Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

284
1 Indonesia Certificate in Banking Risk and Regulation Part A: Risiko dan Regulasi Perbankan 2 Bab 1 – Karakteristik Risiko dan Regulasi Perbankan 1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Transcript of Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

Page 1: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 1/284

1

Indonesia Certificate inBanking Risk and Regulation

Part A: Risiko dan Regulasi Perbankan

2

Bab 1 – Karakteristik Risiko

dan Regulasi Perbankan

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 2: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 2/284

3

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

 Apa yang dimaksud dengan bank?

Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh

otoritas perbankan untuk menerima simpanan, memberikan

kredit, dan menerima serta menerbitkan cek.

 Apa yang dimaksud dengan risiko?

Menurut Kamus:

Risiko adalah peluang terjadinya bencana atau kerugian.

Untuk keperluan Sertifikasi, risiko didefinisikan sebagai:

Peluang terjadinya hasil (outcome) yang buruk. Definisi

tersebut menyatakan bahwa risiko terkait dengan situasi

dimana hasil negatif dapat terjadi dan besar kecilnya

kemungkinan terjadinya outcome tersebut dapat

diperkirakan.

4

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Dua istilah penting lain yang terkait dengan risiko dalamkonteks Sertifikasi ini adalah:

Kejadian risiko (risk event) didefinisikan:

Terjadinya sebuah peristiwa yang menyebabkan potensikerugian (yaitu terjadinya sebuah outcome yang buruk)

Risiko kerugian adalah kerugian yang terjadi sebagai

konsekuensi langsung ataupun tidak langsung dari

kejadian risiko. Kerugian tersebut dapat bersifat finansial

atau non-finansial.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 3: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 3/284

5

1.1.1 Industri jasa keuangan, bank dan regulasi

Bank merupakan subyek peraturan, dalam hal ini yang diatur adalah institusinya, bukan semata-mata pada produk atau jasa

yang ditawarkannya.

Regulasi bagi produk atau jasa yang ditawarkan sebuah indusrti

adalah hal yang lazim. Namun bukan merupakan suatu

kelaziman apabila lembaga-lembaga yang berada dalam

sebuah industri ikut diatur dalam suatu regulasi.

 Alasan adanya peraturan yang sangat ketat di industri

perbankan dikarenakan kegagalan bank dapat memiliki dampak

 jangka panjang yang mendalam terhadap perekonomian

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

6

1.1.1 Industri jasa keuangan, bank dan regulasi

Bank tidak bebas memilih struktur modalnya (capital

structure). Capital structure menunjukkan cara yang

ditempuh bank untuk memperoleh pendanaan, umumnya

dilakukan melalui kombinasi penerbitan saham, obligasi

dan penerimaan pinjaman. Capital structure sebuah bank

ditentukan oleh otoritas pengawas perbankan (BI untuk di

Indonesia) yang menetapkan persyaratan modal

minimum sebagaimana halnya penetapan tingkat

likuiditas yang harus dipertahankan oleh bank, dan jenisserta struktur pemberian kredit.

Jika sebuah bank memiliki modal yang cukup – bank memiliki sumber 

daya finansial yang memadai yang untuk mengantisipasi potensi

kerugiannya.

Jika sebuah bank memiliki likuiditas yang cukup – bank memiliki

sumber daya finansial yang memadai untuk mendanai aktivanya dan

memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 4: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 4/284

7

1.1.1 Industri jasa keuangan, bank dan regulasi

1000Total

100Kredit dari bank lain820Dana Pihak ketiga

80Modal

JumlahKewajiban

6301000Total

100100100Kredit kepada perusahaan

internasional berskala besar 

10050200Kredit kepada pemerintah daerah

390100390Kredit kepada UKM

4020200Kredit kepada bank lain < 1th

0010Kas

00100Obligasi pemerintah domestik

USD million%Jutaan USD

ATMRBobot

Risiko

JumlahAktiva  ATMR = Aktiva

Tertimbang Menurut

Risiko (Basel I)

Modal yang

dipersyaratkan

adalah 8% dari

 ATMR

x 8% = USD 50.4m

Bank memiliki USD

80 juta, jauh di atas

ketentuan yangdisyaratkan

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

8

1.1.1 Industri jasa keuangan, bank dan regulasi

Penting untuk dipahami bahwa baik Basel II dan Program

Sertifikasi, merupakan peraturan pada bank dan bukan

peraturan kepada industri jasa keuangan.

Di European Union (EU), peraturan Basel II akan

mencakup area yang luas yaitu : lembaga perkreditan

(sekitar 8,800) dan juga sekitar 2,200 perusahaan

investasi (investment firms)

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 5: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 5/284

9

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi?

Bank perlu diatur karena bank memiliki risiko yang melekat

(inherent risk) ke dalam sistem perekonomian.

Tidak seperti industri mobil, bank menawarkan produk yangdigunakan oleh setiap nasabah, baik komersial dan perorangan,yaitu UANG.

Dengan demikian, kegagalan dari sebuah bank (baik kegagalansebagian maupun keseluruhan), dapat menimbulkan dampakpada perekonomian secara menyeluruh, yang dikenal sebagai‘risiko sistemik’ (Systemic risk).

Systemic risk adalah risiko dimana kegagalan sebuah

bank dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan

perekonomian secara besar-besaran dan bukan hanyadampak berupa kerugian yang secara langsung dihadapi

oleh pegawai, nasabah dan pemegang saham.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

10

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi?

Walaupun tidak setiap orang mengenal istilah risiko sistemik,

banyak orang mengetahui apa yang dimaksud dengan “bank

rush” (penarikan dana besar-besaran dari bank).

Hal ini dapat terjadi saat ketika sebuah bank tidak mampu

memenuhi kewajibannya, atau dengan kata lain bank tidak

memiliki dana yang cukup untuk membayar para deposan yangingin menarik dana mereka.

Ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban dan membayar 

kembali para deposan belum tentu menunjukkan kondisi yang

sebenarnya; bisa jadi ketidakmampuan ini hanya sebatas

persepsi nasabah.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 6: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 6/284

11

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – contoh 1

penarikan dana besar-besaran

RUMOR

KREDITMACET

MENJADI

RUGI

PENARIKAN

DANA MASYARAKAT

KEKURANGANLIKUIDITAS

PENARIKAN

BESAR-BESARAN

STABILITAS

TERGANGGU

BANK TERPAKSA

DILIKUIDASI

Pengaruh dalam

ekonomi lokal,

bepotensi secaraglobal

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

12

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? - contoh 2

penarikan dana besar-besaran

Pada tanggal 14 October 2003, Asia Commercial Bank sebuah

bank swasta Vietnam dengan aset USD 800 juta menderita a

‘run’.

Berdasarkan rumours yang merusak, yang tersebar dari mulutke mulut tersiar berita bahwa general director telah melarikandiri dari negara Vietnam. Hal ini menimbulkan rasa takutmasyarakat bahwa bank tersebut berada dalam masalah. Disebuah cabang 4.000 customer antri untuk menarik uangmereka.

Bank Central Vietnam diminta untuk menyediakan USD 61.2 juta sebagai emergency liquidity.

Seorang pejabat pemerintah bersama dengan general director yang “hilang” tersebut berupaya meyakinkan masyarakat bahwadia masih tetap menjalankan pekerjaannya dan pada tanggal 15Oktober dana yang telah keluar itu kembali lagi masuk ke bank.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 7: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 7/284

13

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi?

Solvabilitas dari sebuah bank bukan saja merupakan perhatian :

• Para pemegang saham (shareholders)

• Para nasabah (customers)

• Para karyawan (employees)

Tetapi juga:

• pengelola perekonomian secara keseluruhan.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

14

Mengapa bank perlu diregulasi?

1000Total

100Kredit dari bank lain

820Dana Pihak ketiga

80Modal

AmountKewajiban

6301000Total

100100100Kredit kepada perusahaan

internasional berskala besar 

10050200Kredit kepada pemerintah daerah

390100390Kredit kepada UKM

4020200Kredit kepada bank lain < 1th

0010Kas

00100Obligasi pemerintah domestik

USD million%USD million

RWARisk WeightAmountAssets Bandingkan cash

yang dimiliki dengan

deposito nasabah

Menjual

Government Bonds

untuk meningkatkan

cash

Jika masih

membutuhkan dana

maka bank akhirnya

terpaksa menjual

atau menghentikan

kredit.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 8: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 8/284

15

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – contoh

Krisi Continental Illinois Bank 

Pada bulan Mei 1984 Continental Illinois Bank di USA mengalami bank rushatas simpanannya. Hal ini diakibatkan oleh risiko kredit yang buruk,

khususnya kredit yang diambil alih dari Penn Square Bank yang telah

ditutup pada th 1982 dan membuat Continental Illinois tidak pernah benar-

benar pulih. Kredit macet milik Continental Illinois meningkat hingga USD

2.3 milyar pada bulan April 1984, sekitar 7.7% dari total kredit yang

diberikan. Bank pada saat itu dalam kondisi rapuh karena sangat

tergantung kepada simpanan jangka pendek bernominal besar (whole-

sale). Keadaan menjadi buruk ketika simpanan besar tsb. tidak lagi

diperpanjang pada saat jatuh tempo. Tahun 1984 The federal Deposit

Insurance Corporation (FDIC) mengambil-alih utang Continental Illinois

sebesar USD 3.5 milyar. Penghimpunan dana yang bersifat global dan

berjumlah besar yang dilakukan Continental Illinois membuat FederalReserve dan FDIC harus campur tangan untuk menghindari risiko rush

pada bank besar USA lainnya oleh para deposan asing.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

16

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi?

Sebelum tahun 1930an, permasalahan pada solvabilitas bank,

bahkan bank rush, cukup sering terjadi.

Keadaan ini mendorong pemerintah berbagai negara untuk

mengendalikan bank melalui regulasi, dengan memastikan bahwa

bank memiliki modal dan likuiditas yang memadai. Otoritas

pengawas (biasanya bank-bank sentral) berupaya memastikan

agar bank-bank dapat:

• memenuhi permintaan deposan (pada tingkat yang wajar) untuk

mendapatkan uangnya kembali tanpa menarik kembali kredit yangtelah diberikan bank,

• mempertahankan tingkat kerugian yang wajar akibat kredit macet

atau siklus penurunan kegiatan ekonomi (bertahan pada saat

terjadi resesi).

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 9: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 9/284

17

1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi?

Tingkat kapitalisasi dan likuiditas pada awalnya tidak ditetapkan

secara tegas. Modalpun sering hanya dikaitkan dengan prosentase

tertentu dari jumlah kredit. Dalam menetapkan jumlah modalsebagai prosentase suatu jenis kredit, jelas terlihat bahwa ada

“mata rantai yang hilang” dalam memperhitungkan tingkat modal

yang tepat bagi bank. Mata rantai yang hilang ini dijelaskan dengan

menggunakan contoh berikut:

Bank A hanya memberikan pinjaman kepada Pemerintah, dan

selalu dapat mengasumsikan bahwa pinjaman tersebut akan

dibayar kembali.

Bank B hanya memberikan pinjaman kepada perusahaan-

perusahaan yang baru berdiri. Bank B tidak dapat membuat asumsi

yang sama dengan Bank A karena terdapat kemungkinan

beberapa atau bahkan sebagian besar perusahaan baru tersebuttidak dapat melanjutkan kegiatan usahanya.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

18

1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi?Menurut teori ekonomi, pinjaman dari dua group dalam contohdidepan akan seimbang antara berapa yang akan didapat (yangsecara umum disebut “Margin”) dengan kerugian yang dapat terjadi.

Siapapun investor potensial di Bank A atau Bank B akan membuatkeputusan risiko/imbalan berdasarkan seberapa besar masing-masing bank berani mengambil risiko dibandingkan dengan imbalanyang diharapkan akan diperoleh. Dalam contoh diatas Bank B akanmeminta imbalan dengan margin yang lebih tinggi dari pada Bank Akarena dapat menyebabkan kerugian yang lebih tinggi.

Dalam kasus Bank B, bad debt tak mungkin terjadi pada tingkat yangsama dengan Bank A karena bisnis akan lebih banyak mengalamidefault dalam keadaan resesi dibandingkan dengan dalam keadaanekonomi tumbuh. Bad debt terjadi ketika bank tidak mampu menarikkembali pokok pinjaman dan pendapatan bunga yang sudah diakuidari nasabahnya.Kondisi ini akan menyebabkan bank menderitakerugian dan terjadi erosi modal

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 10: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 10/284

19

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi?

Untuk menjaga agar bank dapat bertahan dari bad debt, bank

harus mempunyai modal pada tingkat tertentu untuk menutup

kerugian yang ada.

Dalam contoh di atas Bank B membutuhkan modal yang lebih

besar dibandingkan Bank A. Hal ini karena Bank A memiliki sebuah

kebijakan kredit yang lebih konservatif dengan risiko yang lebih

rendah, walaupun dengan imbalan (margin) yang lebih rendah

pula.

Dari contoh diatas tampak bahwa ‘missing link’ dalam perhitungan

tingkat modal yang tepat bagi sebuah bank adalah besarnya risiko

yang ditanggungnya.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

20

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – gejolak

ekonomi dan risiko sistematik

Meskipun bank berupaya keras untuk mendiversifikasi portofolio

pinjamannya, namun kebanyakan bank masih mempunyai risiko-

risiko ekonomi yang besar pada pasar domestik mereka.

Perekonomian sebuah negara dapat dipengaruhi oleh:

• Gejolak eksternal, dapat berupa bencana alam atau peristiwa

yang diakibatkan oleh manusia dan atau

• kesalahan manajemen perekonomian

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 11: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 11/284

21

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – gejolak

ekonomi dan risiko sistematik

Jumlah debitur macet pada Bank yang berada pada sebuah

perekonomian sebagaimana digambarkan dapat meningkat

secara signifikan. Kenaikan tingkat kegagalan dapat ditandai

atas hal-hal sebagai berikut:

• Penurunan kualitas kredit dari perusahaan-perusahaan

yang dipengaruhi oleh perekonomian yang buruk

• Tingkat pengangguran yang meningkat pesat

• Peningkatan suku bunga

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

22

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – gejolak

ekonomi dan risiko sistematik

Banyak bank memiliki kesulitan dalam menghindari dampak dari

gejolak ekonomi yang terjadi. Ada beberapa tindakan yang

dapat diambil untuk memitigasi berbagai dampak negatif gejolak

ekonomi tersebut, yaitu:

• Mematuhi regulasi (termasuk Basel II) yang semakin

menuntut bank untuk menyusun berbagai skenario dalam

menghadapi gejolak ekonomi dan memastikan bank memilikimodal yang cukup untuk melindungi stakeholder dari dampak

gejolak ekonomi tersebut.

• Melakukan estimasi tingkat kredit macet yang akan terjadi dan

memastikan bank memiliki tingkat modal yang cukup.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 12: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 12/284

23

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – risiko dan

modal

Contoh-contoh diatas secara jelas menunjukkanhubungan antara risiko dan modal. Semakin besar risiko

yang dihadapi maka semakin besar modal yang

dibutuhkan. Bank diwajibkan memiliki modal yang cukup

untuk menutupi risiko yang diambil. Ini dikenal sebagai

“kecukupan modal” (capital adequacy).

Dengan contoh-contoh di atas, semakin jelas bagi para otoritas

pengawas bank (supervisors) bahwa tingkat modal sebuah bank

dan kemampuannya untuk menyerap kerugian akibat pinjaman

dan aktivitas lainnya harus dikaitkan dengan risiko kegiatan

usaha yang dihadapi. Dalam hal ini tingkat modal harusdidasarkan pada tingkat risiko (modal berbasis risiko/ risk-based

capital).

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

24

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – risiko dan

modal

Perkembangan pasar perbankan internasional pada tahun 1970an

dan 1980an cenderung memberikan perhatian yang lebih besar pada

perhitungan modal berbasis risiko.

Kenaikan harga minyak yang demikian tinggi pada waktu itu

memaksa negara-negara yang memiliki surplus dolar AS yang besar 

menginvestasikan kembali dolar tersebut ke negara-negara yangmengalami defisit yang besar. Hal ini membawa konsekuensi pada

pertumbuhan pesat dan meningkatnya kompetisi di bidang perbankan

internasional. Kondisi ini turut dipertimbangkan oleh otoritas

pengawas perbankan dan memberikan penekanan bahwa bank

dengan cakupan kegiatan bisnis internasional harus memiliki modal

yang sesuai dengan risiko yang dimilikinya.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 13: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 13/284

25

1.1.3 Regulasi bank – Basel I

The Basel Committee on Banking Supervision untuk

pertama kalinya menawarkan suatu metodologi standar penghitungan jumlah modal berbasis risiko yang harus

dimiliki sebuah bank dengan menerbitkan (risk-based

capital) Basel Capital Accord I pada tahun 1988.

Basel Accord I tersebut hanya mencakup risiko kredit danberdasarkan standar-standar yang ada sekarang, dapatdikatakan bahwa hubungan antara risiko dengan modal belumcukup memadai.

Basel I mengenal berbagai multiplier (dikenal dengan bobot

risiko/ risk weight) yang sederhana, masing-masing untuk utangpemerintah, utang bank dan utang perusahaan dan pribadi,dikalikan dengan 8% target rasio modal (target capital ratio).

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

26

1.1.3 Regulasi bank – The Market Risk Amendment

Otoritas pengawas perbankan di beberapa negara berupaya

menyempurnakan Accord 1988 agar menjadi lebih peka terhadap

risiko. Otoritas pengawas perbankan bergerak cepat untuk

memanfaatkan praktek dan pengalaman yang telah ada dan

dimiliki oleh berbagai bank dalam mengelola risiko terkait kegiatan

trading-nya.

Untuk memastikan bahwa risiko telah terkendali dan dihitung

secara tepat, bank mulai menetapkan persyaratan internalmengenai modal yang terkait langsung dengan risiko yang

dihadapi oleh bagian trading sebuah bank. Untuk dapat melakukan

hal tersebut, bank harus memiliki pandangan (view) tertentu

mengenai hubungan antara risiko dan modal. Pandangan ini

didasarkan pada sebuah teori keuangan yang dewasa ini semakin

sering digunakan, yaitu variabilitas historis pengembalian (return)

dari berbagai jenis kegiatan usaha.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 14: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 14/284

27

1.1.3 Regulasi bank – The Market Risk Amendment

Praktek bank untuk mengelola risiko banyak mendapatkan dorongan dan

dukungan karena adanya:

• pertumbuhan pasar derivatif 

• model penentuan harga opsi (option pricing model ) yang terkait langsung

dengan volatilitas pengembalian (return) dari instrumen pasar yang

menjadi underlying dengan nilai instrumen tersebut, antara lain penetuan

harga berbasis risiko (risk-based pricing)

The Basel Committee mempublikasikan “the Market Risk Amendment”

terhadap Basel Accord I pada tahun 1996. Selain menyusun serangkaian

aturan sederhana untuk memperhitungkan risiko pasar, Basel Committee

mendorong otoritas pengawas perbankan untuk memberikan perhatian

pada upaya penilaian model-model yang digunakan bank dalam

menentukan harga berbasis risiko (risk-based pricing). Model ini disebut

dengan model “Value at Risk (VaR)” dan akan dijelaskan secara lebih rincipada Bab 2 dan 4.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

28

1.1.3 Regulasi bank – Basel II

Melanjutkan publikasi dari Market Risk Amendment, BaselCommittee mulai mengembangkan sebuah Capital Accord baru(new Capital Accord) yang selanjutnya disebut Basel II. Setelahmelalui banyak konsultasi dan pembahasan, Basel II tersebutakhirnya diadopsi di tahun 2004 dan disepakati diimplementasikanpada tahun 2006-2007.

Basel II menghubungkan secara langsung antara modalbank dengan risiko yang dimiliki.

Untuk melindungi dampak dari gejolak ekonomi bank-bank diminta oleh Basel II agar memperkirakan pengaruhgejolak ekonomi tersebut dan memastikan bahwa bankmemiliki modal yang cukup untuk menghadapinya.

Cakupan risiko pasar dalam Basel II secara subtansi tidak berubahdari perubahan tahun 1996 (Amendment) dan penyempurnaannya.

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 15: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 15/284

29

1.1.3 Regulasi bank – Basel II

The Basel II Accord juga mempertimbangkan perlunya

memasukkan risiko-risiko lainnya dalam perhitungan modal

berbasis risiko bagi sebuah bank; meskipun ada beberapa halyang belum diatur metode modelnya.

Otoritas pengawas perbankan masing-masing negara akan

bertanggung jawab untuk mengimplementasikan Basel II sesuai

dengan undang-undang dan regulasi yang berlaku di negara

tersebut.

Implementasi yang konsisten di berbagai negara terhadap sebuah

Kerangka Kerja, melalui pengawasan dan kerjasama yang lebih

erat, merupakan suatu hal sangat penting. Implementasi yang

konsisten juga bermanfaat untuk menghindari timbulnya

ketidakjelasan sebagai akibat dari adanya pelaporan ganda, yaitu

kepada otoritas pengawas perbankan dimana bank didirikan (home

country) dan dimana bank memiliki cabang atau anak perusahaan

(host country)

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

30

1.1.3 Regulasi bank – Basel II

Perbandingan antara Basel I dan Basel II

Dapat dengan mudah

disesuaikan dengan kebutuhan

masing-masing bank

Memakai pendekatan one-size-

fits-all untuk penghitungan risiko

dan modal

Memiliki tingkat sensitivitasrisiko yang lebih tinggi

Memiliki pendekatan sederhanaterhadap sensitivitas risiko

Fokus pada metodologi internalFokus pada satu cara

pengukuran risiko

Basel II AccordBasel I Accord

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Page 16: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 16/284

31

1.1.3 Regulasi bank – Basel II

Penting untuk diketahui bahwa risiko-risiko utama tercakup

dalam Basel Accord II serta konsekuensinya bagi stakeholder 

perbankan dan perekonomian.

Jenis risiko utama tersebut adalah:

• risiko pasar (market risk)

• risiko kredit (credit risk)

• risiko operasional (operational risk)

• risiko-risiko lainnya (‘other’ risk)

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

32

1 Karakteristik Risiko dan

Regulasi Perbankan

1.2 Risiko Pasar 

Page 17: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 17/284

33

1.2 Risiko Pasar 

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan risiko pasar?

Market risk didefinisikan sebagai risiko kerugian baik

pada posisi on- maupun off-balance sheet yang timbul

dari pergerakan harga pasar.

Istilah risiko pasar digunakan untuk menyebut kelompok

risiko yang timbul dari perubahan tingkat suku bunga,

kurs valuta asing dan hal-hal lain yang nilainya ditentukan

pasar, misal ekuitas dan komoditi.

34

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan risiko pasar?

Eksposur bank atas suatu rate yang ditetapkan pasar, seperti

tingkat suku bunga, timbul sebagai akibat dari salah satu hal

berikut:

• traded market risk – dimana bank secara aktif berpartisipasi

dalam perdagangan instrumen pasar, seperti obligasi (bond)

yang nilainya dipengaruhi oleh perubahan dari harga pasar.

• interest rate risk in the banking book – dimana bank

menghadapi risiko perubahan harga pasar yang disebabkan

oleh struktur underlying kegiatan usahanya, seperti aktivitas

pemberian kredit dan penghimpunan dana masyarakat.

1.2 Risiko Pasar 

Page 18: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 18/284

35

1.2.2 Kurva hasil (yield curve)

 Yield curve menunjukan hubungan antara tingkat suku

bunga efektif dengan tanggal jatuh tempo suatu investasi

pada waktu tertentu

 Yield curve

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

7.5

8.0

1m 2m 3m 6m 12m 2y 3y 5y 10y

Maturity

   I  n   t  e  r  e  s   t  r  a   t  e

1.2 Risiko Pasar 

36

1.2.3 Traded market risk

Traded market risk adalah risiko kerugian nilai investasi

yang terkait dengan kegiatan pembelian dan penjualan

(trading) instrumen keuangan di pasar secara

berkesinambungan untuk mendapatkan keuntungan.

Bank bersedia menanggung traded market risk dengan

tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari risiko yang

diambil.

1.2 Risiko Pasar 

Page 19: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 19/284

37

1.2.3 Traded market risk – contoh 1

Bank A berkeinginan melakukan kegiatan trading karena potensi

keuntungan yang dapat diraihnya. Bank tersebut memutuskan

untuk memperdagangkan obligasi pemerintah yang dalam contohini memiliki tingkat suku bunga tetap untuk periode 5 tahun. Nilai

obligasi itu akan dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga.

100 5%

95

6%105

4%

Nilai

obligasi

tingkat

suku

bunga

1.2 Risiko Pasar 

38

1.2.3 Traded market risk – contoh 2

Traded market risk – keputusan pendanaan

Bank A memiliki beberapa alternatif untuk mendanai

pembelian obligasi pada contoh sebelumnya dengan

melakukan penghimpunan dana berjangka waktu:

1. 5 tahun dengan suku bunga tetap

2. lebih dari 5 tahun

3. kurang dari 5 tahun

1.2 Risiko Pasar 

Page 20: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 20/284

39

1.2.3 Traded market risk – contoh 2

Traded market risk – keputusan pendanaan

1. Obligasi tersebut dikatakan matched dalam hal risiko tingkat

suku bunga jika Bank A memilih untuk mendanai pembelian

obligasi berjangka waktu 5 tahun dengan melakukan

penghimpunan dana untuk jangka waktu yang sama. Adanya

keuntungan (gain) pada obligasi yang disebabkan oleh

menurunnya tingkat suku bunga akan diimbangi dengan

kerugian pada dana yang dihimpun, demikian pula sebaliknya.

Bank A dalam hal ini tidak memiliki risiko pasar ataupun

memiliki kemampuan yang signifikan untuk mendapatkan

keuntungan dari kegiatan ini.

.

DanaPihak III

Bank Obligasi4 ½ %

5 tahun

5 %

5 tahun

1.2 Risiko Pasar 

40

1.2.3 Traded market risk – contoh 2

Traded market risk – keputusan pendanaan

2.Jika trader Bank A yakin bahwa tingkat suku bunga akan

meningkat dimasa mendatang, Bank A mungkin akan

memutuskan untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya dengan

menghimpun dana yang memiliki jangka waktu yang lebih

panjang daripada durasi obligasi di atas.

Misalnya, Bank A dapat melakukan penghimpunan dana

berjangka waktu sepuluh tahun (long funding). Jika perkiraan

trader tersebut benar dan tingkat suku bunga naik, maka nilai

utang berjangka waktu 10 tahun yang suku bunganya lebih

rendah dari tingkat suku bunga obligasi akan naik melebihi nilai

obligasi yang didanai.

Dana

Pihak IIIBank Obligasi

6 %

10 tahun

5 %

5 tahun

1.2 Risiko Pasar 

Page 21: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 21/284

41

1.2.3 Traded market risk – example 2

Traded market risk – keputusan pendanaan

3. Jika para trader Bank A yakin bahwa suku bunga akan turundimasa mendatang, mereka dapat mendanai 5 tahun obligasi

tersebut dengan dana harian (overnight funds). Hal ini dikenal

sebagai ‘short funding’. Bank harus mempanjang

pendanaannnya setiap hari. Jika perkiraan trader benar, tingkat

suku bunga dana setiap harinya akan semakin turun karena

penurunan tingkat suku bunga pasar selama periode tersebut.

Dana

Pihak IIIBank Obligasi

3 %Overnight (O/N)

5 %

5 tahun

Kesalahan dalam pengambilan keputusan pendanaan akan sangatberisiko dan membawa konsekuensi pada terjadinya kerugian. Oleh

karena itu, keputusan pendanaan mengandung traded market risk.

1.2 Risiko Pasar 

42

1.2.3 Traded market risk – contoh 3

Midland Bank 

Pada tahun 1989 Midland Bank, sebuah bank besar di Inggris,

mengalami kerugian lebih dari GBP 116 juta atas posisi suku

bunga yang dimiliki oleh investment bank unit usahanya.

Hal ini terjadi karena bank justru meningkatkan eksposur-nya

sebagai upaya untuk menutup kerugian yang terjadi daripada

segera menutup posisi yang ada pada saat tingkat suku bunga

mulai bergerak ke arah yang merugikan Midland.

1.2 Risiko Pasar 

Page 22: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 22/284

43

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada

banking book

Contoh didepan menggambarkan risiko pasar dalamkonteks trading untuk mendapatkan keuntungan. Akan

tetapi banyak bank menghadapi persoalan serupa dalam

pengelolaan risiko sebagai konsekuensi logis dari

pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari. Hal ini disebut

sebagai risiko suku bunga pada banking book (interest

rate risk in the banking book), yang merupakan hasil dari

bisnis bank berhubungan dengan nasabahnya.

1.2 Risiko Pasar 

44

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada

banking book - contoh

Umumnya bank memiliki ‘short funding’ exposure sama dengan

kondisi yang dialami trader pada contoh sebelumnya dalam

memutuskan kebutuhan pendanaan. Bank dalah hal ini terpaksa

memiliki posisi trading tanpa mempertimbangkan suku bunga akan

naik atau turun walaupun bank sebenarnya tidak berkeinginan

untuk melakukan trading tersebut.

Bank ANasabah

KPR

Terima 5 tahun suku bunga tetap

Deposan

Bayar tingkat suku bunga diskonto BI

1.2 Risiko Pasar 

Page 23: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 23/284

45

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada

banking book - contoh

Untuk menghindari posisi trading yang bersifat terpaksatersebut, Bank A perlu menyamakan (match) suku bunga

pendanaan dan kreditnya (proses yang dikenal dengan lindung

nilai atau hedging), yang melindungi baik nilai simpanan

nasabah maupun nilai kredit.

 Ada beberapa cara bank dapat lakukan dalam hedging, antara

lain:

1. mengubah model kegiatan usaha sehari-hari dengan

menawarkan suku bunga yang sama untuk dana yang

dihimpun dan kredit yang diberikan. Dalam kasus Bank A,

bank dapat mengubah baik suku bunga kreditnya sesuai

dengan tingkat diskonto bank sentral, atau mengubah sukubunga dana yang dihimpun menjadi suku bunga tetap lima

tahun.

1.2 Risiko Pasar 

46

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada

banking book - contoh

2. Interest rate swap dengan 2 bank

Nasabah

KPRBank A Deposan

Terima 5 tahun

suku bunga tetap

Bayar tingkat suku

bunga diskonto BI

Bank B

Bayar 5 tahun

suku bunga tetap

Bank C

terima tingkat suku

bunga diskonto BI

1.2 Risiko Pasar 

Page 24: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 24/284

47

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada

banking book - contoh

3. Interest rate swap dengan counterparty

Nasabah

KPRBank A Deposan

Terima 5 tahun

suku bunga tetap

Bayar tingkat suku

bunga diskonto BI

Swap

counterparty

Bayar 5 tahun

suku bunga tetap

Terima tingkat suku

bunga diskonto BI

1.2 Risiko Pasar 

48

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking

book – contoh 2

 American savings and loan associations, US

The American savings and loan associations (S&Ls) adalah para

pemberi kredit perumahan (mortgage), yang pada beberapa negara

bagian memiliki kewenangan untuk melakukan investasi langsung

dengan memiilki kegiatan usaha lain dan melakukan pengembangan

properti. Hingga tahun 1980an, S&Ls adalah asosiasi yang sebagian

besar dimiliki oleh anggotanya, namun akibat dari bencana risikotingkat suku bunga dalam banking book yang menimpa industri ini,

kini asosiasi ini sebagian besar dimiliki oleh pemerintah federal atau

oleh pemegang saham.

Perkiraan awal biaya penyelamatan (bail out) mencapai USD 500

milyar atau sekitar USD 2000 untuk setiap penduduk Amerika.

Walaupun cukup banyak fraud yang terjadi, penyebab utama dari

bencana tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian.

1.2 Risiko Pasar 

Page 25: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 25/284

49

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada

banking book – contoh 2

 American savings and loan associations, US

Pertama, dana yang ada dialokasikan pada properti yang harganya

sudah sangat tinggi. Pada saat harga properti jatuh, jaminan yang

ada menjadi sangat tidak memadai.

Kedua, walaupun tingkat suku bunga mortgage adalah suku bunga

tetap, kurangnya klausul penalti pada pelunasan lebih awal telah

memungkinkan debitur melakukan pengalihan mortgage-nya untuk

mendapatkan suku bunga yang lebih rendah pada saat suku bunga

pasar menurun. Dalam keadaan ini, para pemberi kredit masih

terikat pada sumber-sumber dana yang suku bunganya lebih tinggi.

Posisi mismatch atas pemberian kredit dengan suku bunga yang

lebih rendah daripada suku bunga yang dibayarkan kepada parapenyimpan dana menyebabkan banyak S&L jatuh dengan kerugian

mencapai milyaran dolar.

1.2 Risiko Pasar 

50

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada

banking book – contoh 2

 American savings and loan associations, US

S & LMarket

 Arus Dana

Bayar 5 tahun

Fixed pada 4 ½ %

Match atau tidakkah posisi tersebut?

Manakala tingkat suku bunga turun, banyak nasabah yang

melakukan pelunasan dipercepat mortgage-nya tanpa dikenakan

penalti.

KPR

Terima rate KPR

pada 5 ½%

 Arus Dana

1.2 Risiko Pasar 

Page 26: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 26/284

51

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada

banking book – contoh 2

 American savings and loan associations, US

S & L

Pada saat mortgage dilunasi, maka terjadi akan terjadi

ketidaksesuaian posisi (unmatched position) .

S&L tetap membayar suku bunga yang lebih tinggi denganmemperoleh pendapatan atas mortgage baru pada suku bunga

yang lebih rendah.

Market

 Arus Dana

Bayar 5 tahun

Fixed pada 4 ½ %

KPR Baru

Terima rate KPR

pada 3 ½%

 Arus Dana

1.2 Risiko Pasar 

52

1 Karakteristik Risiko dan

Regulasi Perbankan

1.3 Risiko Kredit

Page 27: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 27/284

53

1.3 Risiko Kredit

1.3.1 Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?

Credit risk adalah risiko kerugian yang terkait dengan

kemungkinan kegagalan counterparty memenuhi

kewajibannya; atau risiko bahwa debitur tidak membayar 

kembali utangnya.

Credit Risk – contoh:

Bank A memberikan KPR kepada para debiturnya. Saat

memberikan kredit tersebut, bank memiliki risiko bahwa

sebagian - atau seluruh debitur perorangan tersebut akan gagal

membayar bunga ataupun pokok yang diterimanya.

54

1.3.1 Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?

Risiko kredit timbul dari adanya kemungkinan bahwa kredit yang

diberikan oleh bank, atau obligasi yang dibeli, tidak dapat

dibayarkan kembali. Risiko kredit juga timbul dari tidak

dipenuhinya berbagai bentuk kewajiban pihak lain kepada bank,

seperti kegagalan memenuhi kewajiban pembayaran dalam

kontrak derivatif.

Risiko kredit merupakan risiko terbesar yang dihadapi. Pada

umumnya, marjin yang diperhitungkan untuk mengantisipasi

risiko kredit hanyalah merupakan bagian kecil dari total kredit

yang diberikan bank dan oleh karenanya kerugian pada kredit

dapat menghancurkan modal bank dalam waktu singkat.

1.3 Risiko Kredit

Page 28: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 28/284

55

1.3.1 Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?

 – contoh

Barclays Bank, UK 

Pada bulan Maret 1993 Barclays Bank mengumumkan kerugian

sebesar GBP 244 juta untuk tahun 1992, dan telah membentuk

provisi sebesar GBP 2.5 milyar untuk kredit kategori “diragukan”

and “macet” dalam tahun tersebut.

Uang tersebut termasuk untuk provisi kredit sebesar GBP 240

 juta yang dianggarkan khusus untuk kredit sebesar GBP 422

 juta yang diberikan kepada IMRY, pengembang properti. Kreditmacet pada IMRY ini disebabkan oleh krisis properti di UK pada

awal tahun 1990-an.

1.3 Risiko Kredit

56

1.3.2 Metode pengelolaan risiko kredit

Bank menggunakan sejumlah teknik dan kebijakan dalam

mengelola risiko kreditnya untuk meminimalkan

kemungkinan terjadinya atau dampak dari kerugian kredit

(dikenal dengan credit risk mitigation).

Kebijakan tersebut adalah:

• model pemeringkatan (grading model) untuk kredit perorangan

• manajemen portofolio kredit

• sekuritisasi

• agunan (collateral)

• pemantauan/pengawasan arus kas

• manajemen pemulihan kredit (recovery management)

1.3 Risiko Kredit

Page 29: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 29/284

57

1.3.3 Model pemeringkatan (Grading models)

Bank harus melakukan kalibrasi risiko yang pada gilirannya

akan memungkinkan bank mampu menetapkan suatu

probabilitas tertentu untuk setiap kejadian yang tidak diinginkan

(yang dikenal dengan probability of default/PD).

Cara ini memungkinkan bank untuk memastikan bahwa

portofolio kredit bank tidak terkonsentrasi pada kredit

berkualtias buruk yang memiliki kemungkinan default yang

tinggi.

Basel II secara spesifik membahas ‘grading models’sebagai bagian dari rerangka kerja risiko kredit.

1.3 Risiko Kredit

58

1.3.4 Manajemen portofolio kredit

Bank dengan cara yang sama mengukur portofolio

kreditnya untuk memberikan keyakinan bahwa kredit

yang diberikan tidak terlalu terkonsentrasi pada satu

industri atau wilayah geografis tertentu. Hal ini

memungkinkan bank untuk melakukan diversifikasi pada

portofolio kreditnya sehingga risiko terjadinya defaultyang bersifat sistemik (systematic default) dapat

ditekan. Analisis ini disebut dengan cohort analysis dan

dapat digunakan baik pada kredit korporasi maupun

perorangan.

1.3 Risiko Kredit

Page 30: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 30/284

59

1.3.5 Sekuritisasi (securitization)

Salah satu teknik yang digunakan bbank untuk melindungi

dirinya dari gejolak ekonomi (economic shocks) adalahmengemas dan menjual sebagian dari portofolio kreditnya

kepada investor dalam bentuk surat berharga atau dikenal

dengan securitization.

Sekuritisasi memungkinkan bank untuk mengurangi potensi

eksposur yang tinggi pada suatu jenis kredit tertentu yang

menurut Dengan cara itu bank dapat mengurangi eksposur 

pinjamannya yang dinilai tinggi atau mengurangi bentuk pinjaman

yang menunjukkan konsentrasi risiko yang tinggi.

Sekuritisasi memungkinkan bank menggunakan dana yangdihasilkan dari penjualan aktiva dan menginvestasikannya pada

aktiva lain yang dianggap memiliki risiko lebih rendah.

1.3 Risiko Kredit

60

1.3.6 Agunan (collateral)

Collateral adalah aset yang diperjanjikan oleh debitur 

untuk mendapatkan kredit dan dapat diambil alih dalam hal

terjadi default. Agunan memiliki peranan penting dalam

kebijakan pemberian kredit yang diterapkan bank. Agunan

dapat memiliki bentuk yang beragam. Bentuk agunan yang

paling mudah dikenali dan paling aman adalah uang tunai,

sementara bentuk yang paling umum adalah properti

hunian (residential property).

Suatu hal yang penting bagi bank adalah untuk memastikan bahwa

agunan tersebut benar-benar dapat digunakan untuk memitigasi

risiko kredit apabila terjadi gagal bayar (default).

1.3 Risiko Kredit

Page 31: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 31/284

61

1.3.7 Pemantauan arus kas (cash flow monitoring)

Kebanyakan bank yang pernah mengalami kondisi tingkat gagalbayar yang tinggi, menyadari bahwa reaksi cepat terhadap

penanganan atas situasi kredit yang memburuk dapat

mengurangi problem secara signifikan. Caranya adalah dengan:

• Membatasi tingkat eksposur (EAD)

• Memastikan bahwa nasabah segera bereaksi cepat untuk

mengatasi keadaan

Banyak model kredit memberikan perhatian khusus pada arus

kas perusahaan dan perorangan, sebagaimana terefleksi dalam

rekening koran yang dimilikinya.

1.3 Risiko Kredit

62

1.3.8 Manajemen pemulihan (recovery management)

Banyak bank mengakui bahwa manajemen yang efisien

terhadap pinjaman yang macet, mampu mengembalikan

kerugian yang dialami bank secara cukup signifikan. Bank

kemudian membentuk bagian yang secara khusus menangani

recovery dan menjadikan bagian ini sebagai hal yang penting di

dalam proses manajemen risiko kredit yang berkualitas tinggi.

‘Loss given default’ (LGD) adalah perkiraan kerugian yang bank

akan mampu ditanggung sebagai akibat terjadinya kredit macet.

Dalam hal ini LGD merupakan perkiraan rata-rata yang sudah

diantisipasi. Penentuan LGD dan pengelolaannya memegang

peranan penting dalam perhitungan modal berdasarkan internal

model (Internal rating based approach).

1.3 Risiko Kredit

Page 32: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 32/284

63

1 Karakteristik Risiko dan

Regulasi Perbankan

1.4 Risiko Operasional

64

1.4 Risiko Operasional

1.4.1 Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?

Operational risk adalah risiko kerugian yang diakibatkan

oleh kurang memadainya atau kegagalan proses internal,

manusia, sistem, dan dari kejadian eksternal.

Definisi tersebut tercantum dalam kerangka kerja Basel II

Operational risk lebih jauh dapat dibagi ke dalam beberapa sub

kategori, yaitu risiko yang berhubungan dengan :

• proses internal (internal processes)

• manusia (people)

• sistem (systems)

• kejadian eksternal (external events)

• kewajiban hukum dan perundangan (legal risk).

Page 33: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 33/284

65

1.4.1 Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? –

contoh 1

Kegagalan pengendalian: Barings, London

Pada tahun 1995, Barings London bankrut setelah rugi sebesar 

827 juta GBP karena gagal dalam proses dan prosedur internal

control-nya.

Pialang yang berbasisdi Singapura dan bekerja di Bursa Berjangka

Singapura (Singapura Futures Exchange) telah menyembunyikan

kerugian atas posisi perdagangan yang senantiasa meningkat

selama lebih dari 2 tahun sampai akhirnya tidak bisa bertahan.

Karena lemahnya pengawasan setempat, pialang tersebut bisa

bertindak baik sebagai manajer back office maupun front ofice

yang bisa menyetujui transaksi yang dilakukannya sendiri. Meski

bisa dipersepsikan sebagai kejadian “pialang nakal”(rogue trader),

namun sesungguhnya yang menjadi penyebab utamanya adalah

kegagalan dalam pengawasan internal.

1.4 Risiko Operasional

66

1.4.1 Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? –

contoh 2

Teknologi/globalisasi 

Contoh risiko operasional ini sebenarnya berpengaruh terhadap

semua industri, bukan hanya perbankan. Contoh ini juga bukan

merupakan kejadian tunggal, tetapi merupakan rangkaian kejadian

yang berkelanjutan. Kasusnya adalah dampak dari virus komputer 

yang merugikan miliaran dollar terhadap dunia usaha di seluruh

dunia.

Virus Mellisa muncul bulan Maret 1999 dan diperkirakan telah

mempengaruhi 45 juta PC hanya dalam beberapa hari. Akibatnya

dunia usaha terpaksa mengeluarkan biaya sebesar 500 juta USD

untuk mengatasi masalah ini.

