Modul 7
Transcript of Modul 7
MODUL 7
DINAMIKA KELOMPOK
KEGIATAN BELAJAR 1
Kelompok yang ada dalam masyarakat misalnya, menjadi bagian dari kelompok teman
sekolah, anggota pramuka ataupun organisasi tertentu. Agar menciptakan kelompok yang
efektif, maka pengetahuan tentang proses-proses yang terjadi dalam kelompok serta
pengetahuan tentang bagaimana seseorang berperilaku dalam kelompok.
A. APAKAH DINAMIKA KELOMPOK ITU
Menurut Catwright dan Zander (1968), dinamika kelompok adalah bagian dari
ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat kelompok, perkembangan, interaksi yang terjadi
antara individu yang ada dalam suatu kelompok atau interaksi dengan kelompok lainnya.
Poerwandari mendifinisikan dinamika kelompok sebagai konsep yang
menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
Maas (2004) mendifinisikan dinamika kelompok sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan sosial yang lebih menekankan perhatiannya pada interaksi manusia dalam
kelompok.
Dari difinisi di atas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok mempelajari
semua hal atau proses yang terjadi dalam kelompok termasuk sifat kelompok, ciri-cirinya,
pembentukan dan perkembangan kelompok, keefektifan kelompok, saling pengaruh antar
anggota dalam kehidupan kelompok, dan hal-hal yang berkaitan dengan kelompok.
Istilah kelompok dipelopori oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an yang melakukan
penelitian dan mengembangkan dinamika kelompok dan ada dua teori yang menerangkan
tingkah laku kelompok.
Teori pertama dikemukakan oleh tokoh-tokoh psikologi dari aliran klasik yang
bependapat bahwa unit terkecil yang dipelajari dalam psikologi adalah individu yang tak
lain adalah sekumpulan individu, dan tingkah laku kelompok adalah gabungan dari tingkah
laku individu-individu secara bersama-sama.
Teori kedua adalah teori yang bertolak belakang dan teori ini diajukan oleh
seorang sarjana psikologi Prancis benama Gustave Le Bon, yang dalam teorinya
mengatakan bahwa bila dua orang atau lebih berkumpul di suatu tempat tertentu mereka
akan menampilkan ciri-ciri tingkah laku yang sama sekali berbeda dari ciri-ciri tingkah laku
individu masing-masing.
B. MENGAPA PERLU MEMPELAJARI DINAMIKA KELOMPOK
Menurut Catwright dan Zander (1968) ada 4 asumsi dinamika kelompok yaitu:
1. Keberadaan kelompok merupakan sesuatu yang tidak terelakkan
2. Kelompok mempunyai pengaruh yang sangat besar pada individu
3. Kelompok dapat menghasilkan konsekuensi positif maupun negatif
4. Pemahaman yang benar tentang dinamika kelompok dapat memperbesar
kemungkinan dihasilkannya konsekuensi positif dari sebuah kelompok.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENGERTIAN KELOMPOK
Dalam menjabarkan kelompok mempunyai sudut pandang yang berbeda.
Brodbeck (dalam Cartwright and Zander, 1968) mendifinisikan kelompok sebagai berikut:
“A group is an aggregate of individuals standing in certain descriptive (i.e., observable)
reletions to each other. The kinds of relations exemplified will of course, depend upon, or
determine, the kind of group, whether it be a family, an audience, a committee, a labour union
or a crowd”.
yang menyimpulkan bahwa elemen dari kelompok adalah individu.
Cretch dan Crutchfield (1962) yang mendifinisikan:
“A social group may be define as an integrated system of interrelated psychological group
formed to accomplish a stated objective”.
yang menyimpulkan selain adanya interakksi anggota kelompok, mereka menekankan adanya
tujuan yang ingin dicapai.
Mills (dalam Wagito, 2007) yang mengemukakan hal senada dengan Cretch dan Crutchfield.
“Just what are these small goups we are referring to? To put simply, there are units composed
of two or more persons who come into contact for a purpose and who consider the contact
meaningful”.
Sherif (dalam santosa, 2004) mendifinisikan kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang
terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif
dan teratur sehingga di antara individu terdapat pembagian tugas.
