MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN...

179
MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN MENURUT NURCHOLIS MADJID Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Luthfi Muchlis NIM 1112011000091 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1440 H

Transcript of MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN...

Page 1: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN

MENURUT NURCHOLIS MADJID

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Luthfi Muchlis

NIM 1112011000091

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/ 1440 H

Page 2: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

“Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholis Madjid”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Luthfi Muchlis

NIM 1112011000091

Yang mengesahkan,

Dosen Pembimbing

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 3: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul “Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholis

Madjid” Disusun oleh Luthfi Muchlis NIM. 1112011000091, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiyah yang

berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Yang Mengesahkan,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA. NIP 19540802.198503.1.002

Page 4: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

UJI REFERENSI

Skripsi yang berjudul “Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholis

Madjid” Disusun oleh Luthfi Muchlis NIM. 1112011000091, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah

melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiyah yang berhak untuk diujikan pada

siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 8 Maret 2018

Yang Mengesahkan,

Dosen Pembimbing

Page 5: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional
Page 6: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren Menurut

Hj. Marhamah Saleh, Lc, M.A

NIP 19720313 200801 2 010

Penguji I

Drs. Ahmad Gholib, M.Ag

NIP 19541015 197902 1 001

Penguji II

Drs. Muarif, M.Pd

NIP 19650717 199403 1 005

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A

NIP 19550421 198203 1 007

 

Page 7: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

 

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan

rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berada dalam

lindungan Allah SWT. Atas ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholis Madjid”.

Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih

tersebut disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, Rektor UIN Syarf Hidayatullah Jakarta

2. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Marhamah Saleh, LC, MA. Selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

5. Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum. Selaku dosen pembimbing akademik.

6. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A Selaku dosen pembimbing skripsi.

7. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya

program studi Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan,

pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.

8. Keluarga tercinta Ayahanda H. Kardi, Ibunda Hj. Sartiyah, serta semua keluarga yang

selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan

meraih cita-cita. Skripsi ini saya persembahkan untuk keluarga tercinta.

9. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam angkatan 2012 beserta kakak-kakak

tingkat pendidikan Agama Islam yang telah memberikan inspirasi dan motivasi.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih bayak kekurangan.

Sehingga, demi kesempurnaan penulisan selanjutnya, penulis mengharapkan kritik dan

Page 8: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

 

saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga

apa yang telah dihasilkan dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Jakarta, 08 Maret 2018

Penulis

 

 

 

 

 

Page 9: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

ABSTRAK

Luthfi Muchlis (NIM: 1112011000091) Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholis Madjid

Pada dekade 70-80-an eksistensi pesantren mulai meredup, alumninya tak mampu berkiprah dalam persaingan global, dikarenakan pesantren menutup diri akan perkembangan jaman. Pesantren hanya fokus dalam mendalami ilmu-ilmu agama saja. Sehingga muncullah ide dari para tokoh agama dan juga pemerintah akan pembaharuan pendidikan pesantren dengan harapan pesantren dapat lebih berkontrubusi dalam perkembangan di berbagai sektor.

Seiring dengan itu muncul banyak ide-ide baru, yang bertujuan menyegarkan kembali pendidikan pesantren agar alumninya tidak hanya piawai dalam masalah agama tatapi juga dalam pengetahuan umum lainnya. Pada masa Orde Baru muncullah ide dari seorang cendikiawan muslim yang menawarkan ide pembaharuan pesantren yang bertolak dari keprihatinannya akan dunia pesantren yang makin tertinggal. Cendikiawan sekaligus penulis karya-karya yang bertemakan pembaharuan, Nurcholis Madjid, dalam beberapa bukunya mengulas tetntang bagaimana kondisi pesantren pada saat ini. apa yang menyebabkan pesantren dikatakan kolot, konservatif dan terlalu sempit memandang permasalahan umat pada masa kini, yang menjadi kritiknya adalah sistem pendidikan yang dipakai oleh pesantren adalah dalam aspek sarana dan prasarana, manajerial pesantren, metode pembelajaran dan juga system keorganisasian pesantren.

Namun, kendatipun demikian saat ini pesantren di Indonesia tidak seluruhnya melakukan pembaharuan di aspek-aspek tersebut. Masih banyak pesantren yang bertahan dengan tradisi lamanya dan tidak tertarik untuk memperbaharui pesantrennya. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor yang akan dibahas dalam skrpsi ini.

Dalam penelitian ini diungkap berbagai pemikiran Nurcholis Madjid terhadap sistem pendidikan pesantren di Indonesia. Penelitian literer yang bersifat deskriptif dengan sumber primer karya-karya Nurcholis Madjid.

 

Page 10: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

i  

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

UJI REFERENSI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................................13

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .............................................14

D. Kajian Terhadap Modernisasi Pesantren ......................................................14

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ............................................................16

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG MODERNISASI PESANTREN .................... 17

A. Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia .................................................17

B. Pesantren Sebagai Pusat Pendidikan .............................................................20

C. Landasan Pendidikan Pesantren ....................................................................26

D. Pola Penyelenggaraan Pesantren ..................................................................28

E. Landasan Historis Pendidikan Pesantren ......................................................30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................37

A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................37

B. Jenis dan Sifat Penelitian ..............................................................................37

C. Teknik Pemgumpulan Data ...........................................................................38

D. Sistematika Penulisan ...................................................................................39

E. Teknik Penulisan ...........................................................................................39

Page 11: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

ii  

BAB IV GAGASAN NURCHOLIS MADJID TERHADAP MODERNISASI

PESANTREN ............................................................................................... 40

A. Biografi Nurcholis Madjid ............................................................................40

B. Kondisi Objektif Pesantren ...........................................................................44

C. Gagasan Nurcholis Madjid Tentang Modernisasi Pendidikan Pesantren .....48

D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ............................................................53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................81

B. Saran ............................................................................................................83

C. Kata Penutup .................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

 

 

Page 12: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

2  

   

Untuk mencapai tujuan tersebutlah pesantren hadir dengan pola pendidikan

informal yang di adakan di masjid-masjid, surau, dan tempat lainnya. Nuansa

keagamaan yang kental dalam proses pendidikannya tersebutlah kiranya sama

sekali tidak menyentuh aspek selainnya. Seperti ilmu pengetahuan umum dan

teknologi.Pesantren hanya terfokus pada menyiapkan santri dengan bekal

pengetahuan agama melalui kajian kitab-kitab klasik.

Pesantren tidak hanya melahirkan tokoh-tokoh nasional yang paling berpengaruh

di negeri ini, tetapi juga diakui telah berhasil membentuk watak tersendiri, dimana

bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam selama ini dikenal sebagai

bangsa yang akomodatif dan penuh tenggang rasa. Kendatipun demikian, dalam

perjalanan sejarahnya yang panjang pondok pesantren mengalami dinamika yang

luar biasa.Hal ini tentu saja tidak terlepas dari berbagai konteks yang

melatarbelakangi.Sejak era kolonial pesantren tidak hanya sebagai pusat

pendidikan tetapi juga simbol perlawanan terhadap penjajah.Pesantren telah

melahirkan tokoh-tokoh terdepan yang non-kooperatif terhadap pemerintah

kolonial.Keadaan inilah yang kemudian membuat pesantren bergeser ke wilayah

periverial (pinggiran).Sebagai simbol oposisi terhadap pemerintah kolonial,

pesantren yang sebelumnya lebih akomodatif terhadap nilai-nilai budaya lokal kini

mulai protektif dan penuh kecurigaan, terutama terhadap nilai-nilai Barat yang

dibawa oleh penjajah.1

Perjalanan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan

perkembangan Islam di negeri ini, sebab kemerdekaan Indonesia saja tidak terlepas

dari perjuangan umat Islam yang berkembang dari surau, masjid, mushola

pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya. Dalam sejarahnya umat

muslim yang berkembang dari pesantren berjuang melawan penjajah negeri ini

dengan segala daya dan upayanya. Mengusir penjajah dari bumi pertiwi ini

bukanlah hal yang mudah, sebab harta dan nyawa pun jadi taruhannya. Dalam

                                                            1Ibid, hal. 117

Page 13: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

3  

   

proses perlawanan terhadap penjajah inilah muncul sikap antipati terhadap apa yang

berkaitan dengan penjajah. Mulai dari cara berpakaian, tutur kata bahkan kemajuan

teknologi sekalipun, hal tersebut nampaknya adalah imbas dari ghiroh juang kaum

santri dalam memperjuangkan kemerdekaan. Namun, hal tersebut menjadi warisan

turun temurun di pesantren hingga kini yang menimbulkan sulitnya pesantren

dalam menjawab tantangan zaman.

Sejalan dengan kenyataan historis di atas, pesantren bukan hanya sebagai

lembaga pendidikan keagamaan tertua di negeri ini tetapi juga hasil produk budaya

nusantara yang indegenous.Pada awal-awal perkembangannya memang pesantren

belum tersetruktur, tetapi sejalan dengan perkembangan Islam di negeri ini,

terutama setelah terjadi persentuhan yang semakin kuat dengan tradisi intelektual

di Timur Tengah, penyelenggaraan pendidikan ini makin terstruktur.Sejak itulah

muncul tempat-tempat pengajian yang merumuskan kurikulumnya.Bentuk ini

kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para

pelajaryang kemudian disebut “pesantren”.Meskipun bentuknya masih sangat

sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren satu-satunya lembaga pendidikan

yang terstruktur.Sehingga pendidikan ini dianggap paling bergengsi.Di lembaga

inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya

menyangkut praktek kehidupan keagamaan.2

Eksistensi pondok pesantren sudah tidak diragukan lagi.Lembaga pendidikan ini

telah sejak lama memberikan banyak sumbangsih bagi perjalanan bangsa ini dari

berbagai aspek, mulai dari bidang keilmuan, politik, ekonomi dsb.Agar eksistensi

pondok pesantren dapat terus unjuk gigi dan dapat terus memerankan perannya

dalam mencetak generasi muda bangsa, pesantren diharapkan dapat menyesuaikan

diri dengan arus perkembangan zaman yang tak dapat dibendung lagi.Maka harus

                                                            2 Amin Haedari “Transformasi Pesantren” (Jakarta: Lekdis dan Media Nusantara,

2006)hal. 45

Page 14: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

4  

   

ada langkah modernisasi sistem pendidikannya agar dapat selalu sejalan dengan

perkembangan zaman tanpa menghilangkan tradisi-tradisi yang dipegangnya.

Sementara itu, kondisi obyektif pendidikan Indonesia adalah sebuah potret

dualisme pendidikan, yaitu pendidikan Islam tradisional dan pendidikan

modern.Pendidikan Islam tradisional diwakili pesantren yang bersifat konservatif

dan hampir steril dari ilmu-ilmu modern.Sedangkan pendidikan modern diwakili

oleh lembaga pendidikan umum yang disebut sebagai “warisan kolonial” serta

madrasah-madrasah yang dalam perkembangannya telah berafiliasi dengan sistem

pendidikan umum.3

Dalam pendidikan pesantren modern hakikatnya ini terjadi akibat adanya

ekspansi pendidikan modern ala penjajah Belanda pada saat itu, yang kemudian

oleh beberapa pesantren yang ingin kontinuitas dan kelangsungannya direspon

dengan cara “menolak sambil mencontoh”4

Pada perkembangannya beberapa pesantren mengadopsi sistem-sistem yang di

tampilkan oleh para penjajah, pesantren model seperti ini telah menyadari bahwa

kemajuan pesantren harus ditopang juga dengan pengetahuan-pengetahuan

pendukung lainnya.Hal tersebutlah yang melatar belakangi beberapa pesantren

mengadopsi sistem-sistem penjajah belanda.Namun, bukan berarti selutuh

pesantren melakukan hal tersebut.Beberapa pesantren tetap eksis dan teguh pada

pendiriannya dengan menutup diri dari warisan penjajah.Sehingga, pesantren

tersebut menutup diri dari perkembangan dunia luar dan hanya membekali santri-

santrinya dengan pengertahuan agama saja.

                                                            3 Yasmadi “Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional” (Jakarta: Ciputat Press, 2002)hal 45 4Nurcholis Madjid “Bilik-bilik pesantren” (Jakarta: Paramadina, 1997) hal. xiv

Page 15: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

5  

   

Sistem pesantren salaf, yaitu pesantren yang semata-mata hanya

mengajarkan atau menyelenggarakan pengajian kitab kuning yang dikategorikan

mu’tabaroh, dan sistem pendidikannya dengan sorogan atau bandongan.5

Pesantren sebagai pendidikan Islam oleh sebagian besar masyarakat tidak

pernah tersentuh oleh pembaharuan secara sistematik, terlebih lagi pesantren

dipandang sebagai potret keterbelakangan pendidikan Islam khususnya di

Indonesia ini. Hal tersebut tidak lain disebabkan oleh banyaknya pesantren yang

tidak mampu bertahan ditengah arus perkembangan zaman yang tidak bisa

dibendung lagi dewasa ini.

Hal tersebut berimbas kepada kurangnya kepercayaan masyarakat untuk

menitipkan anaknya di pondok pesantren. Namun, disisi lain banyak bermunculan

pesantren-pesantren yang justru mampu mengiringi perkembangan zaman dengan

menyelaraskan kurikulumnya dengan kurikulum nasional, mampu

mengidentifikasi kebutuhan sumber daya manusia pada era globalisasi ini, dengan

mengintegrasikan pendidikan umum dengan pendidikan Islam sehingga tak ada lagi

dinding pembatas antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum lainnya.

Keduanya berjalan beriringan sebagai implementasi dari menyiapkan bekal dunia

dan akhirat.

Problematika yang muncul kemudian adalah adanya dikotomi pendidikan

Ilmu Agama dan Ilmu Umum, dan tidak dapat dipungkiri sikap pesantren sebagai

salah satu lembaga pendidikan di Indonesia menunjukkan sikap antipati terhadap

ilmu-ilmu umum, sehingga yang menjadi fokus diajarkan di pesantren hanyalah

ilmu-ilmu agama.

Polarisasi ini menuntut bentuk perubahan yang radikal dalam sistem

pendidikan yang komprehensif dalam mentransformasi peradaban manusia secara

makro menuju peradaban madani yang sejalan dengan nilai doktrin Islam.Sebab

                                                            5 Mastuhu, “Dinamika Pesantren” (Jakarta: Langit Biru) hal. 39

Page 16: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

6  

   

pendidikan dalam konteks upaya merekonstruksi suatu peradaban merupakan salah

satu kebutuhan (jasa) asasi yang dibutuhkan oleh setiap manusia dan kewajiban

yang harus diemban oleh negara agar dapat membentuk masyarakat yang memiliki

pemahaman dan kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi kehidupan selaras

dengan fitrahnya serta mampu mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik

dari setiap masa ke masa berikutnya.6

Hal demikian jelas sangat bertolak belakang dengan keadaan yang ada pada

zaman Nabi Muhammad dan para sahabatnya.Mereka sangat menghargai dan

mencintai ilmu pengetahuan.Dalam tradisi intelektual Islam, pendidikan telah lama

dikenal yaitu sejak awal Islam.Pada masa awal, pendidikan telah lama dikenal yaitu

sejak awal Islam, Pada masa awal, pendidikan identik dengan upaya da’wah

Islamiyah, karena itu pendidikan berkembang sejalan dengan perkembangan agama

itu sendiri.Prof. Baharuddin dalam bukunya “dikotomi pendidikan Islam” mengutip

pandangan Fazlur Rahman bahwa kedatangan Islam membawa untuk pertama

kalinya suatu instrumen pendidikan tertentu yang berbudayakan agama, yaitu al-

Qur’an dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad.Tetapi perlu dipahami bahwa pada

masa awal perkembangan Islam, tentu saja pendidikan formal yang sistematis

belum terselenggara.Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan bersifat

informal dan inipun lebih berkait dengan upaya da’wah Islam, penyebaran,

penanaman dasar-dasar kepercayaan, dan ibadah Islam.7

Dalam catatan historis diatas Islam pada masa kejayaannya justru amat

mencintai ilmu pengetahuan, tidak adanya sekat-sekat kedudukan ilmu

pengetahuan pada saat itu merupakan sebab munculnya semangat intelektual umat

Islam.Ilmu agama dengan ilmu umum merupakan satu kesatuan, memiliki urgensi

                                                            6 Baharuddin, “Dikotomi Pendidikan Islam”(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) hal.

22-23 7Ibid, hal. 25

Page 17: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

7  

   

masing-masing.Meskipun pada awal Islam praktek pendidikan kala itu masih

bersifat informal, tetapi semangat intelektual umat kala itu amat tinggi.

Hingga saat ini, perdebatan seputar dikotomi antara ilmu agama dan ilmu

umum masih terjadi.Karena itu konsep integrasi ilmu tetap menjadi diskursus yang

aktual.Sebagian berpandangan bahwa antara ilmu agama dan ilmu umum (sains)

merupakan dua kategori yang berbeda, memiliki wilayah kajian yang berbeda, dan

diorientasikan pada hal-hal yang berbeda pula. Sebagian lain mengatakan

sebaliknya, baik ilmu agama maupun ilmu umum adalah dua hal yang bersifat

integratif, dua aktifitas yang sama, dan keduanya tidak boleh dipilah-pilah karena

keduanya dapat saling melengkapi serta dapat dimanfaatkan bagi kepentingan umat

manusia.8

Perbedaan dalam memahami apakah ilmu agama dan ilmu umum itu

berada dalam satu kesatuan rasanya terus bergulir hingga kini.Yang harus menjadi

perhatian adalah adanya ketidak seimbangan antara proporsi keduanya.Ada

sekelompok orang yang hanya menganggap penting ilmu-ilmu agama saja dan

mengenyampingkan ilmu-ilmu lainnya, dan ada pula yang menganggap ilmu agama

itu paling penting dan menganggap perlu ditopang dengan kecakapan pengetahuan

ilmu-ilmu umum dan teknologi.

Secara historis, sebenarnya upaya awal survival pesantren telah dilakukan

jauh sebelum kemerdekaan, yakni sejak dilancarkannya perubahan atau

modernisasi pendidikan Islam di kawasan muslim. Modernisasi paling awal sistem

pendidikan Islam di Indonesia, diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda

pada paruh abad ke 19 M. Ini bermula dari adanya perluasan kesempatan para

pribumi untuk mendapatkan pendidikan, sebagai akibat penerapan politik ethis.

                                                            8 Syamsul Kurniawan, “Pemikiran Pendidikan Islam Soekarno” (Jakarta: Samudra Biru,

2016) hal. 34

Page 18: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

8  

   

Program ini dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan mendirikan

sekolah-sekolah rakyat atau sekolah negeri.9

Sistem pembelajaran tradisional yang berlaku, yaitu sorogan,

bandongan/balaghan atau halaqah (lingkar study) 10 dalam perspektif historis

terlihat, ketika pemerintah kolonial memperkenalkan pendidikan modern, kalangan

pesantren menyikapinya dengan resistansi yang kuat terhadap kebijakan

pemerintah kolonial tersebut, bahkan mengambil jalur politik non-kooperatif

dengan belanda, serta isolatif. Padahal pemerintah Belanda dengan segala i’tikad

baik nya ingin menyertakan rakyat “Hindia Belanda” dalam peradaban modern

tersebut.Para Ulama justru mengimbanginyadengan mengembangkan dan

mendirikan lebih banyak pesantren-pesantren, yang terasing dan mengasingkan diri

dengan lingkungan waktu itu.11

Kesenjangan waktu atau time lag memang mengandung konotasi ada yang

berposisi ketinggalan, konserpatif, ataupun kolot.Tetapi membentuk konotasi

keagamaan sebagai kekolotan sudah tentu tidak benar. Dalam hal universitas

Harvard misalnya, relevansinya dengan perkembangan zaman, bahkan

kepemimpinan, tidaklah diperoleh dengan meninggalkan sama sekali jiwa

“kepesantrenannya” (dalam arti: fungsi pokok atau historis sebagai tempat

pendidikan keagamaan). Disana masih terdapat bagian-bagianyang mengajarkan

teologis, disamping monumen-monumen keagamaan.Bahkan dalam bidang

teologia itu Harvard tetap meneruskan peranan historisnya sebagai penganut

madzhab unitarianisme.12

Penyajian fenomena diatas menunjukkan bahwa untuk memainkan peranan

besar dan menentukan dalam ruang lingkup nasional, pesantren-pesantren kita tidak

                                                            9 Abdul Halim Soebahar, “Modernisasi Pesantren”(Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2009) hal 40 10Ibidhal.112 11Ibidhal.115 12Nurcholis Madjid “Bilik-bilik Pesantren” (Jakarta: Paramadina, 1997)hal. 95

Page 19: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

9  

   

perlu kehilangan kepribadiannya sendiri sebagai tempat pendidikan

keagamaan.Bahkan tradisi-tradisi keagamaan yang dimiliki pesantren-pesantren itu

sebenarnya merupakan ciri khusus yang harus dipertahankan, karena disinilah letak

kelebihannya.13

Usaha untuk mendekonstruksi dan merekonstruksi “kebenaran-kebenaran”

yang telah mengakar di dunia pesantren menjadi hal yang tabu. Akibatnya, sistem

pendidikan ini tidak menganggap penting lagi meninjau pola pikir dan hasil jeri

payah para ulama terdahulu ketika berhadapan dengan perkembangan

kontemporer.14

Sistem pembelajaran di pesantren yang terjadi selama ini memandang

ajaran-ajaran Islam sebagai monumen baku yang statis, tak dapat di ganggu gugat

lagi. Sehingga upaya menyelaraskan ajaran Islam dengan perkembangan jaman

menjadi nhal yang tak mungkin terjadi, padahal ajaran-ajaran Islam yang di fahami

oleh muslim di dunia merupakan hasil ijtihad para ulama terdahulu sesuai dengan

kondisi sosiologis, geografis dan politik ketika itu. Keadaan pada masa para ulama

mujtahid terdahulu sangat jauh berbeda dengan kondisi kita pada saat ini, sehingga

mengharuskan adanya pembaharuan-pembaharuan yang disesuaikan dengan

denyut nadi perkembangan jaman.Pada dasarnya ajaran Islam adalah ajaran yang

cocok dengan kondisi dan tempat dimanapun berada.Dan ajaran Islam adalah ajaran

yang dinamis.

Disisi lain, sekitar tahun 1900 sampai pertengahan abad ke 20 ini, kompromi

dengan sistem pendidikan modern diperlihatkan oleh madrasah-madrasah dan

perguruan-perguruan di Minangkabau dan Jawa. Pembaharuan dalam lembaga

pendidikan tersebut dibawaoleh tokoh-tokoh, seperti Haji Rasul, Abdulah Ahmad,

                                                            13Ibid hal. 97 14 Armai Arif, “Reformulasi Pendidikan Islam”(Jakarta: CRSD, 2005) hal. 48

Page 20: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

10  

   

KH Ahmad Dahlan, dan lain-lain dengan mengadopsi corak pembaharuan

pendidikan Muhammad Abduh di Mesir.15

Dalam perjalanannya, pendidikan pesantren tidak semua yang ada bersikap

antipati terhadap dunia luar, dijelaskan diatas bahwa upaya pembaharuan sistem

pendidikan telah ditampilkan oleh beberapa tokoh di Indonesia seperti KH.Ahmad

Dahlan dan lain sebagainya. Itu menunjukkan bahwa telah ada kesadaran akan

pentingnya dunia pesantren membuka diri dengan perkembangan dunia global.

Hanya saja masih ditemukan beberapa pondok pesantren yang masih anti terhadap

dunia luar, dan cenderung mendikotomikan Antara pendidikan agama dengan

pendidikan umum.

Gerakan pembaharuan ini sangat berpengaruh dan berhasil untuk ukuran

waktu itu.Tetapi, tokoh pembaharu yang datang kemudian untuk melihat

kelemahan-kelemahan pada gerakan pembaharuan diatas.Terutama dalam wacana

masyarakat madani, lembaga pendidikan dalam hal ini dianggap tidak relevan lagi,

sebab hanya berdampak pada “pemiskinan intelektual” karena meninggalkan

khazanah kitab-kitab Islam klasik.16

Pertumbuhan pesantren sehingga tampak dengan model dan peran yang

muncul saat ini, menurut pengamatan Dr. Nurcholis Madjid, selain disebabkan

tiadanya kejelasan tujuan pendidikan pesantren, sedikit banyak juga dipengaruhi

ileh seting sejarah Indonesia yang pernah mengalami penjajahan. Dengan

membandingkan antara pertumbuhan pesantren di Indonesia dengan sistem

pendidikan di Barat, dimana hampir semua universitas terkenal disana cikal

bakalnya adalah perguruan yang semula berorientasi keagamaan, Nurcholis Madjid

melihat kemungkinan pesantren memainkan peranan yang begitu besar dalam

perkembangan sistem pendidikan modern, jika Indonesia tidak mengalami

                                                            15 Yasmadi “Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional” (Jakarta: Ciputat Press, 2002 )hal. 4 16ibid hal. 5

Page 21: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

11  

   

penjajahan, mungkin pertumbuhan sistem pendidikan di Indonesia akan mengikuti

jalur jalur pesantren selama ini, sehingga perguruan tinggi yang ada sekarang ini

tidak akan berupa Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung

(ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gajah Mada (UGM) atau

perguruan ternama lain, melainkan, mungkin, namanya universitas Tremas,

Krapyak, Tebuireng, Bangkalan, Lasem dan lain-lain.17

Selain daripada hal tersebut di atas menurut Dr. Nurcholis madjid

kelemahan pesantren dewasa ini adalah adanya pengaruh semangat pribadi para

pendirinya terhadap pesantren itu memang tidak bisa dihindarkan dan ini bukanlah

kesalahan mereka. Para pendiri tidak an sich salah, kalau saja hambatan bagi

perkembangan pesantren tidak timbul dari dominasi pengaruh ini. Sebab, seorang

pribadi tentulah tidak lebih daripada kapasitas-kapasitas fisik maupun mentalnya.Ia

memiliki kemampuan-kemampuan yang terbatas. Umpamanya saja, dari segi non

fisik, pribadi tersebut mengetahui beberapa hal, tetapi bisa dipastikan lebih banyak

lagi hal lain yang belum diketahuinya. Keterbatasan akan pengetahuan itu tentu

akan tercermin pula dalam keterbatasan kemampuan mengadakan responsi pada

perkembangan masyarakat.18

Pesantren di Indonesia yang bercorak tradisional dalam sistem

pengajarannya, juga dalam manajerial pesantren.Belum adanya penyusunan

kurikulum secara sistematis, bahkan tidak adanya evaluasi pembelajaran dalam

sistem pembelajarannya, pembelajaran hanya berpacu kepada pengajian kitab-kitab

klasik tanpa adanya sistem evaluasi untuk mengetahui capaian para santrinya.Dan

juga dalam manajerial pesantren, pesantren modern amat bertumpu pada pimpinan

                                                            17 Mastuhu, “Dinamika Sisten Pendidikan Pesantren” (Jakarta: Langit Biru) hal. 37 18Nurcholis Madjid “Bilik-bilik pesantren Sebuah Potret Perjalanan” (Jakarta:

Paramadina, 1997) hal. 6

Page 22: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

12  

   

pesantren atau kyai, kyai memegang stabilitas utama dalam keberlangsungan

kehidupan pesantren.Bahkan tidak sedikit pesantren yang gulung tikar disebabkan

meninggalnya kyai.Karna dalam sistem manajerial pesantren tradisional belum

dipikirkan mengenai kaderisasi kepemimpinan.Dan pesantren terlalu bergantung

terhadap sosok kyainya.

Kemudian kurangnya kemampuan pesantren dalam merespon dan

mengimbangi perkembangan zaman, ditambah faktor lain yang sangat beragam,

membuat produk-produk pesantren yang dianggap kurang siap untuk “lebur” dan

mewarnai kehidupan modern. Tidaklah mengherankan apabila muncul gambaran

diri seorang santri itu, dibanding dengan tuntutan kehidupan nyata pada zaman

sekarang, adalah gambaran diri seorang dengan kemapuan-kemampuan

terbatas.Sedemikian terbatasnya kemampuan itu sehingga peranan-peranan itu

hanya bersifat tambahan yang kurang berarti pada pinggiran-pinggiran keseluruhan

sistem masyarakat saja, dan kurang menyentuh, apalagi mempengaruhi nukleus dan

inti-poros perkembangan masyarakat itu.Meskipun gambaran diri itu tetap

mermiliki warna keagamaan biasanya memperoleh gelar sebagai kyai, alim, ustadz

atau sekedar santri namun diukur dari keharusan-keharusan keagamaan itu sendiri

masih menunjukkan kekurangan-kekurangan.19

Dari pemaparan diatas terlihat adanya image yang ditimbulkan masyarakat

pada umumnya tentang kompetensi para alumni pesantren, yang keilmuannya tidak

jauh dari kelimuan agama saja.Dan anggapan seperti itu nyatanya tidak dapat

mengambil peranan dalam perkembangan dunia secara keseluruhan.Sebab,

tantangan di era globalisasi seperti sekarang ini adalah bagaimana sumber daya

manusia menguasai teknologi, social, politik dan lain sebagainya.Dan pesantren

yang merupakan lembaga pendidikan khas Indonesia harus dapat menjawab

tantangan tersebut.

                                                            19Ibid, hal. 7

Page 23: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

13  

   

Selanjutnya menyikapi kelemahan pesantren dewasa ini penulis

berkesimpulan bahwa masih ditemukan corak pesantren tradisional yang

menunjukkan sikap antipati terhadap ilmu-ilmu umum, sikap tersebut

menimbulkan kontrasnya dikotomi antara ilmu agama dengan ilmu

umum.Ketimpangan yang terjadi pada pesantren tradisional ini disebabkan karna

kurangnya respon pesantren terhadap dunia luar pesantren yang telah beberapa

langkah lebih maju di bidang sains, teknologi, sosial dsb.Pesantren dengan corak

seperti tersebut diatas ini hanya menitikberatkan santrinya agar memiliki

pemahaman hanya dalam bidang agama saja dan cenderung mengenyamoingkan

ilmu-ilmu umum.

Menyikapi kondisi ini, tokoh cendikiawan muslim yang mempopulerkan

masyarakat madani di Indonesia, Nurcholis Madjid, melontarkan ide untuk

mengangkat dan mengembangkan citra pesantren dengan tema modernisasi

pendidikan Islam tradisional (pesantren). Untuk menuju masyarakat madani,

pesantren dijadikan pijakan dasar, sebab di samping lembaga ini menyimpan

khasanah Islam klasik, pesantren adalah sistem pendidikan benar-benar

mencerminkan peradaban “Indonesia baru” yang bercirikan budaya lokal. Menurut

Nurcholis Madjid, semboyan mewujudkan masyarakat madani akanmudah

terwujud bila institusi pesantren tanggap atas perkembangan dunia modern.20

Nurcholis madjid adalah tokoh cendikiawan muslim yang dalam karya-

karyanya mengusung tema pembaharuan pemikiran, pada masa orde baru Nurcholis

Madjid banyak membuat inovasi dalam hal pembaharuan pemikiran Islam, tak

jarang pula karya dan pemikirannya menciptakan imagenegatif dari masyarakat

luas, pemikiran Nurcholis Madjid dianggap oleh segelintir orang sebagai pemikiran

liberal yang justru memarjinalkan Islam.

                                                            20 Yasmadi “Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional” (Jakarta: Ciputat Press, 2002 )hal. 6

Page 24: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

14  

   

Oleh sebab itu, penulis ingin membahas pemikiran Nurcholis Madjid

tentang modernisasi pendidikan pesantren, serta merupakan jawaban dari banyak

pertanyaan masyarakat tentang anggapan kepada Nurcholis Madjid yang

memarjinalkan Islam secara global atau pesantren secara lingkup lebih sempit

karena dalam banyak karyanya Nurcholis Madjid mengungkap bagaimana sistem

pendidikan pesantren seharusnya.

Atas dasar uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat pemikiran

Nurcholis Madjid dalam memperbaharui sistem pendidikan pesantren, maka

diangkatlah judul “Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholis

Madjid” sebagai judul skripsi ini.

A. Identifikasi Masalah

Dari uraian singkat di atas, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang

terkait dengan penelitian ini, yaitu:

1. Adanya sikap antipati pesantren terhadap dunia modern.

2. Belum adanya kesadaran pesantren perihal pentingnya mengikuti perkembangan

zaman.

3. Adanya dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan diatas, agar dalam pembahasan dan

analisis tidak terlalu melebar dan meluas sehingga tidak sesuai dengan judul dan

tujuan, maka penyusunan ini perlu pembatasan masalah. Pembahasan pada

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi objektif pesantren menurut Dr. Nurcholis Madjid?

Page 25: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

15  

   

2. Apakah ide-ide Dr. Nurcholis Madjid tentang modernisasi pesantren?

3. Apa kelemahan dan kelebihan pesantren dalam pandangan Nurcholis Madjid?

C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apa kelemahan dan kelebihan pesantren menurut

Nurcholis Madjid.

b. Untuk memperoleh pemahaman dari pemikiran Dr. Nurcholis Madjid tentang

modernisasi pendidikan pesantren ke depan.

2. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Untuk memperluas pemahaman penulis tentang modernisasi sistem

pendidikan pesantren.

b. Melengkapi khasanah intelektual Islam tentang modernisasi pesantren.

c. Memberikan kontribusi pemikiran kontemporer untuk dijadikan referensi

bagi penelitian selanjutnya.

Page 26: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

16  

   

 

 

 

 

 

 

 

Page 27: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

17  

   

BAB II

KAJIAN TEORI

TENTANG MODERNISASI PESANTREN  

A. Kajian Teori

1. Modernisasi Pendidikan Pesantren

a. Pengertian Modernisasi

Modernisasi menurut sejarahnya, merupakan proses perubahan menuju tipe sistem

sosial, ekonomi dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika

Utara pada abad ke-19 dan 20 meluas ke negara-negara Amerika Selatan, Asia serta

Afrika. Ahli-ahli ekonomi menginterpretasikan modernisasi dalam arti model-

model pertumbuhan yang berisikan indeks-indeks semacam indikator ekonomi,

standar hidup, pendapatan perkapita dan lain-lain. Ahli-ahli politik membuat

konsep modernisasi, menurut proses politik, pergolakan sosial dan hubungan-

hubungan kelembagaan. Ahli-ahli sosiologi mendefinisikan modernisasi dengan

berbagai macam tetapi tetap dalam kerangka perspektif evolusioner yang mencakup

transisi multiliner masyarakat yang sedang berkembang dari tradisi ke

modernisasi21

Menurut Harun Nasution “Modernisasi dalam masyarakat barat mengandung arti

pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah paham-paham, adat istiadat,

institusi-institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang

ditimbulkan oleh perubahan dan keadaan, terutama oleh kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern22

Dari penjabaran diatas diketahui bahwa modernisasi adalah suatu gagasan

menuju penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada masa kini.Usaha

                                                            21 Harapandi Dahri, “Modernisasi Pesantren”, (Jakarta: Balai Penelitian dan

Pengembangan Agama), hal. 72 22 Harun Nasution, “Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan”,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. II, hal. 11

Page 28: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

18  

   

tersebut merupakan langkah penyesuaian terhadap perubahan sosial masyarakat,

teknologi, sains dsb. Agar terbentuknya situasi yang kekinian dan semua aspek

dapat berjalan sebagaimana perkembangan yang terus dan akan selalu terjadi.

Kata modern dalam bahasa Indonesia selalu dipakai kata modern, modernisasi,

modernisme seperti “aliran modern dalam Islam” begitu juga “Islam dan

Modernisasi”. Modernisme pada masyarakat barat mengandung arti pikiran, aliran,

adat istiadat institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan

suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

modern.Kata modern berasal dari kata modoyang berarti barusan. Bisa juga

diartikan sikap dan cara berfikir, serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman,

sedangkan modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas

sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini.23

Menurut Abuddin Nata, modern diartikan sebagai yang terbaru atau

mutakhir. Selanjutnya kata modern erat kaitannya dengan kata modernisasi yang

berarti pembaharuan atau tajdiddalam Bahasa Arab.Modernisasi mengandung

pengertian, pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk mengubah pola, paham,

institusi dan adat untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Islam, modernisasi seringkali

juga berarti upaya sungguh-sungguh untuk melakukan reinterpretasi terhadap

pemahaman, pemikiran, dan pendapat tentang masalah ke-Islaman yang dilakukan

oleh pemikir terdahulu untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Selanjutnya aspek yang dihasilkan oleh modernisasi disebut modernitas.24

b. Syarat-syarat Modernisasi

Modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada faktor-

faktor rehabilitasi. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif dan agar proses

                                                            23 Harapandi, Modernisasi Pesantren ....hal. 72

Page 29: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

19  

   

tersebut tidak mengarah pada angan-angan sebaliknya modernisasi harus dapat

memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat yang digagas oleh

Soerjono Soekanto memiliki beberapa syarat yaitu:

1) Cara berfikir yang ilmiah (scientifik thinking)

2) Sistem administrasi yang baik, yang benar – benar mewujudkan birokrasi.

3) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teraturdan terpusat.

4) Pendiptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan

cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.

5) Tingkat organisasi yang tinggi.

6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.25

Apabila dibedakan menurut asal faktornya, maka faktor-faktor yang

mempengaruhi modernisasi pesantren dapat dibedakan atas faktor internal dan

eksternal.

a) Faktor-faktor internal, merupakan faktor-faktor perubahan yang berasal dari

dalam masyarakat, misalnya :

(1) Perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya penduduk),

(2) Konflik antar-kelompok dalam masyarakat,

(3) Terjadinya gerakan sosial dan

(4) Penemuan-penemuan baru, yang meliputi (a) discovery, atau penemuan

ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya (b) invention,,

penyempurnaan penemuan-penemuan pada discovery oleh individu, dan

(c) inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat yang telah ada.

a. Faktor-faktor eksternal, atau faktor-faktor yang berasal dari luar

masyarakat, dapat berupa:

(1) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, yang meliputi proses-proses difusi

(penyebaran unsur kebudayaan), akulturasi (kontak kebudayaan), dan asimilasi

(perkawinan budaya),

                                                            25 Soejono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1996). Cet. XXII. Hal. 386-387.

Page 30: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

20  

   

(2) Perang dengan negara atau masyarakat lain, dan

(3) Perubahan lingkungan alam.

Sedangkan dilihat dari faktor-faktor modernisasi pesantren menurut

jenisnya dapat dibesakan antara faktor-faktor yang bersifat material dan yang

bersifat immaterial.

b) Faktor-faktor yang bersifat material, meliputi:

(1) Perubahan lingkungan alam,

(2) Perubahan kondisi fisik-biologis, dan

(3) Alat-alat dan teknologi baru, khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi.

c) Faktor-faktor yang bersifat immaterial, meliputi:

(1) Ilmu Pengetahuan, dan

(2) Ide-ide atau pemikiran baru, ideologi, dan nilai-nilai lain yang hidup dalam

masyarakat.26

Sedangkan modernisasi pendidikan dilakukan dengan maksud menuju

pendidikan yang berorientasikan kualitas, kompetensi, dan skill. Artinya yang

terpenting ke depan bukan lagi memberantas buta huruf, lebih dari itu membekali

manusia terdidik agar dapat berpartisipasi dalam persaingan global juga harus

dikedepankan. Berkenaan dengan itu, standar mutu yang berkembang di masyarakat

adalah tingkat keberhasilanlulusan sebuah lembaga pendidikan dalam mengikuti

kompetisi pasar global.

