MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA PT GLEN … · makalah tugas akhir. modifikasi struktur gedung...
Transcript of MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA PT GLEN … · makalah tugas akhir. modifikasi struktur gedung...
MAKALAH TUGAS AKHIR
MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA PT GLEN
MARINE BALI METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN
SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM) PADA ZONA GEMPA
MENENGAH
FACHRI SIDIQ 3106 100 128 DOSEN PEMBIMBING Ir. Kurdian Suprapto, MS. Ir. Ananta Sigit Sidharta, MSc., PhD. Trihanindyo Rendy Satrya, ST., MT.
JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010
MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA PT GLEN MARINE
BALI METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM GANDA
(DUAL SYSTEM) PADA ZONA GEMPA MENENGAH
Nama Mahasiswa : Fachri Sidiq
NRP : 3106 100 128
Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Kurdian Suprapto, MS.
Ir.Ananta Sigit S, MSc., PhD.
Trihanindyo Rendy S, ST., MT.
ABSTRAK Peningkatan kebutuhan masyarakat terutama dibidang perumahan dan pemukiman di
Indonesia mendorong berkembangnya metode konstruksi di bidang teknik sipil. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut, tuntutan akan pekerjaan konstruksi yang efektif dan efisien makin besar. Sistem Pracetak, sebagai salah satu metode konstruksi, merupakan alternatif tepat karena memiliki keunggulan dalam hal kecepatan, kontrol kualitas, dan kemudahan dalam pelaksanaan. Dalam tugas akhir ini, Gedung Rusunawa Glen Marine akan direncanakan menggunakan metode pracetak pada elemen balok, kolom, pelat dan tangga. Sedangkan elemen poer menggunakan metode cor di tempat.
Modifikasi yang dilakukan pada gedung ini antara lain menambah jumlah lantai dalam struktur menjadi 10 lantai, memanfaatkan lahan yang terbuang dan menambahkan elemen dinding geser dalam memikul gaya lateral untuk mengatasi sambungan pracetak yang tidak terlalu kaku. Selain itu, lantai di desain diafragma agar mampu menyalurkan beban lateral ke dinding geser. Adapun sistem sambungan yang akan digunakan pada gedung ini adalah sambungan TBR-J milik PT TATA Bumi Perkasa dengan sedikit modifikasi oleh penulis dengan pertimbangan zona gempa gedung berada pada zona gempa menengah.
Akhirnya secara keseluruhan, struktur gedung ini memenuhi persyaratan keamanan struktur berdasarkan peraturan yang berlaku dan memperoleh hasil yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi dari bangunan tersebut.
Kata Kunci : Pracetak (precast), Sistem Ganda (Dual System), Dinding Geser (Shearwall).
3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibu kota propinsi di Indonesia merupakan tempat bermukim warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat belajar, pusat pemerintahan, tempat berkunjung dan menginap tamu negara, tempat rekreasi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Realitas ibu kota propinsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, jasa, pendidikan, niaga, industrialisasi dan berbagai kegiatan pembangunanmemiliki tingkat mobilitas dan rutinitas penduduk/masyarakat yang tinggi. Aktivitas masyarakat ini tentunya berhubungan dengan berbagai fasilitas pribadi maupun publik seperti perumahan, transportasi, komunikasi, sarana dan prasarana ekonomi serta kebutuhan akan ruang terbuka hijau. Pemenuhan fasilitas ini membutuhkan ruang masing-masing sesuai peruntukannya. Untuk peningkatan fasilitas perumahan dan pemukiman, pemerintah Kota telah membuat kebijakan-kebijakan sesuai dengan visi dan misi kota tersebut. Salah satu diantaranya adalah pembangunan rumah susun untuk mengurangi penggunaan lahan yang berlebihan. Hal ini dikarenakan gedung tersebut memanfaatkan area vertikal keatas tanpa memerlukan lahan yang luas.
Pada tugas akhir ini, penulis mengambil desain Gedung Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Mariso Makassar. Gedung ini terdiri dari 5 lantai yang dibangun di daerah gempa rendah. Sebagai bahan studi yang akan dilakukan, penulis bermaksud untuk merencanakan gedung tersebut menjadi gedung apartemenoleh PT Glen Marine di kota Bali. Gedung tersebut akan didesain menjadi 10 lantai dengan struktur atap yang sebelumnya menggunakan rangka baja nantinyamemiliki atap beton dan gedung tersebut dapat memikul beban gempa di daerah zona gempa IV.. Sebagaimana kita ketahui gedung tersebut menggunakan metode precast. Oleh karena itu, gedung ini akan dimodifikasi menggunakan sistem ganda (dual system) yang nantinya diharapkan akan mengurangi kekurangan dari gedung sebelumnya. Selain itu juga akan direncanakan penggunaan pondasi yang sesuai dengan besarnya beban yang akan dipikul dan kondisi tanah di lapangan.
Metode yang digunakan adalah metode pracetak (precast). Sebenarnya gedung ini telah menggunakan sistem pracetak, namun penulis tetap mengambil sistem pracetak. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan gedung pracetak pada zona gempa yang lebih tinggi.Penggunaan sistem pracetak saat ini masih digunakan pada daerah dengan zona gempa relatif rendah (zona gempa I dan zona II) serta pada gedung yang bertipe typical. Zona gempa relatif rendah (I dan II) memiliki frekuensi gempa yang tidak terlalu sering dengan intensitas yang tidak terlalu besar. Maka dari itu penulis bermaksud mendesain gedung tersebut tetap menggunakan metode pracetak, namun diharapkan nantinya dapat
diaplikasikan dengan mampu menahan beban gempa di zona yang diinginkan penulis.
Tujuan akhir dari tugas akhir ini adalah menghasilkan perencanaan struktur gedung precast tahan gempa di zona IV serta memiliki kekauan yang lebih kuat dibanding desain gedung sebelumnya. Hasil modifikasi ini diharapkan menghasilkan desain yang memenuhi persyaratan keamanan struktur berdasarkan peraturan yang berlaku dan memperoleh hasil yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi dari bangunan tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan yang dikemukakan dalam tugas akhir ini antara lain : 1. Bagaimana perubahan terhadap denah dan rincian
penataan ruang setelah modifikasi? 2. Bagaimana asumsi pembebanan setelah ada
modifikasi? 3. Bagaimana menentukan dimensi struktur
(Preliminary Design) meliputi : bangunan atas: struktur primer : kolom, balok, dan pelat; struktur sekunder : tangga bangunan bawah : pondasi?
4. Bagaimana merencanakan pondasi yang sesuai dengan besar beban yang dipikul dan kondisi tanah di lapangan?
5. Bagaimana penulangan setiap jenis balok, kolom, dan pelat yg akan direncanakan?
6. Bagaimana penggunaan dan penempatan dinding geser untuk menahan beban gempa?
7. Bagaimana HBK/joint yang digunakan? 8. Bagaimana hasil akhir perancangan modifikasi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan utama yang ingin dicapai dalam penyusunan tugas akhir ini antara lain: 1. Membuat perubahan terhadap denah dan rincian
penataan ruang setelah modifikasi. 2. Mengetahui asumsi pembebanan setelah ada
modifikasi. 3. Mengetahui dimensi struktur (Preliminary Design)
meliputi : bangunan atas: struktur primer : kolom, balok, dan pelat; struktur sekunder : tangga bangunan bawah : pondasi.
4. Merencanakan pondasi yang sesuai dengan besar beban yang dipikul dan kondisi tanah di lapangan.
5. Mengetahui penulangan setiap jenis balok, kolom, dan plat yang akan direncanakan.
6. Mengetahui penggunaan dan penempatan dinding geser untuk menahan beban gempa.
7. Mengetahui HBK/joint yang digunakan. 8. Mengetahui hasil akhir perancangan modifikasi.
1.4 Batasan Masalah
Adapun pembatasan yang dilakukan yaitu perencanaan struktur Gedung ditinjau dari segi teknis saja, yaitu :
4
1. Proyek yang digunakan adalah: a. Nama Gedung : Rumah Susun
Sederhana Sewa (Rusunawa) Mariso Makassar b. Fungsi : Hunian Tinggal c. Jumlah Lantai : 5 lantai + atap baja d. Struktur Utama : Struktur beton
bertulang precast e. Sistem Rangka : Sistem Rangka
Pemikul Momen Biasa (SRPMB) f. Zona Gempa : Dua (II)
2. Gedung didesain menjadi gedung apartemen dengan menggunakan sistem ganda.
3. Gaya lateral yang direncanakan dalam tugas ini adalah gaya gempa pada zone IV.
4. Dalam perencanaan struktur, teknik pracetak digunakan pada balok, kolom dan pelat. Sedangkan untuk dinding geser digunakan teknik cor di tempat.