Tahun 1990 dilaporkan ada 200 jenis virus, sampai akhir 2004

menjadi lebih dari 70.000 jenis virus.

1.4 Risiko Operasional

Page 34: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 34/284

67

1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?

Risiko operasional terkait dengan sangat banyak masalah yang

dapat disebabkan oleh gagalnya proses di bank. Namundemikian risiko operasional berpengaruh terhadap semua jenis

usaha tidak hanya perbankan.

Risiko operasional merupakan risiko yang paling berpengaruh

terhadap pelayanan nasabah sehari-hari. Oleh karena dalam

kaitannya dengan risiko operasional, bank meningkatkan fokus

perhatiannya pada proses, prosedur dan kontrol.

Lebih dari 20 tahun terakhir, kesalahan pengelolaan risiko

operasional telah mengakibatkan kerugian individual bank yang

setara dengan risiko kredit dan risiko pasar.

1.4 Risiko Operasional

68

1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?

Semua bank terbiasa dengan kegagalan operasional dan

tentunya sudah punya rencana dan proses dalam mengelola

risiko ini. Persoalan yang paling banyak dijumpai sehari-hari

dan berpengaruh terhadap bank adalah:

• Kesalahan memasukkan transaksi oleh pialang atau staf 

back office sehingga posisi pasar menjadi salah dan

menimbulkan masalah dalam rekonsiliasi posisi

• Transaksi kredit dan debet tidak seimbang (balance)

• Kegagalan sistem transaksi setelah dilakukan perbaikan

sistem komputer 

• Kejadian eksternal seperti pemadaman listrik atau banjir.

1.4 Risiko Operasional

Page 35: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 35/284

69

1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?

Lebih dari 15 tahun terakhir secara umum telah terjadi

peningkatan angka kejadian risiko operasional padatingkat yang tinggi yang memberikan dampak besar 

terhadap profitabilitas dan permodalan bank. Oleh

karenanya pengawas perbankan telah mendorong

bank agar melihat proses bank seluas mungkin dan

memberikan perhatian khusus terhadap kejadian yang

“low frequency/high impact” secara tersendiri diluar 

risiko kredit dan risiko pasar.

Basel II telah mengambil langkah maju untuk risiko

operasional yaitu bahwa untuk pertama kali bank

diminta untuk mengkuantifikasi risiko ini, mengukurnyadan mengalokasikan modal sebagimana untuk risiko

kredit dan pasar.

1.4 Risiko Operasional

70

1.4.2 Perubahan bentuk Risiko Operasional

Baik bank maupun pengawas bank khawatir bahwa

perubahan industri perbankan juga dapat

menyebabkan perubahan yang mendasar bagi risiko

operasional. Kejadian yang dulunya menyebabkan

kerugian ringan, berkembang menjadi kejadian yang

 jarang terjadi, akan tetapi jika terjadi berdampak besar 

 Ada beberapa alasan mengapa kharakteristik dasar risiko

operasional berubah, antara lain karena:

• automasi

• Kepercayaan thd teknologi

• outsourcing

• terorisme

• Meningkatnya globalisasi

• incentives & trading – pialang nakal

• Meningkatnya volume dan nilai

transaksi

• Meningkatnya litigation.

1.4 Risiko Operasional

Page 36: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 36/284

71

1 Karakteristik Risiko dan

Regulasi Perbankan

1.5 Risiko lainnya (Other risks)

72

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5 Risiko-risiko lainnya

Walaupun dalam Basel II risiko Operasional tidak

mencakup risiko Bisnis, Strategik dan Reputasi,namun

pembebanan modal untuk “other risks" tetap perlu

diperhatikan di dalam perhitungan modal yang berbasis

risiko (risk-based capital).

Lingkup kerja Basel II sangat spesifik untuk risiko-risiko yang

dikategorikan sebagai “other risks". Walaupun secara tidak

langsung tercakup dalam peraturan, other risks ini penting untuk

diperhatikan karena bank perlu mengetahuinya dalam upaya

menghitung modal bank yang berbasis risiko.

 Ada tiga jenis yang masuk kategori “other risks”, yaitu:

• risiko bisnis (business risk)

• risiko strategik (strategic risk)

• risiko reputasi (reputational risk)

Page 37: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 37/284

73

1.5.1 Risiko bisnis

Business risk adalah risiko yang berkaitan denganposisi kompetitif bank serta prospek kemajuan bank di

dalam menghadapi pasar yang selalu berubah.

Walaupun risiko Bisnis tidak masuk dalam definisi Risiko

Operasional dari Basel II, namun sangat jelas risiko ini

merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh Manajemen

Senior dan Dewan Direksi bank.

Risiko Bisnis mengacu juga, sebagai contoh, pada prospek

 jangka pendek dan panjang dari produk dan jasa bank yang

telah ada.

1.5 Risiko-risiko lainnya

74

1.5.1 Risiko bisnis – contoh

Bank A menyediakan pinjaman KPR kepada nasabahnya.

Manajemen Senior bank terse but memutuskan untuk secara

agresif menaikkan pangsa pasar KPR dengan memberikan

potongan harga properti disamping memberikan nilai pinjaman

sebesar 100% dari nilai agunan (DP 0%).

Keputusan bisnis ini membawa tingkat risiko yang tinggi karena

Bank A tidak terlindungi dipasar properti dan rentan terhadap

kenaikan tingkat suku bunga.

Hal ini dapat menyebabkan biaya pinjaman KPR bagi peminjam

naik yang dapat menyebabkan terjadinya gagal bayar.

Selanjutnya, penurunan dalam harga properti akan

mengakibatkan nilai jaminan lebih rendah dari nilai pinjaman

1.5 Risiko-risiko lainnya

Page 38: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 38/284

75

1.5.1 Risiko bisnis – contoh

Mempertimbangkan bahwa kenaikan suku bunga pinjaman

dan kejatuhan harga properti dapat terjadi secara

bersamaan maka keputusan bisnis ini jelas mempunyai

risiko.

Walau Bank A secara teratur menaikkan pangsa pasarnya

namun kualitas nilai agunannya menjadi rendah.

Pada saat suku bunga pinjaman naik. Bank A mendapati

bahwa banyak nasabahnya yang meminjam secara

berlebihan (over borrowed) dan tidak mampu lagi untuk

melaksanakan kewajibannya.

1.5 Risiko-risiko lainnya

76

1.5.1 Risiko bisnis – contoh 2

BestBank, Boulder, Colorado, US

Pada bulan Juli 1998 BestBank di Boulder Colorado ditutup oleh

Federal Deposit Insurance Corporation sebagai akibat rugi

sebesar USD 200 juta. Kerugian ini disebabkan kebijakan

BestBank yang berani menyetujui proposal kartu kredit bagi

nasabah yang memiliki kualitas kredit “rendah”. Kebijakan kartu

kredit BestBank's adalah contoh klasik bank yang memberikan

pinjaman kepada nasabah yang berisiko tinggi dengan sukubunga yang tinggi untuk ekspansi bisnisnya. Sebagai hasil dari

kebijakan kartu kredit yang ekspansif ini neraca BestBank tumbuh

dari USD 10juta di tahun 1994 menjadi USD 348 juta di tahun

1998.

Meskipun pendapatan BestBank meningkat. namun mereka gagal

untuk mencadangkan dana yang memadai bagi pinjaman

bermasalahnya.

1.5 Risiko-risiko lainnya

Page 39: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 39/284

77

1.5.2 Risiko Strategik

Strategic risk adalah risiko yang terkait dengankeputusan bisnis jangka panjang yang dibuat oleh

manajemen senior bank. Hal ini dapat juga berhubungan

didalam implementasi keputusan strategik tersebut.

Risiko Strategik dan risiko Bisnis pada dasarnya hampir 

serupa, namun keduanya berbeda dalam durasi dan

pentingnya keputusan yang diambil. Risiko Strategik

berhubungan dengan keputusan seperti :

• akan melakukan investasi dalam bisnis apa.

• bisnis apa yang akan diakuisisi.• dimana dan bagaimana bisnis akan dijalankan atau dijual.

1.5 Risiko-risiko lainnya

78

1.5.2 Risiko Strategik – Midland Bank, UK

Di bulan Oktober 1981 Midland Bank membayar USD 597juta untuk

membeli 51% saham Crocker Bank.

Pada bulan Februari 1986 saham Crocker Bank yang dibeli tersebut

dijual kembali kepada Wells Fargo Bank seharga USD 1.100 juta.

Walau terlihat investasi di Croker Bank menjadi berlipat dua bagi

Midland Bank namun hal-hal dibawah ini tidak diperhitungkan yaitu :

• Pencadangan USD 760 juta untuk kredit bermasalah yang dilakukan

Midland Bank.• Dana sebesar USD 700 juta yang diinvestasikan Midland Bank di

Crocker Bank pada tahun 1981.

Diperkirakan bahwa kerugian secara total di Crocker Bank mencapai

USD 1.700 juta. Masalah utama Midland Bank's dengan Crocker 

Bank sebagian disebabkan juga karena membeli bank asing yang

mempunyai standard dan sifat bisnis yang berbeda.

1.5 Risiko-risiko lainnya

Page 40: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 40/284

79

1.5.3 Risiko Reputasi

Reputational risk adalah risiko potensial yang dapat

merusak perusahaan karena adanya opini publik yangnegatif.

Dalam ilustrasi risiko reputasi di awal. telah dicontohkan terjadinya

pelarian dana dalam jumlah besar karena adanya persepsi bank

sedang kesulitan dana. Reputasi bank tersebut rusak karena

adanya suatu riskevent  yang menyebabkan para nasabahnya

khawatir sehingga tercipta suatu krisis kepercayaan.

Pada masa kini risiko reputasi yang dihadapi bank serta dapat

merugikan bank telah meningkat kehebatan dan kecepatannya.

Hal ini disebabkan pasar finansial yang bersifat global sehingga

trading dapat berlangsung terus selama 24 jam/hari. Sehingga

kerusakan yang dapat terjadi pada banyak bank bereputasi

internasional dapat terjadi setiap saat. dibagian manapun didunia

serta dapat diberitakan saat itu juga secara real time.

1.5 Risiko-risiko lainnya

80

1.5.3 Risiko Reputasi

Risiko reputasi tidak hanya terbatas dan terjadi pada reputasi

di satu bank saja, namun dapat mencakup pada seluruh

sektor industri perbankan, seperti bank perkreditan atau

internet banking.

Risk event yang terjadi pada satu bank dimana kontrol

risikonya rendah, dapat berdampak terhadap reputasi daribank individu tersebut serta industri perbankan secara

keseluruhan.

 Apa yang dimulai sebagai kejadian yang terbatas pada satu

bank, berdasarkan apa yang diberitakan. dapat pada

akhirnya merusak reputasi industri perbankan.

1.5 Risiko-risiko lainnya

Page 41: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 41/284

81

1.5.3 Risiko Reputasi – contoh 1

Risiko reputasi berskala industri (Industry-wide reputational risk)

Bank C suatu internet banking. Menyusul peningkatan keamanan

perangkat lunak (software)mereka secara online, satu kesalahan kecil

yang terjadi pada software mereka mengakibatkan Bank Statement 

beberapa nasabah dapat terbaca oleh nasabah yang lain. Meskipun

tidak dapat melakukan otorisasi transaksi apapun terhadap Bank 

Statement  tersebut. kejadian ini dilaporan sebagai pelanggaran

terhadap sistim keamanan internet secara online.

Berita ini kemudian muncul di media masa yang mempertanyakan

“seberapa aman uang anda secara online?" Potensi terjadinya

kejahatan perbankan secara online memberi kesan bahwa internet

banking secara alamiah tidak aman. Meskipun tidak terjadi kerugian

apapun bagi nasabah. kepercayaan publik terhadap online banking

turun dan reputasi dari internet banking ambruk sehingga jumlahnasabah pada bank yang berbasis internet turun dramatis yang

memaksa beberapa bank pada akhirnya tutup.

1.5 Risiko-risiko lainnya

82

1 Karakteristik Risiko dan

Regulasi Perbankan

1.6 Dampak potensial dari kegagalan

pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 42: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 42/284

83

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.1 Dampak risiko

Selain kerugian finansial secara langsung yang terjadi

pada bank karena adanya peristiwa risiko (risk event),

kerugian dapat berdampak juga pada stakeholder bank

seperti : para pemegang saham. karyawan, nasabah -

maupun terhadap ekonomi. Umumnya efek kepada

pemegang saham dan karyawan bersifat langsung,

namun dampak kepada nasabah dapat bersifat tidak

langsung sehingga tidak kentara. Kerugian tidak

langsung karena risiko ini sering merupakan

konsekuensi dari risk event  yang mempunyai dampak

ekonomi.

84

1.6.2 Dampak pada para pemegang saham

Ketika suatu peristiwa terjadi pengaruh terhadap pemegang

saham dapat berupa :

• Kerugian total dari investasi - karena bangkrutnya

perusahaan.

• Menurunnya nilai investasi - harga saham turun karena

rusaknya reputasi atau turunnya keuntungan.

• Kehilangan dividen karena turunnya keuntungan

perusahaan.

• Kewajiban yang timbul akibat kerugian – pemegang

saham dapat mempunyai kewajiban untuk kerugian yang

terjadi.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 43: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 43/284

85

1.6.2 Dampak pada para pemegang saham – contoh

Bank of Credit and Commerce International (BCCI)

Pada bulan Juli 1991, BCCI bangkrut sebagai akibat adanya

penipuan internal senilai USD 4 mityar serta kewajiban sebesar 

USD 14 milyar. Akibat berantai jatuhnya BCCt diketahui bahwa

bank tersebut tidak lagi mempunyai nilai seperti yang diharapkan

oleh lebih dari sejuta investornya. Setelah jatuh, likuidator ditunjuk

untuk "menyelesaikan“ kasus BCCI dan menyelamatkan aset-aset

yang ada semaksimal mungkin bagi para penabung dan

krediturnya.

Setelah 7 tahun bangkrutnya BCCI diperkirakan bahwa likuidator 

telah berhasil menyelamatkan USD 5.5 milyar. Likuidator sampai

bulan Agustus 2005 masih bekerja dan menuntut Bank of Englandsenilai USD 1 milyar atas kegagalannya menjalankan fungsi dan

tugas pengawasan.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

86

1.6.3 Dampak pada karyawan

Peristiwa risiko (Risk event ) dapat berdampak kepada karyawan

suatu perusahaan terlepas apakah mereka turut andil atau tidak

dalam peristiwa tersebut. Kemungkinan dampaknya termasuk :

• pemberian sanksi disiplin internal disebabkan kelalaian atau

tindakan diluar batas yang dilakukan karyawan.

• kehilangan pendapatan. contohnya pengurangan bonus atau

kenaikkan gaji karena dampak dari pendapatan perusahaan

yang berkurang.

• Kehilangan pekerjaan

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 44: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 44/284

87

1.6.3 Dampak pada karyawan - contoh

Orange County, California, US

Pada bulan Desember 1994 Orange County di California USAmengumumkan rugi sebesar USD 1.6 milyar.

Kerugian tersebut merupakan hasil aktifitas investasi yang tidak

diawasi oleh manajer treasuri pemerintahan daerah tersebut yang

mengelola portfolio sebesar USD 7.5 milyar milik sekolah daerah.

kota praja dan pemerintahan daerah itu sendiri.

Treasuri manajer tersebut menempatkan dana dalam investasi

derivatif dan memperkirakan bahwa suku bunga akan terus turun

atau tetap rendah. Strategi investasi ini bekerja dengan baik sampai

dengan 1994 pada saat the Federal Reserve Board menaikkan suku

bunga yang mengakibatkan kerugian.

Investasi ini dilikuidasi pada bulan Desember 1994 dengan kerugianmencapai USD 1.6 milyar. Akibat konsekuensi oari kerugian diatas

Orange County bangkrut dan banyak pegawainya yang di PHK.

.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

88

1.6.4 Dampak pada nasabah

Dampak suatu risk event kepada nasabah dapat terjadi secara

langsung maupun tidak langsung dan biasanya sulit

diidentifikasikan dengan segera Efek ini dapat terus berlanjut

setelah suatu periode tertentu yang pad a akhirnya berdampak

pada bank.

Oleh karena itu sangat sulit untuk mengetahui jumlah total dari

kerugian dalam suatu risk event bila melibatkan para nasabah.

Konsekuensi yang dapat dirasakan nasabah bank termasuk :

• kualitas tingkat pelayanan nasabah yang menurun.

• penurunan dalam penyediaan berbagai jenis produk .

• krisis likuiditas.

• berubahnya peraturan.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 45: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 45/284

89

1.6.4 Dampak pada nasabah

 Adalah penting bagi para peserta training untuk

mengerti konsekuensi risiko bagi nasabah bank karena

hal ini memberikan penekanan perlunya mengatur 

bank secara khusus dibandingkan dengan industri jasa

keuangan secara keseluruhan.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

90

1.6.5 Risiko operasional dan pelayanan nasabah

Sudah dinyatakan dimuka bahwa risiko yang paling

mempunyai dampak pada nasabah sehari-hari adalah risiko

operasional. Bila ada kejadian operasional, nasabah dapat

langsung terkena dampaknya disebabkan hal-hal seperti :

• Kualitas pelayanan yang jelek atau salah.

• Gangguan pada sebagian pelayanan.

• Merasakan kurangnya keamanan bank.

• Adanya kekurangan dalam keseluruhan pelayanan yang

diberikan.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 46: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 46/284

91

1.6.5 Risiko operasional dan pelayanan nasabah

Suatu gangguan pada pelayanan nasabah yang berjalan normal

dapat berdampak kepada reputasi bank tersebut. yang pada

akhirnya dapat berdampak pada pendapatan bank karena nasabah

memindahkan urusan perbankannya pada bank lain. Hal ini

menjadi penting bila peristiwa risiko operasionalnya ini disebabkan

masalah teknikal yang berdampak pada ribuan nasabahnya.

Dampak dari suatu peristiwa risiko operasional bagi nasabah dapat

berdampak pada kerugian finansial dalam bentuk yang lain bagi

bank seperti :

• pembayaran kepada individu sebagai kompensasi kerugian yang

tidak langsung.

• biaya litigasi .• Penalti/sanksi dari pengawas.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

92

1.6.5 Risiko operasional dan pelayanan nasabah - contohCahoot suatu bank online yang didirikan Abbey National Bank UK.

menghadapi masalah teknis tidak lama setelah diluncurkan pada Juni

2000. Sistem tersebut pada awal digunakan “hang”dan tidak bisa

dipakai selama hampir 2 hari disusul kemudian oleh masalah teknis

lainnya selama 3 hari. Strategi Cahoot's pada awalnya adalah

menawarkan kepada 25.000 nasabah pertamanya suatu overdraft

kartu kredit yang tidak dikenakan bunga. Pesaing bank online lainnya

mempertanyakan apakah kapasitas sistem yang Cahoot telah

investasikan dapat cukup menampung permintaan yang mengalir.

Diperlukan waktu 10 sampai 14 hari untuk menyetujui permohonan

pemegang kartu kredit karena mereka perlu memeriksa apakah ada

pencucian uang yang dilakukan beberapa calon nasabah yang

berpotensi. Selain menolak permohonan bagi yang telah mempunyai

pinjaman yang tinggi, siapapun yang tinggal di apartemen

kemungkinan besar di tolak permohonannya karena website bank

tidak dapat membaca alamat seperti 35a atau top flat" (Suatu alamat

tertentu yang ada UK saja).

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 47: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 47/284

93

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko

Pemberian kredit yang berlebihan (Over lending) – fenomena yang 

terus berulang (a cyclical phenomenon)

Bank yang memberikan pinjaman berlebihan dalamsituasi booming tidak dapat mengelak untuk terjadinya

'under lend‘ pada masa resesi. Hal ini karena dampak

resesi akan memaksa bank untuk melakukan writeoff 

pinjamannya sehingga modalnya turun dan kemampuan

bank untuk memberikan pinjaman baru menurun bila

tidak disertai dengan adanya penambahan modal baru.

Hal ini yang sering disebut sebagai efek ‘procyclicality' yang dapat

terlihat jelas pada pemberian pinjaman yang merata pada aset-

aset yang "bubbles”. Pinjaman berlebihan yang dilakukan pada

pasar yang booming telah memberikan harapan dan ekspektasi

pendapatan yang tidak realistis serta menilai aset secara tidak

realistis. seperti yang terjadi di real eastate komersial dan

residential pada waktu yang berbeda diseluruh dunia.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

94

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko -

contoh

The ‘dotcom’ bubble

Pada akhir tahun 1990an investor ingin sekali menginvestasikan

uangnya di perusahaan internet karena hal ini diyakini sebagai cara

cepat untuk menjadi kaya di salah sektor pasar yang ada. Hal ini

menyebabkan banyak perusahaan yang "over valued' dengan harga

ekuiti yang tinggi namun semu. Pasar menunjukkan

ketidakstabilannya pad a saat perusahaan-perusahaan internet ini

gagal memperkirakan pendapatannya bahkan banyak yangberhutang semakin dalam. Pada akhirnya di tahun 2000  dan 2001

pasar ambruk dan investor kehilangan milyaran dollar. Di bulan

November 2000 dalam 8 bulan terakhir diperkirakan GBP 40 milyar 

telah hilang dari nilai harga perusahaan-perusahaan dotcom di FTSE

TechMark index di London. Ditahun-tahun berikutnya hampir tidak

mungkin bagi perusahaan internet untuk manggalang dana investasi

walaupun mereka mempunyai rencana bisnis yang bagus.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 48: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 48/284

95

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko

'Procyclicality' merupakan salah satu area yang menjadi

konsentrasi bagi penelitian dimasa datang untuk model

risiko kredit dan pengelolaanya. Basel II telah dikritik

untuk kemungkinan penyebab adanya peningkatan

'procyclicality‘  bagi bank yang melakukan pinjaman

karena terkait dengan penggunaan credit grading model

terhadap pemenuhan kecukupan modal bank yang

diatur. Sehingga adanya gangguan dalam sistim credit

grading model akan mengarah kepada kenaikan bagi

pemenuhan kecukupan modal terlepas pinjamantersebut default atau tidak.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

96

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko

Likuiditas dan risiko pasar 

Konsekuensi dari peristiwa risiko pasar meningkat

karena pasar terus melakukan trading dengan volume

yang lebih banyak. Pertumbuhan volume ini di pasar 

perdagangan bukannya bebas dari masalah.

Pengujian Matematis yang telah digunakan untukmembantu pengidentifikasian risiko dan harga telah ada

sejak lama. Namun masih tetap ada gap yang harus

ditangani sebelum hal ini dapat diakui sebagai indikator 

yang dapat diandalkan dafam menentukan tren risiko

pasar.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 49: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 49/284

97

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko-contoh

Long-Term Capital Management, US

Di bulan September 1998 Long-Term Capital Management (LTCM),sebuah hedge fund di amerika telah diselamatkan dari

kebangkrutannya oleh 16 pihak rekanannya. Pihak rekanan ini

setuju untuk menginvestasikan sekitar USD 4 milyar dananya,

sehingga LTCM dapat mengurangi sekitar USD200 milyar eksposur 

pasarnya secara teratur sehingga tidak menciptakan guncangan di

pasar.

Long-Term Capital Management:

• Tidak melakukan hedging atas risikonya dan cenderung

menerima risiko yang ada.

• Tidak melakukan investasi jangka panjang.

• Mencukupi modalnya dengan pinjaman dan memperbolehkanpara investornya untuk menarik dana dalam jumlah besar 

walaupun hanya terjadi sedikit pergerakkan di harga.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

98

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko-contoh

Long-Term Capital Management, US

Tidak seperti invstment trusts yang dibatasi kemampuan

meminjamnya, LTCM dapat melakukan pinjaman berulang kali

diatas nilai modalnya sendiri. Ini merupakan hal utama yang

berperan atas kemungkinan bangkrutnya LTCM.

Salah satu problem LTCM's adalah karena 2 dari para partner 

yang ada menerapkan pendekatan akademis dalam menjalankan

usahanya. Kelemahan dari pendekatan ini adalah karana jarangdigunakan dan bagus hanya sebagai model. Sayangnya hal ini

tidak tepat dilakukan. Masalah LTCM's dimulai ketika pemerintah

Rusia tidak mampu bayar pinjamannya. Likuiditas, yang jadi

andalan LTCM. mulai mengering diseluruh pasar finasial dunia

dan LTCM mendapati dirinya harus membayar tunai untuk

memenuhi komitrnennya.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 50: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 50/284

99

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko

Krisis likuiditas mungkin jarang teljadi di retail banking, namun di

pasar Corporate hal ini lebih sering te~adi. Wholesale banks,

yang tidak memiliki simpanan dari nasabah retail.

mengandalkan aset untuk menjamin pinjaman yang diberikan

dari pasar.

Ini termasuk aset dari obligasi pemerintah dan perusahaan. Jika

aset-aset ini menjadi tidak likuid (karena : investor belum siap

untuk membelinya atau hanya akan membeli dengan valuasi

yang diturunkan besar-besaran). sebuah krisis likuidasi dapat

terjadi.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

100

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko

Krisis likuiditas dapat terjadi dan muncul di seluruh pasar.

Untuk mengurangi dampak dari krisis likuiditas maka perlu

dilakukan :

•. Peningkatan kewaspadaan dari sisi pengawas .

• Reaksi yang cepat dari Bank Sentral.

• Pemantauan yang ketat dari manajemen bank,

Basel II dibuat dengan sensitivitas yang lebih tinggi untuk

mengantisipasi perubahan pasar yang sulit diprediksi.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 51: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 51/284

101

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko

Sarbanes-Oxley (SOX)

Badan Pengawas seringkali memperkenalkan aturan-aturan

baru merespon kepada masalah tertentu guna mencegah atau

mengurangi agar masalah tersebut tidak terjadi kembali.

Peraturan baru tersebut dapat berdampak secara tidak

langsung kepada nasabah bank. baik karena biaya

implementasi yang dikeluarkannya maupun nilai-nilai perubahan

yang dirasakannya.

Suatu contoh dari satu peraturan yang ditingkatkan di Amerika

adalah disetujuinya "Sarbanes-Oxley Act of 2002" yang

mengatur keharusan adanya pertanggungjawaban perusahaan.

Perundang-undangan terse but diterbitkan menyusul skandal

 Akuntansi diakibatkannya ambruknya Enron dan WorldCom.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

102

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko

International Accounting Standards (IAS)

Pada tahun 2005/06 International Accounting Standards akan

secara luas diperkenalkan, khususnya untuk wilayah EU.

Hal ini akan mempengaruhi beberapa bank dalam melakukan

perhitungan akuntansi salah satunya lindung nilai atas risiko

suku bunga pada banking book.

Penerapan IAS ini akan juga berdampak dalam transparansi di

laporan dan neraca bank. Regulasi akuntansi yang baru ini akandianggap tidak biasa bila dimasukkan sebagai suatu peristiwa

risiko. Namun bila penerapan awal IAS ini merubah persepsi

tentang keuntungan dimasa depan maka jelas ia suatu peristiwa

risiko. Oleh karena itu, hal ini harus dikelola dengan hati-hati

dan penyimpangan yang terjadi harus dapat dijelaskan kepada

stakeholders.

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

Page 52: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 52/284

103

1 Karakteristik Risiko dan

Regulasi Perbankan

1.7 Sistem dan regulasi

perbankan Indonesia

104

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

1.7.1 Sistem perbankan Indonesia

Perundang-undangan Bank yang diundangkan pada tahun

1992 dan 1998 menciptakan 2 jenis bank di Indonesia.

Bank Komersial (Bank Umum), yang menawarkan

pelayanan finansial menyeluruh dan luas termasuk

pelayanan transaksi valas. Bank-bank ini mempunyai akses

ke sistem pembayaran dan menyediakan pelayanan umum

bank.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Merupakan bank yanglebih kecil dari bank komersial dan umumnya berbasis lokal.

BPR dapat menarik dana dari masyarakat namun tidak

punya akses ke sistem pembayaran.

Selain bank diatas ada beberapa lembaga non Bank skala kecil

seperti Badan Kredit Desa (BKD) dan Lembaga Desa Kerja

Pembangunan (LDKP).

Page 53: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 53/284

105

1.7.2 Regulasi perbankan

Peraturan di sistim perbankan kita telah berkembang cepat

sejak 1998 sebagai respon terhadap berbagai tantangan yangdihadapi pasar keuangan domestik.

Banyak area di pasar keuangan yang telah dicakup oleh

regulasi baru sehingga hal inimenciptakan kerangka kerja

peraturan peraturan yang komprehensif. Tabe! dibawah

memberikan penjelasan tentang berbagai peraturan yang telah

dike!uarkan sejak tahun 1998.

Tabel 1.1

Menguraikan berbagai jenis bank termasukmenguraikan berbagai jenis bank termasuk

pada beberapa jenis bank yang ada

Banking Act 1998amending the

Banking Act 1992

TujuanRegulasi

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

106

1.7.2 Regulasi perbankan

Menetapkan Bank Indonesia sebagai bank

sentral yang indipenden di Indonesia.

Menentukan tujuan dan tugas dari bank.

Bank Indonesia

1999

TujuanRegulasi

Menentukan kebutuhan akan fungsi audit

dan kepatuhan dalam bank.

 Audit & Compliance

1999

Mengatur perizinan dan persyaratan yangdiperlukan bagi beroperasi bank komersial.Commercial Banks2000

Menentukan prosedur dan praktek yang

digunakan bank dalam mengidentifikasi nasabah

serta memantau aktivitas rekeningnya.

Know Your 

Customer 

Principles 2001

Fit and Proper Test dilaksanakan oleh Bank

Indonesia untuk melihat kelayakan dari

pemilik dan pengurus bank.

Fit and Proper Test

2003

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

Page 54: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 54/284

107

1.7.2 Regulasi perbankan

Menentukan kecukupan modal minimumbagi bank komersial terkait dengan posisi

risik di pasar 

Market Risk 2003

TujuanRegulasi

Menentukan infrastruktur Manajemen Risiko

yang diperlukan oleh bank-bank.

Risk Management

2003

Mengatur bank komersial untuk memenuhi

dan membuat rencana bisnis bank jangka

pendek dan jangka panjang

Commercial Bank

Business Plan

2004

Mengatur batas maksimum bagi konsentrasi

risiko dari portofolio pinjaman bank.

Legal Lending Limit

2005

Meminta semua bank untuk menyampaikaninformasi tentang debiturnya kepada biro

kredit pusat.

Debtor InformationSystem 2005

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

108

1.7.2 Regulasi perbankan

Menjelaskan prinsip yang akan dipakai bank

dalam pemakaian dan pelaksanaan

sekuritisasi asset.

 Asset Securitization

2005

TujuanRegulasi

Sebagai tambahan. Bank Indonesia telah

mempublikasikan apa yang disebut sebagai

 Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang ditujukan

untuk memberi arahan, panduan dan struktur kerja

bagi industri perbankan di masa 5 sampai 10 tahun

kedepan.

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

Page 55: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 55/284

109

1.7.2 Regulasi perbankan

Perubahan-perubahan tersebut diatas akan diimplementasi-

kan bertahap guna mencakup tujuan sbb:

• untuk memperkuat struktur dari sistim perbankan

nasional.

• untuk meningkatkan kualitas peraturan perbankan.

• untuk meningkatkan fungsi pengawasan.

• untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan operasi

bank.

• untuk mengembangkan infrastruktur perbankan.

• untuk memperbaiki perlindungan kepada nasabah.

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

Page 56: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 56/284

1

Indonesia Certificate inBanking Risk and Regulation

Part A: Risiko dan RegulasiPerbankan

2

Bab 2 – Evolusi Manajemen

Risiko dan Regulasi

Perbankan

2.1 Mengapa Bank Bersifat

“Khusus” dan harus Diregulasi

Page 57: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 57/284

3

2.1 Mengapa bank bersifat khusus dan harus diregulasi

2.1.1 Modal, likuiditas dan kompetisi

Telah lama diakui bahwa bank bersifat 'khusus' karena

permasalahan dalam sektor perbankan dapat menimbulkan dampak

serius pada perekonomian secara keseluruhan.

Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan memiliki kemampuan

untuk memberikan modal pinjaman kepada perusahaan dongan cara

mendayagunakan dana tabungan deposan yang ada. Namun jika

bank memberikan pinjaman yang lidak dapat dibayarkan kembali

oleh peminjamnya, insolvabilitas bank tarsebut bukan saja dapat

berakibat pada kehancuran ekuitas para pemegang saham tetapi

 juga kehancuran dana para deposan Hal Ini terjadi karena

berdasarkan karakteristiknya, bank adalah lembaga yang

'highly geared’.

4

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Gearing

Gearing didefinisikan sebagai rasio hutang

perusahaan (berapa banyak yang dipinjam) terhadap

 jumlah modal yang dimilikinya.

Jadi sebuah bank yang mempunyai jumlah hutang

lebih besar jika dibandingkan dengan modalnya

disebut sebagai ‘highly geared’. Di USA, bank tersebutdikatakan sebagai ‘highly leveraged’.

Page 58: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 58/284

5

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Contoh gearing

1000Total

100Pinjaman dari bank lain

820Deposito nasabah

80Modal

JumlahKewajiban

6301000Total

100100100Pinjaman kepada perusahaan

besar berskala nasional

10050200Pinjaman kepada pemerintah

daerah

390100390Pinjaman kepada usaha kecil dan

menengah

4020200Pinjaman kepada bank lain <1 th

0010Kas

00100Obligasi pemerintah

(Jutaan USD)%(jutaan USD)

ATMRBobot

Risiko

JumlahAktiva

Bank “highly geared”

karena hanya

mempunyai USD 80 jtatas hutang USD 820 jt

6

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Modal

Sumber daya terpenting sebuah bank dalam menjamin

terjaganya solvabilitas adalah modal yang cukup.

Modal bank merupakan sumber keuangan yang dapat

digunakan bank guna menanggung kerugian sebab

modal tidak membutuhkan pembayaran kembali.

Modal adalah jumlah investasi para pemegang saham

pada bank sebagaimana terukur pada nilai di

neracanya.

Page 59: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 59/284

7

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Insolvabilitas

Insolvabilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan

perusahaan membayar kembali klaim jenis apapun

pada saat jatuh tempo.

Bank yang berada dalam posisi seperti ini dikatakan

mengalami krisis solvabilitas (solvency crisis).

8

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Insolvabilitas - contoh

Bank X telah mendanai pinjaman nasabahnya dengan meminjam dana dari

deposan dan pasar dengan bunga tetap selama 5 tahun. Bank X berasumsi

bahwa mayoritas nasabahnya akan membayar kembali pinjamannya dalam

periode tersebut.

Namun demikian, ternyata jumlah debitur yang gagal mengembalikan

kreditnya jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Kepada

pasar obligasi dan para deposannya, Bank X masih berutang dana dengan

tingkat suku bunga lima tahun yang tetap, namun tidak memiliki modal yang

cukup untuk menutupi kekurangan yang disebabkan oleh debitur yangmengalami default  tersebut.

Kerugian yang terjadi lebih daripada sekedar menyerap habis modal bank,

namun berakibat pada turunnya nilai investasi para pemegang saham pada

bank tersebut hingga dibawah nol. Kerugian yang lebih besar daripada

 jumlah modal bank tersebut bahkan berdampak pada penyedia dana yang

lainnya, yaitu para pemegang obligasi dan debitur.

Bank X dalam hal ini mengalami krisis solvabilitas (solvency crisis).

Page 60: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 60/284

9

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Insolvency

Krisis solvabilitas (solvency crisis) pada sebuah bank dapat menyebabkan

gangguan kecil pada aktivitas ekonomi. Namun, jika krisis tersebut menimpa

seluruh sektor perbankan, maka seluruh sendi-sendi perekonomian dapatterkena dampaknya.

Dengan tidak adanya mekanisme manajemen likuiditas pada bank, jika terjadi

kondisi tidak likuid dapat mengakibatkan bank menuju kepada kondisi tidak

solvabel (insolvency), hal ini dapat terjadi karena saat krisis likuditas, bank

berusaha melikuidasi asetnya secara cepat dengan harga yang rendah,

akibatnya menimbulkan kerugian. Jika krisis likuiditas menjadi meluas,

pengaruhnya bagi ekonomi dapat sama seperti krisis solvabilitas yang

mempengaruhi industri bank secara keseluruhan.

Sejarah menunjukkan bahwa kegagalan dalam membangun kepercayaan

dari sebuah bank dapat mengakibatkan kehilangan kepercayaan pada

seluruh bank.

10

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Bank Sentral sebaqai lender of last resort

Masalah likuiditas dan solvabilitas adalah hal yang relevan sejak

abad ke 18, saat mulai munculnya sistem perbankan.

Peran dari bank sentral sebagai penjaga (guardian) yang selanjutnya

sebagai pengawas (supervisor) atas persoalan-persoalan pada

sistem perbankan juga dimulai pada abad ke 18.

Dengan pertimbangan untuk melindungi kepentingan masyarakat,

bank dengan status khususnya dapat sewaktu-waktu meminta

dukungan dari bank sentral. Bank sentral memberikan tersebut

melalui perannya sebagai 'lender of last resort' untuk menjaga

stabilitas sistem keuangan.

Sebagai 'lender of last resort' bank sentral selalu berjaga-jaga

menyediakan dana bagi bank umum untuk memastikan bahwa tidak

ada krisis solvabilitas atau krisis likuiditas dalam sektor perbankan

yang dapat membawa kepada krisis ekonomi secara keseluruhan.

Page 61: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 61/284

11

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Stabilitas keuangan (Financial stability)

Penetapan standar-standar pada lembaga keuangan

bermula dari kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi danketangguhan sistem keuangan.

Stabilitas keuangan didefinisikan sebagai pemeliharaan

situasi dimana kapasitas lembaga-lembaga keuangan dan

pasar dapat memobilisasi kegiatan penyimpanan dana

secara efisien, menyediakan likuiditas, serta melakukan

investasi tanpa ada hambatan.

Stabilitas keuangan dapat menanggulangi kegagalan berkala yang

terjadi pada lembaga-Iembaga keuangan secara individu.

Kegagalan-kegagalan seperti itu hanya akan mengkuatirkan jikakegagalan-kegagalan tersebut mengakibatkan gangguan umum

pada sistem perbankan.

12

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Stabilitas keuangan (Monetary stability)

Monetary stability didefinisikan sebagai stabilitas dalam

nilai uang, (yaitu inflasi yang rendah dan stabil)

Stabilitas moneter tidak sama dengan stabilitas keuangan. Meskipun

keberadaan keduanya sering bersamaan, tetapi mereka tidak harus selalu

berdampingan sebagaimana terlihat pada 3 periode sejarah yang berbeda

dibawah ini :• periode inflasi rendah dari akhir abad 18 hingga abad 20 saat

pemerintah memberikan perhatian besar terhadap stabilitas

• periode sejak akhir PD I hingga tahun 1980-an saat stabilitas

moneter menjadi pusat perhatian karena ancaman gejolak dan

tingginya laju inflasi

• periode sejak awal tahun 1980-an dan seterusnya saat kebijakan

bank sentral yang diimplementasikan mampu mengendalikan

inflasi.

Page 62: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 62/284

13

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Liberalisasi keuangan (Financial liberalization)

 Alasan utama mengapa kebijakan moneter yang berhasil tidak

menyebabkan terjadinya stabilitas keuangan adalah adanya

'gelombang‘ liberalisasi yang mulai menerpa pasar-pasar 

keuangan pada tahun 1970an dan tahun 1980an.

Campur tangan dan peran negara dalam perekonomian mulai

berkurang setelah adanya beberapa tindakan, termasuk:

• dihilangkannya halangan untuk berkompetisi antara lembaga

keuangan, termasuk liberisasi dalam perizinan perbankan yang

sebelumnya menjadi bagian utama dari regulasi hingga tahun

1970-an.

• dihilangkannya batasan dalam pricing transaksi keuangan,

seperti adanya suku bunga maksimum atas bunga pinjaman

and deposito.• dihilangkannya larangan atas pergerakan modal internasional

yang kemudain mendorong dikenalnya nilai tukar mata uang.

14

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Contoh Liberalisasi keuanqan

Krisis hutang Amerika Latin pada tahun 1980-an.

Pada tahun 1970an, negara-negara pengekspor minyak utama

menempatkan keuntungan yang mereka dapatkan dari naiknya harga

minyak kepada bank-bank internasional, yang meminjamkan dengan

porsi yang besar atas dana tersebut kepada pemerintah Amerika Latin.

Dengan mulainya resesi dibanyak negara-negara industri maju pada

awal tahun 1980an, negara Amerika Latin menghadapi krisis ekonomi

dan keuangan karena harga komoditi jatuh dan ekspor mereka

menurun secara dramatis.Pada bulan Agustus 1982 Mexico menyampaikan kepada International

Monetary Fund (IMF) bahwa tidak mampu lagi untuk memenuhi

kewajiban hutangnya yang sebesar 80 milyar USD. IMF,World Bank

dan pemerintah US memberikan paket bantuan secara bersama-sama

untuk mencegah Mexico gagal bayar. Namun situasi di Amerika Latin

memburuk karena bank dan investor kehilangan kepercayaan pada

kemampuan banyak negara berkembang untuk membayar kembali

hutangnya.

Page 63: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 63/284

15

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Contoh liberalisasi keuanqan

Krisis hutang Amerika Latin pada tahun 1980an.

16 negara-negara Amerika Latin, yang secara bersama-samahutang sebesar 176 milyar USD, masih berjuang untuk memenuhi

kewajiban hutang mereka. Banyak bank intemasional terbesar 

menghadapi prospek kredit macet dalam jumlah besar dan

potensi tidak solvabel (insolvency). Kejatuhan sistem perbankan

secara besar-besaran terhindarkan dengan penjadwalan ulang

hutang, namun tekanan untuk memenuhi pembayaran bunga

telah menekan perekonomian Amerika Latin ke dalam resesi.

Pada tahun 1989 penekanan berubah dari restrukturisasi hutang

menjadi pengurangan hutang. Sebagai pemenuhan komitmen

untuk memperkenalkan reformasi ekonomi, IMF dan World Bank

menyediakan dana bagi negara-negara Amerika Latin untuk

membayar kembali sisa hutangnya kepada bank komersial.

16

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Persaingan dan perbankan

Liberalisasi pasar keuangan meningkatkan tekanan persaingan

pada bank dengan cara :

• Mengurangi kemampuan lembaga yang ada untuk mengambil

margin yang besar dari bisnis mereka - harga produk menjadi

semakin kompetitif.

• menciptakan masuknya pemain-pemain baru yang akan

meningkatkan kompetisi.Kesulitan mendapatkan return yang sama dengan keadaan

sebelumnya membuat banyak institusi terpaksa meningkatkan

tingkat risiko pada bisnis yang mereka jalani untuk

mempertahankan laba.

Page 64: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 64/284

17

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Persaingan dan perbankan - contoh

Di tahun 1995 bank internet pertama di dunia di Atlanta, Georgia,

 Amerika. Security First National Bank (SFNB) hanya mempunyai satukantor, tidak ada kantor cabang dengan sangat sedikit staff dan biaya

overhead sangat kecil.

