MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul...

118

Transcript of MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul...

Page 1: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana
Page 2: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

2

MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDAS

Disusun Oleh:

1. Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si

2. Moch Edward Trias Pahlevi, S.IP

3. Azka Abdi Amrurobbi, S.IP

4. Eky Prasetya Aryudhi, S.IP

5. Preti Epira, S.IP

6. Fairuz Arta Abhipraya

7. Muhammad Iqbal Khatami

8. Nanang Pranata, S.IP

KOMUNITAS INDEPENDEN SADAR PEMILU

(KISP)

Page 3: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

3

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENYUSUN MODUL ......................................................................... 5

BAB I DEMOKRASI .................................................................................................... 6

Pengertian Demokrasi .................................................................................................. 9

Sejarah Demokrasi ....................................................................................................... 11

Demokrasi Sebagai Norma Hidup Bersama ................................................................ 14

Macam-Macam Demokrasi .......................................................................................... 15

Nilai Demokrasi ........................................................................................................... 17

Perilaku Budaya Demokrasi ........................................................................................ 18

Tinjauan Hukum Kehidupan Terhadap Kebebasan Warga Negara dan Demokrasi ..... 21

BAB II PEMILIHAN UMUM ....................................................................................... 24

Pengertian Pemilu ........................................................................................................ 28

Manfaat Pemilu ............................................................................................................ 28

Sistem Pemilu .............................................................................................................. 29

Prinsip Pemilu Bebas Adil ........................................................................................... 31

Sejarah Pemilu ............................................................................................................. 37

BAB III POLITIK UANG DAN PATRONASE ........................................................... 56

Politik Uang ................................................................................................................. 59

Patronase ...................................................................................................................... 62

Perbedaan Politik uang dan Dana Politik ..................................................................... 65

BAB IV CIVIL SOCIETY DALAM DEMOKRASI .................................................... 66

Posisi Civil Society (Masyarakat) ................................................................................ 71

Partisipasi Masyarakat ................................................................................................. 73

Civil Society dalam Pemilu ......................................................................................... 80

Hubungan Civil Society dan Partai Politik .................................................................. 82

Model Relasi Partai Politik dan Civil Society ............................................................. 84

Membangun Relasi yang Konstruktif .......................................................................... 86

Page 4: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

4

BAB V PERAN BAWASLU DAN KPU TERHADAP POLITIK UANG .................. 89

Peran KPU dalam Menangani Politik Uang ................................................................ 91

Peran Bawaslu dalam Menangani Politik Uang ........................................................... 95

BAB VI PENDIDIKAN PEMILIH ............................................................................... 103

Pengertian Pendidikan Pemilih .................................................................................... 108

Tujuan Pendidikan Pemilih .......................................................................................... 109

Prinsip-Prinsip Pendidikan Pemilih ............................................................................. 110

Kelompok Sasaran ....................................................................................................... 112

Strategi Pendidikan Pemilih ......................................................................................... 113

Materi-Materi ............................................................................................................... 114

Page 5: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

5

PENGANTAR PENYUSUN MODUL

Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan

memahami bagaimana proses Pemilu dilaksanakan serta bagaimana sejarah kepemiluan di

indonesia dari awal dilaksanakanya pemilu tahun 1955 hingga pemilu yang akan mendatang

pada tahun 2019. Modul ini berisi bahan informasi bagi pemilih (Voters Information) yang

sangat penting diketahui oleh masyarakat, seperti mengapa Pemilu dilaksanakan, manfaat

Pemilu, sasaran yang ingin dicapai serta hal hal apa saja yang menjadi penyakit dalam pemilu

ini.

Sebagai buku panduan, modul ini dapat digunakan oleh para pemilih pemula, fasilitator

pelatihan, serta anggota masyarakat pada umumnya. Modul ini merupakan satu kesatuan yang

diharapkan dapat menjadi bahan informasi kepada pemilih dalam rangka peningkatan

partisipasi pemilih dalam Pemilu, yang juga dapat dipergunakan untuk fasilitator pemula dan

masyarakat pada umumnya.

Modul ini disusun untuk keperluan masyarakat luas khususnya yang perlu diperhatikan

adalah pemilih pemula pada golongan Generasi Milenial, mengapa Generasi Milenial? Karena

sebanyak kurang lebih 40% masyarakat indonesia yang sudah memiliki hak pilih adalah dari

kalangan Generasi Milenial yang artinya hampir setengah dari masyarakat indonesia adalah

dari kalangan Generasi Milenial, maka suara mereka akan benar benar berpengaruh di ajang

pertarungan electoral ini.

Mereka perlu mendapatkan perhatian khusus melalui pemberian informasi yang akurat

dan pengetahuan yang memadai. Modul ini disusun dengan sederhana agar mudah dipahami

dan dibaca baik oleh pemilih pemula khususnya Generasi Milenial maupun anggota

masyarakat luas. Tema-tema yang terangkum dalam materi modul ini diharapkan dapat

meningkatkan partisipasi masyarakat pemilih dalam Pemilu, sehingga aspirasi masyarakat

dapat menjadi sarana untuk memilih pemimpin secara demokratis untuk terwujudnya sebuah

pemerintahan yang berdasarkan prinsip-prinsip good governance.

Yogyakarta, 19 Desember 2018

Tim Penyusun

Page 6: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

6

BAB I

DEMOKRASI

(120 Menit)

Pengantar :

Demokrasi merupakan salah satu sistem pemerintahan di dunia dimana semua warga negara

memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.

Kata kunci:

Demokrasi

Tujuan :

Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai pengertian dan pentingnya demokrasi.

Tujuan Khusus :

Pada akhir sesi peserta diharapkan:

Memahami pengertian demokrasi.

Memahami sejarah demokrasi, demokrasi sebagai norma hidup bersama, macam-

macam demokrasi, nilai demokrasi, perilaku budaya demokrasi, tinjauan hukum

kehidupan terhadap kebebasan warga negara dan demokrasi di Indonesia

Dapat menerapkan prinsip-prinsip demokrasi.

Pokok Bahasan : Demokrasi

Page 7: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

7

Metode Pembelajaran :

1. Fasilitator menanyakan kepada peserta pengertian dan pentingnya demokrasi yang mereka

pahami.

2. Fasilitator mencatatnya pada kertas flipchart/plano. Jawaban yang sama atau memiliki ide

yang sama dikelompokkan dalam satu bagian.

3. Bila tidak ada lagi jawaban baru atau ide baru fasilitator menutup dengan mengajak peserta

melihat kembali daftar jawaban.

Catatan :

Fasilitator diharapkan menggali pemahaman peserta terhadap pengertian demokrasi.

Jawaban yang dimunculkan peserta akan dibandingkan dengan pengertian menurut

beberapa ahli.

Alokasi waktu 5 menit

1. Fasilitator menayangkan power point presentation yang berisi tentang poin-poin penting

demokrasi.

2. Pada setiap penjelasan demokrasi merujuk pada pernyataan dari peserta yang sesuai yang

sudah dicatat di kertas plano.

3. Peserta mengidentifikasi jika ada penjelasan demokrasi yang belum dimunculkan dalam

diskusi awal lalu menambahkannya menjadi poin tambahan dalam kertas plano, sebagai

hasil belajar bersama.

4. Fasilitator bertanya ke peserta: berdasarkan pengalaman apa yang dimaksud dengan

demokrasi

5. Alokasi Waktu Maksimal 20 Menit

Catatan :

Sebagai bahan bacaan tambahan, fasilitator membagikan kepada peserta fotokopi

materi terkait dengan demokrasi.

Page 8: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

8

1. Fasilitator membagi peserta ke dalam 4 kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan

hitungan angka 1, 2, 3 dan 4 . Secara bergiliran peserta menyebut angka tersebut. Peserta

dengan angka yang sama berkelompok menjadi satu.

2. Fasilitator membagikan materi tentang demokrasi.

3. Masing-masing kelompok membahas materi sebagai berikut : Kelompok 1: membahas

pengertian demokrasi dan sejarah demokrasi, kelompok 2: demokrasi sebagai norma hidup

bersama dan macam-macam demokrasi; Kelompok 3 : Nilai demokrasi dan prilaku budaya

demokrasi; Kelompok 4 : tinjauan hukum kehidupan terhadap kebebasan warga negara dan

demokrasi di indonesia.

4. Tugas dalam diskusi kelompok adalah:

Mengidentifikasi dan membahas setiap tema yang telah dibagikan.

5. Peserta diberikan waktu berdiskusi selama 15 menit. Kemudian, setiap kelompok

presentasi selama 5 menit.

6. Menutup sesi ini, fasilitator perlu menarik kesimpulan terkait dengan demokrasi.

7. Alokasi waktu maksimal 40 menit.

Materi dan Alat Pembelajaran yang dibutuhkan:

1. Spidol warna-warni.

2. Kertas plano (20 lembar)

3. Fotokopi materi tentang demokrasi

4. Power Point Presentation tentang demokrasi

Page 9: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

9

MATERI BAB 1.

DEMOKRASI

A. Pengertian Demokrasi

Istilah demokrasi sering digunakan dalam sistem pemerintahan. Negara yang menganut

sistem demokrasi merupakan negara yang meletakan kekuasaan tertinggi di tangan rakyatnya.

Rakyat dilibatkan dalam menentukan setiap kebijakan dalam pemerintahan. Dalam arti

harfiahnya, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang artinya rakyat, dan kratia

yang artinya kekuasaan. (Ghofur, 2002)

Menurut Sidney Hook, Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-

keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada

kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. (Ghofur, 2002)

Terdapat pengertian mengenai demokrasi yang dianggap paling populer, yaitu

pengertian demokrasi menurut Abraham Lincoln (Ghofur, 2002) yang menyatakan bahwa

demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government of the

people, by the people, and for the people). Oleh sebab itu, Demokrasi juga sering dikatakan

sebagai “rule by the people” yang berarti sistem pemerintahan atau kekuasaan oleh rakyat, baik

demokrasi yang bersifat langsung (direct democracy) atau demokrasi dengan sistem

keterwakilan (representative democracy).

Pengertian pemerintahan dari rakyat, suatu pemerintahan yang sah adalah pemerintahan

yang mendapatkan pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui demokrasi, yaitu

melalui pemilihan umum. Pengertian pemerintahan oleh rakyat yaitu pemerintahan

menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan berdasarkan pribadi. Roda pemerintahan

berada pada pengawasan rakyat baik secara langsung maupun perwakilan. Pengertian

pemerintahan untuk rakyat adalah kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah

harus dijalankan seluas-luasnya untuk kepentingan rakyat.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Demokrasi adalah suatu sistem

pemerintahan yang menjamin hak untuk membuat keputusan politik diselenggarakan oleh

rakyat melalui wakil yang terpilih dan bertanggungjawab kepada rakyat melalui sebuah

mekanisme yaitu Pemilihan Umum.

Page 10: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

10

Rumusan Demokrasi sebagaiamana disebutkan sebelumnya, kemudian oleh sejumlah

ilmuwan politik dirumuskan parameter atau indikator-indikator terlaksananya Demokrasi oleh

sebuah negara, jika memenuhi unsur-unsur atarara lain sebagai berikut (Wardani, 2007)

1. Akuntabilitas

Dalam sebuah pemerintahan demokrasi, setiap pemegang jabatan yang

dipimpin oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang

hendak dan telah ditempuhnya. Selain itu ia juga harus dapat mempertanggung

jawabkan ucapan atau kata-katanya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah

perilaku dalam kehidupan yang pernah, sedang dan akan dijalaninya.

Pertanggungjawaban tersebut tidak hanya menyangkut dirinya sendiri tetapi juga

menyangkut keluarganya dalam arti luas. Yaitu perilaku anak dan istrinya, juga

sanak keluarganya, terutama yang berkaitan dengan jabatannya. Dalam konteks ini

si pemegang jabatan harus bersedia menghadapi apa yang disebut “Public Scrutiny”,

terutama yang dialkukan oleh media masa yang ada.

2. Rotasi Kekuasaan

Dalam Demokrasi, peluang akan terjadi rotasi kekuasaan harus ada dan

dilakukan secara teratur dan damai. Jadi tidak hanya satu orang yang selalu

memegang jabatan, sementara peluang orang lain tertutup sama sekali. Biasanya

partai-partai politik yang menang pada suatu pemilihan umum akan diberikan

kesempatan untuk membentuk eksekutif yang akan mengendalikan pemerintahan

sampai pada pemilihan berikutnya. Dalam suatu negara yang tingkat Demokrasinya

masih rendah, rotasi kekuasaan biasanya rendah pula. Bahkan peluang untuk

terjadinya rotasi tersebut cenderung terbatas. Kalaupun ada hal itu hanya akan

dilakukan dalam lingkungan yang terbatas dikalangan elit politik saja.

3. Rekruitmen Politik yang terbuka

Untuk memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan, diperlukan suatu system

rekruitmen politik yang terbuka. Artinya, setiap orang yang memenuhi syarat untuk

mengisi suatu jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang

sama dalam melakukan kompetensi untuk mengisi jabatan tersebut. Dalam negara

yang tidak Demokratis rekruitmen politik biasanya dilakukan secara tertutup.

Artintya, peluang untuk mengisi jabatan politik hanya dimiliki oleh beberapa gelintir

orang saja.

Page 11: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

11

4. Pemilihan Umum

Dalam suatu negara Demokrasi pemilihan umum biasanya dilaksanakan secara

teratur dan berkesinambungan. Setiap warga negara yang sudah dewasa mempunyai

hak untuk memilih dan dipilih serta mempunyai kebebasan untuk menggunakan

haknya tersebut sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Dalam hal ini mereka

mempunyai kebebasan untuk menentukan partai dan atau calon mana yang akan

didukungnya tanpa ada rasa takut atau paksaan dari orang lain. Para pemilih juga

bebas mengikuti segala macam aktivitas pemilihan umum, seperti kegiatan

kampanye dan menyaksikan penghitungan suara.

5. Menikmati Hak-hak Dasar

Dalam suatu negara Demokrasi setiap individu mendapatkan jaminan terhadap

hak-hak dasar. Hak-hak tersebut antara lain adalah hak untuk menyatakan pendapat,

hak untuk berserikatdan berkumpul, dan hak 19 untuk menikmati persyang bebas.

Dalam hal ini contoh implementasinya adalah, hak untuk menyampaikan

pendapatnya, juga yang menyangkut suatu permasalahan suatu permasalahan yang

menyangkut dirinya dan masyarakat sekitarnya. Sedangkan hak berkumpul dan

berserikat ditandai dengan kebebasan untuk menentukan lembaga atau oraganisasi

mana yang ingin dibentuk atau dipilih.

B. Sejarah Demokrasi

Pada tahun 508 SM Chleisthenes mengadakan beberapa pembaruan dalam sistem

pemerintahan di Athena. Bentuk pemerintahan baru tersebut kemudian dinamakan demokratia

yang berarti pemerintahan oleh rakyat Asal-usul demokrasi sebagai sesuatu sistem politik dapat

ditelusuri sampai pada sekitar lima abad sebelum masehi, ketiaka orang-orang Yunani yang

membentuk polis (negara-kota) mencoba menjawab pertanyaan bagaimana suatu sistem politik

dapat diorganisasikan agar dapat memenuhi kepentingan dan kesejahteraan bersama

masyarakat. Demokrasi Yunani kuno di Athena merupakan demokrasi langsung yang

dipraktekan dalam satu negara-kota kecil. Para warga negara-kota walaupun tidak seluruhnya,

membuat keputusan-keputusan politik secara langsung. Menurut Amien Rais, demokrasi yang

dipraktekan di Athena tersebut dapat dianggap sebagai suatu working model demokrasi murni.

Namun Amien menambahkan bahwa model demokrasi yang diterapkan di Athena

mengandung berbagai kelemahan-kelemahan. (Rais, 1986)

Page 12: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

12

Selain Chleisthenes yang dikenal sebagai bapak demokrasi Athena, tokoh-tokoh

demokrasi Yunani Kuno lain yaitu Solon (638-558 SM) tokoh pembuat Hukum, Pericles (440-

429 SM) Jenderal negarawan, dan Demosthenes (385-322 SM) negarawan-orator. Masing-

masing dengan kemampuannya membela demokrasi sebagai suatu sustem yang terbaik.

Sedangkan pada masa itu, kritik-kritik keras terhadap demokrasi dilontarkan oleh tokoh-tokoh

pemikir seperti Plato dan Aristoteles.

Plato dan Aristoteles menganggap bahwa sistem demokrasi merupakan sistem

pemerintahan yang buruk dan tidak praktis. Plato sendiri menginginkan suatu aristokrasi yang

dipimpin oleh raja-filosof yakni penguasanya arif dan mempertahankan nasib rakyat. Serta

mempercayai bahwa pemerintahan berdasarkan pilihan rakyat (demokrasi) dapat dipengaruhi

oleh para damagog (perusak) yang akhirnya menjadi kediktatoran. Sedangkan Aristoteles

menerimanya dengan format negara politea, yakni demokrasi dengan Undang-Undang Dasar

atau demokrasi yang bersifat moderat. (Zada & Muzayyad, 1999)

Dua puluh tiga abad setelah eksperimen demokrasi di Athena, dunia merasakan

perubahan sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan yang mendominasi adalah monarchi,

kesultanan, dan negara-negara teokratik. Sementara demokrasi dapat dikatakan sudah

tenggelam dalam sejarah atau dianggap sudah banyak yang tidak menggunakan sistem

demokrasi.

Pada pertengahan (600-1400 M) gagasan demokrasi Yunani dapat dikatakan hilang dari

dunia barat saat bangsa Romawi yang sedikit banyak masih mengenal kebudayaan Yunani,

dikalahkan oleh suku bangsa Eropa Barat. Dimana masyarakat abad pertengahan dirikan oleh

struktur sosial yang feodal, yang kehidupan sosial spiritualnya dikuasai oleh Paus dan pejabat-

pejabat agama. Serta kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan antara para

bangsawan satu dengan lainnya. Akan tetapi dilihat dari sudut perkembangan demokrasi abad

pertengahan menghasilkan sebuah dokumen penting yaitu Magna Charta (Piagam Agung) pada

tahun 1215 M.

Pada akhir abad ke 15 dan abad ke 16, sebagai awal dari zaman Renaissance, di Eropa

muncul teori yang mulai memperatanyakan segi-segi manusia dalam hubungannya antara

penguasa dan rakyat, serta kedudukan agama dalam masalah-masalah publik. Tokoh-tokoh

pemikir seperti Nicollo Machiavelli (1469-1527) dari Italy dengan ide sekularismenya, Jean

Bodin dari Perancis dan Thomas Hobbes (1588-1679) dari Inggris dengan ide negara

kontraknya, mulai menguak dimensi-dimensi moralitas sekuler dan hakekat hukum politik.

Page 13: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

13

Dan barulah pada zaman pencerahan (enlightment) di abad ke 17 dan ke 18 yang dikenal

sebagai zaman “Aufklarung” (1650-1800) pemikiran-pemikiran demokratik mulai

bermunculan lagi. John Locke (1632) dengan idenya tentang konstitusi negara dan liberalisme,

serta pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan lembaga federal. Ide ini selanjutnya

disempurnakan oleh Baron de Montequieu (1689-1755) dengan idenya tentang pemisahan

kekuasaan menjadi lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ditambah dengan ide-ide

tentang kedulatan rakyat dan kontrol sosial yang diperkenalkan oleh Jean Jacques Rousseau

(1712-1778).

Pada akhir abad ke-19 gagasan mengenai demokrasi mendapat wujud yang konkret

sebagai program dan sistem politik. Demokrasi pada tahap ini semata-mata bersifat politis dan

mendasarkan dirinya atas asas-asas kemerdekaan individu, kesamaan hak (the equal of right)

serta hak pilih untuk semua warga negara.

Praktek demokrasi dapat diidentifikasi telah terjadi kedalam beberapa tahapan

transformasi. Robert A. Dahl membagi perjalanan sejarah praktik demokrasi kedalam tiga

tahap transformasi. Transformasi demokrasi pertama adalah demokrasi yang kecil ruang

lingkupnya, berbentuk demokrasi langsung. Tahap ini terjadi dalam praktik politik Yunani dan

Athena. Transformasi demokrasi kedua diwujudkan dengan diperkenalkannya praktik

republikanisme, perwakilan dan logika persamaan. (Zainuddin, 1992)

Tranformasi demokrasi ketiga dialami oleh kehidupan politik modern saat ini. Tahap

ini dicirikan dengan belum adanya kepastian apakah kita akan kembali ke masyarakat kecil

seperti di Yunani kuno dan Athena. Tahap-tahap ini bagaimanapun membaha Dahl pada

penegasan bahwa yang akan dicapai di masa depan adalah bentuk demokrasi yang lebih maju.

(Fatah, 1994)

Sementara itu, P. Huntington memaparkan sejarah demokrasi yang berbeda.

Huntington membagi sejarah demokrasi kedalam tiga gelombang (Huntington, 1997).

Gelombang pertama berakar pada Revolusi Amerika dan Perancis dan ditandai dengan

munculnya institusi-institusi nasional yang demokratis sebagai sebuah fenomena abad ke-19.

Gelombang kedua dimulai pada perang Dunia II, yang ditandai dengan perimbangan

barudalam konstelasi antar bangsa akibat perang serta bermunculannya negara-negara

pascakolonial. Gelombang ketiga dimulai pada tahun 1974 ditandai oleh berakhirnya

kediktatoran Portugal dan terus berlanjut dengan gelombang besar demokratisasi di seluruh

bagian dunia secara spektakuler hingga tahun 1990.

Page 14: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

14

C. Demokrasi Sebagai Norma Hidup Bersama

Demokrasi merupakan proses panjang melalui pembiasaan, pembelajaran, dan

penghayatan. Demokrasi merupakan bentuk pembiasaan sosial yang berkaitan dengan

hubungan manusia untuk membentuk demokrasi yang ideal seperti pendapat John Dewey

terdapat dua elemen dalam demokrasi yang ideal, (1) tidak hanya berkaitan dengan kepentingan

umum tetapi mengandalkan pada pengakuan kepentingan bersama, (2) tidak hanya interaksi

kelompok- kelompok sosial tetapi perubahan dan pembiasaan sosial. (Dewey, 1964)

Untuk mencapai kehidupan demokrasi yang ideal dukungan sosial dan lingkungan

adalah mutlak dibutuhkan. Menurut Azra ada enam (6) norma atau unsur pokok yang

dibutuhkan oleh tatanan masyarakat yang demokratis. Keenam norma itu adalah sebagai

berikut. (Azra, 2008)

Pertama, kesadaran akan pluralisme. Pengakuan akan kenyataan perbedaan harus

diwujudkan dalam sikap dan perilaku menghargai dan mengakomodasi beragam pandangan

dan sikap orang dan kelompok lain, sebagai bagian dari kewajiban warga negara dan negara

untuk menjaga dan melindungi hak orang lain untuk diakui keberadaannya.

Kedua, musyawarah. Makna dan semangat musyawarah adalah mengharuskan adanya

keinsyafan dan kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima kemungkinan untuk

melakukan negosiasi dan kompromi-kompromi sosial dan politik secara damai dan bebas

dalam setiap keputusan bersama.

Ketiga, cara haruslah sejalan dengan tujuan. Demokrasi pada hakikatnya tidak hanya

sebatas pelaksanaan prosedur-prosedur demokrasi (pemilu, suksesi, kepemimpinan, dan aturan

mainnya) tetapi harus dilakukan secara santun dan beradab.

Keempat, norma kejujuran dalam pemufakatan. Suasana masyarakat demokratis

dituntut untuk menguasai dan menjalankan seni pemusyawaratan yang jujur dan sehat untuk

mencapai kesepakatan yang memberi keuntungan semua pihak.

Kelima, demokrasi sebagai kebajikan bersama menuntut setiap warga negara untuk

mengabdikan diri sepenuhnya untuk negara, menempatkan kepentingan republik dan

kepentingan bersama diatas kepentingan diri dan keluarga

Keenam, kebebasan nurani, persamaan hak dan kewajiban bagi semua (freedom of

conscience), persamaan hak dan kewajiban bagi semua (egalitarianisme) merupakan norma

Page 15: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

15

demokrasi yang harus diintegrasikan dengan sikap percaya pada iktikad baik orang dan

kelompok lain.

Keenam, trial and error (percobaan dan salah) dalam demokrasi. Demokrasi bukanlah

sesuatu yang telah selesai dan siap saji, tetapi merupakan sebuah proses tanpa henti. Dalam

kerangka ini demokrasi membutuhkan percobaan-percobaan dan kesediaan semua pihak untuk

menerima kemungkinan ketidaktepatan atau kesalahan dalam praktik berdemokrasi.

D. Macam-Macam Demokrasi

Banyak negara yang menerapkan sistem demokrasi. Masing-masing negara

menerapkan demokrasi dengan pemahaman tersendiri. Keanekaragaman tersebut dapat

dirangkum menjadi 3 tipe yaitu ideologi, cara penyaluran kehendak rakyat, dan titik perhatian.

(Sulisworo, Wahyuningsih, & Arif, 2012)

a. Berdasarkan Ideologi

Berdasarkan sudut pandang ideologi, sistem demokrasi dapat dibedakan

menjadi dua tipe, yaitu:

1) Demokrasi Konstitusional (Demokrasi Liberal)

Ciri khas pemerintahan ini adalah kekuasaan pemerintahannya

terbatas dan tidak diperkenankan banyak campur tangan dan bertindak

sewenang-wenang terhadap warganya. Kekuasaan pemerintah dibatasi

oleh konstitusi.

2) Demokrasi Rakyat

Demokrasi rakyat memiliki cita-cita yaitu kehidupan tanpa kelas

sosial dan tanpa kepemilikan pribadi. Pada masa Perang Dingin, sistem

demokrasi rakyat berkembang di negara-negara Eropa Timur, seperti

Cekoslovakia, Polandia, Hungaria, Rumania, Bulgaria, Yugoslavia, dan

Tiongkok. Sistem politik demokrasi rakyat disebut juga “demokrasi

proletar” yang berhaluan Marxisme-komunisme.

b. Berdasarkan Cara Penyaluran Kehendak Rakyat

Berdasarkan cara penyaluran kehendak rakyat, sistem politik demokrasi

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Demokrasi Langsung

Dalam sistem demokrasi langsung, rakyat secara langsung

mengemukakan kehendak dan pendapatnya didalam rapat yang dihadiri

Page 16: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

16

oleh seluruh rakyat. Demokrasi ini dapat dijalankan apabila negara

berpenduduk sedikit dan berwilayah kecil. Sistem ini pernah berlaku di

Negara Athena pada zaman Yunani Kuno (abad IV SM).

2) Demokrasi Perwakilan (Demokrasi Representatif)

Pada saat ini, Demokrasi Perwakilan banyak digunakan dengan

alasan jumlah penduduk terus bertambah dan wilayahnya luas sehingga

tidak mungkin menerapkan sistem demokrasi langsung. Dalam

demokrasi perwakilan, rakyat menyalurkan kehendak dengan memilih

wakil-wakilnya untuk duduk dalam lembaga perwakilan (parlemen).

3) Demokrasi Perwakilan Sistem Referendum

Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan

gabungan antara demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Rakyat

memilih wakil mereka untuk duduk dalam lembaga perwakilan, tetapi

lembaga perwakilan tersebut dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan

sistem referendum dan inisiatif rakyat.

c. Berdasarkan Titik Perhatian

Berdasarkan Titik Perhatian, Demokrasi dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:

1) Demokrasi Formal

Demokrasi formal adalah suatu sistem politik demokrasi yang

menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik, tanpa disertai upaya

untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan dalam bidang

ekonomi. Dalam demokrasi ini, semua masyarakat dianggap memiliki

kedudukan dan hak yang sama.

2) Demokrasi Material

Sistem politik demokrasi yang menitikberatkan pada upaya-

upaya menghilangkan perbedaan dalam bidang ekonomi, sedangkan

persamaan bidang politik kurang diperhatikan bahkan kadang-kadang

dihilangkan.