Dalam firman Allah :

م حتى یغیروا ما بأنفسھم لھ معقباـث من بین یدیھ ومن خلفھ یحفظونھ من أمر اہلل إن اہلل الیغیر ما بقو

Artinya:

                                                            

Page 31: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

21  

   

“Bagi Manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan

dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’du 13:11)

Ayat ini berbicara tentang dua macam perubahan dengan dua

pelaku.Pertama, perubahan masyarakat yang pelakunya adalah Allah SWT.Dan kedua,

perubahan keadaan diri manusia dan pelakunya adalah manusia.Perubahan yang

dilakukan Tuhan terjadi secara pasti melalui hokum-hukum masyarakat yang

ditetapkan. Hukum-hukum tersebut tidak memilih atau membedakan antara satu

masyarakat atau kelompok dengan masyarakat atau kelompok lain.27

B. Sistem Pendidikan Pesantren

1. Pesantren sebagai Sebuah Sistem

Sistem Pendidikan Pesantren Sistem adalah seperangkat peraturan,

prinsip, tata nilai dan sebagainya yang digolongkan atau di susun dalam bentuk

yang teratur untuk mewujudkan rencana logis yang berhubungan dengan berbagai

bagian dan membentuk satu kesatuan.28

Menurut terminologi ilmu pendidikan, sistem dapat diartikan sebagai

“suatu keseluruhan yang tersusun dari bagian-bagian yang bekerja sendiri-sendiri

(independent)” atau bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil tujuan yuang

diinginkan berdasarkan kebutuhan.” Masa awal perkembangan Islam ditandai oleh

munculnya lembaga pendidikan informal di rumah sahabat arqam, dan pada saat

yang sama telah ada kuttab, kemudian muncul masjid, dan baru madrasah. Namun,

di luar jenis pendidikan ini didapatkan berbagai lembaga pendidikan lain misalnya

zawiyah, ribat dan khanqah(sebagai lembaga lembaga sufi), atau halaqat al-dzikir,

bayt al-hikmah, dar al-hikmah, al-Muntadiyat, Hawanin, klinik observatori,

perpustakaan, dan lain sebagainya.29

                                                            27Quraish Shihab, “Membumikan Al-Qur’an”(Jakarta: Mizan, 1992) hal. 246 28Nurcholis Madjid “Bilik-bilik pesantren Sebuah Potret Perjalanan” (Jakarta:

Paramadina, 1997) hal.87-88

29Abdullah Syukri Zarkasyi “Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005)” hal. 29

Page 32: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

22  

   

Sistem pendidikan Islam khususnya tradisional memiliki ragam nama yang

berbeda-beda namun pada hakikatnya tetap sama, yaitu lembaga pendidikan Islam

yang mengkaji dan mendalami ajaran-ajaran ke-Islaman. Pondok pesantren

merupakan dua istilah yang menunjukan kepada satu pengertian.Suku jawa

biasanya menggunakan sebutan pondok/pesantren dan sering menyebutnya sebagai

pondok pesantren, di Sumatra barat disebut Surau, sedang di Aceh disebut

meunasah, rangkang dan dayah.Namun yang menjadi fokus kajian penelitian

penulis di sini adalah pesantren tradisional sebagai pembeda denganpesantren

modern.30

Keadaan pendidikan Islam dengan segala kebijaksanaan pemerintah pada

zaman Orde Lama. Pada akhir Orde Lama tahun 1965 lahir semacam kesadaran

baru bagi ummat Islam, di mana timbulnya minat yang mendalam terhadap

masalah-masalah pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkuat ummat Islam,

sehingga sejumlah organisasi Islam dapat dimantapkan. Dalam hubungan ini

Kementrian Agama telah mencanangkan rencana-rencana program pendidikan

yang akan dilaksanakan dengan menunjukkan jenis-jenis pendidikan serta

pengajaran Islam sebagai berikut :

a. Pesantren Indonesia Klasik, semacam sekolah swasta keagamaan yang

menyediakan asrama, yang sejauh mungkin memberikan pendidikan yang

bersifat pribadi, sebelumnya terbatas pada pengajaran keagamaan serta

pelaksanaan ibadah. Baik guru maupun muridnya, merupakan suatu masyarakat

yang hidup serta bekerja sama, mengajarkan tanah milik pesantren agar dapat

memenuhi kebutuhan sendiri.

b. Madrasah Diniyah, yaitu sekolah-sekolah yang memberikan pengajaran pada

murid sekolah negeri yang berusia 7 sampai 20 tahun. Pelajaran berlangsung

di dalam kelas, kira-kira 10 jam seminggu, di waktu sore, pada Sekolah Dasar

                                                            30Zamakhsyari Dhofier. “Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup

Kyai”,(Jakarta: LP3ES, 1985) hal 20-21

Page 33: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

23  

   

dan Sekolah Menengah (4 tahun pada Sekolah Dasar dan 3 sampai 6 tahun pada

Sekolah Menengah). Setelah menyelesaikan Pendidikan menengah negeri,

murid-murid ini akan dapat diterima pada pendidikan agama tingkat akademi.

c. Madrasah-madrasah swasta, yaitu pesantren yang dikelola secara modern, yang

bersamaan dengan pengajaran agama juga dibrikan pelajaran umum. Biasanya

tujuannya adalah menyediakan 60%-65% dari jadwal waktu untuk mata

pelajaran umum, dan 35%-450% untuk mata pelajaran agama.

d. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), yaitu Sekolah Dasar Negeri enam tahun,

di mana perbandingan umum kira-kira 1:2. Pendidikan selanjutnya dapat diikuti

pada MTsN, atau (sekolah tambahan tahun ketujuh) murid-murid dapat

mengikuti pendidikan ketrampilan, misalnya Pendidikan Guru Agama untuk

Sekolah Dasar Negeri,setelahnya dapat diikuti latihan lanjutan dua tahun untuk

menyelesaikan Kursus Guru Agama untuk Sekolah Menengah.

e. Suatu percobaan baru telah di tambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri

(MIN) 6 tahun, dengan menambahkan kursus selama dua tahun, yang

memberikan latihan ketrampilan sederhana. MIN 8 tahun ini merupakan

pendidikan lengkap bagi para murid yang biasanya akan kembali ke

kampungnya masing-masing.

f. Pendidikan Teologi tertinggi, pada tingkat Universitas diberikan sejak tahun

1960 pada IAIN, IAIN ini dimulai dengan dua bagian atau dua fakultas di

Yogyakarta dan dua Fakultas di Jakarta.31

Secara global menurut Abdurrahman Wahid, pendidikan tradisional yakni

pondok pesantren memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri, di samping kelemahan-

kelemahan sebagaimana lazimnya institusi kehidupan.Diantara kelebihan tersebut

adalah :

a. Kemampuan menciptakan sebuah sikap hidup universal yang merata yang

diikuti oleh semua warga pesantren sendiri dilandasi oleh tata nilai

                                                            31Mahmud Yunus, “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia”, (Jakarta: Mutiara Sumber

Widya, 1962) hal. 312

Page 34: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

24  

   

b. Kemampuan memelihara subkulturnya yang unik.

Sedangkan kelemahan- kelemahannya antara lain:

a. Tidak adanya perencanaan terperinci dan rasional atas jalannya pendidikan itu

sendiri

b. Tidak adanya keharusan untuk membuat kurikulum

c. Hampir tidak ada perbedaan yang jelas antara yang benar-benar diperlukan

dengan yang tidak diperlukan bagi suatu tingkat pendidikan, sehingga tidak

ada sebuah filsafat pendidikan yang lengkap dan jelas.32

Sistem yang ditampilkan pondok pesantren menurut Hasbullah mempunyai

keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam pendidikan pada

umumnya, yaitu:

a. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh di bandingkan

dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dan

kiai.

b. Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi karena mereka

praktis bekerja sama mengatasi problem nonkurikuler mereka.

c. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar dan ijazah,

karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri

dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal

itu karena tujuan utama mereka hanya ingin mencari keridlaan Allah SWT

semata.

d. Sistem pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme persaudaraan,

persamaan, percaya diri dan keberanian hidup. Alumni pondok pesantren tidak

ingin menduduki jabatan pemerintah, sehingga mereka hampir tidak dapat

dikuasai oleh pemerintah33

2. Unsur-unsur Pesantren

                                                            32Abdurrahman Wahid, “Menggerakan Tradisi: Esei-esei Pesantren”, (Yogyakarta:

LKiS, 2001), hal. 21

33Ibid, hal. 15

Page 35: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

25  

   

Keunikan pesantren itu memang tidak hanya dalam pendekatan

pembelajarannya, tetapi juga unik dalam pandangan hidup (world view) dan tata

nilai yang dianut Begitu pula sebuah lembaga pendidikan dapat disebut sebagai

pondok pesantren apabila didalamnyaterdapat sedikitnya lima unsur, yaitu :

a. Kiai

Kyai memiliki peran yang paling essensial dalam pendirian, pertumbuhan

dan perkembangan pesantren.Sebagai pemimpin pesantren, keberhasilan pesantren

banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karisma dan wibawa, serta

keterampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan, sebab ia

adalah tokoh sentrral dalam pesantren34.

Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakai untuk tiga jenis gelar yang

berbeda, yaitu: 1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang yang dianggap keramat;

contohnya, “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di

keraton Yogyakarta; 2. Gelar kehormatan bagi orang tu pada umumnya; 3. Gelar

yang diberikan masyarakat kepada orang ahli agama Islam yang memiliki atau

menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab kuning kepada santrinya.35

b. Santri

Merupakan peserta didik atau objek pendidikan, tetapi di beberapa

pesantren, santri yang memiliki kelebihan potensi intelektual (santri senior)

sekaligus merangkap tugas mengajar santri-santri yunior.Santri memiliki

kebiasaan-kebiasaan tertentu.“Santri memberikan penghormatan yang kadang

berlebihan kepada kyainya.Kebiasaan ini menjadikan santri besikap pasif karena

khawatir kehilangan barokah.Kekhawatiran ini menjadi salah satu sikap yang khas

pada santri dan cukup membedakan dengan kebiasaan yang dilakukan oleh siswa-

siswi sekolah maupun siswa siswi lembaga kursus.36

c. Pengajian

                                                            34 Zamaksyari Dhofier, “Tradisi Pesantren Studi Tentang Sebuah Pandangan Hidup

Kyai” (Jakarta: LP3S) hal. 47 35Ibid, hal. 63 36Mujamil Qomar, “Pesantren : Dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi

Institusi” (Jakarta: Erlangga) hal. 20

Page 36: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

26  

   

Metode pembelajaran di pesantren ada yang bersifat tradisional dan

modern.Tradisional adalah metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut

kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dipergunakan pada institusi pesantren atau

metode pembelajaran asli pesantren.Sedang metode pembelajaran modern

merupakan metode pembelajaran hasil pembeharuan kalangan pesantren dengan

mengadopsi metode-metode yang berkembang di masyarakat modern.37

d. Asrama dan Masjid

Masjid merupkan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari pesantren dan

dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik santri, terutama dalam

praktik sembahyang Jum’at, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.38Kedudukan

masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi

universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain,

kesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat di Qubba didirikan dekat

Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW tetap terpancar dalam sistem

pesantren. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam.39

Senada dengan yang disebutkan diatas, Prof. Dr. Abdul Halim Soebahar

berpendapat bahwa pesantren memiliki lima komponen utama, yaitu, kyai, santri,

musholla/langgar/masjid, pengajian kitab-kitab Islam klasik dan pondok/asrama.

Lembaga pesantren juga menganut sistem pengajaran sorogan, bandongan dan

weton dengan materi pelajaran agama.40

Demikian juga pondok pesantren memiliki tata hubungan yang khas dalam

kependidikan dan kemasyarakatan, yaitu:

1) Hubungan yang dekat antara kiai dan santri

2) Ketaatan santri yang tinggi kepada kiai

3) Hidup hemat dan sederhana

4) Tingginya semangat kemandirian para santri

                                                            37 Mahmud, “ Model-model Pembelajaran di Pesantren”..... hal. 50 38 Zamakhsyari Dhofier, “Tradisi Pesantren” 39Ibidhal.85 40Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren (Yogyakarta: LKiS, 2013) hal. 47

Page 37: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

27  

   

5) Berkembangnya suasana persaudaraan dan tolong menolong

6) Kuatnya semangat mencapai cita-cita

7) Tertanamnya sikap disiplin dan istiqomah.41

Pendidikan Islam memiliki makna sentral dan berarti proses pencerdasan

secara utuh, dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia akhirat, atau keseimbangan

materi religious-spritual. Pangkal dari pengertian ini adalah, sesungguhnya Islam

tidak mengenal dikotomi ilmu agama dan sains (umum).Selama membawa

kebahagiaan dunia dan akhirat maka termasuk pendidikan Islam. Secara umum

pendidikan Islam dapat dipahami beberapa pendapat, antara lain :

1) Pendidikan agama yaitu usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam

membantu siswa agar mereka hidup sesuai norma agama.42

2) Pendidikan agama sesungguhnya adalah pendidikan untuk pertumbuhan total

seorang siswa.

3) Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan Islam ialah bimbingan yang diberikan oleh

seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan

ajaran Islam.43

Adapun landasan dasar pendidikan agama Islam yang utama terdiri atas tiga

macam :

1) Al-Qur’an

Sebagai kitab undang-undang hujjah dan petunjuk yang sudah layak di

dalamnya mengandung banyak hal yang meliputi segenap kehidupan manusia.

2) As-Sunah

                                                            41 Ibid,hal. 29

42 Ismail SM., dkk.,“Paradigma Pendidikan Islam”, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2001), hal.17.

43 Ahmad Tafsir, “Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam”, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 32.

Page 38: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

28  

   

Rasulullah telah meletakkan dasar-dasar pendidikan Islam semenjak dia

diangkat menjadi utuan Allah. Dia telah mengajarkan bagaimana cara membaca,

menghafal dan memahami kitab suci Al-Qur’an beserta pengalamannya.

3) Ijtihad

Ijtihad sebagai landasan dasar pendidikan Islam, dimaksudkan sebagai

usaha-usaha pemahaman yang serius dari kaum muslim terhadap Al-Qur’an dan

As-Sunah sehingga memunculkan kreatifitas yang cemerlang di bidang

kependidikan Islam, atau bahkanadanya tantangan zaman dan desakan kebutuhan

sehingga melahirkan ide-ide fungsional yang gemilang.

Seperti halnya dari level pengajaran Al-Qur’an muncul beberapa metode

yang brilian sehingga dapat dipelajari lebih cepat dan akurat, kemudian dari ilmu

tata bahasa, Imam Sibawai telah dapat menelurkan ilmu nahwu yang terambil dari

kitab suci Al-Qur’an yang sudah lazim dikaji di podok pesantren dan lembaga-

lembaga pendidikan Islam lainnya. tantangan zaman dan desakan kebutuhan

sehingga melahirkan ide-ide fungsional yang gemilang. Seperti halnya dari level

pengajaran Al-Qur’an muncul beberapa metode yang Brilian sehingga dapat

dipelajari lebih cepat dan akurat, kemudian dari ilmu tata bahasa, Imam Sibawai

telah dapat menelurkan ilmu nahwu yang terambil dari kitab suci Al-Qur’an yang

sudah lazim dikaji di podok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam

lainnya.

3. Pola Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Secara umum, pesantren dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: pesantren

salaf atau tradisional, pesantren khalaf atau modern, dan pesantren kombinasi.

Sebuah pesantren disebut salaf jika kegiatan pendidikannya semata-mata

didasarkan pada pola-pola pengajaran klasik. Maksudnya, berupa pengajian kitab

kuning ddengan metode pembelajaran tradisional. Materi yang dipelajari juga

hanya tentang pendalaman agama Islam melalui kitab-kitab salafi (kitab kuning).44

                                                            44 Mahmud, “Model-model Pembelajaran di Pesantren”, (Tangeran: Media Nusantara,

2005)hal. 16

Page 39: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

29  

   

Sistem pendidikan pada pesantren salag (tradisional) bertumpu pada seorang

tokoh yaitu kyai. Kyai lah yang menjadi tonggak berjalannya sistem yang ada pada

pesantren ini, mulai dari manajemen, pengajaran, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

santri dsb. Tanpa adanya seorang kyai pada pesantren salaf maka sistem pendidikan

di pesantren tidak akan berjalan dengan baik.

Pesantren khalaf atau modern adalah pesantren yang selain bermateri

utamakan pendalaman agama Islam (tafaqquh fiddiin), tapi juga memasukkan

unsur-unsur modern, seperti penggunaan sistem klasikal atau sekolah dan

pembelajaran ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya.45

Pesantren khalaf (modern) pada dasarnya memiliki visi yang sama yaitu

tafaqquh di al diin. Hanya saja perbedaannya terletak pada muatan yang diajarkan,

pesantren khalaf menyisipkan juga pengetahuan-pengetahuan umum seperti ilmu

matematika, pengetahuan alam, pengetahuan sosial dan seni budaya. Muatan yang

ditampilkan pesantren khalaf terlihat lebih komprehensif tidak hanya ilmu agama

yang diajarkan tetapi juga ilmu umum. Hal tersebut terjadi karna para pendiri

pesantren khalaf menganggap semua ilmu memiliki peranan yang penting.

Meskipun tetap ilmu agamalah yang merupakan pondasi terpenting, hal tersebut

merupakan upayan menyeimbangkan kebutuhan duniawi dengan ukhrowi. Dalam

manajemennya pun pesantren khalaf memiliki perbedaan yang signifikan dengan

pesantren salaf, yaitu manajemen yang lebih teratur dengan tidak menjadikan kyai

sebagai tonggak utama pesantren. Sehingga sistem pesantren dapat tetap berjalan

tanpa harus kyai yang melaksanakan semua tugas, sebab kepengurusan pesantren

khalaf telah memiliki struktur organisasi dan setiap unit dapat melaksanakan

tugasnya masing-masing.

Sedangkan pesantren kombinasi merupakan merupakan gabungan keduanya.

Artinya, antara pola pendidikan modern sistem madrasi/sekolah dan pembelajaran

ilmu-ilmu umum dikombinasikan dengan pola pendidikan pesantren klasik. Jadi,

pesantren modern dan kombinasi merupakan pesantren yang diperbaharui atau

                                                            45Ibid hal. 17

Page 40: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

30  

   

dipermodern pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah

dengan tetap memelihara pola pengajaran asli pesantren dalam pembelajaran kitab-

kitab salafi (kitab kuning)46

Pesantren kombinasi sebagaimana dijelaskan diatas merupakan perpaduan

antara sistem pesantren salaf dengan khalaf. Pesantren tipe ini berupaya lebih

mengintegrasikan antara ilmu agama dengan ilmu umum. Artinya, jika dalam

pesantren salaf tidak diajarkan ilmu-ilmu umum sedangkan di pesantren khalaf

diajarkan ilmu umum di sekolah, ilmu umum yang diajarkan disekolah memiliki

kurikulum yang berbeda dengan kurikulum bidang agama. Dan pada pesantren

kombinasi ini sistem pembelajarannya (ilmu agama dan umum)melebur menjadi

satu terintegrasi dibawah satu kurikulum, sehingga pembelajaran berbasis agama

dan umum memiliki peranan yang sama dalam penilaian dan evaluasi para santri

nantinya.

Berdasarkan pengelompokkan tipologi pesantren secara lebih rinci dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pesantren Tipe Salafiyah, memiliki ciri-ciri:

1) Para santri belajar dan menetap di pesantren

2) Kurikulum tidak tertulis csecara eksplisit tetapi berupa hidden curriculum

(kurikulum tersembunyi yang ada dalam benak kyai)

3) Pola pembelajaran menggunakan metode pembelajaran asli milik pesantren

(sorogan, bandongan dan lainnya)

4) Tidak menyelenggarakan pendidikan dengan sistem madrasah

b. Pesantren tipe khalafiyah, memiliki ciri-ciri:

1) Para santri tinggal dalam pondok/asrama

2) Pemaduan antara pembelajaran asli pesantren dengan sistem madrasah/sistem

sekolah

3) Terdapat kurikulum yang jelas

4) Memiliki tempat khusus yang berfungsi sebagai sekolah/madrasah

                                                            46Ibidhal.17

Page 41: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

31  

   

c. Pesantren tipe kombinasi, memiliki ciri-ciri:

1) Pesantren hanya semata-mata temppat tinggal (asrama) bagi para santri

2) Para santri belajar di madrasah atau sekolah yang letaknya diluar dan bukan

milik pesantren

3) Waktu belajar di pesantren biasanya malam atau siang hari pada saat santri

tidak belajar di sekolah/ madrasah (ketika mereka berada di pondok/asrama)

4) Umumnya pembelajaran tidak terprogram dalam kurikulum yang jelas dan

baku.

4.Landasan Historis Modernisasi Pendidikan Pesantren

Daya nalar dan kreativitas berfikir siswa tidak mendapat tempat yang wajar dalam

orientasi pendidikan pesantren, dan lembaga pendidikan Islam pada

umumnya.Modernisasi pendidikan yang digagaskan Nurcholis Madjid pada dasarnya

mengacu pada penumbuhan metode berfikir filosofis, dan membangkitkan kembali

etos keilmuan Islam yang pada masa klasik Islam telah memperlihatkan hasil yang

cukup gemilang.Sebagai landasan historis, modernisasi pendidikan berangkat pada

penelaahan kembali kejayaan umat Islam pada masa klasik.

Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan keilmuan dan keahlian pada masa Islam

klasik tidak terlepas dari sikap kaum Muslim yang memandang hidup serba optimis.

Oleh sebab itu, kalangan muslim klasik misalnya, dengan tegas tidak dapat menerima

kisah-kisah Yunani yang serba pesimis, tragis, dan cenderung kurang harapan pada

dunia dan kehidupan. Kisah-kisah itu yang merupakan karya ssatra Yunani dunilai

tidak memiliki pengaruh positif pada kehisupan mereka, karen secara sadar orang-

orang muslim klasik tidak dapat menerima lakon, penuturan yang penuh tahayul,

mitologi, serta kepercayaan palsu lainnya. Sebaliknya, para intelektual muslim dulu

banyak mengambil alih filsafat Yunani dan bangsa-bangsa lainnya, serta

mengembangkan dan mengislamkannya.47

                                                            47 Yasmadi “Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional” (Jakarta: Ciputat Press, 2002 )hal 141

Page 42: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

32  

   

Dalam tradisi pesantren salaf (tradisional) pembelajaran yang dilakukan

cenderung monoton, para santri hanya mendengarkan penjelasan dari seorang kyai

saja.Para santri tidak mendapatkan ruang yang strategis untuk menyampaikan

pendapatnya.Sehingga pemahaman yang didapatkan para santri bersifat dogmatis,

tidak kontruktifis, padahal dewasa ini negara kita membutuhkan banyak kader-kader

bangsa yang kritis, dinamis, dan kontesktual sehingga jika pesantren terus

menggunakan sistem tersebut sulit rasanya bisa mencetak kader-kader penerus bangsa

yang demikian.

Berbeda dengan bangsa Yunani yang sibuk dengan drama dan tragedi, para

sarjana muslim menekuni masalah teknik dan teknologi, karena itu mereka menonjol

dalam ilmu-ilmu empiris, seperti kedokteran, astronimi, pertanian, ilmu bumi, ilmu

ukur, ilmu bangunan, dan lain-lain. Inilah dampak positif dari sikap penuh

harapankepada hidup yang mengejala pada waktu itu, sehingga para sarjana Islam

klasik merintis jalan kearah nyata kehidupan duniawi dengan menerapkan berbagai

teori ilmiah.

Beberapa kondisi umat Islam klasik, mayoritas muslim sekarang terutama

Indonesia yang menganut paham Asy’ari dan bermadzhab Syafi’i justru memusuhi

filsafat. Filsafat yang dianggap datang dari barat mereka klaim sebagai kerangka

keilmuan yang keluar dari Islam yang benar.

Lenyapnya tradisi Iptek dikalangan muslim pada umumnya bukanlah sebab

dari Islamnya, tetapi terletak pada sikap muslim sendiri yang memusuhi Iptek. Ajaran

Islam dengan jelas menunjukkan adanya hubungan yang organik itulah kemudian yang

dibuktikan dalam sejarah Islam klasik, ketika kaum muslim memiliki jiwa

kosmopolitan yang sejati. kemudian keadaan jadi terbalik ilmu pengetahuan Islam

mulai mengalir dan pindah ke Barat dan selalu mengguncang dunia Barat selama dua

atau tiga abad, ilmu pengetahuan Islam akhirnya dapat mereka akomodasi, dengan cara

antara lain memisahkan ilmu dari iman (Kristen) karena memang tidak ada hubungan

Page 43: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

33  

   

organik antara keduanya. Pada abad ke-16 ilmu pengetahuan bangsa-bangsa Barat

sudah lebih unggul daripada ilmu pengetahuan kaum muslim.48

Dari perspektif kependidikan, pesantren merupakan satu-satunya lembaga

pendidikan yang tahan terhadap gelombang modernisasi. Padahal, diberbagai kawasan

dunia muslim, lembaga-lembaga pendidikan tradisional Islam seringkali lenyap,

tergusur oleh ekspansi sistem pendidikan umum atau setidaknya menyesuaikan diri dan

mengadopsi sedikit banyak isi dan metodologi pendidikan modern itu.49

Dari uraian diatas nampaknya pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan

yang lamban dalam merespon kebutuhan manusia modern, hal tersebut disebabkan

sikap antipati pesantren khususnya salaf terhadap ilmu-ilmu umum. Tetapi di sisi lain

dewasa ini kesadaran akan kebutuhan zaman ini mulai bermunculan pesantren-

pesantren yang mengintegrasikan antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum.

Kendatipun demikian masih terdapat pesantren yang tetap mempertahankan

tradisi yang selama ini dianutnya, antipati terhadap modernisasi masih ditunjukkan oleh

beberapa pesantren yang ada.Dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum

nampaknya adalah hal yang perlu digaris bawahi. Pesantren dengan ketradisionalannya

hanya memandang penting ilmu-ilmu agama saja dengan kata lain mengenyampingkan

ilmu-ilmu yang bersifat umum.

Abuddin Nata dalam karyanya “Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum”

menyebutkan, ilmu agama yang berbasiskan pada wahyu, hadis nabi, penalaran dan

fakta sejarah sudah berkembang sedemikian pesat. Kita misalnya mengenal Ilmu

Kalam (Teologi), Ilmu Fiqih/ Ushul Fiqih, Filsafat, Tasawuf, Tafsir / Ilmu Tafsir,

Hadis/ Ilmu Hadis, Sejarah dan Peradaban Islam, Pendidikan Islam, Dakwah Islam.50

Selanjutnya Ilmu Umum yang berbasiskan pada penalaran akal dan data empirik juga

mengalami perkembangan yang lebih pesat lagi dibandingkan dengan ilmu-ilmu agama

Islam sebagaimana disebut di dalam Islam.Ilmu-ilmu umum ini secara garis besar dapat

                                                            48Ibid, hal. 142 49 Armai Arief “Pesantren di Tengah Modernisasi dan Perubahan Sosial” (Jakarta:

CRSD PRESS, 2005) hal.41 50Abuddin Nata “Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum” (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2003) hal. 11

Page 44: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

34  

   

dibagi kepada tiga bagian.Pertama ilmu umum yang bercorak naturalis dengan alam

raya dan fisika sebagai objek kajiannya. Yang termasuk ke dalam ilmu ini antara lain

fisika, biologi, kedokteran, astronomi, geologi, botani, dan sebagainya. Ilmu umum

yang bercorak sosiologis dengan perilaku sosial/ manusia sebagai objek kajiannya

antara lain antropologi, sosiologi, politik, ekonomi, pendidikan, komunikasi, psikologi,

dan lain sebagainya.Ketiga ilmu umum yang bercorak filosofis penalaran. Yang

termasuk ke dalam ilmu inin antara lain filsafat, logika, seni, dan ilmu-ilmu humaniora

lainnya.51

Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, perubahan dapat terlaksana akibat

pemahaman dan penghayatan nilai-nilai al-Qur’an serta kemampuan memanfaatkan

dan menyesuaikan diri dengan hukum-hukum sejarah. Keduanya, nilai-nilai dan hokum

sejarah, dijelaskan secara gamblang oleh al-Qur’an.52

Baik dalam ilmu agama Islam maupun di dalam ilmu umum, kita menjumpai

adanya aliran atau madzhab yang amat beraneka ragam yang pada gilkirannya amat

mempengaruhi pola pikir, sikap dan cara pandang manusia. Pengaruh ini dari satu sisi

dapat dilihat sebagai sesuatu yang wajar bahkan menguntungkan, karena dapat

memperkaya khazanah pemikiran manusia, namun pada sisi lain terkadang menjadi

sesuatu yang memecah belah umat manusia, bahkan permusuhan, konflik dan

pertumpahan darah. Sejarah misalnya mencatat bagaimana sengitnya permusuhan

antara penganut paham teologi Mu’tazilah dengan penganut aliran teologi

Asy’ariyah.Satu dan lainnya saling mengkafirkan dan menghalalkan

darahnya.Demikian pula fikih, kita jumpai pertentangan antara penganut fikih Syafi’i

dengan penganut madzhab Hanafi, hingga antara satu dan lainnya tidak membenarkan

dan bermusuhan.Konflik juga terjadi antara Fikih dan Filsafat. Fikih yang menekankan

segi-segi hubungan formal dengan Tuhan secara fisik, sementara filsafat yang mencari-

cari logika dalam rangka beragama dinilai sebagai cara yang tidak dapat dipegangi.53

                                                            51 Abuddin Nata “Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum” (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2003) hal. 6 52Quraish Shihab “Membumikan Al Quran” (Jakarta: Mizan, 1992) hal. 245 53Ibid, hal. 2

Page 45: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

35  

   

Sutrisno mengutip pendapat Fazlur Rahman dalam bukunya, usaha menyelesaikan

problem dikotomi ilmu dalam kaitannya dengan dualisme sistem pendidikan umat

Islam.Terdapat dikotomi ilmu dikalangan umat Islam, antara ilmu-ilmu Islam dan ilmu-

ilmu umum, antara sistem pendidikan tradisional (madrasah) dan sistem pendidikan

umum (barat).Untuk mengatasi problem tersebut dilakukan dengan merujuk kepada

Al-Qur’an.

Uraian Al-Qur’an tentang hukum-hukum perubahan adalah wajar, karena

sejak semula ia memperkenalkan dirinya sebagai kitab suci yang berfungsi melakukan

perubahan-perubahan positif. Atau, menurut bahasa Al-Qur’an, mengeluarkan manusia

dari kegelapan menuju terang benderang.54 Sesuai dengan firman Allah :

كتاب انزلناه من الظلمات الى النور باذن ربھم الى صراط مستقیم

Artinya: “ Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia

dari gelap kepada cahaya yang terang benderang dengan izin Tuhan mereka,

yaitu menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS.

Ibrahim 14:2)

Al-Qur’an dalam hal ini tidak menjadikan dirinya sebagai alternative pengganti

usaha manusiawi, tetapi sebagai pendorong dan pemandu, demi berperannya manusia

secara positif dalam bidang kehidupan. Dari ayat-ayat Al-Qur’an difahami bahwa

perubahan baru dapat terlaksana bila dipenuhi dua syarat pokok: (a) adanya nilai atau

ide dan (b) adanya perilaku-perilaku yang menyesuaikan diri dengan nilai-nilai

tersebut.55

Menurut Al-Qur’an, umat Islam diperintah oleh Allah untuk mencari kebahagiaan

di akhirat demikian pula di dunia. Perhatikan firman Allah berikut :

وابتغ فیما اتاك اہلل الدار االخرة والتنس نصیبك من الدنیا

                                                            54Quraish Shihab “Membumikan Al Quran” (Jakarta: Mizan, 1992) hal. 245 55Ibid, hal. 246

Page 46: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

36  

   

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat dan jangan kamu melupakan bahagiamu dari

(kenikmatan) duniawi” (QS. al-Qashas 28:77)

Masyarakat berkembang begitu cepat, yang disebabkan antara lain oleh keberhasilan

pembangunan nasional di segala bidang. Tantangan pesantren dewasa ini setidaknya

ada dua aspek yang pertama, perkembangan dan kebutuhan masyarakat terhadap

layanan pendidikan serta perkembangan dunia pendidikan lain dan, kedua, dari sudut

fungsional pedagogik.56

Selanjutnya, Rahman berusaha memberi alternatif solusi terhadap problem dualisme

sistem lembaga pendidikan modern sebagaimana telah berkembang secara umum di

Barat dan mencoba untuk mengisinya dengan roh atau jiwa Islam, yaitu dengan

merujuk pada Al-Qur’an dan Hadist. Solusi ini memiliki dua tujuan, yaitu: pertama,

untuk membentuk watak pelajar-pelajar dengan nilai-nilai Islam dalam kehidupan

individu dan masyarakat. Kedua, memungkinkan para ahli yang berpenpendidikan

modern untuk menanami bidang kajian masing-masing dengan nilai-nilai Islam.57

Sikap kaum muslim yang tidak menghargai filsafat dan ilmu pengetahuan banyak

menyebabkan kaum muslim terus merosot dan mundur. Banyak orang yang langsung

menimpakan kesalahan ini kepada Al-Ghazali yang menyerang filsafat dan mendorong

kearah runtuhnya tradisi kefilsafatan dan ilmu pengetahuan.Meskipun menurut

Nurcholis madjid tuduhan terhadap Al-Ghazali dapat diperdebatkan, namun memang

terjadi koinsidensi historis berupa kenyataan bahwa pada abad ke-12, yaitu sekitar

tampilnya Al-Ghazali, ilmu pengetahuan Islam mulai mengalir pindah ke Barat.sikap

yang memusuhi filsafat begitu mengkristal di kalangan muslim. Pada akhirnya umat

Islam terperangkap pada paham jabarism, salah satu paham yang amat dimusuhi pada

masa islam klasik.

                                                            56 Ahmad Malik Fadjar, “Madrasah dan Tantangan Modernitas”, (Bogor: Mizan, 1999)

hal. 37 57 Sutrisno “Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern”(Yogyakarta: Perpustakaan

Nasional, 2015) hal. 35

Page 47: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

37  

   

Jadi tantangan terberat zaman modern ini bagi dunia pendidikan Islam tidak

cukup dengan tindakan mengimpor iptek dari Barat secara ad hoc dan berdasarkan

expediency semata. Keilmuan yang kuat dan mendalam yang menghasilkan kesadaran

bahwa ilmu pengetahuan bukan saja memenuhi expediency dan menjawab tantangan

ad hoc, melainkan merupakan part and parcel dari sesuatu yang jauh yang dibutuhkan

adalah etos yang mampu melihat hubungan organik antara ilmu dan iman atau iman

dan ilmu. Disinilah titik fokus dari metodologi pendidikan Islam, yaitu upaya

penumbuhan etos keilmuan dikalangan peserta didiknya.Satu bangunan intelektual

yang memiliki persambungan warisan intelektual masa lalu.

Kesadaran akan adanya hubungan organik antara iman dan ilmu atau ilmu dan

iman dalam bentuk yang sangat sederhana telah mendekatkan orientasi pendidikan

pada tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Sebab, pendidikan itu seharusnya bertujuan

menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia, meliputi

aspek spiritual, intelektual, imajinatif, fiskal, ilmiah, lingusitik, baik secara individual

maupun kolektif, serta memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan

kesempurnaan.58

Dari uraian di atas terlihat jelas dikotomi yang kental di kalangan pesantren

salaf antara ilmu agama dan ilmu umum, dan sistem pembelajaran sama’i sepertinya

sudah tidak relevan lagi dengan kemajuan jaman.

Dari pembahasan pada Bab II dapat disimpulkan bahwa modernisasi adalah suatu

gagasan menuju penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada masa kini. Jadi

modernisasi pesantren adalah suatu upaya pesantren dalam meperbaharui sistem yang

ada di dalamnya dalam rangka menyesuaikan dengan keadaan masa kini, sehingga

dapat menghasilkan output santri yang cakap dalam segala aspek baik pengetahuan

social, agama serta teknologi.

5. Kajian Terhadap Modernisasi Pesantren

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tidak mendapatkan kajian yang

secara spesifik membahas pemikiran Nurcholis Madjid tentang pembaharuan

                                                            58Ibid, hal. 146-147

Page 48: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

38  

   

pendidikan. Hanya saja ditemukan banyak penelitian tentang modernisasi pendidikan

pesantren menurut para tokoh lain diantaranya:

a. Skripsi yang ditulis oleh Mulyanti (NIM 06011000116) dari Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun yang berjudul “Pembaruan

Pendidikan Islam menurut Wahid Hasyim”

Dalam skripsi tersebut didapati kesimpulan bahwa perhatian Wahid

Hasyim dalam memasukkan ilmu pengetahuan umum dan agama agar seimbang

juga diimplementasikan dalam bentuk lain ketika menjadi Menteri Agama,

yakni memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah umum dan pelajaran

umum di Madrasah melalui Keputusan No.1432/Kab. Tanggal 20 Januari 1951

(Pendidikan) dan No.K.I/651.Tanggal 20 Januari 1951 (Agama) yang

merupakan realisasi dari UU Pokok Pendidikan No. 4 Tahun 1950 Ayat 2.

Kemudian atas dasar keputusan UU No. 20 tahun 1950 tentang Dasar-dasar

Pendidikan dan Pengajaran di sekolah umum maka dibentuklah lembaga

pendidikan yang menghasilkan guru-guru Agama professional melalui pendirian

Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) pada

tahun 1950.

Pembaruan pendidikan Islam di Indonesia kemudian berlanjut dengan

pendirian Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 34 Tahun 1950 ini merupakan salah satu peninggalan Wahid

Hasyim paling penting ketika menjadi Menteri Agama. Lembaga ini kemudian

berkembang menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang berjumlah 14

tempat di seluruh Indonesia, dan kemudian beberapa IAIN telah berkembang

menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Beberapa hal di atas menunjukkan

bahwa Wahid Hasyim adalah orang yang sangat luar biasa pada masanya.

Dengan kemampuan ilmu pengetahuan seadanya yang dimiliki dia tidak pernah

merasa “minder” untuk mewujudkan apa yang ada dipikirannya dengan

bermodalkan kepercayaan diri yang tinggi.

Page 49: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

39  

   

b. Skripsi yang ditulis oleh Ilham Arif (NIM: 08470115) dari Universitas IslamNegeri

Sunan Kalijaga Jogyakarta tahun 2015 yang berjudul“ Modernisasi Pondok

Pesantren (Studi Pemikiran Azyumardi Azra)

Dalam skripsi tersebut diketahui bahwa dalam pemikiran Azyumardi

Azra dalam upaya modernisasi pendidikan pesantren adalah dimasukannya ilmu-

ilmu pengetahuan umum kedalam kurikulum pesantren, dan juga sistem

pendidikan yang ada dipesantren harus memperhatikan potensi lokal pesantren.

Misalnya jika pesantren berada di daerah pantai maka pesantren harus memasukan

pelajaran yang berkaitan dengan kelautan agar kelak para lulusan memiliki potensi

sesuai dengan tempat tinggalnya sehingga dapat bersaing dengan dunia luar.

c. Skripsi yang ditulis oleh Munawir Hakiki (NIM: 109011000098) dari

UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015 yang berjudul

“Konsep Pendidikan Islam Modern menurut Moh. Natsir”

Dalam skripsi tersebut didapati kesimpulan yang berkaitan dengan modernisasi

pendidikan adalah bahwa ide pendidikan Moh. Natsir meliputi: Tuhid sebagai asas

pendidikan, Tujuan Pendidikan Islam dan nilai-nilai agama, pendidikan yang

universal, konsep ilmu dalam pendidikan, pentingnya bahasa asing bagi pendidikan

Islam, kebebasan berfikir sebagai tradisi ilmu, dan hubungan pendidikan dengan

masyarakat. Dari teori pendidikan Moh. Natsir tersebut bisa dipahami bahwa konsep

pendidikan Islam Moh. Natsir adalah mereformasi bentuk pendidikan Islam yang

dianggap masih terbelakang dan cenderung menutup diri dari perkembangan jaman,

sehingga akhirnya banyak orang tidak sadar dan beranggapan bahwa pada jaman

modern ini agama tidak diperlukan lagi. Untuk membantah anggapan tersebut Moh,

Natsir berusaha meluruskan dengan menanamkan konsep pemikiran pendidikannya.

Dalam konsepnya tersebut bisa dipahami bahwa Pendidikan Islam sebagaimana

agama Islam itu sendiri bersifat menyeluruh mengatur berbagai masalah kehidupan.

Pendidikan Islam bersifat menyeluruh mengenai berbagai disiplin ilmu pengetahuan

dan kebudayaan.

Page 50: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

40  

   

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Page 51: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

41  

   

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2016 sampai bulan Juli 2017

digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang

diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan, artikel, jurnal, serta website

yang ada hubungannya dengan pemikiran Nurcholis Madjid tentang Modernisasi

Sistem Pendidikan Pesantren. B. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif

yaitu suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual maupun kelompok”.59

Sedangkan penyajiannya bersifat deskriptif yaitu suatu jenis penelitian

yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau

dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau

kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji, dengan tujuan

menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan

mekanisem sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik

dalam bentuk verbal atau numerikal.60

Dalam memperoleh data, fakta dan informasi yang akan melengkapkan dan

menjelaskan permasalahan dalam penulisan skripsi, penulis menggunakan metode

deskriptif yang didukung oleh data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan

(library research).

Dalam segi analisa, skripsi ini dianalisa dengan pendekatan Ilmu Sejarah

Pemikiran Pendidikan Islam. Yaitu, ilmu yang membahas serangkaian sejarah

proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat

berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk

                                                            59 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), hal. 60. 60 Lexy J Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2014) hal. 15

Page 52: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

42  

   

membangun sebuah paradigma pendidikan yang mempu menjadi wahana bagi

pembinaan dan pengembangan secara paripurna. 61

Mengenai penulisan skripsi ini, dalam membahas masalah-masalah yang

dikemukakan di atas, maka metode yang digunakan adalah library research yaitu

suatu metode yang menggunakan cara penelitian dengan membaca literatur dan

tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan teknik liblary

research.Pemeriksaan dokumentasi (studi dokumentasi) dilakukan dengan meneliti

bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.62

Dengan menggunakan studi dokumentasi, penelitian dapat mengumpulkan

data tertulis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang berupa buku

yang ada di perpustakaan maupun catatan-catatan tertulis di lokasi penelitian.

Untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan tujuan

penelitian, maka sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

1. Sumber Primer

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan informasi tentang gagasan

Nurcholis Madjid tentang modernisasi pendidikan pesantren menggunakan karya-

karya yang ditulis sendiri oleh tokoh yang diteliti, dalam hal ini yaitu Prof. Dr.

Nurcholis Madjid, M.A. diantara karya tulis Prof. Dr. Nurcholis Madjid, M.A.

berjudul, Bilik-bilik Pesantren: sebuah potret perjalanan, 1997, Islam Doktrin dan

Peradaban: Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan

Kemodernan, 1998, Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan

Indonesia, 1997 dan Kaki Langit Peradaban, 1997.

2. Sumber Sekunder

Untuk kategori data sekunder, penulis menggunakan beberapa buku dan dua

diantaranya yaitu buku karya karya Drs. Yasmadi, M.A. yang berjudul, Modernisasi

                                                            61 Susanto, “Pemikiran Pendidikan Islam”, (Jakarta: Amzah, 2009) hal. 4 62 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008),

hal. 30

Page 53: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

43  

   

Pesantren: kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional,2002.

Kemudian juga, penulis mendapatkan buku karya Amin Haedari berjudul,

Transformasi Pesantren, 2006 dan karya Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. berjudul,

Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia dan Tokoh-tokoh Pembaharu

Pendidikan Islam Indonesia, 2005.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini mengacu kepada penelitian deskriptif

analitif dari berbgai sumber bacaan dan digambarkan dalam bentuk narasi dengan

menggunakan pendekatan sejarah social pemikiran pendidikan.

d. Teknik Penulisan

Teknik Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan

Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014.

Reliabilitas penelitian kualitatif pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh

pendekatan analisis konsep.Analisis konsep merupakan suatu analisis tentang

istilah (kata-kata) yang mewakili konsep atau gagasan.63

BAB IV

HASIL PENELITIAN TENTANG GAGASAN

MODERNISASI PESANTRENMENURUT NURCHOLIS MADJID

                                                            63Imam Bernadib, “Filsafat Pendidikan (Sistem dan Metode”), (Yogyakarta: Andi Offset,

1997), hal. 90.

Page 54: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

44  

   

A. Biografi Prof. Dr. Nurcholis Madjid, M.A

Nurcholis Madjid lahir pada tanggal 17 Maret 1939 M, bertepatan dengan

26 Muharram 1358 H, di Desa Mojoanyar, Jombang, sebuah kabupaten di Jawa

Timur.Kota santri ini juga menjadi tempat kelahiran Nahdlatul Ulama (NU).

