Modul Pengantar Pariwisata UNTAG SEMARANG FBB

download Modul Pengantar Pariwisata UNTAG SEMARANG FBB

of 68

Transcript of Modul Pengantar Pariwisata UNTAG SEMARANG FBB

MODULFAKULTAS BAHASA DAN BUDAYA UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

MATERI KULIAH

INTRODUCTION TO TOURISM( PENGANTAR PARIWISATA )

Disusun oleh: Yusak L Diyono, M.Pd

Digunakan untuk kalangan sendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Perjalanan Manusia Dalam sejarah perjalanan manusia disebutkan, sebelum manusia dapat membaca dan menulis mereka telah mlakukan perjalanan ke seluruh pelosik dunia. Namun, sesuai dengan kondisi saat itu, motivasi yang menggerakkan mereka untuk melakukan perjalanan sangat sederhana, antara lain perasaan ingin tahu, perasaan takut, dan gila kekuasaan. Lambat laun perjalanan mereka cukup berarti, mereka sering bepergian dan sering pula tidak kembali ke asalnya. Dari studi literatur, tercatat beberapa bangsa, orang, dan peristiwa yang layak dicatat sebagai titik tolak dari sejarah perjalanan manusia, di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Uang sebagai alat pembayaran oleh bangsa Sameria di Babylonia 4000 SM. Sejak saat itu merupakan titik awal perjalanan manusia dengan tujuan tujuan dagang. 2. Bangsa Sameria dari Babylonia dianggap sebagai bangsa yang pertama kali melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, walaupun jumlahnya masih terbatas. 3. Jalan raya yang pertama dibuat di Tiongkok, pada masa pemerintahan Dinasti Chou (221-122 SM). 4. Sistem jalan raya ditemukan di Timur Tengah yang dibangun oleh Kerajaan Persia 560-330 SM, dari kaki Gunung Zagrep sampai Laut Aegean. 5. Sistem jalan raya di Roma dibangun pada zaman keemasan Kerajaan Romawi 312 SM. Panjangnya dari Roma sampai Brundisium ialah 576 km. Proyek ini terkenal dengan nama The Appian Way Project atau Via Appia. Pada masa itu, jalan raya ini merupakan objek wisata yang menarik. 6. Nabi Nuh, dianggap sebagai orang yang pertama kali melakukan perjalanan melalui laut, walau penumpangnya sebagian besar hanya terdiri dari binatang. 7. Bangsa Romawi, dianggap sebagai bangsa yang pertama kali melakukan perjalanan untuk tujuan bersenang-senang. Mereka menempuh ratusan mil dengan kuda untuk melihat candi dan piramida. 8. Yunani, di Asia Kecil, dianggap sebagai daerah tujuan wisata (DTW) yang popular saat itu. Bangsa Romawi sering berkunjung ke Yunani, untuk melihat pertandingan Olimpiade dan mengunjungi sumber air panas (spa) untuk kesehatan. Menyaksikan atraksi kesenian rakyat dan festival didekat tempat mereka menginap. 9. Ephesus (daerah Turki sekarang), tahun 334 SM, Alexander The Great sudah dapat menarik wisatawan sebanyak 700.000 orang untuk menyaksikan acrobat, adu binatang buas, tukang sihir, dan tukang sulap. B. Orang Pertama sebagai Traveller Orang-orang yang dianggap sebagai traveller dengan urutan waktu secara kronologis dapat disebutkan di bawah ini. 1. Marco Polo (1254-1324), dianggap sebagai orang pertama yang mengadakan perjalanan (traveller). Ia telah menjelajahi jalan raya dari Benua Eropa ke Tiongkok dan kemudian kembali ke Venesia. 2. Ibnu Batuta, orang yang mengikuti jejak Marcopolo. Ia melakukan perjalanan pada abad XIV, tepatnya hari Selasa tanggal 14 Juni 1325. Ibnu Batuta berangkat dari Tangier (Afrika Utara) menuju Mekah dan Medinah dalam usia 22 tahun. Setelah mendapat pengakuan sebagai kadi (hakim agama) barulah ia kembali ke Tangier. Ia menamakan dirinya The First Traveller of Islam.Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 1

3.

4.

5. 6.

Berangkat pada usia 22 tahun dan kmbali pada usia 29 tahun. Ia melakukan perjalanan seorang diri dengan berjalan kaki, menempuh jarak 75.000 mil. Pangeran Hendry dari Potugal, terkenal sebagai Prince Hendry The Navigator (1394-1460), banyak memberikan sumbangan dalam bidang kelengkapan navigasi, mengirim orang-orang Portugis berlayar ke Kepulauan Azores, ke Afrika, dank e Asia termasuk Indonesia. Dikenal di Benua Barat sebagai The Great Age of Discovery. Christopher Columbus (1451-1506), dengan perahu berbendera Spanyol, pada tanggal 12 Oktober 1492, mendarat di Pegunungan Guanahani yang sekarang dikenal sebagai San Salvador. Menemukan Cuba tanggal 28 Oktober 1492 dan Haiti pada tanggal 5 Desember 1492, yang kemudian dinamakan Hispaniola. Selanjutnya, ekspedisi yang kedua menemukan Puerto Rico, Keplauan Antilen Kecil, serta Jamaica. Pada ekspedisi yang ketiga, menemukan Sungai Orinoco di Venezuela. Akhir abad XV, Portugal menunjuk Alfonso dAlbuqurque, Vasco da Gama, dan Fernando de Magelhaens untuk menjelajahi kelima samudra. Setengah abad kemudian, Kapten James Cook (1728-1779) seorang berbahasa Inggris, mengelilingi dunia menjelajahi Hebrida Baru, Selandia Baru, dan Australia bagian timur (17681771). Membuat peta perjalanan atau pelintasan Venus.

A. Asal Mula Hari Libur Hari libur atau holiday, berasal dari kata holy dan day. Holy berarti suci dan Day berarti hari. Jadi, Holiday artinya hari suci. Sesuai dengan artinya, pada hari libur tersebut hanya digunakan untuk pergi ke tempat-tempat suci. Karena masih ada waktu luang, dilanjutkan dengan rekreasi dan menyaksikan entertainment atau melakukan hal-hal yang ada kaitannya dengan kegiatan amusement lainnya. Permulaan berlakunya hari libur umum, dilakukan pada zaman Kerajaan Romawi. Hari libur pada masa itu dinamakan Saturnalia, yaitu pesta Saturnus di bulan Desember. Pada waktu itu, semua orang tanpa memandang kasta bersendau gurau memanjakan dirinya, termasuk budak-budak. Perkembangan selanjutnya, Raja Edward VI, mengeluarkan act yang mengatur hari libur (holiday) dan hari-hari untuk berpuasa (fasting-days). Sejak saat itu, kantor-kantor swasta dan semi pemerintah sering ditutup pada hari-hari suci tertentu. Konsep modern tentang hari libur setiap tahun, baru terjadi setelah Revolusi Industri. Hal ini setelah terjadi perubahan besar di Inggris. Hari-hari libur di Inggris, antara lain Hari Natal (Christmas), Easter, dan Whitsuntide. Akibat Revolusi Industri, selama abad XIX, selanjutnya harihari libur merupakan hasil kesepakatan antara buruh dengan pengusaha pabrik. Pemisahan hari-hari libur dengan kegiatan keagamaan akhirnya berlangsung secara bertahap sampai sekarang ini, contohnya libur cuti dan hari raya. D. Dari Inn Menuju Hotel Modern Pada dasarnya manusia perlu tempat untuk beristirahat, agar terhindar dari panas, dingin, dan hujan. Manusia pada zaman purba tidur di gua-gua, diperbukitan, di atas pohon, atau di lembah yang curam. Bentuk penginapan sudah ada pada waktu Mariam dan Yusuf yang membutuhkan tempat tempat untuk menginap, ketika Mariam akan melahirkan Nabi Isa. Penginapan waktu itu berbentuk Inn. Karena semua kamar telah terisi, mereka menginap di kandang domba dan Nabi Isa lahir di tempat yang sederhana itu. Pada masa itu, dikenal juga mansions sebagai bentuk penginapan yang berlokasi di sepanjang jalan yang dibangun oleh Kerajaan Romawi. Kemudian pada abad pertengahan, peraturan yang bersifat keagamaan di Eropa, memerintahkan agar dibangun tempat-tempat di sepanjang jalan yang dilalui orang-orang (roadside inn).

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 2

Marcopolo, ketika mengadakan perjalanan sudah menemukan penginapan yang kita sebut sekarang sebagai guest house, di Mongolia. Guest house itu, disediakan bagi mereka yang melakukan perjalanan dan juga pengantar surat. Penginapan semacam ini dikembangkan dengan sistem selfservice. Kemudian berkembanglah penginapan yang melayani makanan bagi yang membutuhkan. Hotel dengan standar yang lebih baik, pertama kali didirikan di Inggris, disusul Perancis, Swiss, dan beberapa Negara terkemuka lainnya. Tahun 1774, di Convent Garden didirikan hotel yang bergandengan dengan bioskop dekat West-Minster di kota London. Selama abad XIX, di Eropa banyak hotel yang bertaraf lux didirikan. Tahun 1809, Hotel Savoy dibuka di London, kemudian resort mulai bermunculan di Riviera Perancis dan Italia. City Hotel, dibangun di New York tahun 1794, dianggap hotel yang pertama dibangun di AS. Baru tahun 1829, dibangun The Tremont House di Boston. Selain memberikan pelayanan untuk tinggal, juga menyediakan ruangan untuk konferensi. Tahun 1830 dan 1850, didirikan The Palmer House dan The Sherman House di Chicago, Planters di St. Louise, dan Palace Hotel di San Fransisco. Tahun 1890 menyusul Ellsworth Milton Statler di Buffalo dan di New York, hotel yang dibangun untuk kepentingan business travelers dan merupakan yang pertama pada masa itu. E. Travel Agent Pertama di Dunia Setelah permulaan abad XIX, banyak kemajuan dalam bidang transportasi baik darat, laut, maupun udara. Beberapa peristiwa yang dianggap sebagai rintisan kegiatan travel agent adalah sebagai berikut. 1. Thomas Cook, lahir 22 November 1818, dianggap sebagai orang yang pertama menemukan profesi sebagai travel agent. Beberapa gebrakannya antara lain sebagai berikut. a. Tur yang bersejarah, A Round Tri Excursion, antara kota Leicester dan Lougborough RR, masing-masing orang dengan biaya 1 shilling, pada tanggal 5 Juli 1841. Jumlah peserta 500 orang. b. Tahun 1851, Thomas Cook menyelenggarakan tur ke London sebanyak 150.000 orang pengikut untuk menyaksikan World Exposition. c. Tahun 1855, membawa orang-orang Inggris ke Eropa untuk menyaksikan Paris Exhibitions di Perancis. Tur ini dikenal Cooks Tour of Eropa. d. Tahun 1868, dibuka kantor Cooks Travel Agent di London. e. Jejaknya diikuti oleh anaknya John Mason Cook, pada tahun 1865, aktif menyelenggarakan tur ke Eropa dan Amerika.