5. Meninjau metode pelaksanaan yang hanya berkaitan dengan perencanaan struktur.
6. Analisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABs v9.06.
7. Perancangan ini tidak termasuk memperhitungkan sistem kegunaan bangunan, perencanaan pembuangan, saluran air bersih, instalasi / jaringan listrik, finishing , biaya dsb.
8. Tidak meninjau segi arsitektur
METODOLOGI
3.1 Diagram Alir START
PENGUMPULAN DATA
DAN PENCARIAN
LITERATUR
PENENTUAN KRITERIA DESIGN
PRELIMINARY DESIGN
ANALISA STRUKTUR SEKUNDER
ANALISA PEMBEBANAN
ANALISA DENGAN SAP 2000 VERSI 11
ANALISA STRUKTUR UTAMA
GAMBAR RENCANA
AUTOCAD 2008
FINISH
Not OK
OK
Data-data perencanaan untuk modifikasi: a. Mutu bahan : f’c = 40 MPa fy = 400 MPa b. Peninjauan : 3 dimensi c. Tipe Bangunan : Apartemen d. Letak bangunan : Dekat dari pantai
e. Zone gempa : 4 f. Tinggi bangunan : 35 m g. Jumlah lantai : 10 lantai h. Struktur bangunan : Beton bertulang pracetak i. Atap : Beton bertulang pracetak j. Struktur pondasi : Pondasi tiang pancang
Dalam tugas akhir ini, modifikasi struktur Rusunawa Mariso Makassar ini akan didesain di daerah Bali karena adanya penyesuaian terhadap zona gempa lokasi. Adapun yang digunakan adalah pracetak yang direncanakan didirikan didaerah gempa menengah dengan menggunakan Sistem Ganda (Dual System).Menurut ketentuan SNI 2847 perencanaan struktur dinding geser di daerah gempa menengah perencanaannya cukup pasal 3 sampai dengan pasal 20 tidak perlu pendetailan khusus.
PREMILINARY DESIGN
4.1 Perencanaan Dimensi Balok
Dimensi balok yang disyaratkan pada SNI 03-2847-2002 pasal 11.5 tabel 8 sebagai berikut
𝑚𝑖𝑛 =1
16× 𝐿𝑏
(SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2.1)
𝑏 =2
3
Balok dengan Lb = 540 cm, dengan persyaratan fy = 400 Mpa. dipakai balok induk ukuran 40/55A
Balok dengan Lb = 450 cm, dengan persyaratan fy = 400 Mpa. hmin = 28.125 cm dipakai h = 55 cm 𝑏 =
2
3× 45 = 30 𝑐𝑚atau 40 cm
dipakai balok induk ukuran 40/55B Balok dengan Lb = 420 cm, dengan persyaratan fy
= 400 Mpa. hmin = 26,25 cm ≈ dipakai h = 55 cm 𝑏 =
2
3× 45 = 30 𝑐𝑚atau 40 cm
dipakai balok induk ukuran 40/55C Balok dengan Lb = 300 cm, dengan persyaratan fy
= 400 Mpa. hmin = 18,75 cm ≈ dipakai h = 55 cm 𝑏 =
2
3× 35 = 23,33 𝑐𝑚 maka dipakai balok induk
ukuran 40/55D Pada preliminary balok, dipakai satu jenis dimensi
yaitu 40/55.Hal ini untuk mempermudah pelaksanaan.
4.2 Perencanaan Tebal Pelat
Untuk memenuhi syarat lendutan, tebal pelat minimum satu arah harus sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5 tabel 8 seperti yang dipakai pada perhitungan balok.Sedangkan untuk pelat dua arah harus sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.3.
Penentuan tebal pelat minimum untuk satu arah dan dua arah menggunakan persyaratan pada SNI 03-
5
be
t
h
bw
h
be
t
bw
2847-2002.Untuk memenuhi syarat lendutan, tebal pelat minimum satu arah harus sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5 tabel 8 seperti yang dipakai pada perhitungan balok.Sedangkan untuk pelat dua arah harus sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.3.
Adapun syarat lendutan, ketebalan minimum dari pelat dua arah sebahai berikut: 1. Untuk 2,0m pelat dengan penebalan tidak
boleh kurang dari 120 mm sedangkan pelat tanpa penebalan tidak boleh kurang dari 100 mm;
2. Untuk 22,0 m ketebalan minimum pelat harus memenuhi
= 𝜆𝑛 . 0,8+
𝑓𝑦
1500
36+5.𝛽 . 𝛼𝑚−0,2
dan tidak boleh kurang dari 120 mm; 3. Untuk 2m ketebalan minimum pelat harus
memenuhi
= 𝜆𝑛 . 0,8+
𝑓𝑦
1500
36+ 9.𝛽
dan tidak boleh kurang dari 90 mm. Untuk kondisi pelat, dibagi menjadi dua bagian
sebagai berikut : 1. Pelat Interior
be1 ≤ 0,25 x L be2 ≤ bw + 16t be3 ≤ bw + (2 x 0,5Ln) maka dipilih be yang terkecil 2. Pelat Eksterior
be1 ≤ bw + 𝐿𝑛12
be2 ≤ bw + 6t be3 ≤ bw + (0,5xLn)
∝ = 𝐸𝑐𝑏 × 𝐼𝑏𝐸𝑐𝑠 × 𝐼𝑠
𝐼𝑏 =1
12× 𝑏𝑤 × 3 × 𝑘
𝐼𝑠 =1
12× 𝑏𝑠 × 𝑡3
𝑘 =1 +
𝑏𝑒
𝑏𝑤− 1
𝑡
4 − 6
𝑡
+ 4
𝑡
2
+ 𝑏𝑒
𝑏𝑤− 1
𝑡
3
1 + 𝑏𝑒
𝑏𝑤− 1
𝑡
Tebal pelat yang direncanakan 13 cm telah memenuhi syarat. Perincian elemen pelat yang merupakan pelat pracetak adalah: 1. Untuk lantai 1-9
Tebal pracetak = 8 cm Tebal overtopping = 5 cm
2. Untuk lantai atap Tebal pracetak = 8 cm Tebal overtopping = 5 cm
4.3 Perencanaan Dimensi Kolom
Menurut SNI 03-2847-2002 untuk komponen struktur dengan tulangan spiral maupun sengkang ikat, maka ф = 0,7, tetapi ф tersebut hanya memperhitungkan akibat gaya aksial saja. Maka agar kolom juga mampu menahan gaya momen diambil ф = 0,35 ~ 0,3
Mutu beton yang digunakan : 40 Mpa = 400 kg/cm² (1 Mpa = 10 kg/cm²)
Dimensi :
𝐴𝑔 =𝑈
𝛷 × 𝑓𝑐`=
386678,69
0.3 × 400
𝐴𝑔 = 3222,3 Sehingga :
𝑏2 = 3222,3 𝑐𝑚2 𝑏 = 56,8 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 75 𝑐𝑚
Dimensi kolom yang digunakan 75/75 cm
ANALISA STRUKTUR SEKUNDER
5.1 Pembebanan Pelat
Sebelum komposit 1. Beban Mati ( DL ) Berat sendiri = 0,08 x 2400 = 192 kg/m2 Berat topping = 0,07 x 2400 = 168 kg/m2 2. Beban Hidup (LL) Beban Hidup = 100 kg/m2