Ayahnya K.H. Abdul Madjid, di kenal sebagai kyai terpandang, alumnus Pesantren

Tebuireng dan merupakan salah seorang pemimpin Masyumi, partai berideologi

Islam paling berpengaruh pada saat itu. Lebih jauh, K.H. Abdul Madjid merupakan

santri kesayangan Hadrotul al-Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Pesantren

Tebuireng dan salah satu founding father Nahdlatul Ulama (NU), organisasi sosial

keagamaan muslim terbesar di Indonesia. Rasa sayang ulama besar dan terhormat

ini di dorong karena prestasi akademiknya yang sangat cemerlang, khususnya

dalam ilmu nahwu-sharafdan ilmu hisan (berhitung).Bahkan karena sayangnya,

kyai pendiri NU itu sampai dua kali memfait accompli menjodohkan K.H. Abdul

Madjid dengan perempuan yang dipilihnya dari keluarga dekatnya. Pertama dengan

Nyi Halimah, gadis cantik tapi nyentrik, hafal al-Qur’an, amat sholeh dan hidup

seperti sufi, tapi terkadang semaunya. Gadis ini merupakan keponakan Kyai

Hasyim sendiri.Karena tidak dikarunai anak, K.H Abdul Madjid minta izin kepada

Kyai Hasyim untuk bercerai.Kedua dengan Nyi Fathonah, anak seorang kyai dan

tokoh aktivis Syarikat Dagang Islam (SDI) di Kediri, Fathonah sendiri merupakan

ketua Muslimat Masyumi tingkat kecamatan.64

Nurcholis Madjid di beri nama oleh orang tuanya dengan nama Abdul

Malik. Perubahan nama menjadi Nurcholis Madjid terjadi pada usia 6 tahun,karena

Abdul Malik kecil sering sakit. Dalam tradisi Jawa, anak yang sering sakit dianggap

“kabotan jeneng” (keberatan nama) dank arena itu perlu diganti.65

                                                            64Abuddin Nata, Tokoh-tokoh pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005) hal. 322 65Ahmad Gaus AF, Api Islam: Nurcholis Madjid Jalan Menuju Hidup Seorang

Visioner, (Jakarta: Kompas, 2010), hal. 1

Page 55: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

45  

   

Pasangan kyai Madjid dan Fathonah dikaruniai lima orang anak, dua

perempuan (meninggal satu) dan tiga anak laki-laki. Nurcholis Madjid, Mukhlisah,

Saifullah dan Muhammad Adnan.

Nurcholis Madjid kecil bercita-cita menjadi masinis kereta api. Cita-cita

tersebut dipengaruhi oleh kondisi waktu itu, karena kereta api merupakan alat

transportasi paling populer kala itu, kelak ketika dewasa Nurcholis Madjid tak

hanya menjadi masinis bahkan “lokomotif” pembuka gerbong pembaharuan

pemikiran Islam Indonesia.66

Latar Belakang Pendidikan dan Pemikiran Prof. Dr. Nurcholis Madjid

dimulai dari Sekolah Rakyat di Mojoanyar pada pagi hari, sedangkan sore hari ia

sekolah di Madrasah Ibtidaiyah di Mojoanyar. Setelaah menamatkan pendidikan

dasar dan ibtidaiyah, ia melanjutkan belajar ke Pesantren Darul Ulum di Rejoso,

Jombang. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di Kulliyatul Mua’allimin Al-

Islamiyah (KMI) Pesantren Darussalam di Gontor Ponorogo.

Menurut Fachri Ali yang dikutip oleh Marwan Saridjo dalam bukunya Cak

Nur Diantara Sarung dan Dasi, menuliskan bahwa perpindaan Nurcholis Madjid

dari Pesantren Darul Ulum, Rejoso ke Pondok Pesantren Modern Gontor

melengkapi proses migrasi budaya dan intelektual Cak Nur, karena Pondok Gontor,

secara kultural dan intelektual berada dalam asuhan dan pengaruh pemikiran kaum

modernis Islam.67

Setamat dari gontor, ia melanjutkan studi pada institut Agama Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Fakultas Adab, jurusan Sastra Arab dan

tamat tahun 1968. Pendidikan selanjutnya ia lakukan di Universitas Chicago,

                                                            66 Marwan Saridjo, “Cak Nur: diantara Sarung dan Dasi”, (Jakarta: Yayasan Ngali

Aksara, 2005), hal. 5 67Ibid, hal. 6

Page 56: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

46  

   

Illinois, Amerika Serikat dan berhasil meraih gelar Doktor dalam bidang Islamic

Thought (Pemikiran Islam) pada tahun 1984.

Semasa menjai mahasiswa, Nurcholis Madjid banyak melakukan kegiatan

di berbagai organisasi.Ia pernah menjadi ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI) Cabang Ciputat pada tahun 60-an, kemudian menjadi ketua umum Pengurus

Besar HMI selama periode 1966-1969 dan 1969-1971. Selain itu ia juga pernah

menjadi presiden pertama Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara (PEMIAT)

tahun 1967-1969, sebagai Wakil Sekretaris Jendral Internasional Islamic

Federation of Student Organization (IIFSCO) pada 1969-1971.

Setamat dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nurcholis Madjid bekerja

sebagai dosen di almamaternya, mulai tahun 1972 sampai 1976. Setelah berhasil

meraih gelar doctor pada tahun 1985, ia ditugaskan memberikan kuliah tentang

filsafat di Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, sejak

tahun 1978 ia bekerja sebagai peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI). Bersamaan dengan tugas-tugasnya itu, ia pernah juga berkesempatan

menjadi dosen tamu pada Universitas McGill, Montreal, Canada, pada tahun 1990

didampingi oleh istrinya yang menngikuti program Eisenhower Fellowship.

Selain ia banyak berkecimpung di organisasi dan memangku berbagai

jabatan, Nurcholis Madjid juga sebagai seorang penulis yang produktif. Di antara

karya tulisnya dapat disebutkan disini adalah :

1. Khasanah Intelektual Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1984)

2. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung, Mizan, 1987)

3. Islam Doktrin dan peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah

Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, (Jakarta, Yayasan Wakaf

Paramadina, 1992)

4. Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Karya bersama para pakar

Indonesia lainnya), (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1995)

5. Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1997)

Page 57: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

47  

   

6. Masyarakat Religius, Jakarta, (Yayasan Wakaf Paramadina, 1995),

7. Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1997)

8. Tradisi Islam Peran dan fungsinya dalam pembangunan di Indonesia, (Jakarta,

Yayasan Wakaf Paramadina, 1997)

9. Dialog Keterbukaan Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik

Kontemporer, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1998). 68

Berdasarkan informasi tersebut diatas, kita dapat mencatat tentang pribadi

Nurcholis Madjid adalah seorang cendikiawan yang memiliki basis

kesantrian/pesantren yang kuat, yaitu suatu komunitas Islam yang kental dengan

pelaksanaan ritual ibadah dan tradisi keislaman; dilihat dari basis kelimuannya,

Nurcholis Madjid adalah seorang muslim yang memiliki keahlian dalam bidang

ilmu agama Islam yang luas dengan titik tekan pada sejarah peradaban Islam, sesuai

dengan latar belakang pendidikan kesarjanaannya, yakni sebagai tamatan dari

Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dilihat dari segi sifat dan corak

pemikirannya, terlihat bahwa corak pemikiran Nurcholis Madjid bersifat modern

dengan tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar ajaran Islam sebagaimana terdapat

dalam Al-Qur’an dam Al-Sunnah, serta nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

Melalui berbagai karya tulisnya ia tampak begitu bersemangat untuk

mengupayakan terjalinnya proses pembumian nilai-nilai ajaran agama Islam

sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’a dan Al-Sunnah. Ia berusaha agar doktrin-

doktrin Islam dapat dipahami dengan pendekatan nomenklatur yang terdapat dalam

budaya bangsa Indonesia. Doktrin ajaran Islam dan peradaban yang berkembang

dalam sejarah menurutnya harus saling melengkapi.Atas dasar ini pula, pandangan

keislaman Nurcholis Madjid bersifat sejarah, atau Islam sejarah sebagaimana

halnya dianut oleh idolanya Fazlur Rahman dari Pakistan.Namun, karena demikian

luas, mendalam dan holistiknya pemahaman keislaman yang dianutnya, maka untuk

dapat memahami dengan baik pemikiran keislaman Nurcholis Madjid diperlukan

                                                            68 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada 2005), hal. 325

Page 58: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

48  

   

persyaratan yang memadai.Dilihat dari segi kepribadiannya, Nurcholis Madjid

adalah sosok cendikiawan Muslim yang sederhana dan bersahaja serta

berpenampilan rendah hati. Hal ini terlihat dari cara ia bertutur kata, berpakaian,

bergaul, dan sebagainya. Ia demikian akrab dengan kelompok-kelompok yang

termarjinalisasi, terutama dari kalangan kaum muda Islam dan memiliki komitmen

yang kuat untuk ikut menanggulanginya, dengan cara mengkritisi berbagai

kebijakan pemerintah atau siapa saja yang menyebabkan orang lain terdzolimi.

Gagasan dan pemikiran Nurcholis Madjid bukan hanya satu bidang saja, melainkan

dalam berbagai bidang, termasuk disalamnya masalah doktrin, ilmu pengetahuan

dan peradaban.Dari berbagai pemikirannya ini dapat ditelusuri dan dilacak gagasan

dan konsep yang berkaitan dengan pendidikan. Uraian berikut ini akan mencoba

melihat dan menjajagi pemikiran dan gagasan Nurcholis Madjid dalam bidang

pendidikan Islam.69

B. Kondisi Objektif Pesantren

Lembaga pendidikan yang memainkan perannya di Indonesia jika dilihat

dari struktur internal pendidikan Islam serta praktek- praktek pendidikan yang

dilaksanakan, ada empat kategori. Pertama, pendidikan pondok pesantren, yaitu

pendidikan Islam yang diselenggarakan secara tradisional, bertolak dari pengajaran

Qur’an dan hadits dan merancang segenap kegiatam pendidikannya untuk

mengajarkan kepada para siswa Islam sebagai cara hidup atau way of life. Kedua,

pendidikan madrasah, yakni pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga-

lembaga model barat, yang menggunakan model klasikal, dan berusaha

menanamkan Islam sebagai landasan hidup ke dalam diri para siswa.Ketiga,

pendidikan umum yang bernafaskan Islam.Yaitu pendidikan Islam yang dilakukan

melalui pengembangan suasana pendidikan yang bernafaskan Islam di lembaga-

lembaga pendidikan yang bersifat umum.Keempat, pelajaran agama Islam yang

                                                            69Abuddin Nata, “Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, (Jakarta;

PT. Raja Grafindo Persada, 2005) hal. 326

Page 59: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

49  

   

diselenggarakan di lembaga-lembaga umum sebagai suatu mata pelajaran atau mata

kuliah saja.70

Ditilik dari sejarah pendidikan Islam Indonesia, pesantren sebagai sistem

pendidikan Islam tradisional telah memainkan peran cukup penting dalam

membentuk kualitas sumber daya manusia Indonesia.71 Tetapi, dalam hal ini prof

dr. Nurcholis Madjid pendidikan pesantren tradisional ini memiliki sisi kelamahan.

Pembahasan tentang kondisi objektif pesantren ini amat penting mengingat

gagasan-gagasar Nurcholis Madjid tentang modernisasi pesantren berdasar kepada

kondisi objektif pendidikan tersebut.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, akhir-

akhir ini menarik untuk dicermati kembali. Di era 70-an Nurcholis Madjid telah

memprediksikan pesantren sebagai sesuatu yang dapat dijadikan alternative

terhadap sistem yang ada. Menurutnya, sistem pendidikan waktu itu masih sangat

“pegawai oriented” hingga menjadikan salah satu problem pendidikan di Indonesia.

Kondisi ini tidak terlepas dari tujuan dan sifat pendidikan yang mengacu pada

mencetak calon-calon pegawai yang bakal mengisi sistem menengah ke bawah

dalam piramida sistem administrasi pemerintahan.72

Menurut analisa Nurcholis Madjid pendidikan pesantren yang telah berjalan

selama ini hanya mencetak santri-santri menjadi pegawai saja. Alumni –alumni

pesantren mayoritas ketika selesai mengenyam pendidikan di pesantren selama

kurun waktu tertentu hanya menjadi pegawai di suatu instansi tertentu saja, bahkan

kebanyakan alumni pesantren yang kemudian berubah status sosialnya menjadi

kyai muda yang ahli membaca kitan-kitab klasik, yang pada akhirnya tradisi seperti

ini tak dapat di bending lagi bak bola salju yang lama kelamaan terus membesar tak

                                                            70 Mochtar Buchori, “Spektrum Problematika Pendidikan Islam di Indonesia“,

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1994), hal. 243-244 71 Yasmadi “Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional” (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 59 72Ibidhal.60

Page 60: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

50  

   

terbendung, padahal, Nurcholis Madjid optimis bahwa pesantren mampu untuk

tidak hanya mencetak kyai-kyai saja tetapi juga para pelaku kemajuan bangsa di

bidang pemerintahan, akademisi, teknokrat, sosiolog, ahli sejarah dsb. Sehingga,

dapat diambil kesimpulan bahwa pesantren menurut Nurcholis Madjid belum dapat

memaksimalkan perannya sebagai agen perubahan bangsa.

Dalam pandangan Nurcholis Madjid, pada dasarnya kondisi ini wajar terjadi

bila diukur dari salah satu sebab pertumbuhan dan perkembangan pesantren-

pesantren dan madrasah-madrasah.Faktor yang mendorong tumbuhnya pesantren

dan madrasah disebabkan Karena munculnya sekolah-sekolah yang dibangun oleh

pemerintah colonial.73

Sebelum membahas tentang kritik Nurcholis Madjid terhadap sistem

pendidikan pesantren. Berikut penulis akan memaparkan gambaran umum kondisi

pesantren guna memudahkan pengkorelasian npemikiran Nurcholis Madjid dengan

kondisi objektif pesantren.

Pesantren terdiri dari lima elemen pokok sebagaimana dipaparkan pada bab

sebelumnya yaitu; kyai, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.74

Kelima elemen tersebut merupakan ciri-ciri khusus yang dimiliki pesantren dan

membedakan dengan pendidikan dalam bentuk lain. Sekalipun kelima elemen ini

saling menunjang eksistensi sebuah pesantren, tetapi kyai memainkan peranan yang

begitu sentral dalam dunia pesantren.

Keberadaan kyai dalam lingkungan pesantren laksana jantung bagi

kehidupan manusia.Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan

karena kyailah pemilik tunggal sebuah pesantren.Oleh sebab alasan ketokohan kyai

di atas, banyak pesantren akhirnya bubar lantaran ditinggal wafat

                                                            73 Yasmadi “Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional” (Jakarta: Ciputat Press, 2002)hal. 60 74 Zamakhsyari Dhofier, “Tradisi Pesantren”, (Jakarta: LP3S, 1982) hal.44

Page 61: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

51  

   

kyainya.Sementara kyai tidak memiliki keturunan yang dapat melanjutkan

usahanya.75

Kyai dapat juga dikatakan tokoh non formal yang ucapan dan seluruh

perilakunya akan dicontoh oleh komunitas sekitarnya. Kyai berfungsi sebagai sosok

model atau teladan yang baik tidak saja bagi para santrinya, tetapi juga bagi seluruh

komunitas di sekitar pesantren76

Kewibawaan kyai dan kedalaman ilmunya merupakan modal besar bagi

keberlangsungan semua wewenang yang dijalankannya.Kebijakan kyai diamini

oleh semua santrinya bahkan oleh penduduk sekitar pesantren.Kebijakan kyai

dalam mengatur keberlangsungan kehidupan dipesantren memegang peranan yang

sangat sentral, dan corak aturan, kurikulum, bidang pelajaran dan konsep pesantren

amat bergantung pada sosok seorang kyai.Dan sikap antipati pesantren yang masih

ditemukan dewasa ini merupakan cerminan dari sikap pribadi kyainya, tanpa

mempertimbangkan aspek-aspek lainnya, seperti kemajuan jaman, kebutuhan

sumber daya masyarakat sekitar dan lain sebagainya.

Akibatnya hampir semua pesantren dalam pandangan Nurcholis Madjid

merupakan hasil usaha pribadi atau individual (individual enterprise), karena dari

pancaran kepribadian pendirinya dinamika pesantren itu akan terlihat. Dalam hal

ini Nurcholis Madjid mengemukakan, pada dasarnya memang pesantren

merupakan pancaran kepribadian pendirinya.77Zamakhsyari dhofier dalam

bukunya mengemukakan bahwa pesantren diibaratkan sebagai suatu kerajaan kecil

dimana kyai merupakan sumber mutlak dari kekuasaan dan kewenangan dalam

kehidupan dan lingkungan pesantren.78

                                                            75 Imam Bawani, “Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam” (Surabaya: Al Ikhlas 1993)

hal. 90 76 Faisal ismail, “Paradigma Kebudayaan Islam”, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press,

1997) hal. 108 77 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan”, (Jakarta:

Paramadina, 1997)hal. 6 78 Zamakhsyari Dhofier, “Tradisi Pesantren”, (Jakarta: LP3S, 1982) hal. 56

Page 62: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

52  

   

Keberlangsungan sebuah pesantren semata mata atas otoritas kyai di atas

menurut Nurcholis Madjid punya dampak negatif terhadap pesantren dalam

perkembangannya kearah yang lebih baik.Hal ini didasarkan atas profil kyai

sebagai pribadi yang punya serba keterbatasan dan kekurangan.Salah satu

keterbatasannya tercermin dalam kemampuan mengadakan respon terhadap

perkembangan-perkembangan masyararakat.Kyai dalam sebuah pesantren

memegang kendali terhadap keberlangsungan pendidikan pesantren, hal tersebut

jelas menghambat kemajuan pesantren yang seharusnya dapat memeberikan

jawaban atas kemajuan-kemajuan dunia global, jika sosok kyai yang menjadi

panutan tunggal dikhawatirkan timbul kejumudan dalam merespon tantangan

jaman yang tiada terbendung kemajuannya.

Paradigma baru pendidikan harus diarahkan pada upaya menyiapkan masa

depan bangsa agar mampu berkompetensi di era global. Di dalam Rencana Strategis

Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 misalnya dinayatakan, bahwa visi

pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata social

yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia

berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.79

C. Gagasan pemikiran Prof. Dr. Nurcholis Madjid dalam modernisasi Pesantren

Gagasan dan pemikiran Nurcholis Madjid bukan hanya mencakup satu

bidang saja, melainkan dari berbagai bidang termasuk di dalamnya masalah doktrin,

ilmu pengetahuan dan peradaban.Pertama, pembaharuan pesantren.Sesuai dengan

latar belakang kehidupannya yaitu sebagai seorang cendikiawan nyang dibesarkan

                                                            79Abuddin Nata, “Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran”, (Jakarta: Kencana

Predana Media Group) hal. 16-17

Page 63: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

53  

   

di lingkungan pesantren, Nurcholis Madjid meiliki perhatian tentang pembaharuan

pesantren.Gagasan dan pemikirannya tentang pesantren ini dapat di lihat dari

karyanya berjudul bilik-bilik pesantren sebuah potret perjalanan.Dalam bukunya ini

Nurcholis Madjid berpendapat bahwa pesantren berhak, malah lebuh baik dan lebih

berguna untuk mempertahankan fungsi pokoknya semula yaitu sebagia tempat

menyelenggarakan pendidikan agama. Namun, mungkin diperluaskan suatu

tinjauan kembali sehinbgga ajaran-ajaran agama yang diberikan klepada setiap

pribadi merupakan jawaban yang komprehensif atas persoalan mkna hidup dan

weltanschauung Islam, selain tentu saja diosertai dengan pengetahuan secukuopnya

tenhtang kewajiban-kewajiban praktis seorang muslim sehari- hari. Pelajaran-

pelajaran ini kemungkinan dapat diberikan melalui beberapa cara, diantaranya:

1. Mempelajari al-Qur’an dengan cara yang lebih bersungguh-sungguh daripada

yang umumnya dilakukan oleh orang sekarang yaitu dengan menitikberatkan

kepada pemahaman makna dan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya ini

memungkinkan kemampuan pengajaran yang lebih besar. Yaitu pengajaran

kesatuan-kesatuan pengertian tentang ayat-ayat/surat-surat yang dibacanya atau

dengan menghubungkannya dengan ayat-ayat atau surat-surat lain yang belum

terbaca pada saat itu. Pelahjaran ini mungkin mirip dengan pelajaran tafsir,

tetapi dapat di berikan tanpa sebuah buku atau kitab tafsir melainkan cukup

dengan Al-Qur’an secara langsung.

Al-qur’an adalah kitab suci yang terbuka bagi segala corak penafsiran dan

pemikiran.Merebaknya gelombang rasionalisme juga berimbas pada penafsiran Al-

Qur’an dalam bentuk kitab-kitab tafsir rasional semacam al-Kasyaf karya az-

Zamakhsari, salah satu tokoh mu’tazilah yang terkemuka.80

                                                            80 Said Aqil SIradj dkk, “Pesantren Masa Depan, Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren”, (Bandung: Pustaka Hidayah) hal. 290

Page 64: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

54  

   

2. Melaui pertolongan sebuah bahan bacaan atau buku pegangan penggunaan cara

ini sangat tergantung pada kemampuan para pengajar dalam mengembangkannya

secara lebih luas.

3. Selain itu, baik sekali memanfaatkan mata pelajaran lain untuk di sisipi

pandangan-pandangan keagamaan tadi. Dan menanamkan kesadaran serta

pengahrgaan yang lebih wajar pada hasil-hasil senio budaya Islam atau untuk

menumbuhkan kepekaan rohani, termasuk kepekaan rasa ketuhanan yang menjadi

inti rasa keagamaan.

Pembaharuan pesantren sesuai dengan latar belakang kehidupannya, yaitu

sebagai seorang cendikiawan yang dibesarkan di lingkungan pesantren, Nurcholis

Madjid memiliki perhatian tentang pembaruan pesantren.Gagasan dan

pemikirannya tentang pesantren ini dapat dilihat dari karyanya yang berjudul Bilik-

bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan.Nurcholis Madjid berpendapat bahwa

pesantren berhak, malah lebih baik dan lebih berguna, mempertahankan fungsi

pokoknya semula, yaitu sebagai tempat menyelenggarakan pendidikan agama.

Namun, mungkin diperlukan suatu tinjauan kembali sedemikian rupa, sehingga

ajaran-ajaran agama yang diberikan kepada setiap pribai merupakan jawaban yang

komprehensif atas persoalan makna hidup dan weltanshauung Islam, selain tentu

saja disertai dengan pengetahuan secukupnya tentang kewajiban-kewajiban praktis

seorang muslim sehari-hari. Pelajaran ini kemungkinan dapat diberikan melalui

beberapa cara, diantaranya: (1) mempelajari Alquran dengan cara lebih sungguh-

sungguh daripada yang umumnya dilakukan orang sekarang, yaitu dengan

menitikberatkan kepada pemahaman makna ajaran-ajaran yang terkandung di

dalamnya. Ini memerlukan kemampuan pengajaran yang lebih besar.Yaitu

pengajaran kesatuan-kesatuan pengertian tentang ayat-ayat atau surat-surat lain

(yang belum dibaca pada saat itu).Pelajaran ini mungkin mirip dengan pelajaran

Page 65: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

55  

   

tafsir, tetapi dapat diberikan tanpa sebuah buku atau kitab tafsir melainkan cukup

dengan Alquran secara langsung.81

Menurut Nurcholis Madjid, sesuai yang telah dipaparkan diatas, pesantren

harus tetap menjalankan fungsi utamanya yaitu sebagai lembaga pendidikan Agama

Islam. Islam adalah agama yang tak lekang oleh waktu yang mana ajarannya tetap

akan selalu relevan dengan perkembangan zaman. Dan hal tersebut harus diikuti

pula dengan kecerdasan penganutnya. Ajaran Islam yang diusung Nurcholis Madjid

adalah ajaran Islam yang komprehensif, menyeluruh, prular sehingga dapat menjadi

jawaban dari segala bentuk pertanyaan dan tantangan zaman yang selalu

berkembang ini, dan untuk mencapai hal tersebut melalui pesantrenlah saran yang

paling strategis untuk dicapai dan tentu dengan pendekatan yang berbeda. Menurut

Nurcholis Madjid, sistem pembelajaran Alquran yang efektif adalah dengan cara

mengetahui substansi dari setiap ayat yang ada didalamnya, lalu

menghubungkannya dengan ayat-ayat lainnya. Dan untuk merangsang berfikir para

santri mempelajari Alquran tidak dengan kitab tafsir melainkan dengan Alquran

secara langsung, hal ini diperlukan agar santri dapat berfikir kritis dan analitis

terhadap kandungan suatu ayat.

Metode yang ditawarkan Nurcholis Madjid adalah dengan bantuan sebuah

bacaan atau buku pegangan. Penggunaan cara ini sangat tergantung pada

kemampuan para pengajar dalam mengembangkannya secara lebih luas.82Agar

memperluas pemahaman ayat-ayat Alquran diperlukan menghubungkan ayat

dengan ayat dan dengan bahan bacaan lainnya.

Selain itu, baik seklai memanfaatkan mata pelajaran lain untuk disisipi

pandangan keagamaan tadi. Dan menanamkan kesadaran dan perhargaan yang

                                                            81Abuddin Nata, “Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005) hal. 237 82Abuddin Nata, “Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005) hal. 237

Page 66: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

56  

   

lebih wajar pada hasil-hasil seni budaya Islam atau untuk menumbuhkan kepekaan

rohanni, termasuk kepekaan rasa ketuhanan yang menjadi inti rasa keagamaan.83

Menghubungkan ayat Alquran dengan disiplin ilmu lain merupakan hal

yang digagas Nurcholis Madjid dalam metode kajian Alquran dipesantren, karna

ayat Alquran adalah bersifat universal sehingga kandungannya dapat dikaji melalui

disiplin ilmu lainnya, seperti penjelasan tentang perputaran bumu, hal tersebut

terdapat dalam Alquran dan kemudian dibahas kembali dengan pendekatan sains.

Artinya Nurcholis Madjid menekankan agar pesantren lebih terbuka dengan disiplin

ilmu lainnya karna satu sama lain saling menguatkan. Begitupun halnya dalam hal

seni agar menimnulkan rasa keagamaan perlu juga disisipi dengan sentuhan seni

budaya Islam.

Selain dari segi yang lebih universal in, pesantren dapat mengadakan

pendalaman-pendalaman pada segi lainnya dalam suatu tingkatan yang lebih lanjut

dan bersifat takhasus.Suatu catatan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah

keharusan mengadakan pengaturan kembali alokasi waktu dan tenaga pengajar

sehingga terjadi penghematan dan intensifikasi bagi pelajaran-pelajaran lainnya.

Selanjutnya, Nurcholis Madjid menganjurkan agar pesantren tanggap

terhadap tuntutan-tuntutan hidup anak didiknya kelak dalam kaitannya dengan

perkembangan zaman.Di sini pesantren dituntut dapat membekali mereka dengan

kemampuan-kemampuan nyata yang didapat melaluin pendidikan atau pengajaran

pengetahuan umum secara memadai. Dan bagian ini pun, sebagaimana layaknya

yang terjadi sekarang, harus tersedia jurusan-jurusan alternative bagi anak didik

sesuai dengan potensi dan bakat mereka.84

Dalam menjalankan fungsinya pesantren diharapkan bukan hanya

mendalami masalah-masalah agama saja, tetapi juga membekali para santri dengan

                                                            83Ibid, hal.238 84 Mustajab, “Masa Depan Pesantren”, (Yogyakarta, LKiS Printing Cemerlang, 2015)

hal.328

Page 67: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

57  

   

kemampuanj-kemampuan praktis sehingga kelak lulusan pesantren tidak hanya

menjadi kyai, ustadz dan tokoh agama saja, tetapi pesantren mampu mencetak

tenaga-tenaga professional di berbagai bidang seperti, ekonomi, seni, ilmu

pengetahuan, politisi, social, psikologi dsb.

Dari pemaparan diatas Nurcholis menegaskan bahwa Islam memiliki nilai

universal artinya Islam bukanlah agama yang kaku akan perkembangan zaman

tetapi, diluar daripada itu Islam harus mampu menjawab segala perkembangan

zaman, sehingga produk dari pesantren diharapkan mampu menjawab tantangan-

tantangan dan tuntutan hidup dalam konteks ruang dan waktu yang ada.

Kemudian gagasan yang ditawarkan Nurcholis Madjid dalam rangka

modernisasi pendidikan pesantren adalah dalam aspek kurikulum.Terlihat bahwa

pelajaran agama masih dominan di lingkungan pesantren, bahkan materinya hanya

khusus yang disajikan dalam berbahasa Arab.Mata pelajarannya meliputi fiqh,

(paling utama), aqaid.Nahwu sharf (juga mendapatkan dukungan penting), dan lain-

lain.Sedangkan tasawuf dan semangat sentra agama (religiusitas) yang merupakan

inti dari kurikulum keagamaan cenderung terabaikan.85

Nurcholis Madjid membedakan istilah materi pelajaran “agama” dan

“keagamaan”. Perkataan agama lebih tertuju pada segi formaldan ilmunya

saja.Sedangkan perkataan “keagamaan” lebih mengenai semangat dan rasa agama

(religiusitas). Menurut Nurcholis Madjid, materi keagamaan ini hanya dipelajari

sambil lalu saja tidak secara sungguh-sungguh. Padahal justru inilah yang lebih

berfungsi dalam masyarakat zaman modern, bukan fiqh atau ilmu kalamnya apalagi

nahwu sharfnya serta bahasa Aranya. Di sisi lain, pengetahuan umum nampaknya

masih dilaksanakan secara setengah-setengah, sehingga kemampuan santri

biasanya sangat terbatas dan kurang mendapat pengakuan di masyarakat umum.86

                                                            85 Mastuhu, “Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian tentang Unsur Nilai

Sistem Pendidikan Pesantren”, (Jakarta: INIS, 1994), hal. 142 86 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren”, (Jakarta: Ciputat Press, 2001) hal. 79

Page 68: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

58  

   

D. Kelemahan dan kelebihan Pesantren

Kekurangan pesantren adalah terletak pada lemahnya visi dan tujuan yang

dibawa pendidikan pesantren. Agaknya tidak banyak pesantren yang mampu secara

sadar merumuskan tujuan pendidikannya dan menuangkannya dalam tahapan-

tahapan rencana kerja atau program. Mungkin kebutuhan pada kemampuan itu

terlalu baru. Tidak adanya perumusan tujuan itu disebabkan adanya kecenderungan

visi dan tujuan pesantren diserahkan pada proses improvisasi yang dipilih sendiri

oleh seorang kyai atau bersama-sama para pembantunya secara intuitif yang

disesuaikan dengan perkembangan pesantrennya. Malahan pada dasarnya memang

pesantren itu sendiri dalam semangatnya adalah pancaran kepribadian

pendirinya.Maka tidak heran kalau timbul anggapan pesantren itu merupakan hasil

usaha pribadi atau individual (individual enterprise).87

Dari paparan diatas Nampak bahwa Nurcholis Madjid mengkritisi lemahnya

pesantren dalam hal penentuan visi dan misi pesantren itu sendiri.Dan pesantren

dewasa ini merupakan cerminan dari pendirinya, pola pendidikan pesantren

mengacu kepada semangat dan pengetahuan pendirinya, menurut Nurcholis Madjid

kondisi seperti ini kurang ideal untuk membentuk pola pendidikan modern. Sebab,

kadangkala kebijakan pendiri pesantren itu bersifat intuitif dan pengetahuan pendiri

pesantren-pun terbatas cenderung pendiri pesantren menolak hal-hal yang tidak ia

kuasai. Contoh diawal masa colonial belanda para penjajah mengajarkan

masyarakat menulis, membaca dengan huruf latin, dan banyak pesantren yang

menolak hal itu dikarenakan kebencian terhadap bangsa colonial Belanda dan juga

karena pendirinya tidak menguasai tulis menulis dengan menggunakan tulisan latin.

Padahal jika dicermati kemampuan tulis menulis dengan menggunakan tulisan latin

bisa sangat bermanfaat bagi para santrinya kelak.

                                                            87 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan”, (Jakarta:

Paramadina, 1997) hal. 6

Page 69: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

59  

   

Kurangnya pesantren dalam meresponi dan mengaimbangi perkembangan

zaman tersebut, ditambah dengan faktor lain yang sangat beragam, membuat

produk-produk pesantren dianggap kurang siap untuk “lebur” dan mewarnai

kehidupan modern. Tidaklah mengherankan apabila muncul gambaran diri seorang

santri itu, dibanding dengan tuntutan-tuntutan nyata pada zaman sekarang, adalah

gambaran diri seorang dengan kemampuan-kemampuan terbatas.Sedemikian

terbatasnya kemampuan itu sehingga peranan-peranan yang mungkin dilakukan

ibarat hanya bersifat tambahan yang kurang berarti pada pinggiran-pinggiran dari

keseluruhan sistem masyarakat saja, dan kurang menyentuh, apalagi mempengaruhi

nucleus dan inti-poros perkembangan masyarakat itu.88

Meskipun gambaran diri itu tetap memiliki warna keagamaan biasanya

memperoleh gelar sebagai kyai, alim, ustadz atau sekedar santri, namun diukur dari

keharusan-keharusan keagamaan itu sendiri masih menunjukkan kekurangan-

kekurangan. Pada umumnya pembagian keahlian para lulusan atau produk

pesantren berkisar pada bidang-bidang berikut:

1. Nahwu-Sharaf

Kalau dalam bahasa kita istilah nahwu sharaf ini mungkin bisa diartikan

sebagai gramatika bahasa Arab.Banyak orang berhasil memperoleh status social-

keagamaan jadi berhak atas titel kyai, ustadz, atau yang lainnya hanya karena

dianggap ahli dalam gramatika bahasa Arab ini. Bentuk kongkrit keahlian itu

biasanya sangat sederhana, yaitu kemampuan mengaji atau mengajarkan kitab-kitab

nahwu-sharaf tertentu, seperti Ajurumiah, Imrithi, Alfiyah atau tingkat tingginya

kitab Ibnu Aqil. Konotasi keagamaan dalam keahlian di bidang ini semata-mata

karena bahasa objek studinya adalah bahasa Arab. Status social-keagamaan yang

mereka dapatkan itu tidak akan hilang meskipun yang bersangkutan sendiri

                                                            88 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan”, (Jakarta:

Paramadina, 1997), hal. 7

Page 70: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

60  

   

mungkin tidak menggunakan “ilmu alat”nya secara sungguh-sungguh mempelajari

ilmu agama, sebagaimana yang menjadi tujuan semula.89

Kajian ilmu alat merupakan hal yang lumrah dalam pembelajaran di

pesantren.Namun, pengajaran gramatika bahasa Arab ini disalah artikan oleh

masyarakat luas sebagai suatu bagian dari substansi pengetahuan Agama. Padahal

gramatika bahasa arab adalah satu anak tangga yang harus dilalui seseorang yang

bertujuan memahami dan menghayati substansi Agama. Banyak masyarakat yang

memandang kecakapan dalam gramatika bahasa Arab berbanding lurus dengan

pemahaman agama.Hal inilah yang harus diluruskan bahwa menguasai gramatika

bahasa Arab saja tidak cukup untuk menghayati keluasan substansi ajaran agama

Islam.

2. Fiqh

Para ulama fiqh sendiri mendefinisikannya sebagai sekumpulan hukum

amaliah (sifatnya akan diamalkan) yang disyariatkan dalam Islam. Pengetahuan

tentang hokum (agama dan syariat) memang dalam jangka waktu yang lama sekali

memegang dominasi dunia pemikiran atau intelektual Islam.90

Kajian fiqih dewasa ini dianggap sebagai sesuatu yang baku, statis tak

terjamah dengan perkembangan. Sehingga kajian-kajian fiqh kurang

berkembang.Anggapan fiqh yang dipelajari sekarang ini sudah final dan tak bisa

diganggu gugat. Padahal fiqh merupakan ajaran yang dinamis terus berkembang

sesuai perkembangan zaman, sebab ajaran fiqh sekarang ini merupakan hasil ijtihad

(pemikiran) ulama terdahulu yang kondisi sosiologis, geografis politis yang amat

jauh berbeda dengan keadaan sekarang ini, sehingga kurangnya semangat

mengkritisi kajian fiqh dengan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

                                                            89Ibid, hal. 8 90Ibid, hal. 9

Page 71: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

61  

   

Metode yang digunakan biasanya dengan metode sorogan atau bandongan,

dan di beberapa pesantren juga diadakan metode bahtsul masail mengenai seputar

masalah fiqh.Di dalam forum ini, para santri, biasanya mambahas dan

mendiskusikan suatu permasalahan dalam kehidupan masyarakat dan dicari

pemecahannya secara fiqh.91Nurcholis Madjid melihat bahwa fiqh didefinisikan

oleh para ulama terlalu sempit. Umumnya fiqh diartikan sebagai kumpulan hukum

amaliyah (sifatnya akan diamalkan) yang disyariatkan Islam. Pengetahuan tentang

hukum-hukum (agama atau syariat) memang untuk jangka waktu yang lama sekali

memegang dominasi dunia pemikiran atau intelektul Islam.Tetapi, Nurcholis

Madjid mempertanyakan apakan keahlian dalam bidang fiqh seluruhnya relevan

dengan keadaan sekarang.92

Nurcholis Madjid memaparkan kondisi seperti ini terjadi dari awal abad

kedua hijriyah.Karena hubungan erat dengan kekuasaan, sehingga pengetahuan

keagamaan merupakan tangga naik yang paling cepat menuju status social politik

yang lebih tinggi.

3. Aqa’id

Bentuk plural dari aqidah yang padanannya dalam bahasa kita adalah

keyakinan. Aqaid ini meliputi segala hal yang bertalian dengan kepercayaan dan

keyakinan seorang muslim. Meskipun bidang pokok-pokok agama ini disebut

dengan ushuluddin sedangkan fiqh disebut dengan furu’ (cabang-cabang) , tetapi

kenyataannya perhatian pada bidang ini kalah besar dengan perhatian pada bidang

fiqh yang hanya merupakan cabang itu. Selain itu, bidang aqaid ini juga disebut

dengan ilmu kalam memang membuka pintu bagi pemikiran filsafat yang kadang

                                                            91 M. Dian Nafi dkk, “Praksis Pembelajaran Pesantren”, (Yogyakarta: PT. LKiS

Pelangi Aksara, 2007) hal. 69 92 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 81

Page 72: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

62  

   

sangat spekulatif.Sebagai akibatnya, keahlian di bidang ini nampak kurang

mendalam.93

4. Tasawuf

Sampai saat ini belum ada definisi tasawuf secara lengkap yang bisa

menjelaskannya.Pengamal tasawuf hanya memahami tentang tarekat, suluk, dan

wirid.Mungkin ditambah dengan sedikit dongeng tokoh-tokoh legendaris tertentu

seperti, Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani. Sesungguhnya tasawuf atau sufi adalah

bidang yang sangat mendalam, dan berkaitan dengan rasa atau semangat

keagamaan itu sendiri. Dan sebenarnya bidang ini sangat menarik dalam struktur

kehidupan beragama.Tetapi pesantren tidak ada yang secara sungguh-sungguh

menggarapnya.Padahal tasawuf ini merupakan bidang yang sangat potensial untuk

memupuk rasa keagamaan para santri dan menuntun mereka memiliki budi pekerti

mulia.94

Efisiensi gerkaan tasawuf adalah karena organisasi yang muncul sebagai

perkumpulan-perkumpulan tarekat.Atau thariqoh adalah aliran tentang jalan atau

acara mendekatkan diri kepada tuhan.Tarikat tidak membicarakan segi filsafat

daripada tasawuf. Tap amalan atau praktisnya. Di Indonesia terkenal dua tarikat

yaitu qodiriyah dan naqsabandiyah.Tetapi umumnya kedua tarikat ini telah menjadi

satu. Pada jaman sekarang menolak tarikat ialah dua golongan dengan titik tolak

yang berlawanan: modernism sekularis pada kaum kemalis di Turki dan

puritanisme ortodoks (salafi) pada kaum wahabi di Saudi Arabia. Hanya kedua

Negara itu sejauh ini yang melarang praktek-prektek dan organisasi sufi serta

sejenisnya.95

                                                            93Ibid, hal.10 94Ibid, hal. 11 95 Artikel Nurcholis madjid, yang di bukukan oleh (Jakarta:LP3S) hal. 113

Page 73: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

63  

   

5. Tafsir

Salah satu bidang keahlian yang jarang dihasilkan pesantren adalah bidang

tafsir qur’an. Padahal bidang inilah yang paling luas daya cakupannya, sesuai

dengan daya cakup kitab suci yang mampu menjelaskan totalitas ajaran agama

Islam.Kalau kita perhatikan, pemikiran-pemikiran fundamental yang muncul dalam

dunia Islam biasanya dikemukakan melalui penafsiran-penafsiran al-

Qur’an.lemahnya pengetahuan dibidang ini akan membuka kemungkinan

munculnya penyelewengan dalam menafsirkan ayat al-Qur’an. Sehingga dapat

dibayangkan betapa strategisnya keahlian dibidang ini untuk

mengantisipasinya.Saying sekali pesantren-pesantren “kurang berminat” dalam

menggarap bidang ini, terlihat dari miskinnya ragam kitab tafsir yang dimiliki

perpustakaannya.Kitab tafsir yang dikaji pun biasanya tidak jauh dari Tafsir

Jalalayn.96

6. Hadits

Kalau dibidang tafsir tidak banyak prodduk pesantren kita yang mumpuni,

terlebih lai di bidang hadits ini.Apalagi jika diukur dari segi penguasaan segi

riwayah dan diroyah.Padahal kalau diingat bahwa kedudukan Hadits sebagai

sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an, keahlian di bidang ini tentunya

sangat diperlukan untuk pengembangan pengetahuan agama itu sendiri.97

7. Bahasa Arab

Berbeda dengan bidang tafsir dan hadits, di bidang bahasa Arab ini kita bisa

melihat fenomena yang menggembirakan.Pesantren-pesantren kita telah mampu

memproduksi orang-orang yang memiliki keahlian lumayan dalam bahasa

Arab.Keahlian ini harus dibedakan dengan keahlian dalam nahwu sharaf

                                                             96Ibid hal. 11

97Ibid, hal. 12

Page 74: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

64  

   

diatas.Sebab, titik-beratnya ialah pada penguasaan “materi” bahas itu sendiri, baik

pasif ataupun aktif.Kebanyakan mereka kurang mengenal lagi kitab-kitab lain

dalam hal nahwu sharaf, tetapi kebanyakan mereka mengenal kitab yang berisi

syair-syair berbahasa Arab.98

Disisi lain, dalam sistem pendidikan kolonial terlihat bahwa, sistem ini tidak

memberikan tempat pada bahasa Arab diantara berbagai bahasa asing yang

diajarkan di sekolah menengah, seperti bahasa Prancis, Jerman dan, Inggris.