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 3

BAB II PARIWISATA MERUPAKAN FENOMENAL SOSIAL, EKONOMI, PSIKOLOGI, GEOGRAFI, DAN BUDAYA A. Fenomena Sosial Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, punya naluri untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam masalah kepariwisataan, perjalanan wisata dari satu daerah ke daerah lain merupakan gejala sosial manusia yang selalu ingin melakukan hubungan dengan orang/bangsa lain. Pada saat mulainya peradaban, bangsa Sameria telah melakukan perjalanan dengan motivasi yang sederhana, yakni ingin tetap mempertahankan hidup, lalu berkembang ingin berdagang. Sedangkan Bangsa Romawi melakukan perjalanan untuk bersenang-senang. Dalam peradaban modern ini, pesatnya arus informasi, perkembangan teknologi komunikasi, ilmu pengetahuan, dan seni, menyebabkan orang tergerak untuk melakukan perjalanan wisata ke luar daerah bahkan ke luar batas wilayah negaranya. Kegiatan pariwisata yang identik dengan rekreasi ini merupakan salah satu dari bentuk aktivitas manusia, seperti dikemukakan oleh Michael Chubb, dkk. dalam bukunya One Third of Our Time. Mengklarifikasikan aktivitas manusia menjadi lima hal, yaitu rekreasi, kebutuhan fisik, spiritual, pekerjaan dan pendidikan, serta tugas-tugas keluarga dan kemasyarakatan (Michael Chubb, 1981). Ilustrasi yang dikemukakan oleh Michael tersebut menggambarkan bahwa rekreasi adalah salah satu kebutuhan dasar aktivitas manusia. Kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain ini dilakukan dengan berkunjung ke Negara atau bangsa lain. Situasi hubungan antar kedua negara akan mempengaruhi jalur lalu lintas perjalanan dari kedua negara tersebut. Keeratan hubungan antara negara satu dengan lainnya, semakin membuka informasi dan memungkinkan seseorang mengetahui informasi secara global dari suatu negara tujuan wisata. Ilustrasi Michael dapat dilihat pada gambar berikut ini:bodily necessity role - eating - drinking

- etc.recreation role a human activity work and education role

spiritual role

duty role - family - community - organization

Figure 1:Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 4

Model showing the five basic roles that a human activity can assume; one or more roles is assumed depending on the way in which the participant perceives the activity.

Derasnya arus informasi dan promosi negara tujuan wisata, semakin meningkatkan keinginan manusia untuk saling berkunjung ke negara-negara tujuan wisata. Hal ini merupakan gejala yang mendasar dari manusia, yakni ingin menjalin hubungan dengan bangsa lain. Pada zaman modern ini, melakukan wisata atau melawat ke negara lain, juga merupakan kebutuhan sekunder, karena di samping rekreasi mereka mempunyai motivasi yang beragam seperti untuk olahraga, pendidikan, dan kebudayaan. Dalam cakupan yang lebih luas, fenomena sosial yang erat kaitannya dengan kegiatan kepariwisataan adalah perjalanan wisata yang dikaitkan dengan kegiatan sosial. Seorang penyanyi yang melawat/melakukan perjalanan wisata untuk tur dan aksi sosial. Organisasi ibu-ibu menyelenggarakan perjalanan wisata bagi anak-anak yatim piatu merupakan salah satu bentuk dari perjalanan wisata sebagai perwujudan rasa sosial untuk membantu orang lain. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa fenomena sosial dalam kepariwisataan adalah kebutuhan dasar manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Di samping itu, lebih luas lagi bisa diartikan sebagai kegiatan wisata yang dibarengi dengan aksi sosial. B. Fenomena Ekonomi Fenomena ekonomi dalam pariwisata mempunyai aspek yang cukup luas, secara makro (nasional) kepariwisataan merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan umum ekonomi. Ada dua aspek dampak kepariwisataan terhadap ekonomi, yakni keuntungan-keuntungan dalam negeri dan kepariwisataan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan umum ekonomi. (Deparpostel, 1983). Keuntungan-keuntungan dalam negeri dari kepariwisataan antara lain: 1. dorongan untuk memperluas lapangan kerja; 2. pasaran baru untuk hasil-hasil produksi tertentu; 3. efek penggandaan; 4. mendorong penanaman modal asing; 5. memajukan pengembangan daerah; 6. mendistribusikan kembali pendapatan nasional. Sedangkan kepariwisataan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan umum ekonomi, antara lain mencakup: 1. suatu alat pembangunan daerah; 2. kepariwisataan mengurangi pengangguran; 3. membangun kepariwisataan sebagai suatu ekspor yang tidak kelihatan (invinsible export); 4. kepariwisataan dan perbendaharaan negara; 5. kepariwisataan dan penanaman modal. Secara mikro, aspek ekonomi dalam kepariwisataan dapat dijelaskan bahwa dengan adanya perkembangan pariwisata akan memberi dampak positif bagi: 1. Pendapatan masyarakat sekitar daerah tujuan wisata (DTW) karena dengan meningkatnya arus wisatawan di DTW, masyarakat di sekitar DTW dapat memanfaatkan untuk membuka usaha yang kira-kira dibutuhkan oleh wisatawan. Dampak positif itu dirasakan, antara lain oleh pengusahaan akomodasi (home stay), rumah makan, sampai dengan jasa-jasa yang lain seperti penyewaan peralatan untuk olahraga air, mobil, masase, dan souvenirshop. 2. Pendapatan pemerintah daerah setempat, dengan perolehan pemasukkan kas daerah dari pemungutan pajak, restribusi, dan sebagainya.Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 5

3. Munculnya pedagang asongan yang beroperasi di sekitar DTW. 4. Meningkatnya permintaan hasil daerah setempat, seperti bahan-bahan mentah atau hasil pertanian dan perkebunan yang dipasok ke hotel dan restoran. Meningkatnya permintaan barang-barang kerajinan, handicraft, souvenir, serta barang-barang yang khas dari suatu daerah, seperti kain tenun, sulaman, minuman khas, dan makanan khas. Kepariwisataan sebagai fenomena ekonomi, dapat diartikan perjalanan wisata yang dilakukan oleh orang-orang yang ekonominya sudah mapan. Dalam arti ada hubungan antara kemampuan membayar suatu perjalanan wisata dengan kemampuan ekonomi seseorang. Dalam survey mengenai kepariwisataan disebutkan penghasilan seseorang banyak sekali menentukan, apakah ia dapat ikut suatu perjalanan wisata atau tidak (Oka A. Yoeti, 1985). Hal ini sesuai pula dengan ciri-ciri wisatawan yang potensial. Seseorang memiliki potensi sebagai wisatawan apabila ia punya waktu luang dan punya uang. Kesimpulannya, kondisi ekonomi seseorang memungkinkan bisa tidaknya ia melakukan perjalanan wisata. C. Fenomena Psikologis Masyarakat di negara industri yang sudah maju, menghadapi permasalahan yang sangat kompleks dan kompetitif. Di samping dilingkupi oleh teknologi yang maju, juga akibat urbanisasi sebagai salah satu ciri dari kota metropolitan, banyak menarik kaum urban menuju pusat-pusat kota untuk mencari nafkah Akibatnya, banyak orang dari negara industri yang terlibat dalam suasana yang tegang atau stress. Salah satu pelariannya adalah melakukan rekreasi atau liburan di tempat-tempat wisata. Mereka ingin rileks dan menikmati perubahan lingkungan dengan udara yang bersih, untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani agar segar dan siap untuk bekerja kembali. Gejala yang bersifat psikologis ini dalam ruang lingkup pariwisata dikatakan sebagai gejala pengasingan diri (withdrawal symptom). E. Barnet mengatakan bahwa gejala pengasingan diri ini adalah seseorang berusaha melepaskan dirinya dari lingkungan pekerjaan hariannya, suasana kebiasaan hidupnya atau hanya sekadar pergi nyepi ke tempat yang tenang untuk berkontemplasi mencari ilham (Salah Wahab, 1989). Lebih lanjut dikatakan oleh Salah Wahab, bahwa pariwisata menjadi suatu sarana untuk memulihkan kesehatan moral seseorang dan untuk memantapkan kembali keseimbangan emosi seseorang. Oleh karena itu tidak berlebihan apabila kegiatan pariwisata dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk menyembuhkan seseorang dari rasa tegang dan stress karena kesibukan kerja yang cukup tinggi. Michael, menyebutkan bahwa rekreasi merupakan salah satu kebutuhan dasar dari aktivitas kehidupan manusia. Oleh karena itu, pariwisata tidak sekadar perjalanan wisata belaka, tetapi lebih dari itu adalah suatu kebutuhan manusia yang paling mendasar. D. Fenomena Geografi Pariwisata merupakan fenomena geografi. Posisi suatu negara tujuan wisata atau letak geografis suatu daerah tujuan wisata mempunyai peranan dalam pariwisata. Penampakan geografis yang khusus akan merupakan daya tarik bagi wisatawan. Struktur geografis yang terdapat flora dan fauna, seperti di Afrika, dapat dijadikan sebagai daerah wisata untuk berburu. Demikian juga Jeram Niagara, yang merupakan air terjun alami dan posisi tujuan wisata di tengah lalu lintas internasional, akan merupakan modal untuk menarik wisatawan mancanegara. Dardji Darmodihardjo, mengemukakan fenomena geografis di Indonesia sebagai berikut, keadaan alam yang sukar dicari bandingannya merupakan daya tarik bagi bangsa asing dan adalah modal yang besar bagi pariwisata(Dardji Darmodihardjo, dkk, 1979). Kepulauan nusantara yang oleh Multatuli digambarkan sebagai pending zamrud yang membujur sepanjang katulistiwa adalahModul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 6

tidak terlalu berlebihan. Indonesia yang terdiri dari lebih kurang 13.500 pulau besar dan kecil yang bertebaran di antara benua Asia dan Australia dan diantara samudra Psifik dan samudra Indonesia merupakan posisi tujuan wisata yang strategis. Luas Indonesia 2.000.000 km, panjangnya dari Sabang sampai Merauka 5.000 km, hampir seluas benua Eropa. Ragam budaya serta alam Indonesia merupakan daya pikat tersendiri. Banyak primadona yang dapat diandalkan dari geografi Indonesia, Gunung Krakatau, Tangkubanprahu, Ijen, Bromo dengan lautan pasirnya. Taman laut Bunaken, konon terindah di Asia Tenggara. Air terjun Moramo yang 57 tingkat, serta danau tiga warna Kilimutu yang ajaib merupakan cirri-ciri geografis yang dapat dijadikan promosi pariwisata. E. Fenomena Budaya Pariwisata dapat dikatakan merupakan fenomena budaya. Dari sisi subjek (wisatawan) sendiri, hal ini terkait dengan motivasi perjalanannya. Motivasi perjalanan yang meliputi aspek-aspek budaya antara lain: 1. ingin melihat adat istiadat bangsa di negara lain; 2. ingin melihat upacara adapt, upacara keagamaan, dan upacara tradisional bangsa lain; 3. ingin melihat pertunjukan kesenian, festival seni, festival tari, festival nyanyi, dan festival drama; 4. untuk keperluan studi kebudayaan masyarakat yang masih mempunyai kebudayaan primitive atau tradisional dan langka, seperti suku Asmat, suku Dayak, dan Toraja; 5. mengunjungi benda-benda bersejarah, monument, peninggalan nenek moyang, candi, piramid, serta hasil-hasil budaya lainnya. Fenomena budaya kepariwisataan ditinjau dari segi objek, merupakan daya tarik pariwisata budaya. Sebagai contoh daerah tujuan wisata Bali merupakan pariwisata budaya, lebih khususnya dapat dikatakan pariwisata budaya religius. Bali dengan pariwisata budayanya mempunyai daya tarik yang cukup memikat. Alamnya, tariannya, upacaranya, hasil kerajinannya, candi-candinya, pura-puranya, drama-drama tradisional, dan berbagai macam daya tarik lainnya. Dampak positif adanya kegiatan pariwisata, yang terkait dengan kebudayaan adalah dengan semakin dibutuhkannya penampilan dan pelestarian budaya tradisional. Kebudayaan yang sifatnya tradisional yang semula hampir terlupakan diaktifkan kembali untuk dikemas dan disajikan kepada wisatawan sebagai salah satu atraksi budaya yang menarik.