Setelah Komposit Lantai 1. Beban Mati ( DL ) Berat sendiri = 0,13 m x 2400 kg/m3 =312 kg/m2 Plafond dan penggantung = 11 + 7 kg/m2 = 18 kg/m2 Ubin ( t = 2 cm ) = 2 x 11 kg/m3 = 22 kg/m2 Spesi ( t = 2 cm ) = 2 x 21 kg/m3 = 42 kg/m2
Ducting AC + pipa = 30 kg/m2 =30kg/m2+ DL = 424kg/m2 2. Beban Hidup ( LL ) Beban hidup apartemen = 479kg/m2 Setelah Komposit Atap 1. Beban Mati ( DL ) Berat sendiri = 0,13 m x 2400 kg/m3 =312 kg/m2 Plafond dan penggantung = 11 + 7 kg/m2 = 18 kg/m2 Aspal ( t = 1 cm ) = 1 x 14 kg/m3 = 14 kg/m2 Spesi ( t = 2 cm ) = 2 m x 2100 kg/m3 = 42 kg/m2
6
Ducting AC + pipa = 30 kg/m2 =30kg/m2+ DL = 416kg/m2 2. Beban Hidup ( LL ) Beban hidup atap =287 kg/m2
Kombinasi Pembebanan Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.2 didapatkan Qu = 1,4DL + 1,6LL. Beban Kombinasi Pelat Lantai Sebelum Komposit 1. Ada beban kerja Qu = 1,2 (192) + 1,6 (100) = 390,4 kg/m2 2. Ada overtopping Qu = 1,2 (192+168) + 1,6 (0) = 432 kg/m2 Setelah Komposit 1. Qu = 1,2 (424) + 1,6 (479) = 1275,2 kg/m2 Beban Kombinasi Pelat Atap Sebelum Komposit 1. Ada beban kerja Qu = 1,2 (192) + 1,6 (100) = 390,4 kg/m2 2. Ada overtopping Qu = 1,2 (192+168) + 1,6 (0) = 432 kg/m2 Setelah Komposit 1. Qu = 1,2 (416) + 1,6 (287) = 958,4 kg/m2 5.2 Perhitungan Pelat Sebelum Komposit
Qu = 432 kg/m2 dx = 55 mm dy = 45 mm
1. Untuk pelat tipe I (5,4 x 4,5) Data perencanaan untuk penulangan pelat tipe I : Dimensi Pelat 5,4 m x 4,5 m Tebal Pelat ( pracetak+topping cor setempat ) 130
mm Tebal decking 20 mm Diameter tulangan rencana 10 mm Mutu tulangan fy = 400 Mpa Mutu beton fc’ = 40 Mpa
22,1410500
LxLy
Dengan menggunakan PBI 1971 halaman 202 maka untuk asumsi perletakan terletak bebas pada 4 sisinya : Mlx = 0,001 x q x Lx2 x X nilai X = 59
didapatkan Mlx = 0,001 x 432 x 4,12 x 59
= 428,45 kgm= 0,42845x107 Nmm Penulangan Arah X
Rn = 2.dbMn
= 2
7
5510008,01042845,0xx
x = 1,77
m = '85,0 c
y
fxf
= 4085,0
400x
= 11,765
perlu =
yfRnxm
m2111
=
40077,1765,11211
765,111 xx
= 0,00455
perlu = 0,00455> = 0,0018 maka dipakai perlu Tulangan arah X sebelum komposit :
dbAs perlu .. = 0.00455 x 1000 x 55 = 250,25 mm2
Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 9.6.5 menyebutkan jarak tulangan lentur utama pada pelat adalah:
S ≤ 3 x tebal pelat = 240 mm S ≤ 500 mm Digunakan tulangan lentur 10-200 mm As = 392,7 mm2> As perlu .....Ok Penulangan Arah Y
Mly = 0,001 x q x Lx2 x X nilai X = 45 didapatkan Mly = 0,001 x 432 x 4,12 x 45
= 326,78 kgm= 0,32678x107 Nmm
perlu = 0.0052> = 0,0018maka dipakai perlu Tulangan arah Y sebelum komposit :
dbAs perlu .. = 0.0052 x 1000 x 45 = 234 mm2
Digunakan tulangan lentur 10-200 mm As = 392,7 mm2> As perlu .....Ok 2. Untuk pelat tipe II (4,5 x 4,2) Data perencanaan untuk penulangan pelat tipe II : Dimensi Pelat 4,5 m x 4,2 m
1,108,1380410
LxLy
Dengan menggunakan PBI 1971 halaman 202 maka untuk asumsi perletakan terletak bebas pada 4 sisinya : Mlx = 0,001 x q x Lx2 x X nilai X = 52
didapatkan Mlx = 0,001 x 432 x 3,82 x 52
= 324,38 kgm= 0,32438 x107 Nmm
dbAs perlu .. = 0.0034 x 1000 x 55 = 187 mm2
Digunakan tulangan lentur 10-200 mm As = 392,7 mm2> As perlu .....Ok Mly = 0,001 x q x Lx2 x X nilai X = 45
didapatkan Mly = 0,001 x 432 x 3,82 x 45 = 280,71 kgm= 0,28071 x107 Nmm
dbAs perlu .. = 0.0044 x 1000 x 45 = 198 mm2
Digunakan tulangan lentur 10- 200 mm As = 392,7 mm2> As perlu .....Ok 3. Untuk pelat tipe III (4,3 x 3)
Penulangan Arah X dbAs perlu .. = 0.0026 x 1000 x 55 = 143 mm2
Digunakan tulangan lentur 10- 200 mm As = 392,7mm2> As perlu .....Ok
Penulangan Arah Y dbAs perlu .. = 0.0019 x 1000 x 45 = 85,5 mm2
Digunakan tulangan lentur 10- 200 mm
min
min
7
As = 392,7 mm2> As perlu .....Ok 4. Untuk pelat tipe IV (5,4 x 3)
Data perencanaan untuk penulangan pelat tipe I : Dimensi Pelat 5,4 m x 3 m Penulangan Arah X
dbAs perlu .. = 0.0031 x 1000 x 55 = 170,5 mm2
Digunakan tulangan lentur 10- 200 mm As = 392,7 mm2> As perlu .....Ok Penulangan Arah Y
dbAs perlu .. = 0.0018 x 1000 x 45 = 81 mm2
Digunakan tulangan lentur 10- 200 mm As = 392,7mm2> As perlu .....Ok
5.3 Perhitungan Pelat Pengangkatan
Mx = 0.0054 x w x a2 x b My = 0.0054 x w x ax b2 (Perhitungan tulangan sama pada sub bab sebelumnya) 5.4 Perhitungan Pelat Sesudah Komposit
Qu = 1275,2 kg/m2 dx = 105 mm dy = 95 mm
(Perhitungan tulangan sama pada sub bab sebelumnya)
Tipe Pelat
Tulangan Terpasang
Tulangan Lapangan Tulangan Tumpuan
Arah X Arah Y Arah X Arah Y
I (5,4 x 4,5) Ø10-200 Ø10-200 Ø10-200 Ø10-200
As As As As
392,7 mm2 392,7 mm2 392,7 mm2 392,7 mm2
II (4,5 x 4,2) Ø10-200 Ø10-200 Ø10-200 Ø10-200
As As As As
392,7 mm2 392,7 mm2 392,7 mm2 392,7 mm2
III (4,2 x 3) Ø10-200 Ø10-200 Ø10-200 Ø10-200
As As As As
392,7 mm2 392,7 mm2 392,7 mm2 392,7 mm2
IV (5,4 x 3)
Ø10-200 Ø10-200 Ø10-200 Ø10-200
As As As As
392,7 mm2 392,7 mm2 392,7 mm2 392,7 mm2
(Tabel diatas merupakan kebutuhan tulangan maksimum yang paling menentukan) 5.5 Perhitungan Tulangan Angkat
Contoh pelat tipe I
Beban ultimate = 1,2 x (1,2 x 4665,6 + 1,6 x 100) = 6910,46 kg
