KESADARAN PENDUDUK MELAPORKAN PERISTIWA PENTING...
Transcript of KESADARAN PENDUDUK MELAPORKAN PERISTIWA PENTING...
1 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
KESADARAN PENDUDUK MELAPORKAN PERISTIWA PENTING DAN
PERISTIWA KEPENDUDUKAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP DATA
PEMILIH
Sitti Aminah
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri
Jalan Kramat Raya 132 – Jakarta Pusat E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Permasalahan data pemilih menjadi isu krusial menjelang Pemilu 2014. Tujuan Kajian adalah
mendeskripsikan penerapan regulasi kependudukan khususnya kewajiban melaporkan
peristiwa penting, peristiwa kependudukan dan penerapan e-KTP yang berimplikasi untuk
penetapan daftar pemilih. Pengumpulan data menggunakan metode Focus Group Discussion
dalam dua tahap, tahap I melibatkan unsur pakar dan instansi pelaksana dan tahap II
melibatkan unsur ketua RT dan perangkat di tingkat desa/kelurahan. Hasil kajian menunjukan
bahwa (1) kesadaran penduduk melaporkan peristiwa penting dan peristiwa kependudukan
tergolong rendah, karena faktor kondisi sosial-ekonomi, belum efektifnya sosialisasi dan
mengurus dokumen kependudukan hanya ketika ada kepentingan yang berkaitan dengan
kependudukan. Saran yang diajukan adalah: (1) Peningkatan kesadaran penduduk diiringi
dengan pemberian kemudahan (insentif) terutama bagi penduduk dengan akses rendah karena
status sosial ekonomi dan jarak yang jauh dari kantor desa/kelurahan/kecamatan. (2)
Peningkatan peran RT/RW/Kepala Dusun dan Ketua Lingkungan diiringi dengan pemberian
insentif bagi yang berprestasi dalam menertibkan administrasi kependudukan di
lingkungannya.
ABSTRAK
Problems of voter data becomes a crucial issue ahaead 2014 election. Purpose of this study is
to describe the application of population regulation and implementation of e-KTP which has
implications for the determination of the voter list. Data collection using Focus Group
Discussion method in two step, the first step involved the experts and implementing agencies,
and then second step involved Head of RT and village officials. Result of this study indicate
that (1) awareness of the population in reporting important events and demographic events
was low, due to social-economic factor, the ineffectiveness of socialization dan make
citizenship documents if only need be. The suggestion are: (1) The awareness increasing of
the populization is accompanied with the provision of easy access especially those with lower
social and economic status and remote access form the public services. (2) Increase the role of
RT/RW/Village Head appreciated by incentive for the achievement in the discipline of
population administration in his region.
2 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem pemilihan umum secara
langsung adalah wujud demokrasi dalam
pemerintahan di Indonesia.
Penyelenggaraan pemilu telah berhasil
melaksanakan pemilu legislatif, pemilu
presiden dan wakil presiden secara
langsung oleh rakyat. Sistem pemilihan
langsung tersebut diyakini dapat
meningkatkan kadar demokratisasi,
transparansi dan terpilihnya figur-figur
yang mampu menyelenggarakan
pemerintahan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Penyelenggaraan pemilu langsung
dihadapkan pada sejumlah masalah,
diantaranya tidak akuratnya data pemilih.
Data pemilu yang tidak akurat merupakan
permasalahan krusial yang dihadapi sejak
pemilu 1999, masalah krusial ini juga
terjadi menjelang Pemilu 2014.
Permasalahan penetapan data pemilih
meliputi adanya data fiktif, pemilih tanpa
Nomor Induk Kependudukan (NIK), data
ganda, pemilih dibawah umur, pemilih
pindah alamat, pemilih yang meninggal
dunia hingga TNI/Polri yang tercatat
sebagai pemilih. Pada Tahun 2013 terdapat
11.130 juta pemilih yang bermasalah yang
dirinci sebagai berikut: sebanyak 10. 853
juta pemilih bermasalah administrasi,
160.249 tidak memenuhi syarat, 53.407
tidak terdaftar, 269.761 pemilih ganda dan
1.889 pemilih fiktif. Permasalahan ini
sempat menyebabkan Bawaslu
merekomendasikan penundaan penetapan
DPT oleh KPU untuk Pemilu 2014 (Media
Indonesia, 2013).
