Modul Penentuan Dimensi Jaringan Pipa
-
Upload
muhamad-hibban -
Category
Documents
-
view
312 -
download
33
description
Transcript of Modul Penentuan Dimensi Jaringan Pipa
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
BAB VI
PENENTUAN DIMENSI JARINGAN PIPA DAN
BANGUNAN PELENGKAP
VI.1. Perhitungan Dimensi dan Perletakkan Jaringan Perpipaan
VI.3.1. Dasar dan Kriteria Perencanaan
Hal-hal yang menjadi acuan dalam penentuan dimensi saluran terdapat
pada kriteria perencanaan yang telah ditetapkan yaitu :
1. Bentuk saluran adalah bulat lingkaran.
2. Bahan saluran yang digunakan adalah pipa PVC dan HDPE.
3. Koefisien Manning untuk PVC adalah 0,013, sedangkan untuk HDPE adalah
0,009.
4. Kedalaman galian berkisar antara 0,88 – 7 m.
5. Kecepatan maksimum saat debit puncak 3 m/detik.
6. Kecepatan minimum saat debit puncak 0,6 m/detik.
7. Kedalaman aliran dalam pipa tidak melebihi 80 % dari diameter pipa.
8. Kecepatan minimum saat debit minimum 0,3 m/detik.
9. Diameter pipa minimum 50 mm untuk mencegah penyumbatan.
10. Kemiringan saluran sedapatnya membatasi terbentuknya H2S dan endapan.
11. Standar pemakaian air rata-rata 160 lliter/orang/hari atau 0,00185
l/orang/dtk (sesuai kondisi daerah)
12. Tentukan faktor presentase air domestik yang terbuang (0,6-0,9)
13. Tentukan kepadatan penduduk dari data BPS atau perhitungan sendiri dari
jumlah penduduk kawasan di bagi luas kota yang berpenghuni
VI.2. Perhitungan Dimensi Pipa
VI-1
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
Sistem penyaluran air buangan Kecamatan menggunakan pipa jenis PVC
dan HDPE. Pipa jenis PVC yang digunakan berdiameter 250 mm sampai dengan
300 mm. Sedangkan untuk pipa dengan diameter 350 mm sampai dengan 1100
mm digunakan pipa jenis HDPE. Diameter pipa yang digunakan dalam Sistem
Penyaluran Air Buangan (SPAB) dapat dilihat pada Tabel Dimensi dan
Perletakkan dalam Lampiran D.
Keterangan pengisian kolom tabel adalah sebagai berikut :
PERHITUNGAN BLOK PELAYANAN
1. Menentukan segmen pipa
2. Menentukan sub-segmen pipa
3. Menentukan titik awal dan titik akhir pipa
4. Menentukan blok yang dilayani
5. Menghitung blok kumulatif yang dilayani oleh jalur tersebut
6. Menghitung panjang pipa yang digunakan oleh jalur tersebut (L).
7. Menghitung panjang pipa dari awal sampai akhir saluran (Lkum).
8. Menentukan luas blok yang pelayanan
9. Menghitung jumlah penduduk kumulatif yang dilayani (P)
PERHITUNGAN DEBIT
10. Menghitung Debit Rata-rata (liter / detik)
Qrata-rata = Kebut Domestik x faktor standar buangan x jumlah penduduk
11. Menghitung Menghitung faktor puncak timbulan air buangan (fp)
Persamaan Babbit (1952)
Persamaan Fair & Geyer (1954)
Gainess (1989)
Persamaan Crites and Tchobanoglous 1998, 205
VI-2
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
Persamaan/ grafik McGhee 1991
12. Menghitung debit puncak (Qpk) (liter / detik)
Qpk = fp x Qrat-rata (m3 / detik)
13. Menghitung faktor debit min
Persamaan Babbit Qmin = 0.2 P 1.2. qr
Persamaan Crites and Tchobanoglous 1998, 205
Persamaan/ grafik McGhee 1991
14. Menghitung debit Minimum (Qmin)
Qpk = fmin x Qrat-rata (m3 / detik)