Pendirian bank tersebut berdasarkan pernikiran bahwa nasabah

bank ingin menjalankan aktivitas mereka secara cepat, efisien, bebas

waktu dan dengan lingkungan yang aman. Bank ini juga didirikan

untuk menguji produk perangkat lunak perbankan Security First.

Walaupun saat ini telah menjadi bagian dari Royal Bank of Canada,

SFNB membuktikan betapa relatif mudah bagi SFNB untuk

rnendirikan sebuah bank. Hal tersebut juga membuktikan bahwa

internet banking merupakan konsep yang dapat direalisasikan. Saatini, internet banking memberikan porsi cukup besar dalam omzet

total industri perbankan.

18

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Inovasi produk keuanqan

Liberalisasi sektor keuangan juga mengakibatkan

inovasi-inovasi baru secara cepat, kebanyakan yang

menonjol pada produk-produk seperti futures, swaps and

options (pasar derivative) dan sekuritisasi aset.

Produk-produk seperti itu rnemiliki kemampuan yangtinggi dalam meningkatkan kemampuan bank untuk

memindahkan risiko diantara mereka sendiri dan investor 

pada pasar yang lain.

Page 65: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 65/284

19

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Perkembangan Internasional

Kendali atas kompetisi lintas-perbatasan juga ikut terkena

pengaruh liberalisasi sebagai dampak perdagangan bebas

global. Namun barangkali pengaruh lebih besar adalah akibat

dari meningkatnya kekuatan ekonomi dan politik dari

Uni-Eropa. Liberalisasi kendali lintas-perbatasan memperkuat

hubungan keuangan antara lembaga-lembaga keuangan,

pasar dan negara.

20

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.2 Pengaruh pada pengawas perbankan dan

regulasi

Perkembangan pasar keuangan dan liberalisasi pengawasan

lintas wilayah menyebabkan otoritas pengawas, khususnya bank

sentral, menyadari meskipun nilai jaring pengaman dalam

perannya sebagai lender of last resort tumbuh secara subtansial,

namun telah melemahkan dasar peraturan keuangan mereka.

Sebelum periode liberalisasi keuangan pada tahun 1970an dan

1980an regulasi keuangan fokus pada :• otorisasi Iembaga keuangan

• penentuan kegiatan usaha untuki masing-masing jenis

lembaga keuangan.

• penetapan rasio-rasio pada neraca dan ketentuan seperti

tingkat giro wajib minimum sebuah bank tertentu pada bank

sentral, atau jumlah aset tertentu dalam bentuk surat utang

negara.

Page 66: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 66/284

21

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.3 Beberapa pendekatan baru terhadap regulasi

Pada 'dunia yang baru' ini, otoritas pengawas mulai mempertimbangkan

beberapa pendekatan baru dalam melakukan fungsi regulasi. Beberapa hal

yang mendorong otoritas mempertimbangkan pendekatan baru adalah:

• pelaku pasar mengukur kinerja mereka dengan melihat return yang

dihasilkan dari tingkat risiko yang diambilnya. Jika otoritas dapat

menciptakan proses pengaturan yang sesuai dengan pasar, maka dapat

dibuat regulasi yang lebih efektif dan relevan bagi lembaga yang diatur.

• meningkatnya globalisasi pasar modal meningkatkan kebutuhan untuk

menjamin agar prinsip kehati-hatian dapat diterima secara intemasional

dan diimplementasikan secara konsisten.

• regulasi hanyalah salah satu bagian dari solusi. Risiko-risiko terkait

dengan intermediasi keuangan internasional bergantung pada masalah

seperti standar-standar minimum dalam undang-undang tentang kontrak

dan kebangkrutan, standar akuntansi dan audit serta ketentuantransparasi (disclosure).

22

2 Evolusi Manajemen

Risiko dan Regulasi perbankan

2.2 Kesepakatan Basel Awal dan

Kecukupan Modal untuk Risiko Kredit

Page 67: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 67/284

23

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.1 Tuiuan Basel I

Komite Basel untuk Pengawasan Perbankan (Basel Committee on

Banking Supervision) didirikan tahun 1974 oleh para gubernur banksentral dari The Group of Ten' (G10), yang kegiatannya fokus kepada

praktek pengawasan dan peraturan perbankan.

Komite Basel terdiri dari perwakilan bank sentral dan pengawas bank

dari kelompok 11 negara yang disebut G10, plus Spanyol dan

Luxembourg. Akibatnya Komite Basel mempunyai anggota dari

negara-negara sebagai berikut : (13 negara)

LuxembourgSpainUnited StatesUnited KingdomSwitzerland

SwedenNetherlandsJapanItaly

GermanyFranceCanadaBelgium

24

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.1 Tujuan Basel I

Komite Basel mempunyai 3 tujuan utama dalam mengembangkan

kesepakatan Basel I (Basel I Accord) :

• Memperkuat kesehatan dan stabilitas sistem perbankan

internasional.

• menciptakan kerangka kerja yang seimbang untuk mengukur 

kecukupan modal dari bank yang aktif secara internasional.

• menerapkan kerangka kerja tersebut secara konsisten dengantujuan mengurangi ketidaksetaraan kompetitif antar bank yang

aktif secara internasional.

Page 68: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 68/284

25

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.2 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan

bobot risiko (risk-weighted assets and risk weights)

Untuk memahami bagaimana Basel I mencapai sasaranutamanya, hal yang penting untuk diketahui adalah

memahami konsep Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR)→ Risk-Weighted Assets (RWA). ATMR adalah

aktiva neraca dikalikan oleh bobot risikonya. ATMR

diperlukan untuk penyusunan neraca berisiko, yang

akhirnya digunakan untuk mendapatkan persyaratan

modal.

Basel Committee menemukan sistem untuk membantu bank

menentukan tingkat ATMR-nya. Sistem tersebut berdasarkan pada

konsep bobot risiko atas berbagai faktor. Bobot risiko ini ditentukan

berdasarkan risiko kredit secara relatif atas masing-masing kelas

aktiva.

26

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.2 ATMR dan bobot risiko

Untuk mendapatkan neraca yang diberi bobot

berdasarkan faktor-faktor risiko, setiap kontrak instrumen

(seperti pinjaman) dikelompokan ke dalam 5 kategori

sesuai dengan kualitas kredit yang diterima dari pihak

lawan dalam jangka waktu kontrak.

Bobot yang dipergunakan adalah :

• 0%,10%, 20%, 50%, dan 100%.

Page 69: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 69/284

27

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.2 ATMR dan bobot Risiko

Table 2.1: versi ringkasan daftar keseluruhan dalam Basel I

Kas0

Pemerintah OECD

Pemerintah pusat OECD* dan domestik

Asset ClassBobot risiko %

Pemerintah daerah dan sektor publik OECD dan domestik.0 to 50

Pemberian kredit perumahanan (charge pertama atas properti

hunian

50

Antarbank (OECD) & bank perkembangan internasional20

Bank Non-OECD <1year 

Kredit perorangan tanpa agunan dan kredit korporasi100

Pemerintah Non-OECD

Bank Non-OECD > 1year 

* The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)adalah sebuah kelompok 30 negara yang

secara bersama-sama memiliki komitmen thd pemetintahan yang demokratis dan ekonomi pasar 

28

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.2 Contoh:

Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Bank A adalah bank berdasarkan peraturan Basel I memutuskan

untuk meminjamkan 100 juta USD kepada bank non-OECD selama

6 bulan. ATMR untuk kredit ini adalah :

Kredit USD 100 juta

Bobot risiko 20% ATMR USD 20 juta (100 juta * 20%)

Bank B meminjamkan USD 100 juta kepada sebuah perusahaan

besar. ATMR untuk kredit ini adalah :

Kredit USD 100 juta

Bobot risiko 100%

 ATMR USD 100 juta (100 juta * 100%)

Page 70: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 70/284

29

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.3 Target rasio permodalan

Basel I Accord menciptakan hubungan antara risiko danmodal. Hal ini dilakukan dengan cara menciptakan

multiplier yang berbeda-beda, masing-masing untuk kredit

kepada pemerintah, kredit kepada bank lain, kredit

perusahaan dan perorangan dan mengalikannya dengan

target rasio modal. Target rasio modal adalah rasio modal

yang memenuhi syarat ATMR bank intemasional.

Komite Basel menetapkan target minimum rasio modal 8 %

30

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.3 Target rasio permodalan

Tidak ada maksud bahwa target 8 % tersebut harus

diterapkan secara universal kepada semua bank dalam

suatu wilayah hukum otoritas pengawas suatu negara.

Komite secara khusus memperbolehkan penerapantarget 8% ini sebagai landasan bahwa rasio ketetapan

modal minimum bagi bank harus merefleksikan risiko-

risiko lain selain risiko kredit.

Page 71: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 71/284

31

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.3 Target rasio permodalan

Rumus perhitungan target rasio modal adalah :

Modal yang dapat diperhitungkan

---------------------------------------------  X 100 = Rasio (min 8%)

Risk-weighted assets (ATMR)

Dengan begitu, kita dapat menghitung modal yang dibutuhkan

dengan mengetahui ATMR nya, atau mengetahui ATMR yang

diijinkan untuk sejumlah modal dengan membalik persamaan di atas.

32

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.3 Target rasio permodalan - contoh

Perhitungan Kebutuhan Modal 

Bank A adalah bank yang diatur berdasarkan Basel I memutuskan

untuk meminjamkan 100 juta USD kepada non-OECD bank selama

6 bulan. Modal yang dibutuhkan oleh Bank Atas pinjaman ini adalah :

Pinjaman yg diberikan USD 100 juta

Risk weight/bobot risiko 20%

RWA USD 20 juta

Modal yang dibutuhkan USD 1.6 juta (20 juta x 8%)

Page 72: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 72/284

33

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.3 Target rasio permodalan - contoh

Perhitungan Kebutuhan Modal 

Bank C mempunyai modal yang belum dialokasikan sebesar USD 2

 juta, ingin meminjamkan kepada OECD bank. Berapa banyak yang

Bank C dapat pinjamkan ?

Jumlah Modal USD 2 juta

 ATMR USD 100 juta (2 juta/20%(Risk Weight))

Kredit/setara kredit USD 125 jt (25 juta/20%)

34

2.2.3 Target Rasio Modal - contoh

Perhitungan Kebutuhan Modal 

Bank C mempunyai modal yang belum dialokasikan sebesar USD 2

 juta, ingin meminjamkan kepada OECD bank. Berapa banyak yang

Bank C dapat pinjamkan ?

2 jt x 100 = 8% (minimum ratio)

---------------

RWA (ATMR)

Jumlah Modal USD 2 jt

Risk weight 20%

RWA(ATMR) USD 25 jt (200jt / 8%)

Nilai Pinjaman USD 125 jt

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

Page 73: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 73/284

35

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.4 Penyetaraan risiko kredit

Dengan makin beragamnya kegiatan usaha bank, kebutuhan untuk

memperhitungkan eksposur off-balance sheet pada perhitungan kecukupan

modal semakin meningkat. Pada umumnya, pos-pos off-balance sheetmerupakan kewajiban yang bersifat kontinjen seperti : jaminan, options,

acceptances atau warranties. Dalam hal ini, tidak ada nilai kas atau aktiva

fisik yang dapat dinyatakan dalam neraca karena neraca tidak mencatat

suatu perjanjian dan hanya mencatat nilai yang dihasilkan dari perjanjian

tersebut. Contoh yang tepat adalah perjanjian asuransi, dimana pembayaran

premi akan tercermin pada rekening neraca namun perjanjian asuransi tidak

dicatat dalam rekening tersebut.

Untuk menangani pos-pos off-balance sheet, Basel Committee menerapkan

konsep penyetaraan risiko kredit. Konsep ini pertama kali diusulkan oleh

Basel Committee pada dokumen yang membahas perlakukan terhadap

ekposur off balance sheet pada bulan Maret 1986 yang berjudul ~TheManagement of Banks' Off-Balance-Sheet Exposures: Supervisory 

Perspective".

36

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.4 Penyetaraan risiko kredit

Konsep yang melatarbelakangi penyetaraan risiko kredit

adalah bahwa setiap transaksi off-balance sheet dapat

dikonversikan menjadi transaksi setara kredit sehingga

dapat dianggap sebagai transaksi on-balance sheet untuk

keperluan perhitungan ATMR.

Hal ini memberikan penegasan bahwa definisi ATMRmencakup berbagai kewajiban bank dalam arti luas,

sehingga tidak hanya mencakup pemberian kredit dan

transaksi pada kelompok aktiva lainnya yang sejenis.

Page 74: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 74/284

37

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.5 Instrumen standar penganti kredit

Table 2.2: Berbagai instrumen off-balance sheet yang memiliki faktor 

konversi (CF) sederhana dapat dilihat pada tabel berikut:

0Komitmen sejenis lainnya yang memiliki jatuh tempo sampai dengan satu tahun atau

yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan tanpa syarat.

50Komitmen lainnya yang memiliki jatuh tempo original lebih dari satu tahun

50Fasilitas penerbitan srat berharga dan fasilitas penjaminan (underwriting) yang

bersifat revolving

100Pembelian aktiva secara forward, forward-forward deposits, dan saham serta suratberharga yang baru dilunasi sebagian yang mencerminkan adanya komitmen dengan

rencana pemenuhan yang terjadwal.

100Perjanjian penjualan dengan persyaratan pembelian kembali dan penjualan aktiva

dengan kewajiban pembelian kembali, dimana risiko kredit tetap ditanggung oleh

bank.

20Pos-pos kontinjen jangka pendek yang terkait dengan perdagangan dan bersifat self-

liquidating

50Pos-pos kontinjen yang terkait dengan transaksi tertentu

100Instrumen yang terkait dengan kredit (seperti jaminan)

CF %Pos off-balance sheet

38

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.6 Instrumen derivatif 

Transaksi off-balance sheet lainya seperti transaksi derivatif 

diperlakukan secara berbeda. Derivatif adalah instrumen

keuangan yang pada umumnya tidak mempertukarkan nilai

pokok transaksi yang mendasarinya.

Nilai transaksi derivatif ditentukan berdasarkan nilai salah satu

atau lebih hal-hal berikut:

• instrumen keuangan

• indeks

• komoditi, atau

• instrumen derivatif lainnya

Page 75: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 75/284

39

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.6 Instrumen derivatif- Contoh

Bank V melakukan forward rate aggreement dengan BankX.

Transaksi ini memberikan hak pada Bank V untukmenempatkan dana sebesar USD 10 juta untuk jangka waktu

tiga bulan sejak bulan pertama dengan tingkat suku bunga 2%.

Pada bulan berikutnya kedua bank tsb membandingkan tingkat

suku bunga 2% dengan tingkat suku bunga di pasar saat ini

sebesar 1.5%. Bank X membayar kepada Bank V bunga

sebesar 0.5% karena adanya penurunan tingkat suku bunga.

Dengan transaksi pembayaran ini, Bank V Bank V sekarang

dapat menempatkan dananya pada tingkat suku bunga di bank

manapun yang dipilih. Penyesalaian transaksi dengan

pembayaran bunga sebesar 0.5% dari Bank X memungkinkanBank V menerima bunga total sebesar 2%.

40

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.6 Instrumen derivatif - contoh

Forward Rate Agreement (FRA)

Bank V membuat kontrak FRA dg Bank X

Utk mendapatkan hak mendepositokan10 juta

USD selama 3 bln dimulai 1 bln didepan.

Menerima 2%agreed rate

for 1v3 month FRA

membayar 3 bln LIBID

Bank V Bank X

menerima 3 bln

LIBID (1.5%)

Bank Y Dalam 1 bln didepan. V menempatkan secara

Fisik deposit dengan Bank Y dan menerima 3

Bln LIBID.

Page 76: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 76/284

41

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.6 Instrumen derivatif 

Bank tidak dihadapkan pada kerugian sebesar nilai yang tertera pada

kontrak swap jika counterparty mengalami kondisi gagal bayar, tetapi

hanya menderita kerugian sebesar aliran kas yang seharusnya

diperoleh dari kontrak tersebut. Oleh karena itu, terhadap eksposur 

yang harus dilakukan mark-to-market ditetapkan bobot 50% lebih

rendah daripada bobot pemberian kredit. Sebagai contoh, bobot

counterparty yang sebelumnya mempunyai bobot 100% diturunkan

bobot risikonya menjadi 50% khusus untuk eksposur tertentu yang

harus dilakukan mark-to-market. Pergerakan sejumlah faktor yang

terkait dengan kontrak yang diperjanjikan sejak berlaku efektinya

kontrak tersebut dapat menimbulkan kemungkinan munculnya

eksposur setara risiko kredit.

Oleh karena itu, pada setiap kontrak akan terdapat “nilai yang

ditambahkan (add on)” untuk mengantisipasi potensi perubahan nilaikontrak yang menyebabkan bank harus menghadapi risiko yang

ditimbulkan oleh counterpary.

42

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.6 Instrumen derivatif 

Secara umum instrumen derivatif antara lain:

• interest rate swaps and options, forward rate agreements, interest

rate futures

• exchange rate swaps and options, forward foreign exchange

contracts, currency futures (diluar kontrak yang jatuh temponya

kurang dari 14 hari).

• swap dan option logam mulia dan logam lainnya, kontrak forward

future• swap dan option ekuitas, dan kontrak future ekuitas.

Berdasarkan Basel I terdapat dua metode untuk menghitung nilai

setara kredit atas kontrak-kontrak tersebut, yaitu:

• Current Exposure Method

• Original Exposure Method

Page 77: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 77/284

43

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.7 The Current Exposure Method

Metode ini disarankan oleh Basel Committee pada Basel I.

Metode ini menghitung biaya penempatan kembali pada saat ini(current replacement cost) dari kontrak berdasarkan harga pasar.

Metode ini umumnya dilakukan dengan proses yang cukup

sederhana mengingat transaksi-transaksi derivative umumnya

merupakan traded istrumen. Metode ini juga dirasakan cukup

akurat dan dapat memberikan perbandingan yang jelas antara

kontrak derivatif dengan transaksi setara kredit.

Nilai mark-to-market suatu kontrak selalu mengalami perubahan

karena nilai kontrak dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko terkait

dengan jenis kontrak tersebut. Sebagai contoh, perubahan pada

nilai swap suku bunga akan sangat tergantung pada pergerakan

relatif suku bunga yang dikaitkan dengan transaksi swap tersebut.

44

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.7 The Current Exposure Method

Jika nilai mark-to-market suatu transaksi merupakan angka positif,

hal ini dapat mencerminkan nilai kerugian yang akan dihadapi

bank jika counterparty mengalami default atas transaksi tersebut.

Namun demikian, sejalan dengan adanya fluktuasi nilai mark-to-

market suatu transaksi sampai dengan jatuh tempo, maka

kemungkinan akan terdapat terdapat peningkatan risiko risiko

ekposur kredit dibandingkan nilai mark-to-market saat ini.

Charge Capital untuk eksposur tambahan ini dihitung denganmenambahkan prosentase tertentu dari notional principal pada

mark-to-market saat ini. Tabel berikut menunjukan prosentase

yang dapat diterapkan pada notional amount setiap transaksi.

Prosentase tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis isntrumen

dan sisa jatuh tempo untuk mencerminkan risiko relatif setiap

instrumen pada beberapa waktu yang berbeda.

Page 78: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 78/284

45

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.7 The Current Exposure Method

Table 2.3

15.08.010.07.51.5> 5 tahun

12.07.08.05.00.51-5 tahun

10.07.06.01.00.0< 1 tahun

%%%%%

Komoditilainnya

Logammulia selain

emas

EkuitasNilai tukar dan emas

Sukubunga

Sisai jatuhtempo

46

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.7 The Current Exposure Method - contoh

7 year USD 10m interest rate swap

Suku bunga telah naik dan nilai pasar dari Swap menjadi USD 1 juta

Credit Exposure (CE) = Mark-to-market + (notional amount x add-on)

CE = USD 1jt + (USD 10 jt x 0.5%) = USD 1,050,000

CE untuk OECD bank, bobot risikonya 20%, karena eksposurnya

tergantung harga pasar maka didiscount 50 % menjadi 10 %

Capital consumption = USD 1,050,000 x 10% (risk weight) x 8%

(target capital ratio) = USD 8,400

6% Fixed Rate

6 month LIBOR

Bank AOECD

Bank

Page 79: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 79/284

47

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.8 The Original Exposure Method

Metode Ekposur Awal memungkinkan bank untuk menghitung

dengan suatu prosentase notional principal sebagai ekposur tanpaharus menghitung nilai kontrak saat ini.

Table 2.4: faktor konversi (CF) pada Original Exposure method.

3.01.0Untuk setiap tambahan

tahun

5.01.0 Antara 1 – 2 tahun

2.00.5Sampai dengan 1 tahun

%%

Kontrak nilai nilai

tukar dan emas

Kontrak suku

bunga

Jatuh tempo

48

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.8 The Original Exposure Method

Pada Basel I, pengawas diberikan kewenangan untuk

mengijinkan bank mempergunakan metode ini sementara waktu

sebagai transisi sebelum diterapkan Model Current Eksposure.

Metode ini umumnya diterapkan bank yang mempunyai posisi

matched yang kecil untuk suatu instrumen. Bank yang

menjalankan transaksi pada forwards, swaps, membeli options

atau kontrak derivatif lainnya yang sejenis berdasarkan ukuitas,logam mulia selain emas, atau komoditi lainnya harus

mempergunakan Model Current Exposure.

Page 80: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 80/284

49

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.9 Menghitung jumlah modal yanq diperlukan

Bank dapat menentukan kebutuhan modal minimum yang

dipersyaratkan untuk dimiliki dengan pertama-tama menentukandahulu ATMR-nya kemudian mengkalikannya dengan target rasio

modal yang diatur pengawas.

Perhitungan modal sesuai ketentuan - contoh

Bank A mempunyai target rasio modal 8 % dan mempunyai posisi

pada bukunya sebagai berikut:

1. Kredit berjangka waktu 6 bulan ke suatu bank di French senilai

USD 100juta

2. Swap suku bunga berjangka waktu 4 tahun kepada sebuah

perusahaan kimia di Inggris untuk USD 10 juta dengan nilai mark-to-market USD 500,000

3. Residential property mortgage senilai USD 500 juta

50

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.9 Perhitungan modal sesuai ketentuan

1 Transaksi ini adalah transaksi on balance sheet dengan suatu

bank di negara OECD dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun

 ATMR (RWA) = USD 100m x 20% = USD 20 juta

2 Transaksi ini merupakan transaksi off balance sheet dengan

sektor swasta dengan jatuh tempo kurang dari lima tahun dan

menggunakan Model Currenct Exposure

Setara Kedit (CE) = (USD 10m x 0.5%) + USD 500,000 = USD 550,000

 ATMR (RWA) = USD 550,000 x 50% = USD 275,000

Page 81: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 81/284

51

2.2 Basel I Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit

2.2.9 Perhitungan modal sesuai ketentuan

3. Transaksi ini merupakan transaksi on balance sheet berupa

kredit yang dijamin dengan residential property.

 ATMR (RWA) = USD 500m x 50% = USD 250 juta

Total ATMR (RWA) = USD 20,000,000 + USD 275,000

+ USD 250,000,000

= USD 270,275,000

Persyaratan modal = USD 270,275,000 x 8% = USD 21,622,00

sesuai ketentuan

52

2 Evolusi Manajemen Risiko

dan Regulasi Perbankan

2.3 Penggunaan Pendekatan ‘Grid’ dan

Tabel ‘Look up’ untuk Menghitung Kecukupan

Modal dan Risiko Kredit pada Basel I

Page 82: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 82/284

53

2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I

2.3 Penggunaan pendekatan ‘grid’ dan tabel ‘look up’

untuk menghitunq kecukupan modal dan risiko kredit

pada Basel I

Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Basel I,

pada umumnya menggunakan “grid” sebagaimana ditujukan pada

Table 2.3 and 2.4 untuk menghitung tingkat kesetaraan risiko

kredit suatu transaksi.

Bank juga memiliki tabel ‘look up’ sebagaimana ditunjukkan tabel

2.1 and 2.2 di depan untuk menghitung ATMR dalam rangka

menentukan persyaratan modalnya.

54

2.3.1 Kecukupan return atas modal sesuai ketentuan

Berdasarkan Basel I dan II, bank menghitung kebutuhan modal yang

dipersyaratkan tergantung jumlah dari ATMR. Kegiatan usaha bank tidak

bersifat statis tetapi dinamis, oleh sebab itu tingkat ATMR akan berubah

sejalan dengan penambahan atau berakhirnya suatu transaksi.

Pada kondisi ini, bank dihadapkan pada 2 pilihan, yaitu :

• menetapkan batasan tertentu pada modal sesuai ketentuan sehingga

 jumlah total ATMR tidak akan berubah. Namun demikian, pilihan ini

akan membatasi bank dalam meningkatkan kegiatan usahanya, atau

• meningkatkan modal sejalan dengan meningkatnya ATMR.

Perlu diperhatikan bahwa penetapan modal sesuai ketentuan pada

tingkat tertentu sulit diterapkan karena ATMR dapat meningkat walaupun

tidak ada transaksi/bisnis baru yang dilakukan.

2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I

Page 83: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 83/284

55

2.3.1 Kecukupan return atas modal sesuai ketentuan

Return atas modal sesuai ketentuan (return on

regulatory capital) adalah ukuran kinerja yangdigunakan untuk meyakinkan bahwa suatu transaksi

menghasilkan return yang cukup bagi bank untuk

meningkatkan permodalannya.

Perlu diperhatikan bahwa unsur biaya yang terkait dengan risiko

tidak secara khusus diperhitungkanmarjin return yang tercakup

dalam ‘pendapatan bersih’. Penilaian kecukupan return memerlukan

alat ukur yang terpisah.

2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I

56

2.3.1 Perhitungan return atas modal sesuai ketentuan –

contoh

Contoh sederhana untuk menghitung return atas modal sesuai

ketentuan dapat dilihat berikut ini. Asumsi yang digunakan adalah:

• struktur permodalan cukup memadai untuk dilakukan kapitalisasi

terhadap suatu transaksi.

• bank memiliki jumlah modal yang nilainya sama dengan jumlah

modal sesuai ketentuan- yang merupakan suatu hal langka di

dunia nyata.

Bank T sedang mempertimbangkan untuk memberikan kredit

dengan bunga tetap kepada nasabahnya dan harus meningkatkan

modal sesuai ketentuan untuk melakukan transaksi tersebut. Untuk

memutuskan pemberian kredit tsb, Bank harus menghitung terlebih

dahulu return atas modal sesuai ketentuan. Dalam hal ini, bank

menetapkan batasan kredit yang dapat digunakan nasabah selama

kredit (standa by loan limit).

2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I

Page 84: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 84/284

57

2.3.1 Perhitungan return atas modal sesuai ketentuan– contoh

100%Bobot risiko

USD 10 juta ATMR atas bagian kredit yang digunakan (20juta x 50% x 100%)

1%Marjin atas bagian kredit yang digunakan

50%Estimasi penggunaan

USD 20 jutaStand-by loan limit (tersedia untuk > 365 days)

2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I

USD 1.20 jutaJumlah modal (15 jt x 8%)

8%Rasio modal

USD 5 juta ATMR aats kredit yang tidak digunakan (20m x 50% x 50% x 100%)

100%Bobot risiko

50%Faktor konversi kredit

0.5%Marjin atas kredit yang tidak digunakan

50%Estimasi kredit yang tidak digunakan

USD 15 jutaTotal ATMR (10 jt + 5 jt)

12.5%Return atas modal sesuai ketentuan = (0.15 jt / 1.2 jt x 100)

Return atas modal = Pendapatan bersih/jumlah modal x 100

USD 0.15 jutaPendapatan bersih (15 jt x 1%)

58

2.3.1 Perhitungan return on regulatory capital - contoh

Pada contoh di atas hanya marjin yang digunakan untuk menghitung

pendapatan bersih. Pada prakteknya, perlu dilakukan penyesuaian

untuk mendapatkan gross return yang memperhitungkan suku bunga

dasar sebelum marjin. Sebagian besar bank akan memiliki satu

transfer price untuk dana yang digunakan. Pada contoh di atas, jika

diasumsikan transfer price adalah sebesar 3%, maka total return atas

modal sesuai ketentuan adalah 15.5% (return sesuai hasil

perhitungan ditambah dengan transfer price).Pada contoh di atas, Bank T akan mempertimbangkan apakah return

15.5% cukup memadai untuk meningkatkan permodalannya dan

apakah kredit kepada nasabah di atas akan disetujui untuk diberikan.

2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I

Page 85: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 85/284

59

2 Evolusi Manajemen Risiko

dan Regulasi Perbankan

2.4 Kebutuhan Modal Bank

Menurut Basel I

60

2.4 Kebutuhan modal bank menurut Basel I

2.4.1 Struktur permodalan (Capital structure)

Perhitungan modal minimum sesuai ketentuan bagi suatu bank

tidak menentukan struktur permodalan yang harus dimiliki.

Pada Basel I, Committee tidak hanya menciptakan kerangka kerja

untuk mengukur modal yang ditetapkan; namun juga menciptakan

kerangka kerja untuk struktur permodalan bank, yang sering

disebut sebagai 'eligible capital'.

Basel Committee mempertimbangkan bahwa elemen kunci bagai

eligible capital untuk bank adalah modal saham (equity capital).

Page 86: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 86/284

61

2.4 Kebutuhan modal bank menurut Basel I

2.4.1 Struktur permodalan

Modal pelengkap maksimum sebesar 50% dari jumlah modalkeseluruhan.

Namun demikian, untuk kepentingan modal sesuai

ketentuan sebagian besar bank dapat memiliki modaldalam 2 jenis (two tier), yaitu:

•Modal inti (Tier 1) – terdiri dari modal disetor, non-

cumulative perpetual perpetual preferred stock dan

disclosed reserves.

• Modal pelengkap (Tier 2) – terdiri dari cadangan umu,

cadangan revaluasi aktiva tetap, provisi umum (general

provisions and general loan loss reserves), modal

pinjaman (hybrid capital instruments) dan pinjaman

subordinasi (subordinated debt)

62

2.4 Kebutuhan modal bank menurut Basel I

2.4.1 Stuktur permodalan

Komponen yang dikeluarkan dalam perhitungan modal di aats

adalah:

• goodwill

• penyertaan pada lembaga keuangan bank dan non-bank yang

tidak dikonsolidasikan.

• penyertaan modal pada bank dan lembaga keuangan lain

(diserahkan pada kebijakan pengawas)

• minority investments pada perusahaan-perusahaan yang tidakdikonsolidasikan.

Perlu dipahami bahwa terdapat pula kelompok modal yang

disebut modal tier 3, yang hanya ditujukan untuk mendukung

porfolio trading bank saja.

Page 87: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 87/284

63

2 Evolusi Manajemen risiko

dan Regulasi Perbankan

2.5 Basel I dan “1996 Market

Risk Amendment”

64

2.5 Basel I dan Market Risk Amendment 1996

2.5.1 Market Risk Amendment

Basel I seringkali dikritik karena kurang sensitifnya thd risiko.

Sensitifitas risiko merupakan hal yang fundamental dalam pemikiran

Committee pada waktu mengembangkan Capital Accord I.

Tingkat sensitifitas risiko meningkat tajam setelah diluncurkannya :

"Amendment of the Capital Accord to Incorporate Market Risk" pada

Januari 1996 (selanjutnya disebut : Market Risk Amendment/MRA).

"Market Risk Amendmend” merupakan titik puncak dari suatu proses

yang dimulai sejak komite mengeluarkan tulisan dengan judul "The

Supervisory Treatment  of  Market Risks"  dan meminta perbankan

serta pelaku pasar untuk memberikan komentarnya. Masukan dan

komentar yang diterima ditindaklanjuti oleh Committee selama tahun

1994 dengan mengkaji penggunaan internal model oleh bank untuk

mengukur risiko pasar.

Page 88: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 88/284

65

2.5 Basel I dan Market Risk Amendment 1996

2.5.1 Market Risk Amendment

Pengunaan model yang berbeda-beda menyebabkan munculnya

perbedaan pandangan terhadap risiko yang dihadapi masing-masingbank. Dalam beberapa kasus, perbedaan tsb cukup signifikan

dibandingkan dengan pendekatan ATMR pada Basel I. Pada langkah

selanjutnya, diterimanya internal model oleh Committee untuk

mengukur risiko pasar lebih didasari oleh penerapan model tersebut

oleh berbagai pihak.

Basel Committee menyusun "Market Risk Amendment“ melalui

pendekatan "twin-track". Pendekatan ini menilai model-model

kuantitatif internal bank-bank berdasarkan standar yang telah

dipublikasikan sekaligus mernbuat standar kualitatif.

Secara khusus pendekatan ini mengevaluasi ketepatan penggunaan

model kuantitatif dan kualitas proses yang mendukung penerapan

model tsb.

66

2.5 Basel I dan Market Risk Amendment 1996

2.5.2 Value at Risk (VaR)

Model kuantatif yang digunakan bank-bank - yang diterima oleh

Basel Committee - disebut model "Value at Risk" (VaR). Model VaR

menunjukkan estimasi jumlah maksimum kerugian suatu portofolio

bank dari risiko pasar :

• dalam suatu periode tertentu

• dengan tingkat keyakinan statistik tertentu (yaitu dengan tingkat

probabilitas tertentu)

Teknik -teknik dalam Basel I untuk aktiva off-market ('add-on') dan

VaR keduanya memiliki sasaran yang secara garis besar serupa.

Sasaran tersebut adalah untuk menunjukkan nilai suatu transaksi

(atau lebih tepatnya nilai portofofio dari semua transaksi bank,

termasuk beberapa transaksi yang dapat saling meniadakan)selama

masa transaksi tersebut.

Page 89: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 89/284

67

2.5 Basel I dan Market Risk Amendment 1996

2.5.2 Value at Risk (VaR)

Periode waktu suatu transaksi dikenal sebagai "VaR

Horizon". Kebanyakan transaksi yang diperdagangkan,

Var Horison yang sesuai adalah satu hari perdagangan.

Oleh karena itu yang biasa digunakan adalah ukuran

Daily VaR (Daily Value at Risk - DVar)

68

2.5 Basel I dan Market Risk Amendment 1996

2.5.2 Value at Risk (VaR)

Sebagai contoh laporan risiko bank berisi pemyataan sebagai

berikut:

"Portofolio perdagangan memiliki DVaR sebesar USD 5 juta pada

tingkat keyakinan 95%“

Dalam pemyataan tersebut, tingkat keyakinan (confidence level)

terkait dengan tingkat probabilitas munculnya suatu kejadian. Dalam

konteks risiko pasar, berarti kemungkinan terjadinya kerugian suatuportofolio di atas tingkat tertentu. Umumnya, probabilitas sering

dihitung pada tingkat 95 % atau 99 %.

Sederhananya DVaR yang diungkapkan diatas dapat diartikan sbb :

"Selama 1 hari perdagangan, ada peluang 5 % (100 % dikurangi

95%) terjadinya kerugian atas portofolio yang melebihi USD 5 juta." 

Page 90: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 90/284

69

2.5 Basel I dan Market Risk Amendment 1996

2.5.2 Value at Risk (VaR)

Kelihatannya contoh tersebut menunjukkan probabilitas yang rendah,

tetapi kalau kita lihat dengan cara lain, dapat dikatakan bahwa dalamsatu tahun perdagangan akan ada sekitar 12 hari perdagangan

dimana terjadi kerugian portofolio melebihi USD 5 juta (diasumsikan

dalam satu tahun ada 240 hari perdagangan)

Perlu dicatat bahwa model Var tidak memberikan

perkiraan berapa besar kerugian yang sebenarnya akan

terjadi,dalam contoh di atas model ini tidak memberikan

indikasi sampai berapa besar nilai kerugian di atas 5 juta

USD tersebut.

70

2.5 Basel I dan Market Risk Amendment 1996

2.5.3 Regulasi berbasis risiko (Risk Based regulation)

Basel Accordtahun 1988 memang mengakui bahwa modal yang

disediakan bank harus terkait dengan "credit standing" dari :

• peminjam

• penerbit surat berharga

• pihak lain yang memilikikewajiban keuangan pada bank (misalnya

penjamin/guarantor")

Luasnya pengkategorian mengenai "counterpart" yang digunakanoleh Komite Basel, dan relatif kasarnya sensitifitas terhadap risiko

untuk proses 'add-on', membatasi cakupan peraturan berbasis risiko.

Dengan diterimanya secara bersyarat model VaR dari

bank, "MarketRisk Amendment" untuk pertama kalinya

menghasilkan unsur-unsur regulasi berbasis risiko yang

benar.

Page 91: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 91/284

71

2 Evolusi manajemen risiko

dan regulasi perbankan

2.6 Kelemahan dalam Basel I Accord

72

2.6 Kelemahan dalam Basel I

2.6.1 Basel I dan risiko kredit korporasi

Pembuatan dan keberhasilan "Market Risk Amendment"

merupakan tonggak utama pengembangan regulasi berbasis

risiko.

Pada saat yang sama banyak bank mengalihkan proses internal

kreditnya ke arah penggunaan model risiko kuantitatif yang

memiliki kesamaan langsung dengan teknik VaR. Hal tersebut

karena :

• keberhasilan banyak bank dengan model VaR

• meningkatnya trading risiko kredit

Page 92: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 92/284

73

2.6 Kelemahan dalam Basel I

2.6.1 Basel I dan risiko kredit korporasi

Risiko kredit perdagangan ("credit risk trading) telah ada secara

terbatas di pasar Commercial Paper (CP), dan meningkat secarasignifikan sejak pasar tersindikasi menjadi lebih kompleks dan

sekuritisasi pinjaman bank menjadi semakin meluas.

Kejelasan risiko kredit korporasi meningkat secara signifikan

bahkan dengan model-model yang sederhana pun bisa

menunjukkan perbedaan kualitas kredit yang sangat besar dan

menghasilkan "pricing” yang berbeda antar kredit korporasi

Pendekatan Basel I pada kecukupan modal memberikan bobot

 ATMR dan persyaratan modal yang sama terhadap sernua

pinjaman korporasi dengan mengabaikan kualitas kreditpeminjamnya.

74

2.6 Kelemahan dalam Basel I

2.6.1 Basel I dan risiko kredit korporasi

Persoalan dengan pendekatan Basel I cukup jelas: bank yang

rnernberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki kualitas

kredit yang baik wajib memiliki jumlah modal yang sama dengan

bank yang memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki

kualitas kredit yang buruk. Hal ini tidak terlalu menjadi masalah jika

bank dapat memberikan charge yang sama kepada semua

peminjam. Namun, bank makin berkompetisi dengan pesatnya

pertumbuhan pasar obligasi perseroan dimana marjin kredit cukupterkait dengan pemberian epringkat kredit yang diberikan kepada

penerbitan obligasi oleh lembaga pemeringkat seperti Standard &

Poor’s dan Moody’s Investors Service.

Persoalan yang sarna juga terjadi dalam pemberian kerdit

perorangan yang tidak dijamin (seperti kartu kredit) dan memberikan

pinjaman kepada pemerintah (sovereign loans).

Page 93: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 93/284

75

2 Evolusi Manajemen Risiko

dan Regulasi Perbankan

2.7 Perkembangan Capital Accord

baru – Basel II

76

2.7 Perkembangan Capital Accord baru - Basel II

2.7 Perkembangan Capital Accord baru - Basel II

Pada 1999, Basel Committee mulai menjalin kerjasama erat

dengan bank-bank utama dari negara-negara anggota untuk

menyusun Capital Accord yang baru. Tujuan umumnya adalah

untuk mengarahkan semua risiko perbankan ke dalam suatu

kerangka kebutuhan modal vang baru dan komprehensif. Accord

yang baru selanjutnya dikenal dengan Basel Accord II.

Penyusunan Basel II bersamaan dengan gerakan negara-negarayang tergabung dalam Uni Eropa untuk menyelaraskan pasar 

keuangan yang dikenal dengan “Financial Market Program”.

Kebutuhan untuk menyelaraskan peraturan-peraturan perbankan

dan jasa keuangan di antara negara-negara Uni Eropa

merupakan bagian tak terpisahkan dengan "Financial Market

Program” tersebut.

Page 94: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 94/284

77

2.7 Perkembangan Capital Accord baru - Basel II

2.7 Perkembangan Capital Accord baru - Basel II

Sangat dimungkinkan bagi Uni Eropa untuk mengadopsi Basel

II Accord sebagai dasar peraturan permodalan yang berlakudomestik bagi perbankan dan perusahaan jasa keuangan.

Penerapan Basel II yang meluas di Uni Eropa sangat

diperlukan antara lain karena kurang jelasnya definisi bank

yang berlaku umum di antara negara-negara anggota Uni

Eropa.

Basel II Accord, dengan beberapa perubahan kecil,

selanjutnya akan menjadi dasar peraturan yang baru negara

Uni Eropa dalam mengarahkan kebutuhan modal - disebut“The Capital Requirements Directive (CRD).

Page 95: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 95/284

Page 96: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 96/284

3

3.1 Tiga pilar regulasi

3.1. Tiga pilar regulasi

Basel II jauh lebih kompleks daripada Basel I. Hal ini terjadi karena

adanya risiko yang ditambahkan dalam Basel II, disampingpendekatan 3 pilar dan penggunaan metodologi yang lebih canggih

untuk menghitung risiko.

Mencakup risiko kredit, risiko pasar,risiko operasional dan risiko lainnyaHanya mencakup risiko kredit dan risikopasar 

Dapat dengan mudah disesuaikan

dengan kebutuhan masing-masing

bank.

Menggunakan pendekatan one-size-fits-

all pada risiko dan modal.

Memiliki tingkatan sensitivitas risiko

yang lebih tinggi

Memiliki pendekatan yang sederhana

terhadap sensitivitas risiko

Fokus pada medologi internalFokus pada satu cara pengukuran risiko

Basel II AccordBasel I Accord

4

3.1 Tiga pilar regulasi

3.1 Tiga pilar regulasi

Kerangka kerja Basel II terdiri dari tiga konsep.

Ketiga konsep ini dikenal dengan sebutan tiga pilar,

diantaranya yaitu:

• Pilar 1 – Kebutuhan modal minimum (minimum capital

requirement), yang dikembangkan dari aturan standar yang

digunakan dalam Basel I Accord 1988• Pilar 2 – Supervisory review atas kecukupan modal dan

proses penilaian bank.

• Pilar 3 – Penggunaan disiplin pasar (market discipline)

untuk mendorong transparansi (disclosure) dan mendorong

praktek perbankan yang aman dan sehat.

Page 97: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 97/284

5

3.1 Tiga pilar regulasi

3.1.1 Pilar 1 – Persyaratan modal minimum (Minimum

capital requirements)

Dalam Pilar 1, bank diminta untuk menghitung modal

minimum untuk risiko kredit, risiko pasar, dan risiko

operasional. Untuk traded market risk, tidak ada

perubahan dari apa yang telah diterapkan saat ini

dimana sesuai dengan yang telah ditetapkan Basel

Committee pada tahun 1996 dalam Market Risk

 Amandment untuk the Basel I Capital Accord.

Risiko tingkat suku bunga pada banking book tidakdicakup di dalam Pilar 1.