Data kependudukan yang tidak
akurat dapat berdampak pada tidak validnya
data pemilu. Hal ini mengindikasikan
kelemahan sistem administrasi
kependudukan. Pemerintah dikritik oleh
berbagai pihak karena kurang optimal
melakukan tertib administrasi
kependudukan. Sebagai ilustrasi, dari hasil
pemutakhiran data penduduk, tercatat
sebanyak 54.692 pemilih tidak memiliki
dokumen kependudukan di DPT. Untuk
penyempurnaan DPT, KPU telah mencoret
sebanyak 439.747 pemilih sehingga DPT
untuk Pemilu 2014 menurun menjadi
186.172.508 orang, dimana 3,3 juta
diantaranya belum memiliki NIK. Padahal
UU Nomor 8 Tahun 2012 pada Pasal 33
memberikan persyaratan untuk pemilih
sebagai berikut: penduduk yang telah
memiliki NIK, nama, tanggal lahir, jenis
kelamin dan alamat WNI yang mempunyai
hak memilih (Media Indonesia, 2013).
3 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
Penelitian Edhi (2012) menemukan
secara nasional hasil pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil yang berupa data atau
validasi kependudukan belum dapat dicapai
secara maksimal. Peristiwa kependudukan
dan peristiwa penting yang menyebabkan
perubahan data kependudukan, seperti
kelahiran, kematian, perkawinan migrasi
(pindah-datang dan perubahan alamat)
belum terdata secara benar dan
berkesinambungan. Kelemahan penyediaan
basis data kependudukan, disatu sisi kerap
dihubungkan dengan ketidakaktifan
penduduk melaporkan peristiwa
kependudukan dan di sisi yang lain
pemerintah belum optimal meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk mendukung
tertib administrasi kependudukan.
Rendahnya kesadaran penduduk
melaporkan perubahan peristiwa
kependudukan kepada petugas (instansi
pelaksana) menyebabkan pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil belum
terlaksana secara optimal. Penelitian Putera
(2006) menunjukan kesadaran penduduk
tergolong rendah dalam mensukseskan
tertib administrasi kependudukan
disebabkan data kependudukan tidak
berimplikasi pada kepentingan masyarakat
melainkan berorientasi pada kepentingan
pemerintah menjelang pemilu.
Kajian ini untuk mengetahui
kesadaran melaporkan peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting dan
upaya pembenahan terhadap permasalahan
yang ada.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka
rumusan masalah kajian “Bagaimana
penerapan regulasi kependudukan
khususnya tentang kewajiban melaporkan
peristiwa penting dan peristiwa
kependudukan berimplikasi terhadap data
pemilih?”. Rincian rumusan masalah
sebagai berikut: (1) Bagaimana tingkat
kesadaran penduduk melaporkan Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting dan
faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh.
(2) Apa sajakah permasalahan yang
menyebabkan rendahnya kesadaran
penduduk dan bagaimana upaya untuk
mengatasinya?
Tujuan Kajian
Kajian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kesadaran penduduk
melaporkan peristiwa penting dan peristiwa
kependudukan. Secara rinci, tujuan kajian
adalah: (1) Mengetahui tingkat kesadaran
penduduk melaporkan Peristiwa Penting
dan Peristiwa Kependudukan dan faktor-
faktor yang berpengaruh serta (2)
4 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
Mengetahui permasalahan rendahnya
kesadaran penduduk dan upaya
mengatasinya.
Tinjauan Regulasi tentang Pemanfaatan
Administrasi Kependudukan dan
Implikasinya terhadap Penetapan Daftar
Pemilih
Pemanfaatan data kependudukan di
bidang politik khususnya mendukung
penyelenggaraan pemilihan umum sangat
penting. Untuk kepentingan pemilu dan
pemilukada, data kependudukan digunakan
untuk menetapkan calon pemilih.