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 7

BAB III PARIWISATA DAN JENIS PARIWISATA A. Penggunaan dan Arti Istilah Pariwisata 1. A Teeuw dalam bukunya Indonesisch-Nederlands Woorden boek: Pariwisata : toerisme. Berpariwisata : als tourist reizen; n trip maken. Kepariwisataan : toerisme. Pariwisataan : tourist 2. S. Prawiroatmodjo dalam Bausastra Djawa-Indonesia: Wisata : pergi, bepergian; tenteram, tetap hati, setia. Darma : berdarmawisata, bertamasya, bepergian bersama, berpiknik. 3. L. Mardiwarsito dalam Kamus Jawa-Kuno Indonesia: Wisata : tenteram; (dng) senagng, (tenang, enak); seenaknya. 4. W. J. S. Poerwadarminta dalam Kamus Bahasa Indonesia: Pariwisata : perpelancongan (turisme). 5. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pariwisata : yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme. 6. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 12: Pariwisata : atau turisme, merupakan kegiatan perjalanan seseorang atau serombongan orang dari tempat tinggal asalnya ke suatu tempat ke kota lain atau di negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan perjalanan itu dapat bersifat pelancongan, bisnis keperluan ilmiah, bagian kegiatan keagamaan, muhibah, atau juga silaturahmi. Boleh dikatakan hampir semua perjalanan ke daerah lain dapat digolongkan sebagai kegiatan pariwisata, kecuali bila perjalanan itu dilakukan untuk tujuan kerja atau mencari nafkah. Tetapi perjalanan bisnis masih tetap digolongkan sebagai kegiatan pariwisata, karena kebanyakan wisatawan bisnis hanya menggunakan waktu beberapa jam saja dalam setiap harinya untuk mengurus bisnisnya, sedangkan waktu selebihnya digunakannya untuk bersenang-senang. 7. Definisi Pariwisata a. Definisi yang Bersifat Umum Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan wisatawan. b. Definisi yang Lebih Teknis Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa, dan factor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan. Kemudahan dalam batasan pariwisata maksudnya antara lain berupa fasilitas yang memperlancar arus kunjungan wisatawan. Misalnya dengan memberikan bebas visa, prosedur pelayanan yang cepat di pintu-pintu masuk dan keluar, tersedianya transportasi dan akomodasi yang cukup. Faktor penunjangnya adalah prasarana dan utilitas umum, seperti jalan raya, penyediaan air minum, listrik, tempat penukaran uang, pos dan telekomunikasi, dan sebagainya.

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 8

B. Bentuk dan Jenis Pariwisata Setelah kita pahami tentang istilah dan pengertian tentang pariwisata, berikut dikemukan tentang bentuk dan jenis pariwisata. 1. Bentuk Pariwisata Nyoman S. Pendit dalam bukunya, Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, mengemukakan bentuk pariwisata dapat dibagi menurut kategori sebagai berikut: menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang dipergunakan (Nyoman S. Pendit, 1990). Adapun uraian singkat mengenai bentuk pariwisata tersebut antara lain seperti diuraikan di bawah ini. a. Menurut Asal Wisatawan 1. Dari dalam negeri disebut juga pariwisata domestik atau pariwisata nusantara. 2. Dari luar negeri disebut pariwisata internasional atau pariwisata mancanegara. b. Menurut Akibatnya terhadap Neraca Pembayaran 1. Kedatangan wisatawan ke dalam negeri memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negeri. Pariwisata ini disebut pariwisata aktif. 2. Sebaliknya, warga negara yang ke luar negeri memberikan efek negative terhadap neraca pembayaran luar negeri atau disebut pariwisata pasif. c. Menurut Jangka Waktu 1. Pariwisata jangka pendek, apabila wisatawan yang berkunjung ke suatu DTW hanya beberapa hari saja. 2. Pariwisata jangka panjang, apabila wisatawan yang berkunjung ke DTW waktunya sampai berbulan-bulan. Jadi, yang membedakan adalah lama tinggal. d. Menurut Jumlah Wisatawan 1. Disebut pariwisata tunggal, apabila wisatawan yang bepergian hanya seorang, atau satu keluarga. 2. Disebut pariwisata rombongan, apabila wisatawan yang bepergian satu kelompok atau rombongan yang berjumlah 15 sampai dengan 20 orang atau lebih. e. Menurut Alat Angkut yang Dipergunakan Menurut kategori ini pariwisata dapat dibagi: 1. pariwisata udara; 2. pariwisata laut; 3. pariwisata kereta api; 4. pariwisata mobil. 2. Jenis Pariwisata a. Wisata Budaya Seseorang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan untuk mempelajari adapt-istiadat, budaya, tata cara kehidupan masyarakat dan kebiasaan yang terdapat di daerah atau negara yang dikunjungi. Termasuk dalam jenis pariwisata ini adalah mengikuti misi kesenian ke luar negeri atau untuk menyaksikan festifal seni dan kegiatan budaya lainnya. b. Wisata Kesehatan Disebut juga Wisata Pulih Sembuh. Artinya seseorang melakukan perjalanan denagn tujuan untuk sembuh dari suatu penyakit atau untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani. Objek wisataModul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 9

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

m.

kesehatan adalah tempat peristirahatan, sumber air panas, sumber air mineral dan fasilitas-fasilitas lain yang memungkinkan seorang wisatawan dapat beristirahat sambil berwisata. Wisata Olahraga Seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk mengikuti kegiatan olahraga, misalnya Olympiade, Thomas Cup, dan Sea Games. Wisata Komersial Istilah lainnya adalah wisata bisnis. Wisatawan yang masuk ke dalam jenis wisata ini adalah mereka yang melakukan perjalanan untuk tujuan yang bersifat komersial atau dagang. Misalnya, mengunjungi pameran dagang, pameran industri, pecan raya, dan pameran hasil kerajinan. Wisata Industri Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa untuk berkunjung ke suatu industri yang besar guna mempelajari atau meneliti industri tersebut. Misalnya: rombongan pelajar dan mahasiswa yang berkunjung ke IPTN untuk melihat industri pesawat terbang. Wisata Politik Seseorang yang berkunjung ke suatu negara untuk tujuan aktif dalam kegiatan politik. Misalnya kunjungan kenegaraan, menghadiri penobatan Kasar Jepang, penobatan Ratu di Inggris. Juga konferensi politik atau kunjungan kenegaraan yang dilanjutkan dengan berdarmawisata mengunjungi obyek-obyek wisata dan atraksi wisata. Wisata Konvensi Seseorang yang melakukan perjalanan dan berkunjung ke suatu daerah atau negara dengan tujuan untuk mengikuti konvensi atau konferensi. Misalnya, KTT Non-Blok yang baru-baru ini diselenggarakan di Jakarta. Wisata konperensi ini erat kaitannya dengan wisata politik. Di samping disediakannya tempat-tempat untuk konvensi atau konferensi, biasanya juga ada post conference tour, yakni acara berdarmawisata sesuai konferensi dengan mengunjungi objek dan atraksi wisata. Wisata Sosial Kegiatan wisata sosial adalah kegiatan wisata yang diselenggarakan dengan tujuan non profit atau tidak mencari keuntungan. Perjalanan wisata ini diperuntukkan bagi remaja, atau golongan masyarakat ekonomi lemah maupun pelajar. Contoh lain: organisasi wanita yang mengajak siswa dari panti asuhan untuk melakukan perjalanan wisata. Kegiatan ini termasuk juga wisata sosial. Wisata Pertanian Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan mengunjungi pertanian, perkebunan untuk tujuan studi, dan riset atau studi banding. Contoh: petani dari Jawa Timur baru-baru ini ada yang dikirim ke Jepang untuk mempelajari teknologi pertanian di negara tersebut. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari Wisata Bahari ini sering dikaitkan dengan olah raga air, seperti berselancar, menyelam, berenang, dan sebagainya. Objeknya adalah pantai, laut, danau, sungai, kepulauan, termasuk taman laut. Karena kegiatannya di air, wisata ini disebut juga Wisata Tirta. Wisata Cagar Alam Jenis wisata ini adalah berkunjung ke daerah cagar alam. Di samping untuk mengunjungi binatang atau tumbuhan yang langka juga untuk tujuan menghirup udara segar dan menikmati keindahan alam. Objek wisata jenis ini adalah Kebun Raya Bogor, Taman Nasional Blauran, dan sebagainya. Wisata Buru Kegiatan wisata ini dikaitkan dengan hobi berburu. Lokasi berburu ini tentu saja yang telah dimaklumkan oleh pemerintah sebagai daerah perburuan, misalnya jenis binatang yang merusak seperti banteng dan babi hutan. Tidak jarang pula dalam wisata buru ini ada lomba berburu. Wisata PilgrimPage 10

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, kepercayaan ataupun adapt istiadat dalam masyarakat. Wisata pilgrim ini dilakukan baik perseorangan maupun rombongan. Berkunjung ke tempattempat suci, makm-makam orang suci atau orang-orang yang terkenal, dan pemimpin yang diagungkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan restu, berkah, kebahagiaan, dan ketentraman. Di Indonesia tempat-tempat yang dapat dikategorikan sebagai objek wisata pilgrim, misalnya makam Bung Karno, makam Wali Songo, makam Gunung Kawi, dan juga candi-candi. n. Wisata Bulan Madu Sesuai dengan namanya, orang yang melakukan perjalanan dalam jenis wisata ini adalah orang yang sedang berbulan madu atau pengantin baru. Agen perjalanan atau Biro Perjalanan yang menyelenggarakan wisata ini biasanya menyediakan fasilitas yang istimewa/khusus. Baik dekorasi tempat penginapannya maupun sajian makanannya. Diharapkan wisatawan benar-benar menikmati bulan madu dengan kesan-kesan khusus, indah, dan meninggalkan kenangan yang istimewa bagi bulan madu mereka.

