapat juga terbentuk di laut dalam sebagai

    endapan pelagik atau turbidit seperti chalk dan cherty limestone, dan terbentuk di danau

    dan pada tanah (soil) seperti caliche (vadose pisoid) (Tucker, 1982).

    Batuan karbonat dipelajari secara tersendiri karena : terbentuk pada cekungan dimana

    dia diendapkan (intrabasinal), tergantung pada aktivitas organisme, mudah berubah

    oleh proses diagenesa akhir, hampir 50% menyusun endapan-endapan laut, mewakili

    seluruh zaman geologi dari Proterozoic sampai Cenozoic, proses pembentukannya

    tidak sama dengan proses pembentukan batuan sedimen klastik, tekstur dan komposisi

    mineral karbonat tidak menunjukan provenance batuan asal, dan batuan karbonat

    berasal dari subtidal carbonate factory (middle-outer shelf).

    4.2.2.1. Komposisi dan Komponen Batuan Karbonat

    Komposisi kimia/mineral batuan karbonat :

    Aragonit CaCO3 (ortorombik) : hasil presipitasi langsung dari air laut secara kimiawi

    atau berasal dari proses biogenic (ganggang hijau), bentuk serabut, dan tidak stabil.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 38

    Kalsit CaCO3 (heksagonal) : mineral lebih stabil, berbentuk hablur yaang baik/spar,

    kalsit bila diberi alizarin red menjadi merah

    o High-Mg Calcite : kandungan MgCO3 4%, terbentuk pada daerah yang hangat

    o Low-Mg Calcite : kandungan MgCO3

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 39

    Agregat (lump/grapestone) : kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat

    yang tersemen bersama-sama selama sedimentasi (Tucker, 1982). Semennya

    bisa berupa semen mikrokristalin kalsit/aragonit atau semen zat organik. Agregat

    terbentuk pada lingkungan laut dangkal dimana energi arus dan gelombang

    relatif rendah.

    Litoklas : butiran karbonat yang berupa fragmen batuan karbonat

    - Intraklas : fragmen batuan karbonat yang terbentuk lebih awal dan berasal dari

    cekungan yang sama (pada seafloor, tidal flat atau beach rock)

    - Ekstraklas : fragmen batuan karbonat dari umur yang berbeda atau berasal

    dari cekungan yang berbeda

    2. Matrik berupa microcrystalline calcite/micrite atau lumpur karbonat/lime mud : agregat

    (kumpulan) kalsit/aragonit yang berukuran

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 40

    Gambar 30. Komponen butiran non-skeletal

    4.2.2.2. Klasifikasi Batuan Karbonat

    Klasifikasi batuan karbonat ada bermacam-macam, diantaranya :

    4.2.2.2.1. Klasifikasi Grabau (1904)

    Grabau mengklasifikasikan batugamping berdasarkan ukuran butir menjadi 5 yaitu :

    Calcirudite : batugamping yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir (>2 mm).

    Calcarenite : batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir (1/16 - 2 mm).

    Calcilutite : batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir (10%), batugamping tipe III orthochemical rocks (allochemical 10%), dan

    batugamping tipe IV autochthonous reef rocks. Batas ukuran butir yang digunakan Folk

    untuk membedakan antara allochem dan micrite adalah 4 micron (lempung).

    4.2.2.2.3. Klasifikasi Dunham (1962)

    Dunham mengklasifikasikan batugamping berdasarkan tekstur pengendapan (yaitu

    derajat perubahan tekstur pengendapan, komponen asli terikat atau tidak terikat selama

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 41

    proses pengendapan, tingkat kelimpahan antara butiran dan lumpur karbonat) menjadi

    5 yaitu : mudstone, wackestone, packstone, grainstone dan boundstone, sedangkan

    batugamping yang tidak menunjukan tekstur pengendapan disebut crystalline carbonate

    (Gambar 2.32).

    Batas ukuran butir yang digunakan Dunham untuk membedakan antara butiran dan

    lumpur karbonat adalah 20 micron (lanau kasar). Klasifikasi batugamping yang

    didasarkan pada tekstur pengendapan dapat dihubungkan dengan fasies terumbu dan

    tingkat energi yang bekerja sehingga dapat untuk menginterpretasikan lingkungan

    pengendapan.

