MODUL A
-
Upload
ferry-wijaya -
Category
Documents
-
view
173 -
download
1
Transcript of MODUL A
MODUL A
LENDUTAN PADA BALOK STATIS TAK TENTU
I. Tujuan
1. Untuk menentukan besar lendutan di titik yang telah ditentukan dari
sebuah balok statis tak tentu yang dibebani oleh beban terpusat.
2. Membandingkan hasil percobaan dengan hasil teoritis.
II. Teori
Beban lendutan dan kemiringan/putaran sudut dari sebuah struktur statis
tertentu yang diberi beban dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu
dari tiga metode di bawah ini:
1. Metode Unit Load
βc = (M. m. dx)
EI L
0
Dimana :
M = momen akibat W.
m = momen akibat satu satuan gaya (unit load) yang bekerja pada
titik C.
πc = (M.m. dx)
EI L
0
Dimana :
M = momen akibat W.
m = momen akibat satu satuan momen (unit moment) yang bekerja
pada titik C.
2. Metode Moment Area (Luas bidangn momen)
ΞΈB = perubahan kemiringan/putaran sudut akibat beban antara A dan C.
βC = A1A (A1 adalah daerah yang diarsir yang dapat dilihat pada gambar.
= besar lendutan di titik C.
= statis momen dari M/EI di titik A.
3. Metode Conjungated Beam
Metode Moment Area dengan Conjungated Beam berhubungan erat
sekali. Teori moment area cenderung ke arah geometri dan kurva elastik.
Sementara konsep Conjungated Beam menggunakan analogi putaran
sudut dengan lintang dan lendutan dengan momen.
Dimana :
βc = momen lentur di titik C akibat beban M/EI = besar lendutan di
titik C (=PL3/48EI)
ΟA = RAβ = gaya lintang di A = putaran sudut di titik A (=PL2/16EI)
ΟB = RBβ = gaya lintang di B = putaran sudut di titik B (=PL2/16EI)
4. Metode Integrasi
Salah satu metode penyelesaian dalam mencari lendutan dan putaran
sudut adalah dengan metode integrasi yang dikenal juga dengan teori
elastis. Berikut ini adalah rumus dalam mencari nilai lendutan dan
putaran sudut:
(π2π¦
ππ₯2 = β ππ₯πΈπΌ β rumus umum
ππ¦ππ₯ =
β1
πΈπΌ ππ₯ ππ₯ + πΆ1 = π‘πππ = besar putaran sudut
π = β ππ₯πΈπΌ ππ₯ + πΆ1π₯ + πΆ2= besar putaran sudut
III. Peralatan
Alat-alat :
2 buah HST. 1301 Penyangga Ujuang
1 buah HST. 1302 Penyangga Perletakan Rol
1 buah HST. 1303 Pengatur Rol
1 buah HST. 1304 Pelat Jepit
3 buah HST. 1305 Jepit Penggantung
3 buah HST. 1306 Penyambung Gantungan
3 buah HST. 1307 Penggantung Besar (tempat beban)
3 buah HST. 1309 Penggantung Ujung
1 buah HST. 1310 Penyangga Perletakan Ganda
1 buah HST. 1311 Pengatur Perletakan
1 buah HST. 1312 Penggantung Kecil
2 buah HST. 1313 Ujung Sisi Tajam (knife edge)
Gambar diatas menunjukan pengaturan yang biasanya digunakan untuk
lentur plastis (plastic bending) pada balok dengan ujung-ujung yang sudah
disusun (built-in ends). Untuk maksud di atas, pada salah satu ujungnya
didesain perletakan yang memperbolehkan adanya pergeseran lateral. Balok
ini dapat diuji dengan perletakan rol di tengah bentang seperti yang telah
ditunjukan / alternatifnya digunakan di salah satu ujung balok. Struktur
seperti ini juga dapat digunakan untuk menguji balok tertentu pada
perletakan sederhana yang menggunakan ujung tajam (knife ends) dan rol.