Gaya angkat (Tu) setiap tulangan = 8
6910,46= 863,81
kg Tegangan tarik ijin baja
67,26665,1
40005,1
fy
ijintarik kg/cm2
Maka diameter tulangan angkat
=67,2666
81,8634xx
=0.64cm~8 mm
78,01arcTgy = 52,05o
42,11arcTgx = 35,15o
Faktor gaya horisontal : Tx = 863,81 x cos x = 863,81 x cos 35,15o = 706,29 kg Ty = 863,81 x cos y = 863,81 x cos 52,05o = 531,22 kg Ambil terbesar, P = 706,29 kg Maka diameter tulangan angkat arah a dan arah b =
67,2666
706,294xx
angkattulangan
≥ 0.58 cm Jadi tulangan angkat dipasang 8 mm Kontrol Tulangan Angkat
crpelat ff fcr untuk beton 3 hari adalah 2,4 Mpa yc = 0,5 x 0.08 = 0.04 m
w = ( 0,08 x 2400 ) +
5,44,5100
x= 196,12 kg/m2
+ Mx = - Mx = Mx = 0,0054 x w x a2 x b = 0,0054 x 196,12 x 4,52 x 5,4 = 115,81 Kgm + My = - My = My = 0,0027 x w x ax b2 = 0,0027 x 196,12 x 4,5x 5,42 = 69,48 Kgm
P =
8 6910,46 = 863,81 kg
My =
y
c
tgyx
P=
05,5204,081,863
tgx
= 26,94 kgm
Mtot = 69,48 + 26,94 = 96,42 1. My ditahan penampang selebar a/2 = 450/2 =225cm
Z=61
x 225 x 82 = 2400 cm3=2400x103 mm3
8
R1 R1
balok penumpudepan
SHEARWALL
40/55
30/4
5
control panel control panel
OPR2
OPR2
balok pemisahsangkar
30/4
5
5.1407.0'7.0 x
SFfx
f cr = 2.95 MPa
ft = fb = 3
4
1024001042,96x
NmmxZ
M tot
= 0,40 Mpa < fr = 2.95 Mpa .......Ok 2. Mx ditahan oleh penampang selebar 15t =120 cm atau b/4 = 540/4= 135 cm Ambil terkecil = 120 cm
Mx = 15,35tan04,0 863,81 x
= 49,07 kgm
Mtot = 115,81 + 49,07 = 164,88 kgm
Z=61
x 120 x 82 = 1280 cm3
ft = fb = 3
4
1012801088,164
xx
= 1,29
1,29 Mpa < fr = 2.95 Mpa....... Ok 5.6 Perencanaan Tangga
Data-data perancangan : Perletakan sendi dan rol pada bagian bordes Mutu beton (fc’) = 40 Mpa Mutu baja (fy) = 400 Mpa Tinggi antar lantai = 350 cm Panjang bordes = 240 cm Panjang tangga = 250 cm Lebar tangga = 300 ( 2 x 150
) cm Tebal pelat miring = 15 cm Tebal pelat bordes = 15 cm Diameter tulangan lentur = 12 dan 10 mm Tebal selimut beton = 20 mm Jumlah tanjakan = 20 Jumlah injakan = 19
Penulangan tangga Data-data : - Tebal pelat tangga (h) : 150 mm - Panjang (b) : 1000 mm ( per 1 m) - Direncanakan tulangan : 12 mm - Tebal selimut beton (d’) : 20 mm dx = 150 – 20 – ( ½ x 12) = 124 mm Digunakan tulangan lentur 2 12-100 mm As = 2262 mm2> As perlu .....Ok
Penulangan bordes Data-data : - Tebal pelat bordes (h) : 150 mm - Panjang (b) : 1000 mm(per 1 m) - Direncanakan tulangan : 12 mm - Tebal selimut beton (d’) : 20 mm dx = 150 – 20 – ( ½ x 12) = 124 mm Digunakan tulangan lentur 2 12-200 mm As = 1131 mm2> As perlu .....Ok 5.7 Perencanaan Lift
Tipe Lift : Passenger Merk : Young Jin Kapasitas : 17 orang (1150 kg ) Kecepatan : 45 m/menit Lebar pintu ( opening width ): 1100 mm Dimensi sangkar ( car size ) - Outside : 2100 × 1520 mm2 - Inside : 2000 × 1350 mm2 Dimensi ruang luncur ( Hoistway ) - Duplex : 5200 × 2130 mm2 Dimensi ruang mesin ( Duplex ): 5250 × 3800 mm2 Beban reaksi ruang mesin R3 = 5800 kg R4 = 4600 kg
Balok Pemisah Sangkar
Tulangan Tumpuan Digunakan tulangan lentur 2 14 As = 307,9 mm2> As perlu .....Ok Untuk tulangan tekan dipakai 2 14 Tulangan Lapangan Digunakan tulangan lentur 2 14 As = 307,9 mm2> As perlu .....Ok Untuk tulangan tekan dipakai 2 14 Tulangan Geser Ø8-90
ANALISA STRUKTUR UTAMA
Perancangan Gedung rusunawa yang dimodifikasi manjadi apartemen ini berdasarkan atas data sebagai berikut : • Mutu beton ( fc' ) = 40 Mpa
• Mutu baja tulangan ( fy ) = 400 Mpa • Mutu tulangan sengkang = 400 Mpa • Fungsi bangunan = Apartemen • Tinggi bangunan = 35 m • Jumlah tingkat = 10
9
• Tinggi tiap tingkat = 3,5 m
• Jenis bangunan = beton bertulang pracetak
pracetak • Dimensi balok induk = 40 x 55 cm2
• Dimensi kolom = 75 x 75 cm2 • Tebal shearwall = 40 cm • Zona Gempa = zona 4 • Luas Total per lantai = 1380,6 m2
Menurut SNI 03-1726-2002 Pasal 5.2.3 menyebutkan bahwa system rangka pemikul momen (SRPM) harus memikul minimum 25% dari beban geser nominal total yang bekerja dalam arah kerja beban gempa tersebut. Maka hasil dari ETABS v9.0 harus dicek persentase antara base shears yang dihasilkan oleh SRPM dan Shear Wall dari masing-masing kombinasi pembebanan gempa.
No Jenis Kombinasi
Persentase Dalam Menahan
Gempa (%)
Fx Fy
SRPM
Shear
Wall SRPM
Shear
Wall
1 COMB3 1,2D + 1,0L + 1E.X 29,38 70,62 38,01 61,99
2 COMB4 1,2D + 1,0L - 1E.X 29,33 70,67 40,94 59,06
3 COMB5 1,2D + 1,0L + 1E.Y 29,48 70,52 36,97 63,03
4 COMB6 1,2D + 1,0L - 1E.Y 29,31 70,69 37,84 62,16
5 COMB7 0,9D + 1E.X 29,38 70,62 38,50 61,50
6 COMB8 0,9D - 1E.X 29,34 70,66 40,45 59,55
7 COMB9 0,9D + 1E.Y 29,46 70,54 37,11 62,89
8 COMB10 0,9D - 1E.Y 29,32 70,68 37,70 62,30
Menurut SNI 03-1726-2002 Pasal 8.1.2, untuk memenuhi syarat kinerja batas layan, ∆s antar tingkat akibat beban gempa arah U-S tidak boleh lebih dari (0,03xhi)/R sehingga syarat drift harus lebih kecil dari 16,1538 mm. Hal ini untuk membatasi kemungkinan terjadinya pelelehan baja dan regangan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan non structural dan ketidaknyamanan penghuni.
