Modernisasi dan Industrialisasi di Pedesaan
-
Upload
wendi-irawan-dediarta -
Category
Documents
-
view
625 -
download
1
description
Transcript of Modernisasi dan Industrialisasi di Pedesaan
PEMBAHASAN
Modernisasi Pedesaan
Menurut Soerjono Soekanto modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang
terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian
sebagai berikut.
a. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
b. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup
masyarakat.
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat
tertentu, yaitu sebagai berikut.
Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat
Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu
lembaga atau badan tertentu.
Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat-alat komunikasi massa.
Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak
berarti pengurangan kemerdekaan.
Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
Di Indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek kehidupan
masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan, maupun sosial budayanya.
Salah satu bentuk modernisasi di bidang pertanian adalah dengan adanya teknik-teknik
pengolahan lahan yang baru dengan menggunakan mesin-mesin, pupuk dan obat-obatan,
irigasi teknis, varietas-varietas unggulan baru, pemanenan serta penanganannya, dan
sebagainya. Semua itu merupakan hasil dari adanya modernisasi. Pada gambar berikut
terlihat adanya kemajuan atau modernisasi dalam hal pemanenan hasil pertanian.
Pada gambar (a) terlihat bahwa pengolahan hasil panen masih dilakukan secara manual; pada
gambar (b) terlihat bahwa petani setempat mulai menggunakan teknologi sederhana dalam
pengolahan hasil panennya; dan pada gambar (c) terlihat bahwa proses pemanenan dan
pengolahan hasil panen dilakukan dengan menggunakan alat pertanian yang canggih
sehingga proses pemanenan dan pengolahannya dapat dilakukan sekaligus. Berbagai bidang
tersebut dapat berkembang melalui serangkaian proses yang panjang sehingga mencapai
pola-pola perilaku baru yang berwujud pada kehidupan masyarakat modern.
Dampak Modernisasi di Indonesia Saat Ini
Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia selama ini juga tidak lepas
dari pendekatan modernisasi. Asumsi modernisasi sebagai jalan satu-satunya dalam
pembangunan menyebabkan beberapa permasalahan baru yang hingga kini menjadi
masalah krusial Bangsa Indonesia. Penelitian tentang modernisasi di Indonesia yang
dilakukan oleh Sajogyo (1982) dan Dove (1988). Kedua hasil penelitian mengupas
dampak modernisasi di beberapa wilayah Indonesia. Hasil penelitian keduanya
menunjukkan dampak negatif modernisasi di daerah pedesaan. Dove mengulas lebih jauh
kegagalan modernisasi sebagai akibat benturan dua budaya yang berbeda dan adanya
kecenderungan penghilangan kebudayaan lokal dengan nilai budaya baru. Budaya baru
yang masuk bersama dengan modernisasi.
Dove membagi dampak modernisasi menjadi empat aspek yaitu ideologi, ekonomi,
ekologi dan hubungan sosial. Aspek ideologi sebagai kegagalan modernisasi mengambil
contoh di daerah Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Penelitian Dove menunjukkan
bahwa modernisasi yang terjadi pada Suku Wana telah mengakibatkan tergusurnya
agama lokal yang telah mereka anut sejak lama dan digantikan oleh agama baru.
Modernisasi seolah menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang mampu membelenggu
kebebasan asasi manusia termasuk di dalamnya kebebasan beragama. Pengetahuan lokal
masyarakat juga menjadi sebuah komoditas jajahan bagi modernisasi. Pengetahuan lokal
yang sebelumnya dapat menyelesaikan permasalahan masyarakat harus serta merta
digantikan oleh pengetahuan baru yang dianggap lebih superior.
