Modul pariwisata berkelanjutan

71
MODUL PARIWISATA BERKELANJUTAN RINA KURNIAWATI, MM,MBA

description

 

Transcript of Modul pariwisata berkelanjutan

Page 1: Modul pariwisata berkelanjutan

[Type text]

MODUL

PARIWISATA

BERKELANJUTAN

RINA KURNIAWATI, MM,MBA

Page 2: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 1

DAFTAR ISI

TOPIK HAL

I. KONSEPSI PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA

A. Pengertian Pembangunan Pariwisata 2

B. Falsafah Pembangunan Pariwisata Indonesia 2

C. Dasar Pengembangan Pariwisata Indonesia 4

D. Sistem Pariwisata Indonesia 7

E. Kesimpulan 10

II. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. Konsep Pembangunan Berkelanjutan 12

B. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan 16

C. Strategi Pembangunan Berkelanjutan 17

D. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan 19

E. Kesimpulan 22

III. KONSEP PARIWISATA BERKELANJUTAN

A. Pembangunan Berkelanjutan 25

B. Aspek Mempengaruhi Pembangunan Berkelanjutan 27

C. Pariwisata Berkelanjutan 29

D. Prinsip-prinsip Berkelanjutan 29

E. Studi Kasus 35

F. Kesimpulan 36

IV. PARIWISATA BARU VS. PARIWISATA LAMA

A. Sejarah Pariwisata 39

B. Pariwisata Berkelanjutan 40

C. Pariwisata Baru VS. Pariwisata Lama 42

D. Pariwisata Baru yang Diminati 46

E. Dampak Pengembangan Objek Wisata 51

F. Dampak Ekonomi dan Sosial 51

G. Kesimpulan 56

V. KEBOCORAN DALAM PARIWISATA

A. Kebocoran Ekonomi 58

B. Pengaruh Negatif Pembangunan Pariwisata 60

C. Faktor Meningkatnya Kebocoran 66

D. Strategi Penanggulangan 67

E. Studi Kasus 69

F. Kesimpulan 70

Page 3: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 2

BAB I

KONSEPSI PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA

A. PENGERTIAN PEMBANGUNAN PARIWISATA

Menurut peraturan pemerintah tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan

tahun 2010-2025. Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesame wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan pengusaha.

2) Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik yang

di dalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi dan

pengendalian, dalam rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang

dikehendaki.

Jadi disimpulkan, Pembangunan Pariwisata adalah Suatu proses perubahan untuk

menciptakan nilai tambah dalam segala aspek bidang pariwisata, mulai dari Sarana-

Prasarana, Objek Daya Tarik Wisata (ODTW), dan aspek-aspek lainnya.

Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional adalah:

1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata;

2) Mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan media

pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab;

3) Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian

nasional; dan

4) Mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang

mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran

Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.

Page 4: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 3

B. FALSAFAH PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN INDONESIA

Kepariwisataan Berdasarkan Falsafah Hidup Sehari-hari

Landasan pertama dalam penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia

adalah Pancasila. Pancasila yang juga sekaligus falsafah negara dan dasar negara

menjadi pedoman dalam pengembangan kepariwisataan. Perkembangannya harus

berpedoman pada Pancasila. Butir-butir dalam Pancasila harus menjadi tujuan dari

pengembangan kepariwisataan nasional. Pancasila dijadikan penyaring atau filter

dari pembangunan kepariwisataan, oleh karena merupakan bagian yang tidak bisa

terlepas dari pembangunan nasional.

Dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan pasal 2

ditegaskan bahwa penyelenggaraan pariwisata dilaksanakan berdasarkan asas

manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan kepercayaan pada diri sendiri.

Berdasarkan pasal tersebut, penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan untuk dapat

memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan Negara dan bangsa

Indonesia.

Dengan asas usaha bersama dan kekeluargaan, berarti bahwa

kepariwisataan harus merupakan usaha bersama dan gotong royong dan bukan

merupakan seseorang atau satu golongan. Bila ada persoalan harus dapat

diselesaikan dengan cara musyawarah berdasarkan kekeluargaan.

Penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan agar terciptanya suasana yang

adil dan merata bagi seluruh bangsa Indonesia serta suasana yang penuh dengan

peri kehidupan yang seimbang menuju kemakmuran yang adil sejahtera.

Penyelenggaraan kepariwisataan harus mampu mendorong upaya memupuk rakyat

dan bangsa Indonesia untuk mencintai tanah air, mempertebal rasa memiliki

terhadap apa yang ada di Negara ini, menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan di

antara satu suku dengan suku lainnya, serta saling memahami adat dan kebudayaan

masing-masing daerah.

Penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan pula untuk meningkatkan

persahabatan antar bangsa, khususnya bangsa-bangsa lain melalui pengembangan

kepariwisataan mancanegara atau internasional. Pembangunan kepariwisataan

Page 5: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 4

Indonesia sebagai bagian integlar pembangunan nasional dilaksanakan secara

bekelanjutan untuk mewujudkan peningkatan kepribadian dan kemampuan manusia

dan masyarakat Indonesia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta memerhatikan tantangan perkembangan global.

Kepariwisataan dikembangkan oleh banyak Negara di dunia sebagai salah

satu alternative dalam pembangunan ekonominya melalui berbagai macam

pendekatan dan cara. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia dilakukan melalui

suatu konsepsi pembangunan yang bertumpu pada asas kehidupan yang

berkesinambungan. Untuk itu, diperlukan suatu konsepsi yang menjadi landasan

dalam pembangunan kepariwisataan Indonesia. Konsepsi tersebut meliputi falsafah

pembanguan kepariwisataan Indonesia, yaitu “Sistem Kepariwisataan Indonesia” dan

“Sistem Pariwisata Indonesia”.

C. DASAR PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

Pengembangan pariwisata dalam negeri telah diarahkan untuk memupuk

cinta tanah air dan bangsa, menanamkan jiwa dan semangat serta nilai-nilai luhur

bangsa, meningkatkan kualitas budaya bangsa, memperkenalkan peninggalan

sejarah, kein dahan alam termasuk bahari dengan terus meningkatkan wisata

remaja-remaja pemuda. Peningkatan kesadaran dan pariwisata masyarakat melalui

usaha penyuluhan dan pembinaan kelompok-kelompok seni budaya, industry

kerajinan, memperkenalkan dan mengembangkan budaya bangsa, terpeliharanya

kepribadian bangsa dan kelestarian lingkungan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan,

kebijaksanaan yang digariskan adalah yang dapt dijadikan objek dan daya tarik

wisata berupa keadaan alam, flora dan fauna hasil karya manusia, serta peninggalan

sejarah dan budaya yang merupakan model bagi perkembangan dan peningkatan

kepariwisataan di Indonesia. Model ini harus dimanfaatkan secara optimal melaluim

penyelenggaraan kepariwisataan untuk berbagai tujuan nasional, termasuk untuk

masyarakat dan persahabatan antarbangsa.

Penyelenggaraan kepariwisataan tersebut dilaksanakan dengan tetap

memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup,

serta daya tarik wisata itu sendiri.

Page 6: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 5

Nilai-nilai budaya bangsa yang menuju ke arak kemajuan peradaban,

mempertinggi derajat kemanusiaan, kesusilaan dan ketertiban umum guna

memperkokoh jati diri bangsa dan dalam rangka perwujudan wawasan nusantara,

karena itu, untuk mewujudkan pembangunan pariwisata harus diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatakan perkembangan

kehidupan ekonomi dan social budaya.

2. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat.

3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.

4. Kelanjutan dari usaha pariwisata itu sendiri.

Asas perikehidupan dalam keseimbangan adalah penyelenggaraan

kepariwisataan tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga meningkatkan

kehidupan social budaya serta hubungan antarmanusia dalam upaya meningkatkan

kehidupan bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia.

Asas kepercayaan pada diri sendiri adalah segala usaha dan kegiatan

kepariwisataan harus mampu membangkitkan kepercayaan akan kemampuan dan

kekuatan diri sendiri, serta dilakukan dalam rangka keseimbangan aspek materiil dan

spiritual.

Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan

Indonesia dimaksudkan agar daya tarik wisata yang sedemikian banyak dimiliki

bangsa Indonesia dapat dikenal, baik oleh masyarakat Indonesia sendiri maupun

masyarakat dunia serta dapat didayagunakan secara optimal, dengan tetap menjaga

keutuhan dan keasliannya, serta menghindarkan dari kerusakan. Sebaliknya, dengan

adanya penyelenggaraan kepariwisataan tersebut harus senantiasa ditingkatkan.

Dengan keparisataan terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan

kepariwisataan dalam aspek social yang menyanglut hubungan antara manusia,

yaitu wisatawan dengan masyarakat local di daerah tujuan wisata, di samping itu,

kegiatan ini tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak terhadap

lingkungan fisik di daerah tujuan tersebut.

Page 7: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 6

Sebagaimana telah diuraikan bahwa aktivitas perjalanan manusia dilator

belakangi oleh adanya keinginan dan kebutuhan yang beraneka ragam. Dalam

kaitannya dengan perjalanan wisata, factor motivasi merupakan hal yang

berpengaruh terhadap terselenggaranya perjalanan tersebut. Motivasi perjalanan

sebenarnya timbul akibat adanya realisasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginannya.

Pasal Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang

kepariwisataanmenyebutkan tujuan penyelenggaraan kepariwisataan Indonesia

adalah:

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat

3) Menghapus kemiskinan

4) Mengatasi pengangguran

5) Melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya

6) Memajukan kebudayaan

7) Mengangkat citra bangsa

8) Memupuk rasa cinta tanah air

9) Memperkukuh jatidiri dan kesatuan bangsa

10) Mempererat persahabatan antarbangsa.

Berdasarkan undang-undang tersebut kepariwisataan diselenggarakan

dengan prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu:

1) Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai

pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan

antara manusia Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan

sesame manusia, serta hubungan antara manusia dan lingkungan

2) Menjunjung tinggi hak asasi manusia,keragaman budaya dan kearifan

local

3) Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan

proposionalitas

4) Memelihara kelestariaan alam dan lingkungan hidup

5) Memberdayakan masyarakat setempat

Page 8: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 7

6) Menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah

yang merupakan satu kesatuan sistem dalam kerangka otonomi daerah,

serta keterpaduan antarpemangku kepentingan

7) Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional

dalam bidang pariwisata

8) Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. SISTEM KEPARIWISATAAN INDONESIA

Pembangunan kepariwisataan nasional merupakan rangkaian upaya

pembangunan sector kepariwisataan secara nasional yang berkesinambungan.

Kesemuanya meliputi seluruh kegiatan masyarakat, bangsa dan Negara untuk

terwujudnya tujuan pembangunan nasioanal, yaitu melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskankehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosoal.

Untuk itu, pembanguan kepariwisataan nasional dilandasi konsep kehidupan

yang seimbang dan selaras, yaitu:

1. Hubungan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa

2. Hubungan antar manusia dengan sesame manusia

3. Hubungan manusia dengan masyarakat dan manusia dengan

lingkungan alam baik berupa sumber daya alam maupun kondisi

geografis.

Konsepsi tersebut jelas sejalan dengan Pancasila sebagai landasan idiil,

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional, serta dalam

operasionalnya adalah bahwa pembangunan kepariwisataan nasional menempatkan

manusia sebagai titik sentral pembangunan,baik sebagai subjek pembangunan

maupun sebagai objek pembangunan.

Dengan demikian, embanguanan kepariwisataan nasional harus bertumpu di

atas semua aspek kehidupan masyarakat berupa ideology, politik, ekonomi, social

budaya dan hankam sebagai struktur fundamental.

Page 9: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 8

Sedangkan kekuatan inti untuk menggerakkan pembangunan kepariwisataan

nasional adalah perpaduan kekuatan (sinergi) yang terdiri dari unsur-unsur dunia

usaha, masyarakat (termasuk LSM, akademisi, media massa dan pekerja) dan

pemerintah.

Sistem kepariwisataan nasional dilandasi oleh konsep kehidupan bangsa

Indonesia yang berkesinambungan, yaitu hubungan manusia dengan masyarakat

dan manusia dengan lingungan alam, baik yang berupa sumber daya alam maupun

kondisi geografis dengan menggunakan pendekatan ketahanan nasional.

Hubungan secara vertical manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,

menempatkan nilai-nilai agama sebagai nilai tertinggi dalam pembangunan

kepariwisataan nasional. Segala usaha dan kegiatan pembangunan kepariwisataan

digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral, dan etika

kepariwisataan nasional.

Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi titik sentral, subjek

pembangunan dan kekuatan dasar pembangunan kepariwisataan. Peran serta dan

keterlibatan masyarakat secara langsung menadi hal yang utama dalam wujud

partisipasi masyarakat secara nyata.

Kepariwisataan nasional yang bertumpu pada masyarakat sebagai kekuatan

dasar, menjadikan kepariwisataaan bertumpu pula pada semua aspek kehidupan

masyarakat, yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam.

Kepariwisataan mampu membangun kondisi senua aspek kehidupan bangsa dan

pariwisata akan turut mampu membangun:

(1) Ketahanan ideologi, yaitu kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandaskan

keyakinan dan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan

untuk menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional dan

kemampuan untuk menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak

sesuai dengan kepribadian bangsa.

(2) Ketahanan Politik, yaitu kondisi kehidupan politik bangsa yang berlandaskan

demokrasi yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang

sehat dan dinamis, serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas

dan proaktif.

Page 10: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 9

(3) Ketahanan Ekonomi, yaitu kondisi perekonomian bangsa yang berlandaskan

ekonomi kerakyatan yang mengandung kemampuan memelihara kemampuan

stabilitas ekonomi, kemampuan daya saing yang tinggi dan mewujudkan

kemakmuran rakyat yang adil dan merata.

(4) Ketahanan Sosial budaya, yaitu kondisi kehidupan social budaya bangsa yang

dijiwai kepribadian nasional yang mengandung kemampuan membentuk dan

mengembangkan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang

beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu dalam

kehidupan yang serba selaras,serasi, dan seimbang serta kemampuan

menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan

nasional.

(5) Ketahanan Hankam, yaitu kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran

bela Negara seluruh insan pariwisata yang mengandung kemampuan

memelihara stabilitas keamanan, mengamankan pembangunan dan hasil-

hasilnya, mempertahankan kedaulatan Negara dan menangkal segala bentuk

ancaman.

Selain kelima aspek tersebut berpengaruh dan dipengaruhi oleh pembangunan

kepariwisataan, ada tiga faktor yang sangat berperan dalam pembangunan

pariwisataan di Indonesia yaitu:

Sumber Daya Alam

Telah diketahui bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang beranekan

ragan dan mempunyai unsur-unsur keindahan alam (natural beauty), keaslian

(originality), kelangkaan (scarcity), dan keutuhan (wholeness) dan diperkaya dengan

kekayaan alam berupa keanekaragaman flora dan fauna, ekosistem, serta gejala

alam yang merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan

pariwisata di Indonesia.