Arah X (U-S)
Tgkt Zi
∆s
Drift (∆s)
Syarat ∆m
Drift (∆m)
Syarat
Ket drift ∆s
drift ∆m
(m) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
10 35 29,72 2,13 16,1538 135,226 9,69 70 OK
9 31,5 27,59 2,65 16,1538 125,5345 12,06 70 OK
8 28 24,94 3,02 16,1538 113,477 13,74 70 OK
7 24,5 21,92 3,34 16,1538 99,736 15,20 70 OK
6 21 18,58 3,57 16,1538 84,539 16,24 70 OK
5 17,5 15,01 3,66 16,1538 68,2955 16,65 70 OK
4 14 11,35 3,57 16,1538 51,6425 16,24 70 OK
3 10,5 7,78 3,30 16,1538 35,399 15,02 70 OK
2 7 4,48 2,79 16,1538 20,384 12,69 70 OK
1 3,5 1,69 1,69 16,1538 7,6895 7,69 70 OK
Arah Y (B-T)
Tgkt Zi
∆s
Drift (∆s)
Syarat ∆m
Drift (∆m)
Syarat
Ket drift ∆s
drift ∆m
(m) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
10 35 50,97 3,78 16,1538 231,9135 17,20 70 OK
9 31,5 47,19 4,54 16,1538 214,7145 20,66 70 OK
8 28 42,65 5,19 16,1538 194,0575 23,61 70 OK
7 24,5 37,46 5,78 16,1538 170,443 26,30 70 OK
6 21 31,68 6,21 16,1538 144,144 28,26 70 OK
5 17,5 25,47 6,40 16,1538 115,8885 29,12 70 OK
4 14 19,07 6,25 16,1538 86,7685 28,44 70 OK
3 10,5 12,82 5,69 16,1538 58,331 25,89 70 OK
2 7 7,13 4,61 16,1538 32,4415 20,98 70 OK
1 3,5 2,52 2,52 16,1538 11,466 11,47 70 OK
6.1 Perhitungan Balok Induk
Sebelum Komposit
1. Balok Induk 40/55A Asperlu = 0,0066 x 400 x 359 = 947,76 mm2 Pakai tulangan 3 D 22 As = 1140,4 mm2 Tulangan tumpuan setengah tulangan lapangan 2 D 22
2. Balok Induk 40/55B Asperlu = 0,004 x 400 x 359 = 574,4 mm2 Pakai tulangan 3 D 22 As = 1140,4 mm2 Tulangan tumpuan setengah tulangan lapangan 2 D 22
3. Balok Induk 40/55C Asperlu = 0,0035 x 400 x 359 = 502,6 mm2 Pakai tulangan 2 D 22 As = 1140,4 mm2 Tulangan tumpuan setengah tulangan lapangan 2 D 22
4. Balok Induk 40/55D Asperlu = 0,0035 x 400 x 359 = 502,6 mm2 Pakai tulangan 3 D 22 As = 1140,5 mm2 Tulangan tumpuan setengah tulangan lapangan 2 D 22
Sesudah Komposit
Persyaratan tulangan : 1. Ratio tulangan balance ( b)
yy
cb f
xf
xfx
600
600'85,0 1
400600
600400
77,04085,0
xxx
= 0,039 2. Ratio tulangan maksimum ( max) = 0,0295 3. Ratio tulangan minimum ( min) = 0,0035 4. Ratio antara baja dan beton (m) = 11,76 5. Cover = 40 mm
10
6. Tulangan Longitudinal = D 22 7. Tulangan Sengkang = Ø 10 8. d = 550 40 10 0,5 22 = 489 mm 9. d’ = 40 10 0.5 22 = 61 mm lapangan = 0,2 tumpuan = 0,4
Rn = 2)1(
bd
Mu
ρδ =
fyRnm
m2
-1-11
ρ' =bdddfy
Mn)'(
ρ = ρδ + ρ' As = ρ.b.d As’ = ρ' x b x d
Hasil penulangan balok di As A-J bagian dalam yang tidak berhubungan langsung dengan shearwall
Bentang Lokasi Mu (Nmm)
As perlu
(mm2) Tulangan
As pasang (mm2)
øMn (Nmm)
Tengah
Neg. Interior
337554600 2335 7 D 22 2660,7 383472664 189661800 1298 4 D 22 1520,4 220353540
Positif 287748200 1963 6 D 22 2280,6 332488509
420,2 2 D 22 760,2 332488509 Hasil penulangan balok di As A-J bagian ujung yang tidak
berhubungan langsung dengan shearwall
Bentang Lokasi Mu (Nmm)
As perlu
(mm2) Tulangan
As pasang (mm2)
øMn (Nmm)
Ujung
Neg. Eksterior
318982200 2203 7 D 22 2660,7 383472664 205324600 1407 4 D 22 1520,4 220353540
Positif 261429200 1777 5 D 22 1900,5 278665888 381,8 2 D 22 760,2 278665888
Neg. Interior
345856400 2394 7 D 22 2660,7 383472664 188119700 1287 4 D 22 1520,4 220353540
Hasil penulangan balok di As A-J bagian yang berhubungan langsung dengan shearwall
Bentang Lokasi Mu (Nmm)
As perlu
(mm2) Tulangan
As pasang (mm2)
øMn (Nmm)
Tengah
Neg. Interior
504340800 3535 10 D 22 3801 535704180 238798900 1640 5 D 22 1900,5 278665888
Positif 408826600 2838 8 D 22 3040,8 433294750 597 4 D 22 1520,4 433294750
Hasil penulangan balok di As 1-9 bagian dalam yang tidak berhubungan langsung dengan shearwall
Bentang Lokasi Mu (Nmm)
As perlu
(mm2) Tulangan
As pasang (mm2)
øMn (Nmm)
Tengah
Neg. Interior
296305800 2043 6 D 22 2280,6 331516107 99255900 865,4 3 D 22 1140,3 162915153
Positif 245476800 1665 5 D 22 1900,5 278665888
358,5 2 D 22 760,2 278665888 Tabel 6.17Hasil penulangan balok di As A-J bagian ujung yang
tidak berhubungan langsung dengan shearwall
Bentang Lokasi Mu (Nmm)
As perlu
(mm2) Tulangan
As pasang (mm2)
øMn (Nmm)
Ujung
Neg. Eksterior
332549200 2299 7 D 22 2660,7 383472664 107552100 971,2 3 D 22 1140,3 162915153
Positif 216014800 1459 4 D 22 1520,4 220353540 315,4 2 D 22 760,2 220353540
Neg. Interior
284970000 1963 6 D 22 2280,6 331516107 59975000 832,3 3 D 22 1140,3 162915153
Tabel 6.18Hasil penulangan balok di As A-J bagian yang berhubungan langsung dengan shearwall
Bentang Lokasi Mu (Nmm)
As perlu
(mm2) Tulangan
As pasang (mm2)
øMn (Nmm)
Tengah
Neg. Interior
401818400 2793 8 D 22 3040,8 433294750 166027700 1174 4 D 22 1520,4 220353540
Positif 328944800 2257 6 D 22 2280,6 332488509
480,4 2 D 22 760,2 332488509
Pada sistem pracetak, jenis balok yang digunakan sebaiknya tidak terlalu banyak.Oleh karena itu, diambil nilai-nilai yang kritis.Namun perlu juga mempertimbangkan efisiensi biaya. Adapun jenis balok sesuai panjang dan pemakaian tulangan balok sebagai berikut: 1. Balok Tipe B1 Bentang 4,5 m 2. Balok Tipe B2 Bentang 3 m 3. Balok Tipe B3
a. Tipe B3A Bentang 4,5 m (shearwall) b. Tipe B3B Bentang 3 m (shearwall)
4. Balok Tipe B4 a. Tipe B4A Bentang 5,4 m b. Tipe B4B Bentang 4,2 m
5. Balok Tipe B5 a. Tipe B5A Bentang 5,4 m b. Tipe B5B Bentang 4,2 m
6. Balok Tipe B6 a. Tipe B6A Bentang 5,4 m b. Tipe B6B Bentang 4,2 m
Pemasangan sengkang di daerah sendi plastis
Dipasang 210-100 Pemasangan sengkang di luar sendi plastis
Dipasang2 10-225 Pengangkatan Elemen Balok
Balok induk diproduksi secara pracetak di lokasi, sehingga perlu dikontrol pada saat pengangkatan.