Sedangkan gambar berikut ini menunjukan alat peraga struktur statis tak
tentu dengan balok elastis yang ujung-ujungnya bisa diatur. Untuk maksud
diatas, pada salah satu ujungnya didesain perletakan yang memperbolehkan
adanya pergeseran lateral. Untuk menghasilkan struktur statis tak tentu,
perletakan dapat diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan perletakan jepit
dan rol. Variasi dapat dilakukan untuk menghasilkan struktur statis tak tentu
dengan memberikan perletakan jepit-jepit dan jepit-rol dengan besar dan tipe
bebean yang divariasikan.
Gambar diatas menunjukan kantilever dengan beban terbagi merata. Variasi
yang dapat dilakukan seperti menimbulkan putaran sudut dan lendutan
akibat beban terpusat, teori timbal balik, dan lain- lain.
Gambar terakhir menunjukan beban terpusat dan beban ke atas (upward
load) pada struktur statis tak tentu. Banyak variasi yang dapat dilakukan
seperti menujukan putaran sudut dan lendutan pada perletakan, beban
menggantung atau beban terbagi merata, teori timbal balik, dan lain- lain.
Pengaturan-pengaturan seperti di atas dapat divariasikan menyesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing. Pengaturan-pengaturan ini dilakukan
untuk menunjukkan penggunaan berbagai jenis alat untuk aplikasi. Untuk
percobaan-percobaan seperti ini dimana dibutuhakan pengamatan lendutan
yang besar, dianjurkan penggunaan dari alat untuk bentang panjang (long
travel gauge) HAC 6 series.
IV. Prosedur Percobaan
Percobaan 1. Mencari lendutan di titik A dan B pada balok dengan jepit-
jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah bentang.
Cara Kerja :
1. Mengatur perletakan untuk memenuhi kondisi jepit-jepit.
2. Meletakkan dial gauge pada jarak L/4 dan 3L/4 dari perletakan jepit C
untuk membaca besarnya lendutan di titik A dan B.
3. Meletakkan beban P dengan variasi beban 10, 20, 30, 40, 50 N disertai
dengan pembacaan dial pada titik A dan B.
Percobaan 2. Mencari lendutan di titik A dan B pada balok dengan
perletakan jepit-jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah
bentang.
Cara kerja :
1. Mengatur perletakan untuk kondisi jepit-jepit.
2. Meletakkan dial gauge sejauh a (300 mm) dari perletakkan jepit C dan D
untuk membaca besarnya lendutan di titik A dan B.
3. Meletakkan beban P dengan variasi beban 10, 20, 30, 40, 50 N disertai
dengan pembacaan dial pada titik A dan B.
Percobaan 3. Mencari lendutan di titik A dan B pada balok dengan
perletakkan rol- jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah
bentang.
Cara kerja :
1. Mengatur perletakkan untuk memenuhi kondisi rol jepit.
2. Meletakkan dial gauge pada jarak L/4 dan 3L/4 dari perletakkan rol C
untuk membaca besarnya lendutan di titik A dan B.
3. Meletakkan beban P dengan variasi beban 10, 20, 30, 40, dan 50 N
disertai dengan pembacaan dial pada titik A dan B.