A. CIRI-CIRI UTAMA KELOMPOK
Sherif (dalam Gerungan, 1988) mengemukakan 3 ciri utama kelompok:
1. Terdapat dorongan (motif) yang sama pada individu-individu yang menyebabkan
terjadinya interaksi di antara mereka yang mengarah pada tujuan yang sama.
2. Terdapatnya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan yang
lain akibat terjadinya interaksi sosial.
3. Terdapatnya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas dan terdiri
atas peranan-peranan dan kedudukan hierarki yang lambat laun berkembang dengan
sendirinya di dalam usaha pencapaian tujuan kelompok.
B. MENGAPA SESEORANG MASUK DALAM SUATU KELOMPOK?
Ada beberapa alasan seseorang bergabung dalam suatu kelompok.
1. Untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai jika ia bekerja sendiri. Misalnya,
kelompok pecinta alam, kelompok sadar aids, kelompok anti korupsi, dan seterusnya.
2. Untuk memuaskan kebutuhan manusia dan mendapatkan “reward” sosial, seperti
persetujuan, rasa saling memiliki (belongingness), gensi (prestise), penghargaan, cinta
dan persahabatan.
Johnson dan Johnson (dalam Walgito, 2007) mengungkapkan ada beberapa tahapan
orang masuk dalam kelompok, yaitu:
1. Calon anggota (Prospective Member)
2. Anggota Baru (New Member)
3. Anggota Penuh (Full Member)
4. Anggota Marjinal (Marginal Member)
5. Bekas Anggota (Ex-Member)
C. PERKEMBANGAN KELOMPOK
Kelompok berkembang secara umum ada 4 tahap perkembangan yaitu:
1. Forming
Tahap ini merupakan awal mulainya individu membentuk kelompok.
2. Storming
Tahap ini mulai timbul konflik di antara para anggota, konflik timbul karena anggota
menentang pengaruh kelompok dan kurang sesuai dalam menyelesaikan tugas.
3. Norming
Kelompok mulai melihat manfaat bekerja sama dan konflik mulai mereda dan timbul
semangat baru untuk bekerja sama.
4. Performing
Pada tahap ini kelompok mempunyai suatu sistem yang memungkinkan setiap
anggota bertukar pikiran dan mendapatkan dukungan dari anggota lainnya.
D. JENIS-JENIS KELOMPOK
Perbedaan antara kelompok informal itu tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh
peraturan-peraturan anggaran dasar dan rumah tangga tertulis seperti pada kelompok
formal. Kelompok informal mempunyai pembagian tugas, peranan dan hierarki tertentu,
serta norma pedoman tingkah laku, tetapi tidak secara tegas tertulis.
E. PRESTASI INDIVIDU DI DALAM KELOMPOK
Floyd Allport (dalam Brigham, 1991) menemukan hasil kerja individu dapat dilihat lebih
baik bila ia bekerja di dalam kelompok, dan hal ini disebabkan 2 hal:
1. Rivaly. Motivasi meningkat karena adanya perasaan untuk berkompetisi dengan
anggota lain.
2. Social facilitation. Seseorang terstimulasi untuk berusaha lebih baik hanya karena ia
melihat orang lain mengerjakan hal yang sama.
F. HASIL KERJA KELOMPOK VERSUS INDIVIDU
Penemuan Hulls dan Shad mengungkapkan bahwa hasil kerja kelompok lebih baik dari
hasil kerja individual. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Interaksi sejenis yang terjadi di dalam kelompok dapat menghasilkan ide-ide baru dan
cara pemecahan baru.
2. Pengetahuan yang dimiliki kelompok jelas lebih luas dari pengetahuan individu.
Namun kelompok tidak selalu menghasilkan pemecahan yang lebih baik karena,
1. Di dalam kelompok seseorang harus menunggu giliran sebelum dapat
mengungkapkan ide-ide atau pemikirannya.
2. Sering kali informasi atau yang diberikan oleh anggota diabaikan bila dianggap tidak
sesuai dan tidak mendukung.
3. Hasil kelompok di bawah individu jika kebetulan mayoritas anggota kelompok
mempunyai kemampuan rendah.
G. EFEKTIVITAS KELOMPOK
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas:
1. Besarnya Kelompok
Besarnya kelompok dapat mempengaruhi tipe interaksi yang ada serta pengambilan
keputusan yang dilakukan kelompok.