6

3.1 Tiga pilar regulasi

3.1.2 Pilar 2 – Supervisory review

Supervisory review pada Pilar 2 dimaksudkan untuk menformalkan

praktek yang telah dijalankan berbagai pihak regulator dari masing-

masing negara. Konsep supervisory review secara implisit telah ada

dalam Basel I dan ditujukan untuk menentukan standar minimum yang

dapat diterima oleh pihak regulator guna diterapkan pada lingkungan

perbankan masing-masing negara.

Pilar 2 merupakan supervisory review yang sangat mirip dengan apa

yang saat ini diterapkan pada The Federal Reserve Board  di Amerika,

dan The Financial Services Authority di Inggris.

Supervisory review dirancang untuk memberikan fokus perhatian pada :

• Persyaratan modal di atas tingkat minimum yang dihitung

berdasarkan Pilar 1, dan

• Tindakan awal yang dibutuhkan untuk memberikan respon terhadap

risiko yang timbul.

Pilar 2 juga meliputi evaluasi risiko suku bunga jenis tertentu dalam

banking book .

Page 98: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 98/284

7

3.1 Tiga pilar regulasi

3.1.3 Pilar 3 – Market Discipline

Pilar 3 adalah market discipline. Bank for International Settlements

(BIS) mendefinisikan market discipline sebagai mekanisme tatakelola internal dan eksternal dalam perekonomian pasar bebas

(free-market economy ) tanpa campur tangan langsung pemerintah.

Pilar 3 dirancang untuk mencakup hal-hal yang akan dibutuhkan

dalam hal pengungkapan publik oleh bank. Pilar 3 dirancang untuk

membantu para pemegang saham dan analis pasar, dan berupaya

untuk meningkatkan transaparansi atas permasalahan seperti:

• Portofolio aktiva bank, dan

• Profil risiko bank.

Perlu diperhatikan bahwa Basel I hanya berisi pendekatan Pilar 1.

Pada prakteknya, unsur pilar 2 dan pilar 3 akan tetap ada,

walaupun pendekatan yang digunakan untuk pilar-pilar ini dan

aplikasinya dapat sangat berbeda.

8

3.1 Tiga pilar regulasi

3.1.4 Cakupan risiko – kredit, pasar, operasional dan risiko

lainnya

Dalam pendekatan 3 pilar  The Basel Committee mengusulkan

untuk memperluas cakupan risiko di luar  credit risk  dan traded 

market risk  ke dalam lingkup jenis risiko yang lebih luas yang

dihadapi bank.

The Basel Committee memfokuskan Pilar 1 pada credit

risk, operational risk dan sekaligus memasukkan market

risk amendment 1996 secara utuh. Pendekatan pilar 1

menandai pertama kalinya pendekatan kuantitatif akan

digunakan untuk risiko operasional. Selain itu, beberapa

risiko lain yang ingin dicakup oelh Basel Committee dalam

pilar 2 dan 3. Risiko-risiko ini disebut dengan risiko-risiko

ini dikenal sebagai risiko-risiko lainnya (other risk).

Page 99: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 99/284

9

3.1 Tiga pilar regulasi

3.1.4 Struktur regulasi Basel II

Pillar 1Minimum Capital

Credit

Risk

Op

Risk

Market

Risk

Standardised

 Approach

IRB

approaches

1996 Capital

 Accord

amendment

Basic

Indicator 

 Approach Advanced

Measurement

 ApproachFoundation Advanced

Collateral & Securitization

Standardised

 Approach

10

3.1 Tiga pilar regulasi

3.1.4 Struktur regulasi Basel II

Pillar 3Market Discipline

Disclosure

Pillar 2Supervisory Review

Interest RateRisk in

Banking Book

Residual

Risks

Page 100: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 100/284

11

3.2 Alasan pengembangan Basel II

3.2 Alasan pengembangan Basel II

Meningkatnya penggunaan metode kuantitatif oleh bank

untuk mengukur dan melaporkan risiko kredit dalamportofolio bank adalah salah satu pengembangan (Basel II)

yang mencapai puncaknya pada saat publikasi market risk

amendment pada tahun 1996. Pada amandemen ini, bank

diperbolehkan untuk menggunakan internal model dalam

mengukur credit risk mereka.

Pengembangan metode kuantitatif ini merupakan pondasi

yang kokoh bagi The Basel II Accord. Namun demikian ada

dua persoalan yang perlu diselesaikan sebelum Basel

Committee mulai menerapkan Basel II, yaitu : credit modeldan operational & other risk.

12

3.2 Alasan pengembangan Basel II

3.2.1 Kredit model – grading atau options based

Untuk menentukan jenis kredit model yang diperbolehkan

penggunaannya berdasar aturan Pilar 1, Basel Committee

mempertimbangkan penggunaan dari:

• full portfolio models yang dicirikan oleh aplikasi teknik

option pricing

• grading models dimana perhitungan risiko dibuat

berdasarkan obligor individual dimana secara sederhana

risiko portofolio diperoleh dari penjumlahan atas

keseluruhan risiko individual tersebut.

Full portolio models adalah model yang dikembangkan oleh

Robert Merton untuk menentukan harga dan mengukur risiko

dalam portofolio suatu option.

Page 101: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 101/284

13

3.2 Alasan pengembangan Basel II

3.2.1 Kredit model – grading or options based

Grading models digunakan dengan sangat luas oleh banyakperusahaan pemeringkat (credit rating agencies) seperti

Standard & Poor’s dan Moody’s Investor Service Ratings.

Meski terminologi credit grade dan credit rating saling

menggantikan, Basel II menggunakan terminologi “grades”

dalam setiap definisinya.

Pada akhir tahun 1990, Basel Committee memutuskan untuk

membatasi penggunaan credit models hanya pada credit

grading (bukannya option based models). Beberapa tahun

setelah keputusan komite tersebut muncul kecenderunganuntuk menggabungkan kedua teknik ini.

14

3.2 Alasan pengembangan Basel II

3.2.2 Risiko operasional dan risiko-risiko lainnya

Permasalahan kedua yang membutuhkan pemecahan adalah teknik

kuantitatif tingkat apa yang dapat dikembangkan untuk mencakup “other 

risk” yang kebanyakan adalah risiko operasional.

 Ada beberapa pendapat risiko-risiko tersebut sebaiknya dipertimbangkan

ke dalam Pilar 2 karena hanya beberapa bank yang melakukan

pendekatan kuantitatif untuk meng-kalibrasi dan mengelola risiko-risiko

tersebut.

Pengawas bank berpendapat bahwa risiko–risiko tersebut yang secara

aktual cukup signifikan dan jika hanya bergantung pada pendekatan Pilar 

2, maka jumlah modal cenderung dibawah jumlah yang semestinya atau

paling tidak jumlah modalnya tidak konsisten dengan besarnya risiko yang

dihadapi.

Page 102: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 102/284

15

3.2 Alasan pengembangan Basel II

3.2.1 Kredit model – grading-based atau options based

 Akhirnya Basel Committee memutuskan:• Memasukkan risiko operasional sebagai pengukuran

kuantitatif dalam Pilar 1

• Menetapkan risiko operasional secara lebih luas untuk

mencakup risiko termasuk risiko di luar risiko reputasi

(reputational risk), risiko bisnis (business risk) dan risiko

strategis (strategic risk).

• Memusatkan Pilar 1 credit risk models pada credit grading

techniques

16

3.3 Pengembangan Basel II Accord

3.3 Pengembangan Basel II Accord

Basel Committee menggunakan pendekatan konsultatif untuk

memastikan bahwa peraturan baru mempunyai dampak yang

positif.

Pertama kali Basel Committee menerbitkan consultative paper 

yang kemudian diikuti dengan konsultasi dan revisi yang secara

periodik.

Dalam periode konsultasi tersebut didalamnya termasuk

serial QIS (Quantitative Impact Studies), dimana sejumlah

bank mengkaji dampak implementasi atas consultative

paper terakhir dari Basel II Accord.

Page 103: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 103/284

17

3.3 Pengembangan Basel II Accord

3.3 Pengembangan Basel II Accord

Pendekatan konsultasi yang dilakukan oleh Basel Committee

secara garis besar didasari oleh pernyataan tertulis

Committee untuk tidak mengubah keseluruhan total modal

yang ada pada industri perbankan. Yang selanjutnya akan

menggunakan informasi tersebut untuk menyempurnakan

usulan. Pendekatan konsultatif telah memberikan dampak

yang sangat positif pada perkembangan kesepakatan

(Accord). Hal tersebut juga merupakan bukti yang sangat

membantu bank dan komite untuk menemukan permasalahan

signifikan yang terkait engan implementasi yang dilakukan.

18

3 Perkembangan Pengawasan

Bank Berbasis Risiko

3.4 Basel II dan Sensitivitas Risiko

Page 104: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 104/284

19

3.4 Basel II dan sensitivitas risiko

3.4.1 Luas Cakupan

Perubahan terbesar pada luas cakupan Basel II adalah

dimasukkannya risiko operasional. Risiko operasional didefinisikansebagai risiko kerugian akibat dari ketidakcukupan atau kegagalan

proses internal, manusia, sistem, atau kejadian eksternal.

Jumlah variasi risiko yang didefinisikan ke dalam kategori risiko

operasional sbb.:

• Transaksi (transaction), pelaksanaan (execution), gangguan

bisnis (business interruption), penyelesaian (settlement), dan

penggadaian (fiduciary).

• Manusia, manajemen yang lemah dan kurangnya pengawasan

• Tindak kriminal, penipuan, pencurian dan “trader nakal”

• Relationship dan nasabah

• Struktur biaya tetap, kurangnya sumber daya, teknologi danasset fisik

• Kepatuhan dan hukum/peraturan

• informasi

20

3.4 Basel II dan sensitivitas risiko

3.4.1 Luas Cakupan

Basel II juga mulai memunculkan Pilar 2 dan Pilar 3 sebagai

bagian yang integral dari proses dalam menentukan rasio

kebutuhan modal bank secara individual.

Dalam Pilar 2 pihak otoritas pengawasan (melalui bagian

pengawasan) diharapkan mampu untuk mengetahui other risks secara lebih luas dimana sebuah bank menjadi subyek

pengawasan.

Page 105: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 105/284

21

3.4 Basel II dan sensitivitas risiko

3.4.2 Kedalaman cakupan

Selain memperluas cakupan, Basel II juga telah meningkatkan

kedalaman cakupan risiko. Khususnya dalam memperlakukan

risiko kredit.

Basel II membuat sejumlah perbedaan yang sangat besar 

terutama berdasarkan pada kualitas debitur, ditambah

dengan syarat kredit dan kualitas jaminan. Basel II

memperbolehkan penggunaan dua pendekatan untuk

menentukan bobot risiko (risk weights of assets), yaitu :

pendekatan standar (the standardised approach) dan

pendekatan internal (internal ratings-Based Approach).

22

3.4 Basel II dan sensitivitas risiko

3.4.2 Kedalaman cakupan

The Standardised Approach merupakan hasil yang signifikan dari

diubahnya (amended) versi pendekatan Basel I.

Pada The Internal Ratings-Based Approach, bank mengembangkan

model pemeringkatan mereka sendiri untuk menilai kelayakan kredit

debitur.

Kedua pendekatan di atas mempunyai banyak persamaan dengan

cara yang dilakukan oleh perusahaan penilai kredit (credit rating

agencies) dalam menetapkan peringkat suatu obligasi.

Basel I dikritik karena mempunyai pendekatan yang sederhana dalam

hubungan antara profil risiko suatu aktiva dengan kebutuhan modal.

Pada Basel I hanya terdapat sedikit tingkatan (grade) risiko kredit. Hal

ini berbeda dengan lembaga pemeringkat yang menggunakan risk

sensitive grade yang luas untuk menilai risiko kredit suatu obligasi.

Page 106: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 106/284

23

3.4 Basel II dan sensitivitas risiko

3.4.2 Peringkat Obligasi

Obligasi dianggap memiliki kemampuan untuk membayar 

bunga dan pokoknya. Perubahan kondisi ekonomi yang

berlawanan atau perubahan keadaan akan lebih besar 

kemungkinannya memperlemah kemampuan untuk

membayar bunga dan pokok pinjaman. Obligasi ini

digolongkan ke dalam medium grade.

BBBBaa

Obligasi memiliki kapasitas kuat untuk membayar bunga

dan pokoknya, walau mudah terkena pengaruh merugikan

dari perubahan kondisi ekonomi.

 A A

Obligasi memiliki kapasitas sangat kuat utnuk membayar 

bunga dan memba pokoknya. Sebagaimana halnya

dengan obligasi berperingkat tertinggi, obligasi dalam

kelompok ini dimasukkan ke dalam kelompok high-grade

(peringkat tinggi).

 AA Aa

Obligasi memiliki peringkat tertinggi. Kemampuan untuk

membayar bunga dan pokoknya sangat kuat. AAA Aaa

DeskripsiS&PMoody’s

24

3.4 Basel II dan sensitivitas risiko

3.4.2 Peringkat Obligasi

Peringkat ini dicadangkan untuk income bonds dimaan

tidak ada suku bunga yang dibayarkan.CC

Obligasi berperingkat D menunjukkan bahwa obligasidalam keadaan default/macet, dan/atau terdapat

tunggakan pembayaran kembali pokokobligasi.

DD

CCCa

CCCCaa

BBB

Obligasi dianggap sangat spekulatif dalam kemampuan

untuk membayar bunga dan pokoknya pinjaman sesuai

dengan persyaratan.

Ba / BB – menunjukkan tingkat spekulasi terendah

Ca / CC – menunjukkan tingkat spekulasi tertinggi.

BBBa

DescriptionS&PMoody’s

Baik Moody’s dan Standard & Poor’s membuat penyesuaian lebih jauh pada penilaian

mereka, hal ini ditunjukkan dengan naiknya jumlah grade yang tersedia.

• Moody’s menggunakan a1, 2, atau 3 dengan 1 menyatakan yang paling kuat.

Contoh A1 adalah penilaian yang paling kuat dan A3 adalah yang paling lemah.

• S&P menggunakan tanda plus dan minus : A+ adalah penilaian A yang paling kuat

dan A- adalah penilaian A yang paling lemah.

Page 107: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 107/284

25

3.4 Basel II dan sensitivitas risiko

3.4.2 Kedalaman cakupan

Jika bank memilih untuk menggunakan Internal Ratings-Based Approach, jumlah grade yang dapat digunakan ditentukan oleh

bank sendiri, meski pengawas mengharapkan paling tidak ada 8

(delapan) grade yang dipakai.

Jika Standardised Approach dipergunakan, Basel II “grid” bobot

risiko (risk weights) didasarkan pada pengukuran Basel I dengan

memasukkan rating kredit yang sudah tersedia.Standardised

approach memperbolehkan adanya pengelompokkan bobot risiko

antar model yang ada, namun dengan pembedaan yang jelas

untuk kelompok aktiva berbeda.

26

3 Perkembangan Pengawasan

Bank Berbasis Risiko

3.5 Basel II dan Kecukupan Modal

Page 108: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 108/284

27

3.5 Basel II dan kecukupan modal

3.5 Basel II dan kecukupan modal

Persyaratan kecukupan modal dalam Basel I Accord,sebesar minimum 8% tidak berubah secara signifikan

dalam Basel II. Basel Committee yakin bahwa angka

8% bagi bank-bank internasional masih tetap valid.

Karena bank-bank menghitung sendiri jumlah modal

minimum sesuai ketentuan, kemungkinan besar jumlah

modal masing-masing bank akan berbeda dengan jumlah

modal sesuai ketentuan Basel I.

28

3.5 Basel II dan kecukupan modal

3.5 Basel II dan kecukupan modal – contoh

Bank U memiliki risiko operasional yang cukup besar.

Menurut Basel II, modal minimum sesuai ketentuan (regulatory

capital) akan meningkat jika terdapat off-setting terhadap modal

yang diperlukan untuk mendukung perkreditan bank.

Bank X memiliki risiko operasional yang rendah dan portofolio

pemberian kredit yang terdiri dari kredit korporasi yang sangat

tinggi kualitasnya (AA). Menurut Basel II, modal minimum

sesuai ketentuan Bank X akan menurun cukup besar.

Page 109: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 109/284

29

3.5 Basel II dan kecukupan modal

3.5 Basel II dan kecukupan modal

Tujuan Basel II adalah menyusun modal minimum sesuai

ketentuan (regulatory capital) yang lebih sesuai dengan profil

risiko setiap bank.

Basel Committee telah menerapkan dua ’aturan dalam

masa transisi’ untuk memastikan Accord yang baru tidak

terlalu cepat mengurangi persyaratan modal minimum, baik

bagi sistem perbankan secara keseluruhan maupun bagi

masing-masing bank.

30

3.5 Basel II dan kecukupan modal

3.5 Basel II dan kecukupan modal

Pada rencana transisi pertama, pengawas akan

mengaplikasikan sebuat pengali (multiplier) untuk memastikan

bahwa target rasio modal minimum 8% tetap dijaga.

Faktor skala (scaling factor) ini akan diterapkan secara serentak

kepada semua bank dengan menggunakan pendekatan Internal

Ratings-Based Approach untuk risiko kredit atau AdvancedMeasurement Approach untuk risiko operasional. Mengikuti QIS

3 faktor pengali ini akan ditetapkan sebesar 106%.

Basel Committee yakin bahwa hal ini cukup untuk memastikan

bahwa pada tahap awal implementasi Basel II, target rasio 8%

dapat dipertahankan.

Page 110: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 110/284

Page 111: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 111/284

Page 112: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 112/284

35

3.6 Modal minimum dan aktual

3.6.1 Alasan untuk memiliki kelebihan modal

Di bebarapa wilayah yurisdiksi, misal Amerika dan Inggris,

otoritas pengawas menentukan rasio modal terhadap ATMRyang berbeda untuk masing-masing bank. Pada prakteknya,

rasio yang ditetapkan umumnya kebih tinggi daripada rasio

minimum Basel.

Dengan demikian “kelebihan” modal sebuah bank akan nampak

melebihi ketentuan minimum Basel yang sebesar 8%, bisa saja

dalam kenyataannya jauh lebih kecil jika diukur lagi dengan

rasio aktual yang dilakukan oleh pengawas. Oleh karena itu

‘excess capital’ suatu bank belum tentu menunjukkan bank

tersebut merupakan bank yang sehat dan prudent serta

berkinerja baik.

36

3.6 Modal minimum dan aktual

3.6.1 Alasan untuk memiliki kelebihan modal

Bank-bank besar di dunia umumnya mempunyai model risiko

internal tersendiri. Model internal ini menghubungkan tingkat

modal yang dipersyaratkan (regulatory capital) dengan tingkat

risiko yang dihadapi dalam portofolio bisnis mereka.

Model “economic capital” mungkin membutuhkan modal yang

lebih besar dibandingkan dengan Basel II. Dalam Basel II,

otoritas pengawas mengakui keberadaan model “economiccapital” ini. Bank-bank yang menggunakan model ini diminta

mengungkapkannya dan menjelaskan hasilnya dalam kerangka

proses pengawasan sesuai pilar 2 Basel II.

Page 113: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 113/284

37

3.6 Modal minimum dan aktual

3.6.1 Alasan untuk memiliki kelebihan modal

Basel II dan model economic capital mengkaitkan bank dengan

tingkat dan struktur kegiatan usahanya. Bank adalah institusikomersial dan rencana manajemen ke depan untuk mencapai

tingkat kegiatan usaha tertentu, baik secara organik maupun

dengan akuisisi akan membutuhkan jumlah modal yang lebih

tinggi.

 Akses ke pasar modal tidak dapat selalu dapat dijamin serta

besarnya biaya yang dibutuhkan juga tidak dapat dipastikan.

Dalam kondisi ketidakpastian ini, bank yang mempunyai rencana

untuk tumbuh pada umumnya ingin memastikan bahwa tidak

terbatasi oleh kekurangan modal. Bank juga harus memastikan

bahwa besrnya keuntungan yang mereka rencanakan tidak akan

mengakibatkan tingginya biaya modal sebagai akibat dari faktor 

pasar jangka pendek, misalnya jika bank harus bersaing dengan

penerbitan obligasi pemerintah.

Page 114: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 114/284

1

Indonesia Certificate inBanking Risk and Regulation

Part B: Risiko Pasar, Risiko Kredit

dan Risiko Operasional

2

Bab 4 Karakteristik Risiko

Pasar dan Risiko Treasury

4.1 Risiko Pasar 

Page 115: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 115/284

Page 116: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 116/284

5

4.1 Karateristik risiko pasar 

4.1 Karakteristik Risiko Pasar 

Untuk tujuan analisis, Risiko pasar umum (general 

market risk) dibagi ke dalam empat kategori sebagai

berikut:

• risiko suku bunga (interest rate risk)

• risiko posisi ekuitas (equity position risk)

• risiko nilai tukar (foreign exchange risk)

• risiko posisi komoditi (commodity position risk).

Setiap risiko di atas tidak berdiri sendiri sendiri, sebab

perubahan dari satu risiko akan berpengaruh padarisiko yang lain.

6

4.1 Karateristik risiko pasar 

4.1 Karakteristik Risiko Pasar – Risiko Suku Bunga

Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang

timbul akibat perubahan suku bunga. Risiko ini berlaku

bagi semua surat berharga (instrument) yang

menggunakan satu atau lebih yield curves untuk

menghitung nilai pasar instrumen tersebut

Page 117: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 117/284

7

4.1 Karateristik risiko pasar 

4.1 Karakteristik Risiko Pasar – Risiko Suku Bunga

Orange County, California

Pada bulan Desember 1994 Orange County, otoritas lokal di Negara BagianCalifornia, menggemparkan pasar dengan mengumumkan bahwa investasi

mereka menderita kerugian sebesar USD1.6 milyar yang merupakan kerugian

terbesar yang pernah tercatat oleh otoritas lokal. Kerugian tersebut diakibatkan

kesalahan pengelolaan oleh treasurer atas portofolio sebesar USD7.5 milyar 

milik sekolah, kota dan pemerintah daerah itu sendiri.

Dengan berinvestasi pada posisi derivatif, treasurer  mempertaruhkan seluruh

dananya dengan spekulasi bahwa suku bunga akan turun atau tetap rendah.

Strategi investasi tersebut berjalan dengan baik hingga 1994 ketika Reserve

Board mendorong kenaikan suku bunga yang menyebabkan kerugian yang luar 

biasa. Investasi tersebut dilikuidasi pada bulan Desember 1994 dengan

kerugian sebesar USD1.6 milyar. Setelah dilikuidasi, suku bunga turun menjadi

2.5% di mana jika portofolio tersebut tetap dipertahankan akan mengurangikerugian sebesar USD 200 juta. Sangat jarang pelaku pasar yang

memperkirakan tingkat suku bunga akan turun sangat cepat pada 1995.

8

4.1 Karateristik risiko pasar 

4.1 Karakteristik risiko pasar – Risiko posisi ekuitas

Risiko posisi ekuitas (equity position risk) adalah potensi

kerugian yang timbul akibat perubahan harga saham.

Risiko ini berlaku bagi seluruh instrumen yang

menggunakan harga ekuitas (equity prices) sebagai

dasar acuan penilaian mereka.

Contoh - Morgan Grenfell Private Equity 

Pada bulan Februari 2001 dilaporkan dalam Financial Times

bahwa Morgan Grenfell Private Equity (MGPE) mengalami

kerugian sebesar GBP 150 juta karena memegang saham EM.TV,

sebuah media group asal German, MGPE telah mengakuisisi

saham yang merupakan bagian dari transaksi dengan cara menjual

kepemilikan saham MGPE pada Formula Satu, Pada saat yang

sama saham EM. TV jatuh 90%.

Page 118: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 118/284

9

4.1 Karateristik risiko pasar 

4.1 Karakteristik risiko pasar – Risiko nilai tukar 

Risiko nilai tukar (foreign exchange risk) adalahpotensi kerugian yang timbul karena perubahan nilai

tukar. Risiko ini berlaku bagi produk yang terkait

dengan nilai tukar dan posisi yang dinilai

menggunakan valas dalam pelaporan bank.

Contoh - Telekomunikasi Indonesia

Pada bulan Agustus 1998, PT Telkom menderita kerugian bersih

sebesar USD 101juta pada laporan keuangan mereka sebagai akibat

kerugian nilai tukar setara dengan USD 150 juta. Kerugian berasal dari

pinjaman USD 306 juta, JPY 11 milyar dan FRF 130 juta, yang

dikonversi ke dalam rupiah. Devaluasi rupiah terhadap USD, JPY dan

FRF mengakibatkan pembayaran kembali hutang tersebut menelan

biaya bersih mendekati USD 150 juta, lebih dari jumlah pinjaman yang

mereka terima.

.

10

4.1 Karateristik risiko pasar 

4.1 Karakteristik risiko pasar – Risiko posisi komoditi

Risiko posisi komoditi (commodity position risk) adalah

potensi kerugian yang timbuk akibat perubahan harga

komoditas. Risiko ini dapat terjadi pada semua posisi

komoditas dan semua posisi derivatif komoditas.

Contoh - Sumitomo Corporation

Pada bulan Juni 1996 Sumitomo Corporation melaporkan dalam

periode 10 tahun telah mengalami kerugian sebesar USD 1.8

milyar sebagai akibat trading komoditas tembaga diluar otorisasi

yang dilakukan oleh trader seniornya.

Diperkirakan pada saat itu seluruh investment bank yang

melakukan transaksi derivatif secara kolektif mengalami kerugian

sebesar USD 100 juta akibat pergerakan harga tembaga.

Page 119: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 119/284

11

4.1 Karateristik risiko pasar 

4.1 Karakteristik risiko pasar - Harga pasar Harga pasar  (Market prices) dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya:

Penawaran dan permintaan (supply and demand) produk dalam

 jangka pendek akan mempengaruhi tingkat harga sebab para pemain

(market makers) akan melakukan penyesuaian harga berdasarkan

harga pasar. Waktu yang diperlukan untuk melakukan perubahan

harga akan bervariasi antar berbagai pasar dan volume transaksi

bisnis yang dilihat oleh market makers.

Likuiditas (liquidity) dapat mempunyai pengaruh yang besar pada

harga pasar. Pasar yang likuid mempunyai banyak pemain (market 

makers) serta volume usaha yang besar. Spread tarnsaksi kecil

sehingga costs transaksi juga rendah. Pasar yang tidak likuid

mempunyai spread  besar dan transaksi tidak terjadi secara aktif.Pasar yang likuid dapat menjadi tidak likuid sebelum liburan nasional

maupun pengumuman kebijakan ekonomi oleh pemerintah.

12

4.1 Karateristik risiko pasar 

4.1 Karakteristik risiko pasar – Harga pasar 

Intervensi oleh otoritas keuangan (official intervention) memberikan

efek jangka pendek terhadap tingkat harga di pasar, seperti penurunan

suku bunga atau devaluasi mata uang. Jangka waktu dapat berubah

menjadi panjang jika misalnya intervensi memberikan sinyal perubahan

kebijakan ekonomi.

Arbitrase (arbitrage), dimana tingkat harga pasar tertentu dibatasi oleh

tingkat harga di pasar lainnya, akan mempengaruhi pergerakan harga

harian. Sebagai contoh, jika sebuah saham diperdagangkan di pasar 

modal London dan New York dan harga di London lebih tinggi dari harga

di New York, trader  akan melakukan jual saham di London dan akan

membelinya di New York untuk memperoleh keuntungan. Karena sifat

pasar internasional dan arus informasi adalah seketika (real time), harga

pasar umumnya konsisten antara pasar yang satu dengan pasar yang

lain, yang tidak memungkinkan untuk mengambil keuntungan dari satu

pasar ke pasar lainnya. Dengan demikian kemungkinan arbitrase hanya

akan muncul dalam satu periode yang sangat singkat.

Page 120: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 120/284

13

4.1 Karateristik risiko pasar 

4.1 Karakteristik risiko pasar – Harga pasar 

Kondisi ekonomi dan politik (economic and political events) danbencana alam dapat mengakibatkan perubahan harga jangka pendek. Hal

ini dapat terjadi dalam skala pasar lokal namun jika kejadian cukup besar 

dapat berpengaruh terhadap pasar global.

Faktor-faktor ekonomi yang mendasari (underlying economic factors)

merupakan pembentuk utama tingkat harga jangka panjang. Sebagai

contoh, dalam jangka panjang, nilai tukar antara dua negara akan

mencerminkan tingkat inflasi relatif dan kinerja ekonomi relatif masing-

masing negara tersebut.

14

4 Karakteristik Risiko Pasar 

dan Risiko Tresury

4.2 Kegiatan Trading

Page 121: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 121/284

15

4.2 Aktivitas trading

4.2.1 Perkembangan kegiatan trading bank

Kegiatan utama trading adalah jual dan beli isntrumen keuangan atas nama

bank dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek dari

perubahan yang diharapkan atas harga yang menentukan nilai suatuinstrumen keuangan. Dalam melaakukan kegiatan ini berarti bank

menghadapi risiko kerugian apabila instrumen tsb mengalami penurunan.

Bank dapat menggunakan 3 (tiga) strategi untuk semua produk

mereka dalam melakukan perdagangan. Strategi dengan risiko

pasar yang paling kecil adalah ketika bank melakukan

penyesuaian posisi (matched book). Strategi matched book berarti

bahwa trading desk  akan segera mengambil posisi berlawanan

dan bernilai sama (off set) atas sebuah transaksi jual atau beli

instrumen keuangan. Transaksi semacam ini dapat dilakukan baik

secara internal maupun dengan bank lain. Bank hanya

menghadapi risiko pasar apabila harga mengalami perubahan

pada waktu antara pengambilan keputusan transaksi awal dan

transakssi offset, yang dikenal pula dengan transaksi covering 

atau hedging.

16

4.2 Aktivitas trading

4.2.1 Perkembangan kegiatan trading bank

Strategi kedua adalah menjaga posisi trading melalui

transaksi hedging dengan diskresi (discretion) tertentu

yang diberikan kepada trading desk.

Dalam strategi ini trading desk  mempunyai limit risiko

pasar yang digunakan untuk mengelola risiko bannk

secara keseluruhan pada suatu waktu tertentu. Strategiini memungkinkan trading desk untuk menunggu

pergerakan harga pasar yang menguntungkan dalam

pengambilan posisi trading.

Page 122: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 122/284

17

4.2 Aktivitas trading

4.2.1 Perkembangan kegiatan trading bank

Strategi ketiga adalah menjadi market maker. Hal ini

berarti bahwa trader akan meng-quote harga beli/jualisntrumen keuangan kepad nasabah atau bank lain dan

kemudian memperdagangkannya pada harga tertentu ,

baik jula maupun beli kepada counterparty. Strategi ini

tergantung pada pasar tingkat likuiditas pasar dan jumlah

market maker lain yang dapat digunakan oleh trader untuk

mengcover risikonya.

Seorang market maker dapat  mengambil keuntungan dari dari spread 

yang diambil antara harga jual dan beli. Mereka juga mendapat manfaat

atas informasi yang mereka peroleh dari perdagangan yang mereka

lakukan yang dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga ke

depan. Risiko yang dihadapi dalam strategi ini adalah trader dapat

mengalami kerugian seketika atas posisi yang diambil.

18

4.2 Aktivitas trading

4.2.1 Perkembangan kegiatan trading bank

Bank cenderung untuk merubah strategi trading sejalan dengan

perkembangan usahanya dan berbagai strategi yang berbeda

akan diterapkan untuk produk-produk keuangan dalam trading

book. Pada umumnya perkembangan kegiatan tarding diawali

dari keinginnan untuk menyediakan jasa bagi kegiatan bisnis

nasabahnya. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan tarding di

pada pasar valas (foreign exchange market). Pasar valas menjadi

salah satu pasar perdagangan paling bebas di dunia yang padaawalnya dapat dilacak kembali dari diperkenalkannya nilai tukar 

mengambang (floating exchange rates) pada tahun 1970-an. Hal

ini menimbulkan risiko baru bagi nasabah yang berkecimpung di

bisnis internasional sehingga mereka mengelolanya melalui jas

yang ditawarkan oleh bank.

Page 123: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 123/284

Page 124: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 124/284

Page 125: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 125/284

23

4.2 Aktivitas trading

4.2.1 Perkembangan kegiatan trading bank

Tahap ke dua dalam perkembangan trading bank adalah pada

saat bank mengambil posisi atas transaksi nasabah untukmengantisipasi perubahan harga pasar yang diharapkan oleh

bank dalam jangka pendek.

Trader diperbolehkan memegang posisi dalam jangka waktu

yang lebih lama sejalan dengan pengalaman mereka dalam

trading instrumen keuangan. Pada akhirnya, proses

perkembangan ini akan membawa bank untuk mengambil posisi

trading tanpa harus tergantung dari kegiatan usaha

nasabahnya.

24

4.2 Aktivitas trading

4.2.2 Manajemen posisi dan hedging

Risiko pasar terjadi baik dalam banking book maupun trading book.

Posisi yang diambil yang tercatat dalam banking book sekalipun tidak

dilakukan untuk tujuan trading tetap memiliki riisko pasar karena

posisi tersebut dinilai berdasarkan harga valuta dan komoditas

tertentu. Manajemen risiko suku bunga dalam banking book biasanya

ditangani oleh treasury bank.

Pengelolaan risiko pasar pada trading book dilakukan secara

berkesinambungan di dealing room oleh trader yang telahdiberikan kewenangan untuk mengambil posisi risiko pasar 

sesuai dengan limitnya masing-masing. Trader tsd diberikan

otorisasi untuk melakukan transaksi atas nama bank yang dpat

menimbulkan kewajiban bagi bank. Kegiatan ini memerlukan

pengawasan independan untuk memastikan bahwa bank

mengetahui seluruh risiko dalam trading book-nya.

Page 126: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 126/284

Page 127: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 127/284

27

4.2 Aktivitas trading

4.2.2 Manajemen posisi dan hedging

Trader akan secara teratur melakukan hedging dengan

instrumen yang lebih likuid dibandingkan dengan

transaksi underlying-nya sehingga mereka dapat

melakukan strategi hedging mereka dengan cepat.

Sebagai tambahan, dalam pasar yang likuid biaya

transaksi umumnya lebih rendah. Trader  dapat

melakukan hedging atas seluruh atau sebagian risiko

yang memungkinkan mereka melakukan dan

menciptakan posisi risiko posisi yang mereka anggap

akan mendatangkan keuntungan tanpa melakukan

transaksi dalam instrumen yang melindunginya.

28

4.2 Aktivitas trading

4.2.2 Manajemen posisi dan hedging

Ketika nasabah meminta bank untuk menyediakan transaksi

kas, seperti pinjaman, hedging biasanya dilakukan dengan cara

menggunakan instrumen derivatif :

Hal ini disebabkan dalam instrumen derivatif secara umum

mempunyai keunggulan atas instrumen kas sbb:

• Risiko kredit yang lebih rendah (lower credit risk)

• Kebutuhan pendanaan yang lebih rendah (lower funding requirement)

• Pembebanan modal yang lebih rendah (lower capital charge)

• Likuiditas yang lebih besar (greater liquidity)

• Biaya transaksi yang lebih rendah (lower dealing costs).

Page 128: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 128/284

Page 129: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 129/284

31

4.2 Aktivitas trading

4.2.2 Manajemen posisi dan hedging - contoh

Sebuah perusahaan Amerika mempunyai pinjaman dari bank A

yang dibayar dengan tingkat bunga pinjaman dasar  (prime lending rate). Bunga pinjaman tersebut bersifat mengambang (floating) dan

diberlakukan bagi nasabah dengan penilaian yang tinggi (high

credit rating).

Bank A membiayai pinjaman tersebut melalui pasar interbank

(interbank market) pada 6 bulan LIBOR

Hal ini menimbulkan risiko dasar  (basis risk) karena perbedaan

antara tingkat bunga dasar (prime) dan bunga 6 bulan LIBOR akan

berfluktuasi selama periode pinjaman.

Customer Bank A

Prime Rate

Market

6 month

LIBOR

 Arus Kas Arus Kas

32

4.2 Aktivitas trading

4.2.2 Manajemen posisi dan hedging

Difference between Prime Rate and six-month LIBOR

2.00%

2.20%

2.40%

2.60%

2.80%

3.00%

3.20%

3.40%

2002 2003 2004 2005

Page 130: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 130/284

33

4.2 Aktivitas trading

4.2.3 Pengembangan produk baru

Kegiatan trading bank telah berkembang menjadi lebih rumit

(complex) karena pasar menjadi semakin likuid dan canggih(sophisticated). Sebagai tambahan, banyak bank yang merasakan

kebutuhan untuk memperdagangkan instrumen portofolio jauh lebih

luas dibandingkan dengan permintaan yang dilakukan oleh nasabah.

Hal ini mengakibatkan bank menjadi semakin ahli dalam

mengembangkan portofolio perdagangan mereka. Perlu dicatat

bahwa dalam kondisi semacam ini bank perlu oula melakukan

investasi untuk mengembangkan struktur pengendalian yang

memastikan bahwa bank memiliki tenaga ahli untuk mengelola risiko

yang diakibatkan oleh kegiatan trading baru. Bank seringkali terjun

ke dalam trading baru tanpa memiliki struktur pengendalian dan

pengawasan yang memadai.

34

4.2 Aktivitas trading

4.2.3 Pengembangan produk baru

Elemen penting dalam pengawasan kegiatan trading bank

adalah prosedur persetujuan untuk produk trading baru yang

independen. Hal ini penting mengingat prosedur tersebut

melibatkan beberapa departemen yang terkait dalam bank.

Prosedur persetujuan sekurang-kurangnya mencakup

beberapa hal seperti:

Page 131: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 131/284

Page 132: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 132/284

37

4.2 Aktivitas trading

4.2.3 Pengembangan produk baru

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di atas menggambarkan

berbagai macam isu yang harus dipertimbangkan oleh pengelola

bank jika ingin mengembangan produk baru. Setelah produk baru

disetujui, hal yang penting lainnya adalah monitoring volume trading

untuk memastikan bahwa jika produk tersebut sukses secara bisnis

dan tidak menimbulkan persoalan bagi manajemen.

Pengembangan produk baru atau terjun ke pasar yang baru

merupakan tanda bahwa bank tersebut telah berhasil dalam

operasional kegiatan trading-nya. Namun demikian pada saat yang

bersamaan kondisi tesrebut merupakan tantangan bagi manajemen

bank untuk tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan

menjalankan pengelolaan risiko serta menyediakan capital yang

mencukupi untuk mendukung kegiatan trading yang baru.

38

4 Karakteristik Risiko Pasar 

dan Risiko Treasury

4.3 Instrumen Trading

Page 133: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 133/284

39

4.3 Instrumen trading

4.3.1 Pendahuluan

Terdapat berbagai jenis instrumen trading. Produk-produk yanglazim dijumpai merupakan instrumen utama yang

diperdagangkan secara global berdasarkan volumenya.

Instrumen tersebut sering disebut dengan istilah ‘produk vanilla'

karena merupakan instrumen yang sederhana. Namun

demikian, untuk setiap produk yang standar pun memiliki versi

yang lebih kompleks sejalan dengan perkembangan produk-

produk baru untuk memenuhi permintaan nasabah.

Untuk seluruh jenis instrumen yang akan dibahas berikut

diperdagangkan dalam valas adalah US dollar, Euro, Yen dan

Poundsterling.

40

4.3 Instrumen trading

4.3.2 Instrumen cash – transaki spot valas (spot

foreign exchange)

Transaksi valas merupakan komitmen untuk memperdagangkan sebuah

valute tertentu untuk ditukar dengan valuta lain pada tanggal yang telah

disetujui di waktu mendatang. Penetapan tanggal tersebut menentukan

 jenis transaksi dan pasar untuk instrumen tersebut.

Transaksi spot valas digunakan untuk pertukaran valuta dalam

 jangka waktu dua hari kerja yang akan datang dikenal dengan

nama spot date.

Jangka waktu dua hari kerja tersebut pada awalnya ditentukan

mengingat instruksi settlement yang disampaikan melalui telegraf 

baru efektif dalam jangka waktu dua hari kerja. Meskipun saat ini

instruksi dapat disampaikan secara elektronik, namun two day basis

tsb tetap dilakukan. Pasar utnuk transaksi spot valas ini merupakan

pasar yang paling likuid di dunia. Transaksi spot ini menimbu!kan

risiko valas.

Page 134: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 134/284

Page 135: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 135/284

Page 136: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 136/284

Page 137: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 137/284

Page 138: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 138/284

49

4.3 Instrumen trading

4.3.2 Instrumen cash – obligasi

Obligasi memiliki peringkat tertinggi. Kemampuan untuk

membayar bunga dan pokoknya sangat kuat. AAA Aaa

DescriptionS&PMoody’s

Obligasi berperingkat D menunjukkan bahwa obligasi

dalam keadaan default/macet, dan/atau terdapat

tunggakan pembayaran kembali pokokobligasi.

DD

Peringkat di atas didasarkan pada peringkat obligasi.Obligasi menimbulkan risiko suku bunga umum (general interest 

rate risk) dan risiko spesifik (specific risk).

50

4.3 Instrumen trading

4.3.2 Instrumen cash – trading ekuitas

Trading ekuitas (equity trading) adalah jual beli saham dari

suatu perusahaan yang masuk bursa saham dan tercatat di

pasar bursa di seluruh dunia. Saham biasa mewakili

kepemilikan pada sebuah perusahaan. Pemegang saham

memiliki ekspektasi utnuk memperoleh pembayaran deviden

yang diperoleh dari laba perusahaan.

Pemegang Saham tersebut juga akan menikmati kenaikkan

(gain) nilai saham yang dipegangnya. Oleh karena itu,

semakin bagus dan berhasil perusahaan tersebut, makasemakin besar pula return yang diperoleh pemegang saham.

Harga suatu saham mewakili persepsi pasar terhadap nilai

perusahaan saat ini. Harga saham akan berfluktuasi sejalan

dengan penyesuaian nilai pasar terhadap perusahaan

tersebut berdasarkan inforamsi yang diterima. Pemegang

saham sebuah perusahaan akan terekspos pada risiko

ekuitas dan risiko spesifik.

Page 139: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 139/284

51

4.3 Instrumen trading

4.3.2 Instrumen cash – trading komoditas

Trading komoditas (commodity trading) adalah pembelian

dan penjualan produk komoditas secara fisik yang

diperdagangkan dalam pasar sekunder. Transaksi ini

meliputi produk-produk pertanian (agricultural products),

minyak, dan logam mulia. Produk dibeli dan dijual pada

tempat tertentu dan tanggal yang disepakati.

Terdapat pasar spot dan forward untuk beberapa produk ini

dan masing-masing produk memiliki fitur tambahan yang

terkait secara langsung dengan karakteristik fisik produk

tersebut.

52

4.3 Instrumen trading

4.3.2 Instrumen cash – trading komoditas

Sebagai contoh produk dengan ciri spesifik dapat dilihat

pada pasar minyak mentah (crude oil). Lokasi juga

merupakan faktor penting dalam perdagangan komoditas

minyak ini.

Sebuah tanker minyak mentah di Amerika akan

mempunyai harga yang berbeda dengan tanker minyak

mentah di Malaysia karena perbedaan keseimbangan

permintaan/penawaran pada setiap region danperbedaan biaya transportasi minyak antar wilayah.