LxL
Lx
+M-M
YcYa
Yb
Gambar 6.12Pengangkatan balok 40/55 (A)
11
Dimana :
+ M=
tg.LYc4X41
8WL2
– M=2
LWX 22
X =
tgLYc41
YbYa112
tgLYc41
6.2 Perhitungan Kolom
Data : Mutu beton (fc’) : 40 MPa Mutu baja (fy) : 400 MPa Dimensi kolom : Lebar (B) : 750 mm Tinggi (H) : 750 mm Diameter tulangan utama : 22 mm Diameter sengkang : 12 mm
Pendesainan kolom menggunakan program bantu PCACOL v 3.64
Diagram interaksi kuat rencana kolom tengah C65 di antara lantai 1 dan 2
Diagram interaksi kuat rencana kolom tengah C66 di antara lantai Dasar dan 1
Berdasarkan kombinasi beban di tabel 6.19,kolom tengah C65 di antara lantai 1 dan 2 cukup diberi tulangan sebanyak 1,1% atau 16Ø22. Gambar 6.22menunjukkan sebuah diagram interaksi hasil dari PCACOL untuk kolom tersebut. Dengan cara yang sama berdasarkan beban di tabel 6.20, kolom tengah C65 di antara lantai dasar dan 1diperoleh tulangan 1,1% atau 16Ø22. % tulangan kedua kolom ini memenuhi syarat Pasal 23.4.3.1 yaitu harus diantara 1% dan 6%. (16Ø22 As = 6082,2 mm2)
Pemasangan sengkang di daerah sendi plastis
Dipasang 210-100 Pemasangan sengkang di luar sendi plastis
Dipasang2 10-225
Pengangkatan Elemen Kolom
Dalam perencanaan perlu ditinjau kekuatan kolom pada saat pengangkatan.
M1 = M2
aLaLLqaq
.22./../
2
212
21
2a2 – 4al + L2 = 0 Panjang kolom = 3,5 m, maka diperoleh
persamaan = 2a2 – 4a.3,5 + 3,52 = 0 2a2 – 14a + 12,25= 0 Maka a1 =1,025 , a2 = 5,975 q = 0,75 x 0,75 x 2,4 = 1,35 t/m M = 2
21 ../ aq = 2
21 025,135,1/ xx = 0,709 x 107
Nmm Kontrol tegangan yang terjadi
M/Z = 2
7
7507506/110709,0xx
x= 0,101 < 0,7 40 =
4,4....Ok
aL - a
1
2
Kondisi paling kritis saat pengangkatan
1
2 3
Urutan pengangkatan kolom
6.3 Perhitungan Dinding Geser
Perancanaan geser harus berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.10 dimana dinyatakan
12
perencanaan dinding geser pada struktur dasar dibedakan dengan struktur diatasnya, perbedaan ini terletak pada kuat geser rencana pada dinding geser. Pada dinding geser selain lantai dasar gaya geser pada dinding geser diasumsikan diterima hanya oleh tulangan saja sehingga terjadi keadaan paling kritis pada lantai dasar, dimana apabila terjadi pembesaran dinamis tulangan shearwall pada lantai dasar tetap mampu untuk menahan gaya yang terjadi, sehingga sendi plastis diharapkan akan terjadi pada bagian bawah shearwall (lantai dasar).
Data-data perancangan dan gaya-gaya dalam pada lantai dasar:
Tinggi tiap lantai = 3,5 m Tinggi total dinding = 3700 cm Tebal Dinding = 40 cm Mutu Beton (fc’) = 40 Mpa Mutu Baja (fy) = 400 Mpa
Kontrol komponen batas
Dalam SNI 03-2847-2002 disebutkan apabila pada batas dan sekeliling sisi-sisi bukaan dari dinding dan diafragma struktur, tegangan serat terluar maksimum akibat gaya terfaktor, dimana termasuk pengaruh gempa melebihi 0,2 fc’ (0,2 x 40 = 8 MPa) harus dipasang komponen pembatas.
fc=9900400
8,013489090
990040061
8,029459560
2 xxxAP
WM
c
nn
= 4,26 Mpa > 8 Mpa Tidak diperlukan komponen pembatas. Penulangan Dinding Geser
2 lapis 25 mm tulangan vertikal dengan s = 300 mm
PERENCANAAN SAMBUNGAN
7.1 Konsol pada shearwall
Vu = 40443,4 x 3 = 121330,2 N Direncanakan dimensi konsol : bw = 400 mm d = 300 mm h = 500 mm fc’ = 40MPa fy = 400 MPa lp = 300 MPa a = 200 mm a/d = 200 / 300 = 0,67 < 1 OK
Vn= 6,0
2,121330 = 202217 N
0,2 . fc’ . bw . d = 0,2 . 40 .400 . 300 = 960000 N > Vn 5,5 bw d = 5,5 . 400 . 300 = 660000 N > Vn Menentukan luas tulangan geser friksi :
Hubungan konsol dengan kolom monolit, beton normal maka = 1,4
Avf= .fy
Vn ……………SNI 03-2847-2002 pasal 13.7
Avf= 4,1.400
202217 = 361,1 mm2
Menentukan luas tulangan lentur : Nuc = 0,2 . Vu = 0,2 x 121330,2 = 24266,04 N Mu = Vua + Nuc (h – d) = 121330,2 . 200 + 24266,04 (500 –300) = 29119248 Nmm
min= 400
4,14,1
fy = 0,0035
m =4085.0
40085.0 xfx
fy
c = 11,765
Rn= 22 30010008,029119248
10008,0 xxdxxxMu
=0,404
MPa
=
fyRnxmx211
m1
=
400404,0765,11211
765,111 xx
= 0,001
Af1 = d.fy..85.0
Mu
Af1= 300.400.65,0.85,0
29119248 = 439,2 mm2….menentukan
Af2 = .bw d = 0,0035 x 400 . 300 = 420 m2
Menentukan tulangan pokok As :
An= 400.65,0
24266,04.
fy
N w
= 93,33 mm2
Asmin = 0,04
fy'fc
b.d = 0,04
40040
400 . 300 = 480
mm2 As = (Af+An) = (439,2+93,33) = 532,53 mm2
As=
n
vf A3
A2 =
33,93
31,3612x
= 334,1
mm2 Pakai Asmin = 480 mm2 Dipakai tulangan D25 = 490,9 mm2 Ah = 0,5 (As – An) = 0,5 (480 – 93,33) = 193,3 mm2 Dipakai sengkang 4D8 = 201,1 mm2 Dipasang sepanjang (2/3) d = 200 mm (vertical); dipasang 4D12 dengan spasi 200/5 = 40
7.2 Sambungan Balok Kolom
Sistem sambungan antara balok dengan kolom pada perencanaan menggunakan sistem TBR-J hak cipta milik PT. TATA BUMI RAYA dimana memanfaatkan tulangan yang dijangkarkan ke dalam sehingga mendapat selimut beton yang cukup tebal dan kuat. Muatas = 412582400 Nmm = 412,583 kNm Mubawah=176791700 Nmm = 176,792 kNm
13
(Momen lentur balok As 2 dan 8 bentang 5,4 m) Vu = (412,583+176,792)/5,4 = 109,14 kNm Nu = 0,2 Vu = 0,2 x 109,14 = 21,83 kNm (13.9.3.4) Nu = Tr Direncanakan As = 380,1 mm2 (10 tulangan) = 3801 mm2 B = 320 mm Dp = 𝐴𝑠 × 𝑇𝑠𝑦
𝑇𝑏𝑘 ′ ×𝐵=
3801 × 400
40 ×320 = 118,78 mm pakai 12 cm
tc = 𝐴𝑠 × 𝑇𝑠𝑦
3,14 ×𝐷𝑝 × 𝑇𝑐𝑦=
3801×400
3,14×120×400= 10,08 pakai 1 cm
3.14 Dp tc Tcy = As Tsy 3,14x120x10x400 = 3801 x 400 1507200 ≈ 1520400 …. OK Tgm = 𝑇𝑟
𝐷𝑝 𝐵=
21830
0,12×0,32= 568489,6 𝑁/𝑚
Digunakan diameter pelat C 12 cm dengan tebal 1 cm denga mutu baja 400 Mpa dan mutu beton 40 Mpa.
7.3 Sambungan Kolom Kolom
Pada perencanaan hubungan kolom kolom, digunakan perhitungan pada Sub Bab 6.6.5 mengenaai panjang lewatan kolom. Dimana panjang minimum sambungan lewatan tarik sebesar = 1,3 x 437,85 mm = 569,2dipakai600 mm > 300 mm
.