    4.2.2.2.4. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)

    Embry & Klovan mengklasifikasikan batugamping berdasarkan tekstur pengendapan

    dan merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham yaitu dengan menambahkan

    kolom khusus pada kolom boundstone, menghapuskan kolom crystalline carbonate dan

    membedakan prosentase butiran yang berdiameter 2 mm dari butiran yang

    berdiameter >2 mm, ukuran butir 0,03-2 mm dan ukuran lumpur karbonat

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 42

    porositas sedang (diantara baik-buruk), dan porositas buruk (batuan tidak menyerap

    air).

    Macam-macam porositas berdasarkan waktu terbentuknya :

    Porositas Primer : terbentuk pada saat diendapkan-diagenesis awal, contoh

    interkristalin, intrakristalin, intergranular, intagranular

    Porositas Sekunder : terbentuk selama diagenesis lanjut mesogenesis-telogenesis,

    contoh porositas yang terbentuk akibat retakan/fracturing, pengkerutan/shrinkage,

    dan pelarutan (butiran, semen, matriks)

    Choquete and Pray (1970) mengklasifikasikan porositas batuan karbonat berdasarkan

    tiga kelompok yaitu tipe fabric selective, tipe not fabric selective dan tipe fabric selective

    or not (Gambar 34).

    Gambar 31. Klasifikasi batugamping menurut Folk (1962)

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 43

    Gambar 32. Klasifikasi batugamping menurut Dunham (1962)

    Gambar 33. Klasifikasi batugamping menurut Embry & Klovan (1971)

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 44

    Gambar 34. Tipe-tipe porositas (Choquete and Pray, 1970)

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 45

    DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN KARBONAT

    No. Batuan

    Warna : warna yang representatif

    Tekstur : Ukuran Butiran, Pemilahan, Kebundaran Butiran, Kemas, Abrasi, Kontak Antar Butiran

    Butiran : Jenis (butiran skeletal, ooid, pellets, litoklas, butiran terigen), Matrik : mikrit, Semen : Sparry Calcite; Prosentase

    Struktur : Struktur Sedimen Fisika dan Biogenik; Perlapisan (Strike-dip, Tebal), Organic Tracks & Trails, Organic Burrow, Stylolite, dll.

    Porositas : Baik (menyerap air), Sedang (diantara baik-buruk), Buruk (Tidak menyerap air); Jenis Porositas (vuggy, fracture, intercrystalline, mouldic, dll), Prosentase; Kekompakan :

    getas, kompak, lunak, keras, dll.

    Nama Batuan: Batugamping Bioklastik, Kalkarenit, Mudstone, Wackestone, Packstone, Grainstone, Boundstone, dll.

    Diagenesis : Kompaksi, Dissolution, Dolomitisasi, Replacement, Neomorfisme, dll

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 46

    4.2.3. Batuan Sedimen Evaporit

    Batuan sedimen ini terbentuk oleh proses sedimentasi kimiawi. Batuan ini terbentuk

    pada suatu lingkungan danau atau laut yang tertutup dan dengan tingkat penguapan

    yang tinggi sehingga terbentuk endapan dari larutan garam yang menguap tersebut.

    Batuan sedimen evaporit terdiri dari :

    Gypsum : garam CaSO4xH2O

    Anhidrit : garam CaSO4

    Halit (batugaram) : garam NaCl

    4.2.4. Batuan Sedimen Organik (Batubara)

    Batuan sedimen ini terbentuk oleh proses sedimentasi organik, yang terbentuk dari hasil

    akumulasi tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan yang hidup di rawa-rawa ini, bila mati

    terakumulasi dan dengan cepat tertimbun oleh lapisan sedimen yang tebal sehingga

    tidak memungkinkan terjadi pelapukan dan kemudian mengalami pembatubaraan, akan

    membentuk batubara. Berbagai proses mikrobiologi, fisika, dan kimia yang terjadi

    selama proses pembatubaraan, berkontribusi terhadap rangking/jenis-jenis batubara.