Anitesa terhadap kebijakan pemerintah kolonial di atas lahir (atau kebijakan yang

diambil) pesantren justru lebih menekankan perhatian yang besar pada bahasa

Arab.Sebab, bahasa Arab adalah bahasa kemuliaan dan bahasa hasanah kelilmuan

Islam secara umum.Untuk itu di pondok pesantren sangat ditekankan penelaahan

terhadap kitab-kitab klasik tentang gramatika bahasa Arab.99

Selanjutnya, akibat modernisme muncul gejalabaru di dunia pesantren yang

bersikap terbuka kepada ilmuan modern.Indikatornya adalah masuknya pelajaran

bahasa Inggris ke pesantren-pesantren tertentu.Penekanan bahasa Arab tidak lagi

pada penelaahan gramatikanya, tetapi bagaimana menguasai bahasa Arab itu

sendiri, baik secara lisan maupun tulisan. Nurcholis Madjid melihat bahwa produk

yang dilahirkan pesantren dalam bentuk ini lebih unggul dibanding pesantren dalam

bentuk lain.

Melihat pada pemikiran Nurcholis Madjid tersebut, nampaknya pesantren

semacam inilah yang paling memenuhi selera kaum muslim dalam memasuki era

modernisasi pada saat ini. Kondisi ini memperlihatkan terjadinya integritas

keilmuan (ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu Islam) yang selama ini dianggap tidak

dapat dikompromikan.Ini terlihat pada penggabungan pengetahuan bahasa Arab

dan bahasa Inggris yang melambangkan perpaduan antara unsur keislaman dan

                                                            98Ibid hal. 13 99 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 89

Page 75: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

65  

   

unsur kemodernan.Karena itu orientasi kulturalnya menjadi lebih sederhana.Justru

aspek integritas keilmuan yang menjadi perhatian utama.100

Nampaknya Nurcholis Madjid di sini menekankan agar dalam penerapan

kurikulum di pesantren adanya check and balance. Nurcholis Madjid menekankan

adanya keseimbangan antara materi keIslaman dan materi-materi umum. Misalnya

penekanan yang sama antara fiqh, aqaid, tafsir, hadits, bahasa Arab dan lain-lain.

8. Fundamentalisme

Adalagi hasil pendidikan pesantren yang perlu dibicarakan di sini, yaitu

untuk mudahnya namakan saja fundamentalisme.Yang dimaksud di sini adalah

mereka yang dilatih begitu rupa oleh pesantrennya sehingga memiliki semangat

fundamentalistik yang tinggi sekali. Curahan perhatian biasanya diutamakan pada

bidang fiqh, tetapi tentu dengan cara dan orientasi yang berbeda dengan model

“fiqh” tersebut di atas. Jenis ini biasanya dapat berfungsi hanya dalam lingkungan

yang sangat terbatas saja, mengingat kadar fundamentalisme an puritanisme mereka

yang sering melahirkan sikap-sikap kaku.

Selain jenis-jenis produk pesantren di atas sudah tentu masih terdapat jenis-

jenis lain yang tak perlu diketengahkan secara khusus di sini, seperti jenis keahlian

dalam ilmu falak, kanuragan, qiraat dan ilmu hikmah.101

Kesadaran yang mulai tumbuh mengenai pesantren itu sering disertai

dengan sikap apresiatif secukupnya misalnya dengan memberi penilaian bahwa

sistem pesantren adalah merupakan sesuatu yang bersifat “asli” atau indigenous

Indonesia, sehingga dengan sendirinya bernilai positif dan harus dikembangkan.

Penilaian itu menempatkan dunia pesantren pada deretan daftar perbendaharaan

                                                            100Ibid, hal. 89 101 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 14

Page 76: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

66  

   

nasional, menumbuhkan pengakuan akan peranannya dalam pertumbuhan dan

pertumbuhan dan perkembangan pendidikan nasional.

Namun tidak tertutup kemungkinan adanya penilaian resmi yang pincang

(sekurang-kurangnya sebagai sisa masa lalu).Misalnya dalam pembicaraan atau

penulisan resmi, hamper tidak terdapat penyebutan pesantren sebagai unsur pokok

dalam sistem pendidikan nasional.Bahkan peranan dan sumbangan pesantren pada

sistem pendidikan nasional dinilai belum mampu menandingi organisasi-organisasi

pendidikan lainyya.

Hal itu tampaknya karena pesantren dilihat sebagai berada diluar jalur resmi

atau standar dalam hal pendidikan, dan dilihat sebagai gejala yang seolah-olah

seharusnya tidak boleh ada. Sebab yang resmi dan baku atau standar ialah apa yang

dasar-dasarnya telah diletakkan oleh pemerintah colonial Belanda, yaitu sistem dan

filsafat pendidikan tertentu yang kini dikenal sebagai sekolah atau lebih popular

sekolah umum. Namun kembali pada apa yang disebutkan tadi, syukurlah bahwa

kecenderungan yang lebih posuitif sekarang lebih tampak di ufuk dunia pemikiran

para sarjana kita, khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Pesantren sendiri dalam melihat dirinya, seperti dapat diduga, terbagi

menjadi berbagai macam kelompok.Kelompok penyederhanaan, disini kita

sebutkan saja berapa kelompok yang perlu.Pertama, yang merupakan bagian

terbesar, yaitu kelompok pesantren yang tidak menyadari dirinya, apakah bernilai

baik atu bernilai kurang baik. Mereka menganggap bahwa apa yang terjadi adalah

terjadi begitu saja, tanpa ada persoaalan serius yang perlu mereka fikirkan. Kedua,

adalah kelompok yang seperti seorang zealot atau fanatikus yang karena

kefanatikannya ini membuat penilaian mereka kurang objektif.Kelompok ini

menilai bahwa pesantren dengan segala aspeknya adalah pasti positif dan mutlak

harus dipertahankan.Ketiga, adalah kelompok yang kehinggapan perasaan bangga

diri.Perasaan ini bisa menimbulkan sikap pesimis dan kurang percaya diri dalam

mengejar ketertinggalannya, sehingga mereka menganggap indentitas pesantrennya

Page 77: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

67  

   

tidak perlu lagi dipertahankan. Tentunya ini akan berakibat rusaknya identitas

pesantren secara keseluruhannya. Dan keempat, mungkin kelompok ini yang paling

sedikit jumlahnya yaitu pesantren-pesantren yang sepenuhnya menyadari dirinya

sendiri baik segi-segi positif maupun negatifnya, sanggup dengan jernih melihat

mana yang harus diteruskan dan mana yang harus ditinggalkan.Kelebihan mereka

dalam melakukan introspeksi secara objektif ini menjadikannya memiliki

kemampuan beradaptasi secara positif pada perkembangan zaman dan

masyarakat.102

Bila dilihat dari sistem pengajaran yang diterapkan di dunia pesantren,

memang terdapat kemiripan dengan tata laksana pengajaran dalam ritual

keagamaan Hindu, dimana terdapatnya penghormatan yang besar oleh murid

(santri) kepada kyainya sehubungan dengan hal ini Cuk Nur menggambarkan, kyai

duduk diatas kursi yang dilandasi bantal dan para santri duduk mengelilinginya.

Dengan cara begini timbul sikap hormat dan sopan oleh para santri terhadap kyai

seraya dengan tenang mendengarkan uraian-uraian yang disampaikan

kyainya.103Sehingga peran kyai sangat fenomenal dan signifikan dalam

keberlangsungan atau eksistensi sebuah pesantren, sebab kyai adalah sebuah

elemen dari beberapa elemen-elemen dasar sebuah pesantren.104

Menurut Nurcholis Madjid kelemahan pesantren selanjutnya adalah adanya

kesenjangan Intelektual dan Kultural. Eksistensi pesantrten dengan kondisi yang

ada sekarang ini telah melahirkan output santri dengan segala potensi akademisnya

hanya bagaikan menghadirkan “koleksi busana”, tetapi orang lain tidak

menyukainya, atau mereka memang tidak tahu kalau itu baik untuk digunakan. Atau

barangkali dapat juga diibaratkan, seseorang yang mempunyai “koleksi busana”,

                                                            102 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan”, (Jakarta:

Paramadina, 1997) 103 103Ibid, hal. 22 104 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 63

Page 78: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

68  

   

tetapi tidak tahu bagaimana cara memakai atau apa yang lebih cocok dipakai untuk

waktu-waktu tertentu.105

Ungkapan diatas menunjukkan bahwa output yang dihasilkan pesantren

dewasa ini belum bisa memahami substansi ajaran Islam, yang mereka tonjolkan ke

permukaan adalah unsur terluar dari inti ajaran Islam. Symbol-simbol keagamaan

amat sangat dikedepankan tetapi tidak jarang dibalik itu ada hal-hal yang malah

bertentangan dengan ajaran Islam.Hal tersebutlah maksud dari ungkapan Nurcholis

Madjid “kesenjangan intelektual dan kultural antara pesantren dan dunia

luar.Dengan demikian pesantren yang menyimpan berbagai macam potensi itu

tidak dapat hadir secara akomodatif dan memainkan peranan yang maksimal di

zaman modern ini.

Untuk mengetahui factor penyebabnya, Nurcholis Madjid telah

mengidentifikasi beberapa hal, antara satu dengan yang lainnya yaitu, lingkungan,

santri, kurikulum, kepemimpinan, alumni dan prinsip kehidupan pesantren secara

umum. Menurut Nurcholis Madjid, dilihat dari factor lingkungan, pesantren

merupakan hasil pertumbuhan tak berencana. Sarana dan prasarana yang

mendukung keutuhan suatu pesantren, seperti letak masjid, asrama atau pondok,

madrasah, kamar mandi, perumahan pimoinan, dan lain-lain, umumnya sporadic.

Kondisi ini diperparah lagi dengan minimnya peralatan dan alat pendukung proses

belajar-mengajar, seperti meja, kursi, ruangan kelas, masjid, musholla, halaman

madrasah papan tulis dan lain-lain.106Namun kendatipun demikian pesantren

dewasa ini sudah banyak yang melengkapi diri dengan sarana dan prasarana yang

cukup memadai.Kondisi yang dimaksudkan Nurcholis Madjid diatas adalah kondisi

awal tumbuh dan berkenmbangnya suatu pesantren.Sebab, pesantren berdiri atas

dasar swadaya masyarakat atau berasal dari pendirinya sendiri.

                                                            105Ibid, hal. 106 106 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan”, (Jakarta:

Paramadina, 1997) hal. 90

Page 79: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

69  

   

Dalam proses modernisasi itu memang terjadi proses reformasi social. Ini

memungkinkan lapisan-lapisan tertentu kelompok social paling inti dari pesantren

beralih ke tingkat elite terpelajar.Sementara itu, pesantren sendiri menjadi lembaga

pendidikan yang menampung anak-anak masyarakat bawah.Mereka tidak mampu

menikmati sekolah-sekolah umum, karena biaya yang harus dibayar amatlah

mahal.107

Dari sisi santri terlihat beberapa fenomena yang unik, mulai dari pakaian,

kondisi kesehatan, prilaku, dan penyimpangan-penyimpangan yang mereka

lakukan.Cara berpakaian misalnya, umumnya para santri tidak bisa membedakan

antara pakaian untuk belajar, dalam kamar, ke luar pondok pesantren, bahkan untuk

tidurpuntidak berbeda.Apakah ada kaitanyya dengan kesehatan atau tidak, tapi yang

pasti jelas penyakit kulit (kudis), sering diasosiasikan dengan para santri.Kemudian

menyangkut tingkah laku santri, sudah menjadi rahasia umum bahwa para santri

mengidap penyakit rasa rendah diri dalam pergaulan ketika harus bersosialisasi

dengan masyarakata luar mereka. Ada telihat ketidakkonsistenan dalam tingkah

laku samtri ini menurut Nurcholis Madjid, sebab untuk lingkungan intern mereka

sangat liberal, ini ditunjukkan dengan sikap termasuk pembicaraan mereka yang

hamper-hampir seenaknya. Tetapi, ketika mereka berhadapan dengan orang luar

sikap ini tidak tampak. Apalagi jika mereka berhadapan dengan “orang lain”

(agama, ras, pandangan politik, ataupun paham keagamaan yang berbeda).

Berkaitan dengan pergaulan santri ini juga, menurut Nurcholis Madjid,

sangatlah wajar dilakukannya penyimpangan oleh santri mengingat di pesantren

tidak diberlakukannya sistem pergaulan (sekedar pergaulan saja) dengan jenis

kelamin lain. Namun, barangkali hal tersebut jarang terjadi oleh karena beberapa

factor: pertama, pada umumnya para santri sangat menghayati nilai-nilai akhlak

yang mereka pelajari di pesantren. Kedua, para santri pada umumnya belum

                                                            107 Jamali, “Kaum Santri dan Tantangan Kontemporer”, (Bandung: Pustaka Hidayah)

hal. 139

Page 80: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

70  

   

mencapai usia pubertas, sehingga konsentrasi mereka hanya terfokus untuk mengaji

dan ibadah. Walaupun ada santri yang tingkat aliyah (sudah mencapai usia remaja),

biasanya mereka secara tidak langsung harus memperlihatkan pribadi yang baik

(terpuji, panutan), mengingat mereka adalah wakil kyai (asisten), atau guru bantu

di pondok. Ketiga, para santri sedikit sekali mendapat rangsangan dari luar, baik

dari lawan jenis maupun rangsangan lain seperti media masa, lingkungan dan lain-

lain. Sebab, pergaulan para santri akan dibatasi oleh lingkungannya sendiri.

Kyai adalah figur yang berperan sebagai penyaring informasi dalam

memacu perubahan di dalam pondok pesantren dan masyarakat

seitarnya.Kedudukan kyai adalah pemegang pesantren yang menawarkan agenda

perubahan social keagamaan baik yang menyangkut masalah interpretasi agama

dalam kehidupan social maupun perilaku keagamaan santri, yang kemdian menjadi

rujukan masyarakat.108

Kyai, dalam sepanjang sejarah kepemimpinannya, rupanya berupaya

menginternalisasikan dan merefleksikan citra imam sebagaimana yang tercermin

dalam kaidah fiqih “tasharruful imam ala ar ra’iyyah manuutun bil maslahah”.Kyai

berupaya sungguh-sungguh menjadi pemimpin bagi dirinya, bagi keluarganya dan

bagi masyarakatnya.Tetapi kepemimpinan kyai itu dimana kemaslahatan menjadi

tujuannya terutama ditujukan bukan untuk keluarganya, apalagi dirinya, melainkan

untuk masyarakat yang dipimpinnya.109

Berkaitan dengan kepemimpinan pesantren, secara apologetic sering

dibanggakan bahwa kepemimpinan atau pola kepemimpinan pesantren adalah

demokratis, ikhlas, sukarela dan seterusnya.Anggapan seperti ini menurut

Nurcholis Madjid perlu dipertanyakan kebenarannya bila diukur dengan

perkembangan jaman sekaran ini. Untuk penelaahan lebih jauh Nurcholis Madjid

                                                            108Abdurrahman Wahid, “Benarkah Kyai Membawa Perubahan Social? Pengantar dari

Buku Kyai dan Perubahan Social” hal. Xi-xx 109 Zainal Arifi Thoha, “Runtuhnya Singgasana Kyai”, (Yogyakarta: Kutub, 2003)

hal292

Page 81: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

71  

   

mengemukakan beberapa hal: pertama, karisma. Pola kepemimpinan karismatik

sudah cukup menunjukkan segi tidak demokratisnya, sebab tidak rasional.Apalagi

jika disertai dengan tindakan-tindakan yang bertujuan memelihara karisma

tersebut.Seperti, jaga jarak dan ketinggian dari para santri. Pola kepemimpinan

seperti ini akan menghilanghkan kualitas demokratisnya. Kedua, personal.Karena

kepemimpinan kyai adalah karismatik maka dengan sendirinya juga bersifat pribadi

atau personal. Kenyataan itu mengandung implikasi bahwa seorang kyai itu tidak

mungkin digantikan orang lain serta sulit ditundukkan kebawah rule of the game

nya administrasi dan manajemen modern. Ketiga, religiufeodalisme.Seorang kyai

selain menjadi pemimpin agama sekaligus merupakan traditional mobility dalam

masyarakat feodal. Dan feodalisme yang berbungkus keagamaan ini bila

disalahgunakan akan jauh lebih berbahaya dari feodalisme biasa. Keempat,

kecakapan teknis. Karena dasar kepemimpinan kyai dalam pesantren adalah seperti

diterangkan diatas, maka dengan sendirinya factor kecakapan teknis menjadi tidak

begitu penting. Dan kekurangan ini menjadi salah satu sebab pokok tertinggalnya

pesantren dari perkembangan jaman.110

Kyai merupakan tumpuan pesantren, berkat tempaan pengalamannya

mendirikan pesantren sebagai realisasi cita-cita kyai, akhirnya timbullah corak

kepemimpinan yang sangat bersifat pribadi, yang berlandaskan pada penerimaan

masyarakat sekitar dan warga pesantrennya secara mutlak.Karena itu, ciri utama

penampilan kepemimpinannya kyai adalah watak kharismatik yang dimilikinya.111

Kyai memegang tongkat utama kepemipinan pesantren menurut mustajab

diatas kyai merupakan watak kharismatik yang dimiliki kyai tersebut.Dalam arti

bahwa pesantren yang di dirikan oleh kyai adalah merupakan kristalisasi corak

pemikiran pendirinya. Begitupun dalam menerima hal lain diluar pemahaman kyai

tersebut cenderung sulit, meskipun pada saat ini mulai bermunculan pesantren-

                                                            110 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren”, (Jakarta: Paramadina, 1997)hal. 95 111 Mustajab, “Masa Depan Pesantren Telaah atas Model Kepemimpinan dan

Manajemen Pesantren Salaf”, (Yogyakarta: LKiS 2015) hal. 47

Page 82: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

72  

   

pesantren yang sudah terbuka dengan perkembangan dunia modern, seperti

memasukkan Bahasa inggris kedalam Bahasa sehari-hari dan lain sebagainya.

Disisi lain, elemen alumni santri juga salah satu factor ketidakmampuan

pesantren menjawab tantangan jaman. Nurcholis Madjid melihat, kendatipun

institusi pesantren mengklaim telah berhasil melahirkan wakil-wakilnya, kader-

kadernya, ataupun outputnya yang articulated, tetapi itu hanya terbatas untuk

lingkungan sendiri. Artinya, output tersebut tidak siap megisi kebutuhan pada

institusi-institusi lain. Di samping itu ada yang lebih ironis lagi di kalangan santri

ada slogan tidak mau menjadi pegawai negeri.Slogan ini merupakan sisa-sisa sikap

isolatif dan non-kooperatif zaman kolonial dulu.112Sama sekali tidak relevan untuk

dipertahankan.Sikap non-kooperatif yang diambil oleh para alumni pesantren

sangan tidak relevan sekali dengan kondisi sekarang ini.Hendaknya para alumni

pesantren turut ambil bagian dalam pembangunan.

Selanjutnya, segi yang dianggap positif dalam kehidupan pesantren adalah

semangat kesederhanaan.Namun, menurut Nurcholis Madjid dalam beberapa hal

perlu ditelaah kembali, bahkan dalam pesantren sendiri pengajaran ini kurang

mendapat tekanan dalam kurikulumnya.113

Kesederhanaan tidak dapat diukur secara kuantitas.Kesederhanaan adalah

sikap dan perilaku yang didasarkan pada kebutuhan, bukan pada keinginan.Bisa

saja seseorang memiliki beberapa mobil mewah karena memang mobil-mobil

tersebut dibutuhkan dan tentu saja karena orang tersebut memiliki kemampuan

untuk mengadakannya. Dengan kata lain, kesederhanaan mesti didasarkan pada

kemampuan dan kebutuhan, bukan pada keinginan.114

                                                            112 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren”, (Jakarta: Paramadina, 1997)hal. 96 113Ibid, hal. 99 114 Wahyuni Nafis, “Pesantren Daar el Qolam, Menjawab Tantangan Zaman”,

(Tangerang: Daar el Qolam Press 2008) hal. 160

Page 83: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

73  

   

Jika saja khasanah keilmuan Islam klasik yang dimiliki pesantren dapat

dipotimalisasikan dengan sebaik-baiknya, pesantren jauh lebih baik kualitasnya

dari lembaga-lembaga pendidikan dalam bentuk lain. Tapi dengan miskinnya

metodologi dan apriorinya pesantren dengan dunia luar telah membuat potensi ini

tidak berarti apa-apa.

Beberapa persoalan diatas memperlihatkan jurang yang menganga antara

dunia pesantren di satu sisi dan alam real di sisi lain, padahal pesantren sendiri

adalah bagian dari dunia itu. Kesenjangan ini tidak jarang telah melahirkan

dikotomi pada lembaga pendidikan Islam. Pesantren yang bersifat “konservatif”

lebih diidentikkan dengan lembaga pendidikan tradisional, sedangkan lembaga

pendidikan yang “mewarisi” sistem colonial diklaim sebagai lembaga pendidikan

modern.

Klaim didatas dalam beberapa kali barangkali dapat

dibenarkan.Persoalanyya, barangkali sistem pendidikan yang diklaim modern

tersebut tidaklah akomodatif untuk perkembangan zaman sekaran ini.Karena

kenyataan menunjukkan bahwa pertumbuhan ilmu pengetahuan yang tidak

dilandasi dengan iman dan taqwa, tidak membawa manfaat yang banyak.Bahkan

tidak jarang sebaliknya, justru menumbulkan dampak negatif dalam bentuk yang

amat canggih.

Sementara itu, di sisi lain pesantren nampaknya juga perlu membenahi diri

dalam banyak hal agar dapat menjadi sistem pendidikan alternative di masa depan

dan berperan menciptakan dukungan social bagi perkembangan yang sedang

berjalan.

Berangkat dari potensi lembaga tersebut (pesantren dan lembaga pendidikan

“modern”) serta belajar dari kekurangan masing-masing, agaknya pepaduan kedua

unsur itulah yang dijadikan sebagai model pendidikan alternative untuk

menyongsong Indonesia baru dengan mewujudkan masyarakat madani. Masyarakat

yang memiliki sumber daya manusia yang kaya iptek dan imtaq.

Page 84: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

74  

   

Setelah menelaah lebih jauh kritik Nurcholis Madjid terhadap dunia

pendidikan Islam tradisional dan mempelajari pikiran-pikiran serta gagasannya,

nampaknya Nurcholis Madjid berobsesi menciptakan suatu sistem pendidikan yang

memiliki keterpaduan antara unsur keislmaman, keindonesiaan dan keilmuan.

Sistem pendidikan terpadu ini diproyeksikan sebagai suatu alternatif untuk menuju

masyarakat madani. Untuk membuktikan tesis diatas, berikut ini akan dilihat

konsep keterpaduan dalam ketiga unsur tersebut.

1) Keislaman

Islam sudah termarginalkan dalam bangunan sistem pendidikan, karena ada

anggapan bahwa Islam sebagai penghambat kemajuan.Islam diklaim sebagai

tatanan nilai yang tidak dapat hidup berdampingan dengan sistem modern. Menurut

Nurcholis Madjid, Islam yang dipandang sebagai penyebab kegagalan dan

keterbelakangan adalah klaim-klaim warisan kolonial yang pada masa dahulu

digunakan sebagai alat untuk menghadapi sikap-sikap permusuhan non kooperatif

kaum ulama, kyai,, dan santrinya. Anggapan terhadap Islam sebagai musuh

kemajuan dalam pandangan Nurcholis Madjid berarti orang itu tidak memahami

keuniversalan ajaran Islam. Oleh sebab itu, penelaahan kembali terhadap ajaran

nilai universalitas Islam amat diperlukan 115

Munculnya anggapan Islam sebagai agama yang menjadi penghambat

kemajuan jaman, tidak dapat berjalan beriringan Antara Islam dan arus

perkembangan zaman menurut Nurcholis Madjid itu disebabkan warisan colonial

Belanda di masa lalu dalam memerangi ulama, kyai dan santri yang melakukan

perlawanan terhadap colonial Belanda.

Ajaran Islam jelas menunjukkan adanya hubungan organik antara ilmu dan

iman.Hubungan organik itu kemudian dibuktikan dalam sejaran Islam klasik ketika

kaum muslimin memiliki jiwa kosmopolit yang sejati.Atas dasar kosmopolitanisme

                                                            115Nurcholis Madjid,”Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan” (Jakarta: Paramadina, 1998) hal. 92

Page 85: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

75  

   

itu umat Islam membangun membangun peradaban dalam arti yang sebenar-

benarnya yang juga berdimensi universal.116

Menurut Nurcholis Madjid anggapan Islam tidak dapat beriringan dengan

arus perkembangan jaman adalah bentuk kejumudan berfikir atau dalam bahasa lain

bentuk ketidak pahaman seseorang dalam memahami universalitas Islam, padahal

Islam adalah agama yang sesuai dengan ruang dan waktu. Agama yang bias

fleksibel dalam menerjemahkan ajaran agama yang disesuaikan dengan

perkembangan zaman. Kalau dalam istilah Nurcholis Madjid Islam bukanlah

sebuah monument baku yang statis tapi Islam adalah agama yang dinamis yang

memiliki kemampuan menyelaraskan diri dengen perkembangan zaman.

Inilah yang memperkokoh nilai universalitas Islam yang meliputi unsur

sejarah, filsafat, sains, teologi dan tasawuf, sebagai tradisi keilmuan Islam klasik

yang telah menaruh perhatian pemikiran keislaman klasiknya dan disisi lain

memberikan metode modern baik untuk menelaah-menelaah penguasaan bahasa

asing Arab-Inggris, maupun untuk menyajikan dan mengemas pengetahuan secara

ilmiah untuk dapat dihadirkan ke dunia modern. Yasmadi mengutip pendapat Greg

Barton dalam bukunya tentang pendapatnya mengenai pondok modern gontor,

bahwa Gontor menghadirkan perpaduan yang liberal, yakni tradisi belajar klasik

dengan gaya modern Barat. Kepustakaan Arab klasik yang merupakan kurikulum

untuk setiap pesantren-pesantren ternyata juga diajarkan di Gontor, tetapi diberikan

dalam praktik pengajaran modern.117

Berdasarkan ungkapan diatas, agaknya konsep awal Nurcholis Madjid

dalam memodernisasi pendidikan berangkat dari sistem pendidikan Gontor sebagai

model.Tetapi, lebih jauh lagi sistem pendidikan yang digagas Nurcholis Madjid

adalah untuk memadukan unsur keislaman, keindonesiaan dan kelimuan.Hal ini

                                                            116Ibid, hal. 24 117 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 123

Page 86: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

76  

   

sesuai dengan platform pembaharuan Nurcholis Madjid sendiri yaitu

keindonesiaan, keislaman dan kemodernan.

Setelah menelaah lebih jauh kritik Nurcholis Madjid terhadap dunia

pendidikan Islam tradisional dan mempelajari pikiran-pikiran serta gagasannya,

nampaknya Nurcholis Madjid berobsesi meciptakan suatu sistem pendidikan yang

memiliki keterpaduan antara unsur keislaman, keindonesiaan dan keilmuan. Sistem

pendidikan terpadu ini diproyeksikan sebagai suatu alternatif untuk menuju

masyarakat madani.118

Aktualisasi terhadap pemahaman agama dengan mengaitkannya dengan

disiplin ilmu lain dalah salah satu gagasan Nurcholis Madjid dalam reaktualisasi

pemahaman agama melalui kitab-kitab klasik. Hematnya dalam memahami kitab

klasik yang didorong oleh pemahaman gramatika bahasa Arab nampaknya harus

dimanfaat kan untuk menggali sedalam-dalamnya pemahaman keagamaan, karena

menurut Nurcholis Madjid banyak alumni pesantren yang mumpuni di dalam

gramatika bahasa Arab tetapi lemah dalam fiqh atau cabag-cabang ilmu yang

lainnya. Ini menandakan bahwa pemahaman gramatika bahasa Arab tidak melulu

berbading lurus dengan pemahaman agama secara luas.

Untuk melihat kembali kitab-kitab lama “klasik” dan menyikapi agar tidak

terjadinya kemiskinan intelektual atau dalam istilah Nurcholis Madjid kehilangan

jejak riwayat intelektualisme Islam.119

Menurut Nurcholis Madjid, inilah salah satu kelemahan dan akibat dari

pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah, sehingga menimbulkan

kesenjangan intelektual. Jejak pemahaman mereka terhadap Islam tidak

lengkap.Mereka memahami Islam dari kaum orientalis, bukan khasanah Islam yang

ada.Tidak timbul lagi wacana kreatif untuk mempelajari “kitab-kitab lama” sebagai

                                                            118Ibid, hal. 124 119Nurcholis Madjid,”Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan” (Jakarta: Paramadina, 1998) hal. 65

Page 87: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

77  

   

warisan intelektual Islam.Padahal khasanah keislaman terdapat dalam kitab-kitab

itu, jadi perlu suatu fase reorientasi tradisi.120

Satu kelemahan pesantren pada masa kini menurut Nurcholis Madjid dalam

mengkritisi pembaharuan yang dilakukan organisasi Muhammadiyah itu malah

menciptakan kesenjangan intelektual, yang mana dalam memahami suatu teks

agama terbilang letterlek. Pemahaman yang seperti itu nampaknya tidak sesuai

dengan zaman ini, sebab konteks akan selalu berubah dan teks akan cenderung statis

jadi bukan mengubah teksnya tetapi mengubah konteksnya. Melihat konteks

kekinian dalam memahami suatu teks agama.

Oleh sebab itu, menurut Nurcholis Madjid, di Indonesia sering

didengungkan tentang perlunya para sarjana keislaman mengenal apa yang disebut

“kitab kuning”. Seruan itu adalah penyederhanaan dari rasa kesadaran dan

keperluan kepada sikap-sikap yang lebih apresiatif terhadap warisan intelektual

Islam sendiri.Apresiasi yang dikehendaki terhadap kitab kuning bukanlah jenis

apresiasi doktrinal dan dogmatik, melainkan jenis intelektual-akademik.Selain itu

juga diharapkan secara wajar mengapresiasikan warisan intelektual dari luar Islam

sejalan dengan petunjuk agama sendiri dalam hal sikap terhadap ilmu pengetahuan

dari manapun datangnya.121

Sikap terhadap kedua kutub warisan intelektual itupun mengindikasikan

pengitegrasian keilmuan dalam wacana pendidikan Islam.Selanjutnya, pada tataran

yang lebih tinggi lagi bidang filsafat belum mendapat tempat dalam pendidikan

Islam, sehingga kedalaman ilmu seseorangdalam Islam selalu diukur sejauh mana

pengetahuannya terhadap fiqh, sebagai akibat dari fiqh oriented. Reorientasi ini

                                                            120 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 124 121 Nurcholis Madjid, “Kaki Langit Peradaban Islam”, (Jakarta: Paramadina,1997) hal.

157

Page 88: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

78  

   

telah diupayakan oleh Nurcholis Madjid melalui Yayasan Wakaf Paramadina

sebagai suatu alternatif menghadirkan Islam di alam modern.

Tinggal lagi persoalan yang melihat dunia pendidikan sekarang adalah

merumuskan kajian epistimologi ilmu-ilmu umum yang masih kabur, kemudian

merumuskan metodologi dalam mengajarkannya di dunia pendidikan Islam secara

umum.Azyumardi Azra misalmnya mengangkat kasus Al-Azhar.Pengalaman Al-

Azhar dalam mengintegrasikan antara bidang ilmu-ilmu umum dengan ilmu-ilmu

agama tersebut boleh dikatakan kurang berhasil.Ada hambatan-hambatan tertentu,

misalnya berkaitan dengan persoalan dikotomi konseptual ketika fakultas-fakultas

umum dimasukkan ke Al-Azhar, tidak disertai dengan perumusan epistimologi

yang jelas.Misalnya saja, bagaimana ilmu-ilmu eksakta diajarkan kepada

mahasiswa dalam kerangka atau visi Islam, bagaimana memberikan warna Islam

terhadap ilmu yang bersifat umum.122

Gagasan serupa juga nampaknya memiliki substansi yang sama bahwa

konsep epistimologi keilmuan umum tersebut belum kongkrit dalam wacana

pendidikan Islam.

Konsep dasar yang dimunculkan Nurcholis Madjid hanya sebatas

bagaimana mendapatkan kembali ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam daerah

pengawasan nilai agama, moral dan etika.Karena pada prinsipnya, asal mula semua

cabang ilmu pengetahuan adalah berpangkal pada ilmu agama. Ketika para

intelektual muslim mampu mengembangkan dan mengislamkan ilmu pengetahuan

modern itu, dunia Islam akan dapat mencapai kemakmuran dalam berbagai bidang,

seperti yang dicontohkan pada masa Islam klasik. Saat ini, umat Islam hanya dapat

menyaksikan bekas-bekasnya saja.Buktinya sampai sekarang banyak sekali istilah-

sitilah teknis dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern barat yang berasal dari

bahasa Arab.Sebagai indikator, terdapat akar-akar Islam bagi ilmu pengetahuan dan

                                                            122 Azyumardi Azra,”Rekonstruksi Kritis Ilmu dan Pendidikan Islam”, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1998), hal. 82

Page 89: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

79  

   

teknologi modern.Peradaban Islam mempengaruhi barat tidak hanya dalam bidang

iptek, tetapi juga dalam bidang peradaban pada umumnya, maka dapat ditemukan

pula berbagai istilah Inggris pinjaman dari bahasa Arab dan Persia.123

Menurut Nurcholis Madjid kemajuan teknolohgi sekarang ini yang

cenderung bermunculan dari dunia Barat adalah berasal dari Islam, kemajuan

teknologi, al jabar, ilmu kesehatan dan lain sebagainya merupakan peninggalan

kejayaan Islam di masa klasik. Yang merupakan buah dari tidak adanya dikotomi

Antara ilmu agama dan ilmu umum, sehingga semangat mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan dikala itu melonjak tinggi. Seiring kekalahan kerajaan Islam yang

Berjaya dimasa klasik umat Islam mengalami kemunduran yang sangat signifikan

akibat penguasaan ilmu-ilmu yang telah ditemukan ilmuan muslim oleh Barat. Dan

imbasnya kini umat Islam hanya dapat menonton arus perkembangan teknologi

yang tak dapat terbendung yang padahal itu merupakan bagian dari Islam.

Dengan menyadari kondisi umat Islam, dimana tingkat pendidikan modern

rata-rata diseluruh dunia, masih lebih rendah dari bangsa-bangsa lain, maka untuk

menuju ke arah masa depan yang lebih baik Nurcholis Madjid menyerukan kepada

umat Islam dalam merespon tantangan zaman itu harus terlebih dahulu dengan

menangkap pesan dalam kitab suci. Kemudian secara kritis mempelajari sosok ilmu

pengetahuan yang dihasilkan oleh modernitas.Upaya ini merupakan salah satu

upaya untuk menemukan kembali pengetahuan baru yang merupakan tujuan sejati

intelektual Islam.124

Pemahaman substansial terhadap teks Al-Qur’an nampaknya menjadi kunci

umat Islam dapat menjawab tantangan dunia modern. Sebab pemahaman substansi

terhadap suatu teks adalah modal awal bagaimana kontekstualisasi ajaran agama

Islam dapat terus berjalan beriringan, sehingga hilangnya image bahwa Islam

                                                            123 Nurcholis Madjid, “Kaki Langit Peradaban Islam” (Jakarta: Paramadina,1997) hal.

72 124 Nurcholis Madjid, “Islam doktrin dan Peradaban”, (Jakarta: Paramadina, 1995) hal.

485

Page 90: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

80  

   

adalah hambatan kemajuan zaman akan semakin tergerus sebab kesadaran umatnya

bahwa Islam adalah agama yang dinamis.

2) Keindonesiaan

Lebih jauh lagi, modernisasi pendidikan yang dimaksud diharapkan mampu

menciptakan suatu lembaga pendidikan yang mempunyai identitas kultural yang

lebih sejati sebagai konsep pendidikan masyarakat Indonesia baru yang didalamnya

juga akan ditemukan nilai-nilai universalitas Islam yang mampu melahirkan suatu

peradaban masyarakat Indonesia masa depan. Di sisi lain, lembaga ini juga

mencirikan keaslian Indonsia, karena secara kultural terlahir dari budaya Indonesia

yang asli. Konsep ini agaknya yang relevan dengan konsep pendidikan untuk

menyongsong masyarakat madani.125

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa Nurcholis Madjid

mengidentifikasi kelebihan pesantren adalah bahwa pesantren merupakan lembaga

pendidikan asli Indonesia.Sehingga dalam menyikapi perkembangan dunia global

pesantren harus selalu mempertahankan jati dirinya yaitu Indonesia, dalam rangka

merawat jati diri tersebut pesantren harus selalu membawa nuansa budaya asli

Indonesia dan merawat tradisi tersebut. Menurut Nurcholis Madjid pesantren perlu

mendesain pengajaran ataupun kultur yang ada didalamnya sehingga tidak hilang

nuansa keindonesiaannya meskipun terus menyesuaikan diri dengan dunia global,

sebab itulah yang menjadi nilai plus pesantren.

Obsesi Nurcholis Madjid adalah mengupayakan modernisasi dengan tegas

dan jelas berlandaskan platform kemodernan yang berakar dalam keindonsiaan

dengan dilandasi keimanan. Sehingga dalam satu kesempatan diskusi dan

peluncuran buku Masa Lalu yang Membunuh Masa Depan: Krisis Agama

Pengetahuan dan Kekuasaan dalam Kebudayaan Teknokrasi karya Yudi Latief di

                                                            125 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 127

Page 91: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

81  

   

Jakarta, Nurcholis Madjid sekali lagi mengingatkan, ketika bangsa gagal

memahami masa lalu, maka yang akan terjadi adalah kemiskinan intelektual.126

Oleh karena itu, berkaitan dengan upaya modernisasi pendidikan Indonesia,

terbuka peluang kembali untuk melirik lembaga pesantren sebagai institusi

pendidikan yang lahir dari budaya Indonesia yang asli.

Sistem pendidikan kolonial yang jauh berbeda dengan sistem pendidikan

pesantren sangat tidak tepat untuk dijadikan model bagi pendidikan masa depan

dalam rangka menyongsong Indonesia baru yang berdimensi keislaman,

keindonesiaan dan keilmuan. Sejak awal kemunculannya sistem pendidikan

kolonial hanya terpusat pada pengetahuan dan keterampilan dunawi yaitu

pendidikan umum.127

Komitmen Nurcholis Madjid dalam memodernisasi dunia pendidikan Islam

Indonesia adalah kemodernan yang dibangun dan berakar dari kultur Indonesia

serta dijiwai dengan semangat keimanan. Maka untuk merekonstruksi institusi

pendidikan tersebut perlu mempertimbangkan sistem pesantren yang

mempertahankan tradisi belajar kitab klasik ditunjang dengan upaya internalisasi

unsur keilmuan modern.Pesantren dijadikan sebagai moderl awal, sebab disamping

sebagai warisan budaya Indonesia, pesantren juga menyimpan potensi kekayaan

khazanah Islam klasik yang terletak pada tradisi belajar kitab kuningnya.

Pesantren diharapkan dapat memberikan responsi atas tuntutan era

mendatang yang meliputi dua aspek, universal dan nasional.Aspek universal yaitu

pengetahuan dan teknologi.Sedangkan dalam skala nasional yaitu pembangunan di

Indonesia.Pesantren dinilai mampu menciptakan dukungan sosial bagi

pembangunan yang sedang berjalan.Sebab, pembangunan adalah suatu usaha

perubahan sosial.Tujuannya adalah perbaikan dan peningkatan kehidupan secara

                                                            126 Jangan tinggalkan masa lalu 25 juni 99 127 Karel A Stenbrink, “Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun

Moderen” (Jakarta: LP3ES, 1986), hal. 24

Page 92: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

82  

   

keseluruhan.Meskipun urgensi awalnya adalah tersirat dalam semboyan “cukup

sandang, pangan dan papan” tetapi, kaitannya luas sekali, seperti masalah

perubahan sikap mental masyarakat dari agraris menjadi industri, pendiptaan

kesempatan kerja seimbang dengan pertumbuhan tenaga kerja yang ada, masalah

demografis, masalah motivasi, juga menyangkut kondisi sosial masyarakat.128

Atas dasar pertimbangan itu Nurcholis Madjid memikirkan bahwa

kemungkinan pola pesantren menjadi pola pendidikan nasional.Kemungkinan ini

diperbesar dengan munculnya anggapan bahwa sistem pendidikan yang kini secara

resmi berlaku adalah warisan pemerintah Belanda, sebab masih mengancung ciri-

ciri kolonial.Sistem pendidikan ini tentunya bukan pilihan yang tepat dan layak

diterapkan di bumi Indonesia.129

3) Keilmuan

Persoalan mendasar yang terjadi hampir merata di dunia pendidikan kaum

muslim kontemporer adalah terpisahnya lembaga-lembaga pendidikan yang

memiliki konsentrasi dan orientasi yang berbeda. Ada lembaga yang

menitikberatkan orientasinya pada “ilmu-ilmu modern” dan disisi lain ada lembaga

yang hanya memfokuskan diri pada “ilmu-ilmu tradisional”. Realitas kelembagaan

pendidikan ioni dikenal dengan dualisme pendidikan.

Modernisasi pendidikan yang digagas oleh Nurcholis Madjid pada

prinsipnya menghilangakan dualisme pendidikan tersebut.Kedua bentuk lembaga

itu sama-sama memiliki sisi positif yang patut dikembangkan dan juga memiliki

sisi negatif yang harus dibuang dan ditinggalkan. Usaha modernisasi Nurcholis

Madjid tertuju pada upaya untuk mengkompromikan kedua lembaga ini dengan

memadukan sisi baik antara keduanya, sehingga pada gilirannya akan melahirkan

                                                            128Karel A Stenbrink, “Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun

Moderen” (Jakarta: LP3ES, 1986), hal. 87 129Ibid, hal. 87

Page 93: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

83  

   

sistem pendidikan yang ideal. Nurcholis Madjid menyebutnya dengan sistem

pendidikan Indonesia menuju arah titik temu atau konvergensi.130

Upaya menghilangkan dualisme pendidikan tersebut tidak terlepas dari

usaha menghilangkan dikotomi keilmuan saat sekarang.Sebab, mengakarnya

paham dikotomi keilmuan amat berpengaruh pada dinamika umat Islam itu sendiri.