Penduduk

Penduduk Indonesia yang beradat dan ramah tamah, terdiri atas beberapa

suku bangsa dengan keanekaragaman budaya yang sangat berpengaruh bagi upaya

pembangunan nasional yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada

pembangunan kepariwisataan di Indonesia.

Page 11: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 10

Geografi

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri atas kurang lebih 17.508

pulau yang mencakup wilayah yang luasnya lebih dari 1,9 juta km2 dan dua

pertiganya merupakan wilayah perairan dan memiliki garis pantai lebih 81.000 km.

Posisi Indonesia yang sangat strategis merupakan factor utama yang sangat

berpengaruh bagi pembangunan bangsa dan Negara. Kondisi geografis yang

demikian memberikan peluang yang besar bagi upaya pembangunan pariwisata.

Melalui, pembangunan pariwisata yang komprehensif dan integral dengan

memanfaatkan sumber daya alam, budaya, dan kondisi geografis, maka akan

tercipta kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat

Indonesia, yang pada akhirnya akan mampu mendorong terciptanya ketahanan

nasional yang tangguh.

Pelaku-pelaku Utama Kepariwisataan

Pariwisata meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, serta

usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan pada hakikatnya

merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan daya tarik wisata

yangbterwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora

dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya serta peninggalan sejarah dan

purbakala. Pengembangan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan dengan

pengembangan usaha pariwisata, seperti usaha perjalanan, usaha penyediaan

akomodasi dan transportasi wisata, akan dapat meningkatkan daya tarik bagi

berkembangnya jumlah kunjungan wisatawan dan juga mendukung pengembangan

daya tarik wisata yang baru. Hasil yang optimal dapat diperoleh apabila upaya

pengembangan tersebut didukung oleh pembanguanan prasarana yang memadai.

E. KESIMPULAN

Pembangunan kepariwisataan di Indonesia dilakukan secara terpadu melalui

koordinasi lintas sektoral agar pembangunan pariwisata dapat mencapai

keberhasilan yang maksimal. Keberhasilan pembangunan juga tergantung dari

komponen lain, misalnya daya tarik wisata, akomodasi, restoran dan transportasi,

Page 12: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 11

telekomunikasi,listrik, air bersih dan industry cenderamata. Semuanya itu, tentunya

melibatkan koperasi, swasta dan masyarakat luas. Selain itu, sumber daya manusia

yang merupakan pelaku utama dalam pembangunan kepariwisatan perlu

ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya.

Kekuatan inti untuk menggerakkan roda pembangunan pariwisata dilakukan

oleh pelaku utama, yaitu dunia usaha pariwisata, masyarakat dan pemerintah. Peran

pemerintah hanyalah sebagai fasilitator atau sebagai pemacu, sedangkan swasta

dan masyarakat merupakan pelaku- pelaku langsung dalam kegiatan pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

A J, Muljadi.2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Page 13: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 12

BAB II

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.

Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari

pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa

mendatang.

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (1990) pembangunan (yang pada dasarnya

lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria

yaitu :

(1) Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural

resources;

(2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya;

(3) Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable

resource.

Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran

pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya:

a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration

equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan

pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem

atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable

dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang

unreplaceable.

b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan

lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam

Page 14: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 13

rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan

datang.

c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan

mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan

sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.

d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik

masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).

e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam

dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari

antar generasi.

f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan

habitatnya.

Dari sisi ekonomi Fauzi (2004) setidaknya ada tiga faktor alasan utama

mengapa pembangunan ekonomi harus berkelanjutan.

Faktor pertama menyangkut alasan moral, generasi kini menikmati barang dan jasa

yang dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan sehingga secara moral perlu

untuk memperhatikan ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasi

mendatang. Kewajiban moral tersebut mencakup tidak mengekstraksi sumber daya

alam yang dapat merusak lingkungan, yang dapat menghilangkan kesempatan bagi

generasi mendatang untuk menikmati layanan yang sama.

Faktor kedua, menyangkut alasan ekologi, keanekaragaman hayati misalnya,

memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi, oleh karena itu aktivitas ekonomi

semestinya tidak diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan

lingkungan semata yang pada akhirnya dapat mengancam fungsi ekologi.

Faktor ketiga, yang menjadi alasan perlunya memperhatiakan aspek keberlanjutan

adalah alasan ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih terjadi perdebatan

karena tidak diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau belum

memenuhi kriteria keberlanjutan, seperti kita ketahui, bahwa dimensi ekonomi

berkelanjutan sendiri cukup kompleks, sehingga sering aspek keberlanjutan dari sisi

Page 15: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 14

ekonomi ini hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan antargenerasi

(intergeneration welfare maximization).

Sutamihardja (2004), dalam konsep pembangunan berkelanjutan, tabrakan

kebijakan yang memungkin dapat terjadi antara kebutuhan menggali sumberdaya

alam untuk memerangi kemiskinan dan kebutuhan mencegah terjadinya degredasi

lingkungan perlu dihindari serta sejauh mungkin dapat berjalan secara berimbang.

pembangunan berkelanjutan juga mengharuskan pemenuhan kebutuhan dasar bagi

masyarakat dan adanya kesempatan yang luas kepada warga masyarakat untuk

mengejar cita-cita akan kehidupan yang lebih baik dengan tanpa mengorbankan

generasi yang akan datang.

Pengembangan konsep pembangunan yang berkelanjutan perlu

mempertimbangkan kebutuhan yang wajar secara sosial dan kultural,

menyebarluaskan nilai-nilai yang menciptakan standar konsumsi yang berbeda

dalam batas kemampuan lingkungan, serta secara wajar semua orang mampu

mencita-citakannya. Namun demikian ada kecendrungan bahwa pemenuhan

kebutuhan tersebut akan tergantung pada kebutuhan dalam mewujudkan

pertumbuhan ekonomi ataupun kebutuhan produksi pada skala maksimum.

Pembangunan berkelanjutan jelas mensyaratkan pertumbuhan ekonomi

ditempat yang kebutuhan utamanya belum bisa konsisten dengan pertumbuhan

ekonomi, asalkan isi pertumbuhan mencerminkan prinsip-prinsip keberlanjutan.

Akan tetapi kenyataannya aktivitas produksi yang tinggi dapat saja terjadi

bersamaan dengan kemelaratan yang tersebar luas. Kondisi ini dapat

membahayakan lingkungan. Jadi pembangunan berkelanjutan mensyaratkan

masyarakat terpenuhi kebutuahan dengan cara meningkatkan potensi produksi

mereka dan sekaligus menjamin kesempatan yang sama semua orang.

Bagaimana cara hal ini dapat dilakukan? Pemerintah tentunya memerlukan

suatu strategi kebijakan yang realistis dan dapat dilaksanakan disertai dengan sistem

pengendalian yang tepat.

Page 16: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 15

Eksploitasi sumber daya alam disarankan sebaiknya pada sumber daya alam

yang replaceable atau tergantikan sehingga ekosistem atau sistem lingkungan dapat

dipertahankan.

B. PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Memang diakui bahwa konsep keberlanjutan merupakan konsep yang

sederhana namun kompleks, sehingga pengertian keberlajutanpun sangat

multidimensi dan multi-interpretasi.

Menurut Heal, (Fauzi,2004). Konsep keberlanjutan ini paling tidak

mengandung dua dimensi : Pertama adalah dimensi waktu karena keberlanjutan

tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang .Kedua

adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumber daya alam dan

lingkungan.

Pezzey (1992) melihat aspek keberlajutan dari sisi yang berbeda. Dia melihat

bahwa keberlanjutan memiliki pengertian statik dan dinamik. Keberlanjutan dari sisi

statik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam terbarukan dengan laju

teknologi yang konstan, sementara keberlanjutan dari sisi dinamik diartikan sebagai

pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat teknologi

yang terus berubah.

Karena adanya multidimensi dan multi-interpretasi ini, maka para ahli sepakat

untuk sementara mengadopsi pengertian yang telah disepakati oleh komisi

Brundtland yang menyatakan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi

kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.”

Ada dua hal yang secara implisit menjadi perhatian dalam konsep brunland

tersebut. Pertama, menyangkut pentingnya memperhatikan kendala sumber daya

alam dan lingkungan terhadap pola pembangunan dan konsumsi. Kedua,

menyangkut perhatian pada kesejahteraan (well-being)generasi mendatang.

Hall (1998) menyatakan bahwa asumsi keberlajutan paling tidak terletak pada

tiga aksioma dasar;

Page 17: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 16

(1) Perlakuan masa kini dan masa mendatang yang menempatkan nilai positif dalam

jangka panjang;

(2) Menyadari bahwa aset lingkungan memberikan kontribusi terhadap economic

wellbeing;

(3) Mengetahui kendala akibat implikasi yang timbul pada aset lingkungan.

Konsep ini dirasakan masih sangat normatif sehingga aspek operasional dari

konsep keberlanjutan ini pun banyak mengalami kendala. Perman et al.,(1997)

mencoba mengelaborasikan lebih lanjut konsep keberlanjutan ini dengan

mengajukan 5 lima alternatif pengertian:

(1) Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas yang diperoleh

masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun

sepanjang waktu (non-declining consumption),

(2) Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam dikelola sedemikian

rupa untuk memelihara kesempatan produksi dimasa mendatang,

(3) Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam (natural capital

stock) tidak berkurang sepanjang waktu (nondeclining),

(4) Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam dikelola untuk

mempertahankan produksi jasa sumber daya alam, dan keberlanjutan adalah

adanya kondisi keseimbangan dan daya tahan (resilience) ekosistem

terpenuhi.

Senada dengan pemahaman diatas, daly (1990) menambahkan beberapa aspek

mengenai definisi operasional pembangunan berkelanjutan, antara lain:

(1) Untuk sumber daya alam yang terbarukan : laju pemanenan harus sama

dengan laju regenerasi (produksi lestari)

(2) Untuk masalah lingkungan : laju pembuangan limbah harus setara dengan

kapasitas asimilasi lingkungan.

(3) Sumber energi yang tidak terbarukan harus dieksploitasi secara

quasisustainable, yakni mengurangi laju deplesi dengan cara menciptakan

energi substitusi.

Page 18: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 17

Selain definisi operasional diatas, Haris (2000) melihat bahwa konsep keberlajutan

dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman,

(1) Keberlajutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu

menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlajutan

pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang

dapat merusak produksi pertanian dan industri.

(2) Keberlajutan lingkungan: Sistem keberlanjutan secara lingkungan harus

mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi sumber

daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut

pemeliharaan keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi

ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.

(3) Keberlajutan sosial, keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang

mampu mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk

kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.

C. STRATEGI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari

setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada lima komponen yang

perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan

perspektif jangka panjang.

Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial

Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus

dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi,

meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai

dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan, namun pemerataan bukanlah hal

yang secara langsung dapat dicapai.

Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat

diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh,

kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun

pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu

Page 19: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 18

menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa

datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini.

Iniberarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa

datang dalam memenuhi kebutuhannya.

Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman

Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa

sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa

datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan

ekosistem.. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan

yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi

berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.

Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia

dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau

merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang konpleknya keterkaitan

antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka

pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan

pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam

kelembagaan.

Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang

Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi

pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini.

Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda

dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah

perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka

pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu

perlu dipertimbangkan.

Page 20: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 19

D. PENDEKATAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan

pencapaian terhadap keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek

kehidupan yang mencakup; keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik,

serta keberlanjutan pertahanan dan keamanan.

Keberlanjutan Ekologis

Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan

kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem bumi.

Untuk menjamin keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai berikut:

(1) Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan

dibumi tetap terjamin dan sistem produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan

tanah, air, udara dan seluruh kehidupan berkelanjutan.

(2) Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan

lingkungan yaitu ; daya dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan

sumberdaya terpulihkan. ketiga untuk melaksanakan kegiatan yang tidak

mengganggu integritas tatanan lingkungan yaitu hindarkan konversi alam dan

modifikasi ekosistem, kurangi konversi lahan subur dan kelola dengan buku mutu

ekologis yang tinggi, dan limbah yang dibuang tidak melampaui daya

asimilatifnya lingkungan.

(3) Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang

menentukan keberlanjutan proses ekologis. Proses yang menjadikan rangkaian

jasa pada manusia masa kini dan masa mendatang. Terdapat tiga aspek

keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan

lingkungan. Untuk mengkonversikan keanekaragaman hayati tersebut perlu hal-

hal berikut yaitu “menjaga ekosistem alam dan area yang representatif tentang

kekhasan sumberdaya hayati agar tidak dimodifikasikan, memelihara seluas

mungkin area ekosistem yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman dan

keberlanjutan keanekaragaman spesies, konservatif terhadap konversi lahan

pertanian”.

Page 21: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 20

(4) Pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkungan merupakan hal penting

untuk keberlanjutan ekosistem. Hal ini dapat dilaksanakan melalui : pencegahan

pencemaran lingkungan; rehabilitasi dan pemulihan ekosistem dan sumberdaya

alam yang rusak; meningkatkan kapasitas produksi dari ekosistem alam dan

binaan manusia.

Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan ekonomi dari perspektif pembangunan memiliki dua hal utama

keduanya mempunyai keterkaitan yang erat dengan tujuan aspek keberlanjutan

lainya. Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan ekonomi secara

berkelanjutan dan mendorong efisiensi ekonomi melalui reformasi struktural dan

nasional. Tiga elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi

ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, dan meningkatkan

pemerataan dan distribusi kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui

kebijaksanaan makro ekonomi mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi

sektor publik, mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi

kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan

sumberdaya manusia dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset.

Keberlanjutan Ekonomi Sektoral

Penyesuaian kebijakan yang meningkatkan keberlanjutan ekonomi makro

secara jangka pendek akan mengakibatkan distorsi sektoral yang selanjutnya

mengabaikan keberlanjutan ekologis. Hal ini harus diperbaiki melalui kebijaksanaan

sektoral yang spesifik dan terarah. Oleh karena itu penting mengindahkan

keberlanjutan aktivitas dan ekonomi sektoral. Untuk mencapai keberlanjutan

ekonomi sektoral, berbagai kasus dilakukan terhadap kegiatan ekonomi. Pertama,

sumberdaya alam yang nilai ekonominya dapat dihitung harus diperlakukan sebagai

kapital yang tangibble dalam kerangka akunting ekonomi, kedua, secara prinsip

harga sumberdaya alam harus merefleksi biaya ekstaksi, ditambah biaya lingkungan

dan biaya pemanfaatannya.

Pakar ekonomi harus mengidentifikasi dan memperlakukan sumber daya

sebagai sumber yang terpulih, tidak terpulihkan, dan lingkungan hidup. Sumber yang

terpulihkan seperti hutan dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan bila tidak

Page 22: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 21

memperlakukan produktivitas ekonomi sebagai fungsi yang pasif atau jasa yang

mengalir; menggunakan prinsip pengelolaan yang berkelanjutan, sedangkan sumber

yang tidak terpulihkan mempunyai jumlah absulut dan berkurang bila dimanfaatkan.