Fenomena yang menjadi isu nasional
menjelang Pemilu 2014, data
kependudukan yang meliputi lahir, mati,
perkawinan dan migrasi (pindah dan
datang) yang tidak valid telah menyebabkan
kisruh penetapan DPT.
Pasal 3 dan Pasal 63 UU No 23
Tahun 2006 serta penerapan Perpres No 26
Tahun 2009 tentang Penerapan KTP
berbasis Nomor Induk Kependudukan
mengamanatkan agar setiap penduduk
melaporkan peristiwa penting dan peristiwa
kependudukan dan mengikuti perekaman e-
KTP, hal ini karena:
Perubahan identitas kependudukan yang
dilaporkan penduduk menjadi data
dasar untuk pendaftaran dan pencatatan
data penduduk (registrasi penduduk)
secara akurat dan aktual. Perubahan
identitas penduduk meliputi kelahiran,
kematian, perkawinan/perceraian dan
migrasi penduduk (pindah-datang dan
perubahan alamat) wajib dilaporkan
sebagai dasar bagi instansi regsitrasi
penduduk. Registrasi penduduk yang
tertata dengan baik sangat bermanfaat
dalam memperbaiki menyediakan data
base kependudukan. Akibat tidak
tertibnya pengelolaan administrasi
kependudukan maka berdampak pada
tidak akuratnya data kependudukan
yang pada akhirnya mempengaruhi
tidak akuratnya data pemilih.
Perekaman e KTP berguna untuk
penerbitan NIK bagi setiap penduduk
yang merupakan identitas tunggal dan
berlaku seumur hidup. Sesuai UU No 8
Tahun 2012 pasal 33 (ayat 2), NIK
menjadi salah satu persyaratan utama
dalam penetapan daftar pemilih, selain
syarat lainnya yaitu: nama, tanggal
lahir, jenis kelamin dan alamat WNI
yang mempunyai hak memilih.
Alur pikir hubungan antara kewajiban
penduduk melaporkan perubahan peristiwa
kependudukan dengan akurasi data pemilih
disajikan pada Gambar 1.
5 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
Gambar 1: alur pikir hubungan antara Kewajiban Melaporkan Perubahan Peristiwa
Kependudukan dengan Akurasi Data Pemilih.
Akurasi data kependudukan di tingkat
desa/kelurahan sangat penting karena akan
diteruskan ke SIAK untuk dimutakhirkan
untuk selanjutnya digunakan menentukan
data pemilih. Ketidakakuratan data pemilih
dapat menimbulkan kecurigaan pihak-pihak
tertentu (terutama yang kalah dalam
pemilu/pemilukada) sebagai sumber
kekalahan mereka, yang tentunya sangat
subjektif dan perlu dibuktikan
kebenarannya.
Pengelolaan data kependudukan
untuk menciptakan pemilu yang berkualitas
khususnya dalam penetapan daftar pemilih
perlu mendapat perhatian dan penanganan
yang sungguh-sungguh oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah. Pemerintah dan
Pemerintah Daerah harus berupaya
menciptakan tertib administrasi
kependudukan agar data kependudukan
yang tersedia bersifat valid, akurat dan
aktual. Tanggungjawab pemerintah dalam
penyediaan data kependudukan yang
berkualitas tersebut berimplikasi pada
penetapan daftar pemilih oleh KPU.
Gambaran tentang peran pemerintah dan
KPU dalam alur penetapan daftar pemilih
sebagaimana diatur dalam UU No 8 tahun
2012 disajikan pada Gambar 2.
Menentukan akurasi data pemilih Pemilu/ Pemilukada
Sebagai data dasar pemutakhiran SIAK
Perubahan identitas penduduk
Kewajiban Penduduk :
Melaporkan peristiwa penting dan persitiwa kependudukan
(Pasal 3 UU No 23 2006)
Mengurus dokumen e-KTP (Perpres No 26 2009) Perubahan status
penduduk
Meng-up date Data Kependdukan Desa/Kelurahan
6 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
Gambar 2 Alur Penyusunan Daftar Pemilu Tetap (DPT)
Metode Kajian
Kajian ini menggunakan metode
kualitatif. Untuk memperoleh informasi
dilaksanakan Focus Group Discussion
(FGD) dalam dua tahap. Tahap pertama
untuk memperoleh masukan dan saran dari
pakar dan praktisi bidang administrasi
kependudukan. Tahap kedua berupa
pemetaan persepsi informan dalam
pelaksanaan FGD di Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil (Dinas Dukcapil) Kota
Bogor pada tanggal 13 Desember 2013.