4. Mengukur dimensi pelat (b dan h) dan bentang balok (L) dari as ke as.
V. Pengamatan dan Pengolahan Data
Data Pengamatan
E literatur = 200000MPa
I =1
12b. h3 = 352,16 mm4
a. Percobaan 1
L = 90 cm
bbatang = 2,54 cm
hbatang = 0,55 cm
b. Percobaan 2
a = 30 cm
b = 15 cm
bbatang = 2,54 cm
hbatang = 0,55 cm
c. Percobaan 3
L = 90 cm
bbatang = 2,54 cm
hbatang = 0,55 cm
No P (N) π (mm)
Ξ΄A Ξ΄B
1 10 0,45 0,32
2 20 0,87 0,64
3 30 1,26 0,96
4 40 1,63 1,27
5 50 1,95 1,56
No P (N) π (mm)
Ξ΄A Ξ΄B
1 10 0,46 0,45
2 20 0,92 0,91
3 30 1,4 1,36
4 40 1,87 1,83
5 50 2,34 2,28
No P (N) π (mm)
Ξ΄A Ξ΄B
1 10 0,94 0,45
2 20 1,62 0,84
3 30 2,33 1,25
4 40 3,1 1,68
5 50 3,9 2,12
Pengolahan Data
a. Percobaan 1
Mc =P.a. b2
l2=
P. 450. 4502
9002= 112,5P N.m (βΊ)
Mc =P.b. a2
l2=
P. 450. 4502
9002= 112,5P N.m (β»)
Vc = Vd =P
2 N (β)
Akibat Gaya 1 Satuan di titik A
ππ = π₯(πΏβπ₯)2
πΏ2 .1 = 225(900β225)2
9002 . 1 = 126,5626 (βΊ)
ππ· = (πΏβπ₯)π₯2
πΏ2 .1 = (900β225)2252
9002 . 1 = 42,1875 (β»)
ππ = 0
ππ β 1 .225 β ππ· + ππ· . 900 = 0
β126,5625 + 225 + 42,1875 = 900ππ·
ππ· = 0,15625 (β)
ππ· = 0
βππ + ππΆ . 900 β 1 .675 + ππ· = 0
β126,5625 + 900ππΆ β 675 + 42,1875 = 0
ππΆ = 0,843757(β)
Metode Unit Load
Gaya dalam:
Interval CA : 0 β€ x β€ 225 (lihat kiri)
Mx = -112,5 P + 0,5 Px
mx = -Mc+Vc.x
= -126,5625+0,84375.x
Interval AE : 0 β€ x β€ 225 (lihat kiri)
Mx = -112,5 P + 0,5 P (x+225)
= 0,5 Px
mx = -126.5626+0,84375(x+225)-1.x
= -0,15625x + 63,28125
Interval DE : 0 β€ x β€ 450 (lihat kanan)
Mx = -112,5 P + 0,5 Px
mx = -42,1875+0,15625x
πΈπΌΞ΄A = β112,5P + 0,5Px 0,84375xβ 126,5625 dx225
0+
0,5Px β0,15625x + 63,28125 dx225
0+
β112,5P + 0,5Px β42,1875 + 0,15625x dx450
0
πΈπΌΞ΄A = 800903,32 + 504272,46 + 593261,72 = 1898437,5P β
Ξ΄B = Ξ΄A =1898437,5P
EI mm (β)
E =1898437,5
a. I
E =1898437,5
0,034 .352,16= 158554,06 MPa
%Kesalahan E =200000 β 158554,06
200000Γ 100% = 20,72%
P (N) Ξ΄A (mm) Ξ΄B (mm)
percobaan literatur %kesalahan percobaan literatur %kesalahan
10 0,45 0,34 32,35 0,32 0,34 5,89
20 0,87 0,68 27,93 0,64 0,68 5,89
30 1,26 1,02 23,52 0,96 1,02 5,89
40 1,63 1,36 19,85 1,27 1,36 6,62
50 1,95 1,70 14,70 1,56 1,70 8,24
y = 0,034x + 0,060RΒ² = 0,998
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
0 10 20 30 40 50 60
dis
pla
cem
en
t (m
m)
Gaya (N)
Gaya Vs Displacement
Ξ΄rata2
b. Percobaan 2
Mc =P.a. b2
l2=
P. 450. 4502
9002= 112,5P N.m (βΊ)
Mc =P.b. a2
l2=
P. 450. 4502
9002= 112,5P N.m (β»)
Vc = Vd =P
2 N (β)
Akibat Bebab 1 Satuan
ππ = π₯(πΏβπ₯)2
πΏ2 .1 = 300(900β300)2
9002 . 1 = 133,33 (βΊ)
ππ· = (πΏβπ₯)π₯2
πΏ2 .1 = (900β300)3002
9002 . 1 = 66,67 (β»)
ππ = 0
ππ β 1 .300 β ππ· + ππ· . 900 = 0
β133,33 + 300 + 66,67 = 900ππ·
ππ· = 0,2593 (β)
ππ· = 0
ππ + ππΆ . 900 β 1 .600 + ππ· = 0
β133,33 + 900ππΆ β 600 + 66,67 = 0
ππΆ = 0,7407(β)
Metode Unit Load
Gaya dalam:
Interval CA : 0 β€ x β€ 300 (lihat kiri)
Mx = -112,5 P + 0,5 Px
mx = -mc+Vc.x