Oleh karena itu pada kondisi seperti ini konsep sustainable yeild tidak boleh

diterapkan.

Pembangunan berkelanjutan dalam konteks sumberdaya yang tidak dapat

dipulihkan berarti: pemanfaatan secara efisien sehingga dapat dimanfaatkan oleh

generasi masa mendatang dan diupayakan agar dapat dikembangkan substitusi

dengan sumberdaya terpulihkan; membatasi dampak lingkungan pemanfaatannya

sekecil mungkin, karena sumberdaya lingkungan adalah biosfer, secara menyeluruh

sumberdaya ini tidak menciut akan tetapi berpariasi sesuai dengan kualitasnya.

Keberlanjutan Sosial Budaya

Secara menyeluruh keberlanjutan sosial dan budaya dinyatakan dalam

keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia.

Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat sasaran yaitu:

(1) Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik

yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan

status wanita, meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.

(2) Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan

mengurangi kemiskinan absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin

tercapai bila terjadi kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya

kelas sosial. Halangan terhadap keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan

pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kelas sosial yang dihilangkan

dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan yang merata,

pemerataan pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.

(3) Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan

menghargai sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan

memahami dan menggunakan pengetahuan tradisional demi manfaat

masyarakat dan pembangunan ekonomi.

Page 23: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 22

(4) Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.

Beberapa persyaratan dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial yaitu :

prioritas harus diberikan pada pengeluaran sosial dan program diarahkan

untuk manfaat bersama, investasi pada perkembangan sumberdaya misalnya

meningkatkan status wanita, akses pendidikan dan kesehatan, kemajuan

ekonomi harus berkelanjutan melalui investasi dan perubahan teknologi dan

harus selaras dengan distribusi aset produksi yang adil dan efektif,

kesenjangan antar regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui keputusan

lokal tentang prioritas dan alokasi sumber daya.

Keberlanjutan Politik

Keberlanjutan politik diarahkasn pada respek pada human right, kebebasan individu

dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial dan politik, demokrasi yang

dilaksanakan perlu memperhatikan proses demokrasi yang transparan dan

bertanggungjawab, kepastian kesedian pangan, air, dan pemukiman.

Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan.

Keberlanjutan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman

dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung dan tidak langsung yang

dapat membahayakan integritas, identitas, kelangsungan negara dan bangsa perlu

diperhatikan.

E. KESIMPULAN

Keberlanjutan bukanlah merupakan konsep yang sederhana malainkan

komplek, karena dalam operasionalnya banyak hal yang perlu diperhatikan dan

saling berkaitan. Oleh karena pemahaman pembangunan berkelanjutan penting

ditingkatkan terutama bagi pengambil kebijakan baik skala makro maupun mikro

guna mencapai tujuan pembangunan.

Untuk memahami konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka dalam

aplikasi atau penerapannya dibutuhkan landasan konsep atau teori yang dapat

Page 24: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 23

dijadikan acuan dalam menuju arah pembangunan, oleh karena itu pada makalah ini

penulis telah mencoba mendalami dan menggambarkan berbagai konsep dan

pertimbangan-pertimbangan aspek keberlanjutan guna membantu mengidentifikasi

dan memformulasikan berbagai strategi, guna menjadi acuan dalan mencapai tujuan

pembangunan, khusus di Indonesia.

Dalam membangun paradigma pembangunan berkelanjutan, hendaknya

memperhatikan aspek berikut :

(1) Perilaku generasi kini tidak dapat sepenuhnya menentukan perilaku generasi

mendatang.

(2) Generasi mendatang harus dipastikan memperoleh paling tidak tingkat

konsumsi minimum.

(3) Pergerakan harga sumberdaya alam dan hak kepemilikan terhadap konsumsi

dimasa mendatang harus ditentukan untuk menghindari eksploitasi yang

berlebihan terhadap sumber daya alam masa kini.

(4) Dalam situasi pasar tidak berfungsi, diperlukan intervensi non pasar.

(5) Intervensi yang benar merupakan strategi yang penting untuk menjaga

keberlanjutan.

(6) Dan yang lebih penting untuk menjaga tetap terjadi keberlajutan dalam

pembangunan dibutuhkan komitmen pemerintah dalam menentukan arah dan

kebijakan pembangunan baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Djajadinigrat, 2001 Untuk Generasi Masa Depan: “Pemikiran, Tantangan dan

Permasalah Lingkungan”, ITB.

Elang Lilik, 2003 Kumpulan Makalah Perubahan Lingkungan Global dan kerjasama

Internasional, IPB

Fauzi.A. 2004, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Heal,G.1998 Valuing the Future : Economic Theory and Sustainability. Columbia

Page 25: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 24

University Press.New York.

Redecon,ADB, 1990 Indonesia Economic Policies For Sustainable Development,

ADB Publication. 11

Tarumingkeng. R (2004) Pengantar Falsafah Sain, Semester Ganjil 2004 :

Pascasarjana

IPB.

Sutamihardja, 2004 Perubahan Lingkungan Global; Program Studi Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana; IPB

Page 26: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 25

BAB III

KONSEP PARIWISATA BERKELANJUTAN

A. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah lama menjadi perhatian para

ahli. Namun istilah keberlajutan (sustainability) sendiri baru muncul beberapa dekade

yang lalu, walaupun perhatian terhadap keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus

pada tahun 1798 yang mengkhawatirkan ketersedian lahan di Inggris akibat ledakan

penduduk yang pesat. Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap

keberlanjutan ini semakin mengental setelah Meadow dan kawan-kawan pada tahun

1972 menerbitkan publikasi yang berjudul The Limit to Growth (Meadowet al.,1972)

dalam kesimpulannya, bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh

ketersediaan sumber daya alam. Dengan ketersediaan sumber daya alam yang

terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam tidak akan

selalu bisa dilakukan secara terus menerus (on sustainable basis). Meskipun

mendapat kritikan yang tajam dari para ekonom karena lemahnya

Fundamental ekonomi yang digunakan dalam model The Limit to Growth,

namun buku tersebut cukup menyadarkan manusia akan pentingnya pembangunan

yang berkelanjutan. Karena itu perhatian terhadap aspek keberlanjutan ini mencuat

kembali ketika pada tahun 1987 World Commission on Environment and

Development (WCED) atau dikenal sebagai Brundland Commission menerbitkan

buku berjudul Our Common Future. Publikasi ini kemudian memicu lahirnya agenda

baru mengenai konsep pembangunan ekonomi dan keterkaitannya dengan

lingkungan dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan. Agenda ini sekaligus

menjadi tantangan konsep pembangunan ekonomi neo-klasikal yang merupakan

konsep pembangunan

Konvensional yang selama ini dikenal, yang menyatakan bahwa sustainable

development is one that meets the needs of the present without comprimising the

ability of the future generations to meet their own need atau pembangunan

berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa

Page 27: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 26

mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan-kebutuhan generasi yang akan datang.

Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai upaya manusia untuk memperbaiki

mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem yang

mendukung kehidupannya. Dewasa ini masalah pembangunan berkelanjutan telah

dijadikan sebagai isu penting yang perlu terus di sosialisasikan ditengah masyarakat

agar masyarakat maupun Negara kita dapat bersaing dan berkembang mengikuti

perkembangan jaman secara globalisas.

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah sebuah upaya

pembangunan suatu negara yang meliputi aspek ekonomi, sosial, lingkungan bahkan

budaya untuk kebutuhan masa kini tetapi tidak mengorbankan atau mengurangi

kebutuhan generasi yang akan datang serta sehingga dapat menciptakan

masyarakat yang dapat berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungan hidup.

B. ASPEK YANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Maksud dari lingkaran adalah keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan sosial

digambarkan sebagai lingkaran yang saling menutupi sebagaian dengan

keberlanjutan (sustainability) sebagai keadaan di tengah-tengahnya.

1) Aspek Ekonomi

Meliputi aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan

pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi

dalam jangka panjang dan dapat meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang

tanpa mengurangi kemampuan alam, masyarakat dan ekonomi untuk menaikan

kesejahteraan generasi masa depan. Jadi, jika generasi saat ini bisa maju maka

Page 28: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 27

masyarakt bisa mencapai kesejahteraan. Sehingga kemudian terdapat alur ekonomi

yang berjalan terus menerus, tanpa mengurangi tingkat kesejahteraan dari generasi

ke generasi.

Aspek yang terdiri dari ekonomi sebagai berikut :

memaksimalkan kesejahteraan manusia

memastikan adanya efisiensi dalam penggunaan sumberdaya alam

menciptakan iklim usaha

2) Aspek Sosial

Aspek sosial, maksudnya dipengaruhi oleh manusia sebagai pendukung

komunitas dalam hal interaksi, interrelasi dan interdependesi. Hal-hal yang

merupakan perhatian utama dalam aspek social adalah stabilitas penduduk,

pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pertahanan keanekaragaman budaya dan

partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.

Aspek yang terdiri dari sosial sebagai berikut :

memastikan adanya distribusi yang baik dari biaya dan keuntungan dari

pembangunan disemua aspek kehidupan

menghargai dan meningkatkan perhatian terhadap hak asasi manusia,termasuk

kebebasan masyarakat dan politik,budaya ekonomi dan keamanan

Aspek yang terdiri dari pemerintahan sebagai berikut :

mendukung wakil rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pengambilan keputusan

mendorong kebesaan usaha dengan memberikan insentif,kebijakan dan sistem

yang mendukung

meningkatkan transparansi dalam pengambilan keputusan dan akurasi informasi

meningkatkan akuntabilitas

3) Aspek Lingkungan

Page 29: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 28

Faktor lingkungan (ekologi) yang diperlukan untuk mendukung pembangunan

yang berkelanjutan, aspek ekologi merupakan aspek yang banyak disorot ketika

membahas tentang sustainable design. Hal ini disebabkan karena aspek ini terkait

langsung dengan faktor-faktor alami yang ada di bumi yang kita pijak ini. Sehingga

hal-hal yang menunjukkan degradasi lingkungan jelas terlihat dan terasa.

Aspek yang terdiri dari lingkungan sebagai berikut :

meminimalkan sampah dan kerusakan lingkungan

meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap sumberdaya alam

dan lingkungan

melindungi modal alam yang kritis/penting

C. PARIWISATA BERKELANJUTAN

Sustainable Tourism adalah pariwista yang berkembang sangat pesat,

termasuk pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal dan lingkungan,

dimana perkembangan pariwisata dan investasi – investasi baru dalam sektor

pariwisata seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan

lingkungan, jika kita memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan

dampak negative. Maka beberapa inisiatif diambil oleh sektor public untuk mengatur

pertumbuhan pariwisata agar menjadi lebih baik dan menempatkan masalah akan

sustainable tourism sebagai prioritas karena usaha atau bisnis yang baik dapat

melindungi sumber – sumber atau asset yang penting bagi pariwisata tidak hanya

untuk sekarang tetapi dimasa depan.

D. PRINSIP – PRINSIP PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkaitan dengan usaha

menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk

pembangunan pariwisata pada generasi ini agar dapat dinikmati untuk generasi yang

akan datang.

“Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang

artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang

Page 30: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 29

sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap

masyarakat” (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995)

Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam Piagam

Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang dapat didukung secara

ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap

masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan

terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur

penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara

berkelanjutan.

Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem penyelenggaraan

kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif dan

seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan demikian,

pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga

isu demokrasi, hak asasi manusia dan isu lain yang lebih luas. Tak dapat dipungkiri,

hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap sebagai

„resep‟ pembangunan terbaik, termasuk pembangunan pariwisata.

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-

prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi,

keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber

daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap

daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

1. Partisipasi

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata

dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumber-

sumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-

tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata.

Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi

yang telah disusun sebelumnya.

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement

Page 31: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 30

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan

institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah

daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan

berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

3. Kepemilikan Lokal

Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas

untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel,

restoran, dsb. seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat

setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan

bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku

bisnis/wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan dalam mewujudkan

kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku bisnis

dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam menunjang kepemilikan lokal

tersebut.

4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan

berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan

sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini

juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan

dan pelaksanaan sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya

alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteria-

kriteria dan standar-standar internasional.

5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata

agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat

setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau cultural

tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen,

sampai pada pemasaran.

6. Daya Dukung

Page 32: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 31

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya

dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus

sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan

pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan

penyesuaian/perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus

mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use).

7. Monitor dan Evaluasi

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup

penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan

indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata.

Pedoman atau alat-alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala

nasional, regional dan lokal.

8. Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan

mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal

yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin

akuntabilitas serta memastikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi

secara berlebihan.

9. Pelatihan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-

program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan

meningkatkan keterampilan bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan sebaiknya

meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topik-

topik lain yang relevan.

10. Promosi

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan

dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas

masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan tersebut

Page 33: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 32

seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang

memberikan kepuasan bagi pengunjung.

Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan pariwisata

berkelanjutan (sustainable tourism development) terdiri dari:

1) Pembangunan pariwisata harus dibangun dengan melibatkan masyarakat lokal ,

dengan ide yang melibatkan masyarakat lokal juga dan untuk kesejahteraan

masyarakat lokal. Mestinya juga melibatkan masyarakat lokal sehingga

masyarakat lokal akan mempunyai rasa memiliki untuk peduli,bertanggung

jawab, komitment, meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap pelestarian

lingkungan alam dan budaya terhadap keberlanjutan pariwisata dimasa sekarang

sampai untuk dimasa yang akan datang. Dan pemerintah juga harus dapat

menangkap peluang dengan cara memperhatikan kualitas daya dukung

lingkungan kawasan tujuan, memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari

dalam penyelanggaraan kegiatan ekowisata dan juga dapat mengelola jumlah

pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya lingkungan daerah tujuan

tersebut. Sehingga pemerintah dapat menigkatkan pendapatan masyarakat

setempat dengan membuka lapangan kerja.

2) Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan masyarakat.

Keseimbangan tersebut akan dapat terwujud jika semua pihak dapat

bekerjasama dalam satu tujuan sebagai sebuah komunitas yang solid. Komunitas

yang dimaksud adalah masyarakat lokal , pemerintah lokal , industri pariwisata,

dan organisasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat di

mana destinasi pariwisata dikembangkan. Maksudnya adalah dengan adanya

atas dasar musyawarah dan permufakatan masyarakat setempat dengan adanya

tersebut dapat menghasilkan dampak positif yaitu dapat membangun hubungan

kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan

pengelolaannya, terjalinnya komunikasi yang baik anata industry pariwisata,

peemrintan dan masyarakat ehingga akan terciptanya pariwisata berkelanjutan

sesuai yang direncanakan.

Page 34: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 33

3) Pembangunan pariwisata harus melibatkan para pemangku kepentingan, dan

dengan melibatkan lebih banyak pihak akan mendapatkan input yang lebih baik.