3) Demokrasi Gabungan

Dalam Demokrasi Gabungan, persamaan derajat dan hak setiap

orang diakui, tetapi demi kesejahteraan seluruh aktivitas rakyat dibatasi.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk kesejahteraan rakyat,

jangan sampai mengabaikan apalagi menghilangkan persamaan derajat

dan hak asasi manusia

Page 17: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

17

E. Nilai Demokrasi

Saiful Arif mengatakan bahwa demokrasi tidak sebatas sistem politik maupun aturan-

aturan formal yang terdapat dalam konstitusi saja. Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan

demokrasi ditentukan oleh sejauh mana nilai-nilai lokal yang sejalan demokrasi itu diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai demokrasi seperti, penghormatan terhadap

sesama, toleransi, penghargaan atas pendapat orang lain dan kesamaan sebagai warga dan

menolak adanya diskriminasi. (Arif, 2007)

Robert. A. Dahl menjelaskan bahwa Demokrasi sebagai suatu gagasan politik di

dalamnya terkandung 5 (lima) kriteria/nilai, yaitu: (Muntoha, 2009)

1. Persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat;

2. Partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua warga negara dalam proses

pembuatan keputusan secara kolektif;

3. Pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang untuk

memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan secara logis;

4. Kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya keputusan eksklusif bagi masyarakat

untuk menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus diputuskan melalui proses

pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan itu pada orang lain atau lembaga

yang mewakili masyarakat;

Menurut Zamroni, nilai-nilai yang terkandung dalam sistem demokrasi, yaitu sebagai

berikut: (Munir, 2009)

1. Toleransi,

2. Kebebasan mengemukakan pendapat,

3. Menghormati perbedaan pendapat,

4. Memahami keanekaragaman dalam masyarakat,

5. Terbuka dan komunikasi,

6. Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan,

7. Percaya diri,

8. Tidak menggantungkan pada orang lain,

9. Saling menghargai,

10. Mampu mengekang diri

11. Kebersamaan dan,

Page 18: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

18

12. Keseimbangan,

Sementara itu, menurut Henry B. Mayo menyebutkan nilai-nilai yang terkandung

dalam sistem demokrasi, yaitu: (Ghofur, 2002)

1. Menyelesaikan perkara dengan damai dan sukarela;

2. Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam masyarakat yang selalu berubah;

3. Penggantian penguasa dengan teratur;

4. Penggunaan paksaan sedikit mungkin;

5. Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai keanekaragaman;

6. Menegakan keadilan;

7. Memajukan ilmu pengetahuan;

8. Pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan.

F. Perilaku Budaya Demokrasi

Menurut Rusli Karim dikatakan bahwa perilaku dan ciri-ciri orang yang memiliki

kepribadian demokratis adalah inisiatif, disposisi, toleransi, cinta akan keterbukaan, komitmen

dan tanggung jawab serta memiliki kerjasama dalam keterhubungan. (Karim, 1991)

Gabriel A. Almond mengajukan pengklasifikasian budaya politik sebagai berikut:

1. Budaya politik parokial, yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang

disebabkan faktor kognitif (misalnya tingkat pendidikan relatif rendah). Ciri-

ciri lain budaya politik parokial sebagai berikut

a. Frekuensi orientasi masyarakat terhadap dimensi penentu budaya

politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali.

b. Tidak ada peran-peran politik yang bersifat khusus.

c. Peran-peran pemimpin masyarakatnya sangat berperan baik dalam

bidang politik, ekonomi dan keagamaan.

d. Partisipasi masyarakat sangat bergantung pada pemimpinnya.

2. Budaya politik kaula atau subyektif, yaitu masyarakat bersangkutan sudah

relatif maju tetapi masih bersifat pasif. Ciri-ciri lain budaya politik kaula atau

subyektif sebagai berikut

a. Frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik

secara umum dan objek output atau pemahaman mengenai penguatan

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Page 19: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

19

b. Pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu

diperhatikan.

c. Masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang sistem

politik.

3. Budaya politik partisipan, yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran

politik sangat tinggi. Ciri-ciri lain budaya politik partisipan sebagai berikut

a. Masyarakat sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai penentu

budaya politik.

b. Masyarakat memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem

politik secara umum tentang peran pemerintah dalam membuat

kebijakan beserta penguatan.

c. Berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung.

Budaya demokrasi dapat diterapkan dalam lingkungan keluarga, sekolah serta

masyarakat dan negara. Menurut Rochmadi contoh perilaku yang merupakan perwujudan

budaya demokratis, sebagai berikut. (Rochmadi, 2012)

1. Budaya Demokrasi di Lingkungan Rumah

a. Bersikap terbuka terhadap orang tua dan anggota keluarga yang lain.

b. Menyampaikan pendapat dengan baik dan sopan serta tidak memaksakan

kehendak.

c. Mencoba memahami keadaan kesulitan yang dialami keluarga dengan baik.

d. Menyelesaikan masalah dalam keluarga dengan musyawarah dan secara

kekeluargaan.

2. Budaya Demokrasi di Lingkungan Sekolah

a. Bersikap saling menghormati dan menghargai dengan sesama warga

disekolah (kepala sekolah, guru, teman dan warga sekolah yang lain).

b. Menyelesaikan setiap persoalan yang ada dilingkungan kelas ataupun

sekolah dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat (misalnya, saat

pemilihan ketua kelas, ketua OSIS, dan penyusunan kelompok piket).

c. Dapat melaksanakan keputusan yang diambil sebagai kesepakatan bersama

dengan penuh tanggung jawab.

d. Melibatkan semua pihak dalam memecahkan setiap persoalan yang ada di

sekolah.

3. Budaya Demokrasi di Lingkungan Masyarakat dan Negara

Page 20: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

20

Bermasyarakat adalah bagian dari berbangsa dan bernegara. Apa yang

diterapkan pada kegiatan bermasyarakat dengan sendirinya mengikuti ketentuan

dalam kegiatan berbangsa dan bernegara. Jika bangsa dan negara sudah

memutuskan demokrasi sebagai sistem yang dianut, maka kegiatan

bermasyarakat harus mengikutinya.

Sebelum masa reformasi, masyarakat Indonesia benarbenar hidup dalam

tekanan yang berat akibat tiadanya demokrasi. Pemerintahan Negara berjalan

secara otoriter. Kebebasan dan hak asasi manusia kurang diakui dan dijamin.

Begitulah yang terjadi jika kehidupan masyarakat jauh dari demokrasi.

Masyarakat atau warga negara yang sesungguhnya pemegang kedaulatan negara

seperti tidak hidup di negeri sendiri. Oleh sebab itu, sangat penting bahwa

demokrasi harus dihadirkan dalam kehidupan bermasyarakat. Jika hal ini dapat

diwujudkan, kehidupan masyarakat akan menjadi demokratis. Adapun kehidupan

masyarakat yang demokratis akan membawa beberapa keuntungan sebagai

berikut:

a. Masyarakat dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabatnya

sebagai manusia.

b. Masyarakat akan saling bertoleransi, menghargai, dan menghormati

berbagai perbedaan atau asal-usul hidup.

c. Masyarakat dapat melaksanakan hak dan kewajibannya secara lebih

seimbang.

d. Masyarakat akan lebih kritis, aktif, dinamis, dan kreatif karena diberi

kebebasan beraktivitas dan menyampaikan pendapat.

e. Masyarakat lebih dapat menyalurkan aspirasinya kepada pemerintah

baik secara langsung maupun tidak langsung.

f. Masyarakat dapat menentukan pilihannya baik dalam politik (lewat

pemilu) maupun dalam bidang-bidang lain.

g. Masyarakat dapat turut serta dalam pembangunan lewat berbagai

aktivitas dan kreativias.

Berikut bentuk-bentuk demokrasi dilingkungan masyarakat dan negara:

a. Saling menghormati dan menghargai dengan sesama orang lain di

lingkungan masyarakat dan negara.

b. Memecahkan setiap persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat

dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat.

Page 21: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

21

c. Ikut melaksanakan hasil keputusan bersama dengan penuh tanggung

jawab.

d. Bagi pelajar yang telah berusia 17 tahun dapat berperan serta dalam

pemilihan umum yang berlangsung sejak orde lama hingga masa

reformasi. Keikutsertaan dalam pemilu ini harus dilakukan dengan

asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

G. Tinjauan Hukum Kehidupan Terhadap Kebebasan Warga Negara dan Demokrasi di

Indonesia

Sebuah negara dikatakan demokratis apabila negara tersebut terus berproses menuju ke

masyarakat demokratis. Salah satu indikasi kuat kreteria negara demokratis adalah adanya

pemilihan umum yang jujur dan adil. Seperti diakui oleh pengamat Internasional bahwa sejak

tahun 1999 Indonesia sudah melaksanakan pemilu secara relatif adil dan jujur. Bahkan pada

pemilu tahun 1955 pun diakui sebagai pemilu yang adil.

Masalahnya sekarang kenapa dari pelaksanaan pemilu ataupun pilkada di banyak

daerah selalu diwarnai oleh keributan yang tidak jarang menjadi kerusuhan? Padahal jika kita

menilik nilai-nilai demokrasi sejatinya hal tesebut justru bertentangan dengan demokrasi.

Dalam pengamatan selanjutnya ternyata Indonesia masih dalam tataran melakasanakan

demokrasi pada tingkatan prosedural yaitu sesuai dengan prosedur demokratis seperti adanya

pemilu, adanya lembaga-lembaga perwakilan dan seterusnya.

Sistem demokrasi agaknya masih dinilai lebih baik dari sistem lainnya termasuk di

dalamnya sistem kerajaan, atau system militer yang cenderung fasis atau totaliter. System Islam

yang menunjuk pemipin sebagai raja juga dinilai cenderung oligarki (kekuasaan tidak

berpindah dari kerabatnya) sehngga dinilai merugikan kelompok lain.

Indonesia termasuk memilih system demokrasi. Namun demokrasi yang dimaksud,

agar para pemimpin partai/kelompok dalam mencari uang atau menyumbang ke dalam partai

harus dilakukan secara transparan dan akuntabilitas sehingga uang tersebut bukan dari hasil

keculasan atau korupsi. Itulah sebabnya, ketika UU politik disetujui banyak pihak berkomentar

agar factor modal tidak menjadi factor utama dalam mengembangkan system demokrasi

Indonesia. (Yusuf, 2011)

Mendapat kebebasan dalam mengeluarkan pendapat, semua bebas berunjuk rasa

mengeluarkan segala aspirasinya. Namun sayang, aksi ini kadang-kadang dilakukan dengan

Page 22: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

22

cara-cara yang tidak terpuji bahkan cenderung anarkis. Sejatinya unjuk rasa dilakukan untuk

membela kepentingan rakyat, tetapi yang terjadi justru merugikan rakyat yang lain, karna

banyaknya fasilitas publik yang menjadi rusak atau terganggu.

Di kalangan elit pejabat/politikus, kebebasan dalam dalam mengeluarkan pendapat juga

sangat bebas, sehingga tidak jarang memikirkan tentang etika politik dan bertutur kata yang

baik di muka publik. Hal tersebut tentu saja memberikan dampak yang negative, berupa tingkat

kepercayaan masyarakat menjadi menurun.

Mencermati fenomena yang terjadi sebagaimana tersebut di atas, kedepannya perlu ada

kebijakan atau regulasi dari pemerintah untuk menjamin semua kepentingan banyak

orang(masyarakat pada umumnya).

Kebebasan berpendapat merupakan hak asasi manusia. karena pada kodratnya setiap

individu memiliki perbedaan, termasuk didalamnya adalah tingkat pengetahuan/pendidikan,

pola pikir, cara pandang dari suatu permasalahan pun berbeda.

Untuk dapat menjamin setiap warga negara dalam menjalankan haknya tersebut maka

komunitas/negara membuat aturan aturan agar dalam menjalankan haknya tersebut tidak

berbenturan dengan hak orang lain. sebagaimana tercantum dalam UUD 45 Amandemennya :

Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada

pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk

menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk

memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan,

dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Page 23: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

23

References Arif, S. (2007). Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Program Sekolah Demokrasi.

Azra, A. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani. Jakarta: Kencana.

Dewey, J. (1964). Democracy and Education. New York: The Macmillan Company.

Fatah, R. E. (1994). Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ghofur, A. (2002). Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Huntington, S. P. (1997). Gelombang Demokrasi Ketiga. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Karim, R. (1991). Pemilu Demokratis Kompetitif. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Munir, F. (2009). Konsep Negara Demokrasi. Jakarta: Retika Aditama.

Muntoha. (2009). Demokrasi dan Negara Hukum. Jurnal Hukum.

Rais, A. (1986). Demokrasi dan Proses Politik. Jakarta: LP3ES.

Rochmadi. (2012). Menjadikan Budaya Gotong-Royong Sebagai Common Identity dalam Kehidupan

Bertetangga Negara-Negara ASEAN. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sulisworo, D., Wahyuningsih, T., & Arif, D. B. (2012). Demokrasi. Yogyakarta: Universitas Ahmad

Dahlan.

Wardani, K. D. (2007). Impeachtment Dalam Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta: UII Press.

Yusuf, T. (2011). Mengembangkan Demokrasi. Warta PUU. Retrieved from Warta.

Zada, K., & Muzayyad, I. (1999). Wacana Politik Hukum dan Demokrasi Indonesia. Jakarta: Pustaka

Pelajar.

Zainuddin, R. (1992). Demokrasi dan Para Pengkritiknya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Page 24: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

24

BAB 2.

PEMILU DAN PRINSIP PEMILU

Pengantar :

Pemilu atau biasa yang disebut pemilu adalah proses memilih kandidat pemimpi disebuah

negara. Dalam suatu negara Demokrasi setiap individu mendapatkan jaminan terhadap hak-

hak dasar. Hak-hak tersebut antara lain adalah hak untuk menyatakan pendapat, hak untuk

berserikat dan berkumpul, dan hak untuk menikmati persyang bebas. Dalam hal ini contoh

implementasinya adalah, hak untuk menyampaikan pendapatnya, juga yang menyangkut suatu

permasalahan suatu permasalahan yang menyangkut dirinya dan masyarakat sekitarnya.

Sedangkan hak berkumpul dan berserikat ditandai dengan kebebasan untuk menentukan

lembaga atau oraganisasi mana yang ingin dibentuk atau dipilih dan Prinsip-prinsip universal

tentang penyelenggaraan pemilu yang bebas dan jurdil merupakan tantangan bagi setiap

penyelenggara pemilu. Pemilu bisa dilaksanakan dalam kondisi tidak ada kebebasan dan tidak

jujur serta tidak adil. Tapi legitimasi proses dan hasilnya menjadi persoalan yang berpotensi

menimbulkan kekacauan politik yang tidak mudah diselesaikan. Pemilu sebagai mekanisme

demokratis untuk perebutan kekuasaan bisa dengan mudah tergelincir menjadi konflik,

kerusuhan dan bahkan disintegrasi sosial yang melanda suatu bangsa, manakala

penyelenggaraan pemilu dianggap tidak memenuhi asas-asas universal pemilu yang bebas dan

jurdil (free and fair election). Setiap penyelenggara pemilu sudah seharusnya memahami nilai-

nilai universal yang diterima sebagai standar internasional mengenai pemilu yang bebas dan

jurdil.

Kata kunci:

Pengertian pemilu, Prinsip-prinsip Pemilu, pemilu bebas dan adil

Tujuan : Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai pengertian pemilu, sejarah pemilu

dan prinsip-prinsip pemilu bebas dan adil.

Page 25: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

25

Tujuan Khusus :

Pada akhir sesi peserta diharapkan:

Memahami pengertian Pemilu

Memahami Sejarah Pemilu di Indonesia

Memahami pengertian pemilu bebas dan adil

Memahami prinsip-prinsip pemilihan umum bebas dan adil dalam sistem perundang-

undangan tentang pemilihan umum

Dapat menerapkan prinsip-prinsip pemilu bebas dan adil dalam penyelenggaraan

pemilihan umum.

Pokok Bahasan : Pengertian Pemilu, Prinsip-prinsip pemilu bebas dan adil

Metode Pembelajaran :

1. Fasilitator menanyakan kepada peserta pengertian pemilu, sejarah pemilu, pemilu bebas

dan adil (free and fair election ) yang mereka pahami.

2. Fasilitator mencatatnya pada kertas flipchart/plano. Jawaban yang sama atau memiliki ide

yang sama dikelompokkan dalam satu bagian.

3. Bila tidak ada lagi jawaban baru atau ide baru fasilitator menutup dengan mengajak peserta

melihat kembali daftar jawaban.

Catatan :

Fasilitator diharapkan menggali pemahaman peserta terhadap pengertian pemilu,

sejarah pemilu bebas dan adil.

Jawaban yang dimunculkan peserta akan dibandingkan dengan Pengertian pemilu dan

Prinsip-prinsip pemilu bebas dan jurdil menurut DECLARATION ON CRITERIA

FOR FREE AND FAIR ELECTIONS the Inter-Parliamentary Council at its 154th

Session (Paris, 26 March 1994)

Alokasi waktu 5 menit

Page 26: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

26

1. Fasilitator menayangkan power point presentation yang berisi tentang poin-poin penting

pengertian pemilu, sejarah pemilu dan prinsip penyelenggaraan pemilu yang bebas dan

adil.

2. Pada setiap pembahasan pengertian pemilu, sejarah pemilu, dan prinsip penyelenggaraan

pemilu bebas dan jurdil fasilitator merujuk pada pernyataan dari peserta yang sesuai yang

sudah dicatat di kertas plano.

3. Peserta mengidentifikasi jika ada pembahasan mengenai pengertian pemilu, sejarah

pemilu dan prinsip-prinsip yang belum dimunculkan dalam diskusi awal lalu

menambahkannya menjadi poin tambahan dalam kertas plano, sebagai hasil belajar

bersama.

4. Fasilitator bertanya ke peserta: berdasarkan pengalaman kepemiluan mereka sebelumnya

prinsip-prinsip apa paling sering dilanggar dan kenapa sering dilanggar, dan siapa paling

sering melanggar

5. Menutup presentasi fasilitator mengajukan pertanyaan langkah-langkah apa yang akan

mereka lakukan untuk memastikan prinsip-prinsip pemilu bebas dan adil tidak dilanggar

oleh penyelenggara, peserta pemilu maupun masyarakat pemilih.

6. Alokasi Waktu Maksimal 20 Menit

Catatan :

Sebagai bahan bacaan tambahan, fasilitator membagikan kepada peserta fotokopi

deklarasi universal hak asasi manusia, dan kovenan internasional hak-hak sipil dan

politik yang menjadi sumber penting pengaturan prinsip-prinsip pemilu bebas dan adil.

1. Fasilitator membagi peserta ke dalam 5 kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan

hitungan angka 1, 2, 3, 4 dan 5 . Secara bergiliran peserta menyebut angka tersebut. Peserta

dengan angka yang sama berkelompok menjadi satu.

2. Fasilitator membagikan naskah UUD 1945, UU No. 7 tahun 2017, atau Buku Pedoman

Rumah pintar pemilu

3. Masing-masing kelompok membahas materi sebagai berikut : Kelompok 1: membahas

UUD 1945, kelompok 2: UU Nomor 7 tahun 2017 Bagian pengertian pemilu dan

Page 27: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

27

Penyelenggara Pemilu; Kelompok 3 : UU Nomor 7 Tahun 2017 Bagian Pemilihan

Presiden; Kelompok 4 : UU Nomor 7 tahun 2017 bagian pemilihan legislatif, kelompok 5

: Buku pedoman pemilu tentang sejarah pemilu

4. Tugas dalam diskusi kelompok adalah:

Mengidentifikasi pasal-pasal yang mengatur dan menjamin penyelenggaraan

pemilihan umum yang bebas dan adil.

Menjelaskan pengertian pemilu dalam bernegara

Mendiskusikan bagaimana praktik Pemilu yang terjadi selama ini terutama

menyangkut prinsip-prinsip pemilu bebas dan adil.

Mendiskusikan sejarah pemilu di Negara Indonesia

Mengidentifikasi apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi selama ini

agar prinsip-prinsip pemilu bebas dan adil dapat dilaksanakan pada Pemilu

mendatang?

5. Peserta diberikan waktu berdiskusi selama 15 menit. Kemudian, setiap kelompok

presentasi selama 5 menit.

6. Menutup sesi ini, fasilitator perlu menarik kesimpulan tentang pemahaman pengertian

pemilu dan sejarah pemilu serta apakah prinsip-prinsip pemilu bebas dan adil sudah

terakomodasi dalam kerangka hukum pemilu 2014 dan langkah-langkah strategis apa yang

perlu dilakukan peserta untuk memastikan prinsip-prinsip tersebut dihormati dan dijaga.

7. Alokasi waktu maksimal 40 menit.

Materi dan Alat Pembelajaran yang dibutuhkan:

1. Spidol warna-warni.

2. Kertas plano (20 lembar)

3. Fotokopi, UUD 1945, UU Nomor 7 tahun 2017, buku pedoman Rumah Pintar Pemilu

4. Power Point Presentation tentang Prinsip-prinsip Pemilu Bebas dan Adil

5. Deklarasi Universal HAM , dan Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik sebagai bahan

bacaan tambahan sebanyak peserta

Page 28: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

28

MATERI BAB II

PEMILIHAN UMUM DAN PRINSIP PEMILU

A. Pengertian Pemilu

Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat memilih

pemimpin politik secara langsung. Yang dimaksud dengan pemimpin politik disini adalah

wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen) baik ditingkat pusat

maupun daerah dan pemimpin lembaga eksekutif atau kepala pemerintahan seperti presiden,

gubernur, atau bupati/walikota.

Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 2017 Pemilihan Umum atau Pemilu adalah

sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan

Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur

dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam konsep UU No 7 tahun 2017

mengamanatkan pemilihan umum 2019 secara serentak memili5 5 surat suara meliputi

Presiden dan Wakil Presiden, DPR RI, DPD RI, DPRD Provinisi, DPRD Kab/kota.

B. Tujuan pemilu (UU NO 7 tahun 2017)

1. memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis;

2. mewujudkan pemilu yang adil dan berintegritas;

3. menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu;

4. memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengahrran pemilu; dan

5. meurujudkan pemilu yang efektif dan efisien

C. Asas dan prinsip (UU NO 7 Tahun 2017)

Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Prinsip pemilu adalah mandiri, jujur, adil,berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional,

profesional, akuntabel, efektif dan efisien

D. Manfaat Pemilu

Penyelenggaraan Pemilu sangatlah penting bagi suatu negara, hal ini disebabkan

karena:

Page 29: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

29

1. Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat.

2. Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara

kontitusional.

3. Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi.

4. Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses politik.

E. Sistem Pemilu

Dalam ilmu politik dikenal beberapa sistem pemilu, akan tetapi umumnya berkisar pada

prinsip pokok, antara lain:

1. Sistem Distrik

Sistem distrik biasa disebut juga single-member constituency (tetapi ada juga

yang memakai istilah single-member-district untuk menyebut sistem ini). Pada

intinya, sistem distrik merupakan sistem pemilihan dimana suatu negara dibagi

menjadi beberapa daerah pemilihan (distrik) yang jumlahnya sama dengan jumlah

wakil rakyat yang akan dipilih dalam sebuah lembaga perwakilan. Dengan

demikian, satu distrik akan menghasilkan satu wakil rakyat. Kandidat yang

memperoleh suara terbanyak di suatu distrik akan menjadi wakil rakyat terpilih,

sedangkan kandidat yang memperoleh suara lebih sedikit, suaranya tidak akan

diperhitungkan atau dianggap hilang sekecil apapun selisih perolehan suara yang

ada sehingga dikenal istilah the winner-takes-all. Kelebihan sistem distrik antara

lain:

a. Karena kecil atau tidak terlalu besarnya distrik maka biasanya ada

hubungan atau kedekatan antara kandidat dengan masyarakat di distrik

tersebut. Kandidat mengenal masyarakat serta kepentingan yang mereka

butuhkan.

b. Sistem ini akan mendorong partai politik untuk melakukan penyeleksian

yang lebih ketat dan kompetitif terhadap calon yang akan diajukan untuk

menjadi kandidat dalam pemilihan.

c. Karena perolehan suara partai-partai kecil tidak diperhitungkan, maka

secara tidak langsung akan terjadi penyederhanaan partai politik. Sistem

dwipartai akan lebih berkembang dan pemerintahan dapat berjalan dengan

lebih stabil.

Kekurangan Sistem Distrik Antara Lain:

Page 30: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

30

a. Sistem ini kurang representatif karena perolehan suara kandidat yang kalah

tidak diperhitungkan sama sekali atau suara tersebut dianggap hilang.

b. Partai-partai kecil atau golongan/kelompok minoritas/termarjinalkan yang

memperoleh suara yang lebih sedikit tidak akan terwakili (tidak memiliki

wakil) karena suara mereka tidak diperhitungkan. Dalam hal ini, kaum

perempuan memiliki peluang yang kecil untuk bersaing mengingat

terbatasnya kursi yang diperebutkan.

c. Wakil rakyat terpilih akan cenderung lebih memperhatikan kepentingan

rakyat di distriknya dibandingkan dengan distrik-distrik yang lain.

2. Sistem Proporsional

Sistem proporsional lahir untuk menjawab kelemahan dari sistem distrik.

Sistem proporsional merupakan sistem pemilihan yang memperhatikan proporsi

atau perimbangan antara jumlah penduduk dengan jumlah kursi di suatu daerah

pemilihan. Dengan sistem ini, maka dalam lembaga perwakilan, daerah yang

memiliki penduduk lebih besar akan memperoleh kursi yang lebih banyak di suatu

daerah pemilihan, begitupun sebaliknya. Sistem proporsional juga mengatur

tentang proporsi antara jumlah suara yang diperoleh suatu partai politik untuk

kemudian dikonversikan menjadi kursi yang diperoleh partai politik tersebut.

Karena adanya perimbangan antara jumlah suara dengan kursi, maka di Indonesia

dikenal Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). BPP merefleksikan jumlah suara yang

menjadi batas diperolehnya kursi di suatu daerah pemilihan. Partai politik

dimungkinkan mencalonkan lebih dari satu kandidat karena kursi yang

diperebutkan di daerah pemilihan lebih dari satu. Kelebihan sistem proporsional

antara lain:

a. Menyelamatkan suara masyarakat pemilih dimana suara kandidat yang

lebih kecil dari kandidat yang lain tetap akan diperhitungkan sehingga

sedikit suara yang hilang.

b. Memungkinkan partai-partai yang memperoleh suara atau dukungan yang

lebih sedikit tetap memiliki wakil di parlemen karena suara mereka tidak

otomatis hilang atau tetap diperhitungkan.

c. Memungkinkan terpilihnya perempuan karena kursi yang diperebutkan

dalam satu daerah pemilihan lebih dari satu.

Kekurangan sistem proporsional antara lain:

Page 31: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

31

a. Sistem ini cenderung menyuburkan sistem multipartai yang dapat

mempersulit terwujudnya pemerintahan yang stabil.

b. Biasanya antara pemilih dengan kandidat tidak ada kedekatan secara

emosional. Pemilih tidak atau kurang mengenal kandidat, dan kandidat juga

tidak mengenal karakteristik daerah pemilihannya, masyarakat pemilih dan

aspirasi serta kepentingan mereka. Kandidat lebih memiliki keterikatan

dengan partai politik sebagai saluran yang mengusulkan mereka. Pada

akhirnya nanti, kandidat yang terpilih mungkin tidak akan memperjuangkan

dengan gigih kepentingan pemilih karena tidak adanya kedekatan

emosional tadi.

3. Sistem Campuran (Distrik dan Proporsional).

a. Menggabungkan 2 (dua) sistem sekaligus (distrik dan proporsional)

b. Setengah dari anggota Parlemen dipilih melalui sistem distrik dan

setengahnya lagi dipilih melalui proporsional.

c. Ada keterwakilan sekaligus ada kesatuan geografis.

F. Prinsip-prinsip Pemilu Bebas dan Adil

Sumber-sumber utama dari standar internasional yang diterapkan dalam

penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas dan adil adalah ;

Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia tahun 1948;

Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik tahun 1960;

Konvensi Eropa tahun 1950 (bersama protokolnya) untuk Perlindungan Hak

Asasi Manusia dan Kebebasan Asasi;

Dokumen Pertemuan Copenhagen tahun 1990 dari Konferensi Dimensi

Manusia pada Konferensi untuk Keamanan dan Kerja sama Eropa (CSCE);

Deklarasi Amerika tahun 1948 tentang Hak dan kewajiban Manusia;

Konvensi Amerika tahun 1969 tentang Hak Asasi Manusia dan

Piagam Afrika tahun 1981 tentang Hak Manusia dan Masyarakat.

Sementara itu prinsip-prinsip pemilu yang bebas dan adil dapat ditemukan

dalam dokumen Declaration On Criteria For Free and Fair Elections, yang merupakan

hasil pertemuan The Inter-Parliamentary Council pada pertemuan ke 154 di Paris

tanggal 26 Maret 1994.

Page 32: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

32

Prinsip-prinsip pemilu yang bebas dan adil dimaksudkan sebagai standar

internasional yang dijadikan pedoman semua negara anggota Majelis Parlemen

Internasional dalam menyelenggarakan pemilihan umum, karena itu negara anggota

wajib mengadopsi dalam ketentuan perundang-undangan nasional mereka, berikut

adalah inti dari deklarasi tersebut;

1. Pemilihan yang Bebas dan Adil

Berdasarkan deklarasi tersebut pengertian pemilu yang bebas dan adil

setidaknya harus memenuhi syarat bahwa pemilu tersebut mencerminkan

kehendak rakyat yang genuine, yang asli dan bonafid, yang bebas dari

intimidasi, dan diselenggarakan secara adil. Keteraturan pelaksanaan pemilu

juga menjadi prinsip yang penting, sama pentingnya dengan hak politik

universal yaitu hak untuk memilih dan dipilih, serta kerahasiaan pilihan untuk

menjamin pemilih bebas dari intimidasi politik karena pilihan-pilihan

politiknya.

Pemilu yang mencerminkan kehendak rakyat yang genuine, yang asli dan

bonafid adalah pemilu yang mensyaratkan adanya proses pemilihan umum yang

menjamin tidak adanya distorsi terhadap kehendak rakyat. Distorsi terhadap

kehendak rakyat dapat terjadi karena adanya intimidasi, pemaksaan kepada

rakyat berupa ancaman sehingga rakyat tidak lagi punya kehendak bebas untuk

menentukan pilihannya dalam pemilihan umum. Tapi distorsi terhadap

kehendak rakyat ini juga dapat terjadi melalui kecurangan dalam

penyelenggaraan pemilihan umum, sehingga pilihan rakyat dapat dialihkan

melalui berbagai macam cara kepada pihak-pihak tertentu, sehingga

menimbulkan ketidakpuasan pada rakyat. Memindahkan suara dari satu partai

kepada partai lain atau dari satu kandidat kepada kandidat yang lain merupakan

bentuk pelanggaran serius terhadap prinsip kehendak rakyat yang asli atau yang

genuine ini. Negara dan Penyelenggara Pemilu serta Peserta Pemilu harus

memastikan distorsi baik berupa intimidasi maupun kecurangan dapat dicegah

dan diberi sanksi yang tegas. Dalam beberapa hal distorsi terhadap kehendak

rakyat yang genuine ini dapat terjadi karena bujuk rayu termasuk dengan

menggunakan suap politik (money politic).

2. Hak Memilih

Hak warga negara untuk memberikan suara dan berkampanye demi

kedudukan publik adalah hal umum bagi negara-negara demokratis. Umumnya

Page 33: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

33

hak- hak ini tunduk pada syarat-syarat tertentu seperti kewarganegaraan, usia,

dan kediaman. Pengakuan konstitusional terhadap hak untuk memilih dan

dipilih ini merupakan hak asasi yang penting dalam pemilihan umum.

Dimasa yang lalu pembatasan terhadap hak memilih dan dipilih ini pernah

dilakukan atas dasar pertimbangan politik. Warga negara yang pernah dihukum

secara politik (dianggap terlibat G 30 S/PKI) kehilangan hak memberikan suara.

Begitu juga terhadap para pemimpin oposisi yang dihukum oleh pengadilan

bermuatan politik, berakibat hilangnya hak-hak politik mereka. Pembatasan

politik seperti ini menjadi perlu dipertanyakan, karena menghilangkan hak suara

secara universal.

Para penyelenggara pemilu dituntut memahami pentingnya hak memilih

dan dipilih ini, dan dituntut menghargai hasil perjuangan penting era reformasi

yang menghilangkan hambatan-hambatan politik untuk berpartisipasi dalam

pemilihan umum. Sebagai hasil perjuangan penting dalam reformasi politik, hak

politik warga negara saat ini praktis tidak ada hambatan yang berarti. Undang-

undang hanya mengatur bahwa sepanjang warga negara sudah mencapai usia 17

tahun atau sudah pernah kawin, dan terdaftar dalam daftar pemilih, seorang

warga negara dapat menggunakan haknya untuk memilih. Bahkan Mahkamah

Konstitusi meringankan syarat tersebut, dengan cukup memiliki kartu tanda

penduduk atau identitas lainnya, seorang warga negara dapat menggunakan hak

pilihnya jika yang bersangkutan tidak terdaftar dalam daftar pemilih.

3. Badan Penyelenggara Pemilu yang Independen dan tidak berpihak

Negara demokrasi baru mempunyai kecenderungan membentuk badan

penyelenggara pemilu independen. Hal ini antara lain disebabkan oleh lemahnya

tradisi ketidakberpihakan yang lazim ditemukan di negara demokrasi baru.

Salah satu sebab yang patut diperhitungkan adalah kuatnya kesan

ketidaknetralan badan penyelenggara dimasa lalu yang didominasi aparat

pemerintah. Karena itu, lembaga penyelenggara independen merupakan cikal

bakal penting untuk membangun tradisi ketidakberpihakan dalam pemilihan

umum.

Pemilu yang demokratis mengharuskan penyelenggara pemilu tidak

berpihak dan independen dari pemerintah atau pengaruh lainnya. Hal ini penting

karena penyelenggara pemilu membuat dan melaksanakan keputusan yang

dapat mempengaruhi hasil pemilihan umum.

Page 34: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

34

Tugas dan fungsi badan penyelenggara pemilu paling tidak meliputi :

Memastikan bahwa para pejabat pemilu dan staf yang bertanggung jawab

atas penyelenggaraan pemilu dilatih dengan baik dan bertindak adil dan

independen dari setiap kepentingan politik;

Memastikan bahwa prosedur pemberian suara yang jelas telah dibuat dan

disosialisasikan kepada masyarakat pemilih;

Memastikan bahwa para pemilih diberitahu dan dididik tentang proses

pemilihan, partai politik yang bertarung, dan calon-calonnya;

Memastikan pendaftaran para pemilih dan memperbarui daftar pemilih;

Memastikan kerahasiaan pemilih;

Memastikan integritas kertas suara melalui langkah-langkah yang sesuai

untuk mencegah pemberian suara secara tidak sah dan curang;

Memastikan integritas proses penghitungan yang transparan, membuat

tabulasi, dan menjumlahkan suara.

Mengesahkan hasil akhir pemilu;

Menetapkan batasan-batasan pemilu;

Memantau dan mengawasi pembiayaan dan pengeluaran kampanye pemilu;

Meneliti, memberikan saran kepada pemerintah dan/atau DPR, serta badan

penghubung internasional.

Unsur-unsur penting dari pemilu yang bebas dan adil pada badan

penyelenggara pemilu mencakup yaitu independen dan ketidakberpihakan.

Maksudnya adalah badan penyelenggara pemilu tidak boleh tunduk pada arahan

pihak mana pun, pihak berwenang ataupun partai politik.

4. KAMPANYE PEMILU YANG BEBAS DAN DEMOKRATIS

Kampanye adalah cara parpol dan kandidat mendekati pemilih dengan

menawarkan program dan pemecahan masalah yang mereka tawarkan secara

bebas kepada para pemilih. Karena itu kampanye yang bebas dan demokratis

adalah prasyarat penting bagi pemilu yang bebas dan adil.

Dalam kampanye yang bebas dan demokratis harus ada jaminan sebagai

berikut:

Jaminan atas kebebasan berbicara dan kebebasan mengeluarkan

pendapat, dan batasan apa pun yang terkait hak ini harus masuk akal dan

ditetapkan dalam Undang-undang;

Page 35: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

35

Adanya akses yang adil terhadap media, terutama media elektronik,

yang diberikan kepada semua peserta pemilu dan kandidat;

Adanya akses yang adil terhadap sumber daya untuk melakukan

kampanye pemilu yang dipercaya, termasuk dana negara dan swasta jika

diizinkan dalam Undang-undang;

Tidak ada partai dan kandidat (terutama dari partai yang sedang

berkuasa) yang diutamakan dalam hal keuangan atau sebaliknya,

terutama melalui pemanfaatan terhadap sumber daya negara dibanding

partai-partai yang lain, sehingga semua pihak terkait dengan pemilu

mempunyai peluang keberhasilan yang sama.

Jaminan tidak digunakannya ancaman kekerasan terhadap partai atau

kandidat, atau hasutan untuk menggunakan kekerasan untuk

menghambat kandidat lain dalam melakukan kampanye;

Adanya jeda waktu satu atau dua hari sebelum pemungutan suara untuk

memberikan kesempatan para pemilih mempertimbangkan opsi dan

melaksanakan hak memberikan suara dengan bebas tanpa tekanan yang

tidak wajar.

Pengaturan kampanye dalam pemilu harus bisa menjamin tidak terjadinya

tindak kekerasan dan ancaman penggunaan kekerasan yang dapat mencederai

kebebasan pemilih.

Kampanye yang bebas dan demokratis juga harus menjamin tidak adanya

kegiatan yang mengganggu, merusak, atau menghalang-halangi upaya

kampanye dari setiap partai lainnya. Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat

dikategorikan mengganggu, merusak dan menghalangi upaya kampanye partai

lain adalah sebagai berikut :

Menghambat pendistribusian pamflet, brosur, maupun poster dari partai

dan kandidat lainnya;

Merusak atau menghancurkan poster dari partai dan kandidat lainnya;

Merusak harta pribadi atau milik pemerintah atau gedung-gedung

publik dengan menulis slogan, menempelkan poster dll.;

Menghambat partai lain mana pun untuk melakukan rapat umum,

pertemuan, baris-berbaris, atau demonstrasi;

Page 36: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

36

Berupaya mencegah setiap orang untuk menghadiri rapat umum partai

politik dari partai lainnya;

Memperkenankan para pendukungnya untuk melakukan sesuatu yang

dilarang oleh kode etik

5. Surat Suara Yang Rahasia

Standar pemilu demokratis mengharuskan adanya jaminan tempat

pemungutan suara dapat diakses, terdapat pencatatan yang akurat terhadap

kertas suara, dan yang paling penting jaminan kerahasiaan surat suara. Pemilu

dapat menggunakan surat suara yang rahasia atau prosedur lain yang setara,

bebas, dan rahasia. Prinsip kebebasan dan dan kerahasiaan pilihan harus

dikedepankan, meskipun prosedur pemberian suara dapat saja diganti dengan

menggunakan e-voting.

Kerahasiaan surat suara adalah metode yang efektif untuk melawan

pembelian suara (vote buying), intimidasi terhadap pemilih, dan pengaruh-

pengaruh lain yang tidak seharusnya. Anggota panitia pemungutan suara dan

pihak lain mana pun dilarang melihat surat suara yang sudah ditandai oleh

pemilih, kecuali pada saat penghitungan suara. Pengecualian dapat diberikan

kepada pihak yang diberikan wewenang membantu pemilih yang tunanetra, atau

pemilih yang mempunyai kelemahan fisik atau buta huruf. Namun petugas yang

berwenang tidak boleh menguasai surat suara yang sudah ditandai oleh pemilih

sampai dimasukkan ke dalam kotak suara.

6. Kehadiran Pemantau Pemilu

Pemantau pemilihan umum baik nasional maupun internasional sangat

membantu meningkatkan kredibilitas proses dan hasil pemilihan umum. Proses

pemilu yang transparan merupakan bagian dari prinsip penyelenggaraan pemilu

yang bebas dan adil. Pemantauan juga berguna untuk menekan kecurangan di

hari pemungutan suara.

Saat ini ada kecenderungan meningkat jumlah pemantau pemilu dari

organisasi-organisasi civil society. Keterlibatan pemantau merupakan bagian

penting dari partisipasi masyarakat sipil dalam pemilihan umum, karena itu

peraturan perundang-undangan harus mengatur hak dan kewajiban mereka

sebagai pemantau pemilu.

Page 37: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

37

Penyelenggara pemilu harus mengatur hal-hal yang harus dipenuhi untuk

mendapatkan status akreditasi sebagai pemantau dan keadaan-keadaan di mana

status pemantau dapat dicabut. Penyelenggara juga harus menjamin hak-hak

pemantau seperti memeriksa dokumen, menghadiri rapat, memantau kegiatan-

kegiatan pemilu pada semua tingkatan dan setiap saat, serta mendapatkan

salinan resmi hasil penghitungan, tabulasi dan dokumen-dokumen pada semua

tingkatan. Di samping itu penyelenggara juga harus menetapkan apa yang tidak

boleh dilakukan pemantau.

G. Sejarah Pemilihan Umum

1. Pemilu 1955 (Masa Parlementer).

a. Sistem Pemilu

Pemilu 1955 adalah pemilu pertama yang diselenggarakan dalam sejarah

kemerdekaan bangsa Indonesia yang baru berusia 10 (sepuluh) tahun. Pemilu 1955

dilaksanakan pada masa Demokrasi Parlementer pada kabinet Burhanuddin

Harahap. Pemungutan suara dilakukan 2 (dua) kali, yaitu untuk memilih anggota

DPR pada 29 September 1955 dan untuk memilih anggota Dewan Konstituante pada

15 Desember 1955.

b. Dasar Hukum Penyelenggaraan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1953 tentang pemilihan Anggota Konstituante

dan Anggota DPR sebagaimana diubah dengan UU Nomor 18 Tahun 1953.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1954 tentang Menyelenggarakan

Undang-Undang Pemilu.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1954 tentang Cara Pencalonan

Keanggotaan DPR/Konstituante oleh Anggota Angkatan Perang dan

Pernyataan Non Aktif/Pemberhentian berdasarkan penerimaan keanggotaan

pencalonan keanggotaan tersebut, maupun larangan mengadakan Kampanye

Pemilu terhadap Anggota Angkatan Perang.

c. Badan Penyelenggara Pemilu

Untuk menyelenggarakan Pemilu dibentuk badan penyelenggara pemilihan,

dengan berpedoman pada Surat Edaran Menteri Kehakiman Nomor JB.2/9/4

Und.Tanggal 23 April 1953 dan 5/11/37/KDN tanggal 30 Juli 1953, yaitu:

Panitia Pemilihan Indonesia (PPI): mempersiapkan dan menyelenggarakan

pemilihan anggota Konstituante dan anggota DPR. Keanggotaan PPI

Page 38: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

38

sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dan sebanyak-banyaknya 9 (sembilan)

orang, dengan masa kerja 4 (empat) tahun.

Panitia Pemilihan (PP) : dibentuk di setiap daerah pemilihan untuk membantu

persiapan dan menyelenggarakan pemilihan anggota konstituante dan anggota

DPR. Susunan keanggotaan sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota dan

sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang anggota, dengan masa kerja 4 (empat)

tahun.

Panitia Pemilihan Kabupaten (PPK) dibentuk pada tiap kabupaten oleh

Menteri Dalam Negeri yang bertugas membantu panitia pemilihan

mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan anggota Konstituante dan

anggota DPR.

Panitia Pemungutan Suara (PPS) dibentuk di setiap kecamatan oleh Menteri

Dalam Negeri dengan tugas mensahkan daftar pemilih, membantu persiapan

pemilihan anggota Konstituante dan anggota DPR serta menyelenggarakan

pemungutan suara. Keanggotaan PPS sekurang-kurangnya 5 (lima) orang

anggota dan Camat karena jabatannya menjadi ketua PPS merangkap anggota.

Wakil ketua dan anggota diangkat dan diberhentikan oleh PPK atas nama

Menteri Dalam Negeri.

d. Peserta Pemilu 1955

Pemilu anggota DPR diikuti 118 peserta yang terdiri dari 36 partai politik, 34

organisasi kemasyarakatan, dan 48 perorangan, sedangkan untuk Pemilu anggota

Konstituante diikuti 91 peserta yang terdiri dari 39 partai politik, 23 organisasi

kemasyarakatan, dan 29 perorangan. Partai politik tersebut antara lain :

Partai Komunis Indonesia (PKI), berdiri 7 Nopember 1945, diketuai oleh

Moh.Yusuf Sarjono

Partai Islam Masjumi, berdiri 7 Nopember 1945, diketuai oleh dr. Sukirman

Wirjosardjono

Partai Buruh Indonesia, berdiri 8 Nopember 1945, diketuai oleh Nyono

Partai Rakyat Djelata, berdiri 8 Nopember 1945, diketuai oleh Sutan Dewanis

Partai Kristen Indonesia, berdiri 10 Nopember 1945 diketuai oleh DS.

Probowinoto

Partai Sosialis Indonesia, berdiri 10 Nopember 1945 diketuai oleh Mr. Amir

Syarifudin.

Page 39: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

39

Partai Rakyat Sosialis, berdiri 20 Nopember 1945 diketuai oleh Sutan Syahrir

Partai Katholik Republik Indonesia (PKRI), berdiri 8 Desember 1945, diketuai

oleh J. Kasimo

Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai) diketuai oleh JB. Assa

Gabungan Partai Sosialis Indonesia dan Partai Rakyat Sosialis, menjadi Partai

Sosialis pada 17 Desember 1945, diketuai oleh Sutan Syahrir, Amir

Syarifudin dan Oei Hwee Goat

Partai Republik Indonesia, Gerakan Republik Indonesia dan Serikat Rakyat

Indonesia menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) 29 Januari 1946, diketuai

oleh Sidik Joyosuharto.

2. Pemilu 1971-1997 (Masa Orde Baru)

i. Pemilu 1971

a. Sistem Pemilu

Pemilu 1971 merupakan pemilu kedua yang diselenggarakan bangsa Indonesia.

Pemilu 1971 dilaksanakan pada pemerintahan Orde Baru, tepatnya 5 tahun setelah

pemerintahan ini berkuasa. Pemilu yang dilaksanakan pada 5 Juli 1971 ini

diselenggarakan untuk memilih Anggota DPR.

Sistem Pemilu 1971 menganut sistem perwakilan berimbang (proporsional)

dengan sistem stelsel daftar, artinya besarnya kekuatan perwakilan organisasi dalam

DPR dan DPRD, berimbang dengan besarnya dukungan pemilih karena pemilih

memberikan suaranya kepada Organisasi Peserta Pemilu.

b. Asas Pemilu

Pemilu 1971 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia

(LUBER).

Langsung, artinya bahwa pemilih langsung memberikan suaranya menurut

hati nuraninya, tanpa perantara, dan tanpa tingkatan.

Umum, artinya semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan

minimal dalam usia, mempunyai hak memilih dan dipilih.

Bebas, artinya bahwa setiap pemilih bebas menentukan pilihannya

menurut hati nuraninya, tanpa ada pengaruh, tekanan, paksaan dari

siapapun dan dengan cara apapun.

Page 40: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

40

Rahasia, artinya bahwa pemilih dalam memberikan suara dijamin tidak

akan diketahui oleh siapapun dan dengan cara apapun mengenai siapa

yang dipilihnya.

c. Dasar Hukum

TAP MPRS No. XI/MPRS/1966

TAP MPRS No. XLII/MPRS/1966

UU Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-Anggota Badan

Permusyawaratan / Perwakilan Rakyat 4) UU Nomor 16 Tahun 1969 tentang

Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.

UU Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan

DPRD.

d. Badan Penyelenggara Pemilu

Lembaga Pemilihan Umum (LPU) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor

3 Tahun 1970. LPU diketuai oleh Menteri Dalam Negeri yang keanggotaannya

terdiri atas Dewan Pimpinan, Dewan Pertimbangan, Sekretariat Umum LPU dan

Badan Perbekalan dan Perhubungan.

Struktur organisasi penyelenggara di pusat, disebut Panitia Pemilihan Indonesia

(PPI), di provinsi disebut Panitia Pemilihan Daerah Tingkat I (PPD I), di

kabupaten/kotamadya disebut Panitia Pemilihan Daerah Tingkat II, di kecamatan

disebut Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan di desa/kelurahan disebut Panitia

Pendaftaran Pemilih (Pantarlih). Untuk melaksanakan pemungutan dan

penghitungan suara dibentuk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

Bagi warga negara RI di luar negeri dibentuk Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN),

Panitia Pemungutan Suara Luar Negeri (PPSLN), dan Kelompok Penyelenggara

Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) yang bersifat sementara (adhoc).

e. Peserta Pemilu 1971

Partai Nahdlatul Ulama

Partai Muslim Indonesia

Partai Serikat Islam Indonesia

Persatuan Tarbiyah Islamiiah

Partai Nasionalis Indonesia

Partai Kristen Indonesia

Page 41: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

41

Partai Katholik

Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia

Partai Murba

Sekber Golongan Karya

ii. Pemilu 1977

a. Sistem Pemilu

Pemilu kedua pada pemerintahan orde baru ini diselenggarakan pada tanggal 2

Mei 1977. Sama halnya dengan Pemilu 1971, pada Pemilu 1977 juga menggunakan

sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar.

b. Asas Pemilu

Pemilu 1977 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia.

c. Dasar Hukum

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara

Bidang Politik, Aparatur Pemerintah, Hukum dan Hubungan Luar Negeri.

Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1973 tentang Pemilihan Umum.

Undang-undang Nomor 3/1975 Tentang Partai Politik dan Golongan Karya.

Undang-undang Nomor 5/1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di daerah.

Undang-undang Nomor 8/1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

Undang-undang Nomor 5/1979 tentang Pemerintahan Desa.

d. Badan Penyelenggara Pemilu

Pemilu 1977 diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Pemilu yang memiliki

struktur yang sama dengan penyelenggaraan pada tahun 1971, yaitu PPI ditingkat

pusat, PPD I di provinsi, PPD II di kabupaten/kotamadya, PPS di kecamatan,

Pantarlih di desa/kelurahan, dan KPPS. Bagi warga negara Indonesia di luar negeri

dibentuk PPLN, PPSLN, dan KPPSLN yang bersifat sementara (adhoc).

e. Peserta Pemilu

Pada Pemilu 1977, ada fusi atau peleburan partai politik peserta Pemilu 1971

sehingga Pemilu 1977 diikuti 3 (tiga) peserta Pemilu, yaitu : 1) Partai Persatuan

Pembangunan (PPP) yang merupakan fusi/penggabungan dari: NU, Parmusi, Perti,

dan PSII. 2) Golongan Karya (GOLKAR). 3) Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

merupakan fusi/penggabungan dari: PNI, Parkindo, Partai Katolik, Partai IPKI, dan

Partai Murba.

Page 42: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

42

iii. Pemilu 1982

a. Sistem Pemilu

Pemilu 1982 merupakan pemilu ketiga yang diselenggarakan pada

pemerintahan Orde Baru. Pemilu ini diselenggarakan pada tanggal 4 Mei 1982.

Sistem Pemilu 1982 tidak berbeda dengan sistem yang digunakan dalam Pemilu

1971 dan Pemilu 1977, yaitu masih menggunakan sistem perwakilan berimbang

(proporsional).

b. Asas Pemilu

Pemilu 1982 dilaksanakan dengan asas Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia.

c. Dasar Hukum

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan

Negara dan Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/1978 Tentang Pemilu.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1980 tentang Pemilihan Umum.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1980 sebagai pengganti Peraturan

Pemerintah Nomor 1 Tahun 1976.

d. Badan Penyelenggara Pemilu

Struktur organisasi penyelenggara Pemilu1982 sama dengan struktur

organisasi penyelenggara Pemilu 1977, yaitu terdiri dari PPI, PPD I, PPD II, PPS,

Pantarlih, dan KPPS serta PPLN, PPSLN, dan KPPSLN.

e. Peserta Pemilu 1982

Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Golongan Karya (Golkar).

Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

iv. Pemilu 1987

a. Sistem Pemilu

Pemilu keempat pada pemerintahan Orde Baru dilaksanakan pada tanggal 23

April 1987. Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun 1987 masih sama dengan

sistem yang digunakan dalam Pemilu 1982, yaitu menganut sistem perwakilan

berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar.

b. Asas Pemilu

Pemilu 1987 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia.

Page 43: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

43

c. Dasar Hukum

Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang GBHN dan Ketetapan MPR

Nomor III/ MPR/1983 tentang Pemilihan Umum.

UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas UU Nomor 15 Tahun 1969

sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 4 Tahun 1975 dan UU Nomor 2

Tahun 1980.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1980 sebagai pengganti Peraturan

Pemerintah Nomor 1 Tahun 1976.

d. Badan Penyelenggara Pemilu.

Struktur organisasi penyelenggara Pemilu 1987 sama dengan struktur organisasi

penyelenggara Pemilu 1982, yaitu terdiri dari PPI, PPD I, PPD II, PPS, Pantarlih dan

KPPS, serta PPLN, PPSLN, dan KPPSLN.

e. Peserta Pemilu 1987

Partai Persatuan Pembangunan.

Golongan Karya

Partai Demokrasi Indonesia.

v. Pemilu1992

a. Sistem Pemilu

Pemilu kelima pada pemerintahan Orde Baru dilaksanakan pada tanggal 9 Juni

1992. Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun 1992 masih sama dengan sistim

yang digunakan dalam Pemilu 1987, yaitu menganut sistem perwakilan berimbang

(proporsional) dengan stelsel daftar.

b. Asas Pemilu Pemilu 1992

Dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia.

c. Dasar Hukum.

Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN dan Ketetapan MPR

Nomor III/ MPR/1988 tentang Pemilu.

UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas UU Nomor 15 Tahun 1969

sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 4 Tahun 1975 dan UU Nomor 2

Tahun 1980.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1985

Page 44: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

44

Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1990 d. Badan Penyelenggara Pemilu.

Struktur organisasi penyelenggara Pemilu 1992 sama dengan struktur organisasi

penyelenggara Pemilu 1987, yaitu terdiri dari PPI, PPD I, PPD II, PPS, Pantarlih

dan KPPS, serta PPLN, PPSLN, dan KPPSLN.

d. Peserta Pemilu 1992.

Partai Persatuan Pembangunan.

Golongan Karya.

Partai Demokrasi Indonesia.

vi. Pemilu 1997

a. Sistem Pemilu

Pemilu keenam pada pemerintahan Orde Baru ini dilaksanakan pada tanggal 29

Mei 1997. Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun 1997 masih sama dengan

sistem yang digunakan dalam Pemilu 1992, yaitu menganut sistem perwakilan

berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar.

b. Asas Pemilu

Pemilu 1997 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia.

c. Dasar Hukum.

Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dan Ketetapan MPR

Nomor III/ MPR/1993 tentang Pemilu.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang Pemilihan Umum.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1975 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1985

d. Badan Penyelenggara Pemilu

Struktur organisasi penyelenggara Pemilu 1997 sama dengan struktur organisasi

penyelenggara Pemilu 1992, yaitu terdiri dari PPI, PPD I, PPD II, PPS, Pantarlih

dan KPPS, serta PPLN, PPSLN, dan KPPSLN.

e. Peserta Pemilu 1997.

Partai Persatuan Pembangunan.

Golongan Karya.

Page 45: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

45

Partai Demokrasi Indonesia.

3. Pemilu 1999-2009 (Masa Reformasi)

i. Pemilu 1999

a. Sistem Pemilu.

Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama pada masa reformasi. Pemungutan

suara dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 secara serentak di seluruh wilayah

Indonesia. Sistem Pemilu 1999 sama dengan Pemilu 1997 yaitu sistem perwakilan

berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar.

b. Asas Pemilu.

Pemilu 1999 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil.

c. Dasar Hukum.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,

DPR dan DPRD.

d. Badan Penyelenggara Pemilu.

Pemilu tahun 1999 dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang

dibentuk oleh Presiden. KPU beranggotakan 48 orang dari unsur partai politik dan

5 orang wakil pemerintah. Dalam menyelenggarakan Pemilu, KPU juga dibantu

oleh Sekretariat Umum KPU. Penyelenggara pemilu tingkat pusat dilaksanakan

oleh Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) yang jumlah dan unsur anggotanya sama

dengan KPU. Untuk penyelenggaraan di tingkat daerah dilaksanakan oleh PPD I,

PPD II, PPK, PPS, dan KPPS. Untuk penyelenggaraan di luar negeri dilaksanakan

oleh PPLN, PPSLN, dan KPPSLN yang keanggotaannya terdiri atas wakil-wakil

parpol peserta Pemilu ditambah beberapa orang wakil dari pemerintah dan tokoh-

tokoh masyarakat.

Page 46: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

46

e. Peserta Pemilu 1999.

Peserta Pemilu tahun 1999 diikuti oleh 48 Partai Politik, yaitu :

ii. Pemilu 2004

Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama yang memungkinkan rakyat memilih

langsung wakil mereka untuk duduk di DPR, DPD, dan DPRD serta memilih langsung

presiden dan wakil presiden. Pemilu 2004 diselenggarakan secara serentak pada

tanggal 5 April 2004 untuk memilih 550 Anggota DPR, 128 Anggota DPD, serta

Anggota DPRD (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia

periode 2004-2009. Sedangkan untuk memilih presiden dan wakil presiden untuk

1. Partai Indonesia Baru.

2. Partai Kristen Nasional Indonesia.

3. Partai Nasional Indonesia.

4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia.

5. Partai Kebangkitan Muslim Indonesia.

6. Partai Ummat Islam.

7. Partai Kebangkitan Umat.

8. Partai Masyumi Baru.

9. Partai Persatuan Pembangunan.

10. Partai Syarikat Islam Indonesia.

11. Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan.

12. Partai Abul Yatama.

13. Partai Kebangsaan Merdeka.

14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa.

15. Partai Amanat Nasional.

16. Partai Rakyat Demokratik.

17. Partai Syarikat Islam Indonesia 1905.

18. Partai Katholik Demokrat

19. Partai Pilihan Rakyat.

20. Partai Rakyat Indoneia.

21. Partai Politik Islam Indonesia

Masyumi.

22. Partai Bulan Bintang.

23. Partai Solidaritas Pekerja.

24. Partai Keadilan.

25. Partai Nahdlatul Umat

26. PNI-Front Marhaenis.

27. Partai Ikatan Pend.Kmd. Indonesia

28. Partai Republik.

29. Partai Islam Demokrat.

30. PNI-Massa Marhaen.

31. Partai Musyawarah Rakyat Banyak.

32. Partai Demokrasi Indonesia.

33. Partai Golongan Karya.

34. Partai Persatuan.

35. Partai Kebangkitan Bangsa.

36. Partai Uni Demokrasi Indonesia.

37. Partai Buruh Nasional.

38. Partai Musyawarah Kekeluargaan

Gotong Royong (MKGR).

39. Partai Daulat Rakyat.

40. Partai Cinta Damai.

41. Partai Keadilan dan Persatuan.

42. Partai Solidaritas Pekerja Seluruh

Indonesia.

43. Partai Nasional Bangsa Indonesia.

44. Partai Bhinneka Tunggal Ika.

45. Partai Solidaritas Uni Nasional

Indonesia.

46. Partai Nasional Demokrat.

47. Partai Umat Muslimin Indonesia.

48. Partai Perkerja Indonesia.

Page 47: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

47

masa bakti 2004-2009 diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2004 (putaran I) dan 20

September 2004 (putaran II).

a. Sistem Pemilu.

Pemilu 2004 dilaksanakan dengan sistem yang berbeda dari pemilu-pemilu

sebelumnya. Pemilu untuk memilih Anggota DPR dan DPRD (termasuk

didalamnya DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota) dilaksanakan dengan

sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan sistem daftar calon terbuka.

Partai politik akan mendapatkan kursi sejumlah suara sah yang diperolehnya.

Perolehan kursi ini akan diberikan kepada calon yang memenuhi atau melebihi nilai

BPP. Apabila tidak ada, maka kursi akan diberikan kepada calon berdasarkan

nomor urut. Pemilu untuk memilih Anggota DPD dilaksanakan dengan sistem

distrik berwakil banyak.

b. Asas Pemilu.

Pemilu 2004 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur, dan adil.

c. Dasar Hukum.

Undang-undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.

Undang-undang No. 12 Thn 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,

DPD dan DPRD.

Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Presiden Dan

Wakil Presiden.

d. Badan Penyelenggara Pemilu

Penyelenggaraan Pemilu 2004 dilakukan oleh KPU. Penyelenggaraan

ditingkat provinsi dilakukan KPU Provinsi, sedangkan ditingkat kabupaten/kota

oleh KPU Kabupaten/Kota. Selain badan penyelenggara pemilu diatas, terdapat

juga penyelenggara pemilu yang bersifat sementara (adhoc) yaitu Panitia

Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) untuk tingkat

desa/kelurahan, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk di

TPS. Untuk penyelenggaraan di luar negeri, dibentuk Panitia Pemungutan Luar

Negeri (PPLN) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri

(KPPSLN).

Page 48: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

48

e. Peserta Pemilu 2004.

Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2004 diikuti oleh 24 partai,

yaitu :

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004

Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004 putaran I (pertama)

sebanyak 5 (lima) pasangan, adalah sebagai berikut:

NO Nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Putaran I

1 H. Wiranto, SH. dan Ir. H.Salahuddin Wahid

2 Hj. Megawati Soekarnoputri dan K. H. Ahmad Hasyim Muzadi

3 Prof. Dr. H. M. Amien Rais dan Dr. Ir. H. Siswono Yudo Husodo

4 H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

5 Dr. H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar, M.Sc.

Karena kelima pasangan calon presiden dan wakil presiden peserta Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden putaran I (pertama) belum ada yang memperoleh

1. Partai Nasional Indonesia

Marhaenisme (PNI Marhaenisme).

2. Partai Buruh Sosial Demokrat (PBSD).

3. Partai Bulan Bintang (PBB).

4. Partai Merdeka.

5. Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

6. Partai Persatuan Demokrasi

Kebangsaan (PDK).

7. Partai Perhimpunan Indonesia Baru

(PIB).

8. Partai Nasional Banteng Kemerdekaan

(PNBK).

9. Partai Demokrat.

10. Partai Keadilan dan Persatuan

Indonesia (PKP Indonesia).

11. Partai Penegak Demokrasi Indonesia

(PPDI).

12. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah

Indonesia (PPNUI).

13. Partai Amanat Nasional (PAN).

14. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB).

15. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

16. Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

17. Partai Bintang Reformasi (PBR).

18. Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP).

19. Partai Damai Sejahtera.

20. Partai Golongan Karya (Partai

Golkar).

21. Partai Patriot Pancasila.

22. Partai Sarikat Indonesia.

23. Partai Persatuan Daerah (PPD).

24. Partai Pelopor.

Page 49: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

49

suara lebih dari 50%, maka dilakukan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

putaran II (kedua), dengan peserta dua pasangan calon presiden dan wakil

presiden yang memperoleh suara terbanyak pertama dan terbanyak kedua,

yaitu :

NO Nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Putaran II

1 Hj. Megawati Soekarnoputri dan K. H. Ahmad Hasyim Muzadi

2 H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

iii. Pemilu 2009

Pemilu 2009 merupakan pemilu ketiga pada masa reformasi yang diselenggarakan

secara serentak pada tanggal 9 April 2009 untuk memilih 560 Anggota DPR, 132

Anggota DPD, serta Anggota DPRD (DPRD Provinsi maupun DPRD

Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2009-2014. Sedangkan untuk memilih

presiden dan wakil presiden untuk masa bakti 2009-2014 diselenggarakan pada

tanggal 8 Juli 2009 (satu putaran).

a. Sistem Pemilu

Pemilu 2009 untuk memilih Anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD

Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem perwakilan berimbang (proporsional)

dengan sistem daftar calon terbuka. Kursi yang dimenangkan setiap partai politik

mencerminkan proporsi total suara yang didapat setiap parpol. Mekanisme sistem

ini memberikan peran besar kepada pemilih untuk menentukan sendiri wakilnya

yang akan duduk di lembaga perwakilan. Calon terpilih adalah mereka yang

memperoleh suara terbanyak. Untuk memilih Anggota DPD dilaksanakan dengan

sistem distrik berwakil banyak. Distrik disini adalah provinsi, dimana setiap

provinsi memiliki 4 (empat) perwakilan.

b. Asas Pemilu

Pemilu 2009 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil.

c. Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan

Umum;

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik;

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD,

dan DPRD;

Page 50: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

50

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden.

d. Badan Penyelenggara Pemilu

UUD 1945 menyebutkan bahwa Pemilihan Umum dilaksanakan oleh suatu

Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Penyelenggara

pemilu ditingkat nasional dilaksanakan oleh KPU, ditingkat provinsi dilaksanakan

oleh KPU Provinsi, ditingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh KPU

Kabupaten/Kota.

Selain badan penyelenggara pemilu diatas, terdapat juga penyelenggara pemilu

yang bersifat sementara (adhoc) yaitu Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia

Pemungutan Suara (PPS) untuk tingkat desa/kelurahan, dan Kelompok

Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk di TPS. Untuk penyelenggaraan

di luar negeri, dibentuk Panitia Pemungutan Luar Negeri (PPLN) dan Kelompok

Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN).

e. Peserta Pemilu

Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009 diikuti oleh 44 partai, 38

partai merupakan partai nasional dan 6 partai merupakan partai lokal Aceh.

Partai-partai tersebut adalah

1. Partai Hati Nurani Rakyat

2. Partai Karya Peduli Bangsa

3. Partai Pengusaha dan Pekerja

Indonesia

4. Partai Peduli Rakyat Nasional

5. Partai Gerakan Indonesia Raya

6. Partai Barisan Nasional

7. Partai Keadilan dan Persatuan

Indonesia

8. Partai Keadilan Sejahtera

9. Partai Amanat Nasional

10. Partai Perjuangan Indonesia Baru

11. Partai Kedaulatan

12. Partai Persatuan Daerah

13. Partai Kebangkitan Bangsa

14. Partai Pemuda Indonesia

15. Partai Nasional Indonesia

Marhaenisme

16. Partai Demokrasi Pembaruan

17. Partai Karya Perjuangan

18. Partai Matahari Bangsa

Page 51: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

51

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 diikuti oleh 3 (tiga) pasangan calon,

yaitu :

1) Hj. Megawati Soekarnoputri dan H. Prabowo Subianto (didukung oleh

PDIP, Partai Gerindra, PNI Marhaenisme, Partai Buruh, Pakar Pangan,

Partai Merdeka, Partai Kedaulatan, PSI, PPNUI)

2) Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Prof. Dr. Boediono (didukung oleh

Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, PKB, PBB, PDS, PKPB, PBR,

PPRN, PKPI, PDP, PPPI, Partai RepublikaN, Partai Patriot, PNBKI,

PMB, PPI, Partai Pelopor, PKDI, PIS, Partai PIB, Partai PDI)

3) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla dan H. Wiranto, S.IP (didukung oleh

Partai Golkar, dan Partai Hanura)

iv. Pemilu 2014

Pemilu 2014 merupakan pemilu ke-empat pada masa reformasi yang

diselenggarakan secara serentak pada tanggal 9 April 2014 untuk memilih 560

Anggota DPR, 132 Anggota DPD, serta Anggota DPRD (DPRD Provinsi maupun

DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2014-2019. Sedangkan untuk memilih

presiden dan wakil presiden untuk masa bakti 20014-2019 diselenggarakan pada

tanggal 9 Juli 2014 (satu putaran).

19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia

20. Partai Demokrasi Kebangsaan

21. Partai Republika Nusantara

22. Partai Pelopor

23. Partai Golongan Karya

24. Partai Persatuan Pembangunan

25. Partai Damai Sejahtera

26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan

Indonesia.

27. Partai Bulan Bintang

28. Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan.

29. Partai Bintang Reformasi

30. Partai Patriot

31. Partai Demokrat

32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia

33. Partai Indonesia Sejahtera.

34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama

35. Partai Aceh Aman Seujahtra (Partai

Lokal)

36. Partai Daulat Aceh (Partai Lokal)

37. Partai Suara Independen Rakyat Aceh

(Partai Lokal)

38. Partai Rakyat Aceh (Partai Lokal)

39. Partai Aceh (Partai Lokal)

40. Partai Bersatu Aceh (Partai Lokal)

41. Partai Merdeka

42. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah

Indonesia

43. Partai Sarikat Indonesia

44. Partai Buruh

Page 52: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

52

a. Sistem Pemilu

Pemilu 2014 untuk memilih Anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD

Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem perwakilan berimbang (proporsional)

dengan sistem daftar calon terbuka. Kursi yang dimenangkan setiap partai politik

mencerminkan proporsi total suara yang didapat setiap parpol. Mekanisme sistem

ini memberikan peran besar kepada pemilih untuk menentukan sendiri wakilnya

yang akan duduk di lembaga perwakilan. Calon terpilih adalah mereka yang

memperoleh suara terbanyak. Untuk memilih Anggota DPD dilaksanakan dengan

sistem distrik berwakil banyak. Distrik disini adalah provinsi, dimana setiap

provinsi memiliki 4 (empat) perwakilan.

b. Asas Pemilu.

Pemilu 2009 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil.

c. Dasar Hukum.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan

Umum;

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik;

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD,

dan DPRD;

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden.

d. Badan Penyelenggara Pemilu

UUD 1945 menyebutkan bahwa Pemilihan Umum dilaksanakan oleh suatu

Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Penyelenggara

pemilu ditingkat nasional dilaksanakan oleh KPU, ditingkat provinsi dilaksanakan

oleh KPU Provinsi, ditingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh KPU

Kabupaten/Kota.

Selain badan penyelenggara pemilu diatas, terdapat juga penyelenggara pemilu

yang bersifat sementara (adhoc) yaitu Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia

Pemungutan Suara (PPS) untuk tingkat desa/kelurahan, dan Kelompok

Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk di TPS. Untuk penyelenggaraan

di luar negeri, dibentuk Panitia Pemungutan Luar Negeri (PPLN) dan Kelompok

Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN).

Page 53: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

53

e. Peserta Pemilu

Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014 diikuti oleh 15 partai, 12

partai merupakan partai nasional dan 3 partai merupakan partai lokal Aceh.

Partai-partai tersebut adalah :

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 diikuti oleh 2 (dua) pasangan calon,

yaitu :

1) Ir. H. Joko Widodo dan Dr.(H.C.) Drs. H. Jusuf Kalla yang diusung oleh

PDIP, Nasdem, PKB, Hanura

2) Letnan Jenderal (Purn.) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan Ir.

M. Hatta Rajasa yang diusung oleh Gerindra, PKS, PAN, PPP, PBB dan

Partai Golkar

v. Pemilu 2019

Pemilu 2014 merupakan pemilu ke-empat pada masa reformasi yang

diselenggarakan secara serentak pada tanggal 17 April 2019 untuk memilih 575

Anggota DPR, 136 Anggota DPD, serta Anggota DPRD (DPRD Provinsi maupun

DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2019-2024. Sedangkan untuk memilih

presiden dan wakil presiden untuk masa bakti 20019-2024 diselenggarakan pada

tanggal 17 April 2019 (satu putaran). Ini adalah kali pertama indonesia melaksanakan

pemilu secara serentak pada 17 april 2019, aka nada 5 jenis surat suara yang diterima

saat pemilih datang kke TPS, antara lain : Kelimanya adalah surat suara DPR RI,

DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, DPD RI, dan surat suara pilpres.

1. Partai NasDem

2. Partai Kebangkitan Bangsa

3. Partai Keadilan Sejahtera

4. Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan

5. Partai Golongan Karya

6. Partai Gerakan Indonesia Raya

7. Partai Demokrat

8. Partai Amanat Nasional

9. Partai Persatuan Pembangunan

10. Partai Hati Nurani Rakyat

11. Partai Bulan Bintang

12. Partai Keadilan dan Persatuan

Indonesia

13. Partai Damai Aceh

14. Partai Nasional Aceh

15. Partai Aceh

Page 54: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

54

a. Sistem Pemilu.

Pemilu 2019 untuk memilih Anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD

Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem perwakilan berimbang (proporsional)

dengan sistem daftar calon terbuka. Kursi yang dimenangkan setiap partai politik

mencerminkan proporsi total suara yang didapat setiap parpol. Mekanisme sistem

ini memberikan peran besar kepada pemilih untuk menentukan sendiri wakilnya

yang akan duduk di lembaga perwakilan. Calon terpilih adalah mereka yang

memperoleh suara terbanyak. Untuk memilih Anggota DPD dilaksanakan dengan

sistem distrik berwakil banyak. Distrik disini adalah provinsi, dimana setiap

provinsi memiliki 4 (empat) perwakilan.

b. Asas Pemilu.

Pemilu 2009 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil.

c. Dasar Hukum.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Meliputi Penyelenggara hingga peserta

pemilu

d. Badan Penyelenggara Pemilu

UUD 1945 menyebutkan bahwa Pemilihan Umum dilaksanakan oleh suatu

Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Penyelenggara

pemilu ditingkat nasional dilaksanakan oleh KPU, ditingkat provinsi dilaksanakan

oleh KPU Provinsi, ditingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh KPU

Kabupaten/Kota.

Selain badan penyelenggara pemilu diatas, terdapat juga penyelenggara pemilu

yang bersifat sementara (adhoc) yaitu Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia

Pemungutan Suara (PPS) untuk tingkat desa/kelurahan, dan Kelompok

Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk di TPS. Untuk penyelenggaraan

di luar negeri, dibentuk Panitia Pemungutan Luar Negeri (PPLN) dan Kelompok

Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN).

Page 55: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

55

e. Peserta Pemilu

Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2019 diikuti oleh 20 partai, 16

partai merupakan partai nasional dan 4 partai merupakan partai lokal Aceh.

Partai-partai tersebut adalah :

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 diikuti oleh 2 (dua) pasangan calon,

yaitu :

1) Ir. H. Joko Widodo dan Prof. Dr. K. H. Ma'ruf Amin yang diusung oleh

PDIP, Nasdem, PKB, Hanura, PPP, PKPI, Golkar,

2) Letnan Jenderal (Purn.) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan H.

Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A yang diusung oleh Gerindra,

PAN, Demokrat dan PKS

1. Partai Kebangkitan Bangsa

2. Partai Gerakan Indonesia Raya

3. Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan

4. Partai Golongan Karya

5. Partai Nasdem

6. Partai Gerakan Perubahan Indonesia

7. Partai Berkarya

8. Partai Keadilan Sejahtera

9. Partai Persatuan Indonesia

10. Partai Persatuan Pembangunan

11. Partai Solidaritas Indonesia

12. Partai Amanat Nasional

13. Partai Hati Nurani Rakyat

14. Partai Demokrat

15. Partai Bulan Bintang

16. Partai Keadilan dan Persatuan

Indonesia

17. Partai Aceh

18. Partai Suara Independen Rakyat Aceh

19. Partai Daerah Aceh

20. Partai Nanggroe Aceh

Page 56: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

56

BAB III

POLITIK UANG (Money Politic) dan PATRONASE

Pengantar :

Money politic atau yang sering disebut dengan politik uang merupakan pertukaran uang

dengan sebuah kebijakan atau keputusan politik yang mengatasnamakan kepenting rakyat

tetapi sesungguhnya membawa kepentingan partai/ kelompok/ pribadi. bahwa politik uang

menggambarkan praktik yang lebih merujuk pada distribusi uang dalam bentuk tunai

maupun barang dari kandidat di saat pemilu . Hal tersebut ia artikan dengan melihat

fenomena perkembangan zaman yang mulai mengartikan politik uang ke dalam konteks

yang lebih sempit. Patronase sebagai sebuah pembagian keuntungan di antara politisi

untuk mendistribusikan sesuatu secara individual kepada pemilih, para pekerja atau

pengiat kampanye, dalam rangka mendapatkan keuntungan politik dari mereka. Patronase

merupakan pemberian uang tunai, barang, jasa, dan keuntungan ekonomi lainnya (seperti

pekerjaan atau kontrak proyek) yang didistribusikan oleh politisi, termasuk keuntungan

yang ditujukan untuk individu ( misalnya, amplop berisi uang tunai) dan kepada

kelompok/ komunitas( misalnya, amplop berisi uang tunai) dan kepada kelompok/

komunitas ( misalnya,lapangan sepak bola baru untuk para pemuda di sebuah kampung).

Patronase juga bisa berupa uang tunai atau barang yang didistribusikan kepada pemilih

yang berasal dari dana pribadi. Cost Politik’ atau dana politik adalah dana wajib yang harus

dianggarkan PelakuPolitik yang digunakan untuk membeli spanduk, poster, baju

kampanya, bendera kampanye dan bahkan untuk mebuat iklan di media massa atau TV

sekalipun serta biaya akomodasi,transportasi

Kata kunci:

Politik uang (Money politic) dan Patronase

Tujuan :

Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai Politik uang dan Patronase

Memberikan pemahaman kepada peserta perbedaan politik uang dan dana politik

Page 57: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

57

Tujuan Khusus :

Pada akhir sesi peserta diharapkan:

Memahami pengertian politik uang dan patronase

Memahami Tipe-tipe politik uang dan patronase

Memahami Dampak Buruk Politik uang dan Patronase

Memahami Perbedaan Politik uand dan dana politik

Pokok Bahasan : Politik uang, Patronase, dan Dana politik

Metode Pembelajaran :

CARA PERTAMA

1. Fasilitator menanyakan kepada peserta pengertian Politik uang , Patronase dan dana politik

2. Fasilitator mencatatnya pada kertas flipchart/plano. Jawaban yang sama atau memiliki ide

yang sama dikelompokkan dalam satu bagian.

3. Bila tidak ada lagi jawaban baru atau ide baru fasilitator menutup dengan mengajak peserta

melihat kembali daftar jawaban

Catatan :

Fasilitator diharapkan menggali pemahaman peserta terhadap pengertian Politik uang ,

Patronase dan Dana Politik

Jawaban yang dimunculkan peserta akan dibandingkan dengan Salah satu referensi Buku

Politik Uang DI Indonesia Karya Edward Aspinall dan Mada Sukamajati

Alokasi waktu 5 menit

CARA KEDUA

1. Fasilitator membagi peserta ke dalam 4 kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan hitungan

angka 1,2,3,dan 4. Secara bergiliran peserta menyebut angka tersebut. Perserta dengan angka

yang sama berkelompok menjadi satu

2. Fasilitator membagikan materi mengenai politik uang,patronase dan dana politik

3. Masing-masing Kelompok membahas materi sebagai berikut Kelompok 1 : membahas

Pengertian Politik uang dan dampak politik uang, Kelompok 2 : Membahas kasus-kasus atau

praktik yang terjadi mengenai politik uang disekitar lingkungan anda, Kelompok 3 :

menjelaskan pengertian Patronase dan varian patronase

4. Tugas dalam diskusi kelompok adalah:

Mengidentifikasi dampak politik uang dan pengertiannya

Mendiskusikan bagaimana praktik politik uang terjadi

5. Mengidentifikasi apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi selama ini agar peserta

tidak melakukan praktik politik uang

6. Peserta diberikan waktu berdiskusi selama 15 menit. Kemudian, setiap kelompok presentasi

selama 5 menit.

Page 58: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

58

7. Menutup sesi ini, fasilitator perlu menarik kesimpulan Bahaya Politik uang dan patronase dan

menyusun langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan peserta untuk memastikan

peserta tidak melakukan kegiatan praktik politik uang dan patronase Alokasi waktu maksimal

40 menit.

Materi dan Alat Pembelajaran yang dibutuhkan:

1. Spidol warna-warni.

2. Kertas plano (20 lembar)

3. Fotokopi materi

4. Power Point Presentation tentang politik uang,patronase, dan dana politik

Page 59: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

59

MATERI

BAB III

POLITIK UANG, PATRONASE DAN DANA POLITIK ( COST POLITIC)

1. POLITIK UANG

A. Pengertian Politik Uang(Money Politic)

Dalam Bahasa Indonesia money politic merujuk kepada kata suap. Menurut

Herbert E Alexander dalam Erwin (2017) Money politic atau yang sering disebut

dengan politik uang merupakan pertukaran uang dengan sebuah kebijakan atau

keputusan politik yang mengatasnamakan kepenting rakyat tetapi sesungguhnya

membawa kepentingan partai/ kelompok/ pribadi.

Aspinall (2015) juga mengartikan bahwa politik uang menggambarkan praktik

yang lebih merujuk pada distribusi uang dalam bentuk tunai maupun barang dari

kandidat di saat pemilu . Hal tersebut ia artikan dengan melihat fenomena

perkembangan zaman yang mulai mengartikan politik uang ke dalam konteks yang

lebih sempit.

Money politic juga diartikan sebagai bentuk pemberian atau janji

menyuap/sogok seseorang agar orang tersebut tidak menjalankan hak pilihnya untuk

memilih calon lain. Pemberian tersebut dilakukan untuk menarik simpati pemilih agar

memilih dirinya saat pemilihan umum.

Money politic termasuk kepada tindak pidana, ada 5 pasal KUHP tentang tindak

pidana “Kejahatan Terhadap Pelaksanaan Kewajiban dan Hak Kenegaraan” yang jelas

terdapat hubunganya dengan pemilihan umum. Undang – Undang Pemilu Nomor 7

Tahun 2017 Pasal 523 tentang Pemilihan Umum ayat 1 sampai 3 menjelaskan larangan

adanya politik uang, yang isinya sebagai berikut :

Page 60: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

60

1) Setiap pelaksanaan, peserta, dan/atau tim kampanye pemilu yang dengan sengaja

menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada

peserta kampanye pemilu secara langsung ataupun tidak langsung sebagai

dimaksud dalam pasal 280 ayat (1) huruf j dipidana dengan pidana penjara paling

lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp 24.000.000.00 (dua puluh empat

juta rupiah)

2) Setiap pelaksanaan, peserta, dan/atau tim kampanye pemilu yang dengan sengaja

pada masa tenang menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lainnya

kepada pemilih secara langsung ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud

dalam pasal 278 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)

tahun dan denda paling banyak Rp 48.000.000.00 (empat puluh delapan juta)

3) Setiap orang yang dengan sengaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau

memberikan uang atau materi lainnya kepada pemilih untuk tidak menggunakan

hak pilihnya atau memilih peserta pemilu tertentu dipidana dengan pidana penjara

paling lam 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 36.000.000.00 (tiga puluh

enam juta rupiah).

B. Bentuk-Bentuk Politik Uang

Menurut Ahmad Khoirul Umam (2006) Money politic memiliki beberapa

bentuk, bentuk-bentuk dari money politic tersebut adalah sebagai berikut :

1) Berbentuk Uang (Cash Money)

Dalam kehidupan bermasyarakat, uang diakui sebagai senjata yang strategis dan

paling ampuh untuk mendapatkan kekuasaan. Karena, pada dasarnya saudara

kembar kekuasaan adalah uang. Uang mejadi faktor penting untuk meningkatkan

personal seseorang, sekaligus mengendalikan strategi untuk kepentingan politik dan

kekuasan. Seseorang akan secara leluasa untuk memperngaruhi dan memaksa

kepentingan pribadi serta kelompok kepada pihak yang memberikan sarana-

prasarana tersebut termasuk uang (Nugroho, 2001).

Dalam sebuah pemilihan umum, uang memiliki peran yang sangat penting.

Terdapat beberapa cara money politic yang sering dilakukan antara lain sebagai

berikut:

a) Sarana Kampanye. Adapaun cara yang digunakan adalah meminta dukungan

dari masyarakat melalui penyebaran brosur, stiker dan pembagian kaos.

Page 61: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

61

Setelah selesai, para pendukung pun diberi uang transport dengan harga yang

berbeda-beda.

b) Beberapa tindakan money politic yang dilakukan seperti memberi sumbangan,

baik dalam bentuk barang atau uang kepada tim pemenang yang berasal dari

partai, pengembira atau kelompok tertentu (Sumartini, 2004). Cara lain juga

dilakukan dengan pemberian bantuan kepada kelompok ataupun komunitas,

seperti mengirimkan proposal yang sifatnya hanya formalitas dengan

menyebutkan jenis bantuan yang diminta, jika proposal yang dikirimkan

dikabulkan oleh kandidat makan calon pemilih harus siap memberikan

suaranya.

Bantuan nyata dalam bentuk sembako yang sering dikirim oleh para kandidat

bersifat kebutuhan sehari-hari, seperti : beras, minyak, gula, mie atau bahan-

bahan sembako lainnya. Bantuan nyata yang sifatnya kebutuhan sehari-hari

biasanya sangat efektif, karena tepat sasaran yaitu masyarakat yang ekonominya

menengah kebawah.

2) Berbentuk Fasilitas Umum

Dalam menarik simpati masyarakat setiap para calon memiliki strategi

tersendiri, seperti hal nya politik pencitraan dan tebar pesona. Hal ini tidak hanya

memberikan keuntungan kepada masyarakat, tetapi juga membantu sarana umum.

Politik pencitraan dan tebar pesona ini tidak hanya dilakukan oleh calon-calo baru,

tetapi juga calon yang berniat untuk maju kembali di daerah pemilihannya. Strategi

ini dijadikan bahan untuk menarik simpati masyarakat dengan menyediakan

berbagai kebutuhan untuk fasilitas umum seperti semen, batu, pasir, besi dan

sebagainya. Adapun fasilitas umum yang dijadikan sasaran para kandidat biasanya

adalah pembangunan Masjid, Mushallah, Madrasah, jalan/gang, dan sebagainya.

C. MODUS/CONTOH PRAKTEK POLITIK UANG

Bentuk money politic yang dilakukan oleh para pelaku berdasarkan penanganan

pelanggaran politik uang oleh BAWASLU RI tahun 2015 dan tahun 2017 :

1. Pembagian uang tunai kepada pemilih

2. Pembagian kain sarung/semen/gula dan kopi/jilbab/peci

3. Menjanjikan uang kepada pemilih

4. Pemberian uang melalui tim pasangan calon

5. Pemberian uang dengan cara mengumpulkan orang pada suatu tempat/rumah

Page 62: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

62

6. Pembagian sembako berupa beras

7. Melakukan pengobatan gratis

8. Pembagian voucher bensin

9. Pemberian hadiah dengan mengadakan pertandingan olahraga

10. Menjanjikan uang pada proposal posyandu yang disampaikan masyarakat

11. Pembagian uang kepada pemilih yang berstatus narapidana

12. Pemberian bantuan untuk pembangunan lapangan

13. Mahar politik

14. Pembagian uang melalui penukaran/mengumpulkan C6 (undangan memilih)

15. Pembagian kupon yang kemudian ditukarkan dengan uang

D. Dampak Dari Politik Uang

1. Tidak ada kontrol dari masyarakat

2. Penyalahgunaan jabatan

3. Munculnya korupsi

4. Ketidak percayaan masyarakat terhadap pemimpin serta wakil – wakil rakyat

E. Pencegahan Politik Uang

1. Pentingnya Pendidikan politik

2. Mengubah pola pikir bahwasanya uang bukanlah dari segalanya

3. Kesepakatan untuk membuat langkah hukum dan non-hukum tentang money

politic dari setiap tingkatan pemerintahan (Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan

Provinsi)

4. Satu rumah satu spanduk menolak politik uang dalam bentuk apapun

5. Mengkriminalisasikan politik uang sebagai tindak kejahatan dengan ancaman

hukuman yang berat

6. Membentuk kelompok pengawas di tingkat dukuh untuk ikut terlibat mengawasi

kampanye dll.

2. PATRONASE

Patronase sebagai sebuah pembagian keuntungan di antara politisi untuk

mendistribusikan sesuatu secara individual kepada pemilih, para pekerja atau pengiat

kampanye, dalam rangka mendapatkan keuntungan politik dari mereka. Patronase

Page 63: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

63

merupakan pemberian uang tunai, barang, jasa, dan keuntungan ekonomi lainnya (seperti

pekerjaan atau kontrak proyek) yang didistribusikan oleh politisi, termasuk keuntungan

yang ditujukan untuk individu ( misalnya, amplop berisi uang tunai) dan kepada

kelompok/ komunitas( misalnya, amplop berisi uang tunai) dan kepada kelompok/

komunitas ( misalnya,lapangan sepak bola baru untuk para pemuda di sebuah kampung).

Patronase juga bisa berupa uang tunai atau barang yang didistribusikan kepada pemilih

yang berasal dari dana pribadi.

Sebagaimana telah disinggung diatas patronase sebagai pertukaran keuntungan demi

memperoleh dukungan politik. Perlu ditekankan di sini bahwa unsur pertukaran dalam

patronase terkadng problematik. Ketika kandidat mendistribusikan hadiah atau membayar

pemilih, sebenernya mereka tidak yakin dengan bentuk respons balik yang akan diberikan

oleh pemilih. Pada pemilu bebas rahasia para calon pembeli suara biasanya tidak punya

jaminan bahwa pemilih yang menerima pemberian itu akan patuh dengan memberikan

suaranya dihari pemilihan.

A. Variasi Bentuk Patronase

1. Pemberian Suara (vote buying) berbeda dengan beberapa kajian lain, kami

mengidentifikasi prilaku yang termasuk sebagai pembelian suara kami maknai sebagai

distribusi pembayaran uang tunai/barang dari kandidat kepada pemilih secara sistematis

beberapa hari menjelang pemilu yang disertai dengan harapan yang implisit bahwa para

penerima akan membalasnya dengan memberikan suaranya bagi si pemberi.

2. Pemberian-pemberian pribadi (individual gift). Untuk mendukung upaya pembelian

suara yang lebih sistematis, para kandidat seringkali memberikan berbagai bentuk

pemberian pribadi kepada pemilih. Biasanya, mereka melakukan praktik ini ketika

bertemu dengan pemilih, baik ketika melakukan kunjungan ke rumah-rumah atau pada

saat kampanye. Pemberian ini seringkali dibahasakan sebagai perekat hubungan sosial

(social lubricant), misalnya, anggapan bahwa barang pemberian tersebut

didistribusikan oleh tim kampanye. Dalam kasus semacam ini, praktik tersebut tidak

mudah dibedakan dengan pembelian suara secara sistematis. Pemberian yang paling

umum bisa dibedakan dalam beberapa kategori. Sebagai contoh, pemberian dalam

bentuk benda-benda kecil ( misalnya, kalender dan gantungan kunci) yang disertai

dengan nama kandidat dan imej yang dibentik untuk sang kandidat. Contoh pemberian

lain bahan makanan atau sembako, seperti beras , gula , minyak goreng , dan mie instan.

Juga, benda-benda kecil lainnya, seperti kain atau peralatan rumah tangga, terutama

Page 64: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

64

yang memiliki makna religius ( misalnya jilbab, mukena, sajadah) atau peralatan rumah

tangga minor seperti barang-barang pecah belah atau terbuat dari plastik.

3. Pelayanan dan Aktivitas

Seperti pemberian uang tunai dan materi lainnya, kandidat seringkali menyediakan atau

membiayai beragam aktivitas dan pelayanan pemilih. Bentuk aktivitasnya sangat umum

adalah kampanye pada acara perayaan oleh komunitas tertentu. Di forum ini, para

kandidat biasanya mempromosikan dirinya. Contoh lain adalah penyelenggaraan

pertandingan olahraga, turnamen catur atau domino, forum forum pengajian, demo

memasak, menyanyi bersama, pesta-pesta yang diselenggarakan oleh komunitas, dan

masih banyak lagi.

4. Barang-Barang Kelompok (Club goods)

Kami mendefinisikan istilah Club goods sebagai praktik patronase yang diberikan lebih

untuk keuntungan bersama bagi kelompok sosial tertentu ketimbang bagi keuntungan

individual. Sebagaian besar club goods di Indonesia bisa dibedakan dalam dua kategori,

yaitu donasi untuk asosiasi-asosiasi komunitas dan donasi untuk komunitas yang

tinggal di lingkungan perkotaa,pedesaan, atau lingkungan lain. Di Indonesia terdapat

banyak variasi institusi formal dan informal pada tingkatan akar rumput, seperti

kelompok keagamaan, klub olahraga, asosiasi pemuda, kelompok wanita, koperasi-

koperasi petani. Karena, itu biasanya kunjungan kandidat ke komunitas-komunitas

seperti ini yang disertai dengan pemberian barang atau keuntungan lainnya merupakan

fenomena yang amat umum. Jenis barang yang biasa dibagikan adalah sound system,

peralatan dapur , tenda , peralatan pertanian, dan sejenisnya. Kandidat kerap

memberikan sumbangan pembangunan atau renovasi infrastruktur yang dibutuhkan

oleh masyrakat di wilayah tertentu, misalnya rumah ibadah, jalan, jembatan, atau kanal-

kanal drainase, penyediaan penerangan jalan, sumur air untuk desa-desa, dan lain-lain.

5. Proyek-proyek gentong babi ( pork barrel project)

Pork barel project didefinisikan sebagai proyek-proyek pemerintah yang ditujukan

untuk wilayah geografis tertentu. Karakter utama dari prok barel project adalah

kegiatan ini ditujukan kepada publik dan didanai dengan dana publik dengan harapan

publik memberikan dukungan politik kepada kandidat tertentu. Sebagaimana yang kita

lihat,banyak kandidat menjanjikan akan memberikan ‘program-program’ dan proyek –

proyek’ yang didanai dengan dana publik untuk konstituen mereka yang biasanya

berupa proyek-proyek infrastruktur berskala kecil atau keuntungan untuk kelompok

Page 65: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

65

komunitas tertenti, terutama aktivitas-aktivitas yang bisa menghasilkan pendapatan.

Karena itu banyak kandidat petahana pada saat kampanye berusaha menunjukan rekam

jejak (track record) mereka untuk meyakinkan pemilih akan keberhasilan mereka

dalam menghadirkan’ program-program’ tersebut. Di banyak daerah, setiap anggota

DPRD Kabupaten/kota maupun provinsi memperoleh dana khusus untuk tujuan-tujuan

semacam ini. Biasanya dana tersebut diberi nama sebagai dana aspirasi ( gagasan dari

dana aspirasi adalah bahwa rangka mendukun para legislator dalam aktivitas

penyerapan dan memberikan respons terhadap aspirasi konstituen, mereka diberikan

jatah beberapa proyek pemerintah).

PERBEDAAN POLITIK UANG (MONEY POLITIC) DAN DANA POLITIK (COST

POLITIC

No POLITIK UANG

(MONEY POLITIC)

DANA POLITIK

(COST POLITIC)

1. Secara sederhana, ‘Money Politic’(politik

uang) yaitu sebuah proses di dalam

politik yang membeli suara rakyat atau

pemilih dengan cara memberikan

sejumlah uang.

Money politic juga diartikan sebagai

bentuk pemberian atau janji

menyuap/sogok seseorang agar orang

tersebut tidak menjalankan hak pilihnya

untuk memilih calon lain.

‘Cost Politik’ atau dana politik adalah

dana wajib yang harus dianggarkan

Pelaku Politik yang digunakan untuk

membeli spanduk, poster, baju

kampanya, bendera kampanye dan

bahkan untuk mebuat iklan di media

massa atau TV sekalipun serta biaya

akomodasi, hingga transportasi .

2. Tujuan pemberian tersebut dilakukan

untuk menarik simpati pemilih agar

memilih dirinya saat pemilihan umum.

Tujuannya untuk mendekatkan

informasi mengenai misi dan visi caleg

kepada raryat dengan harapan rakyat

dapat memilih mereka. Juga Para

Caleg, membutuhkan Dana Politik

untuk membuat terobosan dan memberi

manfaat kepada masyarakat, misalnya,

menyediakan ambulance gratis,

memfasilitasi pendidikan singkat untuk

masyarakat berupa kegiatan pelatihan,

juga bisa berupa subsidi pendidikan.

Page 66: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

66

BAB IV

CIVIL SOCIETY DALAM DEMOKRASI

Pengantar :

civil society sudah dibicarakan sejak abad ke-18. Terdapat juga catatan Cicero yang telah

menggunakan kata ini pada tahun 106-43 SM. Masyarakat sipil mencakup beragam organisasi, formal

dan informal yang meliputi asosiasi ekonomi, budaya, informasi dan pendidikan, kelompok

kepentingan, organisasi pembangunan, dan dapat pula kelompok yang berorientasi isu, dan

kewarganegaraan. Dalam materi pembahasan akan mengupas bagaimana peran civil society

(masyarakat) dalam memposisikan diri sebagai negara Demokrasi. Dan bagaimana peran masyarakat

sipil dalam mengkontrol pemerintahan di sebuah negara demokrasi

Kata kunci:

Civil society, demokrasi, partisipasi

Tujuan :

Memberikan pemahaman kepada peserta bagaimana posisi civil society ( masyarakat) dalam

negara demokrasi dan juga membeikan pemahaman terkait bagaimana peran partisipasi

masyarakat dalam mengkontrol negara dalam sebuah negara demokrasi

Tujuan Khusus :

Pada akhir sesi peserta diharapkan:

Memahami pengertian civil society (masyarakat)

Memahami bagaimana posisi masyarakat dalam berdemokrasi

Memahami

Memahami bagaimana peran partisispasi masyarakat

Dapat memahami bagaimana fungsi masyarakat dalam pemilihan umum dan hubungan

masyarakat dengan partai politik

Page 67: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

67

Pokok Bahasan : Pengertian civil society, posisi civil society dalam negara demokrasi, peran

partisipasi civil society, civil society dalam pemilihan umum dan hubungan civil society terhadap

partai politik

Metode Pembelajaran :

Cara Pertama

1. Fasilitator menanyakan kepada peserta pengertian civil society (masyarakat), peran masyarakat

dalam negara demokrasi, pemilihan umum, serta hubungan masyarakat dengan partai politik

2. Fasilitator mencatatnya pada kertas flipchart/plano. Jawaban yang sama atau memiliki ide yang

sama dikelompokkan dalam satu bagian.

3. Bila tidak ada lagi jawaban baru atau ide baru fasilitator menutup dengan mengajak peserta

melihat kembali daftar jawaban.

Catatan :

Fasilitator diharapkan menggali pemahaman peserta terhadap peran civil society (masyarakat)

dalam memposisikan sebagai negara demokrasi.

Jawaban yang dimunculkan peserta akan dibandingkan dengan materi modul yang disusun

Alokasi waktu 5 menit

Cara kedua

1. Fasilitator menayangkan power point presentation yang berisi tentang poin-poin penting

pengertian civil society(masyarakt), peran partisipasi masyarakat, peran masyarakat dalam

pemilihan umum dan hubungan masyarkat dengan partai politik.

2. Pada setiap pembahasan pengertian civil society, partisipasi masyarakat, peran masyarakat

dalam pemilihan umum dan hubungan masyarakat dengan partai politik di catat pada kertas

plano

3. Peserta mengidentifikasi jika ada pembahasan mengenai posisi masyarakat dalam negara

demokrasi yang belum dimunculkan dalam diskusi awal lalu menambahkannya menjadi poin

tambahan dalam kertas plano, sebagai hasil belajar bersama.

4. Fasilitator bertanya ke peserta: berdasarkan pengalaman terjadi

5. Menutup presentasi fasilitator mengajukan pertanyaan langkah-langkah apa yang akan

mereka lakukan untuk memastikan peran civil society (masyarakat) ambil andil dalam

sebuah negara demokrasi

6. Alokasi Waktu Maksimal 20 Menit

Catatan :

Sebagai bahan bacaan tambahan, fasilitator membagikan kepada peserta mengenai materi-

materi yang berkaitan dengan civil society

Cara ketiga

1. Fasilitator membagi peserta ke dalam 5 kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan hitungan

angka 1, 2, 3, 4 dan 5 . Secara bergiliran peserta menyebut angka tersebut. Peserta dengan angka

yang sama berkelompok menjadi satu.

2. Fasilitator membagikan naskah UUD 1945, UU No. 7 tahun 2017, atau Buku Pedoman Rumah

pintar pemilu untuk menjadikan referensi kecil bagi setiap kelompok

Page 68: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

68

3. Masing-masing kelompok membahas materi sebagai berikut : Kelompok 1: membahas terkait

pengertian civil society ( masyarakat) , kelompok 2: membahas pentingya partisipasi

masyarakat dalam sebuah negara demokrasi ; Kelompok 3 : membahas bagaimana posisi

masyarakat dalam sebuah negara demokrasi ; Kelompok 4 : bagaimana peran masyarakat dalam

pemilihan umum, kelompok 5 : membahas bagaimana hubungan masyarakat dengan partai

politik

4. Tugas dalam diskusi kelompok adalah:

5. Mengidentifikasi setiap judul pembahasan yang diberikan setiap kelompok dengan cara

mengambil point-point penting serta dibenturkan dengan realita yang dialami.

6. Menjelaskan konsep besar posisi masyarakat dalam negara demokrasi

7. Mendiskusikan bagaimana praktik masyarakat dalam melakukan partisipasi dalam pemilihan

umum

8. Mengidentifikasi apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi selama ini agar

masyarkat menjadi kontrol dalam menjalankan nilai-nilai demokrasi

9. Peserta diberikan waktu berdiskusi selama 15 menit. Kemudian, setiap kelompok presentasi

selama 5 menit.

10. Menutup sesi ini, fasilitator perlu menarik kesimpulan tentang pemahaman pengertian civil

society, posisi masyarakat dalam negara demokrasi, peran masyarakat dalam berpartisipasi, dan

bagaiamana peran masyarakat dalam pemilihan umum serta hubungan masyarakat terhadap

partai politik dan langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan peserta untuk memastikan

masyarakat menjadi control dalam setiap nilai demokrasi.

11. Alokasi waktu maksimal 40 menit.

Materi dan Alat Pembelajaran yang dibutuhkan:

1. Spidol warna-warni.

2. Kertas plano (20 lembar)

3. Fotokopi, UUD 1945, UU Nomor 7 tahun 2017, buku pedoman Rumah Pintar Pemilu

4. Power Point Presentation tentang civil society dalam negara demokrasi

Page 69: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

69

MATERI

BAB IV

CIVIL SOCIETY DALAM DEMOKRASI

Tema masyarakat sipil atau civil society sudah dibicarakan sejak abad ke-18. Terdapat

juga catatan Cicero yang telah menggunakan kata ini pada tahun 106-43 SM. Masyarakat sipil

mencakup beragam organisasi, formal dan informal yang meliputi asosiasi ekonomi, budaya,

informasi dan pendidikan, kelompok kepentingan, organisasi pembangunan, dan dapat pula

kelompok yang berorientasi isu, dan kewarganegaraan Ada pun karakter civil society ini,

menurut Barata, antara lain adalah terkait kepengaturan formal kelompok, tujuan dan metode,

pelembagaan organisasi, dan pluralism. Karakter ini sangat dekat sebagaimana hasil

penelusuran Pabottinggi mengenai sistem demokrasi. Sistem pemerintahan ini berpatokan pada

kolektifitas, prinsip kebebasan, prosedural, menghargai hak, saling kontrol, pluralisme, dan

konstitusionalisme. (Barata, 2018)

Demokrasi atau demokratisasi telah menjadi salah satu tema sentral dalam hasanah

politik kontemporer, termasuk di Indonesia. Ada yang menekankan pada pendekatan atau

masalah nilai dan budaya model dan bentuk baru demokrasi masalah-masalah civil society),

masalah civilian supremacy upon military tingkatan modernisasi demokrasi, pilihan

strategistrategi demokrasi, lembaga-lembaga demokratis (dan lain sebagainya. Kontribusi dari

semua ini adalah penampakan hubungan pasang surut antara negara dan masyarakat. Suatu

kesmepatan negara menjadi paling dominan, kadang di masyarakat sipil dan kadang tidak

menentu sebagai arena yang dinegosiasikan. Setelah sekian lama pergulatan ideologi politik

global, demokrasi liberal berhasil memenangkannya. Namun, bukan berarti demokrasi liberal

tanpa persoalan di perjalanannya

Krisis demokrasi liberal, disinyalir sangat kuat, bersumber dari obsesi berlebihan

demokrasi liberal terhadap metode, prosedur dan institusi dalam memaknai dan menjelaskan

arti penting pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Akibatnya model demokrasi liberal tidak

peka pada isu-isu seperti partisipasi, keadilan atau budaya demokrasi. Tampaknya model ini

percaya inklusi

politik, kesejahteraan dan civility akan datang dan terbentuk dengan sendirinya jika

lembagalembaga sudah berhasil dibangun. Terbukti kemudian lembagalembaga selalu perlu

diketuk agar benar-benar membunyikan demokrasi. Jika tidak, lembaga baru sekaliber pemilu

Page 70: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

70

yang jujur dan adil sekalipun akan terjebak konservatisme. Contohnya, pemilu sebagai metode

seleksi pemimpin justru memperkuat posisi kekuatan-kekuatan anti-demokrasi. Keterpurukan

ini disebabkan kegagalan mempraktikkan simbiosis antara demokrasi dan nasion dimana hal

itu hanya memungkinkan dilakukan dengan ‘konsolidasi kebangsaan (Cohen, J. L., & Arato,

A. , 2007)

Menurut mansoer fakih “Salah satu pendekatan untuk menciptakan suatu masyarakat yang adil

dan demokratis adalah dengan memberikan peluang dan ruang kepada setiap golongan untuk

memperjuangkan cita-cita mereka secara demokratis” (Fakih, 2008)

Interaksi sosial-politik-ekonomi secara umum dapat dipahami sebagai interaksi antara

wilayah state society, business society, dan civil society. Ketiga wilayah ini memiliki interest

masing-masing. Kadang ada yang dapat diperjuangkan bersama-sama ada yang tidak, bahkan

ada yang saling bertabrakan satu dengan lainnya. Situasi konfliktual ini juga kerapkali terjadi

di negara-negara demokrasi baru dimana ruang kebebasan di salahpahami. Sebagai akibatnya,

pertikaian politik gampang redah dan gampang kambuh tergantung cuaca politik dan keadaan

ekonomi yang melingkupinya

Partisipasi politik di era demokrasi hari ini tidak dapat sepenuhnya terlepas dari

kontribusi masyarakat sipil baik dalam kehidupan sehari-hari tata kelola pemerintahan atau

pembangunan, juga sangat terasa pada saat kegiatan suksesi kekuasaan atau kepemimpinan

baik di level lokal maupun nasional. Hubungan antara masyarakat sipil dan demokrasi itu sama

seperti hubungan antara keberadaan borjuasi dan demokrasi itu sendiri sebagaimana adagium

Barringtone Moore, ‘no bourgeoisie no democracy’. Sehingga, dapat dikatakan juga,

kehadiran demokrasi tanpa partisipasi aktif masyarakat sipil hanya menjadi demokrasi yang

dangkal—demokrasi yang lebih berat di prosedur ketimbang subtansi demokrasi itu sendiri:

kesetaraan, kebebasan, keadilan, kesejahteraan, dan perlindungan. Transisi politik yang

diarahkan kepada tahap konsolidasi demokrasi dapat dilakukan oleh rezim penguasa atau oleh

masyarakat sipil dan atau kolaborasi keduanya. Dalam hal keberhasilan mengelola transisi

kepada konsolidasi ditentukan oleh kemunculan ‘elit yang bersatu secara konsensual’ dengan

satu komitmen bersama terhadap aturan main demokrasi, yaitu seperangkat norma tentang

aturan tingkah laku politik, dan struktur interaksi yang memupuk keakraban dan kepercayaan

antar individu.

Tidak bisa dipungkiri, demokrasi yang bermakna musti membutuhkan kondisi-kondisi

awal yang memadai guna terwujudnya demokratisasi itu sendiri, yaitu: (1) adanya pemilihan

Page 71: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

71

umum yang bebas, adil, dan berkala; (2) kebebasan berpendapat; (3) adanya akses ke sumber-

sumber informasi yang luas dan alternatif; (4) adanya otonomi asosiasional; (5) adanya

lembaga perwakilan; dan (6) hak warganegara yang inklusif , Lain dari itu, sistem politik yang

demokratis pada hakikatnya memerlukan tiga prinsip dasar sebagai institusionalisasi

demokrasi itu sendiri, seperti: pertama, tegaknya etika dan moralitas politik sebagai landasan

kerja sistem politik, ekonomi, dan sosial dalam horison bernegara dan berbangsa. Kedua,

tegaknya prinsip konstitusionalisme secara tegas, melalui pelaksanaan (dan kepatuhan)

terhadap supremasi hukum di masyarakat. Dan terakhir, ketiga, diberlakukan dan

dilaksanakannya mekanisme akuntabilitas publik, yakni mekanisme yang memosisikan semua

pemegang jabatan publik sebagai pemegang amanat dari warga masyarakat sehingga dapat

dimintai pertanggunggugatannya

Menurut (Fukuyama, 2001)masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik rasional atau

irrasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya infrastruktur demokrasi

yang menggaransi kebebasan sipil. dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu

menjamin keberadaan masyarakat madani. Demokratisasi dirasa dapat terwujud melalui

penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO),

Pers yang bebas, supremasi hukum, kebebasan akademik di Perguruan Tinggi, maraknya Partai

politik dan kehidupan toleransi. Sebagai ilutrasi, salah satu kasus yang dipotret di Malaysia

adalah bahwa keberadaan kelompok civil society telah memberikan warna sangat kental bagi

keberhasilan kelompok oposisi untuk melakukan bargaining politics yaitu dengan penyediaan

informasi, kandidat politisi, kolaborasi dengan berbagai kekuatan, dan memberikan pilihan

kepada masyarakat . Keadaan yang mirip juga terjadi di Indonesia tahun 1997-1998, di Filipine

dan Thailand secara bersamaan.

A. Posisi Civil Society (Masyarakat)

Kebaradaan aktor non-negara dalam rentang sejarah negara-negara tidak semua

mengandung konotasi positif. Banyak catatan sejarah yang memberikan stereotype negative

terhadapnya, misalnya, sebagai kelompok anarkis atau oposisi. Keterlibatan gerakan kritis

masyarakat sipil sangat beragam yang mengakibatkan mereka harus vis a vis negara yang

cukup beresiko. Masyarakat sipil di dalam negara militeristik seringkali terlibat pada berbagai

upaya advokasi menyuarakan keadilan, pembangunan yang manusiawi dan berkelanjutan, anti

korupsi, anti perang, dan pembelaan terhadap hak asasi manusia. Mereka dapat berada dalam

Page 72: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

72

kelompok partai, kelompok agama, sosial, budaya, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan

karakter keterbukaan dan juga pekerjaan beresiko bagi aktor-aktor di dalamnya. Optimisme

yang dibangun adalah bahwa kontribusi sektor civil society adalah dalam rangkah untuk

memastikan dan mengawal proses tranformasi sosial. Jadi jelas, gerakan masyarakat sipil

adalah gerakan yang memiliki watak pro-perubahan

Sementara definisi yang positif atau netral semakin meluas hari ini. Organisasi

masyarakat sipil (disebut juga NGO, atau Civil Society Organization/CSO) didefinisikan

sebagai kelompok-kelompok asosiasi yang berfungsi mengerem kekuasaan negara, menjadi

perantara aspirasi masyarakat kepada negara, dan merupakan kelembagaan sosial yang saling

berinteraksi internal dan eksternal yang dapat menjadi pendukung dan penghambat kerja-kerja

negara (Ehrenberg, 2017)Pemahaman lain mengarahkan pada kekuatan masyarakat sipil justru

merepresentasikan kelas ekonomi dan politik tertentu sebagaimana teori Marxist pada

umumnya yang membela masyarakat hanya menjadi dua kelas saja

Civil society sendiri secara luas dimengerti sebagai prasyarat bekerjasanya sistem

demokrasi (Klinke, A., Renn, O., & Lehners, J. P. , 2018)Hal ini sesuai dengan temuan Demos

bahwa aktor-aktor pro-demokrasi cenderung aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil

(Tornquist, 2005). Schimiter mempunyai pendapat sebaliknya yaitu akibat segmentasi dan

eklusivisme kelompok civil society dapat menghambat konsolidasi demokrasi itu sendiri. Olle

Tornquist sendiri tidak melihat otomasi kelompok masyarakat sipil mendukung ‘proyek’

demokratisasi padahal untuk mewujudkan demokrasi bermakna tidak cukup aktivisme

kelompok masyarakat sipil saja. Demokrasi bermakna mensyaratkan beberapa hal antara lain:

kesetaraan, kapasitas negara dan kelompok masyarakat sipil/individu dalam tata kelola alokasi

sumber daya kehidupan. Dengan demikian, entitas masyarakat sipil, pasar, dan negara dapat

hidup berdampingan secara damai—dengan menempatkan posisi secara proporsional dan

saling ada penghargaan untuk memastikan demokrasi itu sendiri tidak menegasikan keberadaan

entitas lain

Di zaman demokrasi, kekuatan civil society yang mandiri dapat bekerja lintas kelas dan

mampu menjadi ‘pengerem’ tendensi intervensionis yang dilakukan negara (Cohen dalam

Hikam, 1996). Negara mempunyai watak ‘memaksakan kehendak’ ini merupakan keadaan

obyektif yang tidak terhindarkan—negara sebagai satu-satunya lembaga yang secara sah dapat

menggunakan kekerasan dalam rangkah menegakkan ‘ketertiban’ menurut rasionalitasnya

(Tester, 2014)Tidak dapat dipungkiri bahwa kapitalisme menumbuhkan civil society berbasis

Page 73: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

73

kelas dan dapat mempromosikan demokrasi (Lipset, 1959). Tentu saja, bukan tanpa

konsekuensi. Lipset memberikan gambaran kompleksitas bagaimana bekerjanya pranata sosial

dan hubungannya dengan demokrasi sebagaimana bagan di bawah ini

Tabel. Hubungan Demokrasi dan civil society

Kondisi Sistem Kelas Terbuka

Sistem Kelas Terbuka Sistem Nilai Kesataraan

Kekayaan Ekonomi Apatis Politik

Sistem Nilai Kesetaraan Demokrasi Birokrasi

Ekonomi Kapitalis Masyarakat

Literasi Literacy

Partisipasi Tinggi Organisasi Kesukarelaan

Dalam lajur kondisi di atas memperlihatkan elemen-elemen masyarakat sipil yang

mempunyai potensi besar mendorong bekerjanya demokrasi (tengah). Namun hal ini harus

didukung oleh bekerjanya konsekuensi terhadap perubahanperubahan keadaan yang

bertentangan dengan demokrasi seperti sistem sosial tertutup, birokrasi yang kaku untuk

mengarah pada sistem yang lebih membuka ruang bekerjanya elemen non-negara. Jika gayung

tidak bersambut, maka demokrasi akan mengalami involusi dan dalam jangka panjangnya akan

mengakibatkan apa yang disebut ‘democracy deficit’ atau keadaan terburuknya, mengarah

pada, ‘political decay’ (Yúdice, 2018). Situasi aktual hari ini menunjukkan masi lebarnya

kesenjangan antara elite dan masyarakat walaupun ruang politik sudah terbuka lebar. Dengan

kata lain, berbagai lembaga pemeringkat menempatkan DIY sebagai juara namun dirasakan

secara subtansial, masih jauh panggang dari api misalnya jika ditengok dari kesenjangan

ekonomi.

B. Partisipasi Masyarakat

Demokrasi mendasarkan pada prinsip persamaan, yaitu setiap warga negara

memiliki kesamaan hak dan kedudukan di dalam pemerintahan. Karena pada dasarnya

kedaulatan negara berada ditangan rakyat. Setiap warga negara sejatinya memiliki

Page 74: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

74

kekuasaan yang sama untuk memerintah melalui kesepakatan dan aturan demi

kepentingan yang seluas-luasnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Kekuasaan

rakyat inilah yang menjadi sumber legitimasi dan legalitas kekuasaan negara.

Demokrasi berdiri berdasarkan prinsip persamaan, yaitu bahwa setiap warga negara

memiliki kesamaan hak dan kedudukan dalam pemerintahan. Karena itu, setiap warga

negara sejatinya memiliki kekuasaan yang sama untuk memerintah. Kekuasaan rakyat

inilah yang menjadi sumber legitimasi dan legalitas kekuasaan negara (Coryanata, 2016)

Demokrasi di Indonesia sebagai sebuah pengalaman akan sejajar dengan Indonesia

yang terbentuk sebagai sebuah negara, dari persiapan awal masa pra kemerdekaan sampai

paska kemerdekaan. Sistem demokrasi Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi

Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang

ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran

religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia

dan berkesinambungan.

Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila menurut (asshidiqqie, 2006) meliputi:

1. Kebebasan atau persamaan (Freedom/Equality)

Kebebasan/persamaan adalah dasar demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai sarana

mencapai kemajuan dan memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa pembatasan dari

penguasa. Dengan prinsip persamaan semua orang dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan

dan memperoleh akses dan kesempatan bersama untuk mengembangkan diri sesuai dengan

potensinya. Kebebasan yang dikandung dalam demokrasi Pancasila ini tidak berarti Free

Fight Liberalism yang tumbuh di Barat, tapi kebebasan yang tidak mengganggu hak dan

kebebasan orang lain.

2. Kedaulatan Rakyat (people’s Sovereignty)

Dengan konsep kedaulatan rakyat, hakikat kebijakan yang dibuat adalah kehendak

rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini akan mencapai dua hal :

a. Kecil kemungkinan terjadinya penyalah gunaan kekuasaan.

b. Terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas-tugas pemerintahan.

Perwujudan lain konsep kedaulatan adalah pengawas oleh rakyat. Pengawasan

dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan hati penguasa.

Page 75: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

75

3. Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab

a. Dewan Perwakilan Rakyat yang representatip;

b. Badan kehakiman / peradilan yang bebas dan merdeka;

c. Pers yang bebas; d.Prinsip Negara hukum;

d. Sistem dwi partai atau multi partai;

e. Pemilihan umum yang demokratis;

f. Prinsip mayoritas;

g. Jaminan akan hak-hak dasar dan hak-hak minoritas

Di Indonesia prinsip-prinsip demokrasi telah disusun sesuai dengan nilai-nilai yang

tumbuh dalam masyarakat, meski harus dikatakan baru sebatas demokrasi prosedural,

dalam proses pengambilan keputusan lebih mengedepan voting ketimbang musyawarah

untuk mufakat, yang sejatinya merupakan azas asli demokrasi Indonesia. Praktek demokrasi

ini tanpa dilandasi mental state yang berakar dari nilai-nilai luhur bangsa merupakan gerakan

omong kosong belaka.

Beberapa Unsur demokrasi yang dikemukakan oleh para Ahli adalah sebagai

berikut (Jimly Asshiddiqie, 2011: 243-244)

a. Menurut Sargen, Lyman Tower(1987), yaitu keterlibatan rakyat dalam

mengambil keputusan politik, tingkat persamaan hak antar manusia, tingkat

Kebebasan dan kemerdekaan yang dimiliki oleh warga negara, sistem

perwakilan dan sistem pemilihan ketentuan mayoritas

b. Munurut Afan Gaffar (1999), yaitu akuntabilitas, rotasi kekuasaan, rekruitmen politik

yang terbuka, pemilihan umum, dan hak-hak dasar

c. Menurut Merriam Budiardjo(1977), perlunya dibentuk lembaga-lembaga

demoktasi untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi, yaitu pemerintahan yang

bertanggung jawab, Dewan Perwakilan Rakyat, organisasi politik, pers dan media

massa, serta peradilan yang bebas

d. Menurut Frans Magnis Suseno(1997), menyebutkan ada lima gugus ciri hakiki

Negara demokrasi. Kelima gugus demokrasi tersebut adalah Negara hukum,

pemerintahan dibawah control nyata masyarakat, pemilihan umum yang bebas,

prinsip manyoritas dan adanya jaminan terhadap hak-hak demokrasi.

Page 76: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

76

Demokrasi mensyaratkan adanya pengakuaan kedaulatan rakyat yang diwujudkan

dalam bentuk pengakuan civil society sebagai gerakan penekan dan penyeimbang vis a vis

negara. Rakyat sebagai elemen utama civil society secara mutlak mendapatkan kedudukan

yang strategis yang dijamin konstitusi untuk menjalankan peran-perannya sebagi bentuk

partisipasi aktif. Civil society yang kuat mendorong state untuk memperkuat dirinya agar

terjadi balance of powersehingga terjadi keseimbanga kekuasaan yang bermuara pada

terjadinya check and balances dalam proses penyelenggaraan negara (Drainville, 2017)

Teori pembentukan suatu negara dari beberapa pendapat para ahli dimana masyarakat

yang bersepakat untuk bersama-sama untuk menjadi suatu kesatuan untuk menjadikan

suatu negara. Dalam hal ini masyarakat mempunyai andil yang besar dalam sebuah negara,

dimana kesepakatan masyarakat dalam membentuk suatu negara ini agar tercipta suatu

keharmonisan masyarakat demi mencapai keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat.

Pembangunan yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan nasional yang diatur dalam

konstitusi dasar negara kita mengakibatkan hukum semakin berperan sehingga secara

sadar dan aktif hukum berperan sebagai sarana menyusun tata kehidupan. Hasim Purba

mengatakan pembangunan Hukum di Indonesia diharapkan dapat memantapkan dan

mengamankan pelaksanaan pembangunan, menciptakan kondisi yang membuat anggota

masyarakat dapat menikmati iklim kepastian dan ketertiban hukum (Hasim Purba, 2008:

171). Peran serta masyarakat dalam memajukan suatu pembangunan dari suatu negara,

dimana peran serta masyarakat yang aktif dapat memberikan kemajuan dari suatu negara

dan juga dapat mensejahterakan masyarakat dan negara demi kemakmuran suatu bangsa.

Sebagai negara yang telah memilih prinsip demokrasi dan dipadukan dengan

prinsip negara hukum, Indonesia akan menata tertib hidup dan kehidupan dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menggunakan aturan hukum yang demokratis.

Bangsa Indonesia akan meletakan prinsip demokrasi dan prinsip hukum sebagai suatu

sinergi yang saling bersinergi dalam mewujudkan adanya national legal order yang

demokratis dalam negara. Keberadaan undang-undang yang merupakan sub sistem dari sistem

hukum nasional menempati peran yang penting dalam rangka pembangunan sistem

hukum nasional yang demokratis di Indonesia.

Partisipasi adalah pada keterlibatan mental dan emosional. Kehadiran secara

pribadi/fisik semata dalam suatu kelompok, tanpa keterlibatan tersebut bukanlah partisipasi.

Selain itu terdapat kesedian untuk memberikan kontribusi tergerak. Partisipasi masyarakat

Page 77: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

77

merupakan dan respresentasi dari terealisasinya pemerintahan yang demokratis.Tanpa adanya

partisipasi dan hanya mengandalkan mobilisasi maka demokrasi dalam suatu negara

tidak akan terwujud.

Bagir Manan (2001: 85-86) berpendapat bahwa partisipasi masyarakat dapat

dilakukan dengan cara: a.Mengikut sertakan dalam tim atau kelompok kerja penyusunan

Peraturan daerah

a. Mengikut sertakan dalam tim atau kelompok kerja penyusunan Peraturan daerah.

b. Melakukan public hearing atau mengundang dalam rapat-rapat penyusunan Peraturan

daerah.

c. Melakukan uji sahih kepada pihak-pihak tertentu untuk mendapat tanggapan.

d. Melakukan loka karya (workshop) atas Rancangan Peraturan Daerah sebelum secara

resmi dibahas oleh DPRD.

e. Mempublikasikan Rancangan Peraturan Daerah agar mendapat tanggapan publik.

Britha Mikkelsen (terjemah oleh Matheos Nalle, 2003:64) menjelaskan partisipasi

merupakan kata yang sangat sering digunakan dalam pembangunan. Istilah partisipasi

mempunyai banyak ragam arti yaitu:

a. Partisipasi adalah konstribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut

serta dalam pengambilan keputusan;

b. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-

proyek pembangunan;

c. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau

kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasan-

nya untuk melakukan hal itu;

d. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf

yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, supaya memperoleh

informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;

e. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang

ditentukan sendiri; dan

f. Partisipasi adalah keterlibatan masya-rakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan

lingkungan mereka.

Page 78: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

78

Partisipasi menjadi salah satu prinsip mendasar dari good governance (tata

pemerintahan yang baik), menempatkan partisipasi sebagai strategi awal dalam mengawal

reformasi. Dalam konteks Indonesia, Chandra (2003:2) menjelaskan bahwa wacana partisipasi

dalam pembangunan telah dimulai sejak era 1970an. Ide tentang pembangunan dari rakyat,

oleh rakyat, untuk rakyat telah masuk dalam draf GBHN pada dekade 1970an (Sanit, 1982)

Rakyat suatu negara mempunyai status yaitu kedudukan hukum, (rechtspositie) yang

berupa hak dan kewajiban setiap individu di dalam negara ini adalah (Fahrudin, 2011):

a. Status positif

Adalah rakyat berhak memperoleh perlindungan jiwa, raga, harta, kemerdekaan dan

sebagainya. Status ini merupakan kebutuhan dasar dari warga masyarakat agar dapat

menikmati tatanan kehiduoan secara wajar dan layak bagi kemanusiaan. Untuk mewujudkan

adanya tertib kehidupan dalam masyarakat ini, maka negara perlu membentuk badan-badan

kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan sebagainya. Adanya badan tersebut bertujuan untuk

menangani.

b. Status Negatif

Bahwa negara dilarang campur tangan terhadap unsur-unsur yang berkaitan dengan hak-

hak asasi warga negaranya. Namun demikian hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan

umum, misalnya pembangunan jalan, negara dibenarkan campur tangan sepanjang dengan

ketentuan hukum yang berlaku. Negara tidak dapat mencampuri hak-hak asasi warga negara

secara sewenang-wenang. Negara harus tunduk pada aturan yang berlaku. Penggunaan campur

tangan negara terhadap hak-hak asasi manusia ini hanya dapat dilakukan secara terbatas dengan

tetap memberikan ganti kerugian yang layak bagi kemanusiaan

c. Status Aktif

Status aktif ini adalah bahwa warga negara berhak untuk turut serta dalam proses

penyelenggaraan negara baik memilih maupun dipilih. Adanya status aktif ini merupakan

konsekuensi bagi suatu negara yang menempatkan rakyat bukan sekedar sebagai obyek tetapi

sekaligus sebagai subyek dalam negara. Penggunaan status ini harus diberikan jaminan untuk

dapat dilaksanakan dengan baik. Negara harus memberikan kesetaraan, kesamaan, kejujuran,

keadilan kepada setiap warga negara dalam rangka pencapaian proses

Page 79: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

79

d. Status Pasif

Bahwa warga negara berkewajiban untuk menaati dan tunduk kepada aturan hukum yang

dikeluarkan oleh negara. Berbagai peraturan perundnagundangan harus diberlakukan dan

ditegakan secara sama terhadap semua warga negara. Tidak boleh ada perlakuan istimewa

dengan berlakunya suatu aturan dan penegakan hukum disuatu negara. Hukum yang di produk

oleh negara harus ditegakan tanpa ada pilih kasih terhadap semua warga negara

Status yang bertalian dengan warga negara tersebut, maka adanya partisipasi

masyarakat jelas merupakan suatu kebutuhan yang tumbuh dari adanya kesadaran sebagai

bagian yang tak terpisahkan dari negara. Partisipasi masyarakat merupakan suatu kenyataan

yang tak dapat dihindarkan bagi warga negara yang telah mencapai tingkat kesadaran tinggi

dalam bernegara. Tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

negara,sebenarnya lebih merupakan suatu kewajiban dari pada sekedar kesadaraan dalam

negara.

Partisipasi masyarakat dalam pembentukan suatu peraturan daerah juga sudah

dituangkan dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah dalam

pasal Pasal 237 ayat (3) dan dalam BAB XIV tentang partisipasi masyarakat. Masyarakat

berperan aktif dalam rumusan pembentukan peraturan.

Masyarakat dalam berpartisipasi juga merupakan suatu perwujudan dari demokrasi.

Demokrasi sebagai landasan bagi hadirnya partisipasi masyarakat untuk turut serta dalam

menjalankan pemerintahan yang baik, terutama dalam fungsi pengawasan dan pembahasan

suatu peraturan. Peraturan yang dibuat oleh badan legislatif DPR bersama-sama dengan

eksekutif dalam hal ini pemerintah, disini masyarakat hadir dalam hal berpartisipasi untuk

duduk bersama dengan lembaga eksekutif dan legislatif membahas suatu aturan yang nantinya

aturan tersebut akan mengikat

Masyarakat sendiri. Partisipasi masyarakat ini sangat penting digunakan paling tidak

adanya upaya masyarakat dalam mengawasi rancangan suatu aturan yang nanti disahkan dan

mengikat masyarakat sendiri. Pengawasan masyarakat melalui partisipasi ini yang

memunculkan pengawasan dari masyarakat atas kinerja legislatif dalam menghasilkan suatu

aturan yang dihasilkan tidak merugikan bagi kepentingan masyarakat umum

Page 80: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

80

C. Civil Society dalam Pemilihan Umum

Peningkatan peran masyarakat sipil (civil society) dalam demokratisasi di Indonesia

dianggap sangat penting, hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Konsep civil society merupakan

konsep tentang masyarakat yang mandiri atau otonom, yakni sebagai entitas yang mampu

memajukan diri sendiri, tidak dibatasi oleh intervensi negara dan pemerintahan dalam realitas,

dan memperlihatkan sikap kritis dalam kehidupan politik. Civil societyyang dimaksud

mencakup institusi-institusi non-pemerintah yang berada di masyarakat yang mewujudkan diri

melalui organisasi, perkumpulan atau pengelompokan sosial dan politik yang mandiri seperti

organisasi sosial dan keagamaan, LSM, paguyuban, kelompok-kelompok kepentingan, dan

sebagainya yang juga bisa mengambil jarak dan menunjukkan otonomi terhadap negara.

Abraham Lincoln berpendapat bahwa pemerintahan berasal dari rakyat, oleh rakyat dan

untuk rakyat. Dengan semua dikembalikan kepada rakyat, rakyat akan mempunyai ruang gerak

yang luas untuk memperkuat civil society, masyarakat akan merasa aman. Negara tidak akan

semena-mena dan hal inilah yang akan menaikan posisi kedaulatan rakyat dihadapan negara.

Ernest Gellner menyatakan, “no civil society, no democracy”. Civil society bergantung pada

tumbuh suburnya demokrasi didalam suatu negara, semakin demokrasi diakui dan diterapkan

dalam suatu negara, civil society semakin memiliki ruang yang besar dalam negara tersebut

namun sebaliknya bila demokrasi dikekang dalam suatu negara, maka kualitas civil society

sangatlah diragukan untuk berkembang.

Sumbangan civil society terhadap konsolidasi demokrasi dengan berbagai peran yang

dijalankannya tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Civil society adalah keterlibatan warga

Negara yang bertindak secara kolektif untuk mencapai tujuan dan masyarakat sipil yang

memusatkan perhatiannya untuk kepentingan umum, namun tidak berusaha untuk merebut

kekuasaan dan hanya sebagai penyeimbang diluar kekuasaan

Masyarakat demokratis, ketika warga yang berdiam diri memiliki suatu efektifitas

dalam penalaran kebijakan yang berkenaan dengan urusan publik. Jelas bahwa peranan

masyarakat demokratis non pemerintah dapat dikatakan membantu pemerintah dalam

menentukan kebijakan negara. Civil society berperan serta mendukung jalannya pembangunan

sebuah negara. Konsep ini bisa digambarkan sebagai karakter indentitas yang dimiliki untuk

mengaktualisasikan kedemokratisan masyarakat tersebut.

Page 81: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

81

Habermas seorang tokoh madzab Frankfurt melalui konsep the free public sphere atau

ruang publik yang bebas, di mana rakyat sebagai citizen memiliki akses atas setiap kegiatan

publik. The free public sphere merupakan inspirator, motivator sekaligus basis bagi mekanisme

demokrasi modern, seperti yang dialami oleh Amerika, bangsa Eropa dan kawasan dunia lain.

Demokrasi modern secara substantif mengacu pada kebebasan, kesetaraan, kemandirian,

kewarganegaraan, regularisme, desentralisme, aktivisme, dan konstitusionalisme.

Konsep public sphere memiliki kapasitas dan fungsi amat penting dalam demokrasi

politik, dikarenakan terdapat ruang untuk setiap warga negara untuk dapat mengakses dan

peluang untuk memberikan berpendapat yang bertujuan untuk mewujudkan pemerintahan yang

demokratis, transparan, partisipatif dan akuntabel. Bentuk ruang publik semakin beragam, di

antaranya adalah munculnya ruang publik virtual, dengan fasilitas teknologi internet. Ditandai

dengan munculnya media sosial dan situs-situs berita yang memungkinkan para pembacanya

berinteraksi satu dengan yang lain. Hal tersebut melahirkan komunitas-komunitas maya,

sehingga setiap aktor–aktor sosial bisa menjalin dan berinteraksi secara umum.

Pada Pemilu 2019 , jejaring sosial dan situs-situs yang berhubungan dengan Pemilu

seolah menjadi ruang bagi masyarakat dalam mengekspresikan diri, memberikan pendapat, dan

menggali informasi tentang kepemiluan. Dengan berkembangnya dan semakin dewasanya civil

society di Indonesia yang peduli dalam keikutsertaan memilih dan memberikan suara,

mengawal serta mengawasi seluruh prosesnya adalah bentuk dari demokrasi yang semakin

baik. Ini memberikan sebuah harapan akan lahirnya sebuah negara demokrasi yang

sesungguhnya. Hal tersebut dapat dilihat dari antusiasnya masyarakat dalam kontribusi

memberikan suara, mengawal proses perhitungan suara dan hal lainnya untuk mendukung

proses Pemilu serta tersedianya ruang bagi civil society untuk mengemukakan pendapat,

mengkritik dan membantu serta mengawasi pemerintah dalam mencapai program-program

yang telah dibuat.

Hal ini sekali lagi menjadi gambaran pentingnya civil society sebagai pengontrol dalam

proses demokrasi. Politik dalam negara demokrasi tidak hanya menjadi arena pergerakan bagi

pemerintah atau parpol namun juga arena dimana civil society bergerak dalam rangka

mengontrol roda pemerintahan demi keberlangsungan hidup sebuah bangsa.

Page 82: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

82

D. Hubungan Civil Society dan Partai Politik

Diskusi mengenai civil society terbagi dua pandangan. Ada sebagian yang

berpandangan bahwa civil society memiliki keterikatan yang erat dengan Negara,

termasuk dalam hal ini dengan partai politik.4 Negara, termasuk apparatus dan

kebijakannya, merupakan bagian dari konsep sebuah masyarakat politik yang dicita-

citakan.

Sebaliknya, civil society merupakan sebuah ranah masyarakat yang terpisah

dengan ranah Negara karena dalam peran dan fungsinya yang lebih bebas dan merdeka

dari intervensi Negara. Civil society adalah kelompok masyarakat yang memiliki

kemandirian yang tegas terhadap berbagai kepentingan akan kekuasaan. Yang tidak kalah

penting dalam konsep civil society adalah adanya partisipasi aktif dari emua warga

negara baik yang tergabung dalam berbagai perkumpulan, organisasi atau kelompok

lainnya sehingga akan membentuk karakter demokratis di lembaga tersebut (Nickel, Patricia

Mooney, 2015)

Sementara itu, konsep partai politik sebagai sebuah kelompok atau organisasi di dalam

masyarakat berbeda dengan apa yang telah disebutkan dalam civil society. Menurut

Sartori yang dikutip oleh Miriam Budiarjo, definisi partai politik adalah suatu kelompok

politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu mampu

menempatkan calon-calonmnya untuk menduduki jabatan publik. Dalam pengertian itulah

maka partai politik berbeda dengan civil society terutama dalam aspek usaha meraih

kekuasaan politik melalui jalur pemilihan umum. Meski keduanya juga memiliki

kesamaan dalam usaha untuk berkontribusi terhadap kepentingan publik.

Dalam konteks kebijakan,partai politik memiliki fungsi untuk mengagregasikan atau

merepresentasikan berbagai macam kepentingan dan menegosiasikan semua kepentingan

tersebut menjadi sebuah kebijakan negara. Sebaliknya, civil society berperan untuk menuntut

dan mengkritik terhadap kebijakan pemerintah, namun sayangnya kelompok ini tidak bisa

mengimplementasikan kritik tersebut dalam hal yang kongkrit.relasi ini sebenarnya terbangun

dalam membangun kepentingan akan lahirnya sebuah kebijakan publik (Andrée, 2019)

Sementara itu, dalam konteks yang lebih mikro, relasi para aktor civil society dan para

politisi terlihat dalam berbagai kerjasama. Para politisi di DPR, misalkan, mendukung

apa yang disampaikan oleh civil society mengenai satu isu tertentu. Dalam kesempatan

yang berbeda, para aktor civil society juga mendorong partai politik untuk lebih terbuka,

Page 83: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

83

transparan dan membuka komunikasi yang intensif dengan berbagai kelompok masyarakat,

terutama di daerah pemilihannya. Di belahan benua Eropa, partai politik juga mengalami

situasi yang tidak menguntungkan yakni ketidakpercayaan ataupun alieanasi dari publik.

Salah satu penyebabnya adalah makin melemahnya ikatan antara konstituen dengan partai

politik, termasuk salah satunya adalah ikatan keagamaan ataupun kekeluargaan di dalam

partai. Yang menarik adalah menguatnya isu-isu sosial kemasyarakatan di kalangan

masyarakat yang kemudian mengikat kelompok-kelompok tersebut menjadi sebuah

kepentingan bersama yang diperjuangkan. Dalam perjalanannya, kelompok ini dimungkinkan

untuk menjelma sebagai partai politik seperti partai-partai Hijau di beberapa negara Eropa

Indikasi melemahnya partai politik dan menguatnya civil society juga

ditemukan di Amerika Latin ataupun beberapa negara Asia, manakala civil society telah

berkontribusi untuk memberi bantuan yang memadai bagi pengembangan dan penguatan

kelembagaan partai politik, seperti pengembangan kader-kader partai terutama dalam

berhubungan dengan konstituen atau merumuskan platform pembangunan yang akan

diarahkan. Artinya, civil society juga memiliki kemampuan dalam memobilisasi dukungan

publik menjadi sebuah kebijakan publik. Sayangnya,civil society memiliki keterbatasan,

terutama untuk mengambil peran dalam politik yaitu berada di dalam arena pemutus

kebijakan.

Padahal dalam negara yang sedang mengalami transisi demokrasi, kehadiran partai

politik dan civil society adalah bagian yang tidak bisa dianggap remeh. Linz dan Stepan

menyatakan bahwa kehadiran civil society dan partai politik adalah bagian yang penting

untuk menciptakan konsolidasi demokrasi, selain juga kehadiran birokrasi yang efektif,

kehadiran masyarakat ekonomi yang juga kondusif dan taatnya aturan terhadap hukum secara

bersama-sama. Kehadiran civil society yang dijamin kebebasannya juga menopang bagi

keberlangsungan partai politik, terutama untuk menghasilkan kebijakan-kebijakan yang

berpihak kepada masyarakat. Tugas civil society adalah menghasilkan gagasan-gagasan

yang konstruktif dalam pembangunan dan juga memonitor aparat negara serta kelompok-

kelompok ekonomi. Sementara itu, tugas partai politik adalah menghasilkan dan membentuk

konstitusi dan aturan-aturan perundang-undangan, mengontrol aparat birokrasi dan juga

menghasilkan produk-produk kerangka kebijakan bagi semua pihak, termasuk kelompok

ekonomi

Page 84: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

84

E. Model Relasi Partai Politik dan Civil Society

Untuk memahami relasi yang terjadi antara partai politik dan civil society, Beavis

melihat ada tiga hal mendasar yaitu (1) tipe dari aktivitas yang menghubungkan

partai politik dan civil society; (2) kekuatan dari hubungan tersebut, terlebih dalam konteks

seberapa dekat dan eksklusif hubungan tersebut dibangun; dan (3) arah dari pengaruh dalam

relasi tersebut. Dalam model-model ini yang nantinya akan menarik akan didiskusikan secara

lebih mendalam. Ada beberapa aktivitas yang dilakukan oleh civil society dan partai

politik secara bersama-sama, dimana lebih banyak fokus dalam konteks pembuatan

kebijakan publik seperti advokasi atau lobi terhadap suatu isu yang sedang dibahas

dalam proses pembuatan undang-undang. Dalam konteks ini, civil society sebagai

kelompok kepentingan yang akan me-lobi partai politik di DPR untuk mendorong dan

mendiskusikan kepentingan yang mereka ajukan. Sebagai organisasi yang independen

dari kepentingan politik, civil society juga memiliki peran untuk memonitor janji-

janji kampanye para kandidat dan partai dalam masa kampanye serta juga perilaku para

politisi di DPR. Dalam kesempatan yang berbeda, civil society Juga dianggap sebagai

wadah untuk berdiskusi tentang berbagai hal-hal penting terkait dengan isu-isu yang mereka

(anggota DPR) butuhkan saat itu (Arjona, Ana, Nelson Kasfir, and Zachariah Mampill, 2015)

Dalam konteks kebutuhan partai politik, civil society juga berperan dalam

meningkatkan kapasitas organisasi partai dalam menjalankan fungsinya, melalui berbagai

bentuk pelatihan pengembangan kapasitas. Sebagai lembaga yang memiliki sumber daya

manusia yang diakui eksistensi dalam pembangunan, civil society juga menyediakan para

aktor dan pimpinannya sebagai kandidat yang mumpuni dalam ajang pemilihan umum,

baik untuk legislatif ataupun eksekutif. Pada saat yang bersamaan, civil society juga

dapat berperan dalam mobilisasi para pemilih untuk dapat memilih pemimpin partai

politik yang sesuai dengan arah dan kepentingan mereka sebagai pemilih.

Dari perspektif partai politik, terdapat empat pandangan yang dapat dilakukan oleh

partai politik: (1) memiliki jarak jauh dengan civil society; situasi ini

mengindikasikan bahwa partai tidak memiliki hubungan dengan civil society atau adanya

kompetisi yang keras satu sama lain sehingga tidak memiliki relasi yang dekat. (2)

mendapat dukungan dari banyak kelompok masyarakat dalam jangka waktu yang singkat; hal

ini disebabkan tergantung dari kepentingan seperti apa yang menjadi titik temu dari relasi

tersebut. (3) memiliki hubungan jangka panjang dengan satu atau beberapa kelompok civil

Page 85: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

85

society; hal ini diindikasi dari adanya dukungan serius dan permanen dari satu kelompok

civil society kepada satu partai politik, seperti kelompok think thank, kelompok serikat

pekerja dan lain-lainnya. Dan (4) relasi yang terputus dengan kelompok civil society;

hal ini dimungkinkan manakala salah satu organ partai memutuskan keluar dari partai

dan bertransformasi menjadi kelompok civil society dengan pertimbangan efektivitas kerja

dibandingkan berada di dalam partai politik.

Sementara itu dari arah pengaruhnya, relasi partai politik dan civil society

tergantung dari konteks bagaimana kepentingan tersebut berhasil diolah dan dikelola. Ada

yang berpandangan bahwa partai politik sebenarnya juga memiliki kelompok-kelompok

civil society yang punya pengaruh di dalam konstituen sehingga partai memiliki

kekuasaan yang besar. Sebaliknya, kelompok civil society juga memiliki tingkat

independensi yang tinggi ketimbang partai politik karena dipengaruhi situasi dan

lingkungan sosial politik di negara yang bersangkutan.

Secara keseluruhan model yang diungkapkan oleh Beavis ini merupakan bentuk

relasi yang diasumsikan berada dalam konteks negara yang tengah mengalami transisi

demokrasi. Artinya, konteks relasi ini tidaklah tunggal dan satu arah melainkan

kondisi yang memiliki ketergantungan dengan apa yang terjadi dalam negara yang

bersangkutan

Sumber: Duncan, J. (2015). Global food security governance: Civil society engagement in the

reformed Committee on World Food Security. Routledge.

Page 86: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

86

F. Membangun Relasi yang Konstruktif

Relasi dan dinamika yang terbangun diantara dua kelembagaan ini, civil society

dan partai politik, sedang berusaha menemukan arah yang konstruktif. Dahulu pada masa

Orde Baru, kelompok civil society yang cenderung beroposisi dengan pemerintah, tidak

mendapat tempat dalam konstelasi politik nasional. Pada saat yang bersamaan,hegemoni

Golkar yang didukung oleh penguasa Orde Baru telah mematikan langkah dan

strategi partai politik lainnya seperti PPP dan PDI. Dalam konteks ini kita tidak mampu

mendiskusikan secara jelas arah relasi civil society dan partai politik. (Hamad, 2015)

Dalam era pasca reformasi, kedua institusi ini sebenarnya telah sepakat bahwa

membangun demokrasi tentu memerlukan relasi yang konstruktif, terutama demi

menghasilkan kebijakan-kebijakan public yang menguntungkan masyarakat luas. Hanya

saja yang perlu didiskusikan secara intensif menyangkut perbedaan perspektif mengenai hal

tersebut. Bagi kelompok civil society, kebutuhan untuk terlibat dalam arena pembuatan

kebijakan adalah penting. Permasalahannya kemudian adalah bagaimana mengkoneksikan

kebutuhan tersebut menjadi sebuah kenyataan manakala terdapat kendala yang masih

dihadapi, semisal mobilisasi dukungan financial yang dibutuhkan dalam pemenangan

pemilu. Hal ini bisa terjadi karena partai politik besar di Indonesia masih menghadapi

persoalan serius dalam pembenahan internal organisasi, semisal dalam urusan rekrutmen

yang belum tertata dengan baik. Padahal salah satu usaha untuk memenangkan pemilu adalah

menyangkut mekanisme rekrutmen yang dikaitkan dengan cara pemenangan tersebut. Artinya

para aktor civil society yang berkeinginan untuk menjadi anggota partai politik tertentu dan

menjadi caleg partai tersebut akan mempertimbangkan kembali manakala partai belum

memikirkan secara serius terkait dengan aspek pemenangan tersebut

Sementara itu, partai politik juga berpandangan bahwa memenangkan pemilu ataupun

memutuskan sebuah perundang-undangan tanpa dukungan nyata dari kelompok atau organisasi

kemasyarakatan adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Maka tidak heran bila partai politik

memiliki organ dan sayap kelompok masyarakat yang berkoneksi langsung dengan

kebutuhan mereka. Dalam konteks itu kelompok civil society dan partai politik memiliki

kedekatan yang jelas, namun masih memiliki permasalahan yang harus dicari

penyelesaiannya. Apakah mengajak dan meminta aktor civil society ke dalam partai

untuk membantu penyelesaian hal tersebut dan mendorong agar terjadi hubungan yang

permanen dan saling menguntungkan di kemudian hari? Ataukah yang bersifat sementara,

Page 87: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

87

dimana kehadiran aktor civil society hanya menjadi pelengkap bagi usaha meningkatkan

suara partai? Maka diskusi tentang hal ini menjadi agenda yang menarik agar tidak

menimbulkan rasa curiga.

Gagasan Blok Politik Demokratik yang disampaikan oleh DEMOS merupakan sebuah

hal yang menarik.Gagasan ini sebenarnya ingin memberi enekanan adanya lembaga perantara

diantara dua kekuatan yaitu organisasi partai politik yang punya tujuan politis dengan

organisasi civil society seperti organisasi gerakan social dan organisasi kerakyatan lainnya.

Harapannya model blok seperti ini akan mampu menjelma sebagai sarana yang efektif untuk

menjembatani kepentingan politik dari organisasi civil society dengan keterbatasan yang

mereka miliki. Namun demikian, catatan yang perlu didiskusikan adalah bagaimana blok

ini mampu secara efektif bekerja dalam mengarahkan kepentingan politik dari kelompok

civil society manakala komitmen diantara para aktor (baik di dalam partai dan civil society)

belum terbangun dengan utuh. Pada saat yang bersamaan, kesiapan infrastruktur baik

menyangkut mobilisasi sumber daya untuk mengarahkan tujuan politik masih

menghadapi persoalan serius di partai politik dan civil society. Sebagai contoh, dalam

persoalan sumber daya, partai politik dan civil society masih mengandalkan

mobilisasi dari pihak luar untuk menjalankan organisasinya. Parahnya, partai politik

memiliki kelemahan dalam mengelola sumber daya secara baik, terutama dalam urusan

pendanaan. Artinya untuk menciptakan sebuah bangunan blok yang baik dibutuhkan

kedua organ penopangnya yaitu civil society dan partai politik yang juga memiliki kesiapan

yang memadai untuk menciptakan sebuah blok yang efektif.

Oleh karena itu, salah satu hal yang bisa dilakukan segera adalah membangun

komitmen diantara para aktor civil society dan pimpinan partai politik untuk mendesakkan

agenda pembangunan blok politik demokratik. Hal yang positif pada saat ini adalah

adanya kawan-kawan Ornop yang sudah bergabung di partai menjadi penghubung dalam upaya

menciptakan komitmen bersama ini. Bila ini bisa dilakukan dan mendapat dukungan luas

dan nyata dalam bentuk kesamaan komitmen terhadap blok-blok ini maka akan terbuka

kemungkinan kerjasama ini bisa diwujudkan.

Page 88: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

88

References Andrée. (2019). "Civil society and social movements in food system governance.

Arjona, Ana, Nelson Kasfir, and Zachariah Mampill. (2015). governance in civil war. Australia:

Cambridge University Press.

asshidiqqie, J. (2006). Pengantar ilmu hukum tata negara jilid II. Jakarta: Gramedia.

Barata. (2018). The EU and the Civil Society: Romania Where Does It Stand. Europolity: Continuity

& Change Eur. Governance 5.

Cohen, J. L., & Arato, A. . (2007). Civil society and political theory. Jakarta: M.T Press.

Coryanata. (2016). Akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik sebagai

Pemoderasi Hubungan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran dan Pengawasan Keuangan

Daerah. Jurnal Akuntansi dan Investasi, .

Drainville, A. C. (2017). he fetishism of global civil society: global governance, transnational

urbanism and sustainable capitalism in the world economy. In Transnationalism from below.

Routledge.

Ehrenberg. (2017). Civil society: The critical history of an idea. NYU Press.

Fahrudin. (2011). Pemberdayaan partisipasi dan penguatan kapasitas masyaraka. Bandung:

Humaniore.

Fakih, M. (2008). . Islam, Globalisasi, dan Nasib Kaum Marjinal. Ulumul Qur’an:. Jurnal

Kebudayaan dan Peradaban.

Fukuyama. (2001). Social capital, civil society and developmen. Third world quarterly, 22(1), 7-20.

Hamad. (2015). Konstruksi realitas politik dalam media massa: Sebuah studi critical discourse

analysis terhadap berita-berita politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Klinke, A., Renn, O., & Lehners, J. P. . (2018). Ethnic conflicts and civil society: proposals for a new

era in Eastern Europe. Routledge.

Nickel, Patricia Mooney. (2015). Public Sociology and Civil Society: Governance, Politics, and

Power. Netherland: Routledge.

Sanit. (1982). Sistim politik Indonesia, kestabilan, peta kekuatan politik dan pembangunan. Penerbit

Cl Rajawali.

Tester. (2014). Civil Society (RLE Social Theory). . Routledge.

Yúdice. (2018). The globalization of culture and the new civil society. In Cultures of Politics Politics

of Cultures: Re-Visioning Latin American Social Movement. Francis: Taylor and Francis.

Page 89: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

89

BAB V

PERAN BADAN PENGAWAS PEMILU (BAWASLU)

DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) TERHADAP POLITIK UANG

POKOK BAHASAN

Peran badan pengawas pemilu (BAWASLU) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

terhadap Politik Uang

DESKRIPSI SINGKAT

Pokok bahasan ini dimaksudkan untuk membantu peserta dalam mengenalkan peran

penyelenggara pemilu dalam menangani politik uang

SUB POKOK BAHASAN

1. Peran Kpu Dalam Menangani Praktik Politik Uang.

2. Peran Bawaslu dalam menangani Praktik politik uang

3. Skema pelaporan praktik politik uang kepada Bawaslu

HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menjelaskan peran KPU dan

BAWASLU, serta skema pelaporan praktik politik uang kepada bawaslu

INDIKATOR HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat :

1. Mengidentifikasi peran KPU terhadap politik uang

2. Mengidentifikasi peran BAWASLU terhadap politik uang

3. Mengidentifikasi strategi penyelenggara pemilu dalam pencegahan praktik

politik uang

4. Mengidentifikasi bagaimana proses pelaporan pelanggaran pemilu salah

satunya praktik politik uang kepada BAWASLU

METODE

1. Presentasi

2. Ceramah

3. Diskusi kelompok

4. Tanya jawab

ALAT BANTU

1. Info grafik;

Page 90: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

90

2. Naskah Pegangan;

3. Flipchart;

4. Laptop;

5. LCD Proyektor;

6. Bahan Presentasi/Power Point;

7. Spidol Besar;

8. Spidol Kecil;

9. Lembar Kerja

WAKTU

120 Menit

PROSES PEMBELAJARAN

1. Fasilitator membuka pertemuan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai dalam sesi ini.

2. Fasilitator mengundang Narasumber untuk menjelaskan peran penyelenggara pemilu

baik KPU dan BAWASLU dalam menangani praktik politik uang

3. Fasilitator memandu diskusi dengan narasumber tentang peran KPU dan BAWASLU

terhadap praktik politik uang

4. Fasilitator membagi peserta dalam ketiga kelompok, Kelompok satu mendiskusikan

posisi KPU dalam menangai pencegahan praktik politik uang, Kelompok dua Masing-

masing kelompok menjelaskan peran bawaslu dalam menangani pencegahan praktik

politik uang , kelompok ketiga menjelaskan dampak politik uang terhadap negara

5. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok selama 10 menit

dan peserta yang lain dipersilahkan memberi tanggapan dan masukan terhadap

presentasi masing-masing kelompok selama 15 menit.

6. Fasilitator menutup pertemuan dengan membuat kesimpulan-kesimpulan dari catatan

hasil diskusi peserta.

Page 91: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

91

MATERI

BAB V

PERAN BADAN PENGAWAS PEMILU (BAWASLU)

DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) TERHADAP POLITIK UANG

A. Peran KPU Dalam Menangani Praktik Politik Uang.

Politik transaksional atau sering disebut dengan istilah money politics atau politik uang

merupakan suatu upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi. Dapat

dikatakan bahwa strategi ini merupakan jual-beli suara pada proses politik dan kekuasaan serta

tindakan membagi-bagikan uang baik milik pribadi atau partai untuk mempengaruhi suara

pemilih. Praktik politik uang telah terjadi dan tampaknya sulit dihentikan, politik uang tumbuh

di tengah kondisi masyarakat yang rentan secara ekonomi dan politik. Elit-elit politik tidak

memposisikan rakyat sebagai konstituen yang menjadi obyek pengabdian mereka, memenuhi

kepentingan mereka, melainkan sebagai konstituen yang menjadi obyek kekuasaan mereka.

Maka dalam pemilihan umum (Pemilu) yang akan berlangsung akan ditemui bentuk-bentuk

kampanye yang hanya membesar-besarkan sepak terjang pencapaian calon, asal-muasal sang

calon terutama berkaitan dengan gelar kesukuan, dan pembagian atribut nomor urut agar

pemilih tidak salah coblos. Tetapi mengabaikan isi kampanye yang bersifat memasarkan isi

kemasan (Program calon) dan apa yang bisa diharapkan rakyat jika calon tersebut terpilih.

Maka rakyat menjadi apatis, cenderung melihat proses Pemilu sebagai kontes perebutan

kekkuasaan untuk mendapatkan priveleges sebagai elit, dan yang mengkhawatirkan adalah

rakyat kemudian melihat praktik politik uang menjadi suatu hal yang wajar.

Adanya fenomena praktik politik uang menunjukkan bahwa Komisi Pemilihan Umum

(KPU) perlu bekerja secara maksimal untuk mengatasi hal tersebut, sehingga budaya praktik

politik uang bisa dihilangkan, dan budaya politik partisipatif masyarakat bisa terbentuk dalam

proses Pemilu. Langkah atau peran yang dilakukan KPU lakukan dalam menangani praktik

politik uang adalah dengan melakukan pendidikan politik tentang larangan praktik politik uang

pada Pemilu dengan cara: Pertama, Sosialisasi politik dilakukan dengan cara memberikan

pengetahuan politik tentang bahaya atau dampak negatif money politics. Kedua, Memberikan

materi tentang prosedur yang harus dilakukan masyarakat ketika terdapat calon yang

melakukan praktik politik uang, bahwa masyarakat tidak perlu memilih calon peserta pemilu

yang melakukan politik uang dan tidak menerima pemberian berupa apapun oleh calon untuk

Page 92: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

92

mempengaruhi hak pilih serta melaporkan kejadian tersebut kepada penyelenggara pemilu.

Ketiga, Pembelajaran Politik, KPU menekankan kepada lembaga politik, atau partai peserta

pemilu untuk ikut serta memberikan pembelajaran politik seperti mencitrakan politik yang baik

kepada masayarakat agar masyarakat didalam menentukan pilihannya bukan berdasarkan

emosi, akan tetapi berdasarkan pertimbangan rasio atau bagaimana menyalurkan pilihannya

dengan pikiran, intelektual dengan pendidikan dan pencerahan politik.

Penanganan praktik politik uang merupakan salah satu misi besar KPU dalam

menyelenggarakan pemilu dan menjaga pemilu supaya tetap berintegritas, maka dari itu

berbagai macam cara dilakukan dalam menangani persoalan praktik politik uang, seperti

bentuk-bentuk yang dilakukan dalam penanganan praktik politik pada tahap persiapan dan

pelaksanaan pemilu, beberapa bentuk penanganan nya yaitu antara lain:

1. Bentuk Pre-Emtif

KPU (Komisi Pemilihan Umum) dalam masa sebelum penetapan melakukan

himbauan kepada seluruh pasangan calon agar tidak melakukan tindak pidana

politik uang (Money Politic) karena konsekuensi dari melakukan politik uang

adalah beresiko dapat dibatalkan sebagai calon kalau ada keputusan dari

pengadilan. Sanksi yang berat seharusnya dapat menjadi pertimbangan calon

pasangan untuk tidak melakukan praktik politik uang, karena upaya

penanggulangan Pre-Emtif upaya awal untuk mencegah terjadinya tindak pidana,

upaya awal disini lebih ditekankan dalam factor “Niat” jadi jika pasangan

mengetahui jika melakukan politik uang dapat mengakibatkan pembatalan calon

maka si calon enggan melakukan politik uang. Dalam upaya penanggulangan Pre-

Emtif semua aspek harus turut ikut serta dalam mencegah adanya kesempatam,

contohnya masyarakat haru cerdas didalam kampanye seorang calon, jika calon

tersebut bagi-bagi sembako kepada masyarakat maka sebagai masyarakat jangan

langsung diterima sembako tersebut tanyakan tujuan dan niat dari pasangan calon

tersebut dahulu. Jika masyarakat sudah menolak sembako dari pasangan calon

tersebut maka otomatis niat pasangan calon untuk melakukan politik uang jadi

hilang.

2. Bentuk Preventif

Melakukan pencegahan praktik politik uang lebih baik daripada mencoba untuk

mendidik pelaku tindak pidana politik uang, maka KPU mengupayakan pencegahan

atau preventif dalam menangani praktik politik uang dengan mensosialisaikan

Page 93: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

93

kepada peserta pemilu bahwa praktik politik uang dapat membatalkan peserta

pemilu mengikuti pemilu yang akan berlangsung. Pembatalan peserta pemilu yaitu

berdasarkan putusan keadilan yang sebelumnya di proses oleh Gakkumdu, jadi

ketika terbukti melakukan praktik politik uang oleh putusan keadilan, maka peserta

pemilu tersebut tidak boleh mengikuti seluruh tahapan pemilu.

3. Bentuk Represif

Upaya represif lebih menitikberatkan pada sifat pemberantasan dan penindakan

praktik politik uang. upaya penindakan diharapkan dapat memberikan efek jera

pelaku agar tidak mengulangi lagi perbuatannya, selain itu memberikan efek rasa

takut bagi masyarakat karena harus dipidana/ditindak apabila terbukti menerima

atau ikut serta melakukan praktik politik uang. selain itu KPU juga meminta kepada

seluruh lapisan elemen masyarakat untuk ikut serta memberantas politik uang

termasuk masyarakat juga harus berperan aktif, jika masyarakat melihat tindakan

poitik uang masyarakat harus cerdas tidak menerima politik uang tetapi langsung

melaporkan kepada Bawaslu.

Penanganan praktik politik uang bukan tanpa kendala, beberapa faktor dapat

menghambat proses penanggulangan politik uang, berikut ini factor-faktor yang menghambat

proses penanggulangan praktik politik uang:

a. Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum)

Faktor undang-undang mempunyai peran yang utama dalam penegakan hukum

dan berlakunya kaedah hukum dimasyarakat ditinjau dari kaedah hukum itu

sendiri. Seharusnya peraturan mengenai pemilu dan kampanye harus dievaluasi

terutama pada masa penetapan menurut penulis kegiatan membagi-bagikan

tersebut dapat menguntungkan peserta pemilu yang memiliki uang lebih memiliki

kesempatan menang lebih besar daripada peserta pemilu yang tidak melakukan

kegiatan membagi-bagikan tersebut.

b. Faktor Penegak Hukum

Faktor ini adalah salah satu factor penting dalam menangani praktik politik

uang, karena penegak hukum merupakan aparat yang melaksanakan proses upaya

untuk tegaknya atau berfungsinya norma hukum secara nyata sebagai pedoman

perilaku hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermayarakat dan

bernegara, jika ada pelangggaran politik uang seharusnya langsung dilakukan

pelaporan, permasalahannya pada proses pelaporan yang menjadi penghambat

Page 94: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

94

adalah kurangnya syarat-syarat pelaporan sehingga Gakkumdu tidak bisa

memproses laporan secara cepat.

c. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung

Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan

perangkat keras. Sarana dan fasilitas yang emadai diperlukan demi mendukung

proses penanggulangan praktik politik uang, kemudian diperlukan juga fasilitas

pengaduan yang mudah supaya antusias masyarakat dalam melaporkan tinggi,

akan tetapi apabila fasilitasnya sulit tentu akan menghambat proses

penanggulangan praktik politik uang

d. Faktor Masyarakat

Sikap masyarakat yang kurang menyadari bahwa setiap warga turut serta dalam

menegakkan hukum menjadi salah satu factor penghambat penegakkan hukum

praktik politik uang. Seharusnya perilaku masyarakat harus ditingkatkan, supaya

kesadaran dalam ikut serta mencegah terjadinya praktik politik uang itu bisa

terlaksana. Apabila terdapat calon yang melakukan politik uang masyarakat

seharusnya tidak menerima uang tersebut akan tetapi langsung melaporkan kepada

lembaga Bawaslu atau aparat penegak hukum.

e. Faktor Kebudayaan

Budaya masyarakat dan lemahnya ekonomi masyarakat menjadikan banyak

masyarakat yang ingin mengambil uang atau materi dari calon yang melakukan

praktik politik uang, hal tersebut yang menjadi penghambat penanggulangan

praktik politik uang itu sendiri. Budaya tersebut bahkan menjadi kebiasaan

menjelang berlangsungnya pemilu, bahkan yang mengkhawatirkan masyarakat

menganggap hal tersebut menjadi sesuatu yang wajar.

Penanggulangan politik uang memang harus menjadi tujuan bersama untuk

menciptakan demokrasi yang lebih sehat. Jika demokrasi sehat, maka akan tercipta pemilu

yang lebih bermartabat dan berkualitas. Untuk itu, penanganan praktik politik uang bukan

hanya tugas dari penyelenggara pemilu KPU atau Bawaslu akan tetapi masyarakat , civil

society, lembaga-lembaga masyarakat , organisasi masyarakat, dan yang paling penting partai-

parti politik yang ikut menjadi peserta pemilu harus memulai langkah bersama-sama untuk

menolak praktik politik uang, supaya tujuan awal dari proses berlangsungnya pemilu dapat

tercapai.

Page 95: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

95

B. Peran Bawaslu Dalam Menangani Praktik Politik Uang.

Lembaga Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan salah satu penyelenggara

pemilu di Indonesia selain KPU dan DKPP. Penjelasan mengenai Bawaslu dapat dilihat melalui

Undang-Undang No 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum pada pasal 1 angka (17)

dinyatakan bahwa Badan Pengawas Pemilihan Umum adalah lembaga penyelenggara

pemilihan umum yang mengawasi penyelenggaraan pemilu di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Secara hirarki kelembagaan, Bawaslu terdiri dari Bawaslu (RI)

yang berkedudukan di Jakarta; Bawaslu Provinsi berkedudukan di Provinsi; Bawaslu

Kabupaten/Kota berkedudukan di kabupaten/kota; Panwaslu Kecamatan berkedudukan di

kecamatan; Panwaslu Kelurahan/Desa berkedudukan di kelurahan/desa, dan Pengawas Pemilu

Luar Negeri berkedudukan di luar negeri.

Didalam mengawasi pemilihan Bawaslu memiliki tugas tersendiri yang diatur diatur

dalam Pasal 93 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017. Adapun tugas Bawaslu sebagai berikut:

a. Menyusun standar tata laksana pengawasan penyelenggaran pemilu di setiap

tingkatan

b. Melakukan pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran pemilu dan sengketa

proses pemiu

c. Mengawasi persiapan penyelenggaraan pemilu

d. Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan pemilu

e. Mencegah terjadinya praktik politik uang

f. Mengawasi netralitas ASN, TNI dan Polri

g. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan

h. Menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu kepada DKPP

i. Menyampaikan dugaan tindak pidana pemilu kepada Gakkumdu

j. Mengelola, memelihara dan merawat arsip serta melaksanakan penyusutannya

berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

k. Mengevaluasi pengawasan pemilu

l. Mengawasi pelaksanaan peraturan KPU

m. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

Dari beberapa tugas Bawaslu yang diatur didalam pasal 93 UU No 7 Tahun 2017,

terdapat satu poin yang menegaskan bahwa peran Bawaslu sangat penting didalam menangani

Page 96: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

96

tindak pidana praktik politik uang. Diatas dijelaskan Bawaslu memiliki tugas untuk mencegah

terjadinya praktik politik uang didalam penyelenggaran pemilihan umum di Indonesia.

Mengutip dari Ananingsih (2016; 49-57) bahwa data di Bawaslu RI menunjukkan ada 929

laporan kasus praktik politik uang pada Pilkada serentak 2015. Hal ini menunjukkan kasus

politik uang yang termasuk dalam kategori tinggi. Dari 929 kasus hanya ada 3 kasus dugaan

praktik politik uang yang dapat dip roses di pengadilan.

Kasus politik uang memang selalu menjadi persoalan yang sulit untuk diselesaikan,

regulasi-regulasi yang telah dibuat dan terus mengalami perbaikan tidak membuat aktor-aktor

politik uang takut. Regulasi tentang larangan melakukan politik uang terus mengalami

penguatan, baik dari peraturan perundang-undangan maupun peraturan KPU dan Bawaslu

sendiri, akan tetapi implementasi di lapangan belum bisa menunjukkan jika peserta-peserta

pemilu telah mematuhi peraturan yang telah dibuat, seringkali di beberapa kesempatan baik

masa kampanye, masa tenang, maupun hari H pencoblosan mereka melakukan aksi praktik-

praktik politik uang untuk mendapatkan suara dari masyarakat Indonesia.

Beberapa larangan didalam undang-undang yang mengatur tentang politik uang

terdapat pada pasal 280 UU No 7 Tahun 2017 bahwa didalam berkampanye, peserta atau tim

kampanye pemilu dilarang menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada

peserta pemilu. Kemudian diatur juga didalam Peraturan Bawaslu No 28 Tahun 2018 tentang

Pengawasan Kampanye Pemilu Pasal 44 bahwasanya pengawas pemilu dalam hal ini Bawaslu

harus memastikan pelaksana kampanye dan/atau tim kampanye tidak menjanjikan atau

memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta kampanye secara

langsung atau tidak langsung untuk:

a. Tidak menggunakan hak pilihnya

b. Menggunakan hak pilihnya dengan memilih peserta pemilu dengan cara tertentu

sehingga surat suaranya tidak sah.

c. Memilih pasangan calon tertentu

d. Memilih partai poltik tertentu dan/atau

e. Memilih calon anggota DPD tertentu.

Larangan praktik politik uang juga disertai sanksi bagi peserta pemilu atau tim

kampanye pemilu yang ditemukan melakukan politik uang. Sanksi tersebut diatur didalam UU

No 7 Tahun 2017 Pasal 523 yaitu:

Page 97: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

97

a. Setiap pelaksana, peserta dan/atau tim kampanye pemilu yang dengan sengaja

menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada

peserta kampanye pmilu secara langsung ataupun tidak langsung sebagaimana

dimaksud dalam pasal 280 ayat 1 huruf j dipidana dengan pidana penjara paling

lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 24.000.000,00 (dua puluh empat

juta rupiah).

b. Setiap pelaksana, peserta dan/atau tim kampanye pemilu yang dengan sengaja pada

masa tenang menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lainnya

kepada pemilih secara langsung ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud

dalam pasal 278 ayat 2 huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 4

(empat) tahun dan denda paling banyak Rp. 48.000.000,00 (empat puluh delapan

juta rupiah).

c. Setiap orang yang dengan sengaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau

memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada pemilih untuk tidak

menggunakan hak pilihnya atau memilih peserta pemilu tertentu dipidana dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp

36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).

Praktik politik uang termasuk didalam pelanggaran pidana pemilu, oleh karena itu

penanganannya juga dilakukan mengikuti prosedur tindak pidana pemilu yang melibatkan 2

(dua) instansi lain yaitu kejaksaan dan kepolisian. Ketiga lembaga tersebut yaitu Bawaslu,

Kejaksaan dan Kepolisian tergabung dalam satu lembaga yang dinamanakan Sentra

Gakkumudu (Sentra Penegakan Hukum Terpadu).

Penanganan pelanggaran pidana pemilu seperti praktik politik uang diatur didalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 476 sampai 485. Beberapa ringkasan yang dapat

diambil dari Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang penanganan pelanggaran pidana

pemilu:

1. Laporan dugaan tindak pidana Pemilu diteruskan oleh Bawaslu, Bawaslu

Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan kepada Kepolisian

Negara Republik Indonesia paling lama 1x24 jam sejak Bawaslu, Bawaslu

Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan menyatakan bahwa

perbuatan atau tindakan yang diduga merupakan tindak pidana pemilu

Page 98: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

98

2. Perbuatan atau tindakan yang diduga merupakan tindak pidana pemilu

dinyatakan oleh Bawaslu, Bawaslu Provini, Bawaslu Kabupaten/Kota dan atau

Panwaslu Kecamatan setelah berkoordinasi dengan Kepolisian Negara

Republik Indonesia dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia

dalamGakkumdu

3. Laporan dugaan tindak pidana pemilu disampaikan secara tertulis dan paling

sedikit memuat:

a. Nama dan alamat pelapor

b. Pihak pelapor

c. Waktu dan tempat kejadian perkara

d. Uraian kejadian.

Dalam proses penanganan pelanggaran pidana pemilu, temuan/laporan yang sudah

ditindak lanjuti oleh Bawaslu kemudian dibuatkan dalam suatu kajian. Jika hasil kajian

menyimpulkan laporan atau temuan pelanggaran pemilihan itu memenuhi unsure tindak pidana

pemilihan maka Bawaslu akan berkoordinasi dengan anggota sentra gakkumdu lainnya yakni

kejaksaan dan kepolisian guna membahas kasus tersebut. Jika Sentra Gakkumdu memutuskan

kasus bisa diproses lebih lanjut maka dalam waktu 1X24 jam setelah keputusan tersebut,

Bawaslu harus segera melimpahkan berkas kasus itu ke penyidik kepolisian (sesuai dengan

tingkatannya). Sebaliknya jika keputusan Sentra Gakkumdu terhadap kasus tersebut tidak

dapat dilanjutkan maka proses penanganan kasus akan dihentikan. Pelapor akan diberi surat

yang berisi status laporan. Seluruh hasil rapat pembahasan di Sentra Gakkumdu akan

dituangkan dalam sebuah Berita Acara yang dinamakan form SG3.

Didalam memproses perkara tindak pidana pemilu bukan berarti tanpa kendala,

beberapa kendala yang dihadapi Bawaslu yaitu keterbatasan kewenangan yang dimiliki oleh

Bawaslu. Kewenangan utama yang dimiliki lembaga ini adalah melakukan pengawasan pada

setiap tahapan pemilu. Sebaliknya di bidang penanganan pelanggaran, lembaga ini sebenarnya

memiliki kewenangan terbatas. Kewenangan yang tidak dimiliki antara lain seperti

kewenangan dalam proses penyidikan dan penyelidikan. Ketika terlapor diundang untuk

klarifikasi oleh Bawaslu, banyak terlapor yang dengan sengaja tidak mau hadir (meskipun telah

diundang secara formal tertulis hingga 3 (tiga) kali pemanggilan). Di satu sisi, ketiadaan

kewenangan upaya paksa pemanggilan mengakibatkan terlapor tidak bisa dipaksa untuk hadir.

Akibat ketidakhadiran terlapor, batas waktu penanganan oleh Bawaslu habis sehingga kasus

menjadi kadaluarsa.

Page 99: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

99

Selain itu adanya perbedaan persepsi dalam Sentra Gakkumdu. Perbedaan persepsi

seolah telah menjadi semacam cap yang sulit dihapus karena senantiasa menghantui dalam

setiap penyelenggaraan pemilu. Ada yang berpendapat hal itu disebabkan oleh adanya ego

sektoral dalam diri masing-masing lembaga, tidak adanya komitmen dalam penegakan hukum

pemilu dan juga tidak adanya daya tarik untukmenangani kasus pidana pemilu. Untuk

mengatasi hal itu sebenarnya dibutuhkan standard operating procedure (SOP) yang jelas dalam

penanganan dugaan tindak pidanapemilu. Praktiknya, keluarnya SOP penanganan pelanggaran

pidana pemilu seringkali terlambat, dalam arti pemilu sudah berlangsung tetapi SOP belum

jadi. Hal ini berakibat bisa menghambat kinerja Sentra Gakkumdu dalam penanganan tindak

pidana pemilihan, termasuk praktik politik uang.

Berangkat dari kendala yang terjadi, untuk itu harus dilakukan upaya penguatan baik

dari segi kelembagaan maupun peraturan yang mengaturnya, seperti selalu dilakukan revisi

atau perbaikan Undang-Undang Pemilu, pemilu merupakan suatu sistem yang meliputi

electoral regulation, electoral proses dan electoral law enforcement. Ketiganya merupakan satu

kesatuan, jika electoral regulation tidak baik maka akan berdampak pada electoral law

enforcement yang tidak bisa berjalan, akibatnya electoral prosesnya menjadi tidak berkualitas.

Kemudian upaya selanjutnya yaitu pemberian kewenangan penuh lembaga Bawaslu

dalam penanganan pidana pemilu termasuk praktik politik uang. Keberadaan Bawaslu tanpa

dilengkapi dengan kewenangan penuh menyebabkan kinerja lembaga ini menjadi tidak

maksimal. Pemberian kewenangan penuh akan mempermudah dan mempercepat penanganan

tindak pidana pemilu termasuk praktik politik uang. Selain itu juga akan meningkatkan

kedibilitas lembaga Bawaslu sebagai sebuah pengawas pemilu yang benar-benar mewujudkan

pemilu yang berintegritas.

Praktik politik uang memang menjadi permasalahan yang harus segera ditangani.

Bawaslu sebagai lembaga pengawas pemilu berperan sangat penting dalam menindak kegiatan-

kegiatan yang berbau politik uang, karena akan sangat merugikan kualitas pemilu di Indonesia,

selain itu praktik politik uang juga menjadi bibit-bibit aktor yang terpilih bisa melakukan

tindakan yang lebih merugikan kedepannya seperti korupsi, suap, nepotisme dan lain

sebagainya, untuk itu harus ada alternatif lain didalam menangani praktik politik uang. Dari

segi penindakan Bawaslu telah memiliki tugas tersendiri dalam menindak praktik politik uang,

akan tetapi dari segi pengawasan dan pencegahan, Bawaslu juga harus memiliki langkah yang

bisa menyadarkan kepada masyarakat Indonesia, bahwa praktik politik uang merupakan

Page 100: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

100

kegiatan yang merugikan setiap warga negara Indonesia yang memiliki hak pilihnya dalam

menentukan sosok pemimpin kedepan. Berikut ini langkah-langkah Bawaslu didalam

memberantas praktik politik uang

1. Pencegahan:

a. Mempelajari Indeks Kerawanan Pemilu sebagai bahan untuk memahami

kondisi dan potensi kerawanan Pemilu di wilayah masing-masing.

b. Menyusun strategi pengawasan untuk pencegahan pelanggaran Pemilu dan

sengketa, dengan mempertimbangkan karakter serta kondisi di daerah masing-

masing.

c. Membangun komunikasi dan koordinasi secara intensif dengan lembaga

Penyelenggara Pemilu serta stakeholder Pemilu terutama Pemerintah Daerah,

Kepolisian Daerah, Perguruan Tinggi, serta tokoh agama dan tokoh masyarakat,

untuk mendapatkan data dan informasi serta mengefektifkan kerja kolaboratif

untuk pencegahan pelanggaran Pemilu; terutama terkait dengan antisipasi

penggunaan isu-isu Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA), politisasi

birokrasi, politik identitas, dan politik uang yang akan berimplikasi pada

terganggunya tahapan dan Integritas Pemilu.

d. Mengoptimalkan sosialisasi, penyediaan informasi publik, dan pendidikan

politik, kepada masyarakat, tim kampanye, relawan, serta pasangan calon, baik

melalui kegiatan koordinasi maupun menggunakan media massa (media cetak,

media elektronik maupun media sosial) untuk mengefektifkan pencegahan

pelanggaran serta menumbuhkembangkan pengawasan partisipatif.

2. Pengawasan:

a. Bersikap dan bertindak proaktif dalam menjalankan agenda dan kegiatan

pengawasan Pemilu, serta bersikap responsif terhadap laporan dugaan

pelanggaran Pemilu.

b. Bekerja secara taktis dengan menggerakkan sumber daya struktural organisasi

pengawas Pemilu untuk mencapai efektivitas pengawasan.

c. Memperkuat supervisi kepada jajaran Pengawas Pemilu di bawahnya untuk

memastikan integritas dan profesionalitas penyelenggaran pengawasan Pemilu.

d. Melibatkan peran kelompok masyarakat dalam kegiatan pengawasan Pemilu

untuk mendeteksi dan melaporkan dugaan pelanggaran; terutama terkait dengan

Page 101: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

101

daftar pemilih, penggunaan isu sara dalam kampanye, politik uang, politisasi

birokrasi, dan politik identitas.

3. Penindakan Pelanggaran dan Sengketa:

a. Melaporkan secara aktif dan berkala ke jajaran pengawas lebih tinggi terkait

penanganan pelanggaran.

b. Memperkuat koordinasi untuk membangun kesepahaman dengan penegak

hukum dalam sentra penegakkan hukum terpadu (Gakkumdu), untuk

mengoptimalkan penanganan pelanggaran pidana pemilu.

c. Memperkuat pemahaman dan kemampuan dalam memeriksa dan memutus

pelanggaran administrasi pemilu dan penyelesaian sengketa.

d. Memperkuat koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, serta Komisi

Aparatur Sipil Negara terkait pengawasan terhadap netralitas ASN dan

pengunaan fasilitas negara

e. Menyediakan akses yang mudah bagi masyarakat untuk memberikan informasi

dan melaporkan dugaan pelanggaran pemilu.

Bawaslu adalah lembaga yang sangat penting dalam menenetukan proses pemilu yang

baik. Peran Bawaslu dalam menangani pelanggaran-pelanggaran pemilu baik pelanggaran

administratif, pelanggaran kode etik maupun pelanggaran pidana pemilu adalah kewajiban

tugas sebagai pengawas pemilu, maka dari itu peran stakeholder dan masyarakat sangat

dibutuhkan dalam membantu Bawaslu menngawasi, mencegah dan menindak pelanggaran-

pelanggaran pemilu dan praktik-praktik politik uang, agar pemilu di Indonesia memiliki

integritas dan kualitas yang baik.

C. Alur laporan temuan ke bawaslu

Page 102: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

102

Referensi

Septianingrum, Galuh (2017) Peranan KPU Kabupaten Pati dalam Pembentukan Budaya

Politik dan Perilaku Memilih Masyarakat pada Pemilihan Umum Kepala Daerah

(Pemilukada) Serentak di Kabupaten Pati Tahun 2017. S2 thesis, UNY.

Ananingsih, Sri Wahyuni. (2016). Tantangan dalam Penanganan Dugaan Praktik Politik

Uang Pada Pilkada Serentak 2017. Masalah-Masalah Hukum, Jilid 45 No 1, Januari 2016; 49-

57

Yamin, Ilham dkk. (2018). Indeks Kerawanan Pemilu, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden.

Jakarta: BAWASLU RI.

Undang-Undang Nomor 07 Tahun 2017.

Page 103: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

103

BAB 6.

PENDIDIKAN PEMILIH

POKOK BAHASAN

Pendidikan Pemilih

DESKRIPSI SINGKAT

Pokok bahasan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta tentang tentang

pendidikan pemilih untuk menjadi pemilih cerdas.

SUB POKOK BAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Pemilih

2. Tujuan Pendidikan Pemilih

3. Prinsip-Prinsip Pendidikan pemilih

4. Meriview pembahasan sebelumnya

HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu memahami pentingnya pendidikan pemilih

dengan tujuan menjadi pemilih cerdas

INDIKATOR HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat:

1. Memahami pentingnya pendidikan pemilih

2. Memahami tujuan pendidikan pemilih agar menjadi pemilih cerdas

3. Memahami prinsip-prinsip pendidikan pemilih

4. Menjelaskan atau dapat mereview materi-materi sebelumnya

METODE

1. Brain Stroming (curah pendapat)

2. Diskusi kelompok

Page 104: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

104

3. Village Market (warung partisipasi)

4. Presentasi dan Tanya jawab

5. Ceramah

6. Role play

BAHAN / ALAT BANTU

1. Powerpoint presentasi

2. Naskah Pegangan

3. Bagan alur.

4. LCD projector

5. Laptop

6. Flipchart

7. Lembar Kerja

8. Spidol

WAKTU (MENIT)

90 Menit

BAHAN RUJUKAN

1. Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemilu

2. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN 2018

TENTANG PENANGANAN TEMUAN DAN LAPORAN PELANGGARAN PEMILIHAN

UMUM

PROSES PEMBELAJARAN

1. Fasilitator mereview secara singkat pokok bahasan yang terdapat pada bab 1,2,3,4,5, dengan

durasi(15 menit)

a. Sebutkan point penting dalam pembahasan menjadi pemilih cerdas

b. Acuan jawaban Fasilitator:

Pengertian demokrasi dan pemilu

Page 105: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

105

Menjelaskan pengertian politik uang dan patronase serta dampak dari praktik

tersebut

Menjelaskan perbedaan dana politik dan politik uang

menjelaskan posisi masyarakat dalam demokrasi dan pemilu

menjelaskan peran penyelenggara pemilu terhadap praktik politik uang

menjelaskan skema pelaporan praktik politik uang

Acuan jawaban Fasilitator:

UU Nomor 7 tahun 2017

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN

2018 TENTANG PENANGANAN TEMUAN DAN LAPORAN PELANGGARAN

PEMILIHAN UMUM

2. Fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran dari modul ini, yaitu:

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat:

a. Menjelaskan pengertian demokrasi dan pemilu

b. Menjelaskan dampak-dampak dari politik uang

c. Memahami pengertian patronase

d. Dapat memahami perbedaan politik uang dan dana politik

e. Dapat memahami posisi masyarakat dalam pemilu dan demokrasi

f. Dapat memahami dan menjadi pemilih cerdas di pemilu serentak 2019

3. Metode Peyampaian Materi

Cara pertama

Fasilitator melakukan curah pendapat tentang tahapan, sub tahapan, pelaksana dan waktu

pelaksanaan pilpres dengan cara: (10 menit)

a. Fasilitator membagikan kelompok menjadi lima kelompok dengan skema berhitung

b. Fasilitator meminta kepada setiap kelompok untuk menuliskan hasil materi yang

didapatkan dengan pembagian kelompok satu : menjelaskan pengertian pemilu dan

demokrasi serta prinsip-prinspu pemilu bebas dan adil, kelompok kedua : menjelaskan

pengertian politing uang dan patronase beserta dampaknya, kelompok ketiga

menjelaskan perbedaan politik uang dan dana politik beserta contoh kasus-kasus yang

pernah dialami, kelompok keempat menjelaskan posisi masyarakat dalam demokrasi,

kelompok kelima menjelaskan peran KPU dan Bawaslu dalam pencegahan politik uang

serta proses pelaporan praktik politik uang kepada bawaslu

c. Fasilitator meminta masing-masing kelompok membacakan hasil tugas kelompoknya

Page 106: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

106

d. Fasilitator meminta kepada peserta yang lain untuk menilai hasil kerja kelompok 1 dan

sebaliknya

e. Fasilitator mencatat semua masukan / koreksi dari peserta terhadap hasil kinerja

kelompok 1 hingga 5 dan menempelkan masukan tersebut di metalplan

f. Fasilitator meminta kepada peserta yang lain untuk menilai hasil kerja kelompok

selanjutnya

g. Fasilitator mencatat semua masukan / koreksi dari peserta terhadap hasil kinerja

kelompok selanjutnya dan menempelkan masukan tersebut di metalplan

h. Dan seterusnya berurutan hingga kelompok kelima

Cara kedua

Fasilitator memimpin diskusi dengan metode “Warung Partisipatif” dengan cara :

a. Fasilitator membuat group dengan skema berhitung 1 hingga 3

b. Fasilitator memberikan tugas pada setiap kelompok 1 hingga 3 dengan pembagian

kelompok 1 : menjelaskan pengertian seputar pemilu dan demokrasi, menjelaskan politik

uang dan patronase serta dampaknya , selanjutnya perbedaan politik uang dan dana

politik. Kelompok 2 : menjelaskan posisi masyarakat dalam demokrasi, menjelaskan

peran KPU dan Bawaslu dalam menangani pencegahan politik uang. Kelompok 3 :

menjelaskan bagaimana hubungan masyarakat dengan partai politik, menjelaskan

bagaimana menjadi pemilh cerdas, dan menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan

pencegahan praktik politik uang

c. Fasilitator meminta Juru bicara masing-masing kelompok untuk berdiri di samping

penayangan hasil kelompok yang memuat hasil diskusi kelompoknya

d. Fasilitator meminta:

Putaran 1 (15 menit)

1) Anggota kelompok 1 mengunjungi warung kelompok 2, lalu Juru Bicara Kelompok

2 diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan anggota kelompok

1. Anggota kelompok 1 memberi masukan terhadap hasil kerja kelompok 2. Juru

bicara kelompok 2 mencatat masukan dari kelompok 1.

2) Anggota kelompok 2 mengunjungi warung kelompok 3, lalu Juru Bicara Kelompok

3 diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan anggota kelompok

2. Anggota kelompok 2 memberi masukan terhadap hasil kerja kelompok 3. Juru

bicara kelompok 3 mencatat masukan dari kelompok 2.

Page 107: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

107

3) Anggota kelompok 3 mengunjungi warung kelompok 1, lalu Juru Bicara Kelompok

1 diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan anggota kelompok

3. Anggota kelompok 3 memberi masukan terhadap hasil kerja kelompok 1. Juru

bicara kelompok 1 mencatat masukan dari kelompok 3.

Putaran 2 (10 menit)

Setelah putaran 1 selesai, fasilitator memulai putaran 2, dengan mengulang tahapan

sebagaimana putaran pertama.

Putaran ketiga (5 menit)

Semua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing dan melakukan perbaikan

berdasarkan masukan dari kelompok lain.

4. Setelah 3 putaran diatas fasilitator menyampaikan catatan terhadap proses diskusi warung

partisipatif sekaligus memberikan pembulatan pemahaman.(5 menit)

5. Selanjutnya Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa kegiatan penyusunan kalender

pengawasan telah selesai. Fasilitator mengajak peserta rehat. (10 menit)

6. Setelah waktu rehat selesai fasilitator menayangkan paparan tentang: (5 menit)

a. Pemilu dan demokrasi bagi masa depan bangsa dan negara

b. Peran masyarakat dalam berdemokrasi

c. Peran kpu dan bawaslu dalam melakukan pencegahan politik uang

7. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa sesudah ini pembelajaran akan dilanjutkan

dengan materi Modul 6 yaitu “Hubungan Kelembagaan Dan Kehumasan Dalam Mendorong

Pengawasan Partisipatif” lalu menyampaikan salam dan menutup pembelajaran.

Page 108: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

108

MATERI

BAB VI

PENDIDIKAN PEMILIH

A. Pengertian Pendidikan Pemilih

Pendidikan adalah proses menanamkan nilai-nilai tertentu kepada satu generasi untuk

membentuk sikap dan perilaku. Nilai-nilai itu diharapkan menjadi pedoman dan sumber

inspirasi dalam melihat dan menghadapi suatu hal.

Pendidikan dalam konteks penyelenggaraan pemilu adalah pendidikan untuk menanamkan

nilai terkait tentang pemilu dan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara itu pemilih adalah setiap warganegara yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih

ketika pemilu/ pemilihan dilaksanakan. Indonesia selama ini memakai batas usia 17 tahun dan

atau telah menikah serta warganegara Indonesia sebagai syarat untuk disebut sebagai pemilih.

Warganegara yang dalam rentang waktu lima tahun kemudian menjadi pemilih disebut sebagai

pra-pemilih.

Pendidikan Pemilih, dengan demikian, adalah usaha untuk menanamkan nilai-nilai yang

berkaitan dengan pemilu dan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kepada

warganegara yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih dalam pemilu atau potensial pemilih

dalam rentang waktu kemudian. Dalam pendidikan pemilih, di dalamnya mencakup pemberian

informasi kepemiluan, pemahaman mengenai aspek-aspek pemilu serta demokrasi.

Pendidikan pemilih penting karena beberapa alasan:

Membantu penyelenggara pemilu melaksanakan pemilu dengan baik. Semakin

banyak pemilih yang paham dengan proses pemilu dan demokrasi dapat meringankan

dan memudahkan kerja dari penyelenggara pemilu karena masing-masing sudah

paham dengan proses dan bagaimana pemilih seharusnya bertindak.

Meningkatkan partisipasi pemilih. Kesadaran tentang pentingnya penggunaan suara

dalam pemilu dilakukan secara intensif dan luas sehingga partisipasi pemilih dapat

meningkat.

Meningkatkan kualitas partisipasi pemilih. Angka kecurangan pemilu, konflik pemilu,

mobilisasi pemilih dapat dikurangi sedemikian rupa melalui pendidikan pemilih

sehingga menghasilkan pemenang pemilu yang berkualitas.

Page 109: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

109

Memperkuat sistem demokrasi. Pendidikan pemilih membentuk nilai dan kesadaran

akan peran, hak, kewajiban, dan tanggung jawab pemilih dalam sistem demokrasi. Ini

akan memperkokoh advokasi warganegara terhadap sistem demokrasi dibandingkan

sistem politik lain.

B. Tujuan Pendidikan Pemilih

1. Peningkatan Partisipasi

Pendidikan pemilih dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi pemilih.

Partisipasi adalah keterlibatan pemilih pada keseluruhan periode siklus

pemerintahan, yaitu pada periode pemilihan dan periode di luar pemilihan. Pada

periode pemilihan, pendidikan pemilih dimaksudkan untuk mendorong pemilih

terlibat pada setiap tahapan pemilihan. Merujuk pada Economist Intelligence Unit

(EIU) , demokrasi yang mapan partisipasi untuk memberikan suara berada pada

kisaran 70%. Partisipasi ini mesti dicatat sebagai bukan mobilisasi. Angka

partisipasi yang wajar ini penting karena menyangkut biaya pemilu yang mahal,

legitimasi dan efektifitas kepemimpinan pejabat yang dipilih, serta eksistensi

sistem demokrasi. Pada periode di luar pemilu, pendidikan pemilih dimaksudkan

untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam mengawal agenda, menagih janji

kampanye, dan mengkritisi serta mengevaluasi pemerintahan. Partisipasi pemilih

pada periode ini umumnya rendah. Pemilih cenderung mengabaikan dan

menyerahkan proses politik kepada kelompok kecil elit. Kondisi ini tidak baik

karena pada titik ini nasib pemilih sesungguhnya ditentukan oleh pemerintah

melalui kebijakannya.

2. Peningkatan Literasi Politik

Pendidikan pemilih ditujukan untuk meningkatkan kemampuan literasi politik

pemilih. Literasi politik merujuk pada seperangkat kemampuan yang dibutuhkan

pemilih untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Kemampuan dalam literasi

pemilih meliputi pemahaman, keterampilan, dan perilaku yang menuntun pada

partisipasi yang memperkuat sistem demokrasi. Kemampuan literasi politik

dibutuhkan sebagai prayarat partisipasi politik yang ideal, baik selama periode

pemilihan dan di luar periode pemilihan. Literasi politik yang baik menjadikan

pemilih tahu bagaimana harus bersikap dan berpartisipasi dalam sebuah proses

politik. Peminggiran kepentingan pemilih juga dapat dihindari dengan kemampuan

literasi politik yang baik. Pemilih, dengan berbagai latar belakang, akan paham

Page 110: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

110

bahwa berbagai proses politik sangat mempengaruhi kehidupannya. Tingkat

literasi politik yang rendah menjadikan proses politik akan didominasi oleh

segelintir orang. Kepentingan pemilih akan terpinggirkan dan rentan dimanipulasi.

Dengan literasi politik yang baik akan terjadi saling keterpautan antara pemilih

dengan proses politik (state and civil engagement).

3. Peningkatan Kerelawanan (Voluntaritas)

Pendidikan pemilih juga bertujuan untuk meningkatkan sikap kerelawanan

pemilih. Kerelawanan adalah partisipasi pemilih dalam proses politik yang

didorong oleh suatu idealisme tertentu dengan tanpa pamrih. Ide pokoknya adalah

pada kehendak individu sebagai hasil dari kesadaran untuk berpartisipasi. Lawan

dari kerelawanan adalah pragmatisme pemilih. Pragmatisme merujuk pada

perilaku untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam proses politik karena

adanya insentif material. Pada sikap pragmatis, pemilih melakukan komodifikasi

atas partisipasi mereka dalam proses politik. Pemilih memperdagangkan posisi

mereka untuk ditukar atau diperjual-belikan dengan sesuatu yang bersifat material.

Situasi ini menjadi persoalan serius yang menggerogoti fundamental demokrasi.

Sebab, demokrasi akan menjadi mahal, hubungan pemilih dengan pejabat publik

akan terputus seketika transaksi sudah berlangsung, dan korupsi akan berkembang

biak. Pendidikan pemilih harus mendorong berkembangnya kerelawanan, dan

sekaligus mengikis pragmatisme. Kerelawanan yang tumbuh baik dalam proses

politik akan memperkuat bangunan demokrasi.

C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Pemilih

1. Segmentasi

Pendidikan pemilih dilakukan dengan melihat segmentasi dalam masyarakat.

Segmentasi adalah pembilahan sosial yang ada di dalam masyarakat. Masyarakat

terpilah-pilah ke dalam kelompok-kelompok pemilih homogen yang potensial. Baik

itu potensial dari sisi jumlah maupun potensial dari sisi masalah yang dihadapinya.

Setiap segmen pemilih memiliki kebutuhan, karakteristik, dan perilaku yang

berbeda. Oleh karena itu pendekatan pendidikan pemilih yang dilakukan kepada

masing-masing kelompok tersebut harus berbeda pula sesuai dengan karakter dari

setiap segmen. Menyamakan pendekatan kepada semua segmen dalam melakukan

pendidikan pemilih justru akan membuat proses pendidikan itu sendiri tidak akan

Page 111: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

111

berhasil. Dengan melakukan segmentasi dalam pendidikan pemilih, pendidikan

pemilih akan relevan dengan karakter pemilih

2. Orientasi Kepada Pemilih

Pendidikan pemilih harus berorientasi kepada pemilih. Berorientasi kepada

pemilih artinya kepentingan pemilih sebagai warganegara menjadi pusat penguatan.

Pemilih harus dikuatkan di hadapan pemerintah dan elemen-elemen non-

demokratis lainnya. Pendidikan pemilih tidak dalam kerangka kooptasi atau

hegemoni.Pendidikan pemilih adalah untuk membangun kesadaran kritis- reflektif

tentang hak dan kewajiban pemilih di hadapan negara dengan sistem demokrasi.

Dengan demikian pendidikan pemilih meletakkan pemilih sebagai subjek yang

membangun nalarnya sendiri. Pendidikan pemilih memandu bagaimana kesadaran

dan tindakan kritisreflektif dihasilkan. Penekanan ini penting agar pendidikan

pemilih tidak dibelokkan untuk pemahaman atau pola pikir yang tidak ada

hubungannya dengan kepentingan pemilih sebagai warganegara.

3. Kontekstual

Pendidikan pemilih harus bersifat kontekstual. Kontekstual dalam arti sesuai

dengan situasi mutakhir (kekinian) dan kondisi setempat (kedisinian). Kontekstual

pada materi yang disampaikan dan metode yang digunakan. Kontekstualisasi pada

sisi materi menjadikan pendidikan pemilih sesuai dengan kondisi terkini. Sementara

itu, dengan kontekstualisasi metode yang dipakai untuk pendidikan pemilih juga

dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi. Kontekstualisasi pendidikan

pemilih memudahkan pemilih untuk mengkaitkan materi yang disampaikan dengan

kondisi pemilih. Materi itu kemudian dapat operasional dengan situasi yang

dihadapi pemilih.

4. Partisipasif

Pendidikan pemilih harus partisipatif. Partisipatif artinya melibatkan segenap

pemangku kepentingan. Keterlibatan itu meliputi keseluruhan proses pendidikan

pemilih, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Prinsip partisipatif penting karena KPU tidak mungkin melakukan pendidikan

pemilih sendiri. Daya jangkau, pembiayaan, waktu, sumberdaya manusia menjadi

beberapa sebab KPU tidak dapat melakukan pendidikan pemilih sendiri. Pada sisi

yang lain, partisipasi itu sendiri mengandung nilai positif yang menjadikan

pendidikan pemilih itu bukan sematamata persoalan KPU, tetapi persoalan

Page 112: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

112

bersama. Dalam negara demokrasi, pendidikan pemilih adalah kepentingan bagi

seluruh pihak.

Pemerintah berkepentingan dengan pendidikan pemilih karena berkaitan langsung dengan

legitimasi rezim dan tanggungjawab mereka membangun proses pemerintahan yang

demokratis. Masyarakat sipil penting terlibat karena pemilih terdidik akan mempermudah kerja

masyarakat sipil sendiri dan memperkuat posisi masyarakat sipil dihadapan negara. Sedangkan

partai politik penting dilibatkan dalam pendidikan pemilih karena itu menjadi salah satu tugas

utama dari partai politik. Pendidikan pemillih yang partisipatif ini juga harus dapat

mengakomodir ketentuan atau aturan main yang sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku. Norma-norma maupun nilai-nilai yang berlaku di dalam tata kehidupan masyarakat

setempat tetap harus dikedepankan.

D. Kelompok Sasaran

Terdapat beberapa kelompok masyarakat yang menjadi prioritas ikhtiar pendidikan

pemilih. Ia menjadi prioritas karena posisi strategis kelompok sosial itu dalam struktur pemilih

dan adanya persoalan-persoalan khusus yang perlu mendapat perhatian dibandingkan

kelompok sosial lainnya. Secara umum terdapat 2 (dua) kluster pemilih yang menjadi

kelompok sasaran, yaitu:

1. Kelompok Pemilih Strategis Kelompok pemilih strategis adalah kelompok pemilih

yang karena besaran ataupun posisi dalam struktur pemilih berada dalam posisi

strategis. Kluster ini terbagi dalam pra-pemilih, pemula, perempuan, marginal dan

penyandang disabilitas, dan agamawan.

2. Kelompok Rentan Kelompok rentan adalah sejumlah daerah dan/atau

kelompokmasyarakat yang dalam penyelenggaraan pemilu memiliki masalah

secara berkesinambungan ataupun acak (random). Masalah itu dapat secara khusus

terkait dengan partisipasi pemilih maupun penyelenggaraan pemilu secara umum.

Masalah yang terjadi pada daerah atau kelompok masyarakat itu dapat mengganggu

penyelenggaraan pemilu dan legitimasi pemilu. Kluster ini terbagi ke dalam daerah

dan kelompok masyarakat dengan partisipasi pemilih rendah, potensi pelanggaran

pemilu tinggi serta daerah rawan konflik dan kekerasan.

Page 113: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

113

E. Strategi Pendidikan Pemilih

Komunitas Independen Sadar Pemilu memiliki beberapa strategi dalam melakukan

pendidikan pemilih. Ada 3 hal yang dilakukan Komunitas Independen sadar pemilu dalam

melakukan strategi pendidikan pemilih yaitu :

1. Pengunaan Teknologi Informasi seperti Media Sosial ( Facebook, Twitter,

Instagram, Youtube, Blog).

Hampir tidak ada masyarakat yang tidak bersentuhan sama sekali dengan

teknologi informasi. Pada saat bersamaan, teknologi informasi juga berkembang

dengan cepat. Situasi tersebut perlu direspon dengan baik untuk pendidikan

pemilih. Teknologi informasi memiliki daya jangkau yang sangat luas dan akses

real time.

Internet menjadi bagian pokok masyarakat dalam menjalankan kehidupan.

Untuk generasi muda internet menjadi hal yang selalu dekat. Pendidikan pemilih

dengan memanfaatkan teknologi informasi kontemporer akan mendorong

partisipasi. Pemilih akan terdorong berkontribusi dan memberikan umpan balik.

atas topik atau masalah yang sedang menjadi pembahasan bersama, atas kesadaran

sendiri. Pendidikan pemilih juga menjadi lebih transparan dan dapat dijangkau oleh

semua pihak dan sepanjang waktu. Konektivitas dan jejaring antar sesama

pengguna yang terlibat dalam pendidikan pemilih juga dapat tercipta dengan

memanfaatkan teknologi informasi.

Lebih jauh lagi, pemanfaatan teknologi informasi kontemporer untuk

pendidikan pemilih dapat mendorong suatu advokasi publik atas suatu persoalan.

Setiap orang bebas menyuarakan ide atau kepentingannya sekaligus meminta

dukungan.

2. Sosialisasi berbasis anak sekolah

Lembaga pendidikan menjadi salah satu elemen strategis dalam melakukan

pendidikan pemilih. Komunitas Independen Sadar pemilu mengandeng atau

melakukan kerjasama dengan organisasi sekolah seperti OSIS dalam

menyampaikan pendidilan pemilu. Dan bekerjasama dengan KPU Kota/kabupaten

dalam menjalankan program GOES TO SCHOO.

3. Madrasah Pemilu ( Ngobrol pemilu kekinian )

Komunitas Independen Sadar Pemilu memiliki agenda Madrasah pemilu

dengan konsep ngobrol pemilu kekinian yang bertajuk dengan tema anak muda

Page 114: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

114

atau generasi milenial. Madrasah pemilu terbuka untuk umum siapun dipersilahka

untuk mengikuti diskusi ini. Judul dalam diskusi ini tidak hanya terbatas terhadap

pendidikan pemilih namun juga membahas pemantauan pemilu, isu kaum marjinal,

politik uang,atau lebih spesifik kecurangan dalam pemilu.

4. Kreasi Lain

Strategi pendidikan pemilih melalui kreasi lain adalah berbagai program

kegiatan yang dimaksudkan untuk mengakomodasi berbagai variasi tantangan.

Kreasi lain ini dapat diinisiasi karena kombinasi tantangan yang muncul sebagai

akibat dinamika masyarakat, kondisi geografis/alam, atau adanya inovasi

teknologi. Persoalan kemampuan sumberdaya dan anggaran juga dapat menjadi

pertimbangan satu strategi pendidikan pemilih melalui kreasi lain. Pengiriman

bahan pendidikan pemilih, mobil keliling, becak keliling, pemasangan bahan

pendidikan pemilih di tempat-tempat strategis adalah beberapa strategi pendidikan

pemilih yang termasuk kategori melalui kreasi lain.

F. Materi-Materi

1. Demokrasi

Banyak negara-negara di dunia yang mendekrasikan sebagai negara demokrasi.

Demokrasi dianggap sebagai sistem yang baik untuk saat ini. Indonesia salah satu

negara yang mendeklarasikan sebagai negara demokrasi. Pembahasan meliputi

sebagai berikut:

a. Pengertian demokrasi

b. Ciri-ciri negara demokrasi

c. Prinsip demokrasi

d. Kedudukan warga dalam negara demokrasi

e. Hambatan dalam negara demokrasi

2. Kelembagaan Negara

Salah satu penterjemahan dari kekuasaan demokrasi adalah keberadaan organ

atau cabang kekuasaan dalam negara. Masing-masing organ kekuasaan memiliki

karakteristik dan fungsi tersendiri. Dengan organ kekuasaan itu negara

dijalankan, dan pada organ kekuasaan itu rakyat meminta pertanggungjawaban.

Pembahasan tentang kelembagaan negara setidaknya mencakup tentang:

Page 115: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

115

a. Pengertian kelembagaan negara

b. Cabang kekuasaan negara

c. Kekuasaan negara dalam Konstitusi

d. Tantangan kelembagaan negara

e. Peran rakyat atas kelembagaan negara

3. Pemilu

Pemilu adalah salah satu bentuk negara demokrasi. Pemilu bagian terpenting

dari negara demokrasi. Pembahasan terkait pemilu meliputi

a. Pengertian Pemilu

b. Prinsip Pemilu

c. Tujuan Pemilu

d. Sistem Pemilu di Dunia

e. Kelembagaan Pemilu dan Fungsinya

f. Tahapan pemilu

g. Mekanisme memilih

4. Sejarah Pemilu di Indonesia

Sejarah pemilu adalah bagian terpenting dalam berjalannya pemilu saat ini.

Sejarah ini menjadi pengetahuan bagi kalangan pemilih pemula. Pembahasan

meliputi

a. Sejarah pemilu pertama di Indonesia

b. Partai-partai politik di Indonesia

c. Penyelengaraan pemilu dari tahun 1955 hingga sekarang

5. Partisipasi Politik

Partisipasi adalah jantung dari pemilu dan demokrasi. Tanpa partisipasi, pemilu

dan demokrasi menjadi kehilangan makna. Patisipasi memastikan daulat rakyat,

yaitu pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat menemukan wujud konkretnya.

Pembahasan tentang partisipasi pemilih diantaranya mencakup:

a. Pengertian partisipasi

b. Fungsi partisipasi

c. Bentuk dan arena partisipasi: - Periode masa pemilihan dan; - Periode

pasca pemilihan

6. Proses Pemilihan

Proses pemilihan ini dilakukan dengan metode simulasi dengan alat peraga atau

tampilan visual berupa video bagi pemilih pemula

Page 116: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

116

7. Peserta pemilu

Peserta Pemilu (Pileg dan Pilpres) Konten meliputi Peserta Pemilu (Partai

politik dan perseorangan) dalam Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD; Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden; Pemilukada Materi dapat ditampilkan dalam bentuk

Panel dinding (analog/digital), poster, video, miniatur bendera parpol

Page 117: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

117

References komunitas Independen sadar pemilu. (2018). MILLENIAL VOTERS. YOGYAKARTA: RUA

AKSARA.

Page 118: MODUL PENDIDIKAN PEMILIH CERDASkisp-id.org/wp...KISP-DAN-METODE-PENYAMPAIAN-FIX.pdf · Tujuan modul ini adalah sebagai panduan bagi pemilih untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana

118