BAB IV WISATAWAN A. Definisi Wisatawan 1. Wisatawan dalam Arti Murni Dalam The United Nation Conference on Customs Formalities for The Temporary Importation of Private Road Motor Vehicles and for Tourism, dalam Pasal 1 ayat b) dikatakan sebagai berikut: Istilah wisatawan harus diartikan sebagai seorang, tanpa membedakan ras, kelamin, bahasa dan agama, yang memasuki wilayah suatu negara yang mengadakan perjanjian yang lain daripada negara di mana orang itu biasanya tinggal dan berada di situ kurang dari 24 jam dan tidak lebih dari 6 bula, di dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, untuk tujuan non-imigran yang legal, seperti perjalanan wisata, rekreasi, olahraga, kesehatan, alas an keluarga, studi, ibadah keagamaan atau urusan usaha (business) (Oka A. Yoeti, 1988). 2. Menurut IUOTO a. Wisatawan (tourist), yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan ke dalam klarifikasi berikut ini: (a) Pesiar (leisure) seperti untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, dan olahraga.Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 11

(b) Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, dan misi. (c) Pelancong (excursionist),yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya (termasuk pelancong dengan kapal pesiar). 3. Menurut WTO (World Tourism Organization) Untuk diketahui, cikal bakal WTO adalah IUTO (International Union of Tourism Organization) yang didirikan di Den Haag, 1924. WTO sendiri didirikan pada tanggal 27 September 1970, namun baru aktif pada 1 Januari 1976. Rumusan wisatawan berikut ini merupakan salah satu rumusan hasil Sidang Umum IX WTO di Buenos Aires, Argentina yang diselenggarakan dari tanggal 30 Sepetember hingga 4 Oktober 1991: Wisatawan (tourist), seorang pengunjung untuk sekurang-kurangnya satu malam tapi tidak lebih dari satu tahun dan yang dimaksud utama kunjungannya adalah tidak lain dari melaksanakan suatu kegiatan yang mendatangkan penghasilan bagi negeri yang sikunjungi (Deparpostel, 1992). 4. Menurut INPRES No. 9 Tahun 1969 Wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu. 5. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1, ayat 1 dan 2: 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata; 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. B. Jenis dan Macam Wisatawan Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan, wisatawan dapat diklarifikasikan sebagai berikut: 1. Wisatawan Asing (Foreign Tourist) Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang dating memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau disingkat wisman. 2. Domestic Foreign Tourist Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak pulang ke Belanda, tetapi melakukan perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia bertugas). 3. Domestic Tourist Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya, warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau ke Danau Toba. Wisatawan ini disebut juga wisatawan dalam negeri atau wisatawan nusantara (wisnu). 4. Indigenous Foreign Tourist Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 12

Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist. 5. Transit Tourist Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara tertentu, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri. 6. Business Tourist Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis, bukan wisata, tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi, perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis selesai dilakukan.

BAB V INDUSTRI PARIWISATA DAN TUJUAN WISATA A. Industri Pariwisata 1. Pariwisata sebagai Suatu Industri Untuk memahami pariwisata sebagai suatu industri, dapat diberikan contoh dengan menggambarkan seseorang yang melakukan perjalanan wisata. Seseorang yang melakukan perjalanan wisata akan mengikuti alur kegiatan sebagi berikut. a. Ketika ia akan mempersiapkan keberangkatannya ke daerah tujuan wisata, ia memerlukan jasa Agen Perjalanan atau Biro Perjalanan Umum untuk memperoleh informasi mengenai Paket Wisata, Reservation (Pemesanan), Daerah Tujuan Wisata, Tiket, Pengurusan Paspor, dan sebagainya. b. Setelah lengkap dokumen perjalanannya, ia memerlukan jasa taksi untuk sampai di Pelabuhan/Bandara. c. Selanjutnya ia naik pesawat/kapal untuk sampai di DTW atau negara tujuan wisata. d. Setelah dating di DTW/Negara Tujuan Wisata ia memerlukan transport untuk menuju ke hotel. e. Setelah di Hotel ia memerlukan makan dan minum, pada saat inilah ia memerlukan restoran atau perusahaan pangan. f. Selama di DTW ia memerlukan guide untuk memandunya ke objek wisata dan atraksi wisata, dan membutuhkan souvenir shop untuk belanja oleh-oleh.Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 13

g. Setelah puas di DTW, akhirnya ia kembali ke tempat asalnya semula. Dari pemaparan di atas, sudah jelas bahwa industri pariwisata adalah keseluruhan rangkaian dari usaha menjual barang dan jasa yang diperlukan wisatawan, selama ia melakukan perjalanan wisata sampai kembali ke tempat asalnya. Jadi, adalah salah apabila industri pariwisata diibaratkan sebuah pabrik yang mengolah barang-barang mentah menjadi barang jadi, serta ada produknya. Industri pariwisata adalah keseluruhan usaha-usaha yang dapat dinikmati wisatawan semenjak ia melangkahkan kakinya ke luar rumah sampai ia pulang kembali ke rumahnya. 2. Definisi Industri Pariwisata Industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha, yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa/layanan-layanan atau services, yang nantinya, baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan selama perlawatannya (R.S. Damardjati, 1992). 3. Perlengkapan Industri Pariwisata Perlengkapan industri pariwisata, apabila dikelompokkan dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu: a. transportasi; b. akomodasi dan perusahaan pangan, dan c. perusahaan jasa. a. Transportasi (1) dengan kapal: danau, sungai, laut; (2) dengan kereta api (3) dengan mobil dan bus (4) pengangkutan dengan pesawat udara b. Akomodasi dan Perusahaan pangan (1) Jenis akomodasi: pension, herberg, inn, hospiz, kurt, hotel atau kurpension, schutzhutte, apartemen, sanatorium, bungalow, pondok atau cottage, mess, homestay, roykan, minshuku, motel, hostel atau asrama, perkemahan, pusat peristirahatan, dan sebagainya. (2) Jenis perusahaan pangan: restoran, rumah makan, caf, warung, cafeteria, kantin, estaminet, bar, teahouse, cofferoom, beerhouse, buffet, pub, dan sebagainya. c. Perusahaan Jasa Perusahaan jasa: biro perjalanan, agen perjalanan,pelayanan wisata, pramuwisata, pelayanan angkutan barang atau porter, perusahaan hiburan, penukaran uang, dan asuransi wisata. B. Produk Industri Pariwisata 1. Definisi Produk Industri Pariwisata a. Drs. Mohamad Ngafenan dalam Kamus Pariwisata: Produk wisata (tourist product), segala aspek wisata yang dialami oleh wisatawan selama mengadakan suatu perjalanan wisata, meliputi atraksi wisata, fasilitas wisata, dan kemudahan-kemudahan yang didapatkannya (Mohammad Ngafenan, 1991). b. Burkart dan Medlik: The tourist product may be seen as a composite product, as an amalgam of attractions, transport, accommodation and of entertainment (Oka A. Yoeti, 1985).

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 14

Dikatakan bahwa produk industri pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi (angkutan), akomodasi dan hiburan, di mana tiap unsure dipersiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara terpisah. 2. Ciri-Ciri Produk Industri Pariwisata a. Hasil atau produk industri pariwisata itu tidak dapat dipindahkan. b. Peranan perantara (middlemen) tidak diperlukan, kecuali Travel Agent atau Tour Operator. c. Hasil atau produk industri pariwisata tidak dapat ditimbun. d. Permintaan (demand) terhadap hasil atau produk industri tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh factor-faktor non-ekonomis. e. Calon konsumen tidak dapat mencicipi produk yang akan dibeli. f. Hasil atau produk industri pariwisata banyak bergantung pada tenaga manusia. g. Hasil atau produk industri pariwisata tidak mempunyai standar atau ukuran yang objektif. h. Dari segi pemilikan usaha, penyediaan produk industri pariwisata memerlukan biaya besar, resiko tinggi, dan elastis permintaan sangat peka. C. Tujuan Wisata 1. Surjanto, dkk, dalam bukunya Kamus Istilah Pariwisata: daerah tujuan wisata; daerah-daerah yang berdasarkan kesiapan prasarana dan sarana dinyatakan siap menerima kunjungan wisawatan di Indonesia. Saat ini terdapat 10 daerah tujuan wisata, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Surjanto, dkk, 1985). 2. Menurut Drs. Mohamad Ngafenan, dalam Kamus Pariwisata: tempat tujuan wisata, yakni tempat pemberhentian terakhir suatu perjalanan wisata dan harga paket wisata tersebut (Mohamad Ngafenan, 1991).

D. Pemukiman Wisata (Tourist Resort) 1. Wilayah Wisata (Tourist Resort) Seperti tercantum dalam Istruksi Presiden RI No. 9 Tahun 1966 pasal 5 ayat 2, daerah pariwisata dapat digabungkan sesuai dengan jenis dan lokasi wisata, dari yang terkecil sampai yang paling luas cakupannya. Penggabungan itu adalah sebagai berikut: a. proyek wisata; b. unit wisata (gabungan dari beberapa proyek wisata); c. lingkungan wisata (gabungan dari beberapa unit wisata); d. daerah wisata (gabungan dari beberapa lingkungan wisata); e. wilayah wisata (gabungan dari beberapa daerah wisata). 2. Tourist Resort Suatu daerah, di mana para wisatawan mendapatkan akomodasi, dapat berekreasi dan fasilitas lain-lain yang dibutuhkan selama mengunjungi daerah itu. Pada umumnya terdiri dari saranasarana wisata, sarana-sarana pelengkap, ataupun sarana-sarana penunjang. E. Objek dan Atraksi Wisata 1. Objek Wisata a. Objek Wisata (Tourist Object).

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 15

Segala objek yang dapat menimbulkan daya tarik bagi para wisatawan untuk dapat mengunjunginya. Misalnya, keadaan alam, bangunan bersejarah, kebudayaan, dan pusat-pusat rekreasi modern. (M. Ngafenan, 1991). a. Kamus Istilah Pariwisata menjelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan objek wisata, antara lain sebagai berikut: (1) Objek Wisata Perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, sejarah bangsa, keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. (2) Objek Wisata Alam Objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan dan kekayaan alam. (3) Objek Wisata Budaya Objek yang daya tariknya bersumber pada kebudayaan, seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan objek lain yang berkaitan dengan budaya. (4) Objek Wisata Tirta Kawasan perairan yang dapat digunakan, baik untuk rekreasi maupun untuk kegiatan olah raga air. Dilengkapi dengan fasilitas, antara lain untuk: a. menyelam/skin diving; b. berselancar/surfing; c. memancing; d. berenang; e. mendayung. 2. Atraksi Wisata a. Atraksi wisata seni, budaya, warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam, hiburan, jasa, dan lainlain hal yang merupakan daya tarik wisata di daerah tujuan wisata. b. Atraksi wisata dapat berupa kejadian-kejadian tradisional, kejadian-kejadian yang tidak tetap, dan pembuatan keramik di Kasongan. Beberapa atraksi wisata di Indonesia yang sering dikunjungi wisatawan, misalnya Perayaan Sekaten di Yogya dan Sala, Upacara Ngaben di Bali, gerhana matahari total, dan Pekan Raya Jakarta (Jakarta Fair). Berdasarkan pengertian objek wisata dan atraksi wisata tersebut, dapatlah dikemukakan perbedaan dan persamaan antara obyek wisata dan atraksi wisata. 3. Meningkatkan Daya Tarik Agar suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik, di samping harus ada objek dan atraksi wisata, suatu DTW harus mempunyai 3 syarat daya tarik, yaitu: a. ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see); b. ada sesuatu yang dapat dikerjakan (something to do); c. ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy). Ketiga syarat tersebut merupakan unsure-unsur untuk mempublikasikan pariwisata. Seorang wisatawan yang dating ke suatu DTW dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) dan kepuasan (satisfactions). Manfaat dan kepuasan tersebut dapat diperoleh apabila suatu DTW mempunyai daya tarik. Prof. Marrioti menyebut daya tarik suatu DTW dengan istilah attractive spontanee, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau dating berkunjung ke tempat tersebut. Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu DTW antara lain dapat dirinci sebagai berikut. a. Benda-Benda yang Tersedia dan Terdapat di Alam Semesta (Natural Amenities)Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 16