Posisi pada produk komoditas akan menimbulkan risiko

komoditas dan posisi forward akan memberikan

tambahan risiko suku bunga sebagaimana kontrak

forward valas.

Page 140: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 140/284

53

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif 

Dalam 20 tahun terakhir, derivatif telah berkembang menjadi

pelaku utama risiko pasar dengan inovasi produk yang

dikembangkan oleh bank bagi nasabahnya.

Produk-produk tersebut, selama ini dikategorikan sebagai

instrumen cash dan produk tersebut merupakan underlying

dari transaksi produk-produk derivatif.

54

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif 

Ciri utama hampir semua derivatif adalah dalam

transaksi jumlah pokok tidak turut dipertukarkan

sehingga secara substansial mengurangi risiko kredit dan

risiko settlement. Transaksi ini sering disebut sebagai

contracts for difference mengingat perubahan harga

relatif dari underlying instrumen kas yang dipertukarkan.

Dengan mengurangi risiko kredit, bank dapat melakukan

perdagangan dengan banyak pihak (counterparties)

dibanding dengan yang bisa dilakukan melalui instrumen

kas (cash instruments). Hal ini mengakibatkan pasar 

derivatif menjadi lebih likuid sehingga volume

perdagangan tumbuh pesat sejalan pula dengan jumlah

risiko yang diambil.

Page 141: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 141/284

55

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif 

Beberapa produk derivatif diperdagangkan pada pasar future(futures exchange) dan lainnya diperdagangkan di pasar OTC

(over-the-counter).

Pasar OTC adalah pasar dimana satu bank dengan bank

lainnya melakukan transaksi secara langsung tanpa melalui

bursa.

 Ada banyak jenis “exotic” derivatif yang memiliki gabungan

antara risiko dan pembayarannya.

Namun demikian, produk-produk tersebut dapat dirinci menjadiproduk normal (vanilla products) seperti dijelaskn berikut ini

56

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak future (futures

contracts)

Salah satu jenis derivatif yang paling penting adalah

kontrak futures (futures contract). Kontrak futures

dilakukan di dalam pasar yang berfungsi sebagai

clearing house bagi semua counterparties.

Semua perdagangan dilakukan melalui pasar. Hal ini

berarti bank tidak mempunyai risiko kredit dengan

banyak pihak tetapi hanya dengan pasar tersebut.

Kontrak futures membentuk posisi berdasarkan

instrumen yang mendasarinya pada tanggal tertentu di

kemudian hari. Kontrak future tersedia untuk sebagian

besar instrumen kas mulai dari obligasi sampai

komoditas.

Page 142: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 142/284

57

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak future

Secara umum, kontrak future mempunyai ciri-ciri sbb:

• exchange traded

• Jumlah tetap untuk setiap kontrak (fixed amount per 

contract)

• tanggal tetap untuk delivery (fixed dates for delivery)

• Persyaratan delivery yang pasti (precise delivery conditions)

• Margin calls harian (daily margin calls).

Kontrak future mempunyai risiko yang sama seperti instrumen

yang mendasarinya dan akan ada risiko suku bunga pada saat

tanggal delivery

58

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak future - contoh

Sebuah obligasi future yang diperdagangkan untuk delivery

pada Desember 2005 akan menggunakan dasar harga forward

dari obligasi yang mendasarinya (underlying bond).

Jika pembeli memegang posisi sampai tanggal delivery, penjual

akan mempunyai kewajiban untuk memberikan obligasi sesuai

dengan kontrak kepada pembeli.

Pada prakteknya delivery secara fisik jarang terjadi karena

penyelesaian kas dilakukan atas perbedaan harga antara

transaksi aslinya dan harga pada saat tanggal penyerahan

Page 143: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 143/284

59

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instruments derivatif – swap bunga (interest rate

swaps)

Swap bunga (Interest rate swaps) adalah derivatif 

OTC yang memungkinkan bank dan nasabah untuk

memperoleh suku bunga jangka panjang tanpa harus

menggunakan dana jangka panjang.

Risiko kredit dan kebutuhan likuiditas adalah hambatan

utama dalam hal bank menyediakan pendanaan

 jangka panjang kepada nasabah. Sebaliknya, banyak

nasabah yang mempunyai proyek jangka panjang yang

memerlukan pendanaan dengan bunga tetap.

Swap bunga menyediakan solusinya dengan cara

kedua belah pihak untuk melakukan swap suku bunga

tanpa melakukan swap pada jumlah pokoknya.

60

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instruments derivatif – swap bunga

Swap bunga diperdagangkan dengan waktu jatuh tempo

mencapai 30 tahun meski hanya sedikit volume transaksi yang

 jatuh temponya berada di atas 10 tahun. Jatuh tempo

maksimum bervariasi antar valuta dan tergantung pada

underlying pasar obligasi yang terkait dengan valuta tersebut.

Hal ini dikarenakan obligasi digunakan sebagai hedging untuk

swap.

Swap vanilla memiliki suku bunga tetap yang diswap dengan

indeks suku bunga mengambang seperti satu bulan, tiga bulan

atau enam bulan LIBOR. Hal ini berarti semua pihak sepakat

untuk memperdagangkan perbedaan antara dua suku bunga

tersebut. Mengingat bahwa rate LIBOR akan berubah setiap

saat, maka pertukaran bersih (net exchange) juga akan selalu

berbeda sepanjang masa swap.

Page 144: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 144/284

61

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – swap bunga

Swap vanilla sebgaina besar diperdagangkan di pasar antar 

bank. Namun demikian, pasar ini juga memperdagangkan

beberapa variasi dari swap vanilla swap untuk memenuhi

kebutuhan end-user.

Bank memakai gabungan dari instrumen hedging untuk

mengelola risiko suku bunga yang ditimbulkan dari oleh

transaksi swap.

Swap bunga menimbulkan risiko suku bunga

62

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – swap bunga

Bank BXYZ

Company

Bank A

Suku Bunga kredit yang

dibayarkan kepada

Bank A 6 bulan LIBOR

Suku bunga tetap

kepada Bank B pada 5%

Suku bunga mengambang

diterima dari Bank B 6 bulan LIBOR

Page 145: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 145/284

63

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – swap valuta

Swap valuta memiliki fitur yang sama dengan swapbunga, hanya saja terdapat flow bunga dalam mata

uang yang berbeda.

Sebagai contoh, flow bunga dalam USD menjadi EUR.

Perbedaan pokok antara swap bunga (interest rate

swap) bunga dan swap valas (currency swaps) adalah

 jumlah pokok ikut ditransaksikan dalam currency swap

pada spot rate.

Curency swaps menimbulkan risiko suku bunga dan

risiko valas.

64

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – swap valuta – contoh

Customer BankStage 1 –

Beginning

Initial

exchange

optional

Initial exchange with Bank

sells GBP v Euro at 1.46

EURO

GBP

BankCustomer Stage 3 –

Maturity

Final

exchange

compulsory

EURO

GBP

Final exchange of currencies

at 1.46 (as stage 1)

Customer Bank

Stage 2 –

Quarterly

throughdeal life

Interest

rates canbe fixed or 

floating

Fixed EURO Interest Rate

Floating GBP LIBOR

Page 146: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 146/284

65

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – perjanjian forward rate

(forward rate agreements)

Forward rate agreements (FRAs) adalah kontrak derivatif OTC

yang memungkinkan bank untuk mengambil perbolehkan bank

untuk mengambil posisi forward pada suku bunga.

Kontrak tersebut memberikan hak untuk

meminjamkan/meminjam dana dengan bunga tetap untuk

 jangka waktu tertentu yang dimulai pada waktu yang akan

datang. Dalam hal ini, tidak terdapat pergerakan pokok

pinjaman dan pada saat maturity, settlement cash dilakukan

untuk perbedaan antara rate kontrak dengan rate LIBOR pada

periode tersebut.

FRAs adalah versi OTC dari kontrak interest rate futures dan

lebih fleksibel dibanding dengan futures.FRAs menimbulkan risiko suku bunga

66

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – perjanjian forward rate –

contoh

Bank V enters into a FRA with Bank X

for the right to deposit USD for 

3 months beginning in 1 month’s time.

Receiving notional agreed

fixed rate for 1v3 month FRA

Paying notional 3 month LIBOR

Bank V Bank X

Receiving

3 monthdeposit rate

Bank Y In 1 month’s time Bank V places physical

deposit with Bank Y and receives 3 month

deposit rate.

Page 147: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 147/284

67

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak option (option

contracts)

Kontrak option (option contract) memberikan hak kepadapembeli, namun bukan kewajiban, sesuai kontrak

underlying pada tingkat harga yang disepakati.

Hal ini berarti bahwa transaksi underlying hanya akan

dieksekusi jika rate menguntungkan bagi pembeli option.

Penjual menanggung risiko yang tidak terbatas dan

memperoleh premi sebagai kompensasi. Kontrak option

menimbulkan risiko baru di luar risiko inherent pada

instrumen underlying. Option dapat dibuat berdasarkan

hampir semua instrumen kas maupun derivatif dan

bahkan terdapat kontrak opsi berdasarkan opsi.

68

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak option

Istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan transaksi option

adalah:

Option yang hanya bisa di-exercise pada tanggal berapa pun

sampai dengan expiry date

 American

Tanggal terakhir option harus di-exerciseexpiry date

buyer meng‘exercises’ option untuk memasuki kontrak

underlying

exerciseHarga pada saat transaksi underlying akan dieksekusistrike price

Jumlah uang yang harus dibayar oleh buyer kepada seller premium

Option yang hanya bisa di-exercise pada saat expiry dateEuropean

put option memberikan hak kepada buyer untuk menjual

instrument underlying

put

call option memberikan hak kepada buyer untuk membeli

instrument underlying

call

Page 148: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 148/284

69

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak option

Penentuan harga option didasarkan pada probabilitas bahwa

option tersebut akan di-exercise. Pengukuran volatilitas

digunakan untuk menghitung harga option.

Volatilitas harga option adalah harga pasar yang merefleksikan

ekspektasi pasar terhadap pergerakan harga pada masa

berlakunya option.

Volatilitas yang digunakan untuk membuat harga option

ditentukan oleh pasar dan hal tersebut merupakan risiko

tersendiri.

70

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak option

Option menimbulkan risiko inheren yang terdapat

dalam instrumen underlying  jika opsi di exercise.

Option memiliki risiko volatilitas dan risiko suku

bunga terkait dengan tanggal penyerahan di masa

yang akan datang atas instrumen underlying.

Sebagai contoh, sebuah option dari sebuah obligasi

mempunyai risiko yang sama dengan underlying

bond seperti risiko perubahan dalam volatilitas

harga obligasi tersebut.

Page 149: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 149/284

71

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak option - contoh

Sebuah perusahaan jepang ingin membeli USD 10 juta tiga bulan ke depan

untuk rencana membeli pabrik Amerika. Perusahaan tersebut tidak

menghendaki membuat komitmen untuk membeli USD 10 juta tetapimembutuhkan perlindungan terhadap kenaikan nilai tukar USD jika mereka

memutuskan untuk membeli pabrik tersebut. Jadi mereka membeli option.

Diagram di bawah ini mengilustrasikan bagaimana biaya pembelian pabrik

bervariasi dalam JPY tanpa melakukan kontrak opsi. Diagram menunjukkan

bahwa perusahaan akan menderita kerugian sebesar JPY 100 juta jika spot

rate bergerak sampai 110.

Change in cost in Yen w ithout option

-150

-100

-50

0

50

100

150

9 0 9 2 9 4 9 6 9 8 1 00 10 2 1 04 10 6 1 08 11 0

Spot rate

   Y  e  n   (  m   )

72

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak option – contoh

Perusahaan membeli European USD call option yang akan jatuh

tempo tiga bulan kemudian dengan strike price 100 terhadap JPY

yang juga merupakan current USD/JPY spot price. Premi pembelian

option ini sebesar JPY 30 juta.

Pada saat jatuh tempo, perusahaan setuju untuk membeli pabrik dan

membutuhkan untuk membeli USD dan menjual JPY

Spot rate sekarang 108.00 dan perusahaan melakukan exercise

option tersebut dan membeli USD dari penjual pada strike price

100.00

Jika spot rate jatuh dibawah 100.00 perusahaan akan membiarkan

option tersebut sampai jatuh tempo dan tidak melakukan exercise

dan membeli dollar pada nilai tukar yang lebih rendah di pasar.

Page 150: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 150/284

73

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak option – contoh

Kemungkinan hasilnya dapat dilihat pada diagram di bawah. Diagram

menunjukkan, jika spot rate jatuh di bawah 90 perusahaan akanmenghemat JPY 70 juta.

Possible outcomes if factory purchased

-40

-20

0

20

40

60

80

90 92 94 96 98 100 102 104 106 108 110

Spot rate

   Y  e  n   (  m   )

74

4.3 Instrumen trading

4.3.3 Instrumen derivatif – kontrak option – contoh

Jika pembelian pabrik tidak terjadi maka perusahaan tersebut akan

membiarkan kontrak option tersebut. Diagram 4.5 dibawah

memperlihatkan kemungkinan harga option pada beberapa nilai tukar 

spot (spot rate) pada saat jatuh tempo. Jika rate naik diatas 103

perusahaan akan mampu menutup premiumnya dan mendapatkan

keuntungan. Jika rate jatuh dibawah 100, pada saat jatuh tempo

perusahaan tidak dapat menutup premiumnya.

Option values if factory not purchased

-40

-20

0

20

40

60

80

90 92 94 96 98 100 102 104 106 108 110

Spot rate

   Y  e  n   (  m   )

Premiumrecouped

& profit

Premium

partially

recouped

Premium

given up

Page 151: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 151/284

75

4 Karakteristik Risiko Pasar 

dan Risiko Tresury

4.4 Pricing dan Mark-to-Market

76

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.1 Pricing

Salah satu pengendalian terpenting yang dimiliki oleh bank

dalam mengelola operasional trading adalah memastikan

bahwa posisi trading open dinilai secara harian

menggunakan harga pasar saat ini. Proses penilaian

kembali menggunakan harga pasar saat ini disebut

“marking-to-market”. Untuk mengetahui hal-hal apa yang

diperlukan untuk melakukan penilaian berdasarkan harga

pasar, maka langkah pertama adalaha dengan melihatbagaimana instrumen tersebut dinilai

Instrumen keuangan dinilai dengan cara yang paling sederhana

menggunakan perbandingan tunggal hingga model keuangan yang

kompleks. Prinsip-prinsip dasar pricing atas instrumen trading utama

akan dibahas berikut ini namun tanpa menggunakan detail matematis

dari beberapa model.

Page 152: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 152/284

77

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.2 Kurva Hasil (Yield curves)

Semua instrumen keuangan dengan aliran kas masa yang akan

datang dinilai dengan menghitung nilai sekarang (present value)dari arus kas masa depan instrumen tersebut. Nilai sekarang dari

berbagai arus kas masa depan dihitung dengan mendiskonto

future value menggunakan tingkat tingkat bunga saat ini.

Oleh karena itu, tingkat bunga pasar diperlukan untuk tanggal

dimana terdapat aliran kas. Untuk menghitung bunga pasar, bank

membuat kurva pendapatan menggunakan yield curve model.

Uraian berikut telah disederhanakan untuk menggambarkan

bentuk dari yield curve model. Yield curve yang digunakan oleh

trader lebih kompleks dan dibuat berdasarkan beberapa

instrumen untuk memastikan konsistensi kurva tersebut.

78

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.2 Yield curves

Input yang digunakan untuk model yang telah disederhanakan

adalah tingkat bunga pasar untuk periode tertentu. Periode tersebut

adalah 1, 2, 3, 6 dan 12 bulan serta 2, 3, 5 dan 10 tahun. Gambar 

dibawah ini menunjukan bentuk dari kurva tersebut.

 Yield Curve

4

4.5

5

5.5

6

6.5

7

7.5

8

1m 2m 3m 6m 12m 2y 3y 5y 10y

Maturity

   R  a   t  e  s

Page 153: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 153/284

79

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.2 Yield curves

Nilai dari produk yang berkaitan dengan tingkat bunga

serta produk dengan arus kas pada waktu bersifat

sensitif terhadap perubahan pada yield curve.

Nilai sebuah produk mungkin sensitif untuk berubah

dalam satu atau lebih tingkat yield curve tergantung

pada masa jatuh tempo dan karakteristik finansial dari

instrumen tersebut.

Pada prakteknya, masing-masing mata uang utama memiliki

sejumlah yield curve yang dipergunakan pada waktu

bersamaan.

Perbedaan antar kurva tersebut terutama adalah perbedaan

instrumen underlying yang dipergunakan untuk menentukanwaktu tertentu.

80

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.2 Yield curves

Jenis-jenis interest rate-related yield curva adalah sebagai berikut :

• Cash - digunakan untuk menilai kembali posisi pinjaman dan

simpanan. Titik-titik dari kurva ditentukan berdasarkan tanggal

 jatuh tempo standar yang diperdagangkan di pasar antar bank.

• Derivatif - kurva ini dipergunakan untuk menilai semua jenis

derivatif termasuk option. Titik-titik kurva ditentukan berdasarkan

gabungan instrumen yang dimulai dari suku bunga kas (cash rate)

berjangka pendek diikuti oleh kontrak future. Akhirnya suku bunga jangka panjang ditentukan berdasarkan suku bunga swap untuk

 jangka waktu perdagangan standar. Gabungan instrumen tersebut

berhubungan instrumen hedging underlying digunakan bank untuk

melindungi risiko derivatif.

Page 154: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 154/284

81

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.2 Yield curves

Jenis-jenis utama yield curva yang berkaitan dengan suku bunga

adalah sebagai berikut :• Obligasi - obligasi dinilai berdasarkan harga yang didapat dari

harga penutupan akhir hari. Namun demikian, tidak semua

obligasi aktif diperdagangkan setiap hari. Bank dapat

mempergunakan kurva obligasi untuk menentukan harga

penutupan berdasarkan harga penutupan obligasi yang

diperdagangkan secara aktif. Kurva tersebut biasanya ditentukan

berdasarkan jatuh tempo standar perdagangan dalam pasar 

obligasi pemerintah. Obligasi dapat sebagai spread dari pasar 

obligasi pemerintah yang dipakai sebagai benchmark tsb jika

harga pasar obligasi tidak tersedia. Hal ini menunjukkan

perbedaan likuiditas obligasi dan peringkat penerbitnya.

82

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.2 Yield curves

• basis - tidak seluruh instrumen suku bunga diperdagangkan

secara aktif di pasar antar bank untuk memenuhi kebutuhan

nasabah. Tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank sentral untuk

surat-surat berharga (dikenal sebagai Base Rate di UK) adalah

sebuah contoh yang bagus. Kurva tersebut umumnya ditunjukkan

dengan spread di atas atau dibawah kurva standar. Masing-

masing titik pada kurva memiliki perbedaan bunga spesifik yangterkait dengan jatuh tempo pada kurva standar 

Page 155: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 155/284

83

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.3 Obligasi, ekuitas, komoditas dan valas

Transaksi obligasi, ekuitas, spot valas, spot komoditas dinilai

berdasarkan perbedaan antara harga awal perdagangan denganharga pasar terkini. Nilai tukar forward valas dihitung dengan

menyesuaikan spot rate terkini dengan forward margin terkait.

Margin yang mendekati dapat dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut:

Forward margin = Spot x Interest differential x Time / (Days in year x 100)

• perbedaan tingkat bunga adalah perbedaan absolut antara valuta

dasar dengan valuta asing.

• jangka waktu adalah waktu sampai dengan maturity yang

dinyatakan dengan hari .

• jumlah hari dalam setahun biasanya diambil 360 hari, akan tetapi

365 juga dipergunakan untuk beberapa mata uang.

84

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.3 Obligasi, ekuitas, komoditas dan valas – contoh

USD/JPY ditawarkan sebagai jumlah yen per satu dolar US. Hal ini

berarti yen adalah mata uang asing dan US dolar adalah mata uang

dasar.

Spot rate = 105.00

Rate JPY 1 bulan = 1%

Rate USD 1 bulan = 4%

Time to maturity = 30 days

Jumlah hari dalam 1 tahun = 360

Forward margin = 0.2625 (105.00 x (4 – 1) x 30 / 36000)

Hal ini dapat diuji dengan melihat perhitungan bunga ekuivalen:

Pada spot SD 1,000,000 JPY 105,000,000 = 105

Interest due USD 3,333.33 JPY 87,500

Pada saat maturity USD 1,003,333.33 JPY 105,087,500 = 104.74

Forward margin = - 0.26 (104.74 – 105)

Page 156: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 156/284

85

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.4 Option

Pada dasarnya, penentuan harga option tersebut dakan

bernilai pada saat jatuh tempo.Penentu penting dari nilai option tersebut adalah :

• tingkat strike price relatif terhadap harga pasar saat itu.

Jika strike price sama dengan harga pasar saat itu,

option tersebut memiliki peluang 50% akan bernilai saat

 jatuh tempo, karena dianggap terdapat kemungkinan

yang sama nilai tukar dapat naik atau turun.

• waktu sebelum jatuh tempo. Semakin panjang jangka

waktu sebelum jatuh tempo, maka makin tinggi preminya

karena option memiliki lebih banyak waktu untuk menjadi

bernilai.

• Besar-kecilnya volatilitas harga pasar. Semakin

bergejolak harganya, maka preminya makin tinggi.

86

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.4 Option

Diagram dibawah ini menunjukan variasi jarak yang mungkin pada

nilai kurs untuk opsi rate valas JPY/USD untuk membeli dolar US

pada strike price 105.00 terhadap yen jepang. Kurs saat ini adalah

100.00. Beragam tanggal jatuh tempo hingga 12 bulan dan 3

volatilitas yang berbeda diperlihatkan untuk untuk.

Call option strike 105

85

90

95

100

105

110

115

0 2 4 6 8 10 12

Months

   E  x  c   h  a  n  g  e  r  a   t  e

Page 157: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 157/284

87

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.4 Option

Strike price dan waktu jatuh temponya dipilih oleh pembeli option.

Volatilitas adalah ukuran statistik yang dapat diperoleh daripergerakan harga historis.

Namun, yang sering kali terjadi, data historis tidak selalu menjadi

alat prediksi yang baik untuk masa mendatang, sehingga pasar 

menggunakan nilai volatilitas yang diharapkan.

Besarnya volatilitas berbeda-beda sesuai tanggal jatuh tempo dan

diperlihatkan dengan kurva yang menggunakan periode yang

sama seperti seperti yield curve.

88

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.4 Option

USD/Yen foreign exchange option volatilities

9.00

9.50

10.00

10.50

1 Week 1 Month 3 Month 6 Month 1 Year 2 Years

Option maturity

   A  n  n  u  a   l  v  o   l  a   t   i   l   i   t  y

Tingkat Volatilitas pasar dimasukan ke dalam rumus penentuan harga option

bersama dengan harga pasar yang berlaku bagi instrumen underlying untuk

menghitung nilai pasar option saat ini.

Page 158: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 158/284

89

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.5 Proses mark-to-market

Dalam posisi operasi perdagangan yang besar,

posisi akan berubah dari menit ke menit saatpara trader mengelola posisi risiko mereka.

Karenanya penting bagi manajemen senior bank

untuk memiliki prosedur mark-to-market yang

kuat untuk mengawasi kinerja para trader.

Pada umumnya proses ini adalah proses yang dilakukan setiap hari dimana

sebuah unit kerja yang independen terhadap trader, akan mendapatkan dan

memverifikasi harga pasar dan memeriksanya untuk semua instrumen yang

ada dalam trading book.

Untuk pasar dimana perdagangan dilakukan secara langsung dengan

counterparties, closing price akan diperoleh dari broker yang aktif dalam pasar.

Broker bersifat independen terhadap bank, dan karena sifat pekerjaannyabroker akan mengetahui harga pasar saat ini.

90

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.5 Proses mark-to-market

Beberapa harga dapat diperoleh dari tingkat suku bunga resmi yang

ditetapkan secara harian. Sebagai contoh adalah penetapan suku bunga

harian LIBOR oleh British Bankers‘ Association di London. Suku bunga ini

digunakan untuk menyelesaikan berbagai kontrak derivatif dan juga untuk

kepentingan analisa historis. Penetapan resmi terjadi di banyak pusat-

pusat keuangan dunia untuk jenis suku bunga berbeda. Selain dari broker 

dan penetapan resmi, harga penutupan beberapa instrumen diperoleh

dari bursa resmi. Sebagai contoh, harga penutupan ekuitas ecara resmi

ditentukan oleh bursa saham dimana saham itu tercatat. Ini digunakanuntuk melakukan mark-to-market posisi ekuitas. Futures dan option atas

futures diperdagangkan pada bursa berjangka di seluruh dunia. Masing-

masing menetapkan harga penutupan resmi setiap hari yang digunakan

untuk menilai kembali ulang semua posisi.Kontrak berjangka

diperdagangkan untuk tingkat suku bunga, kurs, obligasi, komoditas,

indeks energi dan pasar saham. Bursa futures secara konsisten

mengembangkan kontrak-kontrak baru untuk memenuhi permlntaan

pasar.

Page 159: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 159/284

91

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.5 Proses mark-to-market

Prosedur mark-to-market terdiri dari kegiatan pengumpulan

informasi harga, verifikasi harga dan pemasukkan ke dalamrevaluasi bank. Kemudian sistem itu akan menghitung nilai

untuk setiap instrumen, yang akan dicatat didalam

pembukuan bank. Nilai saat ini juga disebut sebagai

replacement value sebab mencerminkan jumlah yang

harus dibayar bank jika harus melakukan transaksi pada

harga pasar saat inidia butuh untuk mengganti transaksinya

pada harga pasar saat ini. Seringkali sistem juga

menghitung posisi risiko saat ini yang dihasilkan oleh

instrumen yang dinilai kembali, walapun terkadang

dijalankan oleh sistem risiko yang berbeda.

92

4.4 Pricing dan mark-to-market

4.4.5 Proses mark-to-market

Nilai saat ini dari transaksi digunakan untuk berbagai keperluan :

• perhitungan laba rugi, dilakukan dengan cara membandingkan

nilai saat ini dengan nilai aslinya.

• perhitungan risiko kredit counterparty, dilakukan dengan

menganalisa nilai saat ini dari semua transaksi dengan

conuterpatiy.

• perhitungan agunan untuk transaksi OTC menggunakan nilai saat

ini dari instrumen yang dimiliki sebagai agunan untuk memastikanbahwa agunan tsb cukup nilainya jika dibandingkan dengan

ekposur terhadap counterparty.

• margin call oleh bursa berjangka didasarkan pada nilai pasar saat

ini. Margin dpat dipersamakan dengan pembayaran agunan atas

transaksi OTC.

• untuk instrumen yang diseslesaikan secara tunai, digunakan nilai

pasar akhir untuk menyelesaikan transaksi dengan pihak lain.

Page 160: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 160/284

93

4 Karakteristik Risiko Pasar 

dan Risiko Treasury

4.6 Asset and Liability

Management (ALM)

94

4.6 Asset and liability management

4.6 Asset and liability management (ALM)

Pada umumnya ALM memiliki sasaran utama

mengelola risiko tingkat suku bunga dalam neraca

bank dan memastikan bahwa risiko tingkat suku

bunga yang melekat pada bisnis bank tidak mengganggu

kestabilan aliran pendapatan bank.

Page 161: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 161/284

95

4.6 Asset and liability management

4.6 Asset and liability management (ALM)

 Aliran pendapatan sebagaimana disebutkan di atas pada

umumnya berupa pendapatan bunga bersih (Net InterestIncome/NII) bank.

NII adalah perbedaan antara biaya bunga untuk

mengumpulkan simpanan (dan utang lainnya) dengan

bunga yang dibebabkan atas pinjaman (dan aktiva

lainnya). Current value (net present value) dari aliran NII

memberikan sumbangan besar dalam menentukan nilai

bank. Tujuan stabilisasi NII dapat juga dikatakan sebagai

stabilisasi nilai bisnis. Hal ini merupakan hal yang sering

ditemui di AS.

96

4.6 Asset and liability management

4.6 Asset and liability management (ALM)

 Akuntansi manajemen merupakan sebuah struktur pelaporan yang

didasarkan pada informasi yang mencerminkan cara manajemen

sebuah bank memandang.

Sebaliknya, statutory financial accounts, (misalnya laporan rugi laba

dan neraca) harus disiapkan sesuai dengan standar pelaporan dan

harus mematuhi standar akuntansi nasional. Namun praktek

akuntansi manajemen seringkali dipengaruhi oleh standar akuntansikeuangan yang diikuti oleh negara dimana bank itu berada.

 Aktivitas ALM mencakup dua risiko – risiko tingkat suku bunga dalam

banking book dan risiko likuiditas.

Page 162: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 162/284

97

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Risiko tingkat suku bunga dalam banking book

Risiko pasar dalam banking book adalah risiko kerugian

dimana sebuah bank terekspos kepada risiko suku bunga

pasar yang berubah karena struktur yang mendasari

bisnisnya, seperti aktivitas pemberian pinjaman dan

penerimaan deposito.

Risiko tingkat suku bunga dalam banking book

adalah risiko kerugian akibat perubahan tingkat suku

bunga yang merugikan.

Risiko tingkat suku bunga dalam banking book pada umumnya

terjadi akibat bisnis yang dilaksanakan sebuah bank dengan para

nasabah korporasi dan ritel-nya.

98

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Risiko tingkat suku bunga dalam banking book-

contoh

Nasabah

KPRBank H Deposan

Bayar 5 tahun

suku bunga tetap

Bayar suku bunga

mengambang bulanan

Bank H menjalankan bisnis yang memiliki risiko tingkat suku bunga

yang besar.

Jika risiko tingkat suku bunga naik di atas yield curve, bank harus

membayar lebih bagi para deposannya di dalam periode maksimal

30 hari, tetapi tidak dapat menaikkan semua bunga KPR-nya hingga

lima tahun.

Page 163: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 163/284

Page 164: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 164/284

101

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Risiko tingkat suku bunga dalam banking book-

contoh

Posisi mis-match yang terjadi karena adanya pemberian kredit denganbunga rendah sementara asosiasi terikat pada pinjaman dengan bunga yang

lebih tinggi menyebabkan banyak S&L jatuh dengan kerugian mencapai

miliaran dollar.

Beberapa contoh terburuk dari kondisi mis-match di atas adalah sebagai

berikut:

• Pada bulan Juni 1988 American Diversified, S&L California, menyatakan

diri insolvabel dengan kerugian sebesar USD 800 juta. Total aktiva telah

tumbuh dari USD 11.7 juta pada bulan Juni 1983 menjadi USD 1.1 miliar 

pada bulan Desember 1985.

• Pada bulan September 1988 Silverado S&L di Denver, Colorado jatuhdengan kerugian sebesar USD 1 miliar. Neracanya berkembang dari USD

250 juta pada tahun 1982 menjadi USD 2.7 miliar pada saat jatuhnya.

102

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Risiko tingkat suku bunga dalam banking book-

contoh

Pada bulan April 1989 asosiasi S&L California jatuh dengan

kerugian sebesar USD 2.5 miliar, yang harus didanai oleh pembayar 

pajak AS. Asosiasi kehilangan USD 14 juta dalam delapan bulan

pertama tahun 1988 dan USD 11 juta pada bulan January 1989

sebagai akibat dari spekulasi dalam pasar valas. Simpanan asosiasi

tersebut naik dari USD 1 miliar pada tahun 1983 menjadi USD 6

miliar pada bulan April 1989 saat akhirnya diambil alih oleh theFederal Savings and Loan Insurance Corporation.

Page 165: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 165/284

103

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Risiko tingkat suku bunga dalam banking book

Risiko tingkat suku bunga dalam banking book tidak dicakup secara

rinci dalam Basel II Accord. Namun pada Juli 2004, sebulan setelahBasel Committee menerbitkan “International Convergence of Capital 

Measurement and Capital Standards: a Revised Framework ”, Basel

Committee menerbitakn "Principles for the Management and 

Supervision of Interest Rate Risk ”.

Dokumen tersebut membahas manajemen risiko tingkat suku bunga

termasuk yang ada dalam banking book.

104

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Kegiatan asset and liability management

 Asset and liability management tidak hanya berkepentingan dalam

pengelolaan risiko dan penstabilan nilai bisnis, namun juga

mempunyai kepentingan dalam:

• mempertahankan struktur likuiditas kegiatan usaha pada tingkat

yang diinginkan

• masalah lain yang dapat mempengaruhi bentuk dan struktur 

neraca sebuah bank• masalah yang dapat mempengaruhi stabilitas pendapatan seiring

berjalannya waktu.

Page 166: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 166/284

105

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Kegiatan asset and liability management

 Ada beberapa masalah yang dapat mengakibatkan munculnya

kebutuhan untuk menyeimbangkan bentuk dan struktur neracasebuah bank. Sebagian masalah diakibatkan oleh bank internasional

yang memiliki struktur modal yang didominasi oleh mata uang negara

mereka namun dengan pendapatan dan banyak aktiva dan utang

dalam mata uang lainnya. Hal ini dapat menimbulkan risiko nilai tukar 

misalnya:

• laba saat ini dan saat yang akan datang dari operasi di luar negeri

bisa bergejolak saat ditranslasikan ke dalam mata uang domestik

karena perubahan dalam nilai tukar.

• modal mata uang domestik yang dialokasikan pada operasi luar 

negeri mendukung struktur aktiva mata uang asing. Ini dapat

mengakibatkan gejolak pada rasio modal terhadap aktiva saat nilai

tukar berubah.

106

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Kegiatan asset and liability management

Manajer asset and liability harus mengakui bahwa:

• neraca bank komersial bukanlah kumpulan aktiva dan utang yang

stabil (pinjaman dan simpanan baru terus terjadi sementara

pinjaman dan simpanan lainnya jatuh tempo)

• aktiva dan utang yang ditentukan kembali harganya dalam neraca

bank komersial tidak semuanya kontraktual (seringkali adaperbedaan waktu yang cukup besar antara perubahan tingkat suku

bunga pasar dengan perubahan tingkat suku bunga yang diberikan

pada produk ritel).

Page 167: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 167/284

107

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Kegiatan asset and liability management

• seringkali hanya ada sedikit atau tidak ada korelasi antara produkritel dengan bunga wholesale untuk penentuan harga aktiva dan

utang (banyak masalah pemasaran terkait dengan penentuan

kembali harga (repricing) atas produk ritel yang tidak

mempengaruhi produk wholesale)

• produk ritel sering mengandung option yang seringkali tidak

dieksekusi secara rasional (nasabah ritel sering memiliki hak

menghentikan kontrak dengan persyaratan yang sangat berbeda

 jika dibandingkan dengan syarat yang umumnya terdapat di pasar 

wholesale).

108

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Kegiatan asset and liability management

 Ada beberapa alasan mengapa sebuah bank komersial dengan jumlah

nasabah ritel yang besar dapat mendapat kesulitan dalam mengelola

neracanya:

• tindakan bank komersial seringkali didorong oleh pertimbangan hubungan

dengan nasabah dan bukan kewajiban hak sesuai kontrak. Dengan kata

lain, bank memberikan fokus besar pada nasabah.

• menarik dan mempertahankan nasabah sering menggunakan penawaranproduk ritel yang fiturnya berbeda dari produk pasar wholesale. Hal ini

menyebabkan produk tersebut sulit dijual di pasar wholesale atau sulit

dikelola risikonya menggunakan produk wholesale

• penentuan harga produk ritel sering lebih banyak berhubungan dengan

pertimbangan pemasaran daripada harga pasar.

Page 168: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 168/284

109

4.6 Asset and liability management

4.6.1 Kegiatan asset and liability management

• perilaku nasabah ritel terkait dengan dengan produk perbankan

ritel yang mereka miliki sering mengakibatkan kewajibankontraktual yang terlihat dari pihak-pihak yang emmberikan

gambaran buruk atas aktual kewajiban. Misalnya, secara kontrak

dimungkinkan untuk mencairkan dana tabungan dengan pemberian

30 hari, tetapi nasabah memiliki hak untuk membiarkan uangnya di

rekening untuk waktu yang tidak terbatas.

Keterkaitan perilaku nasabah dan fitur produk seringkali

menimbulkan kebutuhan untuk mengawasi dan mengelola stabilitas

pendapatan bunga netto/NII (atau present value dari the business)

dan likuiditas.

Page 169: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 169/284

1

Indonesia Certificate inBanking Risk and Regulation

Part B: Pengantar Risiko Pasar,

Risiko Kredit, dan Risiko

Operasional

2

Bab 5 Credit Risk

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

Page 170: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 170/284

3

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1 Karakteristik Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko kerugian yang mungkin timbul

sebagai akibat kegagalan counterparty dalam memenuhikewajibannya.

Risiko kredit dapat terjadi pada perorangan atau perusahaan.

Contoh:

Seseorang menghadapi risiko kerugian dari suatu investasi

(deposito, obligasi, atau saham).

Perusahaan menghadapi risiko kredit pada saat tagihan-

tagihannya jatuh tempo.

Bank sangat terekspos pada risiko kredit mengingat aktifitas

usahanya yang bersifat lending based . Disamping itu bisnis bank

memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi (highly 

leveraged ) sehingga setiap debitur yang gagal bayar berpotensi

mengurangi modal bank.

4

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1 Karakteristik Risiko Kredit – contoh

Peregrine Investment Holdings

Pada bulan Januari 1998 Peregrine Investment Holdings,

salah satu perusahaan investasi terbesar di Asia yang

berkantor pusat di Hongkong, harus dilikuidasi karena

memiliki hutang sekitar USD 400 Juta.

Hal ini disebabkan oleh krisis keuangan di Asia, namun

secara khusus dipicu oleh pinjaman sebesar USD 20 Juta

(senilai 20% dari modal dasar Peregrine) yang diberikan

kepada Steady Safe, sebuah perusahaan transportasi di

Indonesia yang mengalami kesulitan keuangan.

Page 171: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 171/284

5

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1 Karakteristik Risiko Kredit

Pada awalnya teknik analisis kredit debitur korporasi

dikembangkan bank berdasarkan metodologi yang seringdigunakan investor untuk menilai kelayakan investasi pada

proyek-proyek non pemerintah.

Perkembangan asuransi dan dana pensiun mendorong

perkembangan industri manajemen investasi profesional yang

signifikan. Hal ini diikuti pula pertumbuhan investasi dalam

bentuk equities serta obligasi yang diterbitkan oleh berbagai

perusahaan swasta ternama.

Di AS, perkembangannya sangat pesat dimana investor 

institusional dapat menempatkan dananya pada produk sekuriti

sasi kredit mobil, kredit perumahan dan tagihan kartu kredit

Konsekuensinya, pengelola investasi harus memiliki

kemampuan memahami dan mengukur risiko kredit lebih baik

6

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.1 Sovereign Credit Risk 

Obligasi internasional didominasi surat-surat berharga

pemerintah.

risiko sovereign adalah risiko kerugian yang mungkin

timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit

surat berharga untuk memenuhi kewajibannya baik

bunga maupun pokoknya.

The International Monetary Fund  (IMF) memiliki

peranan penting dalam membantu negara yangmenghadapi masalah pinjaman

Ketika menghadapi dua pilihan kebijakan yaitu melambungnya

tingkat inflasi atau default atas obligasi pemerintah, pada tahun

1998 pemerintah Rusia memutuskan untuk menyatakan default 

atas seluruh hutangnya baik dalam mata uang domestik

maupun valas

Page 172: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 172/284

7

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.1 Sovereign Credit Risk – contoh

Obligasi Pemerintah Rusia

Pada tahun 1998, investor asing yang berinvestasi pada obligasi

pemerintah Rusia mengalami kerugian mencapai USD 33 Miliar 

karena pengumuman resmi default pemerintah Rusia.

Banyak institusi keuangan yang mengalami kerugian telah

mengabaikan kenyataan bahwa semakin tinggi return, semakin

tinggi pula risiko yang dihadapi (Obligasi pemerintah Rusia

menawarkan hasil/yield yang tinggi).

Bank/investor tidak melakukan lindung nilai terhadap semua

exposur-nya

Investor-investor tersebut memprediksi tidak akan pernah adadefault atas hutang pemerintah.

8

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.1 Sovereign Credit Risk – Pinjaman dalam mata

uang domestik dan valuta asing

Secara umum penerbitan obligasi pemerintah (sovereign

debt bond ) dapat dibedakan menjadi:

• Obligasi atau hutang pemerintah dalam mata uang

domestik - kasus default  atas hutang ini sangat jarang

terjadi mengingat negara memiliki wewenang untuk

mencetak mata uang domestik.

• Obligasi atau hutang pemerintah dalam mata uang asing –

dalam hal ini valuta asing harus diperoleh dari penghasilan

negara penerbit dalam bentuk devisa.

Page 173: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 173/284

9

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.1 Sovereign credit risk – Analisis Rasio Keuangan

Pengukuran risiko sovereign pada dasarnya dinilaisama seperti hutang korporasi, yaitu dengan

penyesuaian model yang dibuat untuk mengukur 

kemampuan sebuah negara dalam menyelesaikan

kewajibannya.

Debt service ratio adalah jumlah bunga dan pokok

atas pinjaman valas yang telah jatuh tempo

dibandingkan dengan pendapatan dari exports dan

capital inflows.

Seperti penilaian pinjaman perusahaan , ada beberapa

rasio lain yang digunakan untuk menilai kemampuanmembayar sebuah negara.

10

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.1 Sovereign credit risk – Investasi Domestik

Investasi domestik dan kebijakan ekonomi domestik telah menjadi

perhatian investor dan bank terkait kemungkinan adanya ‘bubbles’

dalam negara tersebut (aktiva-aktiva tertentu yang dinilai terlalu

tinggi dan dalam jangka panjang tidak berkesinambungan).

Contoh bubbles adalah melambungnya harga properti di Tokyo di

awal tahun 1990-an, dan tingginya nilai perusahaan teknologi di

USA dan Eropa pada akhir tahun 1990-an sampai tahun 2002.

Bubbles juga memainkan peranan penting dalam krisis keuangan

 Asia pada pertengahan tahun 1990-an. Pada saat itu harga

properti dan nilai saham perusahaan di banyak negara Asia

Tenggara meningkat tajam kemudian mencapai titik tertentu dan

tidak dapat berkelanjutan lagi.

Page 174: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 174/284

11

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.1 Sovereign Credit Risk – Faktor-faktor lain

Rendahnya kualitas administrasi data pemerintah

menyebabkan proses penilaian risiko sovereign menjadi

sulit.

Pinjaman swasta dalam mata uang asing dapat

mempengaruhi kemampuan pemenuhan kewajiban sebuah

negara dan kualitas data yang terkait dengan hal ini pada

umumnya rendah.

12

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.1 Sovereign Credit Risk – Faktor-faktor Kualitatif 

Terdapat beberapa faktor kualitatif yang harus diperhatikan dalam

melakukan penilaian risiko sovereign, yaitu:

• Efisiensi sistem perbankan dalam hal penyaluran dana kepada

sektor-sektor produktif 

• Efisiensi sistem perpajakan dalam meningkatkan penerimaan

negara• Kemampuan bank sentral dalam mengendalikan suku bunga

• Pengaruh suku bunga domestik terhadap pinjaman valas dan

tekanan inflasi.