    Batubara dapat dibedakan jenisnya berdasarkan kematangannya dan variasi komposisi

    carbon sebagai debu kering bebas, volatile, nilai kalori dan vitrinite reflectane di dalam

    minyak yaitu (tabel 11) :

    Tabel 11. Rangking Batubara

    Rangking Batubara Carbon (%) Volatile (%) Kalori (kJ/gr) Vitrinite Reflectane

    Peat

    Lignit

    Sub-bituminous coal

    Bituminous coal

    Semi-anthracite

    Anthracite

    Graphite

    < 50

    60

    75

    85

    87

    90

    > 95

    > 50

    50

    45

    35

    25

    10

    < 5

    15-25

    25-30

    31-35

    30-34

    30-33

    0.3

    0.5

    1.0

    1.5

    2.5

    4.2.5. Batuan Sedimen Silika

    Batuan sedimen ini terbentuk oleh gabungan proses organik dan proses kimiawi untuk

    penyempurnaan pembentukan batuan. Batuan sedimen silika yang umumnya

    diendapkan pada lingkungan laut dalam, terdiri dari flint, rijang, fosforit, radiolarit dan

    tanah diatomea).

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 47

    5. BATUAN METAMORF

    5.1. Pendahuluan

    Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan (P),

    temperatur (T) atau keduanya di mana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa

    adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam

    keadaan padat), dengan temperatur berkisar antara 200-8000C.

    Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan

    asalnya, baik tekstur dan struktur maupun asosiasi mineral. Perubahan tekanan (P),

    temperatur (T) atau keduanya akan mengubah mineral dan hubungan antar

    butiran/kristalnya bila batas kestabilannya terlampaui. Selain faktor tekanan dan

    temperatur, pembentukan batuan metamorf juga tergantung pada jenis batuan asalnya.

    5.2. Tipe-tipe metamorfosa

    Tipe-tipe metamorfosa :

    Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan) temperatur (T),

    biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas daerah kontak bisa

    beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung dari komposisi batuan

    intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan kedalaman intrusi.

    Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan)

    tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di jalur

    orogen (jalur pembentukan pegunungan atau zona subduksi) yang meliputi daerah

    yang luas, perubahan secara progresif dari P & T rendah ke P & T tinggi..

    Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi di daerah pergeseran yang

    dangkal (misal zona sesar) dimana tekanan lebih berperan daripada temperatur,

    yang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar (dangkal),

    milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.

    Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di cekungan

    sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.

    Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat pembukaan lantai samudera (ocean

    floor spreading) di punggungan tengah samudera, tempat dimana lempeng (litosfer)

    terbentuk, batuan metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultra

    basa.

    5.3. Mineralogi Batuan Metamorf

    Beberapa bentuk dan sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf dapat dilihat pada

    tabel 12 dan tabel 13.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 48

    Tabel 12. Beberapa sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf

    Tabel 13. Beberapa bentuk mineral karakteristik batuan metamorf

    Bentuk Kristal Mineral

    Euhedral Staurolit, silimanit, kianit, rutil, klorit, ilmenit, turmalin, pirit, lawsonit,

    andalusit, garnet, sfen, epidot, zoisit, magnetit, spinel, ankerit, idokras

    Subhedral Mika & klorit, amfibol & piroksen, wolastonit, dolomit & apatit

    Anhedral Kuarsa, felspar, kalsit, aragonit, olivin, kordierit, scapolit, humites

    Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat

    dibedakan menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) :

    Secretionary growth : pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida yang terdapat

    pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut.

    Concentionary growth : proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk

    membuat ruang pertumbuhan.

    Replacement : proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.

    Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu

    dengan yang lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri kristaloblastik yang

    menunjukan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang

    pertumbuhan dengan mendesak mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan

    kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya besar dan euhedral (Tabel 14).

    Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan

    metamorf. Dalam hal ini dikenal dua kelompok mineral yaitu stress mineral dan

    antistress mineral. Stress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan

    semakin besar bila terkena tekanan atau merupakan mineral yang tahan terhadap

    tekanan, contoh : kloritoid, staurolit, dan kyanit. Antistress mineral merupakan mineral

    yang kisaran stabilitasnya akan semakin kecil bila terkena tekanan atau merupakan

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 49

    mineral yang tidak tahan terhadap tekanan, contoh : andalusit, kordierit, augit,

    hypersten, olivin, potasium felspar dan anortit.