1. Iklim: cuaca cerah (clean air), kering (dry), banyak cahaya matahari (sunny day), panas (hot), sejuk (mild), hujan (wet), dan sebagainya. 2. Bentuk tanah dan pemandangan (land configuration and landscape): tanah yang datar (plains), gunung berapi (volcanos), lembah pegunungan (scenic mountain), danau (lakes), pantai (beaches), sungai (river), air terjun (water-fall), pemandangan yang menarik (panoramic views). 3. Hutan belukar (the sylvan elements), misalnya hutan yang luas (large forest), banyak pepohonan (trees). 4. Fauna dan flora, seperti tanaman-tanaman yang aneh (uncommon vegetation), burungburung (birds), ikan (fish), binatang buas (wild life), cagar alam (national parks), daerah perburuan (hunting and photographic safari), dan sebagainya. 5. Pusat-pusat kesehatan (health center): sumber air mineral (natural spring of mineral water), mandi lumpur (mud-baths), dan sumber air panas (hot spring). b. Hasil Ciptaan Manusia (Man Made Supply) Benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan (historical, cultural and religious): 1. monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lalu; 2. museum, art gallery, perpustakaan kesenian rakyat, dan handicraft; 3. acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, upacara perkawinan, dan khitanan; 4. rumah-rumah beribadah, seperti masjid, gereja, kuil, candi maupun pura. c. Tata Cara Hidup Masyarakat (The Way of Life) Kebiasaan hidup, adat istiadat dan tata cara masyarakat merupakan daya tarik bagi wisatawan. Sebagai contoh: 1. pembakaran mayat (ngaben) di Bali; 2. upacara pemakaman mayat di Tanah Toraja; 3. upacara Batagak Penghuku di Minangkabau; 4. upacara khitanan di daerah Parahiyangan; 5. tea ceremony di Jepang; 6. upacara Waisak di Candi Mendut dan Borobudur. (Oka A. Yoeti, 1985)

BAB VI REKREASI DAN WAKTU SENGGANG A. Pengertian Rekreasi 1. Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengartikan rekreasi sebagai berikut: Rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik: kita memerlukan rekreasi setelah lelah bekerja; berekreasi: mencari hiburan; bermain-main santai; bersenang-senang. 2. Dictionary of Sociology, memberikan rumusan rekreasi sebagai berikut: any activity pursued during leisure, either individual or collective, that is free and pleasureful, having its own immediate necessity. Recreation includes play, games, sports, athletics, relaxation, pastime, certain, art forms, hobbies, and avocations. A recreational activity may be engaged in during any age period of the individual, the particular action being deter mined by the time elements, the condition and attidu of the person, and the environmental situation.Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 17

3. George D. Butler dalam bukunya Introduction to Community Recretion memberikan definisi sebagai berikut: Expressed in terms of activities, recreation may be considered as any activity which is consciously performed for the sake of any reward beyond itself, which is usually engaged in during leisure, which offers man an outlet for his physical, mental or creative powers, and in which he engaged because of inner desire not because of other compulsion. The activity becomes recreation for the individual because it elicits from him a pleasurable and satisfying response. In short, recreation is any form of of experience or activity which an individual engages from choice of the personal enjoyment and satisfaction which it brings directly to him. This concept emphasizes the personal nature of recreation activities are as diversified as the interests on man. Berdasarkan rumusan definisi tentang rekreasi tersebut dapat didefinisikan cirri-ciri dari rekreasi, antara lain sebagai berikut: 1. Rekreasi adalah suatu aktivitas, kegiatan tersebut bersifat fisik, mental, maupun emosional. Rekreasi menghendaki aktivitas dan tidak selalu bersifat non-aktif. 2. Aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu, semua kegiatan yang dapat dilakukan oleh manusia dapat dijadikan aktivitas rekreasi asalkan saja dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi tujuan dan maksud-maksud positif dari rekreasi. 3. Rekreasi dilakukan karena terdorong oleh keinginan atau mempunyai motif. Motif tersebut sekaligus memilih gerakan atau bentuk dan macam aktivitas yang hendak dilakukan. 4. Rekreasi hanya dilakukan pada waktu senggang (leisure time), ini berarti semua kegiatan yang tidak dilakukan dalam waktu senggang tersebut tidak dapat digolongkan sebagai kegiatan rekreasi. 5. Rekreasi dilakukan secara bebas dari segala bentuk dan macam pelaksanaan. Hal ini penting bagi sifat kegiatan rekreasi sebagai outlet for the creative powers (Butler) dan sebagai sarana untuk dapat memilih salah satu kegiatan rekreasi, ia juga secara bebas dapat melakukan aktivitas tersebut, dan secara bebas pula ia dapat memilih temannya untuk bersama-sama berekreasi. Rekreasi dilakukan dalam suasana kebebasan dan secara sukarela. 6. Rekreasi bersifat universal; rekreasi hingga batas-batas tertentu telah merupakan bagian dari kehidupan manusia, dari semua bangsa, dan tidak terbatas oleh umur, jenis kelamin, pangkat, dan kedudukan sosial. Rekreasi telah dilakukan oleh manusia-manusia zaman purba sekarang dan pada masa mendatang. Meskipun demikian, sebagian besar dari umat manusia belum mendapat kesempatan untuk berekreasi karena belum mempunyai cukup uang. Keinginan akan berekreasi mereka masih dalam keadaan laten. 7. Rekreasi dilakukan selalu secara sungguh-sungguh dan mempunyai maksud-maksud tertentu. Banyak orang menganggap rekreasi tidak bersifat sungguh-sungguh karena justru ingin mendapatkan kepuasan dan kesenangan. Anggapan tersebut kurang tepat dan merupakan salah pengertian (misconception). Justru karena ingin mendapatkan kesenangan dan kepuasan rekreasi harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, atau dengan kata lain kesungguhan merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan. 8. Rekreasi adalah fleksibel. Artinya rekreasi tidak dibatasi oleh tempat (indoor recreation dan outdoor recreation), di mana saja, sesuai dengan bentuk dan macam kegiatan rekreasi. Selanjutnya, rekreasi dapat juga dilakukan oleh perorangan maupun oleh sekelompok kawan. Rekreasi tidak dibatasi oleh kemampuan seseorang. Miskin maupun kaya dapat menikmatinya. Rekreasi tidak dibatasi oleh fasilitas atau alat-alat tertentu. Rekreasi dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana maupun dengan alat-alat tertentu. Rekreasi dapat dilakukan dengan alatalat sederhana maupun dengan alat-alat baru mekanisme termodern (Wing Haryono, 1978).

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 18

B. Kegunaan Rekreasi Wing Haryono dalam bukunya Pariwisata Rekreasi dan Entertainment mengatakan kegunaan rekreasi adalah: (1) untuk kesehatan, (2) untuk kesehatan mental, (3) membentuk character building, (4)pencegahan kriminalitas, (5) untuk pendidikan moral, dan (6) untuk tujuan ekonomi. 1. Rekreasi dan Kesehatan Rekreasi dapat menambah dan memelihara kesegaran dan kesehatan jasmani masing-masing individu. Aktivitas yang mempergunakan otot besar merangsang pertumbuhan dan merupakan esensi bagi perkembangan organ vital, memperlancar peredaran darah, memperlancar pengeluaran zat-zat yang tak berguna, menambah kegiatan pernapasan, dan meningkatkan pencernaan. 2. Rekreasi dan Kesehatan Mental Rekreasi dapat membina sikap hidup yang sehat dan membahagiakan. Kehiatan ini memungkinkan seseorang untuk menyalurkan tenaga fisik dan daya pikiran yang kurang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, rekreasi, khususnya music, kesenian, dan pekerjaan tangan adalah tepat sekali untuk memperbaiki atau merehabilitir rasa harga diri. 3. Rekreasi dan Character Building Rekreasi dapat mengembangkan sifat-sifat manusia, dan sangat mempengaruhi perkembangan kehidupan sosial. Membina kerjasama dan menghargai hak-hak orang lain. 4. Rekreasi dan Pencegahan Kriminalitas Rekreasi dapat digunakan sebagai terapi untuk mencegah terjadinya kenalakan remaja. Rekreasi bukan untuk menghilangkan kenakalan remaja, tetapi berguna untuk media penyaluran ambisi dan emosi aktivitas remaja kearah kegiatan yang lebuh bermanfaat.

5. Rekreasi dan Moral Rekreasi dengan aktivitas-aktivitas yang tepat dapat menimbulkan semangat hidup dan berjuang kembali. Menghilangkan tekanan hidup serta rasa kurang percaya diri. Di samping itu, dengan rekreasi akan dapat menumbuhkan inspirasi. 6. Rekreasi dan Ekonomi Kegiatan rekreasi merupakan investasi jangka panjang untuk kesejahteraan dan perkembangan individu. Rekreasi merupakan salah satu alat yang bersifat preventif untuk menghindarkan seseorang dari tindak kejahatan dan sakit jiwa. Oleh karena itu, secara ekonomis menguntungkan, dibanding apabila sudah terkena salah satu penyakit, yang tentunya akan membutuhkan perawatan dan biaya yang cukup besar. C. Mengapa Rekreasi? 1. Rekreasi merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang. 2. Rekreasi yang identik dengan bermain, dapat membantu seseorang untuk selingan setelah lelah bekerja atau belajar. Baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Ny. Singgih Gunarsa dalam bahasanya tentang bermain bagi anak memberikan pendapatnya sebagai berikut. a. Bagi anak bermain sering mempunyai arti dalam membantu perkembangan anak. b. Dengan bermain anak melakukan kegiatan-kegiatan dengan senang hati. Bahkan orang dewasa pun memperoleh kesenangan dalam bermain.

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 19

3. 4.

5.

D. 1.

c. Di samping penyaluran energy yang berlebihan dalam permainan, mereka dapat menyalurkan perasaan-perasaan terpendam. Perasaan terpendam dan merupakan perasaan yang memang sulit disalurkan karena tidak ada objeknya. Rekreasi merupakan salah satu kebutuhan dasar aktivitas kehidupan manusia, seperti yang disampaikan oleh Michael the five basic roles, salah satunya adalah recreation role. Pada abad ini, kehidupan manusia semakin kompleks, terutama masyarakat di kota industry dan kaum urban. Menimbulkan ada semacam kecenderungan untuk melakukan pengasingan diri dari rutinitas kehidupan. Di samping untuk berlibur, mencari ketenangan dan udara segar, juga untuk menghindari stress. Sejak zaman purba sampai abad 20 inim rekreasi merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa tidak, harus dilakukan dengan bentuk sesuai dengan kondisi sosial-economi masing-masing keluarga atau individu. Waktu Senggang (Leisure Time) Pengertian Waktu Senggang Untuk menghayati lebuh detail mengenai pengertian leisure time, maka berukut ini dikemukakan rumusan tentang leisure time. Leisure time is time beyond that which is required for existence, the things which we must do, biologically, to stay alive (e.g. eat, sleep, eliminate, etc.), and subsistence, the things we must do to make a living, as in work, or prepare to make living, as in school. Leisure is time which our feelings of compulsion should be minimal. It is discretionary time, time to used according to our own judgement or choice. If time were to be divided into the major uses of it, it might appear as follow: TIME Type of time I. Existence II. Subsistence III. Leisure (Harold D. Meyer and Brightbill, Charles K, 1964). Selanjutnya, Charles dan Broghtbill menambahkan: Just there are different kind of time, there are two types of leisure true leisure and enforced leisure. True leisure is the kind of leisure which is not imposed upon the individual. Enforced leisure, however, is not the leisure which people seek or want. It is the time one has on his hands when he is unemployed, ill, or make to retire from his work when he wants to continue. Selanjutnya, dalam Dictionary of Sociology tentang leisure time dijelaskan sebagai berikut: Leisure is the free time after the practical necessities of live have been attended to. The adhective means being unoccupied by the practical necessities, as, leisure hours; the adverb leisurely applies to slowm deliberate, unhurried undertakings. Conceptions of leisure vary from the arithmetical one of time devoted to workm sleepm and other necessitiesm substracted from 24 hours which gives the surplus time to the general nation of leisure as the time which one uses as he pleases. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan yang dimaksud dengan senggang adalah terluang atau lapang (tentang waktu); tidak sibuk. Dengan demikian, waktu senggang adalah waktu yang luang atau waktu yang tidak disibukkan oleh pekerjaan atau tugas. Sedangkan Salah How used eat, sleep, bodily care work, study, social Play-reaction, rest