• Transparansi ekonomi serta pembagian tugas dan wewenang

yang jelas antara pemerintah, bank sentral, lembaga

pengawasan, sistem hukum dan pelaku bisnis.

Page 175: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 175/284

13

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.1 Sovereign Credit Risk – risiko sovereign and 

country risk 

Walaupun banyak yang beranggapan risiko sovereign

dan country risk adalah sama, namun lebih tepat jika

risiko sovereign diartikan sebagai bagian dari country risk .

Country risk  mencakup lingkungan hukum, politik dan

ekonomi serta bagaimana ketiganya mempengaruhi

sektor swasta.

Penilaian country risk  diperlukan terkait investasi

domestik yang berhubungan dengan pinjaman cross-

border  kepada perusahaan, individu maupun proyek

tertentu.

14

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.1 Sovereign credit risk – risiko sovereign and country 

risk 

Faktor-faktor lain yang harus diperhatikan dalam penilaian country

risk adalah:

•Sistem hukum dan perundang-undangan terutama ketentuan yang

terkait dengan hak atas kepemilikan dan kepailitan

•Stabilitas sistem politik, sekalipun hal ini tidak selalu

menggambarkan kestabilan sebuah pemerintahan

•Ketentuan-ketentuan terkait valuta asing misalnya penerapan

ketentuan pembatasan valas

Page 176: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 176/284

15

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.1 Sovereign credit risk – Basel II and risiko

sovereign

Faktor-faktor di atas menjelaskan alasan pentingnya risiko

sovereign perlu dinilai secara cermat.

Dalam Basel I, risiko sovereign diperhitungkan dengan

menggunakan bobot risiko sederhana berdasarkan karakteristik

peminjam atau borrower  (misal, pemerintah) serta jenis

instrumen yang digunakan (misal, garansi, hutang dsb).

Berdasarkan Standardised Approach dalam Basel II, risiko

sovereign diukur  menggunakan credit ratings yang diterbitkan

lembaga pemeringkat kredit.

16

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.2  Risiko kredit korporasi

Kredit Korporasi merupakan bagian yang terbesar 

terhadap risky debt dibandingkan dengan sovereign debt 

atau risk free debt .

Risiko kredit korporasi mencakup risiko gagal bayar 

(default risk) atas hutang atau kewajiban yang diterbitkan

oleh perusahaan.

Bentuk kewajiban yang lazim dijumpai adalah saham

atau common stock  yang memiliki risiko kerugianterbesar. Stockholders adalah pihak yang paling akhir di

bayar jika perusahaan mengalami likuidasi.

Sebagai contoh pada umumnya di berbagai negara

obligasi korporasi dan hutang bank dibayar terlebih

dahulu dibandingkan kewajiban kepada pemegang

saham, namun ini pun setelah pembayaran kepada

pegawai (gaji) dan pemerintah (pajak).

Page 177: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 177/284

17

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.2 Risiko kredit korporasi

Banyak bank yang menyatakan bahwa mereka lebih mengetahui

risiko kredit korporasi dibandingkan dengan risiko lain yang mereka

ambil.

Peran bank sebagai lembaga intermediasi yang menyalurkan dana

pihak ketiga kepada sektor produktif sangat penting dalam

pertumbuhan ekonomi

Metode penilaian kredit yang digunakan oleh bank pada dasarnya

merupakan pengembangan dari metode penilaian investasi

Penggunaan rasio keuangan sebagai dasar untuk pengembanganmodel dalam pengambilan keputusan pemberian kredit korporasi

sangat lazim digunakan.

18

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.2 Risiko kredit korporasi

Basel II mendorong bank-bank untuk lebih

menerapkan teknik penilaian kredit dengan

menggunakan metode statistik untuk kalibrasi dan

backtesting  dalam pembuatan model peringkat

kreditnya.

Basel II juga mendorong bank-bank untukmenggunakan model-model berbasis opsi (options-

based models) sebagai informasi tambahan sepanjang

ketersediaan dan kualitas datanya terjamin.

Page 178: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 178/284

19

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.3 Risiko kredit ritel

Banyak bank komersial berpendapat bahwa risiko kredit ritel sama

pentingnya dengan risiko kredit korporasi. Di beberapa negara

teknik penilaian kredit individual berubah signifikan ketika bank-

bank mengganti sistem pemberian kredit dari branch-based 

menjadi tersentralisasi.

Dengan sistem branch-based lending , kepala cabang memiliki

kewenangan untuk mengambil keputusan pemberian kredit

berdasarkan  personal knowledge atas debitur-debiturnya,

sedangkan keputusan pemberian kredit yang tersentralisasi dibuat

menggunakan data informasi debitur yang standardized  yang

diolah sehingga menjadi model credit scoring .

Pengembangan produk telah mengubah pasar bagi pembiayaan

individual yaitu semakin terpisah antara kredit properti (secure

credit ) seperti KPR dan kredit pembiayaan konsumen (unsecure

credit ) seperti kartu kredit.

20

5.1 Jenis-jenis risiko kredit 

5.1.3 Risiko kredit ritel

Di luar AS, terdapat perkembangan sekuritisasi kredit yang

mencakup kredit perumahan, kredit pemilikan kendaraan

bermotor, kredit konsumen lainnya termasuk pembiayaan kartu

kredit.

Walaupun di beberapa negara pinjaman tertentu tidak dapat

dikategorikan sebagai mortgage, namun perkembangannyatelah menggambarkan inovasi dalam pembiayaan konsumen.

Hal itu tidak hanya mengurangi biaya kredit bagi debitur juga

mengurangi risiko bagi bank.

Page 179: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 179/284

21

5.1 Jenis-jenis risiko kredit 

5.1.3 Risiko kredit ritel

Pembiayaan konsumen (unsecured ) sangat dipengaruhi oleh

perkembangan model-model yang digunakan dalammengukur posisi kredit individual atau lebih dikenal credit 

scoring model .

Secara garis besar atribut dasar dari model ini adalah

penilaian arus kas, riwayat pekerjaan dan aktiva yang

dimiliki. (Topik ini akan didiskusikan pada akhir bab ini

bersamaan dengan penjelasan agensi kredit dan riwayat

kredit).

22

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.4 Probability of default Model-model yang didiskusikan sebelumnya (5.1.1, 5.1.2, 5.1.3)

digunakan bank untuk mengambil keputusan pemberian kredit.

Keputusan kredit memiliki karakter bimodal: kredit diberikan atau

kredit tidak diberikan.

Namun model ini terlalu sederhana, karena pada kenyataannya bank

sangat memperhatikan risiko-risiko yang mungkin timbul, reward 

(margin dan fee) dan modal yang harus dijaga.

Keputusan lending/investing diambil dengan pertimbangan risiko dan

hasil karena pada satu harga tertentu diperlukan pengambilan risikotertentu pula dapat saja diambil untul hasil tertentu Æ semakin besar 

risiko semakin tinggi hasil.

Pendekatan sederhana bimodal tidak dapat membantu bank dalam

mengambil keputusan bisnis. Model peringkat (grading models)

merupakan salah satu cara untuk membuat kerangka keputusan

risk/reward dalam pemberian kredit atau investasi.

Page 180: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 180/284

23

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.4 Probability of default 

Basel II, mendorong bank-bank untuk menggunakan model

penilaian kredit dalam pengembangan kerangka keputusan

risk/reward  tersebut melalui penggunaan peringkat kredit

dalam Standardised Approach serta model yang

dikembangkan oleh individual bank dengan pendekatan

Internal Rating-Based .

24

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.5 Risiko kredit sistemik

Risiko kredit dan risiko likuiditas merupakan risiko yang

terpenting dalam bisnis perbankan.

Pada Basel I, pengukuran risiko lebih terfokus pada risiko

kredit saja.

Sekalipun saat ini risiko likuiditas jarang dijumpai di

industri perbankan, risiko ini tetap dapat menimbulkan

tidak hanya bagi bank itu sendiri, namun juga bagi banksentral, lembaga pengawasan dan juga pemerintah

Booming kredit di Jepang (1990 an) yang mengakibatkan kondisi

bubble dalam harga properti mendorong perkembangan kredit

macet yang diperkirakan melebihi 10% dari total aktiva sebagian

besar bank di Jepang.

Page 181: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 181/284

25

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.5 Risiko kredit sistemik

Tingkat kredit macet yang tinggi (non performing loans-NPL)

berpotensi menyebabkan timbulnya systemic risk .

Jika industri perbankan mengalami kredit macet yang tinggi

pada portfolio merupakan masalah bagi pengawas dan bank

sentral.

 Apabila kondisi kredit macet tersebut banyak terjadi pada bank-

bank dalam kurun waktu yang sama, akan menimbulkan krisis

ekonomi, karena industri perbankan akan mengalami

kekurangan modal Æ (kredit macet akan mengurangi modal

bank).

 Akibatnya bank tidak dapat berfungsi untuk memfasilitasi

pertumbuhan ekonomi.

26

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.6 Risiko kredit traded markets counterparty 

Risiko pasar yang timbul akibat mark-to-market  atas nilai

kontrak traded market  seperti foreign exchange contract  atau

interest rate related contract .

Bank atau counterparty akan memperoleh keuntungan

tergantung dari hasil penilaian mark-to-market  atas kontrak

tersebut. Ini merupakan zero sum game, dimana hanya satu

pihak saja yang dapat memperoleh keuntungan dari sebuahkontrak.

Page 182: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 182/284

27

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.6 Risiko kredit traded markets counterparty 

Risiko kredit traded markets counterparty  timbul

ketika counterparty/pihak lawan tidak segeramembayar kewajiban yang muncul dalam suatu

transaksi.

Sebagai contoh cash on delivery  untuk mengurangi

risiko kredit.

Dalam prakteknya, banyak transaksi perbankan hanya

akan dibayar pada saat kontrak jatuh tempo.

28

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.6 Traded markets counterparty credit risk – simple

example

Interest rate swap: Bank A membayar 4.75% fixed dan menerima 3

bulan LIBOR dari Bank B thd GBP 5 jt, 3 tahun swap

Bank A Bank B4.75% fixed rate

3 bulan LIBOR

On 1st fixing date

LIBOR set at

4.27%.Bank A Bank B

4.75% fixed rate

4.27%

On 5th fixing date

LIBOR set at

5.19%.

Bank A Bank B4.75% fixed rate

5.19%

Page 183: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 183/284

29

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.6 Risiko kredit Traded markets counterparty 

Tingkat risiko kredit counterparty/pihak lawan dapat dikurangi

dengan:

• Pembayaran berkala antara pihak-pihak dalam kontrak

• Debitur mengajukan kolateral sebagai jaminan atas

kewajibannya

• ‘netting ’.

Netting adalah proses offsett  antara keuntungan dan

kerugian melalui sejumlah transaksi dengan jenis kontrak

yang sama atau dapat juga dilakukan dengan jeniskontrak yang berbeda.

30

5.1 Jenis-jenis risiko kredit

5.1.6 Risiko kredit traded markets counterparty 

Dalam risiko pasar, mark-to-market  adalah proses menilai

kembali posisi transaksi menggunakan harga pasar terkini.

Namun demikian, penilaian mark-to-market  merupakan dasar 

dalam perhitungan risiko kredit counterparty .

Penilaian terhadap counterparty  dilakukan dengan

menggunakan teknik penilaian kredit pada umumnya.

Page 184: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 184/284

31

5 Jenis-jenis risiko kredit

5.2 Dasar dan penggunaan

analisa kredit

32

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.1 Analisa kelayakan kredit – risiko sovereign

 Analisa risiko sovereign berkembang pesat sejalan dengan

perkembangan pasar keuangan internasional baru– yang dikenal

dengan ‘emerging market ’.

 Analisa risiko sovereign biasanya dilakukan oleh perusahaan

pemeringkat seperti Standard & Poors, Moodys Investors Services

and Fitchratings.

Banyak pemerintah yang memiliki perusahaan pemeringkat seperti

Export Credit Agencies (ECAs), yang menggaransi risiko sovereign

untuk perusahaan.

Page 185: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 185/284

33

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.1 Analisa Kelayakan Kredit– risiko sovereign

Penilaian risiko sovereign oleh bank dilakukan dengan melihat

faktor kuantitatif dan kualitatif, yang antara lain meliputi :

• negara itu sendiri

• Faktor-faktor ekonomi (savings, investment and growth statistics)

• Sumber daya alam dan bahan baku.

• Efisiensi pasar tenaga kerja dan kualitas keahlian dan

pendidikan

• Efisiensi pasar modal dan perbankan

• Pemerintah

• Kebijakan ekonomi makro (kebijakan suku bunga dan nilai tukar)

• Perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran

• Perkembangan inflasi dan prediksinya

34

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.1 Analisa Kelayakan Kredit– risiko sovereign

• Aliran penanaman modal asing (foreign direct investment flows)

• kebijakan pendapatan dan belanja pemerintah

• faktor-faktor politis

• stabilitas dan kemampuan adaptasi terhadap proses politik

• tingkat kesepahaman terhadap tujuan-tujuan sosial dan ekonomi

• faktor-faktor hukum (hak properti, hak kreditor)

• sistem perbankan

• kebijakan dan pengawasan sektor perbankan

• independensi organisasi pengawasan bank

• peran bank sentral dan mekanisme pendukung sistem

perbankan

Page 186: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 186/284

35

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.2 Analisa Kelayakan Kredit– corporate risk 

Pada saat menawarkan fasilitas pinjaman kepada

nasabah korporasi, bank perlu mempertimbangkan

kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar 

kembali pinjaman yang diterimanya.

Pendekatan tradisional dalam penilaian kelayakan kredit

dipusatkan pada pelaksanaan analisa kinerja keuangan

perusahaan atau lebih dikenal dengan credit analysis.

36

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.2 Analisa Kelayakan Kredit– corporate risk 

Baik investor maupun bank akan sangat memperhatikan

stabilitas dan kesehatan perusahaan dilakukan dengan cara

mengukur :

• kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara

periodik dalam jangka waktu tertentu

• rasio debt to equity yang tidak terlalu tinggi yang memungkinkan

perusahaan untuk menekan pengeluarannya dalam hal terjadi

sesuatu kejadian yang tidak diperkirakan sebelumnya agar tetap

dapat memenuhi kewajiban kepada krediturnya untuk

menghindari potensi likuidasi.

• Kriteria lain adalah rasio current asset  terhadap current liabilities

dimana menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan

arus kas bersih.

Page 187: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 187/284

37

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.2 Analisa Kelayakan Kredit– corporate risk 

 Analisa kredit korporasi pada bank umum secara dominan

masih menggunakan analisa rasio keuangan dan model –model yang dikembangkan bedasarkan prinsip-prinsip rasio

keuangan. Analisa rasio keuangan tersebut memberikan

penilaian terhadap elemen-elemen laporan keuangan berikut:

• neraca

• laporan laba dan rugi/income statement 

• laporan arus kas/cash flow statement 

• laporan pajak/tax statement 

 Analisa umumnya akan terfokus pada kinerja perusahaan

selama tiga tahun terakhir (historic performance).

38

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.2 Analisa Kelayakan Kredit– corporate risk 

Rasio-rasio utama

Rasio-rasio yang digunakan dalam analisa kredit korporasi

mencakup elemen-elemen tertentu perusahaan yang antara lain:

 Aktiva lancar dibagi dengan kewajiban

lancar 

liquidity

Pinjaman jangka panjang dibagi dengan

modal

financial gearing (leverage)

 Aliran kas dibagi dengan bunga pinjamandebt service capability

Pendapatan bersih dibagi dengan

kekayaan bersih dan penjualan dibagi

dengan aktiva tetap

Kinerja operasional

Rasio-rasio dapat digunakan untuk mengembangkan grading models.

Contoh, rasio-rasio yang ada dapat dibandingkan dengan rata-rata industri

tertentu, dikenal dengan univariate analysis, atau digunakan dalam scoring

dikenal dengan sebutan multivariate analysis.

Page 188: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 188/284

39

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.2 Analisa Kelayakan Kredit– corporate risk 

Penilaian (valuation) Company

Fokus dari analisa kredit korporasi telah berubah, akibat adanya

kekhawatiran manipulasi figur pendapatan oleh perusahaan.

Saat ini penilaian perusahaan seringkali didasarkan pada faktor-

faktor yang mudah dilihat (tangible factors) seperti dividends plus

net assets per share, dibandingkan mengkaji pendapatannya.

Penilaian kinerja keuangan perusahaan melalui analisa laporan

keuangan tetap harus diperhatikan, karena metode ini dapat

membantu mengidentifikasi kemungkinan ‘bubble’ valuations yang

dapat mengakibatkan over financing .

40

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.2 Analisa Kelayakan Kredit– corporate risk 

Company valuations - example

The South Sea Company 

 Archibald Hutcheson, seorang anggota parlemen Inggris, yang

pada tahun 1720 memperingatkan para investor risiko berinvestasi

pada the South Sea Company. Peristiwa ini dikenal dengan The

Notorious South Sea Bubble.

Hutcheson menciptakan cara mengevaluasi nilai saham yang

masih relevan sampai saat ini. (The First Crash" by Richard Dale,

Princeton University Press, 2004.)

Page 189: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 189/284

41

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.3 Teknik options-based terbaru

Keterbatasan teknik penilaian saham (stock valuation) dalam

penilaian kredit telah teratasi dengan mulai digunakannya credit 

rating model  yang sophisticated sebagai dasar untuk melakukan

analisa kredit. Credit rating model pada dasarnya mengakomodasi

unsur analisa penilaian investasi dan teknik-teknik yang

sophisticated  seperti teknik penilaian baru yaitu option-based to

modelling credit  yang dikembangkan oleh Robert C. Merton (the

Nobel prize-winning economist ).

42

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.3 Teknik options-based terbaru

Pendekatan Merton cukup sederhana, dimana Merton

mengilustrasikan pinjaman kepada perusahaan sebagai pembelian

hak (option) oleh perusahaan untuk memindahkan ( put ) aktiva

perusahaan kepada bank ketika nilai perusahaan menjadi negatif.

Ini diasumsikan apabila  present value dari aktiva perusahaan

dikurangi present value utang perusahaan menjadi negatif.

Ketika ini terjadi, tidak ada insentif bagi pemilik perusahaan untukmempertahankan kepemilikannya perusahaan dan menyerahkan

perusahaan sepenuhnya kepada bank, pemberi pinjaman dan

pemegang obligasi.

Selisih valuasi aktiva dan utang dapat digunakan untuk menghitung

kemungkinan gagal bayar. Kemungkinan pemilik akan

meninggalkan perusahaannya akan semakin besar apabila selisih

valuasi semakin mendekati angka nol.

Page 190: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 190/284

43

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.3 Teknik options-based terbaru

Pendekatan Merton memiliki pengaruh yang cukup besar 

dalam grading model  terkini yang digunakan untuk

memprediksi kemungkinan terjadinya suatu gagal bayar.

Penjelasan mengenai Merton-based options models berada

diluar cakupan training ini, namun cukup penting untuk

mengetahui konsep dasar dari model tersebut.

44

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.4 Analisa Kelayakan Kredit – risiko kredit

perorangan

risiko kredit perorangan mencakup : kredit dengan

agunan real estate (umumnya berupa kredit properti) dan

kredit tanpa agunan (umumnya berupa kredit konsumsi).

 Anggaran perorangan (Personal budgets)

Pemberian kredit kepada perorangan, apakah didukung dengan

agunan rumah atau tanpa agunan, memerlukan pemahaman

mengenai anggaran pribadi. Mengingat anggaran tersebut akan

didasarkan pada jumlah kas yang diterima dan dikeluarkan oleh

suatu rumah tangga, rekening bank dapat menjadi sumber 

informasi historis yang handal

Page 191: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 191/284

45

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.4 Analisa Kelayakan Kredit – risiko kredit

perorangan

Credit scoring models

Informasi keuangan dari bank yang mengelola rekening

nasabah memberikan gambaran yang cukup bagi bank dalam

memberikan pinjaman kepada nasabahnya.

Credit scoring model  memungkinkan bank untuk memberikan

kredit kepada individual walaupun bank sebelumnya tidak

pernah berhubungan dengan mereka.

46

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.4 Analisa Kelayakan Kredit – risiko kredit

perorangan

Lembaga referensi kredit (Credit reference agencies)

Lembaga-lembaga referensi kredit memegang peranan penting

dalam pertumbuhan consumer lending . Lembaga-lembaga ini

mengelola catatan kredit historis seseorang dan secara ideal

akan meminta kerjasama seluruh  potential lenders dalampenggunaan dan pengelolaan catatan tersebut.

Pertumbuhan biro-biro ini telah meningkatkan persaingan

pemberian kredit tanpa agunan (unsecured lending ) pada

wilayah-wilayah dimana lembaga tersebut beroperasi.

Page 192: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 192/284

47

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.4 Analisa Kelayakan Kredit – risiko kredit

perorangan

Konsumsi jangka panjang (Lifetime consumption)

Keyakinan atas kemampuan seseorang untuk selalu memenuhi

kewajibannya memerlukan pendekatan yang bersifat forward 

looking . Hal ini selanjutnya memunculkan tuntutan untuk menilai

profil pendapatan dan pengeluaran seorang debitur dalam

 jangka panjang.

Contoh:

Pemberian KPR kepada seseorang yang berumur 30 tahun dan60 tahun akan sangat berbeda Æ sumber pelunasan kredit

keduanya kemungkinan besar akan sangat berbeda.

48

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.4 Analisa Kelayakan Kredit – risiko kredit

perorangan

 Aktiva Bersih (Net assets)

Pendapatan dan pengeluaran hanya merupakan salah satu

dimensi kemampuan keuangan seseorang; dimensi lainnya

adalah aktiva dan kewajiban. Dalam hal ini, aktiva bersih

seseorang yang bernilai tinggi, seperti saham atau obligasi,

dapat menjadi sumber potensial untuk pembayaran kembalikewajiban seseorang yang berusia lanjut sebagaimana

contoh diatas.

Peran asuransi (The role of insurance)

Selain itu, perlu juga diperhatikan tingkatan dan jenis

penutupan asuransi yang dimiliki debitur.

Page 193: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 193/284

49

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.4 Analisa Kelayakan Kredit – risiko kredit

perorangan

Penilaian kelayakan (Affordability assessment)

Dalam menilai kemampuan pemberian kredit, bank pada

umumnya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

• sisa pendapatan (free disposable income), baik berdasarkan

pendapatan individual maupun pendapatan gabungan

• pendapatan setelah dikurangi pembayaran kredit

• pendapatan lain-lain (income multiplies) dan kemampuan

mempertahankan pembayaran di masa datang

• penetapan suku bunga kredit

• gangguan terhadap pendapatan dan penutupan asuransi

• asuransi terhadap aktiva• perbandingan antara besarnya kredit dengan nilai rumah

• Penjaminan kredit (mortgage indemnity insurance)

50

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.4 Analisa Kelayakan Kredit – risiko kredit

perorangan

 Affordability assessment 

Dalam menilai kelayakan dari consumer finance, analis kredit

akan memperhatikan sisa pendapatan seseorang,

sebagaimana halnya dengan kredit lainnya.

Page 194: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 194/284

51

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.5 Pengelolaan portofolio (Portfolio management)

Perkembangan teori pengelolaan portofolio mendukungpemahaman yang lebih baik atas manfaat

mempertimbangkan perubahan risiko pada keseluruhan

portofolio kredit sebagai akibat pemberian kredit baru,

selain mempertimbangkan risiko yang terkait dengan

mempertimbangkan pemberian kredit tertentu.

Dampak utama diperhitungkannya korelasi pemberian

kredit adalah keengganan bank untuk memberikan kredit

yang terkonsentrasi pada segmen usaha tertentu

berdasarkan aspek geografis, industri maupun credit 

grades. Hal ini dikenal sebagai risiko konsentrasi kredit

(credit concentration risk ).

52

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.5 Pengelolaan portofolio (Portfolio management )

Concentration risk  dicakup dalam Basel II dimana dikatakan

bahwa “risiko konsentrasi dapat menjadi penyebab permasalahan

utama pada bank”.

Concentration risk tercakup dalam Pilar 2 dimana mewajibkan bank

untuk memiliki kebijakan, sistem, dan pengendalian internal untuk

mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengendalikan risikokonsentrasi kredit di bank.

Bank juga diminta untuk mempertimbangkan konsentrasi risiko

kredit dalam penilaian kecukupan modal dengan melakukan stress

testing (Pilar 2).

Page 195: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 195/284

53

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.5 Pengelolaan portofolio (Portfolio management )

Konsentrasi kredit mencakup eksposur yang signifikan yang adalah

terkait dengan:

• Counterparty individual atau kelompok counterparties yang terkait

satu sama lain

• sektor ekonomi atau wilayah geografi

• ketergantungan pada suatu aktivitas atau komoditi tertentu

• jenis agunan atau counterparty tunggal

Banyak pengawas bank yang menetapkan pembatasan terhadap

eksposur berjumlah besar kepada satu counterparty  sebagai

persentase tertentu dari modal bank.

54

5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit

5.2.5 Pengelolaan portofolio ( Portfolio management)

Concentration risk  dapat dianalisa dengan

memperhatikan cohort dari portofolio.

Cohort  adalah pengelompokan aktiva berdasarkan

berbagai kriteria.

Contoh; portofolio dapat dikelompokan berdasarkan

industri, wilayah geografis atau credit grade.

Klasifikasi tersebut menunjukkan berbagai cara

pengelompokan portofolio yang dapat memberikan

informasi tertentu pada waktu dilakukan analisa terhadap

risiko konsentrasi yang terdapat pada keseluruhan

portofolio.

Page 196: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 196/284

55

5 Jenis-jenis risiko kredit

5.3 Risiko kredit dan Basel II

56

5.3 Credit risk and Basel II

5.3 Risiko Kredit dan Basel II

Pillar 1 Basel II mensyaratkan bank untuk menghitung kebutuhan

modal untuk risiko kredit, pasar dan operasional. Persyaratan

ketentuan permodalan untuk risiko kredit juga menjadi pokok

bahasan utama pada Basel I Accord.

Pada Basel II, bank dapat memilih tiga pendekatan untuk

menghitung persyaratan modal bagi risiko kredit, yaitustandardized approach, IRB foundation and advanced .

Selain menjelaskan mekanisme dari setiap pendekatan, Bassel II

 juga menetapkan kriteria minimum bagi bank yang akan

menggunakan pendekatan yang lebih kompleks.

Page 197: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 197/284

57

5.3 Credit risk and Basel II

5.3 Risiko kredit dan Basel II

Pendekatan Internal Ratings-Based  (IRB) yang cukup kompleks

mempersyaratkan adanya persetujuan dari pengawas sebelum

bank mempergunakan pendekatan tersebut. Ketentuan mendasar 

yang menjadi persyaratan dasar adalah bahwa pendekatan IRB ini

digunakan dalam pemberian keputusan kredit secara internal

selain dipergunakan untuk mengukur risiko kredit.

Karakteristik pendekatan IRB merupakan faktor yang membedakan

Basel II dari Basel I. Karakteristi IRB juga membedakan tiga

pendekatan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan modal

bagi risiko kredit pada Basel II.

Page 198: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 198/284

1

Indonesia Certificate inBanking Risk and Regulation

Part B: Pengantar Risiko Pasar, Risiko

Kredit, dan Risiko Operasional

2

6 Karakteristik risiko

operasional

6.1 Karakteristik risiko operasional

Page 199: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 199/284

3

6.1 Karakteristik risiko operasional

6.1.1 Apakah yang dimaksud dengan risiko

operasional itu?

Basel II Capital Accord secara spesifik mendefinisikanrisiko operasional sebagai risiko kerugian yang timbul

dari kegagalan atau tidak memadainya proses internal,

manusia dan sistem, atau dari kejadian-kejadian

eksternal.

Secara umum, risiko operasional terkait dengan sejumlah masalah

yang berasal dari kegagalan suatu proses atau prosedur.

Oleh karena itu, risiko operasional bukan merupakan suatu risiko

baru dan tidak hanya dihadapi oleh bank. Risiko operasional ini

merupakan risiko yang mempengaruhi semua bisnis bank karenamerupakan suatu hal yang ‘inherent ’ dalam pelaksanaan suatu

proses dan aktivitas operasional.

4

6.1 Karakteristik risiko operasional

6.1.1 Apakah yang dimaksud dengan risiko operasional

itu?

Ruang lingkup risiko operasional

Walaupun risiko operasional merupakan jenis risiko yang sudah lama

dikenal namun merupakan yang paling akhir didefinisikan, dengan

berbagai definisi yang mencakup berbagai kategori risiko. Definisi

yang ditetapkan Basel II dalam hal ini mencakup risiko hukum namun

tidak mencakup risiko bisnis, risiko strategis, dan risiko reputasi.Mungkin mengejutkan bahwa definisi risiko operasional sampai saat

ini masih belum terdefinisikan secara akurat. Sebagai bagian dari

pelaksanaan kegiatan usaha yang baik, sejumlah bank telah

melakukan pengelolaan risiko operasionalnya tanpa menganggap hal

tersebut sebagai suatu risiko sebagaimana halnya risiko kredit dan

risiko pasar.

Page 200: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 200/284

5

6.1 Karakteristik risiko operasional

6.1.1 Apakah yang dimaksud dengan risiko

operasional itu?

Contohnya, bank sejak lama menyadari bahwa pelatihan karyawan

merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan pelayanan kepada

nasabah dan mengurangi kesalahan proses.

Sebagai dampaknya, pelatihan karyawan yang efektif telah

meningkatkan loyalitas nasabah dan mengurangi biaya-biaya untuk

pembayaran kompensasi karena kesalahan bank.

Dalam hal ini, bank mungkin tidak mempertimbangkan kerugian

karena kesalahan karyawan sebagai kerugian karena risiko

operasional dan pelatihan karyawan merupakan salah satu teknikuntuk memitigasi risiko operasional.

6

6.1 Karakteristik risiko operasional

6.1.1 Apakah yang dimaksud dengan risiko operasional

itu?

Berbagai bentuk risiko operasional seperti fraud  proses ( process

failure) yang tingkat kejadiannya relatif sering kali. Kejadian-kejadian

tersebut menimbulkan kerugian dimana masing-masing kejadian

mungkin hanya menimbulkan kerugian yang minimum (kerugian high

frequency/low impact ) dan dapat diatasi oleh bank dengan

menerapkan kebijakan dan prosedur rutin sehari-hari yaitu

pengendalian teknologi dan keamanan.

Sebaliknya, kejadian besar (major events) seperti serangan terorisatau kebakaran jarang terjadi namun menimbulkan kerugian yang

sangat besar pada setiap kejadiannya (low frequency/high severity ).

Pendekatan utama bank untuk memastikan bahwa mereka dapat terus

beroperasi setelah terjadinya kejadian luar biasa adalah melalui

penerapan business continuity plans & policies. Sebelum publikasi

Basel II Capital Accord, pengalokasian modal untuk mengantisipasi

risiko operasional merupakan hal jarang dilakukan oleh bank.

Page 201: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 201/284

7

6.1 Karakteristik risiko operasional

6.1.1 Apakah yang dimaksud dengan risiko

operasional itu?

Karakteristik industri perbankan – dan ekonomi global –

mengalami perubahan dan menuju pada peningkatan frekuensi

kejadian yang berpotensi menimbulkan kerugian yang besar.

Diskusi atas standar pengelolaan risiko operasional terkait tiga

topik utama, yaitu :

• Apakah risiko operasional itu?

• Apa yang termasuk dalam cakupan risiko operasional ?

• Bagaimana bank mengelola risiko operasional secarakuantitatif atau kualitatif ?

8

6.1 Karakteristik risiko operasional

6.1.1 Apakah yang dimaksud dengan risiko

operasional itu?

Basel II Accord telah mendefinisikan risiko operasional juga ruang

lingkupnya. Sebagai tambahan, ketentuan ini juga mewajibkan

bank untuk mengkuantifikasi potensi kerugian dan menerapkan

prosedur yang diperlukan untuk memitigasi risiko tersebut.

Untuk pertama kalinya pada Pilar 1 bank dipersyaratkan

untuk mengkuantifikasi dan mengalokasikan sejumlah

modal sesuai ketentuan untuk mengantisipasi kerugiankarena risiko operasional, sebagaimana risiko kredit dan

pasar.

Kriteria dan definisi risiko operasional pada Basel II Accord

memungkinkan interpretasi yang beragam. Oleh karena itu, bank

berupaya mendapatkan referensi mengenai kerangka pengelolaan

risiko operasional yang berlaku di industri lain untuk membantu

pemenuhan ketentuan Basel II.

Page 202: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 202/284

9

6.1 Karakteristik risiko operasional

6.1.2 Frekuensi versus dampakKejadian risiko operasional diklasifikasi menjadi dua faktor :

• Frekuensi – seberapa sering suatu kejadian dapat terjadi• Dampak – Jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian

risiko operasional

Kategori risiko operasional dapat dikelompokkan ke dalam

empat jenis kejadian berdasarkan frekuensi dan dampak yang

ditimbulkannya, yaitu:

• low frequency / low impact 

• low frequency / high impact 

• high frequency / low impact 

• high frequency / high impact 

10

6.1 Karakteristik risiko operasional

6.1.2 Frekuensi versus dampak

Secara umum pengelolaan risiko operasional fokus pada

dua jenis kejadian berikut.

• low frequency / high impact (LFHI)

• high frequency / low impact (HFLI)

Bank pada umumnya mengabaikan kejadian yang sifatnya low 

frequency/low impact  karena biaya pengelolaan danpemantauannya lebih tinggi daripada kerugian yang

ditimbulkannya.

Event dengan kategori high frequency/high impact  dianggap

tidak relevan karena jika jenis kejadian ini timbul pada bank

maka bank tersebut akan bankrut. Dalam hal ini kerugian yang

ada tidak akan dapat diperbaiki, atau pengawas akan segera

melakukan langkah-langkah penyehatan bank.

Page 203: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 203/284

11

6.1 Karakteristik risiko operasional

6.1.2 Frekuensi versus dampak

Kejadian yang bersifat high frequency/low impact dikelola untuk

meningkatkan efisiensi kegiatan usaha. Kejadian ini cenderung

sudah diantisipasi dan dianggap sebagai ‘biaya pelaksanaan

kegiatan usaha’.

Sejumlah produk keuangan, khususnya terkait retail banking ,

akan memperhitungkan kejadian risiko operasional ini dalam

struktur   pricing . Contohnya, bank-bank yang menawarkan

produk kartu kredit akan menyesuaikan struktur  pricing  nya

untuk mengantisipasi terjadinya fraud .

Kejadian yang oleh bank dianggap perlu di[perhatikan adalah

kejadian yang bersifat low frequency/high impact . Sesuai

dengan sifatnya, adalah kejadian ini sulit dipahami dan sulitdiantisipasi. Lebih jauh lagi, event ini berpotensi menyebabkan

kerugian sangat besar dan bahkan kejatuhan suatu bank.

Contohnya, Barings.

12

6 Karakteristik risiko

operasional

6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko,

dan kerugian yang diperkirakan dan

kerugian yang tidak diperkirakan

Page 204: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 204/284

13

6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan

6.2.1 Risiko terjadinya kerugian

Seperti dijelaskan sebelumnya, Basel II Accord mendefinisikanrisiko operasional sebagai “Risiko terjadinya kerugian yang

disebabkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses

internal………….”, Dengan definisi tersebut, pendekatan Basel II

dapat menyebabkan kesalahan persepsi kejadian-kejadian utama

yang terkait dengan risiko operasional. Definisi yang terdapat

pada Basel II secara tidak langsung menyatakan bahwa hanya

kegagalan operasional atau kejadian yang menimbulkan suatu

kerugian, yang dianggap sebagai risiko operasional.

Hal ini agak menyesatkan karena tidak semua risiko operasional

menimbulkan kerugian bagi bank. Walaupun suatu kejadian dapat

menimbulkan keuntungan bagi bank, kejadian tersebut tidakdapat diabaikan karena kejadian yang sama mungkin saja

menimbulkan kerugian apabila terjadi kembali.

14

6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan

6.2.1 Risiko terjadinya kerugian - contoh

Bank G memiliki dealing desk  yang melakukan transaksi valuta asing.

Setelah melakukan satu transaksi, seorang ‘trader ’ salah mencatat

pembelian dolar sebagai pembelian yen. Hal ini mengakibatkan trader 

merasa memegang posisi ‘long’ pada Yen. Untuk menyelesaikan ‘mismatch

position’, dia memutuskan menjual Yen yang menurutnya dimilikinya dan

membeli dollar.

Sebenarnya hasil dari kekeliruan ini adalah trader tersebut telah

menggandakan ‘mismatch position’ dan bukannya ‘squaring off ’ (tidak

mengambil posisi dalam dollars ataupun Yen). Di kemudian hari kesalahan

ini disadari trader dan dia langsung menjual dollar yang dimilikinya. Untungbagi trader tersebut dimana nilai tukar dollar terhadap Yen meningkat.

Dalam contoh kejadian risiko operasional yaitu kesalahan pencatatan

transaksi membawa keuntungan dan bukan kerugian bagi bank. Hal ini

harus dicatat sebagai suatu kejadian risiko yang hampir terjadi (near miss)

untuk membantu meningkatkan proses yang dilakukan bank karena belum

tentu dimasa mendatang yang terjadi sebaliknya. Keuntungan yang

diperoleh dicatat sebagai keuntungan lain-lain dan bukan dari aktivitas

trading.

Page 205: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 205/284

15

6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan

6.2.1 Risiko terjadinya kerugian

Manajemen risiko operasional merupakan suatu proses

pembelajaran (learning process).Pada saat suatu kejadian muncul, atau hampir terjadi (near miss),

tanpa memperhatikan konsekuensi keuangannya, adalah penting

bahwa kejadian tersebut perlu dicatat dan dilakukan langkah-

langkah pencegahan agar kejadian tersebut tidak terulang.

Basel II Accord mempersyaratkan bank untuk menghitung modal

sesuai ketentuan (regulatory capital ) yang dapat dialokasikan

untuk mengantisipasi potensi kerugian yang timbul dari suatu

kejadian risiko operasional.

Jika bank hanya menggunakan data historis yang didasarkan

pada kerugian yang telah terjadi, maka estimasi yang dilakukanbank akan lebih rendah daripada potensi kerugian yang dapat

terjadi di masa datang.

16

6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan

6.2.2 Kerugian yang diperkirakan versus kerugian

yang tidak diperkirakan

Ketika menghitung kebutuhan modal bagi risiko

operasional, bank dipersyaratkan mempertimbangkan

‘expected loss’ (EL) dan ‘unexpected loss’ (UL).

 Ada banyak definisi berbeda tentang expected loss danunexpected loss, berdasarkan area manajemen risiko

yang ada.

Bagian ini, akan mendefinisikan kedua jenis kerugian

tersebut dalam konteks risiko operasional.

Page 206: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 206/284

17

6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan

6.2.2 Kerugian yang diperkirakan versus kerugian

yang tidak diperkirakan

Kerugian yang diperkirakan (Expected loss) adalah

kerugian yang timbul karena dilaksanakannya kegiatan

usaha bank secara normal. Kerugian ini secara

sederhana dapat didefinisikan sebagai biaya

pelaksanaan kegiatan usaha. Kerugian operasional

dapat terjadi selama berlangsungnya kegiatan

operasional bank, seperti – kesalahan staf, kejahatan

(fraud ) kartu kredit, dll. Cara preventif yang terbaik untuk

melindungi bank dari kerugian risiko operasional adalah

dengan menghentikan kegiatan usaha.

18

6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan

6.2.2 Kerugian yang diperkirakan versus kerugian yang tidak diperkirakan

Oleh karena itu bank mengasumsikan bahwa kerugian

bisnis tersebut pasti terjadi sehingga EL tersebut telah

dimasukkan ke dalam struktur pricing produk yang

ditawarkan. Jika bank dapat menunjukkan kepada

supervisor bahwa EL tersebut telah diperhitungkan dalam

‘pricing structure’ maka EL tersebut dapat dikeluarkan

dalam perhitungan modal minimum, karena perhitungan

modal berdasarkan risiko ditujukan untuk mengantisipasiunexpected losses (UL).

Sebuah bank menggunakan metode statistik untuk memprediksi EL.

Dalam hal ini bank menggunakan data historis dan pengalamannya

untuk memprediksi kejadian di masa datang. Metode sederhana

untuk menghitung EL adalah menghitung rata-rata (mean) dari

kerugian aktual selama periode tertentu dan memperlakukannya

sebagai indikasi kemungkinan kerugian di masa datang.

Page 207: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 207/284

19

6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan

6.2.2 Kerugian yang diperkirakan versus kerugian

yang tidak diperkirakan

Kerugian yang tidak diperkirakan (Unexpected loss)adalah kerugian yang besarnya secara signifikan jauh

berada di atas batas yang dapat dikategorikan sebagai

kerugian yang dapat diperkirakan. Kerugian tersebut

berasal dari kejadian yang tidak dapat diperkirakan

sebelumnya atau kejadian luar biasa yang menurut

bank kecil kemungkinannya akan terjadi dan bukan

merupakan kerugian yang dialami sebagai bagian

kegiatan usaha sehari-hari. diasumsikan bank kecil

kemungkinan terjadinya. Kerugian yang tidak

diperkirakan umumnya disebabkan oleh kejadian yang

sifatnya low frequency/high impact .

20

6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan

6.2.2 Kerugian yang diperkirakan versus kerugian

yang tidak diperkirakan

Bank mungkin saja mencoba memprediksi UL dengan

menggunakan statistik, sama seperti halnya dengan EL. EL

cenderung dihitung dengan menggunakan data historis dan

pengalaman yang dimiliki bank.

Namun bank mungkin tidak memilliki pengalaman mengenai

kejadian-kejadian yang mengakibatkan kerugian yang tidakdiperkirakan, contohnya serangan teroris, bencana alam, dsb.

Jadi, untuk menghitung UL, bank perlu menggunakan :

• Data internal yang tersedia

• Data eksternal dari bank lain

• Data dari skenario risiko operasional

Page 208: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 208/284

21

6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan

6.2.2 Kerugian yang diperkirakan versus kerugian

yang tidak diperkirakanMetode sederhana untuk menghitung UL adalah menggunakan

standar deviasi. Standar deviasi adalah ukuran simpangan(distance) nilai tertentu dari nilai rata-ratanya (mean). Dalam hal ini

standar deviasi akan mengukur simpangan kerugian dari suatu

risiko operasional terhadap rata-rata kerugian dari seluruh

kejadian risiko operasional. UL biasanya diasumsikan sebagai

kerugian dengan standar deviasi yang mencakup simpangan 0,1%

dari rata-rata kerugian.

Untuk mengkalkulasi EL dan UL dalam Basel II, bank harus memiliki data

historis baik data internal maupun eksternal, mengenai kerugian risiko

operasional. Definisi dan kategori dari risiko operasional cukup bervariasi.

Untuk mendukung adanya konsistensi penerapan pendekatan dalammenghitung kerugian operasional bank, Basel II Accord menetapkan

serangkaian definisi standar mengenai jenis kerugian risiko operasional.