= -133,33+0,7407.x
Interval AE : 0 β€ x β€ 150 (lihat kiri)
Mx = -112,5 P + 0,5 P(x+300)
= 0,5 Px+37,5P
mx = -133,33+0,7407.(x+300)-1.x
= -0,2593x+88,88
Interval DE : 0 β€ x β€ 450 (lihat kanan)
Mx = -112,5 P + 0,5 Px
mx = -66,67+0,2593x
πΈπΌΞ΄A = β112,5P + 0,5Px 0,7407x β 133,33 dx300
0+
0,5Px + 37,5P β0,2593x + 88,88 dx150
0+
β112,5P + 0,5Px β66,67 + 0,2593x dx450
0
πΈπΌΞ΄A = 1083318,75 + 744651,56 + 984529,69 = 2812500P β
Ξ΄B = Ξ΄A =2812500P
EI mm (β)
E =2812500
a. I
E =2812500
0,047 .352,16= 169924 MPa
%Kesalahan E =200000 β169924
200000Γ 100% = 15,038%
P (N) π A(mm) π B (mm)
percobaan literatur %kesalahan percobaan literatur %kesalahan
10 0,46 0,47 2,13 0,45 0,48 6,05
20 0,92 0,94 2,13 0,91 0,96 4,99
30 1,4 1,41 0,71 1,36 1,44 5,34
40 1,87 1,88 0,53 1,83 1,91 4,46
50 2,34 2,35 0,43 2,28 2,39 4,78
y = 0,047x - 0,015
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0 10 20 30 40 50 60
dis
pla
cem
en
t (m
m)
Gaya (N)
Gaya Vs Displacement
Ξ΄rata2
c. Percobaan 3
Mc = 1
8PL +
2EI
L 2ΞΈc + 0 = 112,5P +
4EI
900ΞΈc
0 = 112,5P +4EI
900ΞΈc
ΞΈc =β112,5P Γ 900
4EI=
β25312,5P
EI
Mc = 0 N.mm
Md = β 1
8PL +
2EI
L ΞΈc + 0 = β112,5P β
2EI
900
25312,5P
EI
Md = 168,75P N.mm (β»)
MD = 0
MD β P. 450 + Vc. 900 = 0
Vc =β168,75P + 450P
900= 0,3125P N(β)
Vd = P β 0,31225P = 0,6875P N (β)
Metode Integrasi
- Bentang CE (lihat kiri)
πΉ = β 0,3125P. x /πΈπΌππ₯ + C1. π₯ + C2
450
0
Pada titik C (rol) Ξ΄ = 0, maka C2 =0.
- Bentang DE (lihat kanan)
π =β1
EI 0,6875P.x β 168,75P dx + C3
450
0
πΉ = β 0,6875P.x β 168,75P /πΈπΌππ₯ + C3. π₯ + C4
πππ
π
Pada titik D (jepit) Ξ΄ = 0, maka C4 = 0 dan
ΞΈ = 0, maka C3 = 0
Pada titik C Ξ΄kiri=Ξ΄kanan, di maka
β 0,3125P. x /πΈπΌππ₯ + C1 .π₯225
0= β 0,6875P. x β 168,75P πΈπΌππ₯
225
0
β0,3125π
2.3. πΈπΌ4503 + C1. 450 =
β0,6875π
2.3. πΈπΌ4503 +
168,75π
2. πΈπΌ. 4502
C1 = (10546,875β 23203,125 + 37968,75)/πΈπΌ = 25312,5/πΈπΌ
Pada x = 225 mm dari C
πΈπΌπΏπ΄ = β 0,3125P. x /πΈπΌππ₯ + 25312,5.π₯225
0
EIΞ΄A = β0,3125π
2.32253 +
25312 ,5
1. 225 = β593261,72π + 5695312,5π
EIΞ΄A = 5102050,78π
Pada x =225 mm dari D
πΈπΌπΏπ΅ = β 0,6875P. x β 168,75P ππ₯225
0
EIΞ΄B =β0,6875π
2.32253 +
168 ,75π
2. 2252 = β1305175,781π + 4271484,375π
EIΞ΄B = 2966308,594π
E rata-rata dari percobaan 1 & 2
E rata-rata =158554 ,06 +169924
2= 164239,03πππ
P (N) π A (mm) π B (mm)
percobaan literatur %kesalahan percobaan literatur %kesalahan
10 0,94 0,88 6,56 0,45 0,51 7,13 20 1,62 1,76 8,18 0,84 1,03 10,53 30 2,33 2,65 11,95 1,25 1,54 10,90 40 3,1 3,53 12,14 1,68 2,05 10,53 50 3,9 4,41 11,58 2,12 2,56 10,07
VI. Analisa Praktikum
a. Analisa Percobaan
Pada percobaan lendutan pada balok statis tak tentu ini bertujuan untuk
menentukan besar lendutan di titik yang telah ditentukan dari sebuah balok
statis tak tentu yang dibebani oleh beban terpusat. Serta untuk
membandingkan hasil yang didapat pada percobaan dengan hasil teoritis.