7.4 Sambungan shearwall dan pelat
Panjang penyaluran bisa dipasang pada satu arah maupun dua arah tergantung bagaimana pelat direncanakan. Jika direncanakan sebagai pelat dua arah, maka panjang penyaluran dipasang pada dua arah tetapi jika pelat direncanakan sebagai pelat satu arah, maka panjang penyaluran hanya dipasang pada satu arah saja. db = 10 mm Arah X - As perlu : 234 mm2
As terpasang : 392,7 mm2
Arah Y - As perlu : 234 mm2
As terpasang : 392,7 mm2
Penyaluran Arah X Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 14.5 tentang penyaluran tulangan berkait kondisi tarik:
Factor pengali 7,392
234
ada
perlu
AsAs
= 0,59 (Pasal 14.5.3.4)
mmf
dblhbc
1,15840
10100100'
(pasal
14.5.3.1)
pasang
perlu
AsAs
lhbldh = = 158,1 x 0,59 = 93,3mm
Tidak boleh kurang dari 8db =80 mm dan 150 mm (Pasal 14.5.1) Pakai 250 mm Sedangkan panjang kait sebesar 90o sebesar 12 db = 120 mm Pakai 30 db = 300 mm Penyaluran Arah Y Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 14.5 tentang penyaluran tulangan berkait kondisi tarik:
Factor pengali 7,392
234
ada
perlu
AsAs
= 0,59 (Pasal 14.5.3.4)
mmf
dblhbc
1,15840
10100100'
(pasal
14.5.3.1)
pasang
perlu
AsAs
lhbldh = = 158,1 x 0,59 = 93,3mm
Tidak boleh kurang dari 8db =80 mm dan 150 mm (Pasal 14.5.1) Pakai 250 mm Sedangkan panjang kait sebesar 90o sebesar 12 db = 120 mm Pakai 30 db = 300 mm
7.5 Sambungan kolom dan poer
Sama halnya pada penyambungan elemen kolom kolom, penyambungan elemen kolom dengan poer disini menggunakan campuran Kombextra dengan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan.Setelah kolom dierection, kemudian posisi kolom tersebut diatur keseimbangan dan kemiringannya.Seteleha selesai, pada pertemuan kolom tersebut dipasang cetakan untuk menahan campuran grouting agar tidak terbuang.Kemudian campuran Kombextra tersebut digrouting melalui lobang yang ada di samping kolom.
7.6 Sambungan balok dan shearwall
Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 14.5 tentang penyaluran tulangan berkait kondisi tarik:
Lubang grouting
Lubang grouting Tulangan lewatan
Kolom
14
Factor pengali 38013535
ada
perlu
AsAs
= 0,93 (Pasal
14.5.3.4)
mmf
dblhbc
8,34740
22100100'
(pasal
14.5.3.1)
pasang
perlu
AsAs
lhbldh = 347,8 x 0,93 = 323,5 mm
Tidak boleh kurang dari 8db =176 mm dan 150 mm OK (Pasal 14.5.1)
Pakai 325 mm Sedangkan panjang kait sebesar 90o sebesar 12 db
= 264 mm Pakai 18db = 396 mm Pada sambungan balok dengan shearwall,
digunakan sambungan secara langsung. Hal ini dikarenakan pada pelaksanaan, shearwall bukan merupakan elemen pracetak sehingga menggunakan cara konvensional. Oleh karena itu, tulangan longitudinal dari balok langsung disambungkan dengan tulangan yang membentu shearwall.
7.7 Sambungan balok dan pelat
Dari hasil perhitungan panjang penyaluran pada Bab V, memakai panjang penyaluran sebesar 200 mm untuk pelat sebelum komposit, sedang tulangan untuk overtopping pelat dapat cukup kuat bertumpu pada balok memanfaatkan tulangan stud pada balok, karena sistem sambungan yang dilakukan secara basah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan system sambungan yang dilakukan secara kering.
ANALISA PONDASI
8.1 Kriteria Desain
1. Dipakai tiang pancang beton prategang(prestresst concrete pile) dengan bentuk penampang bulat.
2. Mutu beton tiang pancang K-600 (concrete cube compressive strength is 600 kg/cm2 at 28 days).
3. Tiang pancang yang direncanakan adalah menggunakan alternatif tiang sesuai buku Braja M. Das.
4. Berikut spesifikasi tiang pancang yang digunakan.
Tabel 8.1WikaPile Classification Pile Diameter
Thick
Class
PC Wire Area of Steel
Area of Concret
e
Section Modulus
Effectiv
e Prestress
Allowab
le
Bending
Moment
(cm2)
(mm)
(cm2)
(cm2)
(kg/cm2
)
(mm)
D Nu.mb
Axial (T)
Crack (tm)
UM
(mm)
(tm)
500 90
C 9 24 15,27
1159,2
10583,74
104,56
155,6
17 34
600 100
A2
7 24 9,24
1570,8
17303,38
54,13
232 19 28,5
600 100
C 9 32 20,36
1570,8
17648,44
102,89
211,6
29 58
8.2 Daya dukung tiang pancang tunggal
Dari data tanah tersebut kemudian dihitung menggunakan persamaan Luciano Decourt :
QN=Qp + Qs Dimana Qp = (Np .K) . Ap = (27x35x0,283) = 268,17t = 268170 kg Qs = (Ns/3 + 1) . As = (22/3 +1) x 45,12= 369,40 t = 369400 kg QN=Qp + Qs = 268,17 +369,4 = 637,57 ton QU = Pijin 1 tiang = 𝑄𝐿
𝑆𝐹=
637,57
3= 212,52ton< P ijin
Tiang Pancang Wika Diameter 600 class A2 = 232 … OK
8.3 Daya dukung tiang pancang kelompok
Penulangan poer
1. Pu = 610848 kg = 610,848 ton 2. Jumlah tiang pancang = 4 3. Dimensi kolom = 750 x 750 mm 4. Tebal poer = 1 m 5. Mutu beton (fc’) = 40 MPa 6. Mutu baja (fy) = 400 MPa 7. Diameter tulangan 25 mm (Av = 490,9 mm2) 8. Selimut beton = 40 mm Tinggi efektif (d) : dx = 1000 – 40 – 25 – ½ . 25 = 922,5 mm dy = 1000 – 40 – ½ . 25 = 947,5 mm Tulangan arah X Asperlu = . b .d =0,0035 x 2500 x 922,5 = 8071,875 mm2 Dipakai tulangan 20 D 25 (As ada = 9818) Jarak Pemasangan Tulangan :
15
S =20
)402(2500 x = 121 120 mm
Tulangan arah Y Asperlu = . b .d =0,0035 x 2500 x 922,5 = 8071,875 mm2 Dipakai tulangan 20 D 25 (As ada = 9818) Jarak Pemasangan Tulangan :
S =20
)402(2500 x = 121 120 mm
Penulangan samping As tulangan samping = 20 % × As tulangan lentur = 1614,3 mm2 Digunakan Tulangan Lentur Ø19 -150
Asada =1890,2 mm2> Asperlu = 1614,3 mm2
8.4 Daya dukung tiang pancang shearwall
Data-data perancangan poer: Pu =570008,7 kg = 570,008 ton Jumlah tiang pancang = 16 Dimensi shearwall = 750 x 750 x 1 mm Tebal poer = 1 m Mutu beton (fc’) = 40 MPa Mutu baja (fy) = 400 MPa Diameter tulangan 25 mm (Av = 490,9 mm2) Selimut beton = 40 mm Tinggi efektif (d) : dx = 1000 – 40 – 25 – ½ . 25 = 922,5 mm dy = 1000 – 40 – ½ . 25 = 947,5 mm Tulangan arah X As= b d = 0,0035 7500 922,5 = 24215,625 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 45 29 (As = 29723,4 mm2) S = 7500−(40+40)
45 = 165 mm ≈ 15 cm
Tulangan arah Y As= b d = 0,0035 7500 922,5 = 24215,625 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 45 29 (As = 29723,4 mm2) S = 7500−(40+40)
45 = 165 mm ≈ 15 cm
8.5 Perencanaan Sloof (Tie Beam)