22

6 Karakteristik risiko

operasional

6.3 Kejadian risiko operasional

Page 209: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 209/284

23

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.1 Kategori kejadian risiko operasional

Dalam kerangka Basel II, mitigasi risiko operasional tidak

hanya mencakup pencatatan kerugian aktual dan

memprediksi munculnya kerugian di masa depan, namun

mencakup pengelolaan terhadap kejadian risiko operasional

tersebut.

Mengurangi kemungkinan terjadinya kejadian dan

mengurangi potensi dampak suatu kejadian dapat

menurunkan jumlah modal yang diperlukan untuk

mengantisipasi risiko operasional. Untuk itu, pemahaman

mengenai suatu kejadian operasional lebih penting daripadahanya melakukan pencatatan atas kerugian dari kejadian

tersebut.

24

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.1 Kategori kejadian risiko operasional

Cara yang paling mudah untuk memahami risiko operasional di bank

adalah mengkategorikan risiko operasional sebagai risiko selain risiko

kredit atau risiko pasar. Namun demikian, definisi ini terlalu luas dan

kurang membantu dalam pengelolaan risiko operasional. Oleh karena

itu pemahaman mengenai berbagai jenis kejadian operasional yang

dapat menyebabkan kerugian juga diperlukan. Hal ini dapat dilakukan

dengan mengelompokkan risiko operasional ke dalam sejumlah

kategori kejadian risiko yang didasarkan pada penyebab utama

kejadian risiko (underlying cause).

Walaupun Basel II Accord tidak secara formal mengungkapkannya

kejadian risiko operasional dapat dikelompokkan dalam kategori

berikut :

• risiko proses internal

• risiko manusia

• risiko sistem

• risiko eksternal

• risiko hukum

Page 210: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 210/284

25

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.2 Risiko proses internal

Risiko proses internal didefinisikan sebagai risiko terkait

dengan kegagalan proses atau prosedur yang terdapat

pada suatu bank. Dalam pelaksanaan kegiatan usaha

sehari-hari, karyawan akan melaksanakan kegiatan yang

telah ditentukan sebelumnya. Kebijakan dan prosedur ini

mencakup proses pengecekan dan pengendalian yang

diperlukan untuk memastikan bahwa nasabah telah

terlayani dengan baik dan bank tidak melanggar ketentuan

dan peraturan yang berlaku.

26

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.2 Risiko proses internal

Kejadian risiko proses internal meliputi :

• dokumentasi– tidak memadai, tidak lengkap atau tidak tepat

• pengendalian yang lemah (lack of controls)

• kelalaian pemasaran (marketing errors)

• kesalahan penjualan produk (misselling )

• pencucian uang (money laundering )

• laporan yang tidak benar atau tidak lengkap (terkait pelaporan)• kesalahan transaksi (transaction error )

Pelaksanaan evaluasi dan peningkatan proses internal bank

sebagai bagian dari manajemen risiko operasional dapat

meningkatkan efisiensi bank. Kesalahan (error ) dapat terjadi jika

suatu proses terlalu rumit, tidak terstruktur, atau tidak dilaksanakan

dengan semestinya, yang kesemuanya merupakan praktek bisnis

yang tidak efisien.

Page 211: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 211/284

27

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.2 Risiko proses internal - example

Daiwa Bank, New York 

Pada bulan April 1995, seorang trader obligasi di Daiwa Bank, New

York, mengakui kerugian sebesar USD 1,1 milyar yang selama lebih

dari 11 tahun telah ditutupinya.

Selama periode tersebut, setidaknya dia telah melakukan 30.000

transaksi tidak sah (unauthorized deal ) tanpa seorangpun mengetahui

apa yang telah dilakukannya. Menurut Alan Peachey ini

menggambarkan adanya kelemahan dalam pengendalian (lack of 

control ): audit sederhana terhadap surat-surat berharga yang

outstanding  akan dapat mengungkap transaksi tidak sah tersebut,namun selama periode tersebut tidak pernah dilakukan audit.

28

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.3 Risiko manusia

Risiko manusia didefinisikan sebagai risiko terkait

dengan karyawan bank.

Bank sering menyatakan bahwa asset yang paling

berharga adalah karyawan. Namun, justru karyawan

bank-lah yang umumnya menjadi penyebab kejadian

risiko operasional.Kejadian-kejadian dapat terjadi kapan saja, baik di

sengaja maupun tidak, dan dapat terjadi pada seluruh

bagian dari organisasi.

Kejadian risiko manusia dapat terjadi pada fungsi

manajemen risiko, dimana kualifikasi dan keahlian

karyawan pada fungsi tersebut merupakan hal yang

diutamakan.

Page 212: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 212/284

29

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.3 Risiko manusia

 Area-area yang umumnya terkait dengan risiko manusia adalah :

• permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja

• perputaran karyawan yang tinggi (high staff turnover )

• penyelewengan intern (internal fraud )

• perselisihan tenaga kerja (labor disputes)

• praktik manajemen yang buruk ( poor management practices)

• pelatihan karyawan yang tidak memadai ( poor staff training )

• terlalu bergantung pada karyawan tertentu (over reliance on key 

staff)

• aktivitas yang dilakukan rogue trader 

30

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.3 Risiko manusia – example

UBS Warburg, Tokyo

Pada akhir November 2001, UBS Warburg, bank yang

berkantor pusat di Swiss, kehilangan sekitar USD 50 juta pada

trading book -nya akibat kesalahan salah satu karyawannya.

Seorang trader UBS Warburg di Tokyo salah menjual 610,000saham Dentsu pada harga JPY16 setiap lembarnya, yang

seharusnya 16 lembar saham seharga JPY610,000 setiap

lembarnya. Transaksi tersebut tetap dieksekusi walaupun order 

penjualan dipertanyakan oleh sistem komputer.

Page 213: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 213/284

31

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.4 Risiko sistem

Risiko sistem adalah risiko yang terkait denganpenggunaan sistem dan teknologi.

Saat ini semua bank sangat bergantung pada sistem

dan teknologi untuk mendukung kegiatan usahanya

sehari-hari. Dengan kata lain bank tidak dapat

beroperasi tanpa dukungan sistem komputer.

Namun demikian, penggunaan teknologi ini

mengakibatkan timbulnya risiko operasional.

32

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.4 Risiko sistem

Kejadian risiko sistem dapat disebabkan oleh :

• data yang tidak lengkap (data corruption)

• kesalahan input data (data entry errors)

• pengendalian perubahan data yang tidak memadai (inadequate

change control )

• pengendalian proyek yang tidak memadai (inadequate project 

control)

• kesalahan pemrograman ( programming errors)• ketergantungan pada teknologi ‘black box ’-keyakinan bahwa

model matematis yang terdapat pada sistem internal pasti benar 

• gangguan pelayanan (service interruption)

• masalah keamanan sistem (system security ), misalnya virus

dan hacking 

• kesesuaian sistem (system suitability )

• penggunaan teknologi yang belum diuji coba.

Page 214: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 214/284

33

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.4 Risiko sistem

Secara teoritis, kegagalan menyeluruh pada teknologi yang

digunakan suatu bank adalah kejadian sangat mungkin menyebabkankejatuhan bank tersebut. Saat ini ketergantungan pada teknologi

sudah sedemikian rupa sehingga tidak bekerjanya komputer dapat

menyebabkan bank tidak beroperasi dalam jangka waktu tertentu.

Namun demikian, sejauh ini kegagalan komputer belum sampai

menyebabkan kejatuhan suatu bank.

Ketakutan akan kegagalan teknologi senantiasa menjadi fokus

perhatian manajemen senior pada kebanyakan bank. Dalam hal ini

sejumlah bank telah melakukan investasi yang cukup besar pada

pengembangan teknologi komputer mutakhir. Namun demikian, ada

kejadian dimana proyek sistem yang cukup besar ditinggalkan karenakeuntungan yang diharapkan tidak terealisasi atau biaya yang

dikeluarkan melonjak diluar kendali.

34

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.4 Risiko sistem

Untuk mengendalikan risiko terjadinya kegagalan, sejumlah bank

yang telah menerapkan teknik manajemen risiko yang difokuskan

pada manajemen proyek “best practices”. Manajemen proyek “best 

 practice”  sering dimulai dengan tahap penilaian risiko (risk 

assessmet phase). Perlu diketahui bahwa banyak bank di Inggris

yang masih menggunakan sistem yang telah berumur 30 tahun

untuk mendukung elemen-elemen utama dari pemrosesan

transaksi nasabah.

Namun demikian, risiko kegagalan dalam penggantian sistem lama

telah menyebabkan keengganan untuk melakukan tindakan

apapun. Kontribusi proses manajemen proyek “best practice”

(seperti Prince II) dapat menyebabkan upaya memitigasi risiko,

menjadi suatu hal di luar ruang lingkup training ini.

Page 215: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 215/284

35

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.4 Risiko sistem – contoh

Bank of Scotland 

Pada bulan Oktober 2000 kegagalan komputer yang hampir 

menyeluruh di Bank of Scotland telah menyebabkan tidak

beroperasinya seluruh mesin ATM dan fasilitas internet banking 

yang dimiliki bank tersebut. Kegagalan tersebut juga telah

menyebabkan tidak dapat digunakannya kartu debit ‘Switch’

untuk transaksi berjumlah besar. Kegagalan tersebut terjadi

pada saat jam makan siang dan berlangsung selama 3 jam.

Dampak lebih lanjut adalah pemrosesan yang biasanya

dilakukan pada waktu malam hari tidak dapat diselesaikan

sehingga beberapa tagihan ( paycheck ) nasabah tidak dapat di

kliringkan pada waktunya Æ proses ini dikenal dengan The

knock-on effects

36

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.5 Risiko eksternal

Risiko eksternal adalah risiko yang terkait dengan

kejadian yang berada di luar kendali bank secara

langsung.

Kejadian risiko eksternal umumnya adalah low 

frequency/high impact  dan konsekuensinya

menyebabkan unexpected losses.

Contoh perampokan, serangan teroris berskala

besar.

Page 216: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 216/284

37

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.5 Risiko eksternal

Kejadian-kejadian tersebut dapat disebabkan oleh:

• kejadian pada bank lain yang memiliki dampak pada keseluruhan

industry perbankan

• external fraud dan pencurian

• kebakaran

• bencana alam

• kegagalan perjanjian outsourcing 

• penerapan ketentuan baru

• kerusuhan dan unjuk rasa

• terorisme

• Tidak beroperasinya sistem transportasi sehingga karyawan tidak

dapat hadir di tempat kerja

• Kegagalan utility service seperti pemadaman listrik

38

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.5 Risiko eksternal

Secara historis, bank telah secara aktif memperhatikan risiko

eksternal untuk melindungi bank dari dampak yang tidak

menguntungkan, misalnya kemungkinan pencurian.

Banyak kejadian eksternal yang memiliki dampak cukup besar 

sehingga dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Sebagai konsekuensinya

upaya-upaya yang cukup besar telah dilakukan bank untukmeyakinkan bahwa bank tetap dapat beroperasi setelah

timbulnya kejadian risiko eksternal.

Hal ini dikenal dengan business continuity planning  atau

business resumption planning .

Sebelum Basel II fokus utama dari manajer risiko operasional

sebuah bank adalah business continuity planning .

Page 217: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 217/284

Page 218: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 218/284

41

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.6 Risiko hukum– contoh

Bear Sterns

Pada bulan Juni 1999, Bear Sterns, sebuah investment bank di Amerika, menyetujui untuk membayar SEC (Securities and 

Exchange Commission) sebesar USD 25 juta untuk menyelesaikan

permasalahan yang terkait kegiatan back office-nya.

Perusahaan ini telah bertindak sebagai clearing agent untuk A.R.

Baron, sebuah perusahaan sekuritas kecil yang bangkrut pada

tahun 1996. Sejak saat itu Bern Sterns menjadi subyek

penyelidikan tindak kejahatan yang terkait dengan tuduhan telah

melakukan penipuan pada investornya sebesar USD 75 juta.

SEC melibatkan Bear Sterns dalam kasus ini karena Bear Sterns

seharusnya memberitahukan pengawasnya mengenai transaksiyang dilakukan Baron karena mengetahui semua transaksi dan

fraud yang dilakukan Baron.

42

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.7 Boundary event 

Salah satu tantangan dalam mengukur dan mengelola

risiko operasional adalah untuk mengidentifikasi kejadian

mana yang merupakan kejadian risiko kredit, risiko pasar 

atau kejadian risiko lainnya.

Pada waktu suatu kejadian risiko terjadi, menetapkan

penyebab yang pasti seringkali tidak mudah

Keadaan ini disebut boundary event  karena kejadiantersebut secara potensial dapat terjadi secara lintas batas

antara berbagai jenis risiko

Permasalahan umum adalah bahwa risiko kerugian seringkali

terjadi dari kombinasi berbagai kejadian daripada sekedar satu

faktor tertentu.

Contoh: kasus kejatuhan Barings

Page 219: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 219/284

43

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.7 Boundary events

Kejatuhan Barings dapat diklasifikasikan kejadian risiko

operasional, pasar, bisnis atau strategis. Kurang memadainyapengendalian, tidak ada pemisahan tugas (non-separation of 

duties), dan adanya “rogue trader ” mengindikasikan kejadian risiko

operasional merupakan penyebab kejatuhan Baring (risiko proses

internal dan risiko manusia).

Kerugian finansial timbul sebagai akibat transaksi derivative di

Singapore Futures Exchange atau diklasifikasikan sebagai

kejadian risiko pasar.

Terakhir pimpinan Barings telah mengambil keputusan yang patut

dipertanyakan terkait kegiatan “dealing ” di Singapura termasuk

pengiriman tambahan dana sebesar GBP550 juta untuk kewajiban

pembayaran atas transaksi yang dilakukan. Hal ini dapat

diklasifikasikan sebagai kejadian risiko strategis/risiko bisnis.

44

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.7 Boundary eventsSolusi umum terhadap permasalahan boundary risk event adalah

dengan mengklasifikasikan kejadian berdasarkan penyebab

utamanya.

Dalam contoh Barings, penyebab utamanya adalah risiko

operasional, karena bila dilakukan pengendalian yang efektif ,

Barings akan dapat:

• mengidentifikasi bahwa seorang rogue trader telah melakukan

transaksi yang melebihi limit yang diberikan kepadanya danakan menghentikan aktivitas “trader ” tersebut sedini mungkin.

• mencegah dilakukannya transaksi “catastrophic ”

• menghindari keputusan strategis yang mendukung transaksi yang

dilakukan rogue trader karena akan dapat mengetahui alasan

permintaan tambahan dana dan memiliki pemahaman yang lebih

baik mengenai risiko yang dihadapi.

Page 220: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 220/284

45

6.3 Kejadian risiko operasional

6.3.7 Boundary events

Tidak selalu mudah untuk mengidentifikasi penyebab utama suatu

kejadian.

Namun demikian, identifikasi boundary event tetap perlu dilakukan

untuk mencegah terjadinya double accounting dalam penghitungan

modal atau tidak diperhitungkannya kejadian tersebut sama sekali.

Metode yang digunakan bank untuk menghitung kebutuhan modal

bagi risiko pasar, kredit dan operasional berbeda-beda maka perlu

dilakukan alokasi kejadian risiko pada kategori yang tepat.

Hal ini menjadi lebih penting apabila bank menggunakan

metodologi yang mendasarkan pada data historis internal (spt

OpVaR dan pendekatan Internal Rating Based untuk risiko kredit).Jadi penting bagi bank untuk menetapkan kebijakan yang jelas

untuk mengklasifikasikan boundary events.

46

6 Karakteristik risiko

operasional

6.4 Bagaimana risiko operasionalmengalami perubahan

Page 221: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 221/284

47

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.1 Perubahan karakteristik risiko operasional

Sejak bank pertama kali ada melakukan transaksi pertamanya,

bank telah mengambil langkah-langkah untuk meminimalisasirisiko operasional, misalnya dari kemungkinan pencurian.

Namun demikian, karakteristik risiko operasional telah

mengalami perubahan seiring perubahan besar pada kemajuan

teknologi dan globalisasi. Dalam hal ini kejadian besar yang

high profile semakin sering terjadi dan dampaknya semakin

meningkat.

Konsekuensinya, pendekatan dalam manajemen risiko

operasional telah berubah untuk menyelaraskan manajemen

risiko dengan perubahan yang terjadi pada corporate

governance dan tanggung jawab manajemen.Selain itu, bank mulai menyadari bahwa manajemen risiko

operasional yang baik akan memberikan keuntungan bagi bank.

48

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.1 Perubahan karakteristik risiko operasional

Dalam 15 tahun terakhir, jumlah kejadian operasional yang

dampaknya luar biasa terus mengalami peningkatan.

Hal ini antara lain disebabkan oleh semakin luasnya cakupan

pemberitaan kejadian tersebut. Komunikasi global yang bersifat

instant  membawa pengaruh pada diberitakannya beberapa

kasus kejadian risiko operasional pada saat terjadinya secara

langsung seperti misalnya:

• Kebangkrutan BCCI dan Barings Bank

• kerusakan berat NatWest Tower di London, akibat bom (1993)

• Serangan teroris terhadap The World Trade Center, New York

pada11 September 2001.

Page 222: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 222/284

49

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.1 Perubahan karakteristik risiko operasional – contoh

‘ Permasalahan Y2K’ 

Contoh klasik dari risiko operasional adalah ‘permasalahan Y2K’Diperkirakan sekitar USD 400 miliar telah dikeluarkan perusahaan-

perusahaan di seluruh dunia untuk menyempurnakan program komputer 

agar dapat mengenali tahun 2000.

Untuk meminimalkan ukuran program komputer, pada tahun 1970an dan

1980an programer menyimpan data tahun dengan menggunakan dua

angka terakhir, misalnya angka ’78’ sebagai pengganti angka tahun 1978.

Pada pertengahan 1990an, bank mulai menyadari bahwa pada tanggal 1

Januari 2000 sistem komputer akan mulai tidak bekerja dengan sempurna

karena perubahan tahun dari 99 ke 00 (tahun 1999 ke tahun 1900, bukan

2000). Akibatnya program akuntansi yang digunakan akan menambahkan

100 tahun pada rekening-rekening yang ada.

 Akibat kasus ini untuk pertama kali secara global, bank menyadari bahwakejadian risiko operasional dapat mempengaruhi peringkat kredit

nasabahnya.

50

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.1 Perubahan karakteristik risiko operasional

Upaya untuk menghadapi permasalahan Y2K ternyata

menghasilkan keuntungan yang tidak diperkirakan sebelumnya

bagi bank.

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan permasalahan mencakup pemahaman

mengenai proses utama yang dilakukan bank dan bagaimana

interaksinya (dikenal dengan process mapping ).

Proses bisnis pada bank berubah sejalan dengan perubahan

dan perkembangan bisnis.

Selama perubahan Y2K, banyak bank yang dapat

mengidentifikasi inefisiensi dalam proses bisnisnya dengan cara

menganalisa business process maps.

Page 223: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 223/284

51

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.1 Perubahan karakteristik risiko operasional

Implementasi kebijakan dan prosedur manajemen risikooperasional dapat memperbaiki proses internal yang ada di bank.

Beberapa teknik mitigasi risiko operasional dimulai dari  process

mapping  dan mencakup upaya untuk meminimalisasi

kemungkinan kegagalan, ketidakjelasan dan kesia-siaan.

52

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.2 Mengapa 'severity ' kejadian risiko operasional

meningkat

Dampak kejadian risiko operasional secara bertahap

meningkat. Dampak kejadian risiko yang semakin

meningkat disebabkan oleh peningkatan:

• otomasi

• ketergantungan padateknologi

• outsourcing 

• terorisme

• globalisasi

• Insentif dan trading – ‘rogue trader ’

• Volume dan nilai transaksi• litigasi

Page 224: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 224/284

53

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.2 Mengapa 'severity ' kejadian risiko operasional

meningkat

Otomasi

Cukup banyak bank yang mulai meninggalkan ketergantungan

proses klerikal dan menjadi lebih tergantung pada proses yang

otomasi.

Seseorang mungkin relatif lebih sering membuat kesalahan tetapi

kesalahan tersebut relatif lebih mudah ditemukan, dan jarang suatu

kesalahan dilakukan berulang-ulang oleh sekelompok orang.

 Apabila ada kesalahan pada program komputer maka kesalahan

tersebut akan terjadi berulang dan sulit untuk dideteksi.

Selain itu, otomasi menyebabkan akumulasi kesalahan yang

berakibat kerugian yang signifikan pada saat ditemukan.

54

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.2 Mengapa 'severity ' kejadian risiko operasional

meningkat

Ketergantungan pada teknologi

Ini merupakan dampak lanjutan dari otomasi, ketergantungan

bank pada teknologi di seluruh aspek meningkat mulai dari

otomasi massal sampai kepada produk-produk yang dikemas

secara khusus.

Contoh, pendanaan suatu produk dan teknik manajemen risiko

semakin kompleks, dengan peningkatan ketergantungan pada

teknologi dan model penghitungan matematis yang rumit.

Implementasi yang salah dan kurangnya pemahaman atau

ketergantungan pada akurasi teknologi dapat menyebabkan

kerugian bank.

Page 225: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 225/284

55

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.2 Mengapa 'severity ' kejadian risiko operasional meningkat

Ketergantungan pada teknologi

Teknologi baru juga mengubah cara nasabah berinteraksi dengan

bank. Sebagai dampaknya, batas antara sistem internal bank

dengan sistem yang digunakan nasabah secara eksternal menjadi

tidak jelas. Banyak nasabah melakukan transaksi melalui internet

secara langsung tanpa menggunakan pegawai bank sebagai

intermediary .

Berdasarkan kenyataan, semakin banyak nasabah yang

menggunakan produk perbankan berbasis teknologi.

Penghentian atas layanan yang didasarkan teknologi akan

membuat dampak besar bagi nasabah bank dan bank itu sendiri.

56

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.2 Mengapa 'severity ' kejadian risiko operasional meningkat

Outsourcing 

Banyak bank yang melakukan outsource sebagai kegiatan usahanya

bahkan pada perusahaan-perusahaan yang berada di negara lain. Hal

ini dilakukan dalam rangka penghematan biaya dan efisiensi

Namun demikian, outsourcing dapat menimbulkan risiko operasional

yang berada di luar kendali bank karena:

• Bank menyerahkan sebagian jasa layanan nasabah kepada pihak

outsourcer 

• Outsourcer dapat terpengaruh oleh gejolak ekonomi tertentu yang

dampaknya mungkin tidak seluruhnya diungkapkan secara

transparan kepada bank atau pengawas bank

• Penyedia jasa outsourcing mungkin harus mematuhi ketentuan lain

selain ketentuan perbankan

Page 226: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 226/284

57

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan

6.4.2 Mengapa 'severity ' kejadian risiko operasional

meningkat

Peningkatan volume dan nilai transaksi

Liberalisasi pasar keuangan, otomasi dan teknologi,

serta globalisasi telah memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan dramatis pada nilai dan volume transaksi.

Oleh karena itu, potensi kerugian maksimum yang

berasal dari kejadian risiko operasional, khususnya

yang terkait dengan traded market juga meningkat.

58

6.5 Basel II dan risiko operasional

6.5 Basel II dan risiko operasional

Basel II Capital Accord telah mengubah manajemen risiko

operasional bagi bank menuju arah baru.

Dalam Pilar 1 bank dipersyaratkan untuk

mengkuantifikasi risiko operasional, mengukur risiko

operasional tersebut dan mengalokasikan sejumlah

modal sebagaimana yang dilakukan pada risiko kredit

dan risiko pasar.

Dan bank diharapkan dapat mengelola risiko operasionaluntuk mengurangi kemungkinan terjadinya kejadian

risiko.

Risiko operasional merupakan aspek yang paling kontroversial

dalam Basel II. Tujuannya adalah mengarahkan bank

mengalokasikan modalnya bagi hal-hal yang dianggap risiko

operasional.

Page 227: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 227/284

59

6.5 Basel II dan risiko operasional

6.5 Basel II dan risiko operasional

Basel II memahami bahwa untuk beberapa bank konsep

modal sesuai ketentuan cukup menyulitkan karenapengukuran risiko operasional bukan suatu ilmu pasti.

Beberapa kejadian risiko operasional terjadi akibat tindakan

seseorang dan dapat disebabkan oleh kesalahan yang

berulang-ulang selama periode yang cukup lama.

Kenyataannya, beberapa kejadian luar biasa yang

menyebabkan kebangkrutan lebih disebabkan oleh

kejadian-kejadian yang tidak diperkirakan sebelumnya,

akumulasi permasalahan dalam jangka panjang padaprosedur utama atau prosedur pelaporan.

60

6.5 Basel II dan risiko operasional

6.5 Basel II dan risiko operasional

 Alan Peachy menyanggah pendapat bahwa kejatuhan

Barings lebih disebabkan oleh adanya gempa bumi di Kobe,

Jepang pada bulan January 1995.

“Gempa bumi telah menyebabkan kejatuhan besar pada

pasar saham Jepang yang selanjutnya menyebabkantimbulnya margin call atas posisi yang diambil Nick Lesson,

sehingga bank mengalami kerugian”

Page 228: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 228/284

61

6.5 Basel II dan risiko operasional

6.5 Basel II dan risiko operasional

Basel II Accord memperkenankan bank untuk menggunakan salah

satu dari tiga pendekatan dalam perhitungan kebutuhan modal bagirisiko operasional (operational risk capital ).

Bank dapat berpindah dari sistem yang sederhana, sebagaimana

pada perhitungan risiko kredit Basel I menuju pada pendekatan yang

menggunakan “highly complex statistics (OpVar)”.

Pendekatan tersebut adalah:

- Basic Indicator Approach

- Standardised Approach

- Advanced Measurement Approach.

Page 229: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 229/284

Page 230: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 230/284

3

7.1 Pentingnya supervisory review 

7.1 Pentingnya supervisory review 

Supervisory review  terhadap bank tidak hanya ditujukan untuk

memastikan kepatuhan terhadap persyaratan modal minimum,

tetapi juga untuk mendorong bank mengembangkan &

menggunakan teknik manajemen risiko yang terbaik.

Pilar 1 menjelaskan formula yang digunakan untuk menentukan

persyaratan modal minimum (minimum regulatory capital ) dengan

memperhitungkan risiko pasar, kredit, dan operasional.

Pilar 2 menetapkan prinsip-prinsip proses supervisory review yang

harus digunakan pengawas (sebagai pelengkap perhitungan modal

pada Pilar 1) untuk mengevaluasi kecukupan modal bank.

4

7.1 Pentingnya supervisory review 

7.1 Pentingnya supervisory review 

Pillar 2 membahas tiga area utama yang tidak didiskusikan, atau

berada diluar cakupan Pilar 1, yaitu:

• Risiko yang belum sepenuhnya didiskusikan pada Pilar 1,

seperti risiko konsentrasi kredit (credit concentration risk )

• Risiko yang sama sekali belum dibahas Pilar 1, seperti risiko

tingkat suku bunga pada banking book .

• Faktor-faktor diluar kendali bank (misalnya pengaruh siklus

bisnis).

 Aspek lain yang penting dari Pilar 2 adalah penilaian kepatuhan

terhadap standar minimum yang ditetapkan untuk penggunaan

metode perhitungan modal yang lebih kompleks pada Pilar 1

Page 231: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 231/284

5

7.1 Pentingnya supervisory review 

7.1 Proses Penilaian Internal Terhadap Modal

(Internal capital assessment process)

Supervisory review  tidak dapat menggantikan

pelaksanaan manajemen yang baik.

Direksi dan pejabat senior bank tetap memiliki

tanggungjawab untuk memastikan bahwa mereka

memelihara modal yang cukup untuk mendukung

aktivitas bisnis bank, termasuk memperhitungkan aspek-

aspek yang belum dicakup Pilar 1.

Manajemen bank bertanggung jawab untuk

mengembangkan proses penilaian internal terhadap

modal yang mampu mengevaluasi risiko dan faktor-faktor 

pengendalinya pada semua lini usaha bank. Penilaianmodal merupakan suatu proses berkelanjutan sebagai

bagian integral dari pengelolaan kegiatan usaha bank.

6

7.1 Pentingnya supervisory review 

7.1 Proses Penilaian Internal Terhadap Modal

Proses penilaian internal terhadap modal dilakukan untuk

mengevaluasi kebutuhan modal saat ini dan memperkirakan

kebutuhan modal di masa datang.

Manajemen bank menggunakan perkiraan untuk setiap lini

usahanya dalam penetapan target modal dan selanjutnya akan

menghitung kebutuhan modal bank secara keseluruhan.

Manajemen bank akan memonitor kebutuhan modal yang

sebenarnya terhadap target modal yang ditetapkan sebelumnya

sebagai bagian dari pengawasannya terhadap kegiatan usaha

bank.

Page 232: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 232/284

7

7.1 Pentingnya supervisory review 

7.1 Supervisory review  dan tindak lanjut

pengawasan

Kelayakan proses penilaian internal terhadap modal akan dievaluasi oleh

otoritas pengawas perbankan (jika di Indonesia Æ Bank Indonesia).

Evaluasi ini, bersama dengan faktor-faktor lain yang akan didiskusikan

lebih lanjut pada bab ini, akan menentukan target rasio permodalan yang

ditetapkan untuk bank. Kelemahan dalam proses penilaian internal

terhadap modal akan tercermin pada target rasio permodalan yang

ditetapkan untuk bank. Rasio permodalan yang lebih tinggi akan

mengurangi tingkat kegiatan usaha yang dapat didukung oleh modal bank.

Hal ini selanjutnya diperkirakan akan menurunkan keuntungan bank

sebagai akibat dari berkurangnya kegiatan usaha dan biaya yang relatif 

lebih tinggi untuk mempertahankan peningkatan permodalan pada tingkatkegiatan usaha tertentu.

8

7.1 Pentingnya supervisory review

7.1 Supervisory review  dan tindak lanjut

pengawasan

Dengan pertimbangan di atas, maka insentif bagi bank tidak hanya

bersumber dari aspek kehati-hatian ( prudential ) tetapi juga dari

aspek komersial untuk mengembangkan dan mempertahankan

proses penilaian internal terhadap modal yang berkualitas.

Hal ini merupakan faktor penting dalam proses supervisory review karena akan dapat memastikan bahwa proses pemenuhan

ketentuan menjadi suatu bagian integral dari manajemen bank.

Namun demikian perlu dicatat bahwa peningkatan permodalan

tidak dapat menggantikan perbaikan yang diperlukan atas

kegagalan atau kurang memadainya aspek pengendalian.

Page 233: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 233/284

9

7.1 Pentingnya supervisory review 

7.1 Supervisory review  dan tindak lanjut

pengawasan

Walaupun para pengawas dapat meningkatkan rasio permodalan

sebagai respon terhadap kelemahan-kelemahan yang

teridentifikasi, pengawas juga dapat melakukan tindakan lainnya

untuk mengatasi kelemahan tersebut dengan cara :

• menetapkan target yang harus dicapai dalam perbaikan struktur 

manajemen risiko

• menetapkan prosedur internal yang lebih ketat

• meningkatkan kualitas pegawai melalui pelatihan atau rekrutmen

10

7.1 Pentingnya supervisory review 

7.1 Supervisory review  dan tindak lanjut

pengawasan

Dalam kasus ekstrim, pengawas dapat menurunkan tingkat risiko

atau kegiatan usaha bank hingga masalah yang ada terselesaikan

atau dapat dikendalikan. Contoh, pengawas dapat meminta bank

menghentikan kegiatan pada lini usaha tertentu hingga faktor-faktor 

pengendalinya diperbaiki.

Basel Committee memandang proses supervisory review sebagai

suatu interaksi aktif antara bank dan pengawas. Dengan demikian,

masalah yang timbul dapat segera diidentifikasi dan dapat segera

diambil tindakan yang diperlukan untuk mengembalikan posisi

permodalan bank ke tingkat yang cukup memadai.

Page 234: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 234/284

11

7 Pengantar supervisoryreview dan persyaratan

pengungkapan bagi bank

7.2 Uraian singkat tentang empat

prinsip utama

12

7.2 Uraian singkat tentang empat prinsip utama

7.2 Uraian singkat tentang empat prinsip utama

Basel Committee menetapkan 25 prinsip utama pengawasan

dalam “Core Principles for Effective Banking Supervision” , yang

dipublikasikan pada bulan September 1997. Prinsip-prinsip utama

tersebut meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

• Pra-kondisi untuk pengawasan perbankan yang efektif (effective

banking supervision)

• perizinan dan struktur 

• pengaturan prinsip kehati-hatian ( prudential )• metode pengawasan perbankan yang diterapkan

• informasi yang dipersyaratkan

• kewenangan formal

• perbankan antar negara

Pilar 2 mengidentifikasi 4 prinsip penting supervisory review untuk

melengkapi 25 prinsip utama diatas.

Page 235: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 235/284

13

7.2 Uraian singkat tentang empat prinsip utama

7.2.1 Prinsip 1

Bank harus memiliki suatu proses untuk menilai

kecukupan modal secara keseluruhan dalamhubungannya dengan profil risiko yang ada dan harus

memiliki strategi untuk mempertahankan tingkat

permodalannya.

Manajemen bank bertanggungjawab untuk memastikan bahwa

bank memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan saat

ini dan dimasa datang.

Target modal bank harus ditentukan secara tepat dan konsisten

dengan profil risiko serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Target modal tersebut harus menjadi bagian dari perencanaanstrategis bank dan harus memasukkan unsur stress testing secara

menyeluruh

14

7.2 Uraian singkat tentang empat prinsip utama

7.2.1 Dasar 1

Basel II menjelaskan lima aspek proses penilaian modal yang

seharusnya dilakukan bank, yaitu :

• pengawasan oleh direksi dan manajemen senior 

• penilaian modal yang tepat

• penilaian risiko yang komprehensif 

• pengawasan dan pelaporan

• evaluasi pengendalian internal

Page 236: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 236/284

15

7.2 Uraian singkat tentang empat prinsip utama

7.2.2 Prinsip 2

Pengawas harus meneliti & mengevaluasi metode

penilaian dan strategi internal kecukupan modal yang

digunakan bank, serta kemampuan mereka untuk

memonitor dan memastikan kepatuhan terhadap rasio

permodalan sesuai ketentuan berlaku (regulatory 

capital ratio).

Pengawas harus melakukan tindakan yang tepat jika

proses yang digunakan bank dinilai tidak memadai.

16

7.2 Uraian singkat tentang empat prinsip utama

7.2.2 Prinsip 2

Proses supervisory review yang dilakukan secara reguler harus :

• menguji perhitungan eksposur risiko dan mengakomodasi risiko

dalam persyaratan permodalan (capital requirement )

• menekankan pada aspek kualitas proses dan kualitas

pengendalian internal yang terkait dengan proses tersebut.

• menguji kerangka kerja penilaian modal yang dimiliki bank untuk

mengidentifikasi kelemahan-kelemahannya

• menghindarkan pemberian rekomendasi terhadap struktur 

kerangka kerja penilaian modal mengingat hal tersebut

merupakan tanggungjawab manajemen bank.

Page 237: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 237/284

17

7.2 Uraian singkat tentang empat prinsip utama

7.2.2 Dasar 2

Proses review dapat melibatkan berbagai kombinasi dari

metode pengumpulan informasi berikut :

• kunjungan ke bank (on-site visits)

• review tanpa melakukan kunjungan ke bank (off-site reviews)

• pertemuan dengan manajemen bank

• meneliti hasil kerja auditor eksternal yang relevan dengan

proses review 

memonitor laporan-laporan periodik

18

7.2 Uraian singkat tentang empat prinsip utama

7.2.3 Prinsip 3

Pengawas harus mendapatkan keyakinan bahwa bank

beroperasi diatas rasio permodalan minimum sesuai

ketentuan dan harus memiliki kewenangan untuk

meminta bank untuk memelihara modal diatas jumlah

minimum

Persyaratan modal minimum yang ditetapkan dalam Pilar 1

memasukkan faktor provisi untuk mengantisipasi unsur 

ketidakpastian yang dapat mempengaruhi industri perbankan

secara keseluruhan. Ketentuan-ketentuan dalam Pilar 1 dirancang

untuk memberikan standar modal minimum bagi bank :

• yang memiliki aspek-aspek pengendalian yang memadai.

• yang memiliki portolio risiko yang terdiversifikasi

• yang kegiatan usahanya mencakup risiko-risiko yang terdapat

dalam Pilar 1.

Page 238: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 238/284

19

7.2 Uraian singkat tentang empat prinsip utama

7.2.4 Prinsip 4

Pengawas harus dapat melakukan tindakan sedini

mungkin untuk mencegah penurunan modal di bawah

 jumlah minimum yang diperlukan untuk mendukung

karakteristik risiko bank dan harus segera melakukan

tindakan perbaikan jika modal bank tidak dapat

dipertahankan atau dikembalikan ke posisi semula.

Jika bank gagal mempertahankan kecukupan modalnya, pengawas

dapat menggunakan kewenangannya untuk mengambil langkah -

langkah perbaikan.

Pengawas dapat meningkatkan persyaratan modal bank sebagai

tindakan jangka pendek sementara masalah mendasarnya

diselesaikan.

Peningkatan persyaratan modal tersebut dapat disesuaikankembali apabila pengawas yakin bahwa permasalahan bank telah

dapat diatasi.

20

7 Pengantar supervisory

review dan persyaratan

pengungkapan bagi bank

7.3 Sifat pengungkapan

Page 239: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 239/284

21

7.3 Sifat pengungkapan

7.3 Sifat pengungkapan

Pengungkapan (Disclosure) adalah penyebarluasan

informasi kepada masyarakat mengenai hal-hal yang

bersifat material terhadap evaluasi kegiatan usaha suatu

perusahaan

Pengungkapan (disclosure) dianggap penting karena

menyediakan informasi yang relevan bagi investor mengenai

kinerja perusahaan saat ini dan dimasa datang.

Oleh karena itu perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di

bursa saham harus memenuhi persyaratan pengungkapan yang

lebih ketat dibandingkan dengan perusahaan yang sahamnya

dimiliki secara terbatas.

22

7.3 Sifat pengungkapan

7.3 Sifat pengungkapan

Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir pengungkapan

(disclosure) semakin dianggap sebagai mekanisme penting untuk

masalah kebijakan publik seperti :

• penerapan standar tata kelola perusahaan (corporate

governance standards) yang disempurnakan, terutama

sebagai reaksi atas kasus corporate governance terkini :

seperti Enron dan WorldCom di USA dan Parmalat di Italia.

• perbaikan transparansi kebijakan perusahaan yang

mempengaruhi masalah kebijakan publik seperti

pengungkapan keuangan, keragaman etnis, dan masalah

lingkungan dan konservasi alam.

Page 240: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 240/284

23

7.3 Sifat pengungkapan

7.3 Laporan Keuangan

Secara umum, perusahaan (baik yang sudah maupun yang belumgo public ) diharuskan menyusun laporan keuangan (misalnya,

laporan laba rugi, neraca, dan laporan pajak).

Laporan keuangan ini harus diaudit oleh auditor eksternal dan

disusun menurut standar akuntansi nasional yang berlaku (yang

mungkin berupa International Accounting Standards).

24

7.3 Sifat pengungkapan

7.3 Persyaratan otoritas pasar modal

Bagi perusahaan yang telah tercatat pada bursa saham,

perusahaan tersebut harus mengungkapkan hal-hal yang

dipersyaratkan oleh ketentuan yang berlaku di bursa saham.

Peraturan pasar modal dapat mempersyaratkan publikasi berbagai

macam laporan (seringkali disebut dengan penyerahan dokumen ).

Otoritas pasar modal akan sangat memperhatikan kebutuhan

pemegang saham dan umumnya dokumen-dokumen yang

diserahkan berisi informasi keuangan yang sangat rinci.Otoritas pasar modal tidak hanya berwenang menetapkan

peraturan tetapi juga bertanggung jawab untuk memastikan

penerapan pengungkapan (disclosure) yang diminta oleh regulator 

lainnya .

Page 241: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 241/284

25

7.3 Sifat pengungkapan

7.3 Legislasi

Contoh terkini yang terbaik mengenai legislasi adalah Sarbanes–

Oxley Act AS 2002 yang menetapkan kewajiban akuntabilitas suatuperusahaan.

Salah satu ketentuan didalamnya menetapkan bahwa chief executive

officer  dan chief financial officer  dari perusahaan yang tercatat di

bursa saham AS harus memberikan pernyataan kebenaran laporan

keuangan perusahaan melalui pengungkapan kepada masyarakat.

Section 404 undang-undang tersebut juga menetapkan persyaratan

yang bersifat menyeluruh bagi pengungkapan dokumentasi,

pengujian dan verifikasi auditor eksternal terhadap kualitas

pengendalian internal perusahaan atas pelaporan keuangannya.

Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada undang-undang tersebut

diterapkan oleh Securities and Exchange Commission (SEC),

otoritas pasar modal untuk bursa saham USA.

26

7.3 Sifat pengungkapan

7.3 Manajemen Perusahaan

Walaupun kurang diperhatikan karena banyaknya

ketentuan pengungkapan (disclosure) yang ditetapkan

oleh otoritas pengawasan, cara yang dipilih dewan direksi

dan manajemen senior untuk melaporkan kegiatannya

sangat penting bagi seluruh stakeholder  untuk

mengetahui secara jelas bagaimana perusahaan

dijalankan.

Laporan-laporan ini memberikan penekanan pada cara

pandang direksi terhadap prioritas, kebijakan dan kinerja

perusahaannya.

Banyak bank besar di dunia menggunakan standar yang

sangat tinggi atas pelaporan pengelolaan perusahaannya.

Stakeholder  didefinisikan sebagai pemegang saham,

karyawan, nasabah serta masyarakat secara keseluruhan.

Page 242: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 242/284

27

7.3 Sifat pengungkapan

7.3 Masalah lainnyaPada beberapa negara, seperti Inggris, kewajiban pengungkapan

(disclosure) yang harus dilakukan perusahaan relatif ringan. Selain

laporan keuangan, kewajiban pengungkapan memberikanpenekanan pada codes of practice (misalnya The Combined Code,

dan prinsip-prinsip pengungkapan). Sebagai contoh Principle D2

dari Combined Code Inggris menyatakan :

“Direksi harus memiliki sistem pengendalian internal yang

memadai untuk mengamankan investasi para pemegang saham

dan aset perusahaan”

Perusahaan di Inggris wajib mematuhi prinsip-prinsip yang telah

ditetapkan dalam Combined Code, dan membuat pernyataan

mengenai dilaksanakannya prinsip-prinsip tersebut dalam EvaluasiKegiatan Usaha dan Evaluasi Keuangannya atau alasan tidak

dipenuhinya prinsip-prinsip tersebut.

28

7.3 Sifat pengungkapan

7.3 Masalah lainnya

Otoritas lain (tidak saja di Inggris) dapat meminta dan menerapkan

pengungkapan yang mencakup berbagai aspek seperti lingkungan

hidup , kesetaraan hak dan keterkaitan politik.