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 20

Wahab mengartikan waktu luang adalah waktu seseorang dalam keadaan bebas dari segala hambatan dan yang dapat dimanfaatkan atau dihabiskan sesuka hati seseorang. 2. Pariwisata dan Waktu Senggang Diperkirakan oleh pakar pariwisata, kemudian hari peradaban masyarakat digambarkan menjadi suatu masyarakat santai. Mengapa demikian? Karena jam kerja di Negara-negara industry telah dibatasi hanya 40 jam per minggu. Semula jumlah jam kerjanya lebih dari 40 jam, karena dampak dari efisiensi dan efektifitas, serta perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga ditemukan suatu sistim kerja yang praktis dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Jean Faurastie yang optimis pada tahun 1995, diprakirakan jumlah jam kerja per minggunya hanya 30 jam saja. Dengan banyaknya waktu senggang bagaimanakah cara pemanfaatan waktu tersebut? Pemanfaatan waktu senggang bergantung pada tingkat social ekonomi mereka, yang berpenghasilan sedang cukup hanya rekreasi di negaranya sendiri. Sedangkan yang mempunyai penghasilan yang cukup tinggi pergi ke mancanegara. Dengan demikian, dapatlah dikemukakan kegiatan pariwisata kegiatan pariwisata merupakan salah satu alternative untuk mengisi waktu senggang. Walaupun demikan kegiatan pariwisata tidak dapat dilakukan sembarang waktu, misalnya akhir pecan yang hanya paling banyak 2 hari. Apalagi diperpanjang waktu liburnya atau libur akhir tahun (cuti). Secara urutan efisiensi matematis, jumlah jam kerja per minggu adalah 48, 40, 35 dan 30 jam kerja. Dengan penyusutan jam kerja tersebut, apabila jumlah waktu senggangnya dijadikan satu dalam satu tahun, maka akan diperoleh angka-angka sebagai berikut: a. Dengan 35 jam kerja per minggu, berarti akan tersedia lebih dari 1 bulan hari libur per tahunnya. b. Dengan 30 jam kerja per minggu, berarti akan tersedia 3 bulan hari libur per tahunnya. 3. Kegiatan Manusia dan Hubungannya dengan Waktu Senggang Kehidupan manusia secara global terbagi atas 4 kelompok kegiatan utama, yaitu: kegiatan untuk mencari nafkah, kegiatan untuk memenuhi kebutuhan biologis, kegiatan untuk menunaikan tugas rumah tangga dan kegiatan social, dan kegiatan waktu senggang. Keempat kegiatan ini tidak dapat terpisah antara satu dengan yang lain, namun bersambung bersama-sama dengan proses waktu. Adapun uraian secara singkat makna dari keempat kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: a. Kegiatan mencari nafkah Yang dimaksud dengan kegiatan ini adalah guna mendapatkan gaji/uang yang diperlukan setiap orang untuk menghidupi dirinya. Biasanya waktu seseorang banyak tersita oleh kegiatan yang sehubungan dengan pekerjaannya, sehingga waktu untuk rileks serta waktu luang sangat sempit. b. Kegiatan Pemenuhan Kebutuhan-Kebutuhan Biologis Setiap orang harus memuaskan kebutuhan jasmaninya, misalnya makan dan tidur. Kegiatan ini menghabiskan sebagian waktu seseorang dan umumnya tercakup dalam waktu kerjam karena kegiatan ini membuktikan kelanjutan kehidupan jasmani. c. Kegiatan Penunaian Tugas Rumah Tangga dan Kegiatan Sosial Kegiatan ini mencakup antara lain sebagai berikut: (1) Tugas-tugas sehubungan dengan anggota keluarga di rumah. (2) Tugas-tugas yangberkaitan dengan kelompok masyarakat. (3) Tugas-tugas belanja harian.Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 21

d. Waktu Senggang Waktu senggang adalah waktu seseorang dalam keadaan bebas dari segala hambatan dan yang dapat dimanfaatkan atau dihabiskan sesuka hatinya. 4. Pembagian Waktu Senggang Waktu senggang dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni: a. Waktu Senggang Sesudah Jam Kerja (After Work Leisure Time) Waktu senggang setelah pulang kantor/bekerja ini biasanya dapat dilakukan untuk kegiatankegiatan yang bersifat rekreatif walaupun hanya selingan pengisi waktu. Misalnya: nonton TV, nonton bioskop, kegiatan seni tari, memancing, sport, main kartu, membaca bukum dll. Ini merupakan kegiatan untuk menghilangkan kejenuhan seusai kerja rutin, walaupun waktunya jelas sangat terbatas. b. Waktu Senggang Akhir Pekan (Week End Leisure Time) Kesempatan hari libur akhir pecan ini dapat digunakan untuk bepergian wisata jarak pendek, misalnya: (1) ke villa di pegunungan atau di tepi pantai atau menginap di hotel di luar kota di daerah pedalaman; (2) ke tempat perkemahan, tempat caravan dan sejenisnya; (3) ke pusat-pusat rekreasi perawatan kesehatan; (4) ke kawasan sport dan klub-klub. c. Waktu Senggang Selama Cuti (Holiday Leisure Time) Masa cuti akhir tahun, biasanya berkisar antara 2 minggu sampai 4 minggu atau lebih. Waktu inilah yang nampaknya tepat untuk melakukan wisata guna refreshing. Waktunya cukup lama, sehingga memungkinkan untuk melakukan perjalanan wisata ke daerah-daerah yang jaraknya agak jauhm seperti Bali dan Danau Toba.

BAB VII ENTERTAINMENT DAN AMUSEMENT A. Beberapa Pengertian 1. Dalam Kamus Inggris-Belanda, entertainment berarti onthaal dan vermakelijkheid. Sedangkan dalam Kamus Belanda, onthaal artinya perjamuan makan atau disambut dengan baik (M.A. Tair dan MR. H. Van Der Tas, 1972). Jadi, entertainment diartikan menerima atau menjamu tamutamu atau kawan-kawan dengan meriah, merupakan suatu pesta di mana tamu atau kawan-kawan juga disuguhi hiburan-hiburan (Wing Haryono, 1978). 2. Peter Salim dalam The Contemporary English-Indonesian Dictionary mengartikan kedua istilah sebagai berikut. Amusement : hiburan, kesenangan. He sings for amusement (Ia bernyanyi sebagai hiburan). Amusement Park : taman hiburan Amusement Center : tempat hiburan. He always comes to the amusement center (Ia selalu datang ke tempat hiburan). Entertainment : 1. hiburan. He gives numerous entertainments to his friends (Ia memberikan banyak hiburan kepada teman-temannya).Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 22

The entertainments at the new theater changes nightly (pertunjukan di teater baru itu berganti setiap malam). 3. John M. Echols dan Hassan Shadily dalam Kamus Inggris-Indonesia: Amusement : 1. hiburan. I went there only for amusement. (Saya ke sana hanya untuk hiburan saja). 2. Kegirangan, kesenangan The clowns antics caused a great deal of amusement. (Kejenakaan pelawak itu mendatangkan banyak kegirangan). Entertainment : 1. hiburan 2. pertunjukan Entertainment tax = pajak pertunjukan. Entertainment allowance = uang untuk hiburan, dana untuk menghibur nasabah. Dari beberapa pengertian kedua istilah asing tersebut, keduanya berbeda dalam arti maksud, tujuan, dan waktu penyelenggaraan. Namun demikian, dalam pengertian arti kedua istilah itu tidak jauh berbeda, keduanya adalah pertunjukan dan hiburan. Bisa juga diartikan keduanya adalah tontonan dan hiburan. Entertainment dan amusement ini sekarang banyak terdapat di kota-kota besar. Ada yang sifatnya menetap, permanen seperti gedung bioskop, dan sebagainya. Ada pula yang sifatnya berpindahpindah sepert sirkus, sulap, sepakbola, dan sebagainya. Ada pula yang mengartikan bahwa amusement itu termasuk hiburan yang penontonnya pasif, hanya menikmati, menyaksikan saja (Surjanto, cs, 1985). Dan mengartikan entertainment sebagai hiburan yang melibatkan penontonnya, yaitu seperti room or hall containing pintables, gambling machines, etc. (A.S. Hornby, dll.). Tetapi pada hakikatnya kedfua istilah tersebut, amusement dan entertainment adalah untuk hiburan bagi yang menyaksikan, apakah penonton pasif maupun aktif dan ikut terlibat karena hiburannya berbentuk semacam permainan (game). B. Entertainment dan Amusement dalam Masyarakat Modern Dewasa ini perkembangan hiburan atau tontonan sudah maju pesat seiring dengan perkembangan zaman. Wing Haryono (1978) mengatakan bahwa salah satu cirri dari perkembangan masyarakat modern adalah perkembangan pesat dari hiburan massa dan rekreasi yang dikomersilkan. Contoh-contoh dari hiburan ini, antara lain: televisi, radio, harian-harian, majalah-majalah, bukubuku komik, bioskop, dan tempat-tempat hiburan massa. Sport events nasional maupun internasional merupakan bentuk-bentuk hiburan massa yang menarik banyak penonton. Dewasa ini, Entertainment dan amusement di hotel-hotel, antara lain berupa: (1) karaoke; (2) band; (3) video; (4) televisi dengan fasilitas parabola, sehingga dapat memancarkan program-program selain TVRI, seperti TV3, RCTI, SCTV, dan program-program TV dari luar negeri; (5) bilyard; (6) pub; (7) pameran-pameran; (8) festival; (9) mode show; (10) atraksi kesenian tradisional; (11) hiburan lain yang sifatnya permanen maupun insidental.Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 23