Serta harus dapat menampung pendapat organisasi masyarakat lokal, melibatkan

kelompok masyarakat miskin, kaum perempuan, asosiasi pariwisata, dan

kelompok lainnya dalam masyarakat yang berpotensi mempengaruhi jalannya

pembangunan.

4) Memberikan kemudahan kepada para pengusaha lokal dalam sekala kecil, dan

menengah. Program pendidikan yang berhubungan dengan kepariwisataan harus

mengutamakan penduduk lokal dan industri yang berkembang pada wilayah

tersebut harus mampu menampung para pekerja lokal sebanyak mungkin

dengan itu membuka kesempatan kepada masyarakat untuk membuka usaha

dan mengajarkan masyarakat untuk menjadi pelaku ekonomi dalam kegiatannya

mengikuti tujuan pariwisata itu sendiri tanpa mengorbakan alam atau apapun.

5) Pariwisata harus dikondisikan untuk tujuan membangkitkan bisnis lainnya dalam

masyarakat, artinya pariwisata harus memberikan dampak pengganda pada

sector lainnya, baik usaha baru maupun usaha yang telah berkembang saat ini.

6) Adanya kerjasama antara masyarakat lokal sebagai creator atraksi wisata

dengan para operator penjual paket wisata, sehingga perlu dibangun hubungan

kerjasama yang saling menguntungkan anatra satu sama lain dengan itu

menekan tingkat kebocoran pendapatan pemerintah dan dapatb mengingkatkan

pendapatan pemerintah maupun pelaku yang melakukan kegiatan itu sendiri.

7) Pembangunan pariwisata harus dapat memperhatikan perjanjian, peraturan,

perundang – undangan baik tingkat nasional maupun intenasional sehingga

pembangunan pariwisata dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala. Dan juga

membentuk kerjasama dengan masyarakat setempat untuk melakukan

pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.

8) Pembangunan pariwisata harus mampu menjamin keberlanjutan, memberikan

keuntungan bagi masyarakat saat ini dan tidak merugikan generasi yang akan

datang. Karena anggapan bahwa pembangunan pariwisata berpotensi merusak

Page 35: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 34

lingkungan adalah sesuatu yang logis, jika dihubungkan dengan peningkatan

jumlah wisatawan dan degradasi daerah tujuan pariwisata tersebut.

9) Pariwisata harus bertumbuh dalam prinsip optimalisasi bukan pada exploitasi.

10) Harus ada monitoring dan evaluasi secara periodik untuk memastikan

pembangunan pariwisata tetap berjalan dalam konsep pembangunan

berkelanjutan, dengan menggunakan prinsip pengelolaan manajemen kapasitas,

baik kapasitas wilayah, kapasitas obyek wisata tertentu, kapasitas ekonomi,

kapasitas sosial, dan kapasitas sumber daya yang lainnya sehingga

pembangunan pariwisata dapat terus berkelajutan.

11) Harus ada keterbukaan terhadap penggunaan sumber daya seperti penggunaan

air bawah tanah, penggunaan lahan, dan penggunaan sumber daya lainnya

harus dapat dipastikan tidak disalah gunakan.

12) Melakukan program peningkatan sumber daya manusia dalam bentuk

pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi untuk bidang keahlian pariwisata agar para

pekerja ahli dalam bidangnya masing-masing.

13) Terwujudnya tiga kualitas, yakni pariwisata harus mampu mewujudkan kualitas

hidup ”quality of life” masyarakat lokal, pada sisi yang lainnya pariwisata harus

mampu memberikan kualitas berusaha ”quality of opportunity” kepada para

penyedia jasa dalam industri pariwisata dan sisi berikutnya dan menjadi yang

terpenting adalah terciptanya kualitas pengalaman wisatawan ”quality of

experience”.

E. STUDI KASUS

Potensi Hotel (Accomodation And Hospitality Service) Di Bali

Tidak dapat dipungkiri lagi, dengan berdirinya hotel-hotel dan restaurant di bali

memberikan dampak negatif bagi alam dan lingkungan Pulau Bali. Potensi kerusakan

alam dan lingkungan Pulau Bali antara lain (diadaptasi dari Wiyasha,2008) : water

resources (sumber air) , local resources like energy, food, and other raw materials

(sumber daya local seperti energi, makanan dan bahan-bahan mentah lainnya), Land

degradation (penurunan kualitas tanah), Air emissions (emisi udara) , Noise (suara),

Solid waste and littering (Sampah keras dan lunak) , Releases of sewage (limbah), Oil

and chemicals (minyak dan bahan-bahan kimia),Even architectural/visual pollution

(polusi arsitek) .

Pendirian sebuah hotel yang hanya mengindahkan sisi ekonomi dan arsitek

(Manuaba,2008) tanpa memperhatikan aspek lainnya secara terintegrasi, seperti aspek

Page 36: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 35

sosial budaya dan lingkungan, akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Hal

ini terbukti dengan keadaan yang dirasakan saat ini, terutama dilihat dari sudut

pandang lingkungan. Tempratur Bali yang semakin tinggi, abrasi pantai,

meningkatnya kasus demam berdarah, nenurunnya kualitas air dan udara Pulau Bali,

merupakan akibat dari lalainya investor, pemerintah dan masyarakat dalam menjaga

keseimbangan pembangunan pariwisata di Pulau Bali. Meskipun berbagai macam

aturan telah di tetapkan seperti (i) UU No 24 Tahun 1992, tentang tata ruang dengan

konsep pembangunan berkelanjutan, (ii) UU No 3 Tahun 2004,tentang pengendalian

pengelolaan lingkungan, namun masih saja ada investor yang ’nakal’.

’Kenakalan’investor tidak lepas dari motiv ekonomi. Mereka membangun hotel dengan

memangkas tebing, jurang, pantai, demi sebuah pemandangan yang indah bagi

hotelnya untuk dapat dinikmati tamu/wisatawan.Mereka menggunakan air tanah untuk

mengisi kolam renang, menyirami lapangan golf. Kondisi ini semakin parah karena

nampaknya carrying capacity Pulau Bali sudah sampai pada titik nadir, yang tidak

mampu mentoleransi hal-hal seperti itu.

Konsep yang dapat diterapkan manajemen hotel, antara lain menggunakan

analisis POT (potensi dan tantangan). Dengan analisis POT , permasalahan

lingkungan dapat dipecahkan melalui potensi:

(1) Tataran filosofi (way of life), yakni menetapkan visi dari manajemen untuk

membangun hotel dengan konsep sustainable tourism development dan community

based tourism

(2) tataran mentalitas atau sikap mental dan , yakni dengan jalan membuat program-

program yang mendukung sustainable tourism development dan community

based tourism , seperti:

(i) memberikan program pendidikan pada manajemen mengenai sustainable tourism

development dan community based tourism dan

(ii) cinta lingkungan dengan wujud nyata penggunaan bahan-bahan pembersih yang

tidak merusak lingkungan (contoh ecolab product)

(3) tataran perilaku dan kebiasaan dalam kehidupan individual atau kolektif, adalah

dengan mendukung berbagai upaya pelestarian lingkungan, seperti : mendukung

gerakan kebersihan pantai, tidak menggunakan air tanah untuk keperluan hotel, tidak

membangun hotel melewati sepadan pantai, dan tidak membangun hotel di kawasan

yang dapat menjaga keseimbangan alam,seperti :hutan, tebing, jurang serta lahan

produktif.

Strategi revitalisasi yang mencakup perencanaan, implementasi, koordinasi

dan valuasi nyata pada level mikro (manajemen hotel), meso (seluruh karyawan hotel)

dan makro (tamu-tamu dan seluruh karyawan hotel).

Page 37: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 36

F. KESIMPULAN

Dari penjelasan tentang Sustainable Development dan sustainable tourism

development beserta dengan contoh diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut.

(1) Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang memperhatikan

kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan

datang. Dengan memperimbangkan kriteria sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Dimana secara keseluruhan Sustainable development merupakan suatu ilmu

interdisiplener yang sangat kompleks dan saling berkaitan antara satu dengan

yang lainnya. Sehingga terjadi keharmonisan dan keserasian antara sumber

daya alam dengan sumber daya manusia.

(2) Sustainable development ditopang oleh sumber daya alam, kualitas

lingkungan dan manusia dari generasi ke generasi selanjutnya. Kemampuan

sumber daya alam berupa kualitas dan kuantitasnya berpengaruh pada

pembangunan berkelanjutan terkait dengan keserasian dengan alam dan

manusia.

(3) Pembangunan berkelanjutan memperhatikan kesejahteraan generasi saat ini

tanpa mengurangi kesejahteraan untuk generasi masa depan.

(4) Pembangunan pariwisata berkelanjutann berkaitan erat dengan usaha

menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan

untuk pembangunan pariwisata pada generasi ini agar dapat dinikmati untuk

generasi yang akan datang.

(5) Sustainable Tourism adalah pariwista yang berkembang sangat pesat,

termasuk pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal dan

lingkungan, dimana perkembangan pariwisata dan investasi – investasi baru

dalam sektor pariwisata seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat

menyatu dengan lingkungan, jika kita memaksimalkan dampak yang positif

dan meminimalkan dampak negative. Maka beberapa inisiatif diambil oleh

sektor public untuk mengatur pertumbuhan pariwisata agar menjadi lebih baik

dan menempatkan masalah akan sustainable tourism sebagai prioritas karena

usaha atau bisnis yang baik dapat melindungi sumber – sumber atau asset

yang penting bagi pariwisata tidak hanya untuk sekarang tetapi dimasa depan.

Page 38: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 37

DAFTAR PUSTAKA

http://madebayu.blogspot.com/2009/03/potensi-hotel-accomodation-and.html#links

http://rexxarsosio.wordpress.com/2008/05/13/sustainable-development-

pembangunan-berkelanjutan

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/373/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-18614-11-

%28babxi%29-i.pdf

Modul : Sustainable tourism development

Page 39: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 38

BAB IV

PARIWISATA BARU VS PARIWISATA LAMA

A. SEJARAH PARIWISATA INDONESIA

Indonesia memiliki sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad sejak abad

14 Kakawin Nagarakretagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk telah

mengelilingi Kerajaan Majapahit yang kini menjadi daerah Jawa Timur menggunakan

pedati dengan iring-iringan pejabat negara Setelah masuknya Bangsa Belanda ke

Indonesia pada awal abad ke-19, daerah Hindia Belanda mulai berkembang menjadi

daya tarik bagi para pendatang yang berasal dariBelanda. Gubernur jenderal pada

saat itu memutuskan pembentukan biro wisata yang disebut Vereeeging Toeristen

Verkeer yang gedung kantornya juga digunakan untuk maskapai

penerbangan Koninklijke Nederlansch Indische Luchtfahrt Maatschapijj (kini disebut

dengan KLM). Hotel-hotel mulai bermunculan seperti Hotel des

Indes di Batavia, Hotel Oranje di Surabaya dan Hotel De Boer di Medan. Tahun

1913, Vereeneging Touristen Verkeermembuat buku panduan mengenai objek

wisata di Indonesia. Sejak saat itu, Bali mulai dikenal oleh wisatawan mancanegara

dan jumlah kedatangan wisman meningkat hingga lebih dari 100% pada tahun

1927.]Pada 1 Juli 1947, pemerintah Indonesia berusaha menghidupkan sektor

pariwisata Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel

National & Tourism) yang diketuai oleh R. Tjitpo Ruslan. Badan ini segera

mengambil alih hotel - hotel yang terdapat di daerah sekitar Jawa dan seluruhnya

dinamai Hotel Merdeka. Setelah Konferensi Meja Bundar, badan ini berganti nama

menjadi NV HORNET. Tahun 1952 sesuai dengan keputusan presiden RI, dibentuk

Panitia InterDepartemental Urusan Turisme yang bertugas menjajaki kemungkinan

terbukanya kembali Indonesia sebagai tujuan wisata.

Pada masa Orde Baru, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bertumbuh

secara perlahan. Pemerintah pernah mengadakan program untuk meningkatkan

jumlah kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang disebut dengan Tahun

Kunjungan Indonesia. Program ini meningkatkan kunjungan turis internasional

Page 40: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 39

hingga 400.000 orang. Selain itu pada tahun 1992, pemerintah

mencanangkan Dekade Kunjungan Indonesia, yaitu tema tahunan pariwisata sampai

dengan tahun 2000.

Kepercayaan dunia internasional terhadap pariwisata Indonesia mulai

mengalami penurunan pada insiden pengeboman Bali tahun 2002 yang

menyebabkan penurunan wisatawan yang datang ke Bali sebesar 32%. Aksi teror

lainnya seperti Bom JW Marriott 2003, Pengeboman Kedutaan Besar Australia, Bom

Bali 2005 dan Bom Jakarta 2009 juga memengaruhi jumlah kedatangan wisman ke

Indonesia. Aksi terorisme di Indonesia ini mengakibatkan dikeluarkannya peringatan

perjalanan oleh beberapa negara seperti Australia dan Britania Raya pada tahun

2006.

Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia mengadakan program Tahun

Kunjungan Indonesia 2008 untuk meningkatkan jumlah wisatawan nusantara dan

wisatawan asing ke Indonesia, selain itu program ini sekaligus untuk memperingati

100 tahun kebangkitan nasional Indonesia. Dana yang dikeluarkan untuk program ini

sebesar 15 juta dolar Amerika Serikat yang sebagian besar digunakan untuk

program pengiklanan dalam maupun luar negeri. Hasil dari program ini adalah

peningkatan jumlah wisatawan asing yang mencapai 6,2 juta wisatawan

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,5 juta wisatawan

Sebagai upaya dalam meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia,

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia melanjutkan program "Tahun

Kunjungan Indonesia" pada tahun 2009 dengan target 6,4 juta wisatawan dan

perolehan devisa sebesar 6,4 miliar dolar Amerika Serikat, sedangkan pergerakan

wisatawan nusantara ditargetkan 229,95 juta perjalanan dengan total pengeluaran

lebih dari 128,77 triliun rupiah. Program ini difokuskan ke "pertemuan, insentif,

konvensi dan pertunjukan serta wisata laut". Pada tahun 2010, pemerintah Indonesia

mencanangkan kembali "Tahun Kunjungan Indonesia serta Tahun Kunjung Museum

2010". Program ini dilakukan untuk mendorong kesadaran masyarakat terhadap

museum dan meningkatkan jumlah pengunjung museum Pada tahun 2011,

pemerintah Indonesia menetapkan Wonderful Indonesia sebagai manajemen merek

baru pariwisata Indonesia, sementara untuk tema pariwisata dipilih "Eco, Culture,

Page 41: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 40

and MICE". Logo pariwisata tetap menggunakan logo "Tahun Kunjungan Indonesia"

yang dipergunakan sejak tahun 2008.

B. PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism adalah sebuah konsep

turunan dari konsep pembangunan berkelanjutan yang ada pada laporan World

Commission on Environment and Development, berjudul Our Common Future (atau

lebih dikenal dengan the Brundtland Report) yang diserahkan ke lembaga PBB pada

tahun 1987 (Mowforth dan Munt 1998). Pembangunan berkelanjutan merupakan

suatu proses pembangunan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekarang

dan selanjutnya diwariskan kepada generasi mendatang. Singkat kata, dengan

pembangunan berkelanjutan generasi sekarang dan generasi yang akan datang

mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk menikmati alam beserta isinya.