Pada percobaan ini terdapat 3 kondisi yang pertama kondisi dimana
perletakan jepit-jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah
bentang. Kemudia percobaan kedua untuk menentukan lendutan di titik yang
ditentukan oleh asisten pada balok deng perletakan jepit-jepit yang dibebani
dengan beban terpusat pada tengah bentang. Percobaan terakhir pada modul
ini yaitu menentukan lendutan pada perletakan rol-jepit yang dibebani
dengan beban terpusat pada tengah bentang.
Pada percobaan pertama dimulai dengan memastikan alat yang
digunakan sudah dalam keadaan jepit-jepit. Selanjutnya meletakkan dial
yang ada sejauh L/4 dan 3L/4 dari perletakan jepit paling kiri. Langkah
berikutnya yaitu dengan mengeset dial yang ada ke nol untuk mempermudah
pembacaan. Kemudian beban diletakkan ditengah bentang dengan besaran
10 N ditengah bentang disertai dengan pembacaan pada kedua dial yang ada.
Setelah mencatat pembacaan dial percobaan diteruskan dengan
menambahkan beban dengan variasi 20, 30, 40, dan 50 N.
Setelah percobaan pertama selesai dilakukan, selanjutnya percobaan
ketiga dilakukan terlebih dahulu agar tidak merubah posisi dial yang telah
ditetapkan. Pada percobaan ini perletakkan yang ada diatur menjadi rol-jepit
dimana perletakkan rol berada pada sisi kiri bentang. Kemudian langkah
seperti percobaan satu dilakukan hingga variasi beban yang ada memiliki
variasi 10, 20, 30, 40, dan 50 N.
Selanjutnya percobaan dilanjutkan dengan mengubah posisi dial menjadi
sejauh 30 cm dari kedua perletakan dan perletakan yang ada diubah menjadi
kondisi jepit-jepit. Percobaan ini juga dilakukan seperti diatas dengan variasi
beban 10, 20, 30, 40, dan 50 N. Setelah setiap data yang ada telah didapatkan
maka Langkah berikutnya yaitu dengan mencari dimensi penampang
bentang dengan menggunakan jangka sorong.
b. Analisa Hasil
Setelah data praktikum telah didapatkan maka pengolahan data dimulai
dari mencari reaksi perletakan pada struktur statis tak tentu yang ada dalam
variabel P (gaya). Setelah reaksi perletakan telah didapatkan maka
perhitungan selanjutnya dimulai dengan mencari displacement di titik A dan
B. Dalam mencari displacement dapat digunakan beberapa metode antara
lain unit load, conjungated beam, moment area, dan metode integrasi.
Dalam laporan ini digunakan dua metode yang antara lain unit load
(percobaan 1 dan 2) serta integrasi (percobaan 3). Dalam metode momen
area perlu dicari gaya dalam akibat beban yang ada (M) dan juga gaya
dalam akibat beban 1 satuan di titik yang ingin dicari lendutannya (m).
Kemudian digunakan rumus :
βc = (M.m. dx)
EI L
0
Setelah lendutan yang diinginkan didapatkan, langkah selanjutnya
dengan membandingkan hasil lendutan percobaan dengan lendutan literatur
dengan menggunakan E = 200000 MPa dan I = 1
12π. β3 dan dicari nilai
kesalahan relatif yang ada. Kemudian dicari juga nilai E percobaan dengan
menggunakan rumus Ξ΄ =a.P dimana Ξ΄ merupakan lendutan dan P
merupakan gaya yang diberikan. Nilai a yang ada didapat dengan
menggunakan least square dari data percobaan yang ada. Kemudian nilai E
dari percobaan didapat dengan rumus :
πΈ =π
π. πΌ
Dimana k merupakan nilai yangg didapat dari perhitungan sebelumnya.