Jenis hiburan di masyarakat perkotaan, banyak pula ragamnya. Mulai dari olahraga, yaitu bola sodok (bilyard), tenis, bowling, golf, renang, dan pacuan kuda. Bioskop yang dikemas secara modern dengan Cineplex, serta peralatan canggih, dan fasilitas lainnya, semakin membuat daya tarik tersendiri. Pub, bar, diskotik dan sejenisnya. Tontonan yang sifatnya insidental dan mengundang massa seperti sirkus, festival musik rock, konser, dan sebagainya. Hiburan kompetisi sepak bola pun sekarang dapat memberikan jaminan suatu tontonan yang banyak menarik peminat, sehingga banyak kompetisi yang meraih keuntungan besar. Tempat-tempat rekreasi yang terdapat pemandangan dan keindahan alam, selalu ramai di hari-hari libur, seperti pantai, daerah pegunungan, peristirahatan, dan sebagainya. Tentu saja tontonan atau hiburan yang dapat menarik massa tersebut digelar, untuk menghibur masyarakat dan meraih keuntungan. Oleh karena itu, tontonan dan hiburan tersebut dapat dikatakan sifatnya komersial. C. Segi Positif dan Negatif 1. Segi-segi Positif a. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan. b. Memberi keuntungan kepada kas pemerintah setempat dan kepada pengusaha swasta. Pemerintah setempat umumnya tidak mempunyai modal dan petugas untuk menyediakan dan menyelenggarakan hiburan-hiburan masyarakat. Pengusaha swasta dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pemerintah setempat mendapatkan hasil dari pajak yang dapat dipungut dari tempat hiburan massa, sedangkan pengusaha mendapatkan keuntungan yang agak lumayan. c. Hiburan-hiburan massa relatif tidak mahal sehingga sebagian besar masyarakat kota dapat melihatnya. Hiburan-hiburan massa umumnya dapat diselenggarakan setiap hari sehingga hasil dari penerimaan terus menerus dapat masuk. d. Pemusatan tempat-tempat hiburan massa menimbulkan usaha perdagangan pelengkap yang tentunya dapat menambah hasil dari pajak pemerintah. e. Hiburan-hiburan massa menyajikan lapangan kerja baru bagi sejumlah penganggur. 2. Segi-Segi Negatif a. Hiburan-hiburan massa lebih banyak bersifat pasif, orang-orang yang membeli hiburan duduk saja sambil menonton pertunjukkan-pertunjukkan yang disajikan; secara emosional memang para penonton juga aktif. b. Dari segi komersial, penonton membeli hiburan yang sifatnya murah dipandang dari segi mutu atau nilai hiburan-hiburan tersebut. Hal itu disebabkan para pengusaha menyediakan hiburan-hiburan kepada masyarakat ramai yang tingkat apresiasinya belum demikian tinggi untuk menghargai dan dapat menilai pertunjukkan-pertunjukkan yang lebih tinggi nilainya. c. Hiburan-hiburan massa yang kurang tinggi mutunya dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh demoralisasi. Misalnya, orang yang berjudi menjadi kurang jujur dan tidak dapatdipercaya. Jumlah kejahatan bertambah karena pengaruh hiburan yang kurang tinggi mutunya demikian pula kemiskinan dan kenakalan remaja. d. Di dalam industry hiburan massa, umumnya orang-orang yang melayani para penonton dan yang mempertunjukkan sesuatu diexploitir oleh pengusaha-pengusaha yang berusaha mendapatkan keuntungan sebesar mungkin.

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 24

BAB VIII MOTIVASI PERJALANAN WISATA A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Berwisata Sebelum membahas motivasi secara khusus, terlebih dulu perlu diketahui faktor-faktor yang mendorong seseorang sehingga tertarik untuk melakukan perjalanan wisata. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni faktor-faktor irasional (dorongan bawah sadar) dan faktor-faktor rasional (dorongan yang disadari). 1. Faktor-Faktor Irasional (Dorongan Bawah Sadar) Yang dimaksud faktor-faktor rasional adalah sebagai berikut: a. lingkup pergaulan dan ikatan-ikatan keluarga; b. tingkah laku prestise; c. tiruan dan mode; d. pengalaman pribadi (dalam pola tingkah laku); e. perasaan-perasaan keagamaan; f. hubungan masyarakat dan promosi pariwisata; g. iklan dan penyebaran informasi pariwisata; h. kondisi ekonomi (faktor pendapatan dan biaya). 2. Faktor-Faktor Rasional (Dorongan yang Disadari) Yang dimaksud faktor-faktor rasional adalah sebagai berikut: a. sumber-sumber wisata alam (asset wisata): alam, panorama, warisan budaya, perayaan-perayaan sosial; b. fasilitas wisata (pengorganisasian industri pariwisata di dalam negara tersebut, transportasi); c. fasilitas wisata (prosedur kunjungan, bea cukai, dan lain-lain); d. kondisi lingkungan (sikap masyarakat setempat terhadap orang asing, keramahtamahan, dan sikap mudah bergaul); e. susunan kependudukan (umur, jenis kelamin dan urbanisasi); f. situasi polotik (kestabilannya, tingkat kebebasan warganya); g. keadaan geografis (jarak dari Negara pasaran sumber wisatawan, keindahan panorama, dan lainlain). B. Jenis Motivasi Perjalanan Wisata Ada berbagai macam versi motivasi perjalanan wisata, berikut ini akan dikemukakan tiga versi motivasi perjalanan wisata antara lain versi Drs. Oka A. Yoeti, versi MacIntosh, dan versi Deparpostel. 1. Jenis Motivasi Perjalanan Wisata a. Alasan Pendidikan dan Kebudayaan (1) Ingin melihat bagaimana rakyat negara lain bekerja dan bagaimana cara hidupnya (the way of life). (2) Ingin melihat kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh negara lain. (3) Ingin menyaksikan tempat-tampat bersejarah, peninggalan-peninggalan kuno, monumentmonumen, kesenian rakyat, industri kerajinan, festival, events, keindahan alam dan lain-lain. (4) Untuk mendapatkan saling pengertian dan ide-ide baru ataupun penemuan-penemuan baru. (5) Untuk berpartisipasi dalam suatu festival kebudayaan, kesenian, dan lain-lain. b. Alasan Santai, Kesenangan, dan PetualanganModul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 25

c.

d.

e.

f.

(1) Menghindarkan diri dari kesibukan sehari-hari dan kewajiban rutin. (2) Untuk melihat daerah-daerah baru, masyarakat asing untuk mendapatkan pengalaman. (3) Untuk mendapatkan atau menggunakan kesempatan yang ada atau untuk memperolah kegembiraan. (4) Untuk mendapatkan suasana romantic yang berkesan, terutama bagi pasangan-pasangan yang sedang melakukan bulan madu. Alasan Kesehatan, Olahraga, dan Rekreasi (1) Untuk beristirahat dan mengembalikan kekuatan setelah bekerja keras dan menghilangkan ketegangan pikiran. (2) Untuk melatih diri dan ikut dalam pertandingan olah raga tertentu, seperti Olimpiade, Asean Games, dan sebagainya. (3) Untuk menyembuhkan diri dari suatu penyakit tertentu. (4) Melakukan rekreasi dalam menghabiskan masa libur. Alasan Keluarga, Negeri Asal, dan Tempat Bermukim (1) Untuk mengunjungi tempat di mana kita berasal atau dilahirkan. (2) Untuk mengunjungi suatu tempat di mana kita pernah tinggal atau berdiam pada masa lalu. (3) Untuk mengunjungi family dan kawan-kawan. (4) Untuk pertemuan dengan keluarga atau kawan-kawan dalam rangka suatu reuni. Alasan Bisnis, Sosial, Politik, dan Konferensi (1) Untuk menyaksikan suatu pameran, kamar dagang, karya wisata atau meninjau suatu proyek, dan lain-lain. (2) Menghadiri konferensi, seminar, symposium dan pertemuan ilmiah lainnya. (3) Mengikuti perjanjian kerjasama, pertemuan politik, dan undangan negara lain yang berhubungan dengan kenegaraan. (4) Untuk ikut dalam suatu kegiatan sosial. Alasan Persaingan dan Hadiah (1) Untuk memperlihatkan kepada orang lain, bahwa yang bersangkutan juga mampu melakukan perjalanan jauh. (2) Untuk memenuhi keinginan agar dapat bercerita tentang negeri lain pada kesempatankesempatan tertentu. (3) Agar tidak dikatakan orang ketinggalan zaman. (4) Merealisasikan hadiah yang diberikan oleh seseorang.

2. Jenis Motivasi Menurut MacIntosh MacIntosh membagi jenis motivasi perjalanan menjadi 4 kelompok sebagai berikut: a. Physical Motivations Motivasi yang erat kaitannya dengan pengembalian kondisi fisik seseorang. Untuk beristirahat atau sekedar bersantai, olah raga maupun untuk pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan jasmani agar dapat menumbuhkan kembali kegairahan bekerja.

b. Cultural Motivation Motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk melihat tata cara masyarakat hidup di Negara lain, khususnya yang berkaitan dengan adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya Negara tersebut. c. Interpersonal Motivations

Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd

Page 26

Motivasi seseorang untuk melakukan perjalanan karena ingin mengadakan hubungan dengan keluarga, teman, atau sekadar untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang bersifat rutin seharihari. d. Status and Prestige Motivation Seseorang yang melakukan perjalanan dengan maksud untuk memperlihatkan siapa dirinya, kedudukannya, ststusnya dalam masyarakat untuk prestige pribadinya. Jadi, sifatnya hanya emosional serta ada kaitannya dengan bisnis, dinas, pendidikan, maupun hobi. 3. Jenis Motivasi Menurut Deparpostel Menurut versi Deparpostel berdasarkan motif-motif tertentu berbagai macam atau jenis pariwisata dapat dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut: a. Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya dengan tujuan untuk: (1) berlibur; (2) mencari udara segar yang baru; (3) memenuhi keingintahuannya; (4) mengendorkan ketegangan syaraf-syarafnya; (5) melihat sesuatu yang baru; (6) menikmati keindahan alam; (7) mengetahui cerita rakyat setempat; (8) mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kote atau sebaliknya: (a) menikmati hiburan di kota-kota besar (b) ikut serta dalam keramaian di pusat-pusat wisatawan b. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism) Jenis periwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan hari-hari libur untuk: (1) beristirahat; (2) memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya; (3) menyegarkan keletihan dan kelelahan. Karena tujuannya untuk kesegaran jasmani atau kesehatan maka biasanya orang-orang tersebut memerlukan waktu yang lama di tempat rekreasi tersebut. Tempat tujuan wisata yang menjamin agar orang-orang tersebut dapat memulihkan kesegaran dan rohaninya antara lain adalah tepi pantai, pegunungan, di pusat-pusat peristirahatan atau pusat-pusat kesehatan. Karena tempatnya yang khusus ini maka tempat ini dikenal sengan sebutan health resort. c. Pariwisata Kebudayaan (Cultural Tourism) Pariwisata jenis ini ditandai dengan adanya rangkaian keinginan untuk: (1) belajar dan studi di pusat-pusat pengajaran dan penelitian; (2) mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat Negara lain; (3) mengunjungi pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, ikut serta dalam festival-festival keagamaan, ikut serta dalam festival-festival seni music, teater, tarian rakyat, dan sebagainya. d. Pariwisata Olahraga (Sport Tourism) Jenis pariwisata ini dapat dibagi menjadi dua jenis sebagai berikut: (1) Big Sport Events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti Olympic Games, kejuaraan Ski Dunia, Kejuaraan Tinju Dunia. Yang menarik perhatian bagi olahragawan juga penonton atau penggemar. (2) Sport Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkannya sendiri. Seperti, pendakian gunung, olah raga naik kuda, berburu, memancing, dan lain-lain.Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 27

e. Pariwisata untuk Urusan Usaha (Business Tourism) Istilah business tourism tidak hanya berlaku untuk Professional Trips yang dilakukan oleh para pengusaha dan industrialis, tetapi juga yang dilakukan oleh para traveler yang berkunjung untuk tujuan pameran. Kaum pengusaha tidak hanya bersikap dan berbuat sebagai wisatawan biasa. Dalam pengertian sosiologis, mengambil dan memanfaatkan keuntungan dari atraksi yang terdapat di negara tersebut. Berdasarkan kenyataan ini, pemerintah Indonesia melalui Departemen Kehakiman mengeluarkan SK Menteri Kehakiman Nomor M..02-IZ.01.02 tahun 1986. Memberikan kebebasan dari keharusan memiliki visa bagi wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.

f. Pariwisata untuk Tujuan Konferensi (Convention Tourism) Pariwisata bentuk ini makin berkembang dan makin penting dilihat dari sudut penerimaan devisa. Jumlah wisata konvensi internasional berkembang pesat. Jika pada tahun 1968 terdapat 4.000 konvensi, dengan peserta 2.000.000, maka pada tahun 1985 terdapat 98.000 konvensi dengan peserta sebanyak 49.000.000 (atau 15% dari jumlah wisata internasional sejumlah 325.000.000). Di Indonesia, pada tahun 1981 terdapat 165 konvensi dengan peserta sebanyak 18.141. Pada tahun 1986 telah diselenggarakan 273 konvensi dengan peserta sebanyak 57.170 peserta, atau kenaikan rata-rata 26% per tahun. Dari data-data Direktorat Bina Hubungan Lembaga Wisata Internasional, Dirjen Pariwisata, Deparpostel tentang Wisata Konvensi (Deparpostel, 1991-1992) menunjukkan perkembangan wisata konvensi di Indonesia sangat pesat. Hal ini dapat dilihat pada table berikut ini: TABEL 2Market Segment International Congresses Assosiation Convention Company / Corporate-Events Programmes Trade Fairs / Exhibitions Sport Events Jumlah 48 273 29.595 56.900 59 341 21.350 60.227 55 219 40.425 69.155 65 270 45.500 73.939 62 558 31.002 101.651 1986 events peserta 86 8.046 1987 events peserta 72 9.341 1988 events peserta 31 6.100 1989 events peserta 30 3.579 1990 events peserta 13 2.964

41

1.607

26

11.125

36

14.190

58

10.350

57

13.052

8

6.581

106

10.850

82

6.540

73

9.361

353

44.339

35

2.071

78

7.561

15

1.900

44

5.159

73

1.027

Sumber: Deparpostel, WISATA KONVENSI, 1991-1992.