Sajogyo membahas proses modernisasi di Jawa yang menyebabkan perubahan budaya
masyarakat. Masyarakat Jawa dengan tipe ekologi sawah selama ini dikenal dengan
“budaya padi” menjadi “budaya tebu”. Perubahan budaya ini menyebabkan perubahan
pola pembagian kerja pria dan wanita. Munculnya konsep sewa lahan serta batas
kepemilikan lahan minimal yang identik dengan kemiskinan menjadi berubah. Pola
perkebunan tebu yang membutuhkan modal lebih besar dibandingkan padi menyebabkan
petani menjadi tidak merdeka dalam mengusahakan lahannya. Pola hubungan antara
petani dan pabrik gula cenderung lebih menggambarkan eksploitasi petani sehingga
semakin memarjinalkan petani.
Modernisasi Sebagai Proses Industrialisasi
Apabila melihat sejarah Eropa, maka modernisasi tidak lepas dari proses industrialisasi.
Kesejahteraan ekonomi dan kestabilan politik di Eropa tercapai setelah terjadinya
revolusi industri yang diawali oleh masa pencerahan (renaisance) dan penemuan-
penemuan baru. Berdasarkan ini dapat dinyatakan bahwa awal modernisasi adalah
industrialisasi, yakni berubahnya kehidupan dari “agraris-tradisional” menjadi “industri-
modern”. Talcott Parson menjelaskan proses perubahan itu dalam teori variabel pola
(pattern variables) sebagai berikut:
1. Perubahan dari affectivity kepada affective neutrality
2. Perubahan dari particulatism ke universalism
3. Perubahan dari collective orientation kepada self-orientation
4. Perubahan dari ascription kepada achievement
5. Perubahan dari functionally difussed kepada functionaly specivied
Dampak Modernisasi
Dampak Negatif
Dalam kehidupan masa kini masyarakat Dayak tidak terlepas dari pengaruh mod-
ernisasi serta penyeragaman dalam identitas baru, kebudayaan Indonesia. Masuknya
media elektronik seperti televisi, parabola membawa siaran yang membuka wawasan
mereka tentang kehidupan baru yang menawarkan perubahan-perubahan. Perubahan
ini cenderung lebih banyak bertentangan dengan adat istiadat serta norma dan
keteguhan terhadap tradisi. Sebagai contoh kasus maraknya perjudian yang dibawa
oleh pendatang sebagai usaha memeriahkan pesta adat. Dengan semakin luasnya
wawasan masyarakat Dayak terutama dalam masalah ekonomi yang individualistik,
banyak benda atau situs-situs bersejarah yang dijual demi kepentingan pribadi. Ma-
suknya gaya hiburan baru yang diadaptasi dari media elektronik sehingga menge-
sampingkan pemahaman serta kecintaan generasi muda Dayak terhadap seni tradisi
dan adat istiadat.
Pemerintah daerah sejauh ini memang telah melakukan pembinaan, namun yang ter-
jadi adalah pembinaan yang tidak berakar dan agak melenceng dari konteks ritual
adat. Apa yang telah dilakukan pemerintah melahirkan potensi perpecahan dan kedan-
gkalan pemahaman terhadap tradisi, sebab pembinaan yang dilakukan sering terjadi
dalam bentuk yang isidentil dan instan. Problem yang terjadi, tidak segera diimbangi
dengan pendidikan yang layak, sehingga pengaruh budaya luar sangat cepat
berdampak terhadap budaya Dayak. Ia tidak hanya mempengaruhi, namun juga
merombak secara langsung akar budaya tersebut. Hal ini patut kita sayangkan dan kita
sadari untuk kemudian menjadi perhatian pemerintah daerah sebagai pihak yang pal-
ing bertanggung jawab.