PENANAMAN, UKURAN DAN KEMIRINGAN PIPA
15. Menentukan Elevasi muka tanah di awal saluran (Ht awal)
16. Menentukan Elevasi muka tanah di akhir saluran (Ht akhir)
17. Menentukan tinggi pipa awal (Hp awal)
18. Menentukan tinggi pipa akhir (Hp akhir)
19. Menghitung slope tanah.
St =
20. Menghitung slope pipa
Bila St > tabel, slope pipa = St
Bila St < tabel, slope pipa diasumsikan seperti tabel
Pada jalur ini St > 0, maka St = Sp = 0,0032
VI-3
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
21. Menentukan Koefisien kekasaran Manning ’n’ pipa sesuai dengan jenis
pipa PVC, beton, PE , dll
22. Menghitung diameter teoritis dalam satuan meter
Dteo =
23. Menghitung diameter teoretis dalam satuan (mm)
24. Diameter pipa di pasaran dalam satuan mili meter
25. Diameter pipa di pasaran dalam satuan (m)
PERHITUNGAN KONTROL KECEPATAN
26. Menghitung kecepatan aliran saat penuh
Vfull =
27. Menghitung debit saat saluran pipa terisi penuh dengan air buangan (Qfull)
Qfull = A x Vfull
=
28. Perbandingan antara debit desain dan debit saat aliran penuh (Qpk/Qf)
VI-4
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
29. Mencari nilai d/D dari data Qd/Qf dengan menggunakan nomogram
Manning
30. Mencari nilai Vp/Vf dari data d/D dengan menggunakan nomogram
Manning
31. Menghitung kecepatan aliran saat debit puncak (Vp) m/detik
Vp =
Ketentuan yang harus terpenuhi adalah 0,6 m/detik < Vp < 3 m/detik.
Jika nilai Vp belum sesuai maka slope harus diperbesar.
VI.3. Perletakan Pipa
Dasar perencanaan peletakan pipa memperhitungkan terjadinya defleksi
pada pipa yang terbebani dan memperkirakan besarnya beban yang dipindahkan
ke sekelilingnya. Kondisi material penimbun dan kekuatan pipa merupakan
parameter yang penting. Dalam laporan Bandung Urban Development Project
pada tahun 1983, disebutkan ada enam tipe material penimbun yaitu :
1. Tipe BA, Limited Granular Bed, faktor beban f = 1,5
2. Tipe BB, Granular Bed, f = 1,9
3. Tipe BO, Granular Bed and Surround, f = 2,2
4. Tipe ABD, Beton dengan faktor beban f = 2,6
5. Tipe ABR, Beton dengan penguatan 0,4 %, f = 3,4
6. Tipe ABR +, Beton dengan penguatan 1 %, f = 4,8
Untuk SPAB , peletakan pipa adalah peletakan fleksibel untuk PVC dan
semi rigid untuk HDPE. Penempatan pipa PVC dan HDPE dilakukan dengan
VI-5
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
peletakan BO untuk mendukung fleksibilitas terutama menghadapi geseran tanah
yang mungkin terjadi.
Ketentuan peletakan pipa dalam SPAB berisi keterangan tentang
kedalaman letak pipa dalam tanah serta penggalian yang harus dilakukan. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada lampiran D.
Keterangan pengisian kolom tabel adalah sebagai berikut :
32. Kedalaman galian hingga bagian puncak pipa awal (B1) (m).
B1 = Elevasi muka tanah awal – Elevasi puncak pipa awal
B1 = Htawal – Hp awal
33. Kedalaman galian hingga bagian puncak pipa akhir (B2) (m).
B2 = Elevasi muka tanah akhir – Elevasi puncak pipa akhir
B2 = Htakhir – Hp akhir
34. kedalaman gali awal (G1) (m).
G1 = B1 + diameter luar pipa (diameter dalam pipa + ketebalan pipa)
35. Kedalaman gali akhir (G2) (m).
G2 = B2 + diameter luar pipa (diameter dalam pipa + ketebalan pipa)
36. Perbedaan ketinggian antara galian awal dan galian akhir (dG) (m).
dG = G1 – G2
Jika dG > 0, maka St > Sp, artinya slope tanah lebih besar dari slope saluran
sehingga dibutuhkan drop manhole apabila nilai dG > 0,6 m.