Pada masa kejayaan Islam, hampir tidak terlihat adanya dikotomi keilmuan antara

ilmu umum dan ilmu keislaman .perkembangan ilmu pengetahuan berjalan

demikian pesatnya, meliputi agama, bahasa, sejarah, aljabar, fisika, kedokteran, dan

lain-lain. Tokoh-tokoh seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan Al-Shafa, dan lain-lain

menyadari bahwa kesempurnaan manusia hanya akan terwujud dengan penyerasian

antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu keislaman, sebagai satu bagian yang tak

terpisahkan dalam komponen keilmuan dalam Islam.

Dengan demikian, sistem pendidikan baru yang digagas Nurcholis Madjid

ini mengacu pada perpaduan kedua disiplin ilmu tersebut. Pemikiran Nurcholis

Madjid tersebut tertuju pada upaya untuk memasukkan kurikulum umum yang

selama ini diterapkan di dunia pendidikan umum ke dalam pendidikan Islam yang

memiliki kirukulum tersendiri, sehingga yang akan terjadi nantinya kombinasi dua

bentuk unsur keilmuan dalam skala utuh. Meskipungagasan ini masih terlihat belum

kongkrit sebab apakah mengacu pada sistem pendidikan terpadu dengan

menggunakan kurikulum penuh atau hanya sekedar memberikan label Islam

terhadap ilmu-ilmu umum, namun yang jelas obsesi Nurcholis Madjid adalah

dengan perpaduan kedua unsur keilmuan diharapkan lahir manusia-manusia yang

memiliki kekayaan intelektual, baik wawasan keislaman maupun wawasan

kekayaan sains modeern. Inilah yang menjadi sasaran dan tujuan pendidikan Islam

yang tercermin dalam penyusunan kurikulum.131

                                                            130 Nurcholis Madjid, “TradisiIslam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan

Indonesia”, (Jakarta: Paramadina, 1997) hal. 22 131 Jalaludin dan Utsman, “Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan

Perkembangan”,(Jakarta:Raja Grafindo, 2007)hal.43

Page 94: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

84  

   

Latar belakang munculnya gagasan memadukan unsur keilmuan dalam

modernisasi pendidikan Islam yang dilontarkan Nurcholis Madjid dapat dilihat dari

dua faktor.Pertama, berangkat dari ketidakpuasan yang berlebihan terhadap

lembaga pendidikan yang selama ini hanya bergerak di bidang “ilmu-ilmu

umum”.Pendidikan dalam bentuk ini akhirnya melahirkan tenaga-tenaga terampil

dalam disiplin keilmuan umum, bahkan tidak jarang menguasai iptek, namun

memiliki jiwa yang kosong dari nilai-nilai moral.Sehingga peradaban yang

diciptakan adalah peradaban yang tanpa dibarengi oleh nilai-nilai religius.

Disisi lain, munculnya ide dan gagasan ini tidak terlepas dari latar belakang

background pendidikan Nurcholis Madjid sendiri. Selaku seorang modernis yang

liberal, demokratis dan liberal, Nurcholis Madjid adalah produk dari dua sistem

pendidikan yang berbeda kutub.Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa sisi-

sisi kelebihan dan kekurangan pada kedua bentuk lembaga ini telah dirasakan

Nurcholis Madjid sebelumnya, sehingga sikap kekecewaan dan kritik yang

dilontarkannya adalah suatu refleksi dari pengalaman belajarnya.

Bila dilihat secara mendalam, kekecewaan Nurcholis Madjid di atas juga

merupakan tampilan atas kekurangan yang diperlihatkan oleh lembaga pendidikan

umum. Mereka yang telah menempuh jenjang ini pada gilirannya hanya melahirkan

pribadi yang pincang.Mereka mengklaim dirinya sebagai orang yang modern dan

maju ketika mereka menempuh jenjang pendidikan umum dan tidak pernah

berkenalan dengan Islam secara lebih komprehensif seperti yang terjadi pada orang

Turki.

Oleh sebab itu, konsep keterpaduan (keislaman, keindonesiaan, dan

keilmuan) diatas, merupakan solusi Nurcholis Madjid dalam rangka menyikapi

munculnya split personality, sebagai akibat dari tidak kompleksnya unsur keilmuan

dalam pendidikan. Konsep tersebut pada dasarnya juga merupakan usaha untuk

mengkompromikan sistem pendidikan modern dengan sistem pendidikan

tradisional.

Page 95: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

85  

   

Sebaliknya, Nurcholis Madjid nampaknya juga menaruh kekecewaan yang

amat mendalam pada golongan Islam tradisionalis yang masih melestarikan

semangat non-kooperatif masa lalu terhadap kaum kolonial. Masih mengakarnya

semangat ini dapat dilihat dari sikap kaum tradisionalis yang tidak menyetujui

bahkan sama sekali tidak dapat menerima hal-hal yang beru atau ilmu-ilmu modern.

Sikap mereka ini berimplikasi terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam

tradisional yang berada dibawah naungan mereka. Segala yang berbau modern

masih diklaim sebagain warisan kaum kolonial, sehingga kurikulum yang

dipergunakan sama sekali terlepas dari ilmu-ilmu modern tersebut. Padahal sikap

memusuhi hal-hal baru di masa lalu itu sendiri, menurut Nurcholis Madjid adalah

faktor psikologi politik semata.

Akhirnya, rumusan tentang konsep keterpaduan di atas menuntut usaha

yang serius untuk merealisasikannya dalam dunia pendidikan Islam

Indonesia.Walaupun secara eksplisit Nurchlis Madjid tidak menyebutkan menata

suatu administrasi pendidikan yang rapi, namun munculnya ide membangun suatu

konsep pendidikan alternatif sebagai titik temu atau konvergensi dari dualisme

pendidikan yang ada mengharuskan penataan secara administratif.

Nurcholis Madjid dalam hali ini mengisyaratkan bahwa untuk menopang

penataan dan pembenahan sistem pendidikan pesantren dituntut keseriusan dalam

penggarapan yang diikuti dengan kejelasan program, penggunaan metode yang

komprehensif, kecakapan pelaksanaan, dan kelengkapan sasarannya.132

Konsep yang dilontarkan Nurcholis Madjid tersebut paling tidak menuntut

suatu ketegasan sikap bahwa mengadopsi ilmu pengetahuan modern itu amat

diperlukan pada saat ini. Sebab pada gilirannya usaha ini akan menumbuhkan sikap

kompromistis umat Islam terhadap dikotomi keilmuan yang ada dengan jalan

menghilangkan sikap mental yang memusuhi sains modern, sebagai pengaruh dari

                                                            132 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren”, (Jakarta: Paramadina, 1997) hal. 13

Page 96: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

86  

   

sikap non-kooperatif masa lampau, ini diharapkan lahirnya output pendidikan yang

liberal, dengan sendirinya dapat mengubah orientasi pendidikan Islam.

Konsep modernisasi pendidikan lebih mengedepankan aspek keterpaduan

ketiga dimensi di atas dengan landasan historis dan filosofisnya.Dalam paradigma

pemikiran Nurcholis Madjid, landasan modernisasi pendidikan Islam berangkat

dari khasanah kejayaan masa Islam klasik.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kondisi objektif pesantren menurut Nurcholis Madjid kurang memiliki peranan

dalam merespon perkembangan zaman karena sistem pendidikan pesantren

tradisional hanya menitikberatkan kepada pengajaran agama saja. Menurut

Nurcholis Madjid kondisi tersebut amat terbelakang dan tertinggal sehingga

tidak mampu menjawab berbagai tantangan zaman. Sehingga pesantren kurang

Page 97: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

87  

   

dapat mengikuti arus perkembangan jaman sebab pada jaman sekarang ini

diperlukan generasi-generasi muda yang cakap akan pemahaman terhadap ilmu

pengetahuan dan teknologi. Sementara, pendidikan pesantren yang berkembang

di Indonesia masih ditemukan sikap antipati terhadap perkembangan jaman.

Nurcholis Madjid menganggap bahwa pesantren jangan menutup diri dari arus

perkembangan jaman dan tidak mendikotomikan antara ilmu-ilmu agama dan

ilmu umum, keduanya harus berjalan beriringan.

2. Ide-ide Nurcholis Madjid dalam modernisasi pendidikan pesantren terletak

pada kurikulum yang digunakan belum seutuhnya mewakili kebutuhan

masyarakat pada umumnya. Belum adanya integrasi antara ilmu agama dengan

ilmu umum. Keduanya adalah hal yang saling berkaitan, akan sangat saling

melengkapi manakala pemahaman ilmu agama dilengkapi dengan pemahaman

ilmu pengetahuan umum, sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang tak

bisa terpisahkan. Kurikulum pesantren yang di gagas oleh Nurcholis Madjid

adalah bagaimana pesantren meniadakan jurang pemisah antara ilmu

pengetahuan agama dengan ilmu pengetahuan umum. Iklim pembelajaran yang

efektif dan sesuai dengan karakteristik manusia pada umumnya adalah

menciptakan suasana belajar yang interaktif dimana murid dapat dengan leluasa

mengekspresikan pendapatnya sehingga para murid di pesantren memiliki daya

nalar kritis. Juga yang menjadi perhatian Nurcholis Madjid dalam tata kelola

pesantren dalam struktural dan manajerial pesantren, pesantren diharapkan

tidak terpaku kepada satu figure hendaknya menyusun divisi-divisi yang

mendukung kegiatan dan perkembangan para santri seperti divisi pengajaran,

pengasuhan, kesehatan, teknologi informasi, tata usaha dan ekstrakurikuler

santri. Dan dalam menyiapkan sarana dan prasarana pesantren perlu melakukan

perbaikan sarana dan prasarana untuk para santri yang memadai dan memenuhi

aspek kebersihan, keteraturan, lengkap dan terintegrasi.

3. Pesantren menurut Nurcholis Madjid merupakan produk asli Indonesia yang

tidak dimiliki Negara lainnya itulah nilai lebih pesantren, sehingga

pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan pesantren harus terus dilakukan

Page 98: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

88  

   

dengan tetap merawat tradisi-tradisi khas pesantren dan merespon modernisasi

dunia global.

B. Saran-saran

Berdasarkan temuan tersebut disarankan:

1. Kepada para peneliti hendaknya mengkaji lebih dalam gagasan-gagasan

Nurcholis Madjid dalam hal yang lain, yang menimbulkan stigma negative di

masyarakat luas agar mengerti landasan filosofis gagasan-gagasannya.

2. Kepada para praktisi pendidikan agar dapat membuka terhadap perkembangan

jaman dan selalu memperbaharui kemampuan dan pengetahuan sesuai dengan

perkembangan jaman.

3. Kepada pesantren harus dapat mempertahankan tradisi-tradisi yang baik, dan

mengambil aspek-aspek modernisasi yang lebih baik lagi. Dan tidak menutup

diri dari perkembangan jaman. Menggunakan metodologi pembelajaran aktif

pada santri dan membekali mereka dengan banyak ragam keilmuan baik

pengetahuan umum maupun teknologi. Juga selektif mencermati gagasan

Nurcholis Madjid tersebut karena pastinya ada beberapa hal yang memang

masih relevan dan sudah tidak relevan lagi, mengingat gagasan ini lahir pada

decade 70-80-an.

C. Kata Penutup

Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.Penelitian tentang gagasan Nurcholis Madjid yang berkaitan dengan

modernisasi pendidikan pesantren ini masih jauh dari kata sempurna.Karena

penelitian ini hanya menitik beratkan kepada pemikiran Nurcholsi Madjid dalam

pembaharuan pendidikan pesantren saja yang masuk dalam kategori sejarah

pemikiran pendidikan Islam Indonesia dengan metode liblary research yaitu dengan

penilitian dari karya-karya Nurcholis Madjid dan karya pendukung lainnya dengan

kajian pustaka. Mengingat pesantren merupakan lembaga pendidikan yang

Page 99: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

89  

   

mengandung banyak aspek didalamnya seperti secara sosiologis, historis dan lain

sebagainya yang perlu kajian lebih komprehensif.

Kajian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan tentang

sejarah perkembangan pemikiran pendidikan Islam Indonesia, dan mencoba

mengingatkan bahwa Indonesia pernah memiliki tokoh yang banyak memberikan

gagasan baru dalam sistem pendidikan pesantren, sehingga kedepan kita sebagai

penerus bangsa terus berupaya memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan dan

mengaplikasikannya dalam kehidpan sehari-hari demi menciptakan kemaslahatan

bagi seluruh umat manusia.

Dengan hadirnya skripsi ini diharapkan dunia pesantren bisa terus

berkembang dan memberikan kontribusi demi kemajuan bangsa Indonesia

khususnya dan untuk dunia global pada umumnya dengan tetap mempertahankan

jati dirinya sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia tetapi memberikan banyak

pengaruh bagi perkembangan dunia sehingga dapat terwujudnya Islam rahmatan

lil alamiin.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

AF, Ahmad Gaus.Api Islam: Nurcholis Madjid Jalan Menuju Hidup Seorang

Visioner, Jakarta: Kompas, 2010.

Arief, Armai.Pesantren di Tengah Modernisasi dan Perubahan Sosial Jakarta:

CRSD PRESS, 2005.

Arief, Armai.Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD, 2005.

Artikel Nurcholis madjid, yang di bukukan oleh Jakarta:LP3S, 1998

Page 100: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

90  

   

Azra, Azyumardi.Rekonstruksi Kritis Ilmu dan Pendidikan Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1998.

Baharuddin. Dikotomi Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Bawani, Imam.Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam. Surabaya: al ikhlas 1993.

Bernadib, Imam.Filsafat Pendidikan (Sistem dan Metode). Yogyakarta: Andi

Offset, 1997.

Buchori, Mochtar.Spektrum Problematika Pendidikan Islam di Indonesia.

Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1994.

Chalid, Ndan Abu Ahcmadi.Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Dahri, Harapandi.Modernisasi Pesantren, Jakarta: Balai Penelitian dan

Pengembangan Agama

Dhofier. Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.

Jakarta: LP3ES, 1985.

Fadjar Ahmad Malik. Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bogor: Mizan, 1999.

Haedari ,Amin.Transformasi Pesantren. Jakarta: Lekdis dan Media Nusantara,

2006.

Ismail SM., dkk.Paradigma Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Pelajar, 2001.

Ismail, Faisal.Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997.

Jalaludin dan Utsman. Filsafat pendidikan islam konsep dan perkembangan.

Jakarta:Raja Grafindo, 2007.

Jamali.Kaum Santri dan Tantangan Kontemporer.Bandung: Pustaka Hidayah. 2012

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya 2014

Page 101: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

91  

   

Kurniawan, Syamsul. Pemikiran Pendidikan Islam Soekarno. Jakarta: Samudra

Biru, 2016.

Madjid, Nurcholis.Bilik-bilik pesantren. Jakarta: Paramadina, 1997.

_______________Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan Jakarta:

Paramadina, 1998.

_______________ Islam doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina, 1995.

_______________ Kaki Langit Peradaban Islam. Jakarta: Paramadina,1997.

_______________ TradisiIslam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan

Indonesia. Jakarta: Paramadina, 1997.

Mahmud. Model-model Pembelajaran di Pesantren. Tangerang: Mitra Fajar

Indonesia, 2006.

Mastuhu. Dinamika Sisten Pendidikan Pesantren. Jakarta: Langit Biru, 1994

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

1994.

Mustajab. Masa Depan Pesantren Telaah atas Model Kepemimpinan dan

Manajemen Pesantren Salaf. Yogyakarta: LKiS 2015.

Nafi M, Dian dkk. Praksis Pembelajaran Pesantren,Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi

Aksara, 2007.

Nafis, Wahyuni. Pesantren Daar el Qolam, Menjawab Tantangan Zaman.

Tangerang: Daar el Qolam Press 2008.

Nasution, Harun.Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,

Jakarta: Bulan Bintang, 1982.

Page 102: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

92  

   

Nata, Abuddin.Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2003

_______________ Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,Jakarta:

Kencana Predana Media Group, 2014

_______________ Tokoh-tokoh pembaharuan Pendidikan Islam di

Indonesia,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

. Inovasi Pendidikan Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2016.

Qomar, Mujamil. Pesantren : Dari Transformasi Metodologi menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga, 2008.

Saridjo, Marwan. Cak Nur: diantara Sarung dan Dasi. Jakarta: Yayasan Ngali

Aksara, 2005.

Siradj, Said Aqil dkk.Pesantren Masa Depan, Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.

Soebahar, Abdul Halim.Modernisasi Pesantren. LKiS: Yogyakarta, 2013.

Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1996.

Stenbrink, Karel.Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun

Moderen. Jakarta: LP3ES, 1986.

Sudijono, Anas.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan

R&D. Bandung: CV. Alfabeta, 2008.

Sukmadinata, Nana Syaodih.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Page 103: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

93  

   

Sutrisno. Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern. Yogyakarta: Perpustakaan

Nasional, 2015.

Susanto, A. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2009

Tafsir Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2002.

Thoha, Zainal Arifin.Runtuhnya Singgasana Kyai. Yogyakarta: Kutub, 2003.

Wahid, Abdurrahman.Benarkah Kyai Membawa Perubahan Social? Pengantar

dari buku kyai dan perubahan social, 1987.

_______________ Menggerakan Tradisi: Esei-esei Pesantren, Yogyakarta:

LKiS, 2001.

Yasmadi. Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan

Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Yunus, Mahmud.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber

Widya, 1962.

Zarkasyi, Abdullah Syukri.Gontor dan Pembaharuan Pendidikan

PesantrenJakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

 

 

 

 

 

Page 104: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

17  

Dari penjabaran diatas diketahui bahwa modernisasi adalah suatu gagasan menuju

penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada masa kini.Usaha tersebut merupakan langkah

penyesuaian terhadap perubahan sosial masyarakat, teknologi, sains dsb. Agar terbentuknya

situasi yang kekinian dan semua aspek dapat berjalan sebagaimana perkembangan yang terus dan

akan selalu terjadi.

Kata modern dalam bahasa Indonesia selalu dipakai kata modern, modernisasi, modernisme seperti “aliran modern dalam Islam” begitu juga “Islam dan Modernisasi”. Modernisme pada 

masyarakat barat mengandung arti pikiran, aliran, adat istiadat institusi-institusi lama, dan

sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern.Kata modern berasal dari kata modoyang berarti barusan. Bisa

juga diartikan sikap dan cara berfikir, serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman, sedangkan

modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat

untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini.1

Menurut Abuddin Nata, modern diartikan sebagai yang terbaru atau mutakhir.

Selanjutnya kata modern erat kaitannya dengan kata modernisasi yang berarti pembaharuan atau

tajdiddalam Bahasa Arab.Modernisasi mengandung pengertian, pikiran, aliran, gerakan dan

usaha-usaha untuk mengubah pola, paham, institusi dan adat untuk disesuaikan dengan suasana

baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Islam, modernisasi

seringkali juga berarti upaya sungguh-sungguh untuk melakukan reinterpretasi terhadap

pemahaman, pemikiran, dan pendapat tentang masalah ke-Islaman yang dilakukan oleh pemikir

terdahulu untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman. Selanjutnya aspek yang dihasilkan

oleh modernisasi disebut modernitas.2

                                                            1 Harapandi, Modernisasi Pesantren ....hal. 72

Page 105: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

18  

a. Syarat-syarat Modernisasi

Modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada faktor-faktor

rehabilitasi. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif dan agar proses tersebut tidak

mengarah pada angan-angan sebaliknya modernisasi harus dapat memproyeksikan kecenderungan

yang ada dalam masyarakat yang digagas oleh Soerjono Soekanto memiliki beberapa syarat yaitu:

1) Cara berfikir yang ilmiah (scientifik thinking)

2) Sistem administrasi yang baik, yang benar – benar mewujudkan birokrasi.

3) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teraturdan terpusat.

4) Pendiptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara

penggunaan alat-alat komunikasi massa.

5) Tingkat organisasi yang tinggi.

6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.3

Apabila dibedakan menurut asal faktornya, maka faktor-faktor yang mempengaruhi

modernisasi pesantren dapat dibedakan atas faktor internal dan eksternal.

a) Faktor-faktor internal, merupakan faktor-faktor perubahan yang berasal dari dalam

masyarakat, misalnya :

(1) Perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya penduduk),

(2) Konflik antar-kelompok dalam masyarakat,

(3) Terjadinya gerakan sosial dan

(4) Penemuan-penemuan baru, yang meliputi (a) discovery, atau penemuan ide/alat/hal baru

yang belum pernah ditemukan sebelumnya (b) invention,, penyempurnaan penemuan-

penemuan pada discovery oleh individu, dan (c) inovation, yaitu diterapkannya ide-ide

baru atau alat-alat yang telah ada.

a. Faktor-faktor eksternal, atau faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat, dapat

berupa:

(1) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, yang meliputi proses-proses difusi (penyebaran unsur

kebudayaan), akulturasi (kontak kebudayaan), dan asimilasi (perkawinan budaya),

(2) Perang dengan negara atau masyarakat lain, dan

(3) Perubahan lingkungan alam.

                                                            3 Soejono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). Cet.

XXII. Hal. 386-387.

Page 106: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

19  

Sedangkan dilihat dari faktor-faktor modernisasi pesantren menurut jenisnya dapat

dibesakan antara faktor-faktor yang bersifat material dan yang bersifat immaterial.

b) Faktor-faktor yang bersifat material, meliputi:

(1) Perubahan lingkungan alam,

(2) Perubahan kondisi fisik-biologis, dan

(3) Alat-alat dan teknologi baru, khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi.

c) Faktor-faktor yang bersifat immaterial, meliputi:

(1) Ilmu Pengetahuan, dan

(2) Ide-ide atau pemikiran baru, ideologi, dan nilai-nilai lain yang hidup dalam masyarakat.4

Sedangkan modernisasi pendidikan dilakukan dengan maksud menuju pendidikan yang

berorientasikan kualitas, kompetensi, dan skill. Artinya yang terpenting ke depan bukan lagi

memberantas buta huruf, lebih dari itu membekali manusia terdidik agar dapat berpartisipasi dalam

persaingan global juga harus dikedepankan. Berkenaan dengan itu, standar mutu yang berkembang di

masyarakat adalah tingkat keberhasilanlulusan sebuah lembaga pendidikan dalam mengikuti

kompetisi pasar global.

Dalam firman Allah :

م حتى یغیروا ما بأنفسھم لھ معقباـث من بین یدیھ ومن خلفھ یحفظونھ من أمر اہلل إن اہلل الیغیر ما بقو

Artinya:

“Bagi Manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan

dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan

yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’du 13:11)

Ayat ini berbicara tentang dua macam perubahan dengan dua pelaku.Pertama, perubahan

masyarakat yang pelakunya adalah Allah SWT.Dan kedua, perubahan keadaan diri manusia dan

pelakunya adalah manusia.Perubahan yang dilakukan Tuhan terjadi secara pasti melalui hokum-

                                                            

Page 107: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

20  

hukum masyarakat yang ditetapkan. Hukum-hukum tersebut tidak memilih atau membedakan antara

satu masyarakat atau kelompok dengan masyarakat atau kelompok lain.5

A. Sistem Pendidikan Pesantren

1. Pesantren sebagai Sebuah Sistem

Sistem Pendidikan Pesantren Sistem adalah seperangkat peraturan, prinsip, tata nilai dan

sebagainya yang digolongkan atau di susun dalam bentuk yang teratur untuk mewujudkan rencana

logis yang berhubungan dengan berbagai bagian dan membentuk satu kesatuan.6

Menurut terminologi ilmu pendidikan, sistem dapat diartikan sebagai “suatu keseluruhan

yang tersusun dari bagian-bagian yang bekerja sendiri-sendiri (independent)” atau bekerja

bersama-sama untuk mencapai hasil tujuan yuang diinginkan berdasarkan kebutuhan.” Masa awal

perkembangan Islam ditandai oleh munculnya lembaga pendidikan informal di rumah sahabat

arqam, dan pada saat yang sama telah ada kuttab, kemudian muncul masjid, dan baru madrasah.

Namun, di luar jenis pendidikan ini didapatkan berbagai lembaga pendidikan lain misalnya

zawiyah, ribat dan khanqah(sebagai lembaga lembaga sufi), atau halaqat al-dzikir, bayt al-hikmah,

dar al-hikmah, al-Muntadiyat, Hawanin, klinik observatori, perpustakaan, dan lain sebagainya.7

Sistem pendidikan Islam khususnya tradisional memiliki ragam nama yang berbeda-beda

namun pada hakikatnya tetap sama, yaitu lembaga pendidikan Islam yang mengkaji dan

mendalami ajaran-ajaran ke-Islaman. Pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukan

kepada satu pengertian.Suku jawa biasanya menggunakan sebutan pondok/pesantren dan sering

menyebutnya sebagai pondok pesantren, di Sumatra barat disebut Surau, sedang di Aceh disebut

meunasah, rangkang dan dayah.Namun yang menjadi fokus kajian penelitian penulis di sini adalah

pesantren tradisional sebagai pembeda denganpesantren modern.8

Keadaan pendidikan Islam dengan segala kebijaksanaan pemerintah pada zaman Orde

Lama. Pada akhir Orde Lama tahun 1965 lahir semacam kesadaran baru bagi ummat Islam, di

mana timbulnya minat yang mendalam terhadap masalah-masalah pendidikan yang dimaksudkan

                                                            5Quraish Shihab, “Membumikan Al-Qur’an”(Jakarta: Mizan, 1992) hal. 246 6Nurcholis Madjid “Bilik-bilik pesantren Sebuah Potret Perjalanan” (Jakarta: Paramadina, 1997) hal.87-

88

7Abdullah Syukri Zarkasyi “Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005)” hal. 29

8Zamakhsyari Dhofier. “Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai”,(Jakarta: LP3ES, 1985) hal 20-21

Page 108: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

21  

untuk memperkuat ummat Islam, sehingga sejumlah organisasi Islam dapat dimantapkan. Dalam

hubungan ini Kementrian Agama telah mencanangkan rencana-rencana program pendidikan yang

akan dilaksanakan dengan menunjukkan jenis-jenis pendidikan serta pengajaran Islam sebagai

berikut :

a. Pesantren Indonesia Klasik, semacam sekolah swasta keagamaan yang menyediakan asrama,

yang sejauh mungkin memberikan pendidikan yang bersifat pribadi, sebelumnya terbatas pada

pengajaran keagamaan serta pelaksanaan ibadah. Baik guru maupun muridnya, merupakan

suatu masyarakat yang hidup serta bekerja sama, mengajarkan tanah milik pesantren agar dapat

memenuhi kebutuhan sendiri.

b. Madrasah Diniyah, yaitu sekolah-sekolah yang memberikan pengajaran pada murid sekolah

negeri yang berusia 7 sampai 20 tahun. Pelajaran berlangsung di dalam kelas, kira-kira 10 jam

seminggu, di waktu sore, pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah (4 tahun pada Sekolah

Dasar dan 3 sampai 6 tahun pada Sekolah Menengah). Setelah menyelesaikan Pendidikan

menengah negeri, murid-murid ini akan dapat diterima pada pendidikan agama tingkat

akademi.

c. Madrasah-madrasah swasta, yaitu pesantren yang dikelola secara modern, yang bersamaan

dengan pengajaran agama juga dibrikan pelajaran umum. Biasanya tujuannya adalah

menyediakan 60%-65% dari jadwal waktu untuk mata pelajaran umum, dan 35%-450% untuk

mata pelajaran agama.

d. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), yaitu Sekolah Dasar Negeri enam tahun, di mana

perbandingan umum kira-kira 1:2. Pendidikan selanjutnya dapat diikuti pada MTsN, atau

(sekolah tambahan tahun ketujuh) murid-murid dapat mengikuti pendidikan ketrampilan,

misalnya Pendidikan Guru Agama untuk Sekolah Dasar Negeri,setelahnya dapat diikuti latihan

lanjutan dua tahun untuk menyelesaikan Kursus Guru Agama untuk Sekolah Menengah.

e. Suatu percobaan baru telah di tambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 6 tahun,

dengan menambahkan kursus selama dua tahun, yang memberikan latihan ketrampilan

sederhana. MIN 8 tahun ini merupakan pendidikan lengkap bagi para murid yang biasanya

akan kembali ke kampungnya masing-masing.

Page 109: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

22  

f. Pendidikan Teologi tertinggi, pada tingkat Universitas diberikan sejak tahun 1960 pada

IAIN, IAIN ini dimulai dengan dua bagian atau dua fakultas di Yogyakarta dan dua

Fakultas di Jakarta.9

Secara global menurut Abdurrahman Wahid, pendidikan tradisional yakni pondok

pesantren memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri, di samping kelemahan-kelemahan

sebagaimana lazimnya institusi kehidupan.Diantara kelebihan tersebut adalah :

a. Kemampuan menciptakan sebuah sikap hidup universal yang merata yang diikuti oleh semua

warga pesantren sendiri dilandasi oleh tata nilai

b. Kemampuan memelihara subkulturnya yang unik.

Sedangkan kelemahan- kelemahannya antara lain:

a. Tidak adanya perencanaan terperinci dan rasional atas jalannya pendidikan itu sendiri

b. Tidak adanya keharusan untuk membuat kurikulum

c. Hampir tidak ada perbedaan yang jelas antara yang benar-benar diperlukan dengan yang tidak

diperlukan bagi suatu tingkat pendidikan, sehingga tidak ada sebuah filsafat pendidikan yang

lengkap dan jelas.10

Sistem yang ditampilkan pondok pesantren menurut Hasbullah mempunyai keunikan

dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya, yaitu:

a. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh di bandingkan dengan

sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dan kiai.

b. Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi karena mereka praktis bekerja

sama mengatasi problem nonkurikuler mereka.

c. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar dan ijazah, karena

sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan

hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan utama mereka

hanya ingin mencari keridlaan Allah SWT semata.

                                                            9Mahmud Yunus, “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia”, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1962) hal.

312 10Abdurrahman Wahid, “Menggerakan Tradisi: Esei-esei Pesantren”, (Yogyakarta: LKiS, 2001), hal. 21

Page 110: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

23  

d. Sistem pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme persaudaraan, persamaan, percaya

diri dan keberanian hidup. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan

pemerintah, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah11

2. Unsur-unsur Pesantren

Keunikan pesantren itu memang tidak hanya dalam pendekatan pembelajarannya, tetapi

juga unik dalam pandangan hidup (world view) dan tata nilai yang dianut Begitu pula sebuah

lembaga pendidikan dapat disebut sebagai pondok pesantren apabila didalamnyaterdapat

sedikitnya lima unsur, yaitu :

a. Kiai

Kyai memiliki peran yang paling essensial dalam pendirian, pertumbuhan dan

perkembangan pesantren.Sebagai pemimpin pesantren, keberhasilan pesantren banyak bergantung

pada keahlian dan kedalaman ilmu, karisma dan wibawa, serta keterampilan kyai. Dalam konteks

ini, pribadi kyai sangat menentukan, sebab ia adalah tokoh sentrral dalam pesantren12.

Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda, yaitu: 1.

Sebagai gelar kehormatan bagi barang yang dianggap keramat; contohnya, “Kyai Garuda

Kencana” dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di keraton Yogyakarta; 2. Gelar kehormatan

bagi orang tu pada umumnya; 3. Gelar yang diberikan masyarakat kepada orang ahli agama Islam

yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab kuning kepada

santrinya.13

b. Santri

Merupakan peserta didik atau objek pendidikan, tetapi di beberapa pesantren, santri yang

memiliki kelebihan potensi intelektual (santri senior) sekaligus merangkap tugas mengajar santri-

santri yunior.Santri memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu.“Santri memberikan penghormatan

yang kadang berlebihan kepada kyainya.Kebiasaan ini menjadikan santri besikap pasif karena

khawatir kehilangan barokah.Kekhawatiran ini menjadi salah satu sikap yang khas pada santri dan

                                                            11Ibid, hal. 15

12 Zamaksyari Dhofier, “Tradisi Pesantren Studi Tentang Sebuah Pandangan Hidup Kyai” (Jakarta: LP3S) hal. 47

13Ibid, hal. 63

Page 111: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

24  

cukup membedakan dengan kebiasaan yang dilakukan oleh siswa-siswi sekolah maupun siswa

siswi lembaga kursus.14

c. Pengajian

Metode pembelajaran di pesantren ada yang bersifat tradisional dan modern.Tradisional

adalah metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan-kebiasaan yang telah lama

dipergunakan pada institusi pesantren atau metode pembelajaran asli pesantren.Sedang metode

pembelajaran modern merupakan metode pembelajaran hasil pembeharuan kalangan pesantren

dengan mengadopsi metode-metode yang berkembang di masyarakat modern.15

d. Asrama dan Masjid

Masjid merupkan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari pesantren dan dianggap sebagai

tempat yang paling tepat untuk mendidik santri, terutama dalam praktik sembahyang Jum’at, dan

pengajaran kitab-kitab Islam klasik.16Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi

pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan

kata lain, kesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat di Qubba didirikan dekat

Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW tetap terpancar dalam sistem pesantren. Sejak zaman

Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam.17

Senada dengan yang disebutkan diatas, Prof. Dr. Abdul Halim Soebahar berpendapat

bahwa pesantren memiliki lima komponen utama, yaitu, kyai, santri, musholla/langgar/masjid,

pengajian kitab-kitab Islam klasik dan pondok/asrama. Lembaga pesantren juga menganut sistem

pengajaran sorogan, bandongan dan weton dengan materi pelajaran agama.18

Demikian juga pondok pesantren memiliki tata hubungan yang khas dalam kependidikan

dan kemasyarakatan, yaitu:

1) Hubungan yang dekat antara kiai dan santri

2) Ketaatan santri yang tinggi kepada kiai

3) Hidup hemat dan sederhana

4) Tingginya semangat kemandirian para santri

5) Berkembangnya suasana persaudaraan dan tolong menolong

                                                            14Mujamil Qomar, “Pesantren : Dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi Institusi” (Jakarta:

Erlangga) hal. 20 15 Mahmud, “ Model-model Pembelajaran di Pesantren”..... hal. 50 16 Zamakhsyari Dhofier, “Tradisi Pesantren” 17Ibidhal.85 18Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren (Yogyakarta: LKiS, 2013) hal. 47

Page 112: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

25  

6) Kuatnya semangat mencapai cita-cita

7) Tertanamnya sikap disiplin dan istiqomah.19

Pendidikan Islam memiliki makna sentral dan berarti proses pencerdasan secara utuh,

dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia akhirat, atau keseimbangan materi religious-spritual.

Pangkal dari pengertian ini adalah, sesungguhnya Islam tidak mengenal dikotomi ilmu agama dan

sains (umum).Selama membawa kebahagiaan dunia dan akhirat maka termasuk pendidikan Islam.

Secara umum pendidikan Islam dapat dipahami beberapa pendapat, antara lain :

1) Pendidikan agama yaitu usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu siswa

agar mereka hidup sesuai norma agama.20

2) Pendidikan agama sesungguhnya adalah pendidikan untuk pertumbuhan total seorang siswa.

3) Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan Islam ialah bimbingan yang diberikan oleh seseorang

kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.21

Adapun landasan dasar pendidikan agama Islam yang utama terdiri atas tiga macam :

1) Al-Qur’an

Sebagai kitab undang-undang hujjah dan petunjuk yang sudah layak di dalamnya

mengandung banyak hal yang meliputi segenap kehidupan manusia.

2) As-Sunah

Rasulullah telah meletakkan dasar-dasar pendidikan Islam semenjak dia diangkat menjadi

utuan Allah. Dia telah mengajarkan bagaimana cara membaca, menghafal dan memahami kitab

suci Al-Qur’an beserta pengalamannya.

3) Ijtihad

Ijtihad sebagai landasan dasar pendidikan Islam, dimaksudkan sebagai usaha-usaha

pemahaman yang serius dari kaum muslim terhadap Al-Qur’an dan As-Sunah sehingga

memunculkan kreatifitas yang cemerlang di bidang kependidikan Islam, atau bahkanadanya

tantangan zaman dan desakan kebutuhan sehingga melahirkan ide-ide fungsional yang gemilang.

                                                            19 Ibid,hal. 29

20 Ismail SM., dkk.,“Paradigma Pendidikan Islam”, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2001), hal.17. 21 Ahmad Tafsir, “Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam”, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),

hal. 32.

Page 113: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

26  

Seperti halnya dari level pengajaran Al-Qur’an muncul beberapa metode yang brilian

sehingga dapat dipelajari lebih cepat dan akurat, kemudian dari ilmu tata bahasa, Imam Sibawai

telah dapat menelurkan ilmu nahwu yang terambil dari kitab suci Al-Qur’an yang sudah lazim

dikaji di podok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya. tantangan zaman dan

desakan kebutuhan sehingga melahirkan ide-ide fungsional yang gemilang. Seperti halnya dari

level pengajaran Al-Qur’an muncul beberapa metode yang Brilian sehingga dapat dipelajari lebih

cepat dan akurat, kemudian dari ilmu tata bahasa, Imam Sibawai telah dapat menelurkan ilmu

nahwu yang terambil dari kitab suci Al-Qur’an yang sudah lazim dikaji di podok pesantren dan

lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya.

3. Pola Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Secara umum, pesantren dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: pesantren salaf atau

tradisional, pesantren khalaf atau modern, dan pesantren kombinasi. Sebuah pesantren disebut

salaf jika kegiatan pendidikannya semata-mata didasarkan pada pola-pola pengajaran klasik.

Maksudnya, berupa pengajian kitab kuning ddengan metode pembelajaran tradisional. Materi yang

dipelajari juga hanya tentang pendalaman agama Islam melalui kitab-kitab salafi (kitab kuning).22

Sistem pendidikan pada pesantren salag (tradisional) bertumpu pada seorang tokoh yaitu

kyai. Kyai lah yang menjadi tonggak berjalannya sistem yang ada pada pesantren ini, mulai dari

manajemen, pengajaran, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan santri dsb. Tanpa adanya seorang kyai

pada pesantren salaf maka sistem pendidikan di pesantren tidak akan berjalan dengan baik.

Pesantren khalaf atau modern adalah pesantren yang selain bermateri utamakan pendalaman

agama Islam (tafaqquh fiddiin), tapi juga memasukkan unsur-unsur modern, seperti penggunaan

sistem klasikal atau sekolah dan pembelajaran ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya.23

Pesantren khalaf (modern) pada dasarnya memiliki visi yang sama yaitu tafaqquh di al diin.

Hanya saja perbedaannya terletak pada muatan yang diajarkan, pesantren khalaf menyisipkan juga

pengetahuan-pengetahuan umum seperti ilmu matematika, pengetahuan alam, pengetahuan sosial

dan seni budaya. Muatan yang ditampilkan pesantren khalaf terlihat lebih komprehensif tidak

hanya ilmu agama yang diajarkan tetapi juga ilmu umum. Hal tersebut terjadi karna para pendiri

pesantren khalaf menganggap semua ilmu memiliki peranan yang penting. Meskipun tetap ilmu

agamalah yang merupakan pondasi terpenting, hal tersebut merupakan upayan menyeimbangkan

                                                            22 Mahmud, “Model-model Pembelajaran di Pesantren”, (Tangeran: Media Nusantara, 2005)hal. 16 23Ibid hal. 17

Page 114: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

27  

kebutuhan duniawi dengan ukhrowi. Dalam manajemennya pun pesantren khalaf memiliki

perbedaan yang signifikan dengan pesantren salaf, yaitu manajemen yang lebih teratur dengan

tidak menjadikan kyai sebagai tonggak utama pesantren. Sehingga sistem pesantren dapat tetap

berjalan tanpa harus kyai yang melaksanakan semua tugas, sebab kepengurusan pesantren khalaf

telah memiliki struktur organisasi dan setiap unit dapat melaksanakan tugasnya masing-masing.

Sedangkan pesantren kombinasi merupakan merupakan gabungan keduanya. Artinya, antara

pola pendidikan modern sistem madrasi/sekolah dan pembelajaran ilmu-ilmu umum

dikombinasikan dengan pola pendidikan pesantren klasik. Jadi, pesantren modern dan kombinasi

merupakan pesantren yang diperbaharui atau dipermodern pada segi-segi tertentu untuk

disesuaikan dengan sistem sekolah dengan tetap memelihara pola pengajaran asli pesantren dalam

pembelajaran kitab-kitab salafi (kitab kuning)24

Pesantren kombinasi sebagaimana dijelaskan diatas merupakan perpaduan antara sistem

pesantren salaf dengan khalaf. Pesantren tipe ini berupaya lebih mengintegrasikan antara ilmu

agama dengan ilmu umum. Artinya, jika dalam pesantren salaf tidak diajarkan ilmu-ilmu umum

sedangkan di pesantren khalaf diajarkan ilmu umum di sekolah, ilmu umum yang diajarkan

disekolah memiliki kurikulum yang berbeda dengan kurikulum bidang agama. Dan pada pesantren

kombinasi ini sistem pembelajarannya (ilmu agama dan umum)melebur menjadi satu terintegrasi

dibawah satu kurikulum, sehingga pembelajaran berbasis agama dan umum memiliki peranan

yang sama dalam penilaian dan evaluasi para santri nantinya.

Berdasarkan pengelompokkan tipologi pesantren secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Pesantren Tipe Salafiyah, memiliki ciri-ciri:

1) Para santri belajar dan menetap di pesantren

2) Kurikulum tidak tertulis csecara eksplisit tetapi berupa hidden curriculum (kurikulum

tersembunyi yang ada dalam benak kyai)

3) Pola pembelajaran menggunakan metode pembelajaran asli milik pesantren (sorogan,

bandongan dan lainnya)

4) Tidak menyelenggarakan pendidikan dengan sistem madrasah

b. Pesantren tipe khalafiyah, memiliki ciri-ciri:

1) Para santri tinggal dalam pondok/asrama

                                                            24Ibidhal.17

Page 115: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

28  

2) Pemaduan antara pembelajaran asli pesantren dengan sistem madrasah/sistem sekolah

3) Terdapat kurikulum yang jelas

4) Memiliki tempat khusus yang berfungsi sebagai sekolah/madrasah

c. Pesantren tipe kombinasi, memiliki ciri-ciri:

1) Pesantren hanya semata-mata temppat tinggal (asrama) bagi para santri

2) Para santri belajar di madrasah atau sekolah yang letaknya diluar dan bukan milik pesantren

3) Waktu belajar di pesantren biasanya malam atau siang hari pada saat santri tidak belajar di

sekolah/ madrasah (ketika mereka berada di pondok/asrama)

4) Umumnya pembelajaran tidak terprogram dalam kurikulum yang jelas dan baku.