Sedangkan pariwisata berkelanjutan sendiri adalah sebuah proses dan sistem

pembangunan pariwisata yang dapat menjamin keberlangsungan atau keberadaan

sumber daya alam, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi hingga generasi yang

akan datang. Intinya, pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat

memberikan manfaat jangka panjang kepada perekonomian lokal tanpa merusak

lingkungan.

Salah satu mekanisme dari pariwisata berkelanjutan adalah ekowisata yang

merupakan perpaduan antara konservasi dan pariwisata, yaitu pendapatan yang

diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan untuk kawasan yang perlu

dilindungi untuk pelestarian dan peningkatan kondisi social ekonomi masyarakat di

sekitarnya. Ekowisata menurut International Ecotourism Society adalah perjalanan

yang bertanggung jawab ke tempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian

lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Munculnya istilah responsible tourism atau pariwisata yang bertanggung

jawab seakan ingin melengkapi konsep-konsep terdahulu. Definisi pariwisata

berkelanjutan menurut sebagian orang agak sulit dipahami maksud dan

operasionalisasinya secara langsung, sedangkan definisi ekowisata cenderung

mengarah hanya kepada wisata berbasis alam terutama kawasan yang dilindungi

Page 42: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 41

seperti taman nasional dan cagar alam. Tujuan yang ingin dicapai olehresponsible

tourism sesungguhnya sama dengan kedua konsep sebelumnya yaitu pariwisata

yang berusaha meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.

Tetapi responsible tourism lebih menekankan pilihan yang diambil oleh konsumen

dalam menentukan tujuan wisata, akomodasi, model transportasi dan cara

melakukan perjalanan, misalnya memilih mengatur sendiri perjalanannya

dibandingkan mengikuti kelompok tur Responsible tourism juga menekankan

kesadaran wisatawan itu sendiri untuk meminimalkan dampak-dampak negatif dari

kunjungannya ke suatu tempat

D. PARIWISATA BARU VS PARIWISATA LAMA (NEW VS OLD TOURISM)

1. Pariwisata Lama (Old Tourism)

Merupakan Bentuk Pariwisata yang sudah ada sejak dahulu kala, turun-

temurun di wariskan dari generasi-ke generasi. Adapun Yang termasuk

Pariwisata Lama Yaitu :

Heritage /peninggalan Berupa Bangunan Bersejarah

Wisata Budaya

Wisata Alam

Pariwisata lama pada dasarnya sangat menarik dan mempunyai filosofi

tersendiri jika di bandingkan dengan pariwisata modern melalui pariwisata lama kita

dapat belajar banyak tentang sejarah di masa lampau.

Melalui Suistanable tourism atau pariwisata berkelanjutan di harapkan mampu

membuat pariwisata lama dapat bertahan hingga kedepannya, Banyak potensi dari

pariwisata lama yang terabaikan dan tidak terawat terbukti dengan banyaknya

gedung-gedung tua yang sebenarnya mempunyai sejarah namun di biarkan terlantar

begitu saja tanpa ada memperdulikan, ada yang di gunakan sebagai tempat ternak,

dan yang paling miris adalah di gunakan sebagai sarang penjahat seperti copet dan

sebagainya.

Adanya sinergi antara masyarakat dan pemerintah sangat di perlukan disini

mengingat pariwisata lama merupakan citra atau cikal bakal dari sebuah

Page 43: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 42

tempat.Pada dasarnya Indonesia merupakan kota sejarah namun karena sering di

abaikan bangunan bersejarah tersebut hanya menjadi sebuah gedung tua yang

menyeramkan dan tidak terawat sama sekali.Wisata sejarah juga sangat di minati

oleh wisatawan khususnya mancanegara karena sarat akan ilmu pengetahuan lalu

mengapa kita sebagai bangsa sendiri tidak mau merawatnya , kita lebih suka

berbelanja ataupun ke tempat pariwisata yang lebih modern seperti ancol.Sebagai

contoh ada beberapa bangunan berikut yang keadaanya kini sangat memprihatinkan

padahal tempat-tempat tersebut mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi.

TakTerurus : Salah satu peninggalan sejarah Aceh,

Benteng Indra Patra, kondisinya sangat memprihatinkan.

Kerusakan yang tak pernah selesai diperbaiki, sampah

yang berserakan, pamflet yang berkarat hingga kotoran

ternak menjadi pemandangan umum.

Page 44: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 43

Gambar diatas hanya beberapa dari sekian banyak tempat yang ada di

indonesia yang keadaanya sangat memprihatinkan dan tidak adanya perhatian baik

dari masyarakat maupun pemerintah setempat.

Pariwisata lama pada dasarnya merupakan aset terpenting dan berharga bagi

bangsa indonesia sendiri jika lebih perhatian untuk menjaganya,Masyarakat di

berikan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam dan

budaaya.Dewasa ini kaum muda pada khususnya sudah sangat jarang di temui

yang masih peduli dengan pariwisata lama warisan nenek moyang kita, pengunjung

museum rata-rata adalah orang asing atau turis mancanegara dan untuk kaum

muda sendiri sangat jarang di temui.

Menumbuhkan kesadaran akan cinta tanah air,budaya beserta peninggalan

sejarah memang tidak mudah namun hal tersebut harus segera di lakukan demi

keberlangsungan hidup sebuah sejarah yang merupakan jati diri bangsa indonesia.

2. Pariwisata Baru (New Tourism)

Benteng Belanda Riwayatmu Kini

3 buah benteng Belanda yang berada di kaki gunung

Tangkuban Perahu, Subang. Senin (4/1) tak terurus, bahkan

2 benteng sudah tidak bisa di sambangi para wisatawan

karena keadaannya yang tak terawat.

Benteng peninggalan Belanda yang berada di kaki gunung

Tangkuban Perahu kini tersia-sia. Padahal nilai wisata dan

sejarah yang ditawarkan sebenarnya cukup menarik.

Terowongan Wilhelmina/Terowongan Sumber (1208 m)

Terowongan Wilhelmina yang di bangun pada zaman

penjajahan Belanda dan diresmikan pada tanggal 1 Juni

1921. Terowongan ini memiliki panjang sekitar 1208 m.

terowongan kereta api yang dulu menghubungkan Banjar-

Cijulang,

Page 45: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 44

Merupakan Pariwisata Yang di buat sedemikian rupa, mengikuti

perkembangan zaman dan menggunakan tehnologi yang semakin canggih.Hiburan

yang di sajikan lebih bervariasi .Adapun yang termasuk kedalam pariwisata baru :

Wisata Belanja

Wisata Keluarga : Water park,Sea World,Ancol,Dufan,Trans Studio dll.

Dewasa ini perkembangan Pariwisata Modern sangat berkembang pesat,

melalui berbagai media di psarkan untuk menarik minat para pengunjung atau

wisatawan, Pada dasarnya pariwisata modern merupakan adopsi dari luar

negeri.Sehingga keberadaanya sering kali mengancam kelestarian pariwisata lama.

Pariwisata baru sangat di minati karena fasilitas yang di berikan juga

rirancang sangat apik dan modern ,memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi

setiap pengunjung atau wisatawan, misalnya saja wisata belanja, di bandingkan

dengan pasar tradisional yang panas, kumuh dan kotor serta bau tentu para

pengunjung atau wisatawan lebih suka berbelanja di mall karena lebih bersih, sejuk

karena adanya fasilitas pendingin udara atau AC , dan berbagai fasilitas penunjang

lainnya.

Jika di bandingkan pariwisata lama yang benar-benar sangat ketinggalan

zaman terlebih lagi jika tidak terurus maka pariwisata baru lambat laun akan

menggantikan yang lama orang akan lebih cenderung mengkonsumsi hal-hal baru

yang dianggapnya lebih memudahkan.

Saat ini sudah banyak di bangun pariwisata modern seperti sea world ,Dufan

ancol dan lain sebagainya. Pertumbuhannya pun semakin pesat dan semakin sulit di

kendalikan.Dengan adanya pariwisata berkelanjutan maka di harapkan antara

pariwisata baru dan lama dapat bersinergi dan berkembang bersama-sama tanpa

merugikan satu sama lain.

Manfaat dari Pariwisata modern sendiri cukup banyak namun kerugian yang di

timbulkan juga tidak kalah banyak sehingga perhatian khusus dari pemerintah dan

masyarakat sangat di perlukan bagi kelangsungan sebuah kebudayaan.

Page 46: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 45

E. PARIWISATA BARU YANG DIMINATI DAN PARIWISATA LAMA YANG

TERLUPAKAN

Ada beberapa alasan orang atau wisatawan menyukai pariwisata yang modern jika

di bandingkan dengan pariwisata lama.

Pariwisata Baru Pariwisata lama

Wisata Belanja

Mall : Bersih, Harum,Sejuk,Fasilitas

lengkap, Aman dan pelayanan yang

ramah

Wisata Belanja

Pasar Tradisional : Bau,

Kotor,Panas,Kurang aman dan

pelayanan yang kurang ramah.

Wisata Keluarga (Hiburan)

Trans Studio : Permainan lebih

bervariasi,aman,banyak aktivitas

yang bisa di lakukan,fasilitas lengkap

dan cenderung lebih ramai.

Wisata Keluarga (Hiburan)

Museum : Sepi, aktivitas terbatas,

hanya mendengarkan tour guide

menjelaskan, berdebu, kadang-

kadang tampilannya menakutkan.

Agar pariwisata lama dapat tetap bersaing dengan pariwisata baru maka harus

di benahi tampilanya di buat semenarik mungkin fasilitas umum di perbaiki dan juga

pelayanan yang di berikan juga harus di tingkatkan, karena terkadang untuk

Pariwisata lama pelayanan yang di dapat pengunjung biasa-biasa saja, tidak ada

senyuman sapaan ramah dan sebagainya namun jika di bandingkan dengan

pariwisata baru yang sudah jelas mempunyai standart pelayanan tentu berbeda

mereka cenderung lebih ramah siap membantu dan fasilitas yang di berikan jauh

lebih memadai jika di bandingkan dengan pariwisata lama.

Misalnya saja Dufan dan TMII, merupakan wisata modern, dan „agak‟

meninggalkan budaya Jakarta. TMII sendiri masih dalam kreatifitas Indonesia, tetapi

Dufan, merupakan tempat bersenang-senang saja artinya, tempat itu merpakan

bukan tempat yang spesifik Jakarta dan meninggalkan budaya asli dari jakata

sendiri.

Page 47: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 46

Obyek Wisata Indonesia

Wisata alam

Indonesia memiliki kawasan terumbu

karang terkaya di dunia dengan lebih dari 18% terumbu

karang dunia, serta lebih dari 3.000 spesies ikan, 590

jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis

udang-udangan. Kekayaan biota laut tersebut

menciptakan sekitar 600 titik selam yang tersebar dari Sabang hingga Merauke Raja

Ampat di Provinsi Papua Barat adalah taman laut terbesar di Indonesia yang

memiliki beraneka ragam biota laut dan dikenal sebagai lokasi selam scuba yang

baik karena memiliki daya pandang yang mencapai hingga 30 meter pada siang

hari. Hasil riset lembaga Konservasi Internasional pada tahun 2001 dan 2002

menemukan setidaknya 1.300 spesies ikan, 600 jenis terumbu karang dan 700 jenis

kerang di kawasan Raja Ampat. Bunaken yang terletak di Sulawesi Utara memiliki 25

titik selam dengan kedalaman hingga 1.556 meter. Hampir 70% spesies ikan di

Pasifik Barat dapat ditemukan di Taman Nasional ini. Terumbu karang di taman

nasional ini disebut tujuh kali lebih bervariasi dibandingkan dengan Hawaii. Beberapa

lokasi lain yang terkenal untuk penyelaman antara lain: Wakatobi, Nusa

Penida, Karimunjawa, Derawan dan Kepulauan Seribu.[30]

Terdapat 50 taman nasional di Indonesia, 6 di antaranya termasuk

dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Taman Nasional Lorentz di Papua memiliki

sekitar 42 spesies mamalia yang sebagian besar hewan langka. Mamalia yang ada

di kawasan ini antara lain: kangguru pohon, landak irian, tikus air,walabi, dan kuskus.

Taman nasional ini memiliki lebih dari 1.000 spesies ikan, di antaranya adalah ikan

koloso. Di taman ini terdapat salju abadi yang berada di puncak Gunung

Jayawijaya. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan taman nasional tertua di

Indonesia yang dikenal karena hewan Badak jawa bercula satu yang populasinya

semakin menipis. Pengamatan satwa endemik komodo serta satwa lainnya

seperti rusa, babi hutan dan burung dapat dilakukan di Taman Nasional

Komodo. Taman Nasional Kelimutu yang berada di Flores memiliki danau kawah

dengan tiga warna yang berbeda.

Page 48: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 47

Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya

termasuk gunung berapi aktif. Gunung Bromo di Provinsi Jawa Timur dikenal

sebagai lokasi wisata pegunungan untuk melihat matahari terbit maupun

penunggangan kuda. Pada bulan-bulan tertentu, terdapat upacara

kebudayaanYadnya Kasada yang dilakukan oleh masyarakat Gunung Bromo. Lokasi

wisata lain yang terkenal di daerah Jawa Barat adalah Gunung Tangkuban

Parahu yang terletak di Subang. Gunung aktif ini menghasilkan mata air panas yang

terletak di kaki gunung yang dikenal dengan nama Ciater dan sering dimanfaatkan

untuk spa serta terapi pengobatan.

Keanekaragaman flora dan fauna yang ada di seluruh nusantara menjadikan

Indonesia cocok untuk pengembangan agrowisata.Kebun Raya Bogoryang terletak

di Bogor merupakan lokasi agrowisata populer yang telah berdiri sejak abad 19 dan

merupakan yang tertua di Asia dengan koleksi tumbuhan tropis terlengkap di dunia.

Hingga Maret 2010, Kebun Raya Bogor memiliki koleksi 3.397 spesies jenis koleksi

umum, 550 spesies tumbuhan anggrek, serta 350 tumbuhan non-anggrek yang

berada di rumah kaca. Taman Wisata Mekarsari merupakan taman buah tropis

terbesar dan terlengkap di dunia. Koleksi taman ini mencapai 100.000 tanaman buah

yang terdiri dari 78 famili, 400 spesies, dan 1.438 varietas.