Tabel di atas, menunjukkan pertumbuhan Wisata Konvensi Indonesia dari tahun ke tahun sangat pesat. Dari 60.227 peserta dalam tahun 1987, meningkat 69.115 dalam tahun 1988, meningkat lagi menjadi 73.939 peserta dalam tahun 1989. Perkiraan dalam tahun 1990 adalah 101.651 peserta, bila dihitung kenaikannya dalam presentase adalah sebagi berikut:Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 28

(1) 5,8 persen dalam tahun 1987. (2) 14,8 persen dalam tahun 1988. Dari bagian penutup Wisata Konvensi (Deparpostel, 1991-1992) disimpulkan bahwa wisata konvensi sangat potensial, karena wisata konvensi: (1) dapat dipakai sebagai dinamisator promosi biasa; (2) dari segi penerimaan devisa, merupakan pendapatan yang tinggi disbanding dengan wisata biasa; (3) dari segi pasaran, stabil dan tidak goyah oleh naik turunnya keadaan ekonomi dunia; (4) dapat menstimulir lapangan kerja baru dan membuka kesempatan berusaha, karena persyaratan mengharuskan untuk ditangani secara professional. C. Kesimpulan Dari pembahasan berbagai macam motivasi perjalanan wisata yang dikemukakan oleh pakar pariwisata di atas, maka dapat diidentifikasikan motif-motif yang mendorong seseorang melakukan wisata, antara lain: (a) bisnis (k) sosial (b) pendidikan (l) politik (c) kebudayaan (m) persaingan (d) santai (n) hadiah (e) kesenangan (o) konvensi (f) petualangan (p) prestise (g) kesehatan (q) berlibur (h) olah raga (r) istirahat (i) rekreasi (s) status (j) negeri asal Apabila kita ingin mendapatkan informasi secara langsung dari wisatawan mancanegara tentang motivasi yang mendorong mereka melakukan perjalanan wisata, kita bisa melakukan dengan mengajak mereka berdialog. Dari jawaban-jawaban mereka dapat ditemukan motivasi yang bervariasi, sesuai dengan motivasi wisatawan.

BAB IX FAKTOR-FAKTOR PENDORONG BERKEMBANGNYA PARIWISATA MODERN A. Faktor-Faktor Sosial dan Ekonomi Pesatnya perkembangan kepariwisataan pada dasa warsa terakhir ini, menunjukkan perjalanan wisata bukan hanya milik segolongan orang saja. Sebagian besar masyarakat pada saat ini sudah mampu untuk melakukan perjalanan wisata. Hal ini karena adanya berbagai factor antara lain sebagai berikut. 1. Undang-Undang Sosial Seusai Perang Dunia I, Undang-Undang Sosial (Social Legislation) telah membatasi jumlah jam kerja. Menjamin adanya waktu istirahat mingguan dan liburan tahunan yang dibayar, bagi semua karyawan, pegawai dan buruh-buruh yang bekerja. Undang-Undang tersebut merupakan prakarsa dari ILO (International Labour Organization). Setelah mengalami berbagai hambatan akhirnya ditetapkan pada tahun 1936, kemudian diperbaharui tahun 1949 dengan menetapkan pemberian libur minimum enam hari kerja setiap tahun dengan mendapatkan upah penuh.Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 29

Konvensi ILO tahun 1954 mengubahnya menjadi dua minggu libur setiap tahun, dan konvensi tahun 1970 meningkat menjadi tiga minggu libur setiap tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, di berbagai negara yang ekonominya sudah maju bahkan menambahkan hari libur dari ketentuan di atas dengan membayar penuh gaji mereka selama libur. Dengan semakin meningkatkan waktu senggang (leisure time) tersebut, senakin banyak peluang untuk melakukan perjalanan wisata. 2. Pendapatan yang Meningkat Faktor yang mendorong perkembangan pariwisata terutama di negara-negara industry yang sudah maju ialah adanya peningkatan pendapatan masyarakatnya. Semakin meningkat pendapatan masyarakat, kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan sebagai kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi. Oleh karena itu, makin besar pendapatan seseorang, makin besar pula dana yang dapat disisihkan untuk biaya perjalanan wisata murah bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan rendah dan belum dapat melakukan perjalanan wisata. 3. Pendidikan dan Dambaan Ingin Tahu Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini, semakin memperbanyak informasi tentang keberadaan Negara lain. Hal ini semakin menumbuhkan keingintahuan terhadap Negara lain. Di samping untuk melanjutkan studi, juga untuk mengetahui keindahan alam, budaya seni, dan teknologi yang sudah maju. 4. Urbanisasi dan kebutuhan untuk Menghindari Kebisingan Kota Keberadaan kota sebagai pusat industry dan dagang, semakin menarik masyarakat yang berdomisili di daerah pinggiran atau pedesaan. Mereka berbondong-bondong ke kota untuk mencari nafkah atau mencari pekerjaan. Hal ini mengakibatkan semakin padatnya penduduk di kota-kota besar. Dampaknya, kota-kota industry dan dagang di samping semakin padat oleh penduduk, juga permasalahannya semakin kompleks. Kondisi yang ramai, bising, padat menyebabkan ketegangan syaraf bagi penduduk perkotaan. Oleh karena itu, timbul hasrat untuk menjauhkan diri sementara dari lingkungan yang ruti serta padat tersebut. Mereka lalu menghilangkan stress dengan melakukan perjalanan wisata. 5. Hasrat Untuk Meniru Faktor lain yang tidak bisa dilupakan ialah kebutuhan sosiologis seseorang untuk meniru orang lain. Hal ini menjadikan dambaan seseorang, setelah mendengarkan kesan-kesan mereka yang telah melakukan perjalanan wisata, baik saudara, teman, maupun tetangganya. Di Negara yang sudah maju serta bagi orang the have, melakukan perjalanan wisata adalah wisata prestise atau mode yang harus mereka lakukan. Sementara itu, bagi masyarakat yang termasuk dalam strata menengah, ingin pula meniru kalangan the have untuk melakukan perjalanan wisata guna mencari kesenangan dan kepuasaan di daerah tujuan wisata.

B. Faktor Administrasi Gerakan liberalisasi ketatnya pengawasan administrasi atau lalu lintas manusia, dan tuntutan pengakuan hak bagi masing-masing orang dalam mengadakan perjalanan wisata di Negara lain, dimulai dari tahun 1948. Pada bulan Desember tahun yang sama, Sidang Umum Perserikatan BangsaBangsa mengesahkan Universal Declaration of Human Right, di mana dalam pasal 13 dinyatakan adanya kebebasan bergerak yang dimaksudkan.Modul: Introduction To Tourism Fakultas Bahasa dan Budaya UNTAG Semarang, by. Yusac L. Diyono, M.Pd Page 30

Beberapa tahun kemudian, banyak negara yang menandatangani konvensi bilateral maupun multirateral untuk saling mencabut formalitas lintas batas yang ada, serta memberikan keringanan pada formalitas sementara sebagai gantinya. Gerakan liberalisasi tersebut merupakan sumbangan besar atas pertumbuhan dan perkembangan pariwisata sampai sekarang. Kemudian formalitas atas lalu lintas manusia di Indonesia, diberlakukan dengan ketentuan-ketentuan yang memberikan kemudahan bagi wisatawan mancanegara. Antara lain mengenai: bebas visa 2 bulan, memberlakukan jalur hijau dan jalur merah (akan dijelaskan pada bab khusus Peranan Pabean), pembukaan pintu gerbang utama di laut dan di darat, dan ketentuan-ketentuan yang ada pada dasarnya memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia. C. Faktor Teknis: Kemajuan Dunia Angkutan Kemajuan pesat di bidang angkutan, khususnya angkutan udara, sangat membantu perkembangan pariwisata internasional. Pesawat yang besar dan cepat, memberikan peluang kepada seseorang untuk menjelajahi seluruh pelosok bumi. Munculnya pesawat jumbo-jet dan supersonic menyebabkan alat angkutan tradisional (misalnya, Kereta Api dan Kapal Uap) harus bersaing dengan ketat dengan cara menawarkan fasilitas yang lengkap, nyaman dan murah. Di Indonesia, banyak gerbong Kereta Api Cepat yang disulap untuk konsumsi wisatawan, seperti Kereta Api Wisata, Kereta Api VIP, Kereta Eksekutif. Kapal laut menawarkan kapal penyebrangan antar pulau yang cepat dan mewah, serta tambahan fasilitas yang lebih baik. Persaingan antar perusahaan penerbangan pun semakin tajam, setiap perusahaan menawarkan jasa angkutannya dengan memberikan tambahan fasilitas-fasilitas pelayanan yang cepat, aman dan nyaman. Di samping perusahaan penerbangan milik BUMN, swasta nasional, sekarang banyak pula penerbangan asing yang membuka cabangnya. Hal ini semakin menambah ketatnya persaingan antar perusahaan penerbangan dalam memasarkan jasa layanannya. Dari hasil survey, menunjukkan jasa angkutan udara paling banyak diminati. Data dari BPP PHRI memaparkan Lebih dari 98% wisatawan mancanegara menggunakan jalur udara ke Indonesia. (BPP PHRI, 1991). D. Membaiknya Hubungan Antar Negara Salah satu faktor yang mendorong wisatawan mancanegara berkunjung ke suatu negara tujuan wisata adalah pertimbangan hubungan yang baik antara dua Negara tersebut. Di samping juga situasi politik negara tujuan wisata tersebut stabil. Sebaliknya, apabila hubungan kedua negara kurang harmonis mengakibatkan wisatawan enggan utnuk berkunjung ke negara tersebut. Sebagai contoh, ketika Indonesia sedang mempunyai masalah dengan negara Malaysia. Calon wisatawan dari Malaysia maupun Indonesia tidak tertarik untuk saling mengunjungi. Situasi keamanan di negara tujuan wisata, sangat mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung. Situasi negara yang sedang kacau, konflik dan adanya pemberontakan menyebabkan calon wisatawan mengurungkan niatnya untuk berkunjung walaupun banyak objek dan atraksi wisata yang dapat disaksikan. Demikian pula adanya negara yang termasuk dalam kategori kasus internasional. Ada perbedaan jaminan kemudahan untuk berkunjung ke negara tersebut ataupun warga negara dari negara tersebut untuk berkunjung ke negar