4.Landasan Historis Modernisasi Pendidikan Pesantren

Daya nalar dan kreativitas berfikir siswa tidak mendapat tempat yang wajar dalam orientasi

pendidikan pesantren, dan lembaga pendidikan Islam pada umumnya.Modernisasi pendidikan yang

digagaskan Nurcholis Madjid pada dasarnya mengacu pada penumbuhan metode berfikir filosofis,

dan membangkitkan kembali etos keilmuan Islam yang pada masa klasik Islam telah memperlihatkan

hasil yang cukup gemilang.Sebagai landasan historis, modernisasi pendidikan berangkat pada

penelaahan kembali kejayaan umat Islam pada masa klasik.

Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan keilmuan dan keahlian pada masa Islam klasik tidak

terlepas dari sikap kaum Muslim yang memandang hidup serba optimis. Oleh sebab itu, kalangan

muslim klasik misalnya, dengan tegas tidak dapat menerima kisah-kisah Yunani yang serba pesimis,

tragis, dan cenderung kurang harapan pada dunia dan kehidupan. Kisah-kisah itu yang merupakan

karya ssatra Yunani dunilai tidak memiliki pengaruh positif pada kehisupan mereka, karen secara

sadar orang-orang muslim klasik tidak dapat menerima lakon, penuturan yang penuh tahayul,

mitologi, serta kepercayaan palsu lainnya. Sebaliknya, para intelektual muslim dulu banyak

mengambil alih filsafat Yunani dan bangsa-bangsa lainnya, serta mengembangkan dan

mengislamkannya.25

Dalam tradisi pesantren salaf (tradisional) pembelajaran yang dilakukan cenderung monoton,

para santri hanya mendengarkan penjelasan dari seorang kyai saja.Para santri tidak mendapatkan

ruang yang strategis untuk menyampaikan pendapatnya.Sehingga pemahaman yang didapatkan para

santri bersifat dogmatis, tidak kontruktifis, padahal dewasa ini negara kita membutuhkan banyak

                                                            25 Yasmadi “Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional”

(Jakarta: Ciputat Press, 2002 )hal 141

Page 116: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

29  

kader-kader bangsa yang kritis, dinamis, dan kontesktual sehingga jika pesantren terus menggunakan

sistem tersebut sulit rasanya bisa mencetak kader-kader penerus bangsa yang demikian.

Berbeda dengan bangsa Yunani yang sibuk dengan drama dan tragedi, para sarjana muslim

menekuni masalah teknik dan teknologi, karena itu mereka menonjol dalam ilmu-ilmu empiris, seperti

kedokteran, astronimi, pertanian, ilmu bumi, ilmu ukur, ilmu bangunan, dan lain-lain. Inilah dampak

positif dari sikap penuh harapankepada hidup yang mengejala pada waktu itu, sehingga para sarjana

Islam klasik merintis jalan kearah nyata kehidupan duniawi dengan menerapkan berbagai teori ilmiah.

Beberapa kondisi umat Islam klasik, mayoritas muslim sekarang terutama Indonesia yang

menganut paham Asy’ari dan bermadzhab Syafi’i justru memusuhi filsafat. Filsafat yang dianggap

datang dari barat mereka klaim sebagai kerangka keilmuan yang keluar dari Islam yang benar.

Lenyapnya tradisi Iptek dikalangan muslim pada umumnya bukanlah sebab dari Islamnya,

tetapi terletak pada sikap muslim sendiri yang memusuhi Iptek. Ajaran Islam dengan jelas

menunjukkan adanya hubungan yang organik itulah kemudian yang dibuktikan dalam sejarah Islam

klasik, ketika kaum muslim memiliki jiwa kosmopolitan yang sejati. kemudian keadaan jadi terbalik

ilmu pengetahuan Islam mulai mengalir dan pindah ke Barat dan selalu mengguncang dunia Barat

selama dua atau tiga abad, ilmu pengetahuan Islam akhirnya dapat mereka akomodasi, dengan cara

antara lain memisahkan ilmu dari iman (Kristen) karena memang tidak ada hubungan organik antara

keduanya. Pada abad ke-16 ilmu pengetahuan bangsa-bangsa Barat sudah lebih unggul daripada ilmu

pengetahuan kaum muslim.26

Dari perspektif kependidikan, pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang

tahan terhadap gelombang modernisasi. Padahal, diberbagai kawasan dunia muslim, lembaga-

lembaga pendidikan tradisional Islam seringkali lenyap, tergusur oleh ekspansi sistem pendidikan

umum atau setidaknya menyesuaikan diri dan mengadopsi sedikit banyak isi dan metodologi

pendidikan modern itu.27

Dari uraian diatas nampaknya pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang lamban

dalam merespon kebutuhan manusia modern, hal tersebut disebabkan sikap antipati pesantren

khususnya salaf terhadap ilmu-ilmu umum. Tetapi di sisi lain dewasa ini kesadaran akan kebutuhan

                                                            26Ibid, hal. 142 27 Armai Arief “Pesantren di Tengah Modernisasi dan Perubahan Sosial” (Jakarta: CRSD PRESS,

2005) hal.41

Page 117: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

30  

zaman ini mulai bermunculan pesantren-pesantren yang mengintegrasikan antara ilmu-ilmu agama

dengan ilmu-ilmu umum.

Kendatipun demikian masih terdapat pesantren yang tetap mempertahankan tradisi yang

selama ini dianutnya, antipati terhadap modernisasi masih ditunjukkan oleh beberapa pesantren yang

ada.Dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum nampaknya adalah hal yang perlu digaris

bawahi. Pesantren dengan ketradisionalannya hanya memandang penting ilmu-ilmu agama saja

dengan kata lain mengenyampingkan ilmu-ilmu yang bersifat umum.

Abuddin Nata dalam karyanya “Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum” menyebutkan, ilmu

agama yang berbasiskan pada wahyu, hadis nabi, penalaran dan fakta sejarah sudah berkembang

sedemikian pesat. Kita misalnya mengenal Ilmu Kalam (Teologi), Ilmu Fiqih/ Ushul Fiqih, Filsafat,

Tasawuf, Tafsir / Ilmu Tafsir, Hadis/ Ilmu Hadis, Sejarah dan Peradaban Islam, Pendidikan Islam,

Dakwah Islam.28

Selanjutnya Ilmu Umum yang berbasiskan pada penalaran akal dan data empirik juga mengalami

perkembangan yang lebih pesat lagi dibandingkan dengan ilmu-ilmu agama Islam sebagaimana

disebut di dalam Islam.Ilmu-ilmu umum ini secara garis besar dapat dibagi kepada tiga bagian.Pertama

ilmu umum yang bercorak naturalis dengan alam raya dan fisika sebagai objek kajiannya. Yang

termasuk ke dalam ilmu ini antara lain fisika, biologi, kedokteran, astronomi, geologi, botani, dan

sebagainya. Ilmu umum yang bercorak sosiologis dengan perilaku sosial/ manusia sebagai objek

kajiannya antara lain antropologi, sosiologi, politik, ekonomi, pendidikan, komunikasi, psikologi, dan

lain sebagainya.Ketiga ilmu umum yang bercorak filosofis penalaran. Yang termasuk ke dalam ilmu

inin antara lain filsafat, logika, seni, dan ilmu-ilmu humaniora lainnya.29

Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, perubahan dapat terlaksana akibat pemahaman dan

penghayatan nilai-nilai al-Qur’an serta kemampuan memanfaatkan dan menyesuaikan diri dengan

hukum-hukum sejarah. Keduanya, nilai-nilai dan hokum sejarah, dijelaskan secara gamblang oleh al-

Qur’an.30

Baik dalam ilmu agama Islam maupun di dalam ilmu umum, kita menjumpai adanya aliran

atau madzhab yang amat beraneka ragam yang pada gilkirannya amat mempengaruhi pola pikir, sikap

dan cara pandang manusia. Pengaruh ini dari satu sisi dapat dilihat sebagai sesuatu yang wajar bahkan

                                                            28Abuddin Nata “Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum” (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003) hal. 11 29 Abuddin Nata “Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum” (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003) hal. 6 30Quraish Shihab “Membumikan Al Quran” (Jakarta: Mizan, 1992) hal. 245

Page 118: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

31  

menguntungkan, karena dapat memperkaya khazanah pemikiran manusia, namun pada sisi lain

terkadang menjadi sesuatu yang memecah belah umat manusia, bahkan permusuhan, konflik dan

pertumpahan darah. Sejarah misalnya mencatat bagaimana sengitnya permusuhan antara penganut

paham teologi Mu’tazilah dengan penganut aliran teologi Asy’ariyah.Satu dan lainnya saling

mengkafirkan dan menghalalkan darahnya.Demikian pula fikih, kita jumpai pertentangan antara

penganut fikih Syafi’i dengan penganut madzhab Hanafi, hingga antara satu dan lainnya tidak

membenarkan dan bermusuhan.Konflik juga terjadi antara Fikih dan Filsafat. Fikih yang menekankan

segi-segi hubungan formal dengan Tuhan secara fisik, sementara filsafat yang mencari-cari logika

dalam rangka beragama dinilai sebagai cara yang tidak dapat dipegangi.31

Sutrisno mengutip pendapat Fazlur Rahman dalam bukunya, usaha menyelesaikan problem

dikotomi ilmu dalam kaitannya dengan dualisme sistem pendidikan umat Islam.Terdapat dikotomi

ilmu dikalangan umat Islam, antara ilmu-ilmu Islam dan ilmu-ilmu umum, antara sistem pendidikan

tradisional (madrasah) dan sistem pendidikan umum (barat).Untuk mengatasi problem tersebut

dilakukan dengan merujuk kepada Al-Qur’an.

Uraian Al-Qur’an tentang hukum-hukum perubahan adalah wajar, karena sejak semula ia

memperkenalkan dirinya sebagai kitab suci yang berfungsi melakukan perubahan-perubahan positif.

Atau, menurut bahasa Al-Qur’an, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terang benderang.32

Sesuai dengan firman Allah :

كتاب انزلناه من الظلمات الى النور باذن ربھم الى صراط مستقیم

Artinya: “ Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap

kepada cahaya yang terang benderang dengan izin Tuhan mereka, yaitu menuju jalan

Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS. Ibrahim 14:2)

Al-Qur’an dalam hal ini tidak menjadikan dirinya sebagai alternative pengganti usaha manusiawi,

tetapi sebagai pendorong dan pemandu, demi berperannya manusia secara positif dalam bidang

kehidupan. Dari ayat-ayat Al-Qur’an difahami bahwa perubahan baru dapat terlaksana bila dipenuhi

                                                            31Ibid, hal. 2

32Quraish Shihab “Membumikan Al Quran” (Jakarta: Mizan, 1992) hal. 245

Page 119: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

32  

dua syarat pokok: (a) adanya nilai atau ide dan (b) adanya perilaku-perilaku yang menyesuaikan diri

dengan nilai-nilai tersebut.33

Menurut Al-Qur’an, umat Islam diperintah oleh Allah untuk mencari kebahagiaan di akhirat

demikian pula di dunia. Perhatikan firman Allah berikut :

وابتغ فیما اتاك اہلل الدار االخرة والتنس نصیبك من الدنیا

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri

akhirat dan jangan kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. al-

Qashas 28:77)

Masyarakat berkembang begitu cepat, yang disebabkan antara lain oleh keberhasilan pembangunan

nasional di segala bidang. Tantangan pesantren dewasa ini setidaknya ada dua aspek yang pertama,

perkembangan dan kebutuhan masyarakat terhadap layanan pendidikan serta perkembangan dunia

pendidikan lain dan, kedua, dari sudut fungsional pedagogik.34

Selanjutnya, Rahman berusaha memberi alternatif solusi terhadap problem dualisme sistem lembaga

pendidikan modern sebagaimana telah berkembang secara umum di Barat dan mencoba untuk

mengisinya dengan roh atau jiwa Islam, yaitu dengan merujuk pada Al-Qur’an dan Hadist. Solusi ini

memiliki dua tujuan, yaitu: pertama, untuk membentuk watak pelajar-pelajar dengan nilai-nilai Islam

dalam kehidupan individu dan masyarakat. Kedua, memungkinkan para ahli yang berpenpendidikan

modern untuk menanami bidang kajian masing-masing dengan nilai-nilai Islam.35

Sikap kaum muslim yang tidak menghargai filsafat dan ilmu pengetahuan banyak menyebabkan

kaum muslim terus merosot dan mundur. Banyak orang yang langsung menimpakan kesalahan ini

kepada Al-Ghazali yang menyerang filsafat dan mendorong kearah runtuhnya tradisi kefilsafatan dan

ilmu pengetahuan.Meskipun menurut Nurcholis madjid tuduhan terhadap Al-Ghazali dapat

diperdebatkan, namun memang terjadi koinsidensi historis berupa kenyataan bahwa pada abad ke-12,

yaitu sekitar tampilnya Al-Ghazali, ilmu pengetahuan Islam mulai mengalir pindah ke Barat.sikap

yang memusuhi filsafat begitu mengkristal di kalangan muslim. Pada akhirnya umat Islam

terperangkap pada paham jabarism, salah satu paham yang amat dimusuhi pada masa islam klasik.

                                                            33Ibid, hal. 246

34 Ahmad Malik Fadjar, “Madrasah dan Tantangan Modernitas”, (Bogor: Mizan, 1999) hal. 37 35 Sutrisno “Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern”(Yogyakarta: Perpustakaan Nasional, 2015)

hal. 35

Page 120: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

33  

Jadi tantangan terberat zaman modern ini bagi dunia pendidikan Islam tidak cukup dengan

tindakan mengimpor iptek dari Barat secara ad hoc dan berdasarkan expediency semata. Keilmuan

yang kuat dan mendalam yang menghasilkan kesadaran bahwa ilmu pengetahuan bukan saja

memenuhi expediency dan menjawab tantangan ad hoc, melainkan merupakan part and parcel dari

sesuatu yang jauh yang dibutuhkan adalah etos yang mampu melihat hubungan organik antara ilmu

dan iman atau iman dan ilmu. Disinilah titik fokus dari metodologi pendidikan Islam, yaitu upaya

penumbuhan etos keilmuan dikalangan peserta didiknya.Satu bangunan intelektual yang memiliki

persambungan warisan intelektual masa lalu.

Kesadaran akan adanya hubungan organik antara iman dan ilmu atau ilmu dan iman dalam

bentuk yang sangat sederhana telah mendekatkan orientasi pendidikan pada tujuan pendidikan Islam

itu sendiri. Sebab, pendidikan itu seharusnya bertujuan menimbulkan pertumbuhan yang seimbang

dari kepribadian total manusia, meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinatif, fiskal, ilmiah,

lingusitik, baik secara individual maupun kolektif, serta memotivasi semua aspek untuk mencapai

kebaikan dan kesempurnaan.36

Dari uraian di atas terlihat jelas dikotomi yang kental di kalangan pesantren salaf antara ilmu

agama dan ilmu umum, dan sistem pembelajaran sama’i sepertinya sudah tidak relevan lagi dengan

kemajuan jaman.

Dari pembahasan pada Bab II dapat disimpulkan bahwa modernisasi adalah suatu gagasan menuju

penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada masa kini. Jadi modernisasi pesantren adalah suatu

upaya pesantren dalam meperbaharui sistem yang ada di dalamnya dalam rangka menyesuaikan

dengan keadaan masa kini, sehingga dapat menghasilkan output santri yang cakap dalam segala aspek

baik pengetahuan social, agama serta teknologi.

                                                            36Ibid, hal. 146-147

Page 121: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

34  

5. Kajian Terhadap Modernisasi Pesantren

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tidak mendapatkan kajian yang secara spesifik

membahas pemikiran Nurcholis Madjid tentang pembaharuan pendidikan. Hanya saja ditemukan

banyak penelitian tentang modernisasi pendidikan pesantren menurut para tokoh lain diantaranya:

a. Skripsi yang ditulis oleh Mulyanti (NIM 06011000116) dari Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun yang berjudul “Pembaruan Pendidikan Islam menurut Wahid

Hasyim”

Dalam skripsi tersebut didapati kesimpulan bahwa perhatian Wahid Hasyim dalam

memasukkan ilmu pengetahuan umum dan agama agar seimbang juga diimplementasikan

dalam bentuk lain ketika menjadi Menteri Agama, yakni memberikan pelajaran agama di

sekolah-sekolah umum dan pelajaran umum di Madrasah melalui Keputusan No.1432/Kab.

Tanggal 20 Januari 1951 (Pendidikan) dan No.K.I/651.Tanggal 20 Januari 1951 (Agama) yang

merupakan realisasi dari UU Pokok Pendidikan No. 4 Tahun 1950 Ayat 2. Kemudian atas dasar

keputusan UU No. 20 tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah

umum maka dibentuklah lembaga pendidikan yang menghasilkan guru-guru Agama

professional melalui pendirian Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Sekolah Guru Hakim

Agama (SGHA) pada tahun 1950.

Pembaruan pendidikan Islam di Indonesia kemudian berlanjut dengan pendirian

Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 34

Tahun 1950 ini merupakan salah satu peninggalan Wahid Hasyim paling penting ketika menjadi

Menteri Agama. Lembaga ini kemudian berkembang menjadi Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) yang berjumlah 14 tempat di seluruh Indonesia, dan kemudian beberapa IAIN telah

berkembang menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Beberapa hal di atas menunjukkan

bahwa Wahid Hasyim adalah orang yang sangat luar biasa pada masanya. Dengan kemampuan

ilmu pengetahuan seadanya yang dimiliki dia tidak pernah merasa “minder” untuk mewujudkan

apa yang ada dipikirannya dengan bermodalkan kepercayaan diri yang tinggi.

b. Skripsi yang ditulis oleh Ilham Arif (NIM: 08470115) dari Universitas IslamNegeri Sunan

Kalijaga Jogyakarta tahun 2015 yang berjudul“ Modernisasi Pondok Pesantren (Studi Pemikiran

Azyumardi Azra)

Dalam skripsi tersebut diketahui bahwa dalam pemikiran Azyumardi Azra dalam upaya

modernisasi pendidikan pesantren adalah dimasukannya ilmu-ilmu pengetahuan umum kedalam

Page 122: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

35  

kurikulum pesantren, dan juga sistem pendidikan yang ada dipesantren harus memperhatikan

potensi lokal pesantren. Misalnya jika pesantren berada di daerah pantai maka pesantren harus

memasukan pelajaran yang berkaitan dengan kelautan agar kelak para lulusan memiliki potensi

sesuai dengan tempat tinggalnya sehingga dapat bersaing dengan dunia luar.

c. Skripsi yang ditulis oleh Munawir Hakiki (NIM: 109011000098) dari UniversitasIslam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015 yang berjudul “Konsep Pendidikan Islam Modern

menurut Moh. Natsir”

Dalam skripsi tersebut didapati kesimpulan yang berkaitan dengan modernisasi pendidikan

adalah bahwa ide pendidikan Moh. Natsir meliputi: Tuhid sebagai asas pendidikan, Tujuan

Pendidikan Islam dan nilai-nilai agama, pendidikan yang universal, konsep ilmu dalam pendidikan,

pentingnya bahasa asing bagi pendidikan Islam, kebebasan berfikir sebagai tradisi ilmu, dan

hubungan pendidikan dengan masyarakat. Dari teori pendidikan Moh. Natsir tersebut bisa dipahami

bahwa konsep pendidikan Islam Moh. Natsir adalah mereformasi bentuk pendidikan Islam yang

dianggap masih terbelakang dan cenderung menutup diri dari perkembangan jaman, sehingga

akhirnya banyak orang tidak sadar dan beranggapan bahwa pada jaman modern ini agama tidak

diperlukan lagi. Untuk membantah anggapan tersebut Moh, Natsir berusaha meluruskan dengan

menanamkan konsep pemikiran pendidikannya. Dalam konsepnya tersebut bisa dipahami bahwa

Pendidikan Islam sebagaimana agama Islam itu sendiri bersifat menyeluruh mengatur berbagai

masalah kehidupan. Pendidikan Islam bersifat menyeluruh mengenai berbagai disiplin ilmu

pengetahuan dan kebudayaan.  

Page 123: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

42  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2016 sampai bulan Juli 2017 digunakan untuk

pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di

perpustakaan, artikel, jurnal, serta website yang ada hubungannya dengan pemikiran Nurcholis

Madjid tentang Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren. B. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu

pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok”.1

Sedangkan penyajiannya bersifat deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang tujuannya

untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi

dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan

sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang

diuji, dengan tujuan menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan

mekanisem sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk

verbal atau numerikal.2

Dalam memperoleh data, fakta dan informasi yang akan melengkapkan dan menjelaskan

permasalahan dalam penulisan skripsi, penulis menggunakan metode deskriptif yang didukung

oleh data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research).

Dalam segi analisa, skripsi ini dianalisa dengan pendekatan Ilmu Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam. Yaitu, ilmu yang membahas serangkaian sejarah proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam 

                                                            1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),

hal. 60. 2 Lexy J Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014) hal. 15

Page 124: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

43  

 

Dalam segi analisa, skripsi ini dianalisa dengan pendekatan Ilmu Sejarah Pemikiran

Pendidikan Islam. Yaitu, ilmu yang membahas serangkaian sejarah proses kerja akal dan kalbu

yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam

pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah paradigma pendidikan yang mempu

menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan secara paripurna. 1

Mengenai penulisan skripsi ini, dalam membahas masalah-masalah yang dikemukakan di

atas, maka metode yang digunakan adalah library research yaitu suatu metode yang menggunakan

cara penelitian dengan membaca literatur dan tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan masalah

yang sedang diteliti.

A. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan teknik liblary

research.Pemeriksaan dokumentasi (studi dokumentasi) dilakukan dengan meneliti bahan

dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.2

Dengan menggunakan studi dokumentasi, penelitian dapat mengumpulkan data tertulis

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang berupa buku yang ada di perpustakaan

maupun catatan-catatan tertulis di lokasi penelitian.

Untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan tujuan penelitian, maka

sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

1. Sumber Primer

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan informasi tentang gagasan Nurcholis Madjid

tentang modernisasi pendidikan pesantren menggunakan karya-karya yang ditulis sendiri oleh

tokoh yang diteliti, dalam hal ini yaitu Prof. Dr. Nurcholis Madjid, M.A. diantara karya tulis Prof.

Dr. Nurcholis Madjid, M.A. berjudul, Bilik-bilik Pesantren: sebuah potret perjalanan, 1997, Islam

Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan

Kemodernan, 1998, Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan Indonesia, 1997 dan

Kaki Langit Peradaban, 1997.

2. Sumber Sekunder

Untuk kategori data sekunder, penulis menggunakan beberapa buku dan dua diantaranya

yaitu buku karya karya Drs. Yasmadi, M.A. yang berjudul, Modernisasi Pesantren: kritik

                                                            1 Susanto, “Pemikiran Pendidikan Islam”, (Jakarta: Amzah, 2009) hal. 4 2 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 30

Page 125: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

44  

 

Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional,2002. Kemudian juga, penulis

mendapatkan buku karya Amin Haedari berjudul, Transformasi Pesantren, 2006 dan karya Prof.

Dr. H. Abuddin Nata, M.A. berjudul, Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia dan Tokoh-tokoh

Pembaharu Pendidikan Islam Indonesia, 2005.

B. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini mengacu kepada penelitian deskriptif analitif dari berbgai

sumber bacaan dan digambarkan dalam bentuk narasi dengan menggunakan pendekatan sejarah

social pemikiran pendidikan.

b. Teknik Penulisan

Teknik Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang

diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2014.

Reliabilitas penelitian kualitatif pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh pendekatan

analisis konsep.Analisis konsep merupakan suatu analisis tentang istilah (kata-kata) yang

mewakili konsep atau gagasan.3  

                                                            3Imam Bernadib, “Filsafat Pendidikan (Sistem dan Metode”), (Yogyakarta: Andi Offset, 1997), hal. 90.

Page 126: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

43  

BAB IV

HASIL PENELITIAN TENTANG GAGASAN

MODERNISASI PESANTRENMENURUT NURCHOLIS MADJID

A. Biografi Prof. Dr. Nurcholis Madjid, M.A

Nurcholis Madjid lahir pada tanggal 17 Maret 1939 M, bertepatan dengan 26 Muharram

1358 H, di Desa Mojoanyar, Jombang, sebuah kabupaten di Jawa Timur.Kota santri ini juga

menjadi tempat kelahiran Nahdlatul Ulama (NU). Ayahnya K.H. Abdul Madjid, di kenal sebagai

kyai terpandang, alumnus Pesantren Tebuireng dan merupakan salah seorang pemimpin Masyumi,

partai berideologi Islam paling berpengaruh pada saat itu. Lebih jauh, K.H. Abdul Madjid

merupakan santri kesayangan Hadrotul al-Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Pesantren

Tebuireng dan salah satu founding father Nahdlatul Ulama (NU), organisasi sosial keagamaan

muslim terbesar di Indonesia. Rasa sayang ulama besar dan terhormat ini di dorong karena prestasi

akademiknya yang sangat cemerlang, khususnya dalam ilmu nahwu-sharafdan ilmu hisan

(berhitung).Bahkan karena sayangnya, kyai pendiri NU itu sampai dua kali memfait accompli

menjodohkan K.H. Abdul Madjid dengan perempuan yang dipilihnya dari keluarga dekatnya.

Pertama dengan Nyi Halimah, gadis cantik tapi nyentrik, hafal al-Qur’an, amat sholeh dan hidup

seperti sufi, tapi terkadang semaunya. Gadis ini merupakan keponakan Kyai Hasyim

sendiri.Karena tidak dikarunai anak, K.H Abdul Madjid minta izin kepada Kyai Hasyim untuk

bercerai.Kedua dengan Nyi Fathonah, anak seorang kyai dan tokoh aktivis Syarikat Dagang Islam

(SDI) di Kediri, Fathonah sendiri merupakan ketua Muslimat Masyumi tingkat kecamatan.1

 

                                                            1Abuddin Nata, Tokoh-tokoh pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2005) hal. 322

Page 127: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

44  

Nurcholis Madjid di beri nama oleh orang tuanya dengan nama Abdul Malik.

Perubahan nama menjadi Nurcholis Madjid terjadi pada usia 6 tahun,karena Abdul

Malik kecil sering sakit. Dalam tradisi Jawa, anak yang sering sakit dianggap “kabotan

jeneng” (keberatan nama) dank arena itu perlu diganti.1

Pasangan kyai Madjid dan Fathonah dikaruniai lima orang anak, dua

perempuan (meninggal satu) dan tiga anak laki-laki. Nurcholis Madjid, Mukhlisah,

Saifullah dan Muhammad Adnan.

Nurcholis Madjid kecil bercita-cita menjadi masinis kereta api. Cita-cita

tersebut dipengaruhi oleh kondisi waktu itu, karena kereta api merupakan alat

transportasi paling populer kala itu, kelak ketika dewasa Nurcholis Madjid tak hanya

menjadi masinis bahkan “lokomotif” pembuka gerbong pembaharuan pemikiran Islam

Indonesia.2

Latar Belakang Pendidikan dan Pemikiran Prof. Dr. Nurcholis Madjid dimulai

dari Sekolah Rakyat di Mojoanyar pada pagi hari, sedangkan sore hari ia sekolah di

Madrasah Ibtidaiyah di Mojoanyar. Setelaah menamatkan pendidikan dasar dan

ibtidaiyah, ia melanjutkan belajar ke Pesantren Darul Ulum di Rejoso, Jombang.

Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di Kulliyatul Mua’allimin Al-Islamiyah

(KMI) Pesantren Darussalam di Gontor Ponorogo.

Menurut Fachri Ali yang dikutip oleh Marwan Saridjo dalam bukunya Cak Nur

Diantara Sarung dan Dasi, menuliskan bahwa perpindaan Nurcholis Madjid dari

Pesantren Darul Ulum, Rejoso ke Pondok Pesantren Modern Gontor melengkapi proses

migrasi budaya dan intelektual Cak Nur, karena Pondok

                                                            1Ahmad Gaus AF, Api Islam: Nurcholis Madjid Jalan Menuju Hidup Seorang Visioner,

(Jakarta: Kompas, 2010), hal. 1 2 Marwan Saridjo, “Cak Nur: diantara Sarung dan Dasi”, (Jakarta: Yayasan Ngali Aksara,

2005), hal. 5

Page 128: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

45  

Gontor, secara kultural dan intelektual berada dalam asuhan dan pengaruh pemikiran

kaum modernis Islam.3

Setamat dari gontor, ia melanjutkan studi pada institut Agama Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Fakultas Adab, jurusan Sastra Arab dan tamat

tahun 1968. Pendidikan selanjutnya ia lakukan di Universitas Chicago, Illinois,

Amerika Serikat dan berhasil meraih gelar Doktor dalam bidang Islamic Thought

(Pemikiran Islam) pada tahun 1984.

Semasa menjai mahasiswa, Nurcholis Madjid banyak melakukan kegiatan di

berbagai organisasi.Ia pernah menjadi ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI) Cabang Ciputat pada tahun 60-an, kemudian menjadi ketua umum Pengurus

Besar HMI selama periode 1966-1969 dan 1969-1971. Selain itu ia juga pernah

menjadi presiden pertama Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara (PEMIAT) tahun

1967-1969, sebagai Wakil Sekretaris Jendral Internasional Islamic Federation of

Student Organization (IIFSCO) pada 1969-1971.

Setamat dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nurcholis Madjid bekerja

sebagai dosen di almamaternya, mulai tahun 1972 sampai 1976. Setelah berhasil

meraih gelar doctor pada tahun 1985, ia ditugaskan memberikan kuliah tentang filsafat

di Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, sejak tahun 1978

ia bekerja sebagai peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Bersamaan dengan tugas-tugasnya itu, ia pernah juga berkesempatan menjadi dosen

                                                            3Ibid, hal. 6

Page 129: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

46  

tamu pada Universitas McGill, Montreal, Canada, pada tahun 1990 didampingi oleh

istrinya yang menngikuti program Eisenhower Fellowship.

Selain ia banyak berkecimpung di organisasi dan memangku berbagai jabatan,

Nurcholis Madjid juga sebagai seorang penulis yang produktif. Di antara karya tulisnya

dapat disebutkan disini adalah :

1. Khasanah Intelektual Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1984)

2. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung, Mizan, 1987)

3. Islam Doktrin dan peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan,

Kemanusiaan dan Kemodernan, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1992)

4. Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Karya bersama para pakar

Indonesia lainnya), (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1995)

5. Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1997)

6. Masyarakat Religius, Jakarta, (Yayasan Wakaf Paramadina, 1995),

7. Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1997)

8. Tradisi Islam Peran dan fungsinya dalam pembangunan di Indonesia, (Jakarta,

Yayasan Wakaf Paramadina, 1997)

9. Dialog Keterbukaan Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik

Kontemporer, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1998). 4

Berdasarkan informasi tersebut diatas, kita dapat mencatat tentang pribadi

Nurcholis Madjid adalah seorang cendikiawan yang memiliki basis

kesantrian/pesantren yang kuat, yaitu suatu komunitas Islam yang kental dengan

pelaksanaan ritual ibadah dan tradisi keislaman; dilihat dari basis kelimuannya,

Nurcholis Madjid adalah seorang muslim yang memiliki keahlian dalam bidang ilmu

agama Islam yang luas dengan titik tekan pada sejarah peradaban Islam, sesuai dengan

latar belakang pendidikan kesarjanaannya, yakni sebagai tamatan dari Fakultas Adab

                                                            4 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada 2005), hal. 325

Page 130: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

47  

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dilihat dari segi sifat dan corak pemikirannya, terlihat

bahwa corak pemikiran Nurcholis Madjid bersifat modern dengan tetap mengacu

kepada nilai-nilai dasar ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an dam Al-

Sunnah, serta nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Melalui berbagai karya tulisnya ia

tampak begitu bersemangat untuk mengupayakan terjalinnya proses pembumian nilai-

nilai ajaran agama Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’a dan Al-Sunnah. Ia

berusaha agar doktrin-doktrin Islam dapat dipahami dengan pendekatan nomenklatur

yang terdapat dalam budaya bangsa Indonesia. Doktrin ajaran Islam dan peradaban

yang berkembang dalam sejarah menurutnya harus saling melengkapi.Atas dasar ini

pula, pandangan keislaman Nurcholis Madjid bersifat sejarah, atau Islam sejarah

sebagaimana halnya dianut oleh idolanya Fazlur Rahman dari Pakistan.Namun, karena

demikian luas, mendalam dan holistiknya pemahaman keislaman yang dianutnya,

maka untuk dapat memahami dengan baik pemikiran keislaman Nurcholis Madjid

diperlukan persyaratan yang memadai.Dilihat dari segi kepribadiannya, Nurcholis

Madjid adalah sosok cendikiawan Muslim yang sederhana dan bersahaja serta

berpenampilan rendah hati. Hal ini terlihat dari cara ia bertutur kata, berpakaian,

bergaul, dan sebagainya. Ia demikian akrab dengan kelompok-kelompok yang

termarjinalisasi, terutama dari kalangan kaum muda Islam dan memiliki komitmen

yang kuat untuk ikut menanggulanginya, dengan cara mengkritisi berbagai kebijakan

pemerintah atau siapa saja yang menyebabkan orang lain terdzolimi. Gagasan dan

pemikiran Nurcholis Madjid bukan hanya satu bidang saja, melainkan dalam berbagai

bidang, termasuk disalamnya masalah doktrin, ilmu pengetahuan dan peradaban.Dari

berbagai pemikirannya ini dapat ditelusuri dan dilacak gagasan dan konsep yang

berkaitan dengan pendidikan. Uraian berikut ini akan mencoba melihat dan menjajagi

pemikiran dan gagasan Nurcholis Madjid dalam bidang pendidikan Islam.5

                                                            5Abuddin Nata, “Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, (Jakarta; PT.

Raja Grafindo Persada, 2005) hal. 326

Page 131: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

48  

A. Kondisi Objektif Pesantren

Lembaga pendidikan yang memainkan perannya di Indonesia jika dilihat dari

struktur internal pendidikan Islam serta praktek- praktek pendidikan yang

dilaksanakan, ada empat kategori. Pertama, pendidikan pondok pesantren, yaitu

pendidikan Islam yang diselenggarakan secara tradisional, bertolak dari pengajaran

Qur’an dan hadits dan merancang segenap kegiatam pendidikannya untuk mengajarkan

kepada para siswa Islam sebagai cara hidup atau way of life. Kedua, pendidikan

madrasah, yakni pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga model

barat, yang menggunakan model klasikal, dan berusaha menanamkan Islam sebagai

landasan hidup ke dalam diri para siswa.Ketiga, pendidikan umum yang bernafaskan

Islam.Yaitu pendidikan Islam yang dilakukan melalui pengembangan suasana

pendidikan yang bernafaskan Islam di lembaga-lembaga pendidikan yang bersifat

umum.Keempat, pelajaran agama Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga

umum sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah saja.6

Ditilik dari sejarah pendidikan Islam Indonesia, pesantren sebagai sistem

pendidikan Islam tradisional telah memainkan peran cukup penting dalam membentuk

kualitas sumber daya manusia Indonesia.7 Tetapi, dalam hal ini prof dr. Nurcholis

Madjid pendidikan pesantren tradisional ini memiliki sisi kelamahan. Pembahasan

tentang kondisi objektif pesantren ini amat penting mengingat gagasan-gagasar

Nurcholis Madjid tentang modernisasi pesantren berdasar kepada kondisi objektif

pendidikan tersebut.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, akhir-akhir ini

menarik untuk dicermati kembali. Di era 70-an Nurcholis Madjid telah

memprediksikan pesantren sebagai sesuatu yang dapat dijadikan alternative terhadap

                                                            6 Mochtar Buchori, “Spektrum Problematika Pendidikan Islam di Indonesia“, (Yogyakarta:

Tiara Wacana Yogya. 1994), hal. 243-244 7 Yasmadi “Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional” (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 59

Page 132: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

49  

sistem yang ada. Menurutnya, sistem pendidikan waktu itu masih sangat “pegawai

oriented” hingga menjadikan salah satu problem pendidikan di Indonesia. Kondisi ini

tidak terlepas dari tujuan dan sifat pendidikan yang mengacu pada mencetak calon-

calon pegawai yang bakal mengisi sistem menengah ke bawah dalam piramida sistem

administrasi pemerintahan.8

Menurut analisa Nurcholis Madjid pendidikan pesantren yang telah berjalan

selama ini hanya mencetak santri-santri menjadi pegawai saja. Alumni –alumni

pesantren mayoritas ketika selesai mengenyam pendidikan di pesantren selama kurun

waktu tertentu hanya menjadi pegawai di suatu instansi tertentu saja, bahkan

kebanyakan alumni pesantren yang kemudian berubah status sosialnya menjadi kyai

muda yang ahli membaca kitan-kitab klasik, yang pada akhirnya tradisi seperti ini tak

dapat di bending lagi bak bola salju yang lama kelamaan terus membesar tak

terbendung, padahal, Nurcholis Madjid optimis bahwa pesantren mampu untuk tidak

hanya mencetak kyai-kyai saja tetapi juga para pelaku kemajuan bangsa di bidang

pemerintahan, akademisi, teknokrat, sosiolog, ahli sejarah dsb. Sehingga, dapat diambil

kesimpulan bahwa pesantren menurut Nurcholis Madjid belum dapat memaksimalkan

perannya sebagai agen perubahan bangsa.

Dalam pandangan Nurcholis Madjid, pada dasarnya kondisi ini wajar terjadi

bila diukur dari salah satu sebab pertumbuhan dan perkembangan pesantren-pesantren

dan madrasah-madrasah.Faktor yang mendorong tumbuhnya pesantren dan madrasah

disebabkan Karena munculnya sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah

colonial.9

Sebelum membahas tentang kritik Nurcholis Madjid terhadap sistem

pendidikan pesantren. Berikut penulis akan memaparkan gambaran umum kondisi

                                                            8Ibidhal.60 9 Yasmadi “Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional” (Jakarta: Ciputat Press, 2002)hal. 60

Page 133: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

50  

pesantren guna memudahkan pengkorelasian npemikiran Nurcholis Madjid dengan

kondisi objektif pesantren.

Pesantren terdiri dari lima elemen pokok sebagaimana dipaparkan pada bab

sebelumnya yaitu; kyai, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.10

Kelima elemen tersebut merupakan ciri-ciri khusus yang dimiliki pesantren dan

membedakan dengan pendidikan dalam bentuk lain. Sekalipun kelima elemen ini

saling menunjang eksistensi sebuah pesantren, tetapi kyai memainkan peranan yang

begitu sentral dalam dunia pesantren.

Keberadaan kyai dalam lingkungan pesantren laksana jantung bagi kehidupan

manusia.Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan karena kyailah

pemilik tunggal sebuah pesantren.Oleh sebab alasan ketokohan kyai di atas, banyak

pesantren akhirnya bubar lantaran ditinggal wafat kyainya.Sementara kyai tidak

memiliki keturunan yang dapat melanjutkan usahanya.11

Kyai dapat juga dikatakan tokoh non formal yang ucapan dan seluruh

perilakunya akan dicontoh oleh komunitas sekitarnya. Kyai berfungsi sebagai sosok

model atau teladan yang baik tidak saja bagi para santrinya, tetapi juga bagi seluruh

komunitas di sekitar pesantren12

Kewibawaan kyai dan kedalaman ilmunya merupakan modal besar bagi

keberlangsungan semua wewenang yang dijalankannya.Kebijakan kyai diamini oleh

semua santrinya bahkan oleh penduduk sekitar pesantren.Kebijakan kyai dalam

mengatur keberlangsungan kehidupan dipesantren memegang peranan yang sangat

sentral, dan corak aturan, kurikulum, bidang pelajaran dan konsep pesantren amat

bergantung pada sosok seorang kyai.Dan sikap antipati pesantren yang masih

                                                            10 Zamakhsyari Dhofier, “Tradisi Pesantren”, (Jakarta: LP3S, 1982) hal.44 11 Imam Bawani, “Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam” (Surabaya: Al Ikhlas 1993)

hal. 90 12 Faisal ismail, “Paradigma Kebudayaan Islam”, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997)

hal. 108

Page 134: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

51  

ditemukan dewasa ini merupakan cerminan dari sikap pribadi kyainya, tanpa

mempertimbangkan aspek-aspek lainnya, seperti kemajuan jaman, kebutuhan sumber

daya masyarakat sekitar dan lain sebagainya.

Akibatnya hampir semua pesantren dalam pandangan Nurcholis Madjid

merupakan hasil usaha pribadi atau individual (individual enterprise), karena dari

pancaran kepribadian pendirinya dinamika pesantren itu akan terlihat. Dalam hal ini

Nurcholis Madjid mengemukakan, pada dasarnya memang pesantren merupakan

pancaran kepribadian pendirinya.13Zamakhsyari dhofier dalam bukunya

mengemukakan bahwa pesantren diibaratkan sebagai suatu kerajaan kecil dimana kyai

merupakan sumber mutlak dari kekuasaan dan kewenangan dalam kehidupan dan

lingkungan pesantren.14

Keberlangsungan sebuah pesantren semata mata atas otoritas kyai di atas

menurut Nurcholis Madjid punya dampak negatif terhadap pesantren dalam

perkembangannya kearah yang lebih baik.Hal ini didasarkan atas profil kyai sebagai

pribadi yang punya serba keterbatasan dan kekurangan.Salah satu keterbatasannya

tercermin dalam kemampuan mengadakan respon terhadap perkembangan-

perkembangan masyararakat.Kyai dalam sebuah pesantren memegang kendali

terhadap keberlangsungan pendidikan pesantren, hal tersebut jelas menghambat

kemajuan pesantren yang seharusnya dapat memeberikan jawaban atas kemajuan-

kemajuan dunia global, jika sosok kyai yang menjadi panutan tunggal dikhawatirkan

timbul kejumudan dalam merespon tantangan jaman yang tiada terbendung

kemajuannya.