Dampak Positif
Keberadaan Pariwisata, yang menampilkan upacara adat dan kesenian tradisi di
rumah panjang Saham memberi dampak positif bagi masyarakat Dayak serta kelang-
sungan tradisinya. Semakin berkembangnya dunia kepariwisataan memberi kesem-
patan kepada masyarakat untuk terus menyelengarakan serta memelihara adat dan tra-
disinya sebagai komoditas pariwisata. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang
datang, akan meningkatkan pendapatan ekonomis serta melahirkan kesadaran baru
bahwa masyarakat memiliki nilai jual yang layak ditampilkan. Dengan demikian ke-
sadaran itu memacu masyarakat untuk mempelajari, menggali, serta melestarikan tra-
disi yang mereka miliki.
Industrialisasi Pedesaan
Industrialisasi pedesaan sudah sering kali diangkat ke permukaan dalam berbagai wacana
pada berbagai seminar sampai ke prakteknya di berbagai tempat, sebuah model industri yang
oleh banyak kalangan dianggap lebih mampu mengangkat derajat dan ekonomi masyarakat
yang bermukim di pedesaan, ketimbang industri berbasis budaya bisnis yang tujuan utamanya
adalah untuk mencari keuntungan sendiri dan sebanyak banyaknya, yang pada akhirnya
berpeluang lebih banyak merusak tatanan desa, tatanan kehidupan masyarakat dan
lingkungan sosial budaya serta fisik. Seperti apakah yang namanya industri pedesaan itu.
Secara garis besar industrialisasi pedesaan paling sedikit dilandasi oleh prinsip prinsip
sebagai berikut:
Berbasis sumberdaya terbarui lokal/hayati. Artinya industri tersebut memanfaatkan bahan
baku dari hewan, tumbuhan dll, yang pemanfaatannya sejalan dengan konservasi sehingga
bahan baku tersebut tidak mengalami penurunan jumlah, mendukung bahkan
meningkatkan kelestarian bumi.
Ramah lingkungan-memperbaiki kesuburan tanah, setiap produksi biasanya menghasilkan
suatu limbah. Limbah tersebut harus dapat didaur ulang atau di rekayasa kembali oleh
masyarakat setempat sehingga tidak mencemari lingkungan. Setiap sumberdaya hayati
adalah sumberdaya yang limbahnya pasti dapat terdaur ulang. Penggunaan bahan
tambahan dalam prosesnya tidak boleh berasal dari bahan yang tidak terdaur ulang atau
bahkan mencemari lingkunga misal logam berat. Penggunaan plastik dan kaca dalam
proses pengolahan juga harus sedapat mungkin dihindari.
Manusiawi-menghargai segenap makhluk hidup. Konsep pembangunan yang akhirnya
membuat diskriminatif atas makhluk hidup harus dihindari. Tidak boleh terjadi
deskriminasi upah buruh, tidak boleh terjadi anggapan adanya tanaman yang dianggap tak
berguna, tidak boleh terjadi pula anggapan bahwa kearifan tradisional adalah kuno atau
kemunduran, tidak boleh lagi terjadi anggapan sumber pangan utama hanya beras karena
terdapat juga aneka jenis umbi-umbian dan lainnya, bahkan dalam lingkungan sosial tidak
perlu terjadi pelibatan masyarakat yang hanya "dianggap tokoh" saja.
Adil-setiap penyumbang keuntungan dalam usaha berhak menerima keuntungan yang
dihasilkannya. Seringkali masyarakat di pedesaan memberikan daun pisang kepada
tetangganya untuk dijual. Karena tetangga tersebut diuntungkan dari hasil jual daun pisang
itu, maka seharusnya sebagian dari keuntungan tersebut diberikan pula untuk pemberi
daun pisang.
Luwes-adaptif, mampu menyiasati kondisi pasar, teknologi dan tenaga kerja. Pertanian
sebenarnya merupakan salah satu model industri pedesaan dimana dapat terdiri atas
tanaman akar-akaran, kekayuan, sayuran daun, bunga-bungaan, buah-buahan, pisang-
pisangan dan lainnya. Bila kita mampu mengkombinasikannya dengan baik maka hasilnya
akan dapat berkelanjutan.