Jika dG < 0, maka St < Sp, artinya slope tanah lebih kecil dari slope saluran
dan jika nilai dG mencapai – 7 m akan dibutuhkan pemompaan.
Jika dG = 0, maka St = Sp, artinya slope tanah sama dengan slope saluran,
kondisi inilah yang diinginkan.
37. Lebar galian (CG) (m).
LG =
38. Volume galian (VG) (m3).
VI-6
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
VG =
39. Menentukan bangunan pelengkap yang dibutuhkan.
Contoh perhitungan : Titik 1 menuju 2
40. Kedalaman galian hingga bagian puncak pipa awal (B1) (m).
B1 = Elevasi muka tanah awal – Elevasi puncak pipa awal
= kolom 8 – kolom 25 = 21 meter – 20,12 meter = 0,88 meter
41. Kedalaman galian hingga bagian puncak pipa akhir (B2) (m).
B2 = Elevasi muka tanah akhir – Elevasi puncak pipa akhir
= kolom 9 – kolom 26 = 20 meter – 19,12 meter = 0,88 meter
42. Kedalaman galian di hulu (G1) (m).
G1 = B1 + diameter luar pipa
G1 = 0,88 + (0,35 + 0,006) = 1,2 m
43. Kedalaman galian di hilir (G2) (m).
G2 = B2 + diameter luar pipa
G2 = 0,88 + (0,35 + 0,006) = 1,2 m
44. Perbedaan ketinggian antara galian awal dan galian akhir (dG) (m).
dG = G1 – G2
dG = kolom 44 – kolom 45 = 1,2 meter – 1,2 meter = 0 m
Jika dG > 0, maka St > Sp, artinya slope tanah lebih besar dari slope
saluran sehingga dibutuhkan drop manhole apabila nilai dG > 0,6 m.
Jika dG < 0, maka St < Sp, artinya slope tanah lebih kecil dari slope
saluran dan jika nilai dG mencapai – 7 m akan dibutuhkan pemompaan.
Jika dG = 0, maka St = Sp, artinya slope tanah sama dengan slope
saluran, kondisi inilah yang diinginkan.
VI-7
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
45. Lebar galian (LG) (m).
LG = (meter)
= = 0,8 m
46. Volume galian (VG) (m3).
VG = =
VG = = 315,5 m3
47. Menentukan Bangunan Pelengkap.
VI.4. Bangunan Pelengkap
VI.61. Manhole
Ada lima jenis manhole yang digunakan untuk suatu jalur perpipaan air
buangan, yaitu :
1. Tipe A
Untuk saluran persil dan sekunder
Kedalaman bagian atas diameter terdalam (soffit) dari muka tanah = 0,45 –
1,5 m
Dinding persegi empat dari beton.
Tebal dinding 15 cm
Lebar bangunan 1,1 m
Tutup berukuran 0,9 x 0,5 m dari beton cetak, tetapi jika manhole terletak
di jalan maka yang digunakan terbuat dari besi tuang.
2. Tipe B
Untuk saluran berdiameter sampai dengan 1200 mm
Kedalaman soffit = 0,8 – 2,7 m
Dinding bulat dari beton dengan tebal dinding 20 cm, diameter manhole
tergantung dari ukuran dan jumlah pipa yang masuk.
VI-8
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
Untuk saluran persil dan sekunder, tutup berukuran 0,9 x 0,5 m dari beton
cetak
Untuk saluran induk,tutup terbuat dari besi tuang.
3. Tipe C
Untuk saluran berdiameter sampai dengan 1200 mm
Kedalaman soffit = 2,7 – 5 m.
Dinding bulat dari beton dengan tebal dinding 20 cm, diameter manhole
tergantung dari ukuran dan jumlah pipa masuk.