Wisata belanja

Wisata belanja di Indonesia dibagi menjadi dua jenis:

pusat perbelanjaan tradisional dengan proses tawar-

menawar antara pembeli dan penjual dan pusat

perbelanjaan modern. Pasar tradisional umumnya menjual

barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berlokasi dalam

satu gedung atau jalan tertentu. Beberapa daerah dengan relief sungai-sungai

panjang memiliki pasar terapung seperti Pasar Terapung Muara Kuin di Sungai

Barito, Banjarmasin dan Pasar Terapung Lok Baintan di Banjar, namun adapula

yang khusus menjual barang - barang seni atau benda khas setempat seperti Pasar

Sukawati di Gianyaryang menjual berbagai kerajinan tangan dan barang seni khas

Bali, Pasar Klewer di Solo yang menjual kain - kain batik, Kotagede dengan hasil

Page 49: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 48

kerajinan perak, dan kawasan Malioboro di Yogyakarta yang menjajakan kerajinan

khas Yogya

Pusat perbelanjaan modern dapat ditemukan di kota-kota metropolitan

terutama yang terletak di Pulau

Jawa seperti Jakarta, Surabaya, Bandung danSemarang. Kebanyakan pusat

perbelanjaan modern dapat ditemukan di kota Jakarta yang memiliki lebih dari 170

pusat perbelanjaan. Jakarta merupakan kota dengan jumlah pusat perbelanjaan

terbanyak di dunia. Pusat perbelanjaan tertua yang pernah dibangun

di Jakarta yaitu Pasar Baruyang dibangun pada tahun 1820. Pusat perbelanjaan di

Jakarta, Semarang, dan Surabaya umumnya mengadakan diskon besar pada masa

ulang tahun kota untuk meningkatkan daya tarik wisata belanja. Jakarta secara rutin

mengadakan pesta diskon Festival Jakarta Great Sale, Semarang dengan

namaSemarang Great Sale, sementara Surabaya mengadakan Surabaya Shopping

Festival.

Wisata budaya

Berdasarkan data sensus 2010, Indonesia terdiri dari

1.128 suku bangsa. Keberagaman suku bangsa tersebut

mengakibatkan keberagaman hasil budaya seperti jenis

tarian, alat musik, dan adat istiadat di Indonesia. Beberapa

pagelaran tari yang terkenal di dunia internasional misalnya Sendratari

Ramayana yang menceritakan tentang perjalanan Rama dan dipentaskan di

kompleks Candi Prambanan. Desa Wisata Batubulan yang terletak di Sukawati,

Gianyar merupakan desa yang sering dikunjungi untuk pentas Tari Barongan, Tari

Kecak dan Tari Legong.

Beberapa tahun belakangan ini beberapa kota di Pulau Jawa mulai

mengembangkan konsep karnaval fesyen Jember Fashion Carnaval secara rutin

diadakan sejak tahun 2001 di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Karnaval fesyen

Page 50: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 49

lainnya namun memfokuskan tema pada batik adalah Karnaval Batik Solo yang

pertama kali diadakan pada tahun 2008. Selain karnaval fesyen, adapula karnaval

yang diadakan untuk memperingati hari jadi kota seperti yang diadakan di kota

Yogyakarta dengan nama Jogja Java Carnaval dan di kota Jakarta dengan nama Jak

Karnaval yang diadakan secara rutin setiap bulan Juni.

Sejarah kebudayaan Indonesia dari zaman prasejarah hingga

periode kemerdekaan dapat ditemukan di seluruh museum yang ada di Indonesia.

Total jumlah museum di Indonesia berjumlah 80 museum yang tersebar

dari Aceh hingga Maluku Sejumlah museum terletak dalam satu kawasan

seperti Kota Tua Jakartayang memiliki enam museum merupakan daerah yang

dikenal sebagai pusat perdagangan pada Zaman Batavia dan Taman Mini Indonesia

Indah yang menjadi pusat rekreasi dengan jumlah taman dan museum terbanyak

dalam satu kawasan di Indonesia.

Wisata keagamaan

Sejarah mencatat bahwa

agama Hindu dan Buddha pernah masuk dan

memengaruhi kehidupan spiritual di Indonesia dengan

adanya peninggalan sejarah

seperticandi dan prasasti di beberapa lokasi. Jejak-

jejak peninggalan agama Buddha yang terbesar

adalah Candi Borobudur yang terletak

di Magelang dan merupakan candi Buddha terbesar di

dunia dan masuk dalam daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tahun

1991. Pada abad ke-13 hingga ke-16 Islam masuk ke nusantara menggantikan era

kerajaan Hindu-Buddha. Pada masa ini, banyak ditemukan masjid yang merupakan

akulturasi kebudayaan antara Hindu-Buddha-Jawa dengan agama Islam seperti

terlihat pada Masjid Agung Demak dan Masjid Menara Kudus

Page 51: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 50

F. DAMPAK PENGEMBANGAN OBYEK WISATA : DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF

Suatu tempat wisata tentu memiliki dampak dampak terhadap lingkungan

sekitarnya. Hal ini dikatakan oleh Gee (1989) dalam bukunya yang berjudul “The

Travel Industry”, mengatakan bahwa “as tourism grows and travelers increases, so

does the potential for both positive and negative impacts”. (Gee mengatakan adanya

dampak atau pengaruh yang positif maupun negatif karena adanya pengembangan

pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat). Dampak dampak akibat

adanya tempat wisata tentu mempengaruhi ke lingkungan sekitarnya dan menurut

Lerner (1977) yang dikutip oleh Allister Mathieson and

Geoffrey Wall (1982) dalam „Tourism: Social, Economic, Environment Impacts” siapa

saja didalam lingkungan tersebut. Lerner menulis seperti berikut “ Environment now

includes not just only land, water and air but also encompass to people, their

creation, and the social, economic,and cultural condition that affect their lives.

Sehingga yang terkena dampak positif dan negatifnya adalah sesuai yang dikatakan

oleh Lerner adalah masyarakat, lingkungan,

G DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL.

Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting dalam

kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang dapat menjadi

daya tarik wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat wisata berupa sarana

kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga kerja yang memadai dimana

pihak pengelola obyek wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan

hidup obyek wisata dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan

dimana membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.

Pengembangan suatu obyek wisata yang dilakukan dengan baik akan

menghasilkan pendapatan ekonomi yang baik juga untuk komunitas setempat

(Joseph D. Fritgen, 1996). Menurut Prof.Ir Kusudianto Hadinoto bahwa suatu tempat

wisata yang direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan keuntungan

ekonomi yang memperbaiki taraf , kualitas dan pola hidup komunitas setempat, teapi

juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik. Menurut Mill dalam

Page 52: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 51

bukunya yang berjudul “The Tourism, International Business” (2000, p.168-169),

menyatakan bahwa : “pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan

maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan taraf hidup melalui keuntungan

secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut”.

Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat

memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan. Penduduk

setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan

obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam

aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut, misalnya

bertindak sebagai tuan rumah yang ramah, penyelanggara atraksi wisata dan

budaya khusus (tarian adat, upacara-upacara agama, ritual, dan lain-lain), produsen

cindera mata yang memiliki ke khasan dari obyek tersebut dan turut menjaga

keamanan lingkungan sekitar sehingga membuat wisatawan yakin, tenang, aman

selama mereka berada di obyek wisata tersebut.

Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak dikembangkan atau ditangani

dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan

kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap

ekonomi maupun sosial. Menurut Prof Ir Kusudianto Hadinoto (1996) suatu tempat

wisata apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan menyebabkan kerusakan

lingkungan fisik, barang-barang sejarah, dan menimbulkan ketidaksukaan penduduk

sekitar terhadap wisatawan maupun obyek wisata tersebut dimana pada akhirnya

menimbulkan kerugian bagi pengelola tempat wisata tersebut.

Penulis mengutip pernyataan Coccossis (1996) yang terdapat dalam buku “

Sustainable Tourism Management” karangan Swarbrooke, J (1999) yang tertulis “An

important characteristic of interaction between tourism and environment is the

existence of strong feedback mechanism : tourism often has adverse effects on

quantity and quality of natural and cultural resources”.

Sehingga teori ini memperkuat teori dari Prof Ir Kusudianto Hadinoto tentang

hubungan tempat wisata dan lingkungan dimana bila ditangani dengan baik maka

akan terjadi peningkatan lingkungan ke arah yang lebih baik tetapi apabila tidak

ditangani dengan baik bisa merusak. Berikut adalah dampak-dampak dari

Page 53: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 52

pengembangan suatu obyek wisata,

yaitu :

a. Dampak Positif terhadap ekonomi

Meningkatnya Devisa negara

Dapat mengurangi pengangguran

b. Dampak positif pada lingkungan

Konservasi Alam

Konservasi dari segi Arkeologi dan Sejarah

Perbaikan Lingkungan

Perbaikan Infrastruktur

Peningkatan Tentang kesadaran lingkungan

c. Dampak negatif pada lingkungan

Polusi Lingkungan

Pencemaran Lingkungan

Merusak nilai arkeologi dan sejarah karena di adakannya perbaikan

d. Dampak positif pada sosial

Konservasi benda-benda bersejarah

Menghilangkan perbedaan budaya

e. Dampak negatif pada sosial

Overcrowding and loss of amenities for residents

Berakibat Buruk bagi kelangsungan Budaya

Menimbulkan masalah sosial

Page 54: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 53

Seperti yang tertera di atas bahwa di setiap pengembangan obyek wisata

akan mempunyai dampak-dampak. Pada makalah ini penulis akan memperdalam

dampak ekonomi dan sosial saja, dengan penjelasan di bawah ini :

a. Dampak ekonomi dapat bersifat positif maupun negatif dalam setiap

pengembangan obyek wisata.

Untuk segi positif dampak ekonomi ini ada yang langsung dan ada juga yang

tidak langsung. Dampak positif langsungnya adalah : membuka lapangan pekerjaan

yang baru untuk komunitas lokal, baik itu sebagai pegawai bagian kebersihan,

kemananan, ataupun yang lainnya yang sesuai dengan kemampuan, skill dari

masyarakat sekitar yang bisa dipergunakan oleh pihak PIM, atau dengan berjualan,

seperti : makanan, minuman atau voucher hp di sekitar PIM sehingga masyarakat

lokal bisa mendapatkan peningkatan taraf hidup yang layak.

Selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi juga akan berpengaruh bagi

pemerintah daerah yang akan mendapatkan pendapatan dari pajak. Sedangkan

dampak ekonomi yang tidak langsung adalah kemajuan pemikiran akan

pengembangan suatu obyek wisata, adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun

bisa bekerja. Suatu pengembangan obyek wisata apabila diatur, ditata dan dipantau

dengan baik tidak akan menghasilkan dampak negatif bagi sektor ekonominya, tetapi

apabila tidak dilakukan, diatur, ditata dengan baik maka akan menimbulkan kerugian

baik bagi pihak pengembang obyek itu sendiri maupun pihak komunitas lokal daerah

setempat.

b. Dampak positif sosial

- Conservation of Cultural Heritage : adanya perlindungan untuk benda-benda

kuno, bangunan sejarah, seni traditional seperti musik, drama, tarian, pakaian,

upacara adat. Adanya bantuan untuk perawatan museum, gedung theater, dan untuk

dukungan acara-acara festival budaya.

- Renewal of Cultural Pride : dengan adanya pembaharuan kebanggaan budaya

Page 55: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 54

maka masyarakat dapat memperbaharui kembali rasa bangga mereka terhadap

peninggalan-peninggalan bersejarah ataupun budaya.

- Cross Cultural Exchange : pariwisata dapat menciptakan pertukaran budaya dari

wisatawan dengan masyarakat setempat, sehingga membuat para wisatawan

mengerti tentang budaya setempat dan mengerti akan nilai-nilai dari tradisi

masyarakat setempat begitu pula sebaliknya masyarakat lokal pun bisa tahu tentang

budaya dari para wisatawan tersebut baik yang domestik maupun internasional.

c. Dampak negatif sosial :

- Overcrowding and loss of amenities for residents : setiap pengelola obyek

wisata selalu menginginkan tempat wisata untuk menyedot wisatawan baik domestik

maupun internasional, tetapi ada hal-hal yang harus diperhitungkan karena apabila

suatu obyek wisata terlalu padat, maka bisa menyebabkan hilangnya kenyamanan

bagi penduduk setempat dan membuat masyarakat setempat menjadi tidak nyaman

dan pada akhirnya akan terbentuk garis batas antara penduduk lokal setempat

dengan wisatawan yang terlalu banyak.

- Cultural impacts : karena ingin menyuguhkan sesuatu yang di inginkan

wisatawan, tanpa di sadari mereka sudah terlalu mengkomersialkan budaya mereka

sehingga tanpa sadar mereka telah mengurangi dan mengubah sesuatu yang khas

dari adat mereka atau bahkan mengurangi nilai suatu budaya yang seharusnya

bernilai religius. Contoh : upacara

agama yang seharusnya dilakukan dengan khidmat dan khusyuk, tetapi untuk

menyuguhkan apa yang diingini oleh wisatawan maka mereka mengkomersialkan

upacara tersebut untuk wisatawan sehingga upacara agama yang dulunya khidmat

dan khusyuk makin lama makin berkurang. Yang ke 2 adanya kesalahpahaman

dalam hal berkomunikasi, budaya, dan nilai agama yang dapat mengakibatkan

sebuah konflik.

- Social Problems : adanya percampuran budaya negatif antara wisatawan dengan

Page 56: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 55

masyarakat setempat.(Inskeep, 1991). Cara menjaga pelestarian Budaya Lama agar

tetap bersinergi dengan pembangunan pariwisata baru.yaitu:

Pembangunan pariwisata baru harus lebih memperhatikan lingkungan dan

tidak boleh merusak kelestarian lingkungan periwisata lama.

Pariwisata lama harus meningkatkan mutu terutama di bidang pelayanan, dan

renovasi yang di lakukan tidak menghilangkan keaslian dari pariwisata lama

yang ada.

Pengemasan pariwisata lama harus lebih menarik.Agar kaum muda lebih

tertarik untuk mengunjunginya.

Kesadaran bersama antara pemerintah dan masyarakat serta para

pengusaha sangat di perlukan ,karena tanpa hal tersebut maka apapun yang

di lakukan oleh pemerintah tidak akan membuahkan hasil.

H. KESIMPULAN

Indonesia merupakan negara dengan banyak potensi pariwisata dunia, banyak hal

yang dimilik oleh indonesia yang tidak di miliki oleh negara lain misalnya saja

kebudayaan,sejarah, alam yang indah dan lain sebagainya.Banyak potensi wisata

yang ada di indonesia yang belum di gali .

Apabila indonesia tidak memperdulikan kelangsungan budaya yaitu Pariwisata lama

yang menjadi jati diri bangsa indonesia maka akan sama saja dengan negara lain

dan tidak akan ada potensi yang dimiliki oleh indonesia, apabila yang lama di

gantikan oleh yang baru maka indonesia akan mengalami kerugian yang luar biasa

jika tempat seperti Dufan semakin banyak bermunculan dan menggeser pariwisata

lama maka indonesia jelas kehilangan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang unik

dan mempunyai keberagaman.Akan sama saja bangsa ini dengan negara lain atau

bahkan akan ketinggalan dengan negara lain.

Oleh karena itu pentingnya kesadaran bersama sangat di perlukan, jadikan

indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi kebudayaan dan sejarahnya

bangga melestarikan pariwisata lama yang merupakan warisan leluhur kita.