Peserta FGD di Kota Bogor berjumlah 10
orang terdiri dari enam ketua RT yang
tersebar di beberapa kelurahan di Kota
Bogor dan 4 aparat kelurahan. Peneliti
bertindak selaku moderator untuk memandu
FGD dan 2 orang petugas dari Dinas
Dukcapil sebagai narasumber.
Kerangka Pemikiran
Pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil merupakan kegiatan yang
sangat penting untuk menghasilkan data
kependudukan secara mikro maupun
Sistem Adm Kependudukan (SIAK)-Kemendagri
Pemutakhiran Data Kependudukan - Kemendagri
Server e-KTP (iris, sidik jari, foto & tanda
tangan)-Kemendagri
Data Agregat Kependudukan perkecamatan (DAK 2) - Kemendagri
Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) -Kemendagri
Panitia Pemutakhiran Daftar Pemilih (Pantarlih) - KPU
Daftar Pemilih Sementara (DPS)-KPU
Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP)- KPU
Data Kependudukan (KTP dan Sensus)
Daftar Pemilih Tetap (DPT) - KPU
PEMILU
Memperhatikan DPT Pemilukada Terakhir-KPU
Minta tanggapan publik thd data pemilih-KPU
7 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
agregatif. UU No 23 Tahun 2006
mengamanatkan penduduk wajib
melaporkan peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting ketika terjadi perubahan
identitas dan perubahan status perorangan.
Catatan dibuat bagi setiap individu dan
perubahan-perubahan yang dialami untuk
pencatatan sipil, peristiwa kelahiran,
perkawinan, perceraian, dan kematian, serta
pengakuan anak dan data perubahan
penduduk akibat migrasi meliputi pindah-
datang dan perubahan alamat. Data
kependudukan hasil pemutakhiran di Desa
dan Kelurahan selanjutnya diteruskan ke
SIAK untuk digunakan dalam menentukan
data pemilih dalam pemilu/pemilukada.
Gambar 1. Kerangka pemikiran kajian kesadaran penduduk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat Kesadaran Penduduk
Melaporkan Peristiwa Penting dan
Peristiwa Kependudukan
Dalam rangka tertib administrasi
kependudukan, setiap penduduk wajib
melaporkan peristiwa kependudukan dan
peristiwa kependudukan. Bunyi Pasal 3,
UU Nomor 23 Tahun 2006 sebagai berikut:
“Setiap Penduduk wajib melaporkan
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa
Penting yang dialaminya kepada Instansi
Pelaksana dengan memenuhi persyaratan
yang diperlukan dalam Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil”.
PENERAPAN
1. Tingkat Kesadaran Melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa penting
2. Faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran penduduk melaporkan Peristiwa Penting dan Peristiwa Kependudukan
REGULASI KEPENDUDUKAN
Pasal 3 UU No 23 Tahun 2006:
Penduduk wajib melaporkan peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting
PEMBENAHAN
Upaya mengatasi rendahnya kesadaran melaporkan peristiwa penting dan peristiwa kependudukan
8 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
Dalam Pasal 1, Peristiwa
Kependudukan didefinisikan sebagai:
kejadian yang dialami penduduk yang harus
dilaporkan karena membawa akibat
terhadap penerbitan atau perubahan Kartu
Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau
surat keterangan kependudukan lainnya
meliputi pindah datang, perubahan alamat,
serta status tinggal terbatas menjadi tinggal
tetap. Sementara definisi peristiwa penting
kependudukan adalah kejadian yang
dialami oleh seseorang meliputi kelahiran,
kematian, lahir rnati, perkawinan,
perceraian, pengakuan anak, pengesahan
anak, pengangkatan anak, perubahan nama
dan perubahan status kewarganegaraan.