Paradigma baru pendidikan harus diarahkan pada upaya menyiapkan masa

depan bangsa agar mampu berkompetensi di era global. Di dalam Rencana Strategis

                                                            13 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan”, (Jakarta:

Paramadina, 1997)hal. 6 14 Zamakhsyari Dhofier, “Tradisi Pesantren”, (Jakarta: LP3S, 1982) hal. 56

Page 135: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

52  

Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 misalnya dinayatakan, bahwa visi pendidikan

nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan

berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang

menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan

zaman yang selalu berubah.15

B. Gagasan pemikiran Prof. Dr. Nurcholis Madjid dalam modernisasi Pesantren

Gagasan dan pemikiran Nurcholis Madjid bukan hanya mencakup satu bidang

saja, melainkan dari berbagai bidang termasuk di dalamnya masalah doktrin, ilmu

pengetahuan dan peradaban.Pertama, pembaharuan pesantren.Sesuai dengan latar

belakang kehidupannya yaitu sebagai seorang cendikiawan nyang dibesarkan di

lingkungan pesantren, Nurcholis Madjid meiliki perhatian tentang pembaharuan

pesantren.Gagasan dan pemikirannya tentang pesantren ini dapat di lihat dari karyanya

berjudul bilik-bilik pesantren sebuah potret perjalanan.Dalam bukunya ini Nurcholis

Madjid berpendapat bahwa pesantren berhak, malah lebuh baik dan lebih berguna

untuk mempertahankan fungsi pokoknya semula yaitu sebagia tempat

menyelenggarakan pendidikan agama. Namun, mungkin diperluaskan suatu tinjauan

kembali sehinbgga ajaran-ajaran agama yang diberikan klepada setiap pribadi

merupakan jawaban yang komprehensif atas persoalan mkna hidup dan

weltanschauung Islam, selain tentu saja diosertai dengan pengetahuan secukuopnya

tenhtang kewajiban-kewajiban praktis seorang muslim sehari- hari. Pelajaran-pelajaran

ini kemungkinan dapat diberikan melalui beberapa cara, diantaranya:

                                                            15Abuddin Nata, “Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran”, (Jakarta: Kencana

Predana Media Group) hal. 16-17

Page 136: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

53  

1. Mempelajari al-Qur’an dengan cara yang lebih bersungguh-sungguh daripada yang

umumnya dilakukan oleh orang sekarang yaitu dengan menitikberatkan kepada

pemahaman makna dan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya ini

memungkinkan kemampuan pengajaran yang lebih besar. Yaitu pengajaran

kesatuan-kesatuan pengertian tentang ayat-ayat/surat-surat yang dibacanya atau

dengan menghubungkannya dengan ayat-ayat atau surat-surat lain yang belum

terbaca pada saat itu. Pelahjaran ini mungkin mirip dengan pelajaran tafsir, tetapi

dapat di berikan tanpa sebuah buku atau kitab tafsir melainkan cukup dengan Al-

Qur’an secara langsung.

Al-qur’an adalah kitab suci yang terbuka bagi segala corak penafsiran dan

pemikiran.Merebaknya gelombang rasionalisme juga berimbas pada penafsiran Al-

Qur’an dalam bentuk kitab-kitab tafsir rasional semacam al-Kasyaf karya az-

Zamakhsari, salah satu tokoh mu’tazilah yang terkemuka.16

2. Melaui pertolongan sebuah bahan bacaan atau buku pegangan penggunaan cara ini

sangat tergantung pada kemampuan para pengajar dalam mengembangkannya secara

lebih luas.

3. Selain itu, baik sekali memanfaatkan mata pelajaran lain untuk di sisipi pandangan-

pandangan keagamaan tadi. Dan menanamkan kesadaran serta pengahrgaan yang lebih

wajar pada hasil-hasil senio budaya Islam atau untuk menumbuhkan kepekaan rohani,

termasuk kepekaan rasa ketuhanan yang menjadi inti rasa keagamaan.

Pembaharuan pesantren sesuai dengan latar belakang kehidupannya, yaitu

sebagai seorang cendikiawan yang dibesarkan di lingkungan pesantren, Nurcholis

Madjid memiliki perhatian tentang pembaruan pesantren.Gagasan dan pemikirannya

tentang pesantren ini dapat dilihat dari karyanya yang berjudul Bilik-bilik Pesantren

Sebuah Potret Perjalanan.Nurcholis Madjid berpendapat bahwa pesantren berhak,

                                                            16 Said Aqil SIradj dkk, “Pesantren Masa Depan, Wacana Pemberdayaan dan Transformasi

Pesantren”, (Bandung: Pustaka Hidayah) hal. 290

Page 137: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

54  

malah lebih baik dan lebih berguna, mempertahankan fungsi pokoknya semula, yaitu

sebagai tempat menyelenggarakan pendidikan agama. Namun, mungkin diperlukan

suatu tinjauan kembali sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran agama yang diberikan

kepada setiap pribai merupakan jawaban yang komprehensif atas persoalan makna

hidup dan weltanshauung Islam, selain tentu saja disertai dengan pengetahuan

secukupnya tentang kewajiban-kewajiban praktis seorang muslim sehari-hari.

Pelajaran ini kemungkinan dapat diberikan melalui beberapa cara, diantaranya: (1)

mempelajari Alquran dengan cara lebih sungguh-sungguh daripada yang umumnya

dilakukan orang sekarang, yaitu dengan menitikberatkan kepada pemahaman makna

ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Ini memerlukan kemampuan pengajaran

yang lebih besar.Yaitu pengajaran kesatuan-kesatuan pengertian tentang ayat-ayat atau

surat-surat lain (yang belum dibaca pada saat itu).Pelajaran ini mungkin mirip dengan

pelajaran tafsir, tetapi dapat diberikan tanpa sebuah buku atau kitab tafsir melainkan

cukup dengan Alquran secara langsung.17

Menurut Nurcholis Madjid, sesuai yang telah dipaparkan diatas, pesantren

harus tetap menjalankan fungsi utamanya yaitu sebagai lembaga pendidikan Agama

Islam. Islam adalah agama yang tak lekang oleh waktu yang mana ajarannya tetap akan

selalu relevan dengan perkembangan zaman. Dan hal tersebut harus diikuti pula dengan

kecerdasan penganutnya. Ajaran Islam yang diusung Nurcholis Madjid adalah ajaran

Islam yang komprehensif, menyeluruh, prular sehingga dapat menjadi jawaban dari

segala bentuk pertanyaan dan tantangan zaman yang selalu berkembang ini, dan untuk

mencapai hal tersebut melalui pesantrenlah saran yang paling strategis untuk dicapai

dan tentu dengan pendekatan yang berbeda. Menurut Nurcholis Madjid, sistem

pembelajaran Alquran yang efektif adalah dengan cara mengetahui substansi dari

setiap ayat yang ada didalamnya, lalu menghubungkannya dengan ayat-ayat lainnya.

Dan untuk merangsang berfikir para santri mempelajari Alquran tidak dengan kitab

                                                            17Abuddin Nata, “Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005) hal. 237

Page 138: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

55  

tafsir melainkan dengan Alquran secara langsung, hal ini diperlukan agar santri dapat

berfikir kritis dan analitis terhadap kandungan suatu ayat.

Metode yang ditawarkan Nurcholis Madjid adalah dengan bantuan sebuah

bacaan atau buku pegangan. Penggunaan cara ini sangat tergantung pada kemampuan

para pengajar dalam mengembangkannya secara lebih luas.18Agar memperluas

pemahaman ayat-ayat Alquran diperlukan menghubungkan ayat dengan ayat dan

dengan bahan bacaan lainnya.

Selain itu, baik seklai memanfaatkan mata pelajaran lain untuk disisipi

pandangan keagamaan tadi. Dan menanamkan kesadaran dan perhargaan yang lebih

wajar pada hasil-hasil seni budaya Islam atau untuk menumbuhkan kepekaan rohanni,

termasuk kepekaan rasa ketuhanan yang menjadi inti rasa keagamaan.19

Menghubungkan ayat Alquran dengan disiplin ilmu lain merupakan hal yang

digagas Nurcholis Madjid dalam metode kajian Alquran dipesantren, karna ayat

Alquran adalah bersifat universal sehingga kandungannya dapat dikaji melalui disiplin

ilmu lainnya, seperti penjelasan tentang perputaran bumu, hal tersebut terdapat dalam

Alquran dan kemudian dibahas kembali dengan pendekatan sains. Artinya Nurcholis

Madjid menekankan agar pesantren lebih terbuka dengan disiplin ilmu lainnya karna

satu sama lain saling menguatkan. Begitupun halnya dalam hal seni agar menimnulkan

rasa keagamaan perlu juga disisipi dengan sentuhan seni budaya Islam.

Selain dari segi yang lebih universal in, pesantren dapat mengadakan

pendalaman-pendalaman pada segi lainnya dalam suatu tingkatan yang lebih lanjut dan

bersifat takhasus.Suatu catatan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah keharusan

                                                            18Abuddin Nata, “Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005) hal. 237 19Ibid, hal.238

Page 139: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

56  

mengadakan pengaturan kembali alokasi waktu dan tenaga pengajar sehingga terjadi

penghematan dan intensifikasi bagi pelajaran-pelajaran lainnya.

Selanjutnya, Nurcholis Madjid menganjurkan agar pesantren tanggap terhadap

tuntutan-tuntutan hidup anak didiknya kelak dalam kaitannya dengan perkembangan

zaman.Di sini pesantren dituntut dapat membekali mereka dengan kemampuan-

kemampuan nyata yang didapat melaluin pendidikan atau pengajaran pengetahuan

umum secara memadai. Dan bagian ini pun, sebagaimana layaknya yang terjadi

sekarang, harus tersedia jurusan-jurusan alternative bagi anak didik sesuai dengan

potensi dan bakat mereka.20

Dalam menjalankan fungsinya pesantren diharapkan bukan hanya mendalami

masalah-masalah agama saja, tetapi juga membekali para santri dengan kemampuanj-

kemampuan praktis sehingga kelak lulusan pesantren tidak hanya menjadi kyai, ustadz

dan tokoh agama saja, tetapi pesantren mampu mencetak tenaga-tenaga professional di

berbagai bidang seperti, ekonomi, seni, ilmu pengetahuan, politisi, social, psikologi

dsb.

Dari pemaparan diatas Nurcholis menegaskan bahwa Islam memiliki nilai

universal artinya Islam bukanlah agama yang kaku akan perkembangan zaman tetapi,

diluar daripada itu Islam harus mampu menjawab segala perkembangan zaman,

sehingga produk dari pesantren diharapkan mampu menjawab tantangan-tantangan dan

tuntutan hidup dalam konteks ruang dan waktu yang ada.

Kemudian gagasan yang ditawarkan Nurcholis Madjid dalam rangka

modernisasi pendidikan pesantren adalah dalam aspek kurikulum.Terlihat bahwa

pelajaran agama masih dominan di lingkungan pesantren, bahkan materinya hanya

khusus yang disajikan dalam berbahasa Arab.Mata pelajarannya meliputi fiqh, (paling

                                                            20 Mustajab, “Masa Depan Pesantren”, (Yogyakarta, LKiS Printing Cemerlang, 2015)

hal.328

Page 140: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

57  

utama), aqaid.Nahwu sharf (juga mendapatkan dukungan penting), dan lain-

lain.Sedangkan tasawuf dan semangat sentra agama (religiusitas) yang merupakan inti

dari kurikulum keagamaan cenderung terabaikan.21

Nurcholis Madjid membedakan istilah materi pelajaran “agama” dan

“keagamaan”. Perkataan agama lebih tertuju pada segi formaldan ilmunya

saja.Sedangkan perkataan “keagamaan” lebih mengenai semangat dan rasa agama

(religiusitas). Menurut Nurcholis Madjid, materi keagamaan ini hanya dipelajari sambil

lalu saja tidak secara sungguh-sungguh. Padahal justru inilah yang lebih berfungsi

dalam masyarakat zaman modern, bukan fiqh atau ilmu kalamnya apalagi nahwu

sharfnya serta bahasa Aranya. Di sisi lain, pengetahuan umum nampaknya masih

dilaksanakan secara setengah-setengah, sehingga kemampuan santri biasanya sangat

terbatas dan kurang mendapat pengakuan di masyarakat umum.22

C. Kelemahan dan kelebihan Pesantren

Kekurangan pesantren adalah terletak pada lemahnya visi dan tujuan yang

dibawa pendidikan pesantren. Agaknya tidak banyak pesantren yang mampu secara

sadar merumuskan tujuan pendidikannya dan menuangkannya dalam tahapan-tahapan

rencana kerja atau program. Mungkin kebutuhan pada kemampuan itu terlalu baru.

Tidak adanya perumusan tujuan itu disebabkan adanya kecenderungan visi dan tujuan

pesantren diserahkan pada proses improvisasi yang dipilih sendiri oleh seorang kyai

atau bersama-sama para pembantunya secara intuitif yang disesuaikan dengan

perkembangan pesantrennya. Malahan pada dasarnya memang pesantren itu sendiri

dalam semangatnya adalah pancaran kepribadian pendirinya.Maka tidak heran kalau

                                                            21 Mastuhu, “Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian tentang Unsur Nilai

Sistem Pendidikan Pesantren”, (Jakarta: INIS, 1994), hal. 142 22 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren”, (Jakarta: Ciputat Press, 2001) hal. 79

Page 141: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

58  

timbul anggapan pesantren itu merupakan hasil usaha pribadi atau individual

(individual enterprise).23

Dari paparan diatas Nampak bahwa Nurcholis Madjid mengkritisi lemahnya

pesantren dalam hal penentuan visi dan misi pesantren itu sendiri.Dan pesantren

dewasa ini merupakan cerminan dari pendirinya, pola pendidikan pesantren mengacu

kepada semangat dan pengetahuan pendirinya, menurut Nurcholis Madjid kondisi

seperti ini kurang ideal untuk membentuk pola pendidikan modern. Sebab, kadangkala

kebijakan pendiri pesantren itu bersifat intuitif dan pengetahuan pendiri pesantren-pun

terbatas cenderung pendiri pesantren menolak hal-hal yang tidak ia kuasai. Contoh

diawal masa colonial belanda para penjajah mengajarkan masyarakat menulis,

membaca dengan huruf latin, dan banyak pesantren yang menolak hal itu dikarenakan

kebencian terhadap bangsa colonial Belanda dan juga karena pendirinya tidak

menguasai tulis menulis dengan menggunakan tulisan latin. Padahal jika dicermati

kemampuan tulis menulis dengan menggunakan tulisan latin bisa sangat bermanfaat

bagi para santrinya kelak.

Kurangnya pesantren dalam meresponi dan mengaimbangi perkembangan

zaman tersebut, ditambah dengan faktor lain yang sangat beragam, membuat produk-

produk pesantren dianggap kurang siap untuk “lebur” dan mewarnai kehidupan

modern. Tidaklah mengherankan apabila muncul gambaran diri seorang santri itu,

dibanding dengan tuntutan-tuntutan nyata pada zaman sekarang, adalah gambaran diri

seorang dengan kemampuan-kemampuan terbatas.Sedemikian terbatasnya

kemampuan itu sehingga peranan-peranan yang mungkin dilakukan ibarat hanya

bersifat tambahan yang kurang berarti pada pinggiran-pinggiran dari keseluruhan

                                                            23 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan”, (Jakarta:

Paramadina, 1997) hal. 6

Page 142: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

59  

sistem masyarakat saja, dan kurang menyentuh, apalagi mempengaruhi nucleus dan

inti-poros perkembangan masyarakat itu.24

Meskipun gambaran diri itu tetap memiliki warna keagamaan biasanya

memperoleh gelar sebagai kyai, alim, ustadz atau sekedar santri, namun diukur dari

keharusan-keharusan keagamaan itu sendiri masih menunjukkan kekurangan-

kekurangan. Pada umumnya pembagian keahlian para lulusan atau produk pesantren

berkisar pada bidang-bidang berikut:

1. Nahwu-Sharaf

Kalau dalam bahasa kita istilah nahwu sharaf ini mungkin bisa diartikan sebagai

gramatika bahasa Arab.Banyak orang berhasil memperoleh status social-keagamaan

jadi berhak atas titel kyai, ustadz, atau yang lainnya hanya karena dianggap ahli dalam

gramatika bahasa Arab ini. Bentuk kongkrit keahlian itu biasanya sangat sederhana,

yaitu kemampuan mengaji atau mengajarkan kitab-kitab nahwu-sharaf tertentu, seperti

Ajurumiah, Imrithi, Alfiyah atau tingkat tingginya kitab Ibnu Aqil. Konotasi

keagamaan dalam keahlian di bidang ini semata-mata karena bahasa objek studinya

adalah bahasa Arab. Status social-keagamaan yang mereka dapatkan itu tidak akan

hilang meskipun yang bersangkutan sendiri mungkin tidak menggunakan “ilmu

alat”nya secara sungguh-sungguh mempelajari ilmu agama, sebagaimana yang menjadi

tujuan semula.25

Kajian ilmu alat merupakan hal yang lumrah dalam pembelajaran di

pesantren.Namun, pengajaran gramatika bahasa Arab ini disalah artikan oleh

masyarakat luas sebagai suatu bagian dari substansi pengetahuan Agama. Padahal

gramatika bahasa arab adalah satu anak tangga yang harus dilalui seseorang yang

bertujuan memahami dan menghayati substansi Agama. Banyak masyarakat yang

                                                            24 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan”, (Jakarta:

Paramadina, 1997), hal. 7 25Ibid, hal. 8

Page 143: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

60  

memandang kecakapan dalam gramatika bahasa Arab berbanding lurus dengan

pemahaman agama.Hal inilah yang harus diluruskan bahwa menguasai gramatika

bahasa Arab saja tidak cukup untuk menghayati keluasan substansi ajaran agama Islam.

2. Fiqh

Para ulama fiqh sendiri mendefinisikannya sebagai sekumpulan hukum amaliah

(sifatnya akan diamalkan) yang disyariatkan dalam Islam. Pengetahuan tentang hokum

(agama dan syariat) memang dalam jangka waktu yang lama sekali memegang

dominasi dunia pemikiran atau intelektual Islam.26

Kajian fiqih dewasa ini dianggap sebagai sesuatu yang baku, statis tak terjamah

dengan perkembangan. Sehingga kajian-kajian fiqh kurang berkembang.Anggapan

fiqh yang dipelajari sekarang ini sudah final dan tak bisa diganggu gugat. Padahal fiqh

merupakan ajaran yang dinamis terus berkembang sesuai perkembangan zaman, sebab

ajaran fiqh sekarang ini merupakan hasil ijtihad (pemikiran) ulama terdahulu yang

kondisi sosiologis, geografis politis yang amat jauh berbeda dengan keadaan sekarang

ini, sehingga kurangnya semangat mengkritisi kajian fiqh dengan menyesuaikan

dengan perkembangan zaman.

Metode yang digunakan biasanya dengan metode sorogan atau bandongan, dan

di beberapa pesantren juga diadakan metode bahtsul masail mengenai seputar masalah

fiqh.Di dalam forum ini, para santri, biasanya mambahas dan mendiskusikan suatu

permasalahan dalam kehidupan masyarakat dan dicari pemecahannya secara

fiqh.27Nurcholis Madjid melihat bahwa fiqh didefinisikan oleh para ulama terlalu

sempit. Umumnya fiqh diartikan sebagai kumpulan hukum amaliyah (sifatnya akan

diamalkan) yang disyariatkan Islam. Pengetahuan tentang hukum-hukum (agama atau

syariat) memang untuk jangka waktu yang lama sekali memegang dominasi dunia

                                                            26Ibid, hal. 9 27 M. Dian Nafi dkk, “Praksis Pembelajaran Pesantren”, (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi

Aksara, 2007) hal. 69

Page 144: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

61  

pemikiran atau intelektul Islam.Tetapi, Nurcholis Madjid mempertanyakan apakan

keahlian dalam bidang fiqh seluruhnya relevan dengan keadaan sekarang.28

Nurcholis Madjid memaparkan kondisi seperti ini terjadi dari awal abad kedua

hijriyah.Karena hubungan erat dengan kekuasaan, sehingga pengetahuan keagamaan

merupakan tangga naik yang paling cepat menuju status social politik yang lebih tinggi.

3. Aqa’id

Bentuk plural dari aqidah yang padanannya dalam bahasa kita adalah

keyakinan. Aqaid ini meliputi segala hal yang bertalian dengan kepercayaan dan

keyakinan seorang muslim. Meskipun bidang pokok-pokok agama ini disebut dengan

ushuluddin sedangkan fiqh disebut dengan furu’ (cabang-cabang) , tetapi kenyataannya

perhatian pada bidang ini kalah besar dengan perhatian pada bidang fiqh yang hanya

merupakan cabang itu. Selain itu, bidang aqaid ini juga disebut dengan ilmu kalam

memang membuka pintu bagi pemikiran filsafat yang kadang sangat spekulatif.Sebagai

akibatnya, keahlian di bidang ini nampak kurang mendalam.29

2. Tasawuf

Sampai saat ini belum ada definisi tasawuf secara lengkap yang bisa

menjelaskannya.Pengamal tasawuf hanya memahami tentang tarekat, suluk, dan

wirid.Mungkin ditambah dengan sedikit dongeng tokoh-tokoh legendaris tertentu

seperti, Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani. Sesungguhnya tasawuf atau sufi adalah bidang

yang sangat mendalam, dan berkaitan dengan rasa atau semangat keagamaan itu

sendiri. Dan sebenarnya bidang ini sangat menarik dalam struktur kehidupan

beragama.Tetapi pesantren tidak ada yang secara sungguh-sungguh

menggarapnya.Padahal tasawuf ini merupakan bidang yang sangat potensial untuk

                                                            28 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 81 29Ibid, hal.10

Page 145: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

62  

memupuk rasa keagamaan para santri dan menuntun mereka memiliki budi pekerti

mulia.30

Efisiensi gerkaan tasawuf adalah karena organisasi yang muncul sebagai

perkumpulan-perkumpulan tarekat.Atau thariqoh adalah aliran tentang jalan atau acara

mendekatkan diri kepada tuhan.Tarikat tidak membicarakan segi filsafat daripada

tasawuf. Tap amalan atau praktisnya. Di Indonesia terkenal dua tarikat yaitu qodiriyah

dan naqsabandiyah.Tetapi umumnya kedua tarikat ini telah menjadi satu. Pada jaman

sekarang menolak tarikat ialah dua golongan dengan titik tolak yang berlawanan:

modernism sekularis pada kaum kemalis di Turki dan puritanisme ortodoks (salafi)

pada kaum wahabi di Saudi Arabia. Hanya kedua Negara itu sejauh ini yang melarang

praktek-prektek dan organisasi sufi serta sejenisnya.31

3. Tafsir

Salah satu bidang keahlian yang jarang dihasilkan pesantren adalah bidang

tafsir qur’an. Padahal bidang inilah yang paling luas daya cakupannya, sesuai dengan

daya cakup kitab suci yang mampu menjelaskan totalitas ajaran agama Islam.Kalau

kita perhatikan, pemikiran-pemikiran fundamental yang muncul dalam dunia Islam

biasanya dikemukakan melalui penafsiran-penafsiran al-Qur’an.lemahnya

pengetahuan dibidang ini akan membuka kemungkinan munculnya penyelewengan

dalam menafsirkan ayat al-Qur’an. Sehingga dapat dibayangkan betapa strategisnya

keahlian dibidang ini untuk mengantisipasinya.Saying sekali pesantren-pesantren

“kurang berminat” dalam menggarap bidang ini, terlihat dari miskinnya ragam kitab

                                                            30Ibid, hal. 11 31 Artikel Nurcholis madjid, yang di bukukan oleh (Jakarta:LP3S) hal. 113

Page 146: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

63  

tafsir yang dimiliki perpustakaannya.Kitab tafsir yang dikaji pun biasanya tidak jauh

dari Tafsir Jalalayn.32

4. Hadits

Kalau dibidang tafsir tidak banyak prodduk pesantren kita yang mumpuni,

terlebih lai di bidang hadits ini.Apalagi jika diukur dari segi penguasaan segi riwayah

dan diroyah.Padahal kalau diingat bahwa kedudukan Hadits sebagai sumber hukum

Islam kedua setelah Al-Qur’an, keahlian di bidang ini tentunya sangat diperlukan untuk

pengembangan pengetahuan agama itu sendiri.33

5. Bahasa Arab

Berbeda dengan bidang tafsir dan hadits, di bidang bahasa Arab ini kita bisa

melihat fenomena yang menggembirakan.Pesantren-pesantren kita telah mampu

memproduksi orang-orang yang memiliki keahlian lumayan dalam bahasa

Arab.Keahlian ini harus dibedakan dengan keahlian dalam nahwu sharaf diatas.Sebab,

titik-beratnya ialah pada penguasaan “materi” bahas itu sendiri, baik pasif ataupun

aktif.Kebanyakan mereka kurang mengenal lagi kitab-kitab lain dalam hal nahwu

sharaf, tetapi kebanyakan mereka mengenal kitab yang berisi syair-syair berbahasa

Arab.34

Disisi lain, dalam sistem pendidikan kolonial terlihat bahwa, sistem ini tidak

memberikan tempat pada bahasa Arab diantara berbagai bahasa asing yang diajarkan

di sekolah menengah, seperti bahasa Prancis, Jerman dan, Inggris. Anitesa terhadap

kebijakan pemerintah kolonial di atas lahir (atau kebijakan yang diambil) pesantren

justru lebih menekankan perhatian yang besar pada bahasa Arab.Sebab, bahasa Arab

adalah bahasa kemuliaan dan bahasa hasanah kelilmuan Islam secara umum.Untuk itu

                                                             32Ibid hal. 11

33Ibid, hal. 12 34Ibid hal. 13

Page 147: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

64  

di pondok pesantren sangat ditekankan penelaahan terhadap kitab-kitab klasik tentang

gramatika bahasa Arab.35

Selanjutnya, akibat modernisme muncul gejalabaru di dunia pesantren yang

bersikap terbuka kepada ilmuan modern.Indikatornya adalah masuknya pelajaran

bahasa Inggris ke pesantren-pesantren tertentu.Penekanan bahasa Arab tidak lagi pada

penelaahan gramatikanya, tetapi bagaimana menguasai bahasa Arab itu sendiri, baik

secara lisan maupun tulisan. Nurcholis Madjid melihat bahwa produk yang dilahirkan

pesantren dalam bentuk ini lebih unggul dibanding pesantren dalam bentuk lain.

Melihat pada pemikiran Nurcholis Madjid tersebut, nampaknya pesantren

semacam inilah yang paling memenuhi selera kaum muslim dalam memasuki era

modernisasi pada saat ini. Kondisi ini memperlihatkan terjadinya integritas keilmuan

(ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu Islam) yang selama ini dianggap tidak dapat

dikompromikan.Ini terlihat pada penggabungan pengetahuan bahasa Arab dan bahasa

Inggris yang melambangkan perpaduan antara unsur keislaman dan unsur

kemodernan.Karena itu orientasi kulturalnya menjadi lebih sederhana.Justru aspek

integritas keilmuan yang menjadi perhatian utama.36

Nampaknya Nurcholis Madjid di sini menekankan agar dalam penerapan

kurikulum di pesantren adanya check and balance. Nurcholis Madjid menekankan

adanya keseimbangan antara materi keIslaman dan materi-materi umum. Misalnya

penekanan yang sama antara fiqh, aqaid, tafsir, hadits, bahasa Arab dan lain-lain.

6. Fundamentalisme

Adalagi hasil pendidikan pesantren yang perlu dibicarakan di sini, yaitu untuk

mudahnya namakan saja fundamentalisme.Yang dimaksud di sini adalah mereka yang

                                                            35 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 89 36Ibid, hal. 89

Page 148: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

65  

dilatih begitu rupa oleh pesantrennya sehingga memiliki semangat fundamentalistik

yang tinggi sekali. Curahan perhatian biasanya diutamakan pada bidang fiqh, tetapi

tentu dengan cara dan orientasi yang berbeda dengan model “fiqh” tersebut di atas.

Jenis ini biasanya dapat berfungsi hanya dalam lingkungan yang sangat terbatas saja,

mengingat kadar fundamentalisme an puritanisme mereka yang sering melahirkan

sikap-sikap kaku.

Selain jenis-jenis produk pesantren di atas sudah tentu masih terdapat jenis-

jenis lain yang tak perlu diketengahkan secara khusus di sini, seperti jenis keahlian

dalam ilmu falak, kanuragan, qiraat dan ilmu hikmah.37

Kesadaran yang mulai tumbuh mengenai pesantren itu sering disertai dengan

sikap apresiatif secukupnya misalnya dengan memberi penilaian bahwa sistem

pesantren adalah merupakan sesuatu yang bersifat “asli” atau indigenous Indonesia,

sehingga dengan sendirinya bernilai positif dan harus dikembangkan. Penilaian itu

menempatkan dunia pesantren pada deretan daftar perbendaharaan nasional,

menumbuhkan pengakuan akan peranannya dalam pertumbuhan dan pertumbuhan dan

perkembangan pendidikan nasional.

Namun tidak tertutup kemungkinan adanya penilaian resmi yang pincang

(sekurang-kurangnya sebagai sisa masa lalu).Misalnya dalam pembicaraan atau

penulisan resmi, hamper tidak terdapat penyebutan pesantren sebagai unsur pokok

dalam sistem pendidikan nasional.Bahkan peranan dan sumbangan pesantren pada

sistem pendidikan nasional dinilai belum mampu menandingi organisasi-organisasi

pendidikan lainyya.

Hal itu tampaknya karena pesantren dilihat sebagai berada diluar jalur resmi

atau standar dalam hal pendidikan, dan dilihat sebagai gejala yang seolah-olah

                                                            37 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 14

Page 149: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

66  

seharusnya tidak boleh ada. Sebab yang resmi dan baku atau standar ialah apa yang

dasar-dasarnya telah diletakkan oleh pemerintah colonial Belanda, yaitu sistem dan

filsafat pendidikan tertentu yang kini dikenal sebagai sekolah atau lebih popular

sekolah umum. Namun kembali pada apa yang disebutkan tadi, syukurlah bahwa

kecenderungan yang lebih posuitif sekarang lebih tampak di ufuk dunia pemikiran para

sarjana kita, khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Pesantren sendiri dalam melihat dirinya, seperti dapat diduga, terbagi menjadi

berbagai macam kelompok.Kelompok penyederhanaan, disini kita sebutkan saja

berapa kelompok yang perlu.Pertama, yang merupakan bagian terbesar, yaitu

kelompok pesantren yang tidak menyadari dirinya, apakah bernilai baik atu bernilai

kurang baik. Mereka menganggap bahwa apa yang terjadi adalah terjadi begitu saja,

tanpa ada persoaalan serius yang perlu mereka fikirkan. Kedua, adalah kelompok yang

seperti seorang zealot atau fanatikus yang karena kefanatikannya ini membuat

penilaian mereka kurang objektif.Kelompok ini menilai bahwa pesantren dengan

segala aspeknya adalah pasti positif dan mutlak harus dipertahankan.Ketiga, adalah

kelompok yang kehinggapan perasaan bangga diri.Perasaan ini bisa menimbulkan

sikap pesimis dan kurang percaya diri dalam mengejar ketertinggalannya, sehingga

mereka menganggap indentitas pesantrennya tidak perlu lagi dipertahankan. Tentunya

ini akan berakibat rusaknya identitas pesantren secara keseluruhannya. Dan keempat,

mungkin kelompok ini yang paling sedikit jumlahnya yaitu pesantren-pesantren yang

sepenuhnya menyadari dirinya sendiri baik segi-segi positif maupun negatifnya,

sanggup dengan jernih melihat mana yang harus diteruskan dan mana yang harus

ditinggalkan.Kelebihan mereka dalam melakukan introspeksi secara objektif ini

menjadikannya memiliki kemampuan beradaptasi secara positif pada perkembangan

zaman dan masyarakat.38

                                                            38 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan”, (Jakarta:

Paramadina, 1997) 103

Page 150: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

67  

Bila dilihat dari sistem pengajaran yang diterapkan di dunia pesantren, memang

terdapat kemiripan dengan tata laksana pengajaran dalam ritual keagamaan Hindu,

dimana terdapatnya penghormatan yang besar oleh murid (santri) kepada kyainya

sehubungan dengan hal ini Cuk Nur menggambarkan, kyai duduk diatas kursi yang

dilandasi bantal dan para santri duduk mengelilinginya. Dengan cara begini timbul

sikap hormat dan sopan oleh para santri terhadap kyai seraya dengan tenang

mendengarkan uraian-uraian yang disampaikan kyainya.39Sehingga peran kyai sangat

fenomenal dan signifikan dalam keberlangsungan atau eksistensi sebuah pesantren,

sebab kyai adalah sebuah elemen dari beberapa elemen-elemen dasar sebuah

pesantren.40

Menurut Nurcholis Madjid kelemahan pesantren selanjutnya adalah adanya

kesenjangan Intelektual dan Kultural. Eksistensi pesantrten dengan kondisi yang ada

sekarang ini telah melahirkan output santri dengan segala potensi akademisnya hanya

bagaikan menghadirkan “koleksi busana”, tetapi orang lain tidak menyukainya, atau

mereka memang tidak tahu kalau itu baik untuk digunakan. Atau barangkali dapat juga

diibaratkan, seseorang yang mempunyai “koleksi busana”, tetapi tidak tahu bagaimana

cara memakai atau apa yang lebih cocok dipakai untuk waktu-waktu tertentu.41

Ungkapan diatas menunjukkan bahwa output yang dihasilkan pesantren dewasa

ini belum bisa memahami substansi ajaran Islam, yang mereka tonjolkan ke permukaan

adalah unsur terluar dari inti ajaran Islam. Symbol-simbol keagamaan amat sangat

dikedepankan tetapi tidak jarang dibalik itu ada hal-hal yang malah bertentangan

dengan ajaran Islam.Hal tersebutlah maksud dari ungkapan Nurcholis Madjid

“kesenjangan intelektual dan kultural antara pesantren dan dunia luar.Dengan demikian

                                                            39Ibid, hal. 22 40 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 63 41Ibid, hal. 106

Page 151: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

68  

pesantren yang menyimpan berbagai macam potensi itu tidak dapat hadir secara

akomodatif dan memainkan peranan yang maksimal di zaman modern ini.

Untuk mengetahui factor penyebabnya, Nurcholis Madjid telah

mengidentifikasi beberapa hal, antara satu dengan yang lainnya yaitu, lingkungan,

santri, kurikulum, kepemimpinan, alumni dan prinsip kehidupan pesantren secara

umum. Menurut Nurcholis Madjid, dilihat dari factor lingkungan, pesantren

merupakan hasil pertumbuhan tak berencana. Sarana dan prasarana yang mendukung

keutuhan suatu pesantren, seperti letak masjid, asrama atau pondok, madrasah, kamar

mandi, perumahan pimoinan, dan lain-lain, umumnya sporadic. Kondisi ini diperparah

lagi dengan minimnya peralatan dan alat pendukung proses belajar-mengajar, seperti

meja, kursi, ruangan kelas, masjid, musholla, halaman madrasah papan tulis dan lain-

lain.42Namun kendatipun demikian pesantren dewasa ini sudah banyak yang

melengkapi diri dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai.Kondisi yang

dimaksudkan Nurcholis Madjid diatas adalah kondisi awal tumbuh dan

berkenmbangnya suatu pesantren.Sebab, pesantren berdiri atas dasar swadaya

masyarakat atau berasal dari pendirinya sendiri.

Dalam proses modernisasi itu memang terjadi proses reformasi social. Ini

memungkinkan lapisan-lapisan tertentu kelompok social paling inti dari pesantren

beralih ke tingkat elite terpelajar.Sementara itu, pesantren sendiri menjadi lembaga

pendidikan yang menampung anak-anak masyarakat bawah.Mereka tidak mampu

menikmati sekolah-sekolah umum, karena biaya yang harus dibayar amatlah mahal.43

Dari sisi santri terlihat beberapa fenomena yang unik, mulai dari pakaian,

kondisi kesehatan, prilaku, dan penyimpangan-penyimpangan yang mereka

lakukan.Cara berpakaian misalnya, umumnya para santri tidak bisa membedakan

                                                            42 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan”, (Jakarta:

Paramadina, 1997) hal. 90 43 Jamali, “Kaum Santri dan Tantangan Kontemporer”, (Bandung: Pustaka Hidayah) hal.

139

Page 152: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

69  

antara pakaian untuk belajar, dalam kamar, ke luar pondok pesantren, bahkan untuk

tidurpuntidak berbeda.Apakah ada kaitanyya dengan kesehatan atau tidak, tapi yang

pasti jelas penyakit kulit (kudis), sering diasosiasikan dengan para santri.Kemudian

menyangkut tingkah laku santri, sudah menjadi rahasia umum bahwa para santri

mengidap penyakit rasa rendah diri dalam pergaulan ketika harus bersosialisasi dengan

masyarakata luar mereka. Ada telihat ketidakkonsistenan dalam tingkah laku samtri ini

menurut Nurcholis Madjid, sebab untuk lingkungan intern mereka sangat liberal, ini

ditunjukkan dengan sikap termasuk pembicaraan mereka yang hamper-hampir

seenaknya. Tetapi, ketika mereka berhadapan dengan orang luar sikap ini tidak tampak.

Apalagi jika mereka berhadapan dengan “orang lain” (agama, ras, pandangan politik,

ataupun paham keagamaan yang berbeda).

Berkaitan dengan pergaulan santri ini juga, menurut Nurcholis Madjid,

sangatlah wajar dilakukannya penyimpangan oleh santri mengingat di pesantren tidak

diberlakukannya sistem pergaulan (sekedar pergaulan saja) dengan jenis kelamin lain.

Namun, barangkali hal tersebut jarang terjadi oleh karena beberapa factor: pertama,

pada umumnya para santri sangat menghayati nilai-nilai akhlak yang mereka pelajari

di pesantren. Kedua, para santri pada umumnya belum mencapai usia pubertas,

sehingga konsentrasi mereka hanya terfokus untuk mengaji dan ibadah. Walaupun ada

santri yang tingkat aliyah (sudah mencapai usia remaja), biasanya mereka secara tidak

langsung harus memperlihatkan pribadi yang baik (terpuji, panutan), mengingat

mereka adalah wakil kyai (asisten), atau guru bantu di pondok. Ketiga, para santri

sedikit sekali mendapat rangsangan dari luar, baik dari lawan jenis maupun rangsangan

lain seperti media masa, lingkungan dan lain-lain. Sebab, pergaulan para santri akan

dibatasi oleh lingkungannya sendiri.

Kyai adalah figur yang berperan sebagai penyaring informasi dalam memacu

perubahan di dalam pondok pesantren dan masyarakat seitarnya.Kedudukan kyai

adalah pemegang pesantren yang menawarkan agenda perubahan social keagamaan

Page 153: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

70  

baik yang menyangkut masalah interpretasi agama dalam kehidupan social maupun

perilaku keagamaan santri, yang kemdian menjadi rujukan masyarakat.44

Kyai, dalam sepanjang sejarah kepemimpinannya, rupanya berupaya

menginternalisasikan dan merefleksikan citra imam sebagaimana yang tercermin

dalam kaidah fiqih “tasharruful imam ala ar ra’iyyah manuutun bil maslahah”.Kyai

berupaya sungguh-sungguh menjadi pemimpin bagi dirinya, bagi keluarganya dan bagi

masyarakatnya.Tetapi kepemimpinan kyai itu dimana kemaslahatan menjadi tujuannya

terutama ditujukan bukan untuk keluarganya, apalagi dirinya, melainkan untuk

masyarakat yang dipimpinnya.45

Berkaitan dengan kepemimpinan pesantren, secara apologetic sering

dibanggakan bahwa kepemimpinan atau pola kepemimpinan pesantren adalah

demokratis, ikhlas, sukarela dan seterusnya.Anggapan seperti ini menurut Nurcholis

Madjid perlu dipertanyakan kebenarannya bila diukur dengan perkembangan jaman

sekaran ini. Untuk penelaahan lebih jauh Nurcholis Madjid mengemukakan beberapa

hal: pertama, karisma. Pola kepemimpinan karismatik sudah cukup menunjukkan segi

tidak demokratisnya, sebab tidak rasional.Apalagi jika disertai dengan tindakan-

tindakan yang bertujuan memelihara karisma tersebut.Seperti, jaga jarak dan

ketinggian dari para santri. Pola kepemimpinan seperti ini akan menghilanghkan

kualitas demokratisnya. Kedua, personal.Karena kepemimpinan kyai adalah karismatik

maka dengan sendirinya juga bersifat pribadi atau personal. Kenyataan itu mengandung

implikasi bahwa seorang kyai itu tidak mungkin digantikan orang lain serta sulit

ditundukkan kebawah rule of the game nya administrasi dan manajemen modern.

Ketiga, religiufeodalisme.Seorang kyai selain menjadi pemimpin agama sekaligus

merupakan traditional mobility dalam masyarakat feodal. Dan feodalisme yang

berbungkus keagamaan ini bila disalahgunakan akan jauh lebih berbahaya dari

                                                            44Abdurrahman Wahid, “Benarkah Kyai Membawa Perubahan Social? Pengantar dari

Buku Kyai dan Perubahan Social” hal. Xi-xx 45 Zainal Arifi Thoha, “Runtuhnya Singgasana Kyai”, (Yogyakarta: Kutub, 2003) hal292

Page 154: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

71  

feodalisme biasa. Keempat, kecakapan teknis. Karena dasar kepemimpinan kyai dalam

pesantren adalah seperti diterangkan diatas, maka dengan sendirinya factor kecakapan

teknis menjadi tidak begitu penting. Dan kekurangan ini menjadi salah satu sebab

pokok tertinggalnya pesantren dari perkembangan jaman.46

Kyai merupakan tumpuan pesantren, berkat tempaan pengalamannya

mendirikan pesantren sebagai realisasi cita-cita kyai, akhirnya timbullah corak

kepemimpinan yang sangat bersifat pribadi, yang berlandaskan pada penerimaan

masyarakat sekitar dan warga pesantrennya secara mutlak.Karena itu, ciri utama

penampilan kepemimpinannya kyai adalah watak kharismatik yang dimilikinya.47

Kyai memegang tongkat utama kepemipinan pesantren menurut mustajab

diatas kyai merupakan watak kharismatik yang dimiliki kyai tersebut.Dalam arti bahwa

pesantren yang di dirikan oleh kyai adalah merupakan kristalisasi corak pemikiran

pendirinya. Begitupun dalam menerima hal lain diluar pemahaman kyai tersebut

cenderung sulit, meskipun pada saat ini mulai bermunculan pesantren-pesantren yang

sudah terbuka dengan perkembangan dunia modern, seperti memasukkan Bahasa

inggris kedalam Bahasa sehari-hari dan lain sebagainya.