Pengungkapan merupakan masalah yang luas. Aspek

pengungkapan yang tercakup dalam Basel II hanya merupakan

bagian dari kewajiban pengungkapan menyeluruh yang harus

dilakukan bank. Pengungkapan kinerja operasional perusahaan

mencakup kebijakan dan prosedur menyeluruh yang dirancang

untuk memberikan informasi kepada investor dan analis agar mereka dapat menarik kesimpulan mengenai prospek perusahaan

saat ini dan di masa depan.

Pada saat ini telah diperluas hingga mencakup aspek kebijakan

sosial lainnya sesuai dengan pergeseran sudut pandang

pemerintah dan perusahaan mengenai kinerja perusahaan yang

lebih mementingkan stakeholder daripada kepentingan pemegang

saham.

Page 243: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 243/284

1

Indonesia Certificate inBanking Risk and Regulation

Part C: Supervision, disclosure

and governance

2

Bab 8 Corporate governance

bagi bank

8.1 Prinsip-prinsip corporate

governance bagi bank

Page 244: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 244/284

3

8.1 Prinsip-prinsip corporate governance untuk bank

8.1.1.Karakteristik corporate governance

Corporate governance merupakan serangkaian keterkaitan

antara dewan komisaris, direksi, pihak-pihak yang

berkepentingan, serta pemegang saham perusahaan.

Corporate governance menciptakan suatu struktur yang akan

membantu bank dalam :

• menetapkan sasaran

• menjalankan kegiatan usaha sehari-hari

• memperhatikan kebutuhan stakeholders

• memastikan bank beroperasi secara yang aman dan sehat

• mematuhi hukum dan pengaturan lainnya yang terkait• melindungi kepentingan nasabah penyimpan dana

4

8.1 Prinsip-prinsip corporate governance untuk bank

8.1.1 Karakteristik corporate governance

Terdapat sejumlah teknik dan strategi yang dibutuhkan untuk

mewujudkan corporate governance yang kuat, yaitu:

• nilai-nilai perusahaan, kode etik dan standar perilaku serta

sistem yang tepat untuk memastikan kepatuhan terhadap hal-

hal tersebut.

• strategi perusahaan yang disampaikan dengan baik sehingga

dapat digunakansebagai ukuran untuk menilai keberhasilanperusahaan dan kontribusi perorangan.

• kejelasan tanggung jawab dan kewenangan memutus melalui

penerapan proses persetujuan secara berjenjang dari tingkat

individu sampai dengan tingkat Direksi.

• penetapan mekanisme interaksi dan kerjasama diantara dewan

komisaris, direksi, manajemen senior dan auditor.

Page 245: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 245/284

5

8.1 Prinsip-prinsip corporate governance untuk bank

8.1.1 Karakteristik corporate governance

• sistem pengendalian yang kuat, termasuk fungsi audit internal

dan eksternal, fungsi manajemen risiko yang terpisah darikegiatan usaha, dan aspek cheks and balances lainnya.

• pengawasan khusus atas eksposur risiko yang memiliki

potensi konflik kepentingan yang cukup besar seperti

keterkaitan usaha debitur dengan bank, pemegang saham

pengendali, manajemen senior, atau pembuat keputusan

penting di bank.

• insentif keuangan dan manajerial diterapkan secara tepat.

Insentif ini harus diberikan kepada manajemen senior,

manajemen segmen usaha dan karyawan dalam bentuk

kompensasi, promosi, atau bentuk pengakuan lainnya.• informasi yang akurat disampaikan untuk kepentingan internal

dan juga kepada publik.

6

8.1 Prinsip-prinsip corporate governance untuk bank

8.1.2 Struktur corporate governance

Struktur corporate governance di bank sangat bervariasi dan

tergantung pada budaya lokal, batasan hukum dan

perkembangan sejarah dari setiap bank

Walaupun tidak ada satupun struktur yang ideal, terdapat

aspek-aspek penting corporate governance yang harusdiperhatikan untuk memastikan terdapatnya “check and 

balances” dalam struktur yang dibangun.

Page 246: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 246/284

7

8.1 Prinsip-prinsip corporate governance untuk bank

8.1.2 Struktur Corporate governance

Isue tersebut antara lain mengenai :

• pengawasan oleh dewan komisaris, direksi atau dewan

pengawas (supervisory board )

• pengawasan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat dalam

kegiatan usaha sehari-hari

• pengawasan secara langsung pada masing-masing segmen

kegiatan usaha sehari-hari

• manajemen risiko dan fungsi audit yang independen

• personil penting (key person) yang layak dan patut (fit and 

 proper ) menjalankan tugas yang dibebankan

• pelaporan secara periodik

8

8 Corporate governance bagi

bank

8.2 Implementasi corporategovernance yang kuat

Page 247: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 247/284

9

8.2 Implementasi corporate governance yang kuat

8.2.1 Penyusunan sasaran strategis dan nilai-nilai

perusahaan

Bank perlu menetapkan sasaran strategis yang jelas dan

menyusun ‘etos’ perusahaan. Selain itu, bank juga perlu

mengkomunikasikan sasaran strategis dan ‘etos’

perusahaan tersebut kepada seluruh unit organisasi bank.

Bank yang tidak memiliki sasaran strategis akan mengalami

kesulitan dalam pengelolaan kegiatan usahanya karena

tidak memiliki pedoman dalam pemanfaatan sumber daya

yang tersedia. Dengan menetapkan etos perusahaan, bank

akan dapat menjalankan kegiatan bisnisnya usahanya

sesuai dengan nilai-nilai perusahaan yang jelas.

10

8.2 Implementasi corporate governance yang kuat

8.2.1 Penyusunan sasaran strategis dan nilai-nilai

perusahaan

Nilai-nilai perusahaan harus diterapkan pada semua unit organisasi

bank termasuk pada level direksi. Nilai-nilai tersebut harus dapat

mendorong pelaporan masalah secara tepat waktu dan melarang

korupsi dan suap baik secara internal maupun eksternal. Nilai-nilai

ini harus didukung oleh kebijakan yang dapat mencegah timbulnya

situasi yang bertentangan dengan pelaksanaan GCG.

Misalnya kebijakan yang jelas mengenai prosedur yang harusdiikuti oleh karyawan apabilapekerjaan yang dilakukannya

menimbulkan konflik kepentingan dengan hal-hal diluar pekerjaan

sehari-hari. Kebijakan yang jelas dapat memperkuat nilai-nilai bank

dalam menghadapi situasi seperti di atas.

Direksi harus memastikan bahwa sistem dan proses telah

diterapkan untuk mengawasi dan melaporkan kepatuhan terhadap

kebijakan yang telah ditetapkan.

Page 248: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 248/284

11

8.2 Implementasi corporate governance yang kuat

8.2.2 Batasan yang jelas mengenai tanggung jawab

dan akuntabilitas

 Agar kegiatan usaha bank dapat diawasi dan dikendalikan

secara efektif, direksi harus menetapkan batasan yang

 jelas mengenai kewenangan dan tanggung jawab. Direksi

harus terlibat secara langsung dalam proses ini.

Seluruh segmen kegiatan usaha harus memiliki batas akuntabilitas

yang jelas dan tegas untuk memastikan bahwa masalah-masalah

yang timbul akan segera ditanggapi secara tepat oleh manajemen.

Setiap karyawan juga harus memahami tingkat kewenangan

mereka dan tingkat kewenangan pihak-pihak yang berinteraksi

dengan mereka..

Batasan yang jelas mengenai akuntabilitas akan menghasilkan

lingkungan yang mendukung pengelolaan kegiatan usaha banksehari-hari dan memungkinkan dilaksanakannya proses

pengambilan keputusan yang efisien.

12

8.2 Implementasi corporate governance yang kuat

8.2.3 Tanggung jawab dari direksi

Direksi memiliki tanggung jawab akhir terhadap manajemen dan

kinerja bank. Oleh karena itu, penting bahwa direktur:

• memenuhi syarat untuk posisi yang diduduki

• memahami peran mereka di dalam kerangka kerja corporate

governance

• tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak internal atau

eksternal

Para direksi harus memastikan bahwa mereka menerima

informasi yang cukup untuk menilai kinerja manajemen bank

yang dilakukan secara independen dan terlepas dari sudut

pandang manajemen, pemegang saham atau pemerintah.

Page 249: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 249/284

13

8.2 Implementasi corporate governance yang kuat

8.2.3 Tanggung jawab dari direksi

Direksi yang berkualitas akan:

• memahami peran pengawasan yang mereka lakukan dan

‘loyalitas’ mereka kepada bank dan para pemegang sahamnya

• berfungsi sebagai checks and balances dalam hubungannya

dengan pengelolaan bank sehari-hari

• merasa memiliki kewenangan untuk memeriksa manajemen

bank dan tidak ada keraguan untuk menuntut penjelasan

secara langsung dari manajemen bank

• merekomendasikan praktek-praktek yang sehat yang dipelajari

dari situasi lainnya

• memberikan saran tanpa dipengaruhi kepentingan apapun

14

8.2 Implementasi corporate governance yang kuat

8.2.3 Tanggung jawab dari direksi

Direksi yang berkualitas akan:

• tidak bertindak melebihi kewenangan yang ditetapkan

• menghindari konflik kepentingan dalam kegiatan dan

komitmen yang terkait dengan organisasi lain

• bertemu secara teratur dengan manajemen senior dan

auditor internal untuk menyusun dan menyetujui kebijakan,menetapkan garis komunikasi dan memonitor kemajuan

pencapaian sasaran perusahaan

• Menghindari pengambilan keputusan saat tidak mampu

memberikan saran yang obyektif 

• Tidak ikut campur dalam pengelolaan bank sehari-hari.

Page 250: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 250/284

Page 251: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 251/284

17

8.2 Implementasi corporate governance yang kuat

8.2.5 Peran auditor internal dan eksternal

 Auditor internal dan eksternal memainkan peran penting

dalam kerangka corporate governance

Direksi harus menyadari bahwa tugas yang mereka

laksanakan sangat penting untuk mendukung

kelancaran tugas direksi.

Hasil kerja auditor harus digunakan untuk memvalidasi

informasi yang diberikan oleh manajemen senior.

18

8.2 Implementasi corporate governance yang kuat

8.2.5 Peran auditor internal dan eksternal

Proses di atas dapat ditingkatkan apabila Direksi:

• menyadari pentingnya proses audit dan

mengkomunikasikannya ke seluruh unit organisasi bank

• mengambil tindakan yang dapat memperkuat independensi dan

posisi auditor 

• memanfaatkan temuan-temuan auditor secara efektif dan tepat

waktu

• memastikan independensi pimpinan auditor melalui laporan-laporan yang disampaikannya kepada direksi atau komite audit

• mempekerjakan auditor eksternal untuk menilai efektivitas

pengendalian internal

• meminta manajemen memperbaiki masalah-masalah yang

diidentifikasi oleh auditor secara tepat waktu

Page 252: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 252/284

Page 253: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 253/284

1

Indonesia Certificate in

Banking Risk and Regulation

Part C: Supervision, disclosure

and governance

2

Bab 9 Kerangka regulasi di

Indonesia dan ketentuan

manajemen risiko

9.1 Peran Bank Indonesia

Page 254: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 254/284

3

9.1 Peran Bank Indonesia

9.1.1 Sasaran utama dan tugas-tugas strategis

Bank Indonesia (BI) berperan sebagai bank sentral

bagi sistem perbankan. BI merupakan lembaga negara

yang independen dari pengaruh pemerintah. Sasaran

yang ingin dicapai BI adalah mempertahankan

stabilitas nilai rupiah, dan dalam upayanya memenuhi

sasaran ini BI bertanggung jawab untuk:

• memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan

moneter 

• memelihara dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran lancar 

• Mengatur dan mengawasi bank.

4

9.1 Peran Bank Indonesia

9.1.2 Kebijakan Moneter 

Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter melalui

penetapan target suku bunga, yang dikenal dengan BI rate.

Tingkat suku bunga ini setara dengan suku bunga pasar satu

bulan dan merupakan bagian dari Inflation Targeting Framework 

Bank Indonesia.

BI Rate merupakan instrumen utama dalam pertemuan direksibank Indonesia setiap 4 bulan sekali namun dapat dapat pula

ditetapkan dalam waktu setiap bulan tergantung keperluan.

BI Rate merupakan instrumen utama pengelolaan kebijakan

moneter bersama-sama dengan instrumen operasi pasar 

lainnya yang digunakan Bank Indonesia, yang meliputi:

Page 255: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 255/284

5

9.1 Peran Bank Indonesia

9.1.2 Kebijakan moneter 

Operasi pasar dari Bank Indonesia antara lain:

• operasi pasar terbuka untuk mempengaruhi likuiditas

• penetapan giro wajib minimum untuk memperketat atau

memperlonggar kebijakan moneter 

• Peran sebagai lender of last resort untuk mengatasi kesulitan

pendanaan jangka pendek

• implementasi kebijakan nilai tukar untuk mempertahankan

stabilitas rupiah.

• Manajemen cadangan devisa untuk memfasilitasi

perdagangan internasional.

6

9.1 Peran Bank Indonesia

9.1.3 Sistem Pembayaran

Bank Indonesia adalah satu-satunya lembaga yang

berhak mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah.

BI juga bertanggungjawab terhadap sistem kliring

untuk pembayaran dalam rupiah dan mata uang

lainnya.

Bank Indonesia juga telah mengembangkan sistempembayaran nasional. Sistem ini memfasilitasi

berbagai metode pembayaran, seperti pembayaran

berbasis elektronik, kartu, warkat, uang kertas dan

fasilitas DVP (delivery versus payment ) yang

digunakan dalam penyelesaian transaksi antar valuta.

Page 256: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 256/284

7

9.1 Peran Bank Indonesia

9.1.3 Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran nasional meliputi sejumlah sub-sistem,

yaitu:

• Sistem Kliring Elektronik Nasional

• T+0 Clearing Scheduling 

• Layanan Informasi dan Transaksi Elektronis Antar Bank

(BI-LINE )

• Real Time Gross Settlement (RTGS)

• US Dollar Fund Trasnfer System.

8

9.1 Peranan Bank Indonesia

9.1.4 Regulasi dan Pengawasan

Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menerbitkan

regulasi perbankan dan mengeluarkan izin usaha bank. Selain

mengeluarkan izin usaha bank, BI juga berwenang untuk:

• menyetujui pembukaan atau penutupan kantor bank

• menyetujui kelayakan pemilik dan manajemen bank

• memberikan izin untuk aktivitas perbankan tertentu.

BI melaksanakan peran pengawasannya dengan pengawasanlangsung melalui penempatan pengawas (on-site examination)

dan pemeriksaan bank.

BI juga menjalankan pengawasan tidak langsung melalui

penelitian terhadap laporan-laporan yang harus disampaikan

bank.

Page 257: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 257/284

9

9 Kerangka Regulasi di

Indonesia dan ketentuan

Manajemen Risiko

9.2 Manajemen Risiko –

Struktur dan Ruang Lingkup

10

9.2.1 Regulasi yang berlaku

Persyaratan umum untuk penerapan manajemen risiko bagi bank-

bank di Indonesia terdapat dalam peraturan Bank Indonesia No.

5/8/PBI/2003 tentang “Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank

Umum”.

Regulasi ini menekankan pada risiko-risiko yang dihadapi

bank dalam melaksanakan kegiatan usahanya dan

struktur pengendalian yang diperlukan untuk mengelola

risiko-risiko tersebut, termasuk:

• Identifikasi risiko (Risk Identification)

• Pengukuran risiko (Risk Measurement )

• Pemantauan risiko (Risk Monitoring )

• Pengendalian risiko (Risk Control ).

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

Page 258: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 258/284

11

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

9.2.2 Manajemen risiko yang terintegrasi

Manajemen risiko yang terintegrasi mempersyaratkan agar 

bank-bank yang berada di bawah pengawasan Bank

Indonesia melaksanakan pengelolaan risiko dalam suatu

struktur manajemen yang terintegrasi, menetapkan sistem

serta struktur manajemen yang duperlukan untuk mencapai

tujuab ini.

12

9.2.3 Penerapan PBI No 5/8/PBI/2003

Regulasi ini berlaku bank umum yang berbentuk:

• Perusahaan Terbatas

• Perusahaan Daerah

• Koperasi

• Kantor cabang bank asing.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

Page 259: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 259/284

13

9.2.4 Ruang lingkup Manajemen Risiko

Direksi masing-masing bank berkewajiban untuk mengelolarisiko yang dihadapi bank dalam menjalankan kegiatan

usahanya secara efektif. Untuk mendukung hal tersebut,

diperlukan:

• pengawasan aktif oleh dewan komisaris, direksi dan oleh staf 

manajemen risiko yang terhadap risiko-risiko yang diihadapi bank

• penetapan kebijakan dan prosedur untuk membatasi risiko yang

dihadapi bank.

• penetapan prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur,

memonitor dan mengendalikan risiko

• penetapan sistem informasi manajemen yang handal untuk

mendukung pengelolaan risiko• penetapan sistem pengendalian internal untuk mengelola risiko.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

14

9.2.5 Penetapan Struktur Manajemen Risiko pada Bank

Direksi dan manajemen bank, yang secara formal

bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan

manajemen risiko yang efektif, harus mempertimbangkan:

• sasaran dan kebijakan bank

• kompleksitas jenis kegiatan usahanya

• kemampuan bank untuk mengelola kegiatan usahanya.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

Page 260: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 260/284

15

9.2.5 Penetapan Struktur Manajemen Risiko pada Bank

BI mengharapkan bank yang kegiatan usahanyasangat kompleks, termasuk perdagangan obligasi dan

mata uang, pemberian pinjaman dalam valas dan

sekuritisasi, untuk memiliki struktur manajemen risiko

yang lebih kompleks daripada bank yang kegiatan

usahanya relatif sederhana dan hanya terbatas pada

tabungan dan perkreditan.

Struktur manajemen risiko harus dirancang sedemikian rupa untuk

memastikan bahwa unit pengambil risiko (Risk Taking Unit )

independen terhadap unit internal audit dan juga Manajemen

Risiko.

Gambar di bawah ini adalah contoh struktur manajemen risiko dari

bank besar:

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

16

9.2.5 Menyesuaikan Struktur Manajemen Risiko di Bank

Unit KepatuhanUnit

Manajemen

RisikoUnit Bisnis

Dewan Komisaris

Direktur 

Kepatuhan

Lini

Manajemen

Dewan Direksi

Direktur 

Manajemen Risiko

Management Line

Komite Manajemen Risiko

Reporting Line Membership Line

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

Page 261: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 261/284

17

9.2.6 Pengelolaan risiko di Bank

Bank Indonesia mempersyaratkan struktur manajemen risiko di

seluruh bank mencakup risiko berikut:

• Risiko Pasar (market risk)

• Risiko Kredit (credit risk)

• Risiko Operasional (operational risk)

• Risiko Likuiditas (liquidity risk)

Definisi dari setiap risiko yang diberikan di bawah ini berasal dari

peraturan BI dan mungkin berbeda dari definisi yang diberikansebelumnya.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

18

9.2.6 Pengeloalaan risiko di bank

Risiko Pasar  timbul dari pergerakan variabel-variabel

yang terdapat di pasar yang berpengaruh pada

portofolio yang dimiliki bank dan dapat menimbulkan

kerugian bagi bank Bank (adverse movement ). Variabel

pasar adalah tingkat suku bunga dan nilai tukar,

termasuk derivatif dari kedua jenis risiko pasar, yaitu

perubahan harga option.

Risiko kredit adalah risiko kegagalan counterparty 

memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat timbul dari

berbagai segmen usaha, seperti kredit (penyediaan

dana), treasury  dan investasi, serta pembiayaan

perdagangan (trade finance). Risiko ini tercatat baik

dalam banking book maupun trading book.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

Page 262: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 262/284

19

9.2.6 Pengelolaan risiko di bank

Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan

ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses

internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau

adanya masalah eksternal yang mempengaruhi kegiatan

usaha bank.

Risiko Likuiditas disebabkan oleh bank memenuhi

kewajiban yang telah jatuh tempo.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

20

9.2.6 Pengelolaan risiko di bank

Bagi bank yang memiliki kegiatan usaha yang lebih

kompleks, Bank Indonesia juga mensyaratkan bank tersebut

untuk mengelola:

• Risiko Hukum (Legal risk )

• Risiko Reputasi (Reputational risk )

• Risiko Strategik (Strategic risk )

• Risiko Kepatuhan (Compliance risk ).

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

Page 263: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 263/284

21

9.2.6 Pengelolaan risiko di bank

Risiko hukum adalah risiko yang timbul dari kelemahanaspek yuridis, yang diakibatkan oleh tuntutan hukum,

ketiadaan regulasi perundang-undangan yang

mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak

dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan

agunan yang tidak sempurna.

Risiko reputasi ditimbulkan oleh publikasi negatif 

terhadap kegiatan usaha bank atau persepsi negatif 

terhadap bank.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

22

9.2.6 Risiko-risiko yang perlu dikelola Bank

Risiko strategik ditimbulkan oleh penetapan dan

pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan

keputusan bisnis yang tidak tepat, atau kurang

responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank

tidak mematuhi atau tidak melaksanakan regulasi

perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

Bila bank menderita kerugian yang terkait dengan salah satu atau

beberapa risiko diatas, maka sejak saat terjadinya kerugian bank

akan dipersyaratkan untuk memonitor risiko-risiko tersebut.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

Page 264: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 264/284

23

9.2.7 Pengawasan Aktif Dewan Komisaris, Direksi dan

Manajemen

Tanggung jawab utama dari dewan komisaris dan

direksi bank adalah menentukan jenis risiko yang harus

dikelola unit manajemen risiko, dengan

mempertimbangkan kompleksitas kegiatan usaha bank.

Dewan Komisaris dan direksi juga harus menentukan

alokasi kewenangan dan tanggung jawab manajemen

risiko bagi direksi dan manajemen.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

24

9.2.7 Pengawasan Aktif Dewan Komisaris, Direksi dan

Manajemen

Wewenang dan tanggung jawab Komisaris dan Direksi mencakup:

• persetujuan dan evaluasi kebijakan manajemen risiko

• alokasi tanggungjawab kepada manajemen untuk melaksanakan

kebijakan manajemen risiko

• memutuskan kategori transaksi yang memerlukan persetujuan

dewan komisaris.

Contoh transaksi yang mungkin memerlukan persetujuan direksi dan

dewan komisaris adalah pemberian pinjaman kepada atau

penerimaan simpanan dari satu pihak tertentu yang jumlahnya setara

dengan atau di atas persentasio tertentu dari modal (misalnya setara

atau diatas 5 persen dari modal bank).

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

Page 265: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 265/284

25

9.2.7 Pengawasan Aktif Dewan Komisaris, Direksi dan

Manajemen

Baik dalam kasus pemberian pinjaman atau penerimaan

simpanan, persetujuan transaksi di atas suatu limit tertentu akan

berdampak pada konsentrasi risiko bank karena bank kegagalan

pembayaran kembali pinjaman atau penarikan simpanan tersebut

akan mempengaruhi kondisi banksecara signifikan.

Sebagian besar bank, dan juga pengawas, akan sangat berhati-

hati dengan konsentrasi risiko, walaupun hal tersebut bukan satu-

satunya yang diperhatikan bank. Oleh karena itu, sebagian besar 

bank akan memiliki suatu prosedur yang dapat memastikan

perhatian direksi dan dewan komisaris pada konsentrasi risiko

tersebut.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

26

9.2.7 Pengawasan Aktif Dewan Komisaris, Direksi dan

Manajemen

Wewenang dan tanggungjawab manajemen harus meliputi hal-hal

sebagai berikut:

• Penyusunan strategi dan kebijakan manajemen risiko bank secara

tertulis

• penerapan dan pengelolaan kebijakan manajemen risiko sesuai

“risk appetite” bank yang telah disetujui.

• penentuan transaksi yang perlu melibatkan personil manajemenrisiko senior 

• pengembangan budaya risiko bank

• pengembangan ketrampilan manajemen risiko semua personil

terkait

• memastikan independensi kegiatan manajemen risiko pengelolaan

kegiatan usaha

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

Page 266: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 266/284

27

9.2.7 Pengawasan Aktif Dewan Komisari, Direksi dan

Manajemen

• Pengkajian berkala:

a. akurasi penilaian risiko melalui pembandingan risiko yang

terkait dengan transaksi atau nasabah tertentu dengan

realisasinya (kerugian)

b. akurasi dan kelengkapan informasi informasi manajemen

risiko dan kualitas sistem pendukungnya

c. Ketepatan limit risiko dan kualitas prosedur yang

mendukung alokasi limit tersebut (yaitu, apakah personil

yang tepat diberikan limit tepat untuk mengelola risiko yangmenjadi tanggung jawabnya)

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

28

9.2.7 Pengawasan Aktif Dewan Komisaris, Direksi dan

Manajemen

• Penghitungan dan pelaporan :

a. risk apetite secara keseluruhan (total jumlah risiko yang

akan diambil bank)

b. profil risiko secara keseluruhan (distribusi total risiko

pada seluruh aspek kegiatan usaha)

c. Kemampuan bank mengelola risiko sesuai profil dan

limit yang disetujui.

9.2 Manajemen Risiko – struktur dan ruang lingkup

Page 267: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 267/284

29

9 Kerangka regulasi di

Indonesia dan ketentuan

manajemen risiko

9.3 Manajemen Risiko –

penetapan limit

30

9.3 Manajemen risiko – penetapan limit

9.3.1 Penetapan prosedur kebijakan dan limit

Kebijakan manajemen risiko harus mencakup penilaian

risiko yang terkait dengan setiap produk dan transaksi.

Penilaian tersebut meliputi:

• metode yang sesuai untuk mengukur risiko

• informasi relevan yang diperlukan untuk menilai risiko (diperoleh

dari sistem informasi manajemen bank )

• penetapan limit untuk total jumlah risiko, yang juga merupakanrisk appetite bank

• proses penilaian risiko dengan menggunakan peringkat, seperti

proses pemeringkatan kredit (credit grading process)

• Penilaian terhadap ‘skenario terburuk’ untuk risiko yang dihadapi

bank

• memastikan bahwa semua risiko memilki proses pengendalian

yang tepat (seperti pengkajian secara teratur).

Page 268: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 268/284

31

9.3.2 Penilaian terhadap prosedur dan limit risiko

Direksi dan manajemen senior harus memandang suatu proses

untuk menetapkan risk appetite bank yang didalamnyamencakup proses penetapan limit yang tepat.

Penetapan limit risiko harus meliputi:

• pendelegasian wewenang yang jelas dan secara tertulis,

untuk memastikan akuntabilitas pegawai (wewenang seperti

ini umumnya didokumentasikan dalam rincian tugas

pegawai dan menjadi referensi silang (cross-

referenced ) kewenangan pegawai dalam buku

pedoman yang mencantumkan seluruh kewenangananggota direksi dan manajemen bank)

9.3 Manajemen risiko – penetapan limit

32

9.3.2 Penilaian terhadap prosedur dan limit risiko

Penetapan limit risiko harus meliputi:

• limit secara keseluruhan dan limit untuk periode waktu

tertentu (tergantung relevansinya), dimana limit harus

didokumentasikan berdasarkan penetapan secara

bertahap (ladders), seperti limit tingkat suku bunga untuk

kontrak berjangka.

• dokumentasi lengkap (seperti dijelaskan di atas) yang

 juga harus disusun untuk mendukung proses penilaian

limit (umumnya dapat dilihat dengan keberadaan

dokumen seperti Role Profiles, penilaian, kinerja tahunan,

pedoman wewenang dan pengendalian, dan sebagainya)

9.3 Manajemen risiko – penetapan limit

Page 269: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 269/284

33

9.3.2 Penilaian terhadap prosedur dan limit risiko

Limit risiko harus ditetapkan:

• secara menyeluruh, atau disebut dengan risk appetite

• Untuk masing-masing jenis risiko seperti risiko kredit,

risiko pasar, risiko operational, risiko likuiditas, dan

sebagainya)

• Menurut fungs seperti treasury, manajemen kantor 

cabang, manajemen risiko, anggota direksi)

9.3 Manajemen risiko – penetapan limit

34

9 Kerangka regulasi di

Indonesia dan ketentuan

manajemen risiko

9.4 Manajemen Risiko – informasi

dan analisis

Page 270: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 270/284

35

9.4 Manajemen risiko – informasi dan analisis

9.4.1 Proses Identifikasi

Direksi bank secara umum berkewajiban untuk memastikan

bahwa :

• Semua risiko (risiko tingkat suku bunga, risiko mata uang,

risiko likuiditas, dan sebagainya) telah teridentifikasi

• Semua risiko yang material telah diukur, dimonitor dan

dikendalikan

• pengukuran risiko diatas didukung oleh informasi yang

mutakhir, akurat dan lengkap

36

9.4.1 Proses Identifikasi

Identifikasi faktor-faktor risiko umumnya dilaksanakan oleh

unit manajemen risiko setelah berkonsultasi dengan bagian

trading .

Selain melakukan identifikasi faktor-faktor risiko, unit

manajemen risiko perlu mendapatkan informasi independen

mengenai harga penutupan harian (daily closing prices)

untuk setiap faktor risiko. Hal ini untuk memberikan jaminanbahwa revaluasi posisi bank ditentukan secara independen

dan tidak berasal dari informasi trader.

Proses di atas harus dilengkapi dengan analisis harian

mengenai kinerja keuangan aktivitas trading untuk

memastikan bahwa laba-rugi yang dilaporkan konsisten

dengan profil risiko bank.

9.4 Manajemen risiko – informasi dan analisis

Page 271: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 271/284

37

9.4.2 Implementasi dan Pengawasan

Proses anlisa risiko harus dapat mengidentifikasi

seluruh karakteristik risiko bank (umumnya dimulai

dengan pemisahan segmen-segmen usaha yang

dilakukan bank), dan risiko terkait dengan setiap

produk dan kegiatan usaha bank. Proses ini

dilaksanakan dengan pemisahan berdasarkan faktor 

risiko selain mempertimbangkan risiko lainnya seperti

risiko kinerja dan risiko kerahasiaan (confidentiality 

risk )

9.4 Manajemen risiko – informasi dan analisis

38

9.4.2 Implementasi dan Pengawasan

Dalam analisa risiko berbasis produk dan segmen usaha ini,

pengukuran risiko harus :

• disusun berdasarkan jangka waktu tertentu (dalam hal diperlukan)

• menyatakan sumber data yang digunakan

• menyatakan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko

• mampu menunjukkan terjadinya perubahan pada profil risiko bank

Proses monitoring risiko dilaksanakan dengan melakukan evaluasi

terhadap seluruh eksposur risiko dan menyusun proses pelaporan

yang menunjukkan perubahan-perubahan dalam profil risiko bank.

9.4 Manajemen risiko – informasi dan analisis

Page 272: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 272/284

39

9.4.3 Manajemen dan pengendalian

Proses manajemen risiko harus dapat membangun suatu

struktur yang dapat mengelola risiko-risiko yang berpotensimengancam kelangsungan uaha bank

Dalam hal ini proses pengendalian risiko harus mencakup

proses pengelolaan aset dan kewajiban (assets liability

management -ALM) yang meliputi manajemen:

• risiko mata uang (currency risk )

• risiko suku bunga

• risiko likuiditas

bagi bank dengan kegiatan trading yang terbatas, proses seperti

di atas mungkin cukup memadai untuk pengelolaan semua

risiko diatas.

9.4 Manajemen risiko – informasi dan analisis

40

9.4.4 Sistem Informasi

Sistem informasi manajemen risiko harus mampu melaporkan:

• semua eksposur risiko

• eksposur yang sesungguhnya dibandingkan dengan limit yang

disetujui

• realisasi risiko (misalnya, kerugian), dibandingkan dengan

target kerugian (yaitu risk appetite)

Chief Risk Officer harus secara teratur mengkajia laporan risiko

yang dihasilkan oleh sistem manajemen risiko

9.4 Manajemen risiko – informasi dan analisis

Page 273: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 273/284

41

9 Kerangka regulasi di

Indonesia dan ketentuan

manajemen risiko

9.5 Manajemen Risiko –

Pengedalian Internal

42

9.5 Manajemen risiko – Pengendalian Intern

9.5.1 Sistem Pengendalian Internal

Direksi bank secara umum berkewajiban untuk memastikan

bahwa bank telah menerapkan sistem pengendalian internal

berdasarkan kegiatan usaha bank secara menyeluruh.

Sistem pengendalian internal harus mampu mengidentifikasi

kegagalan pengendalian dan penyimpangan terhadap

kebijakan, prosedur dan proses yang dimiliki bank.

Page 274: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 274/284

43

9.5.1 Sistem Pengendalian Intern

Sistem pengendalian Internal harus:

• sejalan dengan regulasi Bank Indonesia

• sejalan dengan persyaratan internal bank yang ditetapkan

oleh direksi dan manajemen

• digunakan dalam proses pelaporan informasi keuangan

yang komprehensif, akurat, dan terkini

• dapat mendukung manajemen dalam pengambilan

keputusan untuk menerima atau menolak risiko

• menciptakan budaya pelaporan berbasis-risiko di bank

9.5 Manajemen risiko – Pengendalian Intern

44

9.5.2 Sistem pengendalian pnternal dan penerapan

manajemen risiko – peran Audit Internal

 Audit internal merupakan fungsi yang independen di bank

Peran utamanya adalah melaksanakan penilaian penilaian

berkelanjutan melalui penyusunan laporan yang

menganalisis metodologi, prosedur dan proses di dalam

organisasi manajemen risiko bank.

Dalam perannya sebagai pengawas, umumnya audit internal

menyampaikan laporan kepada Direktur Utama bank; auidiot

internal tidak memberikan laporan kepada Chief Risk Officer .

9.5 Manajemen risiko – Pengendalian Intern

Page 275: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 275/284

45

9.5.2 Sistem pengendalian internal dan penerapan

manajemen risiko – peran Audit Internal

Laporan tertulis Audit Internal umumnya mencakup:

• Kesesuaian sistem pengendalian internal bank dengan

 jenis risiko yang dihadapi bank

• penilaian kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur dan limit

yang ditetapkan bank dan disetujui oleh Bank Indonesia

sebagai pengawas bank tersebut

• Independensi fungsi pengendalian manajemen risiko bank

dari pengelolaan kegiatan usaha sehari-hari

9.5 Manajemen risiko – Pengendalian Intern

46

9.5.2 Sistem pengendalian internal dan penerapan

manajemen risiko – peranan Audit Internal

Laporan tertulis Audit Internal umumnya mencakup:

• independensi dan obyektivitas fungsi manajemen risiko

• kecukupan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan

manajemen.

• kecukupan dokumentasi untuk mendukung proses kegiatan

usaha (umumnya melalui penyusunan alur proses dari awal

sampai selesai)

• kualitas respon manajemen, dan ketepatan waktu dari respon

tersebut terhadap pertanyaan-pertanyaan audit internal dan

eksternal

• kelemahan yang teridentifikasi dalam pelaksanaan kegiatan

usaha dan respon manajemen atas kelemahan-

kelemahan tersebut.

9.5 Manajemen risiko – Pengendalian Intern

Page 276: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 276/284

47

9.5.2 Sistem pengendalian internal dan penerapan

manajemen risiko – peranan Audit Internal

Laporan tertulis Audit Internal umumnya mencakupi:

• Struktur bank yang menunjukkan organisasis dan pemisahan yang

 jelas antara kewenangan dan garis pelaporan untuk manajemen

risiko pengelolaan kegiatan usaha sehari-hari dan Audit Internal.

Umumnya hal ini terkait dengan dokumentasi bagan struktur yang

secara jelas menunjukkan garis pelaporan yang tepat dengan

disertai job description dan limit serta kewenangan setiap personil.

• akurasi dan ketepatan waktu dari seluruh pelaporan keuangan dan

pelaporan informasi manajemen.

• kepatuhan bank terhadap ketentuan Bank Indonesia dan

persyaratan lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia sebagaipengawas bank (misalnya, permintaan informasi dari pengawas

mengenai proses pengawasan pengendalian).

9.5 Manajemen risiko – Pengendalian Intern

48

9 Kerangka regulasi di

Indonesia dan ketentuan

manajemen risiko

9.6 Manajemen Risiko – Unit

Manajemen Risiko

Page 277: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 277/284

49

9.6 Manajemen Risiko – Satuan Kerja Manajemen Risiko

9.6.1 Organisasi fungsi manajemen risiko

Direksi bank secara umum berkewajiban menetapkan

struktur organisasi pengelolaan risiko bank yang

mencakup komite manajemen risiko dan manajemen

risiko

Keanggotaan komite manajemen risiko terdiri dari

mayoritas anggota direksi dan pejabat eksekutif yang

berwenang.

50

9.6.1 Organisasi dan fungsi manajemen risiko

Komite manajemen risiko harus memberikan rekomendasi

kepada Direktur Utama mengenai hal-hal berikut:

• kebijakan, strategi dan penerapan risiko

• proses perubahan yang berasal dari rekomendasi audit

internal atau evaluasi lainnya terhadap proses

manajemen risiko

• pemberian penjelasan kepada Bank Indonesia dan

direksi bank mengenai keputusan yang ditetapkan bank

yang bertentangan dengan kebijakan manajemen risiko

bank.

9.6 Manajemen Risiko – Satuan Kerja Manajemen Risiko

Page 278: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 278/284

51

9.6.2 Struktur unit manajemen risiko

Persyaratan mendasar bagi struktur unit manajemen risiko

adalah sebagai berikut:

• Unit tersebut harus dapat mengendalikan besaran dan

kompleksitas risiko yang akan diambil bank

• Unit tersebut memiliki independen operasional dan pelaporan

dari unit kegiatan usaha sehari-hari (misalnya, kantor cabang

dan manajemen, perkreditan, treasury ).

• Unit tersebut melapor kepada anggota direksi bank

(khususnya Chief Risk Officer )

9.6 Manajemen Risiko – Satuan Kerja Manajemen Risiko

52

9.6.2 Struktur unit manajemen risiko

Unit manajemen risiko bertanggungjawab untuk:

• memonitor penerapan strategi manajemen risiko sebagaimana

yang telah disetujui oleh direksi bank dan otoritas pengawasan

(BI)

• memonitor seluruh tingkat risiko yang dihadapi bank dan

membandingkannya dengan keseluruhan risk appetite bank

(sebagaimana yang disetujui oleh direksi dan otoritas

pengawasan (BI)

• memonitor tingkat risiko yang dihadapi bank terhadap limit

risiko bank (misalnya, risiko kredit, pasar, operasional)

• melakukan stress test 

9.6 Manajemen Risiko – Satuan Kerja Manajemen Risiko

Page 279: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 279/284

53

9.6.2 Struktur unit manajemen risiko

• melakukan kajian rutin terhadap prosedur dan proses manajemen

risiko bank (misalnya, proses persetujuan pemberian kredit,proses manajemen kredit macet, dan sebagainya)

• mempelajari proposal peluncuran produk dan layanan baru

• melakukan pengujian rutin terhadap kemampuan prediktif model

risiko yang digunakan bank untuk dibandingkan dengan

realisasinya (misalnya, monitoring realisasi tingkat kredit macet

dibandingkan dengan prediksi tingkat kredit macet yang dihasilkan

oleh model perkreditan dam pemeringkatan bank

• memberikan rekomendasi kepada komite manajemen risiko bank

mengenai seluruh aspek yang terkait dengan proses manajemen

risiko bank

• Melaporkan secara berkala profil risiko bank kepada pimpinan unitmanajemen risiko dan komite risiko bank

9.6 Manajemen Risiko – Satuan Kerja Manajemen Risiko

54

9.6.3 Kegiatan pengambilan-risiko bank dan unit manajemen

risiko

Kegiatan pengambilan-risiko bank (misalnya, kelompok

trading , kelompok kredit, corporate finance) harus

menyampaikan laporan komprehensif mengenai eksposur 

risiko mereka kepada unit manajemen risiko secara berkala.

9.6 Manajemen Risiko – Satuan Kerja Manajemen Risiko

Page 280: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 280/284

55

9 Kerangka regulasi di

Indonesia dan ketentuan

manajemen risiko

9.7 Manajemen Risiko – produk

dan layanan baru

56

9.7 Manajemen risiko – produk dan layanan baru

9.7.1 Peluncuran produk dan layanan baru

Bank harus mendokumentasikan proses dan prosedur produk dan

layanan baru termasuk otorisasi dari manajemen yang terkait.

Dokumentasi harus meliputi:

• Proses dan prosedur penggunaan sistem baru/perubahan sistem

yang ada untuk penerapan produk dan layanan baru

• Otorisasi relevan yang terkait dengan manajemen produk untuk

memperkenalkan produk dan layanan baru tersebut

• Laporan komprehensif mengenai risiko yang terkait dengan produk

atau layanan baru

• Metode untuk melakukan pengukuran dan monitoring secara

berkelanjutan terhadap risiko yang terkait dengan produk atau

layanan baru.

• Penilaian risiko hukum yang terkait dengan peluncuran produk atau

layanan baru

• Pernyataan kepada nasabah yang mengungkapkan risiko yang

melekat pada produk dan layanan baru.

Page 281: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 281/284

57

9 Kerangka regulasi di

Indonesia dan ketentuan

manajemen risiko

9.8 Manajemen Risiko–

Persyaratan Pelaporan

58

9.8 Manajemen risiko – kewajiban pelaporan

9.8.1 Laporan Profil Risiko

Bank harus melaporkan profil risiko mereka kepada BI

dan laporan tersebut harus mengandung informasi yang

sama seperti yang disampaikan unit manajemen risiko

kepada pimpinannya (Chief Risk Officer ) dan kepada

komite manajemen risiko.

Laporan profil risiko disusun secara triwulanan pada

bulan Maret, Juni, September dan Desember dan harusdisampaikan kepada Bank Indonesia dalam waktu 7

(tujuh) hari kerja setelah berakhirnya periode triwulanan

tersebut.

Page 282: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 282/284

59

9.8.2 laporan aktivitas produk dan layanan baru

Bank harus melaporkan kepada Bank Indonesia produk

dan aktivitas baru yang disediakan bagi nasabah.

Laporan tersebut harus mencakup semua produk baru

dan layanan baru dan disampaikan kepada BI

dilaporkan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah

produk dan layanan baru tersebut efektif dilaksanakan.

9.8 Manajemen risiko – kewajiban pelaporan

60

9.8.3 Laporan kerugian finansial yang signifikan

Setiap bank yang mengalami kerugian finansial yang

signifikan harus melaporkan hal tersebut sesegera

mungkin kepada BI.

9.8 Manajemen risiko – kewajiban pelaporan

Page 283: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 283/284

61

9.8.4 Laporan dan rekening yang dipublikasikan

Selain informasi kondisi keuangan bank, untuk

kepentingan transparansi bank harus mempublikasikan

informasi yang cukup mengenai kebijakan dan strategi

manajemen risiko dan ketaatan mereka pada limit

risiko. Semua laporan yang dikeluarkan harus disetujui

oleh BI.

9.8 Manajemen risiko – kewajiban pelaporan

62

9 Kerangka regulasi di

Indonesia dan ketentuan

manajemen risiko

9.9 Manajemen Risiko – sanksi

pengawasan

Page 284: Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

7/23/2019 Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

http://slidepdf.com/reader/full/modul-bsmr-level-1-ver1 284/284

9.9 Manajemen risiko – sanksi pengawasan