Kesadaran penduduk Kota Bogor
cenderung rendah melaporkan peristiwa
penting dan peristiwa kependudukan
meliputi kelahiran, kematian, perkawinan,
dan migrasi kependudukan (pindah, datang
dan perubahan alamat) kepada RT/RW dan
aparat kelurahan maupun petugas Dinas
Dukcapil. Kesadaran penduduk Kota Bogor
sesuai hasil FGD disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Permasalahan yang menyertai Rendahnya Kesadaran Penduduk
Melaporkan Peristiwa Penting dan Peristiwa Kependudukan
No Peristiwa
Kependudukan
Permasalahan
1. Peristiwa
Penting:
kelahiran,
kematian,
perkawinan
Kesadaran penduduk Kota Bogor tegolong rendah (tidak aktif)
melaporkan kelahiran, kematian atau perkawinan ke RT/RW atau ke
petugas. Sebagian besar penduduk kurang mengetahui arti penting
kepemilikan akta catatan sipil. Sebagai contoh penduduk mengurus
akta kelahiran hanya saat ada kepentingan mendaftarkan anak ke
sekolah dasar. Sementara pengurusan akta kematian hanya ketika
kepentingan pembagian warisan keluarga.
Kesadaran penduduk WNI yang sedang berada/bekerja di luar
negeri tergolong rendah untuk melaporkan diri kepada pemerintah
setempat atas keberadaannya, termasuk perubahan-perubahan atau
peristiwa penting terkait dengan masalah pencatatan sipil seperti
pencatatan lahir mati, perkawinan, perceraian, pengangkatan anak,
pengakuan anak dan pengesahan anak, perubahan nama dan
perubahan status kewarganegaraan serta pencatatan perubahan
peristiwa penting lainnya.
9 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
Peristiwa
kependudukan:
Perpindahan,
Kedatangan,
Pindah alamat.
Kesadaran penduduk Kota Bogor tergolong rendah untuk
melaporkan kedatangan, pindah dan perubahan alamat baik di
tempat tujuan maupun di tempat asal.
Umumnya penduduk yang melakukan migrasi (pindah-datang,
perubahan alamat) berkaitan dengan kepentingan menempati
permukiman baru, melanjutkan studi, pindah tugas, atau
perpanjangan usaha bekerja di sektor informal sebagai pedagang
atau pembantu rumah tangga.
Menjamurnya permukiman baru di Kota Bogor turut berimplikasi
pada penduduk yang datang atau pindah alamat, penduduk yang
pindah ke perumahan jarang melaporkan kehadiran diri dan anggota
keluarga kepada RT/RW atau lurah setempat.
Kesadaran penduduk tergolong rendah untuk mengurus surat
keterangan pindah dari tempat asal, mayoritas penduduk tidak
membawa surat pengantar dari RT/RW dari tempat asal ketika
melapor di tempat yang baru.
Mayoritas penduduk yang masih berkewarganegaraan asing atau
WNI yang berada/bekerja di luar negeri belum terdata di RT/RW
dan di kantor desa/kelurahan.
Keperdulian mayoritas penduduk tergolong rendah untuk
melaporkan perpindahan/kedatangan ke RT/RW atau kelurahan
setempat dan sebelum pindah telah melapor atau meminta surat
pengantar untuk pindah sementara dari tempat asal.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Rendahnya Kesadaran Penduduk
Melaporkan Peristiwa Penting dan
Peristiwa Kependudukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya kesadaran penduduk melaporkan
peristiwa penting dan peristiwa
kependudukan dapat dilihat dari 2 (dua)
sisi,. Pertama, dari sisi masyarakat: (1)
Penduduk terutama yang berlatar belakang
tingkat pendidikan dan pendapatan rendah
kurang mengetahui bahwa melaporkan
peristiwa penting (kelahiran, kematian dan
perkawinan) dan peristiwa kependudukan
(pindah-datang, perubahan alamat)
merupakan kewajiban warga negara
termasuk pengetahuan tentang manfaat
10 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
administrasi kependudukan serta akibat
hukumnya. (2) Penduduk beranggapan
bahwa melaporkan peristiwa penting dan
peristiwa kependudukan tidak terlalu
penting dan bukan prioritas sehingga dapat
ditunda jika bertepatan dengan kepentingan
yang mendesak. (3) Kesadaran untuk
melaporkan perisiwa kependudukan tiwa
pendting dan perist baru mengurus,
terutama jika terkait dengan persyaratan
untuk mengakses layanan publik.