Page 58: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 57

BAB V

KEBOCORAN (LEAKAGES) DALAM PARIWISATA

A. KEBOCORAN EKONOMI (ECONOMIC LEAKAGES)

Pariwisata tidak hanya dipandang sebagai penghasil devisa, tetapi sekaligus

juga berfungsi sebagai instrumen untuk menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk

sektor lain yang terkait pengembangan budaya daerah, pemerataan, pembangunan

sekaligus sebagai instrumen untuk melestarikan lingkungan dan mendukung sumber

daya manusia.

Mengukur manfaat dan kerugian pembangunan pariwisata pada beberapa

negara saat ini, masih menjadi perdebatan diantara para ahli ekonomi khususnya

yang telah melakukan riset dan evalusi terhadap ekonomi pariwisata. Beberapa

pandangan para fakar mewarnai pembahasan paper ini dari sudut pandangan yang

berbeda-beda.

Frechtling (1987), menyatakan bahwa untuk mengukur manfaat pariwisata

bagi perekonomian suatu Negara harus tersedia data yang cukup lengkap, Dia

menawarkan metode alternative khususnya berhubungan dengan metode

pengumpulan data tentang pengeluaran wisatawan di saat yang akan datang, dan

dia juga mereview beberapa metode yang telah digunakan oleh para ahli

sebelumnya, dengan menggunakan impact multipliers dan input-output analysis

untuk mengukur pengeluaran sector pariwisata.

Sementara Archer dan Cooper (1994), berpendapat bahwa: penelusuran

tentang manfaat dan dampak pariwisata terhadap ekonomi harus menyertakan

variabel sosial yang tidak pernah dihitung oleh fakar lainnya, dan social cost-

benefitanalysis mestinya digunakan. Menurutnya, untuk mengukur manfaat dan

dampak pariwisata tidak sekedar menghitung dampak ekonomi hanya dengan

mencari multiplier efeknya saja.

Page 59: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 58

Sedangkan, Sinclair dan Sutcliffe (1988), menjelaskan bahwa pengukuran

multiplier income untuk sektor pariwisata pada tingkat sub nasional memerlukan

pemikiran dan data yang lebih kompleks disebabkan sering terjadinya “leakages”

kebocoran sehingga analisis ini sebaiknya dilakukan pada tingkat local regional

tertentu dan leakages inilah yang mestinya harus diukur dan dibandingkan dengan

manfaat yang diharapkan.

Dalam banyak hal, pariwisata telah terbukti berpengaruh positif terhadap

perekonomian sebuah Negara yang didapatkan dari pendapatan nilai tukar valuta

asing, penerimaan devisa akibat adanya konsumsi wisatawan, penyerapan tenaga

kerja, pembangunan infrastruktur pariwisata yang turut dinikmati oleh masyarakat

local, dan di beberapa destinasi pariwisata juga sebagai generator pemberdayaan

perekonomian masyarakat local. WTO memprediksi bahwa pendapatan pariwisata

disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran wisatawan pada suatu

kawasan dan dalam kenyataannya, masyarakat lokal lebih banyak berebut lahan

penghidupan dari sektor informal ini, artinya jika sektor informal bertumbuh maka

masyarakat lokal akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar. Sebagai

contoh, peran pariwisata bagi Provinsi Bali terhadap perekonomian daerah “PDRB”

sangat besar bahkan telah mengungguli sektor pertanian yang pada tahun-tahun

sebelumnya memegang peranan penting di Bali.

Pada sisi lainnya, pembangunan pariwisata juga dapat berdampak negatif

terhadap sebuah negara atau destinasi jika pembangunan tersebut tidak dikoordinasi

dan direncanakan dengan baik, artinya pembangunan pariwisata harusnya diarahkan

untuk memperdayakan masyarakat dalam negari dengan sistem yang terkait

langsung dengan faktor-faktor produksi dalam negeri. Penggunaan factor-faktor

produksi dalam negeri seperti tanah, air, dan semua aspek yang terkait dengan

lingkungan fisik dan sosial dapat dilakukan secara bijaksana.

Economic leakages dianggap sebagai masalah yang paling sulit untuk

diatasi karena sektor pariwisata akan bertumbuh pada iklim liberalisasi yang

memungkinkan pihak asing dapat melakukan bisnis pada pasar domestik sehingga

terjadinya economic leakages tidak dapat dihindari. Economic leakages dapat

bersifat external, internal, dan invisible leakages, dimana ketiga jenis leakages

Page 60: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 59

tersebut disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Leakages tidak dapat dihindari

pada kondisi pasar bebas atau liberalisasi perdagangan saat ini, walau demikian

economic leakages dapat diminimalkan dengan berbagai cara dan strategi. Strategi

yang terbaik adalah dengan strategi struktur clusture yang harusnya dapat

diterapkan oleh pemerintah melalui kesepakatan internasional baik yang dilakukan

pada level export, level supplier, maupun level input ekonomi yang dapat diatur

sedemikian rupa untuk mengurangi atau meminimalkan terjadinya economic

leakages.

B. PENGARUH NEGATIF PEMBANGUNAN PARIWISATA

Pembangunan sektor pariwisata diberbagai belahan dunia ini telah

berdampak pada berbagai dimensi kehidupan manusia, tidak hanya berdampak

pada dimensi sosial ekonomi semata, tetapi juga menyetuh dimensi sosial budaya

bahkan lingkungan fisik. Dampak terhadap berbagai dimensi tersebut bukan hanya

bersifat positif tetapi juga berdampak negatif.

Menurut Spillane (hal 33, 1994), dampak positif pariwisata terhadap

pembangunan ekonomi antara lain; dampak terhadap penciptaan lapangan kerja,

sumber devisa negara dan distribusi pembangunan secara spritual. Sedangkan

dampak negatif pariwisata terhadap pembangunan ekonomi antara lain; vulnerability

ekonomi, kebocoran pendapatan, polarisasi spasial, sifat pekerjaan yang musiman,

dan terhadap alokasi sumber daya ekonomi.Terhadap lingkungan fisik Spillane

(1996) berpendapat bahwa pariwisata dapat menimbulkan problemproblem besar

seperti polusi air dan udara, kekurangan air, keramaian lalu lintas dan kerusakan dari

pemandangan alam tradisional.

Beberapa pengaruh negatif dari pembangunan pariwisata dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Kebobolan ( Enclave Tourism )

“Enclave tourism” sering diasosiasikan bahwa sebuah destinasi wisata

dianggap hanya sebagai tempat persinggahan sebagai contohnya, sebuah

perjalanan wisata dari manajemen kapal pesiar dimana mereka hanya singgah pada

sebuah destinasi tanpa melewatkan malam atau menginap di hotel-hotel yang telah

Page 61: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 60

disediakan industri lokal sebagai akibatnya dalam kedatangan wisatawan kapal

pesiar tersebut manfaatnya dianggap sangat rendah atau bahkan tidak memberikan

manfaat secara ekonomi bagi masyarakat di sebuah destinasi yang dikunjunginya.

Kenyataan lain yang menyebabkan “enclave” adalah kedatangan wisatawan

yang melakukan perjalanan wisata yang dikelola oleh biro perjalanan wisata asing

dari “origin country” sebagai contohnya, mereka menggunakan maskapai

penerbangan milik perusahaan mereka sendiri, kemudian mereka menginap di

sebuah hotel yang di miliki oleh manajemen chain dari negara mereka sendiri,

berwisata dengan armada dari perusahaan chain milik pengusaha mereka sendiri,

dan dipramuwisatakan oleh pramuwisata dari negerinya sendiri, dan sebagai

akibatnya masyarakat lokal tidak memperoleh manfaat ekonomi secara optimal.

b. Pembiayaan Infrastruktur ( Infrastructure Cost )

Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor pariwisata yang berstandar

internasional dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah dan akibatnya

cenderung akan dibebankan pada sektor pajak dalam artian untuk membangun

infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak harus ditingkatkan artinya pngutan

pajak terhadap masyarakat harus dinaikkan.

Pembangunan pariwisata juga mengharuskan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas bandara, jalan raya, dan infrastruktur pendukungnya, dan

tentunya semua hal tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit dan sangat

dimungkinkan pemerintah akan melakukan re-alokasi pada anggaran sektor lainnya

seperti misalnya pengurangan terhadap anggaran pendidikan dan kesehatan.

Kenyataan di atas menguatkan pendapat Harris dan Harris (1994) yang

mengkritisi bahwa analisis terhadap dampak pariwisata harusnya menyertakan faktor

standar klasifikasi industri untuk tiap aktifitas pada industri pariwisata yang sering

dilupakan pada analisis dampak pariwisata.

c. Peningkatan Harga ( Inflation )

Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dari wisatawan akan

menyebabkan meningkatnya harga secara beruntun “inflasi” yang pastinya akan

Page 62: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 61

berdampak negative bagi masyarakat lokal yang dalam kenyataannya tidak

mengalami peningkatan pendapatan secara proporsional artinya jikalau pendapatan

masyarakat lokal meningkat namun tidak sebanding dengan peningkatan harga-

harga akan menyebabkan daya beli masyarakat lokal menjadi rendah.

Pembangunan pariwisata juga berhubungan dengan meningkatnya harga

sewa rumah, harga tanah, dan harga-harga property lainnya sehingga sangat

dimungkinkan masyarakat lokal tidak mampu membeli dan cenderung akan tergusur

ke daerah pinggiran yang harganya masih dapat dijangkau.

Sebagai konsukuensi logis, pembangunan pariwisata juga berdampak pada

meningkatnya harga-harga barang konsumtif, biaya pendidikan, dan harga-harga

kebutuhan pokok lainnya sehingga pemenuhan akan kebutuhan pokok justru akan

menjadi sulit bagi penduduk lokal. Hal ini juga sering dilupakan dalam setiap

pengukuran manfaat pariwisata terhadap perekonomian pada sebuah Negara.

d. Ketergantungan Ekonomi ( Economic Dependence )

Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian menunjukkan

sehatnya sebuah negara, jika ada sebuah negara yang hanya menggantungkan

perekonomiannya pada salah satu sektor tertentu seperti pariwisata misalnya, akan

menjadikan sebuah negara menjadi tergantung pada sektor pariwisata sebagai

akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat beresiko tinggi.

Di beberapa negara, khususnya negara berkembang yang memiliki sumber

daya yang terbatas memang sudah sepantasnya mengembangkan pariwisata yang

dianggap tidak memerlukan sumber daya yang besar namun pada negara yang

memiliki sumber daya yang beranekaragam harusnya dapat juga mengembangkan

sektor lainnya secara proporsional.

Ketika sektor pariwisata dianggap sebagai anak emas, dan sektor lainnya

dianggap sebagai anak diri, maka menurut Archer dan Cooper (1994), penelusuran

tentang manfaat dan dampak pariwisata terhadap ekonomi harusnya menyertakan

variabel sosial yang tidak pernah dihitung oleh pakar lainnya. Ketergantungan pada

sebuah sektor, dan ketergantungan pada kedatangan orang asing dapat

Page 63: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 62

diasosiasikan hilangnya sebuah kemerdekaan sosial dan pada tingkat nasional,

sangat dimungkinkan sebuah negara akan kehilangan kemandirian dan sangat

tergantung pada sektor pariwisata.

e. Masalah Musiman ( Seasonal Characteristic )

Dalam Industri pariwisata, dikenal adanya musim-musim tertentu, seperti

misalnya musim ramai “high season” dimana kedatangan wisatawan akan

mengalami puncaknya, tingkat hunian kamar akan mendekati tingkat hunian kamar

maksimal dan kondisi ini akan berdampak meningkatnya pendapatan bisnis

pariwisata. Sementara dikenal juga musim sepi “low season” di mana kondisi ini rata

- rata tingkat hunian kamar tidak sesuai dengan harapan para pebisnis sebagai

dampaknya pendapatan indutri pariwisata juga menurun hal ini yang sering disebut

“problem seasonal”.

Sementara ada kenyataan lain yang dihadapi oleh para pekerja, khususnya

para pekerja informal seperti supir taksi, para pemijat tradisional, para pedagang

acung, mereka semua sangat tergantung pada kedatangan wisatawan, pada kondisi

low season sangat dimungkinkan mereka tidak memiliki lahan pekerjaan yang pasti.

Kenyataan di atas, menguatkan pendapat West (1993) yang menawarkan SAM atau

social accounting matrix untuk memecahkan masalah pariwisata yang saling

berhubungan dari waktu ke waktu, kebermanfaatan pariwisata terhadap ekonomi

harusnya berlaku proporsional untuk semua musim, baik musim sepi maupun musim

ramai wisatawan.

f. Kebocoran Pariwisata ( Leakage in Tourism )

Leakage atau kebocoran dalam pembangunan pariwisata dapat diakibatkan

dari adanya kebocoran yaitu keboran import dan kebocoran export. Biasanya

kebocoran import terjadi ketika terjadinya permintaan terhadap peralatan-peralatan

yang berstandar internasional yang digunakan dalam industri pariwisata, bahan

makanan dan minuman import yang tidak mampu disediakan oleh masyarakat lokal

atau dalam negeri. Besarnya pendapatan dari sektor pariwisata juga diiringi oleh

besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan import terhadap produk

yang dianggap berstandar internasional. Sedangkan kebocoran export seringkali

Page 64: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 63

terjadi pada pembangunan destinasi wisata khususnya pada negara miskin atau

berkembang yang cenderung memerlukan modal dan investasi yang besar untuk

membangun infrastruktur dan fasilitas wisata lainnya.

Kondisi seperti ini, akan mengundang masuknya penanam modal asing yang

memiliki modal yang kuat untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan

infrastruktur pariwisata, sebagai imbalannya, keuntungan usaha dan investasi

mereka akan mendorong uang mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa

dihalangi, hal inilah yang disebut dengan “leakage” kebocoran export.

Hal ini membenarkan pendapat dari Sinclair dan Sutcliffe (1988), yang

menjelaskan bahwa pengukuran manfaat ekonomi dari sektor pariwisata pada

tingkat sub nasional harunya menggunakan pemikiran dan data yang lebih kompleks

untuk menghindari terjadinya “leakages” kebocoran. Khusus masalah leakages pada

paper ini akan dibahas pada sub - bab khusus yakni economic leakages dan

strategi meminimalkan economic leakages.

C. JENIS-JENIS KEBOCORAN

External Leakage

Leakage ini terjadi akibat pengeluaran pada sector pariwisata yang terjadi di

luar destinasi dimana pengeluaran tersebut berhubungan dengan industry local.

External leakages dapat terjadi disebabkan oleh, (1) investor asing membangun

infrastruktur dan fasilitas pariwisata pada negara sedang berkembang, sehingga

profit dan pembayaran terjadi di luar negeri. (2) Arus uang bisnis pariwisata langsung

terjadi di luar negeri dikarenakan booking bisa dilakukan di luar negeri atau terjadi

secara online, wisatawan datang dengan maskapai penerbangan asing, cruise ship

atau kapal pesiar, atau bentuk usaha lain yang dimiliki oleh orang asing.