Disisi lain, elemen alumni santri juga salah satu factor ketidakmampuan

pesantren menjawab tantangan jaman. Nurcholis Madjid melihat, kendatipun institusi

pesantren mengklaim telah berhasil melahirkan wakil-wakilnya, kader-kadernya,

ataupun outputnya yang articulated, tetapi itu hanya terbatas untuk lingkungan sendiri.

Artinya, output tersebut tidak siap megisi kebutuhan pada institusi-institusi lain. Di

samping itu ada yang lebih ironis lagi di kalangan santri ada slogan tidak mau menjadi

pegawai negeri.Slogan ini merupakan sisa-sisa sikap isolatif dan non-kooperatif zaman

kolonial dulu.48Sama sekali tidak relevan untuk dipertahankan.Sikap non-kooperatif

                                                            46 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren”, (Jakarta: Paramadina, 1997)hal. 95 47 Mustajab, “Masa Depan Pesantren Telaah atas Model Kepemimpinan dan Manajemen

Pesantren Salaf”, (Yogyakarta: LKiS 2015) hal. 47 48 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren”, (Jakarta: Paramadina, 1997)hal. 96

Page 155: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

72  

yang diambil oleh para alumni pesantren sangan tidak relevan sekali dengan kondisi

sekarang ini.Hendaknya para alumni pesantren turut ambil bagian dalam

pembangunan.

Selanjutnya, segi yang dianggap positif dalam kehidupan pesantren adalah

semangat kesederhanaan.Namun, menurut Nurcholis Madjid dalam beberapa hal perlu

ditelaah kembali, bahkan dalam pesantren sendiri pengajaran ini kurang mendapat

tekanan dalam kurikulumnya.49

Kesederhanaan tidak dapat diukur secara kuantitas.Kesederhanaan adalah sikap

dan perilaku yang didasarkan pada kebutuhan, bukan pada keinginan.Bisa saja

seseorang memiliki beberapa mobil mewah karena memang mobil-mobil tersebut

dibutuhkan dan tentu saja karena orang tersebut memiliki kemampuan untuk

mengadakannya. Dengan kata lain, kesederhanaan mesti didasarkan pada kemampuan

dan kebutuhan, bukan pada keinginan.50

Jika saja khasanah keilmuan Islam klasik yang dimiliki pesantren dapat

dipotimalisasikan dengan sebaik-baiknya, pesantren jauh lebih baik kualitasnya dari

lembaga-lembaga pendidikan dalam bentuk lain. Tapi dengan miskinnya metodologi

dan apriorinya pesantren dengan dunia luar telah membuat potensi ini tidak berarti apa-

apa.

Beberapa persoalan diatas memperlihatkan jurang yang menganga antara dunia

pesantren di satu sisi dan alam real di sisi lain, padahal pesantren sendiri adalah bagian

dari dunia itu. Kesenjangan ini tidak jarang telah melahirkan dikotomi pada lembaga

pendidikan Islam. Pesantren yang bersifat “konservatif” lebih diidentikkan dengan

                                                            49Ibid, hal. 99 50 Wahyuni Nafis, “Pesantren Daar el Qolam, Menjawab Tantangan Zaman”, (Tangerang:

Daar el Qolam Press 2008) hal. 160

Page 156: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

73  

lembaga pendidikan tradisional, sedangkan lembaga pendidikan yang “mewarisi”

sistem colonial diklaim sebagai lembaga pendidikan modern.

Klaim didatas dalam beberapa kali barangkali dapat dibenarkan.Persoalanyya,

barangkali sistem pendidikan yang diklaim modern tersebut tidaklah akomodatif untuk

perkembangan zaman sekaran ini.Karena kenyataan menunjukkan bahwa pertumbuhan

ilmu pengetahuan yang tidak dilandasi dengan iman dan taqwa, tidak membawa

manfaat yang banyak.Bahkan tidak jarang sebaliknya, justru menumbulkan dampak

negatif dalam bentuk yang amat canggih.

Sementara itu, di sisi lain pesantren nampaknya juga perlu membenahi diri

dalam banyak hal agar dapat menjadi sistem pendidikan alternative di masa depan dan

berperan menciptakan dukungan social bagi perkembangan yang sedang berjalan.

Berangkat dari potensi lembaga tersebut (pesantren dan lembaga pendidikan

“modern”) serta belajar dari kekurangan masing-masing, agaknya pepaduan kedua

unsur itulah yang dijadikan sebagai model pendidikan alternative untuk menyongsong

Indonesia baru dengan mewujudkan masyarakat madani. Masyarakat yang memiliki

sumber daya manusia yang kaya iptek dan imtaq.

Setelah menelaah lebih jauh kritik Nurcholis Madjid terhadap dunia

pendidikan Islam tradisional dan mempelajari pikiran-pikiran serta gagasannya,

nampaknya Nurcholis Madjid berobsesi menciptakan suatu sistem pendidikan yang

memiliki keterpaduan antara unsur keislmaman, keindonesiaan dan keilmuan. Sistem

pendidikan terpadu ini diproyeksikan sebagai suatu alternatif untuk menuju masyarakat

madani. Untuk membuktikan tesis diatas, berikut ini akan dilihat konsep keterpaduan

dalam ketiga unsur tersebut.

1) Keislaman

Islam sudah termarginalkan dalam bangunan sistem pendidikan, karena ada

anggapan bahwa Islam sebagai penghambat kemajuan.Islam diklaim sebagai tatanan

Page 157: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

74  

nilai yang tidak dapat hidup berdampingan dengan sistem modern. Menurut Nurcholis

Madjid, Islam yang dipandang sebagai penyebab kegagalan dan keterbelakangan

adalah klaim-klaim warisan kolonial yang pada masa dahulu digunakan sebagai alat

untuk menghadapi sikap-sikap permusuhan non kooperatif kaum ulama, kyai,, dan

santrinya. Anggapan terhadap Islam sebagai musuh kemajuan dalam pandangan

Nurcholis Madjid berarti orang itu tidak memahami keuniversalan ajaran Islam. Oleh

sebab itu, penelaahan kembali terhadap ajaran nilai universalitas Islam amat diperlukan 51

Munculnya anggapan Islam sebagai agama yang menjadi penghambat

kemajuan jaman, tidak dapat berjalan beriringan Antara Islam dan arus perkembangan

zaman menurut Nurcholis Madjid itu disebabkan warisan colonial Belanda di masa lalu

dalam memerangi ulama, kyai dan santri yang melakukan perlawanan terhadap

colonial Belanda.

Ajaran Islam jelas menunjukkan adanya hubungan organik antara ilmu dan

iman.Hubungan organik itu kemudian dibuktikan dalam sejaran Islam klasik ketika

kaum muslimin memiliki jiwa kosmopolit yang sejati.Atas dasar kosmopolitanisme itu

umat Islam membangun membangun peradaban dalam arti yang sebenar-benarnya

yang juga berdimensi universal.52

Menurut Nurcholis Madjid anggapan Islam tidak dapat beriringan dengan arus

perkembangan jaman adalah bentuk kejumudan berfikir atau dalam bahasa lain bentuk

ketidak pahaman seseorang dalam memahami universalitas Islam, padahal Islam

adalah agama yang sesuai dengan ruang dan waktu. Agama yang bias fleksibel dalam

menerjemahkan ajaran agama yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kalau

dalam istilah Nurcholis Madjid Islam bukanlah sebuah monument baku yang statis tapi

                                                            51Nurcholis Madjid,”Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah

Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan” (Jakarta: Paramadina, 1998) hal. 92 52Ibid, hal. 24

Page 158: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

75  

Islam adalah agama yang dinamis yang memiliki kemampuan menyelaraskan diri

dengen perkembangan zaman.

Inilah yang memperkokoh nilai universalitas Islam yang meliputi unsur sejarah,

filsafat, sains, teologi dan tasawuf, sebagai tradisi keilmuan Islam klasik yang telah

menaruh perhatian pemikiran keislaman klasiknya dan disisi lain memberikan metode

modern baik untuk menelaah-menelaah penguasaan bahasa asing Arab-Inggris,

maupun untuk menyajikan dan mengemas pengetahuan secara ilmiah untuk dapat

dihadirkan ke dunia modern. Yasmadi mengutip pendapat Greg Barton dalam bukunya

tentang pendapatnya mengenai pondok modern gontor, bahwa Gontor menghadirkan

perpaduan yang liberal, yakni tradisi belajar klasik dengan gaya modern Barat.

Kepustakaan Arab klasik yang merupakan kurikulum untuk setiap pesantren-pesantren

ternyata juga diajarkan di Gontor, tetapi diberikan dalam praktik pengajaran modern.53

Berdasarkan ungkapan diatas, agaknya konsep awal Nurcholis Madjid dalam

memodernisasi pendidikan berangkat dari sistem pendidikan Gontor sebagai

model.Tetapi, lebih jauh lagi sistem pendidikan yang digagas Nurcholis Madjid adalah

untuk memadukan unsur keislaman, keindonesiaan dan kelimuan.Hal ini sesuai dengan

platform pembaharuan Nurcholis Madjid sendiri yaitu keindonesiaan, keislaman dan

kemodernan.

Setelah menelaah lebih jauh kritik Nurcholis Madjid terhadap dunia pendidikan

Islam tradisional dan mempelajari pikiran-pikiran serta gagasannya, nampaknya

Nurcholis Madjid berobsesi meciptakan suatu sistem pendidikan yang memiliki

keterpaduan antara unsur keislaman, keindonesiaan dan keilmuan. Sistem pendidikan

terpadu ini diproyeksikan sebagai suatu alternatif untuk menuju masyarakat madani.54

                                                            53 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 123 54Ibid, hal. 124

Page 159: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

76  

Aktualisasi terhadap pemahaman agama dengan mengaitkannya dengan

disiplin ilmu lain dalah salah satu gagasan Nurcholis Madjid dalam reaktualisasi

pemahaman agama melalui kitab-kitab klasik. Hematnya dalam memahami kitab

klasik yang didorong oleh pemahaman gramatika bahasa Arab nampaknya harus

dimanfaat kan untuk menggali sedalam-dalamnya pemahaman keagamaan, karena

menurut Nurcholis Madjid banyak alumni pesantren yang mumpuni di dalam

gramatika bahasa Arab tetapi lemah dalam fiqh atau cabag-cabang ilmu yang lainnya.

Ini menandakan bahwa pemahaman gramatika bahasa Arab tidak melulu berbading

lurus dengan pemahaman agama secara luas.

Untuk melihat kembali kitab-kitab lama “klasik” dan menyikapi agar tidak

terjadinya kemiskinan intelektual atau dalam istilah Nurcholis Madjid kehilangan jejak

riwayat intelektualisme Islam.55

Menurut Nurcholis Madjid, inilah salah satu kelemahan dan akibat dari

pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah, sehingga menimbulkan kesenjangan

intelektual. Jejak pemahaman mereka terhadap Islam tidak lengkap.Mereka memahami

Islam dari kaum orientalis, bukan khasanah Islam yang ada.Tidak timbul lagi wacana

kreatif untuk mempelajari “kitab-kitab lama” sebagai warisan intelektual

Islam.Padahal khasanah keislaman terdapat dalam kitab-kitab itu, jadi perlu suatu fase

reorientasi tradisi.56

Satu kelemahan pesantren pada masa kini menurut Nurcholis Madjid dalam

mengkritisi pembaharuan yang dilakukan organisasi Muhammadiyah itu malah

menciptakan kesenjangan intelektual, yang mana dalam memahami suatu teks agama

terbilang letterlek. Pemahaman yang seperti itu nampaknya tidak sesuai dengan zaman

ini, sebab konteks akan selalu berubah dan teks akan cenderung statis jadi bukan

                                                            55Nurcholis Madjid,”Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah

Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan” (Jakarta: Paramadina, 1998) hal. 65 56 Yasmadi, “Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional”, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 124

Page 160: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

77  

mengubah teksnya tetapi mengubah konteksnya. Melihat konteks kekinian dalam

memahami suatu teks agama.

Oleh sebab itu, menurut Nurcholis Madjid, di Indonesia sering didengungkan

tentang perlunya para sarjana keislaman mengenal apa yang disebut “kitab kuning”.

Seruan itu adalah penyederhanaan dari rasa kesadaran dan keperluan kepada sikap-

sikap yang lebih apresiatif terhadap warisan intelektual Islam sendiri.Apresiasi yang

dikehendaki terhadap kitab kuning bukanlah jenis apresiasi doktrinal dan dogmatik,

melainkan jenis intelektual-akademik.Selain itu juga diharapkan secara wajar

mengapresiasikan warisan intelektual dari luar Islam sejalan dengan petunjuk agama

sendiri dalam hal sikap terhadap ilmu pengetahuan dari manapun datangnya.57

Sikap terhadap kedua kutub warisan intelektual itupun mengindikasikan

pengitegrasian keilmuan dalam wacana pendidikan Islam.Selanjutnya, pada tataran

yang lebih tinggi lagi bidang filsafat belum mendapat tempat dalam pendidikan Islam,

sehingga kedalaman ilmu seseorangdalam Islam selalu diukur sejauh mana

pengetahuannya terhadap fiqh, sebagai akibat dari fiqh oriented. Reorientasi ini telah

diupayakan oleh Nurcholis Madjid melalui Yayasan Wakaf Paramadina sebagai suatu

alternatif menghadirkan Islam di alam modern.

Tinggal lagi persoalan yang melihat dunia pendidikan sekarang adalah

merumuskan kajian epistimologi ilmu-ilmu umum yang masih kabur, kemudian

merumuskan metodologi dalam mengajarkannya di dunia pendidikan Islam secara

umum.Azyumardi Azra misalmnya mengangkat kasus Al-Azhar.Pengalaman Al-

Azhar dalam mengintegrasikan antara bidang ilmu-ilmu umum dengan ilmu-ilmu

agama tersebut boleh dikatakan kurang berhasil.Ada hambatan-hambatan tertentu,

misalnya berkaitan dengan persoalan dikotomi konseptual ketika fakultas-fakultas

umum dimasukkan ke Al-Azhar, tidak disertai dengan perumusan epistimologi yang

jelas.Misalnya saja, bagaimana ilmu-ilmu eksakta diajarkan kepada mahasiswa dalam

                                                            57 Nurcholis Madjid, “Kaki Langit Peradaban Islam”, (Jakarta: Paramadina,1997) hal. 157

Page 161: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

78  

kerangka atau visi Islam, bagaimana memberikan warna Islam terhadap ilmu yang

bersifat umum.58

Gagasan serupa juga nampaknya memiliki substansi yang sama bahwa konsep

epistimologi keilmuan umum tersebut belum kongkrit dalam wacana pendidikan Islam.

Konsep dasar yang dimunculkan Nurcholis Madjid hanya sebatas bagaimana

mendapatkan kembali ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam daerah pengawasan

nilai agama, moral dan etika.Karena pada prinsipnya, asal mula semua cabang ilmu

pengetahuan adalah berpangkal pada ilmu agama. Ketika para intelektual muslim

mampu mengembangkan dan mengislamkan ilmu pengetahuan modern itu, dunia

Islam akan dapat mencapai kemakmuran dalam berbagai bidang, seperti yang

dicontohkan pada masa Islam klasik. Saat ini, umat Islam hanya dapat menyaksikan

bekas-bekasnya saja.Buktinya sampai sekarang banyak sekali istilah-sitilah teknis

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern barat yang berasal dari bahasa

Arab.Sebagai indikator, terdapat akar-akar Islam bagi ilmu pengetahuan dan teknologi

modern.Peradaban Islam mempengaruhi barat tidak hanya dalam bidang iptek, tetapi

juga dalam bidang peradaban pada umumnya, maka dapat ditemukan pula berbagai

istilah Inggris pinjaman dari bahasa Arab dan Persia.59

Menurut Nurcholis Madjid kemajuan teknolohgi sekarang ini yang cenderung

bermunculan dari dunia Barat adalah berasal dari Islam, kemajuan teknologi, al jabar,

ilmu kesehatan dan lain sebagainya merupakan peninggalan kejayaan Islam di masa

klasik. Yang merupakan buah dari tidak adanya dikotomi Antara ilmu agama dan ilmu

umum, sehingga semangat mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dikala itu melonjak

tinggi. Seiring kekalahan kerajaan Islam yang Berjaya dimasa klasik umat Islam

mengalami kemunduran yang sangat signifikan akibat penguasaan ilmu-ilmu yang

                                                            58 Azyumardi Azra,”Rekonstruksi Kritis Ilmu dan Pendidikan Islam”, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998), hal. 82 59 Nurcholis Madjid, “Kaki Langit Peradaban Islam” (Jakarta: Paramadina,1997) hal. 72

Page 162: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

79  

telah ditemukan ilmuan muslim oleh Barat. Dan imbasnya kini umat Islam hanya dapat

menonton arus perkembangan teknologi yang tak dapat terbendung yang padahal itu

merupakan bagian dari Islam.

Dengan menyadari kondisi umat Islam, dimana tingkat pendidikan modern

rata-rata diseluruh dunia, masih lebih rendah dari bangsa-bangsa lain, maka untuk

menuju ke arah masa depan yang lebih baik Nurcholis Madjid menyerukan kepada

umat Islam dalam merespon tantangan zaman itu harus terlebih dahulu dengan

menangkap pesan dalam kitab suci. Kemudian secara kritis mempelajari sosok ilmu

pengetahuan yang dihasilkan oleh modernitas.Upaya ini merupakan salah satu upaya

untuk menemukan kembali pengetahuan baru yang merupakan tujuan sejati intelektual

Islam.60

Pemahaman substansial terhadap teks Al-Qur’an nampaknya menjadi kunci

umat Islam dapat menjawab tantangan dunia modern. Sebab pemahaman substansi

terhadap suatu teks adalah modal awal bagaimana kontekstualisasi ajaran agama Islam

dapat terus berjalan beriringan, sehingga hilangnya image bahwa Islam adalah

hambatan kemajuan zaman akan semakin tergerus sebab kesadaran umatnya bahwa

Islam adalah agama yang dinamis.

2) Keindonesiaan

Lebih jauh lagi, modernisasi pendidikan yang dimaksud diharapkan mampu

menciptakan suatu lembaga pendidikan yang mempunyai identitas kultural yang lebih

sejati sebagai konsep pendidikan masyarakat Indonesia baru yang didalamnya juga

akan ditemukan nilai-nilai universalitas Islam yang mampu melahirkan suatu

peradaban masyarakat Indonesia masa depan. Di sisi lain, lembaga ini juga mencirikan

keaslian Indonsia, karena secara kultural terlahir dari budaya Indonesia yang asli.

                                                            60 Nurcholis Madjid, “Islam doktrin dan Peradaban”, (Jakarta: Paramadina, 1995) hal. 485

Page 163: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

80  

Konsep ini agaknya yang relevan dengan konsep pendidikan untuk menyongsong

masyarakat madani.61

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa Nurcholis Madjid

mengidentifikasi kelebihan pesantren adalah bahwa pesantren merupakan lembaga

pendidikan asli Indonesia.Sehingga dalam menyikapi perkembangan dunia global

pesantren harus selalu mempertahankan jati dirinya yaitu Indonesia, dalam rangka

merawat jati diri tersebut pesantren harus selalu membawa nuansa budaya asli

Indonesia dan merawat tradisi tersebut. Menurut Nurcholis Madjid pesantren perlu

mendesain pengajaran ataupun kultur yang ada didalamnya sehingga tidak hilang

nuansa keindonesiaannya meskipun terus menyesuaikan diri dengan dunia global,

sebab itulah yang menjadi nilai plus pesantren.

Obsesi Nurcholis Madjid adalah mengupayakan modernisasi dengan tegas dan

jelas berlandaskan platform kemodernan yang berakar dalam keindonsiaan dengan

dilandasi keimanan. Sehingga dalam satu kesempatan diskusi dan peluncuran buku

Masa Lalu yang Membunuh Masa Depan: Krisis Agama Pengetahuan dan Kekuasaan

dalam Kebudayaan Teknokrasi karya Yudi Latief di Jakarta, Nurcholis Madjid sekali

lagi mengingatkan, ketika bangsa gagal memahami masa lalu, maka yang akan terjadi

adalah kemiskinan intelektual.62

Oleh karena itu, berkaitan dengan upaya modernisasi pendidikan Indonesia,

terbuka peluang kembali untuk melirik lembaga pesantren sebagai institusi pendidikan

yang lahir dari budaya Indonesia yang asli.

Sistem pendidikan kolonial yang jauh berbeda dengan sistem pendidikan

pesantren sangat tidak tepat untuk dijadikan model bagi pendidikan masa depan dalam

rangka menyongsong Indonesia baru yang berdimensi keislaman, keindonesiaan dan

                                                            61 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 127 62 Jangan tinggalkan masa lalu 25 juni 99

Page 164: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

81  

keilmuan. Sejak awal kemunculannya sistem pendidikan kolonial hanya terpusat pada

pengetahuan dan keterampilan dunawi yaitu pendidikan umum.63

Komitmen Nurcholis Madjid dalam memodernisasi dunia pendidikan Islam

Indonesia adalah kemodernan yang dibangun dan berakar dari kultur Indonesia serta

dijiwai dengan semangat keimanan. Maka untuk merekonstruksi institusi pendidikan

tersebut perlu mempertimbangkan sistem pesantren yang mempertahankan tradisi

belajar kitab klasik ditunjang dengan upaya internalisasi unsur keilmuan

modern.Pesantren dijadikan sebagai moderl awal, sebab disamping sebagai warisan

budaya Indonesia, pesantren juga menyimpan potensi kekayaan khazanah Islam klasik

yang terletak pada tradisi belajar kitab kuningnya.

Pesantren diharapkan dapat memberikan responsi atas tuntutan era mendatang

yang meliputi dua aspek, universal dan nasional.Aspek universal yaitu pengetahuan

dan teknologi.Sedangkan dalam skala nasional yaitu pembangunan di

Indonesia.Pesantren dinilai mampu menciptakan dukungan sosial bagi pembangunan

yang sedang berjalan.Sebab, pembangunan adalah suatu usaha perubahan

sosial.Tujuannya adalah perbaikan dan peningkatan kehidupan secara

keseluruhan.Meskipun urgensi awalnya adalah tersirat dalam semboyan “cukup

sandang, pangan dan papan” tetapi, kaitannya luas sekali, seperti masalah perubahan

sikap mental masyarakat dari agraris menjadi industri, pendiptaan kesempatan kerja

seimbang dengan pertumbuhan tenaga kerja yang ada, masalah demografis, masalah

motivasi, juga menyangkut kondisi sosial masyarakat.64

Atas dasar pertimbangan itu Nurcholis Madjid memikirkan bahwa

kemungkinan pola pesantren menjadi pola pendidikan nasional.Kemungkinan ini

diperbesar dengan munculnya anggapan bahwa sistem pendidikan yang kini secara

                                                            63 Karel A Stenbrink, “Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun

Moderen” (Jakarta: LP3ES, 1986), hal. 24 64Karel A Stenbrink, “Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun

Moderen” (Jakarta: LP3ES, 1986), hal. 87

Page 165: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

82  

resmi berlaku adalah warisan pemerintah Belanda, sebab masih mengancung ciri-ciri

kolonial.Sistem pendidikan ini tentunya bukan pilihan yang tepat dan layak diterapkan

di bumi Indonesia.65

3) Keilmuan

Persoalan mendasar yang terjadi hampir merata di dunia pendidikan kaum

muslim kontemporer adalah terpisahnya lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki

konsentrasi dan orientasi yang berbeda. Ada lembaga yang menitikberatkan

orientasinya pada “ilmu-ilmu modern” dan disisi lain ada lembaga yang hanya

memfokuskan diri pada “ilmu-ilmu tradisional”. Realitas kelembagaan pendidikan ioni

dikenal dengan dualisme pendidikan.

Modernisasi pendidikan yang digagas oleh Nurcholis Madjid pada prinsipnya

menghilangakan dualisme pendidikan tersebut.Kedua bentuk lembaga itu sama-sama

memiliki sisi positif yang patut dikembangkan dan juga memiliki sisi negatif yang

harus dibuang dan ditinggalkan. Usaha modernisasi Nurcholis Madjid tertuju pada

upaya untuk mengkompromikan kedua lembaga ini dengan memadukan sisi baik

antara keduanya, sehingga pada gilirannya akan melahirkan sistem pendidikan yang

ideal. Nurcholis Madjid menyebutnya dengan sistem pendidikan Indonesia menuju

arah titik temu atau konvergensi.66

Upaya menghilangkan dualisme pendidikan tersebut tidak terlepas dari usaha

menghilangkan dikotomi keilmuan saat sekarang.Sebab, mengakarnya paham

dikotomi keilmuan amat berpengaruh pada dinamika umat Islam itu sendiri. Pada masa

kejayaan Islam, hampir tidak terlihat adanya dikotomi keilmuan antara ilmu umum dan

ilmu keislaman .perkembangan ilmu pengetahuan berjalan demikian pesatnya, meliputi

agama, bahasa, sejarah, aljabar, fisika, kedokteran, dan lain-lain. Tokoh-tokoh seperti

                                                            65Ibid, hal. 87 66 Nurcholis Madjid, “TradisiIslam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan

Indonesia”, (Jakarta: Paramadina, 1997) hal. 22

Page 166: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

83  

Al-Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan Al-Shafa, dan lain-lain menyadari bahwa kesempurnaan

manusia hanya akan terwujud dengan penyerasian antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-

ilmu keislaman, sebagai satu bagian yang tak terpisahkan dalam komponen keilmuan

dalam Islam.

Dengan demikian, sistem pendidikan baru yang digagas Nurcholis Madjid ini

mengacu pada perpaduan kedua disiplin ilmu tersebut. Pemikiran Nurcholis Madjid

tersebut tertuju pada upaya untuk memasukkan kurikulum umum yang selama ini

diterapkan di dunia pendidikan umum ke dalam pendidikan Islam yang memiliki

kirukulum tersendiri, sehingga yang akan terjadi nantinya kombinasi dua bentuk unsur

keilmuan dalam skala utuh. Meskipungagasan ini masih terlihat belum kongkrit sebab

apakah mengacu pada sistem pendidikan terpadu dengan menggunakan kurikulum

penuh atau hanya sekedar memberikan label Islam terhadap ilmu-ilmu umum, namun

yang jelas obsesi Nurcholis Madjid adalah dengan perpaduan kedua unsur keilmuan

diharapkan lahir manusia-manusia yang memiliki kekayaan intelektual, baik wawasan

keislaman maupun wawasan kekayaan sains modeern. Inilah yang menjadi sasaran dan

tujuan pendidikan Islam yang tercermin dalam penyusunan kurikulum.67

Latar belakang munculnya gagasan memadukan unsur keilmuan dalam

modernisasi pendidikan Islam yang dilontarkan Nurcholis Madjid dapat dilihat dari dua

faktor.Pertama, berangkat dari ketidakpuasan yang berlebihan terhadap lembaga

pendidikan yang selama ini hanya bergerak di bidang “ilmu-ilmu umum”.Pendidikan

dalam bentuk ini akhirnya melahirkan tenaga-tenaga terampil dalam disiplin keilmuan

umum, bahkan tidak jarang menguasai iptek, namun memiliki jiwa yang kosong dari

nilai-nilai moral.Sehingga peradaban yang diciptakan adalah peradaban yang tanpa

dibarengi oleh nilai-nilai religius.

                                                            67 Jalaludin dan Utsman, “Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan

Perkembangan”,(Jakarta:Raja Grafindo, 2007)hal.43

Page 167: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

84  

Disisi lain, munculnya ide dan gagasan ini tidak terlepas dari latar belakang

background pendidikan Nurcholis Madjid sendiri. Selaku seorang modernis yang

liberal, demokratis dan liberal, Nurcholis Madjid adalah produk dari dua sistem

pendidikan yang berbeda kutub.Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa sisi-sisi

kelebihan dan kekurangan pada kedua bentuk lembaga ini telah dirasakan Nurcholis

Madjid sebelumnya, sehingga sikap kekecewaan dan kritik yang dilontarkannya adalah

suatu refleksi dari pengalaman belajarnya.

Bila dilihat secara mendalam, kekecewaan Nurcholis Madjid di atas juga

merupakan tampilan atas kekurangan yang diperlihatkan oleh lembaga pendidikan

umum. Mereka yang telah menempuh jenjang ini pada gilirannya hanya melahirkan

pribadi yang pincang.Mereka mengklaim dirinya sebagai orang yang modern dan maju

ketika mereka menempuh jenjang pendidikan umum dan tidak pernah berkenalan

dengan Islam secara lebih komprehensif seperti yang terjadi pada orang Turki.

Oleh sebab itu, konsep keterpaduan (keislaman, keindonesiaan, dan keilmuan)

diatas, merupakan solusi Nurcholis Madjid dalam rangka menyikapi munculnya split

personality, sebagai akibat dari tidak kompleksnya unsur keilmuan dalam pendidikan.

Konsep tersebut pada dasarnya juga merupakan usaha untuk mengkompromikan sistem

pendidikan modern dengan sistem pendidikan tradisional.

Sebaliknya, Nurcholis Madjid nampaknya juga menaruh kekecewaan yang

amat mendalam pada golongan Islam tradisionalis yang masih melestarikan semangat

non-kooperatif masa lalu terhadap kaum kolonial. Masih mengakarnya semangat ini

dapat dilihat dari sikap kaum tradisionalis yang tidak menyetujui bahkan sama sekali

tidak dapat menerima hal-hal yang beru atau ilmu-ilmu modern. Sikap mereka ini

berimplikasi terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional yang berada

dibawah naungan mereka. Segala yang berbau modern masih diklaim sebagain warisan

kaum kolonial, sehingga kurikulum yang dipergunakan sama sekali terlepas dari ilmu-

Page 168: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

85  

ilmu modern tersebut. Padahal sikap memusuhi hal-hal baru di masa lalu itu sendiri,

menurut Nurcholis Madjid adalah faktor psikologi politik semata.

Akhirnya, rumusan tentang konsep keterpaduan di atas menuntut usaha yang

serius untuk merealisasikannya dalam dunia pendidikan Islam Indonesia.Walaupun

secara eksplisit Nurchlis Madjid tidak menyebutkan menata suatu administrasi

pendidikan yang rapi, namun munculnya ide membangun suatu konsep pendidikan

alternatif sebagai titik temu atau konvergensi dari dualisme pendidikan yang ada

mengharuskan penataan secara administratif.

Nurcholis Madjid dalam hali ini mengisyaratkan bahwa untuk menopang

penataan dan pembenahan sistem pendidikan pesantren dituntut keseriusan dalam

penggarapan yang diikuti dengan kejelasan program, penggunaan metode yang

komprehensif, kecakapan pelaksanaan, dan kelengkapan sasarannya.68

Konsep yang dilontarkan Nurcholis Madjid tersebut paling tidak menuntut

suatu ketegasan sikap bahwa mengadopsi ilmu pengetahuan modern itu amat

diperlukan pada saat ini. Sebab pada gilirannya usaha ini akan menumbuhkan sikap

kompromistis umat Islam terhadap dikotomi keilmuan yang ada dengan jalan

menghilangkan sikap mental yang memusuhi sains modern, sebagai pengaruh dari

sikap non-kooperatif masa lampau, ini diharapkan lahirnya output pendidikan yang

liberal, dengan sendirinya dapat mengubah orientasi pendidikan Islam.

Konsep modernisasi pendidikan lebih mengedepankan aspek keterpaduan

ketiga dimensi di atas dengan landasan historis dan filosofisnya.Dalam paradigma

pemikiran Nurcholis Madjid, landasan modernisasi pendidikan Islam berangkat dari

khasanah kejayaan masa Islam klasik.

 

                                                            68 Nurcholis Madjid, “Bilik-bilik Pesantren”, (Jakarta: Paramadina, 1997) hal. 13

Page 169: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

86  

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kondisi objektif pesantren menurut Nurcholis Madjid kurang memiliki peranan dalam

merespon perkembangan zaman karena sistem pendidikan pesantren tradisional hanya

menitikberatkan kepada pengajaran agama saja. Menurut Nurcholis Madjid kondisi tersebut

amat terbelakang dan tertinggal sehingga tidak mampu menjawab berbagai tantangan zaman.

Sehingga pesantren kurang dapat mengikuti arus perkembangan jaman sebab pada jaman

sekarang ini diperlukan generasi-generasi muda yang cakap akan pemahaman terhadap ilmu

pengetahuan dan teknologi. Sementara, pendidikan pesantren yang berkembang di Indonesia

masih ditemukan sikap antipati terhadap perkembangan jaman. Nurcholis Madjid menganggap

bahwa pesantren jangan menutup diri dari arus perkembangan jaman dan tidak

mendikotomikan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu umum, keduanya harus berjalan beriringan.

2. Ide-ide Nurcholis Madjid dalam modernisasi pendidikan pesantren terletak pada kurikulum

yang digunakan belum seutuhnya mewakili kebutuhan masyarakat pada umumnya. Belum

adanya integrasi antara ilmu agama dengan ilmu umum. Keduanya adalah hal yang saling

berkaitan, akan sangat saling melengkapi manakala pemahaman ilmu agama dilengkapi

dengan pemahaman ilmu pengetahuan umum, sehingga keduanya merupakan satu kesatuan

yang tak bisa terpisahkan. Kurikulum pesantren yang di gagas oleh Nurcholis Madjid adalah

bagaimana pesantren meniadakan jurang pemisah antara ilmu pengetahuan agama dengan

ilmu pengetahuan umum. Iklim pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik

manusia pada umumnya adalah menciptakan suasana belajar yang interaktif dimana murid

dapat dengan leluasa 

 

Page 170: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

87  

 

1. mengekspresikan pendapatnya sehingga para murid di pesantren memiliki daya nalar kritis.

Juga yang menjadi perhatian Nurcholis

Madjid dalam tata kelola pesantren dalam struktural dan manajerial pesantren, pesantren

diharapkan tidak terpaku kepada satu figure hendaknya menyusun divisi-divisi yang

mendukung kegiatan dan perkembangan para santri seperti divisi pengajaran, pengasuhan,

kesehatan, teknologi informasi, tata usaha dan ekstrakurikuler santri. Dan dalam menyiapkan

sarana dan prasarana pesantren perlu melakukan perbaikan sarana dan prasarana untuk para

santri yang memadai dan memenuhi aspek kebersihan, keteraturan, lengkap dan terintegrasi.

2. Pesantren menurut Nurcholis Madjid merupakan produk asli Indonesia yang tidak dimiliki

Negara lainnya itulah nilai lebih pesantren, sehingga pembaharuan-pembaharuan dalam

pendidikan pesantren harus terus dilakukan dengan tetap merawat tradisi-tradisi khas pesantren

dan merespon modernisasi dunia global.

B. Saran-saran

Berdasarkan temuan tersebut disarankan:

1. Kepada para peneliti hendaknya mengkaji lebih dalam gagasan-gagasan Nurcholis Madjid

dalam hal yang lain, yang menimbulkan stigma negative di masyarakat luas agar mengerti

landasan filosofis gagasan-gagasannya.

1. Kepada para praktisi pendidikan agar dapat membuka terhadap perkembangan jaman dan

selalu memperbaharui kemampuan dan pengetahuan sesuai dengan perkembangan jaman.

2. Kepada pesantren harus dapat mempertahankan tradisi-tradisi yang baik, dan mengambil

aspek-aspek modernisasi yang lebih baik lagi. Dan tidak menutup diri dari perkembangan

jaman. Menggunakan metodologi pembelajaran aktif pada santri dan membekali mereka

dengan banyak ragam keilmuan baik pengetahuan umum maupun teknologi. Juga selektif

mencermati gagasan Nurcholis Madjid tersebut karena pastinya ada beberapa hal yang

memang masih relevan dan sudah tidak relevan lagi, mengingat gagasan ini lahir pada decade

70-80-an.

C. Kata Penutup

Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.Penelitian tentang gagasan Nurcholis Madjid yang berkaitan dengan modernisasi pendidikan

Page 171: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

88  

 

pesantren ini masih jauh dari kata sempurna.Karena penelitian ini hanya menitik beratkan kepada

pemikiran Nurcholsi Madjid dalam pembaharuan pendidikan pesantren saja yang masuk dalam

kategori sejarah pemikiran pendidikan Islam Indonesia dengan metode liblary research yaitu

dengan penilitian dari karya-karya Nurcholis Madjid dan karya pendukung lainnya dengan kajian

pustaka. Mengingat pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengandung banyak aspek

didalamnya seperti secara sosiologis, historis dan lain sebagainya yang perlu kajian lebih

komprehensif.

Kajian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan tentang sejarah

perkembangan pemikiran pendidikan Islam Indonesia, dan mencoba mengingatkan bahwa

Indonesia pernah memiliki tokoh yang banyak memberikan gagasan baru dalam sistem pendidikan

pesantren, sehingga kedepan kita sebagai penerus bangsa terus berupaya memperkaya diri dengan

berbagai pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam kehidpan sehari-hari demi menciptakan

kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.

Dengan hadirnya skripsi ini diharapkan dunia pesantren bisa terus berkembang dan

memberikan kontribusi demi kemajuan bangsa Indonesia khususnya dan untuk dunia global pada

umumnya dengan tetap mempertahankan jati dirinya sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia

tetapi memberikan banyak pengaruh bagi perkembangan dunia sehingga dapat terwujudnya Islam

rahmatan lil alamiin.

 

Page 172: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

89  

DAFTAR PUSTAKA

AF, Ahmad Gaus.Api Islam: Nurcholis Madjid Jalan Menuju Hidup Seorang Visioner,

Jakarta: Kompas, 2010.

Arief, Armai.Pesantren di Tengah Modernisasi dan Perubahan Sosial Jakarta: CRSD

PRESS, 2005.

Arief, Armai.Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD, 2005.

Artikel Nurcholis madjid, yang di bukukan oleh Jakarta:LP3S, 1998

Azra, Azyumardi.Rekonstruksi Kritis Ilmu dan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998.

Baharuddin. Dikotomi Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Bawani, Imam.Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam. Surabaya: al ikhlas 1993.

Bernadib, Imam.Filsafat Pendidikan (Sistem dan Metode). Yogyakarta: Andi Offset,

1997.

Buchori, Mochtar.Spektrum Problematika Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta:

Tiara Wacana Yogya. 1994.

Chalid, Ndan Abu Ahcmadi.Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Dahri, Harapandi.Modernisasi Pesantren, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan

Agama

Dhofier. Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.

Jakarta: LP3ES, 1985.

Fadjar Ahmad Malik. Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bogor: Mizan, 1999.

Page 173: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

90  

Haedari ,Amin.Transformasi Pesantren. Jakarta: Lekdis dan Media Nusantara, 2006.

Ismail SM., dkk.Paradigma Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Pelajar, 2001.

Ismail, Faisal.Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997.

Jalaludin dan Utsman. Filsafat pendidikan islam konsep dan perkembangan.

Jakarta:Raja Grafindo, 2007.

Jamali.Kaum Santri dan Tantangan Kontemporer.Bandung: Pustaka Hidayah. 2012

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

2014

Kurniawan, Syamsul. Pemikiran Pendidikan Islam Soekarno. Jakarta: Samudra Biru,

2016.

Madjid, Nurcholis.Bilik-bilik pesantren. Jakarta: Paramadina, 1997.

_______________Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan Jakarta: Paramadina,

1998.

_______________ Islam doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina, 1995.

_______________ Kaki Langit Peradaban Islam. Jakarta: Paramadina,1997.

_______________ TradisiIslam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan

Indonesia. Jakarta: Paramadina, 1997.

Mahmud. Model-model Pembelajaran di Pesantren. Tangerang: Mitra Fajar Indonesia,

2006.

Mastuhu. Dinamika Sisten Pendidikan Pesantren. Jakarta: Langit Biru, 1994

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

1994.

Page 174: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

91  

Mustajab. Masa Depan Pesantren Telaah atas Model Kepemimpinan dan Manajemen

Pesantren Salaf. Yogyakarta: LKiS 2015.

Nafi M, Dian dkk. Praksis Pembelajaran Pesantren,Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi

Aksara, 2007.

Nafis, Wahyuni. Pesantren Daar el Qolam, Menjawab Tantangan Zaman. Tangerang:

Daar el Qolam Press 2008.

Nasution, Harun.Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,

Jakarta: Bulan Bintang, 1982.

Nata, Abuddin.Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2003

_______________ Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,Jakarta: Kencana

Predana Media Group, 2014

_______________ Tokoh-tokoh pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005.

. Inovasi Pendidikan Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2016.

Qomar, Mujamil. Pesantren : Dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi

Institusi. Jakarta: Erlangga, 2008.

Saridjo, Marwan. Cak Nur: diantara Sarung dan Dasi. Jakarta: Yayasan Ngali Aksara,

2005.

Siradj, Said Aqil dkk.Pesantren Masa Depan, Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.

Soebahar, Abdul Halim.Modernisasi Pesantren. LKiS: Yogyakarta, 2013.

Page 175: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

92  

Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1996.

Stenbrink, Karel.Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun

Moderen. Jakarta: LP3ES, 1986.

Sudijono, Anas.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan

R&D. Bandung: CV. Alfabeta, 2008.

Sukmadinata, Nana Syaodih.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Sutrisno. Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern. Yogyakarta: Perpustakaan

Nasional, 2015.

Susanto, A. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2009

Tafsir Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2002.

Thoha, Zainal Arifin.Runtuhnya Singgasana Kyai. Yogyakarta: Kutub, 2003.

Wahid, Abdurrahman.Benarkah Kyai Membawa Perubahan Social? Pengantar dari

buku kyai dan perubahan social, 1987.

_______________ Menggerakan Tradisi: Esei-esei Pesantren, Yogyakarta: LKiS,

2001.

Yasmadi. Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional. Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Yunus, Mahmud.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber

Widya, 1962.

Page 176: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

93  

Zarkasyi, Abdullah Syukri.Gontor dan Pembaharuan Pendidikan PesantrenJakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005.

 

 

Page 177: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

Page 178: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional

 

Page 179: MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42172/1/... · D. Kelemahan dan Kelebihan Pesantren ... yaitu pendidikan Islam tradisional