Selanjutnya perhitungan lendutan juga dapat dicari dengan metode integrasi
yaitu dengan menggunakan rumus :
ππ¦ππ₯ =
β1
πΈπΌ ππ₯ ππ₯ + πΆ1 = π
π = β ππ₯πΈπΌ ππ₯ + πΆ1π₯ + πΆ2
Dengan metode ini perlu dicari nilai C yang ada di dalam struktur ini
terdiri dari 4 nilai C dan semua nilai C yang ada harus dicari dengan
menganggap lendutan di rol = 0 serta putaran sudut dan lendutan di jepit =0.
Setelah mendapatkan nilai lendutan di titik A dan B maka langkah
selanjutnya sama seperti langkah diatas yaitu dengan mencari % kesalahan
displacement dan % kesalahan modulus elastisitas.
c. Analisa Kesalahan
Kesalaha yang mungkin terjadi pada praktikum ini antara lain :
- Kesalahan Sistematik
Kesalahan ini disebabkan karena alat yang digunakan untuk praktikum
seperti beban yang diberikan memberikan beban yang berbeda dari
yang tercantum sehingga mempengaruhi hasil praktikum yang
didapatkan.
- Kesalahan Praktikan
Kesalahan ini terjadi pada saat praktikan meletakkan beban ke tengah
bentang dan mungkin saja tangan praktikan pada saat penaruhan beban
mempengaruhi pembacaan dial serta dapat juga terjadi kesalahan
pembacaan dial oleh praktikan. Kesalahan ini juga dapat terjadi pada
saat penentuan lokasi dial pada bentang dimana praktikan salah
memposisikan dial pada bentang atau dial yang ada tidak tepat tegak
lurus.
- Kesalahan Paralaks
Kesalahan ini terjadi karena praktikan salah membaca dial ataupun
jangka sorong karena posisi mata praktikan tidak tepat tegak lurus
dengan skala yang ada.
VII. Kesimpulan
1. Lendutan pada titik A dan B pada percobaan 1 anatara lain :
P (N) Ξ΄A (mm) Ξ΄B (mm)
percobaan literatur %kesalahan percobaan literatur %kesalahan
10 0,45 0,34 32,35 0,32 0,34 5,89 20 0,87 0,68 27,93 0,64 0,68 5,89 30 1,26 1,02 23,52 0,96 1,02 5,89
40 1,63 1,36 19,85 1,27 1,36 6,62 50 1,95 1,70 14,70 1,56 1,70 8,24
2. Lendutan pada titik A dan B pada percobaan 2 anatara lain :
P (N) π A (mm) π B (mm)
percobaan literatur %kesalahan percobaan literatur %kesalahan 10 0,46 0,47 2,13 0,45 0,48 6,05
20 0,92 0,94 2,13 0,91 0,96 4,99 30 1,4 1,41 0,71 1,36 1,44 5,34 40 1,87 1,88 0,53 1,83 1,91 4,46
50 2,34 2,35 0,43 2,28 2,39 4,78
3. Lendutan pada titik A dan B pada percobaan 3 anatara lain :
P (N) π A (mm) π B (mm)
percobaan literatur %kesalahan percobaan literatur %kesalahan
10 0,94 0,88 6,56 0,45 0,51 7,13
20 1,62 1,76 8,18 0,84 1,03 10,53
30 2,33 2,65 11,95 1,25 1,54 10,90
40 3,1 3,53 12,14 1,68 2,05 10,53
50 3,9 4,41 11,58 2,12 2,56 10,07
4. Nilai E pada percobaan ini antara lain :
Percobaan E (MPa)
literatur percobaan % kesalahan
1 200000 158554,06 20,72 2 200000 169924,00 15,04
5. Nilai displacement yang didapatkan akan berbanding lurus dengan gaya
yang diberikan.
VIII. Referensi
Laboratorium Struktur dan Material. 2009.Pedoman Praktikum Analisa
Struktur. Depok : Departemen Teknik Sipil FTUI
IX. Lampiran
Gambar Peralatan Praktikum