    Tabel 14. Seri Kristaloblastik

    Most Euhedral

    Sphene, rutile, pyrite

    Garnet, silimanite, staurolite, tourmaline

    Epidote, magnetite, ilmenite

    Andalusite, pyroxene, amphibole

    Micas, chlorite, dolomite, kyanite

    Calcite, idocrase, scapolite

    Plagioclase, quartz, cordierite

    Least Euhedral

    5.4. Struktur Batuan Metamorf

    Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran,

    bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson, 1970). Pembahasan

    mengenai struktur juga meliputi susunan bagian masa batuan termasuk hubungan

    geometrik antar bagian serta bentuk dan kenampakan internal bagian-bagian tersebut

    (Bucher & Frey, 1994). Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibedakan

    menjadi 2 yaitu : struktur foliasi dan struktur non foliasi (Gambar 35).

    5.4.1. Struktur Foliasi

    Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/ mineral

    prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik.

    Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :

    Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu

    sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batusabak).

    Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap

    daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral

    pipih dan mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna, batuannya

    disebut phyllite (filit).

    Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih

    orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close schistosity,

    batuannya disebut schist (sekis).

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 50

    Gneisose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih

    orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open schistosity,

    batuannya disebut gneis.

    5.4.2. Struktur Non Foliasi

    Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang

    equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, seringkali terjadi

    pada metamorfosa termal.

    Beberapa struktur non foliasi yang umum ditemukan :

    Granulose : struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular

    Hornfelsik : struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral equidimensional

    dan equigranular, tidak terorientasi, khusus akibat metamorfosa termal, batuannya

    disebut hornfels.

    Cataclastic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau

    mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi

    akibat metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite (kataklasit).

    Mylonitic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanik

    pada metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan

    yang kuat dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya disebut

    mylonite (milonit).

    Phyllonitic : gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya halus,

    sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky, batuannya disebut phyllonite

    (filonit).

    5.5. Tekstur Batuan Metamorf

    Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk

    atau orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).

    Tekstur batuan metamorf berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa

    (Gambar 35 dan 36) :

    Tekstur relic (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur

    batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf

    tersebut. Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung

    dengan nama tekstur sisa), misalnya : tekstur blastoporfiritik (batuan metamorf yang

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 51

    tekstur porfiritik batuan beku asal nya masih bisa dikenali) atau dengan memberi

    awalan meta untuk memberikan nama batuan metamorf bila masih dikenali sifat

    dari batuan asalnya, misalnya metasedimen, metagraywacke, metavolkanik, dsb.

    Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.

    Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai untuk memberikan nama

    tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorfosis, misal tekstur

    porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik

    pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.

    Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk individu kristal :

    Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral

    Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral

    Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral

    Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk mineral (Gambar 36) :

    Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja yaitu :

    o Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika

    (muskovit, biotit)

    o Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral

    plagioklas, k-felspar, piroksen

    o Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan

    batas mineralnya sutured (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral,

    misalnya kuarsa.

    o Granuloblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan

    batas mineralnya unsutured (lebih teratur), dengan bentuk mineral anhedral,

    misalnya kuarsa.

    Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik, misalnya

    lepidoblastik dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik dan granoblastik.

    Beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya tampak pada pengamatan petrogarafi

    (pengamatan batuan/mineral dengan menggunakan mikroskop polarisasi) yaitu

    (Gambar 36) :

    Porfiroblastik : kristal yang lebih besar (porphyroblast) dikelilingi oleh mineral-

    mineral yang berukuran lebih kecil.

    Poikiloblastik (Sieve Texture) : tekstur porfiroblastik dengan porphyroblast tampak

    melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 52

    Mortar Texture : fragmen mineral yang besar terdapat pada masa dasar material

    yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).

    Decussate Texture : tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak

    menunjukan keteraturan orientasi.

    Sacaroidal Texture : tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

    Gambar 35. Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastic dengan tekstur mosaic, B. Granoblastic (butir tak teratur), C. Schistose dengan porfiroblast euhedral, D. Schistose dengan

    granoblastik lentikuler, E. Metasandstone dengan Semischistose, F. Semischistose dalam batuan blastoporphyritic metabasalt, G. Mylonite granite ke arah bawah menjadi Protomylonite, H. Orthomylonite ke arah bawah menjadi Ultramylonite, I. Granoblastic di dalam blastomylonite.