Dinding setinggi 1,8 m dari soffit ke intermediate slab untuk memudahkan
pemeliharaan.
Dinding di atas intermediate slab dikurangi ukurannya menjadi diameter
900 mm untuk menghemat biaya.
Tutup berukuran 0,6 x 0,6 dari besi tuang , kecuali untuk saluran persil dan
sekunder digunakan tutup terbuat dari beton cetak.
4. Tipe D
Untuk saluran berdiameter sampai dengan 1200 mm
Kedalaman soffit lebih besar dari 5 m.
Dinding bulat dari beton dengan tebal 20 cm, diameter manhole
tergantung dari ukuran dan jumlah pipa masuk.
Dinding bagian bawah setinggi 1,8 m untuk memudahkan pemeliharaan.
Dinding sebelah atas di bagian bawah penutup papan, setinggi 1,8 m.
Dinding bagian atas papan dikurangi diameternya menjadi 0,9 m untuk
menghemat biaya.
Tutup berukuran 0,6 x 0,6 m dari besi tuang.
5. Tipe E & F
Untuk saluran dengan diameter > 1200 mm
Tipe E untuk kedalaman soffit lebih kecil atau sama dengan 5 m dan F
untuk kedalaman soffit lebih besar dari 5 m.
Dinding bulat berdiameter 2500 mm dengan tebal dinding 30 cm.
Pada Tabel 6.1 dapat dilihat diameter manhole berdasarkan diameter saluran.
VI-9
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
Tabel 6.1 Diameter ManholeDiameter
Pipa
(mm)
Jumlah Pipa Masuk
1 2 3
Diameter Manhole
(mm)
400
600
900
1200
1200
1200
1200
2100
1200
1500
1800
tertentu
1500
1500
2100
tertentu
Sumber : Laporan BUDP, 1983
Manhole yang digunakan pada SPAB Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6.4
berikut :
Tabel 6.2. Manhole yang digunakan dalam SPAB Kecamatan
No.Manhole Diameter Diameter
TipeNo Segmen Pipa (mm) (mm)
1 1 d 500 1500 B2 1 e 550 1500 B3 1 g 550 1500 B4 1 g-b 500 1200 B5 1 j 450 1200 B6 1 l 400 1200 B7 1 n 500 1500 B8 1 r 350 1200 B9 1 s 850 1800 C10 1 x 400 1200 B11 4 a' 450 1200 A12 1 b' 750 1500 B13 1 c' 600 1200 B14 1 i' 450 1500 B15 1 j' 1000 2100 B16 1 m' 550 1500 B17 5 n' 550 1500 B18 1 p' 650 1500 B19 3 700 1500 B20 1 q' 950 1800 C21 1 u' 800 1800 B
VI-10
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
VI.62. Drop ManholeDrop manhole yang biasa digunakan dalam SPAB ada dua jenis, yaitu tipe
drop 90 dan tipe 45. Dalam SPAB drop manhole digunakan untuk titik-titik
manhole yang memiliki perbedaan ketinggian antara galian awal pipa dan galian
akhir pipa (dG) lebih dari 0,6 m. Pada Tabel 6.3 dapat dilihat diameter dan tipe
drop manhole.
Tabel 6.3 Diameter Drop Manhole
Diameter Pipa Drop
(mm)
Manhole Tipe 45
Drop (mm)
Manhole Tipe 90
Drop (mm)
100,150,200 600,1000 > 1000
300,400,500,600 < 2300 > 2300
> 700 Khusus Khusus
Sumber : BUDP, 1983
Hasil perhitungan drop manhole yang dibutuhkan pada masing-masing
jalur dapat dilihat pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4 Drop Manhole SPAB Kecamatan
Jalur Diameter Drop Tipe drop
Dari Ke Pipa (mm) (mm) manhole
15 16-1 500 850 4533 31-2 350 2,600 9056 59-1 400 720 4579 78-2 350 4,300 9080 81 550 1,400 4535 IPAL 950 3,000 90
VI.63. Clean Out
Cleanout direncanakan dipasang pada setiap node, kecuali node-node
yang telah menggunakan manhole. Cleanout ini digunakan untuk memasukkan
alat pembersih pada ujung alat pipa pembersih pada pipa servis atau lateral dan
sebagai tempat pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan. Dalam
VI-11
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
perencanaan ini sistem yang digunakan adalah small bore sewer maka tidak perlu
digunakan air penggelontor, karena sistem ini tidak membawa padatan yang
memerlukan air penggelontor untuk mencegah pemampatan saluran.