Luasnya dan dampak dari external leakages sangat bervariasi pada setiap

negara dan juga berbeda pada setiap destinasi pariwisata. Untuk external leakage

yang berhubungan dengan penanaman modal asing dalam pembangunan fasilitas

pariwisata, leakages ini akan berpengaruh dalam waktu pendek dan bahkan waktu

panjang tergantung seberapa besar modal yang ditanamkannya dan lamanya

Page 65: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 64

kontrak kerjasamanya. Karena keterbatasan pembiayaan dalam negeri, leakages

tidak dapat dihindari khususnya pada pembangunan negera-negara yang sedang

berkembang, sementara pada negara maju, leakages dapat diminimalkan karena

kondisi keuangan negara maju relatif lebih baik.

Pada kasus leakages yang disebabkan oleh pemesanan perjalanan secara

langsung dari negara asing ( foreign booking intermediaries ), dapat dihindari

dengan menyediakan fasilitas didalam negeri yang dapat diakses dari luar negeri,

mungkin dengan cara online dan cara lainnya yang memungkinkkan transaksi

wisatawan dapat diterima secara langsung oleh negara atau perusahaan dalam

negeri.

Internal Leakage

Rata-rata internal leakages pada kebanyakan negara sedang berkembang

berada pada kisaran 40 sampai dengan 50% dari total penerimaan kotor sektor

pariwisata pada skala ekonomi yang lebih kecil. Sementara dalam skala ekonomi

yang lebih luas, internal leakage terjadi antara kisaran 10 sampai dengan 20% (

UNEP ). Internal leakages dominan disebabkan oleh penggunaan komponen import

yang diukur secara domestik. Menurut ( UNEP ) leakage internal dapat diukur

dengan Tourism Salelite Accounts ( TSA ) dan hal ini telah dilakukan oleh 44 negara

yang memiliki database update tentang kepariwisataannya ( WTO ). Internal

leakages pada negara berkembang terjadi pada rantai penyediaan suplies ( goods

and Services ) pariwisata yang diimport.

Internal leakages pada beberapa destinasi biasanya terjadi akibat permintaan

atau tuntutan tingkat kualitas terhadap pelayanan pariwisata dan hiburan pariwisata

khususnya terkait dengan produk - produk import. Produk-produk yang dimaksud

misalnya pengadaan wine dan beberapa minuman beralkohol yang bermerek

internasional yang diproduksi di luar negeri. Hotel-hotel chain dengan standar

internasionalnya juga menyebabkan internal leakages yang cukup berarti karena

mereka cenderung akan menuruti standar yang telah ditentukan dan diharapkan oleh

wisatawan.

Page 66: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 65

Invisible Leakage

Invisible leakages adalah hilangnya kesempatan untuk mendapatkan

pendapatan dari sektor pariwisata yang terjadi secara nyata namun sangat sulit

untuk didokumentasi secara nyata tetapi akan berpengaruh secara kumulatif.

Aktivitas yang dapat menyebabkan invisible leakages misalnya: pajak, informal

transaksi yang biasanya tidak tercatat, serta tabungan dan investasi off - shore.

Leakages ini akan dapat dikurangi dengan tindakan melihat cluster

pariwisata, menerapkan kebijakan pajak pada semua cluster pariwisata, membuat

kebijakan keuangan dan fiskal, dan membuat perjanjian kerjasama dengan negara

lain yang berhubungan dengan kerjasama pariwisata sebagai investor maupun

pemasok wisatawan.

Invisible leakage yang lainnya dapat berbentuk penggunaan sumberdaya

alam yang tidak dapat diperbaharui, kerusakan lingkungan, degradasi budaya,

hilangnya sejarah, dan rusaknya aset - aset pariwisata dalam waktu lama sehingga

dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup masyarakat lokal.

C. FAKTOR MENINGKATNYA KEBOCORAN

Terdapat banyak faktor menyebabkan tingginya leakages, yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

(1) Negara kepulauan kecil cenderung berada pada skala ekonomi yang kecil

dan memiliki ketergantung import yang tinggi karena tidak memiliki kapasitas

produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan oleh sektor

pariwisata. Sementara pada negara kepulauan yang lebih besar tidak menghadapi

persoalan kapasitas produksi karena telah terbangun hubungan antar sektor

pariwisata dan pendukung pariwisata dalam skala ekonomi domestik.

(2) Keterbatasan Infrastruktur pada negara sedang berkembang dapat

menyebabkan tingginya leakages, berbeda dengan negara yang telah membangun

infrastruktur pariwisata, dapat meningkatkan kemungkinan produksi industri

Page 67: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 66

domestik, dan dapat membangun hubungan yang lebih kuat antar industri dalam

negeri, sehingga diharapkan dapat menciptakan efisiensi distribusi barang dan jasa

dalam negeri, dan dapat menghalangi masuknya perusahaan asing ke dalam negeri

( Karagiannis 2004 ).

(3) Meningkatnya angka kunjungan wisata ke Karibia pada sepuluh tahun

terakhir menyebabkan meningkatnya permintaan barang dan jasa untuk keperluan

sektor pariwisata. Dan akhirnya sumberdaya domestik tidak mampu memenuhi

kebutuhan sektor pariwisata, dan sektor pendukung pariwisata seperti pertanian di

Karibia tidak efisien bahkan justru berbiaya tinggi atau un - efisien dan import

dianggap menjadi alternatif yang lebih baik ( Karagiannis, 2004 ).

D. STRATEGI PENGANGGULANGAN

Strategi untuk meminimalkan economic leakage pada sektor pariwisata

harusnya menjadi strategi pemerintah dengan cara memperhatikan semua cluster

industri yang berhubungan dengan struktur perekonomian regional.

Strategi Cluster dilakukan dengan memberikan peran kepada pemerintah baik

secara nasional maupun provinsi secara fleksibel untuk memainkan perannya dalam

pembangunan pariwisata. Fleksibiltas pemerintah dapat menciptakan kreativitas dan

keberlanjutan pembangunan dan pemasaran pariwisata, di saat yang sama

pemerinath juga harus mampu menciptakan pilihan untuk melakukan intervensi yang

dapat diterima oleh semua stakeholder pariwisata untuk berkreasi dan menciptakan

aturan dunia usaha yang kondusif pada sektor pariwisata. Campur tangan

pemerintah diperlukan pada semua level struktur cluster yang terbagi menjadi tiga

level sebagai berikut:

(1) Export level, campur tangan pemerintah pada level ini didasarkan pada

kenyataan bahwa pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata memiliki

persamaan input seperti kebutuhan tenaga kerja, teknologi, pendanaan, infrastruktur

pada sebuah struktur yang harus diatur sedemikian rupa untuk meminimalkan

terjadinya leakages.

Page 68: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 67

(2) Regional Supplier level, campur tangan pemerintah juga diperlukan untuk

memfasilitasi provider asing, dimana provider asing diperlukan untuk menyediakan

komponen yang tidak mampu disediakan oleh provider domestik, kebutuhan barang

dan jasa inilah yang menarik masuknya supplier asing ke regional dengan tingkat

leakages yang sekecil mungkin.

(3) Economic Input Level, campur tangan pemerintah pada level ini

diperlukan bagi semua pihak untuk menyediakan landasan bisnis. Organisasi swasta

dan pemerintah atau agen yang lainnya memerlukan landasan untuk menjalankan

bisnisnya sehingga diperlukan dukungan pendidikan dan pelatihan, inovasi,

pendanaan, infrastruktur dan informasi, iklim usaha seperti pajak, aturan dan

administrasi, dan jaminan kualitas hidup.

Lebih lanjut dapat diuraikan bahwa penanaman modal asing ( finance ) pada

sektor pariwisata dan kerjasama antara perusahan-perusahan domestik dan asing

harus dilakukan dalam hubungan regional, dan dilakukan secara selektif untuk

pembangunan yang bersifat keharusan seperti (1) Modernisasi yang dilakukan

secara komprehensif pada sistem yang transparan khususnya yang berkaitan

dengan design dan engineering, equipment dan supplies (2) Menghindari adanya

peluang terjadinya tindak korupsi pada contract manufacturing. (3) Melakukan

regulasi pembatasan dan rasionalisasi. (4) Melakukan legal protection khususnya

untuk rekanan perusahaan pariwisata asing pada marketing dan distrubusi dan

logistik. Keempat poin di atas dapat dilakukan pada framework kerjasama GATS dan

dapat diterapkan pada keempat cluster segment pada gambar di atas. Pemerintah

juga dapat meminimalkan terjadinya external leakages dengan cara membuat model

kontrak kerjasama bagi perusahaan pariwisata dengan investor asing dan supplier

dengan perjanjian atau kesepakatan internasional yang berpihak pada sektor

pariwisata regional atau domestik.

Pemerintah harus juga dapat menyediakan sistem yang mendorong

pemberdayaan tenaga kerja lokal ( human resources system ), sehingga

mendorong adanya inovasi pada industri pariwisata ( innovations system ),

pemerintah juga harus dapat menjamin keberlanjutan pemasaran destinasi ( capital

markets system ), pembangunan infrastruktur fisik yang baik dapat menciptakan

efisiensi distribusi barang dan jasa dalam negeri, pemerintah juga diharapkan dapat

Page 69: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 68

menjamin iklim bisnis yang kondusif dengan menjamin adanya stabilitas politik dan

keamanan yang terjamin, dan pada akhirnya pembangunan pariwisata harusnya

dapat menciptakan terwujudnya kualitas hidup yang lebih baik bagi semua

stakeholder pariwisata ( host – wisatawan – investor – pemerintah )

E. STUDI KASUS

World Bank memperkirakan secara keseluruhan dari total pendapatan pada

negara-negara berkembang, 55% akan kembali “leakage” ke negara maju, namun

angka tersebut bervariasi pada setiap negara yang berbeda ( Frueh 1988, cited in Boo

1990 ). Leakages yang besar justru terjadi pada negara kecil atau kepulauan sedang

berkembang di mana pariwisata pada negara-negara tersebut tergantung pada

komponen import, seperti: St. Lucia 45% ( Spinrad 1982:85 ), sedangkan Caribbean

dilaporkan rata-rata 70% ( Pattullo 1996 ) sementara negara bagian Bahamas pada

tahun 1994 terjadi leakage mendekati 90% yang merupakan persentase tertinggi dari

sejarah economic leakages.

Sementara sebuah penelitian di Gambia, memperkirakan economic leakages

terjada pada level 77% termasuk internal dan external leakages ( Dieke 1993 ). Sebuah

studi yang diterbitkan pada tahun 1978 oleh Economic and Social Commission for

Asia and the Pacific memperkirakan terjadinya leakage berkisar antara 75 hingga 78%

yang disebabkan oleh maskapai penerbangan asing dan hotel berbintang yang dimiliki

oleh perusahaan asing, studi yang hampir sama menemukan bahwa leakage terjadi

pada kisaran 55 hingga 60% yang disebabkan oleh maskapai penerbangan asing

tetapi hotel-hotel di destinasi dimiliki oleh orang lokal ( Madeley 1996:18 ). Kedua

komparasi data tersebut mengindikasikan bahwa jika kepemilikan perusahan pada

industri pariwisata didominasi oleh pemilik lokal maka economic leakages dapat

dikurangi.

Sementara sembilan negara di kepualauan Karibia memiliki import rate pada

kisaran 45% hingga 90% sehingga pada kondisi ini, economic leakages terjadi pada

persentase yang sangat tinggi (Ramjee Singh 2002, 2003). Hasil penelitian yang

berbeda di New Zealand dan Philippines menunjukkan economic leakages terjadi

sangat rendah kisaran 11 hingga 20%, sementara di Kenya dan Korea Selatan angka

economic leakages terjadai antara 20 hingga 22%, hal ini disebabkan kebutuhan

komponen import relatif rendah.

Page 70: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 69

Data di atas menunjukkan bahwa komponen import berpengaruh terhadap

besaran multiplier pada sektor pariwisata, yang artinya jika terjadi leakages yang

tinggi maka akan menyebabkan multiplier sektor pariwisata menjadi rendah.

F. KESIMPULAN

Pengaruh positif pembangunan pariwisata sudah tidak perlu diragukan lagi

seperti pendapatan nilai tukar valuta asing, penerimaan devisa akibat adanya

konsumsi wisatawan, penyerapan tenaga kerja, pembangunan infrastruktur

pariwisata yang turut dinikmati oleh masyarakat local, dan di beberapa destinasi

pariwisata juga sebagai generator pemberdayaan perekonomian masyarakat local.

Selain pengaruh positif tersebut, pariwisata juga dapat menimbulkan pengaruh

negatif seperti economic leakages, enclave, inflasi, tingginya pembiayaan

infrastruktur dan fasilitas, ketergantungan sektoral, dan masalah musiman. Dari

sekian banyak masalah negatif yang dapat ditimbulkan oleh sektor pariwisata,

economic leakages dianggap masalah yang paling sulit untuk diatasi karena sektor

pariwisata akan bertumbuh pada iklim liberalisasi yang memungkinkan pihak asing

dapat melakukan bisnis pada pasar domestik sehingga terjadinya economic

leakages tidak dapat dihindari. Economic leakages dapat bersifat external, internal,

dan invisible leakages, dimana ketiga jenis leakages tersebut disebabkan oleh

faktor yang berbeda-beda.

Leakages tidak dapat dihindari pada kondisi pasar bebas atau liberalisasi

perdagangan saat ini, walau demikian economic leakages dapat diminimalkan

dengan berbagai cara dan strategi. Strategi yang terbaik adalah dengan strategi

struktur clusture yang harusnya dapat diterapkan oleh pemerintah melalui

kesepakatan internasional baik yang dilakukan pada level export, level supplier,

maupun level input ekonomi yang dapat diatur sedemikian rupa untuk mengurangi

atau meminimalkan terjadinya economic leakages.

Page 71: Modul pariwisata berkelanjutan

Modul Pariwisata Berkelanjutan 70

DAFTAR PUSTAKA

Bjorn Hettne, 2001, Teori Pembangunan Dan Tiga Dunia, Penerbit Gramedia Pusaka

Utama, Jakarta

H. Kodhyat, 1996, Sejarah Pariwisata Dan Perkembangannya Di Indonesia, Penerbit

Grasindo, Jakarta

Pitana, I Gde, 2005, Sosiologi Pariwisata, Penerbit Andi, Yogyakarta

Gollub, James, Hosier, Amy and Woo, Grace. (2000). “Using Cluster - Based Economic

Strategy to Minimise Tourism Leakages”, ICF Consulting, San Francisco,

California.

Archer, B. and Cooper, C. (1994) “The Positive and Negative Impacts of Tourism”. Pp. 73 -

91 in W.F. Theobald (ed.) Global Tourism: The Next Decade, Butterworth -

Heinemann, Oxford.

Archer, B.H. (1982) “The Value of Multipliers and the Policy Implications”, Tourism