    Gambar 36. Beberapa tekstur batuan metamorfik.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 53

    5.6. Penamaan dan Klasifikasi Batuan Metamorf

    5.6.1. Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal

    Batuan metamorf pelitik, berasal dari batuan lempungan (batulempung, serpih,

    batulumpur); komposisinya banyak mengandung Al2O3, K2O, dan SiO2; batuannya

    kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis, batusabak, dll.; mineralogi :

    muskovit, biotit, kianit, silimanit, kordierit, garnet, stauroeit; secara umum batuan

    pelitik akan berubah menjadi batuan metamorfosis dengan meningkatnya T, akan

    terbentuk berturut-turut : batusabak filit sekis genes.

    Batuan metamorf kuarsa-felspatik, berasal dari batupasir atau batuan beku felsik

    (misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO2 tinggi dan MgO serta FeO rendah,

    hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.

    Batuan metamorf karbonatan, berasal dari batuan yang berkomposisi CaCO3

    (batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila batuan asal

    (batugamping) mengandung MgO dan SiO2 diharapkan terbentuk mineral tremolit,

    diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan yang lain, bila batuan asal mengandung

    cukup Al2O3 diharapkan terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblenda yang

    hampir mirip dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan beku

    basa.

    Batuan metamorf basa, berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%), batuan

    metamorfnya disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung MgO, FeO, CaO

    dan Al2O3 maka mineral metamorfosanya berupa klorit, aktinolit, epidot (fasies sekis

    hijau) dan hornblenda (fasies amfibolit), untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan

    ortopiroksen dan plagioklas.

    Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan hasil

    metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah metamorf yang

    mengandung glaukofan.

    5.6.2. Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineraloginya

    Tekstur, struktur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan batuan

    metamorf. Secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan

    mencerminkan tekstur, misalnya melimpahnya mika akan memberikan tekstur sekistosa

    pada batuannya. Penamaan batuan metamorf bisa berdasarkan struktur, misal sekis,

    gneiss, dll. Untuk memperjelas dalam penamaan, banyak digunakan kata tambahan

    yang menunjukan ciri khusus batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan mineral

    pencirinya (contoh sekis klorit), atau nama batuan beku yang mempunyai komposisi

    sama (contoh granite gneiss). Bisa juga berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 54

    (contoh kuarsit) atau berdasarkan fasies metamorfiknya (contoh granulit). Tabel 15 di

    bawah ini bisa digunakan untuk membantu dalam determinasi batuan metamorf.

    Tabel 15. Tabel untuk determinasi batuan metamorf

    Beberapa batuan metamorf yang penting :

    Batusabak (Slate)

    Mineral utama : seringkali masih berupa mineral lempung; mineral tambahan : muskovit,

    biotit, kordierit, andalusit. Warna : abu-abu gelap yang mengkilap. Struktur : foliasi

    (sekistose) mulai tampak namun belum jelas (slaty cleavage). Tekstur : lepidoblastik

    dan granoblastik tetapi tanpa selang-seling mineral pipih dan mineral granular dengan

    butiran yang halus. Metamorfosa : regional.

    Filit (Phyllite)

    Mineral utama : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan : plagioklas, mineral bijih.

    Warna : terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada batu

    sabak. Struktur : foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu sabak (tekstur

    filitik). Tekstur : mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat

    perselingan antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai lebih kasar

    daripada batusabak. Metamorfosa : regional.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 55

    Sekis (Schist)

    Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit), talk (sekis talk)

    dll. Warna : tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih, hitam,

    mengkilap. Struktur : foliasi (sekistose tertutup). Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik,

    perselingan antara mineral pipih dan mineral granular baik sekali, butiran umumnya

    sudah kasar. Metamorfosa : regional.

    Geneis (Gneis)

    Mineral utama : k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa. Warna : sesuai dengan

    batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir arkose. Struktur : foliasi (sekistose

    terbuka/gneisose). Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh

    mineral granular. Metamorfosa : regional.