Dari sisi layanan birokrasi
(petugas/instansi pemerintah) faktor yang
menjadi kendala di Kota Bogor adalah: (1)
Sosialisasi dan penyebarluasan informasi
dari petugas, Pemerintah Desa/Kelurahan
dan instansi pelaksana telah dilakukan
namun kurang menjangkau penduduk yang
berlatarbelakang ekonomi dan tingkat
pendidikan rendah termasuk penduduk
dengan tingkat mobilitas tinggi (kerja di
luar kota/luar negeri termasuk pedagang
antar kota. (2) Belum optimalnya
pemanfaatan fungsi dan peran kelembagaan
di tingkat satuan lingkungan yaitu RT/RW
dan Kadus lingkungan untuk pendaftaran
dan pencatatan penduduk (3) Tidak
tersedianya sarana dan prasarana penunjang
termasuk insentif bagi ketua RT/RW dan
Kadus turut mempengaruhi kinerja
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Upaya Meningkatan Kesadaran
Penduduk Melaporkan Perubahan
Peristiwa Kependudukan
Berdasarkan hasil kajian, kesadaran
penduduk tergolong rendah dalam
melaporkan peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting. Upaya mengatasi
masalah rendahnya kesadaran penduduk
melaporkan peristiwa kependudukan
disajikan pada Tabel 2.
11 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
Tabel 1 Permasalahan dan Upaya Mengatasinya
No Peristiwa
Kependudukan
Permasalahan Upaya Mengatasi
1. Peristiwa
Penting Kesadaran penduduk rendah dan
tidak aktif melaporkan
kelahiran, kematian atau
perkawinan ke RT/RW atau ke
petugas. Kesadaran penduduk
yang rendah berhubungan
dengan kondisi berikut:
- Penduduk dengan tingkat
pendidikan dan ekonomi
yang rendah kurang
mengetahui arti penting
kepemilikan akta catatan
sipil.
- Penduduk dengan intensitas
mobilitas yang tinggi
(bekerja di luar kota,
termasuk pedagang antar
kota)
Kesadaran penduduk WNI
yang sedang berada/bekerja di
luar negeri tergolong rendah
untuk melaporkan diri kepada
pemerintah setempat atas
keberadaannya
Penyuluhan atau sosialisasi
untuk menggugah kesadaran
arti pentingnya melengkapi
identitas diri, dengan
melibatkan tokoh termasuk
menyebarluaskan informasi di
media cetak dan elektronik.
Sosialisasi tidak hanya
ditujukan kepada penduduk
asli tetapi juga kepada
penduduk asing dan WNI yang
sedang berada di luar negeri.
Program pelayanan jemput
bola berupa akta masal ke
desa/Kelurahan oleh Dinas
Dukcapil.
Bekerjasama dengan pihak lain
misalnya dengan dinas
pendidikan, dunia usaha
maupun pihak imigrasi yang
tujuannya sebelum masyarakat
berurusan dengan pihak-pihak
tertentu harus melengkapi
identitas diri.
Pendataan kembali perubahan
peristiwa kependudukan yang
dialami penduduk
desa/kelurahan dengan
mengefektifkan fungsi dan
peran RT/RW.
2. Peristiwa
Kependudukan
Penduduk tidak aktif
melaporkan perubahan peristiwa
kependudukan baik di tempat
tujuan maupun asal.
Penduduk yang
berpindah/datang tidak disertai
surat pengantar
Mengupayakan pendataan
ulang penduduk
desa/kelurahan dengan
mengefektifkan fungsi dan
peran RT/RW dengan
pemberian insentif yang
sesuai.