Kasus Industrialisasi
Dalam sistem perwilayahan Bandung Raya dan Metropolitan Bandung, ketimpangan
antar wilayah terjadi antara Kota Bandung dengan kota-kota kecil di sekitarnya. Hal ini
disebabkan oleh pemusatan kegiatan dan penduduk di Kota Bandung sebagai kota inti.
Melihat kondisi tersebut, pada konsep pengembangan Wilayah Metropolitan Bandung,
kota-kota kecil dengan jarak 20-40 km dari Kota Bandung direncanakan sebagai sebagai
counter magnet bagi Kota Bandung yang dikembangkan sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Salah satu kota kecil di kawasan BMA yang merupakan pengembangan industri
adalah Kecamatan Rancaekek. Industrialisasi diharapkan memberikan dampak positif
yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi yang nantinya memberikan dampak terhadap
perkembangan wilayah yang lebih luas.
Pada studi ini, dampak positif dari kegiatan industri difokuskan pada peningkatan
kesejahteraan penduduk asli. Penduduk asli didefinisikan sebagai penduduk yang sudah
tinggal di Kecamatan Rancaekek sejak sebelum industri berkembang dan sudah pada
usia kerja baik pada saat sebelum dan setelah industri berkembang. Tujuan dari studi ini
adalah mengidentifikasi besar dampak positif dari perkembangan industri berupa
peningkatan kesejahteraan penduduk asli menurut persepsi penduduk asli. Untuk melihat
perubahan kesejahteraan penduduk asli tersebut maka digunakan beberapa indikator
kesejahteraan yaitu kesempatan kerja, tingkat kemampuan, tingkat pelayanan sosial,
pelayanan infrastruktur lingkungan, kualitas fisik rumah serta keamanan dan
kenyamanan lingkungan. Enam indikator kesejahteraan dibagi menjadi indikator
kesejahteraan yang merupakan dampak langsung dari industry yaitu kesempatan kerja
dan selebihnya merupakan indikator yang merupakan dampak tidak langsung dart
industri. Karena jangka waktu yang lama antara sebelum dan setelah industri
berkembang (19 tahun) maka untuk dampak tidak langsung ini tidak menutup
kemungkinan jika peningkatan kesejahteraan dipengaruhi oleh faktor lain seperti
pembangunan dan pertumbuhan penduduk.
Kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah bahwa menurut persepsi penduduk asli,
industri yang berkembang di Kecamatan Rancaekek kurang memberikan dampak
terhadap kesempatan kerja, tingkat kemampuan ekonomi, pelayanan infrastruktur
lingkungan, peningkatan kualitas fisik rumah serta keamanan dan kenyamanan
lingkungan bagi penduduk asli. Industri hanya memberikan dampak besar terhadap
tingkat pelayanan sosial.
Dari kesimpulan tersebut maka diperlukan arahan dalam menangkap peluang industri di
Kecamatan Rancaekek agar industri yang berkembang dapat lebih memberikan dampak
positif bagi penduduk terutama penduduk asli yang nantinya berguna untuk
pengembangan wilayah yang lebih luas, dalam hal ini adalah Kabupaten Bandung.
Upaya yang dapat dilakukan penduduk asli untuk menangkap peluang kesempatan kerja
di sektor industri adalah memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh sektor industri. Selain
itu perlu dilakukan kajian terhadap permintaan tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan
industri. Hasil kajian ini diharapkan dapat diketahui spesifrkasi tenaga kerja yang
dibutuhkan. Tindak lanjut setelah mengetahui spesifikasi tenaga kerja ini adalah
diadakan pelatihan yang sejalan dengan permintaan industri terhadap penduduk asli
sehingga nantinya mampu memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja industri
SOSIOLOGI PEDESAAN
MODERNISASI DAN INDUSTRIALISASI DI
PEDESAAN
Disusun Oleh:
Wendi Irawan Dediarta
(150310080137)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS PADJADJARAN
2009