    Migmatit (Migmatite)

    Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering memperlihatkan

    sifat yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara metasedimen dan batuan

    granitis, batuan yang demikian ini lazim disebut migmatit, material granitis diperkirakan

    berasal dari luar, hasil dari insitu partial melting atau dapat juga dari segregasi akibat

    proses metamorfosis. Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose). Tekstur :

    granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.

    Metamorfosa : regional, pada zona T tinggi, dan selalu dijumpai berasosiasi dengan

    batuan granit.

    Milonit (Mylonite)

    Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa kataklastik.

    Struktur dan tekstur : terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari batuan yang

    tidak hancur berbentuk mata, butiran umumnya halus. Tekstur : granoblastik,

    poikiloblastik, dengan tekstur mosaik. Metamorfosa : kataklastik.

    Filonit (Phyllonite)

    Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah terjadi

    rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit. Matriks terdiri dari mika

    berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat halus), menunjukan kilap

    silky, butiran halus sekali. Metamorfosa : kataklastik.

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 56

    Kuarsit (Quartzite)

    Mineral utama : kuarsa (>80%), mineral tambahan : muskovit, biotit, k-felsfar, mineral

    bijih. Warna : putih terang, warna lainnya tergantung warna mineral tambahannya.

    Struktur : masif, kadang-kadang berfoliasi. Tekstur : granoblastik tipe mosaik, kadang-

    kadang sacaroidal. Metamorfosa : regional dan termal

    Serpentinit (Serpentinite)

    Mineral utama : serpentin, mineral tambahan : mineral bijih, mineral sisa : olivin,

    piroksen. Warna : hijau terang hijau kekuningan. Struktur : masif, kadang-kadang

    terdapat struktur sisa dari peridotit. Tekstur : lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen

    (bastit). Metamorfosa : regional

    Amfibolit (Amphybolite)

    Mineral utama : amfibol (horblenda), plagioklas, mineral tambahan : kuarsa, epidot,

    klorit, biotit, garnet, mineral bijih. Warna : hijau/hitam bintik-bintik putih atau kuning.

    Struktur : masif atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari metagabro atau

    meta lava basal. Tekstur : idioblastik/nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik

    (plagioklas), lepido-blastik (biotit), porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-kasar.

    Metamorfosa : regional

    Granulit (Granulite)

    Mineral utama : kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikit mika. Warna :

    bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya. Struktur : masif dengan

    besar butir bervariasi. Tekstur : granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa

    berbentuk pipih, berukuran sedang-kasar. Metamorfosa : regional

    Eklogit (Eklogite)

    Batuan metamorf berkomposisi basik, mineral utama : piroksen ompasit

    (klinopiroksen/diopid yang kaya sodium dan aluminium), garnet kaya pyrope, kuarsa.

    Warna : hijau-merah dengan bintik-bintik. Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.

    Tekstur : granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran sedang-kasar. Metamorfosa :

    regional

    Marmer (Marble)

    Mineral utama : kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada mineral

    bijih atau oksida besi. Warna : putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat dan

  • Diktat Praktikum Petrologi Arif Susanto 57

    merah. Struktur : masif dengan besar butir bervariasi. Tekstur : granoblastik dengan

    tekstur sacaroidal. Metamorfosa : kontak dan regional

    Hornfels (Hornfels)

    Mineral utama : andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar. Warna : terang, merah,

    coklat, ungu dan hijau. Struktur : masif kadang-kadang dengan sisa foliasi. Tekstur :

    hornfelsik, granoblastik, poikiloblastik, kadang-kadang porfiroblastik, dengan tekstur

    mosaik, butiran ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus. Metamorfosa :

    kontak.

    DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN METAMORF

    No. Batuan :

    BB-01/BB-02, dll.

    Warna :

    Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll (warna yang representatif)

    Struktur :

    Komposisi Mineral :

    Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)

    Nama Batuan :

    Hornfels/Sekis/Gneis/Marmer, dll.

    Struktur foliasi :

    Slaty cleavage/filitik/sekistose/gneisose

    Struktur non foliasi :

    Granulose/hornfelsik

    Tekstur :

    Homeoblastik :

    Lepidoblastik atau nematoblastik atau

    granoblastik atau granuloblastik

    Heteroblastik :

    Lepidoblastik dan atau nematoblastik dan atau

    granoblastik dan atau granuloblastik