2. Derajat Kohesivitas (Cohesiveness)
Derajat kohesivitas adalah sejauh mana orang lain ingin bersama-sama dengan
anggota kelompoknya.
3. Kepemimpinan yang Efektif
Kepemimpinan memberikan gambaran pengaruh yang besar pada suasana (atmosfer)
di dalam kelompok. Secara umum ada tiga tipe kepemimpinan yaitu:
1. Pemimpin yang bergaya otoriter (autocratic leadership), menggunakan lebih
banyak kekuasaan dari pada gaya demokratif dan permisif.
2. Pemimpin bergaya demokratis (democratic leadership)
3. Pemimpin bergaya permisif (laissez faire leadership), yaitu pemimpin yang
sedapat mungkin berusaha menjauh dan tidak peduli terhadap kegiatan.
4. Jaringan Komunikasi
Leavit meneliti 2 jenis jaringan komunikasi yaitu Whell d an Circle, jaringan komunikasi
Whell sifatnya terpusat melalui seseorang, sedang jaringan komunikasi Circle
seseorang dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di sebelah kanan dan kirinya.
5. Perumusan Tujuan
6. Rasa Aman
7. Kesadaran Berkelompok
8. Evaluasi yang Berkesinambungan
KEGIATAN BELAJAR 3
MEMBANGUN TIM (TEAM BUILDING)
Tujuan membentuk tim adalah untuk meraih kesuksesan, manajer yang berhasil adalah
mereka yang mampu mengumpulkan sejumlah orang ke dalam sebuah kelompok dan
membentuk sebuah tim.
Wilson (1996) mengemukakan beberapa karakteristik yang harus dimiliki kepala
perpustakaan agar mampu membangun tim kerja yang efektif yaitu:
1. Memiliki harga diri yang tinggi
2. Sikap yang positif (optimis)
3. Percaya diri
4. Komunikasi terbuka
5. Pemain tim yang baik (good team player)
6. Kemampuan untuk mendelegasikan tugas dan wewenang
A. CIRI-CIRI ADANYA “TEAM BUILDING” YANG LEBIH BAIK DALAM SEBUAH KELOMPOK
Francis dan Young (dalam Bateman, 1990) mengemukakan 12 ciri yang menunjukkan
team building yang baik dalam sebuah kelompok, yaitu:
1. Adanya saling ketergantungan antar anggota kelompok.
2. Pimpinan memiliki kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain serta
memiliki komitmen yang tinggi.
3. Anggota kelompok bersedia untuk sumbangan tenaga dan pikirannya untuk meraih
tujuan.
4. Adanya iklim komunikasi yang terbuka dan menyenangkan.
5. Adanya rasa saling percaya antar anggota kelompok.
6. Baik individu maupun kelompok bersedia mengambil resiko.
7. Adanya tujuan dan target yang jelas.
8. Setiap anggota kelompok memahami peran mereka masing-masing.
9. Anggota kelompok tidak saling menyerang bila mereka terlihat ada kesalahan atau
kelemahan yang dimiliki tim atau anggotannya.
10. Usaha tim diarahkan pada pencapaian hasil kinerja tim selalu dievaluasi.
11. Tim mempunyai kemampuan untuk mengemukakan ide-ide yang bagus.
12. Setiap orang di dalam tim mengetahui bahwa ia dapat mempengaruhi agenda tim.
B. BAGAIMANA MENINGKATKAN SEMANGAT KERJA TIM DI PERPUSTAKAAN
Ada 5 hal yang harus diciptakan untuk meningkatkan semangat kerja tim di
perpustakaan, yaitu:
1. Adanya tujuan, peran dan tanggung jawab yang jelas.
2. Adanya komunikasi yang terbuka dan jujur di antara staf perpustakaan.
3. Kepala perpustakaan memiliki pengetahuan yang memadai serta selalu memberi
dukungan pada stafnya.
4. Staf perpustakaan memiliki wewenang untuk membuat keputusan untuk hal-hal yang
berkaitan dengan tugasnya sehari-hari.
5. Penghargaan atas keberhasilan yang dicapai oleh staf perpustakaan.