Perletakan terminal clean out ini adalah sebagai berikut :
Pada awal atau ujung saluran air buangan.
Setiap jarak 150 - 200 m pada pipa lurus.
Bila ada perubahan arah saluran.
Pertemuan saluran (perempatan, pertigaan).
Bangunan pelengkap ini merupakan pipa dengan ukuran tertentu sesuai
dengan diameter saluran yang disambung secara vertikal menggunakan
connection Y dan bend.
Operasi saluran Small Bore akan cukup memuaskan walaupun tanpa
ventilasi, dengan syarat gradien saluran tetap negatif. Tetapi pada titik dimana
alirannya merupakan aliran bertekanan, udara dapat terakumulasi pada jumlah
yang banyak, sehingga cleanout yang ada disana harus diberi ventilasi untuk
mengeluarkan gas-gas tersebut.
VI.64. Siphon
Saluran yang mengalami penurunan di bawah gradien hidrolik agar dapat
melewati sebuah halangan, seperti jalur kereta api, subway, jalan raya, saluran,
atau sungai, biasanya disebut dengan inverted siphon. Biasa disebut juga dengan
depressed sewer.Dalam desain ini, perlintasan yang dilewati adalah perlintasan
KA dan perlintasan dengan sungai, sehingga dibutuhkan bangunan siphon untuk
dapat melewatkan pipa agar dapat terus mengalir hingga ke BPAB. Untuk desain
ini, perlintasan KA dan perlintasan sungai yang dilewati sebanyak 8 buah.
Dalam menentukan ukuran pipa untuk depressed sewer, yang
diperhitungkan adalah debit maksimum air buangan dan gradien hidrolik. Karena
sebuah depressed sewer berperan sebagai sebuah perangkap, kecepatan aliran di
dalam pipa harus lebih besar dari 0,9 m/s atau lebih untuk air buangan domestik.
Untuk menghitung dimensi siphon, pertama-tama kita harus memiliki data
debit minimum (Qmin) serta data debit rata-rata (Qr). Lalu kita menghitung
VI-12
BAB VI - Penentuan Dimensi Jaringan Pipa dan Bangunan Pelengkap
besarnya kecepatan serta debit pada saat aliran penuh untuk debit pipa yang
masuk ke siphon, dapat dihitung dengan rumus :
1) , dimana R = Dpipa / 4
2) Qfull = A x V
Kemudian kita menentukan besar diameter pipa untuk masing-masing kapasitas
pipa:
a. Diameter pipa untuk kapasitas debit minimum (D1)
b. Diameter pipa untuk kapasitas debit rata-rata di atas debit minimum (D2)
c. Dimeter pipa untuk kapasitas debit puncak (D3), pipa harus mampu
menampung Qfull – Qmin - Qr koreksi
Rumus perhitungan debit :
Dimana :
Q = debit yang melewati pipa, m3/s
d = diameter pipa, m
n = koefisien kekasaran Manning
S = slope siphon, m/m
Untuk penentuan diameter ini, slope yang digunakan adalah besar slope yang
tersedia untuk pembuatan siphon. Untuk setiap diameter, kita melakukan cek
kecepatan untuk mengetahui besar V > 0,9 m/s (Shun Dar Lin, 2001). Jika tidak
memenuhi, diameter diperbesar hingga kecepatan aliran memenuhi kriteria. Hasil
perhitungan dimensi siphon dapat dilihat pada Lampiran D.
VI.65. PemompaanPemompaan hanya diperlukan jika perbedaan elevasi tidak memungkinkan
untuk melakukan pengaliran secara gravitasi karena galian tanah yang dibutuhkan
VI-13