Data-data perancangan perhitungan sloof adalah sebagai berikut : P = 610,848 ton = 610848 N Panjang Sloof L = 3,9 m Mutu Beton fc’ = 40 MPa Mutu Baja fy =400 MPa Decking dc =50 mm Diameter Tulangan Utama =25 mm Diameter Sengkang =12 mm Diameter Sloof =45 x 70 Tinggi Efektif = 700–50–12–(1/2 . 25) = 625,5 m
Penulangan sloof didasarkan atas kondisi
pembebanan dimana beban yang diterima adalah beban aksial dan lentur sehingga penulangannya diidealisasikan seperti penulangannya pada kolom. Adapun beban sloof adalah: Berat aksial N=10% x 610,848 ton =61,0848 ton Berat sendiri Sloof=0,45 x 0,7 x 2,4=0,756 t/m Berat Tembok= 0,25 x 3,5 = 0,875 t/m Qu = 1,2 x (0,756 + 0,875) = 1,968 t/m = 19680 N/m D ( Vu ) = ½.qu.L = ½ × 19680 × 3,9 = 38376 N Momen yang terjadi (tumpuan menerus) Mu =1/12 .qu . L2
=1/12 .19680 . 3,92
= 24944,4 Nm Rasio tulangan pakai :
Ky=700450
601848xAg
P = 1,91
Kx=700700450
6,22451. xxhAg
Mu = 0,125
Dari diagram interaksi F400-40-0,8-2 didapat = 1% Luas tulangan perlu : As = 0,01 x 450 x 700 =3150 mm2 Tulangan pakai Dipasang Tulangan 7 D 25 (As = 3926,99 mm2)
8.6 Kontrol Kapasitas Tiang
Kontrol terhadap Gaya Momen 1. Sebelum tiang dipancang Atiang = Abesar - Akecil
= 2160
4
- 2140
4
= 1570,8 cm2
q = Atiang . 2400 kg/m3 = 0,1571 2400 = 377,04 kg/m L = panjang tiang pancang = 24 m
M1=18 377,04 242 = 27146,88 kgm = 27,15 tm
2. Sesudah tiang dipancang (akibat gaya horizontal yang terjadi)
16
LIFT
LIFT
TANGGA
DARURAT
TANGGA
DARURAT
TOWER
CRANE
Panjang jepitan kritis tanah terhadap tiang pondasi menurut metode Philiphonat dimana kedalaman minimal tanah terhadap tiang pondasi didapat dari harga terbesar dari gaya-gaya berikut : Monolayer : 3 meter atau 6 kali diameter Multilayer : 1,5 meter atau 3 kali diameter Perhitungan : Tanah bersifat multilayer Le = panjang penjepitan = 3 × 0,6 m = 1,8 m Dipakai Le = 1,8 m M = Le × Hy = 1,8 × 16,68 = 30,02 tm
M(satu tiang pancang) = 5,7402,30
tm
M < Mbending crack (dari Spesifikasi WIKA BETON) 7,5 tm <19 tm . . . . . . . . . OK !!!!!
Kontrol terhadap Gaya Horizontal Letak titik jepit tanah terhadap tiang pondasi (Zf), dengan perumusan sebagai berikut (Gambar 8.6): Zf = 1,8 T untuk normally consolidated clay dan granular soil, atau yang mempunyai kenaikan linier harga modulus. Harga-harga T dicari dengan cara sebagai berikut:
Stiffness factor 5
hnEIT (dalam satuan panjang).
dimana:harga-harga nhkondisi tanah pada data tanah hasil SPT menurut Buku Pondasi Dalam sebesar 5000 KN/m3. E = modulus elastisitas Young tiang danI = momen inersia = 0,0051 m4
mnEIT
h06,2
50000051,01064,35
7
5
Zf = 1,8 x 2,06 = 3,71 m e = 0 m (pondasi tidak melayang dari muka tanah) W = 17303,38 cm3
Mmax= 600 * W/4 = 600 x 17303,38/4 = 2595507 kg cm = 25,95 ton m Besarnya Hu yang bekerja pada sebuah tiang panjang dapat disederhanakan sebagai berikut (Tomlinson) : Fixed-headed pile:
Hu =
tonxZfe
Mu 98,13)71,30(
95,2522
Akibat beban horizontal Hx dan Hy dari analisa struktur, gaya yang diterima masing-masing tiang < Hu 16,68/4 = 4,17 ton < 13,98 ton OK
TAHAP PELAKSANAAN
. Berikut data crane yang digunakan : Jenis crane JIB Model L7 Jangkauan Maks 218’
9700 lb (Alat berat untuk proyek konstruksi) Jarak jangkau maksimum 55 m dengan beban
maksimum 4,85 ton Elemen struktur yang dipracetak Balok induk 40/55 (terpanjang 5,4 m) W = 0,40 (0,55 – 0,13) 5,4 2400 = 673,92kg Pelat tipe 5,4 4,5 m2, W = 0,08x5,4 x4,5x2400 =
4665,6 kg Luas dasar bangunan = 43,8 m 33 m Agar crane dapat menjangkau seluruh areal
konstruksi maka direncanakan menggunakan 1 crane. Secara garis besar tahapan pelaksanaan di
lapangan adalah sebagai berikut : 1. Pemasangan elemen kolom 2. Pemasangan elemen balok 3. Pemasangan elemen tangga 4. Pemasangan tulangan stud pada pelat 5. Pengecoran sambungan antar elemen pracetak
dan overtopping Keberhasilan pelaksanaan metode pracetak
tergantung pada organisasi pelaksanaan, koordinasi yang baik, teknikal skill personil yang terlibat, kerjasama yang baik dan kontrol yang baik dalam organisasi tersebut.
PENUTUP
10.1 Kesimpulan
Dengan penggunaan elemen pracetak pada gedung betingkat akan didapat banyak keuntungan , diantaranya adalah kualitas beton, waktu pelaksanaan dapat dipercepat yang pada akhirnya dapat menghemat biaya total konstruksi bangunan.
Dari perancangan struktur yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Dari hasil modifikasi perancangan struktur gedung
apartemen didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut :
17
a. Tebal plat atap dan plat lantai : 13 cm b. Dimensi kolom : 75 x 75 cm (tulangan utama
D22 mm dan sengkang Ø 12 mm) c. Dimensi balok induk : 40 x 55 cm (tulangan
utama D22 mm dan sengkang Ø10 mm) d. Tebal shearwall : 40 cm (tul Ø 25-300)
2. Perencanaan pondasi direncanakan dengan tiang pancang diameter 60 cm dengan kedalaman 24 m.
3. Penggunaan sambungan dilakukan dengan berbagai jenis diantaranya menggunakan sambungan TBR-J milik PT TATA Bumi Perkasa. Selain itu juga menggunakan sambungan yang di grouting langsung.
4. Pelaksanaan metode pracetak pada gedung dengan sistem ganda dapat dilaksanakan namun perlu ketelitian khusus dalam hal penyambungan elemen pracetak.
5. Pelaksanaan metode pracetak sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan, namun membutuhkan ketelitian dan keahlian dalam proses pembuatan hingga pemasangannya.
10.2 Saran
Adapun saran yang diharapkan oleh penulis setelah menyelesaikan tugas akhir ini yakni: 1. Perkembangan ilmu pengetahuan sehingga perlunya
pengembangan teknologi dan riset tentang beton pracetak serta memasyarakatkan penggunaan metode pracetak pada jasa konstruksi di Indonesia.
2. Fasilitas dan alat yang diperlukan pada metode pracetak sangat banyak, sehingga perlu adanya pabrik yang dapat memroduksi alat tersebut di Indonesia.
3. Dibutuhkan standar perencanaan beton pracetak di Indonesia sehingga dengan demikian pracetak akan lebih banyak dapat diterapkan.
4. Demi efektifitas dan efisiensi dari metode pracetak , pembatasan jumlah elemen seragam yang dibuat perlu diperhatikan.