Prioritas pendataan terutama
pada lokasi permukiman yang
banyak penduduk pendatang
12 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
Desa/kelurahan menetapkan
sanksi administrasi bagi
penduduk pendatang yang
tidak lapor/tidak membawa
surat pengantar dengan tidak
memberikan hak-hak sebagai
warga.
3. Peristiwa
Kependudukan
terkait Pemilu
Penduduk yang kembali ke
desa/kelurahan belum terdaftar
pada daftar pemilih di
desa/kelurahan
Penduduk yang datang tetapi
tidak memiliki hak pilih di
desa/kelurahan tujuan karena
telah tercatat di tempat asal.
Jumlah pemilih pemula yang
meningkat
Desa/kelurahan sulit melakukan
pemutakhiran data yang
diperoleh dari Dinas Dukcapil
karena banyak penduduk yang
sudah tidak di tempat.
Mengupayakan agar RT/RW
serta Pemerintah
desa/Kelurahan mendata
ulang penduduk yang ada di
wilayahnya.
Solusi bagi penduduk yang
pindah-datang maka
pendaftaran pemilih sesuai
nama dan alamat di tempat
Sumber: Hasil FGD
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan pasal 3 UU No 23 Tahun 2006
tentang kewajiban melaporkan peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting Kota
Bogor tergolong rendah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesadaran penduduk
yang rendah adalah: (1) Kondisi sosial-
ekonomi terutama tingkat pendidikan dan
pendapatan yang rendah, penduduk
dengan mobilitas yang tinggi karena
bekerja di luar kota dan penduduk
pendatang yang bermukim di permukiman
baru (2) Belum efektifnya sosialisasi guna
meningkatkan kesadaran penduduk dengan
mengefektifkan fungsi RT/RW dan Kadus
untuk menjangkau penduduk dengan
tingkat pendidikan dan pendapatan yang
rendah termasuk penduduk dengan tingkat
mobilitas tinggi (bekerja di luar kota/luar
negeri) (3) Tingkat kesadaran penduduk
timbul hanya jika mereka mempunyai
kepentingan dan tujuan tertentu seperti
masuk sekolah, menikah atau
perpanjangan usaha.
Saran-Saran
(1) Peningkatan kesadaran penduduk
untuk melaporkan perubahan peristiwa
kependudukan perlu diiringi dengan
13 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01
mekanisme pengaturan yang
memberikan kemudahan (jika
dimungkinkan insentif) bagi
penduduk dengan status sosial
ekonomi berada pada kategori miskin
dan penduduk yang tinggal jauh dari
kantor desa/kelurahan /kecamatan.
(2) Peningkatan peran RT/RW/Kepala
Dusun/Ketua lingkungan di setiap
desa/kelurahan sangat strategis dan
dibutuhkan untuk melaporkan
perubahan peristiwa kependudukan.
Untuk meningkatkan motivasi mereka,
pemerintah perlu mempertimbangkan
untuk melakukan bimbingan
administrasi, pemberian dana insentif
dan penghargaan terutama bagi
RT/RW/Kadus dan Ketua Lingkungan
yang aktif menyampaikan pelaporan
data kependudukan ke Kades/Lurah
dan Camat.
DAFTAR PUSTAKA
Edhi. 2012. Strategi Menembus
Rendahnya Kesadaran
Masyarakat dalam Mengurus
e-KTP di Kalimantan Barat.
Penelitian Kerjasama Kantor
perwakilan Badan
Kependudukan dan BKKBN
Provinsi Kalimantan Barat
Media Indonesia. 15 Maret 2013.
Kelemahan Data Kependuduk
dan Akurasi Data Pemilih.
Media Indonesia. 1 April 2013. Data
Pemilih Bermasalah.
Putra, I Gusti Made Darma. 2006. Sikap
Tertib Administrasi
Kependudukan Masyarakat
Desa Panji, Kecamatan
Sukasada, Kabupaten Buleleng
Berdasarkan UU No. 23 tahun
2006. ISSN 1829‐5282.
Undang-Undang No 23 Tahun 2006.
Peraturan Presiden No 26 Tahun 